Anda di halaman 1dari 90

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas
rahmat dan karuniaNya penulisan desain penelitian yang berjudul Pengaruh
Model Pembalajaran Children Learning In Science (CLIS) Terhadap Hasil Belajar
Siswa di Kelas VII SMP Negeri 2 Sungai Kakap dapat diselesaikan.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang membantu


dalam penulisan desai ini, terutama kepada:

1. Dr. Stepanus Sahala S, M.Si selaku dosen Pembimbing I yang telah


memberikan bimbingan dan pengarahan.
2. Drs. Syaiful B Arsyid, M.Pd selaku dosen Pembimbing II yang telah
memberikan arahan dan masukan.
3. Dr. Edy Tandililing, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika
FKIP UNTAN.
4. Dr. Martono, selaku Dekan FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak.
5. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Fisika FKIP UNTAN
yang memberikan bekal pengetahuan untuk bekerja dikemudian hari.
6. Orang tua dan seluruh keluarga yang selalu mendoakan dan memberi
dukungan serta semangat yang tiada hentinya.
7. Rekan-rekan mahasiswa Pendidikan Fisika FKIP UNTAN.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan desain ini masih banyak


terdapat kekurangan yang perlu disempurnakan, untuk itu dengan segala
kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Semoga desain penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Pontianak, Juni 2016

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iv

DAFTAR TABEL ................................................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... vi

I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................. 6

C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 7

D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 7

E. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 7

II. KAJIAN PUSTAKA ................................................................................. 12


A. Hakekat Belajar Fisika ....................................................................... 12

B. Hasil Belajar ....................................................................................... 13

C. Model Pembelajaran Children Learning in Science (CLIS)............... 14

D. Model Pembelajaran Children Learning in Science (CLIS) pada


Materi Kalor ...................................................................................... 16

E. Pembelajaran Konvensional ............................................................... 17

F. Materi Fisika Tentang Kalor .............................................................. 18

III. METODE PENELITIAN .......................................................................... 24


A. Bentuk Penelitian ............................................................................... 24

B. Populasi dan Sampel .......................................................................... 25

C. Prosedur Penelitian ............................................................................. 26

ii
D. Teknik dan Alat Pengumpul Data ...................................................... 27

E. Validitas dan Reliabilitas Tes ............................................................. 27

F. Prosedur Pengolahan Data ................................................................. 31

G. Jadwal Rencana Pelaksanaan Penelitian ............................................ 37

DAFTAR REFERENSI ........................................................................................ 39

iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman

Gambar 2.1 Peristiwa memanasnya ujung besi akibat ujung satunya


dipanaskan dengan api............................................................ 22
Gambar 2.2 Peristiwa Terjadinya angin laut dan angin darat .................... 23
Gambar 2.3 Peristiwa merambatnya panas matahari yang diterima oleh
bumi ..................................................................................... 234
Gambar 3.1 Nonequivalent Control Group Design ................................... 25
Gambar 3.2 Prinsip Ruas Jari ................................................................... 259

iv
DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 1.1 Rata-rata Nilai Ulangan Harian Materi Kalor Tahun Ajaran
2015/2016 ..........................................................................................3
Tabel 2.1 Tahapan-tahapan model pembelajaran CLIS ................................... 15
Tabel 2.2 Kalor Jenis Beberapa Zat ................................................................ 15
Tabel 2.3 Kalor Laten (pada 1 atm) .............................................................. 215
Tabel 3.1 Spesifikasi Tingkat Validasi Instrumen .......................................... 28
Tabel 3.2 Pedoman Memberikan Interprestasi Terhadap Koefisien korelasi . 30
Tabel 3.3 Data Frekuensi Observasi dan Frekuensi Harapan ......................... 33
Tabel 3.4 Jadwal Rencana Pelaksanaan Penelitian .......................................... 38

v
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman

Lampiran A-1 RPP Kelas Eksperimen Pertemuan Pertama ........................... 43


Lampiran A-2 LKS Kelas Eksperimen Pertemuan Pertama ........................... 50
Lampiran A-3 Kunci Jawaban LKS Pertemuan Pertama ................................ 53
Lampiran A-4 RPP Kelas Eksperimen Pertemuan Kedua .............................. 54
Lampiran A-5 LKS Kelas Eksperimen Pertemuan Kedua .............................. 62
Lampiran A-6 Kunci Jawaban LKS Pertemuan Pertama ................................ 50
Lampiran A-7 RPP Kelas Kontrol Pertemuan Pertama .................................. 63
Lampiran A-8 RPP Kelas Kntro Pertemuan Kedua ........................................ 69
Lampiran A-9 Kisi-kisi Soal Pretest ............................................................... 73
Lampiran A-10 Soal Pretest............................................................................. 74
Lampiran A-11 Pedoman Penskoran Soal Pretest ............................................ 76
Lampiran A-12 Kisi-kisi Soal Postest............................................................... 79
Lfampiran A-13 Soal Postest ............................................................................. 80
Lampiran A-14 Pedoman Penskoran Soal Postest ............................................ 82

vi
1

JUDUL PENELITIAN:

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN


SCIENCE (CLIS) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DI KELAS VII
SMP NEGERI 2 SUNGAI KAKAP

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah suatu ilmu pengetahuan
yang memepelajari tentang alam beserta isinya termasuk juga
fenomena-fenomena yang terjadi di alam, dalam mempelajarinya dapat
dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. IPA juga merupakan ilmu
pengetahuan yang terdiri dari sekumpulan konsep, prinsip, hukum, dan
teori yang terbentuk melalui proses penemuan yang sistematis (Panut
dkk, 2007: 3). IPA mempelajari segala sesuatu tentang alam dari
berbagai makhluk hidup hingga benda-benda mati dari yang terdapat di
perut bumi hingga luar angkasa semuanya dipelajari dalam IPA
(Sulaeman, 2007: 3).
Menurut Bundu (2006) sains biasa diterjemahkan dengan Ilmu
Pengetahuan Alam yang berasal dari kata natural science. Natural
artinya alamiah dan berhubungan dengan alam, sedangkan science
artinya ilmu pengetahuan. Jadi sains secara harfiah dapat disebut
sebagai ilmu pengetahuan tentang alam atau yang mempelajari
peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Hakikat IPA mengisyaratkan
bahwa pembelajaran di kelas harus dikemas menjadi proses
mengkontruksi pengetahuan. Dalam pembelajaran IPA seorang guru
dituntut untuk dapat mengajak anak didiknya memanfaatkan alam
sekitar sebagai sumber belajar yang paling otentik dan tidak akan habis
digunakan, sehingga pembelajaran IPA dapat menjadi wahana bagi
siswa untuk mengembangkan dan menumbuhkan motivasi, inovasi,
serta kreativitasnya (Sudana, 2010: 1).
2

IPA terpadu di Sekolah Menengah Pertama (SMP) terdiri dari


tiga cabang, yang salah satunya adalah fisika. Fisika merupakan materi
pelajaran yang membutuhkan kemampuan penalaran, sehingga belajar
dalam fisika lebih dituntut dalam kemampuan ilustrasi yang bersifat
abstrak. Siswa tidak hanya sekedar menghafal rumus dan pengertian
dasar tetapi juga menerapkan rumus dari konsep yang telah dipahami
sebelumnya dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahan yang sering
terdapat di dalam pembelajaran fisika adalah lemahnya proses
pembelajaran yang terjadi di kelas. Pada umumnya proses pembelajaran
yang terjadi di dalam kelas hanya berjalan sebatas produk tanpa ada
proses di dalam pembelajaran. Aktivitas belajar siswa dalam proses
pembelajaran tergolong rendah karena kurang adanya interaksi siswa
dalam kegiatan belajar sendiri. Siswa kurang diperkenalkan dengan
kerja di laboratorium fisika sehingga hal ini mengakibatkan hasil
belajar siswa rendah. Hal ini yang menimbulkan anggapan fisika itu
sulit dan membosankan (Arum, 2012).
Kalor merupakan salah satu konsep fisika yang diajarkan di
SMP kelas VII semester ganjil. Dalam silabus Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) kelas VII semester ganjil kompetensi dasar
pada materi kalor yaitu mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah
wujud zat dan suhu suatu benda serta penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari. Kalor itu sendiri adalah energi yang berpindah dari benda
yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah ketika bersentuhan
(Wulandari, 2011: 90).
Berdasarkan penelitian Abdi Tri Kurnia (2015), menemukan
bahwa perolehan nilai ulangan harian siswa pada materi kalor di SMP
Negeri 9 Pontianak sebesar 65,61 % siswa kelas VII yang memperoleh
nilai di bawah atau kurang dari KKM yaitu 75. Penelitian oleh Ully
(2015), menemukan bahwa perolehan nilai ulangan harian siswa pada
materi kalor kelas VII A di SMP S Kemala Bhayangkari Sungai Raya
rata-rata hanya 71,5 yang artinya perolehan nilai ulangan harian siswa
3

tersebut masih di bawah KKM yaitu 75. Hal ini membuktikan bahwa
rata-rata siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari materi kalor.
Berdasarkan hasil wawancara kepada salah satu guru fisika yang
mengajar kelas VII di SMP Negeri 2 Sungai kakap, didapatkan
informasi bahwa sebagian besar siswa masih kesulitan dalam
mempelajari fisika salah satunya pada materi kalor yang banyak
terdapat rumus-rumus dan hitungan. Dari hasil wawancara tesebut pula
didapatkan informasi bahwa melakukan percobaan, melakukan
pengamatan dalam kehidupan sehari-hari, demonstrasi ataupun belajar
dengan menggunakan media sangat jarang dilakukan khususnya pada
materi kalor. Padahal aplikasi maupun alat dan bahan untuk melakukan
praktikum atau demonstrasi pada materi ini bisa di dapatkan dari
kehidupan sehari-hari. Jadi siswa memperoleh fakta dan konsep fisika
tanpa melalui proses yang bermakna. Siswa mempelajari fisika tanpa
melakukan sesuatu yang menarik terkait fenomena yang tengah mereka
pelajari. Kesulitan siswa dalam mempelajari fisika pada materi kalor
dapat dilihat dari rendahnya hasil belajar yang dibuktikan dengan data
hasil ulangan harian pada materi kalor tahun ajaran 2015/2016.
Tabel 1.1: Rata-rata Nilai Ulangan Harian Materi Kalor Tahun Ajaran
2015/2016

No Kelas RataRata
1 VII A 60,0
2 VII B 57,7
3 VII C 62,1
4 VII D 54,1
5 VII E 64,2
Rata-Rata 59,62

Berdasarkan Tabel 1.1 menunjukkan bahwa rata-rata seluruh kelas tidak


mencapai KKM yang telah ditentukan yaitu 77. Hal ini membuktikan
4

bahwa masih rendahnya hasil belajar siswa pada pelajaran fisika materi
kalor di SMP Negeri 2 Sungai Kakap.
Beradasarkan hasil wawancara kepada beberapa siswa di SMP
Negeri 2 Sungai kakap, didapatkan informasi bahwa pada umumnya
siswa menganggap belajar fisika itu sulit dan membosankan karena
banyak menghapal rumus-rumus dan menghitung.
Berdasarkan permasalahan tersebut alternatif yang digunakan
untuk mengatasi masalah pada materi kalor di kelas VII SMP Negeri 2
Sungai Kakap adalah dengan menggunakan model pembelajaran
Children Learning In Science (CLIS). Menurut Samatowa (dalam
Wardana, Kusmariatni, Suartama, 2013), CLIS adalah suatu model
pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kegiatan praktikum,
eksperimen, menyajikan, menginterpretasi, memprediksi dan
menyimpulkan dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS).
Model CLIS berusaha mengembangkan ide atau gagasan siswa tentang
suatu masalah tertentu serta merekonstruksi ide atau gagasan
berdasarkan hasil pengamatan atau percobaan. Model pembelajaran ini
bertujuan untuk membentuk pengetahuan (konsep) ke dalam memori
siswa agar konsep tersebut bertahan lama (Didik, 2012). Wali
menjelaskan bahwa:
Pada model pembelajaran Children Learning In Science
(CLIS), siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan
berbagai gagasan tentang topik yang dibahas dalam
pembelajaran, mengungkapkan gagasan serta
membandingkan gagasan dengan gagasan siswa
lainnya, mendiskusikannya untuk menyamakan
persepsi, selanjutnya siswa diberi kesempatan
merekontruksi gagasan setelah membandingkan
gagasan tersebut dengan hasil percobaan, observasi atau
hasil mencermati buku teks, di samping itu, siswa juga
mengaplikasikan hasil rekontruksi gagasan dalam
situasi baru (Wali, 2008).

Model pembelajaran CLIS ini mengutamakan aktivitas terpusat


pada siswa, memberi ruang kepada siswa untuk membuktikan fenomena
5

dari materi yang diberikan, memberikan kebebasan siswa untuk


menyatakan gagasannya dalam pembelajaran serta bekerja sama dalam
memecahkan masalah.
Model pembelajaran CLIS ini siswa tidak hanya menerima
materi dari guru tetapi siswa juga dapat menggali ide atau gagasannya
melalui pengamatan langsung ataupun suatu percobaan dan siswa
berperan aktif dalam proses pembelajaran sehingga proses belajar
mengajar menjadi lebih menarik dan menantang serta tidak
membosankan.
Bedasarkan hasil penelitian tentang penggunaan model
pembelajaran model CLIS antara lain:
1. Wardana, Kusmariatni, Suartama (2013) yang meneliti tentang
pengaruh model pembelajaran CLIS terhadap hasil belajar IPA
pada siswa kelas IV di Gugus VI Kecamatan Sawan Kabupaten
Buleleng. Penelitian menyimpulkan bahwa sebagian besar skor
hasil belajar IPA pada siswa yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran konvensional cendrung rendah, sebagian besar skor
hasil belajar IPA pada siswa yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran CLIS cendrung tinggi, terdapat perbedaan hasil
belajar IPA yang signifikan antara siswa yang dibelajarkan dengan
model pembelajaran CLIS dan siswa yang dibelajarkan dengan
model pembelajaran konvensional.
2. Raga (2013) yang meneliti tentang penerapan model pembelajaran
CLIS untuk meremediasi miskonsepsi siswa tentang tekanan udara
di SMP. Penelitian menyimpulkan bahwa bahwa terjadi penurunan
miskonsepsi siswa setelah diberikan remediasi sebesar 45,36 % .
3. Nina (2015) yang meneliti tentang evektifitas model pembelajaran
CLIS terhadap kemampuan berfikir kritis siswa kelas VII SMPN 1
Karang Kancana. Penelitian menyimpulkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan terhadap kemampuan berfikir kritis
siswa antara kelas yang menggunakan model pembelajaran CLIS
6

dan kelas yang menggunakan model pembelajaran Direct


Interuction dan terdapat peningkatan efektifitas model
pembelajaran CLIS terhadap kemampuan berfikir kritis siswa pada
materi gerak.
4. Merta (2013) yang meneliti tentang pengaruh model pembelajaran
CLIS terhadap pemahaman konsep IPA Siswa kelas IV SD Negeri
1 Sangsit Tahun Pelajaran 2012/2013. Penelitian menyimpulkan
bahwa terdapat perbedaan pemahaman konsep IPA yang signifikan
antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model
pembelajaran CLIS dan siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan pengajaran langsung pada siswa kelas IV SD Negeri 1
Sangsit tahun pelajaran 2012/2013. Perbandingan hasil perhitungan
rata-rata pemahaman konsep IPA kelompok ekperimen adalah
19,60 lebih besar dari rata-rata pemahaman konsep IPA kelompok
kontrol sebesar 14,07.
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Sungai Kakap
dikerenakan belum pernah dilakukannya penelitian dengan model
pembelajaran CLIS di sekolah tersebut. Model ini diharapkan dapat
membuat siswa lebih aktif dan tidak merasa bosan dalam proses
pembelajaran serta dapat memperbaiki hasil belajar siswa pada materi
kalor.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah Bagaimana
pengaruh model pembelajaran Children Learning in Science (CLIS)
terhadap hasil belajar siswa pada materi kalor di kelas VII SMP Negeri
2 Sungai Kakap?
Adapun submasalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajarkan
dengan model pembelajaran CLIS dan model pembelajaran
konvensional pada materi kalor?
7

2. Sejauh mana efektivitas model pembelajaran CLIS terhadap


peningkatan hasil belajar siswa pada materi kalor?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model
pembelajaran Children Learning in Science (CLIS) terhadap hasil
belajar siswa pada materi kalor di kelas VII SMP Negeri 2 Sungai
Kakap.
Adapun subtujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara siswa yang
diajarkan dengan model pembelajaran CLIS dan model pembelajarn
konvensional pada materi kalor.
2. Untuk mengetahui sejauh mana efektivitas model pembelajaran
CLIS terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada materi kalor.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Guru
Sebagai masukan berupa informasi mengenai model pembelajaran
CLIS sehingga dapat dijadikan sebagai upaya dalam pembelajaran
di kelas untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Bagi Sekolah
Meningkatkan mutu proses hasil belajar siswa yang bersangkutan,
khususnya pada mata pelajaran fisika.
3. Bagi Peneliti
Dapat menjadi bekal bagi peneliti sebagai calon pendidik untuk
mengembangkan kreativitas dalam pembelajaran.

E. Ruang Lingkup Penelitian


1. Variabel Penelitian
Sugiyono (2011) menyatakan, variabel penelitian pada dasarnya
adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh
8

peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal


tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel-variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Variabel bebas
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat
(Sugiyono, 2011: 39). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
pembelajaran CLIS dan pembelajaran konvensional.
b. Variabel terikat
Varabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi karena adanya
variabel bebas (Sugiyono, 2011: 40). Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada materi kalor.
c. Variabel kontrol
Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat
konstan sehingga pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat
tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti (Sugiyono,
2011: 42). Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah:
1) Guru yang mengajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
yaitu peneliti sendiri.
2) Lama tatap muka dalam pembelajaran pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol disamakan.
3) Materi yang diajarkan pada kelas eksperimen disamakan
dengan kelas kontrol yaitu kalor.
2. Definisi Operasional
Untuk memperjelas ruang lingkup penelitian, maka perlu disajikan
definisi operasional mengenai istilah-istilah yang dipakai dalam
penelitian ini, yaitu :
a. Pengaruh
Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu yang
dapat membentuk atau mengubah sesuatu yang lain (Ernawati dan
Suzana, 2014). Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan
9

pengaruh adalah sesuatu yang ditimbulkan pada hasil belajar siswa


setelah dilaksanakan pembelajaran yang menggunakan model
pembelajaran CLIS.
b. Hasil belajar
Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk
mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah
diajarkan (Purwanto, 2008: 44). Menurut Winkel (dalam Purwanto,
2008: 45), hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan
manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Dalam
penelitian ini yang dimaksud hasil belajar adalah skor yang
diperoleh siswa dalam mengerjakan soal tentang kalor sebelum dan
sesudah diberikan pembelajaran CLIS.
c. Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS)
Didik (2012) menyatakan, model pembelajaran CLIS
adalah kerangka berpikir untuk menciptakan lingkungan yang
memungkinkan terjadinya kegiatan belajar mengajar yang
melibatkan siswa dalam kegiatan pengamatan dan percobaan
dengan menggunakan LKS. Adapun langkah-langkah pelaksanaan
pembelajaran CLIS dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tahap Orientasi
Guru memberikan apersepsi dan motivasi kepada siswa
dengan menanyakan tentang fenomena alam yang sering
dijumpai siswa pada kehidupan sehari-hari yang ada
kaitanya dengan meteri kalor.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
2. Tahap Pemunculan Gagasan
Guru memberikan gambaran tentang materi yang akan
dipelajari.
Guru memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa.
Guru meminta siswa mengungkapkan apa saja yang
terlintas dalam pikiran siswa mengenai pertanyaan tersebut.
10

3. Tahap Penyusunan Ulang Gagasan


a) Tahap pengungkapan dan pertukaran gagasan
Guru dan siswa mengecek kembali konsep-konsep
yang telah dituliskan.
Guru mengorganisasikan siswa kedalam kelompok
yang beranggotakan 4 atau 5 orang secara heterogen.
Guru memberikan LKS kepada setiap kelompok.
Guru miminta setiap kelompok untuk melakukan
praktikum tentang kalor.
Guru membimbing siswa dalam melakukan praktikum.
Guru meminta siswa mendiskusikan soal-soal pada
LKS.
b) Tahap pembukaan ke situasi konflik
Guru bersama-sama siswa membahas LKS.
c) Tahap konstruksi gagasan baru dan evaluasi
Guru dan siswa secara bersama-sama mengevaluasi
konsep atau gagasan yang telah di munculkan untuk
menentukan konsep ilmiah yang dipelajari.
4. Tahap penerapan gagasan
Guru meminta siswa menjawab pertanyaan (kuis) yang
telah disiapkan oleh guru dan dikerjakan secara perorangan.
5. Tahap pemantapan gagasan
Guru mengkonfirmasi pnerapan konsep siswa dengan tanya
jawab tentang kuis yang telah di kerjakan sswa untuk
memperkuat konsep-konsep yang telah dipelajari oleh
siswa.
d. Pembelajaran Konvensional
Konvensional dapat diartikan yang bersifat umum atau
tradisional (Ernawati dan Suzana, 2014: 306). Pembelajaran
konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah langkah-
11

langkah pembelajaran yang biasa dilakukan guru kelas VII SMP


Negeri 2 Sungai Kakap.
Adapun tahapan-tahapannya adalah sebagai berikut:
1. Pendahuluan
Pada tahap ini guru memberikan apersepsi dan
menyampaikan tujuan pembelajaran.
2. Pengembangan
Pada tahap ini guru menjelaskan materi pokok dalam metode
ceramah dan tanya jawab.
3. Penerapan
Pada tahap ini guru memberikan latihan soal kepada siswa.
4. Penutup
Pada tahap ini guru dibimbing untuk membuat kesimpulan
dan guru memberikan pekerjaan rumah kepada siswa.
e. Materi Kalor
Kalor adalah salah satu konsep fisika yang di pelajari di
kelas VII SMP semester ganjil. Konsep-konsep kalor yang diteliti
pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Pengertian kalor.
b. Asas Black.
c. Perpindahan kalor secara konduksi.
d. Perpindahan kalor secara konveksi.
3. Hipotesis Penelitian
Menurut Sugiyono (2011) hipotesis merupakan jawaban
sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan
masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat
pertanyaan. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat
perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajarkan dengan model
pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) dan model
pembelajaran konvensional.
12

II. KAJIAN PUSTAKA


A. Hakekat Belajar Fisika
Tuhan Yang Maha Esa telah melengkapi alam semesta beserta
isinya dengan berbagai hukum yang teratur rapi. Hukum-hukum yang
berlaku bagi seluruh isi jagad raya ini sering disebut hukum-hukum alam.
Hukum-hukum yang bersifat pasti dan tidak pernah berubah sehingga
dapat dipelajari, dipahami, dan dimanfaatkan oleh umat manusia. Usaha-
usaha manusia untuk mempelajari hukum-hukum alam tersebut
melahirkan apa yang disebut ilmu pengetahuan alam. Ilmu Pengetahuan
Alam terdiri dari berbagai cabang yang salah satunya adalah fisika. Fisika
merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alam dalam berbagai
bentuk dan belajar fisika tidak lepas dari penguasaan konsep-konsep dasar
fisika melalui pemahaman. Adapun tujuan dan fungsi pengajaran fisika
adalah sebagai berikut:
1. Tujuan
a. Memahami konsep-konsep fisika dan keterkaitannya dengan
kehidupan sehari-hari.
b. Memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan
pengetahuan tentang alam sekitar.
c. Mempunyai minat untuk mempelajari tentang benda-benda
maupun kejadian di lingkungan sekitar.
d. Bersikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, mawas diri,
bertanggung jawab, bekerja sama dan mandiri.
e. Mampu menerapkan konsep-konsep fisika pada gejala alam dan
pemecahan masalahnya dalam kehidupan sehari-hari.
f. Mampu menggunakan teknologi sederhana yang dapat membantu
pemecahan masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari hari.
g. Mengenal dan menumpuk rasa cinta terhadap alam sekitar,
sehingga menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan Yang Maha
Esa (Wartono, 2003: 1-2).
13

2. Fungsi
a. Memberikan pengetahuan tentang berbagai jenis dan perangai
lingkungan alam dan lingkungan buatan dalam kaitannya dengan
pemanfaatannyabagi kehidupan sehari-hari.
b. Mengembangkan keterampilan proses.
c. Mengembangakan wawasan, sikap dan nilai yang berguna bagi
siswa untuk meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari.
d. Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan keterkaitan
yang saling mempengaruhi antara kemajuan fisika dan teknologi
dengan keadaan lingkungan dan pemanfaatannya dalam kehidupan
sehari-hari.
h. Mengembangkan kemampuan menerapkan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) (Wartono, 2003: 1-2).

B. Hasil Belajar
Hasil adalah suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas
atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional
(Purwanto, 2008: 44). Belajar merupkan suatu proses dari seseorang yang
berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif
menetap (Jihad & Haris, 2012: 14).
Hasil belajar adalah perolehan kemampuan siswa setelah melalui
proses belajar. Hasil belajar siswa dapat meliputi aspek kognitif, afektif,
dan psikomotorik. Salah satu tes yang dapat melihat pencapaian hasil
belajar siswa adalah tes prestasi belajar. Tes prestasi belajar dapat
mencerminkan sejauh mana materi pelajaran dalam proses belajar dapat
di ikuti dan diserap oleh siswa (Olivia, 2011: 73).
Hasil belajar juga dapat dikatakan sebagai perubahan perilaku
siswa ataupun mahasiswa akibat belajar. Perubahan perilaku disebabkan
karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan
dalam proses belajar mengajar. Pencapaian itu didasarkan atas tujuan
pengajaran yang telah ditetapkan (Purwanto, 2008: 46).
14

C. Model Pembelajaran Children Learning in Science (CLIS)


Menurut Driver (dalam Sundari dan Nurmalasari, 2013), Model
Children Learning in Science (CLIS) merupakan model pembelajaran
yang berusaha mengembangkan idea atau gagasan siswa tentang suatu
masalah tertentu dalam pembelajaran serta merekonstruksi idea tau
gagasan berdasarkan hasil pengamatan atau percobaan. Menurut
Rustaman (dalam Sundari dan Nurmalasari, 2013), model pembelajaran
CLIS adalah kerangka berpikir untuk menciptakan lingkungan yang
memungkinkan terjadinya kegiatan belajar mengajar yang melibatkan
siswa dalam kegiatan pengamatan dan percobaan dengan menggunakan
LKS. Dengan kata lain, model pembelajaran CLIS merupakan model
pembelajaran yang mengajak siswa untuk menemukan pengetahuan
dengan melakukan observasi atau percobaan , memberi ruang kepada
siswa untuk membuktikan fenomena dari materi yang diberikan serta
memberikan kebebasan siswa untuk menyatakan gagasannya dalam
pembelajaran mengutamakan aktivitas terpusat pada siswa.
Model pembelajaran CLIS memiliki karakteristik yaitu, dilandasi
oleh pandangan kontruktivisme, pembelajaran berpusat pada siswa,
melakukan aktivitas hands-on/ mind-on, dan menggunakan lingkungan
sebagai sumber belajar. Pembelajaran dengan menerapkan model CLIS
berusaha menciptakan suasana bebas berpendapat dengan selalu
berinteraksi dengan lingkungan serta aktivitas berpusat pada siswa. Hal
ini membuat siswa lebih aktif, kreatif serta kritis dalam berpendapat.
Dengan lingkungan sebagai sumber belajar, konsep yang diajarkan tidak
akan mudah dilupakan oleh siswa karena akan sering ditemui dalam
kehidupan sehari-hari serta dapat menunjang pencapaian hasil belajar
yang maksimal (Budiarti, Raga, Sudhita, 2014).
Kelebihan-kelebihan model CLIS adalah sebagai berikut:
1. Gagasan anak lebih mudah dimunculkan.
2. Membiasakan siswa untuk belajar mandiri dalam memecahkan suatu
masalah.
15

3. Menciptakan kreatifitas siswa untuk belajar sehingga tercipta suasana


kelas yang lebih nyaman dan kreatif, terjadi kerjasama sesama siswa
dan siswa terlibat langsung dalam melakukan kegiatan.
4. Menciptakan belajar yang lebih bermakna karena timbulnya
kebanggaan siswa menemukan sendiri konsep ilmiah yang dipelajari
5. Guru mengajar akan lebih efektif karena dapat menciptakan suasana
belajar yang aktif (Didik, 2012).
Sedangkan kelemahan CLIS adalah sarana laboratorium harus
lengkap, kemudian siswa yang belum terbiasa belajar mandiri atau
berkelompok akan merasa asing dan sulit untuk menguasai konsep (Didik,
2012).
Tabel 2.1: Tahapan-tahapan model pembelajaran CLIS
Fase-Fase Kegiatan
Pada tahap ini guru memusatkan perhatian siswa
dengan menanyakan tentang fenomena alam yang
Orientasi sering dijumpai siswa pada kehidupan sehari-hari
yang ada kaitanya dengan meteri yang akan
diajarkan.
ada tahap ini guru mengungkap konsepsi awal
Pemunculan
siswa dengan menghadapkan siswa pada suatu
Gagasan
permasalahan yang mengadung teka-teki.
Tahap ini terdiri dari pengungkapan dan pertukaran
gagasan, perubahan situasi konflik,kontruksi
Penyusunan gagasan baru,dan evaluasi. Siswa diberikan LKS
Gagasan dan melakukan kegiatan belajar dalam kelompok
secara berdiskusi dan bertukar gagasan untuk
menjawab pertanyaan dan masalah dalam LKS.
Pada tahap ini siswa menjawab pertanyaan yang
Penerapan disusun dalam LKS untuk menerapkan kosep
Gagasan ilmiah mengenai permasalahan dalam kehidupan
sehari-hari.
Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk
Pemantapan
melakukan refleksi terhadap hasil pembelajaran
Gagasan
yang telah diperoleh.
(Sumber; Didik, 2012)
16

D. Model Pembelajaran Children Learning in Science (CLIS) pada


Materi Kalor
Adapun tahapan-tahapan Model Pembelajaran Children Learning
in Science (CLIS) pada materi kalor adalah sebagai berikut:
1. Tahap Orientasi
Guru memberikan apersepsi dan motivasi kepada siswa
dengan menanyakan tentang fenomena alam yang sering
dijumpai siswa pada kehidupan sehari-hari yang ada
kaitanya dengan meteri kalor.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
2. Tahap Pemunculan Gagasan
Guru memberikan gambaran tentang materi yang akan
dipelajari.
Guru memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa.
Guru meminta siswa mengungkapkan apa saja yang
terlintas dalam pikiran siswa mengenai pertanyaan tersebut.
3. Tahap Penyusunan Ulang Gagasan
a) Tahap pengungkapan dan pertukaran gagasan
Guru dan siswa mengecek kembali konsep-konsep
yang telah dituliskan.
Guru mengorganisasikan siswa kedalam kelompok yang
beranggotakan 4 atau 5 orang secara heterogen.
Guru memberikan LKS kepada setiap kelompok.
Guru miminta setiap kelompok untuk melakukan
praktikum tentang kalor.
Guru membimbing siswa dalam melakukan praktikum.
Guru meminta siswa mendiskusikan soal-soal pada
LKS.
b) Tahap pembukaan ke situasi konflik
Guru bersama-sama siswa membahas LKS.
17

c) Tahap konstruksi gagasan baru dan evaluasi


Guru dan siswa secara bersama-sama mengevaluasi
konsep atau gagasan yang telah di munculkan untuk
menentukan konsep ilmiah yang dipelajari.
4. Tahap penerapan gagasan
Guru meminta siswa menjawab pertanyaan (kuis) yang
telah disiapkan oleh guru dan dikerjakan secara
perorangan.
5. Tahap pemantapan gagasan
Guru mengkonfirmasi pnerapan konsep siswa dengan
tanya jawab tentang kuis yang telah di kerjakan sswa
untuk memperkuat konsep-konsep yang telah dipelajari
oleh siswa.
E. Pembelajaran Konvensional
Konvensional dapat diartikan yang bersifat umum atau tradisional
(Ernawati dan Suzana, 2014: 306). Dalam proses belajar mengajar
tradisional seorang guru mendominasi kelas.
Pembelajaran konvensional dalam penilitian ini adalah suatu
proses pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru IPA di sekolah.
Adapun tahapan-tahapannya adalah sebagai berikut:
1. Pendahuluan
Pada tahap ini guru memberikan apersepsi dan menyampaikan
tujuan pembelajaran.
2. Pengembangan
3. Pada tahap ini guru menjelaskan materi pokok dalam metode
ceramah dan tanya jawab.
4. Penerapan
Pada tahap ini guru memberikan latihan soal kepada siswa.
5. Penutup
Pada tahap ini guru dibimbing untuk membuat kesimpulan dan
guru memberikan pekerjaan rumah kepada siswa.
18

F. Materi Fisika Tentang Kalor


1. Pengertian kalor
Kalor bukanlah sebagai zat dan bukanlah sebagai bentuk
energi. Melainkan kalor merupakan transfer energy ketika kalor
mengalir dari panas ke benda yang lebih dingin, energilah yang
ditransfer dari yang panas ke yang dingin. Dengan demikian, kalor
merupakan energy yang ditransfer dari suatu benda ke benda yang
lainnya karena adanya perbedaaan temperature. Benda yang menerima
kalor suhunya akan naik sedangkan benda yang melepas kalor
suhunya akan turun (Giancoli, 2001: 492).
Secara alamiah, kalor berpindah dari benda yang bersushu
tinggi ke benda yang bersuhu rendah. Kalor tidak dapat berpindah dari
benda yang bersuhu rendah ke benda yang bersuhu tinggi, kecuali
dengan bantuan sebuah alat, misal refrigerator (lemari es). Dengan
menggunakan refrigerator, kalor dapat berpindah dari benda yang
bersuhu dingin ke benda yang bersuhu panas, misalnya pada kulkas
dan freezer. Jadi kalor adalah salah satu bentuk energi yang berpindah
dari benda yang bersuhu lebih tinggi ke benda yang bersuhu lebih
rendah (Waijan, 2012 : 76).
Besarnya kalor berbanding lurus dengan massa (m) zat
tersebut, kalor jenis benda tersebut (c), dan dengan perubahan
temperature (T). Maka persamaan dapat dinyatakan dengan:
Q = m . c . T ...(2.1)
(Giancoli, 2001: 493)
Keterangan :
Q = jumlah kalor (J)
m = Massa zat tersebut (kg)
c = Massa jenis zat tersebut (J/kgK)
T = Perubahan temperature (K)
19

Dalam SI, satuan untuk kalor adalah joule, dan dapat pula
menggunakan kalori. Dengan konversi joule dan kalori adalah sebagai
berikut :
1 joule = 0,24 kalori
1 kalori = 4,186 joule
Satuan ini adalah kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan
temperature 1 gram air sebesar 1 derajat celcius (Giancoli, 2001: 493).
Satu kalori dapat didefinisikan kalor yang diperlukan tiap 1
gram air , sehingga suhunya naik 10C.
Kalor jenis adalah banyaknya kalor yang diperlukan tiap satu
satuan massa zat untuk menaikkan suhu 1 kilogram zat sebesar 1C.
Secara matematis dapat dituliskan:

...(2.2)
(Abadi, dkk, 2012: 138)
Kapasitas kalor adalah banyaknya kalor yang diperlukan suatu
zat untuk menaikkan suhu sebesar 1C. Secara matematis dapat
dituliskan :
C=m.c ...(2.3)
(Abadi, dkk, 2012: 138)

Tabel Tabel 2.2: Kalor Jenis Beberapa Zat

Kalor jenis, c
Zat
Kkal/Kg0C J/Kg0C
Alumunium 0,22 900
Tembaga 0,093 390
Kaca 0,20 840
Besi atau baja 0,11 450
Timah hitam 0,031 130
Marmer 0,21 860
Perak 0,056 230
Tabel Bersambung
20

TABEL 2.2, sambungan


Kayu 0,4 1700
Alkohol (ethyil) 0,58 2400
Air raksa 0,033 140
Air
Es (-5 0C) 0,50 2100
Cair (15 0C) 1,00 4186
Uap (110 0C) 0,48 2010
Tubuh manusia (rata-rata) 0,83 3470
Protein 0,4 1700
(Sumber; Giancoli, 2001: 492)

2. Kalor Laten
Kalor yang dibutuhkan untuk merubah suatu zat dari
padatmenjadi cair disebut kalor lebur, dinyatakan dengan Lf. Kalor
lebur air adalah 79,7 kkal/kg atau dalam satuan SI yang sesuai, 333
kJ/kg (= 3,33 x 105 J/kg). Kalor yang dibutuhkan untuk merubah suatu
zat dari fase cair ke uap disebut kalor penguapan, Lv, dan untuk air
adalah 539 kkal/kg atau 2260 kJ/kg. Kalor lebur dan kalor penguapan
disebut juga kalor laten. Kalor penguapan dan lebur juga mengacu
pada jumlah kalor yang dilepaskan oleh zat ketika berubah dari gas ke
cair, atau dari cair ke padat. Dengan demikian, uap mengeluarkan
2260 kJ/kg ketika berubah menjadi air, dan air mengeluarkan 333
kJ/kg ketika menjadi es (Giancoli, 2001).
Tentu saja, kalor yang terlibat dalam perubahan fase tidak
hanya bergantung pada kalor laten, tetapi juga pada massa total zat
tersebut sehingga:
Q = mL ...(2.4)
(Giancoli, 2001: 498)
dimana L adalah kalor laten proses dan zat tertentu, m adalah massa
zat dan Q adalah kalor yang dibutuhkan atau dikeluarkan selama
perubahan fase.
21

Untuk menguapkan 1 kg air pada suhu 100 C diperlukan


kalor sebanyak 2.260.000 J. Banyaknya kalor yang diperlukan untuk
menguapkan 1 kg zat cair pada titik didihnya dinamakan kalor uap
(U). Satuan kalor uap adalah Joule per kg. Secara matematis
banyaknya kalor yang diperlukan untuk menguapkan zat cair pada
titik didihnya dituliskan sebagai berikut:
Q=mU ...(2.5)
(Abadi, dkk, 2012: 138)
Keterangan:
Q = kalor yang diperlukan (J)
m = massa zat (kg)
U = kalor uap (J kg-1)

Tabel 2.3: Kalor Laten (pada 1 atm)

Titik Kalor Lebur Titik Kalor Penguapan


Zat Lebur Didih kkal/k
kkal/kg J/kg J/kg
(oC) (oC) g
Oksigen -218,8 3,3 0,14 x 10-5 -183 51 2,1 x 105
Nitrogen -210,0 6,1 0,26 x 10-5 -195,8 48 2,0 x 105
Etil alkohol -114 25 1,04 x 10-5 78 204 8,5 x 105
Amonia -77,8 8,0 0,33 x 10-5 -33,4 33 1,37 x 105
Air 0 79,7 3,33 x 10-5 100 539 22,6 x 105
Timah hitam 327 5,9 0,25 x 10-5 1.750 208 8,7 x 105
Perak 961 21 0,88 x 10-5 2.193 558 23 x 105
Besi 1.808 69,1 2,89 x 10-5 3.023 1.520 63,4 x 105
Tungsten 3.410 44 1,84 x 10-5 5.900 1.150 48 x 105
Catatan: nilai numerik 1kkal/kg = 1kal/kg
(Sumber; Giancoli, 2001: 498)

3. Asas Black
Joseph Black (1720-1799) mengemukakan tentang
perpindahan kalor suatu benda yang dikenal dengan asas Black yaitu:
a. Jika dua benda saling bercampur, benda yang panas akan
memberikan kalor pada benda yang dingin hingga suhu kedua
benda itu sama.
22

b. Jumlah kalor yang diserap oleh benda yang dingin, sama dengan
jumlah kalor yang dilepas oleh benda yang panas.
c. Sebuah benda yang didinginkan sebesar t 0C akan melepaskan
kalor sama jumlah dengan kalor yang diserap oleh benda yang
dipanaskan sebesar t 0C.
Asas Black dapat disimpulkan sebagai berikut:
Jumlah kalor yang dilepas oleh benda yang bersuhu tinggi
sama dengan jumlah kalor yang diserap oleh benda yang bersuhu
rendah (Waijan, 2012: 76).
4. Perpindahan kalor atau perpindahan panas
Kalor berpindah dari benda yang bersuhu tinggi ke benda
yang bersuhu lebih rendah melalui tiga cara, yaitu:
1) Perpindahan kalor secara konduksi
Perpindahan kalor secara konduksi adalah perpindahan kalor pada
suatu zat tanpa disertai dengan perpindahan partikel-partikel zat
yang menjadi perantaranya. Contohnya adalah peristiwa
memanasnya ujung besi akibat ujung satunya dipanaskan dengan
api. Dalam peristiwa tersebut, partikel-partikel besi tidak
mengalami perpindahan, melainkan hanya menghantarkan
kalornya saja (Abadi, dkk, 2012: 1487).

Gambar 2.1: Peristiwa memanasnya ujung besi akibat ujung satunya


dipanaskan dengan api (Rini, 2015)

2) Perpindahan kalor secara konveksi


Konveksi adalah perpindahan panas oleh gerakan massapada
fluida dari satu daerah ruang ke daerah lainnya. jika fluida
23

tersirkulasi oleh pompa, proses disebut konveksi paksa, jika aliran


disebabkan karena perbedaan densitas akibat ekspansi termal,
seperti udara panas yang naik, maka proses disebut konveksi
alami atau konveksi bebas (Young dan Freedman, 2002 : 478).
Perpindahan kalor secara konveksi adalah perpindahan kalor yang
disertai dengan perpindahan partikel-partikel zat yang disebabkan
oleh perbedaan massa jenis. Contohnya adalah peristiwa alam,
seperti terjadinya angin laut dan angin darat (Abadi, dkk, 2012:
148).

Gambar 2.2: Peristiwa Terjadinya angin laut dan angin darat


(Fizy, 2016)
Pada siang hari, panas matahari menyebabkan daratan lebih cepat
panas daripada lautan. Hal ini menyebabkan udara di atas daratan
menjadi lebih panas daripada udara di atas laut. Oleh karena itu,
udara di atas daratan naik dan tempatnya digantikan oleh udara di
atas laut sehingga terjadilah aliran udara dari lautan menuju
daratan yang dinamakan angin laut.
Pada malam hari, daratan lebih cepat dingin daripada lautan. Hal
ini menyebabkan udara di atas daratan lebih dingin daripada
udara di atas lautan. Oleh karena itu, udara di atas laut naik dan
tempatnya digantikan oleh udara di atas darat sehingga terjadilah
aliran udara dari daratan menuju lautan yang dinamakan angin
darat(Abadi, dkk, 2012: 148).
24

3) Perpindahan kalor secara radiasi


Perpindahan kalor secara radiasi adalah perpindahan kalor yang
tidak memerlukan perantara apapun. Contohnya adalah
merambatnya panas matahari yang diterima oleh bumi (Abadi,
dkk, 2012: 148).

Gambar 2.3: Peristiwa merambatnya panas matahari yang


diterima oleh bumi (Ajim: 2016)

III. METODE PENELITIAN


A. Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
berbentuk eksperimen. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang
mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel lain dalam kondisi
yang terkendalikan. Tedapat beberapa bentuk desain eksperimen yang
dapat digunakan dalam penelitian, diantaranya adalah Pre-Experimental
Desigs, True Experimental Design, Factorial Design dan Quasi
Experimental Design (Sugiyono, 2011). Dalam penelitian ini, tidak
semua variabel dapat dikontrol oleh peneliti. Oleh karena itu, jenis
eksperimen yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi Experiment).
Rancangan desain eksperimen semu yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Nonequivalent Control Group Design. Rancangan
ini ditunjukkan pada gambar 3.1 seperti berikut:
25

Kelas Pretest Perlakuan Posttest


E O1 X O2
K O3 O4
Gambar 3.1: Nonequivalent Control Group Design (Sugiyono, 2015)

Keterangan:
E = Kelas eksperimen
K = Kelas Kontrol
O1 = Pretest kelas eksperimen
O2 = Posttest kelas eksperimen
X = Perlakuan pada kelas eksperimen dengan model pembelajaran
Children Learning in Science
O3 = Pretest kelas kontrol
O4 = Posttest kelas kontrol

B. Populasi dan Sampel


1. Populasi penelitian
Populasi adalah keseluruhan obyek/subyek penelitian
(Sugiyono, 2011: 90). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
siswa kelas VII SMP Negeri 2 Sungai Kakap.

2. Sampel penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2011: 90). Sampel dalam
penelitian ini adalah dua kelas dari populasi yang ada. Adapun teknik
sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling
purposive. Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2011: 96). Pertimbangan
dalam pengambilan sampel digunakan dalam penelitian ini
berdasarkan rata-rata hasil belajar siswa. Untuk memperoleh sampel
tersebut, peneliti memilih dua kelas yang memiliki perolehan rata-rata
nilai ulangan harian yang paling rendah dan hampir sama. Kemudian
untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan
pengundian.
26

C. Prosedur Penelitian
Prosedur-prosedur yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Tahap persiapan
a. Melakukan observasi di SMP Negeri 2 Sungai Kakap.
b. Menentukan jadwal penelitian untuk kelas kontrol dan kelas
eksperimen sesuai dengan jadwal belajar IPA di sekolah tempat
penelitian.
c. Penyusunan perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dan LKS.
d. Membuat instrumen penelitian berupa kisi-kisi soal, soal pretest,
soal posttest dan pensekoran soal.
e. Melakukan validasi instrumen penelitian.
f. Memperbaiki instrumen penelitian berdasarkan hasil validasi.
g. Melakukan uji coba instrumen penelitian di SMP Negeri 10
Sungai Kakap.
h. Menganalisis instrumen berdasarkan hasil uji coba.
2. Tahap pelaksanaan
a. Melakukan pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
b. Pembeian perlakuan berupa pembelajaran dengan model Children
Learning in Science di kelas eksperimen dan model konvensional
di kelas kontrol pada materi kalor.
c. Pemberian postest pada kedua kelas.
3. Tahap akhir
a. Mengumpulkan data hasil penelitian pada kelas kontrol dan kelas
eksperimen.
b. Melakukan analisis dan pengolahan data hasil penelitian pada
kelas kontrol dan kelas eksperimen.
c. Menarik kesimpulan hasil penelitian.
d. Menyusun laporan penelitian.
27

D. Teknik dan Alat Pengumpul Data


1. Teknik pengumpul data
Teknik pengumpul data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah teknik pengukuran. Pengukuran dilakukan sebanyak dua
kali, sebelum perlakuan (pretest) dan sesudah perlakuan (posttest).
2. Alat pengumpul data
Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah tes hasil belajar siswa yang berbentuk esai. Pemilihan tes esai
sebagai alat pengumpul data karena memiliki keunggulan sebagai
berikut:
a. Kekuatan soal untuk mengukur hasil belajar yang kompleks dan
melibatkan level kognitif yang tinggi.
b. Memberi kesempatan pada peserta tes untuk menyusun jawaban
sesuai dengan jalan pikirannya sendiri (Purwanto, 2008: 71).

E. Validitas dan Reliabilitas Tes


Dalam penelitian ini dilakukan pretest untuk mengetahui tingkat
kemampuan awal siswa dan dilakukan posttest untuk mengetahui
kemampuan siswa setelah diberikan perlakuan. Agar instrumen yang
disusun memenuhi tes yang baku, prosedur penyusunan tes meliputi
penulisan butir soal, validitas, uji coba dan reliabilitas.
1. Penulisan Butir Soal
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis
yang berbentuk esai. Penulisan butir soal sesuai dengan kisi-kisi
yang dibuat berdasarkan KTSP dan buku pelajaran yang digunakan
yaitu buku IPA Terpadu Kelas VII terbitan Intan Pariwara.

2. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-
tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2006:
168). Suatu alat pengukur dikatakan valid jika alat itu mengukur apa
28

yang seharusnya diukur oleh alat itu (Sugiyono, 2015: 173). Dalam
penelitian ini validitas yang diuji adalah validitas isi. Menurut
Sugiyono (2011), pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan
membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang
telah diajarkan. Validitas isi adalah pengujian validitas dilakukan
atas isinya untuk memastikan apakah butir tes hasil belajar mengukur
secara tepat keadaan yang ingin diukur. Pengujian validitas isi dapat
dilakukan dengan meminta pertimbangan ahli. Orang yang memiliki
kompetensi dalam suatu bidang dapat dimintakan pendapatnya untuk
menilai ketepatan isi butir tes hasil belajar. Pertimbangan juga dapat
dimintakan kepada profesional. Orang yang menekuni suatu bidang
tertentu yang sesuai dengan wilayah kajian tes hasil belajar, misalnya
guru (Purwanto, 2008: 120-121). Untuk mengetahui validitas tes pada
penelitian ini, maka tes tersebut divalidasi oleh tiga orang penilai yang
terdiri dari dua orang dosen pendidikan Fisika FKIP UNTAN dan satu
orang guru IPA di SMP Negeri 2 Sungai Kakap.

Tabel 3.1: Spesifikasi Tingkat Validasi Instrumen

Skor Rata-Rata Tingkat


No. Rata-
Validator Validator Validator Validasi
Soal Rata
I II III

Total Rata-Rata
29

Keterangan:
Angka 5 = sangat tinggi
Angka 4 = tinggi
Angka 3 = sedang
Angka 2 = rendah
Angka 1 = sangat rendah
Tingkat validitas dari tiap butir soal dapat dilihat dari rata-rata skor
yang diberikan tiap validator. Dengan pedoman aturan ruas jari, maka
batas-batas tingkat validasi ditetapkan sebagai berikut:

Gambar 3.2: Prinsip Ruas Jari (Wright dalam Agustiniani, 2013)


3. Uji coba
Untuk mendapatkan instrumen penelitian yang memenuhi alat
ukur baku, maka instrumen yang telah disusun diuji cobakan terlebih
dahulu. Uji coba dilakukan pada siswa kelas VII SMP Negeri 10
Sungai Kakap.
4. Reliabilitas
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang apabila
digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan
menghasilkan data yang sama. Suatu tes dikatakan reliabel, apabila tes
sebagai alat ukur dapat memberikan hasil yang tetap dimana tes yang
diberikan dua kali atau lebih pada kelompok yang sama. Dengan kata
lain, apabila para siswa diberikan tes yang sama pada waktu yang
berlainan, maka setiap siswa akan tetap berada dalam urutan yang
sama dalam kelompoknya (Sugiyono, 2008: 173).
30

Reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini dihitung dengan


menggunakan rumus alpha karena rumus ini sesuai dengan bentuk tes
yang digunakan yaitu berbentuk esai yaitu sebagai berikut:
2
11 = ( ) ( 2) ...(3.1)
1

(Purwanto, 2008: 175)


Keterangan:
11 = reliabilitas yang dicari
n = jumlah butir
2 = varians butir
2 = varians total
Sedangkan rumus varians yang digunakan untuk menghitung
relibilitas tes adalah
( )2
2
2 =
...(3.2)

(Purwanto, 2008: 177)
Keterangan:
2 = varians yang dicari
2
= jumlah kuadrat skor yang diperoleh siswa
2
( ) = kuadrat jumlah skor yang diperoleh siswa

Untuk mengetahui tingkat koefisien korelasi dapat menggunakan tabel


sebagai berikut:

Tabel 3.2: Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi Terhadap


Koefisien Korelasi

Interval koefisien Tingkat hubungan


0,00 0,199 Sangat rendah
0,20 0,399 Rendah
0,40 0,599 Sedang
0,60 0,799 Tinggi
0,80 1,00 Sangat kuat
(Sumber; Sugiyono, 2015 )
31

F. Prosedur Pengolahan Data


Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisis data
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajarkan
dengan model pembelajaran CLIS dan model pembelajarn
konvensional pada materi kalor dilakukan lagkah-langkah sebagai
berikut:
a. Tes pada penelitian ini berupa hasil belajar yaitu nilai pretest dan
postest. Data dari hasil pretest dan postest dari masing masing
kelas diuji normalitas distribusinya. Kemudian diolah sesuai
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Memberikan skor berdasarkan pedoman penskoran.
2) Menghitung rata-rata dan standar deviasi.
3) Menguji normalitas distribusi dengan menggunakan uji Chi
Kuadrat.
4) Jika kedua kelas berdistribusi normal, maka dilanjutkan
dengan uji t.
5) Jika salah satu atau kedua data tidak terdistribusi normal, maka
langkah selanjutnya digunakan perhitungan statistik
nonparametrik, yaitu uji U-Mann Whitney.

b. Untuk mendapatkan kesimpulan pada penelitian ini dilakukan uji


hipotesis terhadap skor pretest dan postest. Apabila hasil uji
hipotesis skor pretest kedua kelas menunjukkan terdapat
perbedaan, maka dilanjutkan pada uji hipotesis terhadap selisih
antara pretest dan postest kedua kelas (gainscore). Namun apabila
uji hipotesis terhadap skor pretest kedua kelas menunjukkan tidak
terdapat perbedaan (kemampuan awal siswa kedua kelas tidak
memiliki perbedaan), maka akan dilanjutkan pada uji hipotesis
pada skor pretest kedua kelas tersebut. Maka dari uji hipotesis
akan dihasilkan kesimpulan mengenai pengaruh model
pembeajaran CLIS terhadap hasil belajar siswa pada materi kalor.
32

c. Adapun pengolahan data dari penelitian ini sesuai dengan langkah-


langkah yang dipaparkan di atas adalah sebagai berikut:
1) Melakukan uji normalitas terhadap skor pretes dan postes.
Untuk uji normalitas menggunakan rumus Chi-kuadrat (X2).
Langkah- langkah pengujian normalitas populasi dengan
menggunakan Chi-kuadrat (X2) adalah sebagai berikut:
a) Menentukan rata-rata hitung.

= ...(3.3)

(Sugiyono, 2011)
Keterangan:
= rata rata hitung
= skor setiap siswa
n = jumlah siswa
b) Menentukan standar deviasi (SD).

( )2
SD = ...(3.4)
1

(Sugiyono, 2011)
c) Membuat daftar tabel frekuensi distribusi observasi dan
frekuensi ekspektasi.
Tabel 3.3: Data Frekuensi Observasi dan Frekuensi
Harapan
Z Luas
Kelas Batas ( )
Batas Z fh fo
Interval Kelas
Kelas tabel

( )
X2 =

33

Adapun tahapan-tahapannya adalah sebagai berikut :

(1) Menentukan banyaknya kelas (k).


k = 1+3,3 log n ...(3.5)
(Subana, Rahadi, & Sudrajat, 2000: 124)
(2) Rentang (r) = skor tertinggi skor terendah
(Sugiyono, 2015: 36)
(3) Panjang (interval) kelas (i).


i= ...(3.6)

(Sugiyono, 2015: 36)


Keterangan:
r = rentang
k = banyak kelas
(4) Menentukan batas bawah dan batas atas setiap kelas
interval.
(5) Menentukan angka baku z untuk setiap batas kelas X.
Batas kelas diperoleh dengan menambahkan 0,5 pada
batas atas di setiap kelas yaitu:


Angka baku z = ...(3.7)

(Djudin, 2013: 6)
(6) Menghitung luas daerah setiap kelas interval dengan
cara mengurangkan luas daerah di bawah kurva z
diperoleh dengan cara berikut:
Jika angak baku z bernilai negatif, luas daerah di
bawah kurva z = 0,5000 nilai dalam tabel untuk z
yang bersesuaian.
34

Jika angak baku z bernilai positif, luas daerah di


bawah kurva z = 0,5000 + nilai dalam tabel untuk z
yang bersesuaian (Djudin, 2013: 6).
(7) Menghtung frekuensi harapan (fh) dengan cara
mengalikan luas daerah kelas interval dengan bayak
data n (Djudin, 2013: 6).
(8) Menentukan nilai X2 (Chi-kuadrat) dengan rumus
berikut:

( )2
X2 = ...(3.8)

(Sugiyono, 2011: 199)


(9) Menentuka derajat kebebasan dengan rumus:
dk = k -3 ...(3.9)
(Djudin, 2013: 7)
(10) Membandingkan harga X2 pada tabel Chi-kuadrat
2 2
Jika maka distribusi data dinyatakan
normal.
2 2
Jika > maka distribusi data dinyatakan
tidak normal (Sugiyono, 2015: 243).
2) Uji Hipotesis
Uji hipotesis yang dilakukan menggunakan teknik uji t dan tes
U-Mann Whitneyy.
Jika kedua data berdistribusi normal, dilanjutkan dengan
menguji homogenitas variannya sebagai berikut:
a) Mencari nilai F


F= ...(3.10)

(Sugiyono, 2011: 231)


35

b) Menentukan derajat kebebasan (dk) dengan rums :

dkpembilang = n1 1 ...(3.11)

dkpenyebut = n2 1 ...(3.12)

(Sugiyono, 2011: 231)

Keterangan:

n1 = ukuran sampel yang variansnya besar


n2 = ukuran sampel yang variansnya kecil

c) Menentukan nilai dari distribusi F tabel.


d) Jika Fhitung < Ftabel , maka kedua varian tersebut homogen
jikasebaliknya maka tidak homogen (Sugiyono, 2015:
141).
Jika kedua varians homogen, maka dilanjutkn dengan uji t
dengan rumus sebagai berikut:

1 2
t= ...(3.13)
1 1
+
1 2

(Djudin,2013: 22)
Keterangan:
1 = skor rata-rata kelas eksperimen
2 = skor rata-rata kelas kontrol
n1 = jumlah kelas eksperimen
n2 = jumlah kelas kontrol
dsg =standar deviasi gabungan

(1 1)12 +(2 1)22


2
= ...(3.14)
1 + 2 2

(Djudin,2013: 22)
36

Keterangan:
12 = varians kelompok eksperimen
22 = varians kelompok kontrol
e) Menentukan derajat kebebasan.
dk= n1 + n2 2 ...(3.15)
(Sugiyono, 2011: 229)
f) Menguji hipotesis dengan melihat t dari tabel distribusi t,
dengan taraf = 5%, dengan kriteria pengujian hipotesis
alternatif (Ha) ditolak dan hipotesis nol (H0) diterima jika
thitung < ttabel (Sugiyono, 2015: 124).
Jika salah satu atau kedua data tidak berdistribusi normal,
maka selanjutnya menggunakan data statistik non parametrik,
dalam hal ini menggunakan uji U-Mann Whitney. Dalam uji U-
Mann Whitney menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menentukan tingkat signifkasi pada penelitian dengan
menggunakan = 0,05.
2) Menentukan besar sampel n1 dan n2.
3) Membuat daftar rangking.
4) Menghitung harga U dari masing-masing sampel dengan
rumus sebagai berikut:

1 (1 +1)
U1 = 1 2 + 1 ...(3.16)
2

2 (2 +1)
U2 = 1 2 + 2 ...(3.17)
2
(Sugiyono, 2011: 275)
Keterangan :
U1 = jumlah peringkat 1
U2 = jumlah peringkat 2
n1 = jumlah sampel 1
n2 = jumlah sampel 2
1 = jumlah rangking pada sampel 1
2 = jumlah rangking pada sampel 2
37

5) Pilih nilai U yang terkecil dari U1 dan U2 sebagai nilai U.


6) Menghitung z berdasar nilai U, dengan rumus:
1
(2.1. 2 )
= ...(3.18)
1/12.1 2. (1 +2 +1)

(Santoso, 2010: 124)


7) Menentukan Z tabel
8) Jika Zhitung > Ztabel atau Zhitung < -Ztabel maka Ho ditolak dan
Ha diterima.
Jika Ztabel Zhitung Ztabel maka Ho diterima dan Ha
ditolak.

2. Untuk mengetahui sejauh mana efektivitas model pembelajaran CLIS


terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada materi kalor diukur
menggunakan Effect Size dengan rumus sebagai berikut:

= ...(3.19)

(Sutrisno, Kresnadi, dan Kartono, 2007)


Keterangan :
= Effect Size
= Rata-rata skor kelas eksperimen
= Rata-rataskor kelas kontrol
= Standar deviasi kelas kontrol

Kriteria Effect Size dapat diklasifikasikan sebagai berikut :


0,2 = tergolong rendah
0,2 0,8 = tergolong sedang
> 0,8 = tergolong tinggi

G. Jadwal Rencana Pelaksanaan Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada tahun ajaran 2016/2017 di kelas
VII SMP Negeri 2 Sungai Kakap. Adapun jadwal pelaksanaan penelitian
adalah sebagai berikut:
38

Tabel 3.4: Jadwal Rencana Pelaksanaan Penelitian

Bulan Ke-
No Kegiatan Penelitian
3 4 5 6 7 8 9
1 Persiapan
a. Penetapan Lokasi
b. Penyusunan Desain
c. Seminar Desain
d. Perbaikan Desain
2 Pelaksanaan Penelitian
a. Persiapan Lokasi
Penelitian
b. Pemberian Pre-test
c. Perlakuan Sampel
d. Pemberian Post-test
e. Pengumpulan Data
Penelitian
f. Analisis Data
Penelitian
3 Penyusunan Skripsi
4 Ujian Skripsi
5 Perbaikan Skripsi
39

DAFTAR REFERENSI

Abadi, R., Nurani, D., Fatoni, I, & Margono, N.,Y. 2009. IPA Terpadu Kelas
VII. Klaten: Intan Pariwara.

Agustiniani, Liun. 2013. Penyedia Bacaan Berbentuk Refutation Text untuk


Meremediasi Miskonsepsi Siswa pada Materi Pesawat Sederhana di
kelas V SD Negeri 10 Selintah Kabupaten Sekadau. Skripsi.
Pontianak: FKIP UNTAN.
Ajim, Nanang. 2016. Perpindahan Kalor dan Pemanfaatannya. (Online).
(http://www.mikirbae.com/2016/01/perpindahan-kalor-dan-
pemanfaatannya.html, diakses 5 juni 2016).

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Arum, W. F. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Cildren Learning In


Science dengan Metode Eksperimen dalam Pembelajaran Fisika di
Kelas VIII SMPN 5 Jember. Skripsi. Jember: FKIP Universitas Jember.

Budiarti, Y., Raga, & Suditha, R. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Children
Learning In Science Terhadap Pemahaman Konsep IPA Siswa Kelas IV SD
di Gugus III Kecamatan Busungbiu Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran
2013/2014. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha.
(Online).
(http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/article/view/3070, diakses
3 Maret 2016).

Bundu, P. 2006. Penilaian Keterampila Proses dan Sikap Ilmiah Dalam


Pembelajaran Sains SD. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Didik, 2012. Model Pembelajaran Children Learning In Science. (Online).


(https://areknerut.wordpress.com//?s=children+learning+in+science&search
=Lanjut, diakses 3 Maret 2016).
40

Djudin, Tomo. 2013. Statistika Parametrik. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Ernawati, W & Suzana. 2014. Kamus Bahasa Indonesia. Bandung: Ruang Kata
Imprint Kawan Pustaka.

Fakhruni, Ully. 2015. Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar


Siswa Menggunakan Model Inkuiri pada Materi Perpindahan Kalor
di Kelas VII SMPS Kemala Bhayangkari Sungai Raya. Skripsi.
Pontianak: FKIP UNTAN.
Fizy. 2016. Perpindahan Kalor. (Online). (http://fisika.co/perpindahan-kalor/,
diakses 5 juni 2016).

Giancoli, Douglas, C. 2001. Fisika Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Jaya, M., Sulastri, & Sudarma. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Children
Learning In Science Terhadap Pemahaman Konsep IPA Siswa Kelas IV SD
Negeri 1 Sangsit. Mimbar PGSD.(Online).
(http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/article/view/702, diakses
3 Maret 2016).

Jihad, A & Haris, A. 2000. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi


Pressindo.

Kurnia, A.T. 2015. Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Melalui


Pembelajaran Team Assisted Individualization pada Kalor di SMP.
Skripsi. Pontianak: FKIP UNTAN.
Lusiana, Nina. 2015. Efektivitas Model Pembelajaran Children Learning In
Science Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas VII SMPN
1 Karangkancana. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Sains dan Teknologi UIN
Sunan Kalijaga.

Olivia, Femi. 2011. Teknik Ujian Efektif. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Panut, H., dkk. 2007. Dunia IPA. Bogor: Yudhistira.


41

Patria, Raga. 2013. Penerapan Model Children Learning In Science untuk


Meremediasi Miskonsepsi Siswa pada Materi Tekanan Udara di SMP.
Skripsi. Pontianak: FKIP UNTAN.

Purwanto. 2008. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rini, E. S. 2015. Perpindahan Kalor. (Online).


(https://rinimoeti.wordpress.com/kelas-ivv/kalor-2/kalor/perpindahan-kalor/,
diakses 5 juni 2016).

Santoso, Singgih. 2010. Statistika Nonparametrik. Jakarta: PT Elex Media


Komputindo

Subana, M., Rahadi, & Sudrajat. 2000. Statistik Pendidikan. Bandung: Pustaka
Setia.

Sudana, D. N. 2010. Pendidikan IPA SD. Singaraja: Universitas Pendidikan


Ganesha.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif Kualitatif dan R


& D. Bandung: Alfabeta.

Sulaeman, M. 2007. Saya Ingin Pintar Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung:


Grafindo Media Pratama.

Sundari, K., Nurmalasari. Pengaruh Model Pembelajaran Children Learning In


Science Terhadap Penguasaan Konsep Siswa pada Mata Pelajaran IPA
Kelas III di SD Negeri 3 Bekasi. Pedagogik. (Online).
(http://www.ejournal-
unisma.net/ojs/index.php/PEDAGOGIK/article/view/900/802, diakses 3
Maret 2016).
42

Sutrisno, L., Kresnadi, H., & Kartono. 2007. Pengembangan Pembelajaran


IPA di SD Unit 4. (Online).
(http://educloud.fkip.unila.ac.id/index.php?dir=Ilmu%20Pendidikan/Pendidi
kan%20Guru%20Sekolah%20Dasar/Pengembangan%20Pembelajaran%20I
PA%20SD/&file=pngbngn_IPA%20SD_Unit_4.pdf, diakses 6 Juni 2016).

Wali, Marselina. 2008. Model-Model Pembelajaran Inovatif.


(http://marselinaportofolio.blogspot.co.id/2008/12/model-model-
pembelajaran-inovatif.html, diakses 15 Mret 2016).

Wardana, Kusmariatni, & Suartama. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran


Children Learning In Science Terhadap Hasil Belajar IPA Kelas IV SD di
Gugus VI Kecamatan Sawan. Mimbar PGSD. (Online).
(http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/article/view/818,
diakses 3 Maret 2016).
Wartono. 2003. Strategi Belajar Mengajar Fisika. Malang: FMIPA Universitas
Negeri Malang.

Wulandari, Yayan. 2011. Rumus Saku Fisika. Tanggerang: Scientific Press.

Young, H.D dan Freedman, R.A. 2002. Fisika Universitas Edisi Sepuluh Jilid 1.
Jakarta: Erlangga.
43

LAMPIRAN A-1

RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

KELAS EKSPERIMEN

(RPP 1)

A. Identitas Mata Pelajaran


Sekolah : SMP
Kelas / Semester : VII / Ganjil
Pokok Bahasan : Kalor
Sub Pokok Bahasan : Kalor
Alokasi Waktu : 120 menit
B. Standar Kompetensi
Memahami wujud zat dan perubahannya.
C. Kompetensi Dasar
Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu
benda serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
D. Indikator
Menjelaskan pengertian kalor.
Menyelidiki pengaruh kalor terhadap perubahan suhu benda dan
perubahan wujud zat.
Menyelidiki banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu
zat.
Menyelidiki kalor yang dibutuhkan pada saat mendidih dan melebur.
Menerapkan hubungan antara kalor dengan kenaikan suhu, massa dan
jenis zat serta hubungan antara kalor lebur dengan massa dan jenis zat
untuk menyelesaikan masalah sederhana..
Menerapkan konsep asas Black untuk menyelesaikan masalah sederhana.
E. Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran diharapkan siswa dapat:
Menjelaskan pengertian kalor.
44

Menyelidiki pengaruh kalor terhadap perubahan suhu benda.


Menyelidiki pengaruh kalor terhadap perubahan wujud zat.
Menerapkan hubungan antara kalor dengan kenaikan suhu, massa dan
jenis zat pada soal.
Menerapkan hubungan antara kalor lebur dengan massa dan jenis zat
pada soal.
Menerapkan hubungan antara kalor uap dengan massa dan jenis zat pada
soal.
Menerapkan konsep asas Black pada soal.
F. Model dan Metode Pembelajaran
Model : Pembelajaran Children Learning in Science (CLIS).
Metode : Demonstrasi, diskusi dan tanya jawab.
G. Sumber dan Media Pembelajaran
Sumber : Abadi, R., dkk. 2009. IPA Terpadu Kelas VII Semester 1. Klaten:
Intan Pariwara.
Waijan. 2009. IPA Terpadu Kelas VII Semester 1. Surakarta:
Citra Pustaka.

Media : Papan tulis, spidol, LKS.

H. Kegiatan Pembelajaran
Alokasi
Tahap Kegiatan Pembelajaran
Waktu
1. Orientasi 1. Kegiatan Pendahuluan 10 menit
Guru membuka pelajaran
Apersepsi dan motivasi:
Bagaimana suhu logam ketika dipanaskan?
Mengapa demikian?
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
2. Pemunculan 2. Kegiatan Inti 10 menit
gagasan Guru memberikan beberapa pertanyaan
45

mengenai gambaran tentang materi yang akan


dipelajari.
Bagaimana suhu air ketika dipanaskan dengan
api kompor? Berikan alasannya!
Apa yang terjadi jika air panas dicampur
dengan air dingin? Berikan alasannya!
Apa yang terjadi ketika sejumlah es kita
masukkan ke dalam gelas kemudian
dipanaskan? Berikan alasannya!
Guru meminta siswa mengungkapkan
pendapatnya mengenai pertanyaan-pertanyaan
yang telah diberikan.
3. Penyusunan Ulang Guru bersama siswa mengecek kembali 40 menit
Gagasan konsep-konsep yang telah diungkapkan.
1) Pengungkapan Guru mengorganisasikan siswa ke dalam
dan pertukaran kelompok yang beranggotakan 4 atau 5 orang
gagasan secara heterogen.
Guru memberikan LKS tentang perubahan
wujud dan suhu zat kepada setiap kelompok.
Guru miminta setiap kelompok untuk
melakukan praktikum tentang kalor.
Guru membimbing siswa dalam melakukan
praktikum.
Guru meminta siswa bersama kelompoknya
mendiskusikan soal-soal pada LKS.
2) Pembukaan 15 menit
Guru bersama-sama siswa membahas LKS.
situasi konflik
3) Tahap Guru dan siswa secara bersama-sama 15 menit
konstruksi mengevaluasi konsep atau gagasan yang
gagasan baru telah dimunculkan untuk menemukan
46

dan evaluasi konsep ilmiah yang dipelajari kemudian


dapat merekontruksi gagasan/konsep dalam
pikiran mereka.
4. Penerapan Guru meminta siswa menjawab beberapa 15 menit
Gagasan pertanyaan (kuis) yang telah disiapkan oleh
guru dan dikerjakan secara perorangan.
5. Pemantapan Guru mengkonfirmasi penerapan konsep 15 menit
Gagasan siswa dengan tanya jawab tentang kuis yang
telah dikerjakan siswa.
3. Kegiatan Penutup
Guru bersama siswa menyimpulkan materi
yang telah disampaikan.
Guru menutup pelajaran dengan
mengucapkn salam.

I. Penilaian Hasil Belajar


a. Teknik Penilaian : Tes tertulis
b. Bentuk Instrumen : Uraian
1. Apakah yang dimaksud dengan kalor ?
2. Mimin memanasi air yang bermassa 100 gram berada pada suhu 20
C dipanasi hingga mendidih. Jika kalor jenis air adalah 4200 J/kg C
tentukan jumlah kalor yang diperlukan!
3. Ke dalam bak mandi dicampurkan 150 kg air panas bersuhu 90 dan
250 kg air dingin yang bersuhu 10. Berapakah suhu akhir campuran
tersebut!
47

4. Perhatikan grafik perubahan wujud 0,25 kg es berikut!


T()

D
15

B C
Q (J)
0

10 A

Diketahui kalor jenis es = 2.100 J/kg, kalor lebur es = 332.000


J/kg dan kalor jenis air 4.200 J/kg. Tentukan banyaknya kalor
yang dibutuhkan pada proses (A-C)!
5. Perhatikan grafik pemanasan berikut!
T(0 C)
B C
0
100 C

500 C

Q(J)
0
0
C

Air sebanyak 1 kg diuapkan. Jika kalor uap air 2.270.000 J/kg dan
kalor jenis air 4.200 J/kg, berapa banyak kalor yang diperlukan
untuk peristiwa (A C) ?
48

Pedoman penskoran:
No Kunci Jawaban Skor
1. Kalor adalah salah satu bentuk energi yang berpndah dari 1
benda yang bersuhu lebih tnggi ke benda yang bersuhu
lebih rendah.
Jumlah skor 1
2. 1
Dik : m = 100 gram = 0,1 kg
1
c = 4200 J/kg C
1
T1 = 20C
1
T2 = 100C
1
T=100 C 20 C= 80C
1
Dit : Q = ?
Penyelesaian :
Kalor yang diperlukan:
1
Q=mxcxT
1
Q = 0,1 kg x 4200 J/kg C x 80C
1
Q = 33.600 J

Jumlah skor 9
3. Dik: m1 = 150 kg 1
T1 = 90 1
m2 = 250 kg 1
T2 = 10 1
c1 = c2 = c 1
Dit: Ta = ? 1
Penyelesaian:
Qlepas = Qserap 1
m1 . c . = m2 . c . 1
m1 (T1 Ta ) = m2 (Ta T2) 1
150 kg (90 - Ta) = 250 kg (Ta - 10) 1
13.500 kg - 150 kg Ta = 250 kg Ta 2.500 kg 1
13.500 kg + 2.500 kg = 250 kg Ta + 150 kg Ta 1
16.000 kg = 400 kg Ta 1
16.000 kg 1
Ta = 400 kg
Ta = 40 1
Jumlah skor 15
4. Dik: m = 0,25 kg 1
ces= 2.100 J/kg 1
cair= 4.200 J/kg 1
L = 332.000 J/kg 1
T= (0C (-10C))= 10C 1
Dit: QAC = ? 1
49

Penyelesaan:
QAC = QAB + QAC 1
= (m. ces. T) + (m.L) 1
= (0,25kg . 2.100 J/kg . 10C) + (0,25 kg . 332.000 1
J/kg)
= 5.250 J + 83.000J 1
= 88.250 J 1
Jumlah skor 11
5. Diketahui :
m = 1 kg 1
U = 2.270.000 J/kg 1
cair= 4.200 J/kg 1
= 100 - 50 = 50 1
Ditanyakan :
QAC = ... ? 1
Jawab :
QAC = QAB + QBC 1
= m cair + mU 1
=(1 kg) ( 4.200 J/kg) (40) + (2 kg) (2.270.000 1
J/kg)
= 336.000 J + 4.540.000 J 1
= 4.876.000 J 1
Jumlah skor 46
Jumlah skor total


= 100

Mengetahui, Pontianak, 2016


Guru SMPN 2 Sungai Kakap

LEGIMAN, S.Pd MAHARANI


NIP. NIM. F15112023
50

LAMPIRAN A-2

LEMBAR KERJA SISWA (LKS)

PERTEMUAN 1

PERUBAHAN SUHU DAN WUJUD ZAT

Tentu kalian pernah mengamati perubahan yang terjadi


pada lilin yang dinyalakan, air yang dimasak, air yang
dimasukkan ke dalam lemari es, memasukkan es batu ke
dalam minuman ringan (coca-cola,fanta dsb). Untuk lebih
memahami kejadian tersebut lakukan kegiatan seperti
gambar berikut ini:

A. Memanasi air

Amati suhu air dalam bejana sebelum pemanasan, kemudian catat


suhunya selama pemanasan hingga air mendidih. Pencatatan dilakukan
dalam selang waktu tertentu (misalnya tiap 3 menit), kemudian catat
hasilnya dalam tabel berikut.
Tabel 1
Suhu air dalam bejana
No Waktu
Sebelum pemanasan Selama pemanasan
1 3 menit
2 6 menit
3 9 menit
4
5
6
7
51

Dari percobaan di atas, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut.


1. Bagaimana suhu air selama pemanasan?

.

2. Bagaimana suhu air selama mendidih?



.

3. Perubahan wujud apa yang terjadi saat air mendidih?



.

4. Selama air mendidih kamu masih melakukan pemanasan. Apa yang


dapat kamu simpulkan ?

.

B. Memanasi lilin
Sekarang ganti air dengan lilin, lalu lakukan percobaan seperti pada A.
catat suhu lilin selama pengamatan hingga lilin melebur, (Tulis pada
tabel 2.2).
Tabel 2
No Waktu Suhu lilin dalam bejana
Sebelum pemanasan Selama pemanasan
1 3 menit
2 6 menit
3 9 menit
4
5
6
7

Hentikan pemanasan pada lilin yang telah melebur, lalu catat


perubahan suhunya hingga lilin membeku kembali. Tulis hasilnya dalam
tabel 2.3.
52

Tabel 3
Suhu lilin dalam bejana
No Waktu Sebelum pemanasan Setelah pemanasan
dihentikan dihentikan
1 3 menit
2 6 menit
3 9 menit
4
5
6
7

Dari percobaan B diatas, jawablah pertanyan-pertanyaan berikut:


a. Bagaimana suhu lilin selama pemanasan?

.

b. Bagaimana suhu lilin selama melebur?



.

c. Selama lilin melebur, terjadi perubahan wujud benda dari


wujudmenjadi wujud

d. Mengapa selama lilin melebur masih diperlukan pemanasan?



.

e. Bagaimana suhu lilin setelah pemanasan dihentikan?



.

f. Setelah pemanasan pada lilin dihentikan, terjadi perubahan wujud dari


wujud . menjadi wujud

Dari percobaan A dan B, tulislah kesimpulanmu pada kotak di bawah ini!


53

LAMPIRAN A-3

KUNCI JAWABAN LKS PERTEMUAN PERTAMA

Percobaan A

1. Suhu air akan naik.


2. Suhu air selama mendidih adalah tetap.
3. Cair menjadi uap
4. Pada saat mendidih air mengalami perubahan wujud dari cair menjadi uap,
untuk perubahan wujud dari air menjadi uap diperlukan kalor, oleh karena itu
pada saat air mendidih masih dilakukan pemanasan.

Percobaan B
a. Suhu lilin akan naik.
b. Suhu lilin selama melebur adalah tetap.
c. Padat menjadi cair.
d. Pada saat melebur lilin mengalami perubahan wujud dari padat menjadi cair,
untuk perubahan wujud dari padat menjadi cair diperlukan kalor, oleh karena
itu pada saat lilin melebur masih dilakukan pemanasan.
e. Suhu lilin akan turun.
f. Cair menjadi padat.

Kesimpulan

Kalor dapat mengubah suhu benda.


Selama berlangsung perubahan wujud zat, tidak terjadi perubahan suhu (suhu
tetap).
Pada perubahan wujud zat ada yang memerlukan ada yang melepas kalor,
pada saat perubahan wujud dari cair menjadi uap dan padat menjadi cair
memerlukan kalo sedangkan pada saat perubahan wujud dari cair menjadi
padat melepas kalor.
54

LAMPIRAN A-4

RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

KELAS EKSPERIMEN

(RPP 2)

A. Identitas Mata Pelajaran


Sekolah : SMP
Kelas / Semester : VII / Ganjil
Pokok Bahasan : Kalor
Sub Pokok Bahasan : Perpnidahan Kalor
Alokasi Waktu : 120 menit
B. Standar Kompetensi
Memahami wujud zat dan perubahannya.
C. Kompetensi Dasar
Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu
benda serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
D. Indikator
Menyelidiki macam-macam cara pepindahan kalor.
E. Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran diharapkan siswa dapat:
Membedakan macam-macam perpindahan kalor.
Menyelidiki perpindahan kalor secara konduksi.
Mengetahui bahan yang termasuk konduktor dan isolator.
Menyelidiki perpindahan kalor secara konveksi.
Menyelidiki perpindahan kalor secara radisi.
F. Model dan Metode Pembelajaran
Model : Pembelajaran Children Learning in Science (CLIS).
Metode : Demonstrasi, diskusi dan tanya jawab.
G. Sumber dan Media Pembelajaran
55

Sumber : Abadi, R., dkk. 2009. IPA Terpadu Kelas VII Semester 1. Klaten:
Intan Pariwara.
Waijan. 2009. IPA Terpadu Kelas VII Semester 1. Surakarta:
Citra Pustaka.

Media : Papan tulis, spidol, LKS.

H. Kegiatan Pembelajaran
Alokasi
Tahap Kegiatan Pembelajaran
Waktu
1. Orientasi 1. Kegiatan Pendahuluan 10 menit
Guru membuka pelajaran
Apersepsi dan motivasi:
Apa yang kalian rasakan ketika duduk di
sekitar api unggun?
Mengapa demikian?
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
2. Pemunculan 2. Kegiatan Inti 10 menit
gagasan Guru memberikan beberapa pertanyaan
mengenai gambaran tentang materi yang akan
dipelajari.
Mengapa ketika kita memasukkan sendok ke
dalam gelas yang berisi teh panas ujung sendok
tersebut juga ikut memanas?
Mengapa air yang dimasak dapat mendidih?
Mengapa pada siang hari yang cerah kita dapat
merasakan panas matahari padahal letak
matahari sangat jauh dari bumi?
Guru meminta siswa mengungkapkan
pendapatnya mengenai pertanyaan-pertanyaan
yang telah diberikan.
56

3. Penyusunan Guru bersama siswa mengecek kembali 40 menit


Ulang Gagasan konsep-konsep yang telah diungkapkan.
1) Pengungkapa Guru mengorganisasikan siswa ke dalam
n dan kelompok yang beranggotakan 4 atau 5 orang
pertukaran secara heterogen.
gagasan Guru memberikan LKS tentang perpindahan
kalor kepada setiap kelompok.
Guru miminta setiap kelompok untuk
melakukan praktikum tentang kalor.
Guru membimbing siswa dalam melakukan
praktikum.
Guru meminta siswa bersama kelompoknya
mendiskusikan soal-soal pada LKS.
2) Pembukaan 15 menit
situasi Guru bersama-sama siswa membahas LKS.
konflik
3) Tahap Guru dan siswa secara bersama-sama 15 menit
konstruksi mengevaluasi konsep atau gagasan yang telah
gagasan baru dimunculkan untuk menemukan konsep
dan evaluasi ilmiah yang dipelajari kemudian dapat
merekontruksi gagasan/konsep dalam pikiran
mereka.
4. Penerapan Guru meminta siswa menjawab beberapa 15 menit
Gagasan pertanyaan (kuis) yang telah disiapkan oleh
guru dan dikerjakan secara perorangan.
5. Pemantapan Guru mengkonfirmasi penerapan konsep 15 menit
Gagasan siswa dengan tanya jawab tentang kuis yang
telah dikerjakan siswa.
10 Kegiatan Penutup
Guru bersama siswa menyimpulkan materi
57

yang telah disampaikan.


Guru menutup pelajaran dengan mengucapkn
salam.

I. Penilaian Hasil Belajar

c. Teknik Penilaian : Tes tertulis


d. Bentuk Instrumen : Uraian
1. Perpindahan kalor melalui suatu zat tanpa disertai perpindahan
partikel-partikel zat tersebut disebut ...
2. Zat penghantar kalor yang baik disebut ... dan zat zat penghantar kalor
yang buruk disebut ...
3. Berdasarkan gambar di bawah ini, yang mana termasuk konduktor ?

4. Perpindahan kalor yang disertai dengan perpindahan partikel-partikel


zat yang disebabkan oleh perbedaan massa jenis disebut ...
5. Perpindahan kalor tanpa melalui zat perantara disebut ...
58

Pedoman penskoran:
No Kunci Jawaban Skor
1. Konduksi 1
Jumlah skor 1
2. Konduktor 1
Isolator 1
Jumlah skor 2
3. (b) 1
(e) 1
Jumlah skor 2
4. Konveksi 1
Jumlah skor 1
5. Radiasi 1
Jumlah skor 1
Jumlah skor total 7


= 100

Mengetahui, Pontianak, 2016


Guru SMPN 2 Sungai Kakap

LEGIMAN, S.Pd MAHARANI


NIP. NIM. F15112023
59

LAMPIRAN A-5

LEMBAR KERJA SISWA (LKS)

PERTEMUAN 2

Perpindahan Kalor

Saat kamu membuat teh manis


panas, jari tanganmu yang kamu gunakan untuk
mengaduk gula dengan sendok logam tentu ikut
terasa panas, demikian juga kamu akan
merasakan hangat/panas saat berdekatan
dengan api unggun atau saat membakar
sampah. Pada percobaan yang lalupun kamu
juga telah mengamati kenaikkan suhu air saat
dipanaskan, hingga kemudian suhu air tetap
saat air sedang mendidih. Semua kejadian
tersebut berhubungan dengan perambatan
kalor.Bagaimanakah kalor merambat ?

Lakukan Percobaan berikut:

A. Sendok dipanaskan pada salah satu ujungnya dan tempelkan plastisin


pada batang sendok

Amati apa yang terjadi , lalu jawablah pertanyaan berikut:


60

1. Apa yang terjadi pada plastisin ? mengapa demikian ?






2. Sebutkan benda-benda lainnya yang dapat merambatkan
kalor dengan cara konduksi!

a.
b. ..
c. .
Tentunya tidak semua benda dapat merambatkan kalor dengan cara
konduksi, untuk lebih jelasnya lakukan kegiatan berikut:

B. Masukkan air secukupnya ke dalam bejana kaca, lalu masukkan juga


biji kacang ijo kurang lebih sepertiga sendok. Panaskan bejana yang
berisi air + kacang ijo tersebut, lalu amati apa yang terjadi, dan
jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut:

1. Apa yang terjadi pada biji kacang ijo ?



..

2. Gambarkan pola gerakkan biji kacang ijo tersebut (Gambar pada


kotak di bawah ini).
61

3. Apa beda konduksi dan konveksi ditinjau dari partikel-partikel zat


yang dipanaskan? Tulis jawabanmu pada tempat yang tersedia di
bawah ini.

..
..
Apakah Panas matahari harus memerlukan medium untuk sampai ke
bumi? Tentu tidak, karena dalam perambatannya panas matahari
melewati daerah hampa udara. Perambatan kalor seperti ini disebut
cara radiasi.
Lakukan Percobaan berikut ini !
C. Dekatkan tangan mu pada api seperti pada gambar di bawah ini!

Apa yang kalian kalian rasakan ? mengapa demikian?



..

..
Dari percobaan A, B dan C, tulislah kesimpulanmu pada kotak di bawah ini!
62

LAMPIRAN A-6

KUNCI JAWABAN LKS PERTEMUAN KEDUA

Percobaan A

1. Plastisin yang ditempel pada sendok akan lepas. Hal ini dikarenakan adanya
panas yang mengalir dari ujung sendok yang dupanaskan.
2. a. Sendok
b. Panci
c. Paku
dll

Percobaan B

1. Kacang ijo bergerak naik turun.


2.

3. Perpindahan kalor secara konduksi tidak disertai perpindahan partikel-partikel


zat tersebut sedangakan perpindahan kalor secara konveksi disertai
perpindahan partikel-partikel zat tersebut.

Percobaan C

Hangat. Hal ini dikarenakan adanya perpindahan kalor dari api ke tangan secara
radiasi.

Kesimpulan

Perpindahan kalor secara konduksi melalui zat perantara tanpa disertai


perpindahan partikel-partikel zat perantara.
Perpindahan kalor secara konveksi melalui zat perantara disertai perpindahan
partikel-partikel zat perantara.
Perpindahan kalor secara radiasi tanpa melalui zat perantara.
63

LAMPIRAN A-7

RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

KELAS KONTROL

(RPP 1)

A. Identitas Mata Pelajaran


Sekolah : SMP
Kelas / Semester : VII / Ganjil
Pokok Bahasan : Kalor
Sub Pokok Bahasan : Kalor
Alokasi Waktu : 120 menit
B. Standar Kompetensi
Memahami wujud zat dan perubahannya.
C. Kompetensi Dasar
Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu
benda serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
D. Indikator
Menjelaskan pengertian kalor.
Menyelidiki pengaruh kalor terhadap perubahan suhu benda dan
perubahan wujud zat.
Menyelidiki banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu
zat.
Menyelidiki kalor yang dibutuhkan pada saat mendidih dan melebur.
Menerapkan hubungan antara kalor dengan kenaikan suhu, massa dan
jenis zat serta hubungan antara kalor lebur dengan massa dan jenis zat
untuk menyelesaikan masalah sederhana..
Menerapkan konsep asas Black untuk menyelesaikan masalah sederhana.
E. Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran diharapkan siswa dapat:
Menjelaskan pengertian kalor.
64

Menyelidiki pengaruh kalor terhadap perubahan suhu benda.


Menyelidiki pengaruh kalor terhadap perubahan wujud zat.
Menerapkan hubungan antara kalor dengan kenaikan suhu, massa dan
jenis zat pada soal.
Menerapkan hubungan antara kalor lebur dengan massa dan jenis zat
pada soal.
Menerapkan hubungan antara kalor uap dengan massa dan jenis zat pada
soal.
Menerapkan konsep asas Black pada soal.
F. Metode Pembelajaran
Metode ceramah
G. Sumber dan Media Pembelajaran
Sumber : Abadi, R., dkk. 2009. IPA Terpadu Kelas VII Semester 1. Klaten:
Intan Pariwara.
Waijan. 2009. IPA Terpadu Kelas VII Semester 1. Surakarta:
Citra Pustaka.
Media : Papan tulis, spidol.
H. Kegiatan Belajar Mengajar
Alokasi
No Kegiatan
Waktu
1. Pendahuluan 15 menit
Guru mengucapkan salam dan mengabsen siswa.
Guru menginformasikan tujuan pembelajaran.
Guru memberikan apersepsi dan motivasi.
Bagaimana suhu logam ketika dipanaskan?
Mengapa demikian?
Guru menginformasikan materi yang akan dipelajari
yaitu tentang kalor.
2. Kegiatan Inti 90 menit
Guru menjelaskan materi dan memberikan contoh soal.
65

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk


bertanya.
Guru memberikan latihan soal.
3. Penutup 15 menit
Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang sudah
dipelajari.
Guru meminta siswa untuk membaca materi selanjutnya
di rumah.

I. Penilaian Hasil Belajar


a. Teknik Penilaian : Tes tertulis
b. Bentuk Instrumen : Uraian
1. Apakah yang dimaksud dengan kalor ?
2. Mimin memanasi air yang bermassa 100 gram berada pada suhu 20
C dipanasi hingga mendidih. Jika kalor jenis air adalah 4200 J/kg C
tentukan jumlah kalor yang diperlukan!
3. Ke dalam bak mandi dicampurkan 150 kg air panas bersuhu 90 dan
250 kg air dingin yang bersuhu 10. Berapakah suhu akhir campuran
tersebut!
4. Perhatikan grafik perubahan wujud 0,25 kg es berikut!
T()

D
15

B C
Q (J)
0

10
A
Diketahui kalor jenis es = 2.100 J/kg, kalor lebur es = 332.000 J/kg
dan kalor jenis air 4.200 J/kg. Tentukan banyaknya kalor yang
dibutuhkan pada proses (A-C)!
66

5. Perhatikan grafik pemanasan berikut!


T(0 C)
B C
1000 C

500 C
A

Q(J)
0
0
C

Air sebanyak 1 kg diuapkan. Jika kalor uap air 2.270.000 J/kg dan
kalor jenis air 4.200 J/kg, berapa banyak kalor yang diperlukan
untuk peristiwa (A C) ?
Pedoman penskoran:
No Kunci Jawaban Skor
1. Kalor adalah salah satu bentuk energi yang berpindah 1
dari benda yang bersuhu lebih tnggi ke benda yang
bersuhu lebih rendah.
Jumlah skor 1
2. 1
Dik : m = 100 gram = 0,1 kg
1
c = 4200 J/kg C
1
T1 = 20C
1
T2 = 100C
1
T=100 C 20 C= 80C
1
Dit : Q = ?
Penyelesaian :
Kalor yang diperlukan:
1
Q=mxcxT
1
Q = 0,1 kg x 4200 J/kg C x 80C
1
Q = 33.600 J

Jumlah skor 9
3. Dik: m1 = 150 kg 1
T1 = 90 1
m2 = 250 kg 1
T2 = 10 1
c1 = c2 = c 1
Dit: Ta = ? 1
Penyelesaian:
67

Qlepas = Qserap 1
m1 . c . = m2 . c . 1
m1 (T1 Ta ) = m2 (Ta T2) 1
150 kg (90 - Ta) = 250 kg (Ta - 10) 1
13.500 kg - 150 kg Ta = 250 kg Ta 2.500 kg 1
13.500 kg + 2.500 kg = 250 kg Ta + 150 kg Ta 1
16.000 kg = 400 kg Ta 1
16.000 kg 1
Ta = 400 kg
Ta = 40 1
Jumlah skor 15
4. Dik: m = 0,25 kg 1
ces= 2.100 J/kg 1
cair= 4.200 J/kg 1
L = 332.000 J/kg 1
T= (0C (-10C))= 10C 1
Dit: QAC = ? 1
Penyelesaan:
QAC = QAB + QAC 1
= (m. ces. T) + (m.L) 1
= (0,25kg . 2.100 J/kg . 10C) + (0,25 kg . 332.000 1
J/kg)
= 5.250 J + 83.000J 1
= 88.250 J 1
Jumlah skor 11
5. Diketahui :
m = 1 kg 1
U = 2.270.000 J/kg 1
cair= 4.200 J/kg 1
= 100 - 50 = 50 1
Ditanyakan :
QAC = ... ? 1
Jawab :
QAC = QAB + QBC 1
= m cair + mU 1
=(1 kg) ( 4.200 J/kg) (40) + (2 kg) (2.270.000 1
J/kg)
= 336.000 J + 4.540.000 J 1
= 4.876.000 J 1
Jumlah skor 46
Jumlah skor total
68


= 100

Mengetahui, Pontianak, 2016


Guru SMPN 2 Sungai Kakap

LEGIMAN, S.Pd MAHARANI


NIP. NIM. F15112023
69

LAMPIRAN A-8

RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

KELAS KONTROL

(RPP 2)

A. Identitas Mata Pelajaran


Sekolah : SMP
Kelas / Semester : VII / Ganjil
Pokok Bahasan : Kalor
Sub Pokok Bahasan : Perpnidahan Kalor
Alokasi Waktu : 120 menit
B. Standar Kompetensi
Memahami wujud zat dan perubahannya.
C. Kompetensi Dasar
Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu
benda serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
D. Indikator
Menyelidiki macam-macam cara pepindahan kalor.
E. Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran diharapkan siswa dapat:
Membedakan macam-macam perpindahan kalor.
Menyelidiki perpindahan kalor secara konduksi.
Mengetahui bahan yang termasuk konduktor dan isolator.
Menyelidiki perpindahan kalor secara konveksi.
Menyelidiki perpindahan kalor secara radisi.
F. Metode Pembelajaran
Metode ceramah
G. Sumber dan Media Pembelajaran
Sumber : Abadi, R., dkk. 2009. IPA Terpadu Kelas VII Semester 1. Klaten:
Intan Pariwara.
70

Waijan. 2009. IPA Terpadu Kelas VII Semester 1. Surakarta:


Citra Pustaka.
Media : Papan tulis, spidol.
H. Kegiatan Belajar Mengajar
Alokasi
No Kegiatan
Waktu
1. Pendahuluan 15 menit
Guru mengucapkan salam dan mengabsen siswa.
Guru menginformasikan tujuan pembelajaran.
Guru memberikan apersepsi dan motivasi.
Apa yang kalian rasakan ketika duduk di sekitar api
unggun? Mengapa demikian?
Guru menginformasikan materi yang akan dipelajari
yaitu tentang perpindahan kalor.
2. Kegiatan Inti 90 menit
Guru menjelaskan materi.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya.
Guru memberikan latihan soal.
3. Penutup 15 menit
Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang sudah
dipelajari.
Guru meminta siswa untuk membaca materi selanjutnya
di rumah.

I. Penilaian Hasil Belajar


a. Teknik Penilaian : Tes tertulis
b. Bentuk Instrumen : Isian
71

1. Apakah yang dimaksud dengan konduksi?


2. Apakah yang dimaksud dengan :
a. Konduktor
b. isolator
3. Berdasarkan gambar di bawah ini, yang mana termasuk konduktor ?

4. Apakah yang dimaksud dengan konveksi?


5. Apakah yang dimaksud dengan radiasi?
Pedoman penskoran:
No Kunci Jawaban Skor
1. Perpindahan kalor melalui suatu zat tanpa disertai 1
perpindahan partikel-partikel zat tersebut.
Jumlah skor 1
2. a. Zat penghantar kalor yang baik. 1
b. Zat penghantar kalor yang buruk. 1
Jumlah skor 2
3. (b) 1
(e) 1
Jumlah skor 2
4. Perpindahan kalor yang disertai dengan perpindahan 1
partikel-partikel zat yang disebabkan oleh perbedaan
massa jenis.
Jumlah skor 1
5. Perpindahan kalor tanpa melalui zat perantara. 1
Jumlah skor 1
Jumlah skor total 7
72


= 100

Mengetahui, Pontianak, 2016


Guru SMPN 2 Sungai Kakap

LEGIMAN, S.Pd MAHARANI


NIP. NIM. F15112023
73

LAMPIRAN A-9
KISI-KISI SOAL PRETEST
SATUAN PENDIDIKAN : SMP
MATERI : KALOR
KELAS / SEMESTER : VII / GANJIL
ALOKASI WAKTU : 2 x 40 MENIT
Standar Kompetensi : Memahami wujud zat dan perubahannya.
Kompetensi Materi No. Aspek
Indikator Soal
Dasar Pokok Soal Kognitif
Mendeskripsikan Kalor 1. Menghitung massa suatu 1 C3
peran kalor benda yang dipanaskan
dalam mengubah dengan jumlah kalor dan
wujud zat dan perubahan suhu yang telah
suhu suatu benda ditentukan.
serta 2. Menghitung suhu akhir 2 C3
penerapannya campuran berdasarkan
dalam kehidupan asas Black.
sehari-hari. 3. Menghitung jumlah 3 C3
besarnya kalor yang
diperlukan untuk
menaikkan suhu benda
dan untuk menguap
berdasarkan grafik
hubungan perubahan suhu
dan wujud zat.
4. Menghitung jumlah 4 C3
besarnya kalor yang
diperlukan untuk melebur
dan untuk menaikkan
suhu benda berdasarkan
grafik hubungan
perubahan suhu dan
wujud zat.
Perpindah 5. Menjelaskan perpindahan 5 C2
an Kalor kalor secara konveksi.
74

LAMPIRAN A-10

SOAL PRETEST

SATUAN PENDIDIKAN : SMP


MATERI : KALOR
KELAS / SEMESTER : VII / GANJIL
ALOKASI WAKTU : 2 x 40 MENIT

Petunjuk :

1. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan singkat, jelas dan tepat.


2. Baca dan pahamilah soal-soal sebelum anda menjawab.
3. Kerjakan soal yang dianggap mudah terlebih dahulu.
4. Khusus soal hitungan, tuliskan apa yang diketahui, ditanyakan, dan
satuannya karena setiap keterangan soal mempunyai skor.

Soal :
1. Kalor sebesar 92.000 J diperlukan ketika besi dipanaskan dari suhu 20 0C
hingga 70 0C. Apabila kalor jenis besi 460 J/kg0C, berapakah massa
besi yang dipanaskan?
2. Air panas sebanyak 1 kg bersuhu 70 dicampur dengan air dingin
bersuhu 10. Jika air dingin memiliki massa 0,2 kg. Berapakah suhu akhir
campuran tersebut!
3. Perhatikan grafik pemanasan berikut!

T(0 C)
B C
1000 C

200 C
A
Q(J)
0
0
C
75

Air sebanyak 0,1 kg diuapkan. Jika kalor uap air 2.270.000 J/kg dan kalor
jenis air 4.200 J/kg, berapa banyak kalor yang diperlukan untuk
peristiwa (A C) ?
4. Perhatikan grafik berikut !

T(0 C)

350 C C

0 A B Q(J)

Grafik diatas menunjukkan bahwa mula-mula es bermassa 0,1 kg dan


bersuhu 0 0C dipanaskan hingga mencair menjadi air seluruhnya pada suhu
0 0C, kemudian suhu air naik hingga mencapai 35 0C. Jika kalor lebur es
332.000 J/kg dan kalor jenis air 4.200 J/kg0C. Tentukan jumlah kalor yang
dibutuhkan pada proses AB dan BC!
5. Jelaskan perpindahan kalor secara konveksi!
76

LAMPIRAN A-11

KUNCI JAWABAN SOAL PRETEST DAN PEDOMAN PENSKORAN

Acuan
Keterangan Skor
Penskoran
Menghitung 1. Diketahui :
massa suatu
Q = 92.000 J * 1
benda yang
dipanaskan c = 460 J/kg0C* 1
dengan
T1= 20 0C* 1
jumlah
kalor dan T2= 70 0C* 1
perubahan
T= (T2 - T1) 1
suhu yang
telah = 70 0C - 20 0C = 50 0C* 1
ditentukan.
Ditanyakan :
m = ... ? 1
Jawab :
1
m=

92.000 J 1
= 460 J/kg .50 *

= 4 kg * 1
Jika jawaban salah atau tidak menjawab sama sekali
(skor : 0).
Tanda (*) jika tidak menuliskan satuan (skor : 0).
Jumlah skor 10
Menghitung 2. Dik: m1 = 1 kg * 1
suhu akhir T1 = 70 * 1
campuran
m2 = 0,2 kg * 1
berdasarkan
asas Black. T2 = 10 * 1
c1 = c2 = c 1
Dit: Ta = ? 1
Penyelesaian:
Qlepas = Qserap 1
77

m1 . c . = m2 . c . 1
m1 (T1 Ta ) = m2 (Ta T2) 1
1 kg (70 - Ta) = 0,2 kg (Ta - 10) * 1
70 kg - 1 kg Ta = 0,2 kg Ta 2 kg * 1
70 kg + 2 kg = o,2 kg Ta + 1 kg Ta * 1
72 kg = 1,2 kg Ta * 1

Ta =
72 kg
* 1
1,2 kg

Ta = 60 * 1

Jika jawaban salah atau tidak menjawab sama sekali


(skor : 0).
Tanda (*) jika tidak menuliskan satuan (skor : 0).
Jumlah skor 15
Menghitung 3. Diketahui:
jumlah m = 0,1 kg * 1
besarnya
U = 2.270.000 J/kg * 1
kalor yang
diperlukan cair= 4.200 J/kg * 1
untuk = 100 - 20 = 80 * 1
menaikkan
Ditanyakan:
suhu benda
dan untuk QAC = ... ? 1
menguap Jawab:
berdasarkan
QAC = QAB + QBC 1
grafik
hubungan = m cair + mU 1
perubahan =(0,1 kg) ( 4.200 J/kg) (80) + (0,1 kg) 1
suhu dan 1
(2.270.000 J/kg)*
wujud zat.
= 336.000 J + 227.000 J * 1
= 260.600 J *
Jika jawaban salah atau tidak menjawab sama sekali
(skor : 0).
Tanda (*) jika tidak menuliskan satuan (skor : 0).
Jumlah skor 10
78

Menghitung 4. Diketahui :
jumlah m = 0,1 kg* 1
besarnya
L = 332.000 J/kg* 1
kalor yang
diperlukan cair= 4.200 J/kg * 1
untuk = 35 - 0 = 35 * 1
melebur dan
Ditanyakan :
untuk
menaikkan QAC = ... ? 1
suhu benda Jawab :
berdasarkan
QAC = QAB + QBC 1
grafik
hubungan = mL + m cair 1
perubahan =(0,1 kg) (332.000 J/kg) + (0,1 kg) ( 4.200 J/kg) 1
suhu dan (35) *
wujud zat.
= 33.200 J + 14.700 J * 1
= 47.900 J * 1
Jika jawaban salah atau tidak menjawab sama sekali
(skor : 0).
Tanda (*) jika tidak menuliskan satuan (skor : 0).

Jumlah skor 10
Menjelaskan 5. Perpindahan kalor yang disertai dengan 1
perpindahan perpindahan partikel-partikel zat yang disebabkan
kalor secara oleh perbedaan massa jenis.
konveksi. Jika jawaban salah atau tidak menjawab sama sekali
(skor : 0).
Jumlah skor 1
Jumlah skor total 46


= 100

79

LAMPIRAN A-12

KISI-KISI SOAL POSTEST

SATUAN PENDIDIKAN : SMP


MATERI : KALOR
KELAS / SEMESTER : VII / GANJIL
ALOKASI WAKTU : 2 x 40 MENIT
Standar Kompetensi : Memahami wujud zat dan perubahannya.
Kompetensi Materi No. Aspek
Indikator Soal
Dasar Pokok Soal Kognitif
Mendeskripsik Kalor 1. Menghitung besarnya 1 C3
an peran kalor kalor yang diperlukan
dalam untuk menaikkan suhu
mengubah benda.
wujud zat dan 2. Menghitung suhu akhir 2 C3
suhu suatu campuran berdasarkan
benda serta asas Black.
penerapannya 3. Menghitung jumlah 3 C3
dalam besarnya kalor yang
kehidupan diperlukan untuk
sehari-hari. menaikkan suhu benda
dan untuk menguap
berdasarkan grafik
hubungan perubahan suhu
dan wujud zat.
4. Menghitung jumlah 4 C3
besarnya kalor yang
diperlukan untuk
menaikkan suhu benda
dan untuk melebur
berdasarkan grafik
hubungan perubahan suhu
dan wujud zat.
Perpindahan 5. Menjelaskan terjadinya 5 C2
Kalor konveksi kalor pada air.
80

LAMPIRAN A-13

SOAL POSTEST

SATUAN PENDIDIKAN : SMP


MATERI : KALOR
KELAS / SEMESTER : VII / GANJIL
ALOKASI WAKTU : 2 x 40 MENIT

Petunjuk :

1. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan singkat, jelas dan tepat.


2. Baca dan pahamilah soal-soal sebelum anda menjawab.
3. Kerjakan soal yang dianggap mudah terlebih dahulu.
4. Khusus soal hitungan, tuliskan apa yang diketahui, ditanyakan, dan
satuannya karena setiap keterangan soal mempunyai skor.

Soal :
1. Balok besi bermasa 4 kg dipanaskan dari suhu 20 0C hingga70 0C. Apabila
kalor jenis besi 460 J/kg0C, berapakah kalor yang dierlukan untuk
menaikkan suhu dari 20 0C hingga70 0C pada besi?
2. Seorang ibu memandikan bayinya dengan air hangat. Ia mencampurkan air
panas dengan air dingin. Air panasnya sebanyak 5 kg dengan suhu 80.
Air dingin sebanyak 10 kg dengan suhu 20. Berapakah suhu akhir dari
air hangat yang digunakan ibu tersebut!
3. Perhatikan grafik berikut !
81

Air sebanyak 2 kg akan diuapkan. Jika kalor uap air 2.270.000 J/kg dan
kalor jenis air 4.200 J/kg, berapa banyak kalor yang diperlukan untuk
peristiwa (A C) ?

4. Perhatikan grafik perubahan wujud 12 kg es berikut!


T()

D
25

B C
Q (J)
0

5
A

Diketahui kalor jenis es = 2.100 J/kg, kalor lebur es = 332.000 J/kg dan
kalor jenis air 4.200 J/kg. Tentukan banyaknya kalor yang dibutuhkan
pada proses (A-C)!
5. Jelaskan terjadinya konveksi kalor pada air !
82

LAMPIRAN A-14

KUNCI JAWABAN SOAL PRETEST DAN PEDOMAN PENSKORAN

Acuan
Keterangan Skor
Penskoran
Menghitung 1. Diketahui :
besarnya kalor m = 4 kg* 1
yang c = 460 J/kg0C* 1
diperlukan T1= 20 0C* 1
untuk T2= 70 0C* 1
menaikkan T= (T2 - T1) 1
suhu benda. = 70 0C - 20 0C = 50 0C* 1
Ditanyakan :
Q = ... ? 1
Jawab :
Q = m. c. T 1
= 4 kg . 460 J/kg0C . 50 0C * 1
= 92.000 J * 1
Jika jawaban salah atau tidak menjawab sama sekali
(skor : 0).
Tanda (*) jika tidak menuliskan satuan (skor : 0).
Jumlah skor 10
Menghitung 2. Dik: m1 = 5 kg * 1
suhu akhir
T1 = 80 * 1
campuran
berdasarkan m2 = 10 kg * 1
asas Black.
T2 = 20 * 1
c1 = c2 = c 1
Dit: Ta = ? 1
Penyelesaian:
Qlepas = Qserap 1
83

m1 . c . = m2 . c . 1
m1 (T1 Ta ) = m2 (Ta T2) 1
5 kg (80 - Ta) = 10 kg (Ta - 20) * 1
400 kg - 5 kg Ta = 10 kg Ta 200 kg * 1
400 kg + 200 kg = 10 kg Ta + 5 kg Ta * 1
600 kg = 15 kg Ta * 1

Ta =
600 kg
* 1
15 kg

Ta = 40 * 1

Jika jawaban salah atau tidak menjawab sama sekali


(skor : 0).
Tanda (*) jika tidak menuliskan satuan (skor : 0).
Jumlah skor 15
Menghitung 3. Diketahui :
jumlah
m = 2 kg* 1
besarnya kalor
yang U = 2.270.000 J/kg* 1
diperlukan
cair= 4.200 J/kg * 1
untuk
menaikkan = 100 - 60 = 40 * 1
suhu benda
Ditanyakan :
dan untuk
menguap QAC = ... ? 1
berdasarkan
Jawab :
grafik
hubungan QAC = QAB + QBC 1
perubahan
suhu dan = m cair + mU 1
wujud zat. =(2 kg) ( 4.200 J/kg) (40) + (2 kg) 1
(2.270.000 J/kg)*
= 336.000 J + 4.540.000 J* 1
= 4.876.000 J* 1
Jika jawaban salah atau tidak menjawab sama sekali
(skor : 0).
Tanda (*) jika tidak menuliskan satuan (skor : 0).
Jumlah skor 10
84

Menghitung 4. Diketahui :
jumlah
m = 12 kg* 1
besarnya kalor
yang L = 332.000 J/kg* 1
diperlukan
ces= 2.100 J/kg * 1
untuk
menaikkan = 0 - (-5)= 5 * 1
suhu benda
Ditanyakan :
dan untuk
melebur QAC = ... ?
berdasarkan
Jawab :
grafik
hubungan QAC = QAB + QBC 1
perubahan
suhu dan = m cair + mL 1
wujud zat. =(12 kg) ( 2.100 J/kg) (5) + (12 kg) (332.000 1
J/kg) *
= 126.000 J + 3.948.000 J * 1
= 4.110.000 J * 1
Jika jawaban salah atau tidak menjawab sama sekali
(skor : 0).
Tanda (*) jika tidak menuliskan satuan (skor : 0).
Jumlah skor 10
Menjelaskan 5. Air yang dipanaskan akan memuai. Pemuaian ini 1
terjadinya dimulai dari air yang berada di bagian bawah yang
konveksi kalor lebih dekat dengan nyala api. Ketika air pada
pada air. bagian bawah ini memuai , massa jenisnya
berkurang maka air bagian bawah tersebut bergerak
ke atas. Tempatnya digantikan oleh air yang
suhunya lebih rendah, yang bergerak turun karena
massa jenisnya lebih besar.
Jika jawaban salah atau tidak menjawab sama sekali
(skor : 0).
Jumlah skor 1
Jumlah skor total 46


= 100

Anda mungkin juga menyukai