Anda di halaman 1dari 303

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik
tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan
teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan
pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya (UU RI, 2009) dan supaya tujuan tersebut dapat tercapai
maka diperlukan suatu cara pengelolaan pelayanan keperawatan yang mengikuti prinsip-
prinsip manajemen.
Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Sardjito Yogyakarta sebagai salah satu
penyelenggara pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian serta usaha lain di bidang
kesehatan, bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan senantiasa berorientasi
kepada kepentingan masyarakat. Agar dapat terlaksana tujuan tersebut maka rumah sakit
perlu didukung dengan adanya organisasi yang mantap dan manajemen yang baik dengan
berorientasi pada mutu pelayanan bagi masyarakat.
Instalasi Rawat Inap I (IRNA I) merupakan salah satu instalasi yang terdapat di RSUP Dr.
Sardjito. Ruangan Dahlia merupakan bagian dari ruang IRNA I RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta. Ruangan ini merupakan ruang perawatan yang ditujukan untuk pasien bedah.
Ruang Dahlia sendiri terbagi menjadi 7 ruang yaitu Dahlia 1, Dahlia 2, Dahlia 3 dan Dahlia 4
dan Dahlia 5, Dahlia 6 dan Dahlia 7. Ruang Dahlia 3 merupakan ruang perawatan untuk
pasien dengan TBC.
Permasalahan yang ditemukan di bangsal Dahlia3 diantaranya terkait jumlah kebutuhan
tenaga perawat, dan pembaharuan struktur organisasi. Mengenai pendokumentasian dalam
ruangan Dahlia 3 terdapat masalah yaitu pada kurang lengkapnya pendokumentasian pada
inventarisasi.
Di dalam sebuah ruangan seharusnya kegiatan keperawatan seperti meeting morning,
operan, Preconference dan postconference dilakukan setiap hari. Sebagai salah satu bagian
bangsal dari rumah sakit pendidikan yang digunakan sebagai lahan praktek oleh beberapa
institusi pendidikan, maka para CI diharuskan melaksanakan bimbingan PKK sesuai aturan,
seperti preconference, bedsite teaching, ronde keperawatan, dan postconference.
Kenyataan yang ada di ruangan Dahlia 3, kegiatan bimbingan PKK sudah dilakukan
sesuai aturannamun belum ada bukti pendokumentasian yang jelas dari ruangan terkait
dengan bimbingan PKK. Kegiatan meeting morning, pre conference dan post conference
sudah rutin dilakukan di Ruang Dahlia 3, akan tetapi untuk kegiatan post conference biasanya
dilakukan tidak secara formal.
Dampak yang diakibatkan apabila masalah yang muncul diruangan tidak segera diatasi
akan menghambat proses keberlangsungan manajemen asuhan keperawatan dalam pemberian
asuhan keperawatan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan praktek manajemen keperawatan selama 3 minggu di Ruang
Dahlia 3 RSUP Dr. Sardjito mahasiswa mampu memahami manajemen keperawatan
dengan baik.
2. Tujuan Khusus
Secara kelompok dan individu mahasiswa dapat menunjukkan kemampuan
dalam hal manajemen keperawatan baik kegiatan keperawatan dalam tatanan
klinikmaupun pengelolaan sarana yang ada di ruangan.
Kemampuan manajemen diantaranya meliputi :
b. Mengaplikasikan ketrampilan dalam mengorganisasi dan mengkoordinasi
kegiatankeperawatan secara efektif dengan penerapanfungsi manajemen.
c. Menjalin kerjasama yang baik dalam tim.
d. Menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat, pendekatan dan strategi untuk
mempengaruhi individu atau kelompok untuk melakukan perubahan yang positif
dan pencapaian tujuan.
e. Menggunakan metode pendekatan pemecahan masalah yang efektif dan konstruktif.
f. Menggunakan konsep penjaminan mutu dan penampilan kerja dalam melakukan
asuhan keperawatan.
C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Pelaksanaan praktek manajemen keperawatan ini dilaksanakan di Ruang Dahlia 3
IRNA 1 RSUP Dr. Sardjito berlangsung selama 3 minggu yaitu tanggal 28 Desember 16
Januari 2015.

D. Cara Pengkajian
Pengkajian di Ruang Dahlia 3IRNA IRSUP Dr. Sardjito diperoleh dengan cara:
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data kondisi fisik ruangan,
inventaris ruangan, proses pelayanan dan asuhan keperawatanyang langsung
dilakukan ke pasien.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada kepala ruang, perawat primer, perawat
pelaksana, mahasiswa praktek dan pasien untuk mengumpulkan data tentang proses
pelayanan pasien dan kegiatan yang dilakukan oleh perawat. Wawancara mendalam
digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan perawatsecarafisik, financial, social,
danpsikologis.
3. Studi dokumentasi
Kegiatan dilakukan untuk mengumpulkan data mengenai pasien, ketenagaan,
dokumentasi proses keperawatan, manajemen ruangan, prosedur tetap tindakan dan
inventaris ruangan.
4. Kuesioner
Kuesioner digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh melalui
observasi maupun wawancara mendalam.

E. Skala Penilaian
Setelah masing-masing data didapatkan, kemudian akan diberi penilaian dengan
menggunakan prosentase lalu ditafsirkan dengan kalimat kualitatif yaitu menggunakan:
(Ari Kunto, 2004).
- kriteriabaik (76-100%)
- kriteriacukup (56-75%)
- kriteriakurang (40-55%)
- tidakbaik (<40%)

F. Praktikan
Mahasiswa tahap profesi Ners Program Studi Ilmu Keperawatan FK UGM yang
sedang menjalani stase manajemen periode tanggal 28 Desember 16 Januari 2015 di Ruang
Dahlia 3 IRNA I RSUP Dr. Sardjito dengan anggota:
1. Titi Kurniasih, S.Kep
2. Farahdiba, S.Kep
3. Yacinta Astri Dwi P, S.Kep
4. Berta Yan Sevita, S.Kep
5. Karunia Sholichah, S.Kep
6. Herlina Novita S, S.Kep
7. Beatrix Saragih, S.Kep
BAB II
PENGKAJIAN

A. Profil dan Gambaran Umum Ruang Dahlia 3


1. Profil Ruangan
Ruang Dahlia 3 merupakan salah satu ruang perawatan di instalasi rawat inap 1 di
RSUP Dr Sardjito yang terletak di lantai III gedung IRNA, yang berbatasan dengan
ruang Dahlia 7 dan Dahlia 3. Ruang Dahlia 3 merupakan ruang perawatan untuk
dengan air borne disease.
Kapasitas Ruang Dahlia 3 terdiri dari 24 tempat tidur yang terdiri dari 12 kamar
yaitu: kelas II sejumlah 16 tempat tidur, kelas III sejumlah 8 tempat, serta 1 ruang
tindakan.
2. Struktur Organisasi

PJ YAN KEP & MUTU


Ka SMF/KFK & Ka IRNA 1 Ka BAGIAN
PROFESI LAIN TriKa UNIT APP
Guswarini,
dr. Faisal Heryono, Sp. PD Ka INSTALASI LAIN

PJ ADM & SDM PJ LOGISTIK PJ KEU


Retno K., S.Kep, Ns., M.Kep. Tri Nurwanti, AMK Dita Liselina, SE

Ka RUANG DAHLIA 3
Nanik Sri, S.Kep. Ns

PENATA JASA
Sri Giyanto

Primary Nurse Primary Nurse


Suwartinah, AMK Sri Wuryanti, AMK

Associate Nurse Associate Nurse

1. Yanu Ariyoko, AMK 1. Saidah, AMK(PJTJ)


(PJTJ) 2. Istikomah, AMK (PJTJ)
2. Fari Astuti, AMK (PJTJ) 3. L.Endah, AMK (PJTJ)
3. Mukti, AMK 4. Indria W, AMK
4. Mulkijo, AMK 5. Ahmad Nur Fadli, AMK
5. Istiningsih, AMK 6. Ratih, AMK
6. Aulia Titia Paramadina., PH/PK
S.Kep., Ns 1. Haryuni
2. Nuryati
3. Sumadi

Keterangan:
: Hubungan tanggung jawab
: Hubungan koordinasi
1. Input
a. Row Input
1) Pasien
RSUP Dr. Sardjito sebagai rumah sakit tipe A pendidikan dan rujukan untuk
provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah bagian selatan yang saat ini
berstatus perusahaan jawatan milik Depkes RI (SK Menkes, 2004). RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta merupakan salah satu unit pelayanan kesehatan kelas A yang merupakan
rujukan untuk daerah Propinsi DIY dan Jawa Tengah Bagian Selatan. RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta sebagai rumah sakit tipe A pendidikan dan rujukan untuk propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah bagian selatan sesuai dengan Surat
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1174/MENKES/SK/2004 pada tanggal 18
Oktober 2004 tentang Penetapan Kelas RS Dr. Sardjito Yogyakarta sebagai RS Umum
(Humas RSUP Dr. Sardjito, 2009). Mulai tanggal 1 Januari 2006 RSUP Dr. Sardjito
berubah status dari Perusahaan Jawatan menjadi Badan Layanan Umum (BLU). BLU
adalah institusi dilingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan
kepada masyarakat berupa penyediaan barang atau jasa yang dijual tanpa
mengutamakan mencari keuntungan atau dalam melakukan kegiatannya didasarkan
pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
Ruang Dahlia 3 adalah ruang yang merawat pasien dengan kasus khusus yaitu
pasien dengan Tuberkolisis. Namun juga merawat kasus-kasus lain dengan
Tuberkolosis sebagai penyakit penyerta.

Kajian Data
Jumlah pasien yang dirawat selama periode Januari sampai Desember 2015
ditunjukan pada tabel 1.
Tabel 1. Jumlah Pasien Masuk di Ruang Dahlia 3
RSUP Dr. SARDJITO Yogakarta Periode Januari Desember 2015
No. Bulan Jumlah
1. Januari 26
2. Februari 27
3. Maret 27
4. April 20
5. Mei 23
6. Juni 27
7. Juli 32
8. Agustus 27
9. September 26
10. Oktober 33
11. November 19
12. Desember 27
JUMLAH 314
Sumber : Data Buku Register Dahlia 3 dan Instalasi Rekam Medik 2015

Tabel 2. Sepuluh Besar Kasus Penyakit di ruang Dahlia 3


RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2015
No. Nama Penyakit Jumlah
1. TB paru BTA (-) 91
2. B20 dengan TB 77
3. Suspect TB paru 73
4. Pneumonia 51
5. Sepsis 45
6. Efusi Pleura 35
7. TB paru BTA (+) 27
8. Diabetes Melitus 26
9. Anemia 23
10. CHF 14
JUMLAH 462
Sumber :Buku Registrasi Pasien Dahlia 3 2015
Tabel 3. Sepuluh Besar Kasus Penyakit di ruang Dahlia 3
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2015
No. Nama Penyakit Jumlah
1. Disorders of plasma protein metabolism, not elsewhere 122
classified
2. Hypo-osmolality and hyponatremia 97
3. Sepsis, unspecified 92
4. HIV disease resulting in myobacterial infection 57
5. Hypokalemia 54
6. Anemia in other chronic disease clasified elsewhere 44
7. Tuberculosis of lung, without mention bacteriological or 35
histological cont
8. HIV disease resulting in candidiasis 30
9. HIV disease resulting in multiple infection 29
10. Dyspepsia 29
JUMLAH 589
Sumber :Instalasi Rekam Medik 2015
Analisis
Rata-rata jumlah pasien di ruang Dahlia 3 periode Januari Desember 2015
adalah sebanyak 26,1 (26). Semua data pasien masuk sudah tercatat didalam buku
register ruang Dahlia 3 dan di rekap setiap bulan. Kasus terbanyak di ruang Dahlia 3
berdasarkan buku register dari bulan Januari 2015 Desember 2015 adalah Calculus
kidney, sedangkan Januari Mei 2015 adalah Malign Neoplasm: Breast, unspecified.
2) Peserta Didik
Kajian Pustaka
Pendidikan dan praktik keperawatan profesional merupakan aspek yang tidak
dapat dipisahkan dalam mengembangkan calon perawat profesional secara
komprehensif dalam hal pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Pengetahuan yang
didapat dari pendidikan, baik di kelas maupun di laboratorium akan digunakan pada
situasi nyata di lapangan/klinik, sehingga keselarasan antara pendidikan dan praktik
klinis sangatlah penting (Komite Keperawatan dan Bidang Pelayanan Keperawatan
RSUP Dr. Sardjito, 2007).
RSUP Dr.Sardjito merupakan rumah sakit tipe A pendidikan yang digunakan
sebagai lahan praktik klinik untuk mahasiswa keperawatan dan kedokteran serta
mahasiswa bidang kesehatan lain. Pendidikan dan praktek keperawatan profesional
merupakan aspek yang tidak bisa dipisahkan dalam mengembangkan calon perawat,
bidan, dan dokter secara komprehensif dalam hal pengetahuan (Sardjito, 2000).
Mahasiswa praktikan berhak mendapatkan bimbingan yang optimal dari pembimbing,
baik pembimbing klinik maupun pembimbing akademik (Pusdiknakes). Ikatan Rumah
Sakit Pendidikan Indonesia (IRSPI) yang dikutip oleh Aditama (2003) menyatakan
bahwa untuk menjadi rumah sakit pendidikan perlu memiliki sumber daya yang
profesional seperti:
1) Organisasi
2) Sarana dan fasilitas medik maupun penunjang
3) Jumlah dan variasi teaching material
4) Budaya profesional dan atmosfer akademik
5) Transformasi perilaku pada peserta didik
6) Perpustakaan
7) Komitmen segenap pihak yang terkait
Data mahasiswa keperawatan yang praktik di ruang Dahlia 3 periode Januari
sampai Desember 2015 berjumlah 448 orang yang dibagi dalam kelompok-
kelompok,dalam setiap kelompok berjumlah antara 2 sampai 6 orang praktikan.
Kajian Data
Tabel 4. Mahasiswa Praktek Dahlia 3 RSUP Dr Sardjito Yogyakarta
Periode Januari 2015 - Desember 2015
Bulan
No Program Studi Jan Feb M Ap Mei Juni Jul Ags Spt Okt Nov Des
ar r
1. S1 Keperawatan 0 0 0 0 0 - 5 10 7 - 18 23
2. D3 Keperawatan 0 0 11 15 16 - - - - 10 9 12

Sumber: Buku presensi mahasiswa Dahlia 3 2015

Tabel 5. Mahasiswa Praktek di Dahlia 3 RSUP Dr Sardjito Yogyakarta


Periode Januari - Desember 2015
No Program Studi Bulan
Jan Feb M Ap Mei Jun Jul Ags Spt Okt Nov Des
ar r
1. PSIK FK UGM - - - - - - 5 10 7 - 18 23
2. KBH - - - - - - - - - - - -
3. WH - - - - - - - - - - - -
4. AKPER YKY - - 5 7 6 - - - - 10 9 12
5. KH - - - - - - - - - - - -
6. Notokusuma - - 6 8 10 - - - - - - -
7. Poltekes - - - - - - - - - - - -

Sumber: Buku presensi mahasiswa Dahlia 3 2015


Analisis Data
Berdasarkan hasil kajian data, ruang Dahlia 3 selama ini digunakan sebagai lahan
praktek bagi mahasiswa S1 dan D3 Keperawatan. Pada data diatas dapat dilihat bahwa
tidak setiap bulan terdapat mahasiswa praktik. Dahlia 3 dapat digunakan sebagai
lahan praktek bagi mahasiswa S1 keperawatan dan D3 keperawatan dari berbagai
institusi di Yogyakarta.
b. Instrumental Input
1) Ketenagaan (MAN)
a) Kuantitas
Kajian Pustaka
Penetapan jumlah tenaga keperawatan merupakan suatu proses membuat
perencanaan untuk menentukan berapa banyak tenaga yang dibutuhkan dan
dengan kriteria seperti apa pada suatu unit untuk setiap shiftnya. Untuk penetapan
ini ada beberapa rumus yang dikembangkan oleh para ahli. Selain untuk
menetapkan rumus ini juga dapat digunakan untuk menilai dan membandingkan
apakah tenaga yang ada saat ini cukup, kurang atau berlebih. Rumus tersebut
antara lain:
1) Menurut Gillies (1982)
Kebutuhan tenaga perawat secara kuantitatif dapat dirumuskan
dengan perhitungan sebagai berikut:

Tenaga Perawat (TP) = jumlah jam perawatan yang dibutuhkan/tahun


jumlah hari kerja perawat/tahun x jam kerja perawat/hari
atau

Tenaga Perawat (TP) = A x B x 365

(365 - C) x jam kerja/hari

Keterangan :
A : jam efektif/24 jam waktu perawatan yang dibutuhkan pasien/hari
B : rata-rata jumlah pasien per hari BOR x jumlah tempat tidur
C : jumlah hari libur, 365 = jumlah hari kerja dalam 1 tahun

2) Menurut Douglas (1984)


Penghitungan jumlah tenaga keperawatan menurut Douglas
dihitung berdasarkan tingkat ketergantungan setiap shift klien seperti
pada tabel berikut:

Tabel 6. Jumlah Tenaga Keperawatan Berdasarkan


Klasifikasi Ketergantungan Klien
Kebutuhan perawat
Waktu klasifikasi
Pagi Sore Malam
Minimal 0.17 0.14 0.07
Intermediate 0.27 0.15 0.10
Maksimal 0.36 0.30 0.20
Sumber: Douglas, 1984
Jumlah perawat yang diperlukan untuk jaga adalah pagi, sore, dan malam,
sedangkan klasifikasi derajat ketergantungan klien terhadap keperawatan menurut
Douglas berdasarkan kriteria sebagai berikut :
1.1 Perawatan minimal memerlukan waktu selama 1-2 jam/24 jam,
dengan kriteria:
a) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri.
b) Ambulasi dengan pengawasan.
c) Observasi tanda-tanda vital dilakukan tiap shift.
d) Pengobatan minimal, status psikologi stabil.
e) Persiapan pengobatan memerlukan prosedur.
1.2 Perawatan intermediate memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam dengan
kriteria:
a) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu.
b) Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam.
c) Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali.
d) Folley catheter/intake output dicatat.
e) Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan
memerlukan prosedur.
1.3 Perawatan maksimal atau total memerlukan waktu 5-6 jam/24jam
dengan kriteria:
a) Segalanya diberikan/dibantu.
b) Posisi diatur, observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam.
c) Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intravena.
d) Pemakaian suksion.
e) Gelisah, disorientasi.

3) Menurut Depkes, 2005


Menurut Depkes, modal pendekatan yang dapat digunakan dalam
penghitungan tenaga keperawatan di rumah sakit memperhatikan unit
kerja yang ada pada rumah sakit. Penetapan didasarkan klasifikasi
pasien dengan cara penghitungan adalah:
i. Tingkat ketergantungan pasien berdasarkan kasus
ii. Rata-rata pasien/hari
iii. Jam perawatan yang diperlukan/hari/pasien
iv. Jam perawatan yang diperlukan/ruangan/hari
v. Jam kerja efektif setiap perawat 7 jam/hari
Dirumuskan sebagai berikut:
- Tenaga keperawatan rawat inap :

Jumlah jam perawatan / ruangan / hari


Jam kerja efektif / shift
- Tenaga keperawatan rawat jalan

Jumlah jam perawatan efektif x rata-rata jumlah pasien setiap hari


Jam kerja efektif / shift
Perhitungan tenaga tersebut perlu ditambah (faktor koreksi) yang
terdiri dari:
- Loss day (Hari libur/cuti/ hari besar):

Jumlah hari minggu/ th + cuti + hari besar x keb.tenaga


Jumlah hari kerja efektif/th

- Non nursing job


Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas non
keperawatan seperti contohnya membuat perincian pasien pulang,
kebersihan ruangan, kebersihan alat makan pasien, dll. Diperkirakan
25 % dari jumlah jam pelayanan keperawatan

(kebutuhan tenaga + loss day ) x 25%

Faktor koreksi :

Loss day + Non nursing job

Jadi jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan :

Tenaga yang diperlukan + faktor koreksi

1. Asuhan keperawatan minimal, kriterianya:


b. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
c. Makan dan minum dilakukan sendiri
d. Ambulasi dengan pengawasan
e. Observasi tanda tanda vital dilakukan setiap shift
f. Pengobatan minimal, status psikologis stabil
2. Asuhan keperawatan sedang, dengan kriteria:
a. Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
b. Observasi tanda tanda vital setiap 4 jam
c. Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
3. Asuhan keperawatan agak berat, dengan criteria:
a. Sebagian besar aktivitas dibantu
b. Observasi tanda tanda vital setiap 2 4 jam sekali
c. Terpasang volley cateter, input output dicatat
d. Terpasang infuse
e. Pengobatan lebih dari sekali
f. Persiapan pengobatan perlu prosedur
4. Perawatan maksimal (total), dengan criteria:
a. Segala aktivitas diberikan perawat
b. Posisi diatur, observasi tanda tanda vital setiap 2 jam
c. Makan memerlukan NGT, terapi intravena
d. Penggunaan suction
e. Gelisah / disorientasi
Kajian Data
Jumlah kebutuhan tenaga perawat di Dahlia 3 menurut perhitungan Swansburg
adalah:
Jumlah tempat tidur = 24 tempat tidur. Rata-rata pasien perhari adalah 17.
Jumlah jam kontak dengan 5 jam/hari.
1. Total jam kerja/minggu = 40 jam. Jumlah shift perminggu = 12 x 7 = 84
shift/minggu. Jumlah taf yang dibutuhkan perhari = 84/6 = 14 orang. Pembagian
proporsi dinas dalam satu hari= pagi: siang: malam= 47% : 36% : 17%. Sehingga
jumlah total perawat/ hari= 14 orang. Perawat Libur 1 orang, tugas belajar 1 orang.
Total perawat adalah 16 orang.
Pagi : 47% x 14 = 7 orang
Siang :36% x 14 = 5 orang
Malam : 17% x 14 = 2 orang
Analisis Data
Tabel 7. Hasil Perhitungan Tenaga Perawat di Ruang DAHLIA 3
Metode HASIL
Jumlah tenaga Jumlah tenaga yang Keterangan
yang dibutuhkan ada
Swansburg 16 orang 16 orang Sesuai

Sumber : Data Primer Ruang Dahlia 3, 2015


Hal ini sesuai dengan wawancara yang dilakukan dengan kepala ruang.
Berdasarkan hasil wawancara kepada kepala ruang menyatakan bahwa jumlah
perawat yang bertugas di Dahlia 3 sesuai dengan kebutuhan ruangan, disebutkan juga
bahwa tingkat ketergantungan pasien di Dahlia 3 dalam rentang sedang sampai berat.
Sehingga walaupun pasien di Dahlia 3 sedikit, jumlah tenaga perawat yang
dibutuhkan tetap besar.
b) Kualitas
Kajian pustaka
Salah satu indikator keberhasilan RS dalam memberikan pelayanan kesehatan
ditentukan oleh pemberian asuhan keperawatan yang berkualitas. Asuhan
keperawatan yang berkualitas didukung oleh sumber daya yang berkualitas dan
profesional dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.
Pola tenaga keperawatan RSUP Dr. Sardjito mengacu pada pola Depkes tahun
2011, untuk RSUP Dr. Sardjito tahun 2015, S3 0,5%, S2 2,5%, S1 20%, DIII 70%,
dan SPK 2% (Kumpulan kebijakan dan protap keperawatan RS dr. Sardjito, 2011).
Menurut standar pelayanan minimal rumah sakit (2008), pemberi pelayanan di rawat
inap adalah dokter spesialis dan perawat minimal berpendidikan DIII.
Uraian jabatan pegawai keperawatan di RSUP Dr. Sardjito (Struktur Organisasi dan
Uraian Jabatan Keperawatan RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta, 2011) antara lain:

PJ Pelayanan dengan syarat:


Pangkat/golongan Pengatur muda/ III B
Jenis Pendidikan DIII Keperawatan / Kebidanan, S1 Keperawatan
(diutamakan)
Kursus /Pelatihan Manajemen Keperawatan, Pelatihan Klinis
Keperawatan sesuai dengan kelompok klinis
keperawatan
Pengalaman Kerja Minimal 3 tahun sebagai penanggung jawab ruang
keperawatan
Jabatan Kepala Ruang rawat dengan syarat
Pangkat/golongan Pengatur muda/ III A
Jenis Pendidikan DIII Keperawatan / Kebidanan, S1 Keperawatan
(diutamakan)
Kursus /Pelatihan Manajemen keperawatan, Pelatihan keperawatan kritis/
PPGD, Pengembangan MPKP
Pengalaman Kerja PJ Tim/Perawat Primer (PN) : 3 tahun
Jabatan Primary Nurse dengan syarat :
Pangkat/golongan Penata muda/ IIIA
Jenis Pendidikan DIII keperawatan/kebidanan, S1 Keperawatan
(diutamakan)
Kursus /Pelatihan Manajemen keperawatan, pelatihan keperawatan
kritis/PPGD, pengembangan MPKP, pembimbing
praktek klinik keperawatan, pelatihan perawatan
klinis sesuai bidangnya.
Pelaksana keperawatan sesuai kelompok klinis
Pengalaman Kerja keperawatan dengan latar belakang pendidikan :
DIII Keperawatan program A: 5tahun
DIII Keperawatan jalur khusus: 2tahun
S1 keperawatan program A: 2 tahun
S1 keperawatan program B: 1 tahun
Jabatan Clinical Instructor dengan syarat :
Pangkat/golongan : Penata muda/ II D
Jenis Pendidikan : DIII keperawatan/kebidanan, S1 Keperawatan
(diutamakan)
Kursus /Pelatihan : Pembimbing praktek klinik keperawatan,
pelatihan perawatan klinis sesuai bidangnya,
pelatihan keperawatan kritis/PPGD,
pengembangan MPKP
Pengalaman Kerja : Pelaksana keperawatan sesuai kelompok
klinis keperawatan dengan latar belakang
pendidikan :
DIII Keperawatan program A : 5tahun
DIII Keperawatan jalur khusus : 2tahun
S1 keperawatan program A: 1 tahun
S1 keperawatan program B: 0 tahun

Jabatan Associate Nurse dengan syarat:


Pangkat/golongan : Minimal pengatur muda TK I/II B
Jenis Pendidikan : SPK, DIII keperawatan/kebidanan, S1
Keperawatan
Kursus /Pelatihan : Diutamakan memiliki pelatihan sesuai
kelompok klinis keperawatan
Pengalaman Kerja : -

Jabatan Penangung Jawab Tugas Jaga dengan syarat :


Pangkat/golongan : Penata muda/ IIIA
Jenis Pendidikan : DIII keperawatan / kebidanan, S1 keperawatan
(diutamakan)
Kursus /Pelatihan : Manajemen keperawatan, pelatihan
keperawatan kritis/PPGD, pengembangan
: MPKP, pelatihan klinis sesuai kelompok klinis
keperawatan
Pengalaman Kerja Pelaksana keperawatan : 5 tahun (pendidikan
DIII Kep) dan 2 tahun (S1 keperawatan)
Kajian Data
a) Modalitas SDM
Tabel 8. Distribusi Jumlah SDM Ruang DAHLIA 3

No Kategori Tenaga Jumlah Keterangan


1. 1.1. Dokter Jumlah dokter jaga baik
- Dokter Ahli Tidak terhitung dokter ahli dan dokter
- Dokter Residen
Tidak terhitung residen di Dahlia 3 tidak
dapat di hitung dengan
pasti disetiap waktunya
karena jumlah dokter
disesuaikan dengan kasus
yang terjadi

1.2 . Keperawatan :
- SPK
0
- D4 Keperawatan
0
- D3 Keperawatan
14
- S 1. Keperawatan
2
1.3. Tenaga Non Medis :
Pramu Husada
2
Pekarya
1
Penata Jasa
1

Tabel 9. Distribusi Nama, Jabatan, Pendidikan dan Golongan SDM DAHLIA 3


NO NAMA JABATAN PENDIDI GOL
KAN
1 Nanik Sri K., S.Kep., Ns Ka.Ru S1 IVA
2 Sri Wuryanti. AMK PN D3 IIID
3 Yanu Ariyoko, AMK PJTJ D3 IIIC
4 Fari Astuti, AMK PJTJ D3 IIIB
5 Istiningsih, AMK AN D3 IIID
6 Mulkijo, AMK AN D3 IIIA
7 Mukti, AMK AN D3 IIIC
8 Aulia Titia Paramadina., S.Kep., AN S1 IIIA
Ns
9 Suwartinah, AMK PN D3 IIID
10 Saidah, AMK PJTJ D3 IIIB
11 Istikomah, AMK PJTJ D3 IID
12 L. Endah, AMK PJTJ D3 IIIB
13 Indria W, AMK AN D3 IIIA
14 Ahmad Nur Fadli, AMK AN D3 IIIA
15 Ratih, AMK AN D3 IIC
16 Haryuni PH SLTA IIB
17 Nuryati PH SLTA IIB
18 Sumadi Pekarya SLTA
19 Titik Yuliati Penata Jasa SLTA
20 Purwati. AMK Kamar Tindakan D3 IIID
Sumber: Administrasi DAHLIA 3

Tabel 10. Distribusi Perawat Dahlia 3


Berdasarkan Jenis Pendidikan dan Pelatihan
NO NAMA PELATIHAN

1 Nanik Sri K., S.Kep., Ns Pitstop JCI, MPKP, BHD, PPGD, TRAIN
MOTIV
2 Sri Wuryanti. AMK Pitstop JCI. MPKP, BHD, PPGD, PRIMA, PPI,
TAIN MOTIV
3 Yanu Ariyoko, AMK K3, BHD, MPKP, KGD, Proses Keperawatan
dan SAK, PITSTOP, TRAIN MOTIV
4 Fari Astuti, AMK BHD, In house Training pelayanan TB di RSUP
dr. Sardjito, KMB, PPGD, Penatalaksanaan
HIV/AIDS, MPKP, TRAIN MOTIV, PITSTOP.
5 Istiningsih, AMK Bimbingan Rohani kepada Pasien, MPKP,
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi TB,
APAR, BHD, PITSTOP, TRAIN MOTIV.
6 Mulkijo, AMK Pitstop JCI. MPKP, BHD, PPGD, TRAIN
MOTIV
7 Mukti, AMK Pitstop JCI. MPKP, BHD, PPGD
8 Aulia Titia Paramadina., S.Kep., Ns Pitstop JCI. MPKP, BHD, PPGD
9 Suwartinah, AMK Pitstop JCI, BHD, PPI, PPGD, SARS,
HIV/AIDS, APAR, TRAIN MOTIV
10 Saidah, AMK PPGD, Pencegahan dan pengendalin Infeksi,
KMB, APAR, PRIMA, BHD, PPI, PITSTOP
11 Istikomah, AMK Pitstop JCI. MPKP, BHD, PPGD, TRAIN
MOTIV
12 L. Endah, AMK Pitstop JCI. MPKP, BHD, PPGD
13 Indria W, AMK PPGD, Workshop Keperawatan Onkologi pada
Anak dengan Pendekatan
Multidisiplin,Pelatihan K3, MPKP,
Penatalaksanaan restraint, Pitstop JCI, APAR
14 Ahmad Nur Fadli, AMK Pitstop JCI. MPKP, BHD, PPGD
15 Ratih, AMK Pitstop JCI. MPKP, BHD, PPGD
16 Haryuni Pitstop JCI
17 Nuryati Pitstop JCI
18 Sumadi Pitstop JCI
19 Titik Yuliati Pitstop JCI
20 Purwati. AMK Pitstop JCI. MPKP, BHD, PPGD, PRIMA, PPI

Tabel 11. Kualifikasi Pendidikan Formal Tenaga Keperawatan


Di Ruang DAHLIA 3 RSUP Dr. Sardjito
No Jenis Pendidikan Jumlah Persentase
1 SPK 0 0%
2 D-IV Keperawatan 0 0%
3 D-III Keperawatan 14 87,5%
4 S1 Keperawatan 2 12,5%
Jumlah 16 100 %
Sumber : Administrasi DAHLIA 3, 2015
Analisis Data
Dari data diatas tenaga perawat ruang Dahlia 3 RSUP Dr. Sardjito berdasarkan
tingkat pendidikan sebagai berikut, terdapat 14 orang (87,5%) yang berpendidikan D3
keperawatan dan 2 orang (12,5%) dengan tingkat pendidikan S1 keperawatan.
Dari kajian data diatas dapat dilihat bahwa kualitas tenaga keperawatan di ruang
Dahlia 3 berdasarkan tingkat pendidikan belum cukup memadai, dimana terdapat
tenaga perawat yang berpendidikan S1 sebanyak 2 orang, satu orang sebagai kepala
ruang dan satu orang sebagai AN. Saat ini dibutuhkan satu orang lagi dengan
pendidikan S1 keperawatan sebagai syarat PN, sedangkan PN di Ruang Dahlia 3
sebanyak dua orang dengan tingkat pendidikan DIII.
Menurut data administrasi DAHLIA 3, 87,5 % perawat yang ada telah mengikuti
pelatihan PPGD. Berdasarkan dokumentasi administrasi ruang Dahlia 3 belum ada
perawat yang mengikuti pelatihan 5 dasar wajib, namun setelah di konfirmasi dengan
kepala ruang semua perawat yang bertugas di ruang Dahlia 3 telah mengikuti
pelatihan dasar (5 wajib) akan tetapi ada satu perawat yang belum mengikuti pelatihan
5 dasar wajib dikarenakan masa kerjanya belum lama.

2. Money
Kajian teori
Mulai tanggal 1 Januari 2006 RSUP Dr. Sardjito berubah status dari Perusahaan
Jawatan menjadi Badan Layanan Umum (BLU). BLU adalah institusi dilingkungan
Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa
penyediaan barang atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan
atau dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan
produktivitas. Sehubungan dengan peraturan pemerintah RI No. 23 tahun 2005 yang
telah ditetapkan pada tanggal 13 juni 2005 tentang pengelolaan keuangan Badan
Layanan Umum (BLU) pada pasal 14 dijelaskan tentang sumber pendapatan BLU:
a. Penerimaan anggaran yang bersumber dari APBN/APBD diberlakukan sebagai
pendapatan BLU
b. Pendapatan yang diperoleh dari jasa layanan yang diberikan kepada masyarakat
dan hibah tidak terikat yang diperoleh dari masyarakat atau badan lain merupakan
pendapatan operasional BLU.
c. Hibah terikat yang diperoleh dari masyarakat atau badan lain merupakan
pendapatan yang harus diperlakukan sesuai dengan peruntukan.
d. Hasil kerjasama BLU dengan pihak lain dan/atau hasil usaha lainnya merupakan
pendapatan bagi BLU.
Kajian Data
RSUP Dr. Sardjito merupakan rumah sakit pemerintah dan juga merupakan
rumah sakit pendidikan. Dana Ruang Dahlia 3 bersumber pada anggaran RS yang harus
dipertanggungjawabkan dan dikelola secara desentralisasi oleh IRNA 1 dengan
pertimbangan prioritas program dari ruangan yang ada di IRNA.
Tabel. 12 Tarif Rawat Inap di Ruang Dahlia 3 RSUP dr. Sardjito Yogyakarta
Keterangan Jasa Sarana
Kelas II Rp. 175.000,00
Kelas III Rp. 140.000,00
Sumber: Bagian Administrasi dan Keuangan IRNA 1 2015
Analisis Data
Dari hasil wawancara didapatkan bahwa DAHLIA 3 tidak memiliki sumber dana
tersendiri. Sumber dana terintegrasi bersama dengan bagian keuangan IRNA 1 RSUP
Dr. Sardjito.

3. Material
Kajian Teori
Di dalam manajemen keperawatan sangat diperlukan adanya pengelolaan
peralatan sebagai faktor pendukung dan penunjang terlaksananya pelayanan
keperawatan. Peralatan kesehatan untuk pelayanan keperawatan adalah semua bentuk
alat kesehatan yang dipergunakan dalam melaksanakan tindakan untuk menunjang
kelancaran pelaksanaan asuhan keperawatan, sehingga diperoleh tujuan keperawatan
yang efisien dan efektif.

Kajian Data
Dahlia 3 merupakan ruangan untuk kasus airborne disease. Ruang Dahlia 3 terdiri
dari kelas 2 dan kelas 3 dengan memberikan pelayanan Rawat Inap bagi pasien
umum, PBI dan Non-PBI.

Tabel. 13 Jumlah tempat tidur Dahlia 3


RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
Kondisi
Kelas Keterangan
Jumlah Baik Rusak
II 16 16 - Rusak side rile
III 8 8 -
Ruang
1
Tindakan 1 -
(Kelas II)
Total 25
Sumber: Laporan Keperawatan Ruang Dahlia 3 Tahun 2015
Tabel. 14 Daftar Alat Medis dan non Medis di Ruang Dahlia 3
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2013
KONDISI TAHUN TANGGAL
NAMA MERK/ NO
NO JMLH PEROLEH KALIBRASI
ALAT BAIK RUSAK SERI
AN TERAKHIR
1 EKG 1 1 - Fukudan 2011 24-12-2014
ME C110
s/n
20807163
- Pulmo- Ade 2011
Devilbiss/
sn
2 Nebulizer 2 2 12063403
Devilbiss/P 2014
19-02-2014
ulmo Aide
56501/SN.1
7000665
- Terumo TE
331 s/n
09030044
Terumo TE
331 s/n
06020222
3 Syringe 4 4 2013 19-02-2014
Terumo TE
Pump
331/ Sn.
09030076
Terumo TE-
331/ SN.
07120019
4 Suction 1 1 Sharp Minic 2014 21-02-2014
Pump (Hilang) no. 1306144
U
5 Kasur 4 3 Dyna Care 2015
Dekubitus SR 306/
SN.ZE0921
79(9)
Dyna Care 2015
SR 306/
SN.ZE0921
77(10)
Dyna Care 2015
SR 306/
SN.ZE0921
41(11)
Zuzric SR 2008
307
1

6 Resusitator 1 1 Ambumark

7 Flow meter 22 14 C&U


8 Koike
dinding
8 Flow meter 13 8 Koike 2013
5 Medical 2011
tabung
Reguler
9 Tensimeter 2 1 DIGITAL 2014
digital SPHYGMO
MANOME
TER ABN
1 Terumo 2013
19-02-2014
Elemano/
sn. 13-
H21056
10 Stetoscope 5 4 Reister 2011
1 Littman 2013
11 Termometer 5 4 Safety 25-01-2013
air raksa
12 Torniquet 3 3 RRC

13 Termometer 4 1 Thermo
Digital One
3 ABN
Tempstoon
14 Ezy Meve/ 1 1 Fermo USA 2013
Transfer Modul
Board 0107992
15 Emergency 2012
Kit
16 Manual 1 1 Besmed
Resusitator
Anak
17 Manual 1 1 Besmed
Resusitator
Dewasa
18 Laringoscop 1 1 Renz
e Dewasa (1
set)

Tabel. 15 Daftar Alat Medis dan non Medis di Ruang Dahlia 3


RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2015
Spesifikasi
NO
Nama Alat Warna Standar Inventaris Keterangan
. Ukuran
bahan
1. Flow meter dinding Menyesuaikan 30 25 Kurang
2. Flow meter tabung Menyesuaikan 4 5 Kurang
3. Tabung O2 Besi Menyesuaikan 2 5 Cukup
4. Tensimeter Reuster 3 6 Cukup
5. Merk
Tonge spatel 19 cm 5 0 Kurang
INOX
6. Torniquet Elastic 55 cm 5 1 Kurang
7. Termometer Stanles Elektrik 4 1 Cukup
8. Almari linen 2pt Kayu jati 1 1 Cukup
9. Almari obat 1 1 Cukup
10. Almari Sepatu
Kayu jati 32 kotak 1 1 Cukup
Petugas
11. Almari Masker dan
Kaca 3 rak 1 1 Cukup
sarung tangan
Almari pispot dan
Kaca 2 rak 2 2 Cukup
baskom
12. Ember sampah
Plastic 2 10 Cukup
medis
13 Ember linen kotor Plastic 2 1 Kurang
14. Ember sampah non
Plastic 2 12 Cukup
medis
15. Kursi pasien Chitos 15 8 Cukup
16. Almari pasien Kaui, 24 24 Cukup
mika
17. Kereta linen kotor Stanles 1 1 Cukup
18. Kereta linen bersih Kain drill 1 1 Cukup
19. White board
- - Rencana tindakan 1 1 Cukup
- - Papan
1 1 Cukup
pengumuman
- - Komunikasi 1 0 Cukup
- - Daftar pasien 1 0 Cukup
20. Biru,
Laken Putih, 275 x 180 94 94 Cukup
Hijau
21. Stik laken Biru 180 x 100 94 134 Cukup
22. Selimut Biru, Putih 250 x 150 94 77 Kurang
23. Sarung bantal Biru 65 x 45 90 90 Kurang
24. Sarung guling Biru 100 x 140 27 - Kurang
25. Kimono Biru L & LL 54 54 Kurang
26. Duk lubang Hijau 100 x 100 100 100 Cukup
27. Penyekat kamar Biru muda Menyesuaikan 24 24 Kurang
28. Kasur busa vinil Spon 60 x 40 25 25 Cukup
29. Bantal busa Spon 95 x 35 25 25 Kurang
30. Perlak vinil Vinil 45 Kurang
31. Timbangan berdiri 3 0 Kurang
32. Brancard 15 1 Kurang
33. Standar infuse roda 3 25 Cukup
34. Kursi roda 1 3 Cukup
35. Ambubag Karet 6 2 Kurang
36. Kacamata goegle Kaca 6 2 Kurang
37. Sepatu booth Karet 6 3 Kurang
38. Tempat alcuta 30 12 Kurang
39. Tempat sabun cuci
12 12 Cukup
tangan
40. Baju Operasi Hijau 236 236 Cukup
41. Topi petugas Hijau 350 350 Cukup
42. Mitela Hijau 25 25 Cukup
Sumber: Observasi

Tabel. 16 Daftar Buku Bantu di Ruang Dahlia 3


RSUP Dr. Sardjito periode 2015
No Nama Buku Standar Jumlah Keterangan

1. Buku Vital Sign 1 1 Cukup


2. Buku cek list emergency trolly harian 1 1 Cukup
3. Buku monitoring kelembaban ruangan 1 1 Cukup
4. Buku suhu kulkas penyimpan obat 1 1 Cukup
5. Buku suhu ruangan obat 1 1 Cukup
6. Buku notulen rapat kerja 1 1 Cukup
7. Buku daftar hadir mahasiswa 1 1 Cukup
8 Buku Ekspedisi PMI 1 1 Cukup
9. Buku Ekspedisi Lab 1 1 Cukup
10. Buku pinjam alat medis 1 1 Cukup
11. Buku pemeliharaan alat medis 1 1 Cukup
12. Buku laporan kerusakan 1 1 Cukup
13. Buku inventaris 1 1 Cukup
14. Buku Inventaris Linen 1 1 Cukup
15. Buku Kalibrasi Alat 1 1 Cukup
Sumber: Observasi

Analisis Data
Ruang Dahlia 3 sudah memiliki kelengkapan alat medis ataupun alat non
medis yang cukup namun masih banyak yang perlu diperhatikan dengan kesesuaian
standar minimal alat non medis dan medis yang harus dimiliki ruangan, masih
terdapat banyak inventaris yang tidak sesuai standar alat yang seharusnya dimiliki
ruangan. Ruangan ini sudah memiliki buku inventarisasi, tetapi tidak dilakukan
pembaharuan secara berkala.

4. Machine
Kajian Teori
Mesin merupakan peralatan yang berupa barang elektronik dan membutuhkan
tenaga listrik yang digunakan untuk membantu menangani pasien baik secara medis
maupun keperawatan.
Kajian Data
Ruang Dahlia 3 tidak memiliki fasilitas mesin khusus sendiri untuk membantu
menangani pasien baik secara medis maupun keperawatan, beberapa alat yang terdapat
di ruangan antara lain adalah sebagai berikut:

Tabel. 17 Daftar Mesin di Ruang Dahlia 3


RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Oeriode 2015
Nama Alat Spesifikasi Standar Inventaris Keterangan
No Warna
Ukuran
. bahan
1. EKG Fortable Fukuda Menyesuaikan 1 1 Kurang
2. Suction pump 3 0 Kurang
3. Almari es Panasonic 1 2 Cukup
5. TV 1 0 Kurang
6. Kompor listrik Plastic 1 1 Cukup
7. Bel pasien : atas TT 13 25 Cukup
Bel pasien km
8. 10 0 Cukup
mandi
Kasur anti
9. Spon 1 4 Cukup
decubitus
11. Lampu Emergency 21 0 Cukup
12. Nebulizer 2 2 Cukup
13. Blood warmer 2 1 Cukup
14. Syringe pump 1 4 Cukup
Sumber: observasi dan wawancara 2015
Keterangan:
1. Program kalibrasi alat dilakukan setiap 1 tahun sekali oleh Kementrian
Kesehatan RI Direktorat Jendral Bina Upaya Kesehatan Balai
Pengamanan Fasilitas Kesehatan Surabaya
2. Program maintenance/pemeliharaan alat dilakukan tiap setiap hari oleh
perawat PJ setiap harinya
3. Pengecekan alat dilakukan setiap bulan oleh PJ Logistik

Analisis Data
Berdasarkan data mesin yang dimiliki ruang Dahlia 3 RSUP Dr. Sardjito, ruangan
ini sudah memiliki mesin yang sesuai standar minimal RSUP Dr. Sardjito. Saat
dilakukan wawancara dan observasi, pemeliharaan dan pengecekan mesin di ruangan
ini juga sudah cukup baik dan dilakukan setiap shift untuk memastikan apakah mesin
masih berfungsi dengan baik atau tidak. Pada ruangan tidak terdapat mesin EKG
karena di pinjam oleh ruangan yang lain.
5. Methode
Kajian teori
a. Standar
Standar adalah suatu tingkat kinerja yang secara umum dikenal sebagai sesuatu
yang dapat diterima, adekuat, memuaskan dan digunakan sebagai tolak ukur atau titik
acuan yang digunakan sebagai pembanding (Marr dan Biebing, 2001). Menurut Asrul
Azwar (1994) standar menunjukkan pada tingkat ideal tercapai yang diinginkan,
diukur dalam bentuk minimal dan maksimal, penyimpangan masih dalam batas atas
yang dibenarkan toleransi. Menurut Nursalam (2002) standar merupakan pernyataan
yang absah, model yang disusun berdasarkan wewenang, kebiasaan atau kesepakatan
mengenai apa yang memadai dan sesuai, dapat diterima dengan layak.
Standar praktik keperawatan adalah norma atau penegasan tentang mutu
pekerjaan seorang perawat yang dianggap baik, tepat, dan benar, yang dirumuskan
sebagai pedoman pemberian asuhan keperawatan serta sebagai tolak ukur dalam
penilaian penampilan kerja seorang perawat (Nursalam, 2002). Menurut Gillies
(1994) Standar Asuhan Keperawatan mempunyai tiga tujuan, yaitu:
1. Meningkatkan mutu asuhan keperawatan dengan memusatkan upaya
meningkatkan motivasi perawat terhadap pencapaian tujuan.
2. Mengurangi biaya asuhan keperawatan dengan mengurangi kegiatan asuhan
keperawatan yang tidak penting.
3. Memberikan landasan untuk menentukan kelalaian keperawatan dengan
mengantisipasi suatu hasil yang tidak memenuhi standar asuhan keperawatan serta
menentukan bahwa kegaggalan dari perawat untuk memenuhi standar,
membahayakan pasien.
Standar keperawatan yang dipakai di Indonesia sebagai dasar pedoman dan
instrumentasi penerapan Standar Asuhan Keperawatan disusun oleh DepKes (1997),
yaitu:
1) Standar I. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan adalah data anamnesa, observasi yang paripurna dan
lengkap serta dikumpulkan secara terus menerus tentang keadaan pasien untuk
menetukan asuhan keperawatan sehingga data keperawatan harus bermanfaat
bagi semua anggota tim, data pengkajian meliputi pengumpulan data,
pengelompokan data, dan perumusan masalah.
2) Standar II. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon pasien yang dirumuskan berdasarkan data
status kesehatan pasien, dan komponennya terdiri dari masalah, penyebab, dan
gejala (PES), bersifat actual dan potensial dan dapat ditanggulangi perawat.
3) Standar III. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnose keperawatan,
komponennya meliputi prioritas masalah, tujuan asuhan keperawatan dan
rencana tindakan.
4) Standar IV. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah pelaksanaan tindakan yang ditentukan dengan
maksud agar kebutuhan pasein terpenuhi secara maksimal yang mencakup aspek
peningkatan, pencegahan, pemeliharaan serta pemulihan kesehatan dengan
mengikutsertakan keluarga.
5) Standar V. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodic, sistematis, terencana untuk
menilai perkembangan pasien.
6) Standar VI. Catatan Asuhan Keperawatan
Dokumentasi keperawatan dilakukan secara individu oleh perawat selama pasein
dirawat inap maupun rawat jalan, digunakan sebagai informasi, komunikasi dan
laporan, dilakukan setelah tindakan dilakukan, sesuai dengan pelaksanaan proses
keperawatan, setiap mencatat harus mencantumkan inisial atau paraf nama
perawat, menggunakan formulir yang baku, simpan sesuai peraturan yang
berlaku.
Dasar hukum Standar Profesi Keperawatan adalah UU Kesehatan RI No.23
tahun 1992 pasal 43,
Ayat 1 : tenaga kesehatan memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas
sesuai profesinya.
Ayat 2 : tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban standar
profesi dan pasien.
Standar Keperawatan menurut DepKes RI meliputi:
1) Standar Pelayanan Keperawatan (SPK)
2) Standar Asuhan Keperawatan (SAK)
Suatu ruang perawatan di dalam sebuah rumah sakit idealnya mempunyai
prosedur tetap (protap) tindakan yang berlaku secara resmi yang dipahami dan
diterapkan oleh seluruh staf di ruangan, ruang perawatan mempunyai prosedur
tetap semua tindakan perawatan dan SAK (Standar Asuhan Keperawatan) minimal
10 kasus diagnosis terbanyak. Standar Asuhan Keperawatan (SAK) RSUP Dr.
Sardjito disusun berdasarkan standar asuhan keperawatan internasional. Standar
acuan yang dipakai adalah Standarized Nursing Language, yaitu NANDA (North
American Nursing Diagnosis Association) taksonomi II untuk diagnosa
keperawatan, NOC (Nursing Outcome Classification) untuk tujuan dan outcome
yang ingin dicapai, dan NIC (Nursing Intervention Classification) untuk rencana
tindakan/ intervensinya. SAK berisi penjelasan/informasi tentang penyakit dan
rencana asuhan keperawatan. Informasi tentang penyakit meliputi Pengertian,
Tanda dan Gejala, Etiologi, Patofisiologi, Pemeriksaan penunjang, dan
Manajemen terapi, serta Prinsip pengkajian kasus penyakit (Brunner, 2002).
Standar asuhan keperawatan adalah acuan dalam proses pengambilan
keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh perawat sesuai dengan wewenang
dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan llmu dan kiat keperawatan. Mulai dari
pengkajian, perumusan diagnosa dan atau masalah keperawatan, perencanaan,
implementasi evaluasi dan pencatatan asuhan keperawatan.
STANDAR I : Pengkajian
a. Pernyataan standar
Perawat mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan lengkap dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
b. Kriteria pengkajian
1) Data tepat, akurat dan lengkap
2) Terdiri dari data subjektif
STANDAR II: Perumusan diagnosa dan atau masalah keperawatan
a. Pernyataan Standar
Perawat menganalisis data yang diperoleh pada pengkajian,
menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk menegakkan diagnosa dan
masalah keperawatan yang tepat.
b. Kriteria perumusan diagnosa dan atau masalah
1) Diagnosa sesuai dengan nomenklatur keperawatan
2) Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien
3) Dapat diselesaikan dengan asuhan keperawatan secara mandiri,
kolaborasi dan rujukan
STANDAR III: Perencanaan
a. Pernyataan standar
Perawat merencanakan asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa dan
masalah yang ditegakkan.
b. Kriteria perencanaan
1) Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan
kondisi klien, tindakan segera, tindakan antisipsi dan asuhan secara
komprehensif.
2) Melibatkan klien / pasien dan keluarga
3) Mempertimbangkan kondisi psikologi, sosial budaya klien
4) Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan
klien berdasarkan evidence based dan memastikan bahwa asuhan yang
diberikan bermanfaat untuk klien
5) Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku,
sumberdaya serta fasilitas yang ada
STANDAR IV: Implementasi
a. Pernyataan Standar
Perawat melaksanakan rencan asuhan keperawatan secara komprehensif.
Efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada klien/pasien
dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.
b. Kriteria
1) Memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk bio-psiko-sosial
spiritual kultural
2) Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari klien atau
keluarganya
3) Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidence based
4) Melibatkan klien dalam setiap tindakan
5) Menjaga privacy klien
6) Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi
7) Mengikuti perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan
8) Menggunakan sumberdaya, sarana dan fasilitas yang ada dan sesuai
9) Melakukan tindakan sesuai standar
10) Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan
STANDAR V : Evaluasi
a. Pernyataan Standar
Perawat melakukan evaluasi secara sistimatis dan berkesinambungan
untuk melihat kefektifan dari asuhan yang sudah diberikan sesuai dengan
perubahan perkembangan kondisi klien.
b. Kriteria evaluasi
1) Penilaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakan asuhan sesuai
kondisi klien
2) Hasil evaluasi segera dicatat dan didokumentasikan pada klien
3) Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar
4) Hasil evaluasi ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi klien
STANDAR VI : Pencatatan asuhan keperawatan
a. Pernyataan standar
Perawat melakukan pencatatan secara lengkap akurat, singkat, dan jelas
mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam
memberikan asuhan keperawatan.
b. Kriteria pencatatan asuhan keperawatan
1) Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada formulir
yang tersedia
2) Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP
S adalah data subyektif, mencatat hasil anamnesa
O adalah data obyektif, mencatat hasil pemeriksaan
A adalah data hasil Analisis, mencatat diagnosa dan masalah keperawatan
P adalah penatalaksanaan mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif,
tindakan segera, tindakan secara komprehensif : penyuluhan,
dukungan, kolaborasi evaluasi / follow up dan rujukan.

b. Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan susunan kepengurusan yang diletakkan di
dalam ruang perawatan dan bertujuan untuk memberikan informasi secara jelas
kepada pasien, keluarga, maupun pengunjung ruangan terkait kepengurusan dan
pengelolaan ruangan.
c. Media informasi
Media informasi ini digunakan untuk pasien dan keluarga guna memperoleh
informasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan ruangan maupun proses
perawatan pasien.

Kajian Data
a. Struktur Organisasi
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, sudah terdapat
papan struktur organisasi di ruang Dahlia 3, namun belum dilakuakn
pembaharuan sesuai dengan struktur organisasi yang baru per Desember
2015.
b. Media informasi
Media informasi untuk pasien baru di ruang Dahlia 3 sudah ada
dalam bentuk leaflet, tetapi tidak diberikan kepada keluarga pasien, namun
dijelaskan secara lisan dan didemonstrasikan.
c. SPO dan SAK
SPO dan SAK bedah yang ada diruang Dahlia 3 bisa dilihat pada
tabel di bawah ini. Tindakan yang sering dilakukan di Dahlia 3 antara lain
perawatan luka, pengambilan darah untuk cek laboratorium, terapi intravena
dan terapi oksigen.

Tabel 18. Daftar Standar Prosedur Operasional (SPO) IRNA 1 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
2014
No Dokumen Judul SPO
04.0372.202.2.20 Memasang restraint atau pengekang
04.0372.202.2.19 Assesment nyeri
04.0372.202.2.18 Pelayanan pasien dengan alat bantu hidup
04.0372.202.2.17 Perawatan pasien dengan akhir hayat
Pelayanan pencegahan terjadinya perbuatan tidak senonoh/ tidak diinginkan
04.0372.202.2.16
pada pasien yang berisiko
04.0372.202.2.15 Pelayanan pasien gawat darurat
04.0372.202.2.14 Pelayanan pasien dengan kemoterapi
04.0372.202.2.13 Pengelolaan/manajemen nyeri
04.0372.202.2.12 Pelayanan transfusi darah
04.0372.202.2.11 Resusitasi jantung paru (ABC)
04.0372.202.2.10 Resusitasi jantung paru (ABCD)
04.0372.202.2.9 Pelayanan pasien dengan pengekang/restrain
04.0372.202.2.8 SPO perintah tertulis
04.0372.202.2.7 Pelayanan pasien dengan imunosupresi
04.0372.202.2.6 Pelayanan pasien dengan penyakit menular
04.0372.202.2.5 Pelayanan pasien dengan terapi dialisis
04.0372.202.2.4 Pelayanan pasien koma
04.0372.202.2.3 Prosedur pelayanan pasien usia lanjut dengan ketergantungan bantuan
04.0372.202.2.2 Pelayanan yang seragam pada pasien
04.0372.202.2.1 Code blue resusitasi jantung paru
07.2.01.311.61 Resusitasi neonatus
Sumber: Pedoman Standar Prosedur Operasional RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta,
Instalasi Rawat Inap 1, 2014

Tabel 19. Daftar Standar Asuhan Keperawatan (SAK)


Penyakit Dalam RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta 2011
No Dokumen Judul SAK
03.2.03.1024.08 Anemia Aplastik
03.2.03.1024.09 Sirosis Hepatis
03.2.03.1024.04 Gagal Jantung
03.2.03.1024.03 Gagal ginjal kronik
03.2.03.1024.06 Dengue Haemoragie Fever
03.2.03.1024.16 DIC
03.2.03.1024.17 Dispepsia
03.2.03.1024.02 Diabetes Melitus
03.2.03.1024.01 Hipertensi
03.2.03.1024.13 Hipoglikemia
03.2.03.1024.12 HIV AIDS
03.2.03.1024.07 Infeksi Saluran Kencing
03.2.03.1024.21 Leukemia
03.2.03.1024.20 Malaria
03.2.03.1024.14 Neoplasma
03.2.03.1024.15 Non Hodgin Limfoma
03.2.03.1024.10 Penyakit Paru Obstruktif Menahun
03.2.03.1024.22 Gagal Ginjal Akut
03.2.03.1024.18 Penumonia
03.2.03.1024.23 Sepsis
03.2.03.1024.19 SLE
03.2.03.1024.24 TBC
Sumber: Pedoman Standar Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam RSUP Dr. Sardjito
2011
Analisis
Ruang DAHLIA 3 sudah memiliki Standar Asuhan Keperawatan (SAK) dan
Standar Prosedur Operasional (SPO) di ruangan ini mengacu pada Standar Asuhan
Keperawatan (SAK) Penyakit Dalam RSUP Dr. Sardjito dan Standar Prosedur
Operasional (SPO) Instalasi Rawat Inap I RSUP Dr. Sardjito 2014. Namun, struktur
organisasi belum diperbaharui.

Unsur Proses

1. Proses Asuhan Keperawatan


a. Instrumen A Standar Asuhan Keperawatan (SAK)
Kajian teori

Proses asuhan keperawatan adalah metode ilmiah dalam pemberian asuhan


keperawatan. Proses asuhan keperawatan juga merupakan proses terapeutik yang
melibatkan hubungan kerja sama antara perawat dengan klien, keluarga dan atau
masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Carpenito, 1989 cit Keliat
1999). The Washington State Board Of Nursing (Swansburg, 1996) menyebutkan
definisi legal praktek keperawatan meliputi observasi, pengkajian, diagnosis, asuhan
atau konseling, dan penyuluhan kesehatan kepada individu yang sakit, cedera, atau
pemeliharaan kesehatan atau pencegahan sakit yang dilaksanakan oleh perawat
berlisensi.
Pelaksanaannya diterima dan disepakati oleh profesi keperawatan dan kedokteran.
UU RI No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan dalam penjelasan pada Pasal 93 ayat 2
mendefinisikan standar profesi sebagai pedoman yang harus dipergunakan sebagai
petunjuk dalam menjalankan profesi secara baik atau secara singkat dapat dikatakan
standar adalah pedoman kerja agar pekerjaan berhasil dan bermutu. Berdasarkan alasan
ini maka kehadiran Standar Asuhan Keperawatan yang identik dengan standar profesi
keperawatan, berguna sebagai kriteria untuk mengukur keberhasilan dan mutu asuhan
keperawatan.SAK terdiri dari 6 standar:
a. Standar Pengkajian Keperawatan
b. Standar Diagnosis Keperawatan
c. Standar Perencanaan Keperawatan
d. Standar Pelaksanaan / Intervensi
e. Standar Evaluasi
f. Standar Catatan Asuhan Keperawatan (Depkes RI, 1998).
Standar Asuhan Keperawatan tidak harus baku, melainkan sewaktu-waktu dapat
ditinjau kembali dan disesuaikan dengan perkembangan IPTEK Kesehatan khususnya
keperawatan, serta sistem nilai masyarakat yang berlaku.

Sistematika penyusunan Standar Asuhan Keperawatan (SAK) sebagai berikut:


1. Standar Pengkajian Keperawatan
Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang lengkap dan
dikumpulkan secara terus menerus, tentang keadaannya untuk menentukan
kebutuhan asuhan keperawatan. Data kesehatan harus bermanfaat bagi semua
anggota tim kesehatan. Komponen pengkajian keperawatan meliputi:
a. Pengumpulan data dengan kriteria:
1) Menggunakan format yang ada
2) Sistematis
3) Diisi sesuai item yang tersedia
4) Aktual (baru)
5) Absah (valid)
b. Pengelompokan data dengan kriteria:
1) Data Biologis
2) Data Psikologis
3) Data Sosial
4) Data Spiritual
c. Perumusan masalah dengan kriteria:
1) Kesenjangan antara status kesehatan dengan norma dan pola fungsi kehidupan.
2) Perumusan masalah ditunjang oleh data yang telah dikumpulkan.
2. Standar Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data status kesehatan pasien,
dianalisis dan dibandingkan dengan norma fungsi kehidupan pasien dengan kriteria:
a. Diagnosa keperawatan dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan
pemenuhan kebutuhan pasien.
b. Di buat sesuai dengan wewenang perawat.
c. Komponennya terdiri dari masalah, penyebab dan gejala/tanda (PES) atau terdiri
dari masalah dan penyebab (PE).
d. Bersifat aktual apabila masalah kesehatan pasien sudah nyata terjadi.
e. Bersifat potensial apabila masalah kesehatan pasien kemungkinan besar akan
terjadi.
f. Dapat ditanggulangi oleh perawat.

3. Standar Perencanaan Keperawatan


Perencanaan Keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan.
Komponen perencanaan keperawatan meliputi:
a. Prioritas masalah dengan kriteria:
1) Masalah-masalah yang mengancam kehidupan merupakan priorias pertama
2) Masalah-masalah yang mengancam kesehatan seseorang adalah prioritas kedua
3) Masalah-masalah yang mempengaruhi perilaku merupakan prioritas ketiga
b. Tujuan asuhan keperawatan dengan kriteria;
1) Spesifik
2) Bisa diukur
3) Bisa dicapai
4) Realistik
5) Ada batas waktu
c. Rencana tindakan dengan kriteria;
1) Disusun berdasarkan tujuan asuhan keperawatan
2) Melibatkan pasien/keluarga
3) Mempertimbangkan latar belakang budaya pasien/keluarga
4) Menentukan alternatif tindakan yang tepat
5) Mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku, lingkungan,
sumber daya dan fasilitas yang ada
6) Menjamin rasa aman dan nyaman bagi pasien
7) Kalimat perintah ringkas, tegas dengan bahasanya mudah dimengerti.
4. Standar Intervensi Keperawatan
Intevensi keperawatan adalah pelaksaaan rencana tindakan yang ditentukan
dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara maksimal yang mencakup
aspek peningkatan, pencegahan, pemeliharaan serta pemulihan kesehatan dengan
mengikutsertakan pasien dan keluarganya dengan kriteria:
a. Dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan
b. Menyangkut keadaan bio-psiko-sosio spiritual pasien
c. Menjelaskan setiap tindakan keperawatan yang akan dilakukan
kepadapasien/keluarga
d. Sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
e. Menggunakan sumberdaya yang ada
f. Menerapkan prinsip aseptik dan antiseptic
g. Menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonimis, privacy dan mengutamakan
keselamatan pasien
h. Melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respon pasien
i. Merujuk dengan segera bila ada masalah yang mengancam keselamatanpasien
j. Mencatat semua tindakan yang telah dilaksanakan
k. Merapikan pasien dan alat setiap selesai melakukan tindakan
l. Melaksanakan tindakan keperawatan berpedoman pada prosedur teknis yang
telah ditentukan.
Intervensi keperawatan berorientasi pada 14 komponen keperawatan dasar yang
meliputi :
a. Memenuhi kebutuhan oksigen
b. Memenuhi kebutuhan nutrisi, keseimbangan cairan dan elektrolit
c. Memenuhi kebutuhan eliminasi
d. Memenuhi kebutuhan keamanan
e. Memenuhi kebutuhan kebersihan dan kenyamanan fisik
f. Memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur
g. Memenuhi kebutuhan aktivitas dan kegiatan jasmani
h. Memenuhi kebutuhan spiritual
i. Memenuhi kebutuhan emosional
j. Memenuhi kebutuhan komunikasi
k. Mencegah dan mengatasi reaksi fisiologis
l. Memenuhi kebutuhan pengobatan dam membantu proses penyembuhan
m. Memenuhi kebutuhan penyuluhan
n. Memenuhi kebutuhan rehabilitasi
5. Standar Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis dan berencanauntuk
menilai perkembangan pasien, dengan kriteria;
a. Setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi
b. Evaluasi hasil menggunakan indikator yang ada pada rumusan tujuan
c. Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan
d. Evaluasi melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan
e. Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar
6. Standar Catatan Asuhan Keperawatan
Catatan asuhan keperawatan dilakukan secara individual dengan kriteria:
a. Dilakukan selama pasien dirawat inap dan rawat jalan
b. Dapat digunakan sebagai bahan informasi, komunikasi dan laporan
c. Dilakukan segera setelah tindakan dilaksanakan
d. Penulisannya harus jelas dan ringkas serta menggunakan istilah yang baku
e. Sesuai dengan pelaksanaan proses keperawatan
f. Setiap pencatatan harus mencan n tumkan initial/ paraf/ nama perawat yang
g. Melaksanakan tindakan dan waktunya
h. Menggunakan formulir yang baku
i. Disimpan sesuai dengan peraturan yang berlaku (Depkes RI, 1998).

Tabel 24
Pengkajian di Ruang Dahlia 3RSUP dr Sardjito
Tanggal 28 Desember 30 Desember 2015 (n=9)
Aspek yang Kode Rekam Medik
No Jumlah Skor Catatan Keterangan
Dinilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1. Pengkajian
lengkap Tercapai
9 100%
maksimal 1 penuh
x 8 jam
2. Pengkajian Tercapai
9 100%
alergi penuh
3. Pengkajian
Tercapai
alasan 9 100%
penuh
masuk RS
4. Pengkajian
Tercapai
riwayat 9 100%
penuh
kesehatan
5. Pemeriksaan Tercapai
9 100%
fisik penuh
6. Pengkajian
Tercapai
status 9 100%
penuh
fungsional
7. Pengkajian
Tercapai
status 9 100%
penuh
psikososial
8. Pengkajian Tercapai
risiko jatuh 9 100%
penuh
9. Pengkajian 66,7%
nutrisi Sebagian tidak
- - - - - - 3 33,3% kecil terdapat
tercapai pengkajian
nutrisi
10. Pengkajian Tercapai
9 100%
nyeri penuh
11. Pengkajian Tercapai
dekubitus 9 100%
penuh
12. Pengkajian 11,1%
kebutuhan tidak
Sebagian
edukasi terdapat
- 8 88,9% besar
pengkajian
tercapai
kebutuhan
edukasi
13. Pengkajian
discharge 6 pasien
Tercapai
planning ttd ttd ttd ttd ttd ttd 3 100% masih
penuh
dalam 2x24 dirawat
jam
SUBTOTAL A 104104/111
(93,7%)
Sumber: Data Primer Studi Dokumentasi Mahasiswa PSIK UGM, 2015
Tabel 25
Diagnosis di Ruang Dahlia 3 RSUP dr Sardjito
Tanggal 28 Desember - 30 Desember 2015 (n=9)
Aspek yang Kode Rekam Medik Pasien
No Jumlah Skor Interpretasi Catatan
Dinilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1. Masalah
keperawatan
dirumuskan Tercapai
9 100%
sesuai penuh
dengan hasil
pengkajian
2. Masalah
dirumuskan Tercapai
9 100%
berdasarkan penuh
NANDA
3. Masalah
utama
Tercapai
ditetapkan 9 100%
penuh
maksimal
1x 24 jam
SUBTOTAL B 27 100% 100%
Sumber: Data Primer Studi Dokumentasi Mahasiswa PSIK UGM, 2015

Tabel 26
Rencana Tindakan di Ruang Dahlia 3 RSUP dr Sardjito
Tanggal 28 Desember - 30 Desember 2015 (n=9)
Aspek yang Kode Rekam Medik Pasien
No Jumlah Skor Interpretasi Catatan
Dinilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1. Tujuan terukur
ditetapkan Tercapai
9 100%
maksimal 1x 24 penuh
jam
2. Rencana
tindakan
Tercapai
menggambarkan 9 100%
penuh
cara mengatasi
masalah pasien
3. Rencana utama
ditetapkan Tercapai
9 100%
maksimal 1x24 penuh
jam
4. Discharge
planning
Tercapai
direncanakan 9 100%
penuh
sejak pasien
dirawat
SUBTOTAL C 36 100%
Sumber: Data Primer Studi Dokumentasi Mahasiswa PSIK UGM, 2015

Tabel 27
Tindakan di Ruang Dahlia 3RSUP dr Sardjito
Tanggal 28 Desember - 30 Desember 2015 (n=9)
Aspek yang Kode Rekam Medik Pasien
No Jumlah Skor Interpretasi Catatan
Dinilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1. Perawat
memberikan
penjelasan
tentang hak
Tercapai
dan 9 100%
penuh
kewajiban
pasien dalam
waktu 1 x 24
jam
2. Melaksanakan
pengukuran
dan tanda
vital (suhu,
nadi,
kecepatan Tercapai
9 100%
respirasi, penuh
tekanan
darah, dan
skala nyeri)
sesuai dengan
kondisi pasien
3. Melaksanakan
Tercapai
monitoring 9 100%
penuh
asupan nutrisi
4. Melaksanakan
pemberian Tercapai
9 100%
obat sesuai penuh
order
5. Melaksanakan
Tercapai
monitoring 9 100%
penuh
reaksi obat
6. Melaksanakan 9 100% Tecapai
monitoring penuh
pasien dengan
risiko jatuh/
risiko bunuh
diri/ risiko
mencederai
diri atau
orang lain
(sesuai
karakteristik
pasien)
7. Melaksanakan
Tercapai
monitoring 9 100%
penuh
dekubitus
8. Melaksanakan
tindakan Tercapai
9 100%
sesuai penuh
rencana
9. Melaksanakan
edukasi pada
Tercapai
pasien dan 9 100%
penuh
keluarga
tentang nyeri
10. Melaksanakan
edukasi pada
pasien dan
Tercapai
keluarga 9 100%
penuh
tentang cara
penggunaan
obat
11. Melaksanakan
edukasi pada
pasien dan
Sebagaian
keluarga
9 100% besar
tentang
tercapai
pemakaian
gelang
identitas
12. Melaksanakan
edukasi pada
pasien dan Tercapai
9 100%
keluarga penuh
tentang
infeksi
13. Melaksanakan
edukasi pada
pasien dan
Tercapai
keluarga 9 100%
penuh
tentang
penggunaan
alat bantu
14. Melaksanakan
edukasi pada
pasien dan
Tercapai
keluarga 9 100%
penuh
tentang
Discharge
planning
SUBTOTAL D 126 100%
Sumber: Data Primer Studi Dokumentasi Mahasiswa PSIK UGM, 2015
Tabel 28
Evaluasi di Ruang DAHLIA 3 RSUP dr Sardjito
Tanggal 28- 30 Desember 2015 (n=9)
No Aspek yang Kode Rekam Medik Pasien Jumlah
Skor Interpretasi Catatan
Dinilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1. Evaluasi
hasil
dilaksanakan
Tercapai
minimal 1x 9 100%
Penuh
per hari dan
perubahan
kondisi
2. Evaluasi
proses
merupakan
bagian yang Tercapai
9 100%
tidak dapat Penuh
dipisahkan
dari
implementasi
3. Discharge
planning
dilengkapi Tercapai
9 100%
pada saat Penuh
pasien akan
pulang
``SUBTOTAL E 27 100%
Sumber: Data Primer Studi Dokumentasi Mahasiswa PSIK UGM, 2015

Tabel 29
Catatan Asuhan Keperawatan di Ruang DAHLIA 3 RSUP dr Sardjito
Tanggal 28-30 Desembr 2015 (n=10)
Aspek yang Kode Rekam Medik Pasien Jumlah
No Skor Interpretasi Catatan
Dinilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pencatatan
ditulis
Tercapai
1. menggunakan 9 100%
Penuh
formulir yang
baku
Pencatatan
ditulis dengan
jelas, ringkas, Tercapai
2. 9 100%
istilah dan Penuh
singkatan yang
baku dan benar
3. Setiap 9 100% Tercapai
dokumentasi Penuh
keperawatan
mencantumkan
paraf/nama
jelas, tanggal
dan jam
dilakukannya
tindakan
SUBTOTAL F 27 100%
Sumber: Data Primer Studi Dokumentasi Mahasiswa PSIK UGM, 2015

Nilai Rata-Rata Studi Dokumentasi Standar Asuhan Keperawatan di Ruang DAHLIA


3 RSUP Dr. Sardjito Tanggal 28 30 Desember 2015 adalah sebagai berikut:

PRESENTASE = x 100%

PRESENTASE = x 100%

PRESENTASE = 99%

Analisis data
Instrumen A yang menunjukkan kelengkapan dokumen asuhan keperawatan Dahlia 3
menunjukkan nilai yang baik (99%) . Kelengkapan dokumen akan mempermudah
proses asuhan keperawatan yang dilakukan.
b. Instrumen C Pelaksanaan Asuhan Keperawatan
Kajian Teori
Standar praktek keperawatan adalah ekspektasi minimal dalam memberikan
asuhan keperawatan yang aman, efektif dan etis (PPNI, 1999). Pada dasarnya ada tiga
sumber informasi utama, untuk mengembangkan standar yaitu: penelitian, keputusan
kelompok ahli/spesialis, observasi cara praktek keperawatan aktual. Kriteria kualitas
asuhan keperawatan mencakup: aman, akurasi, kontuinitas, efektif biaya, manusiawi
dan memberikan harapan yang sama tentang apa yang baik bagi perawat dan pasien.
Standar menjamin perawat mengambil keputusan yang layak dan wajar dan
melaksanakan intervensiintervensi yang aman dan akuntabel.
Tujuan standar praktek keperawatan menurut Gillies (1989) adalah untuk
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan, mengurangi biaya asuhan keperawatan dan
melindungi perawat dari kelalaian dalam melaksanakan tugas dan melindungi pasien
dari tindakan yang tidak terapeutik. Ruang lingkup standar praktik keperawatan
menurut PPNI (1999):
1. Standar I : Ilmu Pengetahuan
2. Standar II : Akuntabilitas professional
3. Standar III : Pengkajian
4. Standar IV : Perencanaan
5. Standar V : Pelaksanaan
6. Standar VI : Evaluasi
Standar intervensi keperawatan di rumah sakit mengacu pada teori kebutuhan dasar
manusia yang dikemukakan oleh Handerson, yang terdiri dari 14 kebutuhan dasar
manusia, yaitu:
1. Memenuhi kebutuhan oksigen
2. Memenuhi kebutuhan nutrisi, keseimbangan cairan dan elektrolit
3. Memenuhi kebutuhan eliminasi
4. Memenuhi kebutuhan keamanan
5. Memenuhi kebutuhan kebersihan dan kenyamanan fisik
6. Memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur
7. Memenuhi kebutuhan gerak dan kebutuhan jasmani
8. Memenuhi kebutuhan spiritual
9. Memenuhi kebutuhan emosional
10. Memenuhi kebutuhan komunikasi
11. Mencegah dan mengatasi reaksi fisiologis
12. Memenuhi kebutuhan pengobatan dan membantu proses penyembuhan
13. Memenuhi kebutuhan pendidikan kesehatan/penyuluhan
14. Memenuhi kebutuhan rehabilitasi
Berdasarkan nilai observasi selama 3 hari dari tindakan pelaksanaan keperawatan
yang dilakukan di ruangan, maka dapat dilihat dari tabel berikut ini
Tabel 30
Nilai Rata-Rata Penilaian Observasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
di Ruang DAHLIA 3 RSUP dr. Sardjito
Nilai rata-rata
No. Perawat F Keterangan
(%)
Penilaian Tidak semua perawat melakukan cuci
1. penggunaan 4 91,65% tangan menggunakan sabun dan air
APD mengalir sebelum menggunakan APD
Pengambilan
sampel darah
2. - - -
untuk uji
laboratorium
Pemasangan
3. 1 100% -
infus
Memberikan
Tidak semua petugas kesehatan melakukan
4. Suntikan 4 97,1 %
desinfektan pada lokasi injeksi (threeway)
Intravena
6. Pelabelan Obat - - -
Nilai rata-rata
No. Perawat F Keterangan
(%)

Identifikasi
7. sebelum - - -
pemberian obat

Tidak semua petugas kesehatan


menggunakan bengkok namun langsung
menggunakan tempat sampah medis dan
8. Rawat luka 3 97,1 %
non medis. Tidak semua petugas kesehatan
melepas balutan menggunakan pinset/kapas
alkohol.
Pemasangan
9. - - -
TPN
Tindakan
10. 1 100% -
transfusi
Rata-rata 97,17%
Sumber: Hasil Observasi Mahasiswa, 2015

Analisis Data
Hasil dari penilaian observasi pelaksanaan tindakan perawatan diperoleh rata-rata
presentase Penilaian Observasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Di Ruang Dahlia 3
adalah 97,17%. Tidak semua perawat melakukan cuci tangan menggunakan sabun dan
air mengalir sebelum menggunakan APD selain itu juga tidak semua petugas kesehatan
melakukan desinfektan pada lokasi injeksi (threeway).
b. Pelaksanaan Kewaspadaan Standar
Kajian Teori
Universal precaution atau kewaspadaan universal adalah suatu pedoman yang
ditetapkan oleh Center for Disease Control (CDC) tahun 1989 untuk mencegah
penyebaran dari berbagai penyakit yang ditularkan melalui darah di lingkungan Rumah
Sakit maupun sarana kesehatan lainnya (RSUP. dr. Sardjito, 2004).
Upaya pokok pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) berorientasi pada
kewaspadaan standard (standard precaution) yang merupakan gabungan kewaspadaan
universal (universal precaution) dan BSI (Body Substance Isolation) yang keduanya
merupakan pedoman penyakit yang menular melalui cairan tubuh khususnya darah
(Pedoman PPI RSUP dr Sardjito, 2008).
Upaya pencegahan dan pengendalian infeksi dirancang untuk memutus siklus
penularan penyakit dan memberikan perlindungan pasien, petugas kesehatan,
pengunjung, dan masyarakat. Komponen standard kewaspadaan meliputi:
1. Mencuci tangan
2. Penggunaan sarung tangan
3. Penggunaan pelindung wajah
4. Penggunaan gaun/ apron
5. Pengelolaan alat perawatan pasien
6. Pengelolaan linen
7. Pengelolaan kebersihan lingkungan
8. Pengelolaan alat tajam
9. Resusitasi cairan
10. Penempatan pasien
Tabel 30.1
Pelaksanaan Kewaspadaan Standar di DAHLIA 3 RSUP DR. Sardjito
DAFTAR TILIK KETEPATAN PETUGAS DALAM HAND HYGIENE
OBSERVER : Mahasiswa BULAN/THN : 28-30 Desember15 SHIFT
PAGI
RUANG : DAHLIA 3 JML YG DIAMATI : 25 orang
PEKAR CLEANI MAHASIS
DR
DR PERAW YA RT NG WA
PETUGAS YANG RESID PH
AHLI AT SERVIC PRAKTE KET
DIAMATI EN (n=2)
(n=2) (n=6) E K
(n=6)
(n=3) (n=5 )
KRITERIA Y TD Y TD Y TD Y TD YA TD YA TD YA TD
OBSERVASI A K A K A K A K K K K
A HAND
. RUBBING
1. Sebelum
2 6 6 2 1 3 5
Kontak
Pasien
Langsung
2. Sebelum
Tindakan 2 6 5 1 - - - - - - 3 2
Asepsis
3. Setelah
Kontak
2 6 6 2 1 3 5
Cairan
Tubuh
4. Setelah
Kontak 2 6 6 2 1 3 5
Pasien
5. Setelah
Kontak
Lingkungan 2 6 6 2 1 1 2 4 1
Sekitar
Pasien
6. Sebelum/Set
elah Pakai
2 4 2 4 2 - - 1 1 2 1 4
Sarung
Tangan
Total
12 - 34 2 33 3 8 - 3 2 8 7 23 7
Kesempatan
Proporsi
100% 94,4% 91,6% 100% 60% 53,3% 76,6%
Ketepatan
B HAND 2 6 4 2 2 1 3 3 3
. WASHING
1. Sebelum
Kontak
Pasien
Langsung
2. Sebelum - - 4 2
Tindakan 2 6 4 2 - - - -
Asepsis
3. Setelah 1 6
Kontak
2 6 6 2 3
Cairan
Tubuh
4. Setelah 1 6
Kontak 2 6 6 2 3
Pasien
5. Setelah 1 3 3
Kontak
Lingkungan 1 1 5 1 3 3 2 3
Sekitar
Pasien
6. Sebelum/Set 1 5 1
elah Pakai
2 3 3 5 1 - 2 1
Sarung
Tangan
Total 2 3 27 9
11 1 32 4 28 8 8 8 7
Kesempatan
Proporsi
91,6% 88,8% 77,7% 100% 40% 53,3% 75%
Ketepatan
CATATAN :
Rata-rata porposi Ketepatan = 78,73%

Analisa Data:
Pelaksanaan Kewaspadaan Standar di Dahlia 3 RSUP DR. Sardjito cukup (78,73%),
kepatuhan petugas untuk melaksanakan cuci tangan menunjukkan kesadaran petugas akan
bahaya infeksi. Tindakan cuci tangan perlu ditingkatkan pada penggunaan sarung tangan baik
sebelum maupun setelah menggunakan.
Tabel 30.2
Pelaksanaan Kewaspadaan Standar di Dahlia 3 RSUP DR. Sardjito
Tanggal 28Desember - 30 Desember 2015
Hasil Audit Kepatuhan PPI
di Ruang Dahlia 3 tanggal 28 Desember - 30 Desember 2015
NO INDIKATOR YA TIDAK KETERANGAN
A. PENAMPILAN PERSONAL
1. Mengenakan seragam sesuai ketentuan,
ID card, pakaian bersih, rambut rapi
2. Kuku pendek, bersih, tidak memakai
asesoris tangan saat bertugas
100%
B. KEBERSIHAN TANGAN
1. Ketersediaan handrub
2. Ketersediaan sabun cuci tangan
3. Ditulis tanggal buka di label BMHP HH
4. Ketersediaan tisu pengering
5. Tidak ada handuk tergantung di ruang
6. Semua wastafel berfungsi baik, bersih
7. Ketepatan HH petugas
100%
C. ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
KETERSEDIAAN APD (sesuai kebutuhan ruangan)
1. Sarung tangan
2. Apron/gaun
3. Masker bedah
4. Masker N95
5. Topi
6. Google
7. Sepatu boot
100%
KETEPATAN PEMAKAIAN APD (sesuai analisis resiko)
1. Sarung tangan
2. Apron/gaun
3. Masker bedah
4. Masker N95
5. Topi
6. Google
7. Sepatu boot
100%
PENYIMPANAN APD
1. Penyimpanan di ruang khusus
2. Penyimpanan dalam almari khusus,
terjaga bersih
100%
D. PEMBUANGAN SAMPAH/LIMBAH/BENDA TAJAM
1. Tersedia cukup tempat sampah sesuai
jenisnya
2. Penempatan sampah/limbah sesuai
jenisnya tepat/tertib
3. Tidak ada tempat sampah terbuka
4. Ketersediaan container benda tajam
sesuai standar
5. Penempatan tempat sampah tidak di
dekat barang bersih
6. Sampah dibuang setelah terisi
100%
E. KEBERSIHAN RUANG RAWAT
1. Pembersihan permukaan dengan
desinfektan standar RS
2. Desinfeksi area perawatan dengan
khlorin 0,05% atau desinfektan lain
sesuai standar ISLRS
3. Pembersihan tempat tidur dan kasur
pasca pakai
4. Tempat tidur pasien bersih tidak berdebu
5. Kasur bersih dan vinil intak (tidak
berlubang)
6. Tidak ada sisa makanan/kotoran
menempel di lingkungan
7. Linen bersih, rapi dan terpasang kencang
8. Bantal, restrain bersih
9. Meja pasien bersih, tidak berdebu,
barang seperlunya
10. Ruang persiapan bersih dan tidak
berdebu
11. Tidak ada sapu ijuk untuk pembersihan
ruang perawatan
12. Tidak ada
kemoceng/sulak/penebah/seblak untuk
pembersihan
13. Lingkungan bersih, tidak ada ember
penampung, dll container sejenis yang
tidak standar
14. Mebeler/kursi/sofa tidak ada yang robek
100%
F. ALAT KESEHATAN
1. Alat kesehatan/keperawatan bersih, tidak
berkarat, dll (kursi roda, brancard, troli
pengobatan, standar infuse, syringe
pump, infuse pump, EKG, suction pump,
tabung oksigen/oksigen dinding,
humidifier, pispot, urinal)
2. Ada jadwal & bukti pembersihan alat-
alat tersebut
100%
PEMBERSIHAN ALAT KEPERAWATAN
1. Stetoskop didesinfeksi alcohol 70%
antar pasien
2. Manset tensimeter dicuci sekali
seminggu atau setiap kali terkena
darah/cairan tubuh segera dicuci
3. Ambubag dilakukan DTT/steril setiap
ganti pasien
4. Thermometer diusap alcohol 70% setiap
ganti pasien
5. Syringe pump diusap alcohol 70% setiap
habis pakai
6. EKG : cas electrode diusap alcohol 70%
setiap habis pakai
7. Kursi roda diusap permukaan khlorin
0,05% setiap habis digunakan
8. Brandcart diusap permukaan chlorine
0,05% setiap habis digunakan
9. Tabung oksigen diusap permukaan
dengan chlorine 0,05% sekali sehari
10. Pispot dibersihkan dengan rendam klorin
0.5%
100%
G. PENGELOLAAN LINEN
1. Tersedia kereta linen kotor infeksius-non
infeksius
2. Penempatan linen infeksius dalam
container atau ember berlapis plastic
warna kuning
3. Penempatan linen kotor infeksius dan
non infeksius tanpa mengkontaminasi
lingkungan
4. Petugas menggunakan APD saat
mengelola linen kotor dan melepasnya
saat melakukan transportasi linen
5. Transportasi linen ke binatu
menggunakan troli linen kotor dengan
kantong linen berplisir merah. Linen
bersih dibawa dengan troli dan kantong
linen berplisir biru
6. Penyimpanan linen bersih dalam almari
bersih, kering dan bertutup
100%
H. KEAMANAN MEDIKASI
1. Obat oral (ed. Penyimpanan, labeling,
dan lain lain)
2. Obat parenteral (ed, penyimpanan,
pencampuran, dll)
3. O2 (isi, dll)
4. AMHP (steril/bersih, packing,
penyimpanan, ed)
100%
I. ALAT SINGLE USE YANG DI-REUSE
1. Penggunaan alat re-used sesuai dalam
daftar alat re-used di rumah sakit (bagi
yang menggunakan alat re-used)
2. Sudah dilakukan monitoring pelabelan,
batas ed, alat-alat yang di re-used
3. Monitoring pasien yang menggunakan
alat-alat re-used dilakukan perawat dan
dokter
100%
J. PENCATATAN PELAPORAN
1. Pengawasan, resiko kejadian IRS pada
seluruh pasien rawat inap
2. Dilakukan entry data hasil pengamatan
surveillans IRS melalui system, tepat
waktu
3. Laporan penggunaan AMHP-BMHP
setiap bulan tepat waktu
100%
K. PENGELOLAAN ALAT
1. Proses perendaman/pembersihan
instrumen sesuai dengan SPO
2. Kemasan alat steril kering dan tidak
sobek
3. Proses DTT dan sterilisasi dilakukan di
CSSD
4. Alat atau instrumen yang akan
disterilkan ditempatkan dalam wadah
tertutup
5. Penyimpanan alat atau instrumen steril
pada tempat yang kering, bersih dan
terpisah dari alat atau instrumen non
steril
6. Penempatan barang bersih dan kotor
dipisahkan
100%
L. PRASARANA FISIK
1 Prasarana fisik
- Lantai tidak ada celah/berlobang
- Lantai mudah dibersihkan

- Dinding tidak ada retak/bercelah
- Langit-langit bersih tidak ada
celah/berlobang/berjamur
2 Kusen jendela dan pintu tidak

berlobang/rapuh
3 Terdapat ruang untuk penyimpanan alat-

alat kotor
4 Terdapat ruangan untuk penyimpanan
alat-alat bersih
5 Kamar mandi bersih, saluran air lancar
6 Wastafel bersih dan saluran air lancar
7 Kaca jendela bersih tidak ada yang

pecah/retak
8 Nurse stasion bersih tidak rusak/robek
100%
Total Persentase= 100%

Sumber: Hasil Observasi Mahasiwa PSIK FK UGM, 2015

Analisis Data
Hasil audit kepatuhan PPI menunjukan hasil yang sangat baik, yaitu: 100% yang
mengindikasikan petugas di ruang Dahlia 3 telah berupaya dengan sangat baik melakukan
pencegahan infeksi, namun masih perlu menambah ketersediaan handrub di setiap bed
pasien. Selain itu juga masih perlu peningkatan kepada petugas mengenai kebersihan tangan
(hand hygiene) dikarenakan belum semua petugas melaksanakan cuci tangan dengan cara
yang tepat.

2. Pelaksanaan Patient Safety


Kajian Teori
Solusi keselamatan pasien adalah sistem atau intervensi yang dibuat, mampu
mencegah atau mengurangi cedera pasien yang berasal dari proses pelayanan kesehatan.
Patient safety merupakan salah satu komponen penting dalam proses pelayanan
kesehatan. Dalam rangka JCI, RSUP Dr. Sardjito mengadopsi standar internasional
keselamatan pasien atau International Patient Safety Goals (IPSG). Dalam IPSG
terdapat 6 sasaran meliputi:

Standar internasional keselamatan pasien atau International Patient Safety Goals


(IPSG)
SASARAN I : Mengidentifikasi Pasien dengan Benar
Standar IPSG I : rumah sakit menyusun pendekatan untuk memperbaiki ketepatan identifikasi
pasien
Elemen Penilaian IPSG I
1. Pasien diidentifikasi dengan menggunakan dua pengidentifikasian pasien, tidak termasuk
penggunaan nomor kamar pasien atau lokasi
2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah
3. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk uji klinis
4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian perawatan dan prosedur
5. Kebijakan dan prosedur mengupayakan tercapainya konsistensi dalam segala situasi dan
lokasi
SASARAN II : Meningkatkan Komunikasi yang Efektif
Standar IPSG II : rumah sakit menyusun pendekatan agar komunikasi di antara para petugas
pemberi perawatan semakin efektif
Elemen Penilaian IPSG II
1. Perintah lengkap, lisan dan via telepon, atau hasil tes dicatat si penerima
2. Perintah lengkap, lisan dan via telepon, atau hasil tes dibaca-ulang si penerima
3. Perintah dan hasil tes dikonfirmasikan oleh individu si pemberi perintah atau hasil tes
4. Kebijakan dan prosedur disusun agar verifikasi tepat-tidaknya komunikasi lisan dan via
telepon dijalankan secara konsisten
SASARAN III : Meningkatkan Keamanan Obat-obatan yang Harus Diwaspadai
Standar IPSG III : rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki keamanan
obat-obat yang harus diwaspadai (high-alert)
Elemen Penilaian IPSG III
1. Kebijakan dan/atau prosedur disusun untuk mengatasi masalah identifikasi, lokasi,
pemberian label, dan penyimpanan obat yang patut diwaspadai
2. Kebijakan dan/atau prosedur ini diterapkan
3. Elektrolit konsentrat tidak boleh ada di unit perawatan pasien kecuali jika secara klinis
diperlukan
4. Elektrolit konsentrat yang disimpan di unit perawatan pasien diberi label jelas dan
disimpan sedemikian rupa hingga tidak mudah mudah diakses
SASARAN IV : Memastikan Lokasi Pembedahan yang benar, Prosedur yang benar,
Pembedahan pada Pasien yang benar
Standar IPSG IV : rumah sakit menyusun pendekatan untuk memastikan lokasi pembedahan
yang benar, prosedur yang benar, pembedahan pada pasien yang benar.
Elemen Penilaian IPSG IV
1. Rumah sakit menggunakan tanda yang langsung dikenali untuk mengidentifikasi lokasi
pembedahan dan melibatkan pasien dalam proses pemberian tanda
2. Rumah sakit menggunakan daftar atau proses lain untuk sebelum operasi untuk
memverifikasi apakah lokasinya, prosedur, dan pasien sudah benar dan bahwa seluruh
dokumen dan perawatan yang dibutuhkan
3. Tim bedah lengkap melakukan dan mendokumentasi prosedur jeda sesaat sebelum
memulai prosedur pembedahan
4. Kebijakan dan prosedur disusun sedemikian sehingga semua proses seragam sehingga
dapat dipastikan lokasi benar, prosedur benar, dan pasien juga benar, termasuk prosedur
medis dan gigi yang dilakukan tidak di ruang operasi.
SASARAN V : Mengurangi Risiko Infeksi Akibat Perawatan Kesehatan
Standar IPSG V : rumah sakit menyusun pendekatan untuk mengurangi risiko infeksi akibat
perawatan kesehatan
Elemen Penilaian IPSG V
1. Rumah sakit telah mengadopsi atau mengadaptasi panduan kebersihan tangan yang baru
diterbitkandan umumnya diterima Rumah sakit mengimplementasikan program
kebersihan tangan yang efektif
2. Kebijakan dan/atau prosedur yang dikembangkan yang mendukung secara terus-menerus
pengurangan infeksi terkait dengan perawatan kesehatan
SASARAN VI : Pengurangan Risiko pasien Jatuh
Standar IPSG VI : rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko
pasien dari cedera karena jatuh
Elemen Penilaian IPSG VI
1. Rumah sakit menerapkan proses dilakukannya penilaian awal pasien akan risikonya
terjatuh dan dilakukannya penilaian ulang pada pasienbilaantara lain, terlihat adanya
perubahan kondisi atau obat-obatan
2. Dilakukan upaya-upaya untuk mengurangi risiko jatuh bagi merekayang dinilai berisiko
3. Usaha-usaha itu dipantau untuk dilihat keberhasilannya dalam upayamengurangi cedera
akibat jatuh dan konsekuensi lainnya yang tidakdiperhitungkan sebelumnya
4. Kebijakan dan/atau prosedur mengarah pada pengurangan secarakontinyu risiko pasien
cedera akibat jatuh di rumah sakit

Kajian Data
Tabel 31
Pelaksanaan International Patient Safety Goals (IPSG)
Di Ruang DAHLIA 3 RSUP Dr. Sardjito
Tanggal 28-30 Desember 2015
Pelaksanaan
No Indikator Keterangan
Ya Tidak
1. SASARAN I : Mengidentifikasi Pasien dengan Benar
a. Pasien diidentifikasi dengan
menggunakan dua
pengidentifikasian pasien, tidak

termasuk penggunaan nomor
kamar pasien atau lokasi

b. Pasien diidentifikasi sebelum


pemberian obat,darah, atau
produk darah
c. Pasien diidentifikasi sebelum
mengambil darah dan spesimen
lain untuk uji klinis

d. Pasien diidentifikasi sebelum


pemberian perawatan dan
prosedur
e. Kebijakan dan prosedur
mengupayakan tercapainya
konsistensi dalam segala situasi
dan lokasi.
Persentase 100%
2. SASARAN II : Meningkatkan Komunikasi yang Efektif
a. Perintah lengkap, lisan dan via
telepon, atau hasil tes dicatat si
penerima
b. Perintah lengkap, lisan dan via
telepon, atau hasil tes dibaca-
ulang si penerima

c. Perintah dan hasil tes


dikonfirmasikan oleh individu si
pemberi perintah atau hasil tes
d. Kebijakan dan prosedur disusun
agar verifikasi tepat-tidaknya
komunikasi lisan dan via telepon
dijalankan secara konsisten
Persentase 100%
3. SASARAN III : Meningkatkan Keamanan Obat-obatan yang Harus Diwaspadai
a. Kebijakan dan/atau prosedur
disusun untuk mengatasi masalah
identifikasi, lokasi, pemberian
label, dan penyimpanan obat yang
patut diwaspadai
b. Kebijakan dan/atau prosedur ini
diterapkan

c. Elektrolit konsentrat tidak boleh
ada di unit perawatan pasien
kecuali jika secara klinis
diperlukan
d. Elektrolit konsentrat yang
disimpan di unit perawatan pasien
diberi label jelas dan disimpan
sedemikian rupa hingga tidak
mudah diakses

Persentase 100%
4. SASARAN IV : Memastikan Lokasi Pembedahan yang benar, Prosedur yang benar,
Pembedahan pada Pasien yang benar
a. Rumah sakit menggunakan tanda
yang langsung dikenali untuk
mengidentifikasi lokasi
pembedahan dan melibatkan
pasien dalam proses pemberian
tanda
b. Rumah sakit menggunakan
daftar atau proses lain untuk
sebelum operasi untuk
memverifikasi
c. Apakah lokasinya, prosedur, dan
pasien sudah benar dan bahwa
seluruh dokumen dan perawatan
yang dibutuhkan
d. Tim bedah lengkap melakukan
dan mendokumentasi prosedur
jeda sesaat sebelum memulai
prosedur pembedahan
e. Kebijakan dan prosedur disusun
sedemikian sehingga semua
proses seragam sehingga dapat
dipastikan lokasi benar, prosedur
benar, dan pasien juga benar,
termasuk prosedur medis dan gigi
yang dilakukan tidak di ruang
operasi.
Persentase 100%
5. SASARAN V : Mengurangi Risiko Infeksi Akibat Perawatan Kesehatan
a. Rumah sakit telah mengadopsi
atau mengadaptasi panduan
kebersihan tangan yang baru
diterbitkan dan umumnya
diterima
b. Rumah sakit
mengimplementasikan program
kebersihan tangan yang efektif
c. Kebijakan dan/atau prosedur
yang dikembangkan yang
mendukung secara terus-menerus
pengurangan infeksi terkait
dengan perawatan kesehatan
Persentase 100%
6. SASARAN VI : Pengurangan Risiko Pasien Jatuh
a. Rumah sakit menerapkan proses
dilakukannya penilaian awal
pasien akan risikonya terjatuh
dan dilakukannya penilaian
ulang pada pasien bila, antara
lain, terlihat adanya perubahan
kondisi atau obat-obatan
a. Dilakukan upaya-upaya untuk
mengurangi risiko jatuh bagi
mereka yang dinilai berisiko
b. Usaha-usaha itu dipantau untuk
dilihat keberhasilannya dalam
upaya mengurangi cedera akibat
jatuh dan konsekuensi lainnya
yang tidak diperhitungkan
sebelumnya
c. Kebijakan dan/atau prosedur
mengarah pada pengurangan
secara kontinyu risiko
Persentase 100%
Rata-rata persentase 100%
Sumber: Hasil Observasi Mahasiswa, 2015
Analisis data
Dari hasil pengamatan dari tanggal 28-30 Desember 2015 dengan menggunakan
indikator International Patient Safety Goals (IPSG) sesuai tabel di atas, menunjukan
pelaksanaan IPSG di Dahlia 3 mencapai persentase 100%. Hal ini berarti baik dalam
pelaksanakan tujuan keselamatan pasien.
Pelaksanaan patient safety di RSUP Dr. Sardjito menggunakan International Patient
Safety Goals (IPSG). Sedangkan dari ICN (Infection Control Nursing) RSUP Dr. Sardjito
dijelaskan ada beberapa indikator untuk 9 Solusi live saving Patient Safety yakni sebagai
berikut:
1) Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (NORUM) (Look-Alike, Sound
Alike Medication Names)
Nama obat, rupa dan ucapan mirip, yang membingungkan staf pelaksana
adalah salah satu penyebab yang paling sering dalam kesalahan obat (medication
error) dan ini merupakan satu keprihatinan di seluruh dunia. Dengan puluhan ribu
obat yang ada saat ini di pasar, maka sangat signifikan potensi terjadinya
kesalahan akibat bingung terhadap nama merk atau generik serta kemasan. Solusi
NORUM ditekankan pada penggunaan protokol untuk pengurangan risiko dan
memastikan terbacanya resep, label atau perintah yang dicetak lebih dulu, maupun
pembuatan resep secara elektronik.
2) Pastikan identifikasi pasien
Kegagalan yang meluas dan terus menerus untuk mengidentifikasi pasien
secara benar sering mengarah kepada kesalahan pengobatan, tranfusi maupun
pemeriksaan dsb. Rekomendasi ditekankan kepada metode untukverifikasi
terhadap identitas pasien, termasuk keterlibatan pasien dalam proses ini,
standarisasi dalam metode identifikasi di semua RS dalam suatu sistem layanan
kesehatan dan partisipasi pasien dalam konfirmasi ini, serta penggunaan protokol
untuk membedakan identifikasi pasien dengan nama yang sama.
3) Komunikasi secara benar saat serah terima/pengoperan pasien.
Kesenjangan dalam komunikasi saat serah terima/pengoperan pasien antar
unit-unit pelayanan, dan di dalam serta antar tim pelayanan, bias mengakibatkan
terputusnya kesinambungan layanan, pengobatan yang tidak tepat dan potensial
dapat mengakibatkan cedera terhadap pasien. Rekomendasi ditujukan untuk
memperbaiki serah terima pasien termasuk penggunaan protokol untuk
mengkomunikasikan informasi yang bersifat kritis; memberikan kesempatan bagi
para praktisi untuk bertanya dan menyampaikan pertanyaan-pertanyaan pada saat
serah terima dan melibatkan para pasien serta keluarga dalam proses serah terima.
4) Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar.
Penyimpangan pada hal ini seharusnya sepenuhnya dapat dicegah.Kasus-kasus
dengan pelaksanaan prosedur yang keliru atau pembedahan sisi tubuh yang salah
sebagian besar adalah akibat dari mis-komunikasi dan tidak adanya informasi atau
informasinya tidak benar. Faktor yang paling banyak kontribusinya terhadap
kesalahan-kesalahan macam ini adalah tidak ada atau kurangnya proses pra bedah
yang distandarisasi. Rekomendasinya adalah untuk mencegah jenis-jenis
kekeliruan yang tergantung pada pelaksanaan proses verifikasi pra pembedahan;
pemberian tanda pada sisi yang akan dibedah oleh petugas yang akan
melaksanakan prosedur, dan adanya tim yang terlibat dalam prosedur untuk
mengkonfirmasikan identitas pasien, prosedur dan sisi yang akan dibedah.
5) Kendalikan cairan elektrolit pekat (concentrated)
Sementara semua obat-obatan, biologis, vaksin, dan kontras memiliki profil
risiko, cairan elektrolit pekat yang digunakan untuk injeksi khususnya adalah
berbahaya.Rekomendasinya adalah membuat standarisasi dari dosis untuk unit
ukuran dan istilah dan pencegahan atas campur aduk atau bingung tentang cairan
elektrolit pekat yang spesifik.
6) Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan
Kesalahan medikasi terjadi paling sering pada saat transisi atau pengalihan.
Rekonsiliasi (penuntasan perbedaan) medikasi adalah suatu proses yang didesain
untuk mencegah salah obat (medication error) pada titik-titik transisi pasien.
Rekomendasinya adalah menciptakan suatu data yang paling lengkap dan akurat
dari seluruh medikasi yang sedang diterima pasien. Juga disebut sebagai home
medication list, sebagai perbandingan dengan daftar saat admisi, penyerahan dan
atau perintah pemulangan bilamana menuliskan perintah medikasi; dan
komunikasikan daftar tersebut kepada petugas layanan yang berikut dimana
pasien akan ditransfer atau dilepaskan.
7) Hindari salah kateter dan salah sambung selang (tube)
Selang, kateter, dan spuit yang digunakan harus di desain sedemikian rupa
agar mencegah kemungkinan terjadinya KTD yang bisa menyebabkan cedera atas
pasien melalui penyambungan spuit dan selang yang salah, serta memberikan
medikasi atau cairan melalui jalur yang keliru.Rekomendasinya adalah
menganjurkan perlunya perhatian atas medikasi serta pemberian makan (misalnya
selang yang benar), dan bilamana menyambung alat-alat kepada pasien (misalnya
menggunakan sambungan dan selang yang benar).
8) Gunakan alat injeksi sekali pakai.
Salah satu keprihatinan global yang terbesar adalah penyebaran dari HIV,
HBV, dan HCV yang diakibatkan oleh pakai ulang (reuse) dari jarum suntik.
Rekomendasinya adalah perlunya melarang pakai ulang, jarum difasilitas
pelayanan kesehatan; pelatihan periodik para petugas di lembaga-lembaga
layanan kesehatan khusunya tentang prinsip-prinsip pengrendalian infeksi,
edukasi terhadap pasien dan keluarga mengenai penularan infeksi melalui darah;
dan praktik jarum sekali pakai yang aman.
9) Tingkatkan kebersihan tangan (hand hygiene) untuk mencegah infeksi
nosokomial.
Diperkirakan bahwa setiap saat lebih dari 1,4 juta orang di seluruh
duniamenderita infeksi yang diperoleh di RS. Kebersihan tangan yang
efektifadalah ukuran preventif yang primer untuk menghindari masalah
ini.Rekomendasinya adalah mendorong implementasi penggunaan cairan,alkohol
base hand rubs, yang tersedia pada titik-titik pelayanan pasien,tersedianya sumber
air pada semua kran, pendidikan staf mengenai teknikkebersihan tangan yang
benar, petunjuk mengingatkan penggunaan tanganbersih di tempat kerja, dan
pengukuran kepatuhan penerapan kebersihantangan melalui pemantauan atau
observasi dan teknik-teknik yang lain.

Tabel 32
Evaluasi Pelaksanaan 9 Solusi Life Saving Patient Safety
Di Ruang DAHLIA 3 RSUP DR. Sardjito
Tanggal 28-30 Desember 2015
Pelaksanaan
No Komponen yang Dinilai Keterangan
Ya Tidak
1. Perhatikan nama obat, rupa dan
ucapan mirip (Norum)
a. Perawat memberi obat sesuai
dengan prinsip 6 benar (obat,
dosis, waktu, tempat, orang,
pendokumentasian).

b. Perawat melakukan
pendokumentasikan setelah
memberi obat direkam
catatan perkembangan.

c. Obat disusun per pasien pada


tempatnya masing-masing

d. Adanya pencatatan obat


masuk dan keluar

e. Memastikan resep obat yang


diterima dan obat yang
diberikan sama

f. Perawat mengklarifikasi
kembali terapi diberikan
dokter dengan mengeja
setiap huruf nama obat

g. Perawat menulis nama obat



yang mirip dengan tulisan
yang besar dan jelas
2. Pastikan identitas pasien Tidak ada papan nama
1. Perawat menuliskan identitas identitas pasien
pasien dengan lengkap pada
papan nama pasien yang
diletakkan diatas tempat
tidur pasien

2. Perawat memakaikan gelang


identitas pasien

3. Perawat sebelum melakukan


tindakan selalu mengecek
minimal 2 identitas pasien
(misal nama dan umur)

4. Status pasien terpisah antara
1 pasien dengan pasien yang
lain
3. Komunikasi secara benar saat
serah terima atau pengoperan
pasien
a. Menyebutkan identitas
pasien; diagnosa medis,
diagnose keperawatan,
tindakan keperawatan yang
telah dilakukan beserta
waktu pelaksanaan

b. Menginformasikan jenis dan


waktu rencana tindakan yang
belum dilakukan

c. Menyebutkan perkembangan
pasien yang ada selama shift

d. Menyebutkan terapi dan


tindakan medis beserta
waktunya yang telah
dilakukan selama shift

e. Menyebutkan tindakan
medis yang belum dilakukan
selama shift
4. Pastikan tindakan yang benar
pada sisi tubuh yang benar
sebelum tindakan operasi:
a. Ada dokumentasi tindakan
di status pasien
b. Memastikan rencana
tindakan pada catatan
perawatan sebelum
melakukan tindakan

c. Memastikan hasil
pemeriksaan penunjang
sebelum dilakukan tindakan
operasi
5. Kendalikan cairan elektrolit
(konsentrat)
a. Ada dokumentasi mengenai
pemberian cairan

b. Perawat mengecek program


terapi sebelum memberikan


c. Terapi cairan pada pasien
perawat memprogram
pemberian cairan elektrolit
pekat sesuai dengan aturan
pemberian

d. Perawat memonitor reaksi


pemberian cairan


e. Perawat menggunakan alat
yang tepat dalam pemberian
cairan

f. Perawat mengatur tetesan
infus atau hasil perhitungan
sesuai dengan order Tidak semua mencatat jam
permberian infus
g. Perawat menuliskan catatan
pemberian infus secara
terperinci (tanggal, jam dan
macam cairan)
6. Pastikan akurasi pemberian obat
pada pengalihan pelayanan
a. Ada dokumentasi tentang
obat-obatan yang sudah
diberikan, waktu pemberian
dan rute pemberian

b. Perawat mengecek ulang


program terapi dari dokter
7. Hindari salah kateter, salah
sambung slang (tube)
a. Perawat mengecek order
adanya pemberian tindakan,
misalnya pemasangan
kateter atau NGT

b. Sebelum melakukan
tindakan ada persetujuan
klien dan keluarga

c. Perawat memastikan slang
kateter atau NGT sesuai
dengan ukurannya

d. Perawat menggunakan alat


yang steril

e. Perawat memastikan bahwa Tidak semua perawat


selang masuk ke dalam melakukan tindakan
kandung kemih pemasangan secara
f. Perawat memastikan balon atraumatik
sudah difiksasi
g. Perawat melakukan tindakan
pemasangan secara
atraumatik
8. Gunakan alat injeksi sekali pakai:
a. Perawat mengecek program
pemberian obat dalam
catatan perawatan

b. Satu spool digunakan sekali Satu spool digunakan tidak


pakai untuk satu obat sekali pakai untuk satu obat
c. Perawat memastikan bahwa
spuit dibuang ditempat
sampah medis
d. Perawat membuang spuit
dalam keadaan tertutup

9. Tingkatkan kebersihan tangan


untuk mencegah infeksi
Nosokomial
a. Perawat mencuci tangan
sebelum dan sesudah
melakukan tindakan

b. Perawat mencuci tangan


menggunakan antiseptic Tidak semua perawat
mencuci tangan sesuai
c. Perawat mencuci tangan langkah yang benar
dengan teknik yang benar

d. Ada pedoman mengenai cuci


tangan yang benar

Jumlah 38 5
Skor total =38 x 100% = 90,5%
(38 + 5)
Sumber: Hasil Observasi Mahasiswa PSIK, 2015

Analisis Data
Dari hasil observasi yang telah dilakukan dari tanggal 28-30 Desember 2015,
pelaksanaan patient safety di Ruang DAHLIA 3 dengan menggunakan indikator 9
Solusi Live Saving Patient Safety termasuk dalam kategori baik (90,5%). Hal yang perlu
dioptimalkan terletak pada tidak adanya papan nama identitas pasien, pencatatan
pemberian jam infus belum dicatat, tidak semua perawat mencuci tangan dengan
langkah yang benar. Perbedaan kedua instrumen ini adalah pada instrumen 9 Solusi
Live Saving Patient Safety tidak menyertakan penilaian resiko jatuh.

e. Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik


Kajian Teori
Komunikasi merupakan proses yang sangat khsus dan berarti dalam hubungan antar
manusia. Pada profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih bermakna karena
merupakan metoda utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan. Menurut
As Hornby (1974) terapeutik adalah merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan
seni dari penyembuhan, sehingga mampu menjadi terapeutik berarti seseorang mampu
melakukan atau mengkomunikasikan perkataan, perbuatan, atau ekspresi yang
memfasilitasi proses penyembuhan.
Dalam membina hubungan terapeutik perawat mempunyai 4 tahap yang pada setiap
tahapnya mempunyai tugas yang harus diselesaikan oleh perawat. Tahap-tahap tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Tahap Preinteraksi
Merupakan tahap dimana perawat belum bertemu dengan pasien. Tugas perawat
dalam tahap ini adalah:
a. Mendapatkan informasi tentang klien (dari medical record atau sumber yang
lainnya)Mencari literature yang berkaitan dengan masalah yang dialami klien
b. Mengekplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan diri
c. MengAnalisis kekuatan dan kelemahan professional diri
d. Membuat rencana pertemuan dengan klien:
(1) Tipe spesifik data yang akan dicari
(2) Metode yang tepat untuk wawancara
(3) Setting ruangan/waktu yang tepat
(4) Menyiapkan alat dan cuci tangan
2. Tahap Orientasi/perkenalan
Merupakan tahap dimana perawat pertama kali bertemu dengan klien. Tugas
perawat dalam tahap ini adalah:
a. Melakukan kontrak dengan pasien, komponen kontrak :
(1) Nama pasien
(2) Peran yang diharapkan dari perawat dan klien
(3) Tujuan
(4) Kerahasiaan
(5) Harapan
(6) Topik
(7) Waktu dilakukannya interaksi
b. Membina hubungan saling percaya dengan klien
3. Tahap Kerja
Merupakan tahap dimana klien memulai kegiatan wawancara.Tugas perawat
pada saat ini adalah melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan pada tahap
pra interaksi.
4. Tahap Terminasi
Merupakan tahap dimana perawat akan menghentikan interaksinya dengan
klien, tahap ini bisa merupakan terminasi sementara maupun terminasi akhir.Pada
tahap ini perawat mempunyai tugas:
a) Mengevaluasi kegiatan kerja yang telah dilakukan baik secara kognitif maupun
afektif
b) Merencanakan tindak lanjut dengan pasien
c) Melakukan kontrak
d) Mengakhiri terminasi dengan baik

Tabel 33
Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik di Ruang DAHLIA 3RSUP DR. Sardjito
Tanggal 28-30 Desember 2015 (n=6)
Pelaksanaan Keterangan
No Komponen Ya Tidak
N % N %
A. PRE INTERAKSI
Mengumpulkan data tentang
1. 6 100 0 0
klien
2. Menyiapkan alat 6 100 0
Membuat rencana pertemuan
3. 6 100 0 0
dengan klien/keluarga klien
B. FASE ORIENTASI
Memberi salam dan tersenyum
1. 6 100 0 0
pada klien/keluarga klien
Melakukan validasi (kognitif, 66,7% tidak melakukan
2. psikomotor, afektif, biasanya 2 33,3 4 66,7 validasi
pada pertemuan lanjutan)
33,3% tidak
3. Memperkenalkan nama perawat 4 66,7 2 33,3 memperkenalkan
nama perawat
Menanyakan nama panggilan 66,7% tidak menanyakan
4. 2 33,3 4 66,7
kesukaan klien/keluarga klien nama panggilan klien
Menjelaskan tanggung jawab 50% tidak menjelaskan
5. 3 50 3 50
perawat tanggung jawab
6. Menjelaskan peran perawat 5 83,3 1 16,7 16,7% tidak menjelaskan
peran perawat
Memberitahukan kegiatan yang
7. 6 100 0 0
akan dilakukan
8. Menjelaskan tujuan kegiatan 6 100 0 0
Menjelaskan waktu yang 50% tidak menjelaskan
9. 3 50 3 50
dibutuhkan untuk kegiatan waktu tindakan
83,3% tidak menyatakan
10. Menyatakan kerahasiaan 1 20 5 83,3
kerahasiaan
C. FASE KERJA
33,3% tidak memberi
Memberi kesempatan pada
1. 4 66,7 2 33,3 kesempatan klien
klien/keluarga klien bertanya
bertanya
Menanyakan keluhan klien 16,7% tidak menanyakan
/keluarga klien yang mungkin keluhan
2. 5 83,3 1 16,7
berkaitan dengan kelancaran
pelaksanaan kegiatan
Memulai kegiatan dengan cara
3. 6 100 0 0
yang baik
Melaksanakan kegiatan cara
4. 6 100 0 0
dengan baik
D. FASE TERMINASI
Menyimpulkan hasil kegiatan:
1. evaluasi proses dan evaluasi 6 100 0 0
hasil
Memberikan reinforcement 16,7% tidak memberikan
2. 5 83,3 1 16,7
positif reinforcement positif
Merencanakan tindak lanjut 505 tidak merencanakan
3. 3 50 3 50
dengan klien/keluarga klien tindak lanjut
DIMENSI RESPON (RESPON
E.
NONVERBAL)
1. Berhadapan 6 100 0 0
33,3% tidak
2. Mempertahankan kontak mata 4 66,7 2 33,3 mempertahankan
kontak mata
3. Tersenyum pada saat yang tepat 6 100 0 0
16,7% tidak
4. Mempertahankan sikap terbuka 5 83,3 1 16,7 mempertahankan
sikap terbuka
Jumlah 112 32
Persentase 77,8% 22,2
Sumber: Data Observasi Mahasiswa PSIK FK UGM, 2015

Analisa Data
Hasil observasi pelaksanaan Komunikasi Terapeutik di Dahlia 3 RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta termasuk dalam kategori cukup (77,8%). Beberapa item yang perlu mendapat
perhatian pada tahap orientasi, yaitu melakukan validasi, memperkenalkan nama perawat,
menanyakan nama panggilan pasien, menjelaskan tanggung jawab dan peran perawat, waktu
untuk kegiatan dan kerahasiaan. Tahap orientasi sangat penting terutama untuk membangun
hubungan yang saling percaya terlebih dahulu dengan pasiennya. Adapun item komunikasi
terapeutik yang lain yang masih perlu diperbaiki adalah pada tahapan kerja yaitu item
memberikan kesempatan kepada klien untuk bertanya, memberikan reinforcement positif dan
merencanakan tindak lanjut.

2. Proses Manajemen Pelayanan Keperawatan


Standar manajemen pelayanan keperawatan adalah proses pengelolaan pelayanan
keperawatan melalui pelaksanaan fungsi manajemen yaitu perencanaan,
pengorganisasian, pengaturan tenaga, pengarahan, evaluasi, dan pengendalian mutu
pelayanan keperawatan untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan (Depkes, 2001)
Menurut Monica (1998) cit. Hersey dan Blancard (1977) menyebutkan bahwa manajemen
yang komprehensif yaitu bekerja dengan dan melalui individu dan kelompok untuk
mencapai tujuan organisasi.
Proses manajemen pelayanan keperawatan terdiri dari:

Perencanaan
Keinginan kebutuhan
Tujuan
Pengorganisasian

Pengarahan

Pengkoordinasian

Informasi Pengawasan
a. Planning (Perencanaan)
Kajian Teori
Perencanaan adalah sebuah keputusan untuk suatu kemajuan yang berisikan apa yang
akan dilakukan serta bagaimana, kapan, dan dimana akan dilaksanakan (Marquis, 2000).
Perencanaan dimaksudkan untuk menyusun suatu perencanaan yang strategis dalam
mencapai suatu tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Perencanaan dibuat untuk
menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada semua pasien, menegakkan
tujuan, mengalokasikan anggaran belanja, memutuskan ukuran dan tipe tenaga
keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola struktur organisasi yang dapat
mengoptimalkan efektifitas staf serta menegakkan kebijaksanaan dan prosedur
operasional untuk mencapai visi dan misi institusi yang telah ditetapkan.
Unit perawatan merupakan unit terkecil dalam kegiatan pelayanan rumah sakit.
Perencanaan yang disusun mengacu kepada kerangka utama rencana strategi rumah sakit
dengan mempertimbangkan kekuatan, kelemahan, peluang yang nyata, dan ancaman
eksternal yang harus diantisipasi. Kerangka perencanaan yang matang sangat membantu
dalam upaya melakukan perbaikan atau improvisasi apabila dalam perjalanan kegiatan
usaha keluaran yang tidak diharapkan. Dengan demikian perencanaan dapat dikoreksi
tanpa kehilangan waktu dan efisiensi. Kerangka perencanaan terdiri dari:
1) Misi, berisi tujuan jangka panjang mengenai bagaimana langkah mencapai visi.
2) Filosofi, sesuatu yang bisa menguatkan motivasi.
3) Tujuan, berisikan tujuan yang ingin dicapai.
4) Obyektif, berisi langkah-langkah rinci bagaimana mencapai tujuan.
5) Prosedur, berisi pelaksanaan perencanaan.
6) Aturan, berisi langkah-langkah antisipasi untuk hal-hal yang menyimpang.

Model perencanaan meliputi:


a) Reactive planning, yaitu tak ada perencanaan, manajer langsung melakukan tindakan
begitu menemukan masalah. Perubahan yang terjadi tidak pasti karena dipengaruhi
oleh masalah dan kondisi yang ada
b) Inactive planning, yaitu perencanaan sudah dibuat sejalan dengan masalah yang
muncul (telah ada bayangan atau perencanaan tetapi dalam pelaksanaannya dilakukan
sejalan dengan pekembangan masalah)
c) Preactive planning, yaitu penyusunan perencanaan dengan mengetahui rencana ke
depan pencapaian target yang sudah pasti (sudah jelas dan tidak berubah). Ciri dari
perencanaan ini adalah tujuan yang akan dicapai jelas, terdapat pembatasan waktu
perencanaan berlangsung, terdapat indikator pencapaian target, risiko, dan
ketidakpastian jelas
d) Proactive planning, yaitu pembuatan perencanaan dengan memperhatikan masa lalu,
masa sekarang dan masa depan. Masa lalu digunakan sebagai pengalaman untuk
menyusun perencanaan sekarang dan masa depan, masa sekarang sebagai pelaksanaan
perencanaan, dan masa depan merupakan perencanaan yang disusun berdasarkan
evaluasi pelaksanaan perencanaan masa lalu dan sekarang.

Perencanaan meliputi:
a) Jangka pendek (target waktu dalam minggu/bulan)
Meliputi perubahan jadwal dinas (pagi, siang, malam) akibat perubahan kondisi
bangsal dan permintaan fasilitas yang segera akibat kerusakan yang tidak dapat
diperkirakan sebelumnya.
b) Jangka menengah (periode dalam satu tahun)
Meliputi pengaturan dinas, perbaikan peralatan/service, permintaan perlengkapan
rutin/barang habis pakai
c) Jangka panjang (untuk tahun mendatang)
Meliputi pengembangan SDM baik perawat maupun non perawat, penambahan
peralatan, penambahan jumlah tenaga, cuti tahunan dan sebagainya.

Berdasarkan buku pedoman uraian tugas tenaga keperawatan di RS (Depkes RI,


1999), Tugas Kepala Ruang dalam perencanaan (P1) meliputi:
a) Menyusun rencana kerja kepala ruang
b) Berperan serta menyusun falsafah dan tujuan pelayanan keperawatan di ruang
rawat yang bersangkutan
c) Menyusun rencana kebutuhan tenaga keperawatan dari segi jumlah maupun
kualifikasi untuk di ruang rawat, koordinasi dengan kepala perawat
instalasi/kepala instalasi.
Berdasarkan buku pedoman uraian tugas tenaga keperawatan di RSUP Dr. Sardjito
(RSUP Dr. Sardjito, 2007), Tugas Kepala Ruang dalam perencanaan (P1) meliputi :
a) Menyusun jadwal dinas.
b) Merencanakan koordinasi.
c) Menyusun perencanaan tahunan
Kajian Data
Tabel 34
Kajian Planning di Ruang DAHLIA 3 RSUP DR.Sardjito Tanggal 28-30 Desember2015
Dilakukan
No Standar Metode Dokumen Keterangan
Ya Tidak
1. Pembuatan Studi Ada
jadwal dinas dokumentasi
dan
wawancara
2. Perencanaan Wawancara Ada
Koordinasi

3. Perencanaan Wawancara Ada


tahunan karu: dan studi
pengajuan dokumentasi
peralatan
perencanaan
pengembanga
n staf dan
kebutuhan
tenaga

Jumlah 5
Total (%) 100
Sumber: Hasil observasi, wawancara dan dokumentasi mahasiswa PSIK UGM 2015

Analisis Data
Perencanaan yang telah dilakukan oleh KaRu meliputi perencanaan dinas masing-masing
perawat dengan ketentuan jadwal bulan selanjutnya keluar selambat-lambatnya tanggal 25.
Pembuatan jadwal tidak selalu KaRu yang membuat tetapi terkadang juga melibatkan PN
yang selanjutnya didiskusikan bersama KaRu sebelum diajukan ke kantor IRNA. Hal-hal
yang berkaitan dengan koordinasi dilakukan secara insidental tanpa perencanaan terlebih
dahulu. Pengajuan kebutuhan logistik ruangan diatur melalui perencanaan di awal bulan ke
bagian logistik instalasi. Pengembangan staff dilakukan setiap adanya sesi pelatihan yang
diadakan oleh pihak rumah sakit, sehingga rencana pengembangan staf disesuaikan dengan
program yang diadakan rumah sakit. Saat ini semua perawat telah mengikuti pelatihan 5
wajib, hanya 1 perawat yang belum mengikuti pelatihan dengan lengkap. Pengajuan tenaga di
ruangan diajukan setiap tahunnya namun realisasinya diatur oleh pihak pusat.

.
b. Pengorganisasian
Kajian Teori
Pengorganisasian melibatkan semua sumber daya yang ada dalam suatu sistem orang,
modal, dan peralatan dalam kegiatan menuju pencapaian tujuan. Keinginan seorang
Perawat Kepala adalah memasukkan semua unsur manusia dan situasi ke dalam suatu
sistem yang akan mengemban suatu tujuan tertentu dan mengatur mereka sedemikian
rupa sehingga kelompok dapat bekerja bersama kearah pencapaian tujuan (Monica,
1998).
Pengorganisasian menentukan mengenai tenaga yang akan melaksanakan
perencanaan, pembagian tugas, wewenang, tanggung jawab dan mekanisme
pertanggungjawaban masing-masing kegiatan. Berdasarkan hal tersebut maka fungsi
pengorganisasian dari kepala ruang adalah (Nursalam, 2002):
1) Merumuskan metode penugasan yang digunakan
2) Merumuskan tujuan metode penugasan
3) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota secara jelas
4) Membuat rentang kendali kepala unit membawahi 2 ketua tim dan ketua tim
membawahi 2-3 perawat
5) Mengatur dan mengendalikan logistik unit
6) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktek
7) Mendelegasikan tugas saat kepala unit tidak berada di tempat kepada ketua tim
8) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi pasien
9) Mengatur penugasan jadwal pos dan pekarya
10) Identifikasi masalah dan cara penanganan
Di dalam pengorganisasian asuhan keperawatan dikenal beberapa model pemberian
asuhan keperawatan. Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) terdiri dari 9
elemen subsistem (Hoffart and Woods, 1996) yaitu:
1) Nilai-nilai Profesional
2) Pendekatan manajemen
3) Metode pemberian askep
4) Hubungan profesional
5) Sistim kompensasi dan penghargaan.
Dalam sistem pemberian asuhan keperawatan ada beberapa teori mengenai metode
asuhan keperawatan. Menurut Gilles (1989) yaitu:
1) Metode kasus (Total Care Method)
Metode ini merupakan metode tertua (tahun 1880) dimana seorang pasien dirawat
oleh seorang perawat selama 8 jam perawatan. Setiap perawat ditugaskan untuk
melayani seluruh kebutuhan pasien saat dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang
berbeda untuk setiap shif dan tak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang
yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu
pasien satu perawat dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau
untuk keperawatan khusus seperti di ruang rawat intensif.Kelebihandari metode ini
adalah: Sederhana dan langsung; Garis Pertanggung jawaban jelas; Kebutuhan pasien
cepat terpenuhi; Memudahkan perencanaan tugas.
Kekurangan dari metode ini adalah:Belum dapat diidentifikasi perawat
penanggung jawab; Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan
dasar yang sama; Tak dapat dilakukan oleh perawat baru atau kurang pengalaman;
Mahal, perawat profesional termasuk melakukan tugas non profesional.

2) Metode fungsional
Metode ini dilakukan pada kelompok besar pasien. Pelayanan keperawatan
dibagi menurut tugas yang berbeda dan dilaksanakan oleh perawat yang berbeda
dan tergantung pada kompleksitas dari setiap tugas. Misalnya fungsi menyuntik,
membagi obat, perawatan luka. Metode ini merupakan manajemen klasik yang
menekankan pada efisiensi, pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang
lebih mudah. Semua prosedur ditentukan untuk dipakai sebagai standar. Perawat
senior menyibukkan diri dengan tugas manajerialnya sedangkan asuhan
keperawatan pasien diserahkan kepada perawat yunior.
Meskipun sistem ini efisien namun penugasan secara fungsi tidak memberikan
kepuasan kepada pasien dan perawat karena asuhan keperawatan yang diberikan
kepada pasien terfragmentasi menurut tugas atau perasat yang dilakukan. Cara
kerja yang diawasi membosankan perawat karena berorientasi pada tugas dan
sistem ini baik dan berguna untuk situasi dimana Rumah Sakit kekurangan tenaga
perawat, namun disisi lain asuhan ini tidak profesional dan tidak berdasar pada
masalah pasien.Keuntungan dari metode ini adalah:
a) Lebih sedikit membutuhkan perawat
b) Efisien
c) Tugas mudah dijelaskan dan diberika
d) Para staff mudah menyesuaikan dengan tuga
e) Tugas cepat selesai
Kerugian dari metode ini adalah:
a) Tidak efektif
b) Fragmentasi pelayanan
c) Membosankan
d) Komunikasi minimal
e) Tidak holistik
f) Tidak professional
g) Tidak memberikan kepuasan kepada pasien dan perawat

3) Metode tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Ketua tim
bertanggung jawab membuat perencanaan dan evaluasi asuhan keperawatan untuk
semua pasien yang ada di bawah tanggung jawab timnya. Anggota tim melaksanakan
asuhan keperawatan kepada pasien sesuai perencanaan yang telah dibuat oleh ketua
tim. Tujuan perawatan ini adalah memberikan asuhan keperawatan yang lebih baik
dengan menggunakan sejumlah staff yang tersedia.
Keuntungan dari metode ini adalah:
a) Memberikan kepuasan bagi perawat dan pasien
b) Kemampuan anggota tim dikenal dan dimanfaatkan
secara optimal
c) Komprehensif dan holistic
d) Produktif, kerjasama, komunikasi dan moral
Kerugian dari metode ini adalah:
a) Tidak efektif bila pengaturan tidak baik
b) Membutuhkan banyak kerjasama dan komunikasi
c) Membingungkan bila komposisi tim sering diubah
d) Banyak kegiatan keperawatan dilakukan oleh perawat
non professional
4) Metode primer
Metode ini merupakan suatu metode penugasan kerja terbaik dalam suatu
pelayanan dengan semua staff keperawatan yang profesional. Pada metode ini setiap
perawat primer memberikan tanggung jawab penuh secara menyeluruh terhadap
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan mulai dari pasien masuk sampai
keluar dari Rumah Sakit, mendorong praktek kemandirian perawat, ada kejelasan
antara pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ditandai dengan adanya
keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk
merencanakan, mengimplementasikan dan mengkoordinasikan asuhan keperawatan
selama pasien dirawat.
Penanggung jawab dilaksanakan oleh perawat primer (primary nurse/PP). Setiap
PP merawat 4-6 pasien dan bertanggung jawab terhadap pasien selama 24 jam dari
pasien masuk sampai dengan pulang. Terdapat kontinuitas asuhan keperawatan yang
bersifat komperhensif dan dapat dipertanggungjawabkan. Dalam satu grup PP
mempunyai beberapa AN dan perawatan dilanjutkan oleh AN.
Kelebihan dari model primer ini adalah model ini bersifat kontinu dan
komprehensif dalam melakukan proseskeperawatan kepada pasien dan perawat primer
mendapatkan akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan memungkinkan
pengembangan diri. Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa dimanusiakan
karena terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu asuhan yang diberikan
bermutu tinggi dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap perawatan, dukungan,
proteksi, informasi dan advokasi.
Kelemahan dari model ini adalah model ini hanya dapat dilaksanakan oleh
perawat yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang memadai dengan kriteria
asertif, mampu mengatur diri sendiri, kemampuan pengambilan keputusan yang tepat,
penguasaan klinik, akuntabel dan mampu bekomunikasi dan berkolaborasi dengan
berbagai disiplin.
Diagram model keperawatan primer ada dalam gambar (Marquis and Huston,
1998):

Dokter Kepala ruang Sarana RS

Perawat primer

Pasien

Perawat Perawat Perawat


pelaksana pagi pelaksana pelaksana
sore malam
Gambar 4. Model Keperawatan Primer
5) Metode manajemen kasus (nursing case management)
Pada metode ini ada seorang perawat yang menjalankan sekumpulan aktivitas,
mengerahkan, memantau dan mengevaluasi semua sumber yang digunakan oleh
pasien secara total selama sakit. Empat hal penting dalam manajemen kasus:
a) Pencapaian berdasar waktu yang ditentukan tim yang terlibat
b) Yang bertindak sebagai case manager adalah orang yang memberi
pelayanan langsung
c) Seorang perawat/dokter yang terlibat bisa melampaui unit
d) Perlu partisipasi aktif pasien dan keluarga untuk menyusun
evaluasi pelaksanaan kegiatan
Penerapan MPKP di RS Dr. Sardjito
Berdasarkan buku pedoman penerapan MPKP di RSUP Dr. Sardjito adalah
modifikasi atau gabungan dari model keperawatan primer yang dimodifikasi yang
disebut Metode Primer Modifikasi (MPM) yang dikembangkan oleh Nuryandari
(1998).
Model keperawatan primer modifikasi didasarkan pada beberapa alasan antara lain:
1) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni karena sebagai perawat primer
harus mempunyai latar belakang pendidikan S1 Keperawatan.
2) Keperawatan tim tidak digunakan secara murni karena tanggung jawab pasien
terfragmentasi pada berbagai tim.
3) Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapakan komunitas asuhan
keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada PN.
Tugas kepala ruangan dalam pengorganisasian (RS Sardjito, 2007), meliputi:
Tugas Pokok:
1) Mengelola kegiatan pelayanan dan asuhan keperawatan pasien di ruang rawat
2) Melaksanakan fungsi kolaboratif dengan tim kesehatan lain
3) Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi pasien dan keluarga
4) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan bimbingan PKK
5) Melakukan/membantu pelaksanaan penelitian
6) Melakukan pengendalian, pemantauan dan evaluasi kegiatan guna peningkatan
mutu pelayanan keperawatan di ruang rawat
7) Mendukung terlaksananya program patient safety.
Uraian tugas Kepala Ruang
Planning
1) Menyusun jadwal dinas.
2) Merencanakan koordinasi.
3) Menyusun perencanaan tahunan
Organizing
1) Mensosialisasikan, mengatur dan mengendalikan pelaksanaan kebijakan yang
telah ditentukan kepada semua staf
2) Mengecek kelengkapan inventaris peralatan dan obat-obatan yang tersedia
untuk kelancaran pelayanan
3) Mengajukan permintaan peralatan dan obat-obatan sesuai kebutuhan.
Memeriksa keadaan ruangan dan peralatan serta menyusun laporan kerusakan,
usulan perbaikan dan pemeliharaannya
4) Menyusun data yang berhubungan dengan pelayanan untuk membuat laporan
harian, bulanan, triwulan serta tahunan
5) Mengadakan rapat secara berkala untuk mengetahui masalah dan mendapatkan
cara penyelesaian agar pelaksanaan pelayanan berjalan baik
6) Memberikan pengarahan, orientasi dan bimbingan kepada staf baru/mahasiswa
praktek di ruangan
7) Mengkoordinir pelaksanaan tatatertib, disiplin, kebersihan dan keamanan
ruangan.
8) Melaksanakan asuhan dengan menggunakan pendekatan proses ilmiah
9) Membuat usulan nilai pra DP3 semua tenaga yang menjadi tanggung
jawabnya
10) Membuat usulan pengembangan tenaga
11) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan dalam rangka
memperlancar pelaksanaan kegiatan di instalasi. Membagi staf keperawatan
ke dalam grup MPM sesuai dengan kemampuan dan beban kerja
12) Membuat jadwal dinas koordinasi dengan perawat primer (PN)
13) Membagi pasien kepada grup MPM sesuai kemampuan dan beban kerja
14) Memfasilitasi dan mendukung kelancaran tugas perawat primer dan perawatan
asosiate (PN & AN)
15) Melakukan supervisi dan memberi motivasi seluruh staf untuk mencapai
kinerja yang optimal
16) Melakukan upaya peningkatan mutu asuhan dan pelayanan dengan
mengevaluasi melalui berbagai metode evaluasi peningkatan mutu
17) Berperan sebagai konsultan/pembimbing bagi perawat primer (PN)
18) Mendelegasikan tugas pada sore, malam, dan hari libur kepada penanggung
jawab tugas jaga ruangan
19) Membuat laporan pelaksanaan tugas secara berkala/insidentil
20) Bertanggung jawab terhadap kelengkapan entry data dalam billing system.

Berdasarkan struktur organisasi dan uraian jabatan keperawatan RS DR. Sardjito


April 2007 adalah sebagai berikut:
a) Tugas Pokok Primery Nurse:
1) Mengelola asuhan keperawatan pasien di ruang rawat
2) Melakukan fungsi kolaboratif dengan tim kesehatan lain
3) Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi pasien dan keluarga
4) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan bimbingan PKK
5) Melakukan/membantu pelaksanaan penelitian
6) Melakukan pengendalian, pemantauan dan evaluasi kegiatan guna peningkatan
mutu pelayanan keperawatan di ruang rawat
7) Mendukung terlaksananya program Patient Safety
b) Tugas Primary Nurse :
1) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan dalam rangka
memperlancar pelaksanaan kegiatan
2) Menggantikan tugas PJ ruang pada pagi hari jika PJ tidak ada.
3) Mendelegasikan tugas perawat primer pada sore, malam, hari libur kepada
perawat asosiate
4) Memberikan bimbingan mahasiswa praktek yang ada dalam groupnya dalam
rangka orientasi dan pelaksanaan praktek keperawatan.
5) Perawat primer menginformasikan peraturan dan tata tertib yang berlaku pada
pasien/keluarga.
6) Perawat primer melakukan visite/monitoring perkembangan pasien dan
memberitahukan serta menyiapkan pasien yang akan pulang
7) Perawat primer menerima konsultasi/keluhan pasien/keluarga dan berupaya
mengatasinya, serta memfasilitasi pelaksanaan konsultasi dengan dokter
8) Perawat primer membuat laporan tugas kepada Karu setiap akhir tugas tentang
kondisi pasien dan masalah yang ada
9) Mengikuti pertemuan ilmiah/rutin yang diselenggaraan RS di lingkungan
tugasnya
10) Betanggung jawab atas kelengkapan entry data dalam Billing System.
c) Tanggung Jawab Primary Nurse :
1) Kebenaran kajian data, diagnosa dan rencana keperawatan
i. Kebenaran kajian data keperawatan
ii. Kebenaran diagnosis
iii. Kebenaran rencana keperawatan
2) Kebenaran layanan asuhan, evaluasi dan resume keperawatan
i. Kebenaran dan ketepatan pelaksanaan tindakan keperawatan
ii. Kebenaran evaluasi keperawatan
iii. Kebenaran resume keperawatan
3) Kebenaran dan ketetapan pendidikan/penyuluhan kesehatan pada pasien
4) Pemenuhan kebutuhan kesehatan pasien dengan kolaborasi tim kesehatan lain
5) Kelengkapan dan kebenaran informasi kepada pasien tentang dokter dan
perawat yang bertanggung jawab, jadwal konsultasi &rencana tindakan yang
akan dilakukan & rencana perawatan setelah pasien pulang
6) Kelengkapan dan kebenaran isian dokumen asuhan keperawatan
7) Kebenaran bimbingan dan arahan kepada perawat asosiet dan mahasiswa
praktek klinik keperawatan
8) Kebenaran dan kelengkapan laporan dan dokumen asuhan keperawatan
d) Wewenang Primary Nurse :
1) Mengatur, membimbing dan memberikan arahan tugas kepada AN/mahasiswa
PKK yang menjadi tanggung jawabnya
2) Meminta bahan dan perangkat kerja yang dibutuhkan untuk pelaksanaan
asuhan dan pelayanan sesuai dengan kebutuhan pasien
3) Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan
4) Melakukan konsultasi dan koordinasi tugas dengan penanggung jawab ruang
dan PN lain
5) Melakukan asuhan dan pelayanan yang komprehensif dan prima kepada
semua pasien yang menjadi tanggung jawabnya
6) Mendelegasikan tugas pada AN bila sedang tidak bertugas.
e) Tugas Pokok Penanggung Jawab Tugas Jaga:
1) Mengelola kegiatan pelayanan dan asuhan keperawatan pasien di ruang rawat
pada sore, malam dan hari libur
2) Melaksanakan fungsi kolaboratif dengan tim kesehatan lain
3) Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi pasien dan keluarga
4) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan bimbingan PKK
5) Melakukan/membantu pelaksanaan penelitian
6) Melakukan pengendalian, pemantuan dan evaluasi kegiatan guna peningkatan
mutu pelayanan keperawatan di ruang rawat pada sore, malan, dan hari libur
7) Mendukung terlaksananya program Patient Safety.
f) Uraian Tugas Penanggung Jawab Tugas Jaga:
1) Memberikan pengarahan, orientasi dan bimbingan kepada mahasiswa praktek
di ruangan
2) Mengkoordinir pelaksanaan tata tertib, disiplin, kebersihan dan keamanan
ruangan
3) Melaksanakan asuhan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan
4) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan dalam rangka
memperlancar pelaksanaan kegiatan di ruangan
5) Membagi pasien kepada grup MPM sesuai kemampuan dan beban kerja
6) Memfasilitasi dan mendukung kelancaran tugas asuhan dan pelayanan
7) Melakukan supervisi dan memberi motivasi seluruh staf untuk mencapai
kinerja yang optimal
8) Melakukan upaya peningatan mutu asuhan dan pelayanan
9) Berperan sebagai konsultan dari perawat asosiet (AN) pada saat PN tidak
bertugas.
g) Tanggung Jawab Penanggung Jawab Tugas Jaga:
1) Ketepatan koordinasi tugas asuhan dan pelayanan di ruangan
2) Kebenaran arahan tugas staf dan mahasiswa
3) Kelancaran memfasilitasi kebutuhan yang diperlukan untuk asuhan dan
pelayaan
4) Kelancaran layanan dan asuhan yang komprehensif dan prima
5) Kelancaran pelaksanaan pendelegasian tugas Pj. Ruang keperawatan pada
sore, malam dan hari libur
6) Kebenaran dan ketepatan penggunaan sumber daya yang efisien dan efektif
7) Kebenaran laporan pelaksanaan kegiatan asuhan dan pelayanan keperawatan.
h) Wewenang Penanggung Jawab Tim:
1) Mengatur dan membimbing dan memberikan arahan
anggota tim/mahasiswa PKK yang menjadi tanggung jawabnya
2) Meminta bahan dan perangkat kerja yang dibutuhkan
untuk pelaksanaan asuhan dan pelayanan sesuai dengan kebutuhan pasien
3) Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan
4) Melakukan konsultasi dan koordinasi tugas dengan
penanggung jawab ruang dan PN lain
5) Melakukan asuhan dan pelayanan yang komprehensif dan
prima kepada semua pasien yang menjadi tanggung jawabnya
6) Mendelegasikan tugas pada AN bila sedang tidak bertugas.
i) Tugas Pokok Assosiate Nurse (AN) :
1) Melaksanakan asuhan keperawatan pasien di ruang rawat inap
2) Melaksanakan fungsi kolaboratif dengan tim kesehatan lain
3) Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi pasien dan keluarga
4) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan bimbingan PKK
5) Melakukan/membantu pelaksanaan penelitian
6) Melakukan pengendalian, pemantauan dan evaluasi kegiatan guna peningkatan
mutu pelayanan keperawatan di ruang rawat inap
7) Mendukung terlaksananya program Patient Safety
j) Uraian Tugas Assosiate Nurse (AN):
1) Melakukan doa bersama setiap awal dan akhir tugas yang dilakukan setelah
selesai serah terima operan tugas jaga.
2) Mengikuti pre conference yang dilakukan PN setiap awal tugas pagi.
3) Melakukan asuhan keperawatan kepada pasien yang menjadi tanggung jawab
dan ada bukti di rekam keperawatan.
4) Melakukan monitoring respon pasien dan ada bukti di rekam keperawatan.
5) Melakukan konsultasi tentang masalah pasien kepada PN.
6) Membimbing dan melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien yang
menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti direkam keperawatan.
7) Menerima keluhan pasien dan keluarga dan berusaha untuk mengatasinya.
8) Melengkapi catatan asuhan keperawatan pada semua pasien yang menjadi
tanggung jawabnya.
9) Melakukan evaluasi asuhan keperawatan setiap akhir tugas pada semua pasien
yang menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti direkam keperawatan.
10) Mengikuti post conference yang diadakan oleh PN pada setiap akhir tugas dan
melaporkan kondisi/perkembangan semua pasien yang menjadi tanggung
jawabnya kepada PN dan ada bukti di rekam keperawatan
11) Bila PN tidak ada, wajib mengenalkan AN yang ada dalam satu group yang
akan memberikan asuhan keperawatan pada jaga berikutnya kepada
pasien/keluarga baru.
12) Mengikuti diskusi kasus/conference dalam pertemuan rutin
13) Melaksanakan tugas lain sesuai uraian tugas AN
14) Melaksanakan tugas PN pada sore, malam, dan hari libur
15) Berkoordinasi dengan Pj tugas jaga apabila ada kesulitan tentang pelayanan
16) Bertanggung jawab atas kelengkapan entry data dalam Billing System.
k) Tanggung Jawab Assosiate Nurse (AN):
1) Kebenaran asuhan keperawatan meliputi kajian diagnosis, rencana tindakan
keperawatan
2) Kebenaran dan ketepatan pelayanan dan asuhan keperawatan yang
komprehensif dan prima
3) Kelengkapan bahan dan peralatan kesehatan
4) Kebenaran isian rekam keperawatan
5) Kebenaran infomasi/bimbingan/penyuluhan kesehatan kepada pasien/keluarga
6) Ketepatan penggunaan sumber daya secara efisien dan efektif
l) Wewenang Assosiate Nurse (AN) :
1) Memeriksa kelengkapan dan alat yang diperlukan
2) Meminta bahan dan perangkat kerja sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan
tugas
3) Melakukan pengkajian, menetapkan diagnosa dan perencanaan keperawatan
bagi pasien baru pada saat PN tidak bertugas sore, malam, dan hari libur
4) Melakukan asuhan keperawatan pasien
5) Melaporkan asuhan keperawatan pasien ke PJ tugas jaga dan Perawat Primer
(PN)
Tabel 35
Kajian Organizing di Ruang Cendna 3 RSUP DR.Sardjito Tanggal 28 30 Desember 2015
Dilakukan
No Standar Keterangan
Ya Tidak
1. Pembagian Tugas
2. Pendelegasian Tugas
3. Koordinasi Tugas
4. Pengaturan/Manajemen Waktu
5. Pengaturan dan pengendalian situasi tempat praktik
6. Memberi wewenang kepada tata usaha untuk
mengurus administrasi klien
7. Pengembangan MPKP dengan MPM
A. Pelaksanaan Tugas
1. Pelaksanaan tugas Kepala Ruang
Keperawatan
2. Pelaksanaan tugas Primary Nurse
3. Pelaksanaan tugas Assosiated Nurse
B. Hubungan Profesional
1. Hubungan Profesional antara Staf
Keperawatan dengan Pasien
2. Hubungan Profesional Antar Staf
Keperawatan
3. Hubungan Profesional/Kemitraan
Antara Staf Keperawatan Dengan
Dokter/Tim Kesehatan Lain
4. Hubungan Profesional Antara Staf
Keperawatan Dengan Peserta Didik Dengan
MPM
5. Pelaksanaan Serah Terima Tugas Jaga
(operan)

6. Pelaksanaan Meeting Morning


7. Pelaksanaan Pre Conference
8. Pelaksanaan Post Conference
9. Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik
10. Pelaksanaan Informasi pasien baru
Jumlah 19
Total 100%
Sumber: Hasil observasi tanggal 28-30 Desember 2015

Analisa Data
Berdasarkan data hasil pengkajian dengan observasi dan wawancara, didapatkan bahwa
organizing dapat berjalan dengan baik (100%) akan tetapi memang dalam pelaksanaannya
perlu adanya optimalisasi. Terdapat beberapa hal yang perlu dioptimalkan yaitu pelaksanaan
operan jaga dan post conference yang masih kurang sesuai dengan prosedur yang ada .
Pemberian informasi pasien baru juga memerlukan peningkatan dalam hal penggunaan
sarana/ alat yang mendukung dalam penyampaian sehingga informasi yang disampaikan bisa
lebih jelas dan optimal.

Tabel 36
Pelaksanaan Tugas Kepala Ruang Keperawatan
di Ruang DAHLIA 3 RSUP DR.Sardjito Tanggal 28 Desember 30 Desember 2015
Observasi Keterangan
No Variabel Yang Dinilai
Ya Tdk
1. Membagi staf ke dalam grup MPM sesuai dengan

kemampuan dan beban kerja
2. Membuat jadwal dinas koordinasi dengan PN
3. Menyiapkan materi tentang permasalahan pasien
dan ruangan yang ada pada hari tersebut termasuk
laporan permasalahan dinas malam
4. Kepala Ruang melakukan meeting morning untuk
menindaklanjuti masalah yang ada yang diawali
dan diakhiri dengan doa
5. Membagi pasien ke dalam grup MPM sesuai

dengan kemampuan dan beban kerja
6. Memfasilitasi dan mendukung kelancaran tugas PN

dan AN
7. Melakukan supervisi dan memberi motivasi seluruh
staf keperawatan untuk mencapai kinerja yang
optimal
8. Memberikan reinforcement positif kepada semua
staf termasuk pada saat mengakhiri meeting

morning kepada dinas malam dan dinas pagi
9. Melakukan upaya peningkatan mutu asuhan
keperawatan dengan melakukan evaluasi melalui
angket setiap pasien akan pulang
10. Mendelegasikan tugas kepada PPJR pada jaga sore,

malam, libur
11. Berperan serta sebagai konsultan
12. Melakukan pengawasan kedisiplinan tugas staff

melalui daftar hadir yang ada di ruang
13. Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan

keluarga
14 Mengadakan CNE ( Continuing Nursing

Education)
Jumlah 14/ 14x 100% 100%
Sumber: Hasil observasi tanggal 28 Desember 30 Desember 2015

Analisis Data
Karu Dahlia 3 sedang menjalankan tugas belajar selama satu tahun sehingga tugas
karu didelegasikan kepada PJ pelayanan. Berdasarkan hasil pada tabel di atas dapat
disimpulkan bahwa pelaksanaan tugas kepala ruang yang telah dilaksanakan saat ini
tergolong dalam kategori baik (100 %). Pelaksanaan tugas dari kepala ruang dinilai sudah
optimal dalam melakukan pembagian tugas, memberikan motivasi maupun reinforcement
positif kepada semua staf, namun yang masih perlu ditingkatkan kembali yaitu pengadaan
CNE agar dapat dilaksanakan secara rutin.

Tabel 37
Pelaksanaan Tugas PN di Ruang DAHLIA 3 RSUP DR. Sardjito 28-30 Desember 2015
Observasi Keterangan
No Tugas PN
Ya Tdk
1. Bertugas pada pagi hari
2. Bersama AN menerima operan tugas jaga dari AN

yang tugas malam
3. Bersama AN melakukan konfirmasi/supervisi
tentang kondisi pasien segera setelah selesai operan
tugas jaga malam
4. Bersama AN melakukan doa bersama sebagai awal
dan akhir tugas dilakukan setelah selesai operan
tugas jaga malam
5. Melakukan pre conference dengan semua AN yang

ada dalam grupnya setiap awal dinas pagi
6. Membagi tugas atau pasien kepada AN sesuai

kemampuan dan beban kerja
7. Melakukan pengkajian, menetapkan masalah atau
diagnosa dan perencanaan keperawatan kepada

semua pasien yang menjadi tanggung jawab ada
bukti di rekam keperawatan
8. Memonitor dan membimbing tugas AN
9. Membantu tugas AN untuk kelancaran pelaksanaan

asuhan pasien
10. Mengoreksi, merevisi, dan melengkapi catatan
asuhan keperawatan yang dilakukan oleh AN yang
ada di bawah tanggung jawabnya
11. Melakukan evaluasi hasil kepada setiap pasien
sesuai tujuan yang ada dalam perencanaan asuhan

keperawatan dan ada bukti dalam rekam
keperawatan
12. Melaksanakan post conference pada setiap akhir
dinas dan menerima laporan akhir tugas jaga dari
AN untuk persiapan operan tugas jaga berikutnya
13. Mendampingi AN dalam operan tugas jaga kepada

AN yang tugas jaga berikutnya
14. Memperkenalkan AN yang ada dalam satu grup atau PN tidak
yang akan merawat selama pasien dirawat atau memperkenalkan
kepada pasien/keluarga baru AN
19. Mendelegasikan tugas kepada AN pada sore malam

libur
16. Melaksanakan pendelegasian tugas PJ ruang bila

pagi hari tidak bertugas
17. Menyelenggarakan diskusi kasus dengan dokter dan

tim kes. lain setiap minggu
18. Menyelenggarakan diskusi kasus dalam pertemuan

rutin keperawatan di ruangan minimal sebulan sekali
19. Melakukan bimbingan klinik keperawatan kepada Ronde
AN minimal seminggu sekali (ronde keperawatan/ keperawatan
bed side teaching) tidak
dilaksanakan
karena

keterbatasan
bangsal airborne
disease, bedside
teaching beelum
maksimal
20. Melaksanakan tugas lain sesuai uraian tugas
Jumlah 18 2
Persentase 18/20x 100% 90%
Sumber: Hasil observasi tanggal 28-30 Desember 2015

Analisis Data
Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan tugas PN pada tabel di atas dapat disimpulkan
bahwa pelaksanaan tugas PN tergolong dalam kategori baik (90%). Beberapa hal yang perlu
diperhatikan selama observasi, PN belum mengenalkan semua anggota AN dalam grupnya
kepada pasien, sehingga pasien belum mengenal semua perawat yang merawatnya. PN juga
belum melaksanakan bimbingan klinik kepada AN minimal satu minggu sekali dikarenakan
bangsal Dahlia 3 merawat penyakit airborne disease sehingga bedside teaching tidak dapat
dilakukan.

Tabel 38
Pelaksanaaan Tugas AN di Ruang DAHLIA 3 RSUP DR. Sardjito 28 Desember 30
Desember 2015
Observasi Keterangan
No Tugas AN
Ya Tdk
1. Melaksanakan operan tugas setiap awal dan akhir jaga dari

dan kepada AN yang ada dalam satu grup
2. Melakukan konfirmasi atau supervisi tentang kondisi pasien

segera setelah selesai operan setiap pasien
3. Melakukan doa bersama setiap awal dan akhir tugas yang

dilakukan setelah selesai serah terima operan tugas jaga
4. Mengikuti pre conference yang dilakukan PN setiap awal

tugas
5. Melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien yang
menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti di rekam
keperawatan
6. Melakukan monitoring respon pasien dan ada bukti di

rekam keperawatan
7. Melakukan konsultasi tentang masalah pasien/keluarga

kepada PN
8. Membimbing dan melakukan pendidikan kesehatan kepada
pasien yang menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti di
rekam keperawatan
9. Menerima keluhan pasien/keluarga dan berusaha untuk

mengatasinya
10. Melengkapi catatan asuhan keperawatan pada semua pasien

yang menjadi tanggung jawabnya
11. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada semua pasien

yang menjadi tanggung jawabnya
12. Mengikuti post conference yang diadakan oleh PN pada
setiap akhir tugas dan melaporkan kondisi dan

perkembangan semua pasien yang menjadi tanggung
jawabnya kepada PN
13. Bila tak ada PN wajib mengenalkan AN yang ada dalam
grup yang akan memberikan asuhan keperawatan pada jaga
berikutnya kepada pasien/keluarga baru
14. Melaksanakan pendelegasian tugas PN pada sore malam

libur
15. Berkoordinasi dengan PPJR/dokter/tim kesehatan lain bila

ada masalah pasien pada sore malam libur
16. Mengikuti diskusi kasus dengan dokter/tim kesehatan lain

setiap seminggu sekali
17. Mengikuti diskusi kasus dalam pertemuan rutin

keperawatan di ruangan
18. Melaksanakan tugas lain sesuai uraian tugas AN
Jumlah 18
Persentase 18/18 X 100% 100%
Sumber: Hasil observasi tanggal 28-30 Desember2015

Analisis Data
Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan tugas AN pada tabel di atas dapat
disimpulkan bahwa pelaksanaan tugas AN tergolong dalam kategori baik (100%). Doa
bersama sebelum operan dilakukan namun sesudah operan tidak dilakukan. Post
conference dilakukan namun belum optimal, masalah dan perkembangan pasien
dilaporkan pada saat operan jaga. Diskusi kasus setiap 1 minggu sekali dengan dokter dan
petugas kesehatan lain telah dilakukan.

Tabel 39
Pelaksanaaan Tugas antar staff keperawatan dengan pasien di Ruang
DAHLIA 3RSUP DR. Sardjito 28-30 Desember 2015
Hubungan Profesional Antar staff Keperawatan Observasi Keterangan
No
dengan Pasien atau Keluarga Ya Tdk
1. Kepala ruang melakukan supervisi seluruh pasien
yang ada di ruangan setiap awal tugas
2. PN dan AN mensupervisi seluruh pasien yang
menjadi tanggung jawabnya segera setelah menerima
operan tugas setiap pasien.
3. PN menginformasikan peraturan dan tata tertib RS
yang berlaku kepada setiap pasien atau keluarga baru

4. PN memperkenalkan perawat dalam satu grup yang


akan merawat selama pasien dirawat di RS
9. PN atau AN melakukan visit atau monitoring pasien
untuk mengetahui perkembangan atau kondisi pasien
6. PN memberikan penjelasan setiap rencana tindakan
atau program pengobatan sesuai wewenang dan
tanggung jawabnya.
7. Setiap akan melakukan tindakan keperawatan PN PN atau AN tidak
atau AN memberikan penjelasan atas tindakan yang selalu

akan dilakukan kepada pasien atau keluarga memberikan
penjelasan
8. Kesediaan PN atau AN untuk menerima
konsultasi/keluhan pasien/keluarga dan berupaya
mengatasinya
9. Pasien atau keluarga mengetahui siapa PN atau Beberapa psien
perawat yang bertanggung jawab selama ia dirawat tidak mengetahui
dan ditulis pada papan nama pasien. siapa PN atau

perawat yang
bertanggungjawab
merawatnya
10. PN atau AN memberitahu dan mempersiapkan

pasien yang akan pulang.
Jumlah 8 /10 x 100% =80%
Sumber: Hasil observasi tanggal 28-30 Desember 2015

Analisis Data
Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan hubungan profesional antar staf keperawatan
dengan pasien pada tabel di atas mencapai kategori baik (80%). Setelah dilakukan validasi
dengan pasien maupun keluarga pasien ada beberapa pasien yang tidak mengetahui nama
perawat yang bertanggungjawab merawat hal ini mungkin berhubungan dengan operan jaga
dilakukan di nurse station sehingga tidak melakukan perkenalan tiap shift jaga, tidak semua
PN dan AN memberikan penjelasan mengenai tindakan yang akan dilaksanakan.

Tabel 40
Tugas antar staf di Ruang DAHLIA 3 RSUP DR. Sardjito 28 Desember -30
Desember2015
Observasi Keterangan
No Hubungan Profesional Antar staf Keperawatan
Ya Tdk
1. Penanggung jawab pelayanan mengadakan pertemuan rutin
Karu minimal 1x/minggu
2. PJ Ru Kep mengadakan petemuan rutin dengan seluruh staf
kep minimal sebulan sekali
3. Karu mengadakan pertemuan rutin dengan PN minimal
1x/minggu
4. PN mengadakan pre dan post conference pada setiap awal
dan akhir jaga pagi
9. PN menerima serah terima dari AN yang tugas jaga
sebelumnya
6. PN mendampingi serah terima tugas jaga antara AN pada
tugas jaga berikutnya.
7. AN melaksanakan serah terima tugas jaga dari jaga sebelum
dan kepada tugas jaga berikutnya.
8. PN melakukan dokumentasi askep terutama dalam
pengkajian, menetapkan diagnosa dan penyusunan rencana
keperawatan.
9. AN melakukan dokumentasi askep terutama dalam hal
pelaksanaan dan evaluasi keperawatan.
10. PN membuat laporan tugas pada PJRu Kep setiap akhir
tugas terutama keadaan umum pasien dan permasalahan
yang ada.
11. PN melakukan motivasi/bimbingan/reinforcement dengan
AN setiap hari
12. AN menggantikan tugas PN bila PN tidak ada
13. PPJr menggantikan tugas PJRu pada tugas S/M/HL
Jumlah 10/10 x 100% = 100%
Sumber: Hasil Observasi Mahasiwa PSIK FK UGM, 28-30 Desember 2015

Analisis Data
Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan hubungan profesional antar staf keperawatan
dengan pasien pada tabel di atas mencapai kategori baik (100%). Hal ini menunjukkan bahwa
sudah adanya manajemen yang baik antar staf, namun dari hasil wawancara dengan Kepala
Ruangan Dahlia 3 adanya pertemuan rutin atau diskusi tidak tampak secara gamblang dan
formal. Oleh karena itu perlu adanya peningkatan kembali dalam merutinkan pelaksanaan
kegiatan-kegiatan tersebut, juga ikut melibatkan staf PN dan AN.

Tabel 41
Pelaksanaaan profesional/kemitraan antara staf keperawatan dengan dokter/tim
kesehatan di Ruang DAHLIA 3 RSUP DR. Sardjito 28 Desember - 30 Desember 2015
Hubungan Profesional/Kemitraan Antar staf Observasi Keterangan
No
Keperawatan dengan Dokter/Tim Kesehatan Lain Ya
1. PN atau AN melakukan visite bersama dengan dokter/tim

kesehatan lain yang merawat
2. PN melakukan diskusi kasus dengan dokter/tim kesehatan

minimal 1x/minggu.
3. Hubungan profesional/kemitraan dengan dokter/tim

kesehatan lain tercermin dalam dokumen rekam medik.
4. PN atau AN dapat segera memberikan data pasien yang
akurat dengan cepat dan tepat kepada dokter/tim kesehatan
lain bila dibutuhkan.
5. PN/AN menggunakan rekam medik sebagai sarana
hubungan profesional dalam rangka pelaksanaan program
kolaborasi.
6. Dokter/tim kesehatan lain menggunakan rekam keperawatan
sebagai sarana hubungan profesional dalam rangka program
kolaborasi.
7. Dokter/Tim kesehatan yang lain mengetahui setiap pasien Dokter tidak
siapa PN yang merawat. mengetahui
PN yang
merawat
pasien
8. PN memfasilitasi pelaksanaan konsultasi pasien/keluarga
dengan dokter/tim kesehatan lain.
7/8 x 100% = 87,5%
Sumber: Hasil Observasi Mahasiwa PSIK FK UGM, 28-30 Desember2015

Analisis Data
Berdasarkan observasi pelaksanaan hubungan profesional/kemitraan antara staf
keperawatan dengan dokter/ tim kesehatan lain terjalin dengan baik mencapai skor baik
(87,5%). Namun, dokter/ tim kesehatan lain belum mengetahui setiap pasien siapa PN yang
merawat. Peningkatan kolaborasi dengan dokter dapat dilakukan melalui visite pasien,
penggunaan dokumen yang terintegrasi antara perawat dan dokter serta diskusi kasus pasien.

Tabel 42
Evaluasi Pelaksanaan Meeting Morning dalam Melaksanakan MPM
di Ruang DAHLIA 3 RSUP DR.Sardjito Tanggal 28-30 Des 2015
Observasi Ket
No Variabel yang dinilai
Ya Tdk
1. KaRu menyiapkan tempat untuk melakukan meeting morning
2. Didahului dengan berdoa
3. KaRu memberikan arahan kepada staf dengan materi yang
telah disiapkan sebelumnya
4. KaRu melakukan klarifikasi apa yang telah disampaikan
kepada staf
9. Memberikan kesempatan staf untuk mengungkapkan
permasalahan yang muncul di ruangan
6. Bersama-sama staf mendiskusikan pemecahan masalah yang
dapat ditempuh
7. KaRu memberi motivasi dan reinforcement kepada staf
8. Meeting morning diikuti oleh seluruh staff
Jumlah
Persentase 8/8x100%
Sumber: Hasil Observasi Mahasiwa PSIK FK UGM, 28-30 Desember 2015

Analisa Data
Dari hasil observasi meeting morning sudah dilakukan dengan baik di Ruang Dahlia
3..Meeting morning dilakukan oleh perawat tugas jaga saat itu. Kemudian, meeting morning
juga tidak dan jarang diikuti seluruh staf yang bertugas saat itu, misalnya: petugas
administrasi, pekarya, pramu husada, dan penata jasa.

Tabel 43
Pelaksanaan Serah Terima Tugas Jaga (Operan)
di Ruang DAHLIA 3
RSUP DR.Sardjito Tanggal 28-30 Desemer 2015
Observasi keterangan
No Variabel Yang Dinilai
Ya Tdk
1) Perawat pemberi operan menyiapkan tempat untuk
operan
2) Perawat pemberi operan menyiapkan rekam medis
yang telah diisi dengan rekam keperawatan yang
lengkap sesuai shift jaga
3) Kepala ruang/PN/AN memimpin operan diawali doa
bersama
4) Perawat mengoperkan status kesehatan pasien dengan
cara membacakan rekam keperawatan
5) Perawat mengoperkan nama pasien, diagnose medis
dan masalah keperawatan
6) Perawat mengoperkan tindakan keperawatan mandiri
dan kolaborasi yang telah dilakukan beserta hasil dan
waktu pelaksanaan

7) Perawat menyebutkan perkembangan/kondisi fisik


pasien yang terjadi selama shift

8) Perawat menyebutkan rencana tindakan keperawatan


mandiri dan kolaborasi yang akan dilakukan dan
waktu pelaksanaan

9) Perawat penerima operan melakukan pengecekan


kelengkapan dokuman asuhan keperawatan

10) Perawat penerima operan mencatat hal-hal yang


dioperkan untuk setiap pasien dalam buku peran tugas

11) Perawat pemberi dan penerima operan melakukan Tidak dilakukan


kunjungan pasien dalam rangka klarifikasi kan kunjungan
konfirmasi klarifikasi pasien
12) Perawat tidak
menginformasikan
Perawat yang mengoperkan menginformasikan
perawat jaga
kepada pasien/keluarga nama perawat shift berikutnya
selanjutnya
kepada pasien
13) Tidak semua
Perawat penerima operan memberi salam kepada perawat memberi
pasien/keluarga serta mengenalkan diri dengan salam dan
komunikasi yang baik memperkenalkan
diri
14) Perawat pemberi dan penerima operan
menandatangani buku operan tugas
15) Pemberi dan penerima operan saling memberikan
reinforcement
16) Ka Ruang/PN/AN/ menutup operan dengan baik
13/ 16 X 100% =81,25
Sumber: Hasil Observasi Mahasiwa PSIK FK UGM, 28-30 Desember2015

Analisis Data
Berdasarkan hasil observasi operan pada tabel di atas dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan operan jaga tergolong baik (81,25%). Operan dilakukan di nurse station karena
keterbatasan bangsal yaitu sebagai bangsal air borne sehingga tidak dilakukan klarifikasi dan
konfirmasi pasien, tidak memperkenalkan nama perawat ketika operan, dan perawat tidak
memberikan salam kepada pasien saat operan.

Tabel 44
Pelaksanaan Pre Conference di di Ruang DAHLIA 3 RSUP DR.Sardjito
Tanggal 28-30 Desember 2015
Observasi Ket
No Variabel Yang Dinilai
Ya Tdk
1. PN Menyiapkan ruangan/tempat V
2. PN Menyiapkan rekam medik pasien yang menjadi V
tanggung jawabnya
3. PN Menjelaskan tujuan dilakukannya pre conference V
4. PN memandu pelaksanaan pre conference V
5. PN Menjelaskan masalah keperawatan pasien, keperawatan V
dan rencana keperawatan yang menjadi tanggung jawabnya
6. PN membagi tugas kepada AN sesuai kemampuan yang V
dimiliki dengan memperhatikan keseimbangan kerja
7. PN Mendiskusikan cara dan strategi pelaksanaan asuhan V
pasien/tindakan
8. PN memotivasi untuk memberikan tanggapan dan V
penyelesaian masalah yang sedang didiskusikan
9. PN mengklarifikasi kesiapan AN untuk melaksanakan V
asuhan keperawatan kepada pasien yang menjadi tanggung
jawabnya
10. PN Memberikan reinforcement positif pada AN V
11. PN Menyimpulkan hasil pre conference V
Jumlah 11/1
1
Persentase 100%
Sumber: Hasil Observasi Mahasiwa PSIK FK UGM, 28 30 Desember 2015

Analisis Data
Hasil observasi menunjukkan bahwa PN sudah menjelaskan tujuan dan masalah
keperawatan pasien, keperawatan dan rencana keperawatan yang menjadi tanggung jawabnya

Tabel 45

Pelaksanaan Post Conference di Ruang di Ruang DAHLIA 3 RSUP DR.Sardjito


Tanggal 28-30 Desember 2015
Observasi Keterangan
No Variabel yang dinilai
Ya Tidak
1. PN menyiapkan ruang/tempat
2. PN menyiapkan rekam medik pasien yang menjadi

tanggung jawabnya
3 PN Menjelaskan tujuan dilakukannya post PN tidak
conference menjelaskan
tujuan post
conference
4. PN menerima penjelasan dari AN tentang hasil
tindakan /hasil asuhan keperawatan yang telah
dilakukan AN
5. PN mendiskusikan masalah yang ditemukan dalam
memberikan askep pasien dan mencari upaya
penyelesaian masalahnya
6. PN memberikan reinforcement pada AN
7. PN menyimpulkan hasil post conference
8. PN mengklarifikasi pasien sebelum melakukan
operan tugas jaga berikutnya (melakukan ronde
keperawatan)
Jumlah 7
Persentase 87,5%
Hasil Observasi dan wawancara Mahasiwa PSIK FK UGM, 28-30 Desember 2015

Analisis Data
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, post conference di ruang Dahlia 3
dilakukan secara singkat dan informal. Pelaksanaan post conference sudah dilakukan namun
pelaksanaan secara teknis belum optimal karena tidak semua PN dan AN melakukannya
secara rutin sehingga tujuan dari post conference tidak dijelaskan oleh PN

Tabel 46
Pelaksanaan Penerimaan dan Pemberian Orientasi Pasien Baru
di Ruang Dahlia 3 RSUP Dr. Sardjito tanggal 28-30 Desember 2015
Pelaksanaan Keterangan
No Kegiatan
Ya Tidak
A. Pre Interaksi
1. Menyiapkan ruangan untuk pasien baru
2. Mengidentifikasi data pasien baru
3. Melaksanakan serah terima pasien baru
4. Mengantarkan pasien baru ke kamar pasien sesuai

kelas perawatan
B. Orientasi
1. Memberi salam dengan sopan dan memperkenalkan Perawat tidak
diri pada keluarga memberi
salam
2. Menjelaskan tujuan orientasi pasien baru
C. Kerja
1. Memberitahukan kepada keluarga nama ruangan,

kamar dan kelas pasien dirawat
2. Mengenalkan dan menjelaskan cara penggunaan
fasilitas yang ada di ruangan (nursing call, tempat
tidur, almari meja pasien, kamar mandi pasien,
wastafel, tempat linen kotor, jemuran handuk, dll
sesuai fasilitas yang ada)
3. Menjelaskan prosedur pembuangan sampah:
Sampah non medis (ember dengan plastik hitam)
Sampah medis (ember dengan plastik kuning)
4. Memberi tahu tempat jaga perawat (nurse station) bila

sewaktu-waktu memerlukan.
9. Mengklarifikasi kejelasan orientasi yang telah

diberikan
D. Terminasi
1. Menyimpulkan hasil kegiatan Tidak
menyimpulkan
kegiatan
2. Merencanakan tindak lanjut kepada pasien/ keluarga

dan rencana pertemuan selanjutnya
3. Memberi reinforcement positif (terima kasih, semoga Tidak
lekas sembuh, dsb) dan mengakhiri orientasi dengan memberikan
salam reinforcement
positif
E Dokumentasi
1. Melakukan dokumentasi penerimaan dan orientasi
pasien baru di blangko rekam medik yang telah
tersedia
Jumlah 12
% 12/15 x 100% =80%
Sumber: Hasil observasi tanggal 28 30 Desember2015

Analisa Data
Berdasarkan hasil observasi penerimaan dan Pemberian Orientasi Pasien Baru tergolong
dalam kategori baik (80%). Informasi pasien baru diberikan pada keluarga yang saat itu
menemani pasien. Kegiatan tersebut dapat digunakan sebagai review penjelasan yang telah
diberikan. Namun belum dilakukan secara optimal sesuai prosedur yang ada, perawat kadang
tidak memberi salam kepada pasien, serta tidak menyimpulkan kegiatan ataupun
reinforcement positif dikarenakan perawat kadang lupa melakukannya.

Tabel 47
Pelaksanaan Penerimaan dan Pemberian Informasi Pasien Baru
di Ruang DAHLIA 3RSUP dr. Sardjito
Observasi Keteranga
No Kegiatan
Ya Tidak n
A. Pre Interaksi
1 Mengumpulkan data pasien (nama, kelas, status:

umum, askes, jamkesmas, dll)
2 Menyiapkan tempat untuk memberikan informasi
3 Menyiapkan media (leaflet) dan blangko bukti Perawat
pemberian informasi pasien baru tidak
menggunak

an leaflet
yang sudah
ada
B. Orientasi
1 Memberi salam dengan senyum
2 Memperkenalkan diri (nama dan peran perawat) Perawat
tidak

memperken
alkan nama
3 Mengajak pasien/ keluarga ke tempat yang telah Perawat
disiapkan tidak
mengajak
pasien/kelu
arga ke
ruang
khusus
4 Mempersilahkan pasien/ keluarga untuk duduk Perawat
berhadapan dengan perawat dan
keluarga
menjelaska
n informasi
sambil
berdiri
5 Menanyakan nama panggilan kesukaan pasien/

keluarga
6 Menanyakan perasaan pasien/ keluarga
7 Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan
8 Menjelaskan tujuan kegiatan Tidak
menjelaska

n tujuan
kegiatan
9 Menjelaskan perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk Tidak
kegiatan pemberian informasi baru menjelaska
n waktu
yang
diperlukan
C. Kerja
1 Memberikan kesempatan pasien/ keluarga untuk

mengklarifikasi informasi
2 Melakukan pemberian informasi baru, antara lain:
a. Menjelaskan materi informasi yang akan

diberikan
b. Menjelaskan petugas yang akan merawat
c. Menjelaskan waktu konsultasi
d. Menjelaskan hak dan kewajiban pasien/ keluarga
e. Menjelaskan peraturan dan tata tertib
1)Tarif pelayanan Perawat
tidak
menjelaska
n tarif
pelayanan
2) Tata tertib penunggu dan pengunjung
3) Pedoman administrasi pasien pulang/pindah
bangsal
- Pasien umum

- Pasien ASKES/ PNS
- Pasien Jamkesmas
- Pasien Astek/ Jamsostek
(1) Menjelaskan bahwa perkembangan kondisi Perawat
dan rencana perawatan pasien akan tidak
disampaikan oleh PN setiap pagi atau sewaktu- menjelaska
waktu bila diperlukan n bahwa
kondisi
pasien akan
dijelaskan
oleh PN
setiap pagi
(2) Menjelaskan perencanaan perawatan lanjutan Perawat
(discharge planning) tiidak
menjelaska
n discharge
planing
(3) Menjelaskan fasilitas ruang rawat
3 Mengklarifikasi kejelasan pasien/ keluarga terhadap

informasi yang telah disampaikan
D. Terminasi
1 Menyimpulkan hasil kegiatan Tidak
menyimpul

kan
kegiatan
2 Memberikan reinforcement positif pada pasien/ Tidak
keluarga (terima kasih atas kpercayaan dan memberika
kerjasamanya, semoga lekas sembuh, dsb) n
reinforcem
ent positif
3 Merencanakan tindak lanjut kepada pasien/ keluarga

dan rencana pertemuan selanjutnya
4 Mengakhiri kegiatan dengan salam Tidak
mengakhiri
kegiatan
dengan
salam
E. Dokumentasi
1 Perawat dan pasien/ keluarga menandatangani bukti
pemberian informasi pasien baru pada blangko
rekam medik yang telah tersedia
18 12
Jumlah 18/30 x 100%
= 60%
Sumber: Hasil observasi tanggal 28 30 Desember 2015

Analisis Data
Berdasarkan observasi, secara umum pelaksanaan pemberian informasi pasien baru
termasuk dalam kategori cukup (60%). Pelaksaan penerimaan dan pemberian informasi
pasien baru masih dilakukan menjadi satu dengan pelaksanaan penerimaan dan pemberian
orientasi pasien baru dan dilakukan di ruangan pasien atau di nurse station bukan diruangan
khusus, sehingga pasien dan atau keluarga masih sering menyanyakan halhal terkait
perawatan. Pelaksanaan penerimaan dan pemberian informasi pasien baru harus ditingkatkan
dan perlu dibenahi karena hal ini penting untuk meningkakan kualitas pelayanan terhadap
pasien dan keluarga, salh satunya dengan disediakannya satu ruangan khusus untuk
pemberian informasi pada keluarga pasien.
Tabel 48
Pelaksanaan Perencanaan Pasien Pulang (Discharge Planning)
di Ruang DAHLIA 3 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
No Kegiatan Pelaksanaan Keterangan
Ya Tidak
A. Pre Interaksi
1. Mengidentifikasi data pasien (tingkat pendidikan dan V
pengetahuan pasien/keluarga)
2. Mengidentifikasi kebutuhan perawatan lanjutan V
pasien di rumah
3. Membuat rencana interaksi V Tidak membuat
rencana interaksi
4. Menyiapkan tempat untuk memberikan discharge V
planning
5. Menyiapkan bahan untuk pemberian discharge V Perawat tidak
planning (pedoman pemberian discharge planning, menggunakan
leaflet), surat kontrol, surat pulang, obat-obatan. leaflet
B. Orientasi

1 Memberi salam dengan senyum V


2 Memperkenalkan diri (nama dan peran) dan V Tidak
menjelaskan tugas perawat (KaRu/ PN/ PjTj) memperkenalkan
diri dan tugas
perawat
3 Menanyakan perasaan pasien/ keluarga V Tidak
menanyakan
perasaan pasien
4 Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan V
5 Menjelaskan tujuan kegiatan V
6 Menjelaskan perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk V Tidak
kegiatan pemberian discharge planning menjelaskan
waktu yang
diperlukan
C. Kerja
1 Memberikan kesempatan pasien/ keluarga untuk V Tidak
klarifikasi informasi yang telah disampaikan memberikan
kesempatan
untuk klarifikasi
2 Menjelaskan informasi discharge planning secara
urut sesuai pedoman:
a. Masalah keperawatan yang perlu tindak lanjut di V
rumah
b. Penyuluhan/ pendidikan kesehatan: V

- Cara pemakaian obat V


- Cara makan dan minum/ pengaturan diet V
- Cara pengaturan aktivitas dan istirahat V
- Lain lain : Contoh : cara perawatan luka, cara V
menyusui
c. Periksa ulang / control V
3 Mengklarifikasi informasi yang telah diberikan V
4 Menanyakan kejelasan informasi discharge planning V
yang telah disampaikan pada pasien/ keluarga
D Terminasi

1 Mengevaluasi pengetahuan pasien/ keluarga tentang V Tidak


informasi discharge planning yang diberikan mengevaluasi
pengetahuan
mengenai
discharge
planing
2 Memberikan reinforcement positif pada pasien/ V
keluarga (terima kasih atas kerjasamanya, dsb)
3 Mengakiri pertemuan dengan mengucapkan salam V
E Dokumentasi

1 Perawat (KaRu/PN/PjTj) dan pasien/ keluarga V


menandatangani bukti pemberian discharge
planning di blangko rekam medik yang telah
disediakan
JUMLAH 17 2
% 12 / 19 X 100% 89,47%
Sumber: Hasil observasi tanggal 28 30 Desember2015

Analisa Data
Dari hasil observasi, pelaksanaan Perencanaan Pasien Pulang dilakukan oleh
perawat yang bertanggung jawab pada shift jaga. Pelaksanaan Discharge Planning
termasuk dalam kategori baik (89,47 %). Pemberian informasi dan edukasi kepada
pasien belum optimal. Belum tersedianya lembar informasi atau leaflet sebagai media
informasi discharge planning.

Tabel 49
Hasil Rekapitulasi Evaluasi Total Penerapan MPM
di Ruang DAHLIA 3 RSUP dr. Sardjito

No Variabel yang dinilai Jumlah (%) Kriteria


1. Tugas KaRu 100% Baik
2. Tugas PN 90% Baik
3. Tugas AN 100% Baik
4. Hubungan profesional staf keperawatan 80% Baik
dengan pasien
5. Hubungan profesional antar staf 100% baik
keperawatan yang mendukung MPM
6. Hubungan profesional antar staf 87,5% Baik
keperawatan dengan dokter/tim kesehatan
lain
7. Evaluasimeeting morning 100% Baik
8. Evaluasi pelaksanaan tugas jaga (operan) 81,25% Baik
9. Evaluasi pelaksanaan pre conference 100% Baik
10. Evaluasi pelaksanaan post conference 87,5% Baik
11. Pengkajian pelaksanaan orientasi pasien 80% Baik
baru
12. Pengkajian pelaksanaan pemberian 60% Cukup
informasi pasien baru
13. Pengkajian pelaksanaan discharge planning 89,47% Baik
Jumlah rata-rata (%) 1155,72/13 88,9% Baik
Sumber: Hasil observasi tanggal 28 30 Desember2015

Analisa Data
Hasil rekapitulasi total tentang pelaksanaan MPM menunjukkan rata-rata sebesar 88,9%
(baik) namun masih ada satu kegitan yang perlu ditingkatkan yaitu pengkajian pelaksanaan
pemberian informasi pasien barudi Ruang Dahlia 3.

c. Actuating
Kajian Teori
Actuating/directing tidak lepas dari kemampuan manajer/pimpinan untuk bisa
mengarahkan stafnya ataupun bawahannya untuk menjalankan fungsi masing-masing
dengan baik (Adikoesoema, 1994). Adikoesoema (1994) menjelaskan beberapa cara
manajer merangsang bawahannya agar pelaksanaan kegiatan meningkat dalam rangka
mencapai tujuan organisasi. Salah satu cara yang dapat dilakukan dengan motivasi.
Motivasi atau memotivasi merupakan proses dengan apa seseorang manajer
merangsang bawahannya untuk bekerja dalam rangka mencapai sasaran organosatoris.
Untuk memajukan organisasi/perusahaan disamping motivasi juga penting untuk
menelaah kemampuan individu. Bila sudah menjadi karyawan tentu tugas manajer
meng-upgrade, mengadakan training, kursus dan sebagainya secara berkelanjutan
untuk memajukan pengetahuannya.
Tugas kepala ruangan dalam actuating pengorganisasian (RSUP Sardjito, 2007),
meliputi:
1) Mengelola kegiatan pelayanan dan asuhan keperawatan pasien
di ruang rawat
2) Melaksanakan fungsi kolaboratif dengan tim kesehatan lain
3) Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi pasien dan keluarga
4) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan bimbingan PKK
5) Melakukan/membantu pelaksanaan penelitian
6) Melakukan pengendalian, pemantauan dan evaluasi kegiatan
guna peningkatan mutu pelayanan keperawatan di ruang rawat
7) Mensosialisasikan, mengatur dan mengendalikan pelaksanaan
kebijakan yang telah ditentukan kepada semua staf
8) Mengecek kelengkapan inventaris peralatan dan obat-obatan
yang tersedia untuk kelancaran pelayanan
9) Mengajukan permintaan peralatan dan obat-obatan sesuai
kebutuhan
10) Mengadakan rapat secara berkala untuk mengetahui masalah
dan mendapatkancara penyelesaian agar pelaksanaan pelayanan berjalan baik
11) Memberikan pengarahan, orientasi dan bimbingan kepada staf
baru/mahasiswa praktek di ruangan
12) Melaksanakan asuhan dengan menggunakan pendekatan proses
ilmiah tenaga yang menjadi tanggung jawabnya
13) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan dalam
rangka memperlancar pelaksanaan kegiatan di instalasi
14) Memfasilitasi dan mendukung kelancaran tugas perawat primer
dan perawatan asosiet (PN & AN)
15) Melakukan supervisi dan memberi motivasi seluruh staf untuk
mencapai kinerja yang optimal
16) Berperan sebagai konsultan/pembimbing bagi perawat primer
(PN)

Tabel 50
Kajian Data Actuating di Ruang Dahlia 3 RSUP DR. Sardjito
28-30 Desember 2015
Dilakukan
No Standar Metode Keterangan
Ya Tidak
1. Pengarahan V Wawancara
2. Supervisi\ staff V Wawancara
3. Koordinasi V Wawancara
4. Orientasi staff V Wawancara
5. Orientasi mahasiswa praktek V Wawancara
dan
6. Orientasi pasien/keluarga V observasi
7. Memobilisasi sumber daya yang V Observasi
ada untuk mencapai tujuan. Wawancara
8. Memberi motivasi pada anggota V
9. Membuat keputusan V Wawancara
10. Manajemen konflik V Observasi
11. Menelaah kemampuan individu V Observasi
12 Membimbing tenaga keperawatan V Wawancara
13. Mengadakan pertemuan V Wawancara
berkala/sewaku-waktu dengan
staff keperawatan dan petugas lain Wawancara
yang bertugas diruang rawatnya
14. Memberi kesempatan/ijin kepada V
staf keperawatan Wawancara
15. Mengupayakan pengadaan V
peralatan dan obat-obatan Wawancara
16. Mendampingi visite dokter dan V
mencatat instruksi dokter Observasi
17. Mengelompokkan pasien dan V
mengatur penempatannya di ruang
rawat menurut tingkat kegawatan, Observasi
infeksi/non infeksi untuk
kelancaran pemberian asuhan
18. keperawatan V
Mengendalikan kualitas sistem Wawancara
pencatatan dan pelaporan asuhan
19. keperawatan V Wawancara
Meneliti pengisian formulir sensus
20. harian pasien di ruang rawat
Meneliti/memeriksa pengisian V Wawancara
daftar permintaan makanan pasien
berdasarkan macam dan jenis Wawancara
21. makan pasien V
Menyiapkan berkas catatan medik Wawancara,
22. pasien V observasi
Membimbing siswa/mahasiswa Wawancara
keperawatan yang menggunakan Wawancara
23. ruang rawatnya sebagai lahan V
24. praktek V Observasi
Memberi penyuluhan kesehatan observasi
Melakukan serah terima pasien
dan lain-lain pada saat pergantian
dinas
Jumlah 24
100%
Sumber: Hasil observasi dan wawancara tanggal 28-1 Desember 2015

Analisis Data
Kajian data actuating sudah berjalan dengan baik (100%). Penggerakan dan
pelaksanaan cukup dilakukan oleh Kepala Ruang Dahlia 3 dengan memberikan instruksi,
arahan dan bimbingan kepada seluruh staf. Hal ini dilakukan rutin hanya saat sesuai
kebutuhan saja. Kepala ruang sudah mengkomunikasikan, mengkoordinasikan dan
melakukan kerjasama yang baik antara staf, PN dan dalam melaksanakan tugasnya.
Orientasi lingkungan dan tugas terutama dilakukan jika ada tenaga keperawatan baru.
Pembuatan jadwal dinas dilaksanakan oleh Kepala Ruang dengan mengikutsertakan
pertimbangan dari PN dan pendapat dari AN. Pemberian penyuluhan kepada pasien tidak
dilakukan tersendiri, tetapi sekaligus pada saat memberikan asuhan keperawatan. Akan tetapi
perlu ditingkatkan monitoring pengisian daftar permintaan makanan pasien berdasarkan
macam dan jenis makan pasien

d. Controlling
Kajian Teori
Nursalam (2002), pengawasan melalui komunikasi, mengawasi dan
berkomunikasi langsung dengan ketua tim maupun pelaksana mengenai asuhan
keperawatan yang diberikan kepada pasien. Melalui supervisi:
1) Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau melalui laporan
langsung secara lisan dan memperbaiki atau mengawasi kelemahan-kelemahan
yang ada saat itu juga.
2) Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir ketua tim, membaca dan
memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat.
3) Selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan (didokumentasikan),
mendengar laporan ketua tim tentang pelaksanaan tugas.
4) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana
keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim.
5) Audit keperawatan
Fungsi pengawasan dan pengendalian merupakan fungsi terakhir dari proses
manajemen. Ada 3 macam pengawasan yaitu:
a) Pengendalian pendahuluan, yaitu pengendalian ini dipusatkan pada permasalahan
pencegahan timbulnya penyimpangan-penyimpangan dari bawahan terhadap
kinerja pemberi pelayanan keperawatan, baik sumber daya, SDM, bahan/alat
maupun dana.
b) Concurent control, pengendalian ini berlangsung saat pekerjaan berlangsung guna
memastikan sasaran tercapai.
c) Feedback control. Pengendalian ini untuk mengontrol terhadap hasil dari
pekerjaan yang telah diselesaikan, jika ada penyimpangan akan merupakan
pelajaran untuk aktifitas yang sama di masa yang akan datang.

Kajian Data
Tabel 51
Kajian Data Controling di Ruang Dahlia 3 RSUP DR.Sardjito Tanggal 28-30
Desember 2015
Dilakukan
No Standar Metode Ket.
Ya Tidak
1. Pengawasan langsung melalui V Wawancara
inspeksi
2. Pengawasan langsung melalui V Wawancara
laporan langsung secara lisan
3. Pengawasan langsung melalui V Wawancara
laporan tertulis
4. Pengawasan kelemahan yang ada V Wawancara
5. Pengawasan tidak langsung V Wawancara
dengan mengecek daftar hadir
perawat yang ada
6. Pengawasan tidak langsung V Wawancara
dengan membaca dan memeriksa
rencana keperawatan
Pengawasan dengan mendengar V Wawancara
7. laporan dari PN mengenai
pelaksanaan tugas
8. Evaluasi upaya pelaksanaan V Wawancara

9. Membandingkan dengan rencana V Wawancara Perawat tidak


perawatan yang telah disusun membandingkan
bersama dengan PN rencana yang
10. telah disusun

Pengawasan yang dilakukan oleh Wawancara


kepala ruang :
- Sosialisasi kebijakan V
- Mengatur dan mengendalikan V Wawancara
pelaksanaan kebijaksanaan
- Mengecek kelengkapan Wawancara
inventaris peralatan V

- Mengecek obat obatan yang Wawancara


V
tersedia
- Melakukan supervisi Wawancara
V
Observasi
- Menilai pelaksanaan asuhan Wawancara
keperawatan yang telah V dan
ditentukan observasi
- Menilai siswa/mahasiswa V Wawancara
keperawatan
- Melakukan penilaian kinerja V Wawancara
tenaga keperawatan
- Menilai mutu asuhan V Wawancara
keperawatan sesuai standar
yang berlaku secara mandiri
atau koordinasi dengan tim
pengendalian mutu asuhan
keperawatan
Jumlah 17 1
Total % 94,4 %
Sumber: Hasil observasi dan wawancara tanggal 28-30 Desember 2015

Analisis Data
Proses controlling yang dilakukan di Dahlia 3 tergolong dalam kategori baik (94,4%).
Namun tetap harus ditingkatkan lagi. Adanya pengawasan langsung melalui inspeksi, melalui
laporan langsung secara lisan, dan melalui laporan tertulis, juga pengawasan terhadap
kelemahan yang ada harus diadakan.

3. Proses Managemen Bimbingan Praktik Klinik Keperawatan


Kajian Teori
Pendidikan dan praktek keperawatan profesional merupakan aspek yang tidak dapat
dipisahkan dalam mengembangkan calon perawat profesional secara komprehensif dalam
hal pengetahuan, sikap dan keterampilan. Pengetahuan yang telah didapat dari
pendidikan, baik di kelas perkuliahan maupun di laboratorium akan digunakan pada
situasi nyata dilapangan/klinik, sehingga keselarasan antara pendidikan dan praktek klinik
keperawatan (PKK) sangatlah penting.
Praktek keperawatan merupakan tindakan mandiri perawat profesional melalui
kerjasama berbentuk kolaborasi dengan pasien dan tenaga kesehatan lain dalam
memberikan asuhan keperawatan atau sesuai dengan lingkungan wewenang dan tanggung
jawabnya (Nursalam, 2002).
Rumah Sakit Dr. Sardjito sebagai rumah sakit pendidikan yang digunakan sebagai
lahan praktek dari berbagai institusi pendidikan kesehatan, termasuk pendidikan
keperawatan, memiliki peran yang tidak sedikit terhadap kualitas lulusan peserta didik
keperawatan.Dalam usaha meningkatkan ketrampilan mahasiswa keperawatan yang
melaksanakan praktik klinik, mahasiswa mendapat bimbingan dari pembimbing klinik RS
dan pembimbing klinik akademik.Pembimbing klinik di tetapkan melalui SK Direktur
yang dikeluarkan oleh RS, yang mempunyai beberapa persyaratan yang harus dipenuhi
antara lain, persyaratan profesional, persyaratan pribadi dan persyaratan sosial (RSUP
Dr.Sardjito, 2007).
Adapun tujuan dari bimbingan klinik RSUP DR. Sardjito terbagi antara tujuan umun
dan tujuan khusus yaitu :
1) Umum
Terselenggaranya program bimbingan PKK yang bermutu tinggi bagi perawat junior dan
semua peserta didik keperawatan, sesuai peran dan fungsi RSUP Dr. Sardjito sebagai
rumah sakit pendidikan.
2) Khusus
a) Setiap pembimbing PKK dapat mengetahui dan melaksanakan tugasnya dengan jelas
dan benar sesuai dengan peran dan fungsi sebagai pembimbing praktek klinik
keperawatan.
b) Setiap peserta didik dapat mengetahui dan melaksanakan tugasnya dengan jelas dan
benar sesuai dengan peran dan fungsi peserta didik.
c) Terselenggaranya program bimbingan PKK yang baik sesuai dengan kompetensi yang
diharapkan.
a. Planning
Kajian Teori
1) Institusi pendidikan mengirim kerangka acuan ke bagian pendidikan dan penelitian
rumah sakit satu bulan sebelum pelaksanaan Praktek Klinik Keperawatan (PKK),
kemudian bagian Pendidikan dan Penelitian rumah sakit mengirim acuan praktek
lengkap meliputi: daftar kelompok, kompetensi yang harus dicapai, jadwal praktek,
blangko presensi, blangko nilai/evaluasi, dll ke kepala instalasi dan penanggungjawab
PKK ruang rawat yang akan dipakai sebagai lahan praktek minimal satu minggu
sebelum pelaksanaan PKK
2) Penentuan lokasi praktek diajukan oleh pihak akademik sesuai dengan kompetensi
yang dikoordinasikan dengan bidang diklit.
3) Bagian pendidikan dan penelitian bekerjasama dengan bidang pelayanan keperawatan
dan penanggungjawab PKK ruang rawat yang akan dipakai sebagai lahan praktek
menetapkan lokasi PKK dan kapasitas peserta didik yang bisa praktek dilahan tersebut.
4) Apabila ruang PKK yang akan dituju tidak memungkinkan untuk dilakukan PKK maka
secara tehnis Bidang Pelayanan Keperawatan melakukan koordinasi dengan Bagian
Pendidikan dan Penelitian serta Institusi Pendidikan untuk menetapkan kembali lokasi
yang memungkinkan.
5) Peserta didik diserahkan oleh Direktur Institusi Pendidikan pada direktur RSUP dr.
Sardjito melalui Bagian Pendidikan dan Penelitian serta Bidang Pelayanan
Keperawatan.
6) Setelah Institusi Pendidikan menyerahkan ke RS, bagian pendidikan menyerahkan
pelaksanaan PKK kepada bidang pelayanan keperawatan yang kemudian menentukan
jadwal kegiatan orientasi peserta didik PKK.
7) Orientasi mahasiswa diberikan dengan melakukan kunjungan keliling RSUP Dr.
Sardjito pada kunjungan peserta didik pertama kali, orientasi khusus dilakukan pada
saat peserta didik masuk ke ruang rawat tempat praktek, meliputi orientasi ruang yaitu
falsafah dan tujuan ruang perawatan, struktur organisasi tata kerja (SOTK) instalasi
dan ruang rawat, tata tertib ruang rawat, fasilitas ruang rawat. Orientasi tugas yaitu
Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) ruang rawat, standard asuhan
keperawatan sepuluh kasus penyakit terbanyak di ruang rawat, fasilitas alat
keperawatan, sistem penugasan peserta didik.
8) Bidang pelayanan keperawatan dan penanggungjawab PKK segera menyiapkan
pembimbing PKK sesuai kriteria yang telah ditetapkan masing masing lahan praktek.
9) Institusi pendidikan wajib menjelaskan rencana pelaksanaan PKK peserta didik
(tujuan, kompetensi, penugasan, dll) kepada pembimbing PKK yang dipakai sebagai
lahan praktek satu minggu sebelum pelaksanaan praktek. Waktu penjelasan sesuai
kesepakatan pembimbing institusi pendidikan dan pembimbing lahan.
Kajian Data
Tabel 52
Kajian Planning Proses Bimbingan PKK Di Ruang DAHLIA 3RSUP Dr Sardjito
Tanggal 28-30 Desember 2015
Dilakukan
N
Standar Tida Metode Keterangan
o. Ya
k
1. Pemberitahuan dari Wawancara,
institusi ke lahan studi
praktek sebelum praktek dokumentas
dengan kerangka acuan i
lengkap
2. Penentuan lokasi Wawancara
praktek sesuai dengan

kompetensi yang ingin
dicapai
3. Penerimaan dan Wawancara,

orientasi mahasiswa observasi
4. Orientasi tugas Wawancara,

observasi
5. Pembimbing PKK Wawancara
Persentase 100%
Sumber : wawancara dan observasi mahasiswa dan kepala ruang, mahasiswa PSIK 2015
Analisa Data
Perencanaan dan pelaksanaan praktek klinik keperawatan di RSUP Dr. Sardjito
khususnya di Ruang Dahlia 3 sudah sesuai dengan ketentuan dari pihak Rumah
Sakit.Sebelum mahasiswa melakukan praktik di ruangan, pihak institusi pendidikan
mengirimkan permohonan praktik ke RSUP Dr.Sardjito. Setelah mendapatkan persetujuan,
institusi mengirimkan kerangka acuan pelaksanaan praktik dan diadakannya pertemuan
antara kedua pihak untuk mendapatkan kesepakatan dalam pelaksanaan praktik. Untuk
selanjutnya sebelum memulai praktik, mahasiswa diterima pihak RS dan diorientasikan.Data
pengkajian PKK diperoleh melalui wawancara dengan Kepala Ruang Dahlia 3 dan buku
absensi/ jadwal yang ada di ruangan serta observasi dan wawancara pada mahasiswa dari
institusi lain yang praktik di ruang Dahlia 3.

Tabel 53
Dokumentasi Kegiatan Bimbingan PKK di Ruang Dahlia 3 RSUP Dr Sardjito
N Ketersediaan
Jenis Dokumentasi Metode Keterangan
o. Ada Tidak
1 Bukti hadir Wawancara,
mahasiswa studi
dokumen
2 Bukti Bimbingan di Wawancara Tidak ada bukti

Ruangan bimbingan ruang
3 Bukti Tugas Wawancara,
Mahasiswa studi
dokumen
Persentase 66,7% 33,3%
Sumber: wawancara dan observasi CI
Analisa Data
Kegiatan bimbingan di Dahlia 3 terdokumentasi di buku mahasiswa dan ruangan.Jenis
dokumentasi yang ada diruangan adalah bukti hadir mahasiswa dan bukti tugas mahasiswa.
Bukti bimbingan kegiatan preconference, bed side teaching, ronde keperawatan, dan post
conference belum ada.

a. Organizing
KajianTeori
1) Penerimaan
Setelah Institusi Pendidikan menyerahkan pelaksanaan PKK kepada Bagian Pelayanan
Keperawatan selanjutnya Bidang Pelayanan Keperawatan menentukan jadwal kegiatan
Orientasi peserta didik PKK.
2) Orientasi.
(1) Umum:
Peserta didik diorientasikan secara bersama-sama dalam kelompok besar ke seluruh
ruangan perawatan tempat praktikan akan melaksanakan praktek klinik keperawatan
dengan mendapat penjelasan dari pembimbing klinik rumah sakit.
(2) Khusus:
Peserta didik diorientasikan pada ruangan perawatan dimana tempat praktikan akan
melaksanakan PKK oleh kepala ruang atau pembimbing klinik lahan praktek yang
telah di tetapkan pihak rumah sakit. Setelah orientasi ruangan dilanjutkan dengan
orientasi pasien yang dirawat di ruangan tersebut.
(3) Menetapkan pembimbing klinik yang ada di ruangan perawatan
(4) Penjelasan pelaksanaan PKK.
Institusi Pendidikan menjelaskan rencana pelaksanaan PKK peserta didik kepada
pembimbing klinik.
3) Bimbingan
Bimbingan dilakukan oleh pembimbing klinik. Pembimbing klinik adalah seorang tenaga
perawat yang profesional yang diberi wewenang dan tanggung jawab membimbing secara
langsung peserta didik.
Dalam proses bimbingan pembimbing klinik berperan dalam :
(1) Melakukan kerjasama dengan pembimbing akademik dalam rangka kelancaran
pelaksanaan bimbingan PKK sesuai dengan metode yang telah ditentukan.
(2) Mengikuti kegiatan bimbingan sesuai dengan metode yang telah ditentukan.
(3) Mempersiapkan kelengkapan bahan peralatan dan pasien yang akan dijadikan target
pencapaian kompetensi.
(4) Mengikutkan peserta didik dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.
(5) Memotivasi minat dan semangat belajar untuk meningkatkan kemampuan peserta
didik
(6) Menfasilitasi peserta didik saat memberikan asuhan perawatan kepada klien.
(7) Mengetahui pasien kelolaan peserta didik.
(8) Mengecek dokumentasi di status kelolaan peserta didik.
(9) Memantau pelaksanaan praktek yang meliputi kemampuan, ketaatan serta
memberikan teguran bila terjadi pelanggaran.
(10) Mengarahkan dan membimbing peserta didik dalam rangka pencapaian target
kompetensi yang diharapkan.
(11) Mengesahkan pencapaian target kompetensi peserta didik
4) Metode Bimbingan
(1) Pre-post conference.
Dilakukan peserta didik, pembimbing akademik dan pembimbing lahan
(2) Ronde Keperawatan.
Dilakukan setiap pagi saat operan jaga atau waktu-waktu tertentu, diikuti pembimbing
pendidikan, pembimbing lahan dan peserta didik.
(3) Bed side teaching.
Dilakukan peserta didik, pembimbing pendidikan, pembimbing lahan dengan kasus-
kasus tertentu/kasus prioritas.
(4) Monitoring kehadiran dan kompetensi peserta didik.
Dilakukan pembimbing pendidikan dan pembimbing lahan.
(5) Bimbingan pelaksanaan tindakan keperawatan.
Bimbingan dilakukan pada saat peserta didik melakukan tindakan keperawatan di
ruang rawat.
(6) Bimbingan laporan kasus.
Bimbingan pada peserta didik pada saat pengambilan kasus kelolaan/asuhan
keperawatan.
(7) Diskusi dan laporan individual
Diskusi dilakukan peserta didik dan pembimbing kinik tentang asuhan keperawatan
dan tindakan keperawatan terhadap pasien dan cara penulisan pelaporan.
5) Penugasan Peserta Didik
(1) Laporan kegiatan harian.
(2) Melakukan Asuhan keperawatan setiap periode rotasi dan membuat laporan
pendahuluan untuk asuhan keperawatan yang akan diambil.
(3) Seminar.
Seminar dilakukan kelompok dengan satu kasus kelolaan.
(4) Jurnal.
(5) Ujian kasus.
6) Uraian Tugas Peserta Didik
Awal praktek.
(1) Mengikuti serah terima dinas.
(2) Mencatat dan memahami informasi yang disampaikan.
(3) Mengikuti kegiatan orientasi ruangan.
(4) Memberikan umpan balik terhadap hal-hal yang belum di pahami.
Jadwal dinas
(1) Mengikuti/melaksanakan dinas sesuai jadwal.
(2) Memberitahu pembimbing pendidikan dan lahan apabila akan cuti atau ijin.
(3) Apabila peserta didik tidak masuk dinas, wajib mengganti dinas sesuai dengan
aturan yang ditentukan.
(4) Menerima teguran/sanksi apabila berdinas tidak sesuai dengan aturan yang
ditetapkan.
Proses bimbingan.
(1) Mengikuti dan terlibat secara aktif dalam proses bimbingan.
(2) Memberi asuhan keperawatan yang berkualitas pada pasien.
(3) Terlibat secara aktif dalam kegiatan ruangan.
(4) Menjalin kerjasama dan komunikasi yang baik dengan perawat dan tim kesehatan
lain yang ada di ruangan.
(5) Membina hubungan komunikasi yang terapeutik dengan pasien dan keluarga.
(6) Mendokumentasikan asuhan keperawatan yang telah diberikan di status pasien
dengan sepengetahuan perawat ruangan.
(7) Meminta pengesahan pencapaian target kompetensi pada pembimbing lahan dan
pembimbing pendidikan.
7) Tanggungjawab Pembimbing Klinik Keperawatan
(1) Kebenaran orientasi institusi dan tugas.
(2) Kebenaran jadwal praktek.
(3) Kelengkapan dan ketepatan bahan, peralatan kesehatan pasien.
(4) Kelancaran kegiatan pendidikan.
(5) Kebenaran dan kesesuaian bimbingan praktek.
(6) Kebenaran dan kelengkapan laporan hasil bimbingan.
(7) Kebenaran dan ketepatan saran dan bahan pertimbangan kepada atasan.
(8) Uraian Tugas Pembimbing Klinik Keperawatan

Pembimbing Pendidikan/Akademik
(1) Awal praktek:
(a) Menyerahkan peserta didik ke lahan praktek
(b) Mendampingi peserta didik pada saat pengarahan dari RS
(c) Mendampingi peserta didik dalam kegiatan orientasi ruangan
(2) Jadwal dinas:
(a) Menentukan jadwal dinas peserta didik.
(b) Menginformasikan jadwal dinas peserta didik pada pembimbing klinik/lahan.
(c) Menerima pemberitahuan peserta didik yang sakit/ tidak masuk dari peserta didik/
pembimbing lahan.
(d) Menentukan apakah peserta didik dapat mengambil cuti atau tidak.
(e) Memberikan teguran dan sanksi pada peserta didik.
(f) Memonitor penggantian dinas yang dilakukan oleh peserta didik.
(3) Proses bimbingan:
(a) Melaksanakan bimbingan seseuai metode bimbingan yang telah ditentukan
(b) Mengadakan kujungan ke ruangan dan mengikuti kegiatan ruangan minimal satu kali
dalam satu minggunya.
(c) Mempersiapkan kelengkapan bahan peralatan dan pasien yang akan dijadikan sumber
pengalaman kerja.
(d) Memonitor, membimbing dan mengarahkan peserta didik untuk pencapaian target dan
kompetensi.
(e) Memberikan reinforcement atas pencapaian target kompetensi.
(f) Memberikan teguran dan sanksi kepada peserta didik yang bertindak sesuai peraturan.
(g) Membantu peserta didik dalam memilih kasus kelolaan.
(h) Mengetahui pasien kelolaan peserta didik.
(i) Mengecek dokumentasi di status.
(j) Membimbing peserta didik dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien.
(k) Memfasilitasi peserta didik untuk pencapaian target kompetensi.
(l) Mengesahkan pencapaian target kompetensi peserta didik.

Pembimbing Klinik Rumah Sakit /Lahan


(1) Awal praktek:
(a) Menerima peserta didik di ruang tempat pembimbing klinik.
(b) Mengorientasikan peserta didik di ruangan meliputi: karakteristik ruangan,
karakteristik pasien, protap kegiatan ruangan.
(c) Menciptakan lingkungan praktek yang nyaman bagi peserta didik.
(2) Jadwal dinas:
(a) Menerima informasi jadwal dinas dari pembimbing pendidikan dan memberikan
umpan balik jika ada ketidaksesuaian dengan situasi ruangan.
(b) Memonitor pelaksanaan dinas peserta didik.
(c) Menginformasikan kepada pembimbing pendidikan apabila ada peserta didik yang
dianas tidak sesuai dengan aturan.
(d) Menerima pemberitahuan dari peserta didik yang sakit atau cuti.
(e) Memonitor penggantian dinas yang dilakukan peserta didik.
(f) Menolak peserta didik yang dianas diluar jadwal kecuali ada pemberitahuan
sebelumnya.
(3) Proses bimbingan:
(a) Melakukan kerjasama dengan pembimbing pendidikan dalam rangka kelancaran
pelaksanaan bimbingan PKK, sesuai dengan metode yang telah ditentukan.
(b) Mengikuti kegiatan bimbingan : pre post conference, bed side teaching, sesuai
dengan metode yang telah ditentukan.
(c) Mempersiapkan kelengkapan bahan peralatan dan pasien yang akan dijadikan sumbe
pengalaman kerja.
(d) Mengikutsertakan peserta didik dalam kerja keperawatan.
(e) Memotivasi minat dan semangat belajar untuk meningkatkan kemampuan peserta
didik.
(f) Memfasilitasi peserta didik saat memberikan asuhan perawatan pada pasien.
(g) Mengetahui pasien kelolaan peserta didik.
(h) Mengecek dokumentasi di status pasien kelolaan peserta didik.
(i) Memantau pelayanan praktek yang meliputi kemampuan, ketaatan mematuhi
kebijakan rumah sakit dan institusi pendidikan serta memberikan teguran jika terjadi
pelanggaran.
(j) Mengarahkan dan membimbing peserta didik dalam rangka pencapaian target
kompetensi yang diharapkan.
(k) Mengesahkan pencapaian target kompetensi peserta didik.

KajianData
Pengorganisasian telah dilakukan ketika peserta didik datang untuk melakukan praktik.
Kegiatan ini dimulai dengan serah terima peserta didik dari institusi pendidikan ke pihak RS
sebagai lahan praktik. Setelah serah terima peserta didik diorientasikan yang terdiri dari
orientasi ruangan, staff, pasien, alat-alat, kasus-kasus yang banyak ditemukan dan yang ada
saat ini. Mahasiswa melaksanakan praktik setelah melaksanakan orientasi.

Tabel 54
Kajian Organizing Proses Bimbingan PKK Di Ruang DAHLIA 3 RSUP Dr Sardjito
Tanggal 28-30 Desember 2015
Dilakukan Metode Keterangan
Standar
No Ya Tidak
1. Adanya serah Wawancara Pada saat praktik di Dahlia 3,
terima peserta mahasiswa akan datang sendiri
didik tanpa didampingi dosen.
Pemberitahuan ke ruangan dengan
surat
2. Penetapan Wawancara
pembimbing
PKK sesuai
kriteria yang
ditetapkan
3. Penjelasan Wawancara,
pelaksanaan observasi
PKK
4. Pembagian Wawancara,
jadwal dinas studi
dokumen
5. Penentuan sanksi Wawancara
bagi peserta
didik
6. Adanya proses Wawancara
bimbingan dari
pembimbing
PKK sesuai
dengan
ketentuan
Sumber : Pengkajian observasi dan wawancara, mahasiswa PSIK 2015

Analisa Data
Proses Bimbingan PKK di Ruang Dahlia 3 secara keseluruhan sudah dilakukan dengan baik.

c. Actuating
Kajian Teori
Pengarahan dilakukan sesuai dengan metode bimbingan yang ditetapkan.
Metode bimbingan antara lain :
1)Pre-post conference
Dilakukan oleh peserta didik, pembimbing klinik dan pembimbing akademik.
2)Ronde keperawatan
Ronde keperawatan adalah suatu metode pembelajaran klinik keperawatan yang
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mentransfer dan mempraktekkan
pengetahuan yang didapat dikelas dan dilaboratorium dengan kunjungan secara langsung
kepada pasien (RSUD dr Sardjito, 2007).Ronde Keperawatan adalah kegiatan yang
bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien yang dilakukan oleh perawat dan
melibatkan klien untuk membantu dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus
tertentu harus dilakukan oleh Primary Nurse dan atau konselor, Kepala Ruangan,
Associate Nurse yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim kesehatan lain
(Nursalam, 2002). Ronde keperawatan merupakan suatu metode pembelajaran klinik
keperawatan yang memberi kesempatan kepada peserta untuk mentransfer dan
mempraktekkan pengetahuan yang didapat dengan kunjungan secara langsung pada klien
secara keseluruhan.
3)Bed side teaching
Bed site teaching adalah bentuk bimbingan yang dilaksanakan oleh pembimbing
klinik disamping pasien (RSUP dr Sardjito, 2007).Bedside teaching melibatkan hal
bagaimana melakukan suatu prosedur atau penugasan, bagaimana menggunakan peralatan
atau berinteraksi dengan kilen atau orang lain. Metode ini digunakan jika peserta didik
akan dihadapkan pada masalah yang kompleks atau memerlukan keterampilan lanjut
sehingga resiko yang membahayakan klien dapat dihindari.
4)Monitoring kehadiran dan kompetensi peserta didik
5)Bimbingan pelaksanaan tindakan perawatan
6)Diskusi dan laporan individu

Kajian Data
Dalam kelancaran pelaksanaan bimbingan PKK di ruangan, peran pembimbing klinik
sangat besar.Pada saat dilakukan pengkajian mengenai pelaksanaan bimbingan PKK,
kebetulan ada mahasiswa praktikan yang praktek DAHLIA 3.Oleh karena itu, data
pelaksanaan bimbingan PKK diperoleh dari hasil wawancara dengan Kepala Ruang dan
praktikan dari D3 Yayasan Keperawatan Yogyakarta, Poltekkes Depkes, dan Stikes
Aisyah. Hasil wawancara menyatakan bahwa bimbingan yang dilakukan di ruang
DAHLIA 3 yaitu meliputi pre conference, post conference, bed side teaching, bimbingan
pelaksanaan tindakan keperawatan dan diskusi kasus kelolaan individu.

Tabel 55
Kajian Actuating Proses Bimbingan PKK Di Ruang DAHLIA 3 RSUP Dr
Sardjito Tanggal 28-30 Desember 2015
No
Standar Dilakukan Metode Keterangan
1. Pengarahan dilakukan
sesuai dengan metode
bimbingan yang Wawancara,

dilakukan : observasi
a). Pre confrence
b). Post confrence
c). Ronde Keperawatan
d). Bed side teaching
2. Monitoring kehadiran Studi
dokumentasi
3. Monitoring kompetensi Wawancara
peserta didik
4. Bimbingan pelaksanaan
tindakan perawatan :
Wawancara
Diskusi
Wawancara
Laporan individu
Persentase 100%
Sumber : Hasil Wawancara dan Observasi, Mahasiswa PSIK 2015

Analisis Data
Ronde keperawatan jarang dilaksanakan karena faktor kenyamanan pasien dan
keterbatasan waktu melakukan ronde bagi semua mahasiswa praktik serta keterbatasan ruang
dikarenakan dahlia 3 sebagai bangsal air borne disease.CI ruang Dahlia 3 selalu berusaha
untuk memberikan bimbingan ke mahasiswa dengan berbagai metode, perawat di Dahlia 3
juga dapat diajak berdiskusi oleh mahasiswa.

Tabel 56
Kajian Pelaksanaan Proses Bimbingan PKK Pre Conference Di Ruang DAHLIA
3 RSUP Dr Sardjito Tanggal 28-30 Desember 2015

No. Variabel yang Dinilai Hari


Pertama-
Keterangan
Kedua
Ya Tidak
1. Pre conference dilakukan di ruang khusus
conference.
2. Setting tempat memungkinkan setiap
peserta conference dapat saling
berhadapan.
3. Conference dipimpin oleh pembimbing
klinik yang ditunjuk.
4. Pembimbing klinik memastikan kehadiran
peserta conference.
5. Pembimbing klinik membuka kegiatan
conference dengan doa.
6. Pembimbing klinik CI tidak
memastikan/mengidentifikasi kesiapan memastikan
praktikan (kognitif, afektif, dan kesiapan
psikomotor). praktikan
7. Pembimbing klinik menjelaskan
karakteristik ruang rawat, staf, dan tim
pelayanan kesehatan lain dimana
praktikan ditempatkan.
8. Pembimbing klinik menjelaskan tujuan
keberadaan praktikan di tempat praktik.
9. Pembimbing klinik menjelaskan perilaku
praktikan yang diharapkan sesuai dengan
objektif dan falsafah praktik keperawatan
klinik.
10. Pembimbing klinik menjelaskan waktu
dan tempat praktikan dapat menemui
pembimbing klinik apabila menemui
kesulitan.
11. Pembimbing klinik mengkaji persiapan CI tidak
peserta didik untuk menghadapi dan mengkaji
memberi asuhan keperawatan kepada kesiapan
pasien, mulai dari aspek perencanaan praktikan
(fokus pengkajian) sampai rencana untuk
evaluasi. memberikan
asuhan
keperawatan
12. Pembimbing klinik mengingatkan
praktikan membawa perlengkapan dasar.
13. Pembimbing memberikan kesempatan
pada praktikan untuk mendiskusikan hal-
hal yang belum jelas.
14. Pembimbing klinik menutup kegiatan Kegiatan
conference dengan doa bersama. tidak ditutup
dengan doa
Presentase 78,6 %

Analisa Data
Proses bimbingan saat pre conferencedi Dahlia 3 berlangsung dengan cukup (78,6%),
pre conference dilaksanakan pada hari kedua dilanjutkan hari ketiga praktek saatmahasiswa
telah membawa laporan pendahuluan. Dari hasil studi retrospektif, kegiatan yang belum
maksimal dalam pre conference adalah belum mengadakan pre conference di ruang khusus
pre conference dan doa.

d. Controlling
Kajian Teori
Controling yang dilakukan oleh pembimbing ruangan tarhadap praktikan bimbingan PKK
dilakukan melalui :
1) Tata tertib
2) Observasi
3) Reward dan punishment
Kajian Data
Di Ruang DAHLIA 3,tempat praktikan melaksanakan bimbingan PKK controling
dilakukan oleh CI/pembimbing klinik dibantu oleh PN atau pun perawat yang bertugas pada
saat itu dengan mengobservasi kehadiran, jadwal dinas, keaktifan dari praktikan selama
bimbingan PKK berlangsung dan ketercapaian target kompetensi. Sebelum proses bimbingan
PKK, mahasiswa dijelaskan tentang tata tertib yang berlaku di ruangan tempat pelaksanaan
bimbingan PKK dan memeriksa kelengkapan tugas misalnya laporan pendahuluan yang harus
dibuat pada hari kedua di minggu I dan hari pertama di minggu selanjutnya.

Tabel 57
Kajian Controling Proses Bimbingan PKK Di Ruang DAHLIA 3 RSUP Dr
Sardjito Tanggal 28-30 Desember 2015
Dilakukan
No Standar Metode Keterangan
Ya Tidak
1. Memonitor Wawancara
pelaksanaan dinas dan
peserta didik : Observasi
a. Tata tertib
b. Observasi
c. Reward and
punishment
2. Mengetahui pasien Wawancara
kasus kelolaan peserta dan
didik observasi
3. Mengecek Wawancara
dokumentasi di status
pasien kelolaan
peserta didik
4. Memberikan teguran Wawancara
jika terjadi dan
pelanggaran observasi
100%
Sumber : Hasil Wawancara dan Observasi, Mahasiswa PSIK 2015

Analisis Data
Proses controlling bimbingan PKK di ruang Dahlia 3 berlangsung dengan baik, CI
mengingatkan peserta didik yang melakukan kesalahan, kepala ruang memberikan penilaian
sikap, CI menanyakan pasien kelolaan peserta didik dan membuka status pasien kelolaan
peserta didik bila peserta didik ada kesulitan dalam memahami status pasien kelolaan,
perawat di ruangan turut serta dalam proses controlling peserta didik selama praktik di Dahlia
3 dengan mengingatkan atau menegur peserta didik bila melakukan tindakan yang kurang
tepat
UNSUR OUTPUT
Output merupakan hasil pelayanan kesehatan atau pelayanan keperawatan yaitu
berupa perubahan yang terjadi pada konsumen termasuk kepuasan dari konsumen. Tanpa
mengukur hasil kinerja rumah sakit atau keperawatan tidak dapat diketahui apakah input
dan proses yang baik telah menghasilkan output yang baik pula.
1. Mutu Asuhan Keperawatan
Terdiri atas instrumen A, B, dan C. Standar Asuhan Keperawatan yang identik
dengan standar profesi keperawatan, berguna sebagai kriteria untuk mengukur
keberhasilan dan mutu asuhan keperawatan. SAK terdiri dari 6 standar (Depkes RI,
1998), yaitu:
a. Standar Pengkajian Keperawatan
b. Standar Diagnosis Keperawatan
c. Standar Perencanaan Keperawatan
d. Standar Pelaksanaan/Intervensi
e. Standar Evaluasi
f. Standar Catatan Asuhan Keperawatan
a. Instrumen A
Berdasarkan pedoman JCI, interpretasi persentase proses asuhan keperawatan di
Ruang Dahlia 3 dinyatakan lulus dengan hasil yang didapatkan sebesar 98%. Data hasil
observasi menunjukkan bahwa yang perlu menjadi perhatian sebagai berikut
1. Pengkajian secara umum sudah cukup baik dengan persentase 93.7% hanya saja ada
beberapa pengkajian yang tidak dilaksanakan dan/atau tidak terdokumentasi sehingga
tidak terbukti apakah pengkajian tersebut sudah dilakukan atau belum. Pengkajian
yang masih perlu mendapat perhatian untuk lebih sempurna yaitu pengkajian nutrisi
dan kebutuhan edukasi.
2. Diagnosa keperawatan secara umum 100% sudah berdasarkan NANDA. Masalah
utama sudah ditetapkan maksimal 1x24 jam. Diagnosa yang ditemukan di antaranya:
ketidakefektifan pola napas, resiko infeksi, nyeri, hipertermi, intoleransi aktivitas,
kerusakan integritas jaringan, resiko ketidakstabilan kadar gula darah,
ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh, ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit, defisit perawatan diri (bathing, toileting, grooming), nausea, dan
gangguan rasa nyaman.
3. Perencanaan 100% sudah ditetapkan sesuai dengan diagnosa dengan tujuan terukur
yang ditetapkan maksimal 1x24 jam karena didalam catatan terintergrasi telah
terdokumentasi.
4. Implementasi keperawatan sudah dilakukan dengan sangat baik sebesar 100%.
Perawat melakukan implementasi sesuai dengan SOP yang berlaku.
5. Evaluasi secara umum sudah dilakukan dengan baik yaitu 100%. Evaluasi yang
digunakan perawat adalah SOAP.
6. Catatan asuhan keperawatan secara umum 100% telah dilakukan dengan baik dengan
menggunakan formulir yang baku, telah dicatat dengan jelas, ringkas, istilah dan
singkatan yang baku dan benar serta telah mencantumkan paraf, tanggal dan jam
tindakan.

b. Instrumen B
Kajian Teori
Salah satu indikator mutu asuhan keperawatan adalah dilihat dari persepsi klien
tentang mutu asuhan keperawatan yang diberikan. Untuk mengevaluasi hal ini perlu suatu
instrumen yang baku. Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Sardjito menggunakan
format standar asuhan keperawatan yang telah ditetapkan oleh RS untuk mengevalusi
persepsi klien terhadap mutu asuhan keperawatan. Instrumen B digunakan untuk menilai
mutu asuhan keperawatan dilakukan dengan memberi angket pada 7 pasien dan/atau
keluarga di Ruang Dahlia 3 RSUP Dr. Sardjito yang telah di rawat minimal selama 3x24
jam.
Tabel 56. Distribusi Pasien Berdasarkan Tingkat Pendidikan
di Ruang Dahlia 3 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta (n=8)
No Jenis Pekerjaan Jumlah Presentase (%)
1 SD 1 12.5%
2 SMP 2 25%
3 SMA 4 50%
4 PT 1 12.5%
Total 8 100%
Sumber: Data Primer Angket Tanggal 30 Desember 2015

Tabel 57. Distribusi Pasien Berdasarkan Pekerjaan


di Ruang Dahlia 3 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta (n=8)
No Jenis Pekerjaan Jumlah Presentase (%)
1 PNS 1 12.5%
2 TNI/POLRI -
3 Pegawai Swasta 1 12.5%
4 Lain-lain 3 37.5 %
(buruh,wiraswasta,petani,pelajar)
5 Pelajar/Mahasiswa 1 12.5 %
6 Tidak bekerja 2 50 %
Total 8 100%
Sumber: Data Primer Angket Tanggal 30 Desember 2015

Tabel 58. Data Hari Perawatan Pasien


di Ruang Dahlia 3 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta (n=8)
No Lamanya dirawat Jumlah Persentase (%)
(hari)
1. 3-7 hari 2 25 %
2. Lebih dari 7 hari 6 75%
Total 8 100%
Sumber: Data Primer Angket Tanggal 30 Desember 2015
Kajian Data
Tabel 59. Persepsi Penilaian Mutu Asuhan Keperawatan (Instrumen B)
di Ruang Dahlia 3 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Pada 30 Desember 2015 (n=8)
No Kriteria Hasil
Ket
Y % T % TS
1 Apakah perawat selalu 62.5% perawat tidak
memperkenalkan diri? 3 37.5% 5 62.5% 0 selalu
memperkenalkan diri
2 Apakah perawat melarang Anda/
5 62.5% 3 37.5% 0
pengunjung merokok di ruangan?
3 Apakah perawat selalu
menanyakan bagaimana nafsu 7 87.5% 1 12.5% 0
makan Anda/keluarga Anda?
4 Apakah perawat pernah
menanyakan pantangan dalam hal 3 50% 3 50% 2
makanan Anda/keluarga Anda?
5 Apakah perawat menanyakan/
memperhatikan berapa jumlah
makanan dan minuman yang 5 71.43% 2 28.57% 1
biasa Anda/keluarga Anda
habiskan?
6 Apabila Anda/keluarga Anda
50% perawat tidak
tidak mampu makan sendiri.
3 50% 3 50% 2 membantu pemenuhan
Apakah perawat membantu
makan pasien
pemenuhan makanan?
7 Pada saat Anda/keluarga Anda
dipasang infus, apakah perawat
selalu memeriksa cairan/ 7 100% 0 0 1
tetesannya dan area sekitar
pemasangan jarum infuse?
8 Apabila Anda/keluarga Anda
mengalami kesulitan buang air
besar apakah perawat
6 85.71% 1 14.29% 1
menganjurkan makan buah-
buahan, sayuran, minum yang
cukup, banyak bergerak?
9 Pada saat perawat membantu 75% perawat tidak
Anda/keluarga Anda waktu buang memasang sampiran/
air besar-buang air kecil, apakah selimut, menutup
perawat memasang sampiran/ pintu /jendela,
1 25% 3 75% 4
selimut, menutup pintu /jendela, mempersilahkan
mempersilahkan pengunjung pengunjung keluar
keluar ruangan? ruangan ketika
membantu BAB-BAK
10 Apakah ruangan tidur
Anda/keluarga Anda selalu dijaga
8 100% 0 0 0
kebersihannya dengan disapu dan
dipel setiap hari?
11 Selama Anda/keluarga Anda
belum mandi (dalam keadaan 100% perawat tidak
0 0 3 100% 5
istirahat total) apakah dimandikan memandikan pasien
oleh perawat?
12 Apakah Anda/keluarga Anda 50% perawat tidak
dibantu jika tidak mampu: mambantu menggosok
menggosok gigi, membersihkan gigi, membersihkan
1 50% 1 50% 6
mulut atau mengganti pakaian mulut atau mengganti
atau menyisir rambut? pakaian atau menyisir
rambut
13 Apakah alat-alat tenun seperti
sprei, selimut dll diganti setiap 8 100% 0 0 0
kotor?
14 Apakah perawat pernah 50% perawat pernah
memberikan penjelasan akibat memberikan penjelasan
dari: kurang bergerak, berbaring 4 50% 4 50% 0 akibat dari: kurang
terlalu lama? bergerak, berbaring
terlalu lama
15 Pada saat anda/keluarga Anda
masuk rumah sakit apakah
perawat memberikan penjelasan
tentang fasilitas yang tersedia dan 7 87.5% 1 12.5% 0
cara penggunaannya, peraturan,
tata tertib yang berlaku di rumah
sakit?
16 Selama Anda/keluarga Anda
dalam perawatan apakah perawat: 8 100% 0 0 0
memanggil nama dengan benar?
17 Selama Anda dalam perawatan
apakah perawat mengawasi
keadaan Anda/keluarga Anda 8 100% 0 0 0
secara teratur pada pagi, sore
maupun malam hari?
18 Selama Anda/keluarga Anda
dalam perawatan apakah perawat
8 100% 0 0 0
segera memberi bantuan bila
diperlukan?
19 Apakah perawat bersikap: sopan,
7 75% 1 25% 0
ramah?
20 Apakah Anda/keluarga Anda 50% pasien tidak
mengetahui perawat yang mengetahui perawat
bertanggungjawab setiap kali yang
4 50% 4 50% 0
pergantian dinas? bertanggungjawab
setiap kali pergantian
dinas
21 Apakah perawat selalu memberi 6 75% 2 25% 0
penjelasan sebelum memberikan
tindakan perawatan/pengobatan?
22 Apakah perawat selalu bersedia
mendengarkan dan
7 87.5% 1 12.5% 0
memperhatikan setiap keluhan
Anda/keluarga Anda?
23 Dalam hal memberikan obat
apakah perawat membantu 4 57.14% 3 42.86 1
menyiapkan/meminumkan obat?
24 Selama pasien dirawat apakah
diberikan penjelasan tentang
perawatan/pengobatan 1 100% 0 0 7
pemeriksaan lanjutan setelah
pasien diperbolehkan pulang?
25 Apakah perawat menjelaskan
fungsi gelang sebagai identitas
7 87.5% 1 12.5% 0
pasien kepada Anda/Keluarga
Anda?
26 Apakah perawat menjelaskan hak
dan kewajiban Anda//keluarga 7 87.5% 1 12.5% 0
Anda selama dirawat di RS?
27 Apakah sebelum dilakukan
tindakan, perawat selalu 7 87.5% 1 12.5% 0
memberikan penjelasan?
28 Apakah perawat menjelaskan cara
mengurangi/mengontrol infeksi:
cara cuci tangan, etika batuk, 8 100% 0 0 0
buang sampah medis dan non
medis?
29 Apakah perawat menanyakan
tentang keluhan nyeri,
menjelaskan manajemen nyeri,
5 62.5% 3 37.5% 0
cara penggunaan obat,
penggunaan alat bantu dan
rehabilitasi.?
30 Apakah perawat memastikan
roda tempat tidur terkunci,
kerendahan posisi tempat tidur,
6 75% 2 25% 0
dan pengaman tempat tidur,
menjaga penerangan tempat
tidur?
31 Apakah perawat melibatkan
keluarga untuk membantu dalam
pemberian tindakan? misalnya 5 62.5% 3 37.5% 0
memberikan obat, penggantian
sprei.
32 Apabila Anda/Keluarga
menggunakan bel, apakah
8 100% 0 0 0
perawat langsung merespon
kurang dari 5 menit?
Jumlah 174 52 30
Nilai :
76.99% 23.01%

Sumber: Data primer observasi, angket, dan wawancara tanggal 29 Desember 2015

Analisis data
Persentase persepsi pasien/keluarga terhadap mutu asuhan keperawatan di Ruang Dahlia
3 RSUP Dr. Sardjito adalah 76.99%. Berdasarkan analisis Arikunto (2004), persentase hasil
persepsi pasien/keluarga terhadap mutu asuhan keperawatan di Ruang Dahlia 3 tergolong
kategori cukup. Sebagian besar item pertanyaan mendapatkan respon yang baik dari
pasien/keluarga. Beberapa hal yang harus diperbaiki berdasarkan hasil interpretasi data yang
terbanyak adalah diantaranya memperkenalkan nama perawat, memperkenalkan perawat
yang bertugas setiap shift kerja, memberikan penjelasan akibat kurang bergerak,
memberikan privasi ketika membantu BAB-BAK, pemenuhan ADL seperti bantuan saat
makan, mandi, dan menggosok gigi.

Terdapat beberapa alasan yang mendasari hal tersebut, diantaranya:


1. Adanya perbedaan persepsi antara pasien dan perawat. Perawat sudah
memperkenalkan dirinya kepada pasien. Namun, terkadang pasien tidak
mengingat nama perawat yang berjaga. Selain itu, perawat sudah memberikan
kesempatan untuk membantu ADL pasien. Namun beberapa pasien menolak
karena ada keluarga yang bisa membantu dirinya.
2. Ruang Dahlia 3 merupakan ruang khusus air-borne disease. Hal tersebut
menyebakan tidak dilaksanakannya ronde keperawatan dan operan dinas perawat
yang bertanggung jawab kepada pasien.
Secara umum keluarga pasien memberikan kesan positif bahwa pelayanan
keperawatan yang diberikan sudah baik dan memuaskan, akan tetapi masih perlu
ditingkatkan demi pelayanan pasien yang lebih optimal.

c. Instrumen C
Hasil dari penilaian observasi pelaksanaan tindakan perawatan didapatkan nilai
total 97,17% (baik). Angka tersebut menunjukkan tindakan yang dilakukan oleh
perawat sudah hampir sesuai dengan SPO. Hal yang masih perlu ditingkatkan yaitu
terkait persiapan alat sebelum tindakan, sebaiknya bengkok dan perlak selalu disiapkan
dan digunakan saat melakukan tindakan khususnya yang berhubungan dengan cairan.
Dua hal penting yang sangat mendukung kepuasan dan keselamatan pasien dari setiap
tindakan yang diberikan yaitu penerapan cuci tangan dengan langkah & waktu yang
benar dan komunikasi terapeutik hendaknya tetap dipertahankan kepatuhannya.

Tabel 60. Hasil Evaluasi Total Mutu Asuhan Keperawatan


di Ruang Dahlia 3 RSUP Dr. Sardjito
Instrumen
Ruang Rata-rata
Instrumen A Instrumen B Instrumen C
Dahlia 3 99%. 76.99% 97,17% 91.05%

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui rata-rata mutu asuhan keperawatan di


Ruang Dahlia 3 adalah 91.05% dengan kategori baik.

2. Mutu Pelayanan Keperawatan (Standar Pelayanan Keperawatan Akreditasi RS)


Kajian Teori
Rumah sakit yang telah terakreditasi akan mendapatkan pengakuan dari
Pemerintah karena telah memenuhi standar pelayanan dan managemen yang
ditetapkan. Akreditasi JCI atau JCI merupakan suatu lembaga independen Luar
Negeri yang telah ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan sebagai pelaksana
Akreditasi Internasional. Standar Akreditasi Nasional terangkum dalam Standar
Akreditasi Rumah Sakit, sedangkan Standar Akreditasi Internasional terangkum pada
edisi ke 4 Joint Commission International Accreditation Standars for Hospital.
Standar akreditasi JCI terdiri dari dua bagian dan 15 bab, yaitu:
Bagian I: Patient-centered Standards
a. International Patient Safety Goals (IPSG)
Tujuan dari IPSG:
1) Terciptanya budaya keselamatan pasien.
2) Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.
3) Menurunnya angka kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit.
Manfaat dari penerapan sistem keselamatan pasien:
1) Budaya safety meningkat dan berkembang.
2) Komunikasi dengan pasien berkembang.
3) Kejadian tidak diharapkan (KTD) menurun.
4) Risiko klinis menurun.
5) Keluhan berkurang.
6) Meningkatnya mutu pelayanan, citra, dan kepercayaan.
Terdapat enam sasaran keselamatan pasien di rumah sakit menurut WHOn yaitu:
1) Identifikasi pasien dengan tepat.
Identifikasi setidaknya minimal dua cara yaitu dengan menanyakan nama
pasien menanyakan umur, melihat gelang barcode. Identifikasi pasien dengan
tepat dilakukan:
a) Sebelum pemberian obat, darah, dan produk darah.
b) Sebelum pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis.
c) Sebelum pemberian pengobatan dan tindakan/ prosedur.
2) Meningkatkan komunikasi yang efektif.
Komunikasi yang efektif dapat ditingkatkan dengan menggunakan daftar
singkatan yang baku. Saat menerima instruksi melalui telpon maka di akhir
pembicaraan melakukan read back instruksi tersebut. Penerimaan order nama
obat, dosis perlu dieja kembali. Penerima pesan wajib mencatat tanggal, jam,
yang memberi order, dan tanda tangan. Upaya untuk meningkatkan
komunikasi dilakukan menggunakan teknik SBAR, yaitu: Situation: kondisi
terkini yang terjadi pada pasien. Berisi nama, umur, tanggal masuk, hari
perawatan, dokter yang merawat, diagnosa medis dan masalah keperawatan
yang belum dan sudah teratasi. Background: informasi penting yang
berhubungan dengan kondisi pasien terkini. Berisi keluhan utama, intervensi
yang telah dilakukan, respon pasien, riwayat alergi, riwayat pembedahan,
pemasangan alat invasif dan obat, pengetahuan pasien dan keluarga mengenai
diagnosa medis. Assessment: hasil pengkajian kondisi pasien terkini.berisi
hasil pengkajian pasien terkini meliputi tanda vital, skor nyeri, tingkat
kesadaran, status restrain, risiko jatuh, status nutrisi, eliminasi, dan hal-hal
yang kritis. Recommendation: rekomendasi untuk mengatasi masalah.
Rekomendasi intervensi keperawatan yang perlu dilanjutkan termasuk
discharge planning. Teknik SBAR dapat digunakan pada serah terima perawat
antar shift, perawat ke dokter saat melaporkan kondisi pasien, dan dari dokter
ke dokter.
3) Meningkatnya keamanan obat yang perlu diwaspadai.
Meningkatkan keamanan pemberian obat dapat dilakukan dengan tujuh
benar yaitu: benar pasien, obat, dosis, cara, waktu, rute pemberian,
dokumentasi. Selain itu, yang perlu diperhatikan adalah reaksi alergi obat, cek
integritas kulit untuk injeksi, dan melakukan double check dengan staf saat
pemberian obat.
4) Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur pembedahan yang
benar, dan pembedahan pada pasien yang benar.
Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang segera dikenali untuk
identifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien dalam proses penandaan atau
pemberian tanda. Rumah sakit menggunakan tanda suatu check list atau proses
lain untuk melakukan verifikasi pra operasi: tepat lokasi, tepat prosedur, dan
tepat pasien dan semua dokumen serta peralatan yang diperlukan tersedia,
tepat/benar, dan fungsional.
5) Mengurangi risiko infeksi.
Upaya pengurangan risiko infeksi dapat dilakukan dengan melakukan cuci
tangan pada five moments for hand hygiene. Rumah sakit menerapkan hand
hygiene yang efektif sesuai standar yang telah ditetapkan. Cuci tangan
dilakukan enam langkah dan dilakukan saat sebelum kontak dengan pasien,
sebelum melakukan tindakan aseptik, setelah kontak dengan pasien, setelah
kontak dengan cairan pasien, dan setelah kontak dengan lingkungan pasien.
6) Mengurangi risiko jatuh pada pasien
Rumah sakit menyusun cara pendekatan untuk mengurangi risiko cidera
yang menimpa pasien akibat jatuh. Pengkajian awal risiko dilakukan yang
kemudian melakukan pengkajian ulang terhadap pasien bila diindikasikan
terjadi perubahan kondisi atau pengobatan. Pengurangan risiko jatuh dapat
dilakukan dengan skoring risiko jatuh pada pasien menggunakan instrumen
yang telah ditetapkan oleh rumah sakit.
b. Access to Care and Continuity of Care (ACC)
Tujuan dari ACC yaitu:
1) Perawatan pasien harus berkesinambungan.
2) Kebutuhan pasien harus sesuai dengan pelayanan.
3) Pelayanan harus terkoordinasi dengan baik.
4) Pasien pulang harus terencana dan di follow up dengan baik.
Fokus area ACC yaitu:
1) Saat pasien masuk rumah sakit. Meliputi: skrining, proses pendaftaran pasien,
prioritas pasien yang disegerakan, informasi adanya kelambatan pelayanan,
informasi perawatan yang diusulkan, hasil yang diharapkan, dan biaya yang
dibutuhkan.
2) Saat perawatan
3) Saat pulang/rujukan/follow up
4) Saat perpindahan pasien
5) Saat transportasi pasien, meliputi: penilaian kondisi pasien untuk transpor, alat
transportasi sesuai dengan kondisi/kebutuhan pasien, dan jasa layanan
transportasi harus memenuhi persyaratan rumah sakit
c. Patient and Family Rights (PFR)
Regulasi hak dan kewajiban pasien dan keluarga telah diatur dalam UU No.29
Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, UU No.36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan dan UU No.40 Tahun 2009 mengenai Rumah Sakit. Pasien dan
keluarga berhak menerima informasi mengenai hak dan kewajiban pasien selama
dirawat di rumah sakit.
d. Assessment of Patients (AOP)
Tiga proses utama pada asesmen pasien, yaitu:
1) Pengumpulan informasi dan data mengenai status fisik, psikologis, dan sosial
serta riwayat kesehatan pasien.
2) Analisis data dan informasi, termasuk hasil tes laboratorium dan pencitraan
diagnostik.
3) Mengembangkan rencana asuhan keperawatan/pengobatan.
Lingkup dari standar AOP adalah:
1) Pengkajian awal (Initial Assessment).
Pengkajian awal dilakukan sesuai dengan SOP yang berlaku dan berdasarkan
standar profesional yang berlaku. Pengkajian awal meliputi: alergi, alasan
masuk rumah sakit, riwayat kesehatan, hasil pemeriksaan fisik, status
psikososial, risiko jatuh, status fungsional, nyeri, skrining gizi, kebutuhan
edukasi, risiko dekubitus, dan discharge planning. Pengkajian awal
keperawatan dilakukan dalam waktu 24 jam pertama setelah pasien masuk
sebagai pasien rawat inap atau lebih awal seperti diindikasikan oleh kondisi
pasien atau kebijakan rumah sakit. Dokumentasi pengkajian awal harus terisi
secara lengkap dalam waktu 24 jam di ruang rawat.
2) Pengkajian ulang (reassessed) secara periodik berdasarkan kondisi pasien dan
pengobatan.
Pengkajian ulang dilakukan untuk mengetahui respon pasien terhadap
pengobatan. Pasien dikaji ulang untuk merencanakan melanjutkan pengobatan
atau pemulangan yang kemudian hasilnya dicatat dalam catatan perkembangan
terintergrasi untuk rencana pemulangan pasien. Pasien dikaji ulang pada
interval tertentu berdasarkan kondisi mereka dan apabila terdapat berubahan
signifikan dalam kondisi mereka.Perencanaan perawatan dan kebutuhan
individual atau berasarkan kebijakan dan prosedur rumah sakit. Pengkajian
ulang didokumentasikan dalam rekam medis mencantumkan: observasi tanda
vital, neurologi, form monitoring nyeri.
3) Petugas yang melakukan asesmen harus kompeten.
Petugas yang melakukan pengkajian adalah individu yang memenuhi
kualifikasi melaksanakan pengkajian dan pengkajian ulang. Pengkajian awal
keperawatan dilakukan oleh perawat primer atau perawat asosiasi dengan
pendidikan minimal D3 dan triage IGD dilakukan oleh perawat dan dokter.
4) Tim kesehatan bekerja secara kolaborasi dan terintergrasi.
Dokter, perawat, dan tim kesehatan lain yang bertanggung jawab atas
perawatan pasien melakukan kolaborasi untuk melakukan analisis dan
mengintegrasikan hasil pengkajian. Dokumentasi menggunakan catatan
perkembangan terintegrasi.
e. Care of Patients (COP)
Tujuan utama dari pelayanan kesehatan rumah sakit adalah pelayanan pasien.
Rumah sakit harus mendukung dan merespon terhadap setiap kebutuhan pasien
yang unik meliputi: perencanaan, pemberian, pemantauan hasil, modifikasi,
penuntasan, dan perencanaan tindak lanjut dari perawatan pasien. Perawatan yang
diberikan berupa upaya pencegahan, paliatif, kuratif, atau rehabilitatif, anestesia,
tindakan bedah, pengobatan, terapi suportif, atau kombinasinya. Masing-masing
praktisi pelayanan kesehatan mempunyai peran yang jelas dalam asuhan pasien
berdasarkan:
1) Lisensi, kredensial, undang-undang, dan peraturan.
2) Keterampilang/skills, pengetahuan, dan pengalaman.
3) Kebijakan rumah sakit atau uraian tugas.
Dokumentasi terintegrasi untuk semua profesi (lembar follow up/catatan
terintegrasi) ditulis dengan SOAP. Perencanaan/ diagnosis dalam waktu 24 jam,
ditulis tanggal, jam, profesi, nama jelas dan paraf, dan tulisan dapat dibaca. Selain
itu, Ners mudaan catatan perkembangan sesuai dengan kolom yang telah
ditentukan.
f. Anesthesia and Surgical Care (ASC)
Penggunaan anestesi, sedasi, dan intervensi bedah merupakan proses yang
kompleks dan sering dijumpai di rumah sakit. Penggunaan tersebut memerlukan
pengkajian lengkap dan menyeluruh terhadap pasien, perencanaan keperawatan
yang terintegrasi, pemantauan pasien yang terus-menerus, dan transfer
berdasarkan kriteria tertentu untuk perawatan lanjutan, rehabilitasi, serta transfer
dan pemulangan.. Layanan anestesi diberikan oleh seseorang yang memenuhi
kriteria kualifikasi. Penilaian pra-anestesi dan pra-induksi dilakukan oleh petugas
yang kompeten dan didokumentasikan di rekam medik pasien. Risiko, manfaat
dan alternatif didiskusikan dengan pasien dan keluarga atau mereka yang
membuat keputusan bagi pasien, penjelasan diberikan oleh anestesiologis atau
petugas yang kompeten memberikan penjelasan tersebut. Selama pemberian
anestesi, status fisiologis pasien terus menerus dimonitor dan ditulis dalam rekam
medis pasien. Monitoring dilakukan sesuai dengan kebijakan dan SPO dan dicatat
dalam rekam medis pasien. Setelah anestesi/post anestesi, pasien dimonitor sesuai
SPO dan didokumentasikan, pemindahan pasien dilakukan oleh petugas yang
kompeten sesuai standar baku. Asuhan pasien pasca bedah direncanakan oleh
keperawatan, medis, dan profesi yang lain sesuai dengan kebutuhan. Rencana
pasca bedah didokumentasikan oleh masing-masing profesi.
g. Medication Management and Use (MMU).
1) Organization and management
Obat-obatan yang digunakan di rumah sakit sesuai dengan ketentuan undang-
undang dan peraturan yang berlaku dan diatur untuk memenuhi kebutuhan
pasien.
2) Selection and precurement
Pilihan obat-obatan yang tepat untuk peresepan atau permintaan ada dalam
persediaan atau dapat tersedia dengan mudah.
h. Patient and Family Education (PFE)
Pendidikan kesehatan pasien dan keluarga adalah suatu tata cara penyuluhan,
pembelajaran serta penjelasan dari petugas kesehatan kepada pasien dan keluarga
tentang hal-hal yang perlu diketahui tentang kondisi kesehatannya sejak masuk
rumah sakit, selama perawatan, sampai dengan pulang. Pendidikan kesehatan
pasien dan keluarga dipandang perlu untuk pendidikan pasien dan keluarga dalam
menentukan keputusan perawatan (pengertian tentang penyakit, terapi yang
diberikan, keterlibatan keluarga dan pasien). Selain itu untuk menjaga
kesinambungan pelayanan pendidikan kesehatan interdisipliner dan paripurna.
Pendidikan kesehatan juga sebagai bentuk layanan kesehatan paripurna (preventif,
promotif, kuratif, dan rehabilitatif).
Jenis pendidikan kesehatan yang diberikan antara lain:
1) Keamanan dan keefektifan penggunaan obat (efek samping obat)
2) Keamanan dan keefektifan penggunaan alat kesehatan (crutch, walker)
3) Potensi interaksi obat yang diresepkan.
4) Diet dan nutrisi
5) Pengelolaan nyeri
6) Teknik rehabilitasi
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian pendidikan kesehatan pada
pasien dan keluarga adalah:
1) Metode yang digunakan untuk edukasi.
2) Memastikan pemahaman dan partisipasi pasien dan keluarga.
3) Kesempatan memberikan feedback untuk memastikan bahwa informasi
dipahami, berguna atau tidak berguna.
4) Media edukasi: leaflet, pamflet, secara verbal, dan lain-lain.
Pendidikan kesehatan diberikan secara interdisiplin dan dilakukan oleh seseorang
yang berpengetahuan dan memiliki keterampilan komunikasi yang baik.
Implementasi efektif dalam pemberian edukasi, yaitu:
1) Sampaikan salam, sebut nama dan profesi pemberi edukasi.
2) Identifikasi pasin melalui nama dan tanggal lahir.
3) Isi formulir pendidikan kesehatan, hari dan tanggal, bahasa, metode.
4) Isi pendidikan kesehatan bersifat penjelasan secara mudah, jelas secara
lambat, dapat dibantu dengan alat peraga, foto, atau tulisan. (Dapat
menggunakan alat bantu leaflet, pamflet, poster, model). Beri kesempatan
pada pasien dan keluarga untuk bertanya.
5) Pastikan pasien dan keluarga memahami apa yang dijelaskan, dengan cara
mengulang kembali penjelasan secara singkat, simulasi.
6) Ucapkan apakah masih ada yang dapat saya bantu? Sampaikan ucapan
terima kasih dan semoga lekas sembuh.
7) Hal-hal yang perlu diperhatikan selama memberikan pendidikan kesehatan,
yaitu:
a) Petugas menunjukkan sikap melayani, memberikan privacy/kerahasiaan,
dan memberikan posisi pasien yang nyaman (respect and caring).
b) Sampaikan dengan bahasa yang mudah dipahami awam, hindari akronim
dan bahasa medis.
c) Hindari pemahaman pasien yang keliru/meragukan.
d) Cantumkan nama dan tanda tangan pemberi dan penerima pendidikan
kesehatan.
e) Pemberian contact person tergantung ijin DPJP.
Bagian II: Health Care Organization Management Standards
1) Quality Improvement and Patient Safety (QPS)
Sasaran QPS meliputi kepemimpinan dan perencanaan, rancangan proses
klinis dan manajemen, pemilihan indikator dan pengumpulan data, validasi dan
analisis dari indikator penilaian, dan melakukan perbaikan.
2) Prevention and Control of Infections (PCI)
Kewaspadaan standar:
1) Kebersihan tangan
2) Sarung tangan
3) Masker, goggle, face shield
4) Gaun
5) Peralatan perawatan pasien
6) Pengendalian lingkungan
7) Penatalaksanaan linen
8) Perlindungan dan kesehatan karyawan
9) Penempatan pasien
10) Hygiene respirasi/ etika batuk
11) Praktik menyuntik aman
12) Praktik pencegahan infeksi untuk prosedur lumbal pungsi
Implementasi manajemen sampah/ limbah dilakukan untuk mencegah infeksi.
Pemisahan tempat sampah dilakukan sesuai dengan jenis limbahnya. Untuk
limbah non infeksius/domestik dibuang pada tempat sampah dengan plastik
berwarna hitam, untuk limbah infeksius dibuang pada plastik kuning, limbah
radioaktif dibuang dalam kantong berwarna merah, dan sitostatika pada plastik
berwarna ungu. Sampah benda tajam dibuang pada tempat khusus yang tahan
bocor dan tusukan, mempunyai pegangan dan dapat dijinjing, ditutup dan diganti
setelah terisi 2/3 bagian limbah.
3) Governance, Leadership, and Direction (GLD)
Gambaran umum GLD meliputi identifikasi struktur dan tanggung jawab
rumah sakit, kolaborasi kepemimpinan di rumah sakit, dan kepemimpinan yang
bertanggungjawab untuk seluruh tingkat pelayanan dan departemen.
Kepemimpinan yang efektif diperlukan dalam implementasi patient-centered
care. Pemimpin yang dimaksud adalah dewan pengawas rumah sakit, pimpinan,
dan yang mempunyai posisi kepemimpinan.Seorang pemimpin yang baik mampu
mengidentifikasi misi dan memastikan sumber daya yang memadai, memahami
tanggung jawab dan wewenang, berkoordinasi dan integrasi kegiatan, dan mampu
mengatasi hambatan dan konflik. Standar MM yaitu:
1) Tata kelola rumah sakit
Termasuk di dalamnya adalah akuntabilitas dan tanggung jawab tata kelola,
evaluasi dewan pengawas dan pemimpin-manajer rumah sakit, bagan
organisasi dan dokumen lain serta identifikasi jabatan dan nama.
2) Kepemimpinan rumah sakit
Standar dalam kepemimpinan rumah sakit, yaitu:
a) Seorang manajer senior atau direktur bertanggung jawab utk menjalankan
rumah sakit, mematuhi undang-undang dan peraturan yang berlaku.
b) Pemimpin rumah sakit ditetapkan dan secara kolektif bertanggung jawab
untuk menentukan misi rumah sakit dan membuat rencana dan kebijakan
yang dibutuhkan untuk memenuhi misi tersebut.
c) Pemimpin rumah sakit bersama dengan pemuka masyarakat dan pimpinan
organisasi lain merencanakan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat.
d) Pimpinan melakukan identifikasi dan merencanakan jenis pelayanan klinis
yang perlu untuk memenuhi kebutuhan pasien yang dilayani di rumah sakit.
e) Peralatan, perbekalan, dan obat digunakan sesuai dengan rekomendasi
organisasi profesi atau oleh sumber lain yang berwenang.
f) Pimpinan bertanggung jawab terhadap kontrak kerja pelayanan klinik dan
manajemen.
g) Kontrak dan perjanjian lainnya dimasukkan sebagai bagian dari program
PMKP RS.
h) Para praktisi independen yang bukan pegawai rumah sakit harus memiliki
kredensial yang benar untuk pelayanan yang diberikan kepada pasien
rumah sakit.
i) Pimpinan medis, keperawatan, dan pimpinan lainnya sudah mendapat
pendidikan dalam konsep peningkatan mutu.
j) Pimpinan rumah sakit menjamin tersedianya program yang seragam untuk
melaksanakan rekruitmen, retensi, pengembangan dan pendidikan
berkelanjutan bagi semua staf.
k) Pimpinan medis, keperawatan dan pimpinan pelayanan klinis lainnya
merencanakan dan melaksanakan struktur organisasi yang efektif untuk
mendukung tanggung jawab dan kewenangan mereka.
3) Kepengarahan pelayanan dan departemen/SMF
Departemen/unit pelayanan diatur oleh satu atau lebih individu yang kompeten
yang telah memiliki pengalaman dan pelatihan. Standar dalam kepengarahan
pelayanan dan departemen, meliputi:
a) Pimpinan merekomendasikan ruangan, peralatan, staf, dan sumber daya
lain yang dibutuhkan oleh departemen atau pelayanan.
b) Pimpinan merekomendasikan kriteria atau seleksi staf profesional di
departemen/pelayanan.
c) Pimpinan memberikan orientasi dan pelatihan bagi semua staf yang
bertugas dan bertanggung jawab di departemen atau di pelayanan dimana
mereka ditugaskan.
d) Pimpinan melakukan evaluasi kinerja departemen atau pelayanan dan
kinerja staffnya (adanya pengukuran mutu/ program pengendalian mutu)
4) Etika organisasi rumah sakit.
Pimpinan rumah sakit menetapkan norma-norma etik dan hukum yang
melindungi hak dan kewajiban pasien. Kerangka kerja rumah sakit untuk
manajemen etik meliputi pemasaran, admisi/penerimaan pasien rawat inap,
pemindahan pasien, pemulangan pasien, dan pemberitahuan tentang
kepemilikan serta konflik bisnis maupun profesional yang bukan kepentingan
pasien.
4) Facility Management and Safety (FMS)
Rumah sakit harus mampu menyediakan fasilitas yang aman, fungsional dan
mendukung bagi pasien, keluarga, staf, dan pengunjung. Tugas manajemen
adalah:
1) Mengurangi dan mengendalikan bahaya dan risiko
2) Mencegah kecelakaan dan cidera
3) Memelihara kondisi yang aman Standar FMS yaitu:
a) Kepemimpinan dan perencanaan
b) Keselamatan dan keamanan, meliputi keselamatan yaitu: bangunan, lantai,
dan peralatan tidak menimbulkan bahaya dan risiko bagi pasien, staf, dan
pengunjung.sedangkan keamanan meliputi perlindungan dari kerugian,
kerusakan, gangguan, akses atau penggunaan oleh pihak yang tidak
berwenang.
c) Bahan berbahaya, meliputi penanganan, penyimpanan, penggunaan,
pengendalian bahan radioaktif dan lainnya.
d) Kesiapan menghadapi bencana, meliputi manajemen kegawatdaruratan
saat terjadi epidemik, bencana, dan emergency.
e) Penanganan kebakaran, meliputi properti dan penghuni terlindung dari api
dan asap.
f) Sistem utilitas, meliputi peralatan yang dipilih, dipelihara untuk
meminimalkan risiko kegagalan operasional.
Edukasi staf, meliputi edukasi dan melatih semua anggota staf mengenai
peran dalam penyediaan fasilitas perawatan pasien yang aman dan efektif, staf
dilatih mengenai peran dalam rencana rumah sakit untuk menangani
kebakaran, keamanan, bahan berbahaya, dan keadaan darurat. Selain itu staf
diberikan pelatihan mengoperasikan alat medis dan sistem utilitas. Rumah
sakit melakukan uji pengetahuan secara berkala melalui demonstrasi, simulasi,
dan metode lainnya yang sesuai dan terdokumentasi dengan baik.
5) Staff Qualifications and Education (SQE) Standar SQE, yaitu:
1) Perencanaan, kebijakan dan prosedur
Susunan kepegawaian diproyeksikan berdasarkan faktor misi rumah sakit,
pasien yang dilayani, pelayanan yang disediakan rumah sakit, dan teknologi
yang digunakan.
2) Pendidikan dan orientasi
Orientasi dilakukan pada pegawai mengenai rumah sakit, departemen atau unit
dimana mereka ditugaskan, dan tanggung jawab pekerjaan spesifik mereka
pada saat penunjukkan.Orientasi tidak hanya dilakukan pada staf tetapi juga
pada peserta didik yang melakukan praktik di rumah sakit.
a) Staf medis
b) Staf keperawatan
c) Tenaga kesehatan lain
6) Management of Communication and Information (MCI)
Pelayanan pasien yang kompleks memerlukan komunikasi dengan pasien dan
keluarga, tenaga kesehatan lain, dan masyarakat. Kegagalan atau gangguan
komunikasi merupakan salah satu faktor yang paling sering menyebabkan
kejadian tidak diinginkan (KTD). Rumah sakit memiliki kewajiban memperoleh,
mengelola, menggunakan informasi untuk meningkatkan outcome pasien serta
kinerja SDM. Sub bab dalam MCI, yaitu:
1) Komunikasi dengan masyarakat
2) Komunikasi dengan pasien dan keluarga
3) Komunikasi antara praktisi rumah sakit dan antar rumah sakit
4) Kepemimpinan dan perencanaan
5) Rekam medis pasien
6) Analisis data dan informasi.
7) Millenium Development Goals (MDGs)
Tiga sasaran Milenium Development Goals (MDGs) adalah sebagai berikut:
1) Sasaran I: Penurunan angka kematian bayi dan Peningkatan kesehatan ibu
2) Sasaran II: Penurunan angka kesakitan HIV/AIDS
3) Sasaran III: Penurunan angka kesakitan TB
Kajian Data
Tabel 61. Standar Pelayanan Keperawatan Akreditasi Rumah Sakit
di Ruang Dahlia 3 RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta pada 28 Desember 30 Desember
2015 (n=8)

TOTAL Persentase
STD DOKUMEN YANG DIMINTA
Y T TDD Pencapaian
PFR 6.3 Persetujuan umum/general
8 0 0 100%
concern terisi lengkap
PFR 6.1 Pemberian Inform Consent adalah 8 0 0 100%
dokter operator (jika dilakukan
oleh PPDS yang ditunjuk ada
verifikasi dari dokter operator)
PFR 6.4 Persetujuan Operasi dan tindakan
2 - 6 100%
invasif terisi lengkap
Persetujuan Anestesi dan sedasi
1 - 7 100%
terisi lengkap
Persetujuan transfusi darah dan
2 - 6 100%
produk darah terisi lengkap
ASC 3 Asesmen pra sedasi dilaksanakan
konsisten untuk mengevaluasi
1 - 7 100%
risiko dan kesesuaian sedasi
pasien
ASC 4 Asesmen pra anestesi
1 - 7 100%
dilaksanakan untuk setiap pasien
ASC 5.1 Risiko, keuntungan dan anestesi
2 - 7 100%
alternative terisi lengkap
ASC 5.2 Jenis dan teknik anestesi yang
digunakan ditulis dalam rekam 2 - 6 100%
medis pasien
ASC 7.4 Perawatan pasien pasca operasi
direncanakan dan dokumentasikan 1 1 6 50%
secara lengkap
AOP1.4.1 Asesmen medis 1x 24 jam, di
6 1 1 85.71%
update jika lebih dari 30 hari
Asesmen keperawatan selama 8
8 - - 100%
jam
AOP.1.5 Asesmen terdokumentasi dalam
6 1 1 85.71%
24 jam setelah masuk rawat inap
AOP.1.5.1 Asesmen medis terdokumentasi
2 - 6 100%
sebelum operasi
Asesmen status fungsional sesuai
8 - - 100%
AOP.1.6 Barthel index
Asesmen fungsional 8
1 - 7 100%
dikonsulkan ke rehabilitasi medis
AOP.1.7 Asesmen nyeri saat masuk 8 - - 100%
Asesmen ulang nyeri sesuai
(ringan/8 jam, sedang/2 jam, 3 2 3 60%
berat/1 jam)
Asesmen ulang nyeri pasca
pemberian obat anti nyeri - 8 - 0%
(oral/2jam, IM/30 mnt, IV/15mnt)
AOP.1.9 Asesmen dan Asesmen ulang
- - 8 100%
pasien yang akan meninggal
AOP.1.10 Asesmen untuk kebutuhan khusus
8 - - 100%
(gigi, pendengaran,mata, dll)
AOP Asesmen psikososial dan
hambatan (fisik, bahasa dan 8 - - 100%
budaya)
AOP.1.11 Asesmen awal untuk rencana 8 - - 100%
keluar / pemulangan pasien dari
RS
AOP.2 Asesmen setiap hari oleh dokter
7 1 - 87.5%
untuk pasien akut (SOAP)
AOP Asesmen risiko jatuh saat pertama
7 1 - 87.5%
dirawat
AOP 5.3 Hasil pemeriksaan laboratorium
8 - - 100%
tersedia
AOP Asesmen risiko jatuh sesuai
perubahan kondisi (penggunaan
- 1 7 Tidak terkaji
obat, perubahan diagnosis,
penurunan KU, pasca tindakan)
IPSG.6 Upaya pencegahan pasien jatuh
1 - 7 Tidak terkaji
dilakukan pada pasien berisiko
IPSG 2 Bukti konfirmasi komunikasi
lisan/per telepon terdokumentasi 1 - 7 Tidak terkaji
dan ditanda tangani 1x24 jam
IPSG 4 Pasien operasi dilakukan
dokumentasi keselamatan pasien
1 - 7 Tidak terkaji
operasi (Sign in, Time out dan
sign out)
ACC Skrening rawat jalan/gawat
darurat dilakukan dan 8 - - 100%
terdokumentasi
ACC Kriteria pasien dan transporter
ditentukan sebelum transfer
8 - - 100%
(kondisi pasien, kriteria petugas,
alat dan periode monitoring)
ACC Pasien diberi informasi tentang
keterlambatan pelayanan,
2 - 6 Tidak terkaji
penyebab dan alternatif yang
ditawarkan)
ACC Selama proses transfer pasien
8 - - 100%
dimonitor
ACC Pasien yang akan rawat inap
diberikan edukasi tentang
Diagnosis, alasan pasien dirawat,
8 - - 100%
rencana perawatan, hasil yang
diharapkan, perkiraan waktu dan
biaya perawatan
ACC.3.2.1 Resume pulang memuat sebagai 8 - - 100%
berikut :
a. Alasan dirawat, diagnosus
(masu, utama, sekunder bila
ada)
b. Temuan fisik penting dan
lainnya
c. Tindakan diagnostik dan
prosedur yang dilakukan
d. Obat yang diberikan, termasuk
obat setelah pulang
e. Instruksi tindak lanjut (follow-
up)
ACC.4.4 Rekam medik pasien dirujuk
memuat:
a. Nama rumah sakit yang
menerima
b. Nama orang yang menyetujui 8 - - 100%
menerima
c. Alasan pasien dirujuk
d. Perubahan kondisi pasien
selama transfer
COP Perencanaan terintegrasi sesuai
kondisi terisi 1x24 jam, meliputi:
a. Masalah
8 - - 100%
b. Kebutuhan pasien
c. Tujuan terukur
d. Rencana tindakan
COP Instruksi pengobatan tertulis
dengan benar meliputi : Nama
obat, Dosis, Interval Pemberian,
Tujuan terapi PED (khusus
8 - - 100%
antibiotik) rute pemberian, nama
dokter dan tanda tangan, nama
Apoteker dan TT apoteker,
Tanggal Mulai, Tanggal Stop.
COP 2.1 Rencana penatalaksanaan
terintegrasi diverifikasi DPJP 3 5 - 37.5%
dalam 1x24 j
COP Tindakan asuhan pasien tercatat
dalam catatan perkembangan
8 - - 100%
terintegrasi (CPPT) sesuai
petunjuk
COP Lembar monitoring terpadu terisi
7 1 - 87.5%
lengkap sesuai kondisi pasien
COP Hasil asuhan pasien termasuk
hasil yang tidak sesuai atau tidak Tidak
1 1 6
diharapkan diedukasikan kepada Terkaji
pasien
COP Evaluasi keberhasilan rencana
- 8 - 0
terintegrasi di dokumentasikan
COP Monitoring tindakan berisiko
tinggi (tranfusi, restrain, 2 - 6 Tidak terkaji
kemoterapi) terdokumentasi
PFE.2 Asesmen kebutuhan pendidikan
pasien dan keluarga dengan tanda
8 - - 100%
tangan perawat pengkaji < 24 jam
sejak pasien masuk
PFE. 4 Edukasi pasien meliputi :
8 - - 100%
a. Edukasi Nutrisi
b. Manajemen nyeri 2 6 - 25%
c. Penggunaan alat bantu 100% pasien
kesehatan tidak
- 8 - menggunaka
n alat bantu
kesehatan
d. Penggunaan obat-obatan 75% pasien
tidak
mendapatka
2 6 -
n
pengobatan
high alert
e. Hak dan kewajiban pasien 8 - - 100%
f. Peraturan dan tata tertib RS 8 - - 100%
g. Prosedur pencegahan infeksi:
7 1 - 87.5%
cuci tangan, etika batuk
PFE. 4 Dokumentasi edukasi pasien
2 2 4 50%
menggunakan obat berisiko
PFE. 4 Dokumentasi edukasi pasien
menggunakan peralatan alat bantu
- 8 - 0
kesehatan (medis, keperawatan,
fisioterapi)
PFE.5 Verifikasi nama dan tanda tangan
bahwa pasien dan keluarga 8 - - 100%
menerima edukasi
MMU.4 Rekonsiliasi Obat meliputi: 75% tidak
b) Daftar diisi obat
penggunaan obat-obatan 2 6 - yang pernah
sebelum dirawat dikonsumsi
pasien
c) Rekomenda 100% Tidak
si dari dokter - 8 - ditemukan
dokumentasi
d) Rekonsilias
7 1 - 87.5%
i dari farmasi
MMU.7 Efek samping obat yang tidak
diharapkan (adverse effect) 8 - - 100%
dimonitor
MOI.19.3 Pencatatan, tanggal, waktu dari
8 - - 100%
setiap enteri data/dokumentasi
MOI Tulisan bisa dibaca 8 - - 100%
Rata-rata 79.96%
Sumber: SIMETRIS RSUP Dr. SARDJITO dan Data Primer dan 29 Desember 30
Desember 2015

Analisis Data
Pelayanan Keperawatan Akreditasi di Ruang Dahlia 3 memiliki nilai persentase 79.96 %.
Secara keseluruhan standar pelayanan di Ruang Dahlia 3 sudah tercapai. Beberapa hal-hal yang harus
diperhatikan dan perlu ditingkatkan yaitu:
Persentase
STD DOKUMEN YANG DIMINTA Keterangan
Pencapaian
ASC Perawatan pasien pasca operasi Tindakan ini dilakukan agar
7.4 direncanakan dan dapat diimplementasikan
dokumentasikan secara lengkap 50% sesuai yang direncanakan dan
untuk mengetahui riwayat
tindakan sebelumnya.
COP Rencana penatalaksanaan Tindakan ini dilakukan agar
2.1 terintegrasi diverifikasi DPJP dapat diimplementasikan
dalam 1x24 j sesuai rencana dan pihak yang
37.5% bertanggung jawab terhadap
pasien mengetahui
implementasi yang akan
dilakukan kepada pasiennya.
PFE. 4 Edukasi pasien meliputi : Edukasi pasien masih harus
Manajemen nyeri 25% ditingkatkan sehingga hak-hak
pasien dapat terpenuhi
PFE. 4 Dokumentasi edukasi pasien Edukasi pasien masih harus
menggunakan obat berisiko 50% ditingkatkan sehingga hak-hak
pasien dapat terpenuhi
MMU.4 Rekonsiliasi Obat meliputi: Tindakan ini dilakukan untuk
Daftar penggunaan obat-obatan mengetahui riwayat konsumsi
sebelum dirawat 37.5% obat-obatan sebelumnya dan
efek samping dari obat yang
bisa dialami pasien

3. Proses Managemen Bimbingan Praktik Klinik Keperawatan


Kajian Teori
Pendidikan dan praktik keperawatan profesional merupakan aspek yang tidak
dapat dipisahkan dalam mengembangkan calon perawat profesional secara
komprehensif dalam hal pengetahuan, sikap dan keterampilan. Pengetahuan yang
telah didapat dari pendidikan, baik di kelas perkuliahan maupun di laboratorium akan
digunakan pada situasi nyata di lapangan/klinik, sehingga keselarasan antara
pendidikan dan praktik klinik keperawatan (PKK) sangatlah penting.
Praktik klinik keperawatan merupakan tindakan mandiri perawat profesional
melalui kerjasama berbentuk kolaborasi dengan pasien dan tenaga kesehatan lain
dalam memberikan asuhan keperawatan atau sesuai dengan lingkungan wewenang
dan tanggung jawabnya (Nursalam, 2002). Praktik klinik keperawatan merupakan
proses transformasi dari mahasiswa yang akan menjadi perawat professional. Pada
fase ini mahasiswa mendapat kesempatan beradaptasi pada perannya sebagai perawat
professional dalam masyarakat keperawatan dan lingkungan pelayanan atau asuhan
keperawatan.
Model bimbingan praktik adalah upaya menumbuhkan kemampuan profesional
(intelektual, teknikal, dan interpersonal) peserta didik melalui upaya integrasi
berbagai konsep, teori dan prinsip keperawatan dalam rangka memenuhi kebutuhan
dasar klien secara komprehensif. Jenis metode pengajaran klinik antara lain
eksperensial, konferensi, bedside teaching, observasi, ronde keperawatan, dan proses
insiden. Dengan metode tersebut memungkinkan identifikasi masalah, penentuan
tindakan yang akan diambil, implementasi pengetahuan ke dalam masalah klinik, dan
diskusi untuk menggali proses berfikir dalam menanggapi situasi.
Pembimbing klinik memiliki peran utama bagi pelakasanaan bimbingan di
ruangan. Tugas pembimbing praktik klinik keperawatan, yaitu:
a. Mengorientasi mahasiswa di unit menyangkut karakteristik unit, klien, protap,
alat, dan lain-lain.
b. Memonitor pelaksanaan dinas mahasiswa.
c. Menyerahkan dan membimbing mahasiswa dalam rangka mencapai kompetensi
yang diharapkan.
d. Memotivasi minat dan semangat untuk peningkatan kemampuan mahasiswa.
e. Berusaha mengatasi masalah yang ditemukan dan mengadakan hubungan serta
pelaporan kepada pihak terkait.
f. Mengevaluasi bimbingan praktik yang meliputi pengetahuan, sikap, dan
keterampilan.
g. Menyampaikan masalah yang berhubungan dengan praktik mahasiswa dengan
kesatuan yang terkait.
h. Mengikuti rapat yang diikuti satuan kerja yang terkait yang ada di rumah sakit dan
institusi pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan bimbingan praktik.
i. Memeriksa, mengoreksi, dan memberikan umpan balik asuhan keperawatan yang
telah dibuat pada evaluasi keterampilan.
j. Membimbing mahasiswa dengan melaksanakan tindakan keperawatan untuk
memenuhi kebutuhan klien.
k. Mengevaluasi mahasiswa terkait pencapain kompetensi saat awal dan akhir
meliputi pelaksanaan pre dan post test saat praktik klinik keperawatan di ruangan.
Evaluasi adalah stimulasi untuk menentukan keberhasilan suatu proses kegiatan
yang dalam hal ini bimbingan PKK oleh clinical instructure (CI) terhadap mahasiswa
yang praktik. Evaluasi merupakan proses yang berlangsung terus menerus selama
kegiatan belajar mengajar. terdiri dari evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
a. Evaluasi Formatif
Evaluasi yang dilakukan sepanjang proses belajar.
b. Evaluasi Sumatif
Dilakukan pada akhir unit peserta belajar atau akhir proses belajar.
Terkait dengan mutu bimbingan praktik klinik keperawatan, terdapat empat hal
utama yang dapat digunakan dalam menjamin mutu proses bimbingan yang
diharapkan dapat memberikan kepuasan bagi mahasiswa maupun pembimbing
terhadap bimbingan klinik yang diberikan di ruangan. Empat hal tersebut meliputi:
a. Dokumentasi pelaksanaan bimbingan praktik klinik yang telah dilakukan oleh
pembimbing klinik.
b. Persepsi mahasiswa praktik klinik keperawatan terhadap mutu bimbingan yang
diberikan pembimbing klinik melalui angket.
c. Kepatuhan pembimbing klinik terhadap prosedur pembelajaran yang diberikan
pada mahasiswa praktik klinik keperawatan yaitu bed side teaching, ronde
keperawatan, pre dan post conference.
d. Pencapaian kompetensi mahasiswa praktik klinik keperawatan melalui
pengukuran pre dan post test di ruangan terkait.
RSUP Dr. Sardjito sebagai rumah sakit pendidikan yang digunakan sebagai lahan
praktik dari berbagai institusi pendidikan kesehatan, termasuk pendidikan
keperawatan, memiliki peran yang tidak sedikit terhadap kualitas lulusan peserta didik
keperawatan. Dalam usaha meningkatkan keterampilan mahasiswa keperawatan yang
melaksanakan praktik klinik, mahasiswa mendapat bimbingan dari pembimbing klinik
RS dan pembimbing klinik akademik. Pembimbing klinik di tetapkan melalui SK
pembimbing klinik yang dikeluarkan oleh RS, yang mempunyai beberapa persyaratan
yang harus dipenuhi antara lain, persyaratan profesional, persyaratan pribadi dan
persyaratan sosial (RSUP Dr. Sardjito, 2007).
Adapun tujuan dari bimbingan klinik RSUP DR. Sardjito terbagi antara tujuan
umun dan tujuan khusus, yaitu:
a. Umum
Terselenggaranya program bimbingan PKK yang bermutu tinggi bagi perawat
dan semua peserta didik keperawatan, sesuai peran dan fungsi RSUP Dr. Sardjito
sebagai rumah sakit pendidikan.
b. Khusus
1) Setiap pembimbing PKK dapat mengetahui dan melaksanakan tugasnya
dengan jelas dan benar sesuai dengan peran dan fungsi sebagai pembimbing
praktik klinik keperawatan.
2) Setiap peserta didik dapat mengetahui dan melaksanakan tugasnya dengan
jelas dan benar sesuai dengan peran dan fungsi peserta didik.
3) Terselenggaranya program bimbingan PKK yang baik sesuai dengan
kompetensi yang diharapkan.
Kajian Data
a. Dokumentasi Pelaksanaan Praktik Klinik
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Bimbingan Praktik Klinik Keperawatan RSUP
Dr. Sardjito yang disusun oleh Kelompok Kerja Keperawatan tahun 2004
menyebutkan pada poin tugas pembimbing klinik keperawatan, yaitu pembimbing
klinik memiliki wewenang untuk melaporkan hasil bimbingan ke Divisi
Pendidikan dan SDM.
Ruang Dahlia 3 digunakan sebagai tempat praktik mahasiswa keperawatan.
Pada 28 Desember-30 Desember 2015 terdapat mahasiswa keperawatan yang
sedang praktik di ruang Dahlia 3. Hasil wawancara dengan salah satu CI di Dahlia
3 menyebutkan bahwa kegiatan bimbingan klinik tidak didokumentasikan dalam
buku khusus bimbingan yang dimiliki oleh bangsal. CI sedang memulai untuk
membuat buku dokumentasi kegiatan bimbingan klinik, Namun CI sudah
membuat buku penilaian bagi mahasiswa praktikan yang melakukan ujian di
ruang Dahlia 3. Dokumentasi juga dilakukan pada buku praktik yang dibawa oleh
setiap praktikan.
Walaupun RSUP Dr. Sardjito adalah rumah sakit pendidikan, namun hal
tersebut bukan menjadi pengkajian utama saat akreditasi hospital teaching JCI.
Sehingga hal tersebut tidak ditekankan untuk dijalankan setelah akreditasi
berakhir.

Tabel 63. Dokumentasi Pelaksanaan Pembelajaran Klinik oleh Pembimbing


Klinik
Kategori
No Variabel yang dinilai
Ya Tidak
1. Judul buku pembelajaran klinik
2. Nomor urut tindakan
3. Tanggal kegiatan
4. Nama institusi praktikan
5. Kegiatan bimbingan/metode
6. Hasil kegiatan bimbingan
7. Nama Praktikan
8. Nilai Pre dan Post test
9. Paraf Praktikan
10. Paraf dan Nama CI
Jumlah 5 5
Persen 50% 50%
Sumber: Data primer dari hasil wawancara dan observasi pada 29 Desember
2015

b. Kepatuhan Pembimbing Klinik terhadap Prosedur Pembelajaran


Untuk melihat komponen kepatuhan pembimbing klinik terhadap prosedur
pembelajaran, terobservasi selama metode pembelajaran klinik yaitu pre
conference berikut ini:
Tabel 64. Instrumen Evaluasi Kepatuhan Pembimbing Klinik terhadap Prosedur
Pembelajaran: Pre Conference
Hari
No. Variabel yang Dinilai Pertama
Ya Tidak
1. Pre conference dilakukan di ruang khusus conference.
2. Setting tempat memungkinkan setiap peserta conference
dapat saling berhadapan.
3. Conference dipimpin oleh pembimbing klinik yang
ditunjuk.
4. Pembimbing klinik memastikan kehadiran peserta
conference.
5. Pembimbing klinik membuka kegiatan conference dengan
doa.
6. Pembimbing klinik memastikan/mengidentifikasi kesiapan
praktikan (kognitif, afektif, dan psikomotor).
7. Pembimbing klinik menjelaskan karakteristik ruang rawat,
staf, dan tim pelayanan kesehatan lain di mana praktikan
ditempatkan.
8. Pembimbing klinik menjelaskan tujuan keberadaan
praktikan di tempat praktik.
9. Pembimbing klinik menjelaskan perilaku praktikan yang
diharapkan sesuai dengan objektif dan falsafah praktik
keperawatan klinik.
10. Pembimbing klinik menjelaskan waktu dan tempat
praktikan dapat menemui pembimbing klinik apabila
menemui kesulitan.
11. Pembimbing klinik mengkaji persiapan peserta didik untuk
menghadapi dan memberi asuhan keperawatan kepada
pasien, mulai dari aspek perencanaan (fokus pengkajian)
sampai rencana evaluasi.
12. Pembimbing klinik mengingatkan praktikan membawa
perlengkapan dasar.
13. Pembimbing memberikan kesempatan pada praktikan untuk
mendiskusikan hal-hal yang belum jelas.
14. Pembimbing klinik menutup kegiatan conference dengan
doa bersama.
Jumlah Ya/Total 12/14
Presentase 85.71 %
Sumber: Data primer dari observasi CI pada 28 Desember 2015

Pada Petunjuk Teknis Pelaksanaan Bimbingan Praktik Klinik Keperawatan


RSUP Dr. Sardjito yang disusun oleh Kelompok Kerja Keperawatan tahun 2004
menyebutkan bahwa pre conference dan post conference dilakukan paling tidak 2
kali seminggu. Menurut jadwal pre conference dijadwalkan pada hari Senin dan
post conference pada hari Jumat pada minggu pertama praktik. Dari hasil
observasi pada 28 Desember 2015 menunjukkan metode kegiatan pembelajaran
yang telah dilakukan yaitu pre conference yang dijadwalkan dilakukan pada hari
pertama atau hari kedua minggu pertama mahasiswa praktikan masuk bangsal.
c. Pencapaian Mahasiswa melalui Pre Post dan Post Test
Pre post dan post test tidak dilaksanakan di Dahlia 3. Hal ini disebabkan
karena memang tidak ada aturan atau panduan teknis yang mengatur kegiatan
tersebut.
Analisis Data
Data menunjukkan bahwa berdasarkan pemenuhan komponen mutu dari
pembelajaran keperawatan klinik, pendokumentasian kegiatan bimbingan klinik diisi
oleh pembimbing klinik sendiri dan kegiatan pre test dan post test. Dari hasil
observasi ditemukan buku penilaian PKK dan absensi mahasiswa praktik. Dari hasil
wawancara dengan KaRu sampai saat ini bimbingan klinik berupa bedside teaching
hanya diberikan secara lisan tanpa ada dokumentasi. KaRu Dahlia 3 akan memulai
untuk membuat buku bimbingan klinik. Buku penilaian PKK tidak digunakan secara
maksimal khusunya pada tahun 2015. Selama mahasiswa praktik melakukan PKK di
Dahlia 3, tidak pernah dilakukan pre test dan post test setelah conference. Dengan
demikian tidak ditemukan data tingkat pencapaian praktikan yang membandingkan
sebelum mahasiswa belajar di Dahlia 3 dan sesudahnya.
Untuk komponen kepatuhan pembimbing klinik terhadap prosedur pembelajaran
sejauh ini sudah berjalan baik dengan persentase sebagai contoh pada hasil evaluasi
pre conference dari segi pandang mahasiswa praktik sebesar 85.71 %.
4. Efisiensi ruang rawat
Kajian Teori
Efisiensi pelayanan meliputi 4 indikator mutu pelayanan kesehatan yang meliputi
(BOR, LOS, TOI, BTO)
a. BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur)
BOR menurut Huffman (1994) adalah the ratio of patient service days to
inpatient bed count days in a period under consideration. Sedangkan menurut
Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan
waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat
pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah
antara 60-85% (Depkes RI, 2005).

BOR = Jumlah hari perawatan x 100%


Jumlah TT x hari perawatan

b. AVLOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat)


AVLOS menurut Huffman (1994) adalah The average hospitalization stay of
inpatient discharged during the period under consideration. AVLOS menurut
Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien.Indikator ini
disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan
gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat
dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut.Secara umum nilai AVLOS
yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005). Berdasarkan Surat Kebijakan dari
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, Dahlia 3 termasuk ruang transit dimana nilai
AVLOS yang ideal selama 1x24 jam (1 hari).

LOS = Lama hari perawatan x 100%


Jumlah pasien keluar hidup atau mati

c. TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)


TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak
ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan
gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong
tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.

TOI = (jumlah tempat tidur x periode) hari rawat


Jumlah pasien keluar
d. BTO (Bed Turn Over)
BTO menurut Huffman (1994) adalah ...the net effect of changed in
occupancy rate and length of stay. BTO menurut Depkes RI (2005) adalah
frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur
dipakai dalam satu satuan waktu tertentu.Idealnya dalam satu tahun, satu tempat
tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.

BTO = Jumlah pasien keluar


Jumlah tempat tidur

Kajian Data

Tabel 65. Efisiensi Ruang Rawat


di Ruang DAHLIA 3 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada Januari 2015-Desember 2015
Indikator
No Bulan
BOR (%) LOS (hari) TOI (hari) BTO (kali)
1 Januari 56.55 11 21.05 0.79
2 Februari 62.05 13 11.81 1.13
3 Maret 54.94 11 17.61 0.96
4 April 44.80 9 18.36 1.04
5 Mei 41.63 8 30.81 0.67
6 Juni 42.82 8 21.59 0.92
7 Juli 59.58 11 16.33 1.00
8 Agustus 61.60 11 12.28 1.33
9 September 50 10 20.48 0.88
10 Oktober 49.9 11 11.79 1.42
11 November 44.38 8 29.44 0.67
Rata-rata 51.66 10.09 19.23 0.98
Standar RSU 70-80 7-10 1-3 40-50
Keterangan Kurang Melebihi Melebihi Kurang dari
dari standar standar standar
standar
Sumber: Instalasi Catatan Medik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Januari 2015-November
2015

Analisis Data
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata pemakaian tempat tidur
(BOR) di Ruang Dahlia 3 RSUP Dr. Sardjito pada bulan Januari November 2015
adalah 51.66 % tergolong kurang dari standar RSU yaitu 70-80%. Rendahnya nilai
BOR dikarenakan Ruang Dahlia 3 merupakan ruangan khusus untuk air-bone disease.
Dengan rendahnya nilai BOR maka semakin rendah keuntungan rumah sakit, namun
resiko terjadinya hospital acquired infection (HAI) akan menurun disebabkan
ketersediaannya waktu untuk membersihkan kamar dengan maksimal.
Rata-rata hari perawatan pasien dirawat di Ruang Dahlia 3 RSUP Dr Sardjito
(LOS) adalah 10.09 hari pada Januari - November 2015. Angka ini sedikit lebih tinggi
jika dibandingkan dengan standar Rumah Sakit yaitu 7-10 hari. Ketika dilakukan
observasi bahwa pasien di bangsal Dahlia 3 adalah pasien dengan air-bone disease,
sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama untuk pemulihan. Angka LOS yang
tinggi berpengaruh pada tingginya angka HAI.
TOI (Turn Over Interval) atau waktu rata-rata tempat tidur kosong. Berdasarkan
standar Rumah Sakit Umum untuk TOI adalah 1-3 hari. Pada bulan Januari 2015-
Desember 2015 di Ruang Dahlia 3 RSUP Dr Sardjito adalah 19.23 hari. Angka ini
lebih tinggi jika dibandingkan dengan standar Rumah Sakit yaitu 1-3 hari mengingat
ruang Dahlia 3 merupakan ruangan khusus untuk air-bone disease. Dengan adanya
nilai TOI yang lebih tinggi dapat dikatakan penggunaan tempat tidur selama Januari
November tahun 2015 di ruang Dahlia 3 tidak efisien.
BTO (Bed Turn Over) pada bulan Janurai 2015-Desember 2015 rata- rata di
Ruang Dahlia 3 RSUP Dr Sardjito yaitu 0.98 kali dalam setahun. Angka ini kurang
dari standar BTO Rumah Sakit Umum yaitu 40-50 kali dalam 1 tahun. BTO di ruang
Dahlia 3 rendah dikarenakan lama rawat pasien di Dahlia 3 lebih tinggi dari standar
Rumah sakit dan ruang Dahlia 3 merupakan ruangan khusus air-borne disease.
5. Mutu Klinik Keperawatan
Kajian Teori
Untuk dapat menilai mutu dari hasil asuhan keperawatan telah ditetapkan
indikator klinik keperawatan. Indikator adalah pengukuran tidak langsung suatu
peristiwa atau kondisi. Indikator juga mempunyai arti variabel yang menunjukkan
satu kecenderungan system yang dapat dipergunakan untuk mengukur perubahan
(Green, 1992). WHO (1981) menguraikan indikator adalah variabel untuk mengukur
suatu perubahan baik langsung maupun tidak langsung.
Sedangkan indikator klinik adalah ukuran kuantitas sebagai pedoman untuk
mengukur dan mengevaluasi kualitas asuhan pasien dan berdampak terhadap
pelayanan (Direktori Bina Pelayanan Keperawatan, Dirjen Bina Pelayanan Medik
Depkes RI, 2008). Karakteristik suatu indikator adalah:
a. Sahih (valid)
b. Dapat dipercaya (reliable)
c. Peka (sensitive)
d. Spesifik (specific)
e. Berhubungan (relevan)
Pada tahap pertama ditetapkan indikator mutu pelayanan keperawatan klinik
sebagai berikut:
a. Keselamatan pasien (patient safety)
Pasien aman dari kejadian jatuh, dekubitus, kesalahan pemberian obat dan cidera
akibat restrain.
b. Perawatan diri
Kebersihan dan perawatan diri merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus
terpenuhi agar tidak timbul masalah lain sebagai akibat dari tidak terpenuhinya
kebutuhan kebersihan dan perawatan diri, misalnya penyakit kulit, rasa tidak
nyaman, infeksi saluran kemih, dan lain-lain.
c. Kepuasan pasien
Tingginya tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan tercapai bila
terpenuhinya kebutuhan pasien/keluarga terhadap pelayanan keperawatan yang
diharapkan. Junaidi (2002) berpendapat bahwa kepuasan konsumen atas suatu
produk dengan kinerja yang dirasakan konsumen atas produk tersebut. Jika kinerja
produk lebih tinggi dari harapan konsumen maka konsumen akan mengalami
kepuasan.

d. Kecemasan
Kecemasan/ansietas adalah perasaan individu dan pengalaman subjektif yang
tidak diamati secara langsung dan perasaan tanpa objek yang spesifik dipacu oleh
ketidaktahuan dan didahului oleh pengalaman yang baru (Stuart and Sunddeen,
1998).
e. Kenyamanan
Rasa nyaman (comfort) adalah bebas dari rasa nyeri atau nyeri terkontrol.
f. Pengetahuan
Discharge planning adalah suatu proses yang dipakai sebagai pengambilan
keputusan dalam hal memenuhi kebutuhan pasien untuk kesempurnaan
kepindahan pasien dari satu tempat perawatan ke tempat lainnya. Dalam
perencanaan, pemulangan, pasien dapat dipindahkan ke rumahnya sendiri atau
keluarga, fasilitas rehabilitasi, nursing home, hospice, home care atau tempat-
tempat lain di luar rumah sakit.
Bentuk kinerja klinis perawat dapat dilihat dari kejadian infeksi nosokomial,
angka dekubitus, infeksi jarum infuse, dan kejadian pasien jatuh. Infeksi nosokomial
adalah infeksi yang diperoleh ketika seseorang dirawat di rumah sakit atu infeksi yang
didapat selama perawatan atau pemeriksaan di rumah sakit tanpa adanya tanda-tanda
infeksi sebelumnya, dan minimal terjadi selama 48 jam sesudah masuknya kuman.
Waktu mulai dirawat tidak ditemukan tanda-tanda infeksi dan tidak sedang dalam
masa inkubasi infeksi tersebut. Infeksi terjadi setelah pasien dengan masa perawatan
lebih lama dari masa inkubasinya.
Infeksi nosokomial ini dapat menyebar melalui beberapa jalur, yaitu jalur kontak,
jalur droplet, dan jalur debu. Jalur kontak dibagi atas kontak langsung dan tidak
langsung. Kontak langsung adalah adanya kontak fisik langsung antara jalur
penyebaran yang paling sering, misalnya melalui tangan perawat, alat medis atau
darah (DepKes RI, 2003).

Kajian Data
Selama melakukan observasi, wawancara dan studi dokumentasi di Ruang Dahlia
3 di RSUP Dr. Sardjito pada 28 Desember 30 Desember 2015 didapatkan data
tentang pelaksanaan indikator mutu klinik keperawatan adalah sebagai berikut:

Tabel 66. Indikator Mutu Klinik Keperawatan


di Ruang Dahlia 3 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2015
Dilakukan
No Indikator Mutu Klinik
Ya Tidak
1. Identifikasi pasien
2. Komunikasi efektif (SBAR/READBACK)
3. High alert
4. Pencegahan infeksi
5. Resiko jatuh
6. High risk
7. Kesalahan obat
8. Surveilence *
9. Assesment
10. Nyeri
11. Edukasi
12. Personal hygiene
13. Tranfusi
14. Incision site
Jumlah 14 0
Persentase 100 % 0%
Sumber: Observasi dan Studi Dokumentasi Data Pelayanan Pasien DAHLIA 3 RSUP
Dr.Sardjito Yogyakarta Tahun 2015

Tabel 67. Jumlah Total Kejadian Indikator Mutu Pelayanan IPSG


di Dahlia 3 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Pada Tahun 2015

VARIABEL Indikator Kinerja Target Realisasi (%)

Jumlah pasien memakai gelang


100 100%
identitas
Jumlah pasien yang dilaporkan
100 7,81%
menggunakan READ BACK
Obat high alert
IPSG a. Jumlah obat high alert 100 100%
b. Jumlah obat yang ditempel
Penandaan mark site 100 -
Jumlah pasien risiko jatuh 100 100%
Jumlah pasien risiko infeksi akibat
- -
perawatan
Sumber: SIMETRIS RSUP Dr. Sardjito tahun 2015

Tabel 69. Jumlah Total Kejadian Indikator Mutu Pelayanan Surveilance


di Dahlia 3 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Pada Tahun Jan-Okt 2015
VARIABEL Indikator Kinerja Target Realisasi
Jumlah pasien masuk ruang 3316
Jumlah pasien perhari 11
PLEBITIS 40/00 0,240/00
a. jumlah terpasang infus 3274
b. jumlah kejadian plebitis 8
IADP 20/00 00/00
a. jumlah pasien terpasang CVC 12
b. jumlah infeksi karena CVC 0
b. jumlah infeksi karena IVLine/Infus 0
ISK 50/00 00/00
a. jumlah pasien terpasang kateter 519
b. jumlah kejadian ISK 0
DEKUBITUS 50/00 0
0 /00
a. jumlah pasien berisiko 728
b. jumlah kejadian dekubitus 0
Surveilance VAP 7,50/00 0
0 /00
a. jumlah terpasang ventilator/ETT 0
b. jumlah kejadian VAP 0
HAP 10 0/00 00/00
a. jumlah hari rawat pasien 3316
b. jumlah kejadian HAP 0
ILO (juli-desember) 2% 0%
a. jumlah pasien operasi bersih 1
b. jumlah kejadian ILO bersih 0
c. jumlah pasien operasi 0
terkontaminasi atau kotor
0
d. jumlah kejadian ILO terkontaminasi
atau kotor 1
e. jumlah seluruh pasien operasi
bersih dan kotor 0
f. jumlah kejadian ILO
SEPSIS TDD TDD
TRANFUSI TDD TDD
a. Jumlah pasien tranfusi darah TDD TDD
b. Reaksi tranfusi darah TDD TDD
Sumber: SIMETRIS RSUP Dr. Sardjito tahun 2015

Analisis Data
Berdasarkan indikator mutu pelayanan IPSG di ruang Dahlia 3 RSUP Dr.
Sardjito dari Januari - Oktober 2015 didapatkan data bahwa pengisian indikator mutu
IPSG dirasakan sudah cukup baik namun perlu diperbaiki dan ditingkatkan kembali
khususnya pada indikator mutu IPSG 2 mengenai pasien yang menggunakan READ
BACK pada tahun 2015 menunjukkan prosentase yang sangat rendah yaitu 7,81%.
Indikator mutu pelayanan surveilance pada tahun 2014 didapatkan data sebagai
berikut : angka kejadian Plebitis 0,240/00, IADP CVC 00/00, ISK 00/00, Dekubitus 00/00,
VAP 00/00, HAP 00/00, data ILO yang didapat hanya dari bulan Jan Oktober 2015.
Data tersebut menunjukan sudah memenuhi target dari semua target surveillance.

6. Penilaian Kinerja Perawat


Kajian Teori
Penilaian kinerja perawat merupakan alat yang paling dapat dipercaya oleh
manajer perawat dalam mengontrol sumber daya manusia dan produktivitas. Satu
pengukuran pengawasan yang digunakan oleh manager perawat guna mencapai hasil
organisasi adalah sistem penilaian pelaksanaan kerja perawat. Melalui evaluasi
regular dari setiap pelaksanaan kerja pegawai, manager harus dapat mencapai
beberapa tujuan. Proses penilaian kerja dapat digunakan secara efektif dalam
mengarahkan perilaku pegawai dalam rangka menghasilkan jasa keperawatan dalam
kualitas dan volume yang tinggi. Jenis alat evaluasi pelaksanaan kerja perawat yang
umum digunakan ada 5 yaitu :
a. Laporan bebas
b. Pengurusan sederhana
c. Cek list pelaksanaan kerja
d. Penilaian grafik
e. Perbandingan pilihan (Handerson, 1984 cit Nursalam, 2002)
Penilaian kinerja adalah suatu kegiatan yang dilakukan masing-masing manager
atau penyelia penilai untuk menilai kinerja tenaga kerja dengan cara membandingkan
kinerja dengan uraian deskripsi pekerjaan dalam suatu periode tertentu biasanya setiap
akhir tahun. Penilaian kinerja menurut Werther dan Davis (1996:342) mempunyai
beberapa tujuan dan manfaat bagi organisasi dan pegawai yang dinilai, yaitu:
a. Perfomance Improvement yaitu memungkinkan pegawai dan manager untuk
mengambil tindakan yang berhubungan dengan peningkatan kerja.
b. Compensation adjustment yaitu membantu para pengambil keputusan untuk
menentukan siapa saja yang berhak menerima kenaikan gaji atau sebaliknya.
c. Placement decision yaitu menentukan promosi, transfer, dan demotion
d. Training and development needs mengevaluasi kebutuhan pelatihan dan
pengembangan bagi pegawai agar kinerja mereka lebih optimal.
e. Career planning and development yaitu memandu untuk menentukan jenis karir
dan potensi karir yang dapat dicapai.
f. Staffing process deficiencies yaitu mempengaruhi prosedur perekrutan pegawai.
g. Informational inaccuracies and job-design errors yaitu membantu menjelaskan
apa saja kesalahan yang telah terjadi dalam managemen sumber daya manusia
terutama di bidang informasi job-analysis, job-design, dan system informasi
managemen sumber daya manusia.
h. Equal employment opportunity yaitu menunjukkan bahwa placement decision
tidak diskriminatif.
i. Eksternal challenges. Kadang-kadang kinerja pegawai dipengaruhi oleh faktor
eksternal seperti keluarga, keuangan pribadi, kesehatan dan lain-lain. Biasanya
faktor ini tidak terlalu kelihatan namun dengan melakukan penilaian kerja, faktor-
faktor eksternal ini akan kelihatan sehingga membantu bagian sumbr daya
manusia untuk memberikan bantuan bagi peningkatan kinerja pegawai.
j. Feedback memberikan umpan balik bagi urusan kepegawaian maupun bagi
pegawai itu sendiri
Perbandingan untuk mengukur kinerja masing-masing tenaga kerja dalam
mengembangkan kualitas kerja pembinaan selanjutnya, tindakan perbaikan atas
pekerjaan yang kurang sesuai dengan deskripsi pekerjaan serta untuk keperluan yang
berhubungan dengan masalah ketenagakerjaan lainnya (Sastrohadiwiryo, 2002).
Unsur-unsur yang dinilai:
a. Kesetiaan: tekad dan kesanggupan menaati, melaksanakan, dan mengamalkan
sesuatu yang diamalkan dan ditaati dengan penuh kesadaran dan tanggungjawab
b. Prestasi kerja: kinerja yang dicapai oleh seorang tenaga kerja dalam melaksanakan
tugas dan pekerjaan yang diberikan kepadanya
c. Tanggungjawab: kesanggupan tenaga kerja dalam menyelesaikan tugas dan
tanggungjawab yang diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat
waktu serta berani mengambil resiko atas keputusan yang diambilnya atau
tindakan yang dilakukannya
d. Ketaatan: kesangguoan seorang tenaga kerja untuk menaati segala ketetapan
peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang berlaku kedinasan
yang diberikan atasan yang berwenang serta kesanggupan untuk tidak melanggar
larangan yang telah ditetapkan perusahaan atau pemerintah baik tertulis maupun
tidak tertulis.
e. Kejujuran: ketulusan hati seorang tenaga kerja dalam melaksanakan tugas dan
pekerjaan serta kemampuan untuk tidak menyalahgunakan wewenang yang telah
diberikan kepadanya
f. Kerjasama: kemampuan seorang tenaga kerja untuk bekerja bersama-sama denga
orang lain dalam menyelesaikan suatu tugas dan hasil guna yang sebesar-besarnya
g. Prakarsa: kemampuan seorang tenanga kerja untuk mengambil keputusan,
langkah-langkah atau melaksanakan sesuatu tindakan yang diperlukan dalam
melaksanakan tugas pokok tanpa menunggu perintah dan bimbingan dari manager
lini.
h. Kepemimpinan: kemampuan yang dinilai seorang tenaga kerja untuk meyakinkan
orang lain sehingga dapat diarahkan secara maksimum untuk melaksanakan tugas
pokok penilaian unsur kepemimpinan yang diperuntukkan untuk mereka yang
memiliki jabatan seluruh hierarki dalam perusahaan.
Kajian Data
Tabel 68. Evaluasi Penilaian Kinerja Individu Perawat
di Ruang Dahlia 3 RSUP Dr Sardjito Yogyakarta Tahun 2015
No Standar Data Keterangan
1. Indeks Kinerja Dilakukan setiap Selain indeks kinerja, penilaian dilakukan
3 bulan sekali menggunakan SKP.
2. Penilaian Angka Kredit Pada tahun ini Proses penilaian angka kredit diawali dengan
tidak ada perawat perawat membuat log book per hari yang
yang mengajukan dihitung setiap 6 bulan. Penilaian angka kredit
kenaikan pangkat. dilakukan selama 6 bulan dan berhubungan
dengan kenaikan pangkat.
3. Penilaian kinerja perawat Sudah dilakukan Dilakukan sesuai dengan peraturan yang
berdasarkan kompetensi berlaku. Penilaian kinerja perawat
berdasarkan kompetensi dilakukan ujian
tertulis sampai saat ini baru sampai PK III.
KaRu Dahlia 3 saat ini sudah PK IV.
4. Penilaian kinerja Sudah dilakukan Dinilai dengan observasi secara langsung oleh
berdasarkan uraian tugas kepala ruang setiap hari berdasarkan Indeks
Kinerja Inndividu (IKI) kepada seluruh
perawat Dahlia3.
5. Penilaian kinerja Sudah dilakukan Penilaian daftar hadir tidak tertulis melalui
berdasarkan daftar hadir hand key yang telah disediakan Rumah Sakit.
Setiap bulan laporan daftar hadir melalui
hand key akan diberikan kepada ruangan
sehingga akan diketahui individu yang kurang
disiplin.
6. Raport Sudah dilakukan Dibuat apabila terdapat pelanggaran yang
dilakukan perawat. Selama tahun 2015 tidak
ada pelanggaran yang terjadi di ruang Dahlia
3
Sumber: Wawancara Kepala Ruang Dahlia 3 pada 30 Desember 2015.

Analisis Data
Penilaian kinerja perawat di Dahlia 3 sudah dilakukan semuanya. Namun, pada
tahun 2015 tidak ada perawat yang mengajukan kenaikan kenaikan pangkat/angka
kredit. Penilaian kinerja berdasarkan kompetensi secara umum dilakukan sesuai
dengan peraturan di rumah sakit. Penilaian kinerja perawat berdasarkan kompetensi
dilakukan ujian tertulis. penilaian kinerja tertinggi di ruang Dahlia 3 adalah PK III
untuk PN dan AN, sedagkan penilaian kinerja KaRu adalah PK IV.
Penilaian berdasarkan daftar hadir telah dilakukan. Penilaian daftar hadir tidak
tertulis melalui hand key yang telah disediakan Rumah Sakit. Setiap bulan laporan
daftar hadir melalui hand key akan diberikan kepada ruangan sehingga akan diketahui
individu yang kurang disiplin.Penilaian raport dibuat apabila terdapat pelanggaran
yang dilakukan perawat. Selama tahun 2015 tidak ada pelanggaran yang terjadi di
ruang Dahlia 3.
7. Kepuasan Kerja Perawat
Kajian Teori
Menurut Robbins (2001) kepuasan kerja didefinisikan sebagai suatu sikap umum
seseorang terhadap pekerjaannya. Definisi ini mengandung pengertian yang luas.
Dengan kata lain kepuasan kerja merupakan penjumlahan yang rumit dari sejumlah
unsur pekerjaan yang terbedakan dan terpisahkan satu sama lain (discrete job
elements). Jika mengacu pada George dan Jones (2002), kepuasan kerja merupakan
kumpulan feelings dan beliefs yang dimiliki orang tentang pekerjaannya.
Pengungkapan ketidakpuasan pegawai dalam 4 cara:
a. Respon Voice (aktif dan konstruktif, memberikan saran)
b. Respon Neglect (Pasive: tidak mau tahu / Destructive: membiarkan kondisi
memburuk)
c. Respon Exit (Destructive: karyawan keluar / Active: mencari pekerjaan baru)
d. Respon Loyalty (Pasive: tidak melakukan apapun / Contructive: harapan kondisi
membaik)
Kepuasan kerja (job satisfication) adalah keadaan emosional yang menyenangkan
atau tidak menyenangkan dimana para karyawan memandang pekerjaan mereka. Pon
Loyalty (Pasive : tidak melakukan apapun / Contructive : harapan kondisi membaik).
Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya dan
nampak dari sikap positif karyawan terhadap pekerjaannya serta segala sesuatu yang
dihadapi di lingkungan kerjanya (Handoko, 1993). Peningkatan suasana kerja yang
kondusif serta pemberi dukungan dari perawat yang mempunyai posisi lebih tinggi,
peningkatan hubungan interpersonal dapat meningkatkan kepuasan kerja dan
meningkatkan Turn Over perawat sehingga diperlukan rentang dukungan yang
kontinyu bagi perawat sejak bekerja di unit rawat atau tatanan pelayanan kesehatan
lain. Kepuasan atau ketidakpuasaan seseorang dengan pekerjaan merupakan keadaan
yang sifatnya subyektif yang merupakan hasil kesimpulan yang didasarkan pada suatu
perbandingan mengenai apa yang secara nyata diterima oleh pegawai dari
pekerjaannya dibandingkan dengan apa yang diharapkan, diinginkan dan
dipikirkannya sebagai hal yang pantas atau berhak baginya. Sementara setiap pegawai
secara subjektif menentukan bagaimana pekerjaan itu memuaskan (Gomes, 1995).
Menurut Deny cit Fatiah, 1995, kepuasan kerja merupakan keadaan yang bersifat
individu. Setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai
dengan situasi nilai-nilai yang berlaku pada dirinya. Semakin banyak aspek-aspek
dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan individu maka semakin tinggi tingkat
kepuasan yang dirasakan demikian pula sebaliknya. Kepuasan kerja dipengaruhi oleh
karakteristik lingkungan kerja, karakteristik pekerjaan, dan karakteristik pekerja.
Semakin tua usia karyawan maka lebih cenderung merasa puas karena semakin tinggi
jenjang pekerjaan karyawan.
Kepuasan merupakan suatu konsep yang multifacet (banyak dimensi). Suatu
kesimpulan menyeluruh tentang kepuasan hanya akan menyembunyikan
pertimbangan subjektif dari pegawai mengenai kepuasan sehubungan dengan gaji,
keselamatan kerja, supervise, relasi-relasi antarperorangan dalam kerja, peluang-
peluang di masa yang akan datang, dan pekerjaan itu sendiri (Gomes, 1995).
Kepuasan kerja mempunyai konsekuensi langsung maupun tidak langsung
terhadap efektivitas kerja organisasi. Kepuasan kerja karyawan yang rendah menjadi
penyebab menurunnya kondisi kerja, kinerja dan kualitas produksi dalam
berorganisasi (Gomes, 1995).
Menurut Strauss dan Sayles, kepuasan kerja penting untuk aktualisasi diri.
Karyawan yang tidak memperoleh kepuasan kerja tidak akan pernah mencapai
kematangan psikologis, dan pada gilirannya akan menjadi frustasi. Karyawan seperti
ini akan sering melamun, mempunyai semangat kerja rendah, cepat lelah dan bosan,
emosinya tidak stabil, sering absent dan melakukan kesibukan yang tidak ada
hubungannya dengan pekerjaan yang harus dilakukan. Sedangkan karyawan yang
mempunyai kepuasan kerja biasanya mempunyai catatan kehadiran dan perputaran
yang lebih baik, kurang aktif dalam kegiatan serikat karyawan dan kadang-kadang
berprestasi lebih baik daripada karyawan yang tidak memperoleh kepuasan kerja
(Handoko, 2001).
Gomes (1995) menyatakan kepuasan kerja dari pegawai itu sendiri mungkin
mempengaruhi kehadirannya pada kerja, dan keinginan untuk ganti pekerjaan juga
bisa mempengaruhi kesediaannya untuk bekerja. Kesediaan atau motivasi seorang
pegawai untuk bekerja biasanya ditunjukkan oleh aktivitas yang terus menerus dan
yang berorientasikan tujuan.
Faktor faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan dalam rangka
peningkatan kinerjanya adalah:
a. Faktor psikologik, merupakan faktor yang berhubungan dengan kejiwaan
karyawan yang meliputi minat, ketenteraman dalam kerja, sikap terhadap kerja,
bakat, dan keterampilan.
b. Faktor sosial, merupakan faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial baik
sesama karyawan, dengan atasannya, maupun karyawan yang berbeda jenis
pekerjaannya.
c. Faktor fisik, merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik
lingkungan kerja dan kondisi fisik karyawan, meliputi. Jenis pekerjaan,
pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat, perlengkapan kerja, keadaan
ruangan, suhu penerangan, pertukaran udara, kondisi kesehatan karyawan, umur,
dan sebagainya.
d. Faktor finansial, merupakan faktor yang berhubungan dengan jaminan serta
kesejahteraan karyawan yang meliputi sistem dan besarnya gaji, jaminan sosial,
macam-macam tunjangan, fasilitas yang diberikan, promosi, dan sebagainya.
Namun, upah atau gaji yang besar tidak selalu bisa menjamin kepuasaan kerja
karyawan. Mc. Closey (1974), menemukan bahwa intrinsik reawards seperti
achievement memiliki hubungan yang lebih kuat dengan kepuasan kerja daripada
faktor ekstrinsik seperti gaji.

Kajian Data
Berikut hasil wawancara secara mendalam kepada dua orang perawat yang bekerja di
Ruang Dahlia 3 :
Tabel 69. Hasil Wawancara Kepuasan Kerja Perawat di Dahlia 3
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Tanggal 28 Desember 30 Desember 2015
No Faktor kepuasan kesimpu
Psikologi Sosial Fisik Finansial lan
1 Perawat Hubungan dengan Perawat merasakan bahwa Perawat Puas
merasa rekan kerja, atasan, fasilitas di ruangan sudah merasa puas
senang dan dan tenaga memadai. terdapat alat dengan gaji
nyaman kesehatan lain tertentu yang biasanya yang diterima
bekerja di berlangsung baik. dipinjam dari ruangan lain dan dirasakan
Dahlia 3. Komunikasi karena banyaknya alat yang sesuai dengan
Beban kerja berjalan dengan dibutuhkan, misalnya big tingkat PK dan
agak berat baik. Jika ada valve mask untuk masa kerja,
setelah permasalahan membantu pernapasan. apalagi setelah
didelegasi langsung Fasilitas perawat seperti ada
menjadi dibicarakan dengan ruang istirahat, kamar remunerasi.
KaRu karena individu yang mandi cukup memadai.
perawat tetap berkaitan/ Namun, perawat
melakukan dibicarakan dalam menyatakan tidak nyaman
tugasnya pertemuan yang dengan kondisi ruangan
sebagai PN rutin diadakan kerja karena kurangnya
dan Clinical sebulan sekali di akses udara luar ke dalam
Instructur. ruangan. (Ruang Dahlia 3 adalah
ruangan air-bone disease)
2 Perawat Hubungan dengan Perawat merasakan bahwa Perawat Puas
merasa rekan kerja, atasan, fasilitas di ruangan sudah merasa puas
nyaman dan tenaga sangat memadai terutama dengan gaji
bekerja di kesehatan lain penyediaan standar APD yang diterima
Dahlia 3. berjalan dengan yang baik. Perawat juga dan dirasakan
Bahkan lebih sangat baik. Teman merasakan pembagian shift sesuai dengan
nyaman dari teman banyak sudah dirasakan merata. tingkat PK dan
tempat kerja yang lucu sehingga masa kerja.
yang dulu membuat suasana
kerja tidak
membosankan

Analisis Data
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa tingkat kepuasan kerja perawat di
Ruang Dahlia 3 termasuk dalam kategori memuaskan. Interaksi antar perawat maupun
pegawai lainnya sudah sangat baik dan berjalan lancar. Jika ada keluhan antar perawat
maupun pegawai lain didiskusikan secara individu/ pada pertemuan bangsal Dahlia 3 yang
dilaksanakan rutin sebulan sekali. Seluruh perawat yang diwawancarai mengatakan gaji yang
didapatkan telah sesuai dengan beban kerja yang dirasakan perawat serta merasa puas dengan
sistem penggajian tersebut. Secara umum, perawat puas dengan pekerjaan mereka.
BAB III
MASALAH DAN PERENCANAAN

A. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Unsur Input
B. Man
Kuantitas
Berdasarkan perhitungan dengan Gillies jumlah perawat yang dibutuhkan
adalah 7 orang perawat di ruang Dahlia 3. Menurut perhitungan Depkes
diperoleh hasil dibutuhkan 11 perawat. Sedangkan jumlah perawat yang ada
sebanyak 16 orang. Jumlah perawat yang ada di ruang Dahlia 3 menurut Gillies
dan menurut depkes sudahmencukupi.
Hal ini sesuai dengan wawancara yang dilakukan dengan kepala ruang.
Berdasarkan hasil wawancara kepada kepala ruang menyatakan bahwa jumlah
perawat yang bertugas di Dahlia 3 sudah sesuai dengan kebutuhan ruangan,
disebutkan juga bahwa masing-masing perawat telah memiliki tugas masing-
masing dan selalu berjalan dengan baik dikarenakan jumlah pasien yang tidak
pernah banyak.
Kualitas
Dari data diatastenagaperawatruangDahlia 3 RSUP Dr.
Sardjitoberdasarkantingkatpendidikansebagaiberikut, terdapat 14 orang (87,5%)
yangberpendidikan D3 keperawatan, 2 orang (6,25%) yang berpendidikan D4
keperawatandan1 orang (2,5%) dengantingkatpendidikan S1 keperawatan.
Dari kajian data diatasdapatdilihatbahwakualitastenagakeperawatan di
ruangDahlia 3berdasarkantingkatpendidikanbelumcukupmemadai,
dimanaterdapattenagaperawat yang berpendidikan S1 sebanyak1 orang, 7 orang
sebagai perawat AN, 2 orang sebagai PN, dan 5 orang sebagai PJTJ. Di Ruang
Dahli 3terdapat S1 keperawatandua orang yang saat ini menjabat sebagai kepala
ruang dan sebagai AN, dan D3 keperawatansebanyak 14 orang menjabat sebagai
PN 2 orang, 7 orang sebagai AN, 5 orang sebagai PJTJ.
Berdasarkan dokumentasi administrasi Ruang Dahlia 3, masih banyak perawat
yang belum mengikuti pelatihan 5 dasar wajib, namun setelah dikonfirmasi
dengan kepala ruang, hampir semua perawat yang bertugas di Ruang Dahlia 3
telah mengikuti pelatihan dasar (5 wajib) yang tanda pelatihan tersebut tidak
dalam bentuk sertifikat, melainkan seperti tanda pengenal yang digantung di
belakang identitas perawat. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang.
C. Money
Tidak ada masalah.
D. Material
Ruang Dahlia 3 sudah memiliki kelengkapan alat medis ataupun alat non
medis yang cukup, namun masih banyak yang perlu diperhatikan dengan
kesesuaian standar minimal alat non medis dan medis yang harus dimiliki di
ruangan, masih terdapat banyak inventaris yang tidak sesuai standar alat yang
seharusnya dimiliki ruangan. Ruangan ini sudah memiliki buku inventarisasi dan
selalu dilakukan pembaharuan secara berkala. Sudah terdapat lembar balik
informasi pasien baru dan pasien pulang namun belum diperbaharui, papan
struktur organisasi di Ruang Dahlia 3, menjadi salah satu masalah yang terjadi di
Ruang Dahlia 3 karena belum diperbaharui juga.
E. Machine
Berdasarkan data mesin yang dimiliki ruang Dahlia 3 RSUP Dr. Sardjito,
ruangan ini sudah memiliki mesin yang sesuai standar minimal RSUP Dr.
Sardjito. Saat dilakukan wawancara dan observasi, pemeliharaan dan pengecekan
mesin di ruangan ini juga kurang baik dan tidak dilakukan setiap hari untuk
memastikan apakah mesin masih berfungsi dengan baik atau tidak. Pada ruangan
tidak terdapat mesin EKG, dikarenakan dipinjam oelh ruangan yang lainnya.
F. Methode
Ruang Dahlia 3 sudah memiliki Standar Asuhan Keperawatan (SAK) dan
Standar Prosedur Operasional (SPO) di ruangan ini mengacu pada Standar
Asuhan Keperawatan (SAK) dan Standar Prosedur Operasional (SPO) Penyakit
Dalam RSUP Dr. Sardjito. SPO dan SAK yang tersedia yaitu SPO 2014 dan
SAK penyakit dalam tahun 2011. SPO dan SAK yang ada di Dahlia 3 telah
disesuaikan dengan keadaan di Dahlia 3 yang memiliki pasien dengan masalah
air borne disease.

2. Unsur Proses
a. Proses asuhan keperawatan
1) Instrumen A Standar Asuhan Keperawatan
Persentase proses asuhan keperawatan di Ruang Dahlia 3 sebesar 98%.Proses
asuhan keperawatan menunjukkan persentasesangat baik, namun perlu ada usaha untuk
meningkatkan dan mempertahankan capaian tersebutKelengkapan dokumen yang
adaakan mempermudah proses asuhan keperawatan yang dilakukan, sehingga proses
asuhankeperawatandapatdilaksanakansecaramaksimal.

2) Masalah instrumen C
Penilaian observasi pelaksanaan tindakan keperawatan di Ruang Dahlia 3
adalah 97,17%yang menunjukkan hasil yang sangatbaik.
Pelaksanaantindakankeperawatanperludilakukanpeningkatan agar
dapatdilaksanakansecaramaksimal.Salah satutindakankeperawatan yang
perluditingkatkankembaliadalahmelakukan cuci tangan menggunakan sabun dan
air mengalir sebelum menggunakan APD.Hasilobservasimenemukan tidak semua
perawat melakukantindakantersebut.
3) Kewaspadaan Standar
Kepatuhan petugas dalam hand hygiene keseluruhan rata-rata tergolong
dalam kategori cukup (77,25%). Kepatuhan petugas untuk melaksanakan cuci tangan
menunjukkan kesadaran petugas akan bahaya infeksi. Pada item hasil Audit
Kepatuhan PPI didapatkanperawatmemakaiseragam dinas yang sesuaibeserta ID
card, perawattidakmemakai aksesoris saat tindakan, penggantian linen yang
dilakukan 2 harisekaliatauketika linen kotor. Kewaspadaan standar dalam merawat
pasien dengan tujuan mencegah dan memutus rantai infeksi berjalan cukupbaik.

4) Keselamatan Pasien
Dari hasil pengamatan dari tanggal 28-30 Desember 2015 dengan
menggunakan indikator International Patient Safety Goals (IPSG) menunjukan
pelaksanaan IPSG di Dahlia 3mencapai persentase 95,8%. Hal ini berarti baik
dalam pelaksanakan tujuan keselamatan pasien. Kekurangannya hanya terletak
pada saat penerimaan perintah lengkap, lisan maupun via telpon, atau hasil tes,
petugas tidak langsung menuliskannya kedalam kertas dan baru
didokumentasikan saat pembuatan evaluasi.
5) Komunikasi Terapeutik
Hasil observasi pelaksanaan Komunikasi Terapeutik di DAHLIA 3 RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta termasuk dalam kategori cukup (77,8%). Beberapa item yang
perlu mendapat perhatian pada tahap orientasi, yaitu melakukan validasi,
memperkenalkan nama perawat, menanyakan nama panggilan pasien,
menjelaskan tanggung jawab dan peran perawat, waktu untuk kegiatan dan
kerahasiaan. Tahap orientasi sangat penting terutama untuk membangun hubungan
yang saling percaya terlebih dahulu dengan pasiennya. Adapun item komunikasi
terapeutik yang lain yang masih perlu diperbaiki adalah pada tahapan kerja yaitu
item memberikan kesempatan kepada klien untuk bertanya, memberikan
reinforcement positif dan merencanakan tindak lanjut

b. Proses manajemen pelayanan/operasional keperawatan


1) Planning
Planning telah berjalan dengan baik dan tidak mempunyai masalah.
2) Pengorganisasian
Pelaksanaan tugas kepala ruang dalam kategori baik (100%). Kepala ruang
dinilai sudah optimal dalam melakukan pembagian tugas, memberikan
motivasi maupun reinforcement positif kepada semua staf.
Pelaksanaan tugas PN tergolong dalam kategori baik (90%). Tugas PN yang
perlu ditingkatkan yaitu mengenalkan semua anggota AN dalam grupnya
kepada pasiendanmelaksanakan bimbingan klinik kepada AN minimal satu
minggu sekali.
Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan tugas AN tergolong dalam
kategori baik (100%). AN sudah optimal dalam melakukan post conference,
namunperluditingkatkankembalikhususnyapelaksanaandoasetelahoperandan
saatpelaporanmasalahsaat operan jaga.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pelaksanaan hubungan
profesional antar staf keperawatan dengan pasien mencapai kategori baik
(90%). Pasien dan keluarga tidak mengetahui perawat yang bertanggung
jawab merawat selama perawatan karena hal ini mungkin berhubungan
dengan operan jaga dilakukan di nurse station sehingga tidak melakukan
perkenalan perawattiap pergantianshift jaga.
Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan hubungan profesional antar staf
keperawatan yang berkesinambungan yaitu PN dan AN tergolong baik
(100%). Perlu adanya peningkatan kembali dalam merutinkan pelaksanaan
kegiatan-kegiatan dan ikut melibatkan staf PN dan AN
Berdasarkan observasi pelaksanaan hubungan profesional/kemitraan antara
staf keperawatan dengan dokter/tim kesehatan lain tergolong cukup baik
(87,5%). Perlu ditingkatkan kembali adanya pelaksanaan diskusi kasus
antara dokter dengan perawat.
Hasil dari observasi meeting morning tergolong dalam kategori sangat baik
(100%)
Berdasarkan hasil observasi operan disimpulkan bahwa pelaksanaan operan
jaga tergolong dalam kategori baik (81,25%). Operan dilakukan di nurse
station sehingga tidak dilakukan klarifikasi dan konfirmasi pasien, tidak
memperkenalkan nama perawat ketika operan, dan perawat tidak
memberikan salam kepada pasien saat operan.
Hasil observasi menunjukkan bahwa pre conference
telahdilaksanakandenganbaik (100%). PN sudah menjelaskan tujuan dan
masalah keperawatan pasien, keperawatan dan rencana keperawatan yang
menjadi tanggung jawabnya.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara post konference
telahdilakukandenganbaik (87,5%) namunbelum optimal karena semua PN
dan AN melakukannya secara rutin sehingga tujuan dari post conference
tidak dijelaskan oleh PN.
Berdasarkan hasil observasi penerimaan dan pemberian orientasi pasien
baru tergolong baik (80%). Informasi pasien baru diberikan pada keluarga
yang saat itu menemani pasien, namun belum dilakukan secara optimal
sesuai prosedur yang ada.
Berdasarkan observasi, pelaksanaan pemberian informasi pasien baru
termasuk dalam kategori cukup (60%). Pelaksaan penerimaan dan
pemberian informasi pasien baru masih dilakukan menjadi satu dengan
pelaksanaan penerimaan dan pemberian orientasi pasien baru dan dilakukan
di ruangan pasien bukan diruangan khusu
Pelaksanaan Discharge Planning termasuk dalam kategori baik (89,47 %).
Pemberian informasi dan edukasi kepada pasien belum optimal. Belum
tersedianya lembar informasi atau leaflet sebagai media informasi discharge
planning.
3) Actuating
Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa skor actuating menunjukkan
nilai yang baik(100%).Penggerakan dan pelaksanaan cukup dilakukan oleh
Kepala Ruang Dahlia 3 dengan memberikan instruksi, arahan dan bimbingan
kepada seluruh staf.
4) Controlling
Proses controlling yang dilakukan di Dahlia 3 tergolong dalam kategori baik
(94,4%). Namun tetap harus ditingkatkan lagi. Adanya pengawasan langsung
melalui inspeksi, melalui laporan langsung secara lisan, dan melalui laporan
tertulis, juga pengawasan terhadap kelemahan yang ada harus diadakan.
c. Proses manajemen PKK
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, hal yang
menjadimasalahadalahdokumentasi proses bimbingan di Dahlia 3belumada,
pelaksanaanbedsite teachingbelumdirasakansemuamahasiswakarenatidakterjadwal,
pengkajian persiapan peserta didik menghadapi dan memberi asuhan keperawatan
kepada pasien, mulai dari aspek perencanaan (fokus pengkajian) sampai rencana
evaluasijugabelumdilaksanakansecararutin.
3. Unsur Output
Praktik klinik keperawatan merupakan tindakan mandiri perawat profesional
melalui kerjasama berbentuk kolaborasi dengan pasien dan tenaga kesehatan lain dalam
memberikan asuhan keperawatan atau sesuai dengan lingkungan wewenang dan
tanggung jawabnya (Nursalam, 2002).
Terkait dengan mutu bimbingan praktik klinik keperawatan, terdapat empat hal
utama yang dapat digunakan dalam menjamin mutu proses bimbingan yang diharapkan
dapat memberikan kepuasan bagi mahasiswa maupun pembimbing terhadap bimbingan
klinik yang diberikan di ruangan. Empat hal tersebut meliputi:
e. Dokumentasi pelaksanaan bimbingan praktik klinik yang telah dilakukan oleh
pembimbing klinik.
f. Persepsi mahasiswa praktik klinik keperawatan terhadap mutu bimbingan yang
diberikan pembimbing klinik melalui angket.
g. Kepatuhan pembimbing klinik terhadap prosedur pembelajaran yang diberikan
pada mahasiswa praktik klinik keperawatan yaitu bed side teaching, ronde
keperawatan, pre dan post conference.
h. Pencapaian kompetensi mahasiswa praktik klinik keperawatan melalui
pengukuran pre dan post test di ruangan terkait.
Data menunjukkan bahwa berdasarkan pemenuhan komponen mutu dari
pembelajaran keperawatan klinik, komponen yang belum dipenuhi yaitu dokumentasi
resmi dari rekapan kegiatan bimbingan klinik oleh pembimbing klinik sendiri dan
kegiatan pre test dan post test. Semua dokumentasi hanya ditemukan pada buku
praktik mahasiswa dan dokumentasi yang diminta oleh institusi pendidikan darimana
mahasiswa berasal. Dengan demikian tidak ditemukan data tingkat pencapaian
praktikan yang membandingkan sebelum mahasiswa belajar di Dahlia 3 dan
sesudahnya.
Masalah: Tidak terdapat dokumentasi berupa rekapan bimbingan PKK untuk
mahasiswa.
Model bimbingan praktik adalah upaya menumbuhkan kemampuan profesional
(intelektual, teknikal, dan interpersonal) peserta didik melalui upaya integrasi
berbagai konsep, teori dan prinsip keperawatan dalam rangka memenuhi kebutuhan
dasar klien secara komprehensif. Jenis metode pengajaran klinik antara lain
eksperensial, konferensi, bedside teaching, observasi, ronde keperawatan, dan proses
insiden. Dengan metode tersebut memungkinkan identifikasi masalah, penentuan
tindakan yang akan diambil, implementasi pengetahuan ke dalam masalah klinik, dan
diskusi untuk menggali proses berfikir dalam menanggapi situasi.
Masalah: Kegiatan bimbingan klinik berupa bedside teaching, pre conference-post
conference sudah dilakukan, namun masih belum dilakukan secara rutin. Ronde
keperawatan tidak dilakukan mengingat Dahlia 3 merupakan ruangan air-bone
disease.

B. PRIORITAS MASALAH
Prioritas masalah dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 73. Prioritas Masalah Ruang Dahlia 3
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Desember 2015

Besar Ketersediaan
No Masalah Biaya Kesulitan Dampak Total
Masalah Fasilitas
UNSUR INPUT

1 Belum 5 4 3 3 5 20
terbaharuinya
bagan struktur
organisasi Dahlia
Besar Ketersediaan
No Masalah Biaya Kesulitan Dampak Total
Masalah Fasilitas
3
2 Belum 5 4 3 2 5 19
terbaharuinya
buku lembar balik
informasi pasien
baru dan pasien
pulang
No Masalah Besar Biaya Kesulitan Ketersediaan Dampak Total
Masalah Fasilitas
UNSUR PROSES

1. Belum optimalnya
Pasien Safety
seperti
penggunaangelan
3 5 5 5 1 19
gbagisemuapasien
danpencatatan
jam
pemberianinfus

2 Belum optimalnya
komunikasi
2 5 5 5 3 20
terapeutik oleh
tenaga kesehatan

3. Belum optimalnya
penerapan metode
primer modifikasi
seperti operan
jaga, meeting 3 5 4 5 3 20
morning, pre
conference kurang
sesuai dengan
prosedur

4. Belum
dilakukannya
3 5 3 4 4 19
kembali audit
keperawatan

5. Belum 3 3 3 4 3 16
dilaksanakannya
Besar Ketersediaan
No Masalah Biaya Kesulitan Dampak Total
Masalah Fasilitas
bimbingan PKK
sesuai dengan
teori dan rutin
antara lain belum
dilaksanakannya
pretest dan
posttest, bedside
teaching. Belum
optimalnya mutu
bimbingan PKK
dan tidak ada
bukti bimbingan
PKK

6. Belum optimalnya
pemberian
orientasidaninfor
4 2 4 3 4 17
masi pasien baru
sertadischarge
planning

UNSUR OUTPUT

1 Belum 3 3 3 4 3 16
dilaksanakannya
bimbingan PKK
sesuai dengan
teori dan rutin
antara lain tidak
terdapatnya
rekapan buku
hasil bimbingan,
belum
dilaksanakannya
pretest dan
posttest, belum
optimalnya
pelaksanaan post
Besar Ketersediaan
No Masalah Biaya Kesulitan Dampak Total
Masalah Fasilitas
conference,
bedside teaching,
dan tidak
dilakukannya
ronde
keperawatan. Dan
belum optimalnya
mutu bimbingan
PKK

Keterangan:
1. Besar masalah
1 = masalah sangat kecil
2 = masalah kecil
3 = masalah sedang
4 = masalah besar
5 = masalah sangat besar
2. Biaya
1 = biaya sangat mahal
2 = biaya mahal
3 = biaya sedang
4 = biaya murah
5 = biaya sangat murah
3. Tingkat kesulitan
1 = sangat sulit
2 = sulit
3 = sedang
4 = mudah
5 = sangat mudah
4. Ketersediaan fasilitas
1 = fasilitas sangat sulit didapat
2 = fasilitas sulit didapat
3 = fasilitas didapat
4 = fasilitas mudah didapat
5 = fasilitas sangat mudah didapat
5. Dampak
1 = dampak sangat sedikit
2 = dampak sedikit
3 = dampak sedang
4 = dampak banyak
5 = dampak sangat banyak
4. PLANNING OF ACTION

Sasaran/ Waktupelak
No Masalah Pokokkegiatan Uraiankegiatan Target Yang terlibat PJ
Tujuan sanaan

INPUT

1. Baganstrukturor Membuatpapanbag a. Melakukan Papanbaganstruk Baganstrukturo PJ SDMdan 04Januari -09


ganisasi yang anstrukturorganisas koordinasi turorganisasi rganisasitersus ADM, Januari 2015
ada di i denganbagian un 100% Kepalaruang
ruanganDahlia SDM Dahlia 3
3belumdiperbah danAdministrasi
arui per IRNA 1
Desember 2015 b. melakukan
koordinasi dengan
KaRu
c. membuatbaganstru
kturorganisasiterba
rusesuaiketentuan
d. mencetakbaganstr
ukturorganisasi
2. RuangDahlia Pendampinganpenc a. melakukankoordin Inventarisasidila Dokumentasiin KepalaRuang, 04Januari -09
3sudahmemiliki acatan / asidengankepalaru kukanpencatatan ventarisasiruan PH, PK Januari 2015
bukuinventarisa pembaruaninventar ang secaraberkala ganterperbahar
si, is dan pembuatan b. melakukankoordin dan terdapat uisecaraberkal
tetapitidakdilaku lembar balik asidenganpenangg lembar balik di a100% dan
kanpembaharua infomasi baru dan ungjawab PH ruang Dahlia 3 terdapat
nsecaraberkala pasien pulang c. menyiapkanmaterit minimal 1
dan dan belum erkaitinventarisasi lembar balik
d. melakukanpendam
adanya lembar
Sasaran/ Waktupelak
No Masalah Pokokkegiatan Uraiankegiatan Target Yang terlibat PJ
Tujuan sanaan

balik pasien pinganterkaitpenca


datang dan tatan/
pasien pulang. pembaruaninventar
is
e. Konsultasi dengan
kepala ruang
terkait materi yang
dimasukkan
kedalam lembar
balik
f. Mencetak lembar
balik informasi
pasien baru dan
pasien pulang
Tabel 74. Planning of Action

Sasaran/ Waktu
No Masalah Pokok kegiatan Uraian kegiatan Target Yang terlibat PJ
Tujuan pelaksanaan

PROSES

1 Belum Roleplay a. Melakukan Tenaga 70 % dari Kepala Ruang, 4-8 Januari


optimalnya koordinasi dengan kesehatan yang tenaga perawat jaga, 2016
komunikasi KaRu, PN dan AN ada diruangan kesehatan yang dokter jaga
terapeutik oleh b. mengumpulkan ada diruangan
tenaga materi dari KaRu
kesehatan dan PN
Sasaran/ Waktu
No Masalah Pokok kegiatan Uraian kegiatan Target Yang terlibat PJ
Tujuan pelaksanaan

c. mencari literature
d. melakukan
konsultasi dengan
PN dan KaRu
e. menyosialisasikan
komunikasi
terapeutik bersama
KaRu dan PN

2 Belum Roleplay Tenaga 70% perawat Kepala Ruang, 4-8 Januari


optimalnya kesehatan yang PJ Pelayanan, 2016
penerapan a. Melakukan ada di ruangan Kepala Bidang
metode primer koordinasi dengan Keperawatan,
modifikasi KaRu, PN dan AN PPI.
seperti operan b. mengumpulkan
jaga, meeting materi dari KaRu
morning, pre dan PN
conferencekuran c. mencari literature
g sesuai dengan d. melakukan
prosedur konsultasi dengan
PN dan KaRu
e. menyosialisasikan
SAK bersama KaRu
dan PN

3 Belum Sosialisasi materi Koordinasi dengan Perawat yang Pelaksanaan Kepala Ruang 4-8 Januari
Sasaran/ Waktu
No Masalah Pokok kegiatan Uraian kegiatan Target Yang terlibat PJ
Tujuan pelaksanaan

optimalnya IPSG pada KaRu, PN, dan AN ada diruangan IPSG 2016
Pasien Safety perawat Ruang mencapai 95%
seperti Dahlia Primary nurse
penggunaangela
ngbagisemuapas
iendanpencatata Assosiate nurse
n jam
pemberianinfus

4 Belum Penilaiandokume a.melakukankoordinasid Mutu Pelaksanaanm Karu 4-8


dilakukannya nsesuaistandar engankomitekeperawata pelayanan ututercapai PN Januari
kembali audit ndankepalaruang keperawatan 70% AN 2016
keperawatan
b.
mengumpulkanmaterida
rikomitekeperawatanda
nkepalaruang
c.
melakukanstudiliteratur
e
d.
melakukanpenilaiandok
umenkeperawatan
e.
melakukankonsultaside
ngankomitedankepalaru
ang
Sasaran/ Waktu
No Masalah Pokok kegiatan Uraian kegiatan Target Yang terlibat PJ
Tujuan pelaksanaan

5 Belum Pengadaan alat a. melakukan Tercatat sebagai Terdapat Kepala Ruang 4-8 Januari
optimalnya bantu koordinasi dengan inventaris (media media bantu dan perawat 2016
pemberian kepala ruang atau informasi)
orientasidaninfo perawat lainnya
rmasi pasien b. menyiapkan materi
baru terkait pemberian
sertadischarge informasi pasien
planning baru
c. membuat media
bantu terkait
penerimaan dan
orientasi pasien baru
yang sesuai dan
dibutuhkan oleh
ruangan
6 Belum a. optimalisasi pre a. a. CI di ruang a.Pre dan post a. Ners muda 4-8
dilaksanakannya conference dan 1) Koordinasi dengan Dahlia conference b. CI Januari
bimbingan PKK dilakukannya karu dan CI 3melaksanak dilakukan 2016
sesuai dengan post conference 2) Membuat pedoman an pre dan setiap hari.
teori dan rutin b. optimalisasi pelaksanaan pre post b. Bed
antara lain bed side dan post conference conference side teaching
belum teaching 3) Sosialisasi b. CI di ruang dilakukan
dilaksanakannya c. pembuatan pedoman Melati 1 & 3 minimal 1
pretest dan buku pelaksanaan pre melaksanaka kali selama
posttest, bimbingan dan post conference n bed side periode
bedside PKK 4) Roleplay teaching mahasiswa
teaching. Belum d. menyiapkan pelaksanaan pre c. Terdapatnya praktek
optimalnya soal pretest dan dan post conference buku c. terdapat
mutu bimbingan post test 5) Mendampingi bimbingan buku
Sasaran/ Waktu
No Masalah Pokok kegiatan Uraian kegiatan Target Yang terlibat PJ
Tujuan pelaksanaan

PKK dan tidak pelaksanaan pre PKK bimbingan


ada bukti dan post conference d. Dilaksanakan PKK
bimbingan PKK 6) Merefleksi nya pretest
pelaksanaan dan posttest d.
pelaksanaan pre disususunnya
dan post conference soal pretest
bersama karu dan dan post test
CI
b.
1) Koordinasi dengan
karu dan CI
2) Membuat pedoman
pelaksanaan bed
side teaching
3) Sosialisasi
pedoman
pelaksanaan bed
side teaching
4) Roleplay
pelaksanaan bed
side teaching
5) Mendampingi
pelaksanaan bed
side teaching
6) Merefleksi
pelaksanaan bed
side teaching
bersama karu dan
CI
Sasaran/ Waktu
No Masalah Pokok kegiatan Uraian kegiatan Target Yang terlibat PJ
Tujuan pelaksanaan

c.
1)
Koordinasidengankarud
an CI
2)membuatbukubimbin
gan PKK
3)
sosialisasicarapengisian
bukubimbingan PKK.

d.
1)Koordinasidengan CI
2) menyiapkansoal pre
dan post test
3)koordinasipelaksanaa
n pretest dan post test
4) Evaluasi pelaksanaan
evaluasi kompetensi
mahasiswa:

Pre test
Post test

Tabel Planning of Action


Sasaran/ Waktu
No Masalah Pokok kegiatan Uraian kegiatan Target Yang terlibat PJ
Tujuan pelaksanaan

OUTPUT

1. Belum e. optimalisasi pre b. e. CI di ruang c.Ronde c. Ners muda 4 Agustus 9


optimalnya conference post 7) Koordinasi Dahlia 3 keperawatan d. CI Agustus
pelaksanaan conference dengan karu dan melaksanaka dilakukan e. Pembimbing
bimbingan f. dilakukannya CI n ronde minimal 1 akademik
PKK: ronde 8) Membuat keperawatan kali selama
a. belum keperawatan pedoman f. CI di ruang mahasiswa
optimalnya g. optimalisasi bed pelaksanaan pre Dahlia 3 praktek
pre side teaching dan post melaksanaka d. Pre dan
conference h. pembuatan buku conference n pre dan post post
dan post 9) Sosialisasi conference conference
bimbingan PKK
conference. pedoman g. CI di ruang dilakukan
i. menyiapkan soal
b. belum pelaksanaan pre Dahlia 3 setiap hari.
pretest dan post
dilakukan dan post melaksanaka e.Bed side
test
ronde conference n bed side teaching
keperawatan 10) Roleplay teaching dilakukan
. pelaksanaan pre h. Terdapatnya minimal 1
c. belum dan post buku kali selama
optimalnya conference bimbingan periode
dilakukan 11) Mendampingi PKK mahasiswa
bed side pelaksanaan pre i. Dilaksanakan praktek
teaching. dan post nya pretest f. terdapat
d. belum conference dan posttest buku
terdapat 12) Merefleksi
bimbingan
rekapan pelaksanaan pre
PKK
Sasaran/ Waktu
No Masalah Pokok kegiatan Uraian kegiatan Target Yang terlibat PJ
Tujuan pelaksanaan

hasil dan post g. disusun


bimbingan conference nya soal
PKK. bersama karu dan pretest dan
e. belum CI post test
dilakukanny b.
a pretest dan
post test. 1) Koordinasi
dengan karu dan
CI
2) Membuat
pedoman
pelaksanaan ronde
keperawatan
3) Sosialisasi
pedoman ronde
keperawatan
4) Roleplay ronde
keperawatan
5) Mendampingi
pelaksanaan ronde
keperawatan
6) Merefleksi
pelaksanaan ronde
keperawatan
bersama karu dan
CI
Sasaran/ Waktu
No Masalah Pokok kegiatan Uraian kegiatan Target Yang terlibat PJ
Tujuan pelaksanaan

c.
7) Koordinasi
dengan karu dan
CI
8) Membuat
pedoman
pelaksanaan bed
side teaching
9) Sosialisasi
pedoman
pelaksanaan bed
side teaching
10) Roleplay
pelaksanaan bed
side teaching
11) Mendampingi
pelaksanaan bed
side teaching
12) Merefleksi
pelaksanaan bed
side teaching
bersama karu dan
CI
d.
1) Koordinasi
dengan karu dan
Sasaran/ Waktu
No Masalah Pokok kegiatan Uraian kegiatan Target Yang terlibat PJ
Tujuan pelaksanaan

CI
2) Membuat buku
bimbingan PKK
3) Sosialisasi cara
pengisian buku
bimbingan PKK.

e.
1) Koordinasi
dengan CI dan
pembimbing
akademik
2) Menyiapkan soal
pre dan post test
3) Koordinasi
pelaksanaan
pretest dan post
test
4) Evaluasi
pelaksanaan
evaluasi
kompetensi
mahasiswa:
Pre test
Sasaran/ Waktu
No Masalah Pokok kegiatan Uraian kegiatan Target Yang terlibat PJ
Tujuan pelaksanaan

Post test
BAB IV

PELAKSANAAN DAN EVALUASI

A. Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik dan Pembaharuan Lembar Balik Informasi


Pasien Baru

1. Pelaksanaan
a. Langkah-langkah Kegiatan
Tabel 75. Pembaharuan pedoman informasi pasien baru
No Kegiatan Pelaksana Sasaran Tujuan Waktu Tempat
A. PERSIAPAN
1 Koordinasi Ners Muda Karu, Menentukan 28-30 Ruang
dengan karu dokumen masalah Desemb DAHLIA 3
DAHLIA 3 terkait er 2015 RSUP Dr.
dan Bidang Sardjito
Keperawatan
serta PN
Dahlia 3
2 Presentasi Ners Muda Kepala Mempresentasika 31 Ruang
hasil Bidang n hasil pengkajian Desemb pertemuan
pengkajian Keperawatan, dan temuan er 2015 IRNA 1
Ketua komite masalah RSUP Dr.
keperawatan, Sardjito
PPI, ketua
KFK PD,
Karu, PN, AN
3 Koordinasi KaRu, PN, Materi-materi Mengklarifikasi 4-5 Ruang DAHLIA
dengan Ka Ru Ners Muda yang kebutuhan Januari 3
dan PN dan dibutuhkan ruangan akan 2016
melihat dalam pelaksanaan
kembali Pedoman pemberian
pelaksanaan pemberian informasi pasien
pemberian informasi baru
informasi pasien baru
pasien baru.
4 Mencari Ners Muda Materi-materi Mendapatkan 4-5 Ruang DAHLIA
literatur yang sumber yang Januari 3
dibutuhkan tepat dalam 2016
dalam menyusun isi
pembuatan media pemberian
Pedoman informasi pasien
pemberian baru
informasi
pasien baru
B. PELAKSANAAN
1 Membuat Ners Buku Adanya draft 7-9 Ruang
pedoman Muda, pedoman media pemberian Januari DAHLIA 3
informasi pasien KaRu, pemberian informasi pasien 2016
baru sesuai PN informasi baru
kebijakan terbaru pasien baru
berupa lembar
balik.
2 Konsultasi hasil Ners Kepala Mendiskusikan 7-9 Ruang
media pemberian Muda Ruang, PN, hasil pembuatan Januari DAHLIA 3
informasi pasien PJTJ, draft media 2016
baru Pembimbing pemberian
informasi pasien
baru
3. Revisi hasil Ners Media Tersedianya 11-12 Ruang
konsultasi Muda pemberian media yang Januari DAHLIA 3
pedoman informasi digunakan untuk 2016
pemberian pasien baru menyampaikan
informasi pasien informasi pasien
baru baru
4. Pembuatan media Ners Media Tersedia media 11-12 Ruang
informasi pasien Muda pemberian informasi pasien Januari DAHLIA 3
baru dalam bentuk informasi baru dalam 2016
lembar balik pasien baru bentuk lembar
berupa lembar balik
balik
5. Sosialisasi lembar Ners Karu, PN, AN Mengoptimalkan 14 Ruang
balik muda pelaksanaan Januari DAHLIA 3
pemberian 2016
informasi pasien
baru
C. EVALUASI
1 Evaluasi Ners Muda Karu, Ners Digunakannya 14 DAHLIA 3
penggunaan Muda pedoman Januari RSUP
pedoman informasi pasien 2016 Dr. Sardjito
informasi baru
pasien baru
2 Presentasi Ners Muda Kepala Mempresentasika Ruang
hasil Bidang n hasil pertemuan
implementasi Keperawatan, pelaksanaan Dahlia 2
Ketua komite RSUP
keperawatan, Dr. Sardjito
PPI, ketua
KFK PD,
Karu, PN, AN

Tabel 76. Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik


No Kegiatan Pelaksana Sasaran Tujuan Waktu Tempat
A. PERSIAPAN
1 Koordinasi Ners Karu, Menentukan 28-30 Ruang
dengan karu Muda dokumen masalah Desemb DAHLIA 3
DAHLIA 3 terkait er 2015 RSUP Dr.
dan Bidang Sardjito
Keperawatan,
serta PN
Dahlia 3
2 Presentasi Ners Kepala Mempresentasika 31 Ruang
hasil Muda Bidang n hasil pengkajian Desemb pertemuan
pengkajian Keperawatan, dan temuan er 2015 Ruang
Ketua komite masalah DAHLIA 3
keperawatan, RSUP Dr.
PPI, ketua Sardjito
KFK PD,
Karu, PN, AN
3 Koordinasi KaRu, Hal-hal yang Mengklarifikasi 4-5 Ruang DAHLIA
dengan Ka Ru PN, Ners harus pelaksanaan Januari 3
dan PN untuk Muda ditekankan komunikasi 2016
pentingnya dalam terapeutik
pengoptimalan komunikasi
pelaksanaan terapeutik
komunikasi
terapeutik
pada pasien
4 Mencari Ners Materi Mendapatkan 4-5 Ruang DAHLIA
literatur Muda komunikasi referensi tahap- Januari 3
terapeutik tahap pelaksanaan 2016
komunikasi
terapeutik
B. PELAKSANAAN
1 Mensosialisasi Ners Perawat ruang Evaluasi dan 5-6 Ruang
kan komponen Muda, Dahlia 3 klarifikasi Januari DAHLIA 3
komunikasi KaRu, pelaksanaan 2016
terapuetik PN komunikasi
yang belum terapeutik
optimal
2 Membuat Ners Komunikasi Memiliki materi 7 Ruang
materi tentang Muda, terapeutik pentingnya Januari DAHLIA 3
komunikasi KaRu, komunikasi 2016
terapeutik PN terapeutik pada
pasien

3 Sosialisasi Ners Perawat ruang Pemahaman 8 Ruang


pentingnya Muda Dahlia 3 pentingnya Januari DAHLIA 3
komunikasi komunikasi 2016
terapeutik pada terapeutik
pasien
4. Observasi Ners Perawat ruang Mengoptimalkan 9-12 Ruang
pelaksanaan Muda Dahlia 3 pelaksanaan Januari DAHLIA 3
komunikasi komunikasi 2016
terapeutik pada terapeutik pada
pasien pasien
a. EVALUASI
1 Evaluasi Ners Karu, Ners Dilaksanakannya 13 DAHLIA 3
Pelaksanaan Muda Muda komunikasi Januari Dr. Sardjito
komunikasi terapeutik 2016
terapeutik
2 Presentasi Ners Kepala Mempresentasika Ruang
hasil Muda Bidang n hasil pertemuan
implementasi Keperawatan, pelaksanaan DAHLIA 3
Ketua komite Dr. Sardjito
keperawatan,
PPI, ketua
KFK Anak,
Karu, PN, AN

b. Jadwal Kegiatan
Tabel 77. Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik dan Pembaharuan Pedoman
Informasi Pasien Baru

No Kegiatan Pelaksanaan Desember 2015-Januari 2016


28-30 31 4-5 6 7 8-9 10-12 14 15
A. B. PERSIAPAN
1 Koordinasi X
dengan karu dan

PN Dahlia 3
2 Presentasi hasil X
pengkajian

3 Koordinasi X
dengan Ka Ru

dan PN serta
Bagian
Keperawatan
4 Mencari literatur X

B. PELAKSANAAN
1 Membuat X X
pedoman

informasi pasien
baru sesuai
kebijakan terbaru
2 Mensosialisasika X
n komponen

komunikasi
terapuetik yang
belum optimal
3 Konsultasi hasil X X
media pemberian

informasi pasien
baru
4. Membuat materi X
tentang

komunikasi
terapeutik
5. Revisi hasil X
konsultasi

pedoman
pemberian
informasi pasien
baru
6. Sosialisasi X
pentingnya

komunikasi
terapeutik pada
pasien
7. Pembuatan media X
informasi pasien

baru dalam bentuk
lembar balik
8. Observasi X X
pelaksanaan

komunikasi
terapeutik pada
pasien
9 Sosialisasi lembar X
balik

C. EVALUASI
1 Evaluasi X X
pelaksanaan

komunikasi
terapeutik dan
pedoman
informasi pasien
baru
2 Presentasi hasil X
implementasi

Keterangan :
X = perencanaan
= pelaksanaan
c. Anggaran Biaya
Tabel 78. Anggaran Biaya Upaya Optimalisasi Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik dan
Pembaharuan Pedoman Informasi Pasien Baru di Dahlia 3 RSUP DR Sardjito

No Kebutuhan Rencana biaya Realisasi biaya


1 Print dan laminasi lembar pedoman Rp 170.000,00 Rp 200.000,00
pasien baru
2 Jilid spiral Rp 30.000,00 Rp 29.000,00
3 Print Checklist Komunikasi Rp 3.000,00 Rp 1.500,00
Terapeutik
JUMLAH Rp 203.000,00 Rp 230.500,00

2. Evaluasi
a. Ketentuan Evaluasi
Tabel 79. Evaluasi Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik di Ruang Dahlia 3 RSUP Dr. Sardjito

No Komponen Evaluasi Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik


1. Hal yang dievaluasi Terlaksananya Komunikasi Terapeutik pada pasien di
Ruang Dahlia 3 RSUP DR Sardjito
2. Subyek evaluasi Perawat Dahlia 3 RSUP DR Sardjito
3. Evaluator Kepala Ruang, Ners Muda
4. Sampel 8 orang perawat Ruang Dahlia 3
5 Metode evaluasi Observasi
6 Waktu evaluasi 9-12 Januari 2016
8 Tempat evaluasi Ruang Dahlia 3
9 Kriteria evaluasi 100% terlaksana

Tabel 80. Evaluasi Pedoman Informasi Pasien Baru di Ruang Dahlia 3 RSUP DR Sardjito

No Komponen Evaluasi Pedoman Informasi Pasien Baru


1. Hal yang dievaluasi Tersedianya Lembar pedoman Informasi Pasien Baru
Terbaru
2. Subyek evaluasi Ruang Dahlia 3 RSUP DR Sardjito
3. Evaluator Kepala Ruang, Bidang Keperawatan, dan Ners Muda
4. Sampel Lembar Pedoman Informasi Pasien Baru
5 Metode evaluasi Observasi
6 Waktu evaluasi 13-14 Januari 2016
8 Tempat evaluasi Ruang Dahlia 3
9 Kriteria evaluasi 100% terlaksana

b. Hasil Evaluasi

Tabel 81. Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik di Ruang DAHLIA 3RSUP DR.


Sardjito
Tanggal 9-12 Januari 2016 (n=8)
No Komponen Pelaksanaan
Sebelum Sesudah
Ya Tidak Ya Tidak
N % N % N % N %
A. PRE INTERAKSI
1. Mengumpulkan data tentang klien 6 100 0 0 8 100 0 0
2. Menyiapkan alat 6 100 0 0 8 100 0 0
Membuat rencana pertemuan dengan 8 100 0 0
3. 6 100 0 0
klien/keluarga klien
B. FASE ORIENTASI
Memberi salam dan tersenyum pada 8 100 0 0
1. 6 100 0 0
klien/keluarga klien
Melakukan validasi (kognitif, 8 100 0 0
2. psikomotor, afektif, biasanya pada 2 33,3 4 66,7
pertemuan lanjutan)
3. Memperkenalkan nama perawat 4 66,7 2 33,3 7 87,5 1 12,5
Menanyakan nama panggilan kesukaan 7 87,5 1
4. 2 33,3 4 66,7 12,5
klien/keluarga klien
5. Menjelaskan tanggung jawab perawat 3 50 3 50 8 100 0 0
6. Menjelaskan peran perawat 5 83,3 1 16,7 8 100 0 0
Memberitahukan kegiatan yang akan 8 100 0 0
7. 6 100 0 0
dilakukan
8. Menjelaskan tujuan kegiatan 6 100 0 0 8 100 0 0
Menjelaskan waktu yang dibutuhkan 7 1
9. 3 50 3 50 12,5
untuk kegiatan
10. Menyatakan kerahasiaan 1 20 5 83,3 8 100 0 0
C. FASE KERJA
Memberi kesempatan pada 7 87,5 1 `12,
1. 4 66,7 2 33,3
klien/keluarga klien bertanya 5
Menanyakan keluhan klien /keluarga 8 100 0 0
2. klien yang mungkin berkaitan dengan 5 83,3 1 16,7
kelancaran pelaksanaan kegiatan
Memulai kegiatan dengan cara yang 8 100 0 0
3. 6 100 0 0
baik
Melaksanakan kegiatan cara dengan 8 100 0 0
4. 6 100 0 0
baik
D. FASE TERMINASI
Menyimpulkan hasil kegiatan: evaluasi 8 100 0 0
1. 6 100 0 0
proses dan evaluasi hasil
2. Memberikan reinforcement positif 5 83,3 1 16,7 7 87,5 1 12,5
Merencanakan tindak lanjut dengan 8 100 0 0
3. 3 50 3 50
klien/keluarga klien
DIMENSI RESPON (RESPON
E.
NONVERBAL)
1. Berhadapan 6 100 0 0 8 100 0 0
2. Mempertahankan kontak mata 4 66,7 2 33,3 8 100 0 0
3. Tersenyum pada saat yang tepat 6 100 0 0 8 100 0 0
4. Mempertahankan sikap terbuka 5 83,3 1 16,7 8 100 0 0
Jumlah 112 32 187 5
Persentase 77,8 22,2 97,4 2,6
% % %
Sumber: Data Observasi Mahasiswa PSIK FK UGM, 2015

Tabel 82. Evaluasi Lembar Pedoman Informasi Pasien Baru


di Ruang Dahlia 3 RSUP DR Sardjito
No Komponen Hasil evaluasi
Sebelum Sesudah
1 Lembar pedoman Pedoman Informasi Lembar pedoman
informasi pasien baru
Pasien Baru belum informasi pasien baru
diperbaharui sudah diperbaharui
sesuai dengan peraturan
dan kebijakan terbaru.
50% 100%

Kesimpulan: Terlaksana 90%

3. Analisis dan Pembahasan


Upaya melengkapi inventaris Dahlia 3 sudah terlaksana yaitu pembaharuan lembar
pedoman informasi pasien baru. Informasi yang terdapat dilembar tersebut sudah sesuai
dengan peraturan dan kebijakan RSUP Dr. Sardjito yang terbaru. Evaluasi lembar
pedomaan informasi pasien baru menunjukan bahwa pedoman informasi pasien baru telah
terperbaharui sehingga penilaian meningkat dari 50% menjadi 100%. Ketersediaan
dokumentasi keperawatan tersebut dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan di
RS Dr. Sardjito khususnya ruang Dahlia.
Upaya pengoptimalan pelaksanaan komunikasi terapeutik sudah terlaksana. Perawat
sudah melaksanakan komunikasi terapeutik secara optimal sesuai kriteria komunikasi
terapeutik. Evaluasi pelaksanaan komunikasi terapeutik menunjukan bahwa telah optimal
sehingga penilaian meningkat dari 77,8% menjadi 98%. Pelaksanaan komunikasi
terapeutik dapat menjadi salah satu cara membuat pasien puas dan nyaman sehingga dapat
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan di RS Dr. Sardjito khususnya ruang IMC I.

4. Faktor pendukung dan kendala


a. Pendukung
1. Adanya dukungan dan kerjasama yang baik dari Kepala Ruang, Perawat dan
seluruh PJ Pelayanan serta Bagian Keperawatan RSUP DR Sardjito
2. Pencarian literatur mengenai materi informasi mudah didapat
b. Kendala
1. Tidak ada kendala yang berarti selama pelaksanaan, hanya saja kesulitan membagi
waktu dalam menyelesaikan tugas yang lain sehingga fokus dalam pelaksanaan
terbagi-bagi
2. Pencarian tempat percetakan untuk membuat lembar balik informasi pasien baru

5. Kesinambungan
Kepala ruang Dahlia 3 akan menerima hasil evaluasi pelaksanaan komunikasi
terapeutik dan lembar pedoman informasi pasien baru yang telah dibuat oleh ners muda
untuk dengan segera dapat digunakan dalam meningkatkan mutu pelayanan RS. Selain itu
ners muda memberikan softfile mengenai lembar pedoman informasi pasien baru sehingga
kedepannya dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam pembaharuan di ruang Dahlia 3.
6. Refleksi Kepemimpinan
Ners muda menggunakan gaya kepemimpinan demokratis dan dengan mengutamakan
kerjasama serta komunikasi dengan pihak terkait, utamanya dalam hal ini, kepala ruang,
PN, Bagian Keperawatan, perawat, dan teman sekelompok. Ners muda juga dituntut
untuk dapat membagi waktu dengan baik untuk menyelesaikan tugas yang telah menjadi
tanggung jawab. Selain menyelesaikan tugas individu, tiap ners muda juga harus
membantu pelaksanaan tugas kelompok serta tugas anggota lain, untuk saling
meringankan dan agar tujuan selesainya tugas dapat tercapai dengan baik dan optimal.
Dalam pelaksanaan pembaharuan lembar balik dan pelaksanaan komunikasi
terapeutik, ners muda menjadi penanggung jawab dan kemudian membagi tugas kepada
anggota lain untuk bersama-sama menyelesaikan tugas tersebut. Pembagian tugas
dilakukan agar penyelesaiannya lebih cepat dan efektif, untuk menambah kedekatan antar
anggota kelompok dan berbagi cerita mengenai kemajuan dan kondisi tugas yang
diserahkan kepada masing-masing anggota kelompok. Selebihnya tidak ada pembagian
tugas yang dilakukan oleh ners muda, karena tugas lain dinilai mampu untuk diselesaikan
secara mandiri. Ners muda juga mempertimbangkan adanya masukan, saran, ide dari
teman sekelompok dan dari pihak Kepala Ruang, PN, Bagian Keperawatan, dan perawat
untuk mengoptimalisasi upaya pelaksanaan yang telah dilakukan. Upaya kesinambungan
yang dilakukan, salah satunya dengan menjalin hubungan saling percaya dengan karyawan
Dahlia 3.

B. Upaya Optimalisasi Metode Primer Modifikasi


1. Pelaksanaan
1. Langkah-langkah Kegiatan
Berdasarkan permasalahan yang telah ditemukan maka akan dilakukan upaya untuk
optimalisasi pelaksanaan Metode Primer Modifikasi (MPM), optimalisasi meeting
morning, pre conference, pelaksanaan operan jaga, post conference. Adapun langkah-
langkah kegiatan yang dilakukan terangkum dalam tabel di bawah ini.
Tabel 83. Langkah Kegiatan Optimalisasi Pelaksanaan MPM
di Ruang Dahlia 3 RSUP Dr. Sardjito 9-12 Januari 2016
No. Kegiatan Pelaksana Sasaran Tujuan Waktu Tempat
PERSIAPAN
1. Konsultasi Ners Pembimbing Mendapatkan PSIK
dengan muda Akademik masukan terkait FK
pembimbing upaya UGM
akademik optimalisasi
pelaksanaan
MPM
2. Koordinasi Ners KaRu dan Mendiskusikan 48 Ruang
dengan KaRu muda PN Ruang terkait hasil Januari Dahlia
dan PN Ruang Dahlia 3 observasi 2016 3
Dahlia 3 pelaksanaan
MPM dan upaya
optimalisasi
MPM selanjutnya
3. Melakukan Ners Ners muda Persiapan lembar 5 Ruang
studi literatur muda checklist untuk Januari Dahlia
dan pendampingan 2016 3
menyiapkan pelaksanaan
instrumen MPM dan
terkait persiapan role
pelaksanaan play MPM
MPM
4. Sosialisasi Ners KaRu, PN, Mensosialisasikan 8 Nurse
pelaksanaan muda AN Ruang adanya Januari Station
MPM Dahlia 3 pendampingan 2016 Ruang
pelaksanaan Dahlia
MPM selama 6 3
hari sehingga
semua perawat
memiliki
persiapan
pelaksanaan
MPM secara
optimal
PELAKSANAAN
1. Pendampingan Ners Karu, PN, Memantau 9 13 Ruang
dan observasi muda AN Dahlia 3 pelaksanaan Januari Dahlia
pelaksanaan MPM setelah 2016 3
meeting adanya evaluasi
morning, pelaksanaan
operan jaga, MPM
pre sebelumnya
conference,
post
No. Kegiatan Pelaksana Sasaran Tujuan Waktu Tempat
conference di
Januari 2016
2. Observasi Ners KaRu, PN, Melakukan 9 13 Ruang
pelaksanaan muda AN Dahlia 3 penilaian Januari Dahlia
tugas KaRu, optimalisasi 2016 3
PN, AN di pelaksanaan
Dahlia 3 peran dalam
MPM setelah
evaluasi hasil
pengkajian
sebelumnya
EVALUASI
1. Diskusi Ners Karu dan Tercapainya 13 Ruang
tentang muda PN Dahlia 3 kualitas Januari Dahlia
pelaksanaan pelaksanaan 2016 3
MPM operan MPM sebesar
jaga, meeting 96.66%
morning, pre Mengevaluasi
conference, perubahan
post pelaksanaan
conference di MPM
Dahlia 3
2. Evaluasi Ners KaRu, PN, Mengetahui 13 Ruang
pelaksanaan muda AN Dahlia 3 pencapaian Januari Dahlia
MPM sebelum optimalisasi 2016 3
dan setelah pelaksanaan
pendampingan MPM

2. Jadwal Kegiatan
Jadwal kegiatan optimalisasi pelaksanaan MPM khususnya pelaksanaan meeting
morning, operan, pre-post conference, penerimaan dan orientasi pasien baru, serta observasi
pelaksanaan tugas KaRu, PN, dan AN dapat dijelaskan dengan tabel berikut:
Tabel 84. Jadwal Kegiatan Optimalisasi Pelaksanaan MPM
di Ruang Dahlia 3 IRNA I RSUP Dr. Sardjito Januari 2016
Pelaksanaan (4 13 Januari 2016)
No Kegiatan 1
4 5 6 7 8 9 11 13
2
PERSIAPAN
1 Konsultasi dengan pembimbing X X
akademik
2 Koordinasi dengan PN & KaRu X X X
Dahlia 3
3 Sosialisasi pelaksanaan MPM X

4 Menyiapkan instrumen terkait X
pelaksanaan MPM
Pelaksanaan (4 13 Januari 2016)
No Kegiatan 1
4 5 6 7 8 9 11 13
2
5 Menyiapkan role play pelaksanaan X
MPM (pre conference dan post
conference)
PELAKSANAAN
1 Pendampingan dan observasi X X X X
pelaksanaan operan jaga, meeting
morning, pre conference, post
conference di Dahlia 3
2 Observasi pelaksanaan tugas KaRu, X X X X
PN, AN di Dahlia 3
EVALUASI
1 Diskusi tentang pelaksanaan MPM X
operan jaga, meeting morning, pre
conference, post conference,
penerimaan dan orientasi pasien baru
di Ruang Dahlia 3
2 Evaluasi pelaksanaan MPM sebelum X
dan setelah pendampingan
Keterangan: X = rencana, =pelaksanaan

2. Evaluasi

a. KETENTUAN EVALUASI OPTIMALISASI PELAKSANAAN MPM


Ketentuan evaluasi optimalisasi pelaksanaan MPM meliputi beberapa komponen
evaluasi yang dijelaskan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 85. Ketentuan Evaluasi Optimalisasi Pelaksanaan MPM
di Ruang Dahlia 3RSUP Dr. Sardjito Juli 2015
Komponen
No Pelaksanaan MPM
Evaluasi
1. Hal yang dievaluasi Pelaksanaan meeting morning, operan jaga, Pre
Conference, Post conference, penerimaan dan
orientasi pasien baru, tugas KaRu, tugas PN, tugas
AN, discharge planning
2. Sasaran evaluasi Kepala ruang, PN dan AN
3. Evaluator Ners muda dan perawat ruang Januari 2016
4. Instrumen evaluasi Instrumen MPM yang meliputi: operan jaga,
meeting morning, Pre Conference, Post conference,
tugas KaRu, tugas PN, tugas AN, informasi pasien
baru, discharge planning
5. Sampel 1 Karu, 1 PN, dan 4 AN
6. Metode evaluasi Observasi dan wawancara
Komponen
No Pelaksanaan MPM
Evaluasi
7. Waktu 11 Januari 13 Januari 2016
8. Tempat Ruang Dahlia 3
9. Kriteria Pelaksanaan MPM baik
keberhasilan
Sumber: Data Primer, Januari 2016

Kriteria hasil penilaian pelaksanaan MPM menggunakan rentang nilai persentase


berdasarkan Arikunto (2002) sebagai berikut:
1) Kategori baik : 76-100%
2) Kategori cukup : 56-75%
3) Kategori kurang : 40-55%
4) Kategori tidak baik : <40%

b. Anggaran Kegiatan
Tabel 86. Anggaran biaya pelaksanaan MPM (Metode Primer Modifikasi)

No Kebutuhan Rencana Biaya Realisasi biaya


1. Kertas dan Print Rp 10.000 Rp.5.000
Jumlah Rp 10.000 Rp.5.000

c. Hasil evaluasi
Hasil evaluasi pelaksanaan MPM dilakukan dengan cara observasi langsung maupun
wawancara. Observasi pelaksanaan MPM dilakukan selama empat hari di Ruang Dahlia 3
dengan menggunakan instrumen pelaksanaan MPM. Observasi dilaksanakan pada tanggal 9
Januari 13 Januari 2016. Hasil evaluasi pelaksanaan MPM khususnya untuk pelaksanaan
meeting morning, operan, pre-post conference, penerimaan dan orientasi pasien baru, tugas
karu, tugas PN, tugas AN tersebut selanjutnya dibandingkan dengan data hasil pengkajian
tanggal 9-13 Januari 2016 yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 87. Hasil Evaluasi Pelaksanaan Tugas Kepala


di Ruang Dahlia 3 Dr. Sardjito Yogyakarta Januari 2016
Observasi
Sesudah
No Variabel yang Dinilai Sebelum
(f=4)
Ya Tdk Ya Tdk
1. Membagi staf ke dalam grup MPM sesuai dengan 4
Observasi
Sesudah
No Variabel yang Dinilai Sebelum
(f=4)
Ya Tdk Ya Tdk
kemampuan dan beban kerja
2. Membuat jadwal dinas koordinasi dengan PN 4
Menyiapkan materi tentang permasalahan pasien dan
3. ruangan yang ada pada hari tersebut termasuk laporan 4
permasalahan dinas malam
Kepala Ruang melakukan meeting morning untuk
4. menindaklanjuti masalah yang ada yang diawali dan 4
diakhiri dengan doa
Membagi pasien ke dalam grup MPM sesuai dengan
5. 4
kemampuan dan beban kerja
Memfasilitasi dan mendukung kelancaran tugas PN dan
6. 4
AN
Melakukan supervisi dan memberi motivasi seluruh staf
7.
keperawatan untuk mencapai kinerja yang optimal
Memberikan reinforcement positif kepada semua staf
8. termasuk pada saat mengakhiri meeting morning kepada 4
dinas malam dan dinas pagi
Melakukan upaya peningkatan mutu asuhan
9. keperawatan dengan melakukan evaluasi melalui angket 4
setiap pasien akan pulang
Mendelegasikan tugas kepada PPJR pada jaga sore,
10. 4
malam, libur
11. Berperan serta sebagai konsultan
Melakukan pengawasan kedisiplinan tugas staff melalui
12. 4
daftar hadir yang ada di ruang
Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan
13. 4
keluarga
14. Mengadakan CNE ( Continuing Nursing Education) 4
Jumlah 12 2 52 4
Total 85.71 % 92.85%
Sumber: Hasil Observasi Bulan Januari 2016

Tabel 88. Hasil Evaluasi Pelaksanaan Tugas PN


di Ruang Dahlia 3 IRNA I RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Januari 2016
Observasi
Sesudah
No Variabel Yang Dinilai Sebelum
(f=4)
Ya Tdk Ya Tdk
1. Bertugas pada pagi hari 4
2. Bersama AN menerima operan tugas jaga dari AN yang
4
tugas malam
3. Bersama AN melakukan konfirmasi/supervisi tentang 4
kondisi pasien segera setelah selesai operan tugas jaga
Observasi
Sesudah
No Variabel Yang Dinilai Sebelum
(f=4)
Ya Tdk Ya Tdk
malam
4. Bersama AN melakukan doa bersama sebagai awal dan
akhir tugas dilakukan setelah selesai operan tugas jaga 4
malam
5. Melakukan pre conference dengan semua AN yang ada
4
dalam grupnya setiap awal dinas pagi
6. Membagi tugas atau pasien kepada AN sesuai kemampuan
4
dan beban kerja
7. Melakukan pengkajian, menetapkan masalah atau
diagnosa dan perencanaan keperawatan kepada semua 4

pasien yang menjadi tanggung jawab ada bukti di rekam
keperawatan
8. Memonitor dan membimbing tugas AN 4
9. Membantu tugas AN untuk kelancaran pelaksanaan
4
asuhan pasien
10. Mengoreksi, merevisi, dan melengkapi catatan asuhan
keperawatan yang dilakukan oleh AN yang ada di bawah 4
tanggung jawabnya
11. Melakukan evaluasi hasil kepada setiap pasien sesuai
tujuan yang ada dalam perencanaan asuhan keperawatan 4
dan ada bukti dalam rekam keperawatan
12. Melaksanakan post conference pada setiap akhir dinas dan
menerima laporan akhir tugas jaga dari AN untuk 4
persiapan operan tugas jaga berikutnya
13. Mendampingi AN dalam operan tugas jaga kepada AN

yang tugas jaga berikutnya
14. Memperkenalkan AN yang ada dalam satu grup atau yang
akan merawat selama pasien dirawat atau kepada 4
pasien/keluarga baru
15. Mendelegasikan tugas kepada AN pada sore malam libur 4
16. Melaksanakan pendelegasian tugas PJ ruang bila pagi hari
4
tidak bertugas
17. Menyelenggarakan diskusi kasus dengan dokter dan tim
4
kesehatan lain setiap minggu
18. Menyelenggarakan diskusi kasus dalam pertemuan rutin
4
keperawatan di ruangan minimal sebulan sekali
19. Melakukan bimbingan klinik keperawatan kepada AN
minimal seminggu sekali (ronde keperawatan/ bed side 4
teaching)
20. Melaksanakan tugas lain sesuai uraian tugas 4
Jumlah 17 3 76 4
Total 85% 95%
Sumber: Hasil Observasi Bulan Januari 2016
Tabel 89. Hasil Evaluasi Pelaksanaan Tugas AN
di Ruang Dahlia 3 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Januari 2016
Observasi
Sesudah
Variabel Yang Dinilai Sebelum
(f=4)
Ya Tdk Ya Tdk
1. Melaksanakan operan tugas setiap awal dan akhir jaga
4
dari dan kepada AN yang ada dalam satu grup
2. Melakukan konfirmasi atau supervisi tentang kondisi
4
pasien segera setelah selesai operan setiap pasien
3. Melakukan doa bersama setiap awal dan akhir tugas
yang dilakukan setelah selesai serah terima operan 4
tugas jaga
4. Mengikuti pre conference yang dilakukan PN setiap
4
awal tugas
5. Melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien
yang menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti di 4
rekam keperawatan
6. Melakukan monitoring respon pasien dan ada bukti di
4
rekam keperawatan
7. Melakukan konsultasi tentang masalah 4

pasien/keluarga kepada PN
8. Membimbing dan melakukan pendidikan kesehatan
kepada pasien yang menjadi tanggung jawabnya dan 4
ada bukti di rekam keperawatan
9. Menerima keluhan pasien/keluarga dan berusaha
4
untuk mengatasinya
10. Melengkapi catatan asuhan keperawatan pada semua
4
pasien yang menjadi tanggung jawabnya
11. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada semua
4
pasien yang menjadi tanggung jawabnya
12. Mengikuti post conference yang diadakan oleh PN
pada setiap akhir tugas dan melaporkan kondisi dan 4

perkembangan semua pasien yang menjadi tanggung
jawabnya kepada PN
13. Bila tak ada PN wajib mengenalkan AN yang ada
dalam grup yang akan memberikan asuhan
4
keperawatan pada jaga berikutnya kepada pasien/
keluarga baru
14. Melaksanakan pendelegasian tugas PN pada sore
4
malam libur
15. Berkoordinasi dengan PPJR/dokter/tim kesehatan lain
4
bila ada masalah pasien pada sore malam libur
16. Mengikuti diskusi kasus dengan dokter/ tim kesehatan
4
lain setiap seminggu sekali
17. Mengikuti diskusi kasus dalam pertemuan rutin
4
keperawatan di ruangan
18. Melaksanakan tugas lain sesuai uraian tugas AN 4
Jumlah 15 3 68 4
Observasi
Sesudah
Variabel Yang Dinilai Sebelum
(f=4)
Ya Tdk Ya Tdk
Presentase 83.33 % 94.44%
Sumber: Hasil Observasi Bulan Januari 2016

Tabel 90. Hasil Evaluasi Pelaksanaan Meeting morning


di Ruang Dahlia 3 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Januari 2016
Observasi
Sesudah
No Variabel yang dinilai Sebelum
(f=4)
Ya Tdk Ya Tdk
1. KaRu menyiapkan tempat untuk melakukan meeting
4
morning
2 Didahului dengan berdoa 4
3. KaRu memberikan arahan kepada staf dengan materi
4
yang telah disiapkan sebelumnya
4. KaRu melakukan klarifikasi apa yang telah
4
disampaikan kepada staf
5. Memberikan kesempatan staf untuk mengungkapkan 4

permasalahan yang muncul di ruangan
6. Bersama-sama staf mendiskusikan pemecahan
4
masalah yang dapat ditempuh
7. KaRu memberi motivasi dan reinforcement kepada
4
staf
8. Meeting morning diikuti oleh seluruh staff 4
Jumlah 7 1 32 0
Prosentase 87,50% 100%
Sumber: Hasil observasi bulan Januari 2016

Tabel 91. Pelaksanaan Serah Terima Tugas Jaga (Operan)


di Ruang Dahlia 3 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Januari 2016
Observasi
Sesudah
No Variabel yang dinilai Sebelum
(f=4)
Ya Tdk Ya Tdk
1 Perawat pemberi operan menyiapkan tempat untuk operan 4
Perawat pemberi operan menyiapkan rekam medis yang
2 telah diisi dengan rekam keperawatan yang lengkap 4
sesuai shift jaga
Kepala ruang/PN/AN memimpin operan diawali doa
3 4
bersama
Perawat mengoperkan status kesehatan pasien dengan
4 4
cara membacakan rekam keperawatan
Perawat mengoperkan nama pasien, diagnose medis dan 4
5
masalah keperawatan
Observasi
Sesudah
No Variabel yang dinilai Sebelum
(f=4)
Ya Tdk Ya Tdk
Perawat mengoperkan tindakan keperawatan mandiri dan
6 kolaborasi yang telah dilakukan beserta hasil dan waktu 4
pelaksanaan

Perawat menyebutkan perkembangan/ kondisi fisik pasien


7 yang terjadi selama shift 4

Perawat menyebutkan rencana tindakan keperawatan


8 mandiri dan kolaborasi yang akan dilakukan dan waktu 4
pelaksanaan

Perawat penerima operan melakukan pengecekan


9 kelengkapan dokuman asuhan keperawatan 4

Perawat penerima operan mencatat hal-hal yang


10 dioperkan untuk setiap pasien dalam buku peran tugas 4

Perawat pemberi dan penerima operan melakukan


11 4
kunjungan pasien dalam rangka klarifikasi kan konfirmasi
Perawat yang mengoperkan menginformasikan kepada
12 4
pasien/ keluarga nama perawat shift berikutnya
Perawat penerima operan memberi salam kepada pasien/
13 keluarga serta mengenalkan diri dengan komunikasi yang 4
baik
Perawat pemberi dan penerima operan menandatangani
14 4
buku operan tugas
Pemberi dan penerima operan saling memberikan
15 4
reinforcement
16 Ka Ruang/PN/AN/ menutup operan dengan baik 4
Jumlah 16 64
Total 100% 100%
Sumber: Hasil observasi Bulan Januari 2016
Tabel 92. Pelaksanaan Pre Conference
di Ruang Dahlia 3 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Januari 2016
Observasi
Sesudah
No Variabel yang dinilai Sebelum
(f=4)
Ya Tdk Ya Tdk
1 PN menyiapkan ruangan/ tempat 4
PN menyiapkan rekam medik pasien yang menjadi
2 4
tanggung jawabnya
3 PN menjelaskan tujuan dilakukannya Pre Conference 4
4 PN memandu pelaksanaan Pre Conference 4
5 PN Menjelaskan masalah keperawatan pasien, 4
keperawatan dan rencana keperawatan yang menjadi
Observasi
Sesudah
No Variabel yang dinilai Sebelum
(f=4)
Ya Tdk Ya Tdk
tanggung jawabnya
PN membagi tugas kepada AN sesuai kemampuan yang
6 4
dimiliki dengan memperhatikan keseimbangan kerja
PN mendiskusikan cara dan strategi pelaksanaan asuhan
7 4
pasien/ tindakan
PN memotivasi untuk memberikan tanggapan dan
8 4
penyelesaian masalah yang sedang didiskusikan
PN mengklarifikasi kesiapan AN untuk melaksanakan
asuhan keperawatan kepada pasien yang menjadi tanggung
9 4
jawabnya

10PN memberikan reinforcement positif pada AN 4


11PN menyimpulkan hasil Pre Conference 4
Jumlah 9 2 44
Presentase 81.81% 100%
Sumber: Hasil observasi Bulan Januari 2016

Tabel 93. Hasil Evaluasi Pelaksanaan Post conference


di Ruang Dahlia 3 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Januari 2016
Observasi
No Variabel yang dinilai Sebelum Sesudah (f=4)
Ya Tdk Ya Tdk
1. Menyiapkan ruang/ tempat 4
2. Menyiapkan rekam medik pasien yang menjadi tanggung
4
jawabnya
3. Menjelaskan tujuan dilakukannya Post conference 4
4. PN menerima penjelasan dari PA tentang hasil tindakan
4
/hasil asuhan keperawatan yang telah dilakukan PA
5. Mendiskusikan masalah yang ditemukan dalam
4
memberikan askep pasien dan mencari upaya penyelesaian
masalahnya
6. Memberikan reinforcement pada AN 4
7. Menyimpulkan hasil Post conference 4
8. Mengklarifikasi pasien sebelum melakukan operan tugas
4
jaga berikutnya (melakukan ronde keperawatan)
Jumlah 6 2 28 1
Prosentase 75% 87.5%
Sumber: Hasil observasi Bulan Januari 2016
Tabel 94. Pelaksanaan Penerimaan dan Pemberian Orientasi Pasien Baru
di Ruang Dahlia 3 RSUP Dr. Sardjito Januari 2016
Setelah
Sebelum
(f=4)
No Kegiatan
Tida Ya Tidak
Ya
k
A. Pre Interaksi
1. Menyiapkan ruangan untuk pasien baru 4
2. Mengidentifikasi data pasien baru 4
3. Melaksanakan serah terima pasien baru 4
4. Mengantarkan pasien baru ke kamar pasien sesuai
4
kelas perawatan
B. Orientasi
1. Memberi salam dengan sopan dan
4
memperkenalkan diri pada keluarga
2. Menjelaskan tujuan orientasi pasien baru 4
C. Kerja
1. Memberitahukan kepada keluarga nama ruangan,
4
kamar dan kelas pasien dirawat
2. Mengenalkan dan menjelaskan cara penggunaan
fasilitas yang ada di ruangan (nursing call,
tempat tidur, almari meja pasien, kamar mandi 4
pasien, wastafel, tempat linen kotor, jemuran
handuk, dll sesuai fasilitas yang ada)
3. Menjelaskan prosedur pembuangan sampah:
Sampah non medis (ember dengan plastik
4
hitam)
Sampah medis (ember dengan plastik kuning)
4. Memberi tahu tempat jaga perawat (nurse station)
4
bila sewaktu-waktu memerlukan.
9. Mengklarifikasi kejelasan orientasi yang telah 4

diberikan
D. Terminasi
1. Menyimpulkan hasil kegiatan 4
2. Merencanakan tindak lanjut kepada pasien/
4
keluarga dan rencana pertemuan selanjutnya
3. Memberi reinforcement positif (terima kasih,
semoga lekas sembuh, dsb) dan mengakhiri 4
orientasi dengan salam
E Dokumentasi
1. Melakukan dokumentasi penerimaan dan orientasi
4
pasien baru di blangko rekam medik yang telah
tersedia
Jumlah 18 1 72 0
11/15 x 100% = 94.73% 100%
Sumber: Hasil observasi tanggal Januari 2016
Tabel 95. Pelaksanaan Penerimaan dan Pemberian Informasi Pasien Baru
di Ruang Dahlia 3 RSUP dr. Sardjito Januari 2016
Sesudah
Sebelum
No Kegiatan (f=4)
Ya Tidak Ya Tidak
A. Pre Interaksi
1 Mengumpulkan data pasien (nama, kelas, status: umum,
4
askes, jamkesmas, dll)
2 Menyiapkan tempat untuk memberikan informasi 4
3 Menyiapkan media (leaflet) dan blangko bukti pemberian
4
informasi pasien baru
B. Orientasi
1 Memberi salam dengan senyum 4
2 Memperkenalkan diri (nama dan peran perawat) 4
3 Mengajak pasien/ keluarga ke tempat yang telah disiapkan 4
4 Mempersilahkan pasien/ keluarga untuk duduk berhadapan
4
dengan perawat
5 Menanyakan nama panggilan kesukaan pasien/ keluarga 4
6 Menanyakan perasaan pasien/ keluarga 4
7 Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan 4
8 Menjelaskan tujuan kegiatan 4
9 Menjelaskan perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk
4
kegiatan pemberian informasi baru
C. Kerja
1 Memberikan kesempatan pasien/ keluarga untuk
4
mengklarifikasi informasi
2 Melakukan pemberian informasi baru, antara lain:
e. Menjelaskan materi informasi yang akan diberikan 4
f. Menjelaskan petugas yang akan merawat 4
g. Menjelaskan waktu konsultasi 4

h. Menjelaskan hak dan kewajiban pasien/ keluarga 4
e. Menjelaskan peraturan dan tata tertib 4
4) Tarif pelayanan 4
5) Tata tertib penunggu dan pengunjung
6) Pedoman administrasi pasien pulang/pindah
bangsal
- Pasien umum

- Pasien ASKES/ PNS
- Pasien Jamkesmas
- Pasien Astek/ Jamsostek
(4) Menjelaskan bahwa perkembangan kondisi dan
rencana perawatan pasien akan disampaikan oleh PN
setiap pagi atau sewaktu-waktu bila diperlukan
(5) Menjelaskan perencanaan perawatan lanjutan

(discharge planning)
Sesudah
Sebelum
No Kegiatan (f=4)
Ya Tidak Ya Tidak
(6) Menjelaskan fasilitas ruang rawat
3 Mengklarifikasi kejelasan pasien/ keluarga terhadap

informasi yang telah disampaikan
D. Terminasi
1 Menyimpulkan hasil kegiatan 4
2 Memberikan reinforcement positif pada pasien/ keluarga
(terima kasih atas kpercayaan dan kerjasamanya, semoga 4
lekas sembuh, dsb)
3 Merencanakan tindak lanjut kepada pasien/ keluarga dan
4
rencana pertemuan selanjutnya
4 Mengakhiri kegiatan dengan salam 4
E. Dokumentasi 4

1 Perawat dan pasien/ keluarga menandatangani bukti


pemberian informasi pasien baru pada blangko rekam 4
medik yang telah tersedia
29 2 124 4
Jumlah 29/31 x 100% 30/31 x 100%
= 93.54% = 96.87%
Sumber: Hasil observasi Januari 2016

Tabel 96. Pelaksanaan Perencanaan Pasien Pulang (Discharge Planning)


di Ruang Dahlia 3 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Januari 2016
N Kegiatan Sebelum Sesudah
o (f=4)
Ya Tdk Ya Tdk
A. Pre Interaksi
1. Mengidentifikasi data pasien (tingkat pendidikan dan pengetahuan
4
pasien/keluarga)
2. Mengidentifikasi kebutuhan perawatan lanjutan pasien di rumah 4
3. Membuat rencana interaksi 4
4. Menyiapkan tempat untuk memberikan discharge planning 4
5. Menyiapkan bahan untuk pemberian discharge planning (pedoman
4
pemberian discharge planning, leaflet), surat kontrol, surat pulang, obat-
obatan.
B. Orientasi

1 Memberi salam dengan senyum 4


2 Memperkenalkan diri (nama dan peran) dan menjelaskan tugas perawat
4
(KaRu/ PN/ PjTj)
3 Menanyakan perasaan pasien/ keluarga 4
4 Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan 4
5 Menjelaskan tujuan kegiatan 4

N Kegiatan Sebelum Sesudah
o (f=4)
Ya Tdk Ya Tdk
6 Menjelaskan perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan pemberian
4
discharge planning
C. Kerja
1 Memberikan kesempatan pasien/ keluarga untuk klarifikasi informasi 4
yang telah disampaikan
2 Menjelaskan informasi discharge planning secara urut sesuai pedoman: 4
b. Masalah keperawatan yang perlu tindak lanjut di rumah 4
b. Penyuluhan/ pendidikan kesehatan: 4
- Cara pemakaian obat 4
- Cara makan dan minum/ pengaturan diet 4

- Cara pengaturan aktivitas dan istirahat 4
- Lain lain : Contoh : cara perawatan luka, cara menyusui 4
c. Periksa ulang / control 4
3 Mengklarifikasi informasi yang telah diberikan 4
4 Menanyakan kejelasan informasi discharge planning yang telah
4
disampaikan pada pasien/ keluarga
D Terminasi

1 Mengevaluasi pengetahuan pasien/ keluarga tentang informasi discharge


4
planning yang diberikan
2 Memberikan reinforcement positif pada pasien/ keluarga (terima kasih
4
atas kerjasamanya, dsb)
3 Mengakhiri pertemuan dengan mengucapkan salam

E Dokumentasi

1 Perawat (KaRu/PN/PjTj) dan pasien/ keluarga menandatangani bukti


4
pemberian discharge planning di blangko rekam medik yang telah
disediakan
JUMLAH 21 3 96
% 87.5% 100%
Sumber: Hasil observasi tanggal Januari 2016

Tabel 97. Hasil Rekapitulasi Evaluasi Total Optimalisasi Pelaksanaan MPM


di Ruang Dahlia 3 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Januari 2016
Sumber: Hasil Observasi Bulan Januari 2016
Persentase (%)
No. Variabel yang dinilai
Sebelum Sesudah
1. Tugas KaRu 85.71 % 92.85%
2. Tugas PN 85% 95%
3. Tugas AN 83.33 % 94.44%
4. Evaluasi meeting morning 87,50% 100%
5. Evaluasi pelaksanaan tugas jaga (operan) 100% 100%
6. Evaluasi pelaksanaan pre conference 81.81% 100%
7. Evaluasi pelaksanaan post conference 75% 87.5%
Pengkajian pelaksanaan orientasi pasien 94.73% 100%
8.
baru
Pengkajian pelaksanaan pemberian 93.54% 96.87%
9.
informasi pasien baru
10. Pengkajian pelaksanaan discharge planning 87.5% 100%
Jumlah rata-rata (%) 87.41% 96.66%
3. ANALISA DAN PEMBAHASAN
Setelah dilakukan pendampingan optimalisasi pelaksanaan MPM di Ruang Dahlia 3
didapatkan hasil bahwa terjadi peningkatan pada pelaksanaan MPM yaitu, berawal dari rata-
rata 87.41% menjadi 96.66%. Berdasarkan rekapitulasi tersebut dapat diketahui bahwa
pelaksanaan MPM mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa pendampingan yang
dilakukan di ruangan memberikan pengaruh terhadap kualitas pelaksanaan MPM.
Pelaksanaan tugas Karu 85.71 % menjadi 92,85%, tugas PN 85% tetap menjadi 95%, tugas
AN 83.33 % menjadi 94.44%, untuk pelaksanaan meeting morning sejak observasi awal
sampai pendampingan mencapai 87,50% kemudian setelah pendampingan tetap 100%,
pelaksanaan operan jaga sudah berjalan sangat baik yaitu 100% sedangkan untuk Pre
Conference 81.81% menjadi 100%, pelaksanaan Post conference 75% menjadi 87.5%,
pengkajian pelaksanaan orientasi pasien baru 94.73% menjadi 100%, pemberian informasi
pasien baru 93.54% menjadi 96.87% dan pemberian discharge planning 87.5% menjadi
100%. Berdasarkan hasil rekapitulasi nilai rata-rata setelah pendampingan 96.66%, maka
dapat disimpulkan bahwa target pelaksanaan MPM berjalan dengan baik.
Pada hari Kamis, 31 Desember 2015 mahasiswa menyampaikan hasil pengkajian MPM
Ruang Dahlia 3 bahwa selama observasi pada minggu pertama didapatkan 87.41% yang
menginterpretasikan bahwa MPM di Ruang Dahlia 3 adalah baik (Arikunto, 2002). Seluruh
perawat di Ruang Dahlia 3 melakukan perbaikan pelaksanaan MPM setelah dilakukan
penyampaian hasil observasi pelaksanaan MPM di ruangan tersebut. Perbaikan sangat terlihat
terutama pada persiapan proses kegiatan berlangsung dan pemberian motivasi kepada staf
oleh KaRu maupun PN. Saat dilakukan observasi, pelaksanaan operan shift pagi telah
dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan tinjauan teori namun pada pelaksanaan operan
jaga antar shift sore dan malam masih perlu ditingkatkan. Dahlia 3 merupakan ruang
perawatan khusus airborne disease sehingga ronde keperawatan tidak efektif dilakukan di
ruang tersebut.
Diketahui bahwa KaRu Dahlia 3 sedang menjalani program S2 di UMY namun tugas
KaRu sudah didelegasikan ke salah satu PN Dahlia 3. Selama 2 minggu menjalani proses
manajemen, delegasi KaRu Dahlia 3 dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Pada tanggal
8 Januari 2016, KaRu Dahlia 3 sudah kembali bekerja. Data analisis tugas KaRu adalah
gabungan dari hasil observasi delegasi KaRu dengan KaRu Dahlia 3. Analisis data mengenai
hasil optimalisasi MPM Tugas Karu dengan nilai 85.71 % menjadi 92,85% karena ada
peningkatan nilai pada poin: menyiapkan materi tentang permasalahan pasien dan ruangan
yang ada pada hari tersebut termasuk laporan permasalahan dinas malam dan lapiran dari
hasil rapat yang didakan oleh rumah sakit. Beberapa kali saat meeting morning, Karu tampak
menyediakan bahan/ informasi untuk disampaikan, salah satunya: permasalahan pasien yang
tidak pernah dijenguk oleh keluarga kemudian didiskusikan bersama sama agar keluarga
selalu menjaga sehingga pasien dapat terawat dengan baik, kemudian memotivasi seluruh
perawat untuk selalu mengembalikan rekam medis dalam 1x24 jam setelah pasien pulang,
dan memotivasi perawat untuk melengkapi seluruh dokumentasi asuhan keperawatan dalam
rekam medis. Mengenai poin tugas karu yang tidak mengalami peningkatan adalah poin
pelaksanaan continuing nursing education (CNE). Berdasarkan hasil wawancara dengan
Kepala Ruang Dahlia 3 bahwa CNE merupakan kegiatan yang diselenggarakan oleh
profesional perawat yang pelaksanaannya dibawah ampu KFK Bedah. Kegiatan CNE rutin
dilaksanakan setiap 3 bulan sekali di Ruang Konferensi IRNA I Lantai 2 RSUP Dr. Sardjito
dan diikuti oleh staf perawat yang ditunjuk untuk mewakili CNE. Tema atau pokok bahasan
yang diulas dalam CNE merupakan usulan dari ruangan/ bangsal.
Berdasarkan hasil analisa data mengenai tugas kepala ruang dapat disimpulkan bahwa
tugas yang telah diampu oleh Kepala Ruang Dahlia 3 secara keseluruhan dilaksanakan dan
bahkan telah mendapat supervisi dari kepala instalasi. Saran/ rekomendasi dan tindak lanjut
yang dapat diberikan untuk Kepala Ruang Dahlia 3 mengenai MPM adalah tetap
menjalankan tugas sesuai dengan beban kerja yang telah diperoleh dari instalasi, menggiatkan
kembali monitoring dan evaluasi pelaksanaan MPM oleh seluruh staf yang ada di Ruang
Dahlia 3, melaksanakan supervisi terhadap kinerja para staf ruangan, dan bersama dengan
staf perawat ruangan mengupayakan adanya diskusi keperawatan rutin setiap minggu satu
kali untuk mengupgrade ilmu pengetahuan dan ilmu keperawatan para staf perawat.
Melalui pendampingan MPM selama 4 hari di Ruang Dahlia 3, hasil observasi tugas PN
sebelum sebesar 85% menjadi 95%. Kegiatan menyelenggarakan diskusi kasus dengan dokter
dan tim kesehatan lain setiap minggu tidak dilaksanakan. Berdasarkan hasil wawancara
terhadap PN Ruang Dahlia 3 bahwa diskusi kasus dalam konteks MPM ini adalah diskusi
permasalahan pasien yang menyangkut penyakit dan perkembangan kondisi pasien, juga
tentang permasalahan pasien dalam hal pengambilan keputusan tindakan yang tepat untuk
pasien. Diskusi kasus hanya dilakukan secara insidental informal ketika ada kasus yang butuh
untuk didiskusikan dan juga tidak didokumentasikan. PN mengakui tentang pentingnya
kegiatan diskusi kasus rutin di ruangan dan melibatkan tim kesehatan lain, namun banyak
kendala yang dihadapi, antara lain: belum ada panduan/ pedoman pelaksanaan diskusi kasus,
kesibukan masing-masing staf dalam mengelola pasien, baik staf perawat, dokter, ahli gizi,
atau tenaga kesehatan yang lain, dan ketersediaan waktu untuk menyelenggarakan diskusi
kasus bersama secara formal dan terdokumentasi.
Mengenai tugas PN dalam MPM secara keseluruhan dapat disimpulkan telah dilakukan
dengan baik (95%). Saran/ rekomendasi yang dapat diberikan untuk PN adalah tetap
melanjutkan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan prosedur, melaksanakan bimbingan
berupa bed side teaching kepada perawat asosiet yang ada di dalam grupnya. Kemudian,
mengenai tindak lanjut yang dapat direncanakan adalah pembuatan/ penyusunan pedoman/
panduan diskusi kasus untuk ruangan.
Pelaksanaan tugas AN mengalami peningkatan dalam keterlibatan MPM dari 83.33 %
menjadi 94.44%. Dibawah bimbingan dan arahan dari PN, para AN Ruang Dahlia 3 mulai
melakukan pre conference dan post conference. Pada pendampingan upaya optimalisasi
MPM ada peningakatan pada poin: bila tak ada PN wajib mengenalkan AN yang ada dalam
grup yang akan memberikan asuhan keperawatan pada jaga berikutnya kepada pasien/
keluarga baru. Poin yang tidak berubah adalah pada kegiatan mengikuti diskusi kasus dengan
dokter/ tim kesehatan lain setiap seminggu sekali dan pertemuan diskusi kasus rutin dalam
ruangan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dari beberepa perawat bahwa
penyelenggaraan diskusi kasus harus diupayakan terutama dari segi waktu karena masing-
masing staf disisbukkan oleh kegiatan masing-masing.
Mengenai tugas AN dalam MPM secara keseluruhan dapat disimpulkan telah dilakukan
dengan baik (94.44%). Saran/ rekomendasi dan tindak lanjut yang dapat diberikan untuk AN
adalah tetap melanjutkan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan prosedur,
mengoptimalkan pelaksanaan MPM Ruang Dahlia 3, mengikuti dnan berpartisipasi aktif
dalam diskusi kasus jika ruangan mengadakan diskusi.
Kegiatan meeting morning telah rutin diselenggarakan di ruang perawat Dahlia 3.
Meeting morning dipimpin oleh kepala ruang atau PN jika kepala ruang tidak ada di ruangan,
dan diikuti oleh seluruh staf yang ada di ruangan. Hal ini tentunya perlu dipertahankan agar
dapat menjadi rutinitas setiap pagi. Pelaksanaan operan setelah pendampingan mengalami
peningkatan hingga mencapai 100%. Antara sebelum, saat, dan setelah pendampingan,
meeting morning hanya dihadiri oleh staf perawat saja, sedangkan pekarya, pramu husada,
pramu rumah tangga, petugas administrasi, dan staf yang lainnya belum dapat hadir. Namun
setelah pendampingan beberapa kali, pramu husada mengikuti meeting morning meskipun
belum semua karyawan. Diharapkan jika dalam meeting morning terdapat karyawan selain
perawat maka pengumuman informasi terkait dengan ruangan atau arahan dapat diketahui
oleh semua warga Dahlia 3. Kepala ruang akan menyampaikan informasi tersebut secara
langsung kepada staf yang bersangkutan di luar waktu meeting morning.
Pelaksanaan pre conference mengalami peningkatan angka presentase dari 81.81%
menjadi 100%. Banyak poin yang mengalami peningkatan, diantaranya: PN menjelaskan
tujuan dilakukannya Pre Conference, PN menjelaskan masalah keperawatan pasien,
keperawatan dan rencana keperawatan yang menjadi tanggung jawabnya, dan PN
menyimpulkan hasil pre conference. Pre conference dilaksanakan dengan sangat baik dan
sesuai dengan standar teori yang ada.
Kegiatan MPM post conference mengalami peningkatan presentase, yaitu: dari 75%
menjadi 87.5% dengan peningkatan poin pada aspek PN menjelaskan tujuan post conference.
Namun, hal yang tidak mengalami kenaikan adalah dalam hal ronde keperawatan. Post
conference yang dilakukan di Ruang Dahlia 3 dipimpin oleh PN yang bertugas pada shift hari
tersebut dan dihadiri oleh seluruh AN yang bertugas pada shift jaga hari tersebut. Saat post
conference, tampak adanya pelaporan masalah keperawatan dan hasil implementasi yang
sudah terlaksana dan yang belum terlaksana dari masing-masing AN yang bertanggungjawab
terhadap pasien yang diampu pada shift saat itu, sedangkan PN sambil mencatat hasil
pelaporan dari AN ke dalam Buku Operan Tugas Jaga Ruang Dahlia 3 dan menanyakan
tentang implementasi keperawatan pada masing-masing AN.
Mengenai pelaksanaan penerimaan dan pemberian orientasi pasien baru setelah adanya
pendampingan MPM sudah berjalan dengan baik. Terdapat leaflet dan X-banner di Dahlia 3
yang diberikan ketika terdapat pasien baru atau dapat dibaca oleh keluarga pasien.
Pada kegiatan MPM pelaksanaan dan pemberian informasi pasien baru mengalami
peningkatan dari 93.54% menjadi 96.87%. Sedangkan poin yang tidak mengalami
peningkatan adalah menanyakan nama kesukaan keluarga. Selain itu pada fase orientasi yang
mencakup komunikasi terapeutik belum dilakukan secara optimal. Setelah dilakukan
pendampingan, poin-poin pemberian informasi pasien baru dapat dilakukan dengan baik.
Dengan adanya pengadaan lembar balik informasi pasien baru diharapkan informasi yang
disampaikan dapat tersampaikan secara sistematis dan konsisten.
Selanjutnya pada kegiatan discharge planning juga mengalami peningkatan dari 87.5%
menjadi 100%. Poin yang meningkat adalah menyiapkan bahan untuk memperkenalkan diri
(nama dan peran) dan menjelaskan tugas perawat (KaRu/ PN/ PjTj) dan mengevaluasi
pengetahuan pasien/ keluarga tentang informasi discharge planning yang diberikan. Pada
dasarnya pelaksanaannya sudah baik namun harus ditingkatkan lebih baik lagi.

4. FAKTOR KENDALA DAN PENDUKUNG


a. Kendala
Beberapa kendala dalam pelaksanaan optimalisasi MPM antara lain:
1) Masih ada beberapa perawat yang terlambat saat melaksanakan MPM sehingga
menghambat terjadinya MPM
b. Pendukung
1) Adanya kebijakan RSUP Dr. Sardjito terkait penerapan MPKP dengan MPM.
2) Adanya dukungan dari Kepala Ruang, PN, AN dan seluruh staf di Ruang Dahlia 3
RSUP Dr. Sardjito
3) Adanya kerjasama dan dukungan yang baik dari perawat ruangan untuk ikut
berpartisipasi dalam optimalisasi pelaksanaan MPM.
4) Adanya kesadaran dari staf keperawatan ruang Dahlia 3 bahwa pelaksanaan MPM
memang sangat penting untuk profesionalitas profesi.
5) Adanya pedoman pelaksanaan tugas KaRu, PN, AN, serta pelaksanaan meeting
morning, Pre-Post conference, operan jaga, pemberian orientasi dan informasi pasien
baru, dan kegiatan discharge planning.
5. KESINAMBUNGAN
Pengoptimalkan pelaksanaan MPM di ruang Dahlia 3RSUP Dr.Sardjito memerlukan
beberapa tindakan nyata dari pihak manajemen:
a. KaRu Ruang Dahlia 3 memberikan motivasi, reinforcement positif,
bimbingan dan supervisi kepada PN dan AN untuk meningkatkan komitmen dalam
melakukan MPM.
b. Seluruh perawat di ruang Dahlia 3 dapat selalu menggunakan pedoman
pelaksanaan MPM untuk peningkatan kualitas MPM.
c. Karu, PN, dan AN ruang Dahlia 3 meningkatkan kesadaran terkait
kedisiplinan kerja masing-masing tenaga keperawatan yang ikut andil dalam kesuksesan
pelaksanaan MPM diperlukan guna mewujudkan profesionalisme kerja.
d. PJTJ diharapkan melakukan supervisi pada AN jaga sore /malam/ hari
libur agar tetap berkomitmen dalam pelaksanaan MPM.

6. REFLEKSI KEPEMIMPINAN
Gaya kepemimpinan yang digunakan di Ruang Dahlia 3 menurut Gillies (1996) dalam
Nursalam (2015) berdasarkan kekuasaan dan wewenang adalah demokratis. Sedangkan
strategi yang digunakan saat melaksanakan kegiatan antara lain dengan diskusi,
komunikasi yang asertif, mencontohkan prosedur dan memberikan reinforcement kepada
perawat yang terlibat.

C. Audit Keperawatan Pada pasien Dengan Penyakit Tuberkolosis Paru


1. Pelaksanaan
a. Langkah-langkah Kegiatan
Langkah-langkah penyusunan instrumen dan pelaksanaan audit keperawatan pada
asuhan keperawatan pasien penyakit Tuberkulosis Paru di Ruang Dahlia 3 RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta adalah sebagai berikut:
Tabel 98. Langkah-langkah Penyusunan Instrumen dan Pelaksanaan Audit Keperawatan
Pasien penyakit Tuberkulosis Paru di Ruang Dahlia 3
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
No Kegiatan Pelaksana Sasaran Tujuan Waktu Tempat
1 Persiapan
a. Melakukan Ners Muda Adanya Didapatkan 04 Januari Ruang
koordinasi dengan kerjasama kerjasama dan 2016 Dahlia 3
Ka KFK Penyakit dalam koordinasi
Dalam, KaRu dan penyusunan dalam
PN Ruang Dahlia 3 pedoman audit penyusunan
keperawatan pedoman audit
keperawatan
b. Mencari literatur Ners Muda Materi - Diperolehnya 04 05 Perpustakaa
materi yang sumber yang Januari n FK UGM
dibutuhkan tepat untuk 2016
untuk menyusun
menyusun pedoman audit
pedoman audit keperawatan
keperawatan pada asuhan
pada pasien keperawatan
penyakit pasien penyakit
Tuberkulosis Tuberkulosis
Paru
2. Pelaksanaan
a. Melakukan Ners Tersusunnya Dapat tersusun 04 05 Ruang
penyusunan draft Muda instrumen instrumen audit Januari Dahlia 3
instrumen audit Audit keperawatan pada 2016
keperawatan pada Keperawatan asuhan
pasien penyakit pada asuhan keperawatan pasien
Tuberkulosis Paru keperawatan penyakit
pasien Tuberkulosis Paru
penyakit
Tuberkulosis
Paru
b. Melakukan Ners Ka KFK Instrumen audit 05 Ruang
konsultasi dengan Muda Penyakit keperawatan pada Januari Dahlia 3
Ka KFK Bedah, Dalam,KaRu, asuhan 2016 dan ruang
KaRu, PN Ruang PN Ruang keperawatan pada komite
Dahlia 4 tentang Dahlia 3 pasien penyakit keperawata
penyusunan Tuberkulosis Paru n
instrumen audit dapat tersusun
keperawatan pada sesuai dengan
asuhan standar
keperawatan
pasien penyakit
Tuberkulosis Paru
c. Melakukan Ners Pasien dengan Mendapatkan data 04-05 Ruang
pendataan Muda penyakit populasi pasien Januari Dahlia 3
populasi pasien Tuberkulosis dengan penyakit 2016
dengan penyakit Paru bulan Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis Paru Januari pada bulan Januari
dan pemilihan Desember Desember 2015
sampel 2015
d. Melakukan Ners Rekam medic Meminjam rekam 04 Ruang ICM
perizinan Muda pasien medis untuk Januari
peminjaman RM terpinjam dilakukan audit 2016
pasien
e. Melakukan Audit Ners Asuhan Audit keperawatan 06 Ruang ICM
Keperawatan Muda dan keperawatan pada asuhan Januari
pada asuhan perawat pada pasien keperawatan pasien 2016
keperawatan penyakit penyakit
pasien penyakit Tuberkulosis Tuberkulosis di
Tuberkulosis Paru Paru Ruang Dahlia 3
dapat terlaksana
f. Melakukan Ners Data audit Data audit 7 12 Ruang
pembahasan dan Muda keperawatan keperawatan Januari Dahlia 3
analisis data dari teranalisis 2015
audit keperawatan
3. Evaluasi
a. Evaluasi Ners Muda Pembahasan Mengevaluasi hasil 13 Ruang
pembahasan hasil hasil audit pelaksanaan, Januari Pertemuan
audit pembahasan hasil 2015 Dahlia 3
audit pada pasien
penyakit
Tuberkulosis Paru
b. Presentasi hasil Ners Muda Hasil audit Menampilkan hasil 15 Ruang
keperawatan audit keperawatan Januari Pertemuan
pasien dengan pasien dengan 2015 Dahlia 3
penyakit penyakit
Tuberkulosis Tuberkulosis Paru
Paru di Ruang Dahlia 3
RSUP Dr. Sardjito

b. Jadwal Kegiatan
Jadwal kegiatan penyusunan pedoman dan pelaksanaan audit keperawatan pada
pasien penyakit Tuberkulosis Paru di Ruang Dahlia 3 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
Tabel 99. Time Line Kegiatan Penyusunan Pedoman dan Pelaksanaan Audit Keperawatan
Pada Pasien penyakit Tuberkulosis Paru di Ruang Dahlia 3
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
Kegiatan Tanggal Pelaksanaan
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Persiapan
A. Melakukan koordinasi X
B. Mencari literatur X
Pelaksanaan
A. Melakukan
penyusunan draft
instrumen audit X
keperawatan pada
pasien penyakit
Tuberkulosis Paru
B. Melakukan konsultasi
dengan Ka KFK
Penyakit Dalam,
KaRu, PN, AN Ruang
Dahlia 3 tentang
penyusunan instrumen X X
audit keperawatan
pada asuhan
keperawatan pasien
penyakit Tuberkulosis
Paru
C. Melakukan pendataan
populasi pasien
dengan penyakit
Tuberkulosis Paru dan X X
pemilihan 20 sampel
D. Melakukan perizinan
peminjaman RM X
pasien
E. Melakukan Audit
Keperawatan pada
asuhan keperawatan X
pasien penyakit
Tuberkulosis Paru
F. Melakukan
pembahasan dan X X X X X X
analisis data dari audit
keperawatan
Evaluasi
A. Melakukan evaluasi
dokumen instrumen
audit keperawatan
bersama Ka KFK
Penyakit Dalam, Ka X
Ru dan PN di Ruang
penyakit Tuberkulosis
Paru
B. Melakukan presentasi X
hasil
Keterangan: x = perencanaan, = pelaksanaan
c. Anggaran Biaya
Anggaran biaya penyusunan instrumen dan pelaksanaan audit keperawatan pada
asuhan keperawatan pasien penyakit Tuberkulosis Paru di Ruang Dahlia 3 RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 100. Anggaran Biaya Pelaksanaan Audit Keperawatan Pada Pasien
penyakit Tuberkulosis Paru Di Ruang Dahlia 3 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
No Kebutuhan Rencana biaya Realisasi biaya
1. Kertas dan print Rp 50.000 Rp 50.000
2. Penjilidan Rp 10.000 Rp 10.000
3. Penggandaan Rp 40.000 Rp 40.000
Jumlah Rp 100.000 Rp 100.000

2. Evaluasi
a. Ketentuan Evaluasi
Ketentuan evaluasi pelaksanaan audit keperawatan meliputi beberapa komponen
evaluasi yang dijelaskan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 101. Komponen Evaluasi Audit Keperawatan Pasien dengan penyakit
Tuberkulosis Paru di Dahlia 3 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
No Komponen Evaluasi Keterangan
1 Hal yang dievaluasi a. Instrumen audit keperawatan kasus intensif pada
pasien penyakit Tuberkulosis Paru
b. Pelaksanaan audit keperawatan pada pasien dengan
penyakit Tuberkulosis Paru di Dahlia 3 selama
periode 1 Januari 30 Desember 2015
c. Hasil audit keperawatan kasus intensif pada pasien
penyakit Tuberkulosis Paru
2 Siapa yang dievaluasi Dokumentasi keperawatan kasus intensif pada pasien
penyakit Tuberkulosis Paru di ruang Dahlia 3
3 Evaluator Ners muda, komite keperawatan, KFK Penyakit dalam,
kepala ruang Dahlia 3, Primary Nurse ruang dahlia 3,
Associate Nurse Dahlia 3.
4 Jumlah sampel 15 rekam medis pasien penyakit Tuberkulosis Paru di
ruang Dahlia 3 periode bulan Januari Desember 2015
5 Instrumen evaluasi Instrument penilaian audit keperawatan
6 Metode evaluasi Studi dokumentasi/retrospektif
7 Waktu evaluasi 6 Desember 2015
8 Tempat evaluasi Ruang ICM
9 Kriteria evaluasi 100% untuk penyusunan instrument audit keperawatan
pasien penyakit Tuberkulosis Paru di Dahlia 3 dan 100%
untuk pelaksanaan audit keperawatan

b. Hasil Penilaian Instrumen Audit Keperawatan


Hasil penilaian/evaluasi instrumen audit keperawatan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 102. Instrumen Audit Keperawatan

Pasien penyakit Tuberkulosis Paru di Dahlia 3 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta


Hasil pembuatan instrument audit
keperawatan
No Kriteria evaluasi instrument
Ya Tidak

1 Pengkajian -
2 Diagnosa Keperawatan -
3 Intervensi Keperawatan -
4 Implementasi Keperawatan -
5 Evaluasi Keperawatan -
Total 5/5 x 100% = 100%
INSTRUMENT AUDIT KEPERAWATAN
1. Blangko Spesifikasi Audit Keperawatan
JUDUL : Penyakit Hirschprung TANGGAL : 06 Januari 2016
TUJUAN AUDIT :
KETERANGAN JUDUL AUDIT : KARTU PENDERITA KARTU INDEKS
Diagnosis pada waktu keluar RS
Persoalan atau kondisi
Prosedur pembedahan
Prosedur Khusus
Lain-lain
LUAS DAN JANGKA WAKTU PEMERIKSAAN DATA PENGENAL AUDIT
DATA PENGENAL PENDERITA
AUDIT
UMUR Jumlah kartu yang ada untuk judul audit selama : Audit pertama
Semua umur 6 bulan terakhir : Januari Juli 2015 Audit ulangan
Tidak termasuk pediatrika dibawah umur .... 12 bulan terakhir : Hanya audit medic
Tidak termasuk geriatri,diatas umur .... 18 bulan terakhir : Hanya audit keperawatan
Hanya antara 1 bulan - 18 thn 24 bulan terakhir : Audit gabungan
> 24 bulan terakhir:
JENIS KELAMIN Jumlah perawat yang tanggung jawabnya Dilaporkan kepada :
Laki-laki dan perempuan berhubungan dengan judul audit : 12 Orang Komite Keperawatan
Hanya laki-laki Jumlah kartu yang diperlukan : 13 Rekam Medik Bidang Pelayanan
Hanya perempuan Cara memilih kartu: acak Keperawatan
Dipilih sebab : Memenuhi kriteria penyakit hirschprung KFK Penyakit Dalam
PERTIMBANGAN KHUSUS, KETERANGAN LAIN YANG
MENYETUJUI PERENCANAAN & PEDOMAN AUDIT
PERLU DIPERHATIKAN DALAM AUDIT INI
Tim Audit Keperawatan
Penyamaan persepsi mengenai pengkodean 1 = sesuai standar, 2 Konsultan/ Ketua Komite Keperawatan
= perkecualian dan 3 = deviasi Konsultan/ Ketua KFK Penyakit Dalam
Anggota Audit
Tabel 103
Hasil Audit Keperawatan pada Rekam Keperawatan Pasien dengan penyakit Tuberkulosis Paru di Dahlia 3 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
PATOKAN
NO UNSUR-UNSUR 1 2 3 4 5 12 13
100% ATAU 0% 6 7 8 9 10 11
I PENGKAJIAN
1. Anamnesis
a. Identitas pasien 100% 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

b. Demam 100% 2 1 1 1 2 1 1 2 2 1 1 2 2

c. Batuk 100% 2 2 2 1 2 1 1 1 2 1 1 1 3

d. Sesak Nafas 100% 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1

e. Anoreksia 100% 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 3 1

f. BB menurun 100% 1 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1

g. Sakit kepala, keringat 100% 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2


malam

h. Merasa kelelahan 100% 2 2 1 1 2 2 1 2 2 1 1 1 3

i. Sputum berdarah 100% 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1

j. Tanggal pengkajian 100% 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1


PATOKAN
NO UNSUR-UNSUR 1 2 3 4 5 12 13
100% ATAU 0% 6 7 8 9 10 11
k. Tiba di ruang rawat dengan 100% 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1
cara

l. Alergi 100% 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1

2 Riwayat Penyakit Sekarang:

Keluhan utama
a. Nafsu makan menurun 100% 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1

b. Batuk 100% 2 1 2 1 2 1 1 1 2 1 1 1 3

c. Nyeri dada 100% 3 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2

d. Sesak nafas 100% 2 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1

e. Keringat malam 100% 2 1 1 2 2 2 2 1 2 1 1 1 2

f. Kondisi lemah 100% 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 3

3. Riwayat penyakit infeksi 100% 1 1 1 1 3 3 2 2 1 2 1 2 1


sebelumnya

4. Riwayat Penyakit Keluarga 100% 1 2 1 1 3 3 1 1 3 2 2 3 1

5. Riwayat pengobatan sebelumnya 100% 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

6. Pemeriksaan fisik
PATOKAN
NO UNSUR-UNSUR 1 2 3 4 5 12 13
100% ATAU 0% 6 7 8 9 10 11
a. Kepala: Konjungtiva 100%
2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Anemis 1 2
b. Leher: Pembesaran limpa 100%
1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1
nodi 1
c. Dada: Paru-paru: 100%
- Inspeksi: Adanya
ketinggalan gerak,
retraksi otot-otot
dinding dada
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
- Perkusi: Redup, 1
hipersonor atau timpani
- Auskultasi: Suara nafas
bronkheal, ronchi basah
kasar dan nyaring
7. Pengkajian sosial dan Psikologis
a. Kondisi Psikologis 100% 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
b. Riwayat gangguan jiwa 100% 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 3 1
c. Riwayat keluarga dengan 100% 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 3 1
gangguan jiwa
d. Prilaku 100% 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 3 3
e. Status pernikahan 100% 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1
f. Tinggal dengan keluarga 100% 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1
terdekat
g. Adanya curiga 100% 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1
penganiayaan/penelantaran
h. Kegiatan ibadah 100% 1 1 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1
i. Nilai nilai yang 100% 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1
bertentangan dengan
kebutuhan kesehatan
PATOKAN
NO UNSUR-UNSUR 1 2 3 4 5 12 13
100% ATAU 0% 6 7 8 9 10 11
8. Skrining Nutrisi

a. IMT 100% 1 1 1 1 1 1 1 1 3 2 1 3 3
b. Kehilangan berat badan 100% 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1
c. Asupan makan 100% 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
d. Menderita penyakit 100% 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
berat/tidak
9. Penilaian tingkat nyeri
a. Numerik pain rating scale 100% 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
a. Onset 100% 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
b. Provocation 100% 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
c. Quality 100% 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
d. Regio 100% 1 1 1 1 3 1 1 1 3 2 1 1 2
e. Radiation 100% 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
f. Severity 100% 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
g. Treatment 100% 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
h. Pengelolaan nyeri 100% 1 1 1 1 2 2 1 1 3 2 2 3 2
10. Pengkajian risiko dekubitus 100% 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
11. Discharge planing 100% 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
12. ADL 100% 1 1 1 1 3 1 1 3 1 1 1 1 3
13. Risiko jatuh 100% 1 1 1 1 3 1 1 3 1 3 1 1 1
14. Pemeriksaan Penunjang:
a. Pemeriksaan Radiologis 100% 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1
b. Pemeriksaan Laboratorium: 100% 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
- Darah: Leukosit normal atau
sedikit meningkat, Hb turun,
KED meningkat
- Sputum BTA
II DIAGNOSA KEPERAWATAN
PATOKAN
NO UNSUR-UNSUR 1 2 3 4 5 12 13
100% ATAU 0% 6 7 8 9 10 11
1 (00031) Bersihan jalan nafas 100% 3 2 2 1 2 1 3 1 2 2 2 3 1
tidak efektif
2 (00030) Gangguan pertukaran 100% 1 2 2 1 2 2 2 3 2 2 2 3 3
gas
3 (00002) Ketidakseimbangan 100% 3 3 3 2 2 3 3 3 3 1 1 3 2
nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh
4 (00004) Resiko infeksi 100% 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
5 (00126) Kurang Pengetahuan 100% 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 3 3
6 (00078) Ketidakefektifan 100% 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 3
manajemen kesehatan diri
7 (00099) Ketidakefektifan 100% 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 3
pemeliharaan kesehatan
8 (00079) Ketidakpatuhan 100% 2 2 2 2 3 3 2 3 3 2 2 2 2
9 (00108) Defisit Perawatan Diri: 100% 3 2 2 2 3 3 3 2 3 2 2 2 2
Mandi
10 (00109) Defisit perawatan Diri: 100% 3 2 2 2 3 3 3 2 3 2 2 2 2
Berpakaian
11 (00102) Defisit Perawatan Diri: 100% 3 2 2 2 3 3 3 2 3 2 2 3 2
Makan
12 (00110) Defisit Perawatan Diri: 100% 3 2 2 2 3 3 3 2 3 2 2 2 2
Eliminasi
III PERENCANAAN
KEPERAWATAN
1 (00031) Bersihan jalan nafas 100% 1 2 2 1 2 1 3 1 2
tidak efektif

NOC: Respiratory Status:


Ventilation
PATOKAN
NO UNSUR-UNSUR 1 2 3 4 5 12 13
100% ATAU 0% 6 7 8 9 10 11
Respiratory Status: Airway
Patency 100% 2 2 1 1 2 1 3 1 2
Aspiration Control

NIC:
Airway Management
Airway Suction 100% 1 2 1 1 2 1 1 1 2
100% 1 2 1 1 2 1 1 1 2
2 (00030) Gangguan pertukaran 100% 1 2 2 1 2 2 3 3 2 2 2 3 3
gas

NOC: Respiratory Status: Gas


Exchange
Keseimbangan asam, basa,
elektrolit
Respiratory Status: Ventilation 100% 1 2 1 1 2 2 3 3 2 1 2 3 3
Vital Sign status

NIC:
Manajemen jalan nafas
Manajemen Asam Basa 100% 1 2 2 1 2 2 1 1 2 1 2 3 1

100% 1 2 2 1 2 2 1 1 2 1 2 3 3

3 (00002) Ketidakseimbangan 100% 2 3 3 2 2 3 3 3 3


nutrisi kurang dari kebutuhan
PATOKAN
NO UNSUR-UNSUR 1 2 3 4 5 12 13
100% ATAU 0% 6 7 8 9 10 11
NOC: Nutritional Status:
Adequancy of Nutrient
Nutritional Status: Food and
Fluid Intake
Weight Control 100% 2 3 3 2 2 3 3 3 3

NIC : Management Nutrisi


(1100) 100% 2 3 3 2 2 1 3 3 3

4 (00004) Resiko infeksi 100% 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1

NOC : Immune Status


Knowledge : Infection Control 100% 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1
Risk Control

NIC : Kontrol Infeksi


100% 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1
5 (00126) Kurang Pengetahuan 100% 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 3 3

NOC : Knowledge Disease 100%


Process 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 3 3

NIC: Pembelajaran: Proses


Penyakit 100% 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 3 3
6 (00078) Ketidakefektifan 100% 3 2 2 2 3 3 2 2 2
manajemen kesehatan diri

NOC :
PATOKAN
NO UNSUR-UNSUR 1 2 3 4 5 12 13
100% ATAU 0% 6 7 8 9 10 11
Health Promotion Behavior 100% 3 2 2 2 3 3 2 2 2

NIC : Self Efficacy :


Enhancement 100% 3 2 2 2 3 3 2 2 3
7 (00099) Ketidakefektifan 100% 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3
pemeliharaan kesehatan

NOC : Knowledge: Health 100% 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3


Promotion
NIC: Health Education
100% 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3
8 (00079) Ketidakpatuhan 100% 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 3

NOC: Compliance Behavior


Compliance Bahavior: 100% 2 2 2 2 3 3 2 3 2 1 1 2 3
Prescribed Medication

NIC: Self Efficacy : 100% 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 3


Enhancement
9 (00108) Defisit Perawatan Diri: 100% 3 2 2 2 3 3 3 2 3 2 2 2 3
Mandi

NOC: Self Care: Bathing 100% 3 2 2 2 3 3 3 2 3 2 2 2 3

NIC: Self care assistance : 100%


Bathing 3 2 2 2 3 3 3 2 3 2 2 2 3
10 (00109) Defisit perawatan Diri: 100% 3 3 2 2 3 3 3 2 3
Berpakaian
PATOKAN
NO UNSUR-UNSUR 1 2 3 4 5 12 13
100% ATAU 0% 6 7 8 9 10 11
NOC: Self Care: Dressing 100% 3 3 2 2 3 3 3 2 3

NIC: Self care assistance:


grooming 100% 3 3 2 2 3 3 3 2 3
11 (00102) Defisit Perawatan Diri: 100% 3 2 2 2 3 3 3 2 3 2 2 3 3
Makan

NOC: Self care: Eating 100% 3 2 2 2 3 3 3 2 3 2 2 3 3

NIC: Self Care Assistance:


Feeding 100% 3 2 2 2 3 3 3 2 3 2 2 3 3
12 (00110) Defisit Perawatan Diri: 100% 3 2 2 2 3 3 3 2 3 2 2 2 3
Eliminasi

NOC: Self Care: toileting


100% 3 2 2 2 3 3 3 2 3 2 2 2 3
NIC: Self care assistance:
toileting 100% 3 2 2 2 3 3 3 2 3 2 2 2 3
Diagnosa Lain
1. Fatique 1 1 1
2. Pola Nafas Inefektif 1 1 1
3. Hipertermi 1
4. Kerusakan Integritas Kulit
5. Nyeri Akut 1
1
Petunjuk pengisian :
1= Memenuhi Unsur,
2= Memenuhi Perkecualian,
3= Deviasi,
Tabel 104. Hasil Audit Keperawatan Implementasi Keperawatan pada Rekam Keperawatan Pasien dengan Penyakit Tuberkulosis Paru di Dahlia 3 RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta

UNSUR UNSUR PATOKAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Airway Management 1 2 1 1 3 3 1 1 2 1 1 3 3
a. Buka jalan nafas, gunakan teknik
chin lift atau jaw thrust bila perlu
posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
b. Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas 100%
buatan
c. Lakukan fisioterapi dada jika
perlu
d. Keluarkan sekret dengan batuk
atau suction
e. Auskultasi suara nafas, catat
adanya suara tambahan
f. Lakukan suction pada mayo
g. Berikan bronkodilator bila perlu
h. Berikan pelembab udara
i. Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan
j. Monitor respirasi dan status O2
Airway Suction 1 1 1 1 3 3 3 2 2 2 2 3 2
a. Pastikan kebutuhan oral/trakeal
100%
suction
b. Auskultasi suara nafas sebelum
dan sesudah suctioning
c. Informasikan kepada klien dan
UNSUR UNSUR PATOKAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

keluarga tentang suctioning


d. Minta klien nafas sebelum
dilakukan suction
e. Berikan O2 dengan menggunakan
nasal untuk memfasilitasi suction
nasotrakeal
f. Gunakan alat steril setiap
melakukan tindakan
g. Anjurkan pasien untuk
beristirahat dan nafas dalam
setelah kateter dikeluarkan dari
nasotrakeal
h. Monitor status oksigen pasien
i. Ajarkan keluarga bagaimana cara
melakukan suction
Manajemen jalan nafas: 1 1 2 3 2 3 1 1 2 1 1 3 3
a. Berikan posisi ventilasi maksimal
100%
b. Identifikasi perlunya intubasi
c. Pasang nasoparingeal bila
dibutuhkan
d. Keluarkan sekret dengan batuk
atau suction
e. Auskultasi suara nafas, catat area
penurunan ventilasi
f. Kolaborasi bronkodilator
g. Kolaborasi nebulizer
h. Pertahankan intake cairan adekuat
i. Monitor status respirasi dengan
oksigenasi
UNSUR UNSUR PATOKAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Manajemen Asam Basa 100% 1 1 2 2 3 3 3 3 2 1 1 3 3


a. Dapatkan/ pertahakan jalur intra
vena
b. Pertahakan kepatenan jalan nafas
c. Monitor AGD dan elektrolit
d. Monitor status hemodinamik
e. Monitor kehilangan asam
f. Monitor kehilangan bikarbonat
g. Beri posisi ventilasi adekuat
h. Monitor tanda gagal nafas
i. Monitor kepatenan respirasi
j. Beri oksigen
k. Bila perlu beri nafas bantuan
l. Kolaborasi obat alkali
m. Monitor keseimbangan elektrolit.
Management Nutrisi (1100) 100% 1 1 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2
a. Kaji adanya alergi makanan
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menetukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan pasien
c. Yakinkan diet yang dimakan
mengandung tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
d. Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan harian
e. Monitor adanya penurunan BB
dan gula darah
f. Monitor lingkungan selama
makan
UNSUR UNSUR PATOKAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

g. Jadwalkan pengobatan dan


tindakan tidak selama jam makan
h. Monitor turgor kulit
i. Monitor kekeringan, rambut
kusan, total protein, Hb dan kadar
Ht
j. Monitor mual dan muntah
k. Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
l. Monitror intake nutrisi
m. Informasikan kepada klien dan
keluarga tentang manfaat nutrisi
n. Kolaborasi dengan dokter tentang
kebutuhan suplemen makanan
seperti NGT/TPN sehingga intake
cairan yang adekuat dapat
dipertahankan
o. Atur posisi semi fowler atau
fowler tinggi selama makan
p. Anjurkan banyak minum
q. Pertahankan terapi IV line
Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan
cavitas oral
Kontrol Infeksi 100% 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
a. Pertahankan teknik aseptik
b. Batasi pengunjung bila perlu
c. Cuci tangan setiap sebelum dan
UNSUR UNSUR PATOKAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

sesudah tindakna keperawatan


d. Gunakan baju, sarung tangan
sebagai alat pelindung
e. Ganti letak IV perifer dan
dressing sesuai dengan petunjuk
umum
f. Gunakan kateter intermiten untuk
menurunkan infeksi kandung
kencing
g. Tingkatkan intake nutrisi
h. Berikan terapi antibiotik
i. Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
j. Pertahakan teknik isolasi
k. Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
l. Monitor adanya luka
m. Dorong masukan cairan
n. Dorong istirahat
o. Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
p. Kaji suhu badan pada pasien
neutripenia setiap 4 jam.
Pembelajaran: Proses Penyakit 100% 3 3 3 3 3 1 3 3 2 2 2 3 3
a. Gali pengetahuan pasien tentang
proses penyakit
b. Jelaskan patofisiologi penyakit
c. Jelaskan tanda dan gejala penyakit
UNSUR UNSUR PATOKAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

d. Terangkan proses penyakit


e. Identifikasi proses kemungkinan
penyebab
f. Berikan informasi tentang kondisi
pasien
g. Hindari memberi harapan palsu
h. Diskusikan pilihan terapi
i. Terangkan rasional tindakan
j. Terangkan komplikasi
k. Terangkan tanda dan gejala apa
yang harus dilaporkan kepada
tenaga kesehatan
l. Jelaskan cara mencegah atau
meminimalkan komplikasi
penyakit.
Self Efficacy : Enhancement 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3
100%
a. Eksplorasi persepsi individu
tentang perilaku kesehatan
b. Identifikasi faktor penghalang
perubahan perilaku sehat
c. Bantu pasien untuk komiten
terhadap rencana perubahan
perilaku
d. Ciptakan lingkungan yang
supportiv untuk belajar dan
merubah perilaku
e. Demonstrasikan perilaku sehat
f. Ikut sertakan pasien untuk
UNSUR UNSUR PATOKAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

melakukan roleplay perilaku sehat


g. Berikan reinforcement positif dan
dukungan emosional selama
pembelajaran
h. Dorong untuk melakukan interaksi
dengan orang lain yang berhasil
menerapkan perilaku sehat
NIC: Health Education 1 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3
100%
a. Identifikasi faktor internal dan
eksternal yang mungkin
meningkatkan atau menurunkan
motovasi perilaku kesehatan
b. Bantu pasien dan keluarga untuk
mengklarifikasi nilai dan
kepercayaan terhadap kesehatan
c. Hindari menggunakan teknik yang
menakutkan untuk memotivasi
pasien untuk mengubah perilaku
kesehatannya
d. Ajarkan strategi untuk menentang
perilaku tidak sehat
e. Rencanakan long term follow up
untuk mempertahankan gaya hidup
sehat pada pasien
NIC: Self care assistance : Bathing 100% 3 1 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2

a. Kaji kebutuhan pasien akan


bantuan selfcare-mandi
UNSUR UNSUR PATOKAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

b. Tempatkan handuk, sabun, dan


peralaan lain yang digunakan
ditempat yang mudah dijangkau
pasien
c. Bantu pasien melakukan oral
hygiene
d. Bantu pasin untuk mandi
e. Monitor kebersihan kuku
f. Monitor integritas kulit pasien
g. Pertahankan hygiene pasien
h. Dorong keluarga untuk ikut
berpartisipasi dalam hygiene pasien
Self care assistance: grooming 100% 3 1 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2
a. Libatkan pasien untuk pemilihan
pakaian yang akan dipakai
b. Pertahankan privasi saat
melakukan grooming pada pasien
c. Bantu pasien menggunakan
pakaiannya
d. Tempatkan pakaian yang sudah
kotor ke laundry
e. Bantu pasien untuk berias
NIC: Self Care Assistance: Feeding 100% 3 1 3 3 3 3 3 2 1 2 2 3 2
a. Kaji kemampuan pasien untuk
menelan
b. Identifikasi diit pasien
c. Pastikan posisi pasien nyaman
untuk mengunyah dan menelan
d. Tempatkan makanan dan minuman
UNSUR UNSUR PATOKAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

mudah dijangkau oleh pasien


e. Monitor bera badan pasien, bila
diperlukan
f. Monitor status hidrasi, bila
diperlukan
g. Bantu pasien untuk makan ataupun
minum
NIC: Self care assistance: toileting 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2
a. Bantu pasien ke toilet, bila 100%
memungkinkan
b. Jaga privasi pasien
c. Fasilitasi toilet hygiene setelah dari
toilet
d. Bantu pasien mengenakan
celana/pakaian setelah dari toilet
e. Monitor status integritas kulit
pasien
Petunjuk pengisian :
1= Memenuhi Unsur,
2= Memenuhi Perkecualian,
3= Deviasi,
Tabel 105. Hasil Audit Keperawatan Evaluasi Keperawatan pada Rekam Keperawatan Pasien dengan Penyakit Tuberkulosis Paru di Dahlia
3 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

UNSUR UNSUR PATOKAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13


(00031) Bersihan jalan nafas tidak efektif 1 2 1 1 2 1 2 1 2 1 1 3 1
S : adanya keluhan rasa tidak nyaman saat bernafas 100%
O : tanda tanda gangguan bernafas (sesak nafas, RR
meningkat,mucus berlebih), perubahan tekanan darah,
nadi, gelisah.
A : bersihan jalan nafas teratasi/ teratasi sebagian/ belum
teratas
P : lanjutkan intervensi/ tambahan intervensi
(00030) Gangguan pertukaran gas 100% 1 2 1 1 2 2 3 1 2 2 2 3 3
S : adanya keluhan dalam bernafas, sputum berlebihan,
terdapat dypsnea.
O : perubahan tekanan darah, nadi, pernapasan,
A : Gangguan pertukaran gas teratasi/ teratasi sebagian/
belum teratasi
P : lanjutkan intervensi/ tambahan intervensi
(00002) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari 100% 1 1 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 2
kebutuhan tubuh
S: Tanyakan keluhan makan, tanyakan mengenai nafsu
makan, tanyakan makanan kesukaan, muntah
UNSUR UNSUR PATOKAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
O: Ukur BB, TB
A: masalah teratasi/ teratasi sebagian/ tidak teratasi
P: lanjutkan intervensi/ tambahan intervensi

(00004) Resiko infeksi 100% 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1


S : adanya keluhan terkait tanda tanda infeksi
O : pasien mengalami tindakan invasive/ post operasi,
adanya tanda-tanda infeksi. Tanda-tanda vital dalam
keadaan normal.
A : resiko infeksi teratasi/ teratasi sebagian/ belum
teratasi
P : lanjutkan intervensi/ tambahan intervensi
(00126) Kurang pengetahuan 100% 1 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3
S: Pasien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit
yang diderita dan tentang perawatan di rumah.
O: Tanda-tanda vital normal, pasien bingung dan tidak
mengetahui jawaban tentang penyakitnya.
A: masalah teratasi/ teratasi sebagian/ tidak teratasi
P: lanjutkan intervensi/ tambahan intervensi
(00078) Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri 100% 1 2 2 2 3 3 3 2 3 2 2 2 3
S: Pasien mengatakan memiliki kemauan untuk merubah
kebiasaan buruk kesehatannya.
O: Pasien dapat menyebutkan kebiasaan-kebiasaan baik
dan buruk, menunjukkan perilaku kesehatan yang baik.
A: masalah teratasi/ teratasi sebagian/ tidak teratasi
P: lanjutkan intervensi/ tambahan intervensi
(00099) Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatn 100% 1 2 2 2 3 3 3 2 3 2 2 3 3
S: Pasien mengatakan mengetahui tentang pemeliharaan
kesehatan yang baik
O: Pasien memiliki kebiasaan kesehatan yang buruk.
UNSUR UNSUR PATOKAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
A: masalah teratasi/ teratasi sebagian/ tidak teratasi
P: lanjutkan intervensi/ tambahan intervensi
(00079) Ketidakpatuhan 100% 1 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 3
S: Pasien mengatakan mau minum obat
O: Pasien masuk dengan keterangan putus obat, obat
diminum
A: masalah teratasi/ teratasi sebagian/ tidak teratasi
P: lanjutkan intervensi/ tambahan intervensi
(00108) Defisit Perawatan Diri: mandi 100% 1 2 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2
S: Pasien mengatakan mau dan mampu untuk mandi
O: Pasien tampak bersih.
A: masalah teratasi/ teratasi sebagian/ tidak teratasi
P: lanjutkan intervensi/ tambahan intervensi
(00109) Defisit perawatan diri: berpakaian 100% 1 2 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2
S: Pasien mengatakan merasa lemah dan tidak mampu
untuk menggunakan pakaian.
O: Pasien menggunakan pakaian dengan asal-asalan.
A: masalah teratasi/ teratasi sebagian/ tidak teratasi
P: lanjutkan intervensi/ tambahan intervensi
(00102) Defisit perawatan diri: makan 100% 1 2 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 2
S: Pasien mengatakan merasa kesulitan untuk makan dan
tidak mau makan. Pasien merasa kenyang
O: Makanan masih tersisa/habis.
A: masalah teratasi/ teratasi sebagian/ tidak teratasi
P: lanjutkan intervensi/ tambahan intervensi
(00110) Defisit perawatan diri: eliminasi 100% 1 2 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2
S: Pasien mengatakan merasa kesulitan untuk buang air
besar atau kecil
O: Pasien terpasang alat bantu (pampers/DC), tidak
mampu untuk ke toilet.
UNSUR UNSUR PATOKAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
A: masalah teratasi/ teratasi sebagian/ tidak teratasi
P: lanjutkan intervensi/ tambahan intervensi
*Petunjuk pengisian :
1= Memenuhi Unsur,
2= Memenuhi Perkecualian,
3= Deviasi,

Tabel 106. Hasil Audit Keperawatan Discharge Planning Keperawatan pada Rekam Keperawatan Pasien dengan Penyakit Tuberkulosis Paru di Dahlia 3 RSUP
Dr. Sardjito Yogyakarta

UNSUR UNSUR PATOKAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13


1. Pendidikan kesehatan tentang kepatuhan minum obat 100% 1 2 2 2 2 1 2 3 1 2 2 1 2
2. Edukasi memperbaiki kondisi imun: Diit, TKTP, 100% 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 2 1 2
olahraga, istirahat cukup
3. Ajarkan efek samping minum obat 100% 1 3 1 1 2 3 2 1 3 2 2 1 2

4. Edukasi tentang ventilasi rumah yang baik 100% 1 3 1 1 2 3 2 3 3 2 2 3 2


5. Edukasi tentang pengelolaan sputum 100% 1 3 2 3 2 3 2 3 3 2 2 1 2
6. Edukasi batuk, bersin mulut harus ditutup 100% 1 3 2 2 2 3 2 1 3 2 2 1 2
7. Edukasi tidak meludah sembarangan 100% 1 3 2 2 2 3 2 3 3 2 2 1 2
8. Perawatan Luka 100% 1
9. Cara Latihan ROM 100% 1
*Petunjuk pengisian :
1= Memenuhi Unsur,
2= Memenuhi Perkecualian,
3= Deviasi,
Tabel 107. Hasil Rekapitulasi nilai Audit Proses Keperawatan penyakit Tuberkulosis Paru menurut Rekam Medik di RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta

Total nilai (%)


No. Rekam Medik Unsur
Sesuai perkecualian Deviasi

Pengkajian 43 (82,69 %) 8 (15,38%) 1(1, 92)


Diagnosa 2 (16,67%) 1 (8,33%) 9 (75%)
Perencanaan 10 (26,32%) 10 (26,32%) 18 (47,36%)
01.78.62.55 (1*)
Implementasi 7 (53,85%) 0 6 (46,15%)
Evaluasi 12 (100%) 0 0
Discharge planning 7 (100%) 0 0
Pengkajian 43 (82,69%) 9 (17,31%) 0
Diagnosa 1 (8,33%) 9 (75%) 2 (16,67)
Perencanaan 3 (7,89%) 29 (76,32%) 6 ( 15,79%)
01.75.12.65 (2*)
Implementasi 8 (61,54%) 1 (7,69%) 4 (30,77%)
Evaluasi 2 (16,67%) 10 (83,33%) 0
Discharge planning 0 2 (28,57) 5 (71,43%)
Pengkajian 39 (75%) 13 (25%) 0
Diagnosa 1 (8,33%) 10 (83,33%) 1(8,33%)
Perencanaan 7 (18,42%) 28 (73,68%) 3 (7,89%)
01.70.65.82 (3*)
Implementasi 3 (23,07%) 3 (23,07%) 7 (53,85%)
Evaluasi 3 (25%) 3 (25%) 6 (50%)
Discharge planning 3 (42,86%) 4 (57,14%) 0
01.70.26.89 (4*) Pengkajian 34 (65,38%) 18 (34,62%) 0
Diagnosa 3 (25%) 9 (75%) 0
Perencanaan 11 (28,95%) 27 (71,05%) 0
Implementasi 3 (23,08%) 2 (15,38%) 8 (61,54%)
Evaluasi 3 (25%) 3 (25%) 6 (75%)
Total nilai (%)
No. Rekam Medik Unsur
Sesuai perkecualian Deviasi

Discharge planning 3 (42,86%) 3 (42,86%) 1 (14,28%)


Pengkajian 33 (63,46%) 13 (25%) 6 (11,54%)
Diagnosa 1 (8,33%) 3 (25%) 8 (66,67%)
Perencanaan 3 (7,90%) 11 (28,95%) 24 (63,15%)
00.59.56.74 (5*)
Implementasi 1 (7,69%) 1 (7,69%) 11 (84,62)
Evaluasi 1 (8,33%) 3 (25%) 8 (66,67%)
Discharge planning 0 7 (100%) 0
Pengkajian 39 (75%) 11 (21,15%) 2 (3,85%)
Diagnosa 2 (16,67%) 1 (8,33%) 9 (75%)
Perencanaan 8 (21,05%) 4 (10,53%) 26 (68,42%)
01.74.22.86 (6*)
Implementasi 2 (15,38%) 0 (62,5%) 11 ( 84,62%)
Evaluasi 2 (16,67%) 2 (16,67%) 8 (66,67%)
Discharge planning 2 (28,57%) 0 (0%) 5 (71,43)
Pengkajian 43 (82,69%) 9 (17,31%) 0
Diagnosa 1 (8,33%) 4 (33,33%) 7 (58,33%)
Perencanaan 8 (21,05%) 12 (31,58%) 18 (47,37%)
01.71.33.26 (7*)
Implementasi 3 (23,08%) 0 (37,5%) 10 (76,92%)
Evaluasi 1 (8,33%) 1 (8,33%) 10 (83,33%)
Discharge planning 0 7 (100%) 0
Pengkajian 44 (84,62%) 8 (15,38%) 0
Diagnosa 2 (16,67%) 6 (50%) 4 (33,33%)
Perencanaan 8 (21,05%) 19 (50%) 11 (28,95%)
01.74.61.30 (8*)
Implementasi 3 (23,08%) 5 (38,46%) 5 (38,46%)
Evaluasi 4 (33,33%) 6 (50%) 2 (16,67%)
Discharge planning 3 (42,86%) 0 (50%) 4 (57,14%)
01.72.69.02 (9*) Pengkajian 39 (75%) 9 (17,31%) 4 (7,69%)
Diagnosa 1 (8,33%) 3 (25%) 8 (66,67%)
Perencanaan 2 (5,26%) 19 (50%) 17 (44,74%)
Total nilai (%)
No. Rekam Medik Unsur
Sesuai perkecualian Deviasi

Implementasi 2 (15,38%) 7 (53,85%) 4 (30,77%)


Evaluasi 1 (8,33%) 4 (33,33%) 7 (58,33%)
Discharge planning 2 (28,57%) 0 (40%) 5 (71,43%)
Pengkajian 43 (82,69%) 8 (15,39%) 1 (1,92%)
Diagnosa 2 (16,67%) 10 (83,33%) 0
Perencanaan 12 (31,58%) 24 (63,16) 2 (5,26%)
01.73.77.69 (10*)
Implementasi 4 (30,77%) 9 (69,23%) 0
Evaluasi 2 (16,67%) 10 (83,33%) 0
Discharge planning 0 7 (100%) 0
Pengkajian 47 (90,38%) 5 (9,62%) 0
Diagnosa 2 (16,67%) 10 (83,33%) 0
Perencanaan 8 (21,05%) 27 (71,05%) 3 (7,90)
01.72.07.25 (11*)
Implementasi 4 (30,77%) 8 (61,54%) 1 (7,69%)
Evaluasi 2 (16,67%) 10 (83,33%) 0
Discharge planning 0 7 (100%) 0
Pengkajian 41 (78,85%) 7 (13,46%) 4 (7,69%)
Diagnosa 1 (8,33%) 6 (50%) 5 (41,67%)
Perencanaan 1 (2,63%) 20 (52,63%) 17 (44,74%)
01.71.30.84 (12*)
Implementasi 1 (7,70%) 3 (23,07%) 9 (69,23%)
Evaluasi 1 (8,33%) 5 (41,67%) 6 (50%)
Discharge planning 6 (85,71%) 0 (0%) 1 (14,29%)
Pengkajian 32 (61,54%) 13 (25%) 7 (13,46%)
Diagnosa 1 (8,33%) 7 (58,33%) 4 (33,33%)
Perencanaan 6 (15,79%) 3 (7,89%) 29 (76,32%)
01.54.74.17(13*) Implementasi 1 (7,69%) 6 (46,15%) 6 (46,15%)
Evaluasi 2 (16,67%) 4 (33,33) 6 (50%)
Discharge planning 0 7 (100%) 0
Tabel 108. Hasil Rekapitulasi nilai Audit Proses Keperawatan penyakit Tuberkulosis Paru menurut Unsur Unsur Keperawatan di RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta

Unsur Unsur Skor Total (%)


No.
Keperawatan Sesuai Standar Perkecualian Deviasi
1. Pengkajian 520 (76,92%) 131 (19,38%) 25 (3,70%)
2. Diagnosa 19 (12,18%) 79 (50,64%) 58 (37,18%)
3. Perencanaan 87 (17,61%) 233 (47,17%) 174 (35,22%)
4. Implementasi 42 (26,92%) 45 (28,85%) 69 (44,23%)
5. Evaluasi 36 (23,08%) 61 (39,10%) 59 (37,82%)
6. Discharge Planning 26 (28,57%) 44 (48,35%) 21 (23,08%)
Identifikasi data dan kriteria
1. Rekam medis : 01.78.62.55
2. Rekam medis : 01.75.12.65
3. Rekam medis : 01.70.65.82
4. Rekam medis : 01.70.26.89
5. Rekam medis : 00.59.56.74
6. Rekam Medis : 01.74.22.86
7. Rekam Medis : 01.71.33.26
8. Rekam Medik : 01.74.61.30
9. Rekam Medik : 01.72.69.02
10. Rekam Medik : 01.73.77.69
11. Rekam Medik : 01.72.07.25
12. Rekam Medik : 01.71.30.84
13. Rekam Medik : 01.54.74.17
Kode pengumpulan data:
1= Memenuhi standar
2 = Memenuhi perkecualian
3= Penyimpangan
3. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
a. Analisa
Dari hasil evaluasi terhadap dokumen instrumen audit keperawatan pada
pasien dengan penyakit Tuberkulosis Paru yang disusun berdasarkan SAK Penyakit
Dalam tahun 2014 yang sudah ada dan berbagai literatur materi, maka dapat
disimpulkan bahwa dokumen instrumen audit keperawatan telah terlaksana 100%
(pedoman terlampir). Audit keperawatan pasien penyakit Tuberkulosis Paru juga telah
terlaksana 100%.
b. Pembahasan
Pengkajian
Data pengkajian didapatkan dari lembar pengkajian awal pasien rawat inap
anak yang telah diisi perawat di bangsal sebelum masuk Dahlia 3. Selain itu, data
pengkajian juga didapatkan dari lembar monitoring 24 jam, lembar pemeriksaan
penunjang (laboratorium). Berdasarkan hasil audit terhadap 13 asuhan keperawatan
pada pasien penyakit Tuberkulosis Paru diketahui bahwa item pengkajian sudah
dilakukan dengan baik sesuai standar oleh perawat yaitu pengkajian mengenai
observasi takikardi, penurunan kesadaran (gelisah, somnolen, apatis), perabaan nadi
kecil atau lemah, penuruna perfusi ekstremitas (CRT >2 detik), penurunan keluaran
urin (>1 cc/kg/bb/jam) dan pemeriksaan penunjang.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa merupakan masalah yang harus diatasi dalam penentuan diagnosa
keperawatan dan memberikan dasar untuk pemilihan intervensi keperawatan untuk
mencapai tujuan/hasil yang diinginkan. Penilaian klinis tentang respon individu,
keluarga atau komunitas terhadap proses kehidupan/masalah kesehatan baik aktual
maupun potensial yang dikatakan dengan diagnosa keperawatan. Pada item diagnosa
keperawatan ditemukan adanya penyimpangan sebagai berikut:

Tabel 109
Pendokumentasian Diagnosa Keperawatan pada Pasien penyakit Tuberkulosis
Paru di ruang Dahlia 3 RSUP Dr. Sardjito

Kode Diagnosa yang seharusnya Diagnosa


No Deviasi
sampel muncul terdokumentasi
1 RM 1 Gangguan pertukaran gas, bersihan Bersihan jalan nafas tidak 9
jalan nafas tidak effektif, efektif, Gangguan
ketidakseimbangan nutrisi kurang pertukaran gas, Resiko
dari kebutuhan, resiko infeksi, infeksi, Fatique, Pola
kurang pengetahuan, Nafas Inefektif
ketidakefektifan manajemen
kesehatan diri, ketidakefektifan
pemeliharaan kesehatan, defisit
perawatan diri: mandi, defisit
perawatan diri: berpakaian, defisit
perawatan diri: makan, defisit
perawatan diri: eliminasi
2 RM 2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang Resiko infeksi 2
dari kebutuhan, resiko infeksi,
kurang pengetahuan.
3 RM 3 Ketidakseimbangan nutrisi kurang Resiko infeksi 1
dari kebutuhan, resiko infeksi,
4 RM 4 Gangguan pertukaran gas, bersihan Bersihan jalan nafas tidak 0
jalan nafas tidak effektif, resiko efektif, Gangguan
infeksi. pertukaran gas, Resiko
infeksi, Fatique,
Hipertermi

5 RM 5 Resiko infeksi, kurang Resiko infeksi 8


pengetahuan, ketidakefektifan
manajemen kesehatan diri,
ketidakefektifan pemeliharaan
kesehatan, ketidakpatuhan, defisit
perawatan diri: mandi, defisit
perawatan diri: berpakaian, defisit
perawatan diri: makan, defisit
perawatan diri: eliminasi
6 RM 6 Bersihan jalan nafas tidak effektif, Bersihan jalan nafas tidak 9
ketidakseimbangan nutrisi kurang efektif, Resiko infeksi
dari kebutuhan, resiko infeksi,
kurang pengetahuan,
ketidakefektifan manajemen
kesehatan diri, ketidakefektifan
pemeliharaan kesehatan,
ketidakpatuhan, defisit perawatan
diri: mandi, defisit perawatan diri:
berpakaian, defisit perawatan diri:
makan, defisit perawatan diri:
eliminasi
7 RM 7 Bersihan jalan nafas tidak effektif, Resiko infeksi, Fatique 7
ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan, resiko infeksi,
kurang pengetahuan, defisit
perawatan diri: mandi, defisit
perawatan diri: berpakaian, defisit
perawatan diri: makan, defisit
perawatan diri: eliminasi.
8 RM 8 Gangguan pertukaran gas, bersihan Bersihan jalan nafas tidak 4
jalan nafas tidak effektif, efektif, Resiko infeksi
ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan, resiko infeksi,
kurang pengetahuan,
ketidakpatuhan.
9 RM 9 Ketidakseimbangan nutrisi kurang Resiko infeksi, Pola Nafas 8
dari kebutuhan, resiko infeksi, Inefektif, Kerusakan
ketidakefektifan manajemen Integritas Kulit, Nyeri
kesehatan diri, ketidakefektifan Akut
pemeliharaan kesehatan,
ketidakpatuhan, defisit perawatan
diri: mandi, defisit perawatan diri:
berpakaian, defisit perawatan diri:
makan, defisit perawatan diri:
eliminasi
10 RM 10 Gangguan pertukaran gas, bersihan Resiko infeksi, 10
jalan nafas tidak effektif, Ketidakseimbangan nutrisi
ketidakseimbangan nutrisi kurang kurang dari kebutuhan
dari kebutuhan, resiko infeksi, tubuh
kurang pengetahuan,
ketidakefektifan manajemen
kesehatan diri, ketidakefektifan
pemeliharaan kesehatan,
ketidakpatuhan, defisit perawatan
diri: mandi, defisit perawatan diri:
berpakaian, defisit perawatan diri:
makan, defisit perawatan diri:
eliminasi
11 RM 11 Gangguan pertukaran gas, bersihan Ketidakseimbangan nutrisi 10
jalan nafas tidak effektif, kurang dari kebutuhan
ketidakseimbangan nutrisi kurang tubuh, Resiko infeksi
dari kebutuhan, resiko infeksi,
kurang pengetahuan,
ketidakefektifan manajemen
kesehatan diri, ketidakefektifan
pemeliharaan kesehatan,
ketidakpatuhan, defisit perawatan
diri: mandi, defisit perawatan diri:
berpakaian, defisit perawatan diri:
makan, defisit perawatan diri:
eliminasi
12 RM 12 Gangguan pertukaran gas, bersihan Resiko infeksi, Pola Nafas 4
jalan nafas tidak effektif, Inefektif
ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan, resiko infeksi,
kurang pengetahuan.
13 RM 13 Gangguan pertukaran gas, bersihan Bersihan jalan nafas tidak 4
jalan nafas tidak effektif, resiko efektif, Resiko infeksi
infeksi, kurang pengetahuan,
ketidakefektifan manajemen
kesehatan diri, ketidakefektifan
pemeliharaan kesehatan,

Penulisan diagnosa keperawatan sudah dilaksanakan dengan baik. Namun


pada diagnosa keperawatan yang didokumentasikan tidak dituliskan etiologi maupun
data obyektif dan data subyektif yang mendasari diagnosa tersebut. Berdasarkan
wawancara dengan PN dan AN, hal ini dikarenakan sistem pendokumentasian di
Dahlia 3 telah menggunakan form rencana penatalaksanaan terintegrasi. Pada form
tersebut terdiri dari 6 kolom yaitu: kolom I berisi tanggal dan jam, kolom II berisi
masalah, kolom III berisi kebutuhan pasien dan tujuan terstruktur, kolom IV berisi
rencana penatalaksanaan, kolom V berisi nama dan tanda tangan DPJP dan kolom VI
berisi tanggal masalah teratasi. Penggunaan form dokumentasi tersebut memberikan
dampak yang positif karena adanya kerjasama dari berbagai profesi, baik dokter,
perawat, dietian mengenai asuhan/tindakan/tujuan yang ingin dicapai untuk
memenuhi kebutuhan pasien. Berdasarkan data yang ada pada 13 RM pasien, bisa
ditegakkan/dimunculkan diagnosa keperawatan seperti pada tabel 8. Akan tetapi,
diagnosa tersebut belum ditegakkan/didokumentasikan seluruhnya oleh perawat
padahal data yang mendukung untuk dimunculkan diagnosa tersebut ada.
Perencanaan
Tahap perencanaan merupakan bagian dari kegiatan problem solving,
perencanaan dalam proses keperawatan dimulai setelah data dianalisis dan masalah
perencanaan atau diagnosa keperawatan ditentukan. Secara sederhana rencana
keperawatan merupakan keputusan awal tentang apa yang akan dilakukan,
bagaimana, kapan dan siapa yang akan melakukan kegiatan tersebut. Pada
perencanaan yang dinilai apakah perencanaan tersebut diisi sesuai dengan diagnosa.
Pada perencanaan RM 1-13 diisi sesuai diagnosa yang muncul.

Implementasi
Pada implementasi yang dinilai adalah apakah implementasi tersebut diisi
sesuai dengan diagnosa dan pedoman yang ada atau tidak, diimplementasi tidak
ditemukan penyimpangan karena implementasi dikerjakan sesuai diagnosa dan
intervensi.
Evaluasi
Pada evaluasi komponen dinilai melalui S, O, A, dan P dimana SOAP ini juga
disesuaikan dengan diagnosa keperawatan yang muncul. Apabila suatu diagnosa
muncul tetapi pada SOAP tidak, maka akan disebut penyimpangan. Saat dilakukan
audit pada evaluasi didapatkan hasil bahwa penulisannya secara umum sudah baik,
karena pencatatan pada SOAP sesuai dengan diagnosa keperawatan.
Discharge Planning
Perencanaan pasien yang akan pulang dapat menentukan perawatan klien
sewaktu di rumah oleh diri klien sendiri ataupun keluarga, sehingga pengobatan di
rumah dipengaruhi oleh pengetahuan yang diperoleh mengenai penyakit yang diderita
klien tersebut. Pada 13 RM yang akan dilakukan audit, discharge planning sudah
dilaksanakan, namun belum ada format discharge planning secara khusus untuk
pasien dengan tuberkulosis.
4. FAKTOR KENDALA DAN PENDUKUNG
a. Faktor Kendala
1) Kesulitan/membutuhkan waktu yang cukup lama dalam mendapatkan pedoman
penilaian Audit Keperawatan.
b. Faktor Pendukung
1) Adanya dukungan, bimbingan dan motivasi dari Komite Keperawatan, Ketua
KFK Penyakit Dalam, Kepala Ruang Dahlia 3, PN dan AN Ruang Dahlia 3.
2) Adanya beberapa literatur mengenai Audit Keperawatan.
3) Adanya sumber-sumber pustaka mengenai Tuberkulosis Paru.
4) Adanya dukungan dan kerjasama dari rekan-rekan kelompok stase
manejemen.
5. KESINAMBUNGAN
Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan agar terjadi kesinambungan
sehingga hasil audit keperawatan pasien dnegan DSS yang akan datang terlaksana lebih
baik, yaitu:
a. Ketua Komite Keperawatan dan jajarannya bersama Ketua
KFK Penyakit Dalam melakukan forum seminar tentang draft instrumen Audit
Keperawatan pasien dengan Tuberkulosis Paru sehingga bisa dilakukan evaluasi
terhadap penyusunan instrument audit keperawatan, dan selanjutnya dapat digunakan
untuk menilai asuhan keperawatan seluruh pasien dengan Tuberkulosis Paru pada
rekam keperawatan rawat di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
b. Komite Keperawatan, Ketua KFK Penyakit Dalam perlu
melakukan evaluasi terhadap diagnosa tambahan yang sering muncul pada pasien
dengan Tuberkulosis Paru dari hasil Audit Keperawatan pada RM untuk menilai
kesesuaian asuhan keperawatan dengan SAK Perlu dilakukan penambahan kolom
untuk discharge planing khusus untuk penyakit Tuberkulosis, sehingga dapat
dilakukan discharge planning khusus untuk penyakit tuberkulosis.
c. Kepala Ruang bersama perawat Ruang harus mempunyai
komitmen bersama antara pihak-pihak terkait yang terlibat dalam audit keperawatan
sehingga audit dapat terus dilaksanakan dan ditingkatakan di masa yang akan datang
6. REFLEKSI KEPEMIMPINAN
Gaya kepemimpinan yang digunakan dalam stase managemen di Dahlia 3 ini adalah
demokratis yaitu semua anggota kelompok memiliki porsi yang sama dalam menentukan
keputusan, jadi tidak hanya terfokus pada ketua kelompok. Selain itu apabila terdapat
masalah program kerja dari masing-masing individu, maka diputuskan secara
bermusyawarah. Ketua bersifat memoderatori dan menyimpulkan hasil kesepakatan
kelompok

D. Penyusunan Panduan Praktik Klinik Keperawatan (PPKK) Dan Penyusunan


Clinical Pathway (CP)

a. Pelaksanaan
a. Langkah langkah kegiatan
Berdasarkan permasalahan yang telah ditemukan maka akan dilakukan upaya untuk
menyusun draft PPKK.
Tabel 110. Langkah langkah kegiatan penyusunan PPKK

No Kegiatan Pelaksana Sasaran Tujuan Waktu Tempat


A PERSIAPAN
1 Melihat SPO Ners Dokumen Untuk mendapatkan 5 Ruang
penyusunan Muda SPO gambaran tentang Januari Bagian
SAK bersama penyusunan format PPKK yang 2016 Keperaw
Kepala PPKK sesuai atan
Bagian
Keperawat
an
2 Konsultasi Ners Dokumen Untuk mendapatkan 5 Ruang
dengan Komite Muda penyusunan gambaran tentang Januari Komite
Keperawatan bersama PPKK format PPKK yang 2016 Keperaw
untuk mendapat ketua sesuai atan
pedoman cara Komite
penyusunan Keperawat
PPKK an
3 Konsultasi Ners Dokumen Untuk mengetahui 5 Ruang
dengan ketua Muda penyusunan daftar PPKK yang Januari KaRu
KFK Penyakit bersama PPKK akan disusun 2016 Dahlia 4
Dalam untuk Ketua
mengetahui KFK
daftar PPKK Penyakit
yang akan Dalam
disusun
4 Melihat kembali Ners Dokumen Mengumpulkan data 6 Dahlia 3
isi SAK revisi Muda SAK 2011 dan melihat bab atau Januari
2011 dan dan Buku sub-bab yang perlu 2016
mencari daftar Register direvisi, baik dari segi
penyakit yang Pasien isi maupun tata
sering terjadi di Masuk penulisan
ruang Dahlia 3 Ruang
Dahia 3
tahun 2015
B PELAKSANAA
N
1 Mencari literatur Ners Ketua KFK, Mendapatkan sumber 6-8 Dahlia 3,
Muda Kepala yang tepat dan up to Januari perpusta
Ruang, date dalam merevisi 2016 kaan
Ketua Tim, dan menyusun
perpustakaa pedoman praktik
n klinik keperawatan
airborne disease
2 Membuat draft Ners Buku Menyusun pedoman 7- 11 Dahlia 3
PPKK penyakit Muda Standar praktik klinik Januari
dalam yang telah Asuhan keperawatan yang 2016
ditentukan Keperawata baru dan Melengkapi
n penyakit hal-hal yang belum
dalam, ada di SAK dan
Nanda, menyesuaikan dengan
NOC, NIC kondisi dan kebijakan
2015-2017 yang terbaru
3 Konsultasi hasil Ners Ketua KFK Mendiskusikan isi 12 Dahlia 4
penyusunan Muda draft PPKK Januari
pedoman praktik 2016
klinik
keperawatan
penyakit dalam
C EVALUASI

b. Jadwal Kegiatan
Tabel 111. Jadwal Kegiatan Penyusunan Draft PPKK
Di Dahlia 3 RSUP DR Sardjito

No Kegiatan 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A PERSIAPAN

1 Mengumpulkan data

2 Mengkaji isi

3 Mengkaji susunan

4 Melakukan koordinasi

5 Mencari literature

B PELAKSANAAN

1 Menyusun draft PPKK


2 Konsultasi KFK Penyakit


Dalam

4 Merevisi draft

C EVALUASI

1 Melakukan forum diskusi

2 Penyerahan draft

3 Evaluasi penyusunan

Keterangan : = rencana, = pelaksanaan

c. Anggaran Biaya
Tabel 112. Anggaran Biaya Penyusunan Draft PPKK
Di Dahlia 3 RSUP DR Sardjito

No Kegiatan Rencana Realisasi

1 Foto copy Rp 30.000,00 Rp 50.000,00


2 Print Rp 30.000,00 Rp 25.000,00
3 Konsumsi Rp 30.000,00 Rp 46.875,00

Jumlah Rp 90.000,00 Rp 121.875,00

2. Hasil (Terlampir)
3. Faktor Pendukung dan Kendala
a. Faktor pendukung
a. Adanya SAK yang telah direvisi tahun 2011
b. Adanya dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak seperti Kepala ruang, PN,
KFK Penyakit Dalam di RSUP DR Sardjito
c. Adanya dukungan dan bimbingan dari pembimbing akademik stase manajemen
keperawatan
d. Tersedianya literature terkait kasus yang diambil dalam penyusunan PPKK
b. Faktor kendala
Penyusunan pedoman praktik klinik keperawatan membutuhkan studi literatur
dan pencarian referensi khusus untuk mendapatkan literatur yang sesuai dan terbaru
supaya rencana asuhan keperawatan dapat dibuat dengan tepat dan aplikatif. Adopsi
NIC yang tidak sepenuhnya dapat dilakukan di Indonesia dan Rumah Sakit juga
bahasa yang masih baku dan sukar dipahami, serta belum adanya bahasa standar dari
NANDA, NOC, dan NIC dalam bahasa indonesia.
Di RSUP Dr Sardjito sekarang sudah menggunakan catatan terintegrasi oleh
tenaga medis yang merawat pasien untuk memenuhi kebutuhan pasien, sehingga
dalam penyusunan PPKK dan CP pun harus berdiskusi dengan tenaga medis yang
terlibat dalam pemenuhan kebutuhan pasien, namun hal tersebut masih terkendala
oleh waktu.

4. Kesinambungan
KFK Penyakit Dalam akan menjadikan PPKK sebagai salah satu acuan yang
akan digunakan dalam merevisi SAK, serta KFK Penyakit Dalam akan
menindaklanjuti draft PPKK dan CP yang sudah dibuat oleh ners muda dengan
mengajukan kepada komite dan bidang keperawatan RSUP Dr. Sardjito. Selanjutnya,
menjadi PPKK yang sah dan ditandatangani oleh direktur RSUP Dr. Sardjito.

5. Refleksi Gaya Kepemimpinan


Gaya kepemimpinan yang digunakan dalam stase manajemen di Dahlia 3 ini adalah
demokratis yaitu semua anggota kelompok memiliki porsi yang sama dalam menentukan
keputusan, jadi tidak hanya terfokus pada ketua kelompok. Selain itu apabila terdapat
masalah dalam program kerja dari masing masing individu, maka akan diputuskan
secara bermusyawarah. Ketua bersifat memoderatori dan menyimpulkan hasil
kesepakatan kelompok.

E. Upaya Pelaksanaan dan Evaluasi Diskusi Refleksi Kasus Perawatan Luka Modern
Dressing Pada Ulkus Diabetikum

1. Pelaksanaan
a. Langkah-langkah Kegiatan
Tabel 113. Langkah-langkah Kegiatan Upaya Pelaksanaan dan Evaluasi Diskusi Refleksi
Kasus Perawatan LukaModern Dressing Pada Ulkus Diabetikum

No Kegiatan Pelaksana Sasaran Tujuan Waktu Tempat


A Persiapan
1. Mempelajari Ners Memahami Memiliki 2 Ruang
protap DRK Muda protap DRK, kesiapan untuk Januari Dahlia 3
melakukan 2016 RSUP Dr.
sosialisasi Sardjito
protap DRK
No Kegiatan Pelaksana Sasaran Tujuan Waktu Tempat
2. Melakukan Ners Terpilihnya Terdapat 2-4 Ruang
koordinasi Muda kasus dan kesepakatan Januari Dahlia 3
dengan Karu waktu kasus, peserta, 2016 RSUP Dr.
pelaksanaan dan waktu Sardjito
mengenai
serta peserta pelaksanaan
pelaksanaan DRK. DRK.
kegiatan DRK

3. Mencari Ners Buku, Jurnal, Mendapatkan 4 -6 Ruang


literature dan Muda dan artikel sumber Januari Dahlia 3
membuat tentang materi informasi yang 2016 RSUP Dr.
terkait Sardjito
materi DRK sesuai dengan
materi DRK
yang telah
ditetapkan

4. Konsultasi Ners Tersusunnya Memiliki 5-7 Ruang


dengan Karu, Muda materi DRK persiapan materi Januari Dahlia 3
PN, DRK 2016 RSUP Dr.
Sardjito
pembimbing
akademik
mengenai
materi DRK

B. Pelaksanaan
5. Melaksanakan PN dan KaRu, PN, Diskusi refleksi 8 Ruang
diskusi refleksi Ners dan AN kasus (DRK) Januari Dahlia 3
kasus Muda Dahlia 3 dapat 2016 RSUP Dr.
dilaksanakan Sardjito
sesuai protap
C Evaluasi
6. Evaluasi Ners KaRu, PN dan Terlaksananya 11 Ruang
pelaksanaan muda dan AN Dahlia 3 diskusi refleksi Januari Dahlia 3
diskusi refleksi KaRu RSUP Dr. kasus sesuai 2016 RSUP Dr.
Dahlia 3 Sardjito protap, Sardjito
kasus
RSUP Dr. antusiasme
Sardjito peserta dan
kehadiran

b. Jadwal Kegiatan
Tabel 114. Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Diskusi Refleksi Kasus di Ruang Dahlia 3 IRNA I RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta 2- 11 Januari 2016
No Kegiatan Tanggal 2-13 Januari 2016

A. Persiapan 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1 Mempelajari protap DRK X


2 Koordinasi dengan Karu, X X


dan PN mengenai

pelaksanaan kegiatan
DRK

3 Mencari literature dan X X X


membuat materi DRK

4 Konsultasi dengan Karu, X X X


PN, pembimbing
akademik mengenai
materi DRK

B. Pelaksanaan
4 Melaksanakan diskusi X
refleksi kasus dengan
tema: Perawatan ulkus
diabetic dengan modern
dressing

C. Evaluasi
5 Evaluasi pelaksanaan X
DRK

Keterangan :

X : Perencanaan : Pelaksanaan

c. Anggaran Biaya
Tabel 115. Anggaran Biaya Pelaksanaan Kegiatan Diskusi Refleksi Kasus di Ruang
Dahlia 3 IRNA I RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta 2-11 Januari 2016

No Kebutuhan Rencana Realisasi

1 Print Rp 2000,00 Rp 3000,00

2 Fotocopy Rp 8000,00 Rp 10000,00

Jumlah Rp 10000,00 Rp 13000,00

2.Evaluasi
a. Ketentuan Evaluasi
Tabel 116. Ketentuan Evaluasi Kegiatan Diskusi Refleksi Kasus di Ruang Dahlia 3 IRNA I RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta 8 Januari 2016

No Komponen Evaluasi DRK


1 Hal yang dievaluasi Kepatuhan kepada aturan
2 Subyek yang dievaluasi Perawat Ruang Dahlia 3
3 Evaluator Ners muda dan Kepala Ruang Dahlia 3
4 Sample 9 orang yang hadir
5 Instrumen evaluasi Check list observasi penilaian pelaksanaan
diskusi refleksi kasus
6 Metode evaluasi Observasi
7 Waktu Jumat 8 Januari 2016
8 Tempat Ruang Dahlia 3, IRNA I
9 Kriteria evaluasi Terlaksana 1 kali

b. Hasil Evaluasi Diskusi Refleksi Kasus


Hari, tanggal : Jumat, 8 Januari 2016
Waktu : 8.00-9.00 WIB
Tempat : Ruang Dahlia 3

Kasus : Perawatan Ulkus Diabetik Dengan Modern Dressing

Penyaji : Suwartinah, AMK dan Berta Yan Sevita, S. Kep


Fasilitator : Yacinta Astri Dwi Puspitasari, S. Kep
Jumlah peserta : 9 orang

Tabel 117. Istrumen Observasi Penilaian Pelaksanaan Diskusi Refleksi Kasus Ruang
Dahlia 3 IRNA I RSUP Dr. Sardjito 8 Januari 2016
Petunjuk pengisian: berikan tanda () untuk jawaan ya dan (0) untuk jawaban tidak

Hasil Pelaksanaan
Keterangan

No Aspek yang dinilai


Pre Post

intervensi intervensi

1 A. Persiapan

1. Alat tulis 0

2. Menentukan penyaji 0
(perawat/tenaga kesehatan lain)
3. Laporan kasus yang akan 0
didiskusikan
4. Menentukan fasilitator 0
Hasil Pelaksanaan
Keterangan

No Aspek yang dinilai


Pre Post

intervensi intervensi

5. Mengundang peserta 0

6. Mempersiapkan tempat diskusi 0

2 B. Pelaksanaan

1. Fasilitator membuka diskusi dengan 0


doa
2. Menyampaikan aturan dan tujuan 0
diskusi
3. Melakukan kontrak waktu 0

4. Penyaji menyampaikan kasus 0


diskusi
5. Fasilitator memberikan kesempatan 0
kepada peserta untuk mengajukan
pertanyaan
6. Fasilitator mengatur jalannya diskusi 0

3 C. Evaluasi

1.Fasilitator bertanya kepada peserta 0


tentang manfaat yang diperoleh dari
diskusi
2.Memberikan reinsforcement positif 0
kepada penyaji dan peserta
3.Membuat kontrak pertemuan 0
selanjutnya
4.Mengakhiri kegiatan dengan baik 0

5.Membuat laporan hasil DRK dengan 0


dilampiri undangan dan daftar hadir
6.Menyimpan laporan DRK dilampiri 0
dengan undangan dan daftar hadir
7. Fasilitator menutup diskusi dengan 0 0
doa bersama dan saling berjabat
tangan
Total 0 17

Nilai (%) 0% 94,7%

Observer : Kepala Dahlia 3, Titi


Kurniasih, Karunia Sholichah
Hasil Pelaksanaan
Keterangan

No Aspek yang dinilai


Pre Post

intervensi intervensi

Tabel 118. Evaluasi Pelaksanaan Protap Refleksi Kasus Keperawatan

Di Ruang Dahlia 3 RSUP Dr. Sardjito

Tanggal 4 Agustus 2015

Item Evaluasi Hasil Hasil Target Keterangan


Sebelumnya Instrumen
Observasi

Nilai Hasil Penilaian 0% 94,7% 80% Target tercapai

3. Analisis dan Pembahasan


Diskusi Refleksi Kasus (DRK) merupakan suatu bentuk metode pembelajaran dengan
merefleksikan pengalaman tenaga keperawatan yang aktual dan menarik dalam
memberikan dan mengelola asuhan keperawatan di lapangan melalui suatu diskusi
kelompok yang mengacu pada pemahaman standar yang ditetapkan. Tujuan dari kegiatan
ini adalah untuk mengembangkan profesionalisme perawat dan merupakan salah satu
media untuk menyelesesaikan permasalahan yang terjadi dalam praktek keperawatan
dengan mengacu pada standar keperawatan yang telah ditetapkan. Kegiatan DRK di
Ruang Dahlia 3 dilaksanakan pada hari Jumat, 8 Januari 2016 pada pukul 8.00-9.00 WIB
di Ruang Dahlia 3. Kegiatan ini dihadiri oleh 9 orang perawat dengan materi diskusi yakni
Perawatan Luka Modern Dressing Pada Ulkus Diabetik dengan penyaji Ibu Suwartinah,
AMK dan Berta Yan Sevita, S. Kep, sedangkan fasilitator pada pelaksanaan DRK Dahlia 3
tanggal 8 Januari 2016 adalah Yacinta Astri Dwi Puspitasari, S. Kep.

Kegiatan diskusi diawali dengan diskusi kasus dan pengalaman menarik terkait
dengan materi yang telah disepakati bersama. Pada saat pelaksanaan kegiatan diskusi
seluruh peserta terlihat antusias dan memperhatikan materi yang sedang dibahas. Proses
diskusi berjalan dengan lancar dan menarik. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan
didapatkan hasil bahwa pencapaian kegiatan diskusi refleksi kasus adalah 94,7%. Artinya
kegiatan diskusi refleksi kasus yang dilaksanakan tercapai dengan baik. Peserta diskusi
terlihat antusias dan hampir semua peserta secara aktif mengajukan pertanyaan kepada
penyaji. Pada akhir kegiatan fasilitator menyimpulkan hasil kegiatan diskusi refleksi kasus
yang telah dilaksanakan. Kepala Ruang dan perawat juga membuat kesepakatan untuk
melaksanakan DRK secara teratur dan sesuai protab.

4. Faktor Pendukung
Faktor pendukung dalam kegiatan meliputi:

1. Adanya dukungan dari kepala ruang, PN, dan AN untuk pelaksanaan kegiatan
tersebut.
2. Adanya bantuan dari perawat Ruang Dahlia 3 dalam pemilihan materi kasus yang
akan dibahas dalam kegiatan DRK
3. Ketersediaan tempat dan fasilitas yang mendukung untuk pelaksanaan kegiatan DRK
4. Adanya dukungan dari kepala ruang, serta PN dalam pemilihan tema, penyusunan
materi, dan penentuan media yang akan digunakan.
5. Perawat Dahlia 3 bersikap terbuka, bersedia menerima masukan, aktif memberikan
saran dan mau untuk berubah lebih baik
6. Antusiasme perawat Ruang Dahlia 3 yang tinggi dalam mempelajari dan menerapkan
suatu hal yang baru
5. Kendala
Selama melaksanakan kegiatan tidak ada kendala yang bermakna baik selama
perencanaan, pembuatan media, maupun saat sosialisasi.
6. Kesinambungan
Setelah ners muda melakukan upaya optimalisasi pelaksanaan DRK pada
perawat Ruang Dahlia 3 pada tanggal 8 Januari 2016 di Ruang Dahlia 3 RSUP DR.
Sardjito, diharapkan:

a. Kepala ruang bersama dengan perawat di ruangan perlu mendiskusikan mengenai


rencana pelaksanaan DRK secara rutin sehingga tercipta komitmen bersama.
b. Pelaksanaan DRK di Ruang Dahlia 3 hendaknya sesuai dengan protap DRK yang
telah ditetapkan sehingga tujuan dari DRK dapat tercapai dan masalah internal
perawat yang terjadi di ruangan dapat terpecahkan.
c. Kegiatan DRK hendaknya dilaksanakan setiap satu bulan sekali sesuai dengan
jadwal yang telah ditetapkan bersama. Kepala ruang berperan dalam menyusun
program pelaksanaan kegiatan DRK tahun 2016, dengan harapan pelaksanaan
DRK secara teratur dan berkesinambungan ini dapat meningkatkan dan
mengembangkan profesionalisme keperawatan.
7. Refleksi
Gaya kepemimpinan yang dilakukan oleh Ners muda adalah gaya
kepemimpinan demokratis dan konsultatif. Gaya kepemimpinan demokratis digunakan
saat pelaksanaan kegiatan kelompok. Sedangkan gaya kepemimpinan konsultatif
digunakan saat konsultasi dengan Karu, PN, dan dosen pembimbing akademik dalam
pada kegiatan penyusunan materi edukasi.

Dalam kegiatan kelompok digunakan gaya kepemimpinan demokratis, hal ini


karena dalam pelaksanaan kegiatan kelompok saling berdiskusi dan memberikan saran
serta dukungan terhadap pelaksanaan kegiatan. Situasi yang ada memungkinkan untuk
dilakukan diskusi bersama terlebih dahulu. Dalam gaya kepemimpinan demokratis
pemimpin memberikan informasi tentang tugas serta tanggung jawab para bawahannya
dalam melakukan pelaksanaan kegiatan.

Gaya kepemimpinan konsultatif digunakan dalam kegiatan penyusunan materi


edukasi yang membutuhkan bimbingan dan diskusi baik dengan Karu, PN dan
pembimbing akademik. Gaya kepemimpinan konsultatif ditandai dengan tinggi tugas
dan tinggi hubungan, komunikasi dua arah, dan peran pemimpin dalam pemecahan
masalah serta pengambilan keputusan cukup besar, bawahan diberi kesempatan untuk
memberi masukan, dan menampung keluhan. Kemudian dilanjutkan dengan mengajak
perawat di Ruang Dahlia 3 untuk mengikuti kegiatan ini, serta ikut berpartisipasi dalam
proses pelaksanaan kegiatan. Strategi yang digunakan dalam kegiatan ini adalah dengan
cara membacakan kasus kemudian memdisukusikannya bersama-sama, disertai dengan
menciptakan komunikasi yang asertif dan tidak lupa memberikan reinsforcement positif
kepada para peserta diskusi atas partisipasi dan keaktifiannya dalam mengikuti proses
diskusi.

F. Optimalisasi Pelaksanaan Bimbingan Praktek Klinik Keperawatan


1. Pelaksanaan
a. Langkah-langkah kegiatan
Berdasarkan permasalahan yang telah ditemukan maka akan dilakukan upaya
untuk pembelajaran PKK yang meliputi optimalisasi proses bimbingan PKK dengan
pengadaan buku dokumentasi pelaksanaan bimbingan PKK di Bangsal Dahlia 3 agar
dapat proses bimbingan terdokumentasi dengan baik, serta menjalankan pre post test
pada mahasiswa.

Tabel 119. Langkah Langkah Pelaksanaan Penyempurnaan Buku Dokumentasi, pembuatan


pedoman/ panduan metode bimbingan PKK, pembuatan instrument/kuesioner persepsi
peserta didik, dan soal pre test serta post test Di Ruang Dahlia 3 RSUP Dr. Sardjito Tanggal
28 Des 2015 16 Jan 2016

Pelak Waktu
No Kegiatan Sasaran Tujuan Tempat
sana
Persiapan

1. Konfirmasi dan Ners Karu dan CI Mengklarifikasi 4-5 Jan


koordinasi dengan Karu Muda penyempurnaan buku 2016 Dahlia 3
Ruang Dahlia 3 dokumentasi
bimbingan PKK,
pembuatan
pedoman/panduan
metode bimbingan PKK,
dan instrumen evaluasi
persepsi peserta didik,
serta pembuatan soal pre
dan post test

2. Melakukan koordinasi Ners Pembimbing Mengklarifikasi 4-5 Jan Dahlia 3


dengan pembimbing Muda klinik penyempurnaan buku 2016
klinik dokumentasi
bimbingan PKK,
pembuatan
pedoman/panduan
metode bimbingan PKK,
dan instrumen evaluasi
persepsi peserta didik,
serta pembuatan soal pre
dan post test
bimbingan PKK

3. Studi literatur tentang Ners Materi yang Memperoleh materi yang 5 Jan Perpusta
bimbingan PKK dengan Muda dibutuhkan digunakan untuk 2016 kaan,
metode pre conference, dalam menyusun buku buku
post conference, bedside penyusunan pedoman bimbingan standar
teaching, serta ronde pedoman PKK bimbing
keperawatan. bimbingan an PKK
PKK RSUP
dr
Sardjito
Pelaksanaan
1. Menyempurnakan buku Ners Pembimbing Menyediakan sarana 5-9 Jan Dahlia 3
dokumentasi bimbingan Muda Klinik dan dokumentasi bimbingan 2016
PKK, pembuatan CI PKK, pedoman/ panduan
pedoman/panduan metode bimbingan PKK,
metode bimbingan PKK, instrument evaluasi
pembuatan instrumen persepsi peserta didik,
evaluasi persepsi peserta dan soal pre dan post test
didik, dan soal pre dan
post test

2. Konsultasi Ners Pembimbing Tersusun buku 4-5 Jan Dahlia 3


penyempurnaan buku Muda Klinik dokumentasi bimbingan 2016
dokumentasi bimbingan PKK dan pedoman/
PKK, pembuatan panduan metode
pedoman/panduan bimbingan PKK
metode bimbingan PKK, instrument evaluasi
instrument evaluasi persepsi peserta didik,
persepsi peserta didik, dan soal pre dan post
dan soal pre dan post test.
test.

3. Sosialisasi pengisian Ners Pembimbing Menginformasikan cara 6-8 Jan Dahlia 3


buku dokumentasi, Muda Klinik pengisian buku 2016
instrument evaluasi dokumentasi bimbingan
persepsi peserta didik, PKK, instrument
dan soal pre dan post test evaluasi persepsi peserta
pada pembimbing klinik didik, dan soal pre dan
post test

Evaluasi
1. a) Pembuatan buku Ners Pembimbing Menyediakan sarana 10-14 Dahlia 3
dokumentasi kegiatan Muda Klinik dokumentasi, pedoman Jan
PKK, pedoman bimbingan PKK, 2016
bimbingan PKK, evaluasi persepsi peserta
instrumen/kuesioner didik, soal pre dan post
persepsi peserta didik, test, serta
dan soal pre dan post mensosialisasikan
test sudah dilakukan pedoman bimbingan
dan disosialisasikan PKK dan
menginformasikan cara
pengisian buku
dokumentasi bimbingan
PKK, instrumen evaluasi
persepsi peserta didik,
dan soal pre dan post test
pada pembimbing klinik

b. Jadwal Kegiatan
Jadwal kegiatan optimalisasi pelaksanaan bimbingan praktek klinik keperawatan
(PKK) yang meliputi pengandaan dokumentasi bimbingan PKK, kegiatan pre-post
conference, bedside Teaching, dan pre post test dapat dijelaskan dengan Tabel berikut:
Tabel 120. Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Optimalisasi Bimbingan PKK
(Buku Dokumentasi Bimbingan PKK, Buku Pedoman Pelaksanaan Bimbingan PKK,
Evaluasi Persepsi Mahasiswa, Pre Test dan Post Test, Metode Bimbingan,)
di Ruang Dahlia 3 RSUP Dr. Sardjito
Januari 2016
No Kegiatan
4 5 6 7 8 9 11 12 13 14 15
1 Persiapan
A Konfirmasi dan koordinasi X X
dengan Karu dan CI
B Studi literatur tentang prosedur X
bimbingan PKK dengan metode
bedside teaching, ronde
keperawatan serta materi ronde
keperawatan, instrumen evaluasi
persepesi peserta didik, dan soal
pre dan post test
2 Pelaksanaan
A Menyusun buku panduan bedside X X X X X
teaching dan menyusun soal pre
dan post test, instrumen evaluasi
persepesi peserta didik, dan soal
pre dan post test
B Konsultasi panduan bimbingan X X X
PKK dan menyusun soal pre dan
post test, instrumen evaluasi
persepesi peserta didik, dan soal
dan koordinasi pelaksanaan
C Refreshing dan diskusi pedoman X
bed side teaching, ronde
keperawatan
D Memilih klien untuk praktek X
bedside teaching dan ronde
Keperawatan
E Role play oleh CI :

- Bedside teaching X

- Ronde keperawatan X

26

3 Evaluasi
Buku dokumentasi bimbingan X

Buku pedoman/panduan X
bimbingan PKK mahasiswa
Dahlia 3

Instrumen / kuesioner persepsi X


mahasiswa terhadap bimbingan

Soal pre dan post test X


Evaluasi pelaksanaan role play


oleh CI:

- bedside teaching X

- ronde keperawatan X

Keterangan: X : rencana : pelaksanaan

c. Anggaran Biaya
Tabel 121. Anggaran Biaya Kegiatan Optimalisasi Bimbingan PKK

Anggaran
No Uraian Kegiatan
Rencana Realisasi

1 Kertas dan print Rp. 10.000 Rp. 8.000

2 Fotocopi Rp. 10.000 Rp. 12.000

3. Laminating Rp. 25.000 Rp. 30.000

4. Photocopy tugas individu & Jilid Rp. 15.000 Rp. 15.000

Total Anggaran Rp. 70.000 Rp. 65.000


2. Evaluasi
a. Ketentuan Evaluasi

Tabel 122. Ketentuan Evaluasi Pelaksanaan Bimbingan PKK


(Buku Dokumentasi Bimbingan PKK, Evaluasi Persepsi Mahasiswa, Evaluasi Kompetensi,
Metode Bimbingan, Pre Test dan Post Test)
Di Ruang Dahlia 3 RSUP Dr. Sardjito
Buku panduan Persepsi
Buku
Komponen pedoman mahasiswa Soal pre test dan
dokumentasi
Evaluasi pelaksanaan terhadap post test
bimbingan PKK
Bimbingan PKK bimbingan
Kegiatan Menyempurnakan Membuat buku Membuat instrument Membuat soal pre test
buku dokumentasi pedoman / kuesioner evaluasi dan post test beserta
bimbingan PKK bimbingan PKK persepsi peserta kunci jawaban.
didik terhadap
bimbingan
Yang dievaluasi Buku dokumentasi Buku pedoman Instrumen / Soal pre test dan post
bimbingan PKK kuesioner evaluasi test beserta kunci
persepsi peserta jawaban.
didik
Evaluator Ners Muda dan CI Ners Muda dan CI Ners Muda dan CI Ners Muda dan CI
Instrumen Adanya buku Adanya buku Adanya angket Adanya soal pre test
evaluasi dokumentasi pedoman persepsi mahasiswa dan post test beserta
sesuai pedoman pelaksanaan terhadap bimbingan kunci jawaban.
bimbingan PKK PKK

Sampel 1 buku 1 buku 1 kuesioner 1 paket soal pre test


dan post test (20 soal)
Metode evaluasi Observasi Observasi Observasi Observasi
Waktu 14 Januari 2016 14 Januari 2016 14 Januari 2016 14 Januari 2016
Tempat Ruang Dahlia 3 Ruang Dahlia 3 Ruang Dahlia 3 Ruang Nuri
Kriteria hasil Buku Buku tersusun Kuesioner persepsi Soal pre test dan
dokumentasi 100% mahasiswa terhadap post test tersusun
tersusun 100% bimbingan PKK 100%
tersusun 100%
b. Hasil Evaluasi
1) Buku Dokumentasi PKK
Tabel 123. Evaluasi Dokumentasi Bimbingan PKK
Di Bangsal Dahlia 3 RSUP Dr. Sardjito

Sebelum Sesudah
No. Variabel yang Dinilai
Ya Tidak Ya Tidak
1. Judul Buku -
2. Nama Praktikan -
3. Instansi/PJ -
4. Stase -
5. Jadwal Kegiatan -
6. Paraf kehadiran -
7. Kegiatan Bimbingan -
8. Jumlah Mahasiswa -
9. Keterangan -
10 Kesan dan Saran -
Jumlah 5 5 10 -
Total 50% 50 100% 0
Sumber Data: Studi dokumentasi Ners Muda PSIK UGM Januari 2016

Tabel 124. Evaluasi Dokumentasi Kuesioner Persepsi Peserta Didik Terhadap Mutu
Bimbingan PKK
Di Ruang Dahlia 3 RSUP Dr Sardjito Januari 2016

Variabel yang Target Variabel yang


dinilai Pencapaian dinilai
No Pertanyaan
(Sebelum) (Sesudah)
Ya Tidak Ya Ya Tidak
1 Anda diorientasikan (ruang,
alat, staf) sebelum memulai
praktek oleh pembimbing
klinik

2 Pembimbing mengingatkan
anda untuk mengisi daftar

hadir baik datang maupun
pulang

3 Anda mendapat tempat sesuai


dengan kompetensi yang harus

dicapai oleh pembimbing
klinik

4 CI mengorientasikan anda
tentang tujuan praktek
mahasiswa
5 CI menyediakan waktu untuk

membimbing

6 Anda mendapat jadwal


praktek sesuai kompetensi
yang ingin dicapai

7 Dilaksanakan pre-conference
untuk mahasiswa oleh
pembimbing klinik

8 Dilaksanakan post-conference
untuk mahasiswa oleh
pembimbing klinik

9 Anda mendapat penjelasan


tentang metode bimbingan

yang akan digunakan selama
Anda praktek

10 Pembimbing mempersiapkan
pasien yang akan Anda jadikan
objek pengalaman belajar

11 Anda mendapat pengarahan


tentang asuhan keperawatan
dari pembimbing klinik

12 CI memberi contoh tentang


pelaksanaan prosedur yang
benar

13 Anda mendapatkan penjelasan


dari pembimbing klinik
tentang cara menggunakan

alat-alat yang dipergunakan
untuk proses pembelajaran
klinik

14 Anda mendapat bimbingan


bedside teaching oleh
pembimbing klinik

15 Anda mendapat bimbingan


ronde keperawatan oleh
pembimbing klinik

TOTAL 0 15 15
PERSENTASE 0% 100% 100%
Sumber: Data Observasi Ners Muda PSIK UGM Januari 2016
Tabel 125. Evaluasi Pelaksanaan Bimbingan PKK
Di Bangsal Dahlia 3 RSUP Dr. Sardjito

No Pelaksanaan Bimbingan PKK Pelaksanaan Kategori


1. Buku Dokumentasi Bimbingan PKK 100% Baik
2. Dokumentasi Kuisioner Persepsi 100% Baik
Mahasiswa
Rata-rata 100% Baik
Sumber Data: Observasi dan Studi Dokumentasi Ners Muda PSIK UGM Januari 2016

3. Analisis dan Pembahasan


a. Dokumentasi bimbingan PKK
Dari hasil pengkajian yang didapatkan pada tanggal 28-30 Desember 2016 bahwa
bimbingan PKK di bangsal Dahlia 3 sudah terdokumentasi tetapi belum lengkap.
Permasalahan ini yang ditemukan saat pengkajian, namun setelah pelaksanaan
optimalisasi bimbingan PKK stase manajemen proses bimbingan dapat berjalan dan
dapat didokumentasikan oleh pembimbing klinik. Pembimbing klinik
mendokumentasikan semua kegiatan bimbingan klinik pada buku dokumentasi
bimbingan klinik. Format buku dokumentasi dikoordinasikan dengan kepala
ruang/pembimbing klinik dan disesuaikan dengan kebutuhan. Setelah dilakukan
pembuatan buku bimbingan dan disosialisasikan maka presentase keberhasilan adalah
100%.
b. Persepsi mahasiswa terhadap mutu bimbingan klinik

Persepsi mahasiswa terhadap mutu bimbingan klinik baik (76,8%). Hal tersebut
ditunjukkan dengan 100% mengungkapkan bahwa Ruang Dahlia 3 merupakan
bangsal tempat praktek yang sesuai untuk mencapai target kompetensi serta
mahasiswa terlibat dalam asuhan keperawatan. Data tentang bimbingan PKK yang
kurang baik pelaksanaannya menurut pandangan praktikan yaitu mempersiapkan
pasien untuk objek pengalaman belajar, pengarahan tentang Askep, contoh
pelaksanaan prosedur yang benar, bedside teaching, dikarenakan ruang Dahlia 3
merupakan bangsal airborne disease sehingga terbatas dalam pembimbingan langsung
ke pasien. Buku dokumentasi pelaksanaan bimbingan PKK belum tersedia di ruangan.
4. KENDALA
a. Beban kerja CI yang tinggi merupakan kendala yang ditemui selama proses.
Namun hal ini dapat ditangani dengan bantuan dan kerjasama dari CI dan Kepala
Ruang. Hal tersebut terlihat dari pencapaian tujuan sesuai degan target yang
ditetapkan.
b. Bangsal Dahlia 3 yang merupakan bangsal dengan airborne disease membuat
proses bimbingan klinik menjadi terbatas.
5. KESINAMBUNGAN
a. Pembimbing klinik hendaknya lebih mengintensifkan pelaksanaan pre post test,
pre dan post conference, dan bedside teaching kepada peserta didik di Bangsal
Dahlia 3 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta agar kualitas peserta didik dapat
meningkat.
b. Pelaksanaan bimbingan PKK hendaknya dapat selalu didokumentasikan secara
tertulis dan dilakukan tidak hanya oleh pembimbing klinik tetapi proses
bimbingan juga dapat dilakukan oleh setiap perawat Bangsal Dahlia 3 RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta yang memiliki kompetensi agar proses bimbingan PKK dapat
di evaluasi.

1. Pembuatan Papan Struktur Organisasi Terbaru di Ruang Dahlia 3 Sesuai dengan


Kebijakan RSUP Dr. Sardjito dan Upaya Optimalisasi Pelaksanaan 9 Solusi Live
Saving Patient Safety

1. Pelaksanaan
a. Langkah-langkah Kegiatan
Tabel 126. Langkah Kegiatan Pembuatan Papan SOTK Terbaru di Ruang Dahlia 3 RSUP Dr. Sardjito
No Kegiatan Pelaksana Sasaran Tujuan Waktu Tempat
PERSIAPAN
1 Koordinasi Ners Muda Kepala Menentukan 4 Ruang
dengan Kepala Ruang, masalah, Januari Dahlia 3
Ruang Dahlia 3 Dokumen Mengkonfirmasi 2016 RSUP
terkait masalah yang telah Dr. Sardjito
disepakati dan
menetapkan
jadwal
pelaksanaan
2 Pencarian Ners Muda PJ SDM Mengkonfirmasi 4 Kantor
kebijakan dan Humas dan mengupdate Januari IRNA 1,
terbaru IRNA I ketentuan 2016 Ruang
mengenai RSUP Dr. pembuatan SOTK Dahlia 3
pembuatan Sardjito terbaru
SOTK
3 Pembuatan Ners Muda PJ SDM Terbuatnya papan 4 Kantor
papan struktur IRNA I SOTK terbaru Januari IRNA 1,
organisasi RSUP Dr. 2016 Ruang
terbaru Sardjito Dahlia 3

4 Pengumpulan Ners Muda Data Terkumpulnya 5 Ruang


data mengenai anggota data anggota Januari Dahlia 3
perawat dan struktur struktur organisasi 2016 RSUP Dr.
pramu husada organisasi Sardjito
terbaru
PELAKSANAAN
1 Penyusunan Ners Muda Papan Tersusunnya papan 5 Ruang
papan struktur struktur struktur organisasi Januari Dahlia 3
organisasi organisasi terbaru 2016 RSUP Dr.
terbaru Sardjito
2 Pengambilan Ners Muda Perawat Terkumpulnya foto 58 Ruang
foto perawat dan dan Pramu perawat dan pramu Januari Dahlia 3
pramu husada husada husada 2016
3 Pembuatan Ners muda Foto dan Papan struktur 9 14 Ruang
struktur bersama papan organisasi lengkap Januari Dahlia 3 dan
organisasi sesuai pihak struktur dengan foto 2016 Percetakan
SOTK terbaru percetakan organisasi

EVALUASI
1 Papan struktur Ners Muda Papan Struktur organisasi 15 Ruang
organisasi struktur terbaru tersusun Januari Dahlia 3
terbaru lengkap organisasi dengan dilengkapi 2016
dengan foto. foto
Sumber: studi dokumentasi dan diskusi dengan Kepala Ruang Dahlia 3
Tabel 127. Langkah Kegiatan Pembuatan Label Kotak Obat
Pada Pasien di Ruang Dahlia 3
RSUP DR. Sardjito Yogyakarta, 4 8 Januari 2016
No Kegiatan Pelaksana Sasaran Tujuan Waktu Tempat
PERSIAPAN
1 Koordinasi Ners Muda Karu, Menentukan 4 Jauari Ruang
dengan karu di dokumen masalah, 2016 Dahlia 3
Ruang Dahlia terkait Mengkonfirmasi RSUP
3 masalah yang telah Dr. Sardjito
disepakati dan
menetapkan
jadwal pelaksanaan
2 Pencarian Ners Muda Karu, dan Pembuatan label 4 Ruang
informasi perawat kotak obat beserta Januari Dahlia 3
terkait lembar persetujuan 2016 RSUP Dr.
pelabelan tindakan pada Sardjito
kotak obat pasien
3 Pembuatan Ners Muda Karu dan Terbuatnya label 5 Ruang
label kotak perawat kotak obat dan Januari Dahlia 3
obat lembar persetujuan 2016 RSUP Dr.
tindakan pada Sardjito
pasien
4 Konsultasi Ners Muda Karu dan Terbuatnya label 5 Ruang
pembuatan perawat kotak obat Januari Dahlia 3
label kotak 2016 RSUP Dr.
obat Sardjito
PELAKSANAAN
1 Penyusunan Ners Muda Label Tersusunnya soft 5 Ruang
label kotak kotak obat file label kotak Januari Dahlia 3
obat obat 2016 RSUP Dr.
Sardjito
2 Editing, Ners muda Label Label kotak obat 6-7 Ruang
pencetakan, dan kotak obat tertempel di kotak Januari Dahlia 3
dan percetakan obat pasien 2016 RSUP Dr.
menempelan Sardjito
label kotak
obat

EVALUASI
1 Penggunaan Ners muda Karu, Mempermuh 8 Ruang
label kotak dan perawat perawat, tenaga kesehatan Januari Dahlia 3
obat beserta dokter, dan (Karu, perawat, 2016 RSUP Dr.
lembar mahasiswa dokter, dan Sardjito
persetujuan praktikan mahasiswa
tindakan pada di Ruang praktikan) dalam
pasien Dahlia 3 pengambilan obat,
meminimalkan
kesalah
pengambilan obat,
dan mempercepat
pemberian
intervensi kepada
pasien
Sumber: studi dokumentasi dan diskusi dengan Kepala Ruang Dahlia 3

Tabel 128. Langkah Kegiatan Optimalisasi Pelaksanaan 9 Solusi Live Saving Patient Safety
di Ruang Dahlia 3 RSUP Dr. Sardjito 6-13 Januari 2016
No Kegiatan Pelaksana Sasaran Tujuan Waktu Tempat
A. PERSIAPAN
1. Koordinasi An-Ners Karu dan Upaya 6 Januari Ruang
dengan Karu PN optimalisasi 2016 Dahlia 3
dan PN Ruang pelaksanaan
Dahlia 3 patient safety
oleh An-Ners
terkoordinir
3. Diskusi tentang An-Ners PN Persamaan 7 Januari Ruang
intervensi yang persepsi 2016 Dahlia 3
akan dilakukan tentang
dengan Karu patient safety
dan PN
B. PELAKSANAAN
1. Melakukan An-Ners PN dan Memberikan 8 Januari Ruang
sosialisasi AN gambaran 2016 Dahlia 3
tentang patient pelaksanaan
safety patient safety
2. Pendampingan An-Ners PN dan Pelaksanaan 9-12 Ruang
pelaksaanan AN patient safety Januari Dahlia 3
patient safety dapat 2016
berjalan
secara
optimal
C. EVALUASI
1. Pelaksanaan An-Ners Karu, PN, Tercapainya 13 Ruang
patient safety dan AN kualitas Januari Dahlia 3
oleh perawat pelaksanaan 2016
bersama patient safety
mahasiswa An- 95%
Ners
Sumber: studi dokumentasi dan diskusi dengan Kepala Ruang Dahlia 3

b. Jadwal Kegiatan
Jadwal pelaksanaan kegiatan sesuai dengan perencaaan kegiatan yang dibuat
sebelumnya. Berikut jadwal pelaksanaan kegiatan pembuatan papan struktur organisasi
terbaru di Ruang Dahlia 3.
Tabel 129. Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Pembuatan
Papan Struktur Organisasi Terbaru di Ruang Dahlia 3
RSUP DR. Sardjito Yogyakarta, 4 15 Januari 2016
No Kegiatan Bulan
Desember 2015 Januari 2016
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Persiapan
- Koordinasi dengan karu x
untuk penentuan masalah
- Pencarian kebijakan x
terbaru mengenai
pembuatan SOTK
- Pembuatan papan struktur x
organisasi terbaru
- Pengumpulan data x
mengenai perawat dan
pramu husada
2 Pelaksanaan
- Penyusunan papan x
struktur organisasi terbaru

- Pengambilan foto x x x x
perawat dan pramu
husada
- Pembuatan struktur x x x x x X
organisasi sesuai SOTK
terbaru

3 Evaluasi
- Papan struktur organisasi x
terbaru lengkap dengan
foto.
Keterangan: x: direncanakan : dilakukan

Tabel 130. Jadwal Kegiatan Pembuatan Label Kotak Obat


Pada Pasien di Ruang Dahlia 3
RSUP DR. Sardjito Yogyakarta, 4 8 Januari 2016
Bulan

No Kegiatan Januari 201


4 5 6 7 8
1 Persiapan
- Koordinasi dengan karu di Ruang Dahlia x
3
- Pencarian informasi terkait pelabelan x
kotak obat
- Pembuatan label kotak obat x

- Konsultasi pembuatan label kotak obat x

2 Pelaksanaan
- Penyusunan label kotak obat x

- Editing dan pencetakan label kotak obat x x

3 Evaluasi x
- Penggunaan label kotak obat
Keterangan: x: direncanakan : dilakukan

Tabel 131. Jadwal Kegiatan Optimalisasi Pelaksanaan 9 Solusi Live Saving Patient Safety di
Ruang Dahlia 3 RSUP Dr. Sardjito 6-13 Januari 2016

Pelaksanaan (Januari 2016)


No Kegiatan
6 7 8 9 10 11 12 13
A. PERSIAPAN
1. Koordinasi x

2. Konsultasi x

3. Diskusi x

B. PELAKSANAAN
1. Sosialisasi x

2. Pendampingan x x x x

Pelaksanaan (Januari 2016)
No Kegiatan
6 7 8 9 10 11 12 13
C. EVALUASI
1. Pelaksanaan x

Keterangan: X = rencana, =pelaksanaan

c. Anggaran Biaya
Tabel 132. Anggaran Biaya Pembuatan Papan Struktur
Organisasi Terbaru di Ruang Dahlia 3
No Kebutuhan Rencana biaya Realisasi biaya
1 Cetak banner papan struktur organisasi Rp 30.000,00 Rp 20.000,00
2 Cetak foto dan print Rp 15.000,00 Rp 11.000,00
3 Kertas bufalo, laminating, dan solasi Rp 35.000,00 Rp 26.000,00
bolak-balik
4 Pigura Rp 70.000,00 Rp 0,00
JUMLAH Rp 150.000,00 Rp 57.000,00

Tabel 133. Anggaran Biaya Pembuatan Label Kotak Obat


di Ruang Dahlia 3 RSUP DR. Sardjito Yogyakarta, 4 8 Januari 2016
No Kebutuhan Rencana biaya Realisasi biaya
1 Cetak label kotak obat Rp 10.000,00 Rp 3.000,00
2 Plastik cocard Rp 10.000,00 Rp 7.500,00
JUMLAH Rp 20.000,00 Rp 10.500,00

Tabel 134. Anggaran Biaya Pelaksanaan Patient Safety di Ruang Dahlia 3 RSUP Dr. Sardjito
Juli 2015
No Kebutuhan Rencana Biaya Realisasi Biaya
1. Print dan fotokopi Rp 10.000,00 Rp 5.000,00
Sumber: Data Primer, Januari 2016

2. Evaluasi
a. Ketentuan Evaluasi
Tabel 135. Ketentuan Evaluasi Kegiatan Pembuatan
Papan Struktur Organisasi Terbaru di Ruang Dahlia 3
RSUP DR. Sardjito Yogyakarta, 4 Januari 15 Januari 2016
No Komponen Evaluasi Terbentuknya Papan SOTK Terbaru
1. Hal yang dievaluasi Papan SOTK
2. Subyek evaluasi Ners Muda
3. Evaluator Kepala Ruang, Ners Muda
4. Sampel Papan SOTK
5 Metode evaluasi Observasi dengan menggunakan instrumen
6 Waktu evaluasi 15 Januari 2016
8 Tempat evaluasi Ruang Dahlia 3
9 Kriteria hasil 100% terlaksana

Tabel 136. Ketentuan Evaluasi Pembuatan Label Kotak Obat


di Ruang Dahlia 3 RSUP DR. Sardjito Yogyakarta, 4 8 Januari 2016
No Komponen evaluasi Label kotak obat beserta lembar persetujuan
tindakan pada pasien
1. Hal yang dievaluasi Keefektifan pembuatan label kotak obat
2. Subyek evaluasi Perawat Dahlia 3
3. Evaluator Ners Muda
4. Sampel 1 orang perawat
5 Metode evaluasi Observasi dengan menggunakan instrumen
6 Waktu evaluasi 8 Januari 2016
8 Tempat evaluasi Ruang Dahlia 3
9 Kriteria hasil Pelaksanaan keefektifan label 100%
Sumber: Hasil Observasi tanggal 08 Januari 2016
Tabel 137. Ketentuan Evaluasi Optimalisasi Pelaksanaan 9 Solusi Live Saving Patient Safety
di Ruang Dahlia 3 RSUP Dr. Sardjito Januari 2016
No Komponen Evaluasi Patient Safety
1 Hal yang dievaluasi Pelaksanaan patient safety
2 Sasaran evaluasi Kepala ruang, PN, dan AN
3 Evaluator Ners muda dan perawat ruang Dahlia 3
4 Instrument evaluasi Instrument patient safety: 9 Solusi Life Saving
Patient Safety
5 Sampel 2 PN dan 4 AN
6 Metode evaluasi Observasi
7 Waktu 9-12 Januari 2016
8 Tempat Ruang Dahlia 3
9 Kriteria keberhasilan a. Pelaksanaan patient safety 95%
Sumber: Data Primer, Januari 2016

b. Hasil evaluasi
Tabel 138. Hasil Evaluasi Kegiatan Pembuatan
Papan Struktur Organisasi Terbaru di Ruang Dahlia 3
RSUP DR. Sardjito Yogyakarta, 4 15 Januari 2016
No Komponen Hasil Evaluasi
Sebelum Sesudah
1 Papan struktur
organisasi dan tata kerja
2 Foto dan identitas
3 Terteranya peran setiap
pegawai
4 Terdapatnya keterangan
bagan di papan struktur
organisasi dan tata kerja
5 Papan struktur
organisasi dan tata kerja
di pigura
Kesimpulan: Terlaksana 100%
Keterangan: -: Tidak ada : Ada
Tabel 139. Hasil Evaluasi Kegiatan Pembuatan Label Kotak Obat
di Ruang Dahlia 3 RSUP DR. Sardjito Yogyakarta, 4 8 Januari 2016
Pelaksanaan
No Kegiatan
Sebelum Sesudah
Ya Tidak Ya Tidak
1 Terdapatnya label kotak obat
2 Lengkapnya label kotak obat
3 Satu kotak obat terdapat minimal 2 identitas

pasien
4 Satu rak obat terdapat 1 kotak obat pasien
5 Kotak obat tersusun rapi saat pemberian label di

setiap rak obat
6 Keefektifan dalam menempelan label kotak

obat
5 1 6 0
Jumlah 5/6 x 100% = 6/6 x 100%=
83.33% 100%
Sumber: Hasil Observasi tanggal 08 Januari 2016

Tabel 140. Evaluasi Pelaksanaan 9 Solusi Life Saving Patient Safety di Ruang DAHLIA 3
RSUP DR. Sardjito Juli 2015
Sebelum Sesudah
No Komponen yang Dinilai
Ya Tidak Ya Tidak
1. Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan
mirip (Norum)
h. Perawat memberi obat sesuai dengan
prinsip 6 benar (obat, dosis, waktu,
tempat, orang, pendokumentasian).

i. Perawat melakukan
pendokumentasikan setelah memberi
obat di rekam catatan perkembangan.
Sebelum Sesudah
No Komponen yang Dinilai
Ya Tidak Ya Tidak
j. Obat disusun per pasien pada
tempatnya masing-masing

k. Adanya pencatatan obat masuk dan


keluar

l. Memastikan resep obat yang diterima


dan obat yang diberikan sama

m. Perawat mengklarifikasi kembali


terapi diberikan dokter dengan
mengeja setiap huruf nama obat

n. Perawat menulis nama obat yang


mirip dengan tulisan yang besar dan
jelas

2. Pastikan identitas pasien


5. Perawat menuliskan identitas pasien
dengan lengkap pada papan nama
pasien yang diletakkan di atas tempat
tidur pasien

6. Perawat memakaikan gelang identitas


pasien

7. Perawat sebelum melakukan tindakan


selalu mengecek minimal 2 identitas
pasien (misal nama dan umur)

8. Status pasien terpisah antara 1 pasien


dengan pasien yang lain
3. Komunikasi secara benar saat serah terima
atau pengoperan
pasien
e. Menyebutkan identitas pasien;
diagnosa medis, diagnose
keperawatan, tindakan keperawatan
yang telah dilakukan beserta waktu
pelaksanaan

f. Menginformasikan jenis dan waktu


rencana tindakan yang belum
dilakukan

g. Menyebutkan perkembangan pasien


Sebelum Sesudah
No Komponen yang Dinilai
Ya Tidak Ya Tidak
yang ada selama shift

h. Menyebutkan terapi dan tindakan


medis beserta waktunya yang telah
dilakukan selama shift

i. Menyebutkan tindakan medis yang


belum dilakukan selama shift
4. Pastikan tindakan yang benar pada sisi
tubuh yang benar
sebelum tindakan operasi:
d. Ada dokumentasi tindakan di status
pasien
e. Memastikan rencana tindakan pada
catatan perawatan sebelum melakukan
tindakan
f. Memastikan hasil pemeriksaan
penunjang sebelum dilakukan
tindakan operasi
5. Kendalikan cairan elektrolit (konsentrat)
h. Ada dokumentasi mengenai
pemberian cairan

i. Perawat mengecek program terapi


sebelum memberikan

j. Terapi cairan pada pasien perawat


memprogram pemberian cairan
elektrolit pekat sesuai dengan aturan
pemberian

k. Perawat memonitor reaksi pemberian


cairan

l. Perawat menggunakan alat yang tepat


dalam pemberian cairan

m. Perawat mengatur tetesan infus atau


hasil perhitungan sesuai dengan order

n. Perawat menuliskan catatan


pemberian infus secara terperinci
(tanggal, jam dan macam cairan)
6. Pastikan akurasi pemberian obat pada
pengalihan pelayanan
c. Ada dokumentasi tentang obat-obatan
yang sudah diberikan, waktu
Sebelum Sesudah
No Komponen yang Dinilai
Ya Tidak Ya Tidak
pemberian dan rute pemberian

d. Perawat mengecek ulang program


terapi dari dokter
7. Hindari salah kateter, salah sambung slang
(tube)
h. Perawat mengecek order adanya
pemberian tindakan, misalnya
pemasangan kateter atau NGT

i. Sebelum melakukan tindakan ada


persetujuan klien dan keluarga

j. Perawat memastikan slang kateter


atau NGT sesuai dengan ukurannya

k. Perawat menggunakan alat yang steril

l. Perawat memastikan bahwa selang


masuk ke dalam kandung kemih

m. Perawat memastikan balon sudah


difiksasi

n. Perawat melakukan tindakan


pemasangan secara atraumatik
8. Gunakan alat injeksi sekali pakai:
e. Perawat mengecek program
pemberian obat dalam catatan
perawatan

f. Satu spool digunakan sekali pakai


untuk satu obat

g. Perawat memastikan bahwa spuit


dibuang di tempat sampah medis

h. Perawat membuang spuit dalam


keadaan tertutup
9. Tingkatkan kebersihan tangan untuk
mencegah infeksi
Nosokomial
f. Perawat mencuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan tindakan

g. Perawat mencuci tangan


menggunakan antiseptic
Sebelum Sesudah
No Komponen yang Dinilai
Ya Tidak Ya Tidak

h. Perawat mencuci tangan dengan


teknik yang benar

i. Ada pedoman mengenai cuci tangan


yang benar
Jumlah 38 5 41 2
Skor total = Ya x 100% 88.37 11.63 95.35 4.65%
(Ya +Tidak) % % %
Sumber: Hasil Observasi Mahasiswa PSIK, 2016

3. Analisa dan pembahasan


Hasil observasi dan wawancara dengan perawat terkait keefektifan penggunaan label
kotak obat, perawat mengatakan terbantu dan mempercepat pengambilan obat dan
mengetahui informasi dokter yang merawat. Pembuatan papan struktur organisasi dan tata
kerja (SOTK) sudah terlaksana. Informasi yang terdapat di struktur organisasi tersebut
sudah sesuai dengan peraturan dan kebijakan RSUP Dr. Sardjito yang terbaru. Evaluasi
SOTK menunjukan bahwa SOTK telah terbentuk sehingga penilaian 100%. Ketersediaan
dokumentasi keperawatan tersebut dapat memberi informasi pada tenaga kesehatan lain
dan keluarga pasien tentang jajaran perawat yang bertugas sehingga dapat meningkatkan
mutu pelayanan keperawatan di RS Dr. Sardjito khususnya Ruang Dahlia 3.
Dari hasil observasi yang telah dilakukan dari tanggal 21-23 Juli 2015, pelaksanaan
patient safety di Ruang DAHLIA 3 dengan menggunakan indikator 9 Solusi Live Saving
Patient Safety termasuk dalam kategori baik (88,37%). Hal yang perlu dioptimalkan
terletak pada pemberian label pada cairan infus belum semua perawat melakukan,
menuliskan catatan pemberian infus secara terperinci (tanggal, jam dan macam cairan),
melakukan tindakan pemasangan secara atraumatik, satu spool digunakan sekali pakai
untuk satu obat dan prosedur mencuci tangan baik dengan handrub maupun handwash.
Setelah dilakukan sosialisai dan pendampingan, pelaksanaan 9 Solusi Live Saving
Patient Safety pada tanggal 8-12 Januari 2016 secara statistik menunjukkan peningkatan
dari 88.37% % menjadi 95.35%. Perubahan terjadi pada poin teknik mencuci tangan,
pemberian label cairan infus, menuliskan catatan pemberian infus secara terperinci, dan
melakukan tindakan pemasangan secara atraumatik.
Hal yang harus dioptialkan lagi adalah menggunakan satu spool untuk sekali pakai
untuk satu obat pasien. hal ini adagak kesulitan untuk dilakukan di bangsal karena
terkadang apa yang diminta di KIPO obat tidak sesuai dengan yang diberikan dari
Farmasi. Perlu adanya kerjasama anatara tenaga kesehatan lain untuk mengoptimalkan
hal tersebut.
4. Faktor pendukung dan kendala
c. Pendukung
1) Adanya dukungan dari Kepala Ruang, perawat ruangan dan staf administrasi dalam
pembuatan papan struktur organisasi dan label kotak obat.
2) Adanya kerjasama dan dukungan yang baik dari perawat ruangan untuk ikut
berpartisipasi dalam peningkatan patient safety
3) Motivasi dan peran serta yang baik dari seluruh perawat di Ruang Dahlia 3 RSUP
Dr Sardjito Yogyakarta
4) Adanya dukungan dari teman-teman satu kelompok stase manajemen PSIK UGM.
d. Kendala
1) Sulitnya mendapatkan informasi mengenai ketentuan pembuatan SOTK.
2) Pengambilan foto memerlukan waktu yang cukup lama, karena adanya perbedaan
jam jaga ners muda dengan perawat.
3) Selama pelaksanaan kegiatan optimalisasi pelaksanaan 9 solusi live savng patient
safety, tidak ada faktor kendala yang bermakna. Faktor kebiasaan tidak dapat
dengan mudah dirubah hanya dalam jangka waktu satu minggu.
5. Kesinambungan

Dengan dibuatnya papan SOTK terbaru, diharapkan dapat menjadi pedoman


perawat dalam bekerja sesuai dengan peran dan tanggung jawab masing-masing, serta
pasien atau keluarga dapat mengetahui perawat yang bertanggung jawab di Ruang Dahlia
3 melalui papan struktur organisasi tersebut. Dan dengan adanya label kotak obat dapat
mempercepat tenaga kesehatan untuk memberikan inervensi kepada pasien.
Diharapkan Kepala Ruang Dahlia 3 dapat memberikan wewenang kepada petugas
penanggung jawab inventaris ruangan untuk melanjutkan program ini dengan cara
memperbarui label kotak obat dan memperbarui papan struktur organisasi apabila
terdapat perubahan staff atau tenaga kerja lain dalam susunan organisasi ruangan Dahlia
3 secara berkala.
Kepala ruang dapat memberikan motivasi, bimbingan, dan supervisi kepada PN
dan AN di ruang Dahlia 3 setiap meeting morning untuk meningkatkan patient safety
secara optimal. Selain itu, diharapakan Kepala ruang dan PN ruang Dahlia 3 terus
melakukan supervisi dan motivasi kepada AN jaga sore/malam/hari libur agar tetap
berkomitmen dalam pelaksanaan patient safety. Pihak lain yang terkait diharapkan turut
melakukan upaya peningkatan patient safety, misalnya dokter, ahli gizi, termasuk staf
non medis.
6. Refleksi Kepemimpinan
Ners muda menggunakan gaya kepemimpinan demokratis dan konsultatif dengan
mengutamakan kerjasama serta komunikasi dengan pihak terkait, utamanya dalam hal ini,
kepala ruang, perawat, dan teman sekelompok. Sedangkan strategi yang digunakan saat
melaksanakan kegiatan antara lain dengan diskusi, komunikasi yang asertif, dan
memberikan reinforcement kepada perawat yang terlibat.
Ners muda juga dituntut untuk dapat membagi waktu dengan baik untuk
menyelesaikan tugas yang telah menjadi tanggung jawab. Selain menyelesaikan tugas
individu, tiap ners muda juga harus membantu pelaksanaan tugas kelompok serta tugas
anggota lain, untuk saling meringankan dan tugas dapat terselesaikan dengan baik dan
optimal.
Dalam pelaksanaan melengkapai dokumen keperawatan, ners muda menjadi
penanggung jawab dan kemudian membagi tugas kepada anggota lain untuk bersama-
sama menyelesaikan tugas tersebut. Pembagian tugas dilakukan agar penyelesaiannya
lebih cepat dan efektif, untuk menambah kedekatan antar anggota kelompok dan berbagi
cerita mengenai kemajuan dan kondisi tugas yang diserahkan kepada masing-masing
anggota kelompok. Selebihnya tidak ada pembagian tugas yang dilakukan oleh ners muda,
karena tugas lain dinilai mampu untuk diselesaikan secara mandiri. Ners muda juga
mempertimbangkan adanya masukan, saran, ide dari teman sekelompok dan dari pihak
Kepala Ruang dan perawat untuk mengoptimalisasi upaya pelaksanaan yang telah
dilakukan. Upaya kesinambungan yang dilakukan, salah satunya dengan menjalin
hubungan saling percaya dengan karyawan Ruang Dahlia 3.
Komunikasi dua arah dengan pola bergantian dan pola komunikasi dewasa dinilai
Ners muda sebagai nilai tambah dalam negosiasi yang juga dilakukan selama proses
pelaksanaan upaya melengkapai dokumen keperawatan (Papan struktur organisasi dan
pelabelan kotak obat).
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Pelaksanaan komunikasi terapeutik dan lembar pedoman informasi pasien baru yang
sesuai dengan standar dan kebijakan RSUP Dr. Sardjito dengan hasil pencapaian dari
50% menjadi 100% untuk lembar balik dan dari 77,8% menjadi 98% untuk
pelaksanaan komunikasi terapeutik.
2. Pelaksanaan MPKP dengan MPM meningkat sebesar 9.25% yaitu dari 87.41%
menjadi 96.66%. Maka dapat disimpulkan bahwa target pelaksanaan MPM sudah
mencapai target.
3. Menurut hasil evaluasi proses penyusunan instrumen audit keperawatan, akhirnya
dapat tersusun instrumen audit keperawatan pada pasien dengan Tuberkulosis Paru.
4. Hasil audit hasil keperawatan pada pasien Tuberkulosis Paru masih kurang baik
diagnosa, perencanaan, implementasi maupun evaluasi dan perlu dilakukan beberapa
perbaikan untuk mendapatkan hasil yang baik di audit keperawatan selanjutnya.
5. Tersusunnya 11 PPKK yaitu PPKK DM, PPKK Hipertensi, PPKK HIV/AIDS, PPKK
Anemia Aplastik, PPKK DHF, PPKK DIC, PPKK TB Paru, PPKK Pneumonia, PPKK
PPOK, PPKK SLE dan PPKK Infeksi Saluran Kemih dan Clinical Pathway Penyakit
TB paru.

6. Pelaksanaan diskusi refleksi kasus di Ruang Dahlia 3 IRNA I RSUP Dr. Sardjito
tercapai dengan hasil penilaian 94,7%.
7. Penyusunan buku dokumentasi bimbingan PKK, pembuatan soal pre post test
bimbingan PKK, dan penyusunan instrumen evaluasi persepsi peserta didik tercapai
dengan penilaian sebesar 100%.
8. Papan SOTK terbaru yang sesuai dengan standar dan kebijakan RSUP Dr. Sardjito
dengan hasil pencapaian pembuatan SOTK 100%, dan pelaksanaan pemberian label
pada kotak obat dari penilaian 83.3% menjadi 100%. Selain itu, pelaksanaan patient
safety secara statistic meunjukkan peningkatan yang sangat baik yaitu dari 88.37%
menjadi 95.35%
B. Saran

1. Ruang Dahlia 3 diharapkan dapat memperbaharui dan melengkapi inventaris sesuai


dengan pedoman-pedoman terbaru serta melaksanakan komunikasi terapeutik secara
optimal sehingga dapat mengoptimalkan mutu pelayanan yang diberikan.
2. Penyusunan PPKK dan CP

a. Hendaknya KFK melakukan diskusi untuk membahas PPKK dan CP tersebut


baik itu KFK Penyakit Dalam dan komite keperawatan

b. KFK Penyakit Dalam menindaklanjuti untuk mengesahkan dan menerapkan


PPKK yang telah selesai dibuat

c. Perlu adanya sosialisasi terkait PPKK tersebut oleh KFK kepada ruang
perawatan yang memiliki pasien dengan kriteria tersebut.

3. Audit Keperawatan

a. Komite Keperawatan dapat kembali memberikan pelatihan dalam penggunaan


NANDA, NOC dan NIC sebagai rujukan dalam pengisian rekam medis.
b. Bagi ICM, dapat menjaga kerapihan rekam medis agar tidak berantakan.
c. Bagi ICM dapat melakukan sosialisasi tata penempatan penulisan rekam
medis yang sesuai.
d. Diharapkan KFK Penyakit Dalam dan Kepala Ruang Dahlia 3 melakukan
kegiatan seminar audit keperawatan pada pasien dengan Tuberkulosis Paru
forum KFK sebagai sosialisasi audit keperawatan, sehingga meningkatkan
kualitas asuhan keperawatan pada pasien dengan Tuberkulosis Paru di Ruang
Dahlia 3.
e. Diharapkan KFK Penyakit Dalam dan Kepala Ruang Dahlia 3 melakukan
evaluasi ulang terhadap audit keperawatan pada pasiendengan Tuberkulosis
Paru untuk membahas kemungkinan adanya format instrumen audit
keperawatan yang kurang sesuai.
f. Diharapkan komitmen bersama semua pihak terkait, Komite Keperawatan,
Bidang Pelayanan Keperawatan, KFK Penyakit Dalam dan Kepala Ruang
Dahlia 3 untuk menggalakkan audit keperawatan pada kasus-kasus yang lain,
agar mutu pelayanan keperawatan semakin meningkat secara menyeluruh.
g. Diharapkan adanya peninjauan ulang atau revisi terhadap SAK Tuberkulosis
Paru dikarenakan setelah dilakukan audit ada beberapa diagnosa yang sering
muncul dan jarang muncul.
h. Bagi auditor hendaknya mengaudit kesesuaian antara urutan penulisan dengan
standar urutan penulisan rekam medis.
i. Dalam pembuatan instrumen audit hendaknya melihat secara holistik (bio-
psiko-sosio-spiritual).

4. Pelaksanaan MPM

a. Pelaksanaan MPM, komunikasi terapeutik dan mutu asuhan keperawatan di


Ruang Dahlia 3 RSUP Dr Sardjito sudah baik, dan perlu dipertahankan.
Kepala ruang perlu memberikan motivasi, bimbingan dan supervisi kepada PN
dan AN di Ruang Dahlia 3 untuk mempertahankan komitmen dalam
melakukan MPM secara optimal untuk pelaksanaan meeting morning, operan
jaga, pre conference, post conference, pemberian orientasi dan informasi
pasien baru, dan pelaksanaan tugas dari KaRu, PN maupun AN agar tetap
dilakukan sesuai dengan prosedur yang ada dan dilaksanakan secara konsisten.
b. Kerjasama antara KaRu, PN dan semua perawat untuk saling mengingatkan
dalam berinteraksi menggunakan komunikasi terapeutik pada pasien dan
keluarga.
5. Kepala ruang bersama dengan perawat perlu menyusun jadwal kegiatan Diskusi
Refleksi Kasus (DRK) untuk setiap bulannya meliputi waktu, tempat pelaksanaan,
fasilitator, dan penyaji sehingga kegiiatan DRK dapat dilaksanakan secara rutin dan
semua perawat dapat berperan secara aktif.
6. Bimbingan PKK:

a. Proses bimbingan PKK di Bangsal Dahlia 3 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta


hendaknya dipertahankan dan ditingkatkan serta dapat didokumentasikan
dengan baik.
b. Adanya koordinasi antara pembimbing klinik dengan pembimbing akademik
pada pelaksanaan proses bimbingan klinik.
c. Evaluasi kompetensi (melalui pre dan post test) dan persepsi peserta didik
hendaknya selalu dilakukan.

7. Ruang Dahlia 3 diharapkan dapat memperbaharui dan melengkapi dokumen


keperawatan sesuai dengan pedoman-pedoman terbaru secara berkala sehingga dapat
mengoptimalkan mutu pelayanan yang diberikan. Kepala Ruang Dahlia 3 dapat
memberikan wewenang kepada petugas penanggung jawab inventaris ruangan untuk
melanjutkan program ini dengan cara memperbarui pelabelan yang rusak dan
memperbarui papan struktur organisasi apabila terdapat perubahan staff atau tenaga
kerja lain dalam susunan organisasi ruangan Dahlia 3 secara berkala. Selain itu,
dipertahankan adannya kolaborasi dan kerjasama yang baik antara Karu, PN, AN,
maupun tim kesehatan lainnya dalam pelaksanaan patient safety. Perawat dapat terus
meningkatkan pengetahuannya mengenai SOP yang didalamnya mengatur tentang
prosedur pelaksanaan patient safety sehingga akan tercapai mutu pelayanan yang lebih
baik. .
7.

DAFTAR PUSTAKA

Aditama., 2002. Manajemen Administrasi Rumah Sakit, Edisi kedua. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia (UI-Press).
Ali, Bumi Aksara., 2001. Standar Peralatan Keperawatan dan Kebidanan di Sarana
Kesehatan, Cetakan ke I. Jakarta: Direktorat Pe layanan Keperawatan Direktorat
Jendral Pelayanan Medik Depkes RI.
Bowersox Donald J., 2006. Manajemen Logistik Integrasi Sistem-sistem Manajemen
Distribusi Fisik dan Manajemen Material, alih bahasa Hasyim
Departemen Kesehatan R.I. 2003. Pedoman Kewaspadaan Universal di Pelayanan
Kesehatan. Jakarta.
DEPKES RI. 2002. Standar Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit. Dit Jen Yanmed, cetakan I.
DEPKES RI. Jakarta.
DEPKES RI. 2009. Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional. Direktorat Bina
Pelayanan Keperawatan DEPKES RI. Jakarta.
Dwiantara Lukas dan Sumarto Hadi Rumsari., 2005. Manajemen Logistik Pedoman Praktis
Bagi Sekretaris dan Staf Administrasi. Jakarta: Grasindo.
Gillies. 1994. Nursing Management, A System Approach, W.B. Saundrs, Philadelphia.
Hasanbasri, M. 2007. Diskusi refleksi kasus dalam implementasi pengembangan manajemen
kinerja : Studi kasus di RSUD Cirebon. Diakses pada tanggal 12 Januari 2016. Dapat
diakses di: http://etd.ugm.ac.id/index.php?
mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&act=view&typ=html&buku_id=34794
&obyek_id=4.
Hasanbasri, M. 2011. Dukungan Stakeholder Terhadap Pelaksanaan Diskusi Refleksi Kasus
di Rumah Sakit di. Diakses pada tanggal 12 Januari 2016 Dapat diakses di:
http://etd.ugm.ac.id/index.php?
mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&act=view&typ=html&buku_id=51987
&obyek_id=4
Hennesy, D. 2001. Handout Reflective Case Discussion. Yogyakarta: SPMKK

Hendrato Rusdianrasih., 2005. Pelaksanaan Inventaris Barang Milik/Kekayaan Negara.


Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit/ KKPRS. 2007. Sembilan Solusi Live Saving
Keselamatan Pasien. Diakses tanggal 12 JAnuari 2015 dari
http://www.inapatsafetypersi.or.id//?show=detailnews&kode=3&tbl=artikel
Komite Keperawatan dan Bidang Pelayanan RSUD Dr. Sardjito. 2011. Petunjuk Tekhnis
Pelaksanaan Bimbingan Praktek Klinik Keperawatan (PKK) RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta. Yogyakarta
McCloskey, J.C, Bulechek, G.M. 2004. Nursing Intervention Classification (NIC) 4th edition,
Mosby, Elsevier.
Moorhead, Sue, Johnson, Marion, Maas, M.L., Swnason, E. 2008.
Nursing Outcomes Classification (NIC) 4th edition, Mosby, Elsevier.
NANDA. 2012. Nursing Diagnoses : Definitions and Classification 2012-2014, Philadelphia
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31057/4/Chapter%20II.pdf diakses pada
tanggal 14 Januari 2016
Simamora, R.2009. Buku Ajar Dalam Keperawatan. Jakarta: EGC
Swansburg. 1996. Management and Leadership for Nurse Managers, second edition. Jones
and Barlet Publisher. Bosy
Nursalam, Effendi. F. 2008. Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Sembilan Solusi Live Saving Keselamatan Pasien Rumah Sakit; http://www.inapatsafety-


persi.or.id/
LAMPIRAN
Lampiran

PANDUAN PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN (PPKK)

ASUHAN KEPERAWATAN ANEMIA APLASTIK

Anemia aplastik adalah suatu keadaan pansitopenia darah


tepi yang disertai dengan penurunan secara nyata sel-sel
induk multipotensial di dalam sumsum tulang. Anemia
1. Pengertian (Definisi)
aplastik adalah ketidaksanggupan sumsum tulang untuk
membentuk sel-sel darah yang terlihat dengan adanya
pansitopenia perifer dan marow hipoplasia

1. Gangguan rasa nyaman


2. Masalah Keperawatan 2. Gangguan pemenuhan nutrisi
3. Keamanan dan proteksi
4. Gangguan sistem kardiovaskuler
1. Fatigue (00093)
2. Resiko Infeksi (00004)
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan
tubuh (00002)
3. Diagnosis Keperawatan 4. Risiko penurunan perfusi jaringan jantung (00200)
5. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak (00201)
6. Risiko ketidakefektifan perfusi gastrointetinal (00202)
7. Resiko ketidakefektifan perfusi ginjal (00203)
8. Cemas (00146)
4. Intervensi Keperawatan 1. Energy management
a. Kaji status psikologi pasien untuk mengidentifikasi
kelelahan
b. Pilih intervensi untuk menutunkan tingkat
kelelahan menggunakaan farmakologi maupun non
farmakologi
c. Monitor intake nutrisi sebagai sumber energi yang
adekuat
d. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk intake nutrisi
yang dapat meningkatkan energi
e. Monitor respon status kardiovaskular terhadap
aktivitas yang dilakukan pasien (takikardi,
dysritmia, dyspnea, diaphoresis, pernapasan)
f. Monitor lokasi ketidaknyamanan atau nyeri saat
beraktivitas
g. Ajarkan teknik managemen waktu untuk
meminimalkan terjadinya kelelahan
h. Dorong pasien untuk memilih aktivitas yang sesuai
dengan daya tahan
i. Batasi stimulasi lingkungan misalnya kebisingan
dan pencahayaan
j. Batasi pengunjung bila perlu
k. Dorong pasien mempertahankan istirahat yang
adekuat
l. Ajarkan pasien untuk mengenali tanda dan gejala
terjadinya kelelahan dan melaporkan kepada petugas
kesehatan
2. Infection Protection
a. Monitor lokasi tanda dan gejala infeksi
b. Monitor krentanan terjadinya infeksi
c. Batasi pengunjung, bila diperlukan
d. Pertahankan teknik isolasi, bila diperlukan
e. Promosikan untuk mempertahankan nutrisi yang
cukup
f. Dorong untuk intake cairan
g. Dorong pasien untuk istirahat yang cukup
h. Kolaborasi dengan medis untuk pemberian antibiotik
i. Edukasi pasien dan keluarga untuk melaporkan
apabila terjadi tanda dan gejala infeksi
3. Manajemen nutrisi
a. kaji berat badan, tinggi badan, dan lingkar lengan
atas
b. kaji kebiasaan makanan, dan kaji adanya alergi
makanan
c. Kaji keluhan mual dan muntah yang dialami pasien.
d. kaji kebutuhan nutrisi dan kalori
e. Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi
sering.
f. Pertahankan pemberian ASI pada bayi
g. Catat jumlah/porsi makanan yang dihabiskan oleh
pasien setiap hari
h. kolaborasi pemberian nutrisi sesuai dengan
kebutuhan kalori dan jenis makanan.
i. kolaborasi pemberian antiemetic
4. Cardiac Risk Management
a. Kaji perilaku yang berisiko mengganggu fungsi
kardiak misalnya merokok, obesitas, sedentary
lifestyle, tingginya kadar glukosa darah, riwayat
penyakit jantung dan diwayat penyakit keluarga
b. Identifikasi kesiapan pasien untuk memodifikasi
gaya hidup (diit, mengurangi rokok, olahraga, cek
kadar kolesterol)
c. Instruksikan pasien dan keluarga untuk melaporkan
apabila tergadi gangguan kardiak
d. Edukasi pasien dan keluarga untuk rutin memeriksa
kadar gula darah, tekanan dara dan kolesterol
e. Dorong pasien untuk melakukan olahraga 30 menit
per hari, bila memungkinkan
f. Edukasi pasien dan keluarga untuk konsumsi
nutrisi rendah sodium, rendah lemak, rendah
kolesterol tinggi serat, intake cairan yang adekuat
dan intake kalori yang terkontrol
5. Anxiety Reduction
a. Gunakan pendekatan yang tenang
b. Dengarkan keluhan pasien dengan penuh perhatian
c. Gunakan komunikasi terapeutik untuk menciptakan
rasa percaya
d. Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaan
secara verbal
e. Identifikasi kapan terjadinya perubahan tingkat
kecemasan
f. Berikan reinforcement positif
g. Dorong keluarga untuk selalu mendampingi pasien
h. Ajarkan teknik relaksasi misalnya napas dalam
untuk menurunkan tingkat kecemasan
i. Kaji tanda dan gejala verbal maupun non verbal
terjadinya kecemasan
j. Kolaborasi dengan medis untuk pemberian
antianxiety, bila diperlukan

1. Monitor intake nutrisi sebagai sumber energi yang


adekuat
2. Monitor respon status kardiovaskular terhadap aktivitas
5. Observasi yang dilakukan pasien (takikardi, dysritmia, dyspnea,
diaphoresis, pernapasan)
3. Monitor lokasi ketidaknyamanan atau nyeri saat
beraktivitas
4. Monitor lokasi tanda dan gejala infeksi
1. Tidak terjadi kelelahan
6. Evaluasi 2. Nutrisi dan cairan adekuat
3. Tidak terjadi perdarahan
4. Tidak terjadi infeksi
1. Hand hygiene
7. Informasi dan edukasi 2. Nutrisi yang adekuat
3. Cairan yang adekuat
8. Discharge Planning 1. Berikan instruksi pada keluarga tentang cara cara
melindungi pasien dari infeksi
a. Batasi kontak dengan agens terinfeksi
b. Identifikasi tanda dan gejala infeksi
2. Berikan instruksi pada orang tua untuk memantau
tanda tanda komplikasi
3. Berikan instruksi pada orang tua tentang pemberian
obat
a. pantau respon terapeutik anak
b. pantau adanya respon yang tidak
menguntungkan
4. Berikan informasi tentang strategi memenuhi
kebutuhan nutrisi klien
5. Beritahukan kapan kembali ke pelayanan kesehatan:
seperti saat terjadi perdarahan yang susah dihentikan,
terjadi tanda-tanda infeksi dan kelelahan yang tidak
biasa.
6. Berikan informasi tentang system penunjang
masyarakat kepada anak dan keluarga untuk adaptasi
jangka panjang
a. masuk kembali ke sekolah
b. Kelompok orang tua
c. Kelompok anak dansaudara kandungnya
d. Nasehat keuangan
1. Nutrisi yang adekuat, banyak
konsumsi makanan yang mengandung zat besi dan
Nasehat pulang/instruksi
9. Vitamin K
kontrol 2. Minum obat teratur
3. Kurangi aktivitas yang berat
4. Kontrol rutin

10. Rehabilitasi

11. Penelaah kritis

12. Indikator Tidak terjadi infeksi

1. Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M. 2015.


Nursing Interventions Classification (NIC). USA: Mosby
Elsevier
2. Blackwell, W. Nursing Diagnoses Definition and
Classification 2015-2017. Tenth edition, 2015.
3. Bakhsi, S. 2011. Aplastic Anemia. Available from:
13. Kepustakaan http://emedicine.medscape.com/
4. Dugdale, D.C. 2011. Idiophatic Aplastic Anemia.
Available from: http://www.medline.com
5. Montane E, Luisa I, Vidal X, Ballarin E, Puig R, Garcia N,
Laporte JR, CGSAAA : Epidemiology of aplastic anemia:
a prospective multicenter study. Haematologica. 2008;
6. Wahyuni, Arlinda Sari. 2007. Statistika Kedokteran.
Erlangga. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai