PENDAHULUAN
1.
A.
Pada abad ini hampir di segala sektor kehidupan terjadi perubahan yang sangat cepat, bahkan
hampir tak terduga. Supaya semua perubahan tersebut segera dapat diketahui seseorang harus
memperoleh informasi dari sumber manapun. Kemampuan yang harus dimiliki untuk melakukan
itu semua adalah kemampuan membaca. Kemampuan membaca tersebut bukan sekadar dapat
membaca, melainkan membaca secara cepat, apalagi sumber informasi digital dan elektronis yang
sekarang ini semakin pesat.
Menurut Baldridge (1979), setiap calon cendekiawan abad modern ini dituntut untuk membaca
850.000 kata/menit. Jika seseorang hanya mampu membaca 250 kata/menit, dalam seminggu ia
harus membaca kira-kira 56 jam, artinya 8 jam/hari. Sungguh dramatis, bukankah hidup ini tidak
hanya diabdikan untuk membaca? Masih banyak tugas lain yang lebih penting daripada itu. Agar
seseorang dapat memanfaatkan waktu dengan efisien, sekali lagi seseorang perlu memiliki
keterampilan membaca cepat. Kemampuan membaca cepat ini dapat digunakan untuk berbagai
keperluan sesuai dengan tujuan dan manfaat yang ditetapkan.
Kenyataan menunjukkan bahwa semakin berkembang karier seseorang tuntutan untuk membaca
juga semakin besar, padahal waktu yang tersedia semakin terbatas. Semua harus berpacu dengan
informasi dan gagasan yang setiap hari membanjiri meja kerjanya. Informasi yang membanjir
akan memperbudaknya apabila ia tidak terampil membaca cepat. Sementara itu, masih terdengar
keluhan bahwa kemampuan membaca buku-buku para mahasiswa Indonesia terlalu lemah.
Mereka terlalu lama menyelesaikan pembacaan buku-buku, bahkan buku-buku yang tipis
sekalipun. Hal itu terjadi bukan hanya karena kesalahan mereka. Sewaktu bersekolah di Taman
Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar mereka memang diajari membaca, mengenali kata, mengejanya,
dan seterusnya. Ketika duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama mereka tidak lagi diajari cara
membaca yang benar. Salah satunya adalah cara membaca cepat yang benar.
Tampaknya terdapat berbagai sebab mengapa kemampuan membaca para siswa kita rendah
.Faktor yang dimaksud dapat berasal dari dalam maupun dari luar siswa. Faktor dari dalam berarti
faktor dari siswa. Mereka mempunyai kebiasaan menunda atau interupsi, mengulangi pembacaan,
vokalisasi dan subvokalisasi. Sedangkan faktor dari luar misalnya dari guru. Guru kurang tepat
dalam memilih dan menggunakan media pembelajaran. Secara tidak langsung hal tersebut akan
semakin membuat kemampuan membaca para siswa semakin rendah dan ini berarti semakin
memperbesar ketidak berhasilan pembelajaran membaca cepat.
Dalam penelitian tindakan kels ini peneliti menginformasikan salah satu mediapembelajaran yang
dapat meningkatkan kemampuan membaca cepat. Media yang dimaksud adalah media teks
berjalan. Dengan media tersebut diharapkan kebiasaan-kebiasaan buruk dalam membaca cepat
seperti yang sudah disebutkan di atas dapat dihindari.
1.
B.
Identifikasi Masalah
Dalam penelitian ini masalah yang timbul dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
1.
C.
Perumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagaai
berikut.
1.
2.
3.
Media pembelajaran apa yang dapat meningkatkan kemampuan membaca cepat para
siswa?
4.
D.
Tujuan Penelitian
Tujuan umum penggunaan media ini adalah meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia sehingga berdampak pada peningkatan kompetensi siswa. Tujuan khususnya
adalah mengetahui efektivitas media dalam pembelajaran, khususnya pembelajaran membaca
cepat yang merupakan salah satu Kompetensi Dasar yang ada dalam Kurikulum KTSP.
E.
Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan berbagai manfaat bagi para siswa dan guru,
terutama guru Bahasa dan Sastra Indonesia. Siswa menjadi lebih tertarik dalam mengikuti
pembelajaraan membaca cepat.
2. Dapat membangkitkan gairah dan semangat belajar siswa sehingga pembelajaran membaca
cepat lebih menunjukkan keberhasilannnya. Kebiasaan menunda dan interupsi, serta regresi pun
akan dapat dikurangi bahkan dihindari.
3. Bagi guru, kegiatan memilih atau merancang media pembelajaran yang tepat dan inovatif akan
lebih meningkatkan kreativitas mereka.
4. Guru akan lebih tertantang untuk bisa berkreasi dan berinovasi sendiri dalam membuat mediamedia pembelajaran alternatif-inovatif.
5. Bagi lembaga pendidikan penelitian ini akan bisa memberikan satu kontribusi yang cukup
berarti apabila disosialisasikan dan dikembangkan di kalangan guru. Bentuk sosialisasi tersebut
misalnya pelatihan-pelatihan media pembelajaran, simposium-simposium guru, workshop
multimedia, dan sebagainya.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
1.
A.
Landasan Teori
1.
1.
Pengertian Media
Secara harfiah kata media yang dalam bahasa latin disebut mediumb berarti perantara atau
pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima. Banyak
para pakar yang memberi batasan tentang media. Assosiation of Education and Communication
Technology (AECT) membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang
untuk menyampaiakan pesan dan informasi. Selain itu Gagne (1970) menyatakan, bahwa media
adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswayang dapat merangsang kegiatan belajar.
6
Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa media pendidikan adalah alat atau bahan
yang digunakan dalam proses pengajaran atau pembelajaran (2002:726). Ruseffendi (1982)
menyatakan bahwa media pendidikan adalah perangkat lunak (soft ware) dan atau perangkat
keras (hard ware) yang berfungsi sebagai alat belajar dan alat bantu belajar. Sementara itu
Brown, dkk (dalam Pengembangan Bahan dan Media Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia:
Bahan PTBK Guru Mapel Bahasa dan Sastra Indonesia.Jakarta: Direktorat Pendidikan Lanjutan
Pertama Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas, hal. 18) membuat
klasifikasi media pembelajaran yang sangat lengkap yang mencakup sarana belajar (equipment for
learning) , sarana pendidikan untuk belajar (educational media for learning), dan fasilitas belajar
(facilities forlearning). Sarana belajar mencakup tape recorder, radio, OHP, video player, televisi,
laboratorium elektronik, telepon, kamera, dan lain-lain. Sarana pendidikan untuk belajar
mencakup buku teks, buku penunjang, ensiklopedi, majalah, surat kabar, kliping, program TV,
program radio, gambar dan lukisan, peta, globe, poster, kartun, boneka, papan planel, papan tulis,
dan lain-lain. Fasilitas belajar mencakup gedung, kelas, ruang diskusi, laboratorium, studio,
perpustakaan, tempat bermain, dan lain-lain.
Dari berbagai sumber dan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah
segala sesuatu yang dapat berfungsi sebagai alat bantu belajar siswa sehingga siswa dapat lebih
mudah untuk mempelajari materi pelajaran. Dengan kata lain, ketepatan guru dalam memilih dan
menggunakan media pembelajaran akan menentukan keberhasilan pembelajaran. Hal tersebut
terjadi karena siswa akan lebih terbantu dalam mempelajari dan memahami materi pelajaran.
1.
2.
Menurut Briggs (1986:23) mengemukakan bahwa media pembelajaran ada 13 bagian yaitu : a)
objek, b) model, c) suara,
pembelajaran terprogram, i) papan tulis, j) media transparan, k) film rangkai, l) film bingkai, m)
film televisi dan gambar. Sedangkan Amir Hamzah Sulaiman (Nyoman S. Degeng 1993:5)
menggolongkan media sebagai berikut.
1.
2.
Alat-alat visual yaitu alat-alat yang dapat memperlihatkan bentuk atau rupa yang kita
kenal sebagai alat peraga. Alat-alat visual dibedakan menjadi : 1) alat-alat visual dua
dimensi yang dibagi-bagi menjadi alat-alat visual dua dimensi pada bidang yang tidak
transparan dan alat-alat visual dua dimensi pada bidang transparan dan 2) Alat-alat
visual tiga dimensi.
dikemukakan oleh para ahli, secara umum mereka berpendapat media pendidikan dapat
diklasifikasikan menjadi 3 yaitu : visual, audio dan audio visual.
Berdasarkan uraian tentang klasifikasi media pembelajaran di atas, maka media Baba termasuk
media cetak. Media cetak biasanya diartikan sebagai bahan yang diproduksi melalui percetakan
professional atau pun produksi sendiri. Penggunaan media cetak ada beberapa keuntungan dan
kelemahannya. Keuntungan media cetak adalah : a) media cetak relative murah; b)
penggunaannya mudah; c) lebih luwes dalam pengertian mudah digunakan, dibawa atau
dipindahkan. Kelemahannya dari media cetak adalah : a) jika tidak dirancang denan baik
membosankan; dan b) kurang memberikan suasana yang hidup.
1.
3.
Menurut Derek Rowtree (Imam Supardi 1987:11) fungsi media pembelajaran sebagai berikut.
1.
2.
3.
Membantu siswa untuk mengulang atau mempelajari kembali pelajaran yang telah
diterima.
4.
Dapat memberikan umpan balik dengan segera baik siswa maupun guru.
Sedangkan menurut Nyoman S. Degeng (1993:24) secara garis besar fungsi media pembelajaran
sebagai berikut:
1.
2.
Membangkitkan minat/motivasi.
3.
4.
5.
6.
Berdasarkan fungsi-fungsi di atas selanjutnya dapat dikemukakan bahwa fungsi media pendidikan
adalah : a) mengurangi verbalisme,
dapat memberikan umpan bai\lik dengan segera baik siswa maupun guru dan
d)
4.
Media pembelajaran merupakan salah satu sarana untuk lebih mengefektifkan dalam proses
belajar mengajar di sekolah, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media,
yang perlu diperhatikan antara lain : tujuan, ketepatgunaan, keadaan siswa, ketersediaan, mutu
teknis dan biaya yang tersedia dapat dijabarkan sebagai berikut.
1.
2.
Ketepatgunaan : jika materi yang kita pelajari sesuai dengan tujuan yang telah
dirumuskan, maka guru harus memilih media yang sesuai.
3.
Keadaan : harus sesuai keadaan, kemampuan siswa dan besar kecilnya kelas.
4.
Ketersediaan : ada atau tidaknya media yang diperlukan apabila mungkin guru
membuat sendiri.
5.
Mutu teknis : harus betul-betul sesuai dan cocok untuk dugunakan sebagai alat Bantu
di sekolah.
6.
Sedangkan menurut Dick Caray (Arief S. Sadiman 1986:36) hal-hal yang menjadi kriteria dalam
pemilihan media pendidikan adalah sebagai berikut.
1.
2.
3.
4.
5.
Berdasarkan pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa kriteria pemilihan media pembelajaran
perlu memperhatikan antara lain : tujuan, keadaan, ketersediaan sumber setempat, mutu teknis
dan dana.
1.
5.
dengan tujuan kita, yang ada relevansinya dengan kita, tanpa membuang-buang waktu untuk
menekuni bagian-bagian lain yang tidak kita perlukan. Karena kebiasaan yang salah yang kita
bawa dari kecil ketika kita belajar membaca, cara membaca kita menjadi lambat. Keadaan
tersebut dipacu oleh beberapa kebiasaan yang salah, di antaranya vokalisasi ,gerakan bibir,
gerakan kepala, menunjuk dengan jari, regresi dan subvokalisasi.
Vokalisasi atau membaca dengan bersuara, menggerakkan bibir, menunjuk kata demi kata dengan
jari, dan menggerakkan kepala dari kiri ke kanan, seperti dilakukan semasa kanak-kanak,
merupakan kebiasaan yang menghambat kecepatan membaca. Dengan menggerakkan bibir
ataupun bersuara (mengucapkan kata demi kata) kecepatan membaca menjadi amat berkurang,
yaitu hanya seperempatnya jika kita membaca secara diam. Kecepatan menjadi berkurang karena
orang lebih memperhatikan pengucapannya daripada menangkap ide yang terkandung dalam
sebuah tulisan. Orang pun lebih cepat lelah karena kegiatan lebih tertumpu pada aktivitas otot.
Hal senada diperkuat oleh Colin Rose dalam bukunya yang berjudul Accelerated Learning. Femmy
Syahrani, (dalam K.U.A.S.A.I Lebih Cepat, Buku Pintar Accelerated Learning) penerjemah buku
Rose tersebut menjelaskan bahwa kemampuan membaca cepat dapat dimiliki apabila seseorang
membaca berdasarkan cara visual murni (1999: 68). Membaca berdasarkan cara visual murni
dapat disamakan maknanya dengan membaca tanpa bersuara (vokalisasi atau subvokalisasi).
Dijelaskan oleh Rose bahwa mata menerima informasi jauh lebih cepat daripada telinga. Oleh
karena itu, kita tidak boleh mendengar perkataan dalam benak kita ketika kita sedang membaca.
Apabila hal tersebut tetap kita lakukan berarti kita benar-benaar telah melambatkan pembacaan
kita. Kita hanya dapat mendengar perkataan sekitar 250 kata per menit, tetapi kita dapat melihat
kata dengan kecepatan 2.000 kata per menit atau lebih. Hal sama dijelaskan juga oleh Hernowo
(editor) dalam Quantum Reading: Cara Cepat nan Bermanfaat untuk Merangsang Munculnya
Potensi Membaca (2005: 142). Hal yang sama juga terjadi pula ketika seseorang menggerakkan
kepala dan menunjuk teks bacaan dengan tangan. Hal ini disebabkan gerakan mata serta proses
di otak jauh lebih cepat daripada gerakan kepala dan tangan itu. Lebih lanjut Soedarso
menjelaskan bahwa kebiasaan-kebiasaan yang melibatkan fisik itu dapat diatasi bahkan
dihilangkan asalkan pada diri siswa kita latihkan cara-cara penanggulangannya. Waktu yang kita
gunakan untuk menghilangkan kebiasaan-kebiasaan negatif tersebut sekitar dua minggu.
Hambatan lain yang sulit diatasi adalah regresi atau mengulangi pembacaan beberapa kata ke
belakang. Ditegaskan lagi oleh Rose (dalam K.U.A.S.A.I Lebih Cepat Pembelajaran Accelerated
Learning, karya terjemahan Femy Syahrani) bahwa dengan membaca ulang seperti itu berarti
kecepatan membaca seseorang akan terpotong sepertiganya (1999: 68). Hal sama dijelaskan oleh
Hernowo (editor) dalam Quantum Reading: Cara Cepat nan Bermanfaat untuk Merangsang
Munculnya Potensi Membaca (2005: 143).Kebiasaan regresi ini disebabkan melamun atau kurang
berkonsentrasi sewaktu membaca. Dengan kata lain, secara mental siswa mengerjakan hal lain di
tempat lain sementara ia sedang membaca di sini. Kebiasaan beregresi akan dapat dihilangkan
dengan memanfaatkan media teks berjalan. Huruf-huruf yang cepat menghilang membuat siswa
bergegas menyelesaikan pembacaan sehingga mereka tidak berkesempatan melakukan regresi
(mengulang).
Dari paparan di atas dapat kita ambil simpulan tentang manfaat menggunakan media
pembelajaran teks berjalan. Dengan media teks berjalansecara langsug atau tidak langsung
beberapa kebiasaan salah tersebut akan dapat dihilangkan atau paling tidak dikurangi. Dengan
demikian diharapkan akan terjadi peningkatan kemampuan membaca sekaligus peningkatan
keberhasilan pembelajaran membaca cepat.
1.
B.
Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini adalah penggunaan media teks berjalan
dalam pembelajaran membaca cepat dapat meningkatkan hasil belajar siswa
Oleh:
Haris Maiza Putra
C52212099
C52212106
Dwi Apriliawati
C52212115
Ifa Al Mufida
C72212137
C92212145
Nisfatul Chabibah
C92212149
Dosen Pembimbing:
Siti Rumilah, M.Pd.
JURUSAN MUAMALAH
FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2012
KATA PENGANTAR
. i
Daftar
isi
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
.
Belakang
1
1.2 Rumusan
.
1.3 Tujuan
..
Masalah
2
Pembelajaran
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Bahasa
3
2.2 Macam
macam
. 4
Bahasa
2.3 Bahasa
Negara
8
2.4 Tujuan
Mempelajari
. 9
Bahasa
2.5 Ragam
. 10
Bahasa
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa merupakan komponen terpenting dalam kehidupan
manusia. Manusia tidak akan bisa melanjutkan
kelangsungan hidup mereka dengan baik dan teratur tanpa
adanya bahasa. Mereka tidak bisa berinteraksi dengan
mudah dan baik jika mereka tidak menguasai bahasa
antara satu sama lain dan dengan tidak adanya
kesinambungan tersebut mereka juga tidak dapat
menangkap ekspresi kejiwaan maupun keinginan yang
diutarakan oleh lawan komunikasinya. Hal ini juga yang
menyebabkan adanya sekat dan kurang terkaitnya
emosional satu sama lain.
Bisa dikatakan bahwa bahasa sebagai salah satu
kebutuhan primer yang mempunyai peran sebagai
pengatur sirkulasi kelanjutan hidup. Bahkan, bahasa juga
dapat dikategorikan sebagai senjata yang paling ampuh
untuk membentengi diri dan negeri dari ancaman-ancaman
perpecahan.
Di era globalisasi saat ini penggunaan bahasa sebagai
media komunikasi sangatlah terpengaruh oleh laju
perkembangan teknologi dan informasi. Terdapat dua
pengaruh pada bahasa setelah terkontaminasi dengan
adanya laju teknologi dan informasi yang sangat cepat
yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif. Adapun
pengaruh positif yang dapat diperoleh adalah dimana
media teknologi informasi sangat memperlancar hubungan
komunikasi antar sesama. Mereka dapat menyampaikan
segala komunikasi jarak jauh maupun jarak dekat dengan
3.
4.
5.
BAB II
PEMBAHASAN
bahasa dan logat yang berciri khas dan berbeda dari pada
yang lain.
Pengklasifikasian menurut daerah, pengguna
bahasa ini terbagi menjadi 7 kelas yaitu : macam bahasa
yang digunakan di daerah Sumatra, macam bahasa yang
dipergunakan di derah Maluku, macam bahasa yang
dipergunakan di daerah Sulawesi, macam bahasa yang
digunakan di daerah Kalimantan, bahasa yang digunakan
di daerah Jawa, macam bahasa yang digunakan di daerah
Bali dan macam bahasa yang dipergunakan oleh
masyarakat Indonesia yang berada di daerah Nusa
Tenggara baik barat maupun timur.
2.2.1
Simulu
Sikule
Rejang Lebong
Orang Laut
Minangkabau
Melayu
Lom
Kubu
Gayo
Batak
Aceh
12. Simulur
13. Riau
14. Pak-Pak
15. Nias
16. Mentawai
17. Mandailing
18. Lampung
19. Karo
20. Enggano
21. Angkola
22. Alas
Timor
Tetun
Anibar
Solor
a.
Rote
b.
Roma
c.
Pantar
d.
Leti
e.
Lain
f.
Kroe
g.
Kaisar
h.
Kai
i.
Kadang
j.
Helo
k.
Goram
l.
Geloli
m.
Buru
n.
Belu
o.
Banda
p.
Aru
q.
Ambelan
r.
Alor
Taliabo
Sula
Bacan
2.2.3
Toraja
Napu
Pilpikoro
Klemautan
Kayan
2.2.5
3. Kenya
4. Iban
Sunda
Madura
3. Jawa
2.2.6
Macam bahasa yang digunakan didaerah Nusa
Tenggara
Sebagaimana yang ada di daerah Maluku, nusa
tenggara juga mempunyai pembagian yang lebih spesifik.
Nusa tenggara seperti yang telah diketahui bahwa daerah
ini terbagi menjadi dua yaitu Nusa Tenggara Barat dan
Nusa Tenggara Timur.
Adapun macam-macam bahasa yang sebagai
media komunikasi oleh kebanyakan orang yang hidup dan
melakukan interaksi didaerah Nusa Tenggara Barat adalah
sebagai berikut :
1.
2.
Sumba
Sasak
Sasak
Timor
2.2.7
3. Sumbawa
1)
Ragam lisan
2)
Ragam tulisan
1.
1)
Ragam dialek
2)
Ragam idealek
3)
Ragam Sosialek
1.
1)
2)
Ragam resmi
3)
4)
1)
Ragam hukum
2)
Ragam bisnis
3)
Ragam sastra
4)
Ragam kedokteran
5)
1.
1.
Ragam bahasa berdasarkan cara
berkomunikasi
Ragam lisan dipengaruhi oleh tinggi-rendah, panjangpendeknya suara. Sedangkan ragam tulis dilengkapi
dengan tanda baca, huruf capital, huruf kecil atau huruf
tegak dan huruf miring.(Lomudin Finoza, 1993:4)
1. Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan cara
pandang penutur
Berdasarkan cara pandang penutur, ragam
bahasa Indonesia terdiri dari ragam dialek, ragam
terpelajar, ragam resmi dan ragam tak resmi.
Contoh Ragam Dialek adalah Gue udah baca itu buku.
Contoh Ragam Terpelajar adalah Saya sudah membaca
buku itu.
Contoh Ragam Resmi adalah Saya sudah membaca
buku itu.
Contoh Ragam Tak Resmi adalah Saya sudah baca buku
itu.
1.
Posted in Uncategorized
Write comment
BAB I
PENDAHULUAN
1.
A.
Latar Belakang
Bahasa indonesia adalah bahasa persatuan yang banyak digunakan oleh sebagian besar masyarakat di
indonesia, baik itu di desa maupun di perkotaan. Dalam berbahasa indonesia terkadang kita tidak menyadari
kesalaha kalimat dan kata yang kita gunakan, apalagi dalam penulisannya banyak kita melihat kesalahankesalahan penulisan baik itu dari segi ejaan dan tanda baca pada khususnya.
1.
B.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas kita akan membahas mengenai tata cara penulisan ejaan dan tanda baca yang baik
dan benar, sesuai dengan EYD,disamping itu juga kita dapat :
1.
2.
3.
Dapat membuat contoh ejaan dan tanda bacaa dalam bahasa Indonesia
Yang kesemua rumusan masalah diatas akan kita bahas secara singkat,padat,dan jelas ( secara rangkum )
BAB II
PEMBAHASAN
Pemahaman ejaan merupakan suatu aspek penting dalam mendukung penggunaan bahasa Indonesia yang
benar. Ejaan yang dimuat dalam pembahsan ini telah disesuaikan dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia Yang Disempurnakan.
Ejaan adalah keseluruhan peraturan melambangkan bunyi ujaran, pemisahan dan penggabungan kata,
penulisan kata, huruf, dan tanda baca. Perkembangan ejaan di Indonesia diawali dengan ejaan Van Ophuijsen.
Ejaan Van Ophuijesen ditetapkan sebagai ejaan bahasa Melayu pada 1901.
Ejaan dan tanda baca ini sangat perlu diperhatikan terutama sekali pada kegiatan menulis. Berkaitan dengan
pemakaian ejaan, yang perlu dicermati adalah penulisan huruf dalam kata atau kalimat, sedangkan yang terkait
dengan tanda baca adalah penggunaan enam belas tanda baca dalam bahasa indonesia.
1.
1.
Penulisana huruf kapital yang kita jumpai dalam tulisan-tulisan resmi kadang-kadang menyimpang dari kaidahkaidah yang berlaku. Kaidah huruf kapital itu adalah sebagai berikut.
1.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kalimat yang berupa petikan langsung.
Contoh :
Menteri Perekonomian mengatakan, perekonomian dunia kini belum sepenuhnya lepas dari cengkraman
resesi dunia.
1.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan hal-hal
keagamaan, kitab suci, dan nama Tuhan, termasuk kata ganti-Nya. Huruf pertama pada kata ganati kku, mu,
dan nya, sebagai kata ganti Tuhan, harus dituliskan dengan huruf kapital yang dirangkai oleh tanda hubung (
) dengan kata sebelumnya.
Dalam al-Quran terdapat ayat-ayat yang menganjurkan manusia supaya berakhlak terpuji
Dalam Al-Quran terdapat ayat-ayat yang menganjurkan agar manusia berakhlak terpuji.
1.
Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama gelar ( kehormatan, keturunan, agama ), jabatan
dan pangkat yang diikuti nama orang.
Rektor Universitas Ibnu Chaldum pada saat ini adalah profesor H.A. Amura
Contoh Baku
-
Rektor Universitas Ibnu Chaldum pada saat ini adalah Profesor H.A. Amura
1.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang
atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi,atau nama tempat.
Contoh : Profesor Supomo, Sekretaris Jenderal Pendidikan Nasional, Gubernur Irian Jaya
1.
Di Indonesia terdapat Suku Jawa, Suku Sunda, Suku Bugis , dan sebagainya.
Bentuk Baku
-
Di Indonesia terdapat suku Jawa, suku Sunda, suku Bugis , dan sebagainya.
1.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama,tahun, bulan, hari raya, dan peristiwa sejarah.
Biasanya, umat Islam seluruh dunia merasa sangat bahagia pada Hari Lebaran.
Bentuk Baku
-
Biasanya, umat Islam seluruh dunia merasa sangat bahagia pada hari Lebaran.
1.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama resmi badan, lembaga pemerintha dna
ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi.
Program Orang Tua Asuh dikempanyekan oleh Departemen pendidikan dan kebudayaan Republik
Indonesia.
-
Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia dipilih oleh majlis permusyawaratan rakyat.
Pasal 36, Undang-undang dasarr 1945 menyatakan bahwwa bahasa negara adalah bahasa Indonesia.
Bentuk Baku
-
Program Orang Tua Asuh dikempanyekan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia.
-
Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia dipilih oleh Majlis Permusyawaratan Rakyat.
Pasal 36, Undang-Undang dasarr 1945 menyatakan bahwwa bahasa negara adalah bahasa Indonesia.
1.
Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata di dalam buku, majalah, surat
kabar, dan judul karangan, kecuali partikel, seperti di, ke dari, untuk , dan yang, yang tidak terletak pada
posisi awal.
Buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan diterbitkan oleh Balai Pustaka.
Buku Pelajaran Ekonomi Untuk Sekolah Lanjutan Atas akan diterbitkan pagi.
Bentuk Baku
-
Buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan diterbitkan oleh Balai Pustaka.
Buku Pelajaran Ekonomi untuk Sekolah Lanjutan Atas akan diterbitkan pagi.
1.
Huruf besar atau kapital dipakai dalam sigkatan nama gelar dan sapaan, kecuali gelar dokter
Penyakit ayah saya sudah dua kali diperiksa oleh Dr. Maspoer.
Bentuk Baku
-
Penyakit ayah saya sudah dua kali diperiksa oleh dr. Maspoer.
1.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu,
saudaram, anda, kakak, adik, dan paman yang dipakai sebagai kata ganti atau sapaaan.
Bentuk Baku
-
1.
2.
1.
Huruf Miring
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata ,
atau kelompok kata.
Misalnya:
1.
Huruf miring dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapam asing kecuali yang telah
disesuaikan ejaannya.
Misalnya:
-
1.
3.
Kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung ( ). Pemakaian angka dua untuk
menyatakan bentuk perulangan , hendaknya dibatasi pada tulisan cepat atau pencatatan saja. Pada tulisantulisan resmi kata ulang ditulis secara lengkap.
Kata ulang bukan hanya berupa pengulangan kata dasar dan pengulangan sebagian kata turunan , tetapi pula
berupa pengulangan kata yag sekaligus mendapat awalan dan akhiran. Kemudian yang lain, salah satu
bagiannya adalah bentuk yang dianggap dari dasar yang sama dengan ubahan bunya atau bagian itu sudah
agak jauh dari bentuk dasar (bentuk asla). Berikut akan di paparkan bersama contohnya
1.
Gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata dituliskan serangkai.
Contoh : -
1.
4.
Penulisan kata ganti ku dan kau yang ada pertaliannya dengan aku dan engkau ditulis serangkai dengan kata
yang mengikutinya. Kata ganti ku, mu , dan nya yang ada pertaliannya dengan aku, kamu, dia ditulis serangkai
dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh :
Bentuk Tidak Baku
-
Bentuk Baku
-
1.
5.
1.
: 0,,1,2,3,4,5,6,7,8,9
Angka romawi
: I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, XL (50), C(100), D(500), M(1.000), V (5.000)
1.
Angka digunakan untuk menyatakan ukuran panjang, berat, luas, isi, satuan waktu, nilai uang, dan
kuantitias.
Contoh : 0,5 sentimeter, 5 kilogram, 4 meter persegi, Rp 500, 27 orang, 1 jam, 20 menit, pukul 15.00, tahun
2000.
1.
Angka lazim digunakan untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar, pada
alamat.
Contoh :
Jalan Ir. H . Juanda No.56
Kamar 234, Sahida inn
1.
Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci
Contoh :
Bab X, pasal 5, halaman 2334, surah yasin: 9
1.
Contoh:
1.
Bilangan utuh
contoh :
dua belas
12
22
222
1.
Bilangan pecahan
Contoh :
Setengah
Tiga perempat
Seperenam belas
1.
1/16
Penulisan lamabng bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara , sebagai berikut
Contoh:
Pada awal abad XX, dalam kehidupan pada abad ke-20 ini., lihat Bab II, Pasal 5,.
1.
Contoh :
Tahun 50-an
Uang 5000-an
1.
Lambang bilangan yang dinyatkan dengan dua atau satu kata ditulis dengan huruf, kecuali jika bebrapa
lambang bilangan dipakai secara berurutan,seperti dalam perincian dan pemaparan.
Contoh :
-
Kendaraa yang ditempuh untuk pengangkutan umum terdiri atas 50 bus, 100 helicap,100 bemao.
1.
6.
1.
1.
Tanda Titik ( . )
Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan
Contoh :
-
1.
Tanda titik dipakai dibelakang angka atau hurup dalam suatu bagan, ikhtisr,atau daftar.
Contoh:
-
Tanda titik dipakai untuk memisahakan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
Contoh:
Pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)
1.
Tanda titik dipakai diantara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan
seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Contoh:
-
1.
Contoh:
-
1.
Tanda titik tidak dipakai dibelakang alamat pengirim dan tanggal surat, nama dan alamat penerima
surat.
Contoh :
-
1.
B.
1.
Tanda Koma ( , )
Digunakan diantara unsur-unsur dalam perincian atau pembilangan
Contoh :
-
1.
Tanda koma dipakai memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara brikutnya yang didahului
oleh kata seperti tetapi atau melainkan
Contoh :
-
1.
Tanda koma dipakai untuk memisahakn anak kalimat dari induk kalimat.
Contoh
-
1.
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahakn anak kalimat dari induk kalimat. Jika anak kalimat itu
mendahului induk kalimatnya.
Contoh
-
1.
Contoh :
-
1.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan.
O, begitu ?
1.
Tanda koma dipakai untuk memisahakan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Contoh :
-
1.
Tanda koma dipakai diantara nama dan alamat,bagian-bagian alamat,tempat dan tanggal , nama
tempat dan wilayah yang ditulis berurutan.
Contoh :
-
Surat-sutat ini harap dialamtakan kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Raya
Salemba 6, Jakarta.
1.
Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunanya dalam daftar pustaka.
Contoh :
-
Alisjahbana. Sultan Takdir, 1949.Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 1 dan 2. Djakarta: PT Pustaka
Rakyat
1.
Contoh :
hlm.4.
1.
Tanda koma dipakai diantara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk
membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Contoh :
-
B. Ratulangi, S.E
Ny. Khadijah, MA
1.
Tanda koma dipakai di muka angka persepuluh atau diantara rupiah dan sen yang dinytakan dengan
angka.
Contoh :
-
12,5 m
Rp 21,45
1.
C.
1.
Tanda titik koma dapat di pakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan
setara.
Misalnnya :
Malam makin larut;pekerjaan belum selesai juga.
1.
Tanda titik koma dapat di pakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang
setara di dalam kalimat majmuk.
Misalnya;
Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; ibu sibuk bekerja di dapur; adik menghapal nama pahlawan-pahlawan
nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran pilihan pendengar
1.
D.
1.a. Tanda titik dua dapat di pakai akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti pernyataan atau pemerian.
Misalnya:
Kita sekarang membutuhkan perabotan rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan itu: hidup atau mati.
1.b. Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau perian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri
pernyataan.
Misalnya;
Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memrlukan pemerian.
Misalnya:
1.
Ketua
: Maspur Hamzan
Sekertaris
: Syarifah
Bendahara
: Rohani
1.
Tempat Sidang
: Ruang 104
Pengantar Acara
: Bambang S.
Hari
: kamis
Waktu
: 09.30
1.
Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukan pelaku dalam
percakapan.
Misalnya:
Ibu
Amie
Ibu
1.
Tanda titik dua dipakai (i) diantar jilid atau nomer dalam halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab
suci, (iii) di antara judul dan anak judul dalam suatu karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan
dalam karangan.
Misalnya:
Tempo, I (34), 1971:7
Surat yasin: 9
Karangan Ali Hakim, Pendidikan seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.
Tjokronegara, Sutomo, Tjukuplah Saudara Membina Bahasa Persatuan kita? Djakarta: Eresco, 1968.
1.
E.
1.
Tanda Hubung ( )
Tanda hubung menyambung