Anda di halaman 1dari 4

POLARISASI

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan
a. Menyelidiki mengenai salah satu sifat gelombang pendek yaitu polarisasi
b. Mengetahui hubungan antara intensitas gelombang dengan sudut yang dibentuk
2. Tempat dan waktu
Telah dilakukan percobaan pembiasan cahaya di laboratorium Fisika Dasar II di
Universitas Kanjuruhan Malang pada tanggal Mei 2016
B. LANDASAN TEORI
Gelombang mikro merupakan gelombang elektromagnetik yang bersifat transversal.
Gelombang mikro atau dikenal sebagai microwave ialah gelombang elekromagnet yang
mempunyai daerah frekuensi antara 109 sampai 3 x 1011 Hz (300 Ghz) atau derah panjang
gelombang dari 30 cm sampai dengan 1mm. daerah frekuensi antara 1 Ghz sampai 3 Ghz
disebut daerah UHF (Ultra High Frequency). Gelombang mikro banyak digunakan dalam
radar, sistem komunikasi dan juga untuk mempelajari struktur molekul dalam bahan.
Sumber gelombang mikro adalah alat khusus yang bekerja secara elektronik, seperti
klistron, magnetron, dan Travelling Wave tube (TWT). Salah satunya yang dipergunakan
dalam eksperimen ini adalah Gunn oscilator sebagai sumber gelombang elektromagnetik.
Salah satu sifat gelombang mikro adalah polarisasi. Polarisasi hanya dapat terjadi
untuk gelombang transversal dan tidak untuk gelombang longitudinal. Fakta bahwa
cahaya dapat mengalami polarisasi menunjukkan bahwa cahaya merupakan gelombang
transversal. Polarisasi adalah peristiwa tercapainya sebagian arah getar gelombang
sehingga hanya tinggal memiliki satu arah getar saja. Gelombang mikro diramalkan oleh
teori elektromagnet sebagai gelombang transversal, yaitu vektor listrik dan magnet
bergetar adalah tegak lurus kepada arah penjalaran. Arah polarisasi pada gelombang
elektromagnetik yang terpolarisasi bidang diambil sebagai arah vektor medan listrik.
Pada umumnya, gelombang cahaya mempunyai banyak arah getar. Suatu
gelombang yang mempunyai banyak arah getar disebut gelombang tak terpolarisasi,
sedangkan gelombang yang memilki satu arah getar disebut gelombang terpolarisasi.
Gambar.1 di bawah menujukkan penempatan pelat pemolarisasi kedua P2. jika P2
dirotasikan terhadap arah penjalaran, maka ada dua kedudukan yang terpisah sebesar
1800, dengan intensitas gelombang yang ditransmisikan hampir sama dengan nol.
Gambar 1. Gelombang tak terpolarisasi tidak ditransmisikan oleh pelat-pelat pemolarisasi
sisi yang bersilangan

Jika amplitudo dari gelombang terpolarisasi bidang yang jatuh pada P2 adalah
Em maka amplitudo gelombang yang keluar adalah:
Em cos
dengan adalah sudut diantara arah polarisator P1 dan P2, dengan mengingat bahwa
intensitas yang ditransmisikan I berubah dengan menurut Snellius:
I = Im cos2 (3)
Dengan Im adalah nilai maksimum dari intensitas yang ditransmisikan,
nilaiMaksimum tersebut terjadi bila arah polarisator P1 dan P2 adalah sejajar, yaitu bila =
1800.
Cahaya dapat mengalami polarisasi dengan berbagai cara, antara lain karena
peristiwa pemantulan, pembiasan, bias kembar, absorbsi selektif, dan hamburan.
1. Polarisasi karena Pemantulan
Cahaya yang datang ke cermin dengan sudut datang sebesar 57o, maka sinar yang
terpantul akan merupakan cahaya yang terpolarisasi. Cahaya yang berasal dari cermin I
adalah cahaya terpolarisasi akan dipantulkan ke cermin.
Apabila cermin II diputar sehingga arah bidang getar antara cermin I dan cermin II
saling tegak lurus, maka tidak akan ada cahaya yang dipantulkan oleh cermin II. Peristiwa ini
menunjukkan terjadinya peristiwa polarisasi. Cermin I disebut polarisator, sedangkan cermin
II disebut analisator. Polarisator akan menyebabkan sinar yang tak terpolarisasi menjadi sinar
yang terpolarisasi, sedangkan analisator akan menganalisis sinar tersebut merupakan sinar
terpolarisasi atau tidak
2. Polarisasi karena Pemantulan dan Pembiasan
Polarisasi karena pemantulan dan pembiasan dapat terjadi apabila cahaya yang
dipantulkan dengan cahaya yang dibiaskan saling tegak lurus atau membentuk sudut 90o.
Di mana cahaya yang dipantulkan merupakan cahaya yang terpolarisasi sempurna,
sedangkan sinar bias merupakan sinar terpolarisasi sebagian. Sudut datang sinar yang dapat
menimbulkan cahaya yang dipantulkan dengan cahaya yang dibiaskan merupakan sinar yang
terpolarisasi.
Sudut datang seperti ini dinamakan sudut polarisasi (ip) atau sudut Brewster. Pada
saat sinar pantul dan sinar bias saling tegak lurus (membentuk sudut 90o) akan berlaku
ketentuan bahwa : i' + r = 90o atau r = 90o - i
3. Polarisasi karena Bias Kembar (Pembiasan Ganda)
Polarisasi karena bias kembar dapat terjadi apabila cahaya melewati suatu bahan
yang mempunyai indeks bias ganda atau lebih dari satu, misalnya pada kristal kalsit.
Cahaya yang lurus disebut cahaya biasa, yang memenuhi hukum Snellius dan cahaya
ini tidak terpolarisasi. Sedangkan cahaya yang dibelokkan disebut cahaya istimewa karena
tidak memenuhi hukum Snellius dan cahaya ini adalah cahaya yang terpolarisasi.
4. Polarisasi karena Absorbsi
Selektif Polaroid adalah suatu bahan yang dapat menyerap arah bidang getar
gelombang cahaya dan hanya melewatkan salah satu bidang getar. Seberkas sinar yang telah
melewati polaroid hanya akan memiliki satu bidang getar saja sehingga sinar yang telah
melewati polaroid adalah sinar yang terpolarisasi.
Peristiwa polarisasi ini disebut polarisasi karena absorbsi selektif. Polaroid banyak
digunakan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain untuk pelindung pada kacamata dari sinar
matahari (kacamata sun glasses) dan polaroid untuk kamera.
5. Polarisasi karena Hamburan
Polarisasi cahaya karena peristiwa hamburan dapat terjadi pada peristiwa
terhamburnya cahaya matahari oleh partikel-partikel debu di atmosfer yang menyelubungi
Bumi. Cahaya matahari yang terhambur oleh partikel debu dapat terpolarisasi. Itulah
sebabnya pada hari yang cerah langit kelihatan berwarna biru. Hal itu disebabkan oleh warna
cahaya biru dihamburkan paling efektif dibandingkan dengan cahaya-cahaya warna yang
lainnya.
6. Pemutaran Bidang Polarisasi
Seberkas cahaya tak terpolarisasi melewati sebuah polarisator sehingga cahaya yang
diteruskan terpolarisasi. Cahaya terpolarisasi melewati zat optik aktif, misalnya larutan gula
pasir, maka arah polarisasinya dapat berputar.

A. ALAT DAN BAHAN


1. Transmitter Receiver
2. Component Holder
3. Geniometer
4. Narrow Slit Spacer

B. CARA KERJA

1. Menyusun alat-alat seperti pada gambar di bawah dengan posisi penerima seperti semula
(00). Sisi corong yang penjang letaknya horizontal.

1. Melepaskan polarisatornya dari statif. Memutar penerima sehingga sisi panjangnya dari
corongnya tegak lurus.
2. Membaca dan mencatat pembaca pada penerima untuk intensitas maksimum (Im).
3. Mengatur kududukan polisator pada sudut 00.
4. Mengatur lengan alat penerima sampai dideteksi isyarat yang maksimum, tanpa mengubah
kedudukan pemancar maupun reflektor. Kemudian mencatat pembacaan pada penerima untuk
intensitasnya.
5. Melakukan hal yang sama untuk sudut yang lain (00 , 22.50, 450, 67.50, 900 ).
6. Melakukan hal yang sama pula dengan variasi sudut receiver (sudut polarisator, dan sudut
lengan tetap).
7. Melakukan hal yang sama pula dengan variasi sudut lengan (sudut polarisator, dan sudut
receiver tetap).

Anda mungkin juga menyukai