Anda di halaman 1dari 9

TUGAS KELOMPOK

MAKALAH

PERISTIWA
PUPUTAN MARGARANA

DISUSUN OLEH :

Nama No. Urut


Andi Putra Muharif Toha (05)
Andini Eka Pratiwi (06)
Nur Ummi Ajhie Taruna (22)
Oneil Al Gibran (25)
Suci Ramadhani Ismail. (30)

Guru Pembimbing :
Sahnaz Wulandari, S.Pd., M.Pd

KELAS XII.IPS.3
SMA NEGERI 2 MAKASSAR
TAHUN AJARAN
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas kehendak-Nyalah
makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya dengan baik. Makalah ini tentang
Peristiwa Puputan Margarana. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai
mata pelajaran Sejarah Peminatan.

Dalam penyelesaian makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan, terutama


disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan. Namun berkat dukungan dari berbagai
pihak, akhirnya makalah ini dapat diselesaikan makalah ini walaupun tentu saja masih
terdapat banyak kekurangannya. Karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini terutama kepada
Ibu Sahnaz Wulandari, S.Pd., M.Pd, selaku Guru mata pelajaran Sejarah Peminatan
yang telah memberikan banyak bimbingan kepada kami.

Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan masih banyak
kekurangannya. Oleh karena itu, kami berharap adanya kritik dan saran yang
membangun agar makalah ini menjadi lebih baik dan berdaya guna di masa yang
mendatang.

Makassar, 03 Agustus 2022

TIM PENYUSUN

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Saat ini, kita telah menikmati kemerdekaan Indonesia. Kemerdekaan yang kita
nikmati sekarang tidak diperoleh secara cuma-Cuma. Melainkan melalui proses
perjuangan yang panjang dan dilakukan di berbagai daerah di Indonesia. Di Bali, telah
terjadi beberapa kali proses perjuangan melawan penjajah di beberapa tempat. Antara
lain perang Jagaraga, perang Puputan, perang Margarana, dan lain sebagainya.
Di dalam Indonesia kesadaran masyarakatnya akan sejarah negaranya sendiri
masih terbilang rendah, seakan melupakan petuah dari Presiden Indonesia yang
pertama kita yaitu Ir. Soekarno, ia mengatakan "Jas Merah" Jangan sekali sekali
melupakan sejarah. Disamping itu pula sangat dirasakan bahwa penulisan sejarah
yang ada kebanyakan masih merupakan hasil penulisan orang-orang asing terutama
Belanda. Disadari bahwa Indonesia ini tumbuh dari kebinekaan sifat, corak, bentuk,
budayanya yang tercermin jelas pada bentuk geografisnya dan suku-suku bangsa yang
ada, dan masing-masing dari suku itu dengan caranya sendiri didalam perjuangan
melawan penjajahan Belanda telah menunjukkan bentuknya dengan satu tujuan
adalah bebas dari belenggu penjajahan.
Menurut sejarah, ada sejumlah puputan yang meletus di Bali. Namun, yang
terkenal dan termasuk hebat, terdapat sekitar dua puputan. Pertama, Puputan Jagaraga
yang dipimpin oleh Kerajaan Buleleng melawan imprealis Belanda. Strategi puputan
yang diterapkan ketika itu adalah sistem tawan karang dengan menyita transportasi
laut imprealis Belanda yang bersandar ke pelabuhan Buleleng. Kedua, puputan
Margarana yang berpusat di Desa Adeng, Kecamatan Marga, Tababan, Bali. Tokoh
perang ini adalah Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai. I Gusti Ngurah Rai dilahirkan
di Desa Carangsari, Kabupaten Badung, Bali, 30 Januari 1917.
Puputan Margarana dianggap banyak pihak sebagai perang sengit yang pernah
bergulir di Pulau Dewata, Bali. Terdahap beberapa versi yang melatarbelakangi
meledaknya Puputan Margarana. Namun, jika kembali membalik lembaran sejarah
Indonesia, maka dapat ditarik sebuah benang merah bahwa perang ini terjadi akibat
ketidakpuasan yang lahir pasca Perjanjian Linggarjati. Perundingan itu terjadi pada 10
November 1945, antara Belanda dan pemerintahan Indonesia. Salah satu poin
Linggarjati membuat hati rakyat Bali terasa tercabik hatinya adalah tidak masuknya
daerah Bali menjadi bagian dari daerah teritorial Indonesia.

2
B. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui latar belakang peristiwa Perang Puputan Margarana


2. Untuk mengetahui tujuan Perang Puputan Margarana 
3. Untuk mengetahui kronologi peristiwa terjadinya peristiwa perang Puputan.
4. Untuk mengetahui dampak dari terjadinya perang Puputan.
5. Mengetahui asal usul nama perang Puputan

C. RUMUSAN MASALAH
1. Apa latar belakang terjadinya perang Puputan Margarana?
2. Apa tujuan terjadinya Perang Puputan Margarana?
3. Bagaimana kronologi peristiwa terjadinya perang Puputan?
4. Apa dampak terjadinya dari Perang Puputan?
5. Asal usul nama disebut perang Puputan

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. LATAR BELAKANG TERJADINYA PERANG PUPUTAN


Latar belakang munculnya puputan Margarana sendiri bermula dari
Perundingan Linggarjati. Pada tanggal 10 November 1946, Belanda
melakukan perundingan linggarjati dengan pemerintah Indonesia. Linggar
jadi sangat menguntungkan Belanda. Melalui Linggarjati Belanda hanya
mengakui Sumatera, Jawa dan Madura sebagai wilayah teritorial Indonesia
secara de facto, sementara tidak untuk pulau seribu idaman, Dewata, Bali.
Dan selanjutnya Belanda diharuskan sudah meninggalkan daerah de facto
paling lambat tanggal 1 Januari 1949. Pada tanggal 2 dan 3 Maret 1949
Belanda mendaratkan pasukannya kurang lebih 2000 tentara di Bali yang
diikuti oleh tokoh-tokoh yang memihak Belanda. Tujuan dari pendaratan
Belanda ke Bali sendiri adalah untuk menegakkan berdirinya Negara
Indonesia Timur. Pada waktu itu Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai yang
menjabat sebagai Komandan Resiman Nusa Tenggara sedang pergi ke
Yogyakarta untuk mengadakan konsultasi dengan Markas tertinggi TRI,
sehingga dia tidak mengetahui tentang pendaratan Belanda tersebut.
Niat menjadikan bali sebagai Negara Indonesia Timur, Belanda
menambah kekuatan militernya untuk menacapkan kuku imprealis lebih
dalam di Bali. Pasca Linggarjati sejumlah kapal banyak mendarat di
pelabuah lepas pantai Baling. Ini juga barangkali yang menyebabkan
meletusnya Puputan Jagarana yang dipimpin oleh Kerajaan Buleleng.
Keadaan ini membuat suhu perpolitikan dalam negeri sedikit tidak stabil,
goyah Sebagian pihak menilai perjanjian Linggarjati merugikan RI. Rakyat
bali kecewa karena berhak menjadi bagian dari kesatuan RI. I Gusti Ngurah
Rai yang saat itu menjabat sebagai Komandan Resiman Nusa Tenggara
‘digoda’ oleh Belanda. Sejumlah tawaran menggiurkan disodorkan untuk
meluluhkan hati Sang Kolonel agar membentuk Negara Indonesia Timur.
Gusti Ngurah Rai yang saat itu berusia 29 tahun lebih memilih Indonesia
sebagai Tanah Airnya.
Di saat pasukan Belanda sudah berhasil mendarat di Bali, perkembangan
politik di pusat Pemerintahan Republik Indonesia kurang menguntungkan
akibat perundingan Linggajati, di mana pulau Bali tidak diakui sebagai
bagian wilayah Republik Indonesia. Pada umumnya Rakyat Bali sendiri
merasa kecewa terhadap isi perundingan tersebut karena mereka merasa
berhak masuk menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). Terlebih lagi ketika Belanda berusaha membujuk Letnan Kolonel I
Gusti Ngurah Rai untuk diajak membentuk Negara Indonesia Timur. Untung
saja ajakan tersebut ditolak dengan tegas oleh I Gusti Ngurah Rai, bahkan
dijawab dengan perlawanan bersenjata Pada tanggal 18 November 1946.
Pada saat itu I Gusti Ngurah Rai bersama pasukannya Ciung Wanara
Berhasil memperoleh kemenangan dalam penyerbuan ke tangsi NICA di
Tabanan. Karena geram, kemudian Belanda mengerahkan seluruh
kekuatannya di Bali dan Lombok untuk menghadapi perlawanan I Gusti

4
Ngurah Rai dan Rakyat Bali. Selain merasa geram terhadap kekalahan pada
pertempuran pertama, ternyata pasukan Belanda juga kesal karena adanya
konsolidasi dan pemusatan pasukan Ngurah Rai yang ditempatkan di Desa
Adeng, Kecamatan Marga, Tabanan, Bali. Setelah berhasil mengumpulkan
pasukannya dari Bali dan Lombok, kemudian Belanda berusaha mencari
pusat kedudukan pasukan Ciung Wanara.

B. TUJUAN PERANG PUPUTAN


Memepertahankan pulau Bali dari kolonialisme Belanda.

C. KRONOLOGI TERJADINYA PERANG PUPUTAN

16 April
Bermula dari patroli keamanan Belanda di wilayah Klungkung pada 13—16
April 1908. Patroli ini sudah ditolak Raja Klungkung karena dianggap
melanggar kedaulatan Kerajaan Klungkung. Belanda berdalih patrol ini untuk
memeriksa dan mengamankan tempat-tempat penjualan candu sebagai
konsekuensi monopoli perdagangan candu yang dipegang Belanda. Kerabat
Raja, Cokorda Gelgel yang berada di barisan penentang ini, mempersiapkan
suatu penyerangan terhadap patroli Belanda. Benar saja, serangan terhadap
patroli Belanda terjadi di Gelgel. Serangan mendadak ini membuat Belanda
menderita kekalahan; 10 orang serdadu gugur termasuk Letnan Haremaker,
salah seorang pemimpin serdadu Belanda. Di pihak Gelgel kehilangan 12
prajurit termasuk I Putu Gledeg.

17 April 1908
Belanda melakukan serangan balasan terhadap Gelgel. Untuk mendapat
dukungan pasukan, Belanda mengirim pasukan dari Karangasem dengan
masuk dari arah Satria pada 16 April 1908 malam. Laskar Klungkung
memberikan perlawanan sengit hingga mengakibatkan tiga orang pasukan
Belanda tewas dan lima orang luka-luka. Pada 17 April 1908 pagi, pasukan
Belanda mulai menyerang Gelgel. Raja Klungkung sempat berusaha
mencegah pertumpahan darah ini dengan mengirim saudara raja, Cokorda
Raka Pugog untuk berdamai dengan Belanda dan menekan Cokorda Gelgel
agar tidak melakukan perlawanan. Namun, usaha ini gagal. Cokorda Gelgel
tetap pada pendiriannya dan Belanda malah berbalik mencurigai Cokorda
Raga Pugog. Perang tak terhindarkan di Gelgel. Dalam perang inilah
digunakan meriam pusaka kerajaan I Bangke Bahi. Namun, perang di Gelgel
ini berakhir dengan kekalahan Gelgel. Bahkan, Cokorda Raga Pugog ikut
gugur dalam pertempuran ini. Bantuan pasukan yang dikirim Raja Klungkung
di bawah pimpinan Ida Bagus Jumpung juga tak mampu memukul pasukan
Belanda. Malah, Ida Bagus Jumpung ikut gugur dalam pertempuran. Cokorda
Gelgel bersama sisa pasukan mundur ke Klungkung. Pada malam hari, laskar
Gelgel menyerang perkemahan pasukan Belanda yang mengakibatkan banyak
serdadu Belanda luka-luka. Belanda memutuskan mundur ke Gianyar. Residen
Bali-Lombok, F.A. Liefrinck tiba di Jumpai dengan membawa empat buah
kapal perang sebagai alat intimidasi. Residen mengultimatum raja dan
pembesar Kerajaan Klungkung menyerah tanpa syarat hingga 22 April 1908.

5
21 April 1908
Klungkung kini jelas-jelas dalam posisi perang dengan Belanda. Ekspedisi
khusus pun dikirimkan Belanda dari Batavia. Raja dan rakyat Klungkung
diultimatum untuk menyerah hingga 22 April 1908. Raja Klungkung tentu saja
menolak tudingan Belanda itu. Mulai 21 April 1908, Belanda memborbardir
istana Smarapura, Gelgel, dan Satria dengan tembakan meriam selama enam
hari berturut-turut. Sebelum melakukan serangan, Belanda mengeluarkan
ultimatum yang isinya agar Buleleng :
a. Mengakui kekuasaan Belanda
b. Hak tawan karang harus dihapus
c. Memberi perlindungan kepada perdagangan Belanda

27 April 1908
Ekspedisi khusus dari Batavia tiba dengan kapal perang dan persenjataan
lengkap  di perairan  Jumpai pada 27 April 1908 malam. Dari atas kapal,
Belanda kembali memberi ultimatum agar sampai tengah hari, Raja
Klungkung menyerah tanpa syarat. Raja Klungkung menjawab ultimatum itu
dan meminta penundaan waktu lima hari  untuk berunding dengan para pejabat
tinggi kerajaan. Belanda menolak permintaan itu dan Klungkung terus
ditembaki meriam dari atas kapal.

28 April 1908
Perang pun dimulai. Karena persenjataan tidak seimbang, Belanda bisa
menguasai Kusamba dan Jumpai, meskipun rakyat di kedua desa itu
melakukan perlawanan sengit. Perlahan, pasukan Belanda pun merangsek
menuju Klungkung. Istana Smarapura terkepung. Cokorda Gelgel dan Dewa
Agung Gde Semarabawa gugur dalam menghadapi serdadu Belanda di
benteng selatan. Kabar inilah yang mendorong Dewa Agung Istri Muter
bersama putra mahkota, Dewa Agung Gde Agung turun ke medan perang
mengikuti ibu suri, Dewa Agung Muter. Semuanya berpakaian serbaputih,
siap menyongsong maut. Dewa Agung Muter bersama putra mahkota akhirnya
gugur. 

Mendengar permaisuri dan putra mahkota gugur di medan laga, tidak malah
membuat Dewa Agung Jambe menyerah, justru semakin bulat memutuskan
berperang sampai titik darah penghabisan. Dewa Agung Jambe keluar diiringi
seluruh keluarga istana dan prajurit yang setia maju menghadapi Belanda
dengan gagah berani. Karena persenjataan yang tidak imbang, mereka pun
gugur dalam berondongan peluru Belanda. Mereka menunjukkan jiwa patriotis
membela tanah kelahiran dan harga diri. Hari itu pun, 28 April 1908 sore,
sekitar pukul 15.00 kota Klungkung jatuh ke tangan Belanda. Sesudah
Klungkung diduduki maka berarti seluruh Bali dikuasi oleh pemerintah
Belanda.

D. DAMPAK PERANG PUPUTAN


- Rakyat Indonesia bisa segera terbebas dari penjajahan Belanda. Perang
- Banyak memakan korban jiwa dari pihak Indonesia
- Memudahkan Belanda untuk membuat Negara Indonesia Timur.

6
E. NILAI NILAI YANG DAPAT DIAMBIL DARI PERANG
PUPUTAN
 Sikap rela berkorban untuk kepentingan bersama
 Sikap pantang menyerah seperti yang dilakukan I Gusti Ngurah Rai
 Menghargai semua upaya yang telah mempertaruhkan nyawanya demi
kemerdekaan Negara

F. ASAL MULA KATA “PUPUTAN’


Puputan adalah tradisi perang masyarakat Bali. Puputan berasal dari kata
puput. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata puput bermakna terlepas
dan tanggal. Adapun yang dimaksud dengan kata puputan versi pribumi bali
adalah perang sampai nyawa lepas atau tanggal dari badan. Dapat dikatakan
kalau puputan adalah perang sampai game over atau titik darahterakhir. Istilah
Margarana diambil dari lokasi pertempuran hebat yang saat itu berlangsung di
daerah Marga, Tababan-Bali.

Perlu diketahui, istilah puputan berbeda dengan frasa “sampai titik darah
penghabisan”. Dan konon, perlawanan Pak Rai dan kawan-kawan yang
“sampai titik darah penghabisan” telah memberikan inspirasi kepada
penyusunan Sumpah Prajurit Sapta Marga nomor dua yang berbunyi:
Kami patriot Indonesia, pendukung serta pembela ideologi negara, yang
bertanggung jawab dan tidak kenal menyerah.

Walaupun frasa “tidak kenal menyerah” tidak sama benar dengan “sampai
titik darah penghabisan”, namun jika itu dilaksanakan, hasilnya bisa sama.
Contohnya, jika sebuah pasukan atau seorang prajurit yang tidak kenal
menyerah dapat meloloskan diri. Tetapi dalam keadaan yang tak mungkin
meloloskan diri dan tetap pantang menyerah, mungkin dia atau mereka
akan hancur. Itu sama saja dengan melawan sampai titik darah
penghabisan. Kedua frasa di atas tidak dapat disamakan dengan puputan,
karena ia mempunyai makna dan sejarahnya sendiri.

7
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Perang Puputan Margarana Adalah Perang habis-habisan yang terjadi pada


tanggal 20 November 1946. Pada saat itu I Gusti Ngurah Rai dan pasukannya
(Ciung Wanara), melakukan longmarch ke Gunung Agung, ujung timur Pulau
Bali. Pasukan pemuda Ciung Wanara yang saat itu masih belum siap dengan
persenjataannya, tidak terlalu terburu-buru menyerang serdadu Belanda.
Mereka masih berfokus dengan pertahanannya dan menunggu komando dari I
Gusti Ngoerah Rai untuk membalas serangan. Begitu tembakan tanda
menyerang diletuskan, puluhan pemuda menyeruak dari ladang jagung dan
membalas sergapan tentara Indische Civil Administration (NICA) bentukan
Belanda. Dengan senjata rampasan, akhirnya Ciung Wanara berhasil memukul
mundur serdadu Belanda. Perang sampai habis atau puputan inilah yang
kemudian mengakhiri hidup I Gusti Ngurah Rai. Peristiwa inilah yang
kemudian dicatat sebagai peristiwa Puputan Margarana. Malam itu pada 20
November 1946 di Marga.

B. DAFTAR PUSTAKA

http://syaahwaall.blogspot.co.id/2014/01/makalah-tentang-puputan-
margarana.html

https://brainly.co.id/tugas/1204862

http://www.balisaja.com/2015/11/begini-kronologi-perang-puputan_20.html

Hermawan, Suprijono, Agus, dan Mustopo, M. Habib. 2014. Sejarah


Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial 2. Bogor : Yudhistira

Badrika, I Wayan. 2006. Sejarah Untuk SMA Kelas XI. Jakarta : Erlangga

Anda mungkin juga menyukai