Anda di halaman 1dari 10

Nama : Natasya Pratiwi Pakaya

NIM : 921420068
Prodi : S1 Akuntansi
Semester : 6 (Enam)
Kelas :E
Mata Kuliah : Analisa Laporan Keuangan

Materi Tentang

Analisis Laporan Laba Rugi

1. Definisi Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi merupakan salah satu dari banyak bagian suatu paket laporan
keuangan dan seperti bagian lainnya, laporan laba rugi merupakan bagian produk berbagai
pilihan, dilaporkan, seperti halnya kebijakan bisnis, kondisi ekonomi, dan banyak variable
yang memengaruhi hasil yang dilaporkan.

Laporan laba rugi bersumber dari dua hal, yaitu laba dan biaya, karena itu dalam
penyusunan laporan ini seorang akuntan harus menyadari dengan baik mana yang termasuk
dalam kategori laba dan begitu pula sebaliknya yang mana masuk dalam kategori biaya. Jika
terlalu besar biaya maka memperlihatkan bahwa laporan tersebut lebih besar kerugiannya
dibandingkan laba, dan begitu pula sebaliknya.

Committee on Terminology mendefinisikan laba sebagai: “Jumlah yang berasal dari


pengurangan harga pokok produksi, biaya lain, dan kerugian dari penghasilan atau
penghasilan operasi. Dan menurut APB Statement mengartikan laba (rugi) sebagai:
“Kelebihan (defisit) penghasilan di atas biaya selama satu periode akuntansi.”

2. Kaidah-Kaidah dalam Laporan Laba Rugi

Untuk mendapatkan informasi keuangan yang bersumber dari laporan laba rugi secara
baik dan bisa dipertanggungjawabkan maka sesuatu laporan laba rugi harus mengikuti
kaidah-kaidah yang berlaku. Oleh karena itu, Jumingan mengatakan “Untuk keperluan
analisis laporan keuangan, penyusunan laporan laba rugi hendaknya mengikuti kaidah-
kaidah sebagai berikut,
1. Perlu disebutkan judulnya yang terdiri atas nama perusahaan, nama laporan (laporan
laba rugi), dan periode waktu yang diliput.
2. Perlu diungkapkan semua sumber penghasilan dan berbagi ongkos dan biaya yang
timbul sehubungan dengan usaha pokok atau usaha utama perusahaan.
3. Perlu ditunjukkan secara jelas besarnya laba usaha atau rugi usaha (hanya berkaitan
dengan usaha pokok) dan besarnya pendapatan bersih atau kerugian bersih untuk
periode bersangkutan.
4. Perlu diperlihatkan secara khusus besarnya pajak perseroan.
5. Pos-pos atau laba rugi incidental dan penyesuaian periode sebelumnya perlu
ditunjukkan secara terpisah.
6. Tunjukkan laporan laba rugi periode-periode sebelumnya sebagai bahan perbandingan.
7. Informasi penting yang bersifat menjelaskan tempatkan sebagai catatan kaki. Catatan
kaki ini merupakan suplemen dari laporan utama.

Dalam konteks catatan kaki (footnote) dalam laporan laba rugi (income statement)
dianggap memiliki arti penting yang mampu memberikan kemudahan kepada pihak-pihak
yang menginginkan informasi maksimal tentang kondisi keuangan perusahaan tersebut.
Kadang kala tidak seluruh pemakai laporan keuangan mengerti dan paham dengan baik
terhadap laporan laba rugi yang disajikan. Karena itu laporan laba rugi dengan menempatkan
catatan kaki diharapkan mampu memberi bimbingan kepada para pengguna.

3. Unsur-Unsur Laporan Laba Rugi

Secara umum unsur-unsur yang terkandung dalam laporan laba rugi (income statement)
adalah:

a. Penjualan (sales)
Sales (penjualan) merupakan penerimaan yang diperoleh dari pengiriman barang
dagangan atau dari penyerahan pelayanan dalam bursa sebagai bahan pertimbangan
(Siegel dan Shim). Di sisi lain penjualan menurut Jumingan merupakan, “Penghasilan
utama dari perusahaan dagang, perusahaan jasa, atau perusahaan industri berupa hasil
penjualan barang atau jasa kepada pembeli, langganan, penyewa, dan pemakai jasa
lainnya.” Penjualan kotor dilihat sebagai gross sales dan penjualan bersih dilihat
sebagai net sales. Suatu penjualan dikatakan berhasil jika harga jual barang adalah lebih
tinggi dibandingkan harga produksi, atau harga beli bagi perusahaan dagang. Harga jual
harus bisa menutup:
 Harga pokok barang yang dijual.
 Biaya operasi, yang terdiri dari biaya pemasaran dan biaya administrasi & umum,
seperti biaya gaji, biaya sewa, biaya asuransi, biaya komisi penjualan, biaya
promosi, dan lain-lain.
 Laba yang digunakan oleh perusahaan.
b. Harga Pokok Penjualan (Cost of Goods Sold)
Harga pokok penjualan merupakan harga beli atau pembuatan suatu barang yang
dijual, juga disebut cost of goods sold (Siegel dan Shim). Pada dasarnya harga pokok
penjualan sama dengan harga pokok pembelian seandainya tidak ada persediaan barang
dagangan. Namun berdasarkan pada kondisi dan realita di lapangan tetap ada
ditemukan barang-barang yang tersisa atau tidak terjual semuanya. Dan barang yang
tidak terjual tersebut nantinya akan menjadi persediaan (inventory) pada tahun
selanjutnya. Mengenai harga pokok penjualan ini ada perbedaan jika kita melihat dari
segi perspektif perusahaan dagang dan industri. Bagi perusahaan dagang, harga pokok
penjualan adalah harga pokok barang dagangan yang dibeli yang kemudian berhasil
dijual selama suatu periode akuntansi. Dalam perusahaan dagang harga pokok
penjualan dihitung sebagai berikut:
Persediaan barang dagang pada awal periode
+
Pembelian bersih selama periode
=
Persediaan tersedia dijual

Persediaan barang dagang pada akhir periode
=
Harga pokok penjualan
Bagi perusahaan industri harga pokok penjualan meliputi ongkos-ongkos bahan
dasar, tenaga kerja, dan ongkos pabrik tidak langsung yang telah dikeluarkan dalam
proses pembuatan barang yang kemudian berhasil dijual selama suatu periode
akuntansi.
Pada gambar di atas terlihat harga pokok tersedia untuk dijual yang terjadi pada
perusahaan dagang.
c. Depresiasi (Depreciation)
Depresiasi adalah penurunan nilai yang terjadi secara berangsur-angsur dari
waktu ke waktu. Penurunan nilai ini terjadi pada berbagai jenis barang, seperti gedung,
kendaraan, peralatan kantor, dan berbagai inventaris lainnya. Penyusutan suatu barang
bisa berbeda-beda jenisnya tergantung jenis barang tersebut dan perawatan yang
dilakukan pada barang tersebut juga. Perawatan mampu membuat penyusutan barang
menjadi lebih lambat dan nilai barang masih tetap tidak mengalami penurunan yang
tajam. Karena itu bagi suatu perusahaan biaya pemeliharaan menjadi penting, sehingga
cost yang dialokasikan untuk pemeliharaan barang adalah memiliki tempat khusus.
d. Bunga (Interes)
Bunga merupakan balas jasa yang harus diberikan atas dasar kesepakatan dalam
pinjaman yang diberikan. Dalam persoalan bunga biasanya dikenakan bagi mereka
yang mengambil pinjaman atau keputusan kredit, seperti kredit ke perbankan. Dalam
pencatatan akuntansi untuk bunga kredit dipergunakan dua bentuk yaitu cash basis dan
accrual basis yang mana masing-masingnya memiliki tempatnya tersendiri, yaitu:
1) Cash basis. Pencatatan secara cash basis akan dilakukan apabila kredit tersebut
pembayarannya mengalami permasalahan seperti kredit dalam pengawasan atau
pantauan khusus, kredit macet, kredit yang harus dikaji ulang atau diragukan, serta
kredit yang dianggap pembayarannya tidak lancar.
2) Accrual basis. Pencatatan secara accrual basis akan dilakukan apabila bank
melihat bahwa debitur memiliki kelancaran pembayaran yang betul-betul baik.
e. Pendapatan Sebelum Pajak (Earnings Before Tax)
Pendapatan sebelum pajak (earnings before tax) merupakan laba yang terlihat
atau yang diperoleh sebelum dikurangkan dengan pajak.
f. Pajak (Tax)
Pajak (tax) merupakan pembayaran yang dibebankan oleh pemerintah atas
penghasilan perorangan, perusahaan, tanah, berang-barang pemberian atau sumber-
sumber lainnya untuk memberikan pemasukan bagi barang umum (publik).
g. Laba Setelah Pajak (Earnings After Tax)
Laba setelah pajak (earnings after tax) merupakan laba yang diperoleh setelah
dikurangi dengan pajak. Disebut juga dengan net income (laba bersih), atau net profit
yang diterima perusahaan.

PT XYZ
Laporan Laba Rugi

Penjualan Rp 26.800,-

Harga pokok penjualan Rp 15.200,-

Depresiasi Rp 8.800,-

Bunga Rp 1.700,-

Rp 25.700,-

Laba sebelum pajak Rp 1.100,-

Pajak Rp 440,-

Laba setelah pajak Rp 600


Bentuk Laporan Laba Rugi (Income Statement) yang Sederhana

4. Format dalam Laporan Laba Rugi

Format pembuatan laporan laba rugi (Income Statement) disusun dalam 2 (dua) bentuk
format, yaitu:
a. Multiple-step income statement
Multiple step ini disebut juga dengan format pembuatan laporan laba rugi banyak
tahap atau langkah berganda. Formatnya sebagai berikut: (1) Margin kotor; (2)
Pendapatan dari operasi yang berlanjut; (3) Pendapatan sebelum pos luar biasa; dan (4)
Laba bersih (Siegel dan Shim).
Di sisi lain Jumingan mengatakan, “Secara garis besar penyusunan laporan laba
rugi secara multiple step adalah sebagai berikut,
1) Penjualan neto dikurangi harga pokok penjualan diperoleh laba bruto atas
penjualan barang.
2) Laba bruto dikurangi biaya usaha (biaya penjualan ditambah biaya umum dan
administrasi) diperoleh laba usaha atau rugi usaha.
3) Laba usaha kemudian dikurangi atau ditambah dengan perbedaan antara
penghasilan lain-lain dengan biaya lain-lain akan diperoleh pendapatan neto
sebelum pajak perseroan.
4) Pendapatan neto sebelum pajak perseroan kemudian dikurangi dengan taksiran
pajak perseroan akan diperoleh pendapatan neto sesudah pajak perseroan.
5) Pendapatan neto sesudah pajak perseroan plus minus laba rugi incidental akan
diperoleh pendapatan neto dan pos-pos incidental.

b. Single-step income statement


Single-step ini disebut juga dengan format pembuatan laporan laba rugi satu tahap
atau langkah tunggal. Single-step income statement merupakan bentuk laporan rugi laba
yang menghilangkan penjumlahan pertengahan (intermediate) seperti laba kotor dan
laba operasi yang memperlihatkan semua pos pengeluaran dan kerugian biasa. Di sisi
lain Fraser dan Orminston mengatakan, “Versi laporan “satu tahap” (single-step)
laporan laba rugi mengelompokkan semua pos pendapatan dalam satu kelompok,
selanjutnya mengurangkan semua kategori beban untuk memperoleh laba bersih.”
5. Pengaruh Laporan Laba Rugi Bagi Investor

Bagi banyak pihak laporan laba rugi dipandang sebagai ringkasan kegiatan yang
dilakukan oleh suatu perusahaan selama periode akuntansi. Pencapaian yang dilakukan oleh
perusahaan tersebut tergambarkan pada laporan laba rugi tersebut, seperti penjualan, (sales)
hingga laba bersih atau earnings after tax. Dengan begitu informasi yang diperoleh dari
income statement dapat dijadikan salah satu pendukung dalam pengambilan keputusan,
khususnya bagi investor.

Investor kebanyakan adalah mereka yang menjauh dari risiko (risk adverse). Atas dasar
sikap seperti itu investor menginginkan laporan laba rugi yang tersajikan penuh dengan
keterbukaan (disclosure). Namun dalam kenyataan masih ada temuan tentang tindakan fraud
oleh pihak manajemen perusahaan. Fraud di sini adalah menyangkut dengan tindakan
kecurangan atau perekayasaan data keuangan secara disengaja dengan tujuan-tujuan tertentu.

Atas dasar itu maka salah satu tugas utama pihak investor adalah menegaskan kepada
pihak manajemen perusahaan bahwa laporan laba rugi tersebut memiliki implikasi yang jauh
pada perusahaan. Implikasi tersebut dapat berbentuk turunnya nilai perusahaan di mata
publik, termasuk memungkinkan nilai saham akan ikut terjadi penurunan.

6. Bentuk Penyusunan Laporan Laba Rugi (Sumber Buku Dasar-Dasar Analisa


Laporan Keuangan)
Seperti diketahui Laporan Laba-Rugi merupakan suatu laporan yang sistematis tentang
penghasilan, biaya, laba-rugi yang diperoleh perusahaan selama periode tertentu. Walaupun
belum ada keseragaman tentang susunan laporan laba-rugi bagi tiap-tiap perusahan, namun
prinsip-prinsip yang umumnya diterapkan adalah sebagai berikut:
1. Bagian yang pertama menunjukkan penghasilan yang diperoleh dari usaha pokok
perusahaan (penjualan barang dagangan atau memberikan jasa) diikuti dengan
harga pokok dari barang/jasa yang dijual, sehingga diperoleh laba kotor.
2. Bagian kedua menunjukkan biaya-biaya operasional yang terdiri dari biaya
penjualan dan biaya umum/administrasi (operating expenses).
3. Bgian ketiga menunjukkan hasil-hasil yang diperoleh di luar operasi pokok
perusahaan, yang diikuti dengan biaya-biaya yang terjadi di luar usaha pokok
perusahaan (Non operating. financial income and expenses).
4. Bagian ke empat menunjukkan laba atau rugi yang insidential (extra ordinary gain
or loss) sehingga diperoleh laba bersih sebelum pajak pendapatan.
Bentuk dari laporan laba-rugi yang biasa digunakan adalah sebagai berikut:
1. Bentuk Single Step, yaitu dengan menggabungkan semua penghasilan menjadi satu
kelompok dan semua biaya dalam satu kelompok, sehingga untuk menghitung
laba/rugi bersih hanya memerlukan satu langkah yaitu, mengurangkan total biaya
terhadap total penghasilan.
2. Bentuk Multiple Step,yaitu dengan mengelompokan yang lebih teliti sesuai dengan
prinsip yang digunakan secara umum.

7. Klasifikasi-Klasifikasi dalam Laporan Laba Rugi (Sumber Buku Dasar-


Dasar Analisa Laporan Keuangan)
Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa isi laporan laba-rugi terdiri dari beberapa
pos, yaitu penghasilan, harga pokok, biaya usaha serta pos-pos penghasilan dan biaya
lainnya, maka daripada itu pengklasifikasian dapat dilakukan sebagai berikut:

Pos Perkiraan/Keterangan
Penjualan Bersih (Net Sales) Hasil penjualan/penerimaan perusahaan
setelah dikurangi potongan dan return
penjualan.
Harga pokok Penjualan (Cost of Biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam
Goods Sold) rangka pengadaan barang yang dijual.
Untuk perusahaan manufaktur, biaya
tersebut dapat terdiri dari harga pokok
produksi:
 Bahan Baku (Raw Material)
 Upah Langsung (Direct Labour)
 Biaya pabrik (Biaya overhead)
Laba kotor (Gross profit) Adalah laba dengan kondisi sebelum
dikurangi dengan beban-beban (biaya)
operasional perusahaan.
Biaya Usaha (Operating Expenses) Umumnya biaya usaha terdiri dari Biaya
penjualan (Selling Expensess), adalah biaya
yang dikeluarkan sehubungan dengan
penjualan perusahaan (contoh Biaya
promosi, pengiriman barang dll).
Biaya umum dan Administrasi (General and
Administration Expensess), adalah biaya
yang dikeluarkan perusahaan dan tidak
berhubungan langsung dengan penjualan
(contoh: biaya telpon, biaya gaji bagian
admnistrasi dll)
Laba Usaha (Operating Profit) Dapat juga diartikan laba bersih operasi,
yaitu laba setelah dikurang dengan biaya-
biaya usaha
Laba sebelum Bunga dan Laba yang didapat perusahaan sebelum
Pajak (Earnings Before Interest Tax) dipotong oleh bunga dan pajak
Laba Bersih setelah pajak (Earning Jumlah laba yang tersisa setelah dipotong
After Tax) oleh bunga dan pajak
Laba ditahan (Retained Earning) Laba setelah pajak dikurangi pembagian
deviden kepada pemegang saham, laba
ditahan tersebut diinvestasikan kembali ke
dalam perusahaan dan nilainnya diakumulasi
selama umur hidup perusahaan.

Dalam penyusunan Laporan Laba-rugi, umumnya harus mengikuti aturan-aturan


sebagai berikut:

1) Disebutkan judul yang terdiri dari nama perusahaan, nama laporan dan periode waktu.
2) Perlu diungkapkan sumber penghasilan dan bermacam-macam ongkos dan biaya yang
timbul sehubungan dengan usaha pokok (utama) perusahaan.
3) Diperlihatkan secara khusus besarnya pajak perseroan.
4) Pos-pos insidential dan penyesuaian periode sebelumnya harus ditunjukkan secara
terpisah.

Referensi:
“Analisis Laporan Keuangan” Irham Fahmi

“Dasar-Dasar Analisa Laporan Keuangan” Dr. Wastam Wahyu Hidayat,SE.,MM

Anda mungkin juga menyukai