Anda di halaman 1dari 7

Dalam rangka memperingati detik-detik misteri 5 Januari 1949 yang masih menjadi

perdebatan bagi sesama masyarakat Indragiri, dan kini Indragiri telah pecah menjadi 3
Kabupaten, yakni Indragiri Hulu, Indragiri Hilir, dan Kuansing. Demikian yang di katakan H
Agustiar Ahalik, Aktivis LSM-Pembela Tanah Air (PETA) di Airmolek, Kamis (10/01)
malam.Dikisahkan oleh mantan anggota DPRD Inhu 1999 sampai 2004 dari partai Daulat
Rakyat ini, bahwa menurut petunjuk dan sejarah orang tua kami dahulu, sesungguhnya pada
05 Januari 1949 adalah hari pembantaian bagi masyarakat Indragiri dan Tentara Rakyat
Indonesia (TRI) oleh, serdadu Belanda dan KNIL.

Diperkirakan sekitar 2.000 sampai 3.000 an Massa dan TRI gugur akibat di berondong oleh
bayonet serdadu Belanda yang terlebih dahulu sudah menguasai Tembilahan.

Sungai Indragiri pada saat itu banjir darah dan air mata, ribuan mayat yang juga banyak
terdapat anak-anak dan kaum perempuan, hanyut terbawa arus sungai. Ada ribuan mayat di
letakkan di dalam gerobak untuk diangkut kedarat agar bisa dikebumikan dengan
layak,ungkapnya.

Menurut pelaku sejarah orang-orang tua dahulu, pada waktu itu Tentara Belanda bekerja
sama dengan Raja Indragiri, karena Raja Indragiri berkeinginan lepas dari Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Maka di sepakati pada tanggal 05 Januari dilakukan penyerangan
dengan titik-titik tertentu dan sebelum penyerangan, malam harinya dilakukan pesta dansa
oleh Kerajaan dan Belanda .

Untuk titik yang terpasang bendera kuning dan kode pemantulan kaca ke udara tidak di
serang oleh Tetara Belanda, karena hal itu diketahui sebagai kawasan yang masuk dalam
perlindungan kerajaan.

Namun demikian, ada ribuan tentara Belanda dan KNIL gugur, dikarenakan kesalahan
melakukan pendaratan di daerah Rawa Skip dan Kuala Cenako. mereka pada umumnya
tersangkut di atas pohon dan terjerembab kedalam rawa yang banyak di penuhi buaya dan
ular,jelasnya.

Masih kata Agustiar, pada peristiwa itu telah gugur sebagai kusuma bangsa Bapak Tulus,
Bupati Indragiri pertama bersama rakyat dan TRI melakukan perlawanan sengit demi
tegaknya NKRI sampai titik darah penghabisan. Dan perihal 05 Januari ini, sampai kini masih
menjadi perdebatan panjang.

Berkaca dari peristiwa tersebut, apakah pantas dikatakan sebagai hari jadi kota Rengat
(Inhu), atau pantaskah bila kita sebut sebagai hari pembantaian, mari kita renungkan
bersama,ajaknya.

Ditegaskannya, sebagaimana yang sudah di perjuangkan oleh Bang ilo, yaitu sebuah buku
dengan judul Tiga Tungku Sejarangan yang dipersembahkan untuk masyarakat Indragiri,
bukankah hal itu sudah lebih dari cukup untuk dijadikan sumber referensi, tegas, Agustiar
Ahalik kepada media ini.

Hal senada juga di sampaikan oleh Susilowadi atau yang lebih dikenal dengan sebutan Bang
Ilo, Masyarakat Inhu terlanjur meyakini 5 Januari merupakan hari jadi Kota Rengat.
Padahal hasil penelusuran panjang sampai ke- Belanda, 5 Januari adalah hari pembantaian
KNIL terhadap rakyat sipil,bebernya.

Dikatakan bang Ilo, bahwa almarhum Mandor Rasiman merupakan salah satu kerabat
Kerajaan Indragiri, semasa kerajaan diperintah oleh Sultan Isa, ayahanda dari Sultan
Mahmud. Dan Mandor Rasiman adalah salah satu korban pembantaian tentara Belanda di
Skip Cipayung Rengat. Salah satu ahli waris atau cucu kandung Mandor Rasiman, Susilowadi,
SE, SH, MH (Bang Ilo) yang saat ini bertugas di Mabes Polri, menegaskan bahwa pada
tanggal 5 Januari 2012 bukan untuk diperingati sebagai Hari Jadi Kota Rengat tetapi untuk
mengenang peristiwa 62 tahun yang lalu, yaitu jatuhnya Kota Rengat karena peristiwa
pembantaian 2.600 orang oleh pasukan Belanda dan KNIL atau SPESIAL
TROOPEN,tegasnya.

Bang Illo akan memperjuangkan dan akan tetap menolak, jika tanggal 5 Januari dijadikan
sebagai Hari Jadi Kota Rengat, walaupun Pemerintah Daerah dan DPRD Kabupaten Indragiri
Hulu telah mem-Perdakan Hari Jadi Kota Rengat pada 5 Januari dengan berperdoman pada
peletakan batu pertama pembangunan Masjid Raya Rengat pada 5 Januari 1815.

Apabila Perda penetapan Hari Jadi Kota Rengat tidak direvisi, maka akan tetap
menimbulkan polemik yang berkepanjangan dan dipastikan akan menghambat
pembangunan Kabupaten Indragiri Hulu, sebab pada tanggal yang sama, 5 Januari terjadi
suatu peristiwa pembantaian dan jatuhnya Kota Rengat, ucap Bang Illo.

Fakta sejarah telah tertuang semua dalam buku yang berjudul Tiga Tungku Sejarangan
yang secara khusus telah mengupas tentang kejayaan Kesultanan Indragiri hingga, sebelum,
pada saat dan sesudah terjadinya peristiwa 5 Januari 1949. Yang pada intinya Jangan
menodai peristiwa 5 Januari.

Bang Ilo sudah pernah menulis dan memberikan beberapa alternatif untuk merevisi Perda
Hari Jadi Kota Rengat. Alternatif pertama,secara administratif Kabupaten Indragiri Hilir
terpisah dari Kabupaten Indragiri Hulu, namun secara historis Indragiri tetap satu. Ini
terbukti saat pertama kalinya Afdeeling Indragiri dibentuk pada 5 September 1892, dimana
Indragiri Hilir dan Indragiri Hulu menjadi satu kesatuan dengan Ibukota Rengat.

Pada saat itu semua wilayah yang sekarang tergabung menjadi tiga kabupaten, yaitu Inhu,
Inhil, dan Kuansing, dulunya berada di bawah satu payung pemerintahan. Alternatif kedua,
kita semua harus merasa bangga, bahwa Kota Rengat milik masyarakat Indragiri adalah
mutiara terpendam, baik hilir maupun hulu, karena secara historis Rengat pernah menjadi
pusat pemerintahan Karisedenan Riau yang mencakup Indragiri dan Lingga.

Hal ini diputuskan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada 17 Desember 1878. Jadi
kurang lebih dua bulan lagi akan kita peringati kejayaan Kota Rengat. Tidak pernah kita
bayangkan sama sekali bahwa Kota Rengat ternyata menjadi mutiara terpendam dan ini
tidak pernah terungkap, baik dalam penulisan sejarah daerah Indragiri maupun sejarah
seluruh wilayah Riau pada umumnya.

Semua itu tidak diperoleh dari hikayat atau mitos ataupun kabar angin, tetapi diperoleh dari
arsip hasil penelitian tim kami di Belanda,akunya.

Keputusan-keputusan tersebut dimuat dalam Staatsblad atau lembaran negara yang


merupakan produk hukum tertinggi di zaman kolonial. Alternatif ketiga, bukan hanya dua
peristiwa penting tersebut. Kami sebagai putra Indragiri yang telah berhasil mendapatkan
data-data tentang Hari Jadi Kabupaten Indragiri Hulu dan Indragiri Hilir. Keduanya
pertamakali terpisah pada tahun 1912 atau tepatnya tanggal 20 Januari 1912 yang dimuat
dalam Staatsblad tahun 1912 Nomor 133.
Pemekaran wilayah berikutnya dari Indragiri Hulu adalah Kuantan Singingi yang terjadi pada
tahun 1932 dan berstatus sebagai Onderafdeeling. Semua ini merupakan hasil peningkatan
dinamika administratif pemerintahan. Dengan demikian, semua mengenai tanggal
bersejarah baik yang menyangkut Kota Rengat, maupun wilayah Indragiri,juga Kabupaten
Indragiri Hilir, Hulu dan Kuansing, sudah kami temukan.

Insya Allah, semua ini, akan kami persembahkan kepada masyarakat Indragiri dan
masyarakat Riau. Hal ini juga dapat dijadikan sebagai dasar dan bahan perimbangan,
khususnya pemerintah daerah dan DPRD Kabupaten Indragiri untuk merevisi kembali Perda
Hari Jadi Kota Rengat yang sudah ditetapkan, sehingga ke depan akan menjadi dasar untuk
penentuan hari jadi, baik Hari Jadi Kota Rengat maupun Hari Jadi Kabupaten Indragiri. Tanpa
ada lagi tuntutan dari ahli waris korban dalam peristiwa Agresi Belanda pada tanggal 5
Januari 1949,paparnya.

Penentuan Hari Jadi Sebagai seorang yang telah mendapatkan seluruh dokumen sejarah
Riau dan khususnya Indragiri dari arsip Belanda, Susilowadi melihat bahwa tim yang
dibentuk oleh Pemerintah Daerah maupun para anggota DPRD Indragiri Hulu belum
memahami apa yang disebut sebagai hari jadi. Padahal Bang Illo pernah memaparkan
dokumen tersebut di hadapan beberapa anggota Dewan yang pernah diundang ke Jakarta,
sebelum terbit dan disahkannya Perda Hari jadi Kota Rengat.

Penentuan hari jadi sebuah kota harus disesuaikan dengan fungsi kota tersebut. Ketika kota
ini berfungsi sebagai pusat pemerintahan, kriteria yang harus digunakan adalah dari sudut
pandang administratif. Jika kota ini berfungsi sebagai pusat ziarah atau ibadah, kriterianya
pasti tempat pemujaan atau rumah ibadah sebagai masjid. Ketika kota ini berfungsi sebagai
pusat perdagangan, kriterianya adalah infrastruktur ekonomi yang dibangun. Dalam
penentuan hari jadi ini, sidang DPRD Indragiri Hulu menggunakan kriteria masjid sebagai
tolok ukur pusat pemerintahan,tudingnya.

Pertanyaan muncul, apakah Indragiri merupakan suatu institusi agama? Mengapa tidak
melacak pembangunan kraton, tetapi justru masjid yang diperdebatkan? Bukankah kraton
Indragiri telah dibangun sejak sebelum abad XIX? Hal ini bisa diketahui, apabila tim khusus
hari jadi Indragiri melihat Nederlandsch Indische lakaatboek atau Daghregister Gedhouden
In Het Kastijl Batavia.
Penentuan Hari Jadi Kota Rengat, dalam Sejarah Indragiri ternyata Kampung Beseret dan
Kampung Blumbo, telah mengukir sejarah dimana pada bulan April 1869 telah melakukan
pemberontakan terhadap Kerajaan Indragiri dengan kekuatan seluruh penduduk kampung
tersebut membuat Kota Rengat pun menjadi terkepung, sehingga Sutan Said dan Kontrolir
Belanda J.A.M Van Cats Baon De Raet pada awal Mei 1869, dengan susah payah berhasil
meloloskan diri, berkat jasa dan usul Datuk Setia Hasan, bangsawan Indragiri yang setia
kepada Sutan.

Pusat pemerintahan Kerajaan Inderagiri untuk sementara dikembalikan ke Japura (Koloniaal


Verslag tahun 1870: halaman 39 ), namun mereka bisa kembali ke Rengat pada tanggal 26
Mei 1969, setelah kondisi keamanan di Rengat dapat dipulihkan, namun pusat Kerajaan
Indragiri telah porak poranda (Politic Verslag Van Residentie Riouw Over Het Over Jaar
1869: Bundel Riau nomor59).

Memasuki abad ke-XVIII, situasi dan kondisi ekonomi Rengat sudah memiliki potensi yang
menarik minat VOC bagi kebijakan monopoli perdagangannya. Untuk menanamkan jaringan
perdagangan di Rengat, VOC mengadakan perjanjian dengan penguasa Indragiri Sultan
Jamaludin Keramatsyah yang saat itu berkedudukan masih di Rajapura atau Japura. Hasil
dari kesepakatan ini adalah pembukaan Loji VOC pertamakali di Pranap pada tahun 1615.
(lihat Daghregister gehouden in het kastijl Batavia, karya J. van der Chijs). Meskipun tujuh
tahun kemudian loji ini tutup pada tahun 1622 karena VOC kekurangan personel. Loji
tersebut buka kembali pada 27 Oktober 1664 setelah ada perjanjian baru dengan VOC.

Dengan melihat usia dokumen tersebut, laporan Belanda pertama yang menyebut Rengat
adalah tahun 1615 yang ditandai dengan pembukaan loji. Dan yang menarik untuk dianalisis
di sini adalah bahwa Rengat bukan merupakan pusat pemerintahan melainkan sebagai
bandar perdagangan. Dengan demikian nilai Rengat pada saat itu adalah sebagai pusat
aktivitas ekonomi. Rengat mulai memperoleh nilai politiknya dengan ditandai peletakan
batu pertama pembangunan masjid oleh Sultan Ibrahim pada tanggal 5 Januari 1815.

Apabila ditinjau dari sudut pemerintahan, bahwa Rengat mulai menjadi ibukota Afdeeling
Inderagiri adalah tanggal 13 Maret 1902, bersamaan dengan dijadikannya Indragiri sebagai
suatu satuan wilayah di bawah keresidenan dengan ibukota di Rengat, dimana pada saat itu
Afdeeling Indragiri sekaligus mencakup dua Onderafdeeling yaitu INDERAGIRI dan
KUANTAN ( Koloniaal Verslag tahun 1903 Hoofstuk C: halaman 68 ) dan baru pada 1 April
1907, Kuantan diperintah sendiri oleh seorang Kontrolir dengan berkedudukkan di Taluk
yang tunduk kepada Asisten Residen Inderagiri.

Berarti tanggal 1 April 1907 (seuai dengan Buisleit dan Stanblaat) tanggal tersebut dapat
dijadikan sebagai referensi untuk menentukan Hari Jadi Kota Taluk Kuantan. Pada tahun
1912, Raja Mahmud dinobatkan menjadi Sutan Indragiri (yang terakhir karena sejak tanggal
29 Desember 1950, Kerajaan Indragiri sudah tidak berdaulat), Raja Mahmud pada saat
dinobatkan menjadi Sutan Indragiri, Raja Mahmud menandatangani sebuah perjanjian
(PLAKAT PENDEK dan atau KORTE VEKLARING).

Sementara itu di dapat informasi, Bupati Inhu Yopi Arianto mengadakan Yasinan di depan
kediaman Bupati dalam rangka memperingati 05 Januari pada tanggal 4 januari 2013 dan
upacara peringatan 5 januari di depan kediaman Bupati serta tabur bunga di makam Bupati
Tulus yang pimpin oleh Harman Harmaini wakil bupati Inhu tanggal 5 januari
MAKALAH

SEJARAH PEMINTAN

DISUSUN OLEH

DESTRI IRENA

MIKIAN SAPUTRA

SARWANDI

M. OZI SOBARON

WILI IRFANDI

KLS X IPS 1

SMA PGRI RENGAT

T.P 2017

Anda mungkin juga menyukai