Rumah sakit merupakan tempat dengan derajat kontaminasi yang cukup tinggi. Sumber
kontaminasi utama di rumah sakit umumnya adalah manusia berupa limbah dari proses
kehidupan seperti urine, tinja, semburan pernafasan, kelupasan kulit yang selalu diproduksi
dan disebarkan. Disinfeksi dan sterilisasi berikut menggunakan acuan Depkes RI ((tahun
2002).
Terhadap kontaminan pokok itu, individu sakit akan menambah residu dan sekresi yang
berasal dari jaringan yang sakit. Banyak kuman patogen yang berada dalam lingkungan
inanimate, seperti jamur dan kuman patogen gram negatif maupun gram positif yang terbawa
masuk ke dalam rumah sakit dan tersebar melalui kegiatan masyarakat di rumah sakit.
Kontaminasi dapat terjadi pada udara, peralatan, perlengkapan, personalia, air buangan dari
pasien, dan secara rinci kemungkinan terjadinya kontaminasi adalah sebagai berikut:
Udara : Udara kering sebetulnya bukan tempat yang baik untuk kehidupan mikroorganisme.
Berbeda halnya kalau ada uap air, udara dapat menjadi media penularan penyakit.
Air : Air dapat merupakan tempat pertumbuhan yang baik bagi mikroorganisme dan dapat
berfungsi sebagai media penularan penyakit.
Ruangan dan bangunan : Dinding, plafon, lantai, saluran pembuangan, pintu, jendela yang
tidak dibersihkan dan didesinfeksi mudah ditumbuhi jamur dan bakteri.
Perlengkapan atau peralatan : Hampir semua peralatan di rumah sakit dapat ditempati dan
ditumbuhi mikroorganisme. Jenis dan jumlah mikroorganisme yang tumbuh tergantung pada
sumber kontaminasi sebelumnya, kondisi nutrisi, dan temperatur lingkungan.
Personalia : Selama kegiatan di ruang aseptic bisa terjadi kontaminasi yang bersumber dari
kulit, tangan, rambut, dan pernafasan petugas. Jumlah mikroorganisme akan meningkat bila
terdapat luka- luka terbuka.
Pasien : Pasien yang telah terinfeksi merupakan sumber penularan bagi dirinya sendiri dari
bagian satu ke bagian lainnya dari tubuhnya atau kepada pasien lain.
Pencegahan dan mitigasi kontaminasi mikroorganisme
di rumah sakit umumnya dilakukan melalui dua tahapan
prosedur, berupa dekontaminasi dan diikuti dengan
desinfeksi atau sterilisasi tergantung pada tingkat bebas
kuman yang dikehendaki.
1. Permukaan alat- alat kesehatan, misalnya: tombol- tombol alat kesehatan, alat- alat
radiologi yang digunakan untuk arteriografi, alat- alat laboratorium yang digunakan
untuk fungsi vena. Permukaan alat- alat yang terkontaminasi dengan darah, produk
darah, atau cairan tubuh memerlukan proses desinfeksi tingkat menegah. Metode
desinfeksi yang digunakan adalah dengan cairan senyawa chlorin, alcohol,
glutaraldehid, hydrogen peroksida, formaldehid, senyawa phenol, dan yodium.
2. Permukaan alat- alat rumah tangga, misalnya: dinding, lantai, tempat cuci tangan,
permukaan meja. Kontaminasi dengan nanah, darah, produk darah, urine, cairan
tubuh, dan tinja pada permukaan alat- alat rumah tangga perlu desinfeksi tingkat
menengah. Metode desinfeksi yang digunakan sama dengan desinfeksi pada
permukaan alat- alat kesehatan (Depkes RI, 2002).
Sterilisasi
Sterilisasi adalah suatu proses perlakuan terhadap bahan atau barang dimana pada akhir
proses tidak dapat ditunjukkan adanya mikroorganisme hidup pada bahan atau barang
tersebut (Depkes RI, 2002).
Untuk menjaga kualitas udara dapat digunakan antara lain dengan Aerosol: Glysein,
resorcinol, dan triethilen glycol ; Saringan electron- presipator : serta Penggunaan lampu UV
(Ultra Violet).