Ada lima lingkup kerja kepengawasan proses pembelajaran. Kelima lingkup itu adalah
pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut. Hal itu tertuang di dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41/2007 tentang Standar Proses seperti
berikut ini.
1. Pemantauan
a. Pemantauan proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan
penilaian hasil pembelajaran.
b. Pemantauan dilakukan dengan cara diskusi kelompok terfokus, pengamatan,
pencatatan, perekaman, wawancara, dan dokumentasi.
c. Kegiatan pemantauan dilaksanakan oleh kepala dan pengawas satuan pendidikan.
2. Supervisi
a. Supervisi proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan
penilaian hasil pembelajaran.
b. Supervisi pembelajaran diselenggarakan dengan cara pemberian contoh, diskusi,
pelatihan, dan konsultasi.
c. Kegiatan supervisi dilakukan oleh kepala dan pengawas satuan pendidikan.
3. Evaluasi
a. Evaluasi proses pembelajaran dilakukan untuk menentukan kualitas pembelajaran
secara keseluruhan, mencakup tahap perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan
proses pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran.
b. Evaluasi proses pembelajaran diselenggarakan dengan cara:
1. membandingkan proses pembelajaran yang dilaksanakan guru dengan standar
proses,
2. mengidentifikasi kinerja guru dalam proses pembelajaran sesuai dengan kompetensi
guru.
c. Evaluasi proses pembelajaran memusatkan pada keseluruhan kinerja guru dalam proses
pembelajaran.
4. Pelaporan
Hasil kegiatan pemantauan, supervisi, dan evaluasiproses pembelajaran dilaporkan
kepada pemangku kepentingan.
5. Tindak Lanjut
a. Penguatan dan penghargaan diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar.
b. Teguran yang bersifat mendidik diberikan kepada guru yang belum memenuhi standar.
c. Guru diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan/penataran lebih lanjut.
Kelima lingkup (pematauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut)
kepengawasan merupakan kegiatan yang berentetan. Ada hubungan hierarkis dari lima
kegiatan itu. Kegiatan diawali dengan pematauan. Hal yang dipantau adalah perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian proses pembelajaran. Hasil pemantauan itu tampil dalam
wujud data berupa kondisi ril, kenyataan yang sebenarnya, dan fakta autentik. Hasil
pematauan itu bisa berupa catatan, rekaman, dan dokumentasi. Untuk mendapatkannya
dilakukan dengan berbagai cara atau teknik. Tentu saja cara dan teknik itu memerlukan
instrument pemantauan. Instrumen itu pada hakikatnya adalah instrument pengumpulan
data, informasi, dan fakta tentang kondisi ril dari perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian
proses pembelajaran.
Data atau informasi yang diperoleh melalui pemanantauan diolah dan ditafsirkan agar
bermakna. Hasil penafsiran terhadap data atau informasi tersebutlah memerlukan tindakan
selanjutnya. Jika data mengatakan bahwa perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian proses
pembelajaran telah memenuhi standar, tentu pengawas (kepala satuan pendidikan dan
pengawas sekolah) berupaya untuk mengembangkan ke tingkat yang lebih tinggi di atas
standar. Kalau data menyatakan belum memenuhi standar, upaya yang dilakukan adalah
meningkatkannya menjadi standar. Kegiatan-kegiatan itulah yang dilakukan di dalam
supervisi. Jadi, supervisi hanya dapat dilkukan jika ada data dan informasi bermakna dari
hasil pemantauan.
Supervisi pendidikan (akademik dan menejerial) menurut Depdiknas (2009) adalah
kegiatan yang berurusan dengan perbaikan dan peningkatan proses dan hasil belajar serta
pengelolaan sekolah (satuan pendidikan). Inti dari kegiatan supervisi adalah perbaikan dan
peningkatan. Data yang diperoleh dari kegiatan pemantauan dijadikan landasan untuk
melakukan supervisi (memperbaiki dan meningkatkan). Jika data menginformasikan hal
yang kurang baik, kegiatan supervisinya adalah memperbaiki. Kalau data
menginformasikan hal yang telah baik, kegiatan supervisinya adalah meningkatkan.
Supervisi pembelajaran diselenggarakan dengan cara pemberian contoh, diskusi,
pelatihan, dan konsultasi (Permendiknas No. 41/2007). Kegiatan supervisi yang dilakukan
oleh kepala satuan pendidikan dan pengawas sekolah adalah kegiatan untuk memperbaiki
dan atau meningkkatkan. Hal yang diperbaiki atau ditingkatkan adalah perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian proses pembelajaran. Cara yang digunakan adalah dengan
pemberian contoh, disksusi, pelatihan, dan konsultasi. Pemilihan cara ini tentu sangat
ditentukan oleh keadaan dan kebutuhan pendidik. Bisa jadi seorang pendidik hanya
memerlukan contoh untuk meningkatkan kemampuan merencanakan, sedangkan pendidik
yang memerlukan diskusi, konsultasi, dan pelatihan. Selain itu, kiat kepala satuan
pendidikan dan pengawas sekolah dalam mengemban tugasnya juga sangat berpengaruh
terhadap pemilihan cara yang tepat.
Hal yang esensial dalam pemantauan adalah instrumen, pengumpulan data,
pengolahan data, dan penafsiran data. Sedangkan di dalam supervisi hal esensialnya
adalah penguasaan pengawas sekolah terhadap substansi perencanaan, pelaksanaan, dan
penilaian proses pembelajaran serta teknik (kiat) melakukan supervisi. Secara standar,
perencanaan proses pembelajaran hanya dua, yakni silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP). Akan tetapi, sesuai dengan paradigma kurikulum, setiap satuan
pendidikan berhak menyusun dan melaksanakan kurikulum sesuai dengan keadaan dan
kebutuhannya. Jika seorang pengawas sekolah mengawasi sepuluh sekolah misalnya, bisa
jadi akan terdapat variasi dari perencanaan proses pembelajaran dari sepuluh sekolah itu.
Oleh karena itu, seorang pengawas perlu mengenali jenis dan macam perencanaan proses
pembelajaran pada setiap satuan pendidikan yang diawasinya. Artinya, pengeawas sekolah
tidak bisa menggeneralisasi dan menguniforomisasi (menyeragmkan) hal yang
berhubungan dengan perencanaan proses pembelajaran ini.
Pada saat pengawas sekolah menyeragamkan jenis dan bentuk perencanaan proses
pembelajaran di sekolah binaannya, akan terjadi benturan dengan pendidik dan kepala
satuan pendidikan. Satuan pendidikan memiliki otoritas atau kewenangan untuk menyusun
kurikulum diversifikasi. Hal itu dibenarkan oleh undang-undang dan peraturan yang
berlaku. Oleh karena itu, pengawas sekolah seyogianya memiliki informasi yang lengkap
tentang bentuk dan jenis perencanaan proses pembelajaran pada sekolah yang diawasi atau
dibinanya. Hal ini tentu tidak sulit dilakukan, jika terjadi kolaborasi antara pengawas
sekolah dengan kepala satuan pendidikan. Pengawas dan kepala satuan pendidikan
memiliki tugas yang sama dalam kepengawasan karena itu kolaborasi sangatlah membantu
dalam aplikasi tugas.
Hal yang sama tentu berlaku untuk esensi supervisi yang kedua yakni teknik atau cara
melakukan. Cara melakukan supervisi terhadap pendidik di sekolah A bisa berbeda
dengan yang pendidik di sekolah B, C, dan D. Hal itu sangat dipengaruhi oleh keadaan
dan kebutuhan masing-masing pendidik pada satuan pendidikan. Hal yang tidak boleh
diabaikan adalah kultur atau budaya satuan pendidikan. Jadi, seorang pengawas sekolah
selain mengenali bentuk dan jenis perencanaan proses pembelajaran juga sangat perlu
memahami kultur satuan pendidikan yang berkaitan dengan proses pembelajaran.
Hal yang sama juga berlaku untuk pelaksanaan proses pembelajaran dan penilian
porses serta hasil belajar. Setiap satuan pendidikan memiliki kekhasannya masaing-
masing. Pengenalan dan pemahaman terhadap kondisi-kondisi ini akan dapat
memperlancar tugas pengawas sekolah dalam melakukan supervisi tehadap perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian proses pembelajaran.
Menurut PP 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Evaluasi pendidikan
adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap
berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai
bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan. Permendiknas 41/2007 tentang
Standar Proses menyatakan, Evaluasi proses pembelajaran dilakukan untuk menentukan
kualitas pembelajaran secara keseluruhan, mencakup tahap perencanaan proses
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran
Evaluasi dilakukan terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian proses
pembelajaran. Kegiatan evaluasi berlangsung setelah pelaksanaan supervisi. Jika
pemantauan merupakan gambaran kondisi awal, supervisi adalah memperbaiki atau
meningkatkan, dan evaluasi adalah menentukan kualitas. Artinya untuk melihat apakah
perencanaan, pelaksnaan, dan penilaian proses pembelajaran telah memenuhi standar
kualitas atau belum. Dengan demikian evaluasi berada pada tataran untuk melihat hasil
supervisi.
Evaluasi proses pembelajaran diselenggarakan dengan cara: (a) membandingkan
proses pembelajaran yang dilaksanakan guru dengan standar proses; (b) mengidentifikasi
kinerja guru dalam proses pembelajaran sesuai dengan kompetensi guru (Permendiknas
No.41/2007). Proses pembelajaran diatur dengan standar proses. Ketika evaluasi
dilakukan, kegiatannya adalah membandingkan hal yang dilakukan guru dalam proses
pembelajaran dengan yang diamanatkan oleh standar proses. Jika memenuhi harapan
standar proses berarti kinerja guru telah memenuhi standar. Selain itu juga dibandingkan
dengan kompetensi guru seperti yang diamanatkan oleh Permendiknas No. 16/2007
tentang Kualifikasi dan Kompetensi Guru. Intinya adalah apakah guru telah memenhuhi
empat komeptensi (keribadian, pedagogis, profesional, dan sosial) dalam melaksanakan
proses pembelajaran. Jika sudah memenuhi itu berarti kompetensi sudah memadai, jika
belum berarti perlu tindak lanjut.
Produk akhir dari evaluasi adalah gambaran keseluruhan kinerja pendidik dalam
proses pembelajaran (merencanakan, melaksanakan, dan menilai). Dari produk itu akan
terlihat pendidik yang telah memenuhi standar proses dan kompetensi dan pendidik yang
belum memenuhi standar proses dan kompetensi. Pada satuan pendidikan yang
administrasi ketengaannya tertata baik, biasnya setiap pendidik memiliki laporan kinerja
tahunan atau sejenis rapor pendidik. Dengan demikian kepala satuan pendidikan,
pengawas sekolah, dan pemangku pendidikan memiliki peta yang jelas tentang kompetensi
pendidik di sekolah itu.
Pelaporan hasil pengawasan merupakan bagian yang amat penting dari kegiatan
pengawasan. Terlaksana tidaknya pengawasan satuan pendidikan teraktulisasi dalam
laporan. Kegiatan kepengawasan dilaksanakan tetapi tidak ada laporan, dari kaca
administrasi sama dengan tidak ada kegiatan. Selain itu, laporan adalah bentuk
pertanggungjawaban pengelola pendidikan tehadap pemangku kepentingan. Hal yang
tidak dapat diabaikan adalah, menyusun dan menyampaikan laporan adalah kewajiban
bagi setiap orang yang diberi kepercayaan untuk melakukan kegiatan. Oleh karena itu,
pelaporan adalah bagian yang amat penting dari kegiatan kepengawasan.
Substansi laporan kepengawasan adalah hasil pemantauan, hasil supervisi, dan hasil
evaluasi. Seperi dijelaskan sebelumnya, antara pemantauan, supervisi, dan evaluasi proses
pembelajaran memiliki hubungan hierarkis, hubungan atas bawah. Selain itu, di dalamnya
ada data atau informasi yang bermakna. Hal yang dilaporkan adalah data atau informasi
yang telah diberi makna oleh pengawas atau kepala satuan pendidikan. Data dan informasi
itu diharapkan dapat dijadikan landasan untuk mengambil keputuan bagi pengampu
pendidikan atau yang berkepentingan dengan pendidikan. Tentu saja, laporan ditata dalam
bentuk sistematika yang sesuai dengan kaidah-kaidah laporan formal.
Bagian akhir akhir dari kegiatan kepengawasan adalah tindak lanjut. Tindak lanjut
yang dilakukan meliputi tiga hal yakni: (a) penguatan dan penghargaan diberikan kepada
pendidik yang telah memenuhi standar; (b) teguran yang bersifat mendidik diberikan
kepada pendidik yang belum memenuhi standar; dan (c) pendidik diberi kesempatan
untuk mengikuti pelatihan/penataran lebih lanjut. Pada hakikatnya, tindak lanjut adalah
kesinambungan dari kegiatan evaluasi. Hasil evaluasi menginformasikan pendidik yang
memenuhi standard an pendidikan yang belum memenuhi standar. Jadi, batas kewenangan
pengawas dan pengawasan proses pembelajaran tergambar pada kegiatan akhir ini yakni
tindak lanjut.
BAB III
PROGRAM PENGAWASAN
1. Pelaksanaan Pengawasan
Ada tiga hal penting yang direncanakan dalam pengawasan proses pembelajaran.
Ketiga hal penting itu adalah pemantauan, supervisi, dan evaluasi. Pada bagian
sebelumnya telah dijelaskan hal-hal yang direncanakan dan dilakukan dalam ketiga
kegiatan itu. Perencanaan pemantauan direalisasikan dalam bentuk tindakan pemantauan.
Tindakan pemantauan dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan. Cara, teknik,
prosedur, dan instrumen yang digunkanakan mengacu kepada program atau rencana yang
dibuat. Dengan acuan itu setiap aktifitas pemanataun akan dapat dikendalikan dan
diukur. Produknya atau hasilnya adalah data atau informasi dalam bentuk dokumen,
rekaman, atau catatan. Jadi, pada dasarnya memantau adalah melaksanakan program
pemantauan untuk mengumpulkan informasi atau data yang bertujuan untuk
mendapatkan gambaran kondisi ril proses pembelajaran pada satuan pendidikan.
Pelaksanaan pengawasan yang kedua adalah supervisi. Supervisi adalah upaya
untuk membantu pendidik memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas proses dan hasl
pembelajaran. Pelaksanaan supervisi terkait dengan hasil pemantauan. Jika hasil
pemantauan menggambarkan kondisi yang kurang atau belum baik, maka supervisi
ditetapkan untuk memperbaiki kualitas proses pembelajaran. Kalau hasil pemantauan
mendeskripsikan kondisi yang telah baik, supervisi ditetapkan untuk meningkatkan
kualitas proses pembelajaran. Pelaksnaan supervisi tentu saja mengacu kepada program
supervisi yang telah disusun. Dengan demikian, tindakan-tindakan dalam supervisi akan
terlihat sebagai tindakan yang terkendali dan terukur secara standar.
Hasil keigiatan supervisi adalah terjadinya perbaikan dan atau peningkatan.
Perbaikan dan peningkatan akan terlihat pada komepetensi pendidik yang bermuara
kepada proses dan hasil. Hasil supervisi akan terlihat pada kemampuan atau kompetensi
pendidik dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai proses/ hasil pembelajaran.
Tolok ukur keberhasilan supervisi berada pada ketiga tataran kegiatan itu yakni
peningkatan kemampuan pendidik dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai
proses/hasil pembelajaran. Jadi, pada dasarnya hasil supervisi akan terlihat pada proses
dan hasil. Proses dapat diamati pada aktifitas pendidik dan hasil pada produk kerjanya.
Pelaksanaan pengawasan ketiga adalah evaluasi. Evaluasi dilakukan terhadap
kompetensi pendidik dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai proses/hasil
belajar. Evaluasi dikaitkan dengan standar nasional pendidikan yakni standar proses dan
komepetnsi pendidik. Standar proses diatur dengan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 41 Tahun 2007. Apakah perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian
proses/hasil pembelajaran telah memenuhi tuntutan standar proses? Jika sudah berarti
kompetensi pendidik telah memenuhi salah satu ukuran keberhasilan dan evaluasi.
Kompetensi pendidik (guru) diatur dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 16 Tahun 2007. Apakah capaian kompetensi pendidik sudah berada pada taraf
seperti yang diharapkan oleh peraturan ini? Jika sudah berari kompetensi pendidik telah
terevaluasi dengan benar dan tepat.
Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa pelaksanaan pengawasan proses
pembelajaran merupakan rangkaian tali-temali dalam bentuk siklus atau putaran.
Pemantauan dilakukan untuk mengumpulkan informasi atau data. Informasi atau data
memperlihatkan gambaran nyata proses pembelajaran. Dari gambaran nyata itu
dilakukan supervisi dalam bentuk perbaikan dan atau peningkatan kualitas proses
pembelajaran. Hasil supervisi, kemudian dievaluasi, dilihat dengan patron standar yakni
stadar proses dan standar kompetensi pendidik. Begitulah seterusnya. Secara menyeluruh
(konfrehensif) kegiatan kepengawasan yang berlangsung pada satu periode, ditandai
dengan penyusunsn program sampai kepada tindak lanjut. Di dalamnya akan ada
penilaia, pembinaan, pemantauan, analisis hasil, evaluas, dan pelaporan.
2. Pelaporan
Ada tiga substansi isi laporan pengawasan proses pembelajaran. Ketiga substansi
itu adalah hasil pemantauan, hasil supservisi, dan hasil evaluasi. Di dalam hasil
pemnatauan terdapat hasil kerja penilaian terhadap proses pembelajaran. Jika
pemantauan diberi makna mengumpulkan informasi atau data, maka penilaian dimaknai
sebagai proses pengolahan dan penafsiran data yang dapat dijadikan landasan untuk
perlakuan selanjutnya. Isi laporan tentang pemantauan merupakan deskripsi dari data dan
informasi, prosedur dan hasil pengolahan data, prosedur penafsiran data, hasil penafsiran
data sebagai data yang bermakna, dan rekomendasi untuk pelaksanaan supervisi.
Isi laporan supervisi sekurang-kurangnya menyangkut empat hal. Keempat hal itu
adalah tujuan, sasaran, , prosedur pelaksanaan, dan hasil. Tujuan supervisi pada dasarnya
hanya menyalin dari yang telah ada pada program supervisi. Tujuan tersebut tentunya
harus tegas, tajam, jelas, terukur, dan tidak mengandung makna ganda atau mendua
makna. Sasaran harus terukur baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Sasaran
yang terukur akan dapat menjadi pedoman untuk menentukan keberhasilan dan
ketidakberhasilan dalam supervisi. Prosedur pelaksanaan diuraian secara jelas sehingga
menggambarkan langkah-langkah nyata dalam supervisi. Fase-fase pekerjaan dalam
supervisi tergambar pada bagian ini sehingga setiap fase akan terlihat sebagai bagian dari
fase yang lain. Hasil supervisi dideskripsikan dengan bahasa yanga jelas, mudah
dipahami, dan dapat ditangkap maknanya.
Isi laporan evaluasi sekurang-kurangnya memuat tiga hal pokok. Ketiga hal pokok
itu adalah prosedur atau teknik evaluasi, instrumen yang digunakan dalam evaluasi, dan
hasil evaluasi. Prosedur evaluasi diuraikan secara ringkas dan komunikatif. Tahapan-
tahapan dalam evaluasi digaambarkan secara jelas sehingga terlihat hubungan kausal
antara satu tahap dengan tahap yang lain. Instrumen (alat) evaluasi diampilkan dan
dijelaskan secara komunikatif sehingga fungsi isntrumen (alat) tersebut terlihat dengan
jelas. Artinya, bahwa alat evaluasi yang digunakan benar-benar berfungsi, berdayaguna,
dan berhasil guna untuk keprluan evaluasi. Hasil evaluasi merupakan jasmen dari
evaluator terhadap kebrhasilan peroses pembelajaran. Oleh karena itu, hasil evaluasi
benar-benar diungkapkan dengan jelas dan mudah dipahami. Hal itu penting karena hasil
evaluasi ini akan bermuara kepada tindak lanjut.
Sistematika laporan disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan. Kelaziman suatu
laporan selalu ditata dengan urutan sistematik yang terdiri dari bagian awal bagian isi
dan lampiran. Bagian awal meliputi halaman judul, daftar kata pengantar, daftar isi,
daftar lampiran. Bagian isi meliputi pendahuluan, uraian dan pembahasan, serta penutup.
Lampiran disesuaikan dengan kebutuhan seperti isntrumen yang digunakan, data yang
tidak bisa dimasukkan ke batang tubuh laporan, gambar-gambar, diagram, dan
sebagainya.
Bahasa laporan hendaklah menggunanakn bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Bahasa Indoensia yang baik adalah bahasa Indonesia yang sesuai dengan konteks,
situasi, dan kondisi. Bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia yang sesuai
dengan kaidah bahasa Indonesia baku. Hal yang paling penting dari itu, bahasa yang
digunakan dalam laporan adalah bahasa yang komunikatif, dapat dipahami, dan dapat
dicerna dengan mudah oleh pembaca. Tujuan dari sebuah laporan adalah agar orang lain
(pembaca) memahami isi atau substansi laporan dan hasilnya dapat dimanfaatkan
sebagai landasan untuk perlakukan berikutnya.
3. Tindak Lanjut
Tindak lanjut adalah bagian terakhir dari kegiatan pengawasan proses pembelajaran.
Tindak lanjut merupakan jastifikasi, rekomendasi, dan eksekusi yang disampaikan oleh
pengawas atau kepala satuan pendidikan tentang pendidik yang menjadi sasaran
kepengawasannya. Seperti diuraikan sebelumnya, ada tiga alternatif tindak lanjut yang
diberikan terhadap pendidik. Ketiga tindak lanjut itu adalah: (1) Penguatan dan
penghargaan diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar; (2) Teguran yang
bersifat mendidik diberikan kepada guru yang belum memenuhi standar; dan (3) Guru
diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan/penataran lebih lanjut.
Pendidik perlu penguatan atas kompetensi yang dicapainya. Penguatan adalah
bentuk pembenaran, bentuk legalisasi, dan bentuk pengakuan atas kompetensi yang
dicapainya. Pengakuan seperti ini diperlukan oleh pendidik, bukan hanya sebagai
motivasi atas keberhasilannya, tetapi juga sebagai kepuasan indvidu dan kepuasan
profesional atas kerja kerasnya. Penguatan seperti ini jarang, bahkan hampir tidak
diterima oleh pendidik. Penghargaan bagi pendidik yang telah memenuhi standar perlu
diberikan. Hal itu akan membedakan antara pendidik yang berkompetensi standar dengan
yang belum standar. Bnetuk penghargaan yang diberikan sesuai dengan kondisi pada
satuan pendidikan bersangkutan atau ditentukan oleh kepala satuan pendidikan dan
pengawas sekolah yang menjadi pengawasnya. Hal ini pun jarang bahkan hampir tidak
diperoleh guru selama ini. Oleh Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41/2007
tentang Standar Proses, hal ini sangat ditekankan.
Teguran yang bersifat mendidik diberikan kepada guru yang belum memenuhi
standar. Teguran dapat dilakukan dengan cara lisan atau tertulis. Idealnya, untuk
memenuhi persyaratan administratif, teguran syogiyanya disampaikan secara tertulis. Hal
itu akan dapat dipertanggungjawabkan dan dapat pula terdokumentasi. Jika teguran itu
behasil memotivasi pendidik, dokumennya akan bermakna positif baik bagi yang
menegur maupun yang ditegur. Kalau teguran itu tidak berhasil memotivasi agar
pendidik berupaya mencapai standar dalam kerjanya, tentu dapat dilanjutkan dengan
teguran berikutnya. Intinya, teguran yang bersifat mendidik adalah teguran yang
diharapkan dapat menimbulkan perubahan dan yang ditegur tidak merasa dilecehkan atau
tidak merasa tersinggung.
Tindak lanjut yang terakhir adalah merekomendasikan agar pendidik diberi
kesempatan untuk mengikuti pelatihan atau penataran. Rekomendasi itu bukan hanya
bermakna bagi pendidik, tetapi juga bermakna bagi institusi tempat pendidik bertugas
untuk meningkatkan kinerjanya.
PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMK NEGERI 1 JANAPRIA
Jl. Mt. Gamang-Ganti Desa Saba Kec. Janapria Kab. Lombok Tengah NTB 83554
Jam
No Nama Mata Pelajaran Nama Supervisor Waktu Supervisi Kelas
Ke
1. Ada empat kegiatan dalam proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan. Keempat
kegiatan itu adalah perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran,
penilaian hasil belajar, dan pengawasan proses pembelajaran.
2. Perencanaan proses pembelajaran dirancang bersama-sama oleh pendidik, kepala satuan
pendidikan, dan pemangku kepentingan lannya pada satuan pendidikan. Pelaksanaan
proses pembelajaran dan penilaian hasil pembelajaran dilakukan oleh pendidik sesuai
dengan bidang tugasnya.
3. Pengawasan proses pembelajaran dilakukan oleh kepala satuan pendidikan dan pengawas
sekolah. Hal itu sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing.
4. Kegiatan kepengawasan yang dilakukan meliputi pemanataun, supervisi, evaluasi,
pelaporan, dan tindak lanjut. Pemantauan, supervisi, dan evaluasi dilakukan terhadap
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran. Pelaporan disusun dengan
substansai hasil pemantauan, hasil supervisi, dan hasil evaluasi. Tindak lanjut diberikan
dalam bentuk penguatan, penghargaan, teguran, dan saran mengikuti pelatihan.
5. Pengawasan proses pembelajaran perlu program. Khusus untuk pengawas sekolah ada
dua bentuk program yakni program tahunan dan program semesteran. Program tahunan
disusun untuk tingkat kabupaten/ kota. Program semesteran disusun untuk sekolah
binaan masing-masing pengawas sekolah.
6. Penyusunan program tahunan didasarkan kepada hasil pengawasan tahun sebelumnya
dan kebijakan pendidikan yang berlaku. Program semesteran disusun berdasarkan
program tahunan, visi dan misis sekolah, dan hasil analisis kepengawasan sekolah binaan
tahun sebelumnya.
DAFTAR BACAAN
Departemen Pendidikan Nasional, 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Direktoran Jenderal
Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan