(PPUK)
i
Sedangkan bagi pembaca yang ingin memberikan kritik, saran dan masukan
bagi penyempurnaan buku ini atau ingin mengajukan pertanyaan terkait dengan
buku ini dapat menghubungi: BPBU - Tim Penelitian dan Pengembangan Perkreditan
dan UMKM (TP3KU), Bank Indonesia dengan alamat:
Akhir kata, semoga buku ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat
memberikan kontribusi yang berarti bagi pengembangan UMKM dan Lembaga
Keuangan Syariah.
b. Kontribusi nasabah
- Biaya investasi =Rp26.100.000,-
- Biaya modal kerja = Rp27.233.813,-
Total kontribusi nasabah sebesar Rp55.333.813,-
7 Akad Pembiayaan Kebutuhan pembiayaan usaha abon ikan adalah
dipenuhi dengan akad Pembiayaan Rekening Koran
Syariah (PRKS) musyarakah, hal ini karena biaya
modal kerja yang dibutuhkan relatif berfluktuasi, yang
dipengaruhi oleh musim ikan dan tingkat permintaan
konsumen akan produk abon
8 Jangka Waktu Pembiayaan Pembiayaan modal kerja selama 1 (satu) tahun,dapat
diperpanjang jika sudah jatuh tempo sepanjang kinerja
pembiayaannya bagus (sesuai dengan kriteria bank
bersangkutan)
9 Perhitungan nisbah a. Berdasarkan pengakuan pendapatan (revenue
sharing) disepakati oleh kedua belah pihak
dan rata-rata pemakaian rekening koran,yang
selanjutnya dituangkan dalam berita acara bagi
hasil.
b. Pengakuan pendapatan dan rata-rata pemakaian
rekening koran ini dilakukan setiap bulan,sebagai
dasar perhitungan perolehan nisbah kedua belah
pihak.
iii
10 Nisbah Bank 1,25%
11 Nisbah Nasabah 98,75%
12 Periode Pembayaran Pembiayaan a. Pelunasan pokok pembiayaan dilakukan pada akhir
periode pembiayaan
b. Angsuran nisbah dibayarkan setiap bulan
13 Pola Usaha
a. Periode Proyek 5 tahun
b. Skala Usaha 1.200 kg produk per bulan
c. Tingkat Teknologi Semi-mekanis
d. Produk yang dihasilkan Abon ikan
e. Pemasaran Produk Dijual langsung, pesanan, melalui pengecer dan
pedagang besar/perantara
14 Kelayakan Usaha a. Usaha pembuatan abon ikan mampu
menghasilkan keuntungan setelah membayar
kewajiban pembiayaan kepada LKS.
b. Total nisbah yang diperoleh dari pembiayaan
modal kerja dengan akad PRKS musyarakah
diproyeksikan adalah Rp.12.600.000,- dalam satu
tahun pembiayaan
c. Dengan demikian usaha pembuatan abon
ikan layak untuk diusahakan dan memperoleh
pembiayaan dari LKS.
Hal
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
RINGKASAN EKSEKUTIF USAHA ABON IKAN ........................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii
DAFTAR FOTO ............................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. ix
v
BAB IV ASPEK PRODUKSI ........................................................................ 15
4.1 Lokasi Usaha........................................................................... 15
4.2 Fasilitas Produksi dan Peralatan ............................................... 15
4.2.1 Fasilitas Produksi ............................................................ 15
4.2.2 Peralatan Produksi ......................................................... 16
4.3. Bahan Baku Produksi .............................................................. 19
4.4. Tenaga Kerja .......................................................................... 22
4.5. Teknologi ............................................................................... 22
4.6. Proses Produksi ....................................................................... 23
4.7. Jenis dan Mutu Produksi ......................................................... 30
4.8. Produksi Optimum .................................................................. 30
4.9. Kendala Produksi .................................................................... 30
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal
Gambar 3.1. Rantai Pemasaran Abon Ikan ..................................................... 12
Gambar 4.1. Diagram Alir Proses Produksi Abon ikan..................................... 29
DAFTAR FOTO
Foto Hal
3.1. Abon ikan dalam kemasan 250 dan 100 gram yang siap dijual ............ 13
4.1. Lemari Penyimpanan (Etalase) sebagai tempat menyimpan produk
yang sudah dikemas dan siap dijual ..................................................... 18
4.2. Proses Penyiangan daging ikan marlin ................................................. 23
4.3. Perebusan Daging Ikan ......................................................................... 24
4.4. Proses Penirisan dan Pengepresan I ....................................................... 25
4.5. Proses pencabikan I .............................................................................. 25
4.6. Proses penyiangan dan pemarutan lengkuas, serta penam-bahan
bumbu-bumbu ke serat-serat daging ikan............................................. 26
4. 7. Proses penggorengan ........................................................................... 27
4. 8. Proses pengepresan II ........................................................................... 27
4. 9. Proses Pencabikan II .............................................................................. 28
4.10. Abon ikan curah di gudang penyimpanan dan dalam kemasan siap
dijual (ukuran 250 g dan 100 g) ........................................................... 28
Tabel 1.1. Komposisi Ikan Segar per 100 gram Bahan .................................. 1
Tabel 4.1. Komposisi Bahan-bahan Pembantu Per10 kg Bahan Baku
Daging Ikan ................................................................................. 21
Tabel 4.2. Komposisi Bahan-bahan Pembantu Per10 kg Bahan baku
Daging Ikan ................................................................................. 21
Tabel 4.3. Komposisi Kandungan Gizi dalam 100 gram Abon Ikan ............... 30
Tabel 5.1. Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan .......................... 36
Tabel 5.2. Biaya Investasi Usaha Abon Ikan .................................................. 37
Tabel 5.3. Biaya Operasional Usaha Abon Ikan per Tahun ............................ 38
Tabel 5.4. Kebutuhan Dana untuk Investasi dan Modal Kerja ....................... 39
Tabel 5.5. Angsuran Pokok dan Bunga Kredit .............................................. 40
Tabel 5.6. Produksi dan Pendapatan Kotor per Tahun .................................. 41
Tabel 5.7. Proyeksi Laba Rugi Usaha Abon ikan ............................................ 42
Tabel 5.8. Kelayakan Usaha Abon Ikan ........................................................ 43
ix
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
BAB I
PENDAHULUAN
1
PENDAHULUAN
1
http://www.ristek.go.id
Seperti halnya produk abon yang terbuat dari daging ternak, abon ikan cocok pula
dikonsumsi sebagai pelengkap makan roti ataupun sebagai lauk-pauk.
Proses pembuatan abon ikan relatif mudah sehingga bisa langsung dikerjakan
oleh anggota keluarga sendiri. Peralatan yang dibutuhkan pun relatif sederhana
sehingga untuk memulai usaha ini relatif tidak memerlukan biaya investasi yang
besar. Oleh sebab itu, usaha pengolahan abon ikan ini bisa dilakukan dalam skala
usaha kecil. Hal ini membuat usaha ini sangat berpotensi untuk dikembangkan
di banyak wilayah di Indonesia yang memiliki sumberdaya perikanan laut yang
melimpah.
Upaya untuk mengembangkan usaha pengolahan abon ikan ini sejalan
dengan upaya menumbuhkembangkan UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah). Namun demikian, dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa perbankan
masih kekurangan informasi mengenai kelayakan usaha dan pola pembiayaan yang
cocok bagi usaha ini, maka menjadi kebutuhan mendesak untuk menyediakan
informasi dalam bentuk pola pembiayaan (lending model) usaha kecil untuk usaha
pengolahan abon ikan.
3
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
BAB II
PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN
2
http://www.brkp.dkp.go.id (29 November 2006)
3
http://www.brkp.dkp.go.id (5 September 2005)
5
PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN
Sumber pembiayaan usaha abon ikan selain dari bank konvesional di atas
juga dapat berasal dari Lembaga Keuangan Syariah (LKS). Sehubungan dengan
hal tersebut, pada buku ini akan disampaikan contoh pembiayaan syariah untuk
usaha abon ikan. Salah satu contoh alternatif produk akad pembiayaan syariah
yang digunakan untuk pembiayaan usaha abon ikan adalah Pembiayaan Rekening
Koran Syariah (PRKS) musyarakah dengan menggunakan basis perhitungan nisbah
berdasarkan pengakuan pendapatan (revenue sharing) dan rata-rata pemakaian
rekening koran per bulan.
Secara umum, kriteria yang menjadi pertimbangan bank mengacu pada 5C,
yaitu character (watak), capacity (kemampuan), capital (permodalan), collateral
(jaminan) dan condition (kondisi ekonomi). Disamping itu, prospek pemasaran
dalam usaha juga tetap menjadi perhatian penting karena aspek pemasaran diakui
merupakan faktor penting yang mempengaruhi kelayakan usaha tersebut.
7
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
BAB III
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
Pada bagian ini akan dibahas mengenai aspek pasar dan pemasaran dari
usaha pengolahan abon ikan. Aspek pasar akan menyangkut analisis permintaan,
penawaran, serta tingkat persaingan dan peluang pasar. Sementara itu, pada
aspek pemasaran akan dibahas tentang harga, rantai pemasaran, peluang pasar,
dan kendala-kendala yang dihadapi dalam pemasaran abon ikan.
3.1.1. Permintaan
Sampai saat ini, belum ada data kuantitatif tentang jumlah konsumsi
masyarakat terhadap abon ikan. Meskipun demikian, dapat diprediksi
bahwa jumlah konsumsi abon relatif tinggi karena makanan olahan ini
banyak digemari oleh masyarakat luas. Ritme kehidupan modern masa kini
yang menuntut segala sesuatu yang serba cepat dan waktu yang semakin
terbatas, semakin memperkuat alasan prospektifnya permintaan pasar bagi
produk-produk makanan olahan siap saji, termasuk abon ikan.
Proyeksi jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 231,37 juta
jiwa pada tahun 2009 dan memiliki tren yang akan terus meningkat (BPS,
2009) merupakan suatu potensi pasar yang sangat menjanjikan bagi produk
abon ikan. Hal ini cukup beralasan mengingat akhir-akhir ini terus terjadi
peningkatan rata-rata konsumsi masyarakat terhadap produk olahan ikan
dan udang. Data menyebutkan bahwa pada tahun 2004 rata-rata konsumsi
masyarakat terhadap produk olahan ikan dan udang mencapai 14,75 kalori,
meningkat menjadi 15,31 kalori pada tahun 2005 (BPS, 2005).
9
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
3.1.2. Penawaran
3.2.1. Harga
11
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
Produsen
Foto 3. 1. Abon ikan dalam kemasan 250 dan 100 gram yang siap dijual
13
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
satu jenis rasa, yaitu rasa manis dengan kemasan plastik berukuran 100
gram dan 250 gram. Sedangkan dari sisi tekstur abon, terkadang abon ikan
yang dihasilkan tersebut bertekstur halus dan terkadang kasar (produk tidak
standar). Hal ini tentu berbeda dengan umumnya produk abon dari daging,
seperti abon sapi, yang telah mempunyai berbagai variasi rasa, warna dan
kemasan sesuai dengan preferensi konsumen. Kondisi ini menjadi salah
satu kendala terhambatnya pemasaran produk abon ikan. Dukungan akses
teknologi dan akses modal diharapkan dapat menjadi pemacu untuk makin
berkembangnya industri olahan abon ikan.
Tahap penting dalam memulai suatu usaha adalah pemilihan lokasi tempat
usaha akan didirikan. Pertimbangan penetapan lokasi usaha didasarkan pada
faktor kedekatan letak dari sumber bahan baku, akses pasar terhadap produk
yang dihasilkan, ketersediaan tenaga kerja, air bersih, sarana transportasi dan
telekomunikasi.
Lokasi usaha pengolahan produk ikan sebaiknya terdapat di daerah-daerah
yang dekat kawasan-kawasan kerja pelabuhan perikanan, terutama Tempat
Pelelangan Ikan (TPI). Kondisi tersebut akan mempermudah proses penyediaan
bahan baku ikan, mengingat sifat ikan yang mudah rusak, serta bisa mengurangi
biaya transportasi dalam penyediaan bahan baku.
15
ASPEK PRODUKSI
17
ASPEK PRODUKSI
Bahan baku yang cocok digunakan dalam pembuatan abon ikan adalah ikan
berdaging tebal juga harus memiliki serat kasar dan tidak mengandung banyak
duri. Sejumlah spesies ikan yang memenuhi kriteria tersebut adalah: Marlin/
Jangilus (Istiophorus sp), Tuna, Cakalang, Ekor Kuning, Tongkol, Tengiri, dan
Cucut. Spesies-spesies ikan ini umumnya dapat ditangkap sepanjang tahun oleh
nelayan dengan alat tangkap pancing di perairan laut dalam. Beberapa spesies
ikan air tawar pun bisa digunakan, misalnya: Nila dan Gabus. Sedangkan ciri-ciri
fisik yang harus dimiliki daging ikan yang bisa dijadikan bahan baku pembuatan
abon ikan adalah dalam kondisi segar, warna dagingnya cerah, dagingnya terasa
kenyal, dan tidak berbau busuk.
Pada unit usaha di lokasi penelitian Cisolok Sukabumi, bahan baku yang
digunakan dalam proses produksi abon ikan adalah Ikan Marlin/Jangilus (Istiophorus
sp). Alasan pemilihan Ikan Marlin sebagai bahan baku dalam produksi abon ikan
adalah karena daging jenis ikan ini memiliki serat yang lebih panjang dan warna
yang lebih cerah, bila dibanding dengan daging ikan lainnya. Sebaliknya, ikan
Marlin yang digunakan sebagai bahan baku abon ikan memiliki berat di atas 100
kg. Ikan dengan ukuran tersebut akan meminimalkan bagian ikan yang terbuang
pada saat proses penyiangan daging ikan. Pada saat survei, harga beli ikan Marlin
adalah Rp 18.000 per kg.
Pengadaan bahan baku usaha pengolahan abon ikan di Cisolok Sukabumi
diperoleh dari TPI terdekat, yaitu TPI Pajagan dan TPI Pelabuhan Ratu. Namun,
bila bahan baku tidak tersedia di kedua TPI tersebut, maka bahan baku masih
bisa diperoleh dari TPI Binuangeun (Banten), TPI Muara Angke dan Muara
Baru (Jakarta). Proses pembelian bahan baku biasanya dilakukan dengan cara
melakukan pemesanan terlebih dahulu dari sejumlah TPI, kemudian pemasok akan
mengantarkan langsung bahan baku tersebut ke lokasi produksi dengan biaya
pengiriman sepenuhnya ditanggung oleh pemasok. Sistem pembayaran bahan
baku biasanya dengan sistem 50 persen dibayar pada saat pasokan tiba dan 50
persen lagi setelah produk abon ikan terjual.
19
ASPEK PRODUKSI
Sistem pembayaran bahan baku seperti ini bisa dilakukan karena sudah
lamanya kerjasama yang dilakukan pihak produsen dengan para pemasoknya.
Seperti dalam proses pembuatan produk olahan makanan lainnya, dalam
pembuatan abon ikan pun digunakan bahan-bahan pembantu (bumbu-bumbu).
Fungsi bahan-bahan pembantu tersebut adalah sebagai penyedap rasa dan zat
pengawet alami bagi produk abon ikan yang dihasilkan.
Sejumlah bahan pembantu yang biasa digunakan dalam pembuatan abon
adalah rempah-rempah, gula, garam dan penyedap rasa. Jenis rempah-rempah
yang digunakan adalah bawang putih, ketumbar, lengkuas, sereh dan daun
salam. Gula yang digunakan adalah gula pasir. Gula pasir dapat memberikan
rasa lembut sehingga dapat mengurangi terjadinya pengerasan. Sementara garam
yang digunakan sebagai bumbu adalah garam dapur. Di samping sebagai bumbu,
garam dapur pun berfungsi sebagai bahan pengawet karena kemampuannya untuk
menarik air keluar dari jaringan. Bawang putih mempunyai aktivitas anti mikroba.
Senyawa allicin dalam bawang putih berperan memberikan aroma khas, serta
memiliki kemampuan merusak protein kuman penyakit sehingga kuman tersebut
mati. Sementara itu, penyedap rasa berfungsi untuk menambah kenikmatan rasa
abon ikan yang dihasilkan.
Sejumlah literatur atau penelitian sebelumnya telah mendokumentasikan
komposisi bahan-bahan dalam pembuatan abon ikan. Salah satu publikasi tersebut
disajikan pada Tabel 4.1 di bawah.
21
ASPEK PRODUKSI
4.5. Teknologi
Proses produksi abon ikan relatif sederhana dan mudah dilakukan. Secara
umum, proses produksi abon ikan, mulai dari tahap pengadaan bahan baku ikan
sampai tahap pengemasan abon ikan, adalah sebagai berikut :
1. Pengadaan Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan adalah ikan Marlin yang masih utuh dan segar,
untuk selanjutnya dilakukan proses penyiangan.
2. Penyiangan Bahan baku
Pada proses penyiangan yaitu pemotongan ikan dan pencucian daging ikan,
maka bagian kepala, isi perut dan sirip ikan dibuang. Daging ikan hasil tahap
penyiangan sebaiknya direndam dalam air yang dicampur dengan air cuka.
Kadar air cuka yang dipakai adalah 2%. Ini dilakukan untuk membuat bau
amis hilang. Proses penyiangan dapat dilihat pada gambar 3.2 di bawah.
23
ASPEK PRODUKSI
3. Perebusan
Potongan ikan yang telah direndam dalam air cuka kemudian disusun ke dalam
badeng dan direbus selama 30 60 menit. Proses perebusan akan dihentikan
setelah daging ikan menjadi lunak. Selama proses perebusan tersebut juga
ditambahkan daun salam dan garam rebus.
4. Pengepresan I
Ikan yang telah direbus kemudian dipres dengan mesin pengepres. Sebelum
dipres, daging ikan tersebut sebaiknya ditiriskan terlebih dahulu sekitar 5 10
menit.
Tahap pengepresan bertujuan untuk mengurangi kadar air pada daging ikan
yang telah direbus. Makin sedikit kadar air yang dikandung dalam daging, maka
akan makin baik pula serat-serat daging yang dihasilkan.
5. Pencabikan I
Setelah daging ikan dipres, kemudian dilakukan proses pencabikan sampai
menjadi serat.-serat. Proses ini bisa dilakukan dengan tangan atau dengan
mesin pencabik (giling).
25
ASPEK PRODUKSI
7. Penggorengan
Setelah bumbu-bumbu tercampur secara merata dalam serat-serat daging ikan,
kemudian dilakukan penggorengan 60 menit. Selama proses penggorengan,
secara terus menerus dilakukan pengadukan agar abon ikan yang dihasilkan
matang secara merata dan bumbu-bumbu dapat meresap dengan baik. Tahap
penggorengan ini akan dihentikan setelah serat-serat daging yang digoreng
sudah berwarna kuning kecoklatan. Proses penggorengan dapat dilihat pada
Foto 4.7.
8. Pengepresan II
Tahap produksi berikutnya adalah pengepresan kembali serat-serat daging
ikan yang telah digoreng. Proses pengepresan tahap kedua ini bertujuan untuk
mengurangi kadar minyak pasca proses penggorengan.
27
ASPEK PRODUKSI
9. Pencabikan II
Setelah dipres, kemudian dilakukan pencabikan tahap kedua agar tidak terjadi
penggumpalan. Proses pencabikan tahap kedua ini akan dihentikan setelah
terbentuk produk akhir berupa abon ikan dengan tekstur yang seragam.
Proses pencabikan II dapat dilihat pada Foto 4.9.
Foto 4.10. Abon ikan curah di gudang penyimpanan dan dalam kemasan
siap dijual (ukuran 250g dan 100 g)
Rata-rata waktu yang dibutuhkan dalam setiap kali produksi abon ikan dengan
kapasitas 150 kg bahan baku ikan Marlin, yaitu mulai dari tahap penyiangan ikan
sampai ke tahap pengemasan adalah satu hari kerja. Diagram alir proses produksi
abon ikan ini dapat dilihat pada Gambar 4.1 di bawah.
Pengepresan I
Pencabikan I
Penggorengan
Pengepresan II
Pencabikan II
Abon Ikan
Pengemasan
29
ASPEK PRODUKSI
31
ASPEK KEUANGAN
Kebutuhan modal pembiayaan untuk usaha abon ikan terdiri dari dua
komponen biaya yaitu biaya investasi dan biaya modal kerja. Pada contoh
pola pembiayaan usaha abon ikan ini komponen biaya yang dibiayai adalah
modal kerja. Sedangkan pola pembiayaan yang akan digunakan adalah
Pembiayaan Rekening Koran Syariah (PRKS) musyarakah.
Rujukan penggunaan akad PRKS Musyarakah dilandasi pertimbangan
sebagai berikut:
1. Kebutuhan modal kerja untuk usaha abon ikan relatif berfluktuasi
tergantung pada musim ikan dan permintaan konsumen.
2. Oleh karena itu, akan sangat membantu jika pembiayaan yang diperoleh
mempunyai fasilitas rekening koran, dengan demikian nasabah dapat
memanfaatkan pembiayaan sesuai dengan kebutuhan usahanya.
3. Terkait dengan sistem bagi hasil, akad musyarakah merupakan salah satu
bentuk pembiayaan yang relatif mudah untuk diterapkan kepada nasabah
UMKM. Hal ini karena pada akad musyarakah baik pengusaha maupun
perbankan mempunyai kontribusi modal sehingga risiko ditanggung oleh
kedua belah pihak.
33
ASPEK KEUANGAN
35
ASPEK KEUANGAN
Jumlah/
No Asumsi Satuan Keterangan
Nilai
1 Periode proyek 5 tahun Periode 5 tahun
2 Jumlah hari kerja per bulan 20 hari
3 Jumlah bulan kerja per tahun 12 bulan
4 Rata-rata Skala Produksi per hari
a. Rendemen pengolahan ikan ke Abon Ikan 40 %
b. Produksi abon per hari 60 kg
c. Bahan baku ikan per hari 150 kg
5 Komposisi pemasaran produk
a. Dijual di pabrik 10 %
b. Dijual ke pengecer lokal 10 %
c.Dijual kepada pedagang besar 80 %
6 Komposisi jenis produk menurut kemasan
a. Kemasan 100 gram 60 % Dari total produksi
b. Kemasan 250 gram 40 %
7 Harga jual produk di tingkat produsen 70,000 Rp/kg
8 Harga bahan baku Ikan Marlin 18,000 Rp/kg
9 Expected return of Bank *) 14% % Efektif
Keterangan:
*) Data Desember 2009 Bank Syariah Mandiri
Biaya investasi untuk usaha abon ikan terdiri dari: biaya perizinan,
sewa tanah dan bangunan, serta pembelian mesin/peralatan produksi
dan peralatan pendukung lainnya. Jenis, nilai pembelian dan penyusutan
dari masing-masing biaya investasi yang dibutuhkan untuk memulai usaha
pengolahan abon ikan disajikan pada Tabel 5.2 di bawah.
Biaya perizinan adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk
memperoleh surat-surat izin antara lain Surat Izin Usaha Pengolahan (SIUP),
P-IRT dari Departemen Kesehatan, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), badan
hukum KUB, dan Sertifikat Halal. Masa berlaku masing-masing surat izin
tersebut bervariasi. Total biaya perizinan yang dibutuhkan adalah sebesar
Rp2.450.000,. Sewa tanah dan bangunan dilakukan untuk jangka waktu
lima (5) tahun. Pada tahun-tahun tertentu juga dilakukan reinvestasi untuk
pembelian mesin atau peralatan produksi yang umur ekonomisnya kurang
dari lima (5) tahun. Jumlah biaya investasi keseluruhan pada tahun nol (0)
adalah Rp 26.100.000,. Kebutuhan dana investasi ini dipenuhi dari dana
sendiri dan kredit investasi dari lembaga keuangan formal seperti bank.
1 Perizinan 2,450,000
2 Sewa tanah dan bangunan 10,000,000
3 Mesin/Peralatan Produksi 12,700,000 2,760,000
4 Peralatan lain 950,000 160,000
Jumlah 26,100,000 2,920,000
37
ASPEK KEUANGAN
Biaya operasional terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. Komponen
biaya variabel mencakup biaya bahan baku, bahan pembantu, bahan
pendukung, biaya tenaga kerja produksi, biaya makan tenaga kerja produksi
dan biaya transportasi. Sementara itu, komponen biaya tetap terdiri dari
biaya overhead pabrik (BOP) serta biaya administrasi dan umum.
Total biaya operasional untuk satu tahun produksi adalah sebesar
Rp937.870.500,. Biaya bahan baku dan bahan pembantu menyerap 88%
dari total biaya operasional tersebut.
39
ASPEK KEUANGAN
Angsuran Total
Bulan Nisbah bank Saldo Awal Saldo Akhir
Pokok Angsuran
1 - 1,050,000 1,050,000 90,000,000 90,000,000
2 - 1,050,000 1,050,000 90,000,000 90,000,000
3 - 1,050,000 1,050,000 90,000,000 90,000,000
4 - 1,050,000 1,050,000 90,000,000 90,000,000
5 - 1,050,000 1,050,000 90,000,000 90,000,000
6 - 1,050,000 1,050,000 90,000,000 90,000,000
7 - 1,050,000 1,050,000 90,000,000 90,000,000
Jumlah produksi abon ikan selama satu tahun sebesar 14.440 kg (1.200 kg/
bulan) dan harga abon ikan di tingkat produsen adalah Rp 70.000,- per kg. Dengan
demikian, pendapatan dari hasil penjualan abon ikan per tahun adalah sebesar
Rp 1.008.000.000,. Tabel 5.6 menyajikan rincian penerimaan/pendapatan kotor
dalam setahun.
41
ASPEK KEUANGAN
BEP dari Usaha Abon ikan. Perincian selengkapnya disajikan dalam Lampiran 7
dan 8.
Hasil perhitungan Proyeksi Laba Rugi menunjukkan bahwa laba rata-rata
selama 3 tahun sebesar Rp47.218.075,. dengan profit margin sebesar 5,70 %.
Dengan mempertimbangkan biaya tetap, biaya variabel dan hasil penjualan abon
ikan, BEP rata-rata per tahun selama 3 tahun periode pembiayaan usaha abon ikan
ini adalah : Rp524.256.312, per tahun (BEP nilai penjualan), 7.489 kg per tahun
(BEP produksi).
TAHUN KE-
No Uraian Rata-rata
1 2 3
1 Pendapatan 1,008,000,000 1,008,000,000 1,008,000,000 1,008,000,000
2 Biaya Operasional 937,870,500 937,870,500 937,870,500 937,870,500
3 Laba Kotor 70,129,500 70,129,500 70,129,500 70,129,500
Nisbah pembiayaan 12,600,000 12,600,000 12,600,000 12,600,000
4 Laba Sebelum Pajak 57,529,500 57,529,500 57,529,500 57,529,500
Biaya Penyusutan 4,920,000 4,920,000 4,920,000 4,920,000
5 Laba Kena Pajak 52,609,500 52,609,500 52,609,500 52,609,500
Pajak 5,391,425 5,391,425 5,391,425 5,391,425
6 Laba Bersih 47,218,075 47,218,075 47,218,075 47,218,075
7 Profit margin (%) 4.68 4.68 4.68 4.68
BEP Rata-rata
1 Nilai penjualan (Rp) 524,256,312
2 Jumlah Penjualan/ 7,489
produksi (kg)
Untuk aliran kas (cash flow) dalam perhitungan ini dibagi dalam dua aliran,
yaitu arus masuk (cash inflow) dan arus keluar (cash outflow). Arus masuk diperoleh
dari penjualan produk abon ikan selama satu tahun. Untuk arus keluar meliputi
biaya investasi, biaya variabel, biaya tetap, termasuk angsuran pokok pembiayaan
yang dibayarkan pada akhir periode, nisbah pembiayaan dan pajak penghasilan.
Evaluasi kelayakan untuk usaha abon ikan dengan pembiayaan PRKS
musyarakah dapat diukur dari tingkat kemampuan membayar kewajiban kepada
LKS baik nisbah maupun pokok pembiayaannya. Dari arus kas diketahui bahwa
pada tingkat nisbah bank sebesar 1,25%, usaha ini mampu membayar kewajiban
pembiayaannya dan menghasilkan keuntungan. Dengan demikian usaha
tersebut layak untuk dilaksanakan dan bisa dipertimbangkan untuk memperoleh
pembiayaan. Proyeksi arus kas untuk kelayakan usaha abon ikan selengkapnya
ditampilkan pada lampiran 10
Pada analisa kelayakan dapat juga memakai beberapa indikator yang umum
digunakan pada perhitungan konvensional. Indikator tersebut meliputi IRR (Internal
Rate of Return), Net B/C Ratio (Net Benefit-Cost Ratio), PBP (Pay Back Period). Nilai
IRR misalnya bisa menjadi indikator untuk mengukur kelayakan usaha, semakin
tinggi nilai IRR maka usaha tersebut semakin berpeluang untuk menciptakan
keuntungan. Meskipun demikian, indikator tersebut hanya sebagai alat bantu
untuk menilai kelayakan suatu usaha. Besaran margin ataupun bagi hasil, harus
ditetapkan atas dasar kesepakatan kedua belah pihak (LKS dan pengusaha).
Pola pembiayaan syariah yang digunakan dalam usaha abon ikan adalah PRKS
musyarakah. Pada kesempatan ini ditampilkan satu contoh alternatif pembiayaan
yaitu untuk pengembangan usaha. Dari hasil perhitungan untuk tingkat nisbah
43
ASPEK KEUANGAN
bank sebesar 1,25%, selama satu tahun pembiayaan modal kerja dengan fasilitas
rekening koran, diproyeksikan dapat menghasilkan nisbah kepada bank sebesar
Rp.12.600.000,-. Selengkapnya, perhitungan angsuran bagi hasil dapat dilihat
pada lampiran 6.
Adapun sebagai contoh perhitungan nilai nisbah bank dengan realisasi
penjualan pada bulan berjalan n adalah sebesar Rp90.750.000,- dan rata-rata
pemakaian rekening koran pada bulan tersebut adalah sebesar Rp.82.445.958,- ,
maka realisasi pembayaran nisbah bulan ke-n adalah Rp1.039.163,-. Pembayaran
nisbah bank pada praktiknya dapat lebih tinggi atau lebih rendah dari proyeksi bank
karena menyesuaikan dengan realisasi penjualan/pendapatan (revenue sharing)
yang terjadi, sehingga nisbah yang diperoleh dapat berfluktuasi. Selengkapnya
contoh perhitungan nisbah bagi hasil musyarakah dapat dilihat pada lampiran
10.
Penentuan nisbah mempertimbangkan nilai expected return bank dan
prospek usaha bersangkutan. Nilai dan prospek usaha tersebut secara periodik
dievaluasi oleh bank menyesuaikan dengan perkembangan ekonomi dan usaha/
sektor usaha terkait. Sebagai gambaran, besaran nisbah yang berlaku pada
perbankan syariah dapat dilihat pada lampiran 11.
Usaha pembuatan abon ikan mempunyai dampak yang positif, baik bagi
pengusaha maupun masyarakat setempat. Bagi pengusaha, dampak ekonomis
dari usaha ini adalah akan meningkatnya pendapatan mereka. Usaha abon ikan
merupakan bisnis yang menguntungkan karena mempunyai peluang pasar yang
masih terbuka lebar, terutama bila kendala-kendala pemasaran yang dihadapi pada
saat ini bisa diatasi. Di samping itu, beroperasinya usaha abon ikan yang bersifat
padat karya akan membantu menyerap tenaga kerja bagi masyarakat setempat
sehingga akan membantu peningkatan pendapatan dan kesejahteraan mereka.
Lebih jauh, peningkatan produksi abon ikan akan memberi peluang bagi
peningkatan pendapatan daerah setempat. Jika dikelola secara optimal (kendala-
kendala produksi, pemasaran dan keterbatasan modal kerja sudah teratasi),
maka produsen abon ikan pun berpeluang mengekspor produknya sehingga bisa
berkontribusi bagi penambahan cadangan devisa.
45
ASPEK SOSIAL, EKONOMI DAN LINGKUNGAN
Alih-alih menghasilkan limbah yang berbahaya, sisa proses produksi abon ikan
justru masih bisa dimanfaatkan, misalnya :
1. Bagian-bagian bahan-baku ikan Marlin yang dibuang pada tahap penyiangan,
bisa diolah lebih lanjut menjadi hidangan sop ikan yang banyak diminati
masyarakat setempat.
2. Air sisa rebusan daging ikan pada tahap perebusan bisa diolah lebih lanjut
menjadi produk kecap ikan.
7.1 Kesimpulan
47
KESIMPULAN DAN SARAN
7.2 Saran
49
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
DAFTAR PUSTAKA
Karyono dan Wachid. 1982. Petunjuk Praktek Penanganan dan Pengolahan Ikan.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Mukti, Ade T.D. 2001. Analisis Harga Pokok Produksi dan Titik Impas Produk Abon
Ikan di Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Skripsi pada
Program Studi Sosial Ekonomi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Kelautan,
IPB (tidak diterbitkan). Bogor.
51
.2007. Bank Indonesia.
Suryati, Yati dan Iwan Dirwana. 2007. Produksi Hasil Olahan Hurip Mandiri Cisolok
(Abon Ikan, Dendeng Ikan dan Kerupuk Ikan) Kabupaten Sukabumi. Koperasi
Kelompok Usaha Bersama Hurip Mandiri. Sukabumi.
1. http://www.cuisinenet.com
2. http://www.ipb.ac.id
3. http://www.islamicfinanceonline.com
4. http://www.ifsb.org
5. http://www.isdb.org
6. http://www.bankislam.com.my
7. http://www.lariba.com
8. http://www.amss.net
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
LAMPIRAN
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Hal
1. Pengenalan Pola Pembiayaan Syariah ..................................................... 59
2. Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan Usaha Abon Ikan .......... 64
3. Biaya Investasi Usaha Abon Ikan.............................................................. 65
4. Biaya Operasional Usaha Abon Ikan ....................................................... 67
5. Produksi dan Penjualan Abon Ikan ......................................................... 72
6. Kebutuhan Dana untuk Investasi dan Modal Kerja .................................. 73
7. Proyeksi Pembayaran Nisbah Pembiayaan ............................................... 74
8. Proyeksi Laba Rugi Usaha Abon Ikan ....................................................... 75
9. Proyeksi Perhitungan BEP Usaha ............................................................. 76
10. Proyeksi Arus Kas ................................................................................... 77
11. Contoh Perhitungan Nisbah Pembiayaan Rekening Koran Syariah
Musyarakah ........................................................................................... 78
12. Pola Pembiayaan Syariah pada Perbankan Syariah ..................................
57
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
Usaha Abon Ikan
Pembiayaan Syariah
Bank syariah menunjukkan pertumbuhan yang meningkat. Ini di dorong
oleh makin tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk memilih produk yang
halal. Pun karena jumlah penduduk Muslim di Indonesia yang paling banyak di
dunia, merupakan potensi bagi keuangan syariah untuk menjadi bagian dalam
pembiayaan ekonomi masyarakat.
59
LAMPIRAN
Lebih lanjut penjelasan dari informasi yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
a. Informasi data nasabah
Menyeleksi calon nasabah yang dapat dipercaya untuk memperoleh pembiayaan
dilakukan melalui uji kelayakan nasabah. Uji kelayakan bentuknya berupa form
pengisian yang memuat data pribadi dan data usaha calon nasabah. Pengisian
form dilakukan melalui wawancara secara individual dan kunjungan ke tempat
tinggal dan tempat usaha.
Informasi dari uji kelayakan ini sebagai pertimbangan apakah calon bisa menjadi
nasabah atau tidak. Sekaligus juga menentukan jenis pembiayaan yang sesuai
untuk nasabah bersangkutan.
merujuk pada hasil proyeksi (relatif tetap) tetapi harus merujuk pada transaksi
riil (relatif berfluktuasi sesuai dinamika usahanya).
d. Akad pembiayaan
Akad pembiayaan merupakan kesepakatan antara shahibul maal dan mudharib.
Akad ini sebagai landasan hukum syariah bagi transaksi pembiayaan. Akad
pembiayaan sesuai dengan jenis pembiayaan usaha nasabah.
61
LAMPIRAN
Adalah akad jual beli antara sebesar harga pokok barang ditambah
dengan margin keuntungan yang disepakati
Adalah transaksi sewa menyewa atas suatu barang dan atau upah
mengupah atas suatu jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran
sewa atau imbalan jasa.
Sewa (Operational
Lease and Financial AL- Ijarah Al Muntahia bit Tamlik (Financial Lease with
Lease) Purchase Option)
Adalah sejenis perpaduan antara kontrak jual beli dan sewa atau
akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang ditangan si
penyewa.
Al Wakalah (Deputyship)
Adalah penyerahan, pedelegasian atau pemberian mandat
kekuasaan oleh seseorang kepada orang lain dalam hal-hal yang
diwakilkan
Al-Kafalah (Guaranty)
Merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada
pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang
ditanggung, atau mengalihkan tanggungjawab seseorang yang
dijamin dengan berbegang pada tanggungjawab orang lain sebagai
penjamin.
63
LAMPIRAN
Lampiran 2. Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan Usaha Abon Ikan
Jumlah/
No Asumsi Satuan Keterangan
Nilai
1 Periode proyek 5 tahun Periode 5 tahun
2 Jumlah hari kerja per bulan 20 hari
3 Jumlah bulan kerja per tahun 12 bulan
4 Rata-rata Skala Produksi per hari
a. Rendemen pengolahan ikan ke Abon Ikan 40 %
b. Produksi abon per hari 60 kg
c. Bahan baku ikan per hari 150 kg
5 Komposisi pemasaran produk
a. Dijual di pabrik 10 %
b. Dijual ke pengecer lokal 10 %
c.Dijual kepada pedagang besar 80 %
6 Komposisi jenis produk menurut kemasan
a. Kemasan 100 gram 60 % Dari total
produksi
b. Kemasan 250 gram 40 %
7 Harga jual produk di tingkat produsen 70,000 Rp/kg
8 Harga bahan baku Ikan Marlin 18,000 Rp/kg
9 Expected return of Bank *) 14% % Efektif
Keterangan:
*) Data Desember 2009 Bank Syariah Mandiri
65
Harga/ Umur Penyusut- Nilai
66
No Jenis Biaya Jumlah Satuan Nilai
satuan ekonomis an/tahun sisa
Wajan Penggorengan 6 unit 140,000 840,000 5 168,000 -
LAMPIRAN
(PPUK)
Baskom Plastik Besar 4 unit 60,000 240,000 2 120,000 120,000
Baskom Plastik Kecil 3 unit 40,000 120,000 2 60,000 60,000
Saringan Kelapa 1 unit 5,000 5,000 2 2,500 2,500
Badeng 5 unit 40,000 200,000 2 100,000 100,000
Sodet Besar 5 unit 30,000 150,000 1 150,000 -
Sub jumlah 12,700,000 2,760,000 630,000
4 Peralatan lain
Timbangan Duduk 5 kg 1 unit 150,000 150,000 3 50,000 50,000
Timbangan Gantung 1 unit 300,000 300,000 5 60,000 -
25 kg
67
Jumlah/ Jumlah/ Harga Biaya/ Biaya/
68
No Jenis Biaya Satuan
Hari Bulan satuan bulan tahun
Kayu bakar Kali 1 20 25,000 500,000 6,000,000
Produksi
LAMPIRAN
(PPUK)
Kantong Plastik kemasan kantong/ 360 7,200 200 1,440,000 17,280,000
(100 g) hari
Kantong Plastik kemasan kantong/ 96 1,920 300 576,000 6,912,000
(250 g) hari
Sub total 2,741,000 32,892,000
4 Tenaga kerja produksi
a. Upah orang/ 6 120 25,000 3,000,000 36,000,000
hari
b. Biaya Makan Tenaga Kerja orang/ 7 140 5,000 700,000 8,400,000
hari
Sub total 44,400,000
B. Biaya Tetap
1 Biaya Overhead Pabrik (BOP)
Gaji Pimpinan orang/ 1 1 1,500,000 1,500,000 18,000,000
bulan
Gaji Tenaga Administrasi orang/ 1 1 800,000 700,000 8,400,000
bulan
Biaya listrik Per Bulan 150,000 1,800,000
Biaya telepon Per Bulan 250,000 3,000,000
Biaya peralatan habis pakai *) Per Tahun 1,410,000
Biaya Perawatan & Per Tahun 682,500
pemeliharaan **)
Sub total 33,292,500
2 Biaya administrasi & umum Per Bulan 30,000 360,000
Total Biaya Tetap 33,652,500
Total Biaya Operasional 937,870,500
Harga/
No Jenis Peralatan Habis Pakai Jumlah Satuan Nilai
satuan
1 Baskom ukuran kecil 10 unit 15,000 150,000
2 Baskom ukuran sedang 3 unit 40,000 120,000
3 Baskom ukuran besar 4 unit 65,000 260,000
4 Nyiru 10 unit 10,000 100,000
5 Ayakan 5 unit 10,000 50,000
6 Pisau 5 unit 5,000 25,000
Biaya Total per semester 705,000
Biaya Total per tahun 1,410,000
Usaha Abon Ikan
69
LAMPIRAN
*) Diasumsikan kebutuhan modal kerja awal adalah untuk 1,5 bulan pertama operasional
71
LAMPIRAN
Produksi (kg)
No Uraian
Per hari Per bulan
1 Kapasitas bahan baku 60 1200
2 Harga jual di tingkat produsen 70,000 Rp/kg
3 Nilai penjualan per tahun 1,008,000,000 Rp/tahun
(pendapatan)
4 Nilai Penjualan per bulan 84,000,000 Rp/bulan
(pendapatan)
Keterangan:
Proyeksi Penjualan rata-rata per tahun (Rp) 1,008,000,000
Proyeksi Penjualan rata-rata per bulan (Rp) 84,000,000
73
LAMPIRAN
Keterangan:
1 Angsuran pokok pembiayaan dilakukan pada akhir periode pembiayaan sehingga angsuran
bulanan hanya berupa pembayaran nisbah saja
2 Jangka waktu pembiayaan selama satu tahun dan dapat diperpanjang dua kali (jadi total 3 kali)
melalui perpanjangan akad setiap tahunnya. Pada contoh asumsi sampai 3 (tiga) tahun tahun
dengan perpanjangan akad PRKS musyarakah setiap tahun
3 Angsuran nisbah pada perhitungan di atas berdasarkan asumsi bahwa :realisasi penjualan,
rata-rata penggunaan rekening koran dan besar pembiayaan sebagai dasar perhitungan nisbah
adalah tetap sepanjang masa akad pembiayaan dan perpanjangannya.
4. Meskipun demikian, pada prakteknya, pembayaran nisbah bagi hasil dihitung berdasarkan
realisasi penjualan (pendapatan) dan realisasi penggunaan rekening koran tiap bulan yang
jumlahnya dapat berbeda-beda.
5 Contoh perhitungan pengakuan nisbah bagi hasil dapat dilihat pada lampiran - 10
TAHUN KE-
No Uraian Rata-rata
1 2 3
1 Pendapatan 1,008,000,000 1,008,000,000 1,008,000,000 1,008,000,000
2 Biaya Operasional 937,870,500 937,870,500 937,870,500 937,870,500
3 Laba Kotor 70,129,500 70,129,500 70,129,500 70,129,500
Nisbah pembiayaan 12,600,000 12,600,000 12,600,000 12,600,000
4 Laba Sebelum Pajak 57,529,500 57,529,500 57,529,500 57,529,500
Biaya Penyusutan 4,920,000 4,920,000 4,920,000 4,920,000
5 Laba Kena Pajak 52,609,500 52,609,500 52,609,500 52,609,500
Pajak 5,391,425 5,391,425 5,391,425 5,391,425
6 Laba Bersih 47,218,075 47,218,075 47,218,075 47,218,075
7 Profit margin (%) 4.68 4.68 4.68 4.68
75
LAMPIRAN
TAHUN KE-
No Uraian
1 2 3
1 Hasil Penjualan Produk 1,008,000,000 1,008,000,000 1,008,000,000
2 Biaya Variabel
Bahan Baku 648,000,000 648,000,000 648,000,000
Bahan Pembantu 172,926,000 172,926,000 172,926,000
Bahan Pendukung 32,892,000 32,892,000 32,892,000
Biaya Transportasi 6,000,000 6,000,000 6,000,000
Biaya Tenaga Kerja produksi 44,400,000 44,400,000 44,400,000
Pajak 5,391,425 5,391,425 5,391,425
Total Biaya Variabel 909,609,425 909,609,425 909,609,425
3 Biaya Tetap
Biaya overhead pabrik 33,292,500 33,292,500 33,292,500
(BOP)
Biaya administrasi & umum 360,000 360,000 360,000
Biaya Penyusutan 4,920,000 4,920,000 4,920,000
Prakiraan nisbah 12,600,000 12,600,000 12,600,000.00
pembiayaan
Total Biaya Tetap 51,172,500 51,172,500 51,172,500
BEP Rata-rata
1 Nilai penjualan (Rp) 524,256,312
2 Jumlah Penjualan/produksi 7,489
(kg)
TAHUN
Uraian
0 1 2 3
Inflow
a. Pendapatan - 1,008,000,000 1,008,000,000 1,008,000,000
b. Dana sendiri 53,333,813
c. Pembiayaan investasi -
d. Pembiayaan modal 90,000,000
kerja
e. Nilai sisa - - - 9,875,000
Total Inflow 143,333,813 1,008,000,000 1,008,000,000 1,017,875,000
Total Inflow untuk IRR - 1,008,000,000 1,008,000,000 1,017,875,000
Outflow
a. Investasi/re-investasi 26,100,000 150,000 715,000 800,000
b. Modal kerja 117,233,813
c. Biaya operasional - 937,870,500 937,870,500 937,870,500
d. Angsuran pokok - - - 90,000,000
e. Prakiraan nisbah bank - 12,600,000 12,600,000 12,600,000
f. Pajak - 5,391,425 5,391,425 5,391,425
Total Outflow 143,333,813 956,011,925 956,576,925 1,046,661,925
Total Outflow untuk
143,333,813 943,411,925 943,976,925 944,061,925
IRR
77
LAMPIRAN
Keterangan:
1. Pembayaran nisbah pada bulan ke-n sesuai realisasi penjualan = Rp 1.039.163,-
2. Perhitungan nisbah berdasarkan rata-rata pemakaian dan realisasi hasil penjualan
3. Pembayaran nisbah dapat lebih tinggi atau lebih rendah dari proyeksi bank
karena sesuai dengan realisasi penjualan (pendapatan) yang terjadi, sehingga nisbah yang
diperoleh dapat berfluktuasi
Plafon: 90.000.000
Rata-Rata
Pembayaran
Bulan Outstanding Pemakaian
Bagi Hasil
PDB
n1 87,308,468 82,445,958 1,039,163
n2 114,557,501 108,861,658 1,372,110
n3 110,354,625 111,375,845 1,403,800
n4 112,475,486 105,675,200 1,331,948
n5 112,953,456 102,775,505 1,295,400
n6 102,185,801 95,656,624 637,711
n7 97,823,148 91,245,601 1,150,075
n8 101,325,675 93,476,825 1,178,197
n9 97,195,258 90,347,563 1,138,756
n10 90,235,775 85,438,725 1,076,884
n11 79,435,800 73,800,205 930,190
n12 85,205,335 80,795,435 1,018,359
Total (Rp/Thn) 13,572,592
79
Lampiran 12. Pola Pembiayaan Syariah pada Perbankan Syariah
80
Besaran
No Parameter
BRI BMI BSM BSMI BNIS
LAMPIRAN
(PPUK)
19%-22%
Besar rata-rata (kisaran terkecil eff.p.a
9.45%-18.26% 19%-22% 15%-24% 9.00%-10.00%
1 dan terbesar) margin yang (tergantung
(flat rate p.a) eff. p.a eff.p.a. (flat rate p.a)
diberikan sampai saat ini jangka waktu
pembiayaan)
Kisaran bangsil
dengan
ekpektasi
return bank:
16.00%- Tergantung
Menyesuaikan
19.08% p.a Nasabah: Revenue atau
dengan base
Besar rata-rata (kisaran terkecil effektif adapun 0.3 % -85.3% profit mudharib
rate yang ada (95%-5%)-
2 dan terbesar) nisbah bagi hasil nisbah bank dengan patokan
di BRI (77%-23%)