PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik
tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan
teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan
pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya (UU RI, 2009) dan supaya tujuan tersebut dapat tercapai
maka diperlukan suatu cara pengelolaan pelayanan keperawatan yang mengikuti prinsip-
prinsip manajemen.
Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Sardjito Yogyakarta sebagai salah satu
penyelenggara pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian serta usaha lain di bidang
kesehatan, bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan senantiasa berorientasi
kepada kepentingan masyarakat. Agar dapat terlaksana tujuan tersebut maka rumah sakit
perlu didukung dengan adanya organisasi yang mantap dan manajemen yang baik dengan
berorientasi pada mutu pelayanan bagi masyarakat.
Instalasi Rawat Inap I (IRNA I) merupakan salah satu instalasi yang terdapat di RSUP Dr.
Sardjito. Ruangan Dahlia merupakan bagian dari ruang IRNA I RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta. Ruangan ini merupakan ruang perawatan yang ditujukan untuk pasien bedah.
Ruang Dahlia sendiri terbagi menjadi 7 ruang yaitu Dahlia 1, Dahlia 2, Dahlia 3 dan Dahlia 4
dan Dahlia 5, Dahlia 6 dan Dahlia 7. Ruang Dahlia 3 merupakan ruang perawatan untuk
pasien dengan TBC.
Permasalahan yang ditemukan di bangsal Dahlia3 diantaranya terkait jumlah kebutuhan
tenaga perawat, dan pembaharuan struktur organisasi. Mengenai pendokumentasian dalam
ruangan Dahlia 3 terdapat masalah yaitu pada kurang lengkapnya pendokumentasian pada
inventarisasi.
Di dalam sebuah ruangan seharusnya kegiatan keperawatan seperti meeting morning,
operan, Preconference dan postconference dilakukan setiap hari. Sebagai salah satu bagian
bangsal dari rumah sakit pendidikan yang digunakan sebagai lahan praktek oleh beberapa
institusi pendidikan, maka para CI diharuskan melaksanakan bimbingan PKK sesuai aturan,
seperti preconference, bedsite teaching, ronde keperawatan, dan postconference.
Kenyataan yang ada di ruangan Dahlia 3, kegiatan bimbingan PKK sudah dilakukan
sesuai aturannamun belum ada bukti pendokumentasian yang jelas dari ruangan terkait
dengan bimbingan PKK. Kegiatan meeting morning, pre conference dan post conference
sudah rutin dilakukan di Ruang Dahlia 3, akan tetapi untuk kegiatan post conference biasanya
dilakukan tidak secara formal.
Dampak yang diakibatkan apabila masalah yang muncul diruangan tidak segera diatasi
akan menghambat proses keberlangsungan manajemen asuhan keperawatan dalam pemberian
asuhan keperawatan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan praktek manajemen keperawatan selama 3 minggu di Ruang
Dahlia 3 RSUP Dr. Sardjito mahasiswa mampu memahami manajemen keperawatan
dengan baik.
2. Tujuan Khusus
Secara kelompok dan individu mahasiswa dapat menunjukkan kemampuan
dalam hal manajemen keperawatan baik kegiatan keperawatan dalam tatanan
klinikmaupun pengelolaan sarana yang ada di ruangan.
Kemampuan manajemen diantaranya meliputi :
b. Mengaplikasikan ketrampilan dalam mengorganisasi dan mengkoordinasi
kegiatankeperawatan secara efektif dengan penerapanfungsi manajemen.
c. Menjalin kerjasama yang baik dalam tim.
d. Menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat, pendekatan dan strategi untuk
mempengaruhi individu atau kelompok untuk melakukan perubahan yang positif
dan pencapaian tujuan.
e. Menggunakan metode pendekatan pemecahan masalah yang efektif dan konstruktif.
f. Menggunakan konsep penjaminan mutu dan penampilan kerja dalam melakukan
asuhan keperawatan.
C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Pelaksanaan praktek manajemen keperawatan ini dilaksanakan di Ruang Dahlia 3
IRNA 1 RSUP Dr. Sardjito berlangsung selama 3 minggu yaitu tanggal 28 Desember 16
Januari 2015.
D. Cara Pengkajian
Pengkajian di Ruang Dahlia 3IRNA IRSUP Dr. Sardjito diperoleh dengan cara:
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data kondisi fisik ruangan,
inventaris ruangan, proses pelayanan dan asuhan keperawatanyang langsung
dilakukan ke pasien.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada kepala ruang, perawat primer, perawat
pelaksana, mahasiswa praktek dan pasien untuk mengumpulkan data tentang proses
pelayanan pasien dan kegiatan yang dilakukan oleh perawat. Wawancara mendalam
digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan perawatsecarafisik, financial, social,
danpsikologis.
3. Studi dokumentasi
Kegiatan dilakukan untuk mengumpulkan data mengenai pasien, ketenagaan,
dokumentasi proses keperawatan, manajemen ruangan, prosedur tetap tindakan dan
inventaris ruangan.
4. Kuesioner
Kuesioner digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh melalui
observasi maupun wawancara mendalam.
E. Skala Penilaian
Setelah masing-masing data didapatkan, kemudian akan diberi penilaian dengan
menggunakan prosentase lalu ditafsirkan dengan kalimat kualitatif yaitu menggunakan:
(Ari Kunto, 2004).
- kriteriabaik (76-100%)
- kriteriacukup (56-75%)
- kriteriakurang (40-55%)
- tidakbaik (<40%)
F. Praktikan
Mahasiswa tahap profesi Ners Program Studi Ilmu Keperawatan FK UGM yang
sedang menjalani stase manajemen periode tanggal 28 Desember 16 Januari 2015 di Ruang
Dahlia 3 IRNA I RSUP Dr. Sardjito dengan anggota:
1. Titi Kurniasih, S.Kep
2. Farahdiba, S.Kep
3. Yacinta Astri Dwi P, S.Kep
4. Berta Yan Sevita, S.Kep
5. Karunia Sholichah, S.Kep
6. Herlina Novita S, S.Kep
7. Beatrix Saragih, S.Kep
BAB II
PENGKAJIAN
Ka RUANG DAHLIA 3
Nanik Sri, S.Kep. Ns
PENATA JASA
Sri Giyanto
Keterangan:
: Hubungan tanggung jawab
: Hubungan koordinasi
1. Input
a. Row Input
1) Pasien
RSUP Dr. Sardjito sebagai rumah sakit tipe A pendidikan dan rujukan untuk
provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah bagian selatan yang saat ini
berstatus perusahaan jawatan milik Depkes RI (SK Menkes, 2004). RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta merupakan salah satu unit pelayanan kesehatan kelas A yang merupakan
rujukan untuk daerah Propinsi DIY dan Jawa Tengah Bagian Selatan. RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta sebagai rumah sakit tipe A pendidikan dan rujukan untuk propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah bagian selatan sesuai dengan Surat
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1174/MENKES/SK/2004 pada tanggal 18
Oktober 2004 tentang Penetapan Kelas RS Dr. Sardjito Yogyakarta sebagai RS Umum
(Humas RSUP Dr. Sardjito, 2009). Mulai tanggal 1 Januari 2006 RSUP Dr. Sardjito
berubah status dari Perusahaan Jawatan menjadi Badan Layanan Umum (BLU). BLU
adalah institusi dilingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan
kepada masyarakat berupa penyediaan barang atau jasa yang dijual tanpa
mengutamakan mencari keuntungan atau dalam melakukan kegiatannya didasarkan
pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
Ruang Dahlia 3 adalah ruang yang merawat pasien dengan kasus khusus yaitu
pasien dengan Tuberkolisis. Namun juga merawat kasus-kasus lain dengan
Tuberkolosis sebagai penyakit penyerta.
Kajian Data
Jumlah pasien yang dirawat selama periode Januari sampai Desember 2015
ditunjukan pada tabel 1.
Tabel 1. Jumlah Pasien Masuk di Ruang Dahlia 3
RSUP Dr. SARDJITO Yogakarta Periode Januari Desember 2015
No. Bulan Jumlah
1. Januari 26
2. Februari 27
3. Maret 27
4. April 20
5. Mei 23
6. Juni 27
7. Juli 32
8. Agustus 27
9. September 26
10. Oktober 33
11. November 19
12. Desember 27
JUMLAH 314
Sumber : Data Buku Register Dahlia 3 dan Instalasi Rekam Medik 2015
Keterangan :
A : jam efektif/24 jam waktu perawatan yang dibutuhkan pasien/hari
B : rata-rata jumlah pasien per hari BOR x jumlah tempat tidur
C : jumlah hari libur, 365 = jumlah hari kerja dalam 1 tahun
Faktor koreksi :
1.2 . Keperawatan :
- SPK
0
- D4 Keperawatan
0
- D3 Keperawatan
14
- S 1. Keperawatan
2
1.3. Tenaga Non Medis :
Pramu Husada
2
Pekarya
1
Penata Jasa
1
1 Nanik Sri K., S.Kep., Ns Pitstop JCI, MPKP, BHD, PPGD, TRAIN
MOTIV
2 Sri Wuryanti. AMK Pitstop JCI. MPKP, BHD, PPGD, PRIMA, PPI,
TAIN MOTIV
3 Yanu Ariyoko, AMK K3, BHD, MPKP, KGD, Proses Keperawatan
dan SAK, PITSTOP, TRAIN MOTIV
4 Fari Astuti, AMK BHD, In house Training pelayanan TB di RSUP
dr. Sardjito, KMB, PPGD, Penatalaksanaan
HIV/AIDS, MPKP, TRAIN MOTIV, PITSTOP.
5 Istiningsih, AMK Bimbingan Rohani kepada Pasien, MPKP,
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi TB,
APAR, BHD, PITSTOP, TRAIN MOTIV.
6 Mulkijo, AMK Pitstop JCI. MPKP, BHD, PPGD, TRAIN
MOTIV
7 Mukti, AMK Pitstop JCI. MPKP, BHD, PPGD
8 Aulia Titia Paramadina., S.Kep., Ns Pitstop JCI. MPKP, BHD, PPGD
9 Suwartinah, AMK Pitstop JCI, BHD, PPI, PPGD, SARS,
HIV/AIDS, APAR, TRAIN MOTIV
10 Saidah, AMK PPGD, Pencegahan dan pengendalin Infeksi,
KMB, APAR, PRIMA, BHD, PPI, PITSTOP
11 Istikomah, AMK Pitstop JCI. MPKP, BHD, PPGD, TRAIN
MOTIV
12 L. Endah, AMK Pitstop JCI. MPKP, BHD, PPGD
13 Indria W, AMK PPGD, Workshop Keperawatan Onkologi pada
Anak dengan Pendekatan
Multidisiplin,Pelatihan K3, MPKP,
Penatalaksanaan restraint, Pitstop JCI, APAR
14 Ahmad Nur Fadli, AMK Pitstop JCI. MPKP, BHD, PPGD
15 Ratih, AMK Pitstop JCI. MPKP, BHD, PPGD
16 Haryuni Pitstop JCI
17 Nuryati Pitstop JCI
18 Sumadi Pitstop JCI
19 Titik Yuliati Pitstop JCI
20 Purwati. AMK Pitstop JCI. MPKP, BHD, PPGD, PRIMA, PPI
2. Money
Kajian teori
Mulai tanggal 1 Januari 2006 RSUP Dr. Sardjito berubah status dari Perusahaan
Jawatan menjadi Badan Layanan Umum (BLU). BLU adalah institusi dilingkungan
Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa
penyediaan barang atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan
atau dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan
produktivitas. Sehubungan dengan peraturan pemerintah RI No. 23 tahun 2005 yang
telah ditetapkan pada tanggal 13 juni 2005 tentang pengelolaan keuangan Badan
Layanan Umum (BLU) pada pasal 14 dijelaskan tentang sumber pendapatan BLU:
a. Penerimaan anggaran yang bersumber dari APBN/APBD diberlakukan sebagai
pendapatan BLU
b. Pendapatan yang diperoleh dari jasa layanan yang diberikan kepada masyarakat
dan hibah tidak terikat yang diperoleh dari masyarakat atau badan lain merupakan
pendapatan operasional BLU.
c. Hibah terikat yang diperoleh dari masyarakat atau badan lain merupakan
pendapatan yang harus diperlakukan sesuai dengan peruntukan.
d. Hasil kerjasama BLU dengan pihak lain dan/atau hasil usaha lainnya merupakan
pendapatan bagi BLU.
Kajian Data
RSUP Dr. Sardjito merupakan rumah sakit pemerintah dan juga merupakan
rumah sakit pendidikan. Dana Ruang Dahlia 3 bersumber pada anggaran RS yang harus
dipertanggungjawabkan dan dikelola secara desentralisasi oleh IRNA 1 dengan
pertimbangan prioritas program dari ruangan yang ada di IRNA.
Tabel. 12 Tarif Rawat Inap di Ruang Dahlia 3 RSUP dr. Sardjito Yogyakarta
Keterangan Jasa Sarana
Kelas II Rp. 175.000,00
Kelas III Rp. 140.000,00
Sumber: Bagian Administrasi dan Keuangan IRNA 1 2015
Analisis Data
Dari hasil wawancara didapatkan bahwa DAHLIA 3 tidak memiliki sumber dana
tersendiri. Sumber dana terintegrasi bersama dengan bagian keuangan IRNA 1 RSUP
Dr. Sardjito.
3. Material
Kajian Teori
Di dalam manajemen keperawatan sangat diperlukan adanya pengelolaan
peralatan sebagai faktor pendukung dan penunjang terlaksananya pelayanan
keperawatan. Peralatan kesehatan untuk pelayanan keperawatan adalah semua bentuk
alat kesehatan yang dipergunakan dalam melaksanakan tindakan untuk menunjang
kelancaran pelaksanaan asuhan keperawatan, sehingga diperoleh tujuan keperawatan
yang efisien dan efektif.
Kajian Data
Dahlia 3 merupakan ruangan untuk kasus airborne disease. Ruang Dahlia 3 terdiri
dari kelas 2 dan kelas 3 dengan memberikan pelayanan Rawat Inap bagi pasien
umum, PBI dan Non-PBI.
6 Resusitator 1 1 Ambumark
13 Termometer 4 1 Thermo
Digital One
3 ABN
Tempstoon
14 Ezy Meve/ 1 1 Fermo USA 2013
Transfer Modul
Board 0107992
15 Emergency 2012
Kit
16 Manual 1 1 Besmed
Resusitator
Anak
17 Manual 1 1 Besmed
Resusitator
Dewasa
18 Laringoscop 1 1 Renz
e Dewasa (1
set)
Analisis Data
Ruang Dahlia 3 sudah memiliki kelengkapan alat medis ataupun alat non
medis yang cukup namun masih banyak yang perlu diperhatikan dengan kesesuaian
standar minimal alat non medis dan medis yang harus dimiliki ruangan, masih
terdapat banyak inventaris yang tidak sesuai standar alat yang seharusnya dimiliki
ruangan. Ruangan ini sudah memiliki buku inventarisasi, tetapi tidak dilakukan
pembaharuan secara berkala.
4. Machine
Kajian Teori
Mesin merupakan peralatan yang berupa barang elektronik dan membutuhkan
tenaga listrik yang digunakan untuk membantu menangani pasien baik secara medis
maupun keperawatan.
Kajian Data
Ruang Dahlia 3 tidak memiliki fasilitas mesin khusus sendiri untuk membantu
menangani pasien baik secara medis maupun keperawatan, beberapa alat yang terdapat
di ruangan antara lain adalah sebagai berikut:
Analisis Data
Berdasarkan data mesin yang dimiliki ruang Dahlia 3 RSUP Dr. Sardjito, ruangan
ini sudah memiliki mesin yang sesuai standar minimal RSUP Dr. Sardjito. Saat
dilakukan wawancara dan observasi, pemeliharaan dan pengecekan mesin di ruangan
ini juga sudah cukup baik dan dilakukan setiap shift untuk memastikan apakah mesin
masih berfungsi dengan baik atau tidak. Pada ruangan tidak terdapat mesin EKG
karena di pinjam oleh ruangan yang lain.
5. Methode
Kajian teori
a. Standar
Standar adalah suatu tingkat kinerja yang secara umum dikenal sebagai sesuatu
yang dapat diterima, adekuat, memuaskan dan digunakan sebagai tolak ukur atau titik
acuan yang digunakan sebagai pembanding (Marr dan Biebing, 2001). Menurut Asrul
Azwar (1994) standar menunjukkan pada tingkat ideal tercapai yang diinginkan,
diukur dalam bentuk minimal dan maksimal, penyimpangan masih dalam batas atas
yang dibenarkan toleransi. Menurut Nursalam (2002) standar merupakan pernyataan
yang absah, model yang disusun berdasarkan wewenang, kebiasaan atau kesepakatan
mengenai apa yang memadai dan sesuai, dapat diterima dengan layak.
Standar praktik keperawatan adalah norma atau penegasan tentang mutu
pekerjaan seorang perawat yang dianggap baik, tepat, dan benar, yang dirumuskan
sebagai pedoman pemberian asuhan keperawatan serta sebagai tolak ukur dalam
penilaian penampilan kerja seorang perawat (Nursalam, 2002). Menurut Gillies
(1994) Standar Asuhan Keperawatan mempunyai tiga tujuan, yaitu:
1. Meningkatkan mutu asuhan keperawatan dengan memusatkan upaya
meningkatkan motivasi perawat terhadap pencapaian tujuan.
2. Mengurangi biaya asuhan keperawatan dengan mengurangi kegiatan asuhan
keperawatan yang tidak penting.
3. Memberikan landasan untuk menentukan kelalaian keperawatan dengan
mengantisipasi suatu hasil yang tidak memenuhi standar asuhan keperawatan serta
menentukan bahwa kegaggalan dari perawat untuk memenuhi standar,
membahayakan pasien.
Standar keperawatan yang dipakai di Indonesia sebagai dasar pedoman dan
instrumentasi penerapan Standar Asuhan Keperawatan disusun oleh DepKes (1997),
yaitu:
1) Standar I. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan adalah data anamnesa, observasi yang paripurna dan
lengkap serta dikumpulkan secara terus menerus tentang keadaan pasien untuk
menetukan asuhan keperawatan sehingga data keperawatan harus bermanfaat
bagi semua anggota tim, data pengkajian meliputi pengumpulan data,
pengelompokan data, dan perumusan masalah.
2) Standar II. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon pasien yang dirumuskan berdasarkan data
status kesehatan pasien, dan komponennya terdiri dari masalah, penyebab, dan
gejala (PES), bersifat actual dan potensial dan dapat ditanggulangi perawat.
3) Standar III. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnose keperawatan,
komponennya meliputi prioritas masalah, tujuan asuhan keperawatan dan
rencana tindakan.
4) Standar IV. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah pelaksanaan tindakan yang ditentukan dengan
maksud agar kebutuhan pasein terpenuhi secara maksimal yang mencakup aspek
peningkatan, pencegahan, pemeliharaan serta pemulihan kesehatan dengan
mengikutsertakan keluarga.
5) Standar V. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodic, sistematis, terencana untuk
menilai perkembangan pasien.
6) Standar VI. Catatan Asuhan Keperawatan
Dokumentasi keperawatan dilakukan secara individu oleh perawat selama pasein
dirawat inap maupun rawat jalan, digunakan sebagai informasi, komunikasi dan
laporan, dilakukan setelah tindakan dilakukan, sesuai dengan pelaksanaan proses
keperawatan, setiap mencatat harus mencantumkan inisial atau paraf nama
perawat, menggunakan formulir yang baku, simpan sesuai peraturan yang
berlaku.
Dasar hukum Standar Profesi Keperawatan adalah UU Kesehatan RI No.23
tahun 1992 pasal 43,
Ayat 1 : tenaga kesehatan memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas
sesuai profesinya.
Ayat 2 : tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban standar
profesi dan pasien.
Standar Keperawatan menurut DepKes RI meliputi:
1) Standar Pelayanan Keperawatan (SPK)
2) Standar Asuhan Keperawatan (SAK)
Suatu ruang perawatan di dalam sebuah rumah sakit idealnya mempunyai
prosedur tetap (protap) tindakan yang berlaku secara resmi yang dipahami dan
diterapkan oleh seluruh staf di ruangan, ruang perawatan mempunyai prosedur
tetap semua tindakan perawatan dan SAK (Standar Asuhan Keperawatan) minimal
10 kasus diagnosis terbanyak. Standar Asuhan Keperawatan (SAK) RSUP Dr.
Sardjito disusun berdasarkan standar asuhan keperawatan internasional. Standar
acuan yang dipakai adalah Standarized Nursing Language, yaitu NANDA (North
American Nursing Diagnosis Association) taksonomi II untuk diagnosa
keperawatan, NOC (Nursing Outcome Classification) untuk tujuan dan outcome
yang ingin dicapai, dan NIC (Nursing Intervention Classification) untuk rencana
tindakan/ intervensinya. SAK berisi penjelasan/informasi tentang penyakit dan
rencana asuhan keperawatan. Informasi tentang penyakit meliputi Pengertian,
Tanda dan Gejala, Etiologi, Patofisiologi, Pemeriksaan penunjang, dan
Manajemen terapi, serta Prinsip pengkajian kasus penyakit (Brunner, 2002).
Standar asuhan keperawatan adalah acuan dalam proses pengambilan
keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh perawat sesuai dengan wewenang
dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan llmu dan kiat keperawatan. Mulai dari
pengkajian, perumusan diagnosa dan atau masalah keperawatan, perencanaan,
implementasi evaluasi dan pencatatan asuhan keperawatan.
STANDAR I : Pengkajian
a. Pernyataan standar
Perawat mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan lengkap dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
b. Kriteria pengkajian
1) Data tepat, akurat dan lengkap
2) Terdiri dari data subjektif
STANDAR II: Perumusan diagnosa dan atau masalah keperawatan
a. Pernyataan Standar
Perawat menganalisis data yang diperoleh pada pengkajian,
menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk menegakkan diagnosa dan
masalah keperawatan yang tepat.
b. Kriteria perumusan diagnosa dan atau masalah
1) Diagnosa sesuai dengan nomenklatur keperawatan
2) Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien
3) Dapat diselesaikan dengan asuhan keperawatan secara mandiri,
kolaborasi dan rujukan
STANDAR III: Perencanaan
a. Pernyataan standar
Perawat merencanakan asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa dan
masalah yang ditegakkan.
b. Kriteria perencanaan
1) Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan
kondisi klien, tindakan segera, tindakan antisipsi dan asuhan secara
komprehensif.
2) Melibatkan klien / pasien dan keluarga
3) Mempertimbangkan kondisi psikologi, sosial budaya klien
4) Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan
klien berdasarkan evidence based dan memastikan bahwa asuhan yang
diberikan bermanfaat untuk klien
5) Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku,
sumberdaya serta fasilitas yang ada
STANDAR IV: Implementasi
a. Pernyataan Standar
Perawat melaksanakan rencan asuhan keperawatan secara komprehensif.
Efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada klien/pasien
dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.
b. Kriteria
1) Memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk bio-psiko-sosial
spiritual kultural
2) Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari klien atau
keluarganya
3) Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidence based
4) Melibatkan klien dalam setiap tindakan
5) Menjaga privacy klien
6) Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi
7) Mengikuti perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan
8) Menggunakan sumberdaya, sarana dan fasilitas yang ada dan sesuai
9) Melakukan tindakan sesuai standar
10) Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan
STANDAR V : Evaluasi
a. Pernyataan Standar
Perawat melakukan evaluasi secara sistimatis dan berkesinambungan
untuk melihat kefektifan dari asuhan yang sudah diberikan sesuai dengan
perubahan perkembangan kondisi klien.
b. Kriteria evaluasi
1) Penilaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakan asuhan sesuai
kondisi klien
2) Hasil evaluasi segera dicatat dan didokumentasikan pada klien
3) Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar
4) Hasil evaluasi ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi klien
STANDAR VI : Pencatatan asuhan keperawatan
a. Pernyataan standar
Perawat melakukan pencatatan secara lengkap akurat, singkat, dan jelas
mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam
memberikan asuhan keperawatan.
b. Kriteria pencatatan asuhan keperawatan
1) Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada formulir
yang tersedia
2) Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP
S adalah data subyektif, mencatat hasil anamnesa
O adalah data obyektif, mencatat hasil pemeriksaan
A adalah data hasil Analisis, mencatat diagnosa dan masalah keperawatan
P adalah penatalaksanaan mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif,
tindakan segera, tindakan secara komprehensif : penyuluhan,
dukungan, kolaborasi evaluasi / follow up dan rujukan.
b. Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan susunan kepengurusan yang diletakkan di
dalam ruang perawatan dan bertujuan untuk memberikan informasi secara jelas
kepada pasien, keluarga, maupun pengunjung ruangan terkait kepengurusan dan
pengelolaan ruangan.
c. Media informasi
Media informasi ini digunakan untuk pasien dan keluarga guna memperoleh
informasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan ruangan maupun proses
perawatan pasien.
Kajian Data
a. Struktur Organisasi
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, sudah terdapat
papan struktur organisasi di ruang Dahlia 3, namun belum dilakuakn
pembaharuan sesuai dengan struktur organisasi yang baru per Desember
2015.
b. Media informasi
Media informasi untuk pasien baru di ruang Dahlia 3 sudah ada
dalam bentuk leaflet, tetapi tidak diberikan kepada keluarga pasien, namun
dijelaskan secara lisan dan didemonstrasikan.
c. SPO dan SAK
SPO dan SAK bedah yang ada diruang Dahlia 3 bisa dilihat pada
tabel di bawah ini. Tindakan yang sering dilakukan di Dahlia 3 antara lain
perawatan luka, pengambilan darah untuk cek laboratorium, terapi intravena
dan terapi oksigen.
Tabel 18. Daftar Standar Prosedur Operasional (SPO) IRNA 1 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
2014
No Dokumen Judul SPO
04.0372.202.2.20 Memasang restraint atau pengekang
04.0372.202.2.19 Assesment nyeri
04.0372.202.2.18 Pelayanan pasien dengan alat bantu hidup
04.0372.202.2.17 Perawatan pasien dengan akhir hayat
Pelayanan pencegahan terjadinya perbuatan tidak senonoh/ tidak diinginkan
04.0372.202.2.16
pada pasien yang berisiko
04.0372.202.2.15 Pelayanan pasien gawat darurat
04.0372.202.2.14 Pelayanan pasien dengan kemoterapi
04.0372.202.2.13 Pengelolaan/manajemen nyeri
04.0372.202.2.12 Pelayanan transfusi darah
04.0372.202.2.11 Resusitasi jantung paru (ABC)
04.0372.202.2.10 Resusitasi jantung paru (ABCD)
04.0372.202.2.9 Pelayanan pasien dengan pengekang/restrain
04.0372.202.2.8 SPO perintah tertulis
04.0372.202.2.7 Pelayanan pasien dengan imunosupresi
04.0372.202.2.6 Pelayanan pasien dengan penyakit menular
04.0372.202.2.5 Pelayanan pasien dengan terapi dialisis
04.0372.202.2.4 Pelayanan pasien koma
04.0372.202.2.3 Prosedur pelayanan pasien usia lanjut dengan ketergantungan bantuan
04.0372.202.2.2 Pelayanan yang seragam pada pasien
04.0372.202.2.1 Code blue resusitasi jantung paru
07.2.01.311.61 Resusitasi neonatus
Sumber: Pedoman Standar Prosedur Operasional RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta,
Instalasi Rawat Inap 1, 2014
Unsur Proses
Tabel 24
Pengkajian di Ruang Dahlia 3RSUP dr Sardjito
Tanggal 28 Desember 30 Desember 2015 (n=9)
Aspek yang Kode Rekam Medik
No Jumlah Skor Catatan Keterangan
Dinilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1. Pengkajian
lengkap Tercapai
9 100%
maksimal 1 penuh
x 8 jam
2. Pengkajian Tercapai
9 100%
alergi penuh
3. Pengkajian
Tercapai
alasan 9 100%
penuh
masuk RS
4. Pengkajian
Tercapai
riwayat 9 100%
penuh
kesehatan
5. Pemeriksaan Tercapai
9 100%
fisik penuh
6. Pengkajian
Tercapai
status 9 100%
penuh
fungsional
7. Pengkajian
Tercapai
status 9 100%
penuh
psikososial
8. Pengkajian Tercapai
risiko jatuh 9 100%
penuh
9. Pengkajian 66,7%
nutrisi Sebagian tidak
- - - - - - 3 33,3% kecil terdapat
tercapai pengkajian
nutrisi
10. Pengkajian Tercapai
9 100%
nyeri penuh
11. Pengkajian Tercapai
dekubitus 9 100%
penuh
12. Pengkajian 11,1%
kebutuhan tidak
Sebagian
edukasi terdapat
- 8 88,9% besar
pengkajian
tercapai
kebutuhan
edukasi
13. Pengkajian
discharge 6 pasien
Tercapai
planning ttd ttd ttd ttd ttd ttd 3 100% masih
penuh
dalam 2x24 dirawat
jam
SUBTOTAL A 104104/111
(93,7%)
Sumber: Data Primer Studi Dokumentasi Mahasiswa PSIK UGM, 2015
Tabel 25
Diagnosis di Ruang Dahlia 3 RSUP dr Sardjito
Tanggal 28 Desember - 30 Desember 2015 (n=9)
Aspek yang Kode Rekam Medik Pasien
No Jumlah Skor Interpretasi Catatan
Dinilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1. Masalah
keperawatan
dirumuskan Tercapai
9 100%
sesuai penuh
dengan hasil
pengkajian
2. Masalah
dirumuskan Tercapai
9 100%
berdasarkan penuh
NANDA
3. Masalah
utama
Tercapai
ditetapkan 9 100%
penuh
maksimal
1x 24 jam
SUBTOTAL B 27 100% 100%
Sumber: Data Primer Studi Dokumentasi Mahasiswa PSIK UGM, 2015
Tabel 26
Rencana Tindakan di Ruang Dahlia 3 RSUP dr Sardjito
Tanggal 28 Desember - 30 Desember 2015 (n=9)
Aspek yang Kode Rekam Medik Pasien
No Jumlah Skor Interpretasi Catatan
Dinilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1. Tujuan terukur
ditetapkan Tercapai
9 100%
maksimal 1x 24 penuh
jam
2. Rencana
tindakan
Tercapai
menggambarkan 9 100%
penuh
cara mengatasi
masalah pasien
3. Rencana utama
ditetapkan Tercapai
9 100%
maksimal 1x24 penuh
jam
4. Discharge
planning
Tercapai
direncanakan 9 100%
penuh
sejak pasien
dirawat
SUBTOTAL C 36 100%
Sumber: Data Primer Studi Dokumentasi Mahasiswa PSIK UGM, 2015
Tabel 27
Tindakan di Ruang Dahlia 3RSUP dr Sardjito
Tanggal 28 Desember - 30 Desember 2015 (n=9)
Aspek yang Kode Rekam Medik Pasien
No Jumlah Skor Interpretasi Catatan
Dinilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1. Perawat
memberikan
penjelasan
tentang hak
Tercapai
dan 9 100%
penuh
kewajiban
pasien dalam
waktu 1 x 24
jam
2. Melaksanakan
pengukuran
dan tanda
vital (suhu,
nadi,
kecepatan Tercapai
9 100%
respirasi, penuh
tekanan
darah, dan
skala nyeri)
sesuai dengan
kondisi pasien
3. Melaksanakan
Tercapai
monitoring 9 100%
penuh
asupan nutrisi
4. Melaksanakan
pemberian Tercapai
9 100%
obat sesuai penuh
order
5. Melaksanakan
Tercapai
monitoring 9 100%
penuh
reaksi obat
6. Melaksanakan 9 100% Tecapai
monitoring penuh
pasien dengan
risiko jatuh/
risiko bunuh
diri/ risiko
mencederai
diri atau
orang lain
(sesuai
karakteristik
pasien)
7. Melaksanakan
Tercapai
monitoring 9 100%
penuh
dekubitus
8. Melaksanakan
tindakan Tercapai
9 100%
sesuai penuh
rencana
9. Melaksanakan
edukasi pada
Tercapai
pasien dan 9 100%
penuh
keluarga
tentang nyeri
10. Melaksanakan
edukasi pada
pasien dan
Tercapai
keluarga 9 100%
penuh
tentang cara
penggunaan
obat
11. Melaksanakan
edukasi pada
pasien dan
Sebagaian
keluarga
9 100% besar
tentang
tercapai
pemakaian
gelang
identitas
12. Melaksanakan
edukasi pada
pasien dan Tercapai
9 100%
keluarga penuh
tentang
infeksi
13. Melaksanakan
edukasi pada
pasien dan
Tercapai
keluarga 9 100%
penuh
tentang
penggunaan
alat bantu
14. Melaksanakan
edukasi pada
pasien dan
Tercapai
keluarga 9 100%
penuh
tentang
Discharge
planning
SUBTOTAL D 126 100%
Sumber: Data Primer Studi Dokumentasi Mahasiswa PSIK UGM, 2015
Tabel 28
Evaluasi di Ruang DAHLIA 3 RSUP dr Sardjito
Tanggal 28- 30 Desember 2015 (n=9)
No Aspek yang Kode Rekam Medik Pasien Jumlah
Skor Interpretasi Catatan
Dinilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1. Evaluasi
hasil
dilaksanakan
Tercapai
minimal 1x 9 100%
Penuh
per hari dan
perubahan
kondisi
2. Evaluasi
proses
merupakan
bagian yang Tercapai
9 100%
tidak dapat Penuh
dipisahkan
dari
implementasi
3. Discharge
planning
dilengkapi Tercapai
9 100%
pada saat Penuh
pasien akan
pulang
``SUBTOTAL E 27 100%
Sumber: Data Primer Studi Dokumentasi Mahasiswa PSIK UGM, 2015
Tabel 29
Catatan Asuhan Keperawatan di Ruang DAHLIA 3 RSUP dr Sardjito
Tanggal 28-30 Desembr 2015 (n=10)
Aspek yang Kode Rekam Medik Pasien Jumlah
No Skor Interpretasi Catatan
Dinilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pencatatan
ditulis
Tercapai
1. menggunakan 9 100%
Penuh
formulir yang
baku
Pencatatan
ditulis dengan
jelas, ringkas, Tercapai
2. 9 100%
istilah dan Penuh
singkatan yang
baku dan benar
3. Setiap 9 100% Tercapai
dokumentasi Penuh
keperawatan
mencantumkan
paraf/nama
jelas, tanggal
dan jam
dilakukannya
tindakan
SUBTOTAL F 27 100%
Sumber: Data Primer Studi Dokumentasi Mahasiswa PSIK UGM, 2015
PRESENTASE = x 100%
PRESENTASE = x 100%
PRESENTASE = 99%
Analisis data
Instrumen A yang menunjukkan kelengkapan dokumen asuhan keperawatan Dahlia 3
menunjukkan nilai yang baik (99%) . Kelengkapan dokumen akan mempermudah
proses asuhan keperawatan yang dilakukan.
b. Instrumen C Pelaksanaan Asuhan Keperawatan
Kajian Teori
Standar praktek keperawatan adalah ekspektasi minimal dalam memberikan
asuhan keperawatan yang aman, efektif dan etis (PPNI, 1999). Pada dasarnya ada tiga
sumber informasi utama, untuk mengembangkan standar yaitu: penelitian, keputusan
kelompok ahli/spesialis, observasi cara praktek keperawatan aktual. Kriteria kualitas
asuhan keperawatan mencakup: aman, akurasi, kontuinitas, efektif biaya, manusiawi
dan memberikan harapan yang sama tentang apa yang baik bagi perawat dan pasien.
Standar menjamin perawat mengambil keputusan yang layak dan wajar dan
melaksanakan intervensiintervensi yang aman dan akuntabel.
Tujuan standar praktek keperawatan menurut Gillies (1989) adalah untuk
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan, mengurangi biaya asuhan keperawatan dan
melindungi perawat dari kelalaian dalam melaksanakan tugas dan melindungi pasien
dari tindakan yang tidak terapeutik. Ruang lingkup standar praktik keperawatan
menurut PPNI (1999):
1. Standar I : Ilmu Pengetahuan
2. Standar II : Akuntabilitas professional
3. Standar III : Pengkajian
4. Standar IV : Perencanaan
5. Standar V : Pelaksanaan
6. Standar VI : Evaluasi
Standar intervensi keperawatan di rumah sakit mengacu pada teori kebutuhan dasar
manusia yang dikemukakan oleh Handerson, yang terdiri dari 14 kebutuhan dasar
manusia, yaitu:
1. Memenuhi kebutuhan oksigen
2. Memenuhi kebutuhan nutrisi, keseimbangan cairan dan elektrolit
3. Memenuhi kebutuhan eliminasi
4. Memenuhi kebutuhan keamanan
5. Memenuhi kebutuhan kebersihan dan kenyamanan fisik
6. Memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur
7. Memenuhi kebutuhan gerak dan kebutuhan jasmani
8. Memenuhi kebutuhan spiritual
9. Memenuhi kebutuhan emosional
10. Memenuhi kebutuhan komunikasi
11. Mencegah dan mengatasi reaksi fisiologis
12. Memenuhi kebutuhan pengobatan dan membantu proses penyembuhan
13. Memenuhi kebutuhan pendidikan kesehatan/penyuluhan
14. Memenuhi kebutuhan rehabilitasi
Berdasarkan nilai observasi selama 3 hari dari tindakan pelaksanaan keperawatan
yang dilakukan di ruangan, maka dapat dilihat dari tabel berikut ini
Tabel 30
Nilai Rata-Rata Penilaian Observasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
di Ruang DAHLIA 3 RSUP dr. Sardjito
Nilai rata-rata
No. Perawat F Keterangan
(%)
Penilaian Tidak semua perawat melakukan cuci
1. penggunaan 4 91,65% tangan menggunakan sabun dan air
APD mengalir sebelum menggunakan APD
Pengambilan
sampel darah
2. - - -
untuk uji
laboratorium
Pemasangan
3. 1 100% -
infus
Memberikan
Tidak semua petugas kesehatan melakukan
4. Suntikan 4 97,1 %
desinfektan pada lokasi injeksi (threeway)
Intravena
6. Pelabelan Obat - - -
Nilai rata-rata
No. Perawat F Keterangan
(%)
Identifikasi
7. sebelum - - -
pemberian obat
Analisis Data
Hasil dari penilaian observasi pelaksanaan tindakan perawatan diperoleh rata-rata
presentase Penilaian Observasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Di Ruang Dahlia 3
adalah 97,17%. Tidak semua perawat melakukan cuci tangan menggunakan sabun dan
air mengalir sebelum menggunakan APD selain itu juga tidak semua petugas kesehatan
melakukan desinfektan pada lokasi injeksi (threeway).
b. Pelaksanaan Kewaspadaan Standar
Kajian Teori
Universal precaution atau kewaspadaan universal adalah suatu pedoman yang
ditetapkan oleh Center for Disease Control (CDC) tahun 1989 untuk mencegah
penyebaran dari berbagai penyakit yang ditularkan melalui darah di lingkungan Rumah
Sakit maupun sarana kesehatan lainnya (RSUP. dr. Sardjito, 2004).
Upaya pokok pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) berorientasi pada
kewaspadaan standard (standard precaution) yang merupakan gabungan kewaspadaan
universal (universal precaution) dan BSI (Body Substance Isolation) yang keduanya
merupakan pedoman penyakit yang menular melalui cairan tubuh khususnya darah
(Pedoman PPI RSUP dr Sardjito, 2008).
Upaya pencegahan dan pengendalian infeksi dirancang untuk memutus siklus
penularan penyakit dan memberikan perlindungan pasien, petugas kesehatan,
pengunjung, dan masyarakat. Komponen standard kewaspadaan meliputi:
1. Mencuci tangan
2. Penggunaan sarung tangan
3. Penggunaan pelindung wajah
4. Penggunaan gaun/ apron
5. Pengelolaan alat perawatan pasien
6. Pengelolaan linen
7. Pengelolaan kebersihan lingkungan
8. Pengelolaan alat tajam
9. Resusitasi cairan
10. Penempatan pasien
Tabel 30.1
Pelaksanaan Kewaspadaan Standar di DAHLIA 3 RSUP DR. Sardjito
DAFTAR TILIK KETEPATAN PETUGAS DALAM HAND HYGIENE
OBSERVER : Mahasiswa BULAN/THN : 28-30 Desember15 SHIFT
PAGI
RUANG : DAHLIA 3 JML YG DIAMATI : 25 orang
PEKAR CLEANI MAHASIS
DR
DR PERAW YA RT NG WA
PETUGAS YANG RESID PH
AHLI AT SERVIC PRAKTE KET
DIAMATI EN (n=2)
(n=2) (n=6) E K
(n=6)
(n=3) (n=5 )
KRITERIA Y TD Y TD Y TD Y TD YA TD YA TD YA TD
OBSERVASI A K A K A K A K K K K
A HAND
. RUBBING
1. Sebelum
2 6 6 2 1 3 5
Kontak
Pasien
Langsung
2. Sebelum
Tindakan 2 6 5 1 - - - - - - 3 2
Asepsis
3. Setelah
Kontak
2 6 6 2 1 3 5
Cairan
Tubuh
4. Setelah
Kontak 2 6 6 2 1 3 5
Pasien
5. Setelah
Kontak
Lingkungan 2 6 6 2 1 1 2 4 1
Sekitar
Pasien
6. Sebelum/Set
elah Pakai
2 4 2 4 2 - - 1 1 2 1 4
Sarung
Tangan
Total
12 - 34 2 33 3 8 - 3 2 8 7 23 7
Kesempatan
Proporsi
100% 94,4% 91,6% 100% 60% 53,3% 76,6%
Ketepatan
B HAND 2 6 4 2 2 1 3 3 3
. WASHING
1. Sebelum
Kontak
Pasien
Langsung
2. Sebelum - - 4 2
Tindakan 2 6 4 2 - - - -
Asepsis
3. Setelah 1 6
Kontak
2 6 6 2 3
Cairan
Tubuh
4. Setelah 1 6
Kontak 2 6 6 2 3
Pasien
5. Setelah 1 3 3
Kontak
Lingkungan 1 1 5 1 3 3 2 3
Sekitar
Pasien
6. Sebelum/Set 1 5 1
elah Pakai
2 3 3 5 1 - 2 1
Sarung
Tangan
Total 2 3 27 9
11 1 32 4 28 8 8 8 7
Kesempatan
Proporsi
91,6% 88,8% 77,7% 100% 40% 53,3% 75%
Ketepatan
CATATAN :
Rata-rata porposi Ketepatan = 78,73%
Analisa Data:
Pelaksanaan Kewaspadaan Standar di Dahlia 3 RSUP DR. Sardjito cukup (78,73%),
kepatuhan petugas untuk melaksanakan cuci tangan menunjukkan kesadaran petugas akan
bahaya infeksi. Tindakan cuci tangan perlu ditingkatkan pada penggunaan sarung tangan baik
sebelum maupun setelah menggunakan.
Tabel 30.2
Pelaksanaan Kewaspadaan Standar di Dahlia 3 RSUP DR. Sardjito
Tanggal 28Desember - 30 Desember 2015
Hasil Audit Kepatuhan PPI
di Ruang Dahlia 3 tanggal 28 Desember - 30 Desember 2015
NO INDIKATOR YA TIDAK KETERANGAN
A. PENAMPILAN PERSONAL
1. Mengenakan seragam sesuai ketentuan,
ID card, pakaian bersih, rambut rapi
2. Kuku pendek, bersih, tidak memakai
asesoris tangan saat bertugas
100%
B. KEBERSIHAN TANGAN
1. Ketersediaan handrub
2. Ketersediaan sabun cuci tangan
3. Ditulis tanggal buka di label BMHP HH
4. Ketersediaan tisu pengering
5. Tidak ada handuk tergantung di ruang
6. Semua wastafel berfungsi baik, bersih
7. Ketepatan HH petugas
100%
C. ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
KETERSEDIAAN APD (sesuai kebutuhan ruangan)
1. Sarung tangan
2. Apron/gaun
3. Masker bedah
4. Masker N95
5. Topi
6. Google
7. Sepatu boot
100%
KETEPATAN PEMAKAIAN APD (sesuai analisis resiko)
1. Sarung tangan
2. Apron/gaun
3. Masker bedah
4. Masker N95
5. Topi
6. Google
7. Sepatu boot
100%
PENYIMPANAN APD
1. Penyimpanan di ruang khusus
2. Penyimpanan dalam almari khusus,
terjaga bersih
100%
D. PEMBUANGAN SAMPAH/LIMBAH/BENDA TAJAM
1. Tersedia cukup tempat sampah sesuai
jenisnya
2. Penempatan sampah/limbah sesuai
jenisnya tepat/tertib
3. Tidak ada tempat sampah terbuka
4. Ketersediaan container benda tajam
sesuai standar
5. Penempatan tempat sampah tidak di
dekat barang bersih
6. Sampah dibuang setelah terisi
100%
E. KEBERSIHAN RUANG RAWAT
1. Pembersihan permukaan dengan
desinfektan standar RS
2. Desinfeksi area perawatan dengan
khlorin 0,05% atau desinfektan lain
sesuai standar ISLRS
3. Pembersihan tempat tidur dan kasur
pasca pakai
4. Tempat tidur pasien bersih tidak berdebu
5. Kasur bersih dan vinil intak (tidak
berlubang)
6. Tidak ada sisa makanan/kotoran
menempel di lingkungan
7. Linen bersih, rapi dan terpasang kencang
8. Bantal, restrain bersih
9. Meja pasien bersih, tidak berdebu,
barang seperlunya
10. Ruang persiapan bersih dan tidak
berdebu
11. Tidak ada sapu ijuk untuk pembersihan
ruang perawatan
12. Tidak ada
kemoceng/sulak/penebah/seblak untuk
pembersihan
13. Lingkungan bersih, tidak ada ember
penampung, dll container sejenis yang
tidak standar
14. Mebeler/kursi/sofa tidak ada yang robek
100%
F. ALAT KESEHATAN
1. Alat kesehatan/keperawatan bersih, tidak
berkarat, dll (kursi roda, brancard, troli
pengobatan, standar infuse, syringe
pump, infuse pump, EKG, suction pump,
tabung oksigen/oksigen dinding,
humidifier, pispot, urinal)
2. Ada jadwal & bukti pembersihan alat-
alat tersebut
100%
PEMBERSIHAN ALAT KEPERAWATAN
1. Stetoskop didesinfeksi alcohol 70%
antar pasien
2. Manset tensimeter dicuci sekali
seminggu atau setiap kali terkena
darah/cairan tubuh segera dicuci
3. Ambubag dilakukan DTT/steril setiap
ganti pasien
4. Thermometer diusap alcohol 70% setiap
ganti pasien
5. Syringe pump diusap alcohol 70% setiap
habis pakai
6. EKG : cas electrode diusap alcohol 70%
setiap habis pakai
7. Kursi roda diusap permukaan khlorin
0,05% setiap habis digunakan
8. Brandcart diusap permukaan chlorine
0,05% setiap habis digunakan
9. Tabung oksigen diusap permukaan
dengan chlorine 0,05% sekali sehari
10. Pispot dibersihkan dengan rendam klorin
0.5%
100%
G. PENGELOLAAN LINEN
1. Tersedia kereta linen kotor infeksius-non
infeksius
2. Penempatan linen infeksius dalam
container atau ember berlapis plastic
warna kuning
3. Penempatan linen kotor infeksius dan
non infeksius tanpa mengkontaminasi
lingkungan
4. Petugas menggunakan APD saat
mengelola linen kotor dan melepasnya
saat melakukan transportasi linen
5. Transportasi linen ke binatu
menggunakan troli linen kotor dengan
kantong linen berplisir merah. Linen
bersih dibawa dengan troli dan kantong
linen berplisir biru
6. Penyimpanan linen bersih dalam almari
bersih, kering dan bertutup
100%
H. KEAMANAN MEDIKASI
1. Obat oral (ed. Penyimpanan, labeling,
dan lain lain)
2. Obat parenteral (ed, penyimpanan,
pencampuran, dll)
3. O2 (isi, dll)
4. AMHP (steril/bersih, packing,
penyimpanan, ed)
100%
I. ALAT SINGLE USE YANG DI-REUSE
1. Penggunaan alat re-used sesuai dalam
daftar alat re-used di rumah sakit (bagi
yang menggunakan alat re-used)
2. Sudah dilakukan monitoring pelabelan,
batas ed, alat-alat yang di re-used
3. Monitoring pasien yang menggunakan
alat-alat re-used dilakukan perawat dan
dokter
100%
J. PENCATATAN PELAPORAN
1. Pengawasan, resiko kejadian IRS pada
seluruh pasien rawat inap
2. Dilakukan entry data hasil pengamatan
surveillans IRS melalui system, tepat
waktu
3. Laporan penggunaan AMHP-BMHP
setiap bulan tepat waktu
100%
K. PENGELOLAAN ALAT
1. Proses perendaman/pembersihan
instrumen sesuai dengan SPO
2. Kemasan alat steril kering dan tidak
sobek
3. Proses DTT dan sterilisasi dilakukan di
CSSD
4. Alat atau instrumen yang akan
disterilkan ditempatkan dalam wadah
tertutup
5. Penyimpanan alat atau instrumen steril
pada tempat yang kering, bersih dan
terpisah dari alat atau instrumen non
steril
6. Penempatan barang bersih dan kotor
dipisahkan
100%
L. PRASARANA FISIK
1 Prasarana fisik
- Lantai tidak ada celah/berlobang
- Lantai mudah dibersihkan
- Dinding tidak ada retak/bercelah
- Langit-langit bersih tidak ada
celah/berlobang/berjamur
2 Kusen jendela dan pintu tidak
berlobang/rapuh
3 Terdapat ruang untuk penyimpanan alat-
alat kotor
4 Terdapat ruangan untuk penyimpanan
alat-alat bersih
5 Kamar mandi bersih, saluran air lancar
6 Wastafel bersih dan saluran air lancar
7 Kaca jendela bersih tidak ada yang
pecah/retak
8 Nurse stasion bersih tidak rusak/robek
100%
Total Persentase= 100%
Analisis Data
Hasil audit kepatuhan PPI menunjukan hasil yang sangat baik, yaitu: 100% yang
mengindikasikan petugas di ruang Dahlia 3 telah berupaya dengan sangat baik melakukan
pencegahan infeksi, namun masih perlu menambah ketersediaan handrub di setiap bed
pasien. Selain itu juga masih perlu peningkatan kepada petugas mengenai kebersihan tangan
(hand hygiene) dikarenakan belum semua petugas melaksanakan cuci tangan dengan cara
yang tepat.
Kajian Data
Tabel 31
Pelaksanaan International Patient Safety Goals (IPSG)
Di Ruang DAHLIA 3 RSUP Dr. Sardjito
Tanggal 28-30 Desember 2015
Pelaksanaan
No Indikator Keterangan
Ya Tidak
1. SASARAN I : Mengidentifikasi Pasien dengan Benar
a. Pasien diidentifikasi dengan
menggunakan dua
pengidentifikasian pasien, tidak
termasuk penggunaan nomor
kamar pasien atau lokasi
Persentase 100%
4. SASARAN IV : Memastikan Lokasi Pembedahan yang benar, Prosedur yang benar,
Pembedahan pada Pasien yang benar
a. Rumah sakit menggunakan tanda
yang langsung dikenali untuk
mengidentifikasi lokasi
pembedahan dan melibatkan
pasien dalam proses pemberian
tanda
b. Rumah sakit menggunakan
daftar atau proses lain untuk
sebelum operasi untuk
memverifikasi
c. Apakah lokasinya, prosedur, dan
pasien sudah benar dan bahwa
seluruh dokumen dan perawatan
yang dibutuhkan
d. Tim bedah lengkap melakukan
dan mendokumentasi prosedur
jeda sesaat sebelum memulai
prosedur pembedahan
e. Kebijakan dan prosedur disusun
sedemikian sehingga semua
proses seragam sehingga dapat
dipastikan lokasi benar, prosedur
benar, dan pasien juga benar,
termasuk prosedur medis dan gigi
yang dilakukan tidak di ruang
operasi.
Persentase 100%
5. SASARAN V : Mengurangi Risiko Infeksi Akibat Perawatan Kesehatan
a. Rumah sakit telah mengadopsi
atau mengadaptasi panduan
kebersihan tangan yang baru
diterbitkan dan umumnya
diterima
b. Rumah sakit
mengimplementasikan program
kebersihan tangan yang efektif
c. Kebijakan dan/atau prosedur
yang dikembangkan yang
mendukung secara terus-menerus
pengurangan infeksi terkait
dengan perawatan kesehatan
Persentase 100%
6. SASARAN VI : Pengurangan Risiko Pasien Jatuh
a. Rumah sakit menerapkan proses
dilakukannya penilaian awal
pasien akan risikonya terjatuh
dan dilakukannya penilaian
ulang pada pasien bila, antara
lain, terlihat adanya perubahan
kondisi atau obat-obatan
a. Dilakukan upaya-upaya untuk
mengurangi risiko jatuh bagi
mereka yang dinilai berisiko
b. Usaha-usaha itu dipantau untuk
dilihat keberhasilannya dalam
upaya mengurangi cedera akibat
jatuh dan konsekuensi lainnya
yang tidak diperhitungkan
sebelumnya
c. Kebijakan dan/atau prosedur
mengarah pada pengurangan
secara kontinyu risiko
Persentase 100%
Rata-rata persentase 100%
Sumber: Hasil Observasi Mahasiswa, 2015
Analisis data
Dari hasil pengamatan dari tanggal 28-30 Desember 2015 dengan menggunakan
indikator International Patient Safety Goals (IPSG) sesuai tabel di atas, menunjukan
pelaksanaan IPSG di Dahlia 3 mencapai persentase 100%. Hal ini berarti baik dalam
pelaksanakan tujuan keselamatan pasien.
Pelaksanaan patient safety di RSUP Dr. Sardjito menggunakan International Patient
Safety Goals (IPSG). Sedangkan dari ICN (Infection Control Nursing) RSUP Dr. Sardjito
dijelaskan ada beberapa indikator untuk 9 Solusi live saving Patient Safety yakni sebagai
berikut:
1) Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (NORUM) (Look-Alike, Sound
Alike Medication Names)
Nama obat, rupa dan ucapan mirip, yang membingungkan staf pelaksana
adalah salah satu penyebab yang paling sering dalam kesalahan obat (medication
error) dan ini merupakan satu keprihatinan di seluruh dunia. Dengan puluhan ribu
obat yang ada saat ini di pasar, maka sangat signifikan potensi terjadinya
kesalahan akibat bingung terhadap nama merk atau generik serta kemasan. Solusi
NORUM ditekankan pada penggunaan protokol untuk pengurangan risiko dan
memastikan terbacanya resep, label atau perintah yang dicetak lebih dulu, maupun
pembuatan resep secara elektronik.
2) Pastikan identifikasi pasien
Kegagalan yang meluas dan terus menerus untuk mengidentifikasi pasien
secara benar sering mengarah kepada kesalahan pengobatan, tranfusi maupun
pemeriksaan dsb. Rekomendasi ditekankan kepada metode untukverifikasi
terhadap identitas pasien, termasuk keterlibatan pasien dalam proses ini,
standarisasi dalam metode identifikasi di semua RS dalam suatu sistem layanan
kesehatan dan partisipasi pasien dalam konfirmasi ini, serta penggunaan protokol
untuk membedakan identifikasi pasien dengan nama yang sama.
3) Komunikasi secara benar saat serah terima/pengoperan pasien.
Kesenjangan dalam komunikasi saat serah terima/pengoperan pasien antar
unit-unit pelayanan, dan di dalam serta antar tim pelayanan, bias mengakibatkan
terputusnya kesinambungan layanan, pengobatan yang tidak tepat dan potensial
dapat mengakibatkan cedera terhadap pasien. Rekomendasi ditujukan untuk
memperbaiki serah terima pasien termasuk penggunaan protokol untuk
mengkomunikasikan informasi yang bersifat kritis; memberikan kesempatan bagi
para praktisi untuk bertanya dan menyampaikan pertanyaan-pertanyaan pada saat
serah terima dan melibatkan para pasien serta keluarga dalam proses serah terima.
4) Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar.
Penyimpangan pada hal ini seharusnya sepenuhnya dapat dicegah.Kasus-kasus
dengan pelaksanaan prosedur yang keliru atau pembedahan sisi tubuh yang salah
sebagian besar adalah akibat dari mis-komunikasi dan tidak adanya informasi atau
informasinya tidak benar. Faktor yang paling banyak kontribusinya terhadap
kesalahan-kesalahan macam ini adalah tidak ada atau kurangnya proses pra bedah
yang distandarisasi. Rekomendasinya adalah untuk mencegah jenis-jenis
kekeliruan yang tergantung pada pelaksanaan proses verifikasi pra pembedahan;
pemberian tanda pada sisi yang akan dibedah oleh petugas yang akan
melaksanakan prosedur, dan adanya tim yang terlibat dalam prosedur untuk
mengkonfirmasikan identitas pasien, prosedur dan sisi yang akan dibedah.
5) Kendalikan cairan elektrolit pekat (concentrated)
Sementara semua obat-obatan, biologis, vaksin, dan kontras memiliki profil
risiko, cairan elektrolit pekat yang digunakan untuk injeksi khususnya adalah
berbahaya.Rekomendasinya adalah membuat standarisasi dari dosis untuk unit
ukuran dan istilah dan pencegahan atas campur aduk atau bingung tentang cairan
elektrolit pekat yang spesifik.
6) Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan
Kesalahan medikasi terjadi paling sering pada saat transisi atau pengalihan.
Rekonsiliasi (penuntasan perbedaan) medikasi adalah suatu proses yang didesain
untuk mencegah salah obat (medication error) pada titik-titik transisi pasien.
Rekomendasinya adalah menciptakan suatu data yang paling lengkap dan akurat
dari seluruh medikasi yang sedang diterima pasien. Juga disebut sebagai home
medication list, sebagai perbandingan dengan daftar saat admisi, penyerahan dan
atau perintah pemulangan bilamana menuliskan perintah medikasi; dan
komunikasikan daftar tersebut kepada petugas layanan yang berikut dimana
pasien akan ditransfer atau dilepaskan.
7) Hindari salah kateter dan salah sambung selang (tube)
Selang, kateter, dan spuit yang digunakan harus di desain sedemikian rupa
agar mencegah kemungkinan terjadinya KTD yang bisa menyebabkan cedera atas
pasien melalui penyambungan spuit dan selang yang salah, serta memberikan
medikasi atau cairan melalui jalur yang keliru.Rekomendasinya adalah
menganjurkan perlunya perhatian atas medikasi serta pemberian makan (misalnya
selang yang benar), dan bilamana menyambung alat-alat kepada pasien (misalnya
menggunakan sambungan dan selang yang benar).
8) Gunakan alat injeksi sekali pakai.
Salah satu keprihatinan global yang terbesar adalah penyebaran dari HIV,
HBV, dan HCV yang diakibatkan oleh pakai ulang (reuse) dari jarum suntik.
Rekomendasinya adalah perlunya melarang pakai ulang, jarum difasilitas
pelayanan kesehatan; pelatihan periodik para petugas di lembaga-lembaga
layanan kesehatan khusunya tentang prinsip-prinsip pengrendalian infeksi,
edukasi terhadap pasien dan keluarga mengenai penularan infeksi melalui darah;
dan praktik jarum sekali pakai yang aman.
9) Tingkatkan kebersihan tangan (hand hygiene) untuk mencegah infeksi
nosokomial.
Diperkirakan bahwa setiap saat lebih dari 1,4 juta orang di seluruh
duniamenderita infeksi yang diperoleh di RS. Kebersihan tangan yang
efektifadalah ukuran preventif yang primer untuk menghindari masalah
ini.Rekomendasinya adalah mendorong implementasi penggunaan cairan,alkohol
base hand rubs, yang tersedia pada titik-titik pelayanan pasien,tersedianya sumber
air pada semua kran, pendidikan staf mengenai teknikkebersihan tangan yang
benar, petunjuk mengingatkan penggunaan tanganbersih di tempat kerja, dan
pengukuran kepatuhan penerapan kebersihantangan melalui pemantauan atau
observasi dan teknik-teknik yang lain.
Tabel 32
Evaluasi Pelaksanaan 9 Solusi Life Saving Patient Safety
Di Ruang DAHLIA 3 RSUP DR. Sardjito
Tanggal 28-30 Desember 2015
Pelaksanaan
No Komponen yang Dinilai Keterangan
Ya Tidak
1. Perhatikan nama obat, rupa dan
ucapan mirip (Norum)
a. Perawat memberi obat sesuai
dengan prinsip 6 benar (obat,
dosis, waktu, tempat, orang,
pendokumentasian).
b. Perawat melakukan
pendokumentasikan setelah
memberi obat direkam
catatan perkembangan.
f. Perawat mengklarifikasi
kembali terapi diberikan
dokter dengan mengeja
setiap huruf nama obat
c. Menyebutkan perkembangan
pasien yang ada selama shift
e. Menyebutkan tindakan
medis yang belum dilakukan
selama shift
4. Pastikan tindakan yang benar
pada sisi tubuh yang benar
sebelum tindakan operasi:
a. Ada dokumentasi tindakan
di status pasien
b. Memastikan rencana
tindakan pada catatan
perawatan sebelum
melakukan tindakan
c. Memastikan hasil
pemeriksaan penunjang
sebelum dilakukan tindakan
operasi
5. Kendalikan cairan elektrolit
(konsentrat)
a. Ada dokumentasi mengenai
pemberian cairan
c. Terapi cairan pada pasien
perawat memprogram
pemberian cairan elektrolit
pekat sesuai dengan aturan
pemberian
e. Perawat menggunakan alat
yang tepat dalam pemberian
cairan
f. Perawat mengatur tetesan
infus atau hasil perhitungan
sesuai dengan order Tidak semua mencatat jam
permberian infus
g. Perawat menuliskan catatan
pemberian infus secara
terperinci (tanggal, jam dan
macam cairan)
6. Pastikan akurasi pemberian obat
pada pengalihan pelayanan
a. Ada dokumentasi tentang
obat-obatan yang sudah
diberikan, waktu pemberian
dan rute pemberian
b. Sebelum melakukan
tindakan ada persetujuan
klien dan keluarga
c. Perawat memastikan slang
kateter atau NGT sesuai
dengan ukurannya
Analisis Data
Dari hasil observasi yang telah dilakukan dari tanggal 28-30 Desember 2015,
pelaksanaan patient safety di Ruang DAHLIA 3 dengan menggunakan indikator 9
Solusi Live Saving Patient Safety termasuk dalam kategori baik (90,5%). Hal yang perlu
dioptimalkan terletak pada tidak adanya papan nama identitas pasien, pencatatan
pemberian jam infus belum dicatat, tidak semua perawat mencuci tangan dengan
langkah yang benar. Perbedaan kedua instrumen ini adalah pada instrumen 9 Solusi
Live Saving Patient Safety tidak menyertakan penilaian resiko jatuh.
Tabel 33
Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik di Ruang DAHLIA 3RSUP DR. Sardjito
Tanggal 28-30 Desember 2015 (n=6)
Pelaksanaan Keterangan
No Komponen Ya Tidak
N % N %
A. PRE INTERAKSI
Mengumpulkan data tentang
1. 6 100 0 0
klien
2. Menyiapkan alat 6 100 0
Membuat rencana pertemuan
3. 6 100 0 0
dengan klien/keluarga klien
B. FASE ORIENTASI
Memberi salam dan tersenyum
1. 6 100 0 0
pada klien/keluarga klien
Melakukan validasi (kognitif, 66,7% tidak melakukan
2. psikomotor, afektif, biasanya 2 33,3 4 66,7 validasi
pada pertemuan lanjutan)
33,3% tidak
3. Memperkenalkan nama perawat 4 66,7 2 33,3 memperkenalkan
nama perawat
Menanyakan nama panggilan 66,7% tidak menanyakan
4. 2 33,3 4 66,7
kesukaan klien/keluarga klien nama panggilan klien
Menjelaskan tanggung jawab 50% tidak menjelaskan
5. 3 50 3 50
perawat tanggung jawab
6. Menjelaskan peran perawat 5 83,3 1 16,7 16,7% tidak menjelaskan
peran perawat
Memberitahukan kegiatan yang
7. 6 100 0 0
akan dilakukan
8. Menjelaskan tujuan kegiatan 6 100 0 0
Menjelaskan waktu yang 50% tidak menjelaskan
9. 3 50 3 50
dibutuhkan untuk kegiatan waktu tindakan
83,3% tidak menyatakan
10. Menyatakan kerahasiaan 1 20 5 83,3
kerahasiaan
C. FASE KERJA
33,3% tidak memberi
Memberi kesempatan pada
1. 4 66,7 2 33,3 kesempatan klien
klien/keluarga klien bertanya
bertanya
Menanyakan keluhan klien 16,7% tidak menanyakan
/keluarga klien yang mungkin keluhan
2. 5 83,3 1 16,7
berkaitan dengan kelancaran
pelaksanaan kegiatan
Memulai kegiatan dengan cara
3. 6 100 0 0
yang baik
Melaksanakan kegiatan cara
4. 6 100 0 0
dengan baik
D. FASE TERMINASI
Menyimpulkan hasil kegiatan:
1. evaluasi proses dan evaluasi 6 100 0 0
hasil
Memberikan reinforcement 16,7% tidak memberikan
2. 5 83,3 1 16,7
positif reinforcement positif
Merencanakan tindak lanjut 505 tidak merencanakan
3. 3 50 3 50
dengan klien/keluarga klien tindak lanjut
DIMENSI RESPON (RESPON
E.
NONVERBAL)
1. Berhadapan 6 100 0 0
33,3% tidak
2. Mempertahankan kontak mata 4 66,7 2 33,3 mempertahankan
kontak mata
3. Tersenyum pada saat yang tepat 6 100 0 0
16,7% tidak
4. Mempertahankan sikap terbuka 5 83,3 1 16,7 mempertahankan
sikap terbuka
Jumlah 112 32
Persentase 77,8% 22,2
Sumber: Data Observasi Mahasiswa PSIK FK UGM, 2015
Analisa Data
Hasil observasi pelaksanaan Komunikasi Terapeutik di Dahlia 3 RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta termasuk dalam kategori cukup (77,8%). Beberapa item yang perlu mendapat
perhatian pada tahap orientasi, yaitu melakukan validasi, memperkenalkan nama perawat,
menanyakan nama panggilan pasien, menjelaskan tanggung jawab dan peran perawat, waktu
untuk kegiatan dan kerahasiaan. Tahap orientasi sangat penting terutama untuk membangun
hubungan yang saling percaya terlebih dahulu dengan pasiennya. Adapun item komunikasi
terapeutik yang lain yang masih perlu diperbaiki adalah pada tahapan kerja yaitu item
memberikan kesempatan kepada klien untuk bertanya, memberikan reinforcement positif dan
merencanakan tindak lanjut.
Perencanaan
Keinginan kebutuhan
Tujuan
Pengorganisasian
Pengarahan
Pengkoordinasian
Informasi Pengawasan
a. Planning (Perencanaan)
Kajian Teori
Perencanaan adalah sebuah keputusan untuk suatu kemajuan yang berisikan apa yang
akan dilakukan serta bagaimana, kapan, dan dimana akan dilaksanakan (Marquis, 2000).
Perencanaan dimaksudkan untuk menyusun suatu perencanaan yang strategis dalam
mencapai suatu tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Perencanaan dibuat untuk
menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada semua pasien, menegakkan
tujuan, mengalokasikan anggaran belanja, memutuskan ukuran dan tipe tenaga
keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola struktur organisasi yang dapat
mengoptimalkan efektifitas staf serta menegakkan kebijaksanaan dan prosedur
operasional untuk mencapai visi dan misi institusi yang telah ditetapkan.
Unit perawatan merupakan unit terkecil dalam kegiatan pelayanan rumah sakit.
Perencanaan yang disusun mengacu kepada kerangka utama rencana strategi rumah sakit
dengan mempertimbangkan kekuatan, kelemahan, peluang yang nyata, dan ancaman
eksternal yang harus diantisipasi. Kerangka perencanaan yang matang sangat membantu
dalam upaya melakukan perbaikan atau improvisasi apabila dalam perjalanan kegiatan
usaha keluaran yang tidak diharapkan. Dengan demikian perencanaan dapat dikoreksi
tanpa kehilangan waktu dan efisiensi. Kerangka perencanaan terdiri dari:
1) Misi, berisi tujuan jangka panjang mengenai bagaimana langkah mencapai visi.
2) Filosofi, sesuatu yang bisa menguatkan motivasi.
3) Tujuan, berisikan tujuan yang ingin dicapai.
4) Obyektif, berisi langkah-langkah rinci bagaimana mencapai tujuan.
5) Prosedur, berisi pelaksanaan perencanaan.
6) Aturan, berisi langkah-langkah antisipasi untuk hal-hal yang menyimpang.
Perencanaan meliputi:
a) Jangka pendek (target waktu dalam minggu/bulan)
Meliputi perubahan jadwal dinas (pagi, siang, malam) akibat perubahan kondisi
bangsal dan permintaan fasilitas yang segera akibat kerusakan yang tidak dapat
diperkirakan sebelumnya.
b) Jangka menengah (periode dalam satu tahun)
Meliputi pengaturan dinas, perbaikan peralatan/service, permintaan perlengkapan
rutin/barang habis pakai
c) Jangka panjang (untuk tahun mendatang)
Meliputi pengembangan SDM baik perawat maupun non perawat, penambahan
peralatan, penambahan jumlah tenaga, cuti tahunan dan sebagainya.
Jumlah 5
Total (%) 100
Sumber: Hasil observasi, wawancara dan dokumentasi mahasiswa PSIK UGM 2015
Analisis Data
Perencanaan yang telah dilakukan oleh KaRu meliputi perencanaan dinas masing-masing
perawat dengan ketentuan jadwal bulan selanjutnya keluar selambat-lambatnya tanggal 25.
Pembuatan jadwal tidak selalu KaRu yang membuat tetapi terkadang juga melibatkan PN
yang selanjutnya didiskusikan bersama KaRu sebelum diajukan ke kantor IRNA. Hal-hal
yang berkaitan dengan koordinasi dilakukan secara insidental tanpa perencanaan terlebih
dahulu. Pengajuan kebutuhan logistik ruangan diatur melalui perencanaan di awal bulan ke
bagian logistik instalasi. Pengembangan staff dilakukan setiap adanya sesi pelatihan yang
diadakan oleh pihak rumah sakit, sehingga rencana pengembangan staf disesuaikan dengan
program yang diadakan rumah sakit. Saat ini semua perawat telah mengikuti pelatihan 5
wajib, hanya 1 perawat yang belum mengikuti pelatihan dengan lengkap. Pengajuan tenaga di
ruangan diajukan setiap tahunnya namun realisasinya diatur oleh pihak pusat.
.
b. Pengorganisasian
Kajian Teori
Pengorganisasian melibatkan semua sumber daya yang ada dalam suatu sistem orang,
modal, dan peralatan dalam kegiatan menuju pencapaian tujuan. Keinginan seorang
Perawat Kepala adalah memasukkan semua unsur manusia dan situasi ke dalam suatu
sistem yang akan mengemban suatu tujuan tertentu dan mengatur mereka sedemikian
rupa sehingga kelompok dapat bekerja bersama kearah pencapaian tujuan (Monica,
1998).
Pengorganisasian menentukan mengenai tenaga yang akan melaksanakan
perencanaan, pembagian tugas, wewenang, tanggung jawab dan mekanisme
pertanggungjawaban masing-masing kegiatan. Berdasarkan hal tersebut maka fungsi
pengorganisasian dari kepala ruang adalah (Nursalam, 2002):
1) Merumuskan metode penugasan yang digunakan
2) Merumuskan tujuan metode penugasan
3) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota secara jelas
4) Membuat rentang kendali kepala unit membawahi 2 ketua tim dan ketua tim
membawahi 2-3 perawat
5) Mengatur dan mengendalikan logistik unit
6) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktek
7) Mendelegasikan tugas saat kepala unit tidak berada di tempat kepada ketua tim
8) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi pasien
9) Mengatur penugasan jadwal pos dan pekarya
10) Identifikasi masalah dan cara penanganan
Di dalam pengorganisasian asuhan keperawatan dikenal beberapa model pemberian
asuhan keperawatan. Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) terdiri dari 9
elemen subsistem (Hoffart and Woods, 1996) yaitu:
1) Nilai-nilai Profesional
2) Pendekatan manajemen
3) Metode pemberian askep
4) Hubungan profesional
5) Sistim kompensasi dan penghargaan.
Dalam sistem pemberian asuhan keperawatan ada beberapa teori mengenai metode
asuhan keperawatan. Menurut Gilles (1989) yaitu:
1) Metode kasus (Total Care Method)
Metode ini merupakan metode tertua (tahun 1880) dimana seorang pasien dirawat
oleh seorang perawat selama 8 jam perawatan. Setiap perawat ditugaskan untuk
melayani seluruh kebutuhan pasien saat dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang
berbeda untuk setiap shif dan tak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang
yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu
pasien satu perawat dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau
untuk keperawatan khusus seperti di ruang rawat intensif.Kelebihandari metode ini
adalah: Sederhana dan langsung; Garis Pertanggung jawaban jelas; Kebutuhan pasien
cepat terpenuhi; Memudahkan perencanaan tugas.
Kekurangan dari metode ini adalah:Belum dapat diidentifikasi perawat
penanggung jawab; Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan
dasar yang sama; Tak dapat dilakukan oleh perawat baru atau kurang pengalaman;
Mahal, perawat profesional termasuk melakukan tugas non profesional.
2) Metode fungsional
Metode ini dilakukan pada kelompok besar pasien. Pelayanan keperawatan
dibagi menurut tugas yang berbeda dan dilaksanakan oleh perawat yang berbeda
dan tergantung pada kompleksitas dari setiap tugas. Misalnya fungsi menyuntik,
membagi obat, perawatan luka. Metode ini merupakan manajemen klasik yang
menekankan pada efisiensi, pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang
lebih mudah. Semua prosedur ditentukan untuk dipakai sebagai standar. Perawat
senior menyibukkan diri dengan tugas manajerialnya sedangkan asuhan
keperawatan pasien diserahkan kepada perawat yunior.
Meskipun sistem ini efisien namun penugasan secara fungsi tidak memberikan
kepuasan kepada pasien dan perawat karena asuhan keperawatan yang diberikan
kepada pasien terfragmentasi menurut tugas atau perasat yang dilakukan. Cara
kerja yang diawasi membosankan perawat karena berorientasi pada tugas dan
sistem ini baik dan berguna untuk situasi dimana Rumah Sakit kekurangan tenaga
perawat, namun disisi lain asuhan ini tidak profesional dan tidak berdasar pada
masalah pasien.Keuntungan dari metode ini adalah:
a) Lebih sedikit membutuhkan perawat
b) Efisien
c) Tugas mudah dijelaskan dan diberika
d) Para staff mudah menyesuaikan dengan tuga
e) Tugas cepat selesai
Kerugian dari metode ini adalah:
a) Tidak efektif
b) Fragmentasi pelayanan
c) Membosankan
d) Komunikasi minimal
e) Tidak holistik
f) Tidak professional
g) Tidak memberikan kepuasan kepada pasien dan perawat
3) Metode tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Ketua tim
bertanggung jawab membuat perencanaan dan evaluasi asuhan keperawatan untuk
semua pasien yang ada di bawah tanggung jawab timnya. Anggota tim melaksanakan
asuhan keperawatan kepada pasien sesuai perencanaan yang telah dibuat oleh ketua
tim. Tujuan perawatan ini adalah memberikan asuhan keperawatan yang lebih baik
dengan menggunakan sejumlah staff yang tersedia.
Keuntungan dari metode ini adalah:
a) Memberikan kepuasan bagi perawat dan pasien
b) Kemampuan anggota tim dikenal dan dimanfaatkan
secara optimal
c) Komprehensif dan holistic
d) Produktif, kerjasama, komunikasi dan moral
Kerugian dari metode ini adalah:
a) Tidak efektif bila pengaturan tidak baik
b) Membutuhkan banyak kerjasama dan komunikasi
c) Membingungkan bila komposisi tim sering diubah
d) Banyak kegiatan keperawatan dilakukan oleh perawat
non professional
4) Metode primer
Metode ini merupakan suatu metode penugasan kerja terbaik dalam suatu
pelayanan dengan semua staff keperawatan yang profesional. Pada metode ini setiap
perawat primer memberikan tanggung jawab penuh secara menyeluruh terhadap
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan mulai dari pasien masuk sampai
keluar dari Rumah Sakit, mendorong praktek kemandirian perawat, ada kejelasan
antara pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ditandai dengan adanya
keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk
merencanakan, mengimplementasikan dan mengkoordinasikan asuhan keperawatan
selama pasien dirawat.
Penanggung jawab dilaksanakan oleh perawat primer (primary nurse/PP). Setiap
PP merawat 4-6 pasien dan bertanggung jawab terhadap pasien selama 24 jam dari
pasien masuk sampai dengan pulang. Terdapat kontinuitas asuhan keperawatan yang
bersifat komperhensif dan dapat dipertanggungjawabkan. Dalam satu grup PP
mempunyai beberapa AN dan perawatan dilanjutkan oleh AN.
Kelebihan dari model primer ini adalah model ini bersifat kontinu dan
komprehensif dalam melakukan proseskeperawatan kepada pasien dan perawat primer
mendapatkan akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan memungkinkan
pengembangan diri. Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa dimanusiakan
karena terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu asuhan yang diberikan
bermutu tinggi dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap perawatan, dukungan,
proteksi, informasi dan advokasi.
Kelemahan dari model ini adalah model ini hanya dapat dilaksanakan oleh
perawat yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang memadai dengan kriteria
asertif, mampu mengatur diri sendiri, kemampuan pengambilan keputusan yang tepat,
penguasaan klinik, akuntabel dan mampu bekomunikasi dan berkolaborasi dengan
berbagai disiplin.
Diagram model keperawatan primer ada dalam gambar (Marquis and Huston,
1998):
Perawat primer
Pasien
Analisa Data
Berdasarkan data hasil pengkajian dengan observasi dan wawancara, didapatkan bahwa
organizing dapat berjalan dengan baik (100%) akan tetapi memang dalam pelaksanaannya
perlu adanya optimalisasi. Terdapat beberapa hal yang perlu dioptimalkan yaitu pelaksanaan
operan jaga dan post conference yang masih kurang sesuai dengan prosedur yang ada .
Pemberian informasi pasien baru juga memerlukan peningkatan dalam hal penggunaan
sarana/ alat yang mendukung dalam penyampaian sehingga informasi yang disampaikan bisa
lebih jelas dan optimal.
Tabel 36
Pelaksanaan Tugas Kepala Ruang Keperawatan
di Ruang DAHLIA 3 RSUP DR.Sardjito Tanggal 28 Desember 30 Desember 2015
Observasi Keterangan
No Variabel Yang Dinilai
Ya Tdk
1. Membagi staf ke dalam grup MPM sesuai dengan
kemampuan dan beban kerja
2. Membuat jadwal dinas koordinasi dengan PN
3. Menyiapkan materi tentang permasalahan pasien
dan ruangan yang ada pada hari tersebut termasuk
laporan permasalahan dinas malam
4. Kepala Ruang melakukan meeting morning untuk
menindaklanjuti masalah yang ada yang diawali
dan diakhiri dengan doa
5. Membagi pasien ke dalam grup MPM sesuai
dengan kemampuan dan beban kerja
6. Memfasilitasi dan mendukung kelancaran tugas PN
dan AN
7. Melakukan supervisi dan memberi motivasi seluruh
staf keperawatan untuk mencapai kinerja yang
optimal
8. Memberikan reinforcement positif kepada semua
staf termasuk pada saat mengakhiri meeting
morning kepada dinas malam dan dinas pagi
9. Melakukan upaya peningkatan mutu asuhan
keperawatan dengan melakukan evaluasi melalui
angket setiap pasien akan pulang
10. Mendelegasikan tugas kepada PPJR pada jaga sore,
malam, libur
11. Berperan serta sebagai konsultan
12. Melakukan pengawasan kedisiplinan tugas staff
melalui daftar hadir yang ada di ruang
13. Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan
keluarga
14 Mengadakan CNE ( Continuing Nursing
Education)
Jumlah 14/ 14x 100% 100%
Sumber: Hasil observasi tanggal 28 Desember 30 Desember 2015
Analisis Data
Karu Dahlia 3 sedang menjalankan tugas belajar selama satu tahun sehingga tugas
karu didelegasikan kepada PJ pelayanan. Berdasarkan hasil pada tabel di atas dapat
disimpulkan bahwa pelaksanaan tugas kepala ruang yang telah dilaksanakan saat ini
tergolong dalam kategori baik (100 %). Pelaksanaan tugas dari kepala ruang dinilai sudah
optimal dalam melakukan pembagian tugas, memberikan motivasi maupun reinforcement
positif kepada semua staf, namun yang masih perlu ditingkatkan kembali yaitu pengadaan
CNE agar dapat dilaksanakan secara rutin.
Tabel 37
Pelaksanaan Tugas PN di Ruang DAHLIA 3 RSUP DR. Sardjito 28-30 Desember 2015
Observasi Keterangan
No Tugas PN
Ya Tdk
1. Bertugas pada pagi hari
2. Bersama AN menerima operan tugas jaga dari AN
yang tugas malam
3. Bersama AN melakukan konfirmasi/supervisi
tentang kondisi pasien segera setelah selesai operan
tugas jaga malam
4. Bersama AN melakukan doa bersama sebagai awal
dan akhir tugas dilakukan setelah selesai operan
tugas jaga malam
5. Melakukan pre conference dengan semua AN yang
ada dalam grupnya setiap awal dinas pagi
6. Membagi tugas atau pasien kepada AN sesuai
kemampuan dan beban kerja
7. Melakukan pengkajian, menetapkan masalah atau
diagnosa dan perencanaan keperawatan kepada
semua pasien yang menjadi tanggung jawab ada
bukti di rekam keperawatan
8. Memonitor dan membimbing tugas AN
9. Membantu tugas AN untuk kelancaran pelaksanaan
asuhan pasien
10. Mengoreksi, merevisi, dan melengkapi catatan
asuhan keperawatan yang dilakukan oleh AN yang
ada di bawah tanggung jawabnya
11. Melakukan evaluasi hasil kepada setiap pasien
sesuai tujuan yang ada dalam perencanaan asuhan
keperawatan dan ada bukti dalam rekam
keperawatan
12. Melaksanakan post conference pada setiap akhir
dinas dan menerima laporan akhir tugas jaga dari
AN untuk persiapan operan tugas jaga berikutnya
13. Mendampingi AN dalam operan tugas jaga kepada
AN yang tugas jaga berikutnya
14. Memperkenalkan AN yang ada dalam satu grup atau PN tidak
yang akan merawat selama pasien dirawat atau memperkenalkan
kepada pasien/keluarga baru AN
19. Mendelegasikan tugas kepada AN pada sore malam
libur
16. Melaksanakan pendelegasian tugas PJ ruang bila
pagi hari tidak bertugas
17. Menyelenggarakan diskusi kasus dengan dokter dan
tim kes. lain setiap minggu
18. Menyelenggarakan diskusi kasus dalam pertemuan
rutin keperawatan di ruangan minimal sebulan sekali
19. Melakukan bimbingan klinik keperawatan kepada Ronde
AN minimal seminggu sekali (ronde keperawatan/ keperawatan
bed side teaching) tidak
dilaksanakan
karena
keterbatasan
bangsal airborne
disease, bedside
teaching beelum
maksimal
20. Melaksanakan tugas lain sesuai uraian tugas
Jumlah 18 2
Persentase 18/20x 100% 90%
Sumber: Hasil observasi tanggal 28-30 Desember 2015
Analisis Data
Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan tugas PN pada tabel di atas dapat disimpulkan
bahwa pelaksanaan tugas PN tergolong dalam kategori baik (90%). Beberapa hal yang perlu
diperhatikan selama observasi, PN belum mengenalkan semua anggota AN dalam grupnya
kepada pasien, sehingga pasien belum mengenal semua perawat yang merawatnya. PN juga
belum melaksanakan bimbingan klinik kepada AN minimal satu minggu sekali dikarenakan
bangsal Dahlia 3 merawat penyakit airborne disease sehingga bedside teaching tidak dapat
dilakukan.
Tabel 38
Pelaksanaaan Tugas AN di Ruang DAHLIA 3 RSUP DR. Sardjito 28 Desember 30
Desember 2015
Observasi Keterangan
No Tugas AN
Ya Tdk
1. Melaksanakan operan tugas setiap awal dan akhir jaga dari
dan kepada AN yang ada dalam satu grup
2. Melakukan konfirmasi atau supervisi tentang kondisi pasien
segera setelah selesai operan setiap pasien
3. Melakukan doa bersama setiap awal dan akhir tugas yang
dilakukan setelah selesai serah terima operan tugas jaga
4. Mengikuti pre conference yang dilakukan PN setiap awal
tugas
5. Melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien yang
menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti di rekam
keperawatan
6. Melakukan monitoring respon pasien dan ada bukti di
rekam keperawatan
7. Melakukan konsultasi tentang masalah pasien/keluarga
kepada PN
8. Membimbing dan melakukan pendidikan kesehatan kepada
pasien yang menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti di
rekam keperawatan
9. Menerima keluhan pasien/keluarga dan berusaha untuk
mengatasinya
10. Melengkapi catatan asuhan keperawatan pada semua pasien
yang menjadi tanggung jawabnya
11. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada semua pasien
yang menjadi tanggung jawabnya
12. Mengikuti post conference yang diadakan oleh PN pada
setiap akhir tugas dan melaporkan kondisi dan
perkembangan semua pasien yang menjadi tanggung
jawabnya kepada PN
13. Bila tak ada PN wajib mengenalkan AN yang ada dalam
grup yang akan memberikan asuhan keperawatan pada jaga
berikutnya kepada pasien/keluarga baru
14. Melaksanakan pendelegasian tugas PN pada sore malam
libur
15. Berkoordinasi dengan PPJR/dokter/tim kesehatan lain bila
ada masalah pasien pada sore malam libur
16. Mengikuti diskusi kasus dengan dokter/tim kesehatan lain
setiap seminggu sekali
17. Mengikuti diskusi kasus dalam pertemuan rutin
keperawatan di ruangan
18. Melaksanakan tugas lain sesuai uraian tugas AN
Jumlah 18
Persentase 18/18 X 100% 100%
Sumber: Hasil observasi tanggal 28-30 Desember2015
Analisis Data
Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan tugas AN pada tabel di atas dapat
disimpulkan bahwa pelaksanaan tugas AN tergolong dalam kategori baik (100%). Doa
bersama sebelum operan dilakukan namun sesudah operan tidak dilakukan. Post
conference dilakukan namun belum optimal, masalah dan perkembangan pasien
dilaporkan pada saat operan jaga. Diskusi kasus setiap 1 minggu sekali dengan dokter dan
petugas kesehatan lain telah dilakukan.
Tabel 39
Pelaksanaaan Tugas antar staff keperawatan dengan pasien di Ruang
DAHLIA 3RSUP DR. Sardjito 28-30 Desember 2015
Hubungan Profesional Antar staff Keperawatan Observasi Keterangan
No
dengan Pasien atau Keluarga Ya Tdk
1. Kepala ruang melakukan supervisi seluruh pasien
yang ada di ruangan setiap awal tugas
2. PN dan AN mensupervisi seluruh pasien yang
menjadi tanggung jawabnya segera setelah menerima
operan tugas setiap pasien.
3. PN menginformasikan peraturan dan tata tertib RS
yang berlaku kepada setiap pasien atau keluarga baru
Analisis Data
Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan hubungan profesional antar staf keperawatan
dengan pasien pada tabel di atas mencapai kategori baik (80%). Setelah dilakukan validasi
dengan pasien maupun keluarga pasien ada beberapa pasien yang tidak mengetahui nama
perawat yang bertanggungjawab merawat hal ini mungkin berhubungan dengan operan jaga
dilakukan di nurse station sehingga tidak melakukan perkenalan tiap shift jaga, tidak semua
PN dan AN memberikan penjelasan mengenai tindakan yang akan dilaksanakan.
Tabel 40
Tugas antar staf di Ruang DAHLIA 3 RSUP DR. Sardjito 28 Desember -30
Desember2015
Observasi Keterangan
No Hubungan Profesional Antar staf Keperawatan
Ya Tdk
1. Penanggung jawab pelayanan mengadakan pertemuan rutin
Karu minimal 1x/minggu
2. PJ Ru Kep mengadakan petemuan rutin dengan seluruh staf
kep minimal sebulan sekali
3. Karu mengadakan pertemuan rutin dengan PN minimal
1x/minggu
4. PN mengadakan pre dan post conference pada setiap awal
dan akhir jaga pagi
9. PN menerima serah terima dari AN yang tugas jaga
sebelumnya
6. PN mendampingi serah terima tugas jaga antara AN pada
tugas jaga berikutnya.
7. AN melaksanakan serah terima tugas jaga dari jaga sebelum
dan kepada tugas jaga berikutnya.
8. PN melakukan dokumentasi askep terutama dalam
pengkajian, menetapkan diagnosa dan penyusunan rencana
keperawatan.
9. AN melakukan dokumentasi askep terutama dalam hal
pelaksanaan dan evaluasi keperawatan.
10. PN membuat laporan tugas pada PJRu Kep setiap akhir
tugas terutama keadaan umum pasien dan permasalahan
yang ada.
11. PN melakukan motivasi/bimbingan/reinforcement dengan
AN setiap hari
12. AN menggantikan tugas PN bila PN tidak ada
13. PPJr menggantikan tugas PJRu pada tugas S/M/HL
Jumlah 10/10 x 100% = 100%
Sumber: Hasil Observasi Mahasiwa PSIK FK UGM, 28-30 Desember 2015
Analisis Data
Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan hubungan profesional antar staf keperawatan
dengan pasien pada tabel di atas mencapai kategori baik (100%). Hal ini menunjukkan bahwa
sudah adanya manajemen yang baik antar staf, namun dari hasil wawancara dengan Kepala
Ruangan Dahlia 3 adanya pertemuan rutin atau diskusi tidak tampak secara gamblang dan
formal. Oleh karena itu perlu adanya peningkatan kembali dalam merutinkan pelaksanaan
kegiatan-kegiatan tersebut, juga ikut melibatkan staf PN dan AN.
Tabel 41
Pelaksanaaan profesional/kemitraan antara staf keperawatan dengan dokter/tim
kesehatan di Ruang DAHLIA 3 RSUP DR. Sardjito 28 Desember - 30 Desember 2015
Hubungan Profesional/Kemitraan Antar staf Observasi Keterangan
No
Keperawatan dengan Dokter/Tim Kesehatan Lain Ya
1. PN atau AN melakukan visite bersama dengan dokter/tim
kesehatan lain yang merawat
2. PN melakukan diskusi kasus dengan dokter/tim kesehatan
minimal 1x/minggu.
3. Hubungan profesional/kemitraan dengan dokter/tim
kesehatan lain tercermin dalam dokumen rekam medik.
4. PN atau AN dapat segera memberikan data pasien yang
akurat dengan cepat dan tepat kepada dokter/tim kesehatan
lain bila dibutuhkan.
5. PN/AN menggunakan rekam medik sebagai sarana
hubungan profesional dalam rangka pelaksanaan program
kolaborasi.
6. Dokter/tim kesehatan lain menggunakan rekam keperawatan
sebagai sarana hubungan profesional dalam rangka program
kolaborasi.
7. Dokter/Tim kesehatan yang lain mengetahui setiap pasien Dokter tidak
siapa PN yang merawat. mengetahui
PN yang
merawat
pasien
8. PN memfasilitasi pelaksanaan konsultasi pasien/keluarga
dengan dokter/tim kesehatan lain.
7/8 x 100% = 87,5%
Sumber: Hasil Observasi Mahasiwa PSIK FK UGM, 28-30 Desember2015
Analisis Data
Berdasarkan observasi pelaksanaan hubungan profesional/kemitraan antara staf
keperawatan dengan dokter/ tim kesehatan lain terjalin dengan baik mencapai skor baik
(87,5%). Namun, dokter/ tim kesehatan lain belum mengetahui setiap pasien siapa PN yang
merawat. Peningkatan kolaborasi dengan dokter dapat dilakukan melalui visite pasien,
penggunaan dokumen yang terintegrasi antara perawat dan dokter serta diskusi kasus pasien.
Tabel 42
Evaluasi Pelaksanaan Meeting Morning dalam Melaksanakan MPM
di Ruang DAHLIA 3 RSUP DR.Sardjito Tanggal 28-30 Des 2015
Observasi Ket
No Variabel yang dinilai
Ya Tdk
1. KaRu menyiapkan tempat untuk melakukan meeting morning
2. Didahului dengan berdoa
3. KaRu memberikan arahan kepada staf dengan materi yang
telah disiapkan sebelumnya
4. KaRu melakukan klarifikasi apa yang telah disampaikan
kepada staf
9. Memberikan kesempatan staf untuk mengungkapkan
permasalahan yang muncul di ruangan
6. Bersama-sama staf mendiskusikan pemecahan masalah yang
dapat ditempuh
7. KaRu memberi motivasi dan reinforcement kepada staf
8. Meeting morning diikuti oleh seluruh staff
Jumlah
Persentase 8/8x100%
Sumber: Hasil Observasi Mahasiwa PSIK FK UGM, 28-30 Desember 2015
Analisa Data
Dari hasil observasi meeting morning sudah dilakukan dengan baik di Ruang Dahlia
3..Meeting morning dilakukan oleh perawat tugas jaga saat itu. Kemudian, meeting morning
juga tidak dan jarang diikuti seluruh staf yang bertugas saat itu, misalnya: petugas
administrasi, pekarya, pramu husada, dan penata jasa.
Tabel 43
Pelaksanaan Serah Terima Tugas Jaga (Operan)
di Ruang DAHLIA 3
RSUP DR.Sardjito Tanggal 28-30 Desemer 2015
Observasi keterangan
No Variabel Yang Dinilai
Ya Tdk
1) Perawat pemberi operan menyiapkan tempat untuk
operan
2) Perawat pemberi operan menyiapkan rekam medis
yang telah diisi dengan rekam keperawatan yang
lengkap sesuai shift jaga
3) Kepala ruang/PN/AN memimpin operan diawali doa
bersama
4) Perawat mengoperkan status kesehatan pasien dengan
cara membacakan rekam keperawatan
5) Perawat mengoperkan nama pasien, diagnose medis
dan masalah keperawatan
6) Perawat mengoperkan tindakan keperawatan mandiri
dan kolaborasi yang telah dilakukan beserta hasil dan
waktu pelaksanaan
Analisis Data
Berdasarkan hasil observasi operan pada tabel di atas dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan operan jaga tergolong baik (81,25%). Operan dilakukan di nurse station karena
keterbatasan bangsal yaitu sebagai bangsal air borne sehingga tidak dilakukan klarifikasi dan
konfirmasi pasien, tidak memperkenalkan nama perawat ketika operan, dan perawat tidak
memberikan salam kepada pasien saat operan.
Tabel 44
Pelaksanaan Pre Conference di di Ruang DAHLIA 3 RSUP DR.Sardjito
Tanggal 28-30 Desember 2015
Observasi Ket
No Variabel Yang Dinilai
Ya Tdk
1. PN Menyiapkan ruangan/tempat V
2. PN Menyiapkan rekam medik pasien yang menjadi V
tanggung jawabnya
3. PN Menjelaskan tujuan dilakukannya pre conference V
4. PN memandu pelaksanaan pre conference V
5. PN Menjelaskan masalah keperawatan pasien, keperawatan V
dan rencana keperawatan yang menjadi tanggung jawabnya
6. PN membagi tugas kepada AN sesuai kemampuan yang V
dimiliki dengan memperhatikan keseimbangan kerja
7. PN Mendiskusikan cara dan strategi pelaksanaan asuhan V
pasien/tindakan
8. PN memotivasi untuk memberikan tanggapan dan V
penyelesaian masalah yang sedang didiskusikan
9. PN mengklarifikasi kesiapan AN untuk melaksanakan V
asuhan keperawatan kepada pasien yang menjadi tanggung
jawabnya
10. PN Memberikan reinforcement positif pada AN V
11. PN Menyimpulkan hasil pre conference V
Jumlah 11/1
1
Persentase 100%
Sumber: Hasil Observasi Mahasiwa PSIK FK UGM, 28 30 Desember 2015
Analisis Data
Hasil observasi menunjukkan bahwa PN sudah menjelaskan tujuan dan masalah
keperawatan pasien, keperawatan dan rencana keperawatan yang menjadi tanggung jawabnya
Tabel 45
Analisis Data
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, post conference di ruang Dahlia 3
dilakukan secara singkat dan informal. Pelaksanaan post conference sudah dilakukan namun
pelaksanaan secara teknis belum optimal karena tidak semua PN dan AN melakukannya
secara rutin sehingga tujuan dari post conference tidak dijelaskan oleh PN
Tabel 46
Pelaksanaan Penerimaan dan Pemberian Orientasi Pasien Baru
di Ruang Dahlia 3 RSUP Dr. Sardjito tanggal 28-30 Desember 2015
Pelaksanaan Keterangan
No Kegiatan
Ya Tidak
A. Pre Interaksi
1. Menyiapkan ruangan untuk pasien baru
2. Mengidentifikasi data pasien baru
3. Melaksanakan serah terima pasien baru
4. Mengantarkan pasien baru ke kamar pasien sesuai
kelas perawatan
B. Orientasi
1. Memberi salam dengan sopan dan memperkenalkan Perawat tidak
diri pada keluarga memberi
salam
2. Menjelaskan tujuan orientasi pasien baru
C. Kerja
1. Memberitahukan kepada keluarga nama ruangan,
kamar dan kelas pasien dirawat
2. Mengenalkan dan menjelaskan cara penggunaan
fasilitas yang ada di ruangan (nursing call, tempat
tidur, almari meja pasien, kamar mandi pasien,
wastafel, tempat linen kotor, jemuran handuk, dll
sesuai fasilitas yang ada)
3. Menjelaskan prosedur pembuangan sampah:
Sampah non medis (ember dengan plastik hitam)
Sampah medis (ember dengan plastik kuning)
4. Memberi tahu tempat jaga perawat (nurse station) bila
sewaktu-waktu memerlukan.
9. Mengklarifikasi kejelasan orientasi yang telah
diberikan
D. Terminasi
1. Menyimpulkan hasil kegiatan Tidak
menyimpulkan
kegiatan
2. Merencanakan tindak lanjut kepada pasien/ keluarga
dan rencana pertemuan selanjutnya
3. Memberi reinforcement positif (terima kasih, semoga Tidak
lekas sembuh, dsb) dan mengakhiri orientasi dengan memberikan
salam reinforcement
positif
E Dokumentasi
1. Melakukan dokumentasi penerimaan dan orientasi
pasien baru di blangko rekam medik yang telah
tersedia
Jumlah 12
% 12/15 x 100% =80%
Sumber: Hasil observasi tanggal 28 30 Desember2015
Analisa Data
Berdasarkan hasil observasi penerimaan dan Pemberian Orientasi Pasien Baru tergolong
dalam kategori baik (80%). Informasi pasien baru diberikan pada keluarga yang saat itu
menemani pasien. Kegiatan tersebut dapat digunakan sebagai review penjelasan yang telah
diberikan. Namun belum dilakukan secara optimal sesuai prosedur yang ada, perawat kadang
tidak memberi salam kepada pasien, serta tidak menyimpulkan kegiatan ataupun
reinforcement positif dikarenakan perawat kadang lupa melakukannya.
Tabel 47
Pelaksanaan Penerimaan dan Pemberian Informasi Pasien Baru
di Ruang DAHLIA 3RSUP dr. Sardjito
Observasi Keteranga
No Kegiatan
Ya Tidak n
A. Pre Interaksi
1 Mengumpulkan data pasien (nama, kelas, status:
umum, askes, jamkesmas, dll)
2 Menyiapkan tempat untuk memberikan informasi
3 Menyiapkan media (leaflet) dan blangko bukti Perawat
pemberian informasi pasien baru tidak
menggunak
an leaflet
yang sudah
ada
B. Orientasi
1 Memberi salam dengan senyum
2 Memperkenalkan diri (nama dan peran perawat) Perawat
tidak
memperken
alkan nama
3 Mengajak pasien/ keluarga ke tempat yang telah Perawat
disiapkan tidak
mengajak
pasien/kelu
arga ke
ruang
khusus
4 Mempersilahkan pasien/ keluarga untuk duduk Perawat
berhadapan dengan perawat dan
keluarga
menjelaska
n informasi
sambil
berdiri
5 Menanyakan nama panggilan kesukaan pasien/
keluarga
6 Menanyakan perasaan pasien/ keluarga
7 Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan
8 Menjelaskan tujuan kegiatan Tidak
menjelaska
n tujuan
kegiatan
9 Menjelaskan perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk Tidak
kegiatan pemberian informasi baru menjelaska
n waktu
yang
diperlukan
C. Kerja
1 Memberikan kesempatan pasien/ keluarga untuk
mengklarifikasi informasi
2 Melakukan pemberian informasi baru, antara lain:
a. Menjelaskan materi informasi yang akan
diberikan
b. Menjelaskan petugas yang akan merawat
c. Menjelaskan waktu konsultasi
d. Menjelaskan hak dan kewajiban pasien/ keluarga
e. Menjelaskan peraturan dan tata tertib
1)Tarif pelayanan Perawat
tidak
menjelaska
n tarif
pelayanan
2) Tata tertib penunggu dan pengunjung
3) Pedoman administrasi pasien pulang/pindah
bangsal
- Pasien umum
- Pasien ASKES/ PNS
- Pasien Jamkesmas
- Pasien Astek/ Jamsostek
(1) Menjelaskan bahwa perkembangan kondisi Perawat
dan rencana perawatan pasien akan tidak
disampaikan oleh PN setiap pagi atau sewaktu- menjelaska
waktu bila diperlukan n bahwa
kondisi
pasien akan
dijelaskan
oleh PN
setiap pagi
(2) Menjelaskan perencanaan perawatan lanjutan Perawat
(discharge planning) tiidak
menjelaska
n discharge
planing
(3) Menjelaskan fasilitas ruang rawat
3 Mengklarifikasi kejelasan pasien/ keluarga terhadap
informasi yang telah disampaikan
D. Terminasi
1 Menyimpulkan hasil kegiatan Tidak
menyimpul
kan
kegiatan
2 Memberikan reinforcement positif pada pasien/ Tidak
keluarga (terima kasih atas kpercayaan dan memberika
kerjasamanya, semoga lekas sembuh, dsb) n
reinforcem
ent positif
3 Merencanakan tindak lanjut kepada pasien/ keluarga
dan rencana pertemuan selanjutnya
4 Mengakhiri kegiatan dengan salam Tidak
mengakhiri
kegiatan
dengan
salam
E. Dokumentasi
1 Perawat dan pasien/ keluarga menandatangani bukti
pemberian informasi pasien baru pada blangko
rekam medik yang telah tersedia
18 12
Jumlah 18/30 x 100%
= 60%
Sumber: Hasil observasi tanggal 28 30 Desember 2015
Analisis Data
Berdasarkan observasi, secara umum pelaksanaan pemberian informasi pasien baru
termasuk dalam kategori cukup (60%). Pelaksaan penerimaan dan pemberian informasi
pasien baru masih dilakukan menjadi satu dengan pelaksanaan penerimaan dan pemberian
orientasi pasien baru dan dilakukan di ruangan pasien atau di nurse station bukan diruangan
khusus, sehingga pasien dan atau keluarga masih sering menyanyakan halhal terkait
perawatan. Pelaksanaan penerimaan dan pemberian informasi pasien baru harus ditingkatkan
dan perlu dibenahi karena hal ini penting untuk meningkakan kualitas pelayanan terhadap
pasien dan keluarga, salh satunya dengan disediakannya satu ruangan khusus untuk
pemberian informasi pada keluarga pasien.
Tabel 48
Pelaksanaan Perencanaan Pasien Pulang (Discharge Planning)
di Ruang DAHLIA 3 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
No Kegiatan Pelaksanaan Keterangan
Ya Tidak
A. Pre Interaksi
1. Mengidentifikasi data pasien (tingkat pendidikan dan V
pengetahuan pasien/keluarga)
2. Mengidentifikasi kebutuhan perawatan lanjutan V
pasien di rumah
3. Membuat rencana interaksi V Tidak membuat
rencana interaksi
4. Menyiapkan tempat untuk memberikan discharge V
planning
5. Menyiapkan bahan untuk pemberian discharge V Perawat tidak
planning (pedoman pemberian discharge planning, menggunakan
leaflet), surat kontrol, surat pulang, obat-obatan. leaflet
B. Orientasi
Analisa Data
Dari hasil observasi, pelaksanaan Perencanaan Pasien Pulang dilakukan oleh
perawat yang bertanggung jawab pada shift jaga. Pelaksanaan Discharge Planning
termasuk dalam kategori baik (89,47 %). Pemberian informasi dan edukasi kepada
pasien belum optimal. Belum tersedianya lembar informasi atau leaflet sebagai media
informasi discharge planning.
Tabel 49
Hasil Rekapitulasi Evaluasi Total Penerapan MPM
di Ruang DAHLIA 3 RSUP dr. Sardjito
Analisa Data
Hasil rekapitulasi total tentang pelaksanaan MPM menunjukkan rata-rata sebesar 88,9%
(baik) namun masih ada satu kegitan yang perlu ditingkatkan yaitu pengkajian pelaksanaan
pemberian informasi pasien barudi Ruang Dahlia 3.
c. Actuating
Kajian Teori
Actuating/directing tidak lepas dari kemampuan manajer/pimpinan untuk bisa
mengarahkan stafnya ataupun bawahannya untuk menjalankan fungsi masing-masing
dengan baik (Adikoesoema, 1994). Adikoesoema (1994) menjelaskan beberapa cara
manajer merangsang bawahannya agar pelaksanaan kegiatan meningkat dalam rangka
mencapai tujuan organisasi. Salah satu cara yang dapat dilakukan dengan motivasi.
Motivasi atau memotivasi merupakan proses dengan apa seseorang manajer
merangsang bawahannya untuk bekerja dalam rangka mencapai sasaran organosatoris.
Untuk memajukan organisasi/perusahaan disamping motivasi juga penting untuk
menelaah kemampuan individu. Bila sudah menjadi karyawan tentu tugas manajer
meng-upgrade, mengadakan training, kursus dan sebagainya secara berkelanjutan
untuk memajukan pengetahuannya.
Tugas kepala ruangan dalam actuating pengorganisasian (RSUP Sardjito, 2007),
meliputi:
1) Mengelola kegiatan pelayanan dan asuhan keperawatan pasien
di ruang rawat
2) Melaksanakan fungsi kolaboratif dengan tim kesehatan lain
3) Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi pasien dan keluarga
4) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan bimbingan PKK
5) Melakukan/membantu pelaksanaan penelitian
6) Melakukan pengendalian, pemantauan dan evaluasi kegiatan
guna peningkatan mutu pelayanan keperawatan di ruang rawat
7) Mensosialisasikan, mengatur dan mengendalikan pelaksanaan
kebijakan yang telah ditentukan kepada semua staf
8) Mengecek kelengkapan inventaris peralatan dan obat-obatan
yang tersedia untuk kelancaran pelayanan
9) Mengajukan permintaan peralatan dan obat-obatan sesuai
kebutuhan
10) Mengadakan rapat secara berkala untuk mengetahui masalah
dan mendapatkancara penyelesaian agar pelaksanaan pelayanan berjalan baik
11) Memberikan pengarahan, orientasi dan bimbingan kepada staf
baru/mahasiswa praktek di ruangan
12) Melaksanakan asuhan dengan menggunakan pendekatan proses
ilmiah tenaga yang menjadi tanggung jawabnya
13) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan dalam
rangka memperlancar pelaksanaan kegiatan di instalasi
14) Memfasilitasi dan mendukung kelancaran tugas perawat primer
dan perawatan asosiet (PN & AN)
15) Melakukan supervisi dan memberi motivasi seluruh staf untuk
mencapai kinerja yang optimal
16) Berperan sebagai konsultan/pembimbing bagi perawat primer
(PN)
Tabel 50
Kajian Data Actuating di Ruang Dahlia 3 RSUP DR. Sardjito
28-30 Desember 2015
Dilakukan
No Standar Metode Keterangan
Ya Tidak
1. Pengarahan V Wawancara
2. Supervisi\ staff V Wawancara
3. Koordinasi V Wawancara
4. Orientasi staff V Wawancara
5. Orientasi mahasiswa praktek V Wawancara
dan
6. Orientasi pasien/keluarga V observasi
7. Memobilisasi sumber daya yang V Observasi
ada untuk mencapai tujuan. Wawancara
8. Memberi motivasi pada anggota V
9. Membuat keputusan V Wawancara
10. Manajemen konflik V Observasi
11. Menelaah kemampuan individu V Observasi
12 Membimbing tenaga keperawatan V Wawancara
13. Mengadakan pertemuan V Wawancara
berkala/sewaku-waktu dengan
staff keperawatan dan petugas lain Wawancara
yang bertugas diruang rawatnya
14. Memberi kesempatan/ijin kepada V
staf keperawatan Wawancara
15. Mengupayakan pengadaan V
peralatan dan obat-obatan Wawancara
16. Mendampingi visite dokter dan V
mencatat instruksi dokter Observasi
17. Mengelompokkan pasien dan V
mengatur penempatannya di ruang
rawat menurut tingkat kegawatan, Observasi
infeksi/non infeksi untuk
kelancaran pemberian asuhan
18. keperawatan V
Mengendalikan kualitas sistem Wawancara
pencatatan dan pelaporan asuhan
19. keperawatan V Wawancara
Meneliti pengisian formulir sensus
20. harian pasien di ruang rawat
Meneliti/memeriksa pengisian V Wawancara
daftar permintaan makanan pasien
berdasarkan macam dan jenis Wawancara
21. makan pasien V
Menyiapkan berkas catatan medik Wawancara,
22. pasien V observasi
Membimbing siswa/mahasiswa Wawancara
keperawatan yang menggunakan Wawancara
23. ruang rawatnya sebagai lahan V
24. praktek V Observasi
Memberi penyuluhan kesehatan observasi
Melakukan serah terima pasien
dan lain-lain pada saat pergantian
dinas
Jumlah 24
100%
Sumber: Hasil observasi dan wawancara tanggal 28-1 Desember 2015
Analisis Data
Kajian data actuating sudah berjalan dengan baik (100%). Penggerakan dan
pelaksanaan cukup dilakukan oleh Kepala Ruang Dahlia 3 dengan memberikan instruksi,
arahan dan bimbingan kepada seluruh staf. Hal ini dilakukan rutin hanya saat sesuai
kebutuhan saja. Kepala ruang sudah mengkomunikasikan, mengkoordinasikan dan
melakukan kerjasama yang baik antara staf, PN dan dalam melaksanakan tugasnya.
Orientasi lingkungan dan tugas terutama dilakukan jika ada tenaga keperawatan baru.
Pembuatan jadwal dinas dilaksanakan oleh Kepala Ruang dengan mengikutsertakan
pertimbangan dari PN dan pendapat dari AN. Pemberian penyuluhan kepada pasien tidak
dilakukan tersendiri, tetapi sekaligus pada saat memberikan asuhan keperawatan. Akan tetapi
perlu ditingkatkan monitoring pengisian daftar permintaan makanan pasien berdasarkan
macam dan jenis makan pasien
d. Controlling
Kajian Teori
Nursalam (2002), pengawasan melalui komunikasi, mengawasi dan
berkomunikasi langsung dengan ketua tim maupun pelaksana mengenai asuhan
keperawatan yang diberikan kepada pasien. Melalui supervisi:
1) Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau melalui laporan
langsung secara lisan dan memperbaiki atau mengawasi kelemahan-kelemahan
yang ada saat itu juga.
2) Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir ketua tim, membaca dan
memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat.
3) Selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan (didokumentasikan),
mendengar laporan ketua tim tentang pelaksanaan tugas.
4) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana
keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim.
5) Audit keperawatan
Fungsi pengawasan dan pengendalian merupakan fungsi terakhir dari proses
manajemen. Ada 3 macam pengawasan yaitu:
a) Pengendalian pendahuluan, yaitu pengendalian ini dipusatkan pada permasalahan
pencegahan timbulnya penyimpangan-penyimpangan dari bawahan terhadap
kinerja pemberi pelayanan keperawatan, baik sumber daya, SDM, bahan/alat
maupun dana.
b) Concurent control, pengendalian ini berlangsung saat pekerjaan berlangsung guna
memastikan sasaran tercapai.
c) Feedback control. Pengendalian ini untuk mengontrol terhadap hasil dari
pekerjaan yang telah diselesaikan, jika ada penyimpangan akan merupakan
pelajaran untuk aktifitas yang sama di masa yang akan datang.
Kajian Data
Tabel 51
Kajian Data Controling di Ruang Dahlia 3 RSUP DR.Sardjito Tanggal 28-30
Desember 2015
Dilakukan
No Standar Metode Ket.
Ya Tidak
1. Pengawasan langsung melalui V Wawancara
inspeksi
2. Pengawasan langsung melalui V Wawancara
laporan langsung secara lisan
3. Pengawasan langsung melalui V Wawancara
laporan tertulis
4. Pengawasan kelemahan yang ada V Wawancara
5. Pengawasan tidak langsung V Wawancara
dengan mengecek daftar hadir
perawat yang ada
6. Pengawasan tidak langsung V Wawancara
dengan membaca dan memeriksa
rencana keperawatan
Pengawasan dengan mendengar V Wawancara
7. laporan dari PN mengenai
pelaksanaan tugas
8. Evaluasi upaya pelaksanaan V Wawancara
Analisis Data
Proses controlling yang dilakukan di Dahlia 3 tergolong dalam kategori baik (94,4%).
Namun tetap harus ditingkatkan lagi. Adanya pengawasan langsung melalui inspeksi, melalui
laporan langsung secara lisan, dan melalui laporan tertulis, juga pengawasan terhadap
kelemahan yang ada harus diadakan.
Tabel 53
Dokumentasi Kegiatan Bimbingan PKK di Ruang Dahlia 3 RSUP Dr Sardjito
N Ketersediaan
Jenis Dokumentasi Metode Keterangan
o. Ada Tidak
1 Bukti hadir Wawancara,
mahasiswa studi
dokumen
2 Bukti Bimbingan di Wawancara Tidak ada bukti
Ruangan bimbingan ruang
3 Bukti Tugas Wawancara,
Mahasiswa studi
dokumen
Persentase 66,7% 33,3%
Sumber: wawancara dan observasi CI
Analisa Data
Kegiatan bimbingan di Dahlia 3 terdokumentasi di buku mahasiswa dan ruangan.Jenis
dokumentasi yang ada diruangan adalah bukti hadir mahasiswa dan bukti tugas mahasiswa.
Bukti bimbingan kegiatan preconference, bed side teaching, ronde keperawatan, dan post
conference belum ada.
a. Organizing
KajianTeori
1) Penerimaan
Setelah Institusi Pendidikan menyerahkan pelaksanaan PKK kepada Bagian Pelayanan
Keperawatan selanjutnya Bidang Pelayanan Keperawatan menentukan jadwal kegiatan
Orientasi peserta didik PKK.
2) Orientasi.
(1) Umum:
Peserta didik diorientasikan secara bersama-sama dalam kelompok besar ke seluruh
ruangan perawatan tempat praktikan akan melaksanakan praktek klinik keperawatan
dengan mendapat penjelasan dari pembimbing klinik rumah sakit.
(2) Khusus:
Peserta didik diorientasikan pada ruangan perawatan dimana tempat praktikan akan
melaksanakan PKK oleh kepala ruang atau pembimbing klinik lahan praktek yang
telah di tetapkan pihak rumah sakit. Setelah orientasi ruangan dilanjutkan dengan
orientasi pasien yang dirawat di ruangan tersebut.
(3) Menetapkan pembimbing klinik yang ada di ruangan perawatan
(4) Penjelasan pelaksanaan PKK.
Institusi Pendidikan menjelaskan rencana pelaksanaan PKK peserta didik kepada
pembimbing klinik.
3) Bimbingan
Bimbingan dilakukan oleh pembimbing klinik. Pembimbing klinik adalah seorang tenaga
perawat yang profesional yang diberi wewenang dan tanggung jawab membimbing secara
langsung peserta didik.
Dalam proses bimbingan pembimbing klinik berperan dalam :
(1) Melakukan kerjasama dengan pembimbing akademik dalam rangka kelancaran
pelaksanaan bimbingan PKK sesuai dengan metode yang telah ditentukan.
(2) Mengikuti kegiatan bimbingan sesuai dengan metode yang telah ditentukan.
(3) Mempersiapkan kelengkapan bahan peralatan dan pasien yang akan dijadikan target
pencapaian kompetensi.
(4) Mengikutkan peserta didik dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.
(5) Memotivasi minat dan semangat belajar untuk meningkatkan kemampuan peserta
didik
(6) Menfasilitasi peserta didik saat memberikan asuhan perawatan kepada klien.
(7) Mengetahui pasien kelolaan peserta didik.
(8) Mengecek dokumentasi di status kelolaan peserta didik.
(9) Memantau pelaksanaan praktek yang meliputi kemampuan, ketaatan serta
memberikan teguran bila terjadi pelanggaran.
(10) Mengarahkan dan membimbing peserta didik dalam rangka pencapaian target
kompetensi yang diharapkan.
(11) Mengesahkan pencapaian target kompetensi peserta didik
4) Metode Bimbingan
(1) Pre-post conference.
Dilakukan peserta didik, pembimbing akademik dan pembimbing lahan
(2) Ronde Keperawatan.
Dilakukan setiap pagi saat operan jaga atau waktu-waktu tertentu, diikuti pembimbing
pendidikan, pembimbing lahan dan peserta didik.
(3) Bed side teaching.
Dilakukan peserta didik, pembimbing pendidikan, pembimbing lahan dengan kasus-
kasus tertentu/kasus prioritas.
(4) Monitoring kehadiran dan kompetensi peserta didik.
Dilakukan pembimbing pendidikan dan pembimbing lahan.
(5) Bimbingan pelaksanaan tindakan keperawatan.
Bimbingan dilakukan pada saat peserta didik melakukan tindakan keperawatan di
ruang rawat.
(6) Bimbingan laporan kasus.
Bimbingan pada peserta didik pada saat pengambilan kasus kelolaan/asuhan
keperawatan.
(7) Diskusi dan laporan individual
Diskusi dilakukan peserta didik dan pembimbing kinik tentang asuhan keperawatan
dan tindakan keperawatan terhadap pasien dan cara penulisan pelaporan.
5) Penugasan Peserta Didik
(1) Laporan kegiatan harian.
(2) Melakukan Asuhan keperawatan setiap periode rotasi dan membuat laporan
pendahuluan untuk asuhan keperawatan yang akan diambil.
(3) Seminar.
Seminar dilakukan kelompok dengan satu kasus kelolaan.
(4) Jurnal.
(5) Ujian kasus.
6) Uraian Tugas Peserta Didik
Awal praktek.
(1) Mengikuti serah terima dinas.
(2) Mencatat dan memahami informasi yang disampaikan.
(3) Mengikuti kegiatan orientasi ruangan.
(4) Memberikan umpan balik terhadap hal-hal yang belum di pahami.
Jadwal dinas
(1) Mengikuti/melaksanakan dinas sesuai jadwal.
(2) Memberitahu pembimbing pendidikan dan lahan apabila akan cuti atau ijin.
(3) Apabila peserta didik tidak masuk dinas, wajib mengganti dinas sesuai dengan
aturan yang ditentukan.
(4) Menerima teguran/sanksi apabila berdinas tidak sesuai dengan aturan yang
ditetapkan.
Proses bimbingan.
(1) Mengikuti dan terlibat secara aktif dalam proses bimbingan.
(2) Memberi asuhan keperawatan yang berkualitas pada pasien.
(3) Terlibat secara aktif dalam kegiatan ruangan.
(4) Menjalin kerjasama dan komunikasi yang baik dengan perawat dan tim kesehatan
lain yang ada di ruangan.
(5) Membina hubungan komunikasi yang terapeutik dengan pasien dan keluarga.
(6) Mendokumentasikan asuhan keperawatan yang telah diberikan di status pasien
dengan sepengetahuan perawat ruangan.
(7) Meminta pengesahan pencapaian target kompetensi pada pembimbing lahan dan
pembimbing pendidikan.
7) Tanggungjawab Pembimbing Klinik Keperawatan
(1) Kebenaran orientasi institusi dan tugas.
(2) Kebenaran jadwal praktek.
(3) Kelengkapan dan ketepatan bahan, peralatan kesehatan pasien.
(4) Kelancaran kegiatan pendidikan.
(5) Kebenaran dan kesesuaian bimbingan praktek.
(6) Kebenaran dan kelengkapan laporan hasil bimbingan.
(7) Kebenaran dan ketepatan saran dan bahan pertimbangan kepada atasan.
(8) Uraian Tugas Pembimbing Klinik Keperawatan
Pembimbing Pendidikan/Akademik
(1) Awal praktek:
(a) Menyerahkan peserta didik ke lahan praktek
(b) Mendampingi peserta didik pada saat pengarahan dari RS
(c) Mendampingi peserta didik dalam kegiatan orientasi ruangan
(2) Jadwal dinas:
(a) Menentukan jadwal dinas peserta didik.
(b) Menginformasikan jadwal dinas peserta didik pada pembimbing klinik/lahan.
(c) Menerima pemberitahuan peserta didik yang sakit/ tidak masuk dari peserta didik/
pembimbing lahan.
(d) Menentukan apakah peserta didik dapat mengambil cuti atau tidak.
(e) Memberikan teguran dan sanksi pada peserta didik.
(f) Memonitor penggantian dinas yang dilakukan oleh peserta didik.
(3) Proses bimbingan:
(a) Melaksanakan bimbingan seseuai metode bimbingan yang telah ditentukan
(b) Mengadakan kujungan ke ruangan dan mengikuti kegiatan ruangan minimal satu kali
dalam satu minggunya.
(c) Mempersiapkan kelengkapan bahan peralatan dan pasien yang akan dijadikan sumber
pengalaman kerja.
(d) Memonitor, membimbing dan mengarahkan peserta didik untuk pencapaian target dan
kompetensi.
(e) Memberikan reinforcement atas pencapaian target kompetensi.
(f) Memberikan teguran dan sanksi kepada peserta didik yang bertindak sesuai peraturan.
(g) Membantu peserta didik dalam memilih kasus kelolaan.
(h) Mengetahui pasien kelolaan peserta didik.
(i) Mengecek dokumentasi di status.
(j) Membimbing peserta didik dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien.
(k) Memfasilitasi peserta didik untuk pencapaian target kompetensi.
(l) Mengesahkan pencapaian target kompetensi peserta didik.
KajianData
Pengorganisasian telah dilakukan ketika peserta didik datang untuk melakukan praktik.
Kegiatan ini dimulai dengan serah terima peserta didik dari institusi pendidikan ke pihak RS
sebagai lahan praktik. Setelah serah terima peserta didik diorientasikan yang terdiri dari
orientasi ruangan, staff, pasien, alat-alat, kasus-kasus yang banyak ditemukan dan yang ada
saat ini. Mahasiswa melaksanakan praktik setelah melaksanakan orientasi.
Tabel 54
Kajian Organizing Proses Bimbingan PKK Di Ruang DAHLIA 3 RSUP Dr Sardjito
Tanggal 28-30 Desember 2015
Dilakukan Metode Keterangan
Standar
No Ya Tidak
1. Adanya serah Wawancara Pada saat praktik di Dahlia 3,
terima peserta mahasiswa akan datang sendiri
didik tanpa didampingi dosen.
Pemberitahuan ke ruangan dengan
surat
2. Penetapan Wawancara
pembimbing
PKK sesuai
kriteria yang
ditetapkan
3. Penjelasan Wawancara,
pelaksanaan observasi
PKK
4. Pembagian Wawancara,
jadwal dinas studi
dokumen
5. Penentuan sanksi Wawancara
bagi peserta
didik
6. Adanya proses Wawancara
bimbingan dari
pembimbing
PKK sesuai
dengan
ketentuan
Sumber : Pengkajian observasi dan wawancara, mahasiswa PSIK 2015
Analisa Data
Proses Bimbingan PKK di Ruang Dahlia 3 secara keseluruhan sudah dilakukan dengan baik.
c. Actuating
Kajian Teori
Pengarahan dilakukan sesuai dengan metode bimbingan yang ditetapkan.
Metode bimbingan antara lain :
1)Pre-post conference
Dilakukan oleh peserta didik, pembimbing klinik dan pembimbing akademik.
2)Ronde keperawatan
Ronde keperawatan adalah suatu metode pembelajaran klinik keperawatan yang
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mentransfer dan mempraktekkan
pengetahuan yang didapat dikelas dan dilaboratorium dengan kunjungan secara langsung
kepada pasien (RSUD dr Sardjito, 2007).Ronde Keperawatan adalah kegiatan yang
bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien yang dilakukan oleh perawat dan
melibatkan klien untuk membantu dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus
tertentu harus dilakukan oleh Primary Nurse dan atau konselor, Kepala Ruangan,
Associate Nurse yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim kesehatan lain
(Nursalam, 2002). Ronde keperawatan merupakan suatu metode pembelajaran klinik
keperawatan yang memberi kesempatan kepada peserta untuk mentransfer dan
mempraktekkan pengetahuan yang didapat dengan kunjungan secara langsung pada klien
secara keseluruhan.
3)Bed side teaching
Bed site teaching adalah bentuk bimbingan yang dilaksanakan oleh pembimbing
klinik disamping pasien (RSUP dr Sardjito, 2007).Bedside teaching melibatkan hal
bagaimana melakukan suatu prosedur atau penugasan, bagaimana menggunakan peralatan
atau berinteraksi dengan kilen atau orang lain. Metode ini digunakan jika peserta didik
akan dihadapkan pada masalah yang kompleks atau memerlukan keterampilan lanjut
sehingga resiko yang membahayakan klien dapat dihindari.
4)Monitoring kehadiran dan kompetensi peserta didik
5)Bimbingan pelaksanaan tindakan perawatan
6)Diskusi dan laporan individu
Kajian Data
Dalam kelancaran pelaksanaan bimbingan PKK di ruangan, peran pembimbing klinik
sangat besar.Pada saat dilakukan pengkajian mengenai pelaksanaan bimbingan PKK,
kebetulan ada mahasiswa praktikan yang praktek DAHLIA 3.Oleh karena itu, data
pelaksanaan bimbingan PKK diperoleh dari hasil wawancara dengan Kepala Ruang dan
praktikan dari D3 Yayasan Keperawatan Yogyakarta, Poltekkes Depkes, dan Stikes
Aisyah. Hasil wawancara menyatakan bahwa bimbingan yang dilakukan di ruang
DAHLIA 3 yaitu meliputi pre conference, post conference, bed side teaching, bimbingan
pelaksanaan tindakan keperawatan dan diskusi kasus kelolaan individu.
Tabel 55
Kajian Actuating Proses Bimbingan PKK Di Ruang DAHLIA 3 RSUP Dr
Sardjito Tanggal 28-30 Desember 2015
No
Standar Dilakukan Metode Keterangan
1. Pengarahan dilakukan
sesuai dengan metode
bimbingan yang Wawancara,
dilakukan : observasi
a). Pre confrence
b). Post confrence
c). Ronde Keperawatan
d). Bed side teaching
2. Monitoring kehadiran Studi
dokumentasi
3. Monitoring kompetensi Wawancara
peserta didik
4. Bimbingan pelaksanaan
tindakan perawatan :
Wawancara
Diskusi
Wawancara
Laporan individu
Persentase 100%
Sumber : Hasil Wawancara dan Observasi, Mahasiswa PSIK 2015
Analisis Data
Ronde keperawatan jarang dilaksanakan karena faktor kenyamanan pasien dan
keterbatasan waktu melakukan ronde bagi semua mahasiswa praktik serta keterbatasan ruang
dikarenakan dahlia 3 sebagai bangsal air borne disease.CI ruang Dahlia 3 selalu berusaha
untuk memberikan bimbingan ke mahasiswa dengan berbagai metode, perawat di Dahlia 3
juga dapat diajak berdiskusi oleh mahasiswa.
Tabel 56
Kajian Pelaksanaan Proses Bimbingan PKK Pre Conference Di Ruang DAHLIA
3 RSUP Dr Sardjito Tanggal 28-30 Desember 2015
Analisa Data
Proses bimbingan saat pre conferencedi Dahlia 3 berlangsung dengan cukup (78,6%),
pre conference dilaksanakan pada hari kedua dilanjutkan hari ketiga praktek saatmahasiswa
telah membawa laporan pendahuluan. Dari hasil studi retrospektif, kegiatan yang belum
maksimal dalam pre conference adalah belum mengadakan pre conference di ruang khusus
pre conference dan doa.
d. Controlling
Kajian Teori
Controling yang dilakukan oleh pembimbing ruangan tarhadap praktikan bimbingan PKK
dilakukan melalui :
1) Tata tertib
2) Observasi
3) Reward dan punishment
Kajian Data
Di Ruang DAHLIA 3,tempat praktikan melaksanakan bimbingan PKK controling
dilakukan oleh CI/pembimbing klinik dibantu oleh PN atau pun perawat yang bertugas pada
saat itu dengan mengobservasi kehadiran, jadwal dinas, keaktifan dari praktikan selama
bimbingan PKK berlangsung dan ketercapaian target kompetensi. Sebelum proses bimbingan
PKK, mahasiswa dijelaskan tentang tata tertib yang berlaku di ruangan tempat pelaksanaan
bimbingan PKK dan memeriksa kelengkapan tugas misalnya laporan pendahuluan yang harus
dibuat pada hari kedua di minggu I dan hari pertama di minggu selanjutnya.
Tabel 57
Kajian Controling Proses Bimbingan PKK Di Ruang DAHLIA 3 RSUP Dr
Sardjito Tanggal 28-30 Desember 2015
Dilakukan
No Standar Metode Keterangan
Ya Tidak
1. Memonitor Wawancara
pelaksanaan dinas dan
peserta didik : Observasi
a. Tata tertib
b. Observasi
c. Reward and
punishment
2. Mengetahui pasien Wawancara
kasus kelolaan peserta dan
didik observasi
3. Mengecek Wawancara
dokumentasi di status
pasien kelolaan
peserta didik
4. Memberikan teguran Wawancara
jika terjadi dan
pelanggaran observasi
100%
Sumber : Hasil Wawancara dan Observasi, Mahasiswa PSIK 2015
Analisis Data
Proses controlling bimbingan PKK di ruang Dahlia 3 berlangsung dengan baik, CI
mengingatkan peserta didik yang melakukan kesalahan, kepala ruang memberikan penilaian
sikap, CI menanyakan pasien kelolaan peserta didik dan membuka status pasien kelolaan
peserta didik bila peserta didik ada kesulitan dalam memahami status pasien kelolaan,
perawat di ruangan turut serta dalam proses controlling peserta didik selama praktik di Dahlia
3 dengan mengingatkan atau menegur peserta didik bila melakukan tindakan yang kurang
tepat
UNSUR OUTPUT
Output merupakan hasil pelayanan kesehatan atau pelayanan keperawatan yaitu
berupa perubahan yang terjadi pada konsumen termasuk kepuasan dari konsumen. Tanpa
mengukur hasil kinerja rumah sakit atau keperawatan tidak dapat diketahui apakah input
dan proses yang baik telah menghasilkan output yang baik pula.
1. Mutu Asuhan Keperawatan
Terdiri atas instrumen A, B, dan C. Standar Asuhan Keperawatan yang identik
dengan standar profesi keperawatan, berguna sebagai kriteria untuk mengukur
keberhasilan dan mutu asuhan keperawatan. SAK terdiri dari 6 standar (Depkes RI,
1998), yaitu:
a. Standar Pengkajian Keperawatan
b. Standar Diagnosis Keperawatan
c. Standar Perencanaan Keperawatan
d. Standar Pelaksanaan/Intervensi
e. Standar Evaluasi
f. Standar Catatan Asuhan Keperawatan
a. Instrumen A
Berdasarkan pedoman JCI, interpretasi persentase proses asuhan keperawatan di
Ruang Dahlia 3 dinyatakan lulus dengan hasil yang didapatkan sebesar 98%. Data hasil
observasi menunjukkan bahwa yang perlu menjadi perhatian sebagai berikut
1. Pengkajian secara umum sudah cukup baik dengan persentase 93.7% hanya saja ada
beberapa pengkajian yang tidak dilaksanakan dan/atau tidak terdokumentasi sehingga
tidak terbukti apakah pengkajian tersebut sudah dilakukan atau belum. Pengkajian
yang masih perlu mendapat perhatian untuk lebih sempurna yaitu pengkajian nutrisi
dan kebutuhan edukasi.
2. Diagnosa keperawatan secara umum 100% sudah berdasarkan NANDA. Masalah
utama sudah ditetapkan maksimal 1x24 jam. Diagnosa yang ditemukan di antaranya:
ketidakefektifan pola napas, resiko infeksi, nyeri, hipertermi, intoleransi aktivitas,
kerusakan integritas jaringan, resiko ketidakstabilan kadar gula darah,
ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh, ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit, defisit perawatan diri (bathing, toileting, grooming), nausea, dan
gangguan rasa nyaman.
3. Perencanaan 100% sudah ditetapkan sesuai dengan diagnosa dengan tujuan terukur
yang ditetapkan maksimal 1x24 jam karena didalam catatan terintergrasi telah
terdokumentasi.
4. Implementasi keperawatan sudah dilakukan dengan sangat baik sebesar 100%.
Perawat melakukan implementasi sesuai dengan SOP yang berlaku.
5. Evaluasi secara umum sudah dilakukan dengan baik yaitu 100%. Evaluasi yang
digunakan perawat adalah SOAP.
6. Catatan asuhan keperawatan secara umum 100% telah dilakukan dengan baik dengan
menggunakan formulir yang baku, telah dicatat dengan jelas, ringkas, istilah dan
singkatan yang baku dan benar serta telah mencantumkan paraf, tanggal dan jam
tindakan.
b. Instrumen B
Kajian Teori
Salah satu indikator mutu asuhan keperawatan adalah dilihat dari persepsi klien
tentang mutu asuhan keperawatan yang diberikan. Untuk mengevaluasi hal ini perlu suatu
instrumen yang baku. Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Sardjito menggunakan
format standar asuhan keperawatan yang telah ditetapkan oleh RS untuk mengevalusi
persepsi klien terhadap mutu asuhan keperawatan. Instrumen B digunakan untuk menilai
mutu asuhan keperawatan dilakukan dengan memberi angket pada 7 pasien dan/atau
keluarga di Ruang Dahlia 3 RSUP Dr. Sardjito yang telah di rawat minimal selama 3x24
jam.
Tabel 56. Distribusi Pasien Berdasarkan Tingkat Pendidikan
di Ruang Dahlia 3 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta (n=8)
No Jenis Pekerjaan Jumlah Presentase (%)
1 SD 1 12.5%
2 SMP 2 25%
3 SMA 4 50%
4 PT 1 12.5%
Total 8 100%
Sumber: Data Primer Angket Tanggal 30 Desember 2015
Sumber: Data primer observasi, angket, dan wawancara tanggal 29 Desember 2015
Analisis data
Persentase persepsi pasien/keluarga terhadap mutu asuhan keperawatan di Ruang Dahlia
3 RSUP Dr. Sardjito adalah 76.99%. Berdasarkan analisis Arikunto (2004), persentase hasil
persepsi pasien/keluarga terhadap mutu asuhan keperawatan di Ruang Dahlia 3 tergolong
kategori cukup. Sebagian besar item pertanyaan mendapatkan respon yang baik dari
pasien/keluarga. Beberapa hal yang harus diperbaiki berdasarkan hasil interpretasi data yang
terbanyak adalah diantaranya memperkenalkan nama perawat, memperkenalkan perawat
yang bertugas setiap shift kerja, memberikan penjelasan akibat kurang bergerak,
memberikan privasi ketika membantu BAB-BAK, pemenuhan ADL seperti bantuan saat
makan, mandi, dan menggosok gigi.
c. Instrumen C
Hasil dari penilaian observasi pelaksanaan tindakan perawatan didapatkan nilai
total 97,17% (baik). Angka tersebut menunjukkan tindakan yang dilakukan oleh
perawat sudah hampir sesuai dengan SPO. Hal yang masih perlu ditingkatkan yaitu
terkait persiapan alat sebelum tindakan, sebaiknya bengkok dan perlak selalu disiapkan
dan digunakan saat melakukan tindakan khususnya yang berhubungan dengan cairan.
Dua hal penting yang sangat mendukung kepuasan dan keselamatan pasien dari setiap
tindakan yang diberikan yaitu penerapan cuci tangan dengan langkah & waktu yang
benar dan komunikasi terapeutik hendaknya tetap dipertahankan kepatuhannya.
TOTAL Persentase
STD DOKUMEN YANG DIMINTA
Y T TDD Pencapaian
PFR 6.3 Persetujuan umum/general
8 0 0 100%
concern terisi lengkap
PFR 6.1 Pemberian Inform Consent adalah 8 0 0 100%
dokter operator (jika dilakukan
oleh PPDS yang ditunjuk ada
verifikasi dari dokter operator)
PFR 6.4 Persetujuan Operasi dan tindakan
2 - 6 100%
invasif terisi lengkap
Persetujuan Anestesi dan sedasi
1 - 7 100%
terisi lengkap
Persetujuan transfusi darah dan
2 - 6 100%
produk darah terisi lengkap
ASC 3 Asesmen pra sedasi dilaksanakan
konsisten untuk mengevaluasi
1 - 7 100%
risiko dan kesesuaian sedasi
pasien
ASC 4 Asesmen pra anestesi
1 - 7 100%
dilaksanakan untuk setiap pasien
ASC 5.1 Risiko, keuntungan dan anestesi
2 - 7 100%
alternative terisi lengkap
ASC 5.2 Jenis dan teknik anestesi yang
digunakan ditulis dalam rekam 2 - 6 100%
medis pasien
ASC 7.4 Perawatan pasien pasca operasi
direncanakan dan dokumentasikan 1 1 6 50%
secara lengkap
AOP1.4.1 Asesmen medis 1x 24 jam, di
6 1 1 85.71%
update jika lebih dari 30 hari
Asesmen keperawatan selama 8
8 - - 100%
jam
AOP.1.5 Asesmen terdokumentasi dalam
6 1 1 85.71%
24 jam setelah masuk rawat inap
AOP.1.5.1 Asesmen medis terdokumentasi
2 - 6 100%
sebelum operasi
Asesmen status fungsional sesuai
8 - - 100%
AOP.1.6 Barthel index
Asesmen fungsional 8
1 - 7 100%
dikonsulkan ke rehabilitasi medis
AOP.1.7 Asesmen nyeri saat masuk 8 - - 100%
Asesmen ulang nyeri sesuai
(ringan/8 jam, sedang/2 jam, 3 2 3 60%
berat/1 jam)
Asesmen ulang nyeri pasca
pemberian obat anti nyeri - 8 - 0%
(oral/2jam, IM/30 mnt, IV/15mnt)
AOP.1.9 Asesmen dan Asesmen ulang
- - 8 100%
pasien yang akan meninggal
AOP.1.10 Asesmen untuk kebutuhan khusus
8 - - 100%
(gigi, pendengaran,mata, dll)
AOP Asesmen psikososial dan
hambatan (fisik, bahasa dan 8 - - 100%
budaya)
AOP.1.11 Asesmen awal untuk rencana 8 - - 100%
keluar / pemulangan pasien dari
RS
AOP.2 Asesmen setiap hari oleh dokter
7 1 - 87.5%
untuk pasien akut (SOAP)
AOP Asesmen risiko jatuh saat pertama
7 1 - 87.5%
dirawat
AOP 5.3 Hasil pemeriksaan laboratorium
8 - - 100%
tersedia
AOP Asesmen risiko jatuh sesuai
perubahan kondisi (penggunaan
- 1 7 Tidak terkaji
obat, perubahan diagnosis,
penurunan KU, pasca tindakan)
IPSG.6 Upaya pencegahan pasien jatuh
1 - 7 Tidak terkaji
dilakukan pada pasien berisiko
IPSG 2 Bukti konfirmasi komunikasi
lisan/per telepon terdokumentasi 1 - 7 Tidak terkaji
dan ditanda tangani 1x24 jam
IPSG 4 Pasien operasi dilakukan
dokumentasi keselamatan pasien
1 - 7 Tidak terkaji
operasi (Sign in, Time out dan
sign out)
ACC Skrening rawat jalan/gawat
darurat dilakukan dan 8 - - 100%
terdokumentasi
ACC Kriteria pasien dan transporter
ditentukan sebelum transfer
8 - - 100%
(kondisi pasien, kriteria petugas,
alat dan periode monitoring)
ACC Pasien diberi informasi tentang
keterlambatan pelayanan,
2 - 6 Tidak terkaji
penyebab dan alternatif yang
ditawarkan)
ACC Selama proses transfer pasien
8 - - 100%
dimonitor
ACC Pasien yang akan rawat inap
diberikan edukasi tentang
Diagnosis, alasan pasien dirawat,
8 - - 100%
rencana perawatan, hasil yang
diharapkan, perkiraan waktu dan
biaya perawatan
ACC.3.2.1 Resume pulang memuat sebagai 8 - - 100%
berikut :
a. Alasan dirawat, diagnosus
(masu, utama, sekunder bila
ada)
b. Temuan fisik penting dan
lainnya
c. Tindakan diagnostik dan
prosedur yang dilakukan
d. Obat yang diberikan, termasuk
obat setelah pulang
e. Instruksi tindak lanjut (follow-
up)
ACC.4.4 Rekam medik pasien dirujuk
memuat:
a. Nama rumah sakit yang
menerima
b. Nama orang yang menyetujui 8 - - 100%
menerima
c. Alasan pasien dirujuk
d. Perubahan kondisi pasien
selama transfer
COP Perencanaan terintegrasi sesuai
kondisi terisi 1x24 jam, meliputi:
a. Masalah
8 - - 100%
b. Kebutuhan pasien
c. Tujuan terukur
d. Rencana tindakan
COP Instruksi pengobatan tertulis
dengan benar meliputi : Nama
obat, Dosis, Interval Pemberian,
Tujuan terapi PED (khusus
8 - - 100%
antibiotik) rute pemberian, nama
dokter dan tanda tangan, nama
Apoteker dan TT apoteker,
Tanggal Mulai, Tanggal Stop.
COP 2.1 Rencana penatalaksanaan
terintegrasi diverifikasi DPJP 3 5 - 37.5%
dalam 1x24 j
COP Tindakan asuhan pasien tercatat
dalam catatan perkembangan
8 - - 100%
terintegrasi (CPPT) sesuai
petunjuk
COP Lembar monitoring terpadu terisi
7 1 - 87.5%
lengkap sesuai kondisi pasien
COP Hasil asuhan pasien termasuk
hasil yang tidak sesuai atau tidak Tidak
1 1 6
diharapkan diedukasikan kepada Terkaji
pasien
COP Evaluasi keberhasilan rencana
- 8 - 0
terintegrasi di dokumentasikan
COP Monitoring tindakan berisiko
tinggi (tranfusi, restrain, 2 - 6 Tidak terkaji
kemoterapi) terdokumentasi
PFE.2 Asesmen kebutuhan pendidikan
pasien dan keluarga dengan tanda
8 - - 100%
tangan perawat pengkaji < 24 jam
sejak pasien masuk
PFE. 4 Edukasi pasien meliputi :
8 - - 100%
a. Edukasi Nutrisi
b. Manajemen nyeri 2 6 - 25%
c. Penggunaan alat bantu 100% pasien
kesehatan tidak
- 8 - menggunaka
n alat bantu
kesehatan
d. Penggunaan obat-obatan 75% pasien
tidak
mendapatka
2 6 -
n
pengobatan
high alert
e. Hak dan kewajiban pasien 8 - - 100%
f. Peraturan dan tata tertib RS 8 - - 100%
g. Prosedur pencegahan infeksi:
7 1 - 87.5%
cuci tangan, etika batuk
PFE. 4 Dokumentasi edukasi pasien
2 2 4 50%
menggunakan obat berisiko
PFE. 4 Dokumentasi edukasi pasien
menggunakan peralatan alat bantu
- 8 - 0
kesehatan (medis, keperawatan,
fisioterapi)
PFE.5 Verifikasi nama dan tanda tangan
bahwa pasien dan keluarga 8 - - 100%
menerima edukasi
MMU.4 Rekonsiliasi Obat meliputi: 75% tidak
b) Daftar diisi obat
penggunaan obat-obatan 2 6 - yang pernah
sebelum dirawat dikonsumsi
pasien
c) Rekomenda 100% Tidak
si dari dokter - 8 - ditemukan
dokumentasi
d) Rekonsilias
7 1 - 87.5%
i dari farmasi
MMU.7 Efek samping obat yang tidak
diharapkan (adverse effect) 8 - - 100%
dimonitor
MOI.19.3 Pencatatan, tanggal, waktu dari
8 - - 100%
setiap enteri data/dokumentasi
MOI Tulisan bisa dibaca 8 - - 100%
Rata-rata 79.96%
Sumber: SIMETRIS RSUP Dr. SARDJITO dan Data Primer dan 29 Desember 30
Desember 2015
Analisis Data
Pelayanan Keperawatan Akreditasi di Ruang Dahlia 3 memiliki nilai persentase 79.96 %.
Secara keseluruhan standar pelayanan di Ruang Dahlia 3 sudah tercapai. Beberapa hal-hal yang harus
diperhatikan dan perlu ditingkatkan yaitu:
Persentase
STD DOKUMEN YANG DIMINTA Keterangan
Pencapaian
ASC Perawatan pasien pasca operasi Tindakan ini dilakukan agar
7.4 direncanakan dan dapat diimplementasikan
dokumentasikan secara lengkap 50% sesuai yang direncanakan dan
untuk mengetahui riwayat
tindakan sebelumnya.
COP Rencana penatalaksanaan Tindakan ini dilakukan agar
2.1 terintegrasi diverifikasi DPJP dapat diimplementasikan
dalam 1x24 j sesuai rencana dan pihak yang
37.5% bertanggung jawab terhadap
pasien mengetahui
implementasi yang akan
dilakukan kepada pasiennya.
PFE. 4 Edukasi pasien meliputi : Edukasi pasien masih harus
Manajemen nyeri 25% ditingkatkan sehingga hak-hak
pasien dapat terpenuhi
PFE. 4 Dokumentasi edukasi pasien Edukasi pasien masih harus
menggunakan obat berisiko 50% ditingkatkan sehingga hak-hak
pasien dapat terpenuhi
MMU.4 Rekonsiliasi Obat meliputi: Tindakan ini dilakukan untuk
Daftar penggunaan obat-obatan mengetahui riwayat konsumsi
sebelum dirawat 37.5% obat-obatan sebelumnya dan
efek samping dari obat yang
bisa dialami pasien
Kajian Data
Analisis Data
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata pemakaian tempat tidur
(BOR) di Ruang Dahlia 3 RSUP Dr. Sardjito pada bulan Januari November 2015
adalah 51.66 % tergolong kurang dari standar RSU yaitu 70-80%. Rendahnya nilai
BOR dikarenakan Ruang Dahlia 3 merupakan ruangan khusus untuk air-bone disease.
Dengan rendahnya nilai BOR maka semakin rendah keuntungan rumah sakit, namun
resiko terjadinya hospital acquired infection (HAI) akan menurun disebabkan
ketersediaannya waktu untuk membersihkan kamar dengan maksimal.
Rata-rata hari perawatan pasien dirawat di Ruang Dahlia 3 RSUP Dr Sardjito
(LOS) adalah 10.09 hari pada Januari - November 2015. Angka ini sedikit lebih tinggi
jika dibandingkan dengan standar Rumah Sakit yaitu 7-10 hari. Ketika dilakukan
observasi bahwa pasien di bangsal Dahlia 3 adalah pasien dengan air-bone disease,
sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama untuk pemulihan. Angka LOS yang
tinggi berpengaruh pada tingginya angka HAI.
TOI (Turn Over Interval) atau waktu rata-rata tempat tidur kosong. Berdasarkan
standar Rumah Sakit Umum untuk TOI adalah 1-3 hari. Pada bulan Januari 2015-
Desember 2015 di Ruang Dahlia 3 RSUP Dr Sardjito adalah 19.23 hari. Angka ini
lebih tinggi jika dibandingkan dengan standar Rumah Sakit yaitu 1-3 hari mengingat
ruang Dahlia 3 merupakan ruangan khusus untuk air-bone disease. Dengan adanya
nilai TOI yang lebih tinggi dapat dikatakan penggunaan tempat tidur selama Januari
November tahun 2015 di ruang Dahlia 3 tidak efisien.
BTO (Bed Turn Over) pada bulan Janurai 2015-Desember 2015 rata- rata di
Ruang Dahlia 3 RSUP Dr Sardjito yaitu 0.98 kali dalam setahun. Angka ini kurang
dari standar BTO Rumah Sakit Umum yaitu 40-50 kali dalam 1 tahun. BTO di ruang
Dahlia 3 rendah dikarenakan lama rawat pasien di Dahlia 3 lebih tinggi dari standar
Rumah sakit dan ruang Dahlia 3 merupakan ruangan khusus air-borne disease.
5. Mutu Klinik Keperawatan
Kajian Teori
Untuk dapat menilai mutu dari hasil asuhan keperawatan telah ditetapkan
indikator klinik keperawatan. Indikator adalah pengukuran tidak langsung suatu
peristiwa atau kondisi. Indikator juga mempunyai arti variabel yang menunjukkan
satu kecenderungan system yang dapat dipergunakan untuk mengukur perubahan
(Green, 1992). WHO (1981) menguraikan indikator adalah variabel untuk mengukur
suatu perubahan baik langsung maupun tidak langsung.
Sedangkan indikator klinik adalah ukuran kuantitas sebagai pedoman untuk
mengukur dan mengevaluasi kualitas asuhan pasien dan berdampak terhadap
pelayanan (Direktori Bina Pelayanan Keperawatan, Dirjen Bina Pelayanan Medik
Depkes RI, 2008). Karakteristik suatu indikator adalah:
a. Sahih (valid)
b. Dapat dipercaya (reliable)
c. Peka (sensitive)
d. Spesifik (specific)
e. Berhubungan (relevan)
Pada tahap pertama ditetapkan indikator mutu pelayanan keperawatan klinik
sebagai berikut:
a. Keselamatan pasien (patient safety)
Pasien aman dari kejadian jatuh, dekubitus, kesalahan pemberian obat dan cidera
akibat restrain.
b. Perawatan diri
Kebersihan dan perawatan diri merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus
terpenuhi agar tidak timbul masalah lain sebagai akibat dari tidak terpenuhinya
kebutuhan kebersihan dan perawatan diri, misalnya penyakit kulit, rasa tidak
nyaman, infeksi saluran kemih, dan lain-lain.
c. Kepuasan pasien
Tingginya tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan tercapai bila
terpenuhinya kebutuhan pasien/keluarga terhadap pelayanan keperawatan yang
diharapkan. Junaidi (2002) berpendapat bahwa kepuasan konsumen atas suatu
produk dengan kinerja yang dirasakan konsumen atas produk tersebut. Jika kinerja
produk lebih tinggi dari harapan konsumen maka konsumen akan mengalami
kepuasan.
d. Kecemasan
Kecemasan/ansietas adalah perasaan individu dan pengalaman subjektif yang
tidak diamati secara langsung dan perasaan tanpa objek yang spesifik dipacu oleh
ketidaktahuan dan didahului oleh pengalaman yang baru (Stuart and Sunddeen,
1998).
e. Kenyamanan
Rasa nyaman (comfort) adalah bebas dari rasa nyeri atau nyeri terkontrol.
f. Pengetahuan
Discharge planning adalah suatu proses yang dipakai sebagai pengambilan
keputusan dalam hal memenuhi kebutuhan pasien untuk kesempurnaan
kepindahan pasien dari satu tempat perawatan ke tempat lainnya. Dalam
perencanaan, pemulangan, pasien dapat dipindahkan ke rumahnya sendiri atau
keluarga, fasilitas rehabilitasi, nursing home, hospice, home care atau tempat-
tempat lain di luar rumah sakit.
Bentuk kinerja klinis perawat dapat dilihat dari kejadian infeksi nosokomial,
angka dekubitus, infeksi jarum infuse, dan kejadian pasien jatuh. Infeksi nosokomial
adalah infeksi yang diperoleh ketika seseorang dirawat di rumah sakit atu infeksi yang
didapat selama perawatan atau pemeriksaan di rumah sakit tanpa adanya tanda-tanda
infeksi sebelumnya, dan minimal terjadi selama 48 jam sesudah masuknya kuman.
Waktu mulai dirawat tidak ditemukan tanda-tanda infeksi dan tidak sedang dalam
masa inkubasi infeksi tersebut. Infeksi terjadi setelah pasien dengan masa perawatan
lebih lama dari masa inkubasinya.
Infeksi nosokomial ini dapat menyebar melalui beberapa jalur, yaitu jalur kontak,
jalur droplet, dan jalur debu. Jalur kontak dibagi atas kontak langsung dan tidak
langsung. Kontak langsung adalah adanya kontak fisik langsung antara jalur
penyebaran yang paling sering, misalnya melalui tangan perawat, alat medis atau
darah (DepKes RI, 2003).
Kajian Data
Selama melakukan observasi, wawancara dan studi dokumentasi di Ruang Dahlia
3 di RSUP Dr. Sardjito pada 28 Desember 30 Desember 2015 didapatkan data
tentang pelaksanaan indikator mutu klinik keperawatan adalah sebagai berikut:
Analisis Data
Berdasarkan indikator mutu pelayanan IPSG di ruang Dahlia 3 RSUP Dr.
Sardjito dari Januari - Oktober 2015 didapatkan data bahwa pengisian indikator mutu
IPSG dirasakan sudah cukup baik namun perlu diperbaiki dan ditingkatkan kembali
khususnya pada indikator mutu IPSG 2 mengenai pasien yang menggunakan READ
BACK pada tahun 2015 menunjukkan prosentase yang sangat rendah yaitu 7,81%.
Indikator mutu pelayanan surveilance pada tahun 2014 didapatkan data sebagai
berikut : angka kejadian Plebitis 0,240/00, IADP CVC 00/00, ISK 00/00, Dekubitus 00/00,
VAP 00/00, HAP 00/00, data ILO yang didapat hanya dari bulan Jan Oktober 2015.
Data tersebut menunjukan sudah memenuhi target dari semua target surveillance.
Analisis Data
Penilaian kinerja perawat di Dahlia 3 sudah dilakukan semuanya. Namun, pada
tahun 2015 tidak ada perawat yang mengajukan kenaikan kenaikan pangkat/angka
kredit. Penilaian kinerja berdasarkan kompetensi secara umum dilakukan sesuai
dengan peraturan di rumah sakit. Penilaian kinerja perawat berdasarkan kompetensi
dilakukan ujian tertulis. penilaian kinerja tertinggi di ruang Dahlia 3 adalah PK III
untuk PN dan AN, sedagkan penilaian kinerja KaRu adalah PK IV.
Penilaian berdasarkan daftar hadir telah dilakukan. Penilaian daftar hadir tidak
tertulis melalui hand key yang telah disediakan Rumah Sakit. Setiap bulan laporan
daftar hadir melalui hand key akan diberikan kepada ruangan sehingga akan diketahui
individu yang kurang disiplin.Penilaian raport dibuat apabila terdapat pelanggaran
yang dilakukan perawat. Selama tahun 2015 tidak ada pelanggaran yang terjadi di
ruang Dahlia 3.
7. Kepuasan Kerja Perawat
Kajian Teori
Menurut Robbins (2001) kepuasan kerja didefinisikan sebagai suatu sikap umum
seseorang terhadap pekerjaannya. Definisi ini mengandung pengertian yang luas.
Dengan kata lain kepuasan kerja merupakan penjumlahan yang rumit dari sejumlah
unsur pekerjaan yang terbedakan dan terpisahkan satu sama lain (discrete job
elements). Jika mengacu pada George dan Jones (2002), kepuasan kerja merupakan
kumpulan feelings dan beliefs yang dimiliki orang tentang pekerjaannya.
Pengungkapan ketidakpuasan pegawai dalam 4 cara:
a. Respon Voice (aktif dan konstruktif, memberikan saran)
b. Respon Neglect (Pasive: tidak mau tahu / Destructive: membiarkan kondisi
memburuk)
c. Respon Exit (Destructive: karyawan keluar / Active: mencari pekerjaan baru)
d. Respon Loyalty (Pasive: tidak melakukan apapun / Contructive: harapan kondisi
membaik)
Kepuasan kerja (job satisfication) adalah keadaan emosional yang menyenangkan
atau tidak menyenangkan dimana para karyawan memandang pekerjaan mereka. Pon
Loyalty (Pasive : tidak melakukan apapun / Contructive : harapan kondisi membaik).
Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya dan
nampak dari sikap positif karyawan terhadap pekerjaannya serta segala sesuatu yang
dihadapi di lingkungan kerjanya (Handoko, 1993). Peningkatan suasana kerja yang
kondusif serta pemberi dukungan dari perawat yang mempunyai posisi lebih tinggi,
peningkatan hubungan interpersonal dapat meningkatkan kepuasan kerja dan
meningkatkan Turn Over perawat sehingga diperlukan rentang dukungan yang
kontinyu bagi perawat sejak bekerja di unit rawat atau tatanan pelayanan kesehatan
lain. Kepuasan atau ketidakpuasaan seseorang dengan pekerjaan merupakan keadaan
yang sifatnya subyektif yang merupakan hasil kesimpulan yang didasarkan pada suatu
perbandingan mengenai apa yang secara nyata diterima oleh pegawai dari
pekerjaannya dibandingkan dengan apa yang diharapkan, diinginkan dan
dipikirkannya sebagai hal yang pantas atau berhak baginya. Sementara setiap pegawai
secara subjektif menentukan bagaimana pekerjaan itu memuaskan (Gomes, 1995).
Menurut Deny cit Fatiah, 1995, kepuasan kerja merupakan keadaan yang bersifat
individu. Setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai
dengan situasi nilai-nilai yang berlaku pada dirinya. Semakin banyak aspek-aspek
dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan individu maka semakin tinggi tingkat
kepuasan yang dirasakan demikian pula sebaliknya. Kepuasan kerja dipengaruhi oleh
karakteristik lingkungan kerja, karakteristik pekerjaan, dan karakteristik pekerja.
Semakin tua usia karyawan maka lebih cenderung merasa puas karena semakin tinggi
jenjang pekerjaan karyawan.
Kepuasan merupakan suatu konsep yang multifacet (banyak dimensi). Suatu
kesimpulan menyeluruh tentang kepuasan hanya akan menyembunyikan
pertimbangan subjektif dari pegawai mengenai kepuasan sehubungan dengan gaji,
keselamatan kerja, supervise, relasi-relasi antarperorangan dalam kerja, peluang-
peluang di masa yang akan datang, dan pekerjaan itu sendiri (Gomes, 1995).
Kepuasan kerja mempunyai konsekuensi langsung maupun tidak langsung
terhadap efektivitas kerja organisasi. Kepuasan kerja karyawan yang rendah menjadi
penyebab menurunnya kondisi kerja, kinerja dan kualitas produksi dalam
berorganisasi (Gomes, 1995).
Menurut Strauss dan Sayles, kepuasan kerja penting untuk aktualisasi diri.
Karyawan yang tidak memperoleh kepuasan kerja tidak akan pernah mencapai
kematangan psikologis, dan pada gilirannya akan menjadi frustasi. Karyawan seperti
ini akan sering melamun, mempunyai semangat kerja rendah, cepat lelah dan bosan,
emosinya tidak stabil, sering absent dan melakukan kesibukan yang tidak ada
hubungannya dengan pekerjaan yang harus dilakukan. Sedangkan karyawan yang
mempunyai kepuasan kerja biasanya mempunyai catatan kehadiran dan perputaran
yang lebih baik, kurang aktif dalam kegiatan serikat karyawan dan kadang-kadang
berprestasi lebih baik daripada karyawan yang tidak memperoleh kepuasan kerja
(Handoko, 2001).
Gomes (1995) menyatakan kepuasan kerja dari pegawai itu sendiri mungkin
mempengaruhi kehadirannya pada kerja, dan keinginan untuk ganti pekerjaan juga
bisa mempengaruhi kesediaannya untuk bekerja. Kesediaan atau motivasi seorang
pegawai untuk bekerja biasanya ditunjukkan oleh aktivitas yang terus menerus dan
yang berorientasikan tujuan.
Faktor faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan dalam rangka
peningkatan kinerjanya adalah:
a. Faktor psikologik, merupakan faktor yang berhubungan dengan kejiwaan
karyawan yang meliputi minat, ketenteraman dalam kerja, sikap terhadap kerja,
bakat, dan keterampilan.
b. Faktor sosial, merupakan faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial baik
sesama karyawan, dengan atasannya, maupun karyawan yang berbeda jenis
pekerjaannya.
c. Faktor fisik, merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik
lingkungan kerja dan kondisi fisik karyawan, meliputi. Jenis pekerjaan,
pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat, perlengkapan kerja, keadaan
ruangan, suhu penerangan, pertukaran udara, kondisi kesehatan karyawan, umur,
dan sebagainya.
d. Faktor finansial, merupakan faktor yang berhubungan dengan jaminan serta
kesejahteraan karyawan yang meliputi sistem dan besarnya gaji, jaminan sosial,
macam-macam tunjangan, fasilitas yang diberikan, promosi, dan sebagainya.
Namun, upah atau gaji yang besar tidak selalu bisa menjamin kepuasaan kerja
karyawan. Mc. Closey (1974), menemukan bahwa intrinsik reawards seperti
achievement memiliki hubungan yang lebih kuat dengan kepuasan kerja daripada
faktor ekstrinsik seperti gaji.
Kajian Data
Berikut hasil wawancara secara mendalam kepada dua orang perawat yang bekerja di
Ruang Dahlia 3 :
Tabel 69. Hasil Wawancara Kepuasan Kerja Perawat di Dahlia 3
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Tanggal 28 Desember 30 Desember 2015
No Faktor kepuasan kesimpu
Psikologi Sosial Fisik Finansial lan
1 Perawat Hubungan dengan Perawat merasakan bahwa Perawat Puas
merasa rekan kerja, atasan, fasilitas di ruangan sudah merasa puas
senang dan dan tenaga memadai. terdapat alat dengan gaji
nyaman kesehatan lain tertentu yang biasanya yang diterima
bekerja di berlangsung baik. dipinjam dari ruangan lain dan dirasakan
Dahlia 3. Komunikasi karena banyaknya alat yang sesuai dengan
Beban kerja berjalan dengan dibutuhkan, misalnya big tingkat PK dan
agak berat baik. Jika ada valve mask untuk masa kerja,
setelah permasalahan membantu pernapasan. apalagi setelah
didelegasi langsung Fasilitas perawat seperti ada
menjadi dibicarakan dengan ruang istirahat, kamar remunerasi.
KaRu karena individu yang mandi cukup memadai.
perawat tetap berkaitan/ Namun, perawat
melakukan dibicarakan dalam menyatakan tidak nyaman
tugasnya pertemuan yang dengan kondisi ruangan
sebagai PN rutin diadakan kerja karena kurangnya
dan Clinical sebulan sekali di akses udara luar ke dalam
Instructur. ruangan. (Ruang Dahlia 3 adalah
ruangan air-bone disease)
2 Perawat Hubungan dengan Perawat merasakan bahwa Perawat Puas
merasa rekan kerja, atasan, fasilitas di ruangan sudah merasa puas
nyaman dan tenaga sangat memadai terutama dengan gaji
bekerja di kesehatan lain penyediaan standar APD yang diterima
Dahlia 3. berjalan dengan yang baik. Perawat juga dan dirasakan
Bahkan lebih sangat baik. Teman merasakan pembagian shift sesuai dengan
nyaman dari teman banyak sudah dirasakan merata. tingkat PK dan
tempat kerja yang lucu sehingga masa kerja.
yang dulu membuat suasana
kerja tidak
membosankan
Analisis Data
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa tingkat kepuasan kerja perawat di
Ruang Dahlia 3 termasuk dalam kategori memuaskan. Interaksi antar perawat maupun
pegawai lainnya sudah sangat baik dan berjalan lancar. Jika ada keluhan antar perawat
maupun pegawai lain didiskusikan secara individu/ pada pertemuan bangsal Dahlia 3 yang
dilaksanakan rutin sebulan sekali. Seluruh perawat yang diwawancarai mengatakan gaji yang
didapatkan telah sesuai dengan beban kerja yang dirasakan perawat serta merasa puas dengan
sistem penggajian tersebut. Secara umum, perawat puas dengan pekerjaan mereka.
BAB III
MASALAH DAN PERENCANAAN
A. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Unsur Input
B. Man
Kuantitas
Berdasarkan perhitungan dengan Gillies jumlah perawat yang dibutuhkan
adalah 7 orang perawat di ruang Dahlia 3. Menurut perhitungan Depkes
diperoleh hasil dibutuhkan 11 perawat. Sedangkan jumlah perawat yang ada
sebanyak 16 orang. Jumlah perawat yang ada di ruang Dahlia 3 menurut Gillies
dan menurut depkes sudahmencukupi.
Hal ini sesuai dengan wawancara yang dilakukan dengan kepala ruang.
Berdasarkan hasil wawancara kepada kepala ruang menyatakan bahwa jumlah
perawat yang bertugas di Dahlia 3 sudah sesuai dengan kebutuhan ruangan,
disebutkan juga bahwa masing-masing perawat telah memiliki tugas masing-
masing dan selalu berjalan dengan baik dikarenakan jumlah pasien yang tidak
pernah banyak.
Kualitas
Dari data diatastenagaperawatruangDahlia 3 RSUP Dr.
Sardjitoberdasarkantingkatpendidikansebagaiberikut, terdapat 14 orang (87,5%)
yangberpendidikan D3 keperawatan, 2 orang (6,25%) yang berpendidikan D4
keperawatandan1 orang (2,5%) dengantingkatpendidikan S1 keperawatan.
Dari kajian data diatasdapatdilihatbahwakualitastenagakeperawatan di
ruangDahlia 3berdasarkantingkatpendidikanbelumcukupmemadai,
dimanaterdapattenagaperawat yang berpendidikan S1 sebanyak1 orang, 7 orang
sebagai perawat AN, 2 orang sebagai PN, dan 5 orang sebagai PJTJ. Di Ruang
Dahli 3terdapat S1 keperawatandua orang yang saat ini menjabat sebagai kepala
ruang dan sebagai AN, dan D3 keperawatansebanyak 14 orang menjabat sebagai
PN 2 orang, 7 orang sebagai AN, 5 orang sebagai PJTJ.
Berdasarkan dokumentasi administrasi Ruang Dahlia 3, masih banyak perawat
yang belum mengikuti pelatihan 5 dasar wajib, namun setelah dikonfirmasi
dengan kepala ruang, hampir semua perawat yang bertugas di Ruang Dahlia 3
telah mengikuti pelatihan dasar (5 wajib) yang tanda pelatihan tersebut tidak
dalam bentuk sertifikat, melainkan seperti tanda pengenal yang digantung di
belakang identitas perawat. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang.
C. Money
Tidak ada masalah.
D. Material
Ruang Dahlia 3 sudah memiliki kelengkapan alat medis ataupun alat non
medis yang cukup, namun masih banyak yang perlu diperhatikan dengan
kesesuaian standar minimal alat non medis dan medis yang harus dimiliki di
ruangan, masih terdapat banyak inventaris yang tidak sesuai standar alat yang
seharusnya dimiliki ruangan. Ruangan ini sudah memiliki buku inventarisasi dan
selalu dilakukan pembaharuan secara berkala. Sudah terdapat lembar balik
informasi pasien baru dan pasien pulang namun belum diperbaharui, papan
struktur organisasi di Ruang Dahlia 3, menjadi salah satu masalah yang terjadi di
Ruang Dahlia 3 karena belum diperbaharui juga.
E. Machine
Berdasarkan data mesin yang dimiliki ruang Dahlia 3 RSUP Dr. Sardjito,
ruangan ini sudah memiliki mesin yang sesuai standar minimal RSUP Dr.
Sardjito. Saat dilakukan wawancara dan observasi, pemeliharaan dan pengecekan
mesin di ruangan ini juga kurang baik dan tidak dilakukan setiap hari untuk
memastikan apakah mesin masih berfungsi dengan baik atau tidak. Pada ruangan
tidak terdapat mesin EKG, dikarenakan dipinjam oelh ruangan yang lainnya.
F. Methode
Ruang Dahlia 3 sudah memiliki Standar Asuhan Keperawatan (SAK) dan
Standar Prosedur Operasional (SPO) di ruangan ini mengacu pada Standar
Asuhan Keperawatan (SAK) dan Standar Prosedur Operasional (SPO) Penyakit
Dalam RSUP Dr. Sardjito. SPO dan SAK yang tersedia yaitu SPO 2014 dan
SAK penyakit dalam tahun 2011. SPO dan SAK yang ada di Dahlia 3 telah
disesuaikan dengan keadaan di Dahlia 3 yang memiliki pasien dengan masalah
air borne disease.
2. Unsur Proses
a. Proses asuhan keperawatan
1) Instrumen A Standar Asuhan Keperawatan
Persentase proses asuhan keperawatan di Ruang Dahlia 3 sebesar 98%.Proses
asuhan keperawatan menunjukkan persentasesangat baik, namun perlu ada usaha untuk
meningkatkan dan mempertahankan capaian tersebutKelengkapan dokumen yang
adaakan mempermudah proses asuhan keperawatan yang dilakukan, sehingga proses
asuhankeperawatandapatdilaksanakansecaramaksimal.
2) Masalah instrumen C
Penilaian observasi pelaksanaan tindakan keperawatan di Ruang Dahlia 3
adalah 97,17%yang menunjukkan hasil yang sangatbaik.
Pelaksanaantindakankeperawatanperludilakukanpeningkatan agar
dapatdilaksanakansecaramaksimal.Salah satutindakankeperawatan yang
perluditingkatkankembaliadalahmelakukan cuci tangan menggunakan sabun dan
air mengalir sebelum menggunakan APD.Hasilobservasimenemukan tidak semua
perawat melakukantindakantersebut.
3) Kewaspadaan Standar
Kepatuhan petugas dalam hand hygiene keseluruhan rata-rata tergolong
dalam kategori cukup (77,25%). Kepatuhan petugas untuk melaksanakan cuci tangan
menunjukkan kesadaran petugas akan bahaya infeksi. Pada item hasil Audit
Kepatuhan PPI didapatkanperawatmemakaiseragam dinas yang sesuaibeserta ID
card, perawattidakmemakai aksesoris saat tindakan, penggantian linen yang
dilakukan 2 harisekaliatauketika linen kotor. Kewaspadaan standar dalam merawat
pasien dengan tujuan mencegah dan memutus rantai infeksi berjalan cukupbaik.
4) Keselamatan Pasien
Dari hasil pengamatan dari tanggal 28-30 Desember 2015 dengan
menggunakan indikator International Patient Safety Goals (IPSG) menunjukan
pelaksanaan IPSG di Dahlia 3mencapai persentase 95,8%. Hal ini berarti baik
dalam pelaksanakan tujuan keselamatan pasien. Kekurangannya hanya terletak
pada saat penerimaan perintah lengkap, lisan maupun via telpon, atau hasil tes,
petugas tidak langsung menuliskannya kedalam kertas dan baru
didokumentasikan saat pembuatan evaluasi.
5) Komunikasi Terapeutik
Hasil observasi pelaksanaan Komunikasi Terapeutik di DAHLIA 3 RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta termasuk dalam kategori cukup (77,8%). Beberapa item yang
perlu mendapat perhatian pada tahap orientasi, yaitu melakukan validasi,
memperkenalkan nama perawat, menanyakan nama panggilan pasien,
menjelaskan tanggung jawab dan peran perawat, waktu untuk kegiatan dan
kerahasiaan. Tahap orientasi sangat penting terutama untuk membangun hubungan
yang saling percaya terlebih dahulu dengan pasiennya. Adapun item komunikasi
terapeutik yang lain yang masih perlu diperbaiki adalah pada tahapan kerja yaitu
item memberikan kesempatan kepada klien untuk bertanya, memberikan
reinforcement positif dan merencanakan tindak lanjut
B. PRIORITAS MASALAH
Prioritas masalah dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 73. Prioritas Masalah Ruang Dahlia 3
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Desember 2015
Besar Ketersediaan
No Masalah Biaya Kesulitan Dampak Total
Masalah Fasilitas
UNSUR INPUT
1 Belum 5 4 3 3 5 20
terbaharuinya
bagan struktur
organisasi Dahlia
Besar Ketersediaan
No Masalah Biaya Kesulitan Dampak Total
Masalah Fasilitas
3
2 Belum 5 4 3 2 5 19
terbaharuinya
buku lembar balik
informasi pasien
baru dan pasien
pulang
No Masalah Besar Biaya Kesulitan Ketersediaan Dampak Total
Masalah Fasilitas
UNSUR PROSES
1. Belum optimalnya
Pasien Safety
seperti
penggunaangelan
3 5 5 5 1 19
gbagisemuapasien
danpencatatan
jam
pemberianinfus
2 Belum optimalnya
komunikasi
2 5 5 5 3 20
terapeutik oleh
tenaga kesehatan
3. Belum optimalnya
penerapan metode
primer modifikasi
seperti operan
jaga, meeting 3 5 4 5 3 20
morning, pre
conference kurang
sesuai dengan
prosedur
4. Belum
dilakukannya
3 5 3 4 4 19
kembali audit
keperawatan
5. Belum 3 3 3 4 3 16
dilaksanakannya
Besar Ketersediaan
No Masalah Biaya Kesulitan Dampak Total
Masalah Fasilitas
bimbingan PKK
sesuai dengan
teori dan rutin
antara lain belum
dilaksanakannya
pretest dan
posttest, bedside
teaching. Belum
optimalnya mutu
bimbingan PKK
dan tidak ada
bukti bimbingan
PKK
6. Belum optimalnya
pemberian
orientasidaninfor
4 2 4 3 4 17
masi pasien baru
sertadischarge
planning
UNSUR OUTPUT
1 Belum 3 3 3 4 3 16
dilaksanakannya
bimbingan PKK
sesuai dengan
teori dan rutin
antara lain tidak
terdapatnya
rekapan buku
hasil bimbingan,
belum
dilaksanakannya
pretest dan
posttest, belum
optimalnya
pelaksanaan post
Besar Ketersediaan
No Masalah Biaya Kesulitan Dampak Total
Masalah Fasilitas
conference,
bedside teaching,
dan tidak
dilakukannya
ronde
keperawatan. Dan
belum optimalnya
mutu bimbingan
PKK
Keterangan:
1. Besar masalah
1 = masalah sangat kecil
2 = masalah kecil
3 = masalah sedang
4 = masalah besar
5 = masalah sangat besar
2. Biaya
1 = biaya sangat mahal
2 = biaya mahal
3 = biaya sedang
4 = biaya murah
5 = biaya sangat murah
3. Tingkat kesulitan
1 = sangat sulit
2 = sulit
3 = sedang
4 = mudah
5 = sangat mudah
4. Ketersediaan fasilitas
1 = fasilitas sangat sulit didapat
2 = fasilitas sulit didapat
3 = fasilitas didapat
4 = fasilitas mudah didapat
5 = fasilitas sangat mudah didapat
5. Dampak
1 = dampak sangat sedikit
2 = dampak sedikit
3 = dampak sedang
4 = dampak banyak
5 = dampak sangat banyak
4. PLANNING OF ACTION
Sasaran/ Waktupelak
No Masalah Pokokkegiatan Uraiankegiatan Target Yang terlibat PJ
Tujuan sanaan
INPUT
Sasaran/ Waktu
No Masalah Pokok kegiatan Uraian kegiatan Target Yang terlibat PJ
Tujuan pelaksanaan
PROSES
c. mencari literature
d. melakukan
konsultasi dengan
PN dan KaRu
e. menyosialisasikan
komunikasi
terapeutik bersama
KaRu dan PN
3 Belum Sosialisasi materi Koordinasi dengan Perawat yang Pelaksanaan Kepala Ruang 4-8 Januari
Sasaran/ Waktu
No Masalah Pokok kegiatan Uraian kegiatan Target Yang terlibat PJ
Tujuan pelaksanaan
optimalnya IPSG pada KaRu, PN, dan AN ada diruangan IPSG 2016
Pasien Safety perawat Ruang mencapai 95%
seperti Dahlia Primary nurse
penggunaangela
ngbagisemuapas
iendanpencatata Assosiate nurse
n jam
pemberianinfus
5 Belum Pengadaan alat a. melakukan Tercatat sebagai Terdapat Kepala Ruang 4-8 Januari
optimalnya bantu koordinasi dengan inventaris (media media bantu dan perawat 2016
pemberian kepala ruang atau informasi)
orientasidaninfo perawat lainnya
rmasi pasien b. menyiapkan materi
baru terkait pemberian
sertadischarge informasi pasien
planning baru
c. membuat media
bantu terkait
penerimaan dan
orientasi pasien baru
yang sesuai dan
dibutuhkan oleh
ruangan
6 Belum a. optimalisasi pre a. a. CI di ruang a.Pre dan post a. Ners muda 4-8
dilaksanakannya conference dan 1) Koordinasi dengan Dahlia conference b. CI Januari
bimbingan PKK dilakukannya karu dan CI 3melaksanak dilakukan 2016
sesuai dengan post conference 2) Membuat pedoman an pre dan setiap hari.
teori dan rutin b. optimalisasi pelaksanaan pre post b. Bed
antara lain bed side dan post conference conference side teaching
belum teaching 3) Sosialisasi b. CI di ruang dilakukan
dilaksanakannya c. pembuatan pedoman Melati 1 & 3 minimal 1
pretest dan buku pelaksanaan pre melaksanaka kali selama
posttest, bimbingan dan post conference n bed side periode
bedside PKK 4) Roleplay teaching mahasiswa
teaching. Belum d. menyiapkan pelaksanaan pre c. Terdapatnya praktek
optimalnya soal pretest dan dan post conference buku c. terdapat
mutu bimbingan post test 5) Mendampingi bimbingan buku
Sasaran/ Waktu
No Masalah Pokok kegiatan Uraian kegiatan Target Yang terlibat PJ
Tujuan pelaksanaan
c.
1)
Koordinasidengankarud
an CI
2)membuatbukubimbin
gan PKK
3)
sosialisasicarapengisian
bukubimbingan PKK.
d.
1)Koordinasidengan CI
2) menyiapkansoal pre
dan post test
3)koordinasipelaksanaa
n pretest dan post test
4) Evaluasi pelaksanaan
evaluasi kompetensi
mahasiswa:
Pre test
Post test
OUTPUT
c.
7) Koordinasi
dengan karu dan
CI
8) Membuat
pedoman
pelaksanaan bed
side teaching
9) Sosialisasi
pedoman
pelaksanaan bed
side teaching
10) Roleplay
pelaksanaan bed
side teaching
11) Mendampingi
pelaksanaan bed
side teaching
12) Merefleksi
pelaksanaan bed
side teaching
bersama karu dan
CI
d.
1) Koordinasi
dengan karu dan
Sasaran/ Waktu
No Masalah Pokok kegiatan Uraian kegiatan Target Yang terlibat PJ
Tujuan pelaksanaan
CI
2) Membuat buku
bimbingan PKK
3) Sosialisasi cara
pengisian buku
bimbingan PKK.
e.
1) Koordinasi
dengan CI dan
pembimbing
akademik
2) Menyiapkan soal
pre dan post test
3) Koordinasi
pelaksanaan
pretest dan post
test
4) Evaluasi
pelaksanaan
evaluasi
kompetensi
mahasiswa:
Pre test
Sasaran/ Waktu
No Masalah Pokok kegiatan Uraian kegiatan Target Yang terlibat PJ
Tujuan pelaksanaan
Post test
BAB IV
1. Pelaksanaan
a. Langkah-langkah Kegiatan
Tabel 75. Pembaharuan pedoman informasi pasien baru
No Kegiatan Pelaksana Sasaran Tujuan Waktu Tempat
A. PERSIAPAN
1 Koordinasi Ners Muda Karu, Menentukan 28-30 Ruang
dengan karu dokumen masalah Desemb DAHLIA 3
DAHLIA 3 terkait er 2015 RSUP Dr.
dan Bidang Sardjito
Keperawatan
serta PN
Dahlia 3
2 Presentasi Ners Muda Kepala Mempresentasika 31 Ruang
hasil Bidang n hasil pengkajian Desemb pertemuan
pengkajian Keperawatan, dan temuan er 2015 IRNA 1
Ketua komite masalah RSUP Dr.
keperawatan, Sardjito
PPI, ketua
KFK PD,
Karu, PN, AN
3 Koordinasi KaRu, PN, Materi-materi Mengklarifikasi 4-5 Ruang DAHLIA
dengan Ka Ru Ners Muda yang kebutuhan Januari 3
dan PN dan dibutuhkan ruangan akan 2016
melihat dalam pelaksanaan
kembali Pedoman pemberian
pelaksanaan pemberian informasi pasien
pemberian informasi baru
informasi pasien baru
pasien baru.
4 Mencari Ners Muda Materi-materi Mendapatkan 4-5 Ruang DAHLIA
literatur yang sumber yang Januari 3
dibutuhkan tepat dalam 2016
dalam menyusun isi
pembuatan media pemberian
Pedoman informasi pasien
pemberian baru
informasi
pasien baru
B. PELAKSANAAN
1 Membuat Ners Buku Adanya draft 7-9 Ruang
pedoman Muda, pedoman media pemberian Januari DAHLIA 3
informasi pasien KaRu, pemberian informasi pasien 2016
baru sesuai PN informasi baru
kebijakan terbaru pasien baru
berupa lembar
balik.
2 Konsultasi hasil Ners Kepala Mendiskusikan 7-9 Ruang
media pemberian Muda Ruang, PN, hasil pembuatan Januari DAHLIA 3
informasi pasien PJTJ, draft media 2016
baru Pembimbing pemberian
informasi pasien
baru
3. Revisi hasil Ners Media Tersedianya 11-12 Ruang
konsultasi Muda pemberian media yang Januari DAHLIA 3
pedoman informasi digunakan untuk 2016
pemberian pasien baru menyampaikan
informasi pasien informasi pasien
baru baru
4. Pembuatan media Ners Media Tersedia media 11-12 Ruang
informasi pasien Muda pemberian informasi pasien Januari DAHLIA 3
baru dalam bentuk informasi baru dalam 2016
lembar balik pasien baru bentuk lembar
berupa lembar balik
balik
5. Sosialisasi lembar Ners Karu, PN, AN Mengoptimalkan 14 Ruang
balik muda pelaksanaan Januari DAHLIA 3
pemberian 2016
informasi pasien
baru
C. EVALUASI
1 Evaluasi Ners Muda Karu, Ners Digunakannya 14 DAHLIA 3
penggunaan Muda pedoman Januari RSUP
pedoman informasi pasien 2016 Dr. Sardjito
informasi baru
pasien baru
2 Presentasi Ners Muda Kepala Mempresentasika Ruang
hasil Bidang n hasil pertemuan
implementasi Keperawatan, pelaksanaan Dahlia 2
Ketua komite RSUP
keperawatan, Dr. Sardjito
PPI, ketua
KFK PD,
Karu, PN, AN
b. Jadwal Kegiatan
Tabel 77. Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik dan Pembaharuan Pedoman
Informasi Pasien Baru
Keterangan :
X = perencanaan
= pelaksanaan
c. Anggaran Biaya
Tabel 78. Anggaran Biaya Upaya Optimalisasi Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik dan
Pembaharuan Pedoman Informasi Pasien Baru di Dahlia 3 RSUP DR Sardjito
2. Evaluasi
a. Ketentuan Evaluasi
Tabel 79. Evaluasi Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik di Ruang Dahlia 3 RSUP Dr. Sardjito
Tabel 80. Evaluasi Pedoman Informasi Pasien Baru di Ruang Dahlia 3 RSUP DR Sardjito
b. Hasil Evaluasi
5. Kesinambungan
Kepala ruang Dahlia 3 akan menerima hasil evaluasi pelaksanaan komunikasi
terapeutik dan lembar pedoman informasi pasien baru yang telah dibuat oleh ners muda
untuk dengan segera dapat digunakan dalam meningkatkan mutu pelayanan RS. Selain itu
ners muda memberikan softfile mengenai lembar pedoman informasi pasien baru sehingga
kedepannya dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam pembaharuan di ruang Dahlia 3.
6. Refleksi Kepemimpinan
Ners muda menggunakan gaya kepemimpinan demokratis dan dengan mengutamakan
kerjasama serta komunikasi dengan pihak terkait, utamanya dalam hal ini, kepala ruang,
PN, Bagian Keperawatan, perawat, dan teman sekelompok. Ners muda juga dituntut
untuk dapat membagi waktu dengan baik untuk menyelesaikan tugas yang telah menjadi
tanggung jawab. Selain menyelesaikan tugas individu, tiap ners muda juga harus
membantu pelaksanaan tugas kelompok serta tugas anggota lain, untuk saling
meringankan dan agar tujuan selesainya tugas dapat tercapai dengan baik dan optimal.
Dalam pelaksanaan pembaharuan lembar balik dan pelaksanaan komunikasi
terapeutik, ners muda menjadi penanggung jawab dan kemudian membagi tugas kepada
anggota lain untuk bersama-sama menyelesaikan tugas tersebut. Pembagian tugas
dilakukan agar penyelesaiannya lebih cepat dan efektif, untuk menambah kedekatan antar
anggota kelompok dan berbagi cerita mengenai kemajuan dan kondisi tugas yang
diserahkan kepada masing-masing anggota kelompok. Selebihnya tidak ada pembagian
tugas yang dilakukan oleh ners muda, karena tugas lain dinilai mampu untuk diselesaikan
secara mandiri. Ners muda juga mempertimbangkan adanya masukan, saran, ide dari
teman sekelompok dan dari pihak Kepala Ruang, PN, Bagian Keperawatan, dan perawat
untuk mengoptimalisasi upaya pelaksanaan yang telah dilakukan. Upaya kesinambungan
yang dilakukan, salah satunya dengan menjalin hubungan saling percaya dengan karyawan
Dahlia 3.
2. Jadwal Kegiatan
Jadwal kegiatan optimalisasi pelaksanaan MPM khususnya pelaksanaan meeting
morning, operan, pre-post conference, penerimaan dan orientasi pasien baru, serta observasi
pelaksanaan tugas KaRu, PN, dan AN dapat dijelaskan dengan tabel berikut:
Tabel 84. Jadwal Kegiatan Optimalisasi Pelaksanaan MPM
di Ruang Dahlia 3 IRNA I RSUP Dr. Sardjito Januari 2016
Pelaksanaan (4 13 Januari 2016)
No Kegiatan 1
4 5 6 7 8 9 11 13
2
PERSIAPAN
1 Konsultasi dengan pembimbing X X
akademik
2 Koordinasi dengan PN & KaRu X X X
Dahlia 3
3 Sosialisasi pelaksanaan MPM X
4 Menyiapkan instrumen terkait X
pelaksanaan MPM
Pelaksanaan (4 13 Januari 2016)
No Kegiatan 1
4 5 6 7 8 9 11 13
2
5 Menyiapkan role play pelaksanaan X
MPM (pre conference dan post
conference)
PELAKSANAAN
1 Pendampingan dan observasi X X X X
pelaksanaan operan jaga, meeting
morning, pre conference, post
conference di Dahlia 3
2 Observasi pelaksanaan tugas KaRu, X X X X
PN, AN di Dahlia 3
EVALUASI
1 Diskusi tentang pelaksanaan MPM X
operan jaga, meeting morning, pre
conference, post conference,
penerimaan dan orientasi pasien baru
di Ruang Dahlia 3
2 Evaluasi pelaksanaan MPM sebelum X
dan setelah pendampingan
Keterangan: X = rencana, =pelaksanaan
2. Evaluasi
b. Anggaran Kegiatan
Tabel 86. Anggaran biaya pelaksanaan MPM (Metode Primer Modifikasi)
c. Hasil evaluasi
Hasil evaluasi pelaksanaan MPM dilakukan dengan cara observasi langsung maupun
wawancara. Observasi pelaksanaan MPM dilakukan selama empat hari di Ruang Dahlia 3
dengan menggunakan instrumen pelaksanaan MPM. Observasi dilaksanakan pada tanggal 9
Januari 13 Januari 2016. Hasil evaluasi pelaksanaan MPM khususnya untuk pelaksanaan
meeting morning, operan, pre-post conference, penerimaan dan orientasi pasien baru, tugas
karu, tugas PN, tugas AN tersebut selanjutnya dibandingkan dengan data hasil pengkajian
tanggal 9-13 Januari 2016 yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:
E Dokumentasi
6. REFLEKSI KEPEMIMPINAN
Gaya kepemimpinan yang digunakan di Ruang Dahlia 3 menurut Gillies (1996) dalam
Nursalam (2015) berdasarkan kekuasaan dan wewenang adalah demokratis. Sedangkan
strategi yang digunakan saat melaksanakan kegiatan antara lain dengan diskusi,
komunikasi yang asertif, mencontohkan prosedur dan memberikan reinforcement kepada
perawat yang terlibat.
b. Jadwal Kegiatan
Jadwal kegiatan penyusunan pedoman dan pelaksanaan audit keperawatan pada
pasien penyakit Tuberkulosis Paru di Ruang Dahlia 3 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
Tabel 99. Time Line Kegiatan Penyusunan Pedoman dan Pelaksanaan Audit Keperawatan
Pada Pasien penyakit Tuberkulosis Paru di Ruang Dahlia 3
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
Kegiatan Tanggal Pelaksanaan
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Persiapan
A. Melakukan koordinasi X
B. Mencari literatur X
Pelaksanaan
A. Melakukan
penyusunan draft
instrumen audit X
keperawatan pada
pasien penyakit
Tuberkulosis Paru
B. Melakukan konsultasi
dengan Ka KFK
Penyakit Dalam,
KaRu, PN, AN Ruang
Dahlia 3 tentang
penyusunan instrumen X X
audit keperawatan
pada asuhan
keperawatan pasien
penyakit Tuberkulosis
Paru
C. Melakukan pendataan
populasi pasien
dengan penyakit
Tuberkulosis Paru dan X X
pemilihan 20 sampel
D. Melakukan perizinan
peminjaman RM X
pasien
E. Melakukan Audit
Keperawatan pada
asuhan keperawatan X
pasien penyakit
Tuberkulosis Paru
F. Melakukan
pembahasan dan X X X X X X
analisis data dari audit
keperawatan
Evaluasi
A. Melakukan evaluasi
dokumen instrumen
audit keperawatan
bersama Ka KFK
Penyakit Dalam, Ka X
Ru dan PN di Ruang
penyakit Tuberkulosis
Paru
B. Melakukan presentasi X
hasil
Keterangan: x = perencanaan, = pelaksanaan
c. Anggaran Biaya
Anggaran biaya penyusunan instrumen dan pelaksanaan audit keperawatan pada
asuhan keperawatan pasien penyakit Tuberkulosis Paru di Ruang Dahlia 3 RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 100. Anggaran Biaya Pelaksanaan Audit Keperawatan Pada Pasien
penyakit Tuberkulosis Paru Di Ruang Dahlia 3 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
No Kebutuhan Rencana biaya Realisasi biaya
1. Kertas dan print Rp 50.000 Rp 50.000
2. Penjilidan Rp 10.000 Rp 10.000
3. Penggandaan Rp 40.000 Rp 40.000
Jumlah Rp 100.000 Rp 100.000
2. Evaluasi
a. Ketentuan Evaluasi
Ketentuan evaluasi pelaksanaan audit keperawatan meliputi beberapa komponen
evaluasi yang dijelaskan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 101. Komponen Evaluasi Audit Keperawatan Pasien dengan penyakit
Tuberkulosis Paru di Dahlia 3 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
No Komponen Evaluasi Keterangan
1 Hal yang dievaluasi a. Instrumen audit keperawatan kasus intensif pada
pasien penyakit Tuberkulosis Paru
b. Pelaksanaan audit keperawatan pada pasien dengan
penyakit Tuberkulosis Paru di Dahlia 3 selama
periode 1 Januari 30 Desember 2015
c. Hasil audit keperawatan kasus intensif pada pasien
penyakit Tuberkulosis Paru
2 Siapa yang dievaluasi Dokumentasi keperawatan kasus intensif pada pasien
penyakit Tuberkulosis Paru di ruang Dahlia 3
3 Evaluator Ners muda, komite keperawatan, KFK Penyakit dalam,
kepala ruang Dahlia 3, Primary Nurse ruang dahlia 3,
Associate Nurse Dahlia 3.
4 Jumlah sampel 15 rekam medis pasien penyakit Tuberkulosis Paru di
ruang Dahlia 3 periode bulan Januari Desember 2015
5 Instrumen evaluasi Instrument penilaian audit keperawatan
6 Metode evaluasi Studi dokumentasi/retrospektif
7 Waktu evaluasi 6 Desember 2015
8 Tempat evaluasi Ruang ICM
9 Kriteria evaluasi 100% untuk penyusunan instrument audit keperawatan
pasien penyakit Tuberkulosis Paru di Dahlia 3 dan 100%
untuk pelaksanaan audit keperawatan
1 Pengkajian -
2 Diagnosa Keperawatan -
3 Intervensi Keperawatan -
4 Implementasi Keperawatan -
5 Evaluasi Keperawatan -
Total 5/5 x 100% = 100%
INSTRUMENT AUDIT KEPERAWATAN
1. Blangko Spesifikasi Audit Keperawatan
JUDUL : Penyakit Hirschprung TANGGAL : 06 Januari 2016
TUJUAN AUDIT :
KETERANGAN JUDUL AUDIT : KARTU PENDERITA KARTU INDEKS
Diagnosis pada waktu keluar RS
Persoalan atau kondisi
Prosedur pembedahan
Prosedur Khusus
Lain-lain
LUAS DAN JANGKA WAKTU PEMERIKSAAN DATA PENGENAL AUDIT
DATA PENGENAL PENDERITA
AUDIT
UMUR Jumlah kartu yang ada untuk judul audit selama : Audit pertama
Semua umur 6 bulan terakhir : Januari Juli 2015 Audit ulangan
Tidak termasuk pediatrika dibawah umur .... 12 bulan terakhir : Hanya audit medic
Tidak termasuk geriatri,diatas umur .... 18 bulan terakhir : Hanya audit keperawatan
Hanya antara 1 bulan - 18 thn 24 bulan terakhir : Audit gabungan
> 24 bulan terakhir:
JENIS KELAMIN Jumlah perawat yang tanggung jawabnya Dilaporkan kepada :
Laki-laki dan perempuan berhubungan dengan judul audit : 12 Orang Komite Keperawatan
Hanya laki-laki Jumlah kartu yang diperlukan : 13 Rekam Medik Bidang Pelayanan
Hanya perempuan Cara memilih kartu: acak Keperawatan
Dipilih sebab : Memenuhi kriteria penyakit hirschprung KFK Penyakit Dalam
PERTIMBANGAN KHUSUS, KETERANGAN LAIN YANG
MENYETUJUI PERENCANAAN & PEDOMAN AUDIT
PERLU DIPERHATIKAN DALAM AUDIT INI
Tim Audit Keperawatan
Penyamaan persepsi mengenai pengkodean 1 = sesuai standar, 2 Konsultan/ Ketua Komite Keperawatan
= perkecualian dan 3 = deviasi Konsultan/ Ketua KFK Penyakit Dalam
Anggota Audit
Tabel 103
Hasil Audit Keperawatan pada Rekam Keperawatan Pasien dengan penyakit Tuberkulosis Paru di Dahlia 3 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
PATOKAN
NO UNSUR-UNSUR 1 2 3 4 5 12 13
100% ATAU 0% 6 7 8 9 10 11
I PENGKAJIAN
1. Anamnesis
a. Identitas pasien 100% 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
b. Demam 100% 2 1 1 1 2 1 1 2 2 1 1 2 2
c. Batuk 100% 2 2 2 1 2 1 1 1 2 1 1 1 3
e. Anoreksia 100% 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 3 1
f. BB menurun 100% 1 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1
l. Alergi 100% 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1
Keluhan utama
a. Nafsu makan menurun 100% 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1
b. Batuk 100% 2 1 2 1 2 1 1 1 2 1 1 1 3
6. Pemeriksaan fisik
PATOKAN
NO UNSUR-UNSUR 1 2 3 4 5 12 13
100% ATAU 0% 6 7 8 9 10 11
a. Kepala: Konjungtiva 100%
2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Anemis 1 2
b. Leher: Pembesaran limpa 100%
1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1
nodi 1
c. Dada: Paru-paru: 100%
- Inspeksi: Adanya
ketinggalan gerak,
retraksi otot-otot
dinding dada
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
- Perkusi: Redup, 1
hipersonor atau timpani
- Auskultasi: Suara nafas
bronkheal, ronchi basah
kasar dan nyaring
7. Pengkajian sosial dan Psikologis
a. Kondisi Psikologis 100% 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
b. Riwayat gangguan jiwa 100% 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 3 1
c. Riwayat keluarga dengan 100% 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 3 1
gangguan jiwa
d. Prilaku 100% 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 3 3
e. Status pernikahan 100% 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1
f. Tinggal dengan keluarga 100% 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1
terdekat
g. Adanya curiga 100% 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1
penganiayaan/penelantaran
h. Kegiatan ibadah 100% 1 1 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1
i. Nilai nilai yang 100% 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1
bertentangan dengan
kebutuhan kesehatan
PATOKAN
NO UNSUR-UNSUR 1 2 3 4 5 12 13
100% ATAU 0% 6 7 8 9 10 11
8. Skrining Nutrisi
a. IMT 100% 1 1 1 1 1 1 1 1 3 2 1 3 3
b. Kehilangan berat badan 100% 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1
c. Asupan makan 100% 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
d. Menderita penyakit 100% 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
berat/tidak
9. Penilaian tingkat nyeri
a. Numerik pain rating scale 100% 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
a. Onset 100% 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
b. Provocation 100% 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
c. Quality 100% 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
d. Regio 100% 1 1 1 1 3 1 1 1 3 2 1 1 2
e. Radiation 100% 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
f. Severity 100% 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
g. Treatment 100% 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
h. Pengelolaan nyeri 100% 1 1 1 1 2 2 1 1 3 2 2 3 2
10. Pengkajian risiko dekubitus 100% 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
11. Discharge planing 100% 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
12. ADL 100% 1 1 1 1 3 1 1 3 1 1 1 1 3
13. Risiko jatuh 100% 1 1 1 1 3 1 1 3 1 3 1 1 1
14. Pemeriksaan Penunjang:
a. Pemeriksaan Radiologis 100% 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1
b. Pemeriksaan Laboratorium: 100% 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
- Darah: Leukosit normal atau
sedikit meningkat, Hb turun,
KED meningkat
- Sputum BTA
II DIAGNOSA KEPERAWATAN
PATOKAN
NO UNSUR-UNSUR 1 2 3 4 5 12 13
100% ATAU 0% 6 7 8 9 10 11
1 (00031) Bersihan jalan nafas 100% 3 2 2 1 2 1 3 1 2 2 2 3 1
tidak efektif
2 (00030) Gangguan pertukaran 100% 1 2 2 1 2 2 2 3 2 2 2 3 3
gas
3 (00002) Ketidakseimbangan 100% 3 3 3 2 2 3 3 3 3 1 1 3 2
nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh
4 (00004) Resiko infeksi 100% 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
5 (00126) Kurang Pengetahuan 100% 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 3 3
6 (00078) Ketidakefektifan 100% 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 3
manajemen kesehatan diri
7 (00099) Ketidakefektifan 100% 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 3
pemeliharaan kesehatan
8 (00079) Ketidakpatuhan 100% 2 2 2 2 3 3 2 3 3 2 2 2 2
9 (00108) Defisit Perawatan Diri: 100% 3 2 2 2 3 3 3 2 3 2 2 2 2
Mandi
10 (00109) Defisit perawatan Diri: 100% 3 2 2 2 3 3 3 2 3 2 2 2 2
Berpakaian
11 (00102) Defisit Perawatan Diri: 100% 3 2 2 2 3 3 3 2 3 2 2 3 2
Makan
12 (00110) Defisit Perawatan Diri: 100% 3 2 2 2 3 3 3 2 3 2 2 2 2
Eliminasi
III PERENCANAAN
KEPERAWATAN
1 (00031) Bersihan jalan nafas 100% 1 2 2 1 2 1 3 1 2
tidak efektif
NIC:
Airway Management
Airway Suction 100% 1 2 1 1 2 1 1 1 2
100% 1 2 1 1 2 1 1 1 2
2 (00030) Gangguan pertukaran 100% 1 2 2 1 2 2 3 3 2 2 2 3 3
gas
NIC:
Manajemen jalan nafas
Manajemen Asam Basa 100% 1 2 2 1 2 2 1 1 2 1 2 3 1
100% 1 2 2 1 2 2 1 1 2 1 2 3 3
NOC :
PATOKAN
NO UNSUR-UNSUR 1 2 3 4 5 12 13
100% ATAU 0% 6 7 8 9 10 11
Health Promotion Behavior 100% 3 2 2 2 3 3 2 2 2
Airway Management 1 2 1 1 3 3 1 1 2 1 1 3 3
a. Buka jalan nafas, gunakan teknik
chin lift atau jaw thrust bila perlu
posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
b. Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas 100%
buatan
c. Lakukan fisioterapi dada jika
perlu
d. Keluarkan sekret dengan batuk
atau suction
e. Auskultasi suara nafas, catat
adanya suara tambahan
f. Lakukan suction pada mayo
g. Berikan bronkodilator bila perlu
h. Berikan pelembab udara
i. Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan
j. Monitor respirasi dan status O2
Airway Suction 1 1 1 1 3 3 3 2 2 2 2 3 2
a. Pastikan kebutuhan oral/trakeal
100%
suction
b. Auskultasi suara nafas sebelum
dan sesudah suctioning
c. Informasikan kepada klien dan
UNSUR UNSUR PATOKAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Tabel 106. Hasil Audit Keperawatan Discharge Planning Keperawatan pada Rekam Keperawatan Pasien dengan Penyakit Tuberkulosis Paru di Dahlia 3 RSUP
Dr. Sardjito Yogyakarta
Tabel 109
Pendokumentasian Diagnosa Keperawatan pada Pasien penyakit Tuberkulosis
Paru di ruang Dahlia 3 RSUP Dr. Sardjito
Implementasi
Pada implementasi yang dinilai adalah apakah implementasi tersebut diisi
sesuai dengan diagnosa dan pedoman yang ada atau tidak, diimplementasi tidak
ditemukan penyimpangan karena implementasi dikerjakan sesuai diagnosa dan
intervensi.
Evaluasi
Pada evaluasi komponen dinilai melalui S, O, A, dan P dimana SOAP ini juga
disesuaikan dengan diagnosa keperawatan yang muncul. Apabila suatu diagnosa
muncul tetapi pada SOAP tidak, maka akan disebut penyimpangan. Saat dilakukan
audit pada evaluasi didapatkan hasil bahwa penulisannya secara umum sudah baik,
karena pencatatan pada SOAP sesuai dengan diagnosa keperawatan.
Discharge Planning
Perencanaan pasien yang akan pulang dapat menentukan perawatan klien
sewaktu di rumah oleh diri klien sendiri ataupun keluarga, sehingga pengobatan di
rumah dipengaruhi oleh pengetahuan yang diperoleh mengenai penyakit yang diderita
klien tersebut. Pada 13 RM yang akan dilakukan audit, discharge planning sudah
dilaksanakan, namun belum ada format discharge planning secara khusus untuk
pasien dengan tuberkulosis.
4. FAKTOR KENDALA DAN PENDUKUNG
a. Faktor Kendala
1) Kesulitan/membutuhkan waktu yang cukup lama dalam mendapatkan pedoman
penilaian Audit Keperawatan.
b. Faktor Pendukung
1) Adanya dukungan, bimbingan dan motivasi dari Komite Keperawatan, Ketua
KFK Penyakit Dalam, Kepala Ruang Dahlia 3, PN dan AN Ruang Dahlia 3.
2) Adanya beberapa literatur mengenai Audit Keperawatan.
3) Adanya sumber-sumber pustaka mengenai Tuberkulosis Paru.
4) Adanya dukungan dan kerjasama dari rekan-rekan kelompok stase
manejemen.
5. KESINAMBUNGAN
Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan agar terjadi kesinambungan
sehingga hasil audit keperawatan pasien dnegan DSS yang akan datang terlaksana lebih
baik, yaitu:
a. Ketua Komite Keperawatan dan jajarannya bersama Ketua
KFK Penyakit Dalam melakukan forum seminar tentang draft instrumen Audit
Keperawatan pasien dengan Tuberkulosis Paru sehingga bisa dilakukan evaluasi
terhadap penyusunan instrument audit keperawatan, dan selanjutnya dapat digunakan
untuk menilai asuhan keperawatan seluruh pasien dengan Tuberkulosis Paru pada
rekam keperawatan rawat di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
b. Komite Keperawatan, Ketua KFK Penyakit Dalam perlu
melakukan evaluasi terhadap diagnosa tambahan yang sering muncul pada pasien
dengan Tuberkulosis Paru dari hasil Audit Keperawatan pada RM untuk menilai
kesesuaian asuhan keperawatan dengan SAK Perlu dilakukan penambahan kolom
untuk discharge planing khusus untuk penyakit Tuberkulosis, sehingga dapat
dilakukan discharge planning khusus untuk penyakit tuberkulosis.
c. Kepala Ruang bersama perawat Ruang harus mempunyai
komitmen bersama antara pihak-pihak terkait yang terlibat dalam audit keperawatan
sehingga audit dapat terus dilaksanakan dan ditingkatakan di masa yang akan datang
6. REFLEKSI KEPEMIMPINAN
Gaya kepemimpinan yang digunakan dalam stase managemen di Dahlia 3 ini adalah
demokratis yaitu semua anggota kelompok memiliki porsi yang sama dalam menentukan
keputusan, jadi tidak hanya terfokus pada ketua kelompok. Selain itu apabila terdapat
masalah program kerja dari masing-masing individu, maka diputuskan secara
bermusyawarah. Ketua bersifat memoderatori dan menyimpulkan hasil kesepakatan
kelompok
a. Pelaksanaan
a. Langkah langkah kegiatan
Berdasarkan permasalahan yang telah ditemukan maka akan dilakukan upaya untuk
menyusun draft PPKK.
Tabel 110. Langkah langkah kegiatan penyusunan PPKK
b. Jadwal Kegiatan
Tabel 111. Jadwal Kegiatan Penyusunan Draft PPKK
Di Dahlia 3 RSUP DR Sardjito
No Kegiatan 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A PERSIAPAN
1 Mengumpulkan data
2 Mengkaji isi
3 Mengkaji susunan
4 Melakukan koordinasi
5 Mencari literature
B PELAKSANAAN
4 Merevisi draft
C EVALUASI
2 Penyerahan draft
3 Evaluasi penyusunan
c. Anggaran Biaya
Tabel 112. Anggaran Biaya Penyusunan Draft PPKK
Di Dahlia 3 RSUP DR Sardjito
2. Hasil (Terlampir)
3. Faktor Pendukung dan Kendala
a. Faktor pendukung
a. Adanya SAK yang telah direvisi tahun 2011
b. Adanya dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak seperti Kepala ruang, PN,
KFK Penyakit Dalam di RSUP DR Sardjito
c. Adanya dukungan dan bimbingan dari pembimbing akademik stase manajemen
keperawatan
d. Tersedianya literature terkait kasus yang diambil dalam penyusunan PPKK
b. Faktor kendala
Penyusunan pedoman praktik klinik keperawatan membutuhkan studi literatur
dan pencarian referensi khusus untuk mendapatkan literatur yang sesuai dan terbaru
supaya rencana asuhan keperawatan dapat dibuat dengan tepat dan aplikatif. Adopsi
NIC yang tidak sepenuhnya dapat dilakukan di Indonesia dan Rumah Sakit juga
bahasa yang masih baku dan sukar dipahami, serta belum adanya bahasa standar dari
NANDA, NOC, dan NIC dalam bahasa indonesia.
Di RSUP Dr Sardjito sekarang sudah menggunakan catatan terintegrasi oleh
tenaga medis yang merawat pasien untuk memenuhi kebutuhan pasien, sehingga
dalam penyusunan PPKK dan CP pun harus berdiskusi dengan tenaga medis yang
terlibat dalam pemenuhan kebutuhan pasien, namun hal tersebut masih terkendala
oleh waktu.
4. Kesinambungan
KFK Penyakit Dalam akan menjadikan PPKK sebagai salah satu acuan yang
akan digunakan dalam merevisi SAK, serta KFK Penyakit Dalam akan
menindaklanjuti draft PPKK dan CP yang sudah dibuat oleh ners muda dengan
mengajukan kepada komite dan bidang keperawatan RSUP Dr. Sardjito. Selanjutnya,
menjadi PPKK yang sah dan ditandatangani oleh direktur RSUP Dr. Sardjito.
E. Upaya Pelaksanaan dan Evaluasi Diskusi Refleksi Kasus Perawatan Luka Modern
Dressing Pada Ulkus Diabetikum
1. Pelaksanaan
a. Langkah-langkah Kegiatan
Tabel 113. Langkah-langkah Kegiatan Upaya Pelaksanaan dan Evaluasi Diskusi Refleksi
Kasus Perawatan LukaModern Dressing Pada Ulkus Diabetikum
B. Pelaksanaan
5. Melaksanakan PN dan KaRu, PN, Diskusi refleksi 8 Ruang
diskusi refleksi Ners dan AN kasus (DRK) Januari Dahlia 3
kasus Muda Dahlia 3 dapat 2016 RSUP Dr.
dilaksanakan Sardjito
sesuai protap
C Evaluasi
6. Evaluasi Ners KaRu, PN dan Terlaksananya 11 Ruang
pelaksanaan muda dan AN Dahlia 3 diskusi refleksi Januari Dahlia 3
diskusi refleksi KaRu RSUP Dr. kasus sesuai 2016 RSUP Dr.
Dahlia 3 Sardjito protap, Sardjito
kasus
RSUP Dr. antusiasme
Sardjito peserta dan
kehadiran
b. Jadwal Kegiatan
Tabel 114. Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Diskusi Refleksi Kasus di Ruang Dahlia 3 IRNA I RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta 2- 11 Januari 2016
No Kegiatan Tanggal 2-13 Januari 2016
A. Persiapan 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
B. Pelaksanaan
4 Melaksanakan diskusi X
refleksi kasus dengan
tema: Perawatan ulkus
diabetic dengan modern
dressing
C. Evaluasi
5 Evaluasi pelaksanaan X
DRK
Keterangan :
X : Perencanaan : Pelaksanaan
c. Anggaran Biaya
Tabel 115. Anggaran Biaya Pelaksanaan Kegiatan Diskusi Refleksi Kasus di Ruang
Dahlia 3 IRNA I RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta 2-11 Januari 2016
2.Evaluasi
a. Ketentuan Evaluasi
Tabel 116. Ketentuan Evaluasi Kegiatan Diskusi Refleksi Kasus di Ruang Dahlia 3 IRNA I RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta 8 Januari 2016
Tabel 117. Istrumen Observasi Penilaian Pelaksanaan Diskusi Refleksi Kasus Ruang
Dahlia 3 IRNA I RSUP Dr. Sardjito 8 Januari 2016
Petunjuk pengisian: berikan tanda () untuk jawaan ya dan (0) untuk jawaban tidak
Hasil Pelaksanaan
Keterangan
intervensi intervensi
1 A. Persiapan
1. Alat tulis 0
2. Menentukan penyaji 0
(perawat/tenaga kesehatan lain)
3. Laporan kasus yang akan 0
didiskusikan
4. Menentukan fasilitator 0
Hasil Pelaksanaan
Keterangan
intervensi intervensi
5. Mengundang peserta 0
2 B. Pelaksanaan
3 C. Evaluasi
intervensi intervensi
Kegiatan diskusi diawali dengan diskusi kasus dan pengalaman menarik terkait
dengan materi yang telah disepakati bersama. Pada saat pelaksanaan kegiatan diskusi
seluruh peserta terlihat antusias dan memperhatikan materi yang sedang dibahas. Proses
diskusi berjalan dengan lancar dan menarik. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan
didapatkan hasil bahwa pencapaian kegiatan diskusi refleksi kasus adalah 94,7%. Artinya
kegiatan diskusi refleksi kasus yang dilaksanakan tercapai dengan baik. Peserta diskusi
terlihat antusias dan hampir semua peserta secara aktif mengajukan pertanyaan kepada
penyaji. Pada akhir kegiatan fasilitator menyimpulkan hasil kegiatan diskusi refleksi kasus
yang telah dilaksanakan. Kepala Ruang dan perawat juga membuat kesepakatan untuk
melaksanakan DRK secara teratur dan sesuai protab.
4. Faktor Pendukung
Faktor pendukung dalam kegiatan meliputi:
1. Adanya dukungan dari kepala ruang, PN, dan AN untuk pelaksanaan kegiatan
tersebut.
2. Adanya bantuan dari perawat Ruang Dahlia 3 dalam pemilihan materi kasus yang
akan dibahas dalam kegiatan DRK
3. Ketersediaan tempat dan fasilitas yang mendukung untuk pelaksanaan kegiatan DRK
4. Adanya dukungan dari kepala ruang, serta PN dalam pemilihan tema, penyusunan
materi, dan penentuan media yang akan digunakan.
5. Perawat Dahlia 3 bersikap terbuka, bersedia menerima masukan, aktif memberikan
saran dan mau untuk berubah lebih baik
6. Antusiasme perawat Ruang Dahlia 3 yang tinggi dalam mempelajari dan menerapkan
suatu hal yang baru
5. Kendala
Selama melaksanakan kegiatan tidak ada kendala yang bermakna baik selama
perencanaan, pembuatan media, maupun saat sosialisasi.
6. Kesinambungan
Setelah ners muda melakukan upaya optimalisasi pelaksanaan DRK pada
perawat Ruang Dahlia 3 pada tanggal 8 Januari 2016 di Ruang Dahlia 3 RSUP DR.
Sardjito, diharapkan:
Pelak Waktu
No Kegiatan Sasaran Tujuan Tempat
sana
Persiapan
3. Studi literatur tentang Ners Materi yang Memperoleh materi yang 5 Jan Perpusta
bimbingan PKK dengan Muda dibutuhkan digunakan untuk 2016 kaan,
metode pre conference, dalam menyusun buku buku
post conference, bedside penyusunan pedoman bimbingan standar
teaching, serta ronde pedoman PKK bimbing
keperawatan. bimbingan an PKK
PKK RSUP
dr
Sardjito
Pelaksanaan
1. Menyempurnakan buku Ners Pembimbing Menyediakan sarana 5-9 Jan Dahlia 3
dokumentasi bimbingan Muda Klinik dan dokumentasi bimbingan 2016
PKK, pembuatan CI PKK, pedoman/ panduan
pedoman/panduan metode bimbingan PKK,
metode bimbingan PKK, instrument evaluasi
pembuatan instrumen persepsi peserta didik,
evaluasi persepsi peserta dan soal pre dan post test
didik, dan soal pre dan
post test
Evaluasi
1. a) Pembuatan buku Ners Pembimbing Menyediakan sarana 10-14 Dahlia 3
dokumentasi kegiatan Muda Klinik dokumentasi, pedoman Jan
PKK, pedoman bimbingan PKK, 2016
bimbingan PKK, evaluasi persepsi peserta
instrumen/kuesioner didik, soal pre dan post
persepsi peserta didik, test, serta
dan soal pre dan post mensosialisasikan
test sudah dilakukan pedoman bimbingan
dan disosialisasikan PKK dan
menginformasikan cara
pengisian buku
dokumentasi bimbingan
PKK, instrumen evaluasi
persepsi peserta didik,
dan soal pre dan post test
pada pembimbing klinik
b. Jadwal Kegiatan
Jadwal kegiatan optimalisasi pelaksanaan bimbingan praktek klinik keperawatan
(PKK) yang meliputi pengandaan dokumentasi bimbingan PKK, kegiatan pre-post
conference, bedside Teaching, dan pre post test dapat dijelaskan dengan Tabel berikut:
Tabel 120. Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Optimalisasi Bimbingan PKK
(Buku Dokumentasi Bimbingan PKK, Buku Pedoman Pelaksanaan Bimbingan PKK,
Evaluasi Persepsi Mahasiswa, Pre Test dan Post Test, Metode Bimbingan,)
di Ruang Dahlia 3 RSUP Dr. Sardjito
Januari 2016
No Kegiatan
4 5 6 7 8 9 11 12 13 14 15
1 Persiapan
A Konfirmasi dan koordinasi X X
dengan Karu dan CI
B Studi literatur tentang prosedur X
bimbingan PKK dengan metode
bedside teaching, ronde
keperawatan serta materi ronde
keperawatan, instrumen evaluasi
persepesi peserta didik, dan soal
pre dan post test
2 Pelaksanaan
A Menyusun buku panduan bedside X X X X X
teaching dan menyusun soal pre
dan post test, instrumen evaluasi
persepesi peserta didik, dan soal
pre dan post test
B Konsultasi panduan bimbingan X X X
PKK dan menyusun soal pre dan
post test, instrumen evaluasi
persepesi peserta didik, dan soal
dan koordinasi pelaksanaan
C Refreshing dan diskusi pedoman X
bed side teaching, ronde
keperawatan
D Memilih klien untuk praktek X
bedside teaching dan ronde
Keperawatan
E Role play oleh CI :
- Bedside teaching X
- Ronde keperawatan X
26
3 Evaluasi
Buku dokumentasi bimbingan X
Buku pedoman/panduan X
bimbingan PKK mahasiswa
Dahlia 3
- bedside teaching X
- ronde keperawatan X
Keterangan: X : rencana : pelaksanaan
c. Anggaran Biaya
Tabel 121. Anggaran Biaya Kegiatan Optimalisasi Bimbingan PKK
Anggaran
No Uraian Kegiatan
Rencana Realisasi
Sebelum Sesudah
No. Variabel yang Dinilai
Ya Tidak Ya Tidak
1. Judul Buku -
2. Nama Praktikan -
3. Instansi/PJ -
4. Stase -
5. Jadwal Kegiatan -
6. Paraf kehadiran -
7. Kegiatan Bimbingan -
8. Jumlah Mahasiswa -
9. Keterangan -
10 Kesan dan Saran -
Jumlah 5 5 10 -
Total 50% 50 100% 0
Sumber Data: Studi dokumentasi Ners Muda PSIK UGM Januari 2016
Tabel 124. Evaluasi Dokumentasi Kuesioner Persepsi Peserta Didik Terhadap Mutu
Bimbingan PKK
Di Ruang Dahlia 3 RSUP Dr Sardjito Januari 2016
2 Pembimbing mengingatkan
anda untuk mengisi daftar
hadir baik datang maupun
pulang
4 CI mengorientasikan anda
tentang tujuan praktek
mahasiswa
5 CI menyediakan waktu untuk
membimbing
7 Dilaksanakan pre-conference
untuk mahasiswa oleh
pembimbing klinik
8 Dilaksanakan post-conference
untuk mahasiswa oleh
pembimbing klinik
10 Pembimbing mempersiapkan
pasien yang akan Anda jadikan
objek pengalaman belajar
TOTAL 0 15 15
PERSENTASE 0% 100% 100%
Sumber: Data Observasi Ners Muda PSIK UGM Januari 2016
Tabel 125. Evaluasi Pelaksanaan Bimbingan PKK
Di Bangsal Dahlia 3 RSUP Dr. Sardjito
Persepsi mahasiswa terhadap mutu bimbingan klinik baik (76,8%). Hal tersebut
ditunjukkan dengan 100% mengungkapkan bahwa Ruang Dahlia 3 merupakan
bangsal tempat praktek yang sesuai untuk mencapai target kompetensi serta
mahasiswa terlibat dalam asuhan keperawatan. Data tentang bimbingan PKK yang
kurang baik pelaksanaannya menurut pandangan praktikan yaitu mempersiapkan
pasien untuk objek pengalaman belajar, pengarahan tentang Askep, contoh
pelaksanaan prosedur yang benar, bedside teaching, dikarenakan ruang Dahlia 3
merupakan bangsal airborne disease sehingga terbatas dalam pembimbingan langsung
ke pasien. Buku dokumentasi pelaksanaan bimbingan PKK belum tersedia di ruangan.
4. KENDALA
a. Beban kerja CI yang tinggi merupakan kendala yang ditemui selama proses.
Namun hal ini dapat ditangani dengan bantuan dan kerjasama dari CI dan Kepala
Ruang. Hal tersebut terlihat dari pencapaian tujuan sesuai degan target yang
ditetapkan.
b. Bangsal Dahlia 3 yang merupakan bangsal dengan airborne disease membuat
proses bimbingan klinik menjadi terbatas.
5. KESINAMBUNGAN
a. Pembimbing klinik hendaknya lebih mengintensifkan pelaksanaan pre post test,
pre dan post conference, dan bedside teaching kepada peserta didik di Bangsal
Dahlia 3 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta agar kualitas peserta didik dapat
meningkat.
b. Pelaksanaan bimbingan PKK hendaknya dapat selalu didokumentasikan secara
tertulis dan dilakukan tidak hanya oleh pembimbing klinik tetapi proses
bimbingan juga dapat dilakukan oleh setiap perawat Bangsal Dahlia 3 RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta yang memiliki kompetensi agar proses bimbingan PKK dapat
di evaluasi.
1. Pelaksanaan
a. Langkah-langkah Kegiatan
Tabel 126. Langkah Kegiatan Pembuatan Papan SOTK Terbaru di Ruang Dahlia 3 RSUP Dr. Sardjito
No Kegiatan Pelaksana Sasaran Tujuan Waktu Tempat
PERSIAPAN
1 Koordinasi Ners Muda Kepala Menentukan 4 Ruang
dengan Kepala Ruang, masalah, Januari Dahlia 3
Ruang Dahlia 3 Dokumen Mengkonfirmasi 2016 RSUP
terkait masalah yang telah Dr. Sardjito
disepakati dan
menetapkan
jadwal
pelaksanaan
2 Pencarian Ners Muda PJ SDM Mengkonfirmasi 4 Kantor
kebijakan dan Humas dan mengupdate Januari IRNA 1,
terbaru IRNA I ketentuan 2016 Ruang
mengenai RSUP Dr. pembuatan SOTK Dahlia 3
pembuatan Sardjito terbaru
SOTK
3 Pembuatan Ners Muda PJ SDM Terbuatnya papan 4 Kantor
papan struktur IRNA I SOTK terbaru Januari IRNA 1,
organisasi RSUP Dr. 2016 Ruang
terbaru Sardjito Dahlia 3
EVALUASI
1 Papan struktur Ners Muda Papan Struktur organisasi 15 Ruang
organisasi struktur terbaru tersusun Januari Dahlia 3
terbaru lengkap organisasi dengan dilengkapi 2016
dengan foto. foto
Sumber: studi dokumentasi dan diskusi dengan Kepala Ruang Dahlia 3
Tabel 127. Langkah Kegiatan Pembuatan Label Kotak Obat
Pada Pasien di Ruang Dahlia 3
RSUP DR. Sardjito Yogyakarta, 4 8 Januari 2016
No Kegiatan Pelaksana Sasaran Tujuan Waktu Tempat
PERSIAPAN
1 Koordinasi Ners Muda Karu, Menentukan 4 Jauari Ruang
dengan karu di dokumen masalah, 2016 Dahlia 3
Ruang Dahlia terkait Mengkonfirmasi RSUP
3 masalah yang telah Dr. Sardjito
disepakati dan
menetapkan
jadwal pelaksanaan
2 Pencarian Ners Muda Karu, dan Pembuatan label 4 Ruang
informasi perawat kotak obat beserta Januari Dahlia 3
terkait lembar persetujuan 2016 RSUP Dr.
pelabelan tindakan pada Sardjito
kotak obat pasien
3 Pembuatan Ners Muda Karu dan Terbuatnya label 5 Ruang
label kotak perawat kotak obat dan Januari Dahlia 3
obat lembar persetujuan 2016 RSUP Dr.
tindakan pada Sardjito
pasien
4 Konsultasi Ners Muda Karu dan Terbuatnya label 5 Ruang
pembuatan perawat kotak obat Januari Dahlia 3
label kotak 2016 RSUP Dr.
obat Sardjito
PELAKSANAAN
1 Penyusunan Ners Muda Label Tersusunnya soft 5 Ruang
label kotak kotak obat file label kotak Januari Dahlia 3
obat obat 2016 RSUP Dr.
Sardjito
2 Editing, Ners muda Label Label kotak obat 6-7 Ruang
pencetakan, dan kotak obat tertempel di kotak Januari Dahlia 3
dan percetakan obat pasien 2016 RSUP Dr.
menempelan Sardjito
label kotak
obat
EVALUASI
1 Penggunaan Ners muda Karu, Mempermuh 8 Ruang
label kotak dan perawat perawat, tenaga kesehatan Januari Dahlia 3
obat beserta dokter, dan (Karu, perawat, 2016 RSUP Dr.
lembar mahasiswa dokter, dan Sardjito
persetujuan praktikan mahasiswa
tindakan pada di Ruang praktikan) dalam
pasien Dahlia 3 pengambilan obat,
meminimalkan
kesalah
pengambilan obat,
dan mempercepat
pemberian
intervensi kepada
pasien
Sumber: studi dokumentasi dan diskusi dengan Kepala Ruang Dahlia 3
Tabel 128. Langkah Kegiatan Optimalisasi Pelaksanaan 9 Solusi Live Saving Patient Safety
di Ruang Dahlia 3 RSUP Dr. Sardjito 6-13 Januari 2016
No Kegiatan Pelaksana Sasaran Tujuan Waktu Tempat
A. PERSIAPAN
1. Koordinasi An-Ners Karu dan Upaya 6 Januari Ruang
dengan Karu PN optimalisasi 2016 Dahlia 3
dan PN Ruang pelaksanaan
Dahlia 3 patient safety
oleh An-Ners
terkoordinir
3. Diskusi tentang An-Ners PN Persamaan 7 Januari Ruang
intervensi yang persepsi 2016 Dahlia 3
akan dilakukan tentang
dengan Karu patient safety
dan PN
B. PELAKSANAAN
1. Melakukan An-Ners PN dan Memberikan 8 Januari Ruang
sosialisasi AN gambaran 2016 Dahlia 3
tentang patient pelaksanaan
safety patient safety
2. Pendampingan An-Ners PN dan Pelaksanaan 9-12 Ruang
pelaksaanan AN patient safety Januari Dahlia 3
patient safety dapat 2016
berjalan
secara
optimal
C. EVALUASI
1. Pelaksanaan An-Ners Karu, PN, Tercapainya 13 Ruang
patient safety dan AN kualitas Januari Dahlia 3
oleh perawat pelaksanaan 2016
bersama patient safety
mahasiswa An- 95%
Ners
Sumber: studi dokumentasi dan diskusi dengan Kepala Ruang Dahlia 3
b. Jadwal Kegiatan
Jadwal pelaksanaan kegiatan sesuai dengan perencaaan kegiatan yang dibuat
sebelumnya. Berikut jadwal pelaksanaan kegiatan pembuatan papan struktur organisasi
terbaru di Ruang Dahlia 3.
Tabel 129. Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Pembuatan
Papan Struktur Organisasi Terbaru di Ruang Dahlia 3
RSUP DR. Sardjito Yogyakarta, 4 15 Januari 2016
No Kegiatan Bulan
Desember 2015 Januari 2016
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Persiapan
- Koordinasi dengan karu x
untuk penentuan masalah
- Pencarian kebijakan x
terbaru mengenai
pembuatan SOTK
- Pembuatan papan struktur x
organisasi terbaru
- Pengumpulan data x
mengenai perawat dan
pramu husada
2 Pelaksanaan
- Penyusunan papan x
struktur organisasi terbaru
- Pengambilan foto x x x x
perawat dan pramu
husada
- Pembuatan struktur x x x x x X
organisasi sesuai SOTK
terbaru
3 Evaluasi
- Papan struktur organisasi x
terbaru lengkap dengan
foto.
Keterangan: x: direncanakan : dilakukan
Tabel 131. Jadwal Kegiatan Optimalisasi Pelaksanaan 9 Solusi Live Saving Patient Safety di
Ruang Dahlia 3 RSUP Dr. Sardjito 6-13 Januari 2016
2. Konsultasi x
3. Diskusi x
B. PELAKSANAAN
1. Sosialisasi x
2. Pendampingan x x x x
Pelaksanaan (Januari 2016)
No Kegiatan
6 7 8 9 10 11 12 13
C. EVALUASI
1. Pelaksanaan x
c. Anggaran Biaya
Tabel 132. Anggaran Biaya Pembuatan Papan Struktur
Organisasi Terbaru di Ruang Dahlia 3
No Kebutuhan Rencana biaya Realisasi biaya
1 Cetak banner papan struktur organisasi Rp 30.000,00 Rp 20.000,00
2 Cetak foto dan print Rp 15.000,00 Rp 11.000,00
3 Kertas bufalo, laminating, dan solasi Rp 35.000,00 Rp 26.000,00
bolak-balik
4 Pigura Rp 70.000,00 Rp 0,00
JUMLAH Rp 150.000,00 Rp 57.000,00
Tabel 134. Anggaran Biaya Pelaksanaan Patient Safety di Ruang Dahlia 3 RSUP Dr. Sardjito
Juli 2015
No Kebutuhan Rencana Biaya Realisasi Biaya
1. Print dan fotokopi Rp 10.000,00 Rp 5.000,00
Sumber: Data Primer, Januari 2016
2. Evaluasi
a. Ketentuan Evaluasi
Tabel 135. Ketentuan Evaluasi Kegiatan Pembuatan
Papan Struktur Organisasi Terbaru di Ruang Dahlia 3
RSUP DR. Sardjito Yogyakarta, 4 Januari 15 Januari 2016
No Komponen Evaluasi Terbentuknya Papan SOTK Terbaru
1. Hal yang dievaluasi Papan SOTK
2. Subyek evaluasi Ners Muda
3. Evaluator Kepala Ruang, Ners Muda
4. Sampel Papan SOTK
5 Metode evaluasi Observasi dengan menggunakan instrumen
6 Waktu evaluasi 15 Januari 2016
8 Tempat evaluasi Ruang Dahlia 3
9 Kriteria hasil 100% terlaksana
b. Hasil evaluasi
Tabel 138. Hasil Evaluasi Kegiatan Pembuatan
Papan Struktur Organisasi Terbaru di Ruang Dahlia 3
RSUP DR. Sardjito Yogyakarta, 4 15 Januari 2016
No Komponen Hasil Evaluasi
Sebelum Sesudah
1 Papan struktur
organisasi dan tata kerja
2 Foto dan identitas
3 Terteranya peran setiap
pegawai
4 Terdapatnya keterangan
bagan di papan struktur
organisasi dan tata kerja
5 Papan struktur
organisasi dan tata kerja
di pigura
Kesimpulan: Terlaksana 100%
Keterangan: -: Tidak ada : Ada
Tabel 139. Hasil Evaluasi Kegiatan Pembuatan Label Kotak Obat
di Ruang Dahlia 3 RSUP DR. Sardjito Yogyakarta, 4 8 Januari 2016
Pelaksanaan
No Kegiatan
Sebelum Sesudah
Ya Tidak Ya Tidak
1 Terdapatnya label kotak obat
2 Lengkapnya label kotak obat
3 Satu kotak obat terdapat minimal 2 identitas
pasien
4 Satu rak obat terdapat 1 kotak obat pasien
5 Kotak obat tersusun rapi saat pemberian label di
setiap rak obat
6 Keefektifan dalam menempelan label kotak
obat
5 1 6 0
Jumlah 5/6 x 100% = 6/6 x 100%=
83.33% 100%
Sumber: Hasil Observasi tanggal 08 Januari 2016
Tabel 140. Evaluasi Pelaksanaan 9 Solusi Life Saving Patient Safety di Ruang DAHLIA 3
RSUP DR. Sardjito Juli 2015
Sebelum Sesudah
No Komponen yang Dinilai
Ya Tidak Ya Tidak
1. Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan
mirip (Norum)
h. Perawat memberi obat sesuai dengan
prinsip 6 benar (obat, dosis, waktu,
tempat, orang, pendokumentasian).
i. Perawat melakukan
pendokumentasikan setelah memberi
obat di rekam catatan perkembangan.
Sebelum Sesudah
No Komponen yang Dinilai
Ya Tidak Ya Tidak
j. Obat disusun per pasien pada
tempatnya masing-masing
A. Kesimpulan
1. Pelaksanaan komunikasi terapeutik dan lembar pedoman informasi pasien baru yang
sesuai dengan standar dan kebijakan RSUP Dr. Sardjito dengan hasil pencapaian dari
50% menjadi 100% untuk lembar balik dan dari 77,8% menjadi 98% untuk
pelaksanaan komunikasi terapeutik.
2. Pelaksanaan MPKP dengan MPM meningkat sebesar 9.25% yaitu dari 87.41%
menjadi 96.66%. Maka dapat disimpulkan bahwa target pelaksanaan MPM sudah
mencapai target.
3. Menurut hasil evaluasi proses penyusunan instrumen audit keperawatan, akhirnya
dapat tersusun instrumen audit keperawatan pada pasien dengan Tuberkulosis Paru.
4. Hasil audit hasil keperawatan pada pasien Tuberkulosis Paru masih kurang baik
diagnosa, perencanaan, implementasi maupun evaluasi dan perlu dilakukan beberapa
perbaikan untuk mendapatkan hasil yang baik di audit keperawatan selanjutnya.
5. Tersusunnya 11 PPKK yaitu PPKK DM, PPKK Hipertensi, PPKK HIV/AIDS, PPKK
Anemia Aplastik, PPKK DHF, PPKK DIC, PPKK TB Paru, PPKK Pneumonia, PPKK
PPOK, PPKK SLE dan PPKK Infeksi Saluran Kemih dan Clinical Pathway Penyakit
TB paru.
6. Pelaksanaan diskusi refleksi kasus di Ruang Dahlia 3 IRNA I RSUP Dr. Sardjito
tercapai dengan hasil penilaian 94,7%.
7. Penyusunan buku dokumentasi bimbingan PKK, pembuatan soal pre post test
bimbingan PKK, dan penyusunan instrumen evaluasi persepsi peserta didik tercapai
dengan penilaian sebesar 100%.
8. Papan SOTK terbaru yang sesuai dengan standar dan kebijakan RSUP Dr. Sardjito
dengan hasil pencapaian pembuatan SOTK 100%, dan pelaksanaan pemberian label
pada kotak obat dari penilaian 83.3% menjadi 100%. Selain itu, pelaksanaan patient
safety secara statistic meunjukkan peningkatan yang sangat baik yaitu dari 88.37%
menjadi 95.35%
B. Saran
c. Perlu adanya sosialisasi terkait PPKK tersebut oleh KFK kepada ruang
perawatan yang memiliki pasien dengan kriteria tersebut.
3. Audit Keperawatan
4. Pelaksanaan MPM
DAFTAR PUSTAKA
Aditama., 2002. Manajemen Administrasi Rumah Sakit, Edisi kedua. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia (UI-Press).
Ali, Bumi Aksara., 2001. Standar Peralatan Keperawatan dan Kebidanan di Sarana
Kesehatan, Cetakan ke I. Jakarta: Direktorat Pe layanan Keperawatan Direktorat
Jendral Pelayanan Medik Depkes RI.
Bowersox Donald J., 2006. Manajemen Logistik Integrasi Sistem-sistem Manajemen
Distribusi Fisik dan Manajemen Material, alih bahasa Hasyim
Departemen Kesehatan R.I. 2003. Pedoman Kewaspadaan Universal di Pelayanan
Kesehatan. Jakarta.
DEPKES RI. 2002. Standar Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit. Dit Jen Yanmed, cetakan I.
DEPKES RI. Jakarta.
DEPKES RI. 2009. Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional. Direktorat Bina
Pelayanan Keperawatan DEPKES RI. Jakarta.
Dwiantara Lukas dan Sumarto Hadi Rumsari., 2005. Manajemen Logistik Pedoman Praktis
Bagi Sekretaris dan Staf Administrasi. Jakarta: Grasindo.
Gillies. 1994. Nursing Management, A System Approach, W.B. Saundrs, Philadelphia.
Hasanbasri, M. 2007. Diskusi refleksi kasus dalam implementasi pengembangan manajemen
kinerja : Studi kasus di RSUD Cirebon. Diakses pada tanggal 12 Januari 2016. Dapat
diakses di: http://etd.ugm.ac.id/index.php?
mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&act=view&typ=html&buku_id=34794
&obyek_id=4.
Hasanbasri, M. 2011. Dukungan Stakeholder Terhadap Pelaksanaan Diskusi Refleksi Kasus
di Rumah Sakit di. Diakses pada tanggal 12 Januari 2016 Dapat diakses di:
http://etd.ugm.ac.id/index.php?
mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&act=view&typ=html&buku_id=51987
&obyek_id=4
Hennesy, D. 2001. Handout Reflective Case Discussion. Yogyakarta: SPMKK
10. Rehabilitasi