Anda di halaman 1dari 3

Gambar .

Grafik Tingkat trofik berbagai jenis ikan di Waduk Jatigede

Tingkat trofik ikan dikategorikan menjadi tingkat trofik 2 yaitu untuk ikan yang bersifat herbivora,
tingkat trofik 2,5 untuk ikan yang bersifat omnivora dan tingkat trofik 3 untuk ikan yang bersifat
karnivora (Caddy dan Sharp 1986 dalam Nugraha 2011). Ikan hampal di Waduk Jatigede termasuk ke
dalam ikan omnivora cenderung karnivora dengan tingkat trofik 2,9226. Penurut penelitian
Purnamaningtyas (2013) di Waduk Djuanda ikan hampal temasuk karnivora dengan tingkat trofik
sebesar 4,0. Perbedaan tersebut terjai karena lokasi penelitian di wilayah genangan Waduk Jatigede
merupakan lokasi yang dekat dengan pemukiman dan lahan pertanian. Tata guna lahan DTA yang
berupa lahan pertanian dan pemukiman. Hal ini memungkinkan masuknya bahan pencemaran
berupa nutrien, pestisida dan erosi tanah pertanian (Agustiningsih et al. 2012). Hal ini menyebabkan
terjadinya peningkatan kesuburan perairan (Payasiri 2000). Ikan lalawak di Waduk Jatigede termasuk
ke dalam ikan omnivora cenderung karnivora. Benih ikan nila di Waduk Jatigede termasuk ke dalam
omnivora cenderung herbivora dengan tingkat trofik 2,0852. Sedangkan pada ikan sapu-sapu
termasuk ikan omnivora cenderung karnivora dengan tingkat trofik 2,7174. Bedasarkan penelitian
Warsa (2016) di Waduk Jatigede, ikan hampal termasuk ikan omnvora cenderung karnivora, ikan
lalawak termasuk herbivora, ikan nila termasuk ikan herbivora, dan ikan sapu-sapu memanfaatkan
detritus sebagai utamanya sehingga termasuk omnivora. Adanya perbedaan tingkat trofik pada benih
ikan nila karena pada penelitian Warsa (2016) bukan menggunakan benih ikan nila, adanya
perubahan makanan saat masih benih dan saat sudah berkembang mungkin terjadi. Saat masih
benih, alat pencernaan benih ikan nila belum siap untuk mencerna tumbuhan yang memiliki serat
lebih besar, maka benih ikan nila termasuk ke dalam omnivora cenderung herbivora, sedangkan
setelah tumbuh dan berkembang sistem pencernaan ikan nila sudah siap untuk mencerna tumbuhan.
Gambar . Grafik Luas Relung berbagai jenis ikan di Waduk Jatigede

Ikan yang memiliki luas relung yang besar berarti ikan tersebut dapat memanfaatkan makanan yang
tersedia dalam jumlah besar (generalis) dan ikan yang memiliki luas relung yang sempit berarti ikan
tersebut selektif dalam memilih makanan yang tersedia di peiaran (spesialis) (Herawati 2017). Ikan
lalawak dan ikan hampal dapat memanfaatkan makanan yang tersedia dalam jumlah besar,
ditunjukkan dengan luas relung yang besar yaitu masing-masing sebesar 2,46 dan 2,21 sedangkan
ikan nila dan ikan sapu-sapu ditunjukkan dengan luas relung yang sempit yaitu masing-masing 1,31
dan 1,17. Ikan lalawak dan ikan hampal keduanya termasuk omnivora cenderung karnivora. Meski
keempat ikan memiliki sifat yang sama yaitu omnivora cenderung karnivor, jenis makanan yang
dimakan oleh ikan lalawak memiliki nilai paling banyak yang berarti konsumsi ikan ini lebih beragam.

Tumpang Tindih

9.89

39.93
Similarity

69.96

100.00
Hampala Sapu sapu Lalawak Nila
Observations

Gambar . Grafik Tumpang Tindih berbagai jenis ikan di Waduk Jatigede

Ikan hampala dan ikan sapu-sapu memanfaaatkan sumberdaya makanan yang sama. Makanan ikan
hampala dan ikan sapu-sapu dapat pula menjadi makanan ikan lalawak, dan makanan ikan lalawak
dapat menjadi makanan ikan nila. Jika dilihat dari indeks propenderan dari ikan hampala dan ikan
sapu-sapu memiliki konsumsi makanan berupa detritus yang tergolong besar, sehingga pada grafik
tumpang tindih ikan hampala dan ikan sapu-sapu berada pada tingkatan yang sama.

Daftar Pustaka
Agustiningsih, D. Sasongko, S. B & Sudarno. (2012). Analisa kualitas air dan beban pencemaran
berdasarkan penggunaan lahan di sekitar Sungai Blukar Kabupaten Kendal. Prosiding Seminar
Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. (p. 30-37)

Herawati, Titin. 2017. Metode Biologi Perikanan (Pedoman Kerja Laboratorium) Edisi 2. Unpad press:
Bandung

Nugraha, R, H. 2011. Identifikasi an Studi Kebiasaan Makanan Ikan Hasil Tangkapan di Sungai
Cimanuk Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Padjadjaran. Jatinangor. 63 hlm.

Payasiri, S. 2000. Eutrophication and algae bloom problem in Kotmale Reservoirs, Sri Lanka. Edts:
Timotius KH & Goltenboth. Tropical Limnology Vol II. Satrya Wacana University Press. Salatiga.
Indonesia.

Warsa, Andri. 2016. Struktur Komunitas Ikan dan Tingkat Trofik di Wilayah Genangan Waduk Jatigede
Prainundasi, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. BAWAL, 8 (1): 29-36.

Anda mungkin juga menyukai