Anda di halaman 1dari 21

10

BAB II

TELAAH PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

Peneliatian ini didukung dengan konsep dasar teori cuci tangan,

sanitasi jajanan, dan diare, dengan uraian sebagai berikut :

1. Cuci Tangan

a. Definisi Cuci Tangan

Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) adalah salah satu tindakan

sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari-jemari menggunakan

air dan sabun untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai

kuman. Mencuci tangan dengan sabun merupakan upaya untuk

mencegah penyakit, karena tangan adalah agen utama pembawa

kuman dan menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke orang

lain, dengan kontak langsung ataupun kontak tidak langsung. Tangan

yang bersentuhan langsung dengan kotoran manusia dan binatang,

ataupun cairan tubuh lain (seperti ingus) dan makanan atau minuman

yang terkontaminasi saat tidak tangan dicuci dengan sabun, maka

dapat memindahkan virus, bakteri dan parasite pada orang lain yang

tidak sadar bahwa dirinya sedang ditulari. Menurut WHO (2009),

WHO telah menetapkan setiap tanggal 15 Oktober sebagai Hari


11

Mencuci Tangan Pakai Sabun Sedunia, yang diikuti oleh 20 negara di

dunia dan salah satu diantaranya adalah Indonesia (Sari, Keloko, &

Syahrial, 2014)

b. Tujuan Mencuci Tangan

Menurut Ananto (2006), tujuan mencuci tangan adalah untuk

mencegah terjadinya kontaminasi silang (orang ke orang atau benda ke

orang) suatu penyakit atau perpindahan kuman (Soedirman & Journal,

2007)

c. Indikasi Waktu Mencuci Tangan

Indikasi waktu untuk mencuci tangan menurut Kemenkes

(2011) adalah:

1) Sesudah buang air.

2) Setelah menceboki bayi atau anak.

3) Sebelum makan dan menyuapi anak.

4) Setelah memegang hewan.

5) Setelah bermain di tanah, lumpur atau tempat kotor.

6) Setelah bersin/batuk (Kemenkes - Unicef, 2011).

d. Teknik Mencuci Tangan

Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir dilakukan selama

40-60 detik. Langkah-langkah teknik mencuci tangan yang benar

menurut anjuran WHO (2016) yaitu sebagai berikut :


12

1) Pertama, tuang cairan handrub pada telapak tangan kemudian usap

dan gosok kedua telapak tangan secara lembut dengan arah

memutar.

2) Kedua, Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara

bergantian

3) Ketiga, gosok sela-sela jari tangan hingga bersih.

4) Keempat, bersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi

saling mengunci.

5) Kelima, gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian.

6) Keenam, letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok

perlahan.

Kategori teknik mencuci tangan :

1) Sangat buruk : Bila tidak melakukan 6 langkah cuci tangan (skor 1)

2) Buruk : bila melakukan 1-2 dari 6 langkah cuci tangan (skor 2)

3) Cukup baik : bila melakukan 3-4 dari 6 langkah cuci tangan (skor 3)

4) Baik : bila melakukan 5-6 dari 6 langkah cuci tangan (skor 4)

5) Sangat baik : bila melakukan 6 langkah cuci tangan dengan baik

dan benar (skor 5) (Wibowo, 2013).

e. Manfaat mencuci Tangan

Cuci tangan dapat berguna untuk pencegahan penyakit yaitu

dengan cara membunuh kuman penyakit yang ada ditangan. Dengan

mencuci tangan, maka tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman.
13

Apabila tangan dalam keadaan bersih akan mencegah penularan

penyakit seperti diare, cacingan, penyakit kulit, Infeksi saluran

pernafasan akut (ISPA) dan flu burung (Proverawati dan Rahmawati,

2012).

f. Faktor-faktor Mempengaruhi Cuci Tangan

Wartonah (2006), faktor yang mempengaruhi perilaku mencuci tangan:

1) Lingkungan (Environment)

Lingkungan sosial atau ekonomi: orang tua, pengasuh, guru, teman-

teman, pengetahuan, agama, kekayaan atau kemiskinan, adat

kebiasaan.

2) Gambaran tubuh (Body Image)

Gambaran tubuh individu mungkin menunjukan pentingnya

menjaga kebersihan untuk individu tersebut. Gambaran tubuh

adalah konsep subyektif seseorang dalam penampilan fisiknya.

Gambaran tubuh ini sering berubah dan berpengaruh terhadap

bagaimana cara individu menjaga kebersihan dirinya.

3) Pengetahuan (knowlegde)

Pengetahuan tentang pentingnya kebersihan dan implikasinya

secara baik dapat mempengaruhi praktek kebersihan diri.

Pengetahuan saja tidak cukup, perlu ada motivasi dari individu dan

latihan perawatan kebersihan diri.


14

4) Variabel budaya (Curtural Variables).

Kepercayaan budaya dan nilai pribadi individu mempengaruhi

perawatan kebersihan diri. Individu dari bermacam-macam latar

belakang budaya mengikuti cara kebersiahan diri yang berbeda-

beda.

5) Cara sosial (Sosial Practices)

Kelompok sosial dimana individu sering berhubungan dapat

mempengaruhi pelaksanaan kebersihan diri.

6) Status sosial ekonomi (Sosio Economic Status)

Sumber ekonomi diperlukan untuk memenuhi kebutuhan

perlengkapan dan alat untuk kebersihan diri.

7) Keinginan pribadi (Personal preference)

Tiap individu berdeda dalam keinginan untuk melakukan

kebersihan dirinya. Contoh memilih alat-alat mandi (shampoo,

pasta gigi, sabun) tentu beda jenis tiap individu (Publikasi, 2012).

2. Sanitasi Jajanan

a. Definisi Sanitasi Makanan

Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang

menitik beratkan kegiatan dan tindakan yang perlu untuk

membebaskan makanan dan minuman dari segala bahaya yang dapat

mengganggu kesehatan, mulai dari sebelum makanan diproduksi,


15

selama dalam proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan sampai

pada saat dimana makanan dan minuman tersebut siap untuk

dikonsumsikan kepada masyarakat atau konsumen (Damanik, 2010).

b. Tujuan Sanitasi Makanan

Menurut Prabu (2008) sanitasi makanan bertujuan untuk

menjamin keamanan dan kemurnian makanan, mencegah konsumen

dari penyakit, mencegah penjualan makanan yang akan merugikan

pembeli, mengurangi kerusakan/pemborosan makanan dan untuk

mengendalikan faktor makanan, tempat dan perlengkapannya yang

dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan

kesehatan lainnya (Damanik, 2010).

c. Prinsip Sanitasi Makanan

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 715 Tahun 2003

tentang Persyaratan Higiene Sanitasi Jasaboga, terdapat 6 (enam)

prinsip sanitasi makanan (Menteri Kesehatan Republik Indonesia,

2003), yaitu :

1) Pemilihan bahan makanan.

Bahan makanan perlu dipilih yang sebaik-baiknya dilihat dari

segi kebersihan,penampilan dan kesehatan. Penjamah makanan

dalam memilih bahan yang akan diolah harus mengetahui sumber-

sumber makanan yang baik serta memperhatikan ciri-ciri bahan


16

yang baik. Beberapa hal yang harus diingat tentang pemilihan

bahan makanan:

a) Hindari penggunaan bahan makanan yang berasal dari sumber

yang tidak jelas.

b) Gunakan catatan tempat pembelian bahan makanan.

c) Mintalah informasi atau keterangan asal-usul bahan yang dibeli.

d) Belilah bahan di tempat penjualan resmi dan bermutu seperti :

rumah potong pemerintah atau tempat potong resmi yang

diawasi pemerintah, tempat pelelangan ikan resmi dan pasar

bahan dengan sistem pendingin.

e) Tidak membeli bahan makanan yang sudah kadaluwarsa atau

membeli daging/unggas yang sudah terlalu lama disimpan,

khususnya organ dalam (jeroan) yang potensial mengandung

bakteri.

f) Membeli daging dan unggas yang tidak terkontaminasi dengan

racun/toksin bakteri pada makanan (Damanik, 2010).

2) Penyimpanan bahan makanan.

Menurut Zaenab (2008), Di Indonesia, setiap makanan dapat

dengan bebas beredar dan dijual tanpa melalui kontrol kualitas, dan

kontrol keselamatan sehingga masih lebih 70 % makanan yang

dijual oleh produsen yang masih tradisional, dalam proses

produksinya kebanyakan masih jauh dari persyaratan kesehatan dan


17

keselamatan, sehingga kasus keracunan makanan meningkat bahan

makanan yang dimaksud disini adalah bahan makanan mentah

(segar) yaitu bahan yang perlu pengolahan sebelum dihidangkan,

contohnya daging, beras, sayuran, singkong dan kentang. Makanan

yang terolah (pabrik) yaitu makanan dapat langsung dimakan tetapi

digunakan untuk proses lebih lanjut. Contohnya tahu, tempe, kecap,

ikan kaleng, kornet dan lain-lain. Makanan yang siap santap, yaitu

nasi remes, soto mie, bakso, goreng ayam dan lain-lain (Damanik,

2010).

3) Pengolahan makanan

Menurut Zaenab (2008), Pengolahan makanan menjadi

makanan siap santap merupakan salah satu titik rawan terjadinya

keracunan, banyak keracunan terjadi akibat tenaga pengolahnya

yang tidak memperhatikan aspek sanitasi. Pengolahan makanan

yang baik adalah yang mengikuti kaidah dan prinsip-prinsip

hygiene dan sanitasi, yang dikenal dengan istilah Good

Manufactering Practice (GMP) atau cara produksi makanan yang

baik. Terjadinya kasus keracunan makanan disebabkan karena

tempat pengolahan makanan dan peralatan masak di mana peralatan

masak juga dapat menyebabkan keracunan pada makanan. Kita

ketahui bahwa logam dan senyawa kimia dapat terlarut dalam alat

masak atau kontainer yang digunakan untuk mengolah dan


18

menyimpan makanan, dapat menyebabkan keracunan. Logam dan

senyawa kimia dapat terlaut, umumnya disebabkan karena makanan

yang bersifat asam. Seorang tenaga pengolah makanan, atau

penjamah makanan baik dalam mempersiapkan, mengolah,

menyimpan, mengangkut, maupun menyajikan dan memperhatikan

hygiene perorangannya. Salah satu contoh adalah kebersihan

tangan. Biasakan mencuci tangan sebelum makan atau mengolah

makanan (Damanik, 2010).

4) Penyimpanan makanan

a) Setiap makanan masak mempunyai wadah masing-masing yang

terpisah. Pemisahan didasarkan pada saat makanan mulai diolah

dan jenis makanan, setiap wadah mempunyai tutup, tetapi

berventilasi yang dapat mengeluarkan uap air. Makanan

berkuahdipisahkan antara lauk dengan kuahnya.

b) Suhu Makanan kering (goreng-gorengan) disimpan dalam suhu

kamar (250 -300 C), makanan basah (kuah, sop, gulai) harus

segera disajikan pada suhu di atas 600C. Makanan basah yang

masih lama akan disajikan disimpan pada suhu dibawah 100C.

c) Waktu tunggu Suhu makanan dalam waktu tunggu yang sudah

berada di bawah 600C, segera dihidangkan dan waktu

tunggunya semakin singkat. Makanan yang disajikan panas

harus tetap dipanaskan dalam suhu di atas 600C. Makanan yang


19

disajikan dingin disimpan di dalam keadaan dingin pada suhu di

bawah 100C. Makanan yang disimpan pada suhu di bawah 100C

harus dipanaskan kembali sebelum disajikan (Damanik, 2010).

5) Pengangkutan makanan

Makanan siap santap lebih rawan terhadap pencemaran

sehingga perlu perlakuan yang ekstra hati-hati. Oleh karena itu,

dalam prinsip pengangkutan makanan siap santap perlu

diperhatikanhal-hal sebagai berikut :

a) Setiap makanan mempunyai wadah masing-masing, isi makanan

tidak terlampui penuh untukmencegah terjadinya kondensasi.

b) Wadah yang dipergunakan harus utuh, kuat dan ukurannya

memadai dengan makanan yang ditempatkan dan terbuat dari

bahan anti karat atau bocor.

c) Pengangkutan untuk waktu yang lama harus diatur suhunya agar

tetap panas600C atau tetap dingin 400C.

d) Wadah selama dalam perjalanan tidak boleh terbuka sampai di

tempat penyajian.

e) Kendaraan pengangkutan disediakan khusus dan tidak

dipergunakan untuk keperluan mengangkut bahan lain.

Menurut Djaja (2003), tempat pengolahan makanan yang

banyak melakukan pengangkutan matang dari dapur ke tempat

penyajian adalah pedagang kaki lima. Alat pengangkut yang


20

digunakan sangat sederhana seperti sepeda dan gerobak, sehingga

kemungkinan makanan yang sudah matang akan terkontaminasi

kembali oleh bakteri bila cara pengangkutan tidak sesuai dengan

persyaratan yang ditetapkan (Damanik, 2010).

6) Penyajian makanan

Menurut Zaenab (2008), penyajian makanan juga salah satu

faktor yang dapat menyebabkan keracunan pada makanan.

Penyajian oleh jasa boga berbeda dengan rumah makan. Di rumah

makan tempat penyajian relatif berdekatan dengan dapur

pengolahan, sehingga untuk terjadinya kontaminasi dengan

lingkungan luar sangat sedikit, sedangkan pada jasa boga tempat

penyajian bisa berkilokilometer dari tempat pengolahan, oleh

karena itu maka faktor pengangkutan makanan menjadi penting

karena akan mempengaruhi kondisi penyajian. Keterlambatan

penyajian dapat terjadi akibat adanya hambatan diluar dugaan,

misalnya kemacetan lalu lintas/gangguan lain dalam perjalanan.

Tempat penyajian seperti di kantin melalui jasa boganya sebab

kasus keracunan makanan pada umumnya terjadi di kantin-kantin

dan lain-lain (Damanik, 2010).


21

3. Diare

a. Definisi Diare

Diare adalah Buang Air Besar (BAB) ecer atau bahkan dapat

berupa air saja (mencret) biasanya lebih dari 3 kali dalam sehari. Diare

atau penyakit diare (Diarrheal Disease) berasal dari bahasa yunani

yaitu Diarroi yang artinya mengalir terus, adalah keadaan abnormal

dari pengeluaran tinja yang frekuen (Ayu Putri Ariani, 2016).

b. Etiologi

1. Faktor infeksi

a. Infeksi enteral

Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan

penyebab utama diare pada anak.

Infeksi parenteral ini meliputi :

1) Infeksi bakteri

a) Vibrio, Escheria Coli

Escheria Coli merupakan penyebab diare infektif pada

bayi. Berdasarkan antigen O maka Escheria Coli dibagi

menjadi beberapa golongan (sero group) dan

berdasarkan antigen H dibagi menjadi serotip (serotype).

b) Salmonella Typii

Salmonella Typii menyebabkan penyakit demam tifus,

sedangkan Salmonella Enteritidis mempunyai kira-kira


22

1.500 bioserotip, di antaranya menyebabkan penyakit

paratifus A, B dan C, sedangkan Salmonella

Choleraesuis sering menimbulkan keadaan sepsis pada

osteomyelitis dan empisema paru.

c) Shigella

Shigella adalah salah satu prototype dari organisme

penyebab diare invasive, yang menimbulkan tinja

berdarah dan berlendir. Toksin Shigella mempunyai

khasiat yaitu nefrotoksik, sitotoksik (mematikan sel

dalam benih sel), enterotoksik (merngsang sekresi usus).

Sintessa protein merupakan hal yang penting dalam

kejadian kematian sel dan timbulnya lesi fokal yang

destruktif dari usus.

d) Campylobacter Jejuni

Campylobacter Jejuni adalah penyebab umum diare

pada beberapa spesies binatang (seperti: ayam dan

kambing). Manusia mendapat infeksi melalui kontak

langsung dengan binatang atau tinjanya, dari makanan

atau air yang terkontaminasi dan kadang-kadang melalui

orang ke orang. Beberapa ahli menganggap penyakit ini

sebagai zoonosis.
23

2) Infeksi virus

Virus terbanyak penyebab diare adalah Rotavirus,

Adenovirus, Enterovirus, Astrovirus, Minirotavirus,

Calicivirus, dan sebagainya.

3) Infeksi parasit

Parasit yang dapat menyebabkan diare akut adalah Cacing

(Ascaris, Trichiuris, Oxyyuris, Strongloides), Protozoa

(Entamoeba histolytica, Giardia lambia, Trichomonis) dan

jamur (Candida Albicans).

b. Infeksi parenteral

Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat

pencernaan, seperti Otitis Media Akut (OMA),

Tonsolofaringitis, Bronkopneumonia, Ensefalitis dan

sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak

berumur di bawah 2 tahun.

2. Faktor malabsorbsi

a. Malobsorbsi karbohidrat (intoleransi laktosa)

Laktosa merupakan karbohidrat utama dari susu (susu sapi

mengandung 50 mg laktosa per liter). Maka pada bayi dan balita

diare akibat intoleransi laktosa mendapat perhatian khusus

karena menjadi penyebab yang cukup sering.


24

b. Malabsorbsi Lemak

Di alam, bentuk trigliserida asam lemak umumnya mengandung

atom C lebih dari 14, seperti asam palmitat, asam stearate, asam

oleat dan asam linoleat. Bentuk ini (Medium Chain

Tryglycerides) adalah trigliserida dengan atom C66 12 buah.

Untuk pengobatan anak dengan malobsorbsi lemak, susu MCT

telah banyak digunakan oleh berbagai klinik. Dalam keaadaan

sehat, absorbs LCT dari usus halus bergantung kepada beberapa

faktor. Hidrolisis dari LCT menjadi asam lemak dan gliserida

terjadi di usus halus bagian atas dengan pengaruh lipase

pancreas dan conjugated bile salts yang ikut membentuk

micelles yaitu bentuk lemak yang siap untuk diabsorbsi.

Sesudah masuk ke dalam usus kecil terjadi reesterifikasi dari

asam lemak sehingga kemudian terbentuk kilomikron yang

selanjutnya diangkut melalui pembuluh limfe.

c. Malabsorbsi protein

1) Gangguan pancreas (enzim pencernaan terganggu).

2) Kelainan mukosa usus pada pemeriksaan.

d. Malabsorbsi empedu

1) Terutama pada bayi pasca reseksi ileum.

2) Asam empedu yang tidak diabsorbsi (Ayu Putri Ariani,

2016).
25

c. Derajat Dehidrasi

Table 2.1 Derajat Dehidrasi menurut (Departemen Kesehatan RI, 2011)

Penilaian Diare Diare Diare


tanpa dehidrasi dehidrasi Ringan dehidrasi Berat
atau Sedang
Bila terdapat dua Bila terdapat dua tandaBila terdapat dua
tanda atau lebih atau lebih tanda atau lebih
Keadaan Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai atau
umum tidak sadar
Mata Tidak cekung Cekung Cekung
Keinginan Normal, tidak ada Ingin minum terus, ada Malas minum
untuk rasa haus rasa haus
minum
Turgor Kembali segera Kembali lambat Kembali sangat
lambat

d. Patofsiologi

Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan

osmotic (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan

tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi

pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus, isi rongga usus

berlebihan sehingga timbul diare). Selain itu, menimbulkan gangguan

sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan

elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan motilitas usus

yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipo peristaltik . Akibat dari

diare adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang

mengakibatkan gangguan asam basa (asidosis metabolic dan


26

hypokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih),

hipoglikemia dan gangguan sirkulasi. Gangguan gizi sebagai akibat

kelaparan (masukan makanan kurang, pengeluaran bertambah) dan

gangguan sirkulasi darah. (Ayu Putri Ariani, 2016)

e. Cara Penularan

Diare sering dikaitkan dengan penyakit bawaan makanan

sehingga diare ditularkan secara fecal-oral melalui masuknya makanan

atau minuman yang terkontaminasi. Penularan dapat juga terjadi

karena makan dengan tangan yang terkontaminasi Kontaminasi sendiri

dapat terjadi karena makanan atau minuman yang tidak dimasak

dengan sempurna, memakan masakan mentah, dan tidak melakukan

kebersihan personal terutama pada penjamah makanan (Ayuningtyas,

2012).

f. Upaya Pencegahan

Menurut Kemenkes (2011), Mengubah pola makan juga

menjadi salah satu upaya pencegahan munculnya gejala gangguan

pencernaan. Kebersihan personal juga dapat berperan dalam upaya

mencegah munculnya diare akut karena salah satu penyebabnya adalah

infeksi bakteri. Dalam sumber lain pencegahan diare yang efektif dan

benar dapat dilakukan dengan menerapkan perilaku sehat dan

penyehatan lingkungan. Menerapkan perilaku sehat dibagi menjadi

tujuh kegiatan, yaitu pemberian ASI (Air Susu Ibu), pemberian


27

makanan pendamping ASI, mencuci tangan, menggunakan jamban,

membuang tinja bayi dengan benar, dan pemberian imunisasi campak.

Penyehatan lingkungan dilakukan dengan upaya penyediaan air bersih,

pengelolaan sampah, dan pengadaan sarana pembuangan air limbah

(Ayuningtyas, 2012).

B. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah penjelaan tentag teori yang dijadikan landasan

dalam suatu penelitian serta asumsi-asumsi teoriti yang mana dari teori

tersebut yang akan digunakan unruk menjelaskan fenomena yang diteliti

(Dharma, 2011), sehingga kerangka teori berisi seluruh teori yang dipaparkan

oleh peneliti. Berdasarkan paparan teori diatas, bahwa cuci tangan pakai

sabun adalah hal penting sebelum melakukan sesuatu terutama sebelum

makan dan sesudah makan dan kebersihan jajanan tidak hanya berfokus

kepada pedagang di sekolah akan tetapi juga di pengaruhi siswa dan siswi

yang memilih jajanan sehat. Secara ringkas, kerangka teori pada penelitian ini

digambarkan pada skema 2.2


28

Skema 2.2

Kerangka Teori Penelitian

(*) Sarana sanitasi Kondisi personal


jajanan : Perilaku individu :
Hygiene
1. Pemilihan bahan 1. Kebiasaan mencuci
makanan tangan pakai sabun (*)
2. Penyimpanan bahan 2. Kebiasaan dan cara
makanan penyimpanan
3. Pengolahan makanan makanan
4. Penyiapan makanan 3. Kebiasaan mencuci
5. Pengangkutan peralatan makan dan
makanan memasak
6. Penyajian makanan

Kondisi Makanan
C. Kerangka Konsep Jumlah agen penyebab
diare

Makanan/Minuman
yang terkontaminasi

Infeksi Ganggaun sekresi


mikroorganisme ke akibat toksin di
saluran cerna dinding usus

Diare Sekresi air dan elektrolit


meningkat
29

Sumber : Ayu Putri Ariani (2016), Damanik (2010) dan

Kerangka konsep adalah struktur yang diunaka dalam menggambarkan

hubungan antar konsep yang ada dalam suatu teori dan mengabstraksikan

unsur yang ada dalam fenomena yang diangkat. Kerangka konsep

menggambarkan variabel-variabel yang menjadi focus penelitian (Dharma,

2011). Kerangka konsep dari penelitia ini terdiri daro variabel independen

adalah cuci tangan pakai sabun dan sanitasi jajanan. Variabel dependen dalam

penelitian ini adalah kejadian diare pada anak. Secara ringkas, kerangka

konsep pada penelitian ini digambarkan pada skema 2.3

Skema 2.3

Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independent Variabel Dependent

Cuci tangan pakai sabun

Kejadian diare pada anak

Sanitasi jajanan

Faktor-faktor yang
mempengaruhi :
1. Lingkungan
2. Gambaran Tubuh
3. Pengetahuan
4. Variabel budaya
5. Cara sosial
6. Status social ekonomi
7. Keinginan pribadi
30

D. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang signifikan

tentang cuci tangan pakai sabun dan sanitasi dengan kejadian diare pada anak

di SD Negeri 015 Samarinda

Anda mungkin juga menyukai