Anda di halaman 1dari 216

1

POLITIK PENDIDIKAN INDONESIA DALAM DINAMIKA


PERUBAHAN ABAD KE-21
Prof. Slamet PH, MA, MEd, MA, MLHR, Ph.D
Universitas Negeri Yogyakarta

Apapun politik pendidikannya, semua


1. Pendahuluan
negara mengakui bahwa pembangunan
Kehidupan diciptakan oleh-Nya selalu berkelanjutan sangat ditentukan utamanya
berpasang-pasangan, yaitu ada sebab dan ada oleh kualitas warga bangsanya. Negara-negara
akibat. Ciri kehidupan adalah perubahan dan yang warga bangsanya berkualitas tinggi
pendidikan nasional dapat dikategorikan cenderung maju dan berkembang dengan
sebagai kehidupan karena memiliki sifat untuk pesat. Jadi, tinggi rendahnya kualitas warga
berubah, baik dalam tujuan yang akan dicapai bangsa suatu negara menjadi barometer bagi
(sebab) maupun upaya-upaya untuk men- kemajuan dan perkembangannya. Kualitas
capainya (akibat). Baik tujuan pendidikan warga bangsa dapat diukur dengan tinggi
(sebab) maupun upaya-upaya yang ditempuh rendahnya kualitas dasar (daya pikir, daya
untuk mencapainya (akibat), sewaktu-waktu hati, daya pisik) dan kualitas instrumental
harus diperbaiki, disempurnakan, dan dikem- yang meliputi ilmu, teknologi, seni, dan olah
bangkan karena keduanya memiliki hubungan raga. Singapore, Jepang, China, Korea Selatan,
simbiosis dengan perubahan-perubahan Hongkong, Amerika, Jerman, dan sejumlah
lingkungan strategis, misalnya sistem politik, negara lainnya merupakan contoh konkret
ekonomi, sosial, budaya, ilmu, teknologi, bahwa mereka maju karena kualitas warga
religi, moralitas/etika, seni/estetika, pertum- bangsanya. Singapore maju karena kualitas
buhan penduduk, dan globalisasi. Tujuan dan warganya dalam sektor layanan, baik jasa
upaya pendidikan di masa lalu cocok untuk tersier maupun jasa kuarter sehingga negara
zamannya, mungkin kurang pas untuk saat ini disebut sebagai negara jasa (service country).
ini, dan mungkin perlu perubahan-perubahan Jepang maju karena kualitas warga bangsanya
untuk abad ke-21. dalam teknologi mesin (otomotif) dan
Dengan demikian, pendidikan Indonesia elektronik. China maju karena daya inovasi
selalu dihadapkan pada dinamika perubahan dan etos kerja keras warga bangsanya dalam
lingkungan strategis yang tidak sama ke- mengembangkan produk-produk baru dan
pentingannya (sangat turbulen) sehingga jasa-jasa baru yang cenderung lebih murah
pilihan-pilihan prioritas tujuan pendidikan dibanding dengan negara-negara lainnya.
Indonesia dan upaya-upaya untuk mencapai- Intinya, negara-negara tersebut maju dan
nya harus dilakukan secara selektif yang tentu berkembang karena kualitas warga bangsanya
saja tidak semua tekanan-tekanan/kepen- sangat tinggi dengan tetap mengedepankan
tingan- kepentingan lingkungan strategis kepentingan dan jati diri negaranya. Disinilah,
diakomodasi semuanya karena ketidak- politik pendidikan harus hadir dalam rangka
sesuaian nilai-nilai dan juga keterbatasan membuat prioritas-prioritas keputusan dan
sumber daya yang tersedia. Inilah esensi kebijakan pendidikan sehingga politik
garapan bidang politik pendidikan nasional pendidikan mampu menjalankan fungsinya
dalam rangka membangun kualitas manusia yaitu integrasi pendidikan bangsa dalam
seutuhnya, yaitu manusia yang memiliki menghadapi abad ke-21.
kualitas dasar yang kuat (daya pikir, daya hati, Sisa makalah ini akan membahas: arti
daya fisik), memiliki kualitas instrumental politik pendidikan, mengapa harus berpolitik
yang kuat (penguasaan ilmu, teknologi, seni, pendidikan, kondisi politik pendidikan
dan olah raga sesuai kespesifikan daerah) yang Indonesia saat ini, perubahan lingkungan
dibutuhkan oleh Indonesia, dan memiliki strategis abad ke-21, dan strategi politik
kemampuan dan kesanggupan untuk bekerja pendidikan Indonesia dalam abad ke-21.
sama dan bersaing dengan negara-negara lain
dalam sekala regional dan internasional dalam 2. Apakah politik pendidikan itu?
rangka ikut menjaga ketertiban dan perdamai-
Secara umum, masyarakat masih
an, kelangsungan hidup, dan perkembangan
menganggap bahwa dunia pendidikan itu
dunia.
2

terpisah dan harus dipisahkan dari dunia dalam pembahasan berbagai isu strategis
politik. Keduanya tidak bisa dicampur karena pendidikan. Disinilah dibutuhkan seni untuk
dunia pendidikan membutuhkan pelayanan mengatasi konflik kepentingan pendidikan
profesional yang harus berlangsung secara yang disebut ilmu politik pendidikan.
terus-menerus dan tidak memihak kepada Jadi, politik pendidikan itu adalah suatu
kelompok-kelompok kepentingan tertentu proses pemilihan nilai-nilai dan pengalokasian
melainkan untuk semuanya (Wirt & Kirst, sumber daya terbatas dalam proses pem-
1982). Sementara itu, dunia politik lebih buatan keputusan, norma, kebijakan,
menekankan pada kepentingan-kepentingan perencanaan, dan penganggaran yang
jangka pendek dan lebih mementingkan melibatkan berbagai pihak yang memiliki
konstituannya (kelompoknya). Platform kepentingan berbeda dalam rangka
politik bisa berubah-ubah jika regimnya juga mempengaruhi pengambil keputusan
berubah. Padahal, dunia pendidikan mem- sehingga nilai-nilai dan alokasi sumber daya
butuhkan layanan profesional yang kontinyu terbatas yang diinginkan oleh pihak-pihak
dalam jangka panjang dan jika dunia tertentu masuk dalam pengambilan
pendidikan dicampur dengan dunia politik, keputusan, norma, kebijakan, perencanaan,
dikawatirkan akan terjadi distorsi pe- dan penganggaran. Misalnya, eksekutif
nyelenggaraan pendidikan. Dalam kenyataan memiliki kepentingan melaksanakan mandat
di Indonesia, apalagi dalam era reformasi peraturan perundang-undangan. Selain itu,
seperti saat ini, dunia pendidikan dan dunia khusus bidang pendidikan, praksis-praksis
politik saling berinterseksi dan bahkan dunia hedonis dan primordial kian menguat
pendidikan telah menjadi arena kepentingan sehingga dikhawatirkan akan terjadi
politik, baik di tingkat pusat, propinsi, diskontinuitas kepemimpinan pendidikan
kabupaten/kota, maupun sekolah. Dalam dimasa depan jika terjadi pergantian regim
keadaan seperti ini, kehadiran politik yang akan datang. Legislatif memiliki
pendidikan sangat dibutuhkan agar keadilan, kepentingan yang bersumber dari
kemanfaatan, dan kepastian penyelenggaraan konstituansnya, yudikatif berkepentingan
pendidikan dapat dijamin dan dikendalikan. bahwa pendidikan dilaksanakan secara adil,
Harold Lasswels (1958) menyatakan bermanfaat, dan berkepastian. Masyarakat,
bahwa politics is who gets what, when, and how khususnya orang tua peserta didik, memiliki
(politik itu adalah siapa memperoleh apa, kepentingan terhadap mutu pendidikan bagi
kapan, dan bagaimana). Definisi klasik ini anak-anaknya selain pengendalian biaya
masih berlaku untuk situasi Indonesia. sekolah, layanan pendidikan yang adil,
Pembuatan peraturan perundang-undangan, bermanfaat, dan berkepastian menjamin mutu.
kebijakan, perencanaan, dan penganggaran Organisasi profesi guru memiliki kepentingan
pendidikan pada tingkat nasional, propinsi, peningkatan kemampuan/kompetensi guru,
kabupaten/kota, dan sekolah, semuanya kesejahteraan guru, dan pengembangan karir
melibatkan berbagai pihak yang jelas-jelas guru. Media masa berkepentingan membentuk
kepentingannya berbeda. Mereka saling adu opini publik dalam rangka meningkatkan
argumen untuk mempengaruhi unit-unit penggemarnya (konsumennya) dan bahkan
kekuasaan dengan maksud agar nilai-nilai dan saat ini sudah ada media masa tertentu yang
alokasi sumber daya yang terbatas diputuskan menjadi alat partai politik tertentu.
sesuai dengan keinginannya. Jika sumber daya Independensinya jelas mulai dipertanyakan
terbatas yang dialokasikan tidak sesuai oleh publik. Sekolah-sekolah internasional
dengan keinginan berbagai pihak tersebut, yang beroperasi di Indonesia (bukan sekolah
maka konflik politik pendidikan akan me- asing) yang jumlahnya sudah lebih dari dua
manas sepanjang waktu dan di semua tempat. ratusan juga memiliki kepentingan beragam
Apa lagi dalam era desentralisasi pendidikan antara lain motif keuangan dan bisa jadi ingin
seperti sekarang ini, pihak-pihak yang melakukan invasi ideologi di Indonesia.
berkepentingan terhadap pendidikan sangat Tentunya masih banyak lagi contoh-contoh
kompleks, yang mencakup kelompok- yang lain, akan tetapi intinya bahwa
kelompok eksekutif, legislatif, yudikatif, pendidikan Indonesia telah mirip miniatur
asosiasi profesi, pakar, LSM, media masa, dan politik makro dimana pendidikan telah
masyarakat atentif, yang kesemuanya menjadi arena konflik kepentingan.
memiliki kepentingan untuk mempengaruhi
penguasa/pengambil keputusan pendidikan
3

3. Faktor-Faktor Lingkungan Strategis yang Perencanaan pendidikan pada tingkat makro


Berpengaruh terhadap Pembangunan (nasional), meso (provinsi, kabupaten/kota),
Pendidikan Indonesia dan sekolah juga sangat berpengaruh terhadap
Lingkungan-lingkungan strategis yang kemajuan pendidikan dan jika salah
berpengaruh terhadap pembangunan merencanakan berarti merencanakan
pendidikan Indonesia adalah sistem regulasi, kesalahan. Penganggaran yang tidak pro-
Rencana Pembangunan Nasional, Kebijakan, kemiskinan juga akan menimbulkan
perencanaan, dan penganggaran pemerintah, kesenjangan pendidikan, dan jangan sampai
kelompok kekuatan, kemajuan ekonomi, pembangunan pendidikan itu memperlemah
dinamika politik, dinamika sosio-kultural, si lemah.
kemajemukan/kebhinnekaan, tuntutan Kelompok-kelompok kekuatan yang juga
desentralisasi, tuntutan globalisasi, dan berpengaruh terhadap politik pendidikan
kemajuan teknologi. mencakup antara lai: nilai-nilai pribadi
Sistem regulasi merupakan faktor yang penguasa, kelompok eksekutif, kelompok
sangat berpengaruh dalam kebijakan legislatif, kelompok yudikatif, media masa,
pendidikan. Sistem regulasi digunakan pengusaha, organisasi profesi (PGRI, FGI,
sebagai acuan bagi penyusunan/ formulasi, dsb.), pakar pendidikan, Lembaga Swadaya
implementasi, dan evaluasi kebijakan Masyarakat, yang terkena dampak kebijakan,
pendidikan. Pada umumnya, penguasa tidak kristalisasi isu-isu pendidikan yang
mau melanggar sistem regulasi dalam dipublikasikan, dan tekanan asing/globalisasi.
penyusunan, pelaksanaan, dan evaluasi Kebijakan dan kemajuan ekonomi juga
kebijakan pendidikan . Beberapa regulasi yang sangat berpengaruh terhadap politik
sangat berpengaruh terhadap kebijakan pendidikan, misalnya kebijakan fiskal
pendidikan antara lain: UU 17/2007: Rencana (APBN/APBD dan pajak), kebijakan moneter
Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005- (jumlah uang beredar, nilai tukar uang, inflasi,
2025, UU 20/2003: Sistem Pendidikan produktivitas, dan suku bunga kredit
Nasional, UU 32/2004: Pemerintahan Daerah, perbankan), pertumbuhan dan pemerataan
UU 33/2004: Perimbangan Keuangan antara ekonomi, tingkat pengangguran, angka
Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan kemiskinan. Selain itu, Master Plan Percepatan
Pemerintah Kabupaten/Kota, UU 17/2003 Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)
tentang Keuangan Negara, PP 17/2010 tentang menjadi bacaan penting bagi pembangunan
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan pendidikan Indonesia.
Nasional, PP 38/2007 tentang Pembagian Dinamika politik juga sangat
Urusan. berpengaruh terhadap politik pendidikan.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bahkan ini yang paling berpengaruh terhadap
Nasional (RPJPN) disusun menjadi periode- politik pendidikan. Platform politik,
periode berikut: Periode 2005 2010: pergantian regim/pejabat khususnya di
Peningkatan Kapasitas dan Modernisasi, daerah (setelah otonomi daerah), dan
Periode 2010 2015: Penguatan Pelayanan, solidaritas berpolitik sangat mengganggu
Periode 2015 2020: Daya Saing Regional, dan terhadap kemajuan pendidikan.
Periode 2020 2025: Daya Saing Internasional. Dinamika sosio-kultural juga sangat
Pendidikan Indonesia harus mengacu kepada berpengaruh terhadap kemajuan pendidikan.
RPJPN tersebut. Tingkat perdamaian, kemajemukan/
Kebijakan, Perencanaan, dan kebhinnekaan (suku, agama, ras, golongan,
Penganggaran Tahunan Pemerintah juga budaya, kekayaan alam), hak asasi manusia,
sangat berpengaruh terhadap politik persamaan kesempatan, tata kelola (formal vs
pendidikan nasional. Misalnya, Kurikulum informal), kesehatan masyarakat, dan
2013 yang awalnya akan didukung dana kebudayaan, semuanya memiliki pengaruh
sebesar Rp 2,6 triliun pada tahun 2012, terhadap politik pendidikan Indonesia.
ternyata DPR tidak menyetujui dan akhirnya Desentralisasi pendidikan juga sangat
hanya didukung dana sebesar Rp 800 an berpengaruh terhadap politik pendidikan
milyar. Kebijakan anggaran pendidikan yang karena variasi kapasitas/kemampuan sistem
tiba-tiba mengecil ini akan menyebabkan (regulasi/kebijakan), kapasitas kelembagaan/
diskontinyu dalam penyelenggaraan entitas, kapasitas sumber daya manusia,
pendidikan nasional dan ini sangat kapasitas sumber daya selebihnya (dana,
mengganggu kemajuan pendidikan. peralatan, bahan, dsb.), dan kapasitas
4

kemitraan, baik di tingkat pusat dan lebih- Negara-negara barat yang ideologi
lebih di tingkat daerah. ekonominya kapitalisme dan politiknya
Abad ke-21 yang dipicu oleh kemajuan- demokrasi liberal (liberalisme), maka politik
kemajuan teknologi transportasi dan teknologi pendidikannya jelas mengarah kepada
komunikasi (khususnya digital) menuntut pembangunan generasi muda yang kapitalistik
kepemilikan professional human resources, great dan liberalistik juga.
global management, great global leadership, Untuk Indonesia, Pancasila merupakan
teknologi yang mutakhir dan canggih, Dasar Negara Republik Indonesia sehingga
internalisasi tuntutan global terhadap politik pendidikannyapun harus
kebijakan domestik akibat persaingan, dikembangkan berdasarkan Dasar Negara
komitmen global (MDG, EFA, human right for Republik Indonesia yaitu Pancasila.
education, education for sustainable development, Pembangunan pendidikan Indonesia harus
competency standards, world climate, dsb. Mega tegas-tegas meng-Indonesia yaitu
Trends oleh John Naisbitt (10 new directions pembangunan pendidikan yang benar-benar
transforming our lives) masih sangat mendasarkan pada karakteristik dan
berpengaruh terhadap pembangunan kebutuhan bangsa Indonesia. Indonesia kaya
pendidikan, yaitu: from industrial society to akan sumber daya alam (tanah, laut, udara),
information society, from forced technology to sumber daya manusia, dan sumber daya
high tech/high touch, from national economy budaya. Ilmu-ilmu yang seharusnya diajarkan
to world economy, from short term to long kepada peserta didik Indonesia semestinya
term, from centralization to decentralization, ilmu-ilmu yang sesuai dengan karakteristik
from institutional help to self-help, from dan kebutuhan Indonesia yaitu Pancasila,
representative democracy to participatory UUD 45, NKRI, Bhinneka Tunggal Ika, tanah
democracy, from hierarchies to networking, air yang penuh dengan kekayaan sumber daya
from north to south, and from either/or to alam dan subur tanahnya, dan lautnya yang
multiple options. kaya ikan dan tumbuh-tumbuhan, dan budaya
Kemajuan teknologi juga sangat yang sangat beragam jenisnya. Pendidikan
berpengaruf terhadap pilihan politik Indonesia harus mencurahkan perhatiannya
pendidikan, yaitu, teknologi konstruksi, terhadap kebutuhan/kearifan lokal (daerah)
teknologi manufaktur, teknologi transportasi, seraya tetap memenuhi kebutuhan nasional
teknologi komunikasi, teknologi energi, dan tuntutan internasional (lihat Gambar 1).
teknologi bio, dan teknologi bahan. Saat ini
dan kedepan, teknologi komunikasi sangat Nasional
berpengaruh terhadap pendidikan Indonesia.

4. Pentingnya Politik Pendidikan Indonesia


Pendidikan Indonesia dihadapkan pada
perkembangan lingkungan strategis yang Internasional PI Lokal
sangat turbulen sebagaimana diuraikan secara
singkat sebelumnya dan jika tidak
mempersiapkan dirinya secara memadai
untuk menghadapinya, maka pendidikan
Indonesia akan terbawa arus oleh perubahan
lingkungan strategis yang tidak terseleksi Regional
sehingga politik pendidikan Indonesia akan Gambar 1. Cakrawala Pendidikan
bertanpa arah. Seperti dikemukakan Indonesia
sebelumnya bahwa pendidikan telah menjadi
miniatur politik makro sehingga perlu
ketegasan tentang sebenarnya politik PI = Pendidikan Indonesia
pendidikan kita itu mau kemana. Berbicara
politik pendidikan berarti bahwa kita Dari Gambar 1 ditunjukkan bahwa apa
mendekati pendidikan dengan politik sebagai yang diajarkan kepada peserta didik
tolok ukurnya/takarannya/kriterianya. Tolok mencakup kespefikan lokal, karakteristik dan
ukur politik pendidikan suatu negara sangat kebutuhan nasional, kerjasama dan daya saing
tergantung pada ideologi suatu negara. regional dan internasional. Namun demikian,
5

pendidikan Indonesia harus lebih sesuai tertentu dalam penyelenggaraan sehingga


dengan karakteristik/jati diri Indonesia dan terjadinya diskontinyuitas kepemimpinan
mengutamakan pencukupan kebutuhan pendidikan Indonesia di masa mendatang
Indonesia dalam berbagai sektor dan sub-sub sangat dimungkinkan.
sektornya. Pendidikan Indonesia memang kurang
Selain itu, prinsip-prinsip tata kelola yang meng-Indonesia, kurang berjati diri/kurang
baik diterapkan yaitu menjalankan peraturan berkarakter Indonesia, kurang membumi,
formal secara konsisten diatas peraturan kurang melestarikan nilai-nilai luhur bangsa
informal. Hedonisme dan primordialisme Indonesia, dan kurang mengakar pada
harus diminimalisir karena mereka kekayaan alam dan budaya bangsa Indonesia.
merupakan penghambat demokratisasi dan Lihat saja rumusan tujuan pendidikan nasional
kemajuan pendidikan Indonesia. dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
Pasal 3 yang bunyinya: bertujuan untuk
5. Kondisi Politik Pendidikan Indonesia berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
Saat Ini manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
5.1 Politik Pendidikan Tingkat Nasional
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara
Sejarah politik pendidikan Indonesia yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan
mengalami dinamika. Pada waktu penjajahan, pendidikan nasional tersebut jelas-jelas belum
politik pendidikan diarahkan untuk sepenuhnya mengacu kepada Pancasila.
memerdekakan nusantara, jadi politik Semestinya, tujuan pendidikan nasional harus
pendidikannya adalah pendidikan untuk mengacu Pancasila, yaitu mendidik manusia
melawan penjajah. Tamansiswa merupakan Indonesia agar beriman dan bertakwa
pendidikan di zaman penjajah yang melawan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
penjajah dan ini merupakan satu-satunya di berperikemanusiaan, berbangsa, berdemo-
dunia yang diakui oleh UNESCO. Dalam masa krasi, dan berkeadilan sosial (lebih rincinya,
orde lama, politik pendidikan lebih diarahkan lihat kupasan Suprapto di Jurnal Cakrawala
untuk membangun sistem pendidikan baru Pendidikan terbitan Juni 2013, Tahun XXXII,
setelah sekian lama dijajah oleh Belanda dan Nomor 2, 2013).
Jepang. Semangat untuk memandirikan Seperti disebut sebelumnya, negara kita
bangsa merupakan acuannya, tetapi saat itu adalah negara yang subur tanahnya, kaya
pendidikan Indonesia terjebak bercampur baur lautannya terutama ikan dan keindahan
dengan partai politik sehingga di sekolah- karangnya, kaya sumberdaya alamnya
sekolah dan perguruan tinggi-perguruan terutama tambang/mineral, minyak, gas bumi
tinggi terkotak-kotak berpartai politik. Dalam dan batubara, kaya keragaman budayanya
zaman orde baru, politik pendidikan Indonesia yang tiada bandingannya di dunia, dan
lebih diarahkan untuk mendukung potensi-potensi lain yang terlalu banyak untuk
pembangunan ekonomi, tetapi pada saat yang disebut satu persatu. Namun demikian, negara
sama, pendidikan Indonesia terkooptasi oleh kita masih mengimpor buah-buahan, garam
kekuasaan sehingga pendidikan lebih yodium, kedelai, daging, susu, dan sebagainya
merupakan alat/instrumen kekuasaan. Dalam yang sebenarnya dapat dipenuhi dari dalam
era reformasi, pendidikan Indonesia lebih negeri kita sendiri. Salah satu faktor yang
demokratik, tetapi politik pendidikannya berpengaruh terhadap importasi barang-
tanpa arah. Meskipun RPJPN secara eksplisit barang tersebut antara lain adalah bahwa
bahwa pada tahun 2025, Indonesia telah kebijakan-kebijakan pendidikan nasional kita
mampu bersaing secara Internasional, namun kurang mengakar dan bahkan mencabut dari
dalam prakteknya tidak mengarah ke itu. akarnya, mengerosi aset-aset alam kita, dan
Disamping itu dan justru yang paling penting, kurang mendukung pengelolaan kekayaan
semestinya politik pendidikan Indonesia alam kita dan bahkan cenderung
diarahkan untuk memandirikan Indonesia dan melumpuhkan kearifan lokal (local wisdom,
karenanya pendidikan Indonesia local genius). Pendidikan pertanian,
diselenggarakan atas dasar karateristik dan kehutanan, peternakan, perikanan/kelautan,
kebutuhan Indonesia, alias pendidikan harus kedokteran hewan, dan pertambangan sudah
yang meng-Indonesia. Belum lagi, praktek- selayaknya mendapat tempat yang layak dan
praktek hedonis, oligarkis, dan primordial jangan sampai Indonesia mengimpor barang-
malah menjamur akibat dominasi golongan
6

barang yang sebenarnya dapat dipenuhi oleh Kemnag masih di sentralisasikan. Kemdikbud
negara kita sendiri. tidak memiliki wewenang untuk memerintah
Bahkan, kebijakan-kebijakan pendidikan Dinas Pendidikan Provinsi (hanya
nasional kita telah memberi kebebasan negara mengkoordinasikan), Dinas Pendidikan
asing (liberalisasi) untuk melakukan invasi Provinsi tidak memiliki wewenang
terhadap sistem pendidikan nasional kita yang memerintah Dinas Pendidikan Kabupaten/
tentu saja, selain menguras devisa kita karena Kota (hanya mengkoordinasikan), dan hanya
mengalirnya dana keluar negeri, juga invasi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota saja yang
nilai-nilai yang tidak saja membawa konflik memiliki wewenang memerintah sekolah.
tetapi juga benturan dengan nilai-nilai jati diri Kesimpulannya, dari Kemdikbud ke sekolah
bangsa Indonesia. Ini akan sangat merugikan terjadi keterkaitan yang hilang (missing link)
bangsa Indonesia dan ini kurang mendukung sehingga hal ini menyulitkan koordinasi.
pelestarian Pancasila dan Undang-Undang Akibat lemahnya koodinasi, masalah yang
Dasar Republik Indonesia 1945, Bhineka juga menonjol dalam desentralisasi
Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik pendidikan saat ini adalah ketidak-sinkronan
Indonesia, baik secara fisik (tanah, air, udara), regulasi pendidikan (UU 20/2003, UU
secara formal (hukum), dan secara informal 32/2004, PP 38/2007, PP 17/2010, dll.).
(sosial-budaya). Oleh karena itu, kita semua Secara teknis dinas pendidikan provinsi
harus bisa menjawab pertanyaan berikut dan dinas pendidikan kabupaten/kota
secara tepat, yaitu: Ilmu-ilmu apa sajakah mengacu ke Kemdikbud tetapi secara
yang seharusnya diajarkan kepada generasi otoritatif mereka tidak mentaati sehingga
muda Indonesia? mereka lebih taat kepada gubernur atau
Tidak hanya itu, dalam pengangkatan bupati/walikota dari pada kepada
pejabat pendidikan, perilaku-perilaku Mendikbud. Akibatnya, hal-hal yang dianggap
primordial masih sangat kuat. Misalnya, penting oleh Mendikbud belum tentu
pejabat di Kementerian Pendidikan dan dianggap penting oleh Dinas-dinas tersebut,
Kebudayaan (Kemdikbud) saat ini sangat dan mesin birokrasi pendidikan kurang
didominasi oleh satu golongan. Akibatnya, kompak, berjalan lamban, dan inersia.
jika periode berikutnya pimpinan Kemdikbud Dari Gambar 2, Dinas Pendidikan
diganti oleh golongan lain, maka banyak Propinsi lebih taat kepada Gubernur karena
pejabat saat ini yang akan diganti dan ini akan dialah yang mengangkat dan melantiknya
menyebabkan diskontinyuitas kepemimpinan sehingga Kepala Dinas Pendidikan Propinsi
Kemdikbud, yang tentu saja merugikan lebih taat kepada Gubernur dari pada kepada
masyarakat. Merndikbud. Akibatnya, kebijakan-kebijakan
yang dianggap penting oleh Mendikbud
5.2 Politik Pendidikan Tingkat Lokal
belum tentu dianggap penting oleh Kepala
Politik pendidikan pada tingkat lokal Dinas Pendidikan Propinsi. Kalau begitu,
(propinsi dan kabupaten/kota) dapat kemana arah politik pendidikan propinsi?
dijelaskan sebagai berikut (lihat Gambar 1). Demikian juga, Dinas Pendidikan
Structure follows function (Minzberg, 1979) yang Kabupaten/Kota lebih taat kepada
bahasa Indonesianya adalah struktur Bupati/Walikota karena dialah yang
organisasi mengikuti fungsi. Itulah teori mengangkat dan melantiknya sehingga
penyusunan struktur organisasi. Saat ini, kebijakan-kebijakan yang dianggap pentingn
dalam kenyataannya tidak demikian. Di pusat oleh Dinas Pendidikan Propinsi belum tentu
terjadi penggemukan struktur organisasi dianggap penting oleh Dinas Pendidikan
(semula 7 eselon 1, sekarang 9 eselon 1). Kabupaten/Kota. Kalau begitu, kemana pula
Demikian juga di provinsi, saat ini miskin arah politik pendidikan kabupaten/kota?
fungsi tetapi kaya struktur organisasi. Tidak hanya itu, birokrat-birokrat
Sebaliknya, di kabupaten/kota, saat ini kaya pendidikan di tingkat propinsi dan
fungsi tetapi miskin struktur organisasi. kabupaten/kota tidak dipersiapkan dengan
Gambar 2 menunjukkan bahwa penyelengga- baik sehingga kualitas birokrat pendidikan
raan pendidikan di Indonesia (utamanya) tingkat propinsi dan kabupaten/kota juga
dipengaruhi oleh Kemdagri, Kemdikbud, dan dipertanyakan. Bukan rahasia lagi bahwa
Kemnag. Pengelolaan dan penyelenggaraan banyak Kepala Dinas Pendidikan yang dijabat
pendidikan di bawah Kemdikbud sudah di oleh orang-orang yang tidak berlatar belakang
desentralisasikan, tetapi yang di bawah profesi pendidikan. Penunjukan pejabat
7

pendidikan di daerah sangat sarat dengan otoriter masih menjamur dalam era demokrasi
kepentingan. Tidak hanya itu, dalam era saat ini sehingga ada pameo bahwa yang
demokrasi seperti saat ini, perilaku-perilaku berhak menafsirkan kebenaran yang sah
hedonis, oligarkis, primordial, dan otoriter adalah orang yang sedang mempunyai otoritas
pimpinan pendidikan di daerah masih sangat tertinggi meskipun yang bersangkutan tidak
kuat meskipun secara normatif sudah harus memiliki abilitas yang tinggi.
berfaham demokrasi. Perilaku-perilaku

Kemendagri Kemendikbud Kemenag

Propinsi Dinas Pend. Kanwil


(Gubernur) Propinsi Kemenag

Kab./Kota Dinas Pend. Kantor


(Bupati/WK) Kab/Kota Kemenag

Kecamatan

Desa UPTD/Sekolah Madrasah

Gambar 2. Struktur Organisasi Pendidikan di Era Otonomi Daerah

komite sekolah. Disinilah politik pendidikan


5.3 Politik Pendidikan pada Tingkat
berbicara karena di sekolah akan terjadi
Sekolah
negosiasi, dialog, dan bahkan perdebatan
Dengan diterapkannya manajemen dalam memilih nilai-nilai yang pantas untuk
berbasis sekolah (MBS) yang memberikan diajarkan kepada peserta didik (selain yang
kewenangan dan tanggung jawab ke sekolah sudah ditetapkan oleh standar nasional
lebih besar dari pada era sentralistik, maka pendidikan) dan dalam mengalokasikan
sekolah lebih mandiri dan memiliki ruang sumber daya sekolah.
gerak lebih luas dalam memajukan
sekolahnya. Disamping itu, dengan 6. Politik Pendidikan Indonesia Dalam
dilibatkannya komite sekolah sebagai mitra Menghadapi Abad Ke-21
sekolah yang anggota-anggotanya mewakili
Berikut ditawarkan sejumlah pemikiran
masyarakat di sekitarnya, maka sekolah harus
untuk memperbaiki praktek-praktek politik
bekerja sama dengan komite sekolah. Komite
pendidikan Indonesia menuju abad ke-21.
sekolah memiliki peran-peran utama sebagai
a. Pendidikan Indonesia abad ke-21
pemberi nasehat, pendukung, fasilitator,
menghadapi lingkungan strategis yang
mediator, dan pengontrol. Oleh karena itu,
sangat kompleks sehingga politik
kepala sekolah tidak lagi bisa bebas
pendidikan harus mampu secara
sepenuhnya untuk mengambil keputusan,
kontinyu, konvergen, dan konsentris
kebijakan, perencanaan, dan penganggaran,
menyeleksi lingkungan strategis mana
tetapi harus dia harus bekerja sama dengan
yang selaras dengan karakteristik dan
8

kebutuhan Indonesia. Pembelajaran abad nasional dan menyulitkan arah politik


ke-21 yang diwarnai oleh digital juga pendidikan Indonesia.
harus menjadi bagian integral dalam f. UU 20/2003 Pasal 65 ayat (1) mengatakan
memper-timbangkan politik pendidikan bahwa: Lembaga pendidikan asing yang
Indonesia. terakreditasi atau yang diakui di
b. Tujuan pendidikan nasional agar negaranya dapat menyelenggarakan
mencakup pengembangan manusia pendidikan di wilayah Negara Kesatuan
Indonesia seutuhnya (termasuk melek Republik Indonesia sesuai dengan
sosial) sesuai amanat UU 45 yaitu peraturan perundang-undangan yang
mencedaskan kehidupan bangsa yang berlaku harus dihilangkan dan diganti
mencakup pengembangan kualitas dasar dengan kerjasama antara lembaga
(daya pikir, daya hati, daya fisik), kualitas pendidikan asing dan lembaga
instrumental (penguasaan ilmu, pendidikan Indonesia.
teknologi, seni, dan olah raga untuk g. Atas dasar bukti bahwa banyak
memenuhi kepentingan Indonesia), Permendikbud yang tidak ditaati oleh
kualitas ke-Indonesiaan (Pancasila, UUD pemerintah daerah, maka akan lebih baik
45, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika), PP-PP turunan UU 20/2003 dibuat per
dan kualitas global. jenis dan jenjang pendidikan seperti PP-
c. Politik pendidikan Indonesia harus fokus PP turunan Undang-Undang Republik
pada pembangunan manusia yang sesuai Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang
dengan karakteristik Indonesia dan Sistem Pendidikan Nasional.
kebutuhan Indonesia. Indonesia h. Tim RUU-RPP Kemdikbud (2011) telah
membutuhkan generasi muda yang menghasilkan alternatif-alternatif
mampu mengelola mineral, migas, batu desentralisasi pendidikan, yaitu:
bara, pertanian, peternakan, perkebunan, asimetris, provinsi, atau parsial pusat.
kelautan, air, tanah, dan udara. Yang Semula saya sepakat yang model
mendesak, Indonesia harus mendidik asimetris dengan pertimbangan
generasi muda agar mampu mengelola keragaman daerah di Indonesia. Tetapi
tambang sehingga kemampuan tentang saya berubah pikiran karena kalau model
resource technologies harus menjadi asimetrik dipilih akan membuahkan dua
prioritas pendidikan nasional. Jangan sistem pendidikan nasional lagi yaitu
terbuai beasiswa asing yang tidak desentralisasi bagi daerah yang mampu
bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan dan sentralisasi bagi daerah yang kurang
Indonesia dan juga jangan terbuai oleh mampu. Saya memilih model
ukuran-ukuran internasional yang desentralisasi pendidikan di provinsi
sifatnya kompetitif melulu dan dengan alasan bahwa desentralisasi
melupakan kebutuhan-kebutuhan seperti sekarang ini yang fokusnya di
nasional yang kaya akan keunggulan kabupaten/kota terlalu kecil unitnya
komparatif, baik sumber daya manusia, sehingga daerah yang kaya sumber daya
sumber daya natural maupun sumber (sumber daya manusia dan sumber daya
daya kultural. selebihnya) akan maju dengan pesat dan
d. Pembangunan pendidikan harus bertitik- daerah yang miskin sumber daya akan
tolak dari proses humanisasi, proses tertinggal sehingga kesenjangan antar
ditingkatkannya harkat-martabat kabupaten/kota akan lebar/menganga.
manusia, tumbuhnya harga diri, i. Diusulkan, urusan-urusan pendidikan
kemandirian, serta terjaganya yang dibagi antara pemerintah pusat,
kebahagiaan rakyat. (Muhammad Hatta pemerintah provinsi, dan pemerintah
yang dikutip Sri-Edi Swasono 2012). kabupaten/kota meliputi kualifikasi dan
e. Amanat UUD 45 mengatakan bahwa kompetensi lulusan, kurikulum,
Indonesia memiliki satu sistem pembelajaran, pendidik dan tenaga
pendidikan nasional sehingga semua jenis kependidikan, peserta didik/kesiswaan,
dan jenjang pendidikan dibawah naungan sarana dan prasarana, pendanaan,
Kemenag harus diintegrasikan menjadi manajemen dan organisasi, evaluasi
satu dengan Kemdikbud karena sistem (penjaminan dan pengendalian mutu
pendidikan ganda yang seperti sekarang serta akreditasi), kerjasama eksternal,
menyebabkan disintegrasi pendidikan hukum (peraturan perundang-
9

undangan), kepe-mimpinan dan kultur kapasitas dapat dilakukan melalui


pendidikan, system informasi (ICT/e- pelatihan, panduan, lokakarya, dan
education (e-schooling, e-learning, e-library, sebagainya sesuai dengan konteks yang
e-administration), dan kebudayaan. dihadapi.
Urusan-urusan pendidikan mana yang m. Pembuatan keputusan pendidikan, baik
merupakan bagian pemerintah pusat, di tingkat pusat maupun di daerah, harus
pemerintah provinsi, dan pemerintah mendasarkan pada data-data yang akurat.
kabupaten/kota, tidak dibahas dalam Untuk itu, unit dukungan pembuatan
makalah ini karena terlalu banyak. keputusan (decision making support) harus
j. Struktur organisasi pendidikan mengikuti diadakan di tingkat pusat dan di daerah
pembagian urusan pendidikan. untuk menghindari pembuatan
Hubungan pemerintah pusat dan keputusan yang kurang berbasis data.
pemerintah provinsi bersifat koordinatif, Oleh karena itu, penggunaan teknologi
dan hubungan antara pemerintah informasi dan komunikasi sudah
propinsi dan kabupaten bersifat merupakan keniscayaan untuk
direktif/komando. Penataan ulang mendukung pembuatan keputusan agar
struktur organisasi pendidikan yang lebih cepat dan akurat.
sesuai dengan fungsi masing-masing n. Uang mengikuti fungsi sehingga dengan
tingkatan birokrasi pendidikan harus adanya penambahan beban urusan
dilakukan. Penataan ulang struktur pendidikan menengah kepada propinsi,
organisasi pendidikan sangat tergantung dengan sendirinya dana yang dimiliki
pada pembagian urusan pendidikan oleh propinsi sebesar minimal 20% APBD
antara Kemdiknas, Dinas Pendidikan dapat disesuaikan penggunaannya. Yang
Provinsi, dan Dinas Pendidikan lebih penting, anggaran harus lebih besar
Kabupaten/kota sehingga penataan ulang difokuskan untuk pengembangan sekolah
pembagian urusan bidang pendidikan dan struktur anggaran sekolah lebih
antara pemerintah pusat, pemerintah difokuskan pada pembelajaran. Alokasi
provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota anggaran untuk manajemen pendidikan
harus dilakukan terlebih dahulu. di tingkat pusat, propinsi, dan
k. Pendidik dan tenaga kependidikan di kabupaten/kota sebagai pendukung
daerah agar tidak dibawah gubernur dan sekolah harus lebih kecil dari pada
bupati/walikota, tetapi diurus anggaran yang dialokasikan ke sekolah.
berdasarkan kaidah-kaidah kompetensi o. Perubahan (kemajuan dan
sehingga pengadaan, pemberhentian, dan perkembangan) pendidikan memerlukan
pemindahan harus didasarkan atas kepemimpinan kewirausahaan yang kuat.
kompetensi, bukan seperti sekarang yang Untuk itu, pengembangan kapasitas
kental dengan nuansa politik. dalam kepemimpinan kewirausahaan
Pengelolaan pendidik dan tenaga bagi pejabat pendidikan di tingkat pusat,
kependidikan dilakukan secara daerah, dan sekolah harus dilaksanakan
profesional dan bebas dari campur tangan melalui pelatihan, lokakarya, atau bentuk-
politik. Untuk itu, pengelolaan pendidik bentuk lain yang dianggap relevan
dan tenaga kependidikan diatur tersendiri dengan kebutuhan pejabat pendidikan
melalui Undang-Undang Aparatur Sipil yang bersangkutan.
Negara dan penyempurnaan UU 32/2004 p. Penataan ulang struktur organisasi
yang tidak terpengaruh oleh kekuasaan pendidikan yang sesuai dengan fungsi
Gubernur dan Bupati/Walikota sehingga masing-masing tingkatan birokrasi
the right person in the right place yang pendidikan harus dilakukan. Penataan
diidamkan dapat diwujudkan melalui ulang struktur organisasi pendidikan
cara-cara yang profesional. sangat tergantung pada pembagian
l. Pemerintah pusat melakukan urusan pendidikan antara Kemdiknas,
pengawasan dan hasilnya digunakan Dinas Pendidikan Propinsi, dan Dinas
untuk pengembangan kapasitas, baik Pendidikan Kabupaten/kota, sehingga
tingkat makro, kelembagaan, sumber penataan ulang pembagian urusan bidang
daya manusia, sumber daya selebihnya, pendidikan antara pemerintah pusat,
dan kemitraan antara sekolah, keluarga, pemerintah propinsi, dan pemerintah
dan masyarakat. Pengembangan
10

kabupaten/kota merupakan politik. Untuk itu, pengelolaan pendidik


prasyaratnya. dan tenaga kependidikan diatur tersendiri
q. Pengelolaan pendidikan dibenahi melalui Undang-Undang Aparatur Sipil
termasuk pengelolaan kesenjangan Negara dan penyempurnaan UU 32/2004
pendidikan. Integrasi pengelolaan yang tidak terpengaruh oleh kekuasaan
pendidikan antara pemerintah pusat dan Gubernur dan Bupati/Walikota, sehingga
daerah dibenahi melalui integrasi dan the right person in the right place yang
sinkronisasi kebijakan, perencanaan, diidamkan dapat diwujudkan melalui
penganggaran, pengorganisasian, cara-cara yang profesional.
implementasi, koordinasi, dan s. Di tingkat sekolah, komite sekolah
pengendalian pendidikan. Selain itu, sebagai mitra sekolah agar dipilih secara
keselarasan dan kompatibilitas benar sehingga selain mewakili
pengelolaan pendidikan antar jenjang stakeholders, juga the right person in the right
pemerintahan diupayakan melalui place yang tentu saja akan mendukung
pembenahan musyawarah perencanaan peningkatan kualitas politik pendidikan
pembangunan pendidikan dan koordinasi tingkat sekolah.
serta sinkronisasi yang dilakukan melalui
pertemuan-pertemuan dan penggunaan BACAAN TERBATAS
jaringan teknologi informasi dan Lasswell, Harold (1958). Politics: Who Gets
komunikasi (e-government). Sedang What, When, and How. New York: The
pengelolaan kesenjangan pendidikan, Wolrd Publishing Company.
baik dari segi pemerataan maupun mutu,
dilakukan melalui intervensi-intervensi Makagiansar, Makaminan (1998). Perkiraan
Profil Profesional Guru pada Awal Abad ke
secara struktural, kultural, dan figural.
21 dengan Fokus pada Kualifikasi Tenaga
Secara struktural, pengelolaan
Akademik Ilmu Rekayasa. Makalah
kesenjangan pendidikan dilakukan
Disampaikan pada Lokakarya
melalui kebijakan, perencanaan, dan
Regenerasi Tenaga Akademik Ilmu
penganggaran pendidikan yang lebih pro
Rekayasa II, Komisi Ilmu Rekayasa,
terhadap kemiskinan dan daerah
Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia
tertinggal, terpencil, terpencar, dan
di Jakarta Tanggal 1-2 Juli 1998.
terisolir. Sebenarnya, pemerintah sudah
memberikan dana alokasi khusus untuk Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
daera-daerah tertinggal namun Nomor 38 Tahun 2007 tentang
penggunaannya kurang luwes karena Pembagian Urusan antara Pemerintah,
hanya untuk infrastruktur. Padahal, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah
rendahnya angka partisipasi pendidikan Kabupaten/Kota.
disebabkan oleh banyak faktor, bukan Slamet PH (2000). Manajemen Berbasis Sekolah.
hanya karena kekurangan infrastruktur Jakarta: Jurnal Pendidikan dan
(prasarana). Kemiskinan, rendahnya Kebudayaan, Balitbang, Kemdikbud.
kesadaran masyarakat terhadap Sri-Edi Swasono (2012). Pendidikan Nasional
pentingnya pendidikan, kesulitan dan Pembangunan Karakter Bangsa.
geografis, dsb. membutuhkan solusi yang Jakarta: Bappenas.
sesuai. Intervensi-intervensi kultural
Sri-Edi Swasono. Kelengahan Kultural. Jakarta:
dilakukan melalui pengubahan
Suara Pembaharuan 11 Agustus 2011.
kebiasaan-kebiasaan perilaku masyarakat
yang tidak pro terhadap pentingnya Sri Suprapto (2013). Lanhdasan Aksiologis
pendidikan bagi masa depan anak- Sistem Pendidikan Nasional Indonesia
anaknya untuk keluar dari kesengsaraan. dalam Perspektif Filsafat Pendidikan.
Intervensi-intervensi secara figural Cakrawala Pendidikan (Jurnal Ilmiah
dilakukan melalui advokasi-advokasi Pendidikan, Juni 2013, Th.XXXII, No.2).
pendidikan untuk mengubah pola pikir Yogyakarta: Universitas Negeri
(mind set), pola hati (heart set), dan pola Yogyakarta.
tindak/perilaku (action set). Tim Rancangan Undang-Undang dan
r. Pengelolaan pendidik dan tenaga Rancangan Peraturan Pemerintah
kependidikan dilakukan secara Bidang Pendidikan (2011). Jakarta:
profesional dan bebas dari campur tangan Balitbang, Kemdikbud.
11

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Undang-Undang Republik Indonesia Nomor


Tahun 1945 (Amandemen 2002). 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor Pendidikan Nasional.
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Wirt & Michael W. Kirst (1982). The Politic of
Daerah. Education: Schools in Conflict. Berkeley:
McCutchan Publishing Corporation.
12

TANTANGAN SEKOLAH PADA ABAD KE-21


Nasution, M.Hum.,M.Ed.,Ph.D
Universitas Negeri Surabaya

melakukan pencucian otak. Meskipun cara-


1. Pendahuluan
cara itu bertentangan dengan pendidikan,
Tema tentang politik pendidikan serasa sekolah tidak dapat menolak dirinya dari
baru di Negara kita. Studi tentang tema ini pemberian indoktrinasi.
karya M. Sirozi1 dapat dijadikan rujukan yang Dalam makalah ini akan dibahas tentang
bagus guna memahami konsep dan perjalanan indoktrinasi dan berbagai permasalahannya
politik pendidikan di Indonesia. Politik pen- dalam pendidikan, dan kemudian bagaimana
didikan adalah kajian tentang relasi antara proses pendidikan di sekolah itu sebaiknya
proses munculnya berbagai tujuan pendidikan diselenggarakan.
dengan cara-cara pencapaiannya.2
Politik dan pendidikan memiliki hubung- 2. Permasalahan Indoktrinasi di Sekolah
an yang sangat erat dan mempunyai
Di sekolah-sekolah di Indonesia,
hubungan timbal balik. Hubungan timbal
indoktrinasi masih sangat umum dilakukan
balik antara politik dan pendidikan adalah
dalam pembelajaran. Belum ada diskusi
bahwa lembaga-lembaga dan proses pendidik-
khusus baik dalam jurnal atau media umum
an berperan dalam membentuk perilaku
tentang pantang tidaknya cara ini dilakukan
politik masyarakat di sebuah Negara, begitu
dalam dunia pendidikan. Para pendidik di
pula sebaliknya lembaga dan proses politik di
sekolah belum banyak yang menyadari
sebuah Negara dapat membawa dampak besar
apakah yang dilakukan selama ini termasuk
terhadap karakteristik pendidikan di Negara
indoktrinasi atau bukan, perlu dihindari atau
tersebut.3 Dengan kata lain bahwa lembaga
tidak, lalu bagaimana sebaiknya proses
dan proses pendidikan tidak hanya mem-
pendidikan di sekolah itu diselenggarakan.
pengaruhi perilaku politik masyarakat saja
Sebenarnya diskusi masalah indoktrinasi
melainkan perilaku masyarakat secara
dalam pendidikan sudah lama menjadi ajang
keseluruhan dan campur tangan politik juga
perdebatan di Amerika yakni muncul
membawa dampak yang besar terhadap
dipermukaan sejak tahun 1930an. Meskipun
pendidikan yang juga berakselerasi langsung
demikian, pembahasan masalah indoktrinasi
terhadap kehidupan masyarakat secara
dalam pendidikan masih juga berlangsung
keseluruhan.
hangat hingga saat ini.4 Demikian pula di
Hal yang menjadi permasalahan di
Indonesia, mendiskusikan hal ini merupakan
Indonesia adalah bahwa pemerintah yang
hal yang harus mulai dipikirkan, mengingat
berkuasa sering menjadikan lembaga dan
indoktrinasi masih kental digunakan dalam
proses pendidikan (sekolah), sebagai wadah
proses pendidikan di sekolah.
dan media untuk misi-misi politik, social,
Pada masa Orde Lama, masalah ideology
ekonomi, mereka. Cara-cara yang ditempuh
politik merupakan problem yang sedang
adalah mengindoktrinasi peserta didik agar
dihadapi pada masa itu. Dalam masyarakat
menerima misi mereka. Dengan kata lain
terbagi dalam tiga kelompok politik besar,
mereka mengarahkan pemikiran hanya ke satu
yakni golongan Islam (Agamis), Komunis, dan
arah sebagaimana yang diinginkan, Kadang
Sekuler (Nasionalis). Sekolah terbagi dalam
kala mereka menempuh cara dalam
menanamkan kepercayaan atau keyakinan
tentang kebenaran misi mereka dengan 4 Dalam diskusi pendidikan isu
indoktrinasi ini karena masih dianggap
1M. Sirozi, Politik Pendidikan: Dinamika relevan, diangkat kembali dalam diskusi
Hubungan antara Kepentingan oleh Samuel Shermis S., dan James L.
Kekuasaan dan Praktik Penyelenggaraan Barth, dengan judul Indoctrination and
Pendidikan. (Jakarta: PT. Grafindo the Study of Social Problems: A Re-
Persada, 2007). Examination of the 1930s Debate in The
2 Ibid,, hlm. ix. Social Frontier, Social Education, March
3 Ibid., hlm. 1. 1985, hal. 191.
13

berbagai indoktrinasi politik. Pada masa Orde atau kekuasaan khususnya pemerintah atau
Baru, legitimasi politik penguasa lebih gereja untuk mengubah seseorang atau
mendominasi proses pendidikan di sekolah. kelompok dari beragam sudut pandang
Dan pada masa ini, sebagai hasil euphoria menjadi hanya satu sudut pandang tertentu.
kebebasan yang berlebihan setelah reformasi Mereka menawarkan control social dan politik
masalah pendidikan karakter menjadi masalah yang kuat. Prosedur ini telah dikenakan pada
paling mengedepan. system sekolah dan pada masyarakat yang
Sentimen antara kebudayaan Barat dan lebih luas. Indoktrinasi ini merupakan mani-
Timur sampai saat ini masih berlangsung, festasi dari berlawanan dengan pandangan
sebagai efek dari perang salib beberapa abad bahwa pendidikan perlu pengembangan
silam, yang kadang kala masih menyelimuti otonom. Di sekolah pengajaran secara historis
berupa kecurigaan benturan kebudayaan. menggunakan control yang mencengkeram
Membawa debat tentang indoktrinasi ini melalui inculcation yakni proses mem-
mungkin ada yang bergumam, Amerika ada- pengaruhi secara paksa atas pikiran dengan
lah Amerika, dan Indonesia adalah Indonesia, sering mengulang-ulang dan Indoktrinasi
kita mempunyai ideology yang berbeda berkaitan dengan materi atau system
dengan mereka. Apalagi di sekolah-sekolah kepercayaan yang ditanamkan. Secara historis
sering diperlihatkan bahwa segala bentuk metode seperti itu telah secara jelas bahwa
tingkah laku negative yang dilakukan dari pendidikan merupakan barang yang telah
anak bangsa ini adalah sebagai bentuk dari digunakan untuk menarik masuk apakah
pengaruh Amerika atau Barat. Disinilah agama, kepentingan nasional, moral, atau
kadang kala para pendidik di sekolah secara lingkungan.6 Definisi yang disampaikan oleh
sengaja atau tidak, telah menanamkan satu Marsden cukup jelas dan mudah dipahami,
sudut pandang yang tunggal tentang dia mendasarkan pada kriteria yang tegas
fenomena social tertentu. Dan membawa untuk dapat mengatakan bahwa apa yang
ranah diskusi ini bukanlah dalam rangka dilakukan sekolah adalah sebagai bentuk
Amerikanisasi atau Baratisasi melainkan Indoktrinasi.
semata-mata mengajak berpikir bersama Dalam kamus Oxford, indoktrinasi
dalam rangka perbaikan di dunia pendidikan diartikan sebagai perintah pada satu pokok
sekolah kita. persoalan; pengajaran dan pengilhaman atau
bujukan. Dan dalam jurnal Social Frontier
3. Konsep Indoktrinasi Indoktrinasi didefinisikan sebagai suatu usaha
untuk membentuk pikiran orang-orang
Kata Indoktrinasi ini berasal dari kata
dengan menjadikan mereka sasaran tipuannya
doktrin yang awal mulanya digunakan oleh
dengan kekuasaan.7
gereja katolik dalam kebaktian umum dengan
Definisi indoktrinasi ini kemudian ber-
cara menanamkan keyakinan ke dalam hati
kembang lebih luas Washburn mendefinisikan
kepada setiap pengikutnya. Secara historis
Indoktrinasi yakni sebagai suatu usaha
kata ini muncul dalam pendidikan di Eropa
mempengaruhi siswa untuk menerima satu
pada abad pertengahan atau lahir dalam
solusi untuk satu masalah atau satu pokok
pendidikan agama Katolik. Dalam pendidikan
persoalan.8
Katolik di Eropa abad pertengahan sampai
John Dewey mendefinisikan Indoktrinasi
dengan abad modern, ajaran yang bersifat
sebagai penggunaan cara yang sistematis yang
keagamaan diajarkan dimana dalam proses
memungkinkan untuk menanamkan pada
pembelajarannya baik secara isi maupun
siswa tentang satu set pandangan ekonomi
penyampaiannya dengan tidak mengenal
dan politik dengan mengesampingkan hal
kritik atau bantahan (Sinkyoikugaku Daijiten,
lainnya.9
1990: 149).5 Setelah itu kata ini menyebar dan
digunakan secara luas dalam pendidikan atau
hal-hal yang serupa. 6Marsden, William E., The School
Marsden merumuskan bahwa indok- Textbook:Geography, History and Social
trinasi merupakan seperangkat teknik yang Studies. (London: Woburn Press, 2001),
didesain untuk memperkenankan kekuatan hal. 167.
7Social Frontier 1935, dalam: Shermis,
Samuel S., dan James L. Barth, log.cit.
5, (Kamus Besar Baru Ilmu 8 Ibid.
Pendidikan) cetakan I, tahun 1990, p. 149. 9 Ibid.
14

Menanggapi banyaknya definisi tentang dari sebuah kelompok, baik secara material
indoktrinasi yang beragam Snook kemudian maupun spiritual.
mencatat bahwa indoktrinasi adalah merupa- Sehubungan dengan sifat pendidikan
kan istilah yang berkonotasi negative, dan yang tidak bisa netral, maka sekolah tidak
penggunaannya secara moral patut dikritisi. hanya mengajarkan pengetahuan factual yang
Untuk melihat apakah sebuah pengajaran itu netral melainkan juga sebagai alat dalam
sebagai bentuk indoktrinasi atau bukan dia menanamkan nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan,
lebih menekankan pada motif. Hal ini kepercayaan-kepercayaan, loyalitas, dan ide-
menurutnya seseorang diajarkan matematika ide. Bahkan buku pelajaran sekolah sering
dengan menggunakan metode yang dapat ditulis dan diseleksi dengan ide menyebarkan
digolongkan indoktrinasi, tetapi orang doktrin-doktrin politik, social, religi, dan
cenderung tidak akan mengatakan itu moral dari kelompok social tertentu. Memang
indoktrinasi. Sebuah pengajaran itu termasuk satu hal yang tidak mungkin bahwa sekolah
indoktrinasi atau bukan, menurutnya kriteria harus dipisahkan dengan campur tangan
motif merupakan hal yang utama.10 politik khusunya dalam proses pendidikan,
namun beberapa hal yang patut dihindari
4. Indoktrinasi vs Pendidikan adalah upaya pemaksaaan kehendak atau
pemaksaan pemaknaan tunggal dari penguasa
Berkaitan dengan isu indoktrinasi yang
dengan menghindari indoktrinasi.
masih kental dilakukan dalam proses
Untuk dapat menghindari indoktrinasi ini
pendidikan di Indonesia, diantara para ahli
kita perlu tahu perbedaan antara indoktrinasi
pendidikan terbetik satu pemikiran tentang
dan pendidikan. Di atas sudah dibahas
perlunya pemisahan antara pendidikan dan
panjang lebar tentang konsep indoktrinasi,
politik. Para pemikir ini ingin agar pendidikan
yang berlawanan dengan konsep pendidikan.
dan politik menjadi wilayah yang terpisah.
Pendidikan adalah proses pengalaman
Harapan mereka adalah berusaha untuk
langsung oleh seorang individu yang akan
membebaskan lembaga-lembaga pendidikan
memimpinnya dalam memformulasikan
dari berbagai kepentingan politik penguasa.11
filosofinya tentang kehidupan, orientasi social,
Pemikiran pemisahan secara tegas
moral ideal, dan tujuan-tujuan loyalitas. Bila
nampaknya mudah untuk dikatakan tetapi
indoktrinasi mengajarkan apa untuk dipikir;
dalam kenyatannya sangat sulit untuk
pendidikan adalah mengajarkan bagaimana
dilaksanakan. Beberapa teori pendidikan yang
berpikir.13 Membebaskan program pendidikan
memperkuat salah satunya adalah me-
dari indoktrinasi dengan atau tanpa tekanan
ngatakan bahwa pendidikan adalah sebagai
oleh kelompok atau pemerintah, atau dari
sebuah proses sosial, dimana ia didesain dan
pendidik merupakan harapan dari pemikir
diorganisasi untuk menjadikan generasi baru
pendidikan menuju ke arah kemajuan.
ke dalam anggota dalam sebuah kelompok,
Indoktrinasi harus dijauhi karena ber-
apakah kelompok itu adalah sebuah suku,
tentangan dengan pendidikan yang meletak-
sebuah masyarakat, atau sebuah bangsa.12 Dari
kan dasar kebebasan dalam merekonstruksi
definisi itu karena pendidikan sebagai sebuah
pengalaman oleh siswa sebagai individu.
produk proses social ia tidak dapat otonom,
dia diadakan sebagai bentuk ekspresi ide-ide,
5. Tantangan Sekolah abad ke-21
ideal-ideal, harapan-harapan dan aspirasi dari
kelompok social yang ada. Oleh sebab itu Campur tangan politik ke dalam lembaga
karakternya ditentukan oleh organisasi social dan proses pendidikan di Indonesia ibarat
dan keagamaan, ekonomi, politik, oleh siapa sudah mengakar. Dalam perjalanan sejarah
saja yang mencerminkan total kebudayaan pendidikan di Indonesia, sejak dikenalkannya
system pendidikan modern model Barat,
hampir setiap zaman, siapa yang memerintah
mereka selalu mempengaruhi lembaga dan
10 Snook, A., 1970. The Concept of proses pendidikan dengan satu set perangkat
Indoctrination, in: Studies in Philosophy kebijakan dengan tujuan dan kepentingan
and Education, vol. VII, number 2.
11 M. Sirozi, op.cit., hal. 20-26.
12 Colliers Encyclopedia. (New York: Mac 13Introductory Remarks on
Millan Educational Company, 1987), hal. Indoctrination, dalam Social Frontier,
581. January 1935, hal. 8.
15

tertentu. Hingga sampai saat ini pun sekolah tidak pernah diketahui bentuknya se-
tidak bisa menghindar dari cetak biru tatanan belumnya.
sosial sebagaimana yang telah ditetapkan.
Hal yang sedang kita hadapi dan Anakmu bukan milikmu (Kahlil Gibran)
sekaligus merupakan tantangan sekolah yang
patut diperhatikan adalah perubahan dunia Anakmu bukan milikmu,
yang begitu cepat membuat kita perlu Mereka adalah putra putri sang hidup,
melakukan ide-ide dan orientasi baru. Nilai- Yang rindu akan dirinya sendiri.
nilai yang diatur sepanjang waktu dengan Mereka lahir lewat engkau,
indoktrinasi hanya akan melahirkan manusia Tetapi bukan dari engkau,
yang tidak dapat menyesuaikan diri. Karena Mereka ada padamu, tetapi bukanlah milikmu.
itu sekolah harus menyediakan ruang agar Berikanlah mereka kasih sayangmu,
pendidikan langsung memenuhi usaha-usaha Namun jangan sodorkan pemikiranmu,
untuk mengembangkan sensitivitas, mental Sebab pada mereka ada alam pikirannya
yang tajam, dan kemampuan memperoleh sendiri.
makna dan nilai-nilai dari pengalaman- Patut kau berikan rumah pada raganya,
pengalaman yang dilalui siswa. Indoktrinasi Namun tidak bagi jiwanya,
itu sama seperti perbudakan moral dan Sebab jiwa mereka adalah penghuni rumah
intelektual.14 Bila anak dididik dengan masa depan,
indoktrinasi, bila mereka dewasa ibarat seperti Yang tiada dapat kau kunjungi,
wayang, tergantung kepada siapa dalang yang Sekalipun dalam mimpimu.
menggerakkannya. Engkau boleh berusaha menyerupai mereka,
Oleh karena itu, sebagaimana dikatakan Namun jangan membuat mereka me-
oleh James P. Shaver,15 tantangan sekolah nyerupaimu,
adalah bagaimana memperbesar kemampuan Sebab kehidupan tidak pernah berjalan
siswa dalam membuat keputusan-keputusan mundur,
sehingga mereka mendapat kematangan. Atau tenggelam ke masa lampau.
Sekolah hendaknya memberikan ruang ke- Engkaulah busur asal anakmu,
pada siswa untuk terlibat dalam pendefinisian Anak panah hidup, melesat pergi.
dan pembentukan masalah, dan mereka Sang pemanah membidik sasaran keabadian,
diminta untuk mempertimbangkannya. Dia merentangkanmu dengan kuasaNya,
Dengan demikian siswa merasakan hubungan Hingga anak panah itu melesat jauh dan cepat.
antara nilai-nilai yang diperdebatkan dengan Bersukacitalah dalam rentangan tangan
nilai-nilai yang ada dalam kehidupan mereka sang pemanah,
sendiri. Melibatkan siswa dalam dalam Sebab dia mengasihi anak-anak panah
penyelidikan supaya mereka dapat menjadi yang melesat laksana kilat,
seperti masyarakat dewasa dalam membuat Sebagaimana dikasihiNya pula busur
keputusan-keputusan yang rasional. Keputus- yang mantap.
an-keputusan itu hanya dapat dibangun dari
komitmen-komitmen dari hasil perdebatan DAFTAR PUSTAKA
rasional diantara mereka.
Colliers Encyclopedia. (New York: Mac Millan
Sebagai kata akhir, puisi Kahlil Gibran di
Educational Company, 1987)
bawah ini, mungkin dapat dijadikan rujukan
gambaran imajinatif penolakan terhadap Marsden, William E., The School Text-
indoktrinasi, dan gambaran tantangan sekolah book:Geography, History and Social
dalam menyediakan ruang bagi anak didiknya Studies. (London: Woburn Press, 2001).
untuk mendefinisikan sendiri masa depan M. Sirozi, Politik Pendidikan: Dinamika
mereka, yang mungkin berbeda dan bahkan Hubungan antara Kepentingan Ke-
kuasaan dan Praktik Penyelenggaraan
Pendidikan. (Jakarta: PT. Grafindo
14 Introductory Remarks on Persada, 2007).
Indoctrination, Social Frontier, log.cit. , (Sinkyoikugaku daijiten-
15 Shaver, James P., Commitment to Kamus Besar Baru Ilmu Pendidikan)
Values and the Study of Social Problems in cetakan I, tahun 1990.
Citizenship Education, dalam: Social
Education, vol. 49, March 1985.
16

Social Education, March 1985: Samuel Shermis social Problems in Citizenship Edu-
S., dan James L. Barth, Indoctrination cation.
and the Study of Social Problems: A Re- Social Frontier, January 1935: Introductory
Examination of the 1930s Debate in The Remarks on Indoctrination.
Social Frontier. Studies in Philosophy and Education, vol.
________________, James P. Shaver, VII, number 2, 1970. Snook, A., The Concept of
Commitment to Values and the study of Indoctrination.
17

TANTANGAN GURU PADA ABAD KE-21


Hywel Coleman
Honorary Senior Research Fellow, School of Education, University of Leeds, UK
H.Coleman@leeds.ac.uk

terdapat perbedaan atau kekurangan antara


1. Pendahuluan
dampak pendidikan selama ini dengan
Menurut Bank Dunia, salah satu masalah karakteristik masyarakat yang diharapkan,
pokok berkaitan dengan guru di Indonesia berarti sistem pendidikan yang ada belum
pada saat ini adalah ketidakberhasilan sepenuhnya mencapai sasarannya. Perbedaan
program sertifikasi dan pemberian tunjangan atau kekurangan tersebut harus menjadi fokus
guru (Chang, akan terbit 2014). Penelitian perhatian bagi para pemangku kepentingan.
Bank Dunia berkesimpulan bahwa cara
mengajar guru yang telah disertifikasi tidak Pertanyaan yang timbul adalah, apakah
bisa dibedakan dengan metode guru yang semua kekurangan dalam sistem pendidikan
belum disertifikasi. Wiryawan (2013) juga selama ini merupakan tanggung jawab guru
berpendapat bahwa tantangan utama yang sendiri, ataukah ada pihak lain yang juga
dihadapi guru adalah keharusan untuk berperan? Setelah pertanyaan tersebut
memperbaiki mutunya sendiri, terutama terjawab, baru dapat dilihat dengan jelas apa
kompetensi pedagogiknya dan kompetensi yang menjadi tantangan bagi guru.
kepribadiannya. Sementara Madani melihat
tantangan guru sebagai masalah rumit yang 2. Hubungan antara pendidikan dengan
menyangkut pendidikan awal sebagai guru perkembangan masyarakat selama ini
dan pemengembangan keprofesiannya
Isu pertama yang akan dibahas adalah
selanjutnya:
hubungan antara pendidikan dengan
perkembangan masyarakat Indonesia selama
Perguruan tinggi yang menyiapkan
ini. Apakah sistem pendidikan berdampak
guru kita, apakah mereka cukup
pada peserta didik, bagaimana proses
memahami persoalan guru? Apakah
pendidikan selama mereka belajar dan
perubahan IKIP menjadi universitas bisa
selanjutnya bagaimana dampaknya setelah
memenuhi harapan kita agar dapat
mereka menjadi anggota masyarakat? Apakah
menyiapkan calon guru? Bagaimanakah
dampak tersebut bersifat positif atau negatif?
beberapa negara lain - misalnya India
dan Cina - melakukan perbaikan
Untuk mengevaluasi dampak sistem
terhadap guru? Apakah guru SD, SMP,
pendidikan tidak cukup dengan melihat Nilai
dan SMA semua harus melalui jalur
Evaluasi Murni (NEM) yang diperoleh oleh
yang sama di perguruan tinggi?
peserta didik. Akan tetapi perlu juga dilihat
Bagaimana pola pengembangan profesi
empat hal, sebagai berikut:
guru di lapangan? (Faisal Madani,
komunikasi pribadi, 2013) kompetensi siswa: melihat sejauh mana
peserta didik di Indonesia memiliki
kompetensi membaca, menghitung
Makalah ini mencoba membahas
(matematika), dan memahami dunia di
tantangan yang sedang dihadapi oleh guru di
sekitarnya (sains)?
Indonesia dari sudut pandang yang berbeda.
kesehatan: apakah terdapat korelasi
Pembahasan dimulai dengan analisis
antara tingkat pendidikan seseorang
sederhana mengenai hubungan antara
dengan keadaan kesehatannya?
pendidikan dengan perkembangan
ekonomi: apakah ada korelasi antara
masyarakat yang ada saat ini di Indonesia.
tingkat pendidikan, jenis pekerjaan,
Dengan kata lain, kita perlu melihat terlebih
dengan pendapatan?
dahulu tentang dampak pendidikan selama
sikap dan perilaku sosial: apakah ada
ini. Selanjutnya dilakukan analisis terhadap
karakter pendidikan yang diperlukan saat ini hubungan antara tingkat pendidikan, cara
berfikir, dengan sikap dan perilaku
dan bagaimana wujud karakter pendidikan
yang diperlukan pada masa depan. Apabila seseorang sebagai anggota masyarakat?
18

2.1 Kompetensi membaca, menghitung, dan pengetahuan dan keterampilan yang sangat
memahami dunia sekitarnya penting untuk berpartisipasi sepenuhnya
dalam masyarakat modern, dengan
Sampai dengan saat ini, Indonesia sudah
memfokuskan pada membaca, matematika,
lima kali berpartisipasi dalam Programme for
dan sains. PISA mencoba untuk tidak hanya
International Student Assessment (PISA), yaitu
menilai apakah peserta didik dapat
pada tahun 2000, 2003, 2006, 2009, dan 2012.
mereproduksi ilmu, tetapi juga meneliti
PISA mengukur kemampuan membaca,
seberapa terampil mereka dalam
matematika, dan sains yang dimiliki oleh
mengekstrapolasi dari apa yang sudah mereka
peserta didik pada usia 15 tahun. Tujuan PISA
pelajari dan bagaimana menerapkannya di
adalah untuk menilai sampai sejauh mana
lingkungan yang baru, baik di dalam maupun
peserta didik yang mendekati tahap akhir
di luar sekolah (OECD 2010, 18).
program wajib belajar telah mendapatkan

Table 1. Kompetensi membaca yang dimiliki siswa di Indonesia, umur 15 tahun (SMA Kelas
1)

Indonesia
Jumlah negara Negara atau negara
yang bagian dengan skor Negara dengan
Tahun Skor Urutan berpartisipasi tertinggi skor terendah

Finland Peru
2000 371 39 41
546 327

Finland Tunisia
2003 382 39 40
543 375

Korea Kyrgyzstan
2006 393 48 56
556 285

Shanghai, China Kyrgyzstan


2009 402 57 65
556 314

Shanghai, China Peru


2012 396 60 65
570 384
Sumber: OECD 2000, 2004, 2007, 2010, 2013

Hasil dari lima kali pelaksanaan penilaian Tabel 2 merangkum kompetensi sains
PISA terhadap kompetensi membaca peserta anak Indonesia usia 15 tahun di tahun 2000,
didik dirangkum dalam Tabel 1. Hasil 2003, 2006, 2009, dan 2012. Selama dua belas
penilaian kompetensi membaca berkisar dari tahun kompetensi di bidang sains tidak
skor rata-rata antara 371 pada tahun 2000 berubah secara signifikan (OECD 2013). Pada
sampai dengan 402 pada tahun 2009. Sebagian tahun 2000 skor rata-rata yang dicapai adalah
besar peserta didik berada pada Level 1 393 dan pada tahun 2012 sudah menurun
(terbawah dari enam level) sedangkan kurang menjadi 382. Sejak tahun 2003 skornya
dari lima persen berada pada Level 4, 5 atau 6 semakin menurun dari tahun ke tahun.
(level tertinggi). Namun ada peningkatan Kurang dari 0,1 persen peserta didik Indonesia
sedikit dari tahun 2000 sampai dengan 2009, dapat mencapai Level 5 atau 6 dan lebih dari
akan tetapi pada tahun 2012 skor rata-rata separuh peserta didik berada pada Level 1
Indonesia menurun lagi dari 402 ke 396. atau pada posisi yang lebih rendah lagi dari
Level 1.
19

Table 2. Kompetensi yang dimiliki siswa di Indonesia, umur 15 tahun (SMA Kelas 1), di
bidang sains

Indonesia Jumlah Negara atau negara


negara yang bagian dengan skor Negara dengan
Tahun Skor Urutan berpartisipasi tertinggi skor terendah

Korea Peru
2000 393 38 41
552 333

Finland Tunisia
2003 395 38 40
548 385

Finland Kyrgyzstan
2006 393 50 57
563 322

Shanghai, China Kyrgyzstan


2009 383 60 65
575 330

Shanghai, China Peru


2012 382 64 65
580 373
Sumber: OECD Sumber: OECD 2000, 2004, 2007, 2010, 2013

Di bidang matematika hasil penilaian signifikan dalam kompetensi matematika


PISA pada tahun 2000, 2003, 2006, 2009, dan yang dimiliki oleh peserta didik di Indonesia.
2012 dapat dilihat pada Tabel 3. Sekali lagi Dibanding dengan semua negara lain yang
tidak terlihat ada kecenderungan yang jelas; berpartisipasi dalam program PISA, Indonesia
pada tahun 2000 skor rata-rata yang dicapai mempunyai persentase siswa yang paling
adalah 367 dan pada tahun 2012 skornya 375. sedikit pada Level 2 ke atas dan persentase
Pada tahun 2006 skor sempat naik sedikit yang paling besar pada Level 1 atau lebih
menjadi 391 kemudian pada tahun 2009 rendah lagi, yaitu di bawah Level 1 (OECD
menurun lagi. Menurut OECD, selama dua 2013).
belas tahun terakhir tidak terjadi perubahan

Table 3. Kompetensi yang dimiliki siswa di Indonesia, umur 15 tahun (SMA Kelas 1), di bidang
matematika

Indonesia Jumlah Negara atau negara


negara yang bagian dengan skor Negara dengan
Tahun Skor Urutan berpartisipasi tertinggi skor terendah

Hong Kong Peru


2000 367 39 41
560 292

Hong Kong Brazil


2003 360 38 40
550 356

Chinese Taipei Kyrgyzstan


2006 391 50 57
549 311

Shanghai, China Kyrgyzstan


2009 371 61 65
600 331

Shanghai, China Peru


2012 375 64 65
613 368
Sumber: OECD Sumber: OECD 2000, 2004, 2007, 2010, 2013
20

Dari lima belas kali pelaksanaan diterapkan langsung oleh peserta didik dalam
pengukuran kompetensi anak dalam kehidupannya) atau diperoleh secara tidak
membaca, matematika, dan sains yang langsung (yang terpelajar cenderung banyak
dilaksanakan melalui program PISA antara membaca; yang banyak membaca akan
tahun 2000 sampai dengan tahun 2012 dapat terekspos terhadap informasi tentang gizi dan
disimpulkan bahwa: kesehatan; yang melek kesehatan cenderung
Anak Indonesia usia 15 tahun pada memilih pola hidup sehat). Temuan dari enam
umumnya mencapai tingkat kompetensi studi kasus di Indonesia memberi indikasi
antara sangat rendah dan rendah dalam tentang hal ini.
ketiga bidang pengukuran kompetensi Pada studi kasus pertama, penelitian
Mayoritas peserta didik tergolong ke dilakukan dengan pasien hamil di salah satu
dalam level terendah pada ukuran rumah sakit di Jakarta. Hasilnya menunjukkan
kompetensi; sangat sedikit yang mencapai bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat
tingkat tinggi pendidikan calon-calon ibu dan rencana
Terdapat sedikit peningkatan kompetensi mereka untuk memberikan ASI (air susu ibu)
membaca antara tahun 2000 dan 2009 kepada bayinya setelah melahirkan:
akan tetapi terjadi penurunan lagi antara Planning of prolonged breastfeeding has
tahun 2009 dan 2012 little to do with maternal education.
Dalam kompetensi matematika dan sains (Idris et al. 2013)
tidak terjadi perubahan signifikan selama
dua belas tahun Merencanakan pemberian ASI selama
Dalam bidang matematika dan sains jangka waktu panjang tidak berkaitan secara
Indonesia berada pada peringkat 64 dari signifikan dengan pendidikan ibu.
65 negara, dengan skor yang tidak Ibu-ibu, baik yang berpendidikan rendah
berbeda secara signifikan dengan maupun tinggi, cenderung merencanakan
Colombia (peringkat 62), Qatar (63), dan pemberian ASI kepada bayinya selama jangka
Peru (65) waktu yang kurang lebih sama. Dapat
Kompetensi membaca menempatkan disimpulkan bahwa tingkat pemahaman
Indonesia pada peringkat 60, tidak tentang pentingnya bayi diberi ASI tidak jauh
berbeda secara signifikan dengan Tunisia berbeda antara yang berpendidikan rendah
(56), Colombia (57), Jordania (58), dengan yang berpendidikan lebih tinggi.
Malaysia (59), Argentina (61), Albania Studi kasus kedua dilakukan oleh tim
(62), dan Kazakhstan (63). dari University of Illinois at Chicago dengan
2.2 Kesehatan kaum laki-laki di Jakarta yang melakukan seks
dengan sesama jenis. Penelitiannya
Salah satu indikator keberhasilan suatu menemukan adanya korelasi langsung antara
sistem pendidikan adalah adanya pemahaman tingkat pendidikan dan pemakaian kondom:
dan perilaku lulusannya yang berkaitan
dengan kesehatan dirinya sendiri serta Having a higher level of education was
kesehatan anaknya. Seseorang yang associated with more condom use (p <
berpendidikan diharapkan akan memiliki .05). (Safika et al. 2013)
pemahaman tentang hal-hal yang perlu Memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi
dihindari dan hal-hal lain yang perlu berhubungan dengan kecenderungan untuk
dilakukan agar dirinya dan keluarganya dapat lebih banyak menggunakan kondom (p <
hidup dengan sehat. Lebih dari itu, .05).
diharapkan orang yang berpendidikan tidak
hanya mempunyai pemahaman yang lebih Dalam hal ini, laki-laki yang rentan
tentang kesehatan dibanding dengan warga mengidap HIV tetapi berpendidikan tinggi
lain yang pendidikannya lebih rendah tetapi menyadari pentingnya menggunakan kondom
dia juga akan mengimplementasikan dan mereka bertindak sesuai dengan
pemahamannya tersebut dalam cara hidup kesadaran tersebut. Akan tetapi oleh populasi
yang sehat. Hubungan antara pendidikan yang sama dengan pendidikan lebih rendah
dengan pemahaman serta perilaku bisa penggunaan kondom juga rendah, karena
diperoleh secara langsung melalui pendidikan mereka belum memahami risiko yang
(misalnya, hal-hal yang menyangkut dihadapi. Dengan demikian, tingkat
kesehatan diajarkan di sekolah, kemudian
21

pendidikan berkaitan langsung dengan Dari Tabel 4 juga dapat dilihat bahwa
perilaku dan kesehatan. kecenderungan untuk menggunakan jenis KB
Pada kasus lain, ternyata pemahaman ini sangat rendah (kurang dari satu persen).
tentang cara hidup sehat tidak selalu disertai Dengan demikian, tidak ada korelasi antara
dengan tindakan yang sesuai. Survei tingkat pemahaman dan tingkat penggunaan:
Demografi Kesehatan Indonesia pada tahun dari kelompok wanita yang paling sedikit
2012, yang dilakukan bersama oleh Badan memahami sterilisasi (yaitu yang tidak pernah
Pusat Statistik (BPS), Badan Kependudukan & sekolah) terdapat hanya 0,9 persen yang
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan suaminya disterilisasi. Sebaliknya, dari
Kementerian Kesehatan (Kemenkes), misalnya, kelompok yang paling banyak mengerti
mengukur pemahaman yang dimiliki oleh tentang sterilisasi (lulusan SMA) ternyata
wanita kawin umur 15-491 tentang perlunya hanya 0,1 persen yang suaminya disterilisasi.
sterilisasi pria sebagai salah satu metode Berarti tidak ada korelasi antara tingkat
keluarga berencana (KB). (Lihat Tabel 4.) Di pendidikan wanita dengan kecenderungan
antara wanita yang tidak pernah sekolah suaminya untuk memilih sterilisasi sebagai
hanya 13 persen memahami bahwa sterilisasi metode KB.
pria merupakan salah satu metode KB. Dari Penelitian yang dilakukan oleh tim dari
wanita yang pernah duduk di bangku SD University of California, Berkeley, bekerja
tetapi tidak tamat, tingkat pemahaman sama dengan Institut Penelitian Kebijakan
meningkat menjadi 21 persen, sedangkan dari Pangan Internasional (International Food Policy
yang sudah tamat SD 28 persen memahami Research Institute) di Washington DC,
mengenai hal ini. Tingkat pemahaman yang membandingkan tingkat pendidikan dari
paling tinggi terdapat pada kelompok wanita sekitar 2.000 orang ibu di Indonesia dengan
yang tamat SMA atau berpendidikan di atas perkembangan anaknya berumur 0 sampai
SMA, di mana 57 persen wanita memiliki dengan 23 bulan. Perkembangan anak dilihat
pemahaman tentang hal tersebut. Dengan dari dua perspektif:
demikian, terbukti bahwa ada korelasi antara perkembangan secara umum
tingkat pendidikan dan tingkat pemahaman; (kemampuan berkomunikasi,
makin tinggi pendidikan seorang wanita kemampuan menggerakkan anggota
makin besar kemungkinan dia memiliki badan, dan interaksi sosial)
pemahaman tentang sterilisasi pria sebagai panjang badan2 berbanding dengan umur
salah satu jenis KB (BPS, BKKBN & Kemenkes anak (disingkat di sini panjang
2012). badan/umur anak).

Table 4. Pemahaman/penggunaan KB Sedangkan tingkat pendidikan ibu dilihat


sterilisasi pria (% wanita kawin umur dari lamanya mereka bersekolah:
15-49) di Indonesia 1-5 tahun (berarti tidak tamat SD)
Sumber: BPS, BKKBN & Kemenkes 6 tahun (kemungkinan besar tamat SD
(2012, 10, 12) tetapi tidak melanjutkan ke SMP)
7-9 tahun (kemungkinan besar tamat SD
Pendidikan Memahami Menggunakan dan melanjutkan ke SMP tetapi belum
tentu tamat SMP)
Tidak sekolah 13 0,9 lebih dari 9 tahun (kemungkinan sudah
Tidak tamat SD 21 0,3 tamat SMP dan melanjutkan ke tingkat
yang lebih tinggi).
Tamat SD 28 0,1
Ringkasan hasil penelitian dapat dilihat
Tidak tamat
35 0,0 pada Tabel 5.
SMTA

Tamat SMTA+ 57 0,1

1 2
Frasa wanita kawin umur 15-49 adalah istilah Istilah panjang badan adalah istilah yang
yang digunakan oleh BPS. digunakan oleh BPS.
22

Table 5. Pendidikan ibu dibanding korelasi antara lamanya ibu belajar di sekolah
dengan perkembangan dan panjang (1-5 tahun, 6 tahun, 7-9 tahun) dengan
badan/umur anak (umur 0-23 bulan) perkembangan anak mereka.
di Indonesia Kesimpulan yang hampir sama juga
Sumber: Fernand et al. (2012) dapat ditarik dari perbandingan antara
lamanya ibu bersekolah dengan panjang
badan/umur anak mereka, yaitu tidak ada
Tingkat korelasi antara kedua variabel tersebut.
Pendidikan perkembangan Panjang badan/ Terdapat kecenderungan bagi ibu yang
ibu anak umur anak bersekolah lebih dari 9 tahun mempunyai
(tahun) N=1631 N=2019 anak yang badannya sedikit lebih panjang
1-5 0.20 0.03 berbanding umur, tetapi secara statistik
perbedaannya tidak signifikan.
6 0.20 0.07 Pembahasan di atas disimpulkan pada
Tabel 6. Hubungan yang nyata antara
7-9 0.20 0.06
pendidikan dengan kesehatan (atau
0.34* pemahaman tentang kesehatan) hanya dapat
>9 0.19 ditemukan pada kasus 2 dan 3. Pada kasus 5,
(p < 0.10)
hubungan antara pendidikan ibu dan
* angka yang signifikan
perkembangan anak di bawah umur 23 bulan
hanya dapat dilihat pada ibu dengan
Tentang perkembangan anak, ternyata
pendidikan selama atau lebih dari 9 tahun.
tidak ada hubungan yang signifikan antara
Pada kasus 1, 4, dan 6 tidak terdapat bukti
pendidikan ibu dan perkembangan anak,
sama sekali tentang dampak pendidikan
kecuali dalam satu aspek, yaitu pada
terhadap pemahaman kesehatan atau cara
kelompok ibu yang bersekolah lebih dari 9
hidup masyarakat.
tahun. Dengan kata lain, tidak ditemukan

Table 6. Hubungan antara pendidikan dengan kesehatan: 6 studi kasus di Indonesia

Fokus Kesimpulan
1 Rencana wanita hamil untuk memberikan ASI Tidak berkaitan dengan
setelah melahirkan tingkat pendidikan

2 Penggunaan kondom oleh laki-laki yang berisiko Berkorelasi dengan tingkat


tinggi mengidap penyakit HIV pendidikan

3Pemahaman wanita tentang sterilisasi pria sebagai Berkorelasi dengan tingkat


jenis KB pendidikan

Tidak berkaitan dengan


4 Penggunaan sterilisasi pria sebagai jenis KB
tingkat pendidikan isteri

Tidak berkorelasi dengan


tingkat pendidikan ibu
5 Perkembangan anak umur 0-23 bulan (kecuali bagi ibu yang
bersekolah lebih dari 9
tahun)

Tidak berkaitan dengan


6 Panjang badan/umur anak (umur 0-23 bulan)
tingkat pendidikan ibu

Dengan demikian dapat disimpulkan pendidikan nasional seharusnya bisa


bahwa pengaruh pendidikan pada tingkah dimanfaatkan untuk meningkatkan kesehatan
laku masyarakat yang berkaitan dengan dan kesejahteraan rakyat. Berarti dalam hal ini
kesehatan dirinya sendiri dan keluarganya potensi yang dimiliki oleh pendidikan di
masih sangat terbatas, padahal sistem Indonesia belum dapat tercapai sepenuhnya.
23

2.3 Hubungan antara pendidikan dan masyarakat cenderung menjadi lebih


pekerjaan/pendapatan merata.
Mengenai kemungkinan adanya Penanaman modal pada peningkatan
hubungan antara tingkat pendidikan mutu sumber daya manusia (yaitu
seseorang dan jenis pekerjaannya atau dengan menyediakan dana untuk
pendapatannya, hubungan tersebut telah pengembangan sistem pendidikan)
dibuktikan oleh beberapa studi di Indonesia, berdampak secara signifikan pada
akan tetapi makna dari hubungan tersebut perkembangan ekonomi nasional.
tidak selalu jelas. Jika negara-negara berkembang seperti
Sumner, misalnya, menggunakan data Indonesia hendak mencapai pemerataan
dari Survei Demografi Indonesia dari 1991 dalam masyarakat, maka anggaran
sampai dengan 2007 untuk mengidentifikasi negara harus dimanfaatkan untuk
ciri khas kelompok masyarakat yang paling mengembangkan sistem pendidikan dan
miskin. Kesimpulannya: menyediakan bea siswa agar setiap anak
bisa mengakses pendidikan, daripada
[In Indonesia] poverty remains untuk membagikan BTL (Bantuan Tunai
concentrated among those in Langsung).3
households with heads with no or
incomplete primary education. (Sumner Dengan demikian, menurut analisis
2013, 30) Digdowiseiso, pendidikan di Indonesia
[Di Indonesia] masih terdapat kantong mempunyai dampak yang signifikan pada
kemiskinan pada rumah tangga di mana ekonomi secara menyeluruh. Pemerataan
kepala keluarga tidak pernah sekolah atau sosial dapat dicapai melalui pengembangan
tidak tamat SD. sistem pendidikan. Namun, analisis data
SUSENAS 2011 (BPS 2011a), yang dilakukan
Ini berarti bahwa salah satu karakteristik
pada tahun 2012 oleh Agung Purwadi dari
golongan masyarakat yang paling miskin di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Indonesia adalah mereka yang tidak pernah
Jakarta, terdapat kesimpulan yang agak
bersekolah atau tidak tamat SD. Namun kita
berbeda. Menurut Purwadi (komunikasi
harus sangat hati-hati dalam menafsirkan
pribadi, 2012), pada tingkat individu, dampak
kesimpulan Sumner tersebut karena korelasi
tingkat pendidikan seseorang pada jenis
belum tentu berarti hubungan sebab-akibat.
pekerjaan dan pendapatan memang ada, tetapi
Apakah golongan yang paling miskin itu
hanya terlihat pada pendidikan Diploma ke
menjadi miskin karena mereka tidak sempat
atas. Ini berarti bahwa seorang lulusan SMA
sekolah? Ataukah mereka tidak sekolah karena
tidak berada pada posisi yang lebih
berasal dari keluarga yang miskin?
menguntungkan (dari segi jenis pekerjaan dan
penghasilan) dibanding dengan orang lain
Pada studi lain, Digdowiseiso (2009) yang hanya tamat dari SD. Untuk memperoleh
menganalisis data dari 23 provinsi dari Survei pekerjaan yang lebih baik dan penghasilan
Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) pada
tahun 1996, 1999, 2002, dan 2005, dengan 3
tujuan untuk melihat hubungan antara Diterjemahkan secara bebas dari Digdowiseiso
peningkatan mutu sumber daya manusia (2009, 15-16): The econometric results indicate
that a higher level of human capital and the
(melalui pendidikan) dengan pendapatan.
relative dispersion of human capital have a
Kesimpulannya adalah sebagai berikut:
disequalising effect on income distribution. This
Peningkatan mutu sumber daya manusia study also confirms that economic growth has [a]
melalui pendidikan serta keberagaman strongly and significantly equalising effect on
mutu sumber daya manusia dalam income distribution, supporting the
masyarakat (dari yang berpendidikan complementarity relationship between equity and
rendah sampai berpendidikan tinggi) growth. Finally, human capital investment
menyebabkan penghasilan menjadi tidak contributes significantly to the growth of [the]
merata (ada yang berpenghasilan rendah economy. If developing countries such as
dan ada yang berpenghasilan tinggi). Indonesia want to achieve an egalitarian society
Sebaliknya, perkembangan ekonomi with a more equitable distribution of income,
economic policies should be more targeted at
negara menyebabkan pendapatan
educational expansion and equal access to [the]
education sector than redistributive policies.
24

yang lebih tinggi, dia harus sekolah sampai semakin hati-hati dalam pengambilan risiko
minimum D1. Baru setelah itu tingkat sehingga dia lebih suka memilih pekerjaan
pendidikan berkorelasi dengan pendapatan. yang aman. Kreatifitas dibendung oleh
(Lulusan S1 cenderung memperoleh upah pendidikan, tidak dikembangkan.
yang lebih baik dibanding dengan lulusan D1; Perlu diingat bahwa analisis Purwadi
lulusan S2 cenderung membawa pulang belum diterbitkan dan masih bersifat tentatif.
penghasilan lebih tinggi dibanding dengan Namun demikian, kesimpulannya menarik
lulusan S1, dan seterusnya.)4 dan dapat diperkuat oleh observasi penulis di
lingkungan tempat tinggalnya di perbatasan
2.4 Hubungan antara pendidikan dengan
Depok-Jakarta Selatan, dengan
sikap/perilaku sosial
membandingkan dua kelompok warga:
Menurut Agung Purwadi (berdasarkan pramuniaga di toko-toko besar di mall dan
komunikasi pribadi, 2012), data dari Survai petugas satuan pengaman (satpam) di
Aspek Kehidupan Rumah Tangga Indonesia perumahan.
atau Indonesia Family Life Survey (RAND Kelompok pertama, pramuniaga yang
Corporation & CPPS 2007) dan Survei bekerja di toko milik perusahaan skala
Angkatan Kerja Nasional atau SAKERNAS nasional di mall, harus memiliki ijazah SMA
(BPS 2011b) dapat dimanfaatkan untuk atau sederajat dan biasanya harus
menganalisis hubungan antara pendidikan berpenampilan menarik. Mereka bekerja
seseorang dengan sikap sosial dan selama delapan jam per hari selama enam hari
perilakunya. Misalnya, menurut Purwadi, ada per minggu (total 48 jam kerja selama tujuh
korelasi negatif antara tingkat pendidikan hari). Gaji yang diterima biasanya sesuai
dengan jawaban terhadap pertanyaan- dengan upah minimum regional (UPR) atau
pertanyaan sebagai berikut: sedikit lebih tinggi lagi; pada tahun 2013 UPR
di Depok sebesar Rp 2.042.000 per bulan dan
pada tahun 2014 akan dinaikkan sampai Rp
Bagaimana pendapat Ibu/Bapak/Sdr
2.397.000, sementara di DKI UPR tahun 2013
jika salah satu saudara (termasuk anak)
sebesar Rp 2.200.000 dan pada tahun 2014
menikah dengan pasangan yang
akan naik menjadi Rp 2.441.000.5 Sebagai
berbeda aliran kepercayaan/agama ?
karyawan, walaupun dengan gaji relatif kecil,
Sangat keberatan / Keberatan / Tidak
para pramuniaga memperoleh beberapa
keberatan / Sangat tidak keberatan)
jaminan, seperti uang lembur, tunjangan hari
(RAND Corporation & CPPS 2007,57)
raya, dan jaminan kesehatan. Umumnya
mereka merasa aman dan terlindungi.
Ternyata, responden dengan tingkat Situasi kelompok satpam yang
pendidikan tinggi (SMA ke atas) cenderung dipekerjakan oleh perusahaan sekuriti lokal
lebih sering memilih jawaban sangat sangat berbeda. Sebagian besar adalah lulusan
keberatan atau keberatan dibanding dengan SD atau SMP; sebagian kecil mempunyai
mereka yang tingkat pendidikannya lebih ijazah SMK/SMA. Jam kerjanya selama dua
rendah. belas jam per hari; regu siang bertugas dari
Demikian juga, menurut Purwadi, data jam 07.00 sampai 19.00 dan regu malam dari
SAKERNAS mengindikasikan bahwa semakin jam 19.00 sampai jam 07.00. Pada setiap siklus
tinggi pendidikan seseorang (SMA ke atas) enam hari mereka bertugas siang dua kali,
semakin jarang dia mau bekerja dengan bertugas malam dua kali, dan istirahat satu
berusaha sendiri dan semakin sering dia setengah hari (total 48 jam kerja selama enam
menjadi pegawai pada instansi pemerintah hari). Gaji yang diterima hanya Rp 1.200.000
atau karyawan pada perusahaan swasta. per bulan, jauh di bawah UPR. Mereka tidak
Jika interpretasi Purwadi benar, maka mungkin bisa menghidupi dirinya sendiri
dapat disimpulkan bahwa sistem pendidikan beserta keluarga dengan pendapatan yang
di Indonesia pada zaman sekarang begitu minim, sehingga mereka terpaksa
menciptakan masyarakat yang a) cenderung mempunyai kegiatan lain di luar jam kerja
menjadi semakin konservatif dan memiliki yang menghasilkan nafkah. Ada yang
sikap sosial yang semakin kaku dan b) menanam padi, jambu, dan belimbing, ada

4 5
Sangat disayangkan, hasil penelitian Agung Data diperoleh dari laman Human Resource
Purwadi ini belum diterbitkan. Community di www.hrcentro.com.
25

yang menawarkan jasa pijit, ada yang menjadi memahami dan menerapkan cara menjaga
pengojek, ada yang bekerja sebagai buruh kesehatan dirinya sendiri dan
bangunan, ada yang membantu isterinya keluarganya
menjual kue, ada yang menjadi tukang kebun memiliki bekal untuk memperoleh jenis
di rumah-rumah pribadi, dan ada juga yang pekerjaan sesuai dengan minat dan
menjadi makelar atau perantara bagi bakatnya, dan menghasilkan pendapatan
penjual/pembeli rumah. yang wajar dan mencukupi kebutuhan
Ironisnya, kelompok satpam ini tingkat hidup
pendidikannya relatif sederhana tetapi mereka bisa mempertahankan sikap terbuka
memiliki sifat kewirausahaan dan dapat terhadap keberagaman
merespon situasi sulit di mana mereka berada bisa mempertahankan sikap kreatif,
dengan berbagai macam akal kreatif. berani, dan siap mengambil risiko
Kelompok satpam inilah bukan kelompok menyadari tanggung jawab sosialnya
pramuniaga yang berani melakukan sebagai anggota masyarakat dan
terobosan baru yang mengandung risiko. bertindak berdasarkan kesadaran
Bukan hanya itu, tetapi di antara kelompok tersebut.
satpam ini ada dua orang (Pak Tani dan Pak
Tukang Pijit) yang juga bertugas sebagai ketua Pada intinya, daftar di atas barangkali
RT di kampungnya masing-masing dan tidak terlalu jauh berbeda dengan rumusan
dengan demikian mereka menunjukkan sifat Nasution, yang mengatakan bahwa, untuk
kemasyarakatan yang sangat luwes dan aktif. menghadapi tantangan abad ke-21, sekolah di
Jadi, jika hipotesa Purwadi mengatakan bahwa Indonesia:
sistem pendidikan menciptakan lulusan yang
cenderung menghindari risiko dan mencari harus menyediakan ruang agar
situasi aman, para karyawan toko mewah di pendidikan langsung memenuhi usaha-
mall merupakan contoh klasik gejala tersebut. usaha untuk mengembangkan
Sementara itu, bapak-bapak satpam (yang sensitivitas, mental yang tajam, dan
tingkat pendidikannya agak lebih rendah) kemampuan memperoleh makna dan
masih memiliki kearifan lokal yang kental dan nilai-nilai dari pengalaman-pengalaman
berani bertindak atas inisiatif sendiri tanpa yang dilalui siswa. (Nasution 2013)
mencari lindungan sebagai karyawan atau
suruhan pemilik modal. 4. Siapa yang perlu bertindak?
Transformasi pendidikan yang
3. Seperti apakah Manusia Indonesia yang diperlukan tentu saja tidak bisa dibebankan
akan diciptakan? secara menyeluruh kepada guru. Banyak
Dari pembahasan tentang hubungan pihak lain yang juga harus berkontribusi.
antara pendidikan dan perkembangan Pertama, Indonesia membutuhkan
masyarakat di atas, tampak jelas bahwa sistem ideologi atau filsafat pendidikan baru. Hal ini
pendidikan di Indonesia masih memiliki harus disusun bersama oleh pemerintah dan
beberapa kekurangan. Maksud makalah ini masyarakat dengan melibatkan semua pihak
adalah bukan untuk mencari penyebab kenapa yang berkepentingan (termasuk orang tua dan
kekurangan tersebut bisa terjadi. Akan tetapi guru). Sebenarnya, Pancasila bisa
yang terpenting adalah langkah apa yang dimanfaatkan sebagai titik awal untuk
perlu dilakukan, yaitu dengan memulai proses penyusunan ideologi pendidikan tersebut,
penentuan apa yang hendak diciptakan oleh sedangkan formulasi peningkatan daya saing
sistem pendidikan. Kompetensi dan dengan negara lain (yang sering dikemukakan
karakteristik apa yang perlu dimiliki oleh sebagai salah satu tujuan pendidikan di
masyarakat Indonesia pada abad ke-21? Indonesia) adalah dasar pemikiran yang
Paling sedikit para lulusan sekolah di terlalu miskin.
Indonesia harus: Masyarakat, sekolah, orang tua, guru,
memiliki kompetensi pada level antara media, dan lain-lain juga perlu dilibatkan
sedang dan tinggi dalam dalam implementasi program pendidikan.
membaca/menulis, menghitung Ambil saja pemberantasan korupsi sebagai
(matematika), dan memahami dunia contoh. Pelajaran konvensional tentang
sekitarnya (sains) korupsi memang perlu, tetapi selama gejala
korupsi ditolerir oleh masyarakat pelajaran di
26

sekolah tidak akan mempunyai dampak salah satu provinsi di Indonesia.


signifikan. Hal ini diakui oleh Komisi Pemandangan serupa dapat dilihat di hampir
Pemberantasan Korupsi sendiri: semua sekolah di Indonesia. Jumlah motor
yang diparkir di sini dan di bagian lain di
Salah satu faktor korupsi sulit
halaman yang sama mencapai sekitar 115.
diberantas adalah karena ia sudah
Jumlah helm yang kelihatan sekitar sepuluh
berkembang menjadi pengetahuan
buah. Bagaimana gejala ini bisa terjadi?
diam-diam (tacit knowledge) yang
Sepertinya mustahil anak SMP bisa membeli
merangkai dan menggerakkan hampir
motor dengan uang sendiri dan hampir bisa
seluruh kesadaran kolektif bangsa ini
dipastikan anak SMP belum cukup berumur
Korupsi dianggap lumrah. Sudah
untuk memiliki Surat Izin Mengemudia atau
tradisi. Orang memberi tip kepada
SIM (persyaratan minimal umur 16 tahun
pegawai kelurahan, misalnya, dianggap
untuk SIM C). Berarti orang tua membelikan
lumrah. Tradisi. Padahal ini suap. (KPK
motor dan mengizinkan anaknya membawa
2012, 2-3)
motor tanpa dokumen izin mengemudi dan
Sekolah sendiri harus berubah menjadi pada umumnya tanpa menggunakan helm.
komunitas bermoral (moral community), di Bukan hanya itu tetapi pihak sekolah juga
mana semua pihak siswa, guru, dan menyediakan halaman parkir untuk siswanya
manajemen sekolah hidup, bekerja, dan yang jelas-jelas melanggar hukum. Hasil dari
berinteraksi berdasarkan prinsip-prinsip moral persekongkolan antara sekolah dan orang tua
yang sudah disepakati bersama (Fullan 2010, ini adalah anak-anak belajar (menjadi sadar)
Ryan & Gilbert 2008, Wagner & Simpson bahwa hukum tidak perlu ditaati, walaupun
2008). Siswa yang berkembang dalam dengan melanggar hukum ada risiko si anak
komunitas yang secara eksplisit berfungsi bisa mencelakakan dirinya dan warga lain.
berdasarkan suatu sistem etik akan siap untuk Jika sejak kecil anak-anak memperoleh
berperan secara moral dalam masyarakat di pelajaran seperti ini akan sulit sekali untuk
luar sekolah. Tetapi siswa yang hanya merubah pandangan dan perilaku mereka di
mempelajari etika sebagai mata pelajaran yang kemudian hari.
harus dihafal belum dibekali dengan dasar Transformasi pendidikan mendesak
moral. untuk diterapkan, dan guru harus berperan
Contoh lainnya menyangkut penggunaan aktif dalam transformasi tersebut. Namun
alat transportasi di jalan raya. Sudah beberapa guru tidak bisa bertindak sendiri melawan
kali terjadi kasus di mana anak di bawah umur gejala-gejala sosial seperti yang dibahas di
dibiarkan membawa mobil atau motor sendiri. atas.
Anak tersebut tidak dapat menguasai mobil
atau motor yang dikendarainya sehingga 5. Tantangan bagi guru-guru di Indonesia
terjadi kecelakaan yang menimbulkan korban
Ada fenomenon baru di Indonesia, di
luka atau meninggal. Siapa yang dapat
mana guru dipandang seperti robot yang
disalahkan dalam kasus ini?
harus menerapkan kurikulum tanpa
menggunakan inisiatif:
Penyimpangan dalam implementasi
kurikulum selama ini terjadi karena
guru. Maka peran guru harus banyak
dikurangi Guru adalah satu variabel
yang harus disesuaikan dengan
kurikulum Kurikulum harus bebas
dari konstrain/kendala. Wujud
kurikulum adalah buku untuk siswa
dan manual untuk guru. Guru sekarang
Gambar 1. Sepeda motor milik siswa di berada di posisi ketiga, bukan pertama.
pelataran parkir salah satu SMP negeri (Alkaff 2013)6
(Foto: Hywel Coleman)
6
Komentar Abdullah Alkaff tentang guru
Penulis mengambil foto (Gambar 1) di disampaikan pada seminar di Komunitas Salihara,
halaman salah satu SMP swasta di ibu kota Jakarta, pada tanggal 7 Mei 2013. Komentar
27

Kyai Wahid dari terjatuh ke dalam


Menurut Alkaff, peran guru perlu jumud (kolot atau berhenti berfikir).
dibatasi agar kurikulum dapat diterapkan Anak madrasah lain lebih banyak
sesuai dengan tujuannya. Pandangan tersebut dijejali menghafal fiqh yang esensinya
dapat dikomentari sebagai berikut: adalah produk hukum siap pakai. Kyai
Dalam sejarah pendidikan belum pernah Wahid mendorong kami untuk berani
ditemukan suatu kurikulum atau berpendapat. Kyai Wahid seringkali
metodologi yang kebal guru mengingatkan kami terhadap sabda
Hubungan antara guru dan siswa adalah Nabi: barangsiapa yang bersungguh-
inti dari proses pendidikan; guru tidak sungguh berfikir dan menelurkan satu
dapat dikesampingkan pendapat dan pendapatnya tersebut
Guru adalah ahli (bukan robot) karena benar, maka baginya dua pahala; dan
gurulah yang sehari-hari berinteraksi barangsiapa yang bersungguh-sungguh
dengan siswa dan memahami kebutuhan berfikir dan menelurkan satu pendapat
dan ciri khas mereka dan pendapatnya tersebut salah, maka
Usaha untuk menyingkirkan atau baginya satu pahala. [Pada
mengerdilkan guru pasti akan gagal. umumnya] para ustadz cukup merasa
sukses kalau bisa memaksa santri untuk
Menurut Bjork, guru di Indonesia telah menghafalkan hukum-hukum fiqh dan
dibentuk sebagai pegawai negeri yang memaksa para santri untuk menganut
melaksanakan perintah atasan, bukan sebagai salah satu mazhab tertentu. Para santri
pendidik yang dengan otonomi penuh tidak diajarkan untuk berani
bertindak sesuai kebutuhan siswanya (Bjork berpendapat sendiri. Kreatifitas santri
2013, 54). Padahal, guru yang kita perlukan dikebiri dengan standard-standard yang
adalah guru seperti yang digambarkan oleh mudah diukur dan dangkal. Misalnya:
Sumardianta, yang mengajar di SMA Kolese santri yang baik dan pintar adalah santri
John De Britto di Yogyakarta: yang dapat menghafal setidaknya 15
bab (juz) Al Quran.
Guru yang hebat [adalah guru yang]
menginspirasi murid Kurikulum Guru perlu diberdayakan dan diberi
diolah dan disajikan sesuai kebutuhan kebebasan untuk bertindak sesuai dengan
murid Guru inspiratif [adalah guru] kebutuhan siswa dan harapan masyarakat.
yang kerjanya bukan sekadar mengajar, Akan tetapi kadang-kadang guru menjadi
melainkan benar-benar mendidik. Guru ragu-ragu atau takut bertindak karena
yang hebat paham bahwa pekerjaan khawatir apa yang mau dilakukannya tidak
utamanya menginspirasi murid. sesuai dengan kurikulum atau tidak sesuai
(Sumardianta 2013, xii) dengan standar. Standar memang perlu,
tetapi jangan sampai standar itu menjadi
Muhaimin Syamsuddin (komunikasi borgol bagi guru sehingga dia tidak berani
pribadi, 2013) juga pernah mengalami berinisiatif.
pendidikan yang menginspirasi ketika dia Untuk menghadapi tantangan yang
belajar di madrasah: sudah kita bahas di atas, guru perlu diberi
Saya beruntung sekolah di madrasah kemerdekaan, bukan dibelenggu. Guru adalah
Kyai Wahid karena beliau memberikan bukan teknisi tetapi pelopor kemerdekaan bagi
kesempatan yang luas ke muridnya siswanya. Dan supaya guru dapat
untuk belajar usul fiqh, terjemahan menghadapi tantangan dan melaksanakan
bebasnya adalah filsafat pengambilan tugasnya, dia harus mencintai siswanya,
hukum. Dibanding anak madrasah lain mencintai bangsanya, dan memiliki visi masa
yang tidak pernah didorong belajar usul depan. Guru perlu bersemangat.
fiqh saya merasa diselamatkan oleh
DAFTAR PUSTAKA
Alkaff, Abdullah. 2013. Perlunya kompetensi
tersebut tidak tercantum dalam makalah tertulis sikap pada rumusan kurikulum.
yang didistribusikan pada saat itu tetapi Makalah disampaikan pada Seminar
dikemukakan secara lisan. Penulis hadir pada Pendidikan Kebudayaan dari Zaman
seminar tersebut dan sempat menyalin unkapan
pemakalah..
28

Pergerakan hingga Kini, Komunitas Idris, N.S., Sastroasmoro, S., Hidayati, F.,
Salihara, Jakarta, 7 Mei 2013. Sapriani, I., Suradi, R., Grobbee, D.E.
Bjork, C. 2013. Teacher training, school norms and Uiterwaal, C.S. 2013. Exclusive
and teacher effectiveness in Indonesia. breastfeeding plan of pregnant
In D.Suryadarma and G.W.Jones (eds), Southeast Asian women: What
Education in Indonesia, 53-67. encourages them? Breastfeeding
Singapore: Institute of Southeast Asian Medicine 8(3), 317-320.
Studies. http://www.biomedexperts.com/Abstr
act.bme/23057643/Exclusive_breastfeed
BPS (Badan Pusat Statistik). 2011a. Survei
ing_plan_of_pregnant_southeast_asian_
Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS)
women_what_encourages_them?
2011. Jakarta: BPS.
KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). 2012.
BPS (Badan Pusat Statistik). 2011b. Survei
Jalan Berliku Pemberantasan Korupsi:
Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS)
Laporan Tahunan 2012. Jakarta: KPK.
2011. Jakarta: BPS.
http://www.kpk.go.id/id/publikasi/la
BPS (Badan Pusat Statistik), BKKBN (Badan poran-tahunan/955-laporan-tahunan-
Kependudukan & Keluarga Berencana kpk-2012.
Nasional), dan Kemenkes (Kementerian
Nasution. 2013. Tantangan sekolah pada abad
Kesehatan). 2012. Survei Demografi
ke-21. Makalah disampaikan pada
Kesehatan Indonesia: Laporan
Seminar Nasional Politik Pendidikan
Pendahuluan. Jakarta: BPS, BKKBN, dan
Nasional dalam Tantangan, Universitas
Kemenkes.
Negeri Yogyakarta, 5 Oktober 2013.
http://r.duckduckgo.com/l/?kh=-
1&uddg=http%3A%2F%2Fwww.bkkbn. OECD (Organisation for Economic
go.id%2Flitbang%2Fpusdu%2FHasil%25 Cooperation & Development). 2000.
20Penelitian%2FSDKI%25202012%2FLa Literacy Skills for the World of
poran%2520Pendahuluan%2520SDKI%2 Tomorrow: Further Results from PISA
5202012.pdf. [Programme for International Student
Assessment] 2000. Paris: OECD &
Chang, M.C., Shaeffer, S., Al-Samarrai, S.,
UNESCO (United Nations Educational,
Ragatz, A.B., de Ree, J., and Stevenson,
Scientific & Cultural Organisation).
R. Akan terbit, 2014. Teacher Reform in
http://www.oecd.org/pisa/.
Indonesia: The Role of Politics and
Evidence in Policy Making. Washington, OECD (Organisation for Economic
DC: World Bank. Cooperation & Development). 2004.
Learning for Tomorrows World: First
Digdowiseiso, K. 2009. Education inequality,
Results from PISA 2003. Paris: OECD.
economic growth and income
http://www.oecd.org/pisa/.
inequality: Evidence from Indonesia,
1996-2005. MPRA Paper 17792. Munich: OECD (Organisation for Economic
Munich Personal RePEc Archive. Cooperation & Development). 2007.
http://mpra.ub.uni- PISA 2006: Science Competencies for
muenchen.de/17792/. Tomorrows World. Paris: OECD.
http://www.oecd.org/pisa/.
Fernand, L.C., Kariger, P., Hidrobo, M. and
Gertler, P.J. 2012. Socioeconomic OECD (Organisation for Economic
gradients in child development in very Cooperation & Development). 2010.
young children: Evidence from India, PISA 2009 Results: What Students
Indonesia, Peru and Senegal. Know and Can Do. Paris: OECD.
Proceedings of the National Academy of http://www.oecd.org/pisa/.
Sciences USA 109 (Supplement 2), OECD (Organisation for Economic
17273-17280. Cooperation & Development). 2013.
http://www.pnas.org/content/109/Su PISA 2012 Results: What Students
pplement_2.toc. Know and Can Do. Paris: OECD.
Fullan, M. 2010. The Moral Imperative of http://www.oecd.org/pisa/.
School Leadership. 2nd edition. RAND Corporation and CPPS (Centre for
Thousand Oaks, CA: Corwin Press. Population & Policy Studies). 2007.
Survai [sic] Aspek Kehidupan Rumah
29

Tangga Indonesia 2007: Buku IIIa. Santa Sumardianta, J. 2013. Guru Gokil Murid Unyu.
Monica, CA: RAND Corporation dan Sleman: Penerbit Bentang.
Yogyakarta: CPPS, Universitas Gadjah Sumner, A. 2013. The Evolving Composition of
Mada. Poverty in Middle-Income Countries:
http://www.rand.org/labor/FLS/IFLS The Case of Indonesia, 19912007. (IDS
/ifls4.html. Working Paper 2012, 409.) Brighton:
Ryan, W. and Gilbert, I. 2008. Leadership with Institute for Development Studies (IDS).
a Moral Purpose: Turning Your School http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.
Inside Out. Carmarthen: Crown House 1111/j.2040-0209.2012.00409.x/pdf.
Publishing. Wagner, A. and Simpson, D.J. 2008. Ethical
Safika, I., Johnson, T.P., Cho, Y.I., and Decision Making in School
Praptoraharjo, I. 2013. Condom use Administration. Thousand Oaks, CA:
among men who have sex with men and SAGE.
male-to-female transgenders in Jakarta, Wiryawan, P. 2013. Tantangan guru pada abad
Indonesia. American Journal of Mens ke-21 (dari perspektif politik lokal).
Health. [e-publication ahead of printing] Makalah disampaikan pada Seminar
http://www.bioportfolio.com/resource Nasional Politik Pendidikan Nasional
s/pmarticle/752626/Condom-Use- dalam Tantangan, Universitas Negeri
Among-Men-Who-Have-Sex-With-Men- Yogyakarta, 5 Oktober 2013.
and-Male-to.html.
30

POLITIK PENDIDIKAN NASIONAL MEMACU KEMAMPUAN


EKSPONENSIAL MEMBANTU PROBLEMATIK BESAR BANGSA
Prof. Dr. Noeng Muhadjir
Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta

Abstrak
Inggris butuh 200 tahun, dan Amerika Serikat butuh 30 tahun untuk masuk era industri. Kalau
berfikir linier, kapan Indonesia dengan penduduk terbesar keempat sesudah Amerika Serikat akan
jadi negara besar industrial?
Perlu membuat loncatan ke heavy industries pesawat terbang dan kapal laut, termasuk komponen
primary structure Boeing. Airbus, dan F-16 Perhitungan Habibie dengan CN 235, N 250, dan nantinya
N 80 Indonesia dapat menghemat beaya 33,33% dibanding negara lain.
Politik Pendidikan Nasional perlu memacu kemampuan eksponensial pangkat 8 sampai 10 (Spesialis
dan doktor yang relevan), untuk mengangkat yang hanya berkemampuan deret hitung (yang
menganggur dan yang tamat SD) maupun berkemampuan deret ukur pangkat 1 atau 2 (yang tamat
SLP, SLA sampai strata 1).

Amerika Serikat kembali ke India. Sebentar


1. Peran Para Tedidik
India dengan penduduk di atas 1 milyar
Indonesia merupakan negara dengan GDPnya naik. Setelah elit Partai Kongres
penduduk keempat terbanyak sesudah berkuasa kembali, para doktor yang Sudra dan
Amerika Serikat. Bila Indonesia berfikir linier, Paria kembali ke Amerika Serikat, terjadi brain
membuat proyeksi masa depan maka paling drain lagi, dan GDPnya turun kembali.
tidak akan seperti Inggris, yaitu untuk masuk
1.1 Politik pendidikan : PDB atau PSDM
era industri dari era agraris, butuh waktu lebih
dari 200 tahun (1730 - 1946). Banyaknya Tahun 1967 penulis sudah menerbitkan
penduduk menjadi beban bangsa. Amerika kumpulan naskah banyak prasaran penulis
Serikat dengan para imigran pertama adalah tentang Politik Pendidikan. Salah satu tesis
orang-orang terdidik dan membawa ideologi pada waktu itu adalah bahwa Investasi
liberal, dapat lebih cepat dari era agraris Pengembangan Sumber Daya Manusia perlu
masuk era industri massive selama 30 tahun mendahului Investasi Produk Domestik Bruto.
(1900-1930). Thatcher bersedia mengembalikan PDB tinggi dengan PSDM rendah, akan
Hongkong kepada Cina bila Cina berjanji tetap mengakibatkan kekayaan malahan
mempertahankan sistem kapitalisme dimanfaatkan negara lain. Misal Timur Tengah
Hongkong. Deng Xiao Ping dengan politik dengan PDB tinggi karena minyak,: yang
pragmatisnya menjawab : tidak peduli kucing membangun dan mengelola Rumah Sakit
putih atau kucing hitam asal mampu adalah mereka-mereka para ahli dari
menangkap tikus. Sehingga akhirnya bukan Skandinavia; sampai untuk tenaga kerjapun,
hanya Hongkong, tetapi juga pantai Timur kekayaan mereka dimanfaatkan oleh tenaga
Cina mengembangkan sistem kapitalisme. kerja Korea Selatan, dan Indonesia.
Sebanyak 10 etnik Cina yang jadi dosen
1.1.1 PDB dan PSDM simultan
pilihan di Harvard University kembali ke
Cina, juga banyak para ahli yang kembali ke Pada prasaran ini, untuk Indonesia bukan
Cina. Terjadi brain gain. Sehingga sepanjang lagi menunggu PSDM dulu baru PDB, tetapi
pantai Timur mempunyai pendapatan $3.500 keduanya harus sekaligus dikejar, malahan
per kapita, sedangkan pedalaman Cina yang tenaga berkeahlian perlu dipacu peranannya
tetap menggunakan sistem kolektif dogmatik, memacu GDP guna menyelamatkan tenaga
mempunyai pendapatan $350 per kapita sejak kerja yang berkemampuan rendah.
banyak dekade. India yang sempat dipimpin Penduduk jadi beban
partai Sudra dan Paria sempat mengalami
brain gain, banyak para doktor India yang Berfikir konvensional dalam politik
Sudra dan Paria yang menjadi dosen di pendidikan adalah menyelematkan grass root
31

sebagai prioritas pertama. Dipacu wajib belajar karena cepat tanggap terhadap pembaharuan)
6 tahun pada tahun 1973, dan sekarang dan dengan membesarnya mereka-mereka
partisipasi SD sudah menjadi 90%. Dipacu yang berpendidikan menengah dan tinggi,
wajib belajar 9 tahun pada 1982, karena pada tahun 2003 penulis memprediksikan
kemampuan ekonomi tidak mampu struktur sosial piramidal (yang digunakan
mendukung, wajib belajar 9 tahun gagal. World Bank) akan bergeser menjadi struktur
Partisipasi 9 tahun masih di bawah 60%. sosial poligon (Noeng Muhadjir, 2003).
Jumlah penduduk naik terus, dari 273 juta
2.1 Distribusi pendapatan model piramidal
tahun 2012, diproyeksikan akan menjadi 340
juta pada 2030. Dengan kemampuan ekonomi Dalam struktur sosial yang
seperti sekarang, diproyeksikan hanya akan dikembngkan oleh World Bank adalah model
mampu menyerap tambahan tenaga kerja piramidal Quintil 1 dan 2 atau 40% dengan
(labor force) 5% per tahun; sedangkan jumlah distribusi pendapatan PDB kurang dari 8%
penganggur di perkotaan sebesar 42%, dan di sampai 12%; Q 3 dan 4 middle class 40% dengan
pedesaan sebesar 64%. Jumlah penduduk PDB sekitar 28% sampai 32%, dan upper class
nyata-nyata menjadi beban. Menaikkan 20% dengan PDB lebih dari 34% sampai lebih
partisipasi SMPpun tidak mampu. dari 50%
Upper class 2.2 Prediksi menjadi model poligon
Upper class di Amerika Serikat hanya 1%. Dengan mencermati semakin besarnya
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara proporsi yang berpendidikan menengah dan
(APBN) Amerika Serikat 50% nya berasal dan pendidikan tinggi serta penulis temukan lewat
0,1% dari upper class tersebut. Penulis dalam disertasi (1982) tentang peranan opinion leader
posisi berpendapat : biarlah upper class innovatif, penulis memprediksikan bahwa
kapitalistik tersebut tetap ada, karena mampu struktur sosial piramidal akan bergeser
membiayai anggaran negara. Promovendus menjadi struktur sosial poligon, dimana klas
penulis bertanya balik : "apakah Prof. setuju menengah akan membesar, pendapatan klas
adanya 0,27% orang terkaya di Indonesia?" menengah akan semakin besar, dan jumlah
klas bawah akan semakin kecil, dengan
Pajak besar
komposisi : 16% upper class, 34% middle class,
Dua orang terkaya di Indonesia seperti 34% working class, dan 16% lower class.
Michel Hartono dan Budi Hartono pemilik
2.2.1 Validasi Academic Class Models
Djarum Kudus, pemilik BCA, dan pemilik
asembling mobil, oke-oke saja sejauh tertib Ternyata prediksi penulis 1982 dan 2003
membayar pajaknya. Syukur diexpose berapa bahwa struktur sosial akan bergeser menjadi
besar sumbangannya pada APBN di poligon tervalidasi dengan Academic Class
Indonesia. Models oleh Beeghley (2004), dan Thompson &
Hickly (2005) dengan distribusi pendapatan
Kaya malah memelaratkan
1% upper class di atas $500.000, 15% upper
Tetapi seperti Abu Rizal Bakrie dan middle class dengan pendapatan di atas
Samin Tan yang kekayaannya tidak $100.000, dan 34% lower middle class dengan
menghasilkan value added bagi bangsa, tidak pendapatan antara $35.000 sampai $75.000.
ada gunanya bagi bangsa. Karena mereka Dengan bertambah besarnya subsidi perlu
berdua malah memelaratkan bangsa, kelapa diberikan untuk public care menjadi sepertiga
sawit bikin tanah tandus dan sawitnya anggaran AS pada 2050, maka pajak dari
langsung dikirim ke Malaysia, dan orang middle class dapat ditarik pula untuk
Malaysia yang mengolahnya dan menjadi membantu 34% working class dengan
kaya. Seharusnya dilarang, dan harus diolah di pendapatan antara $16.000 sampai $30.000,
Indonesia. Itu termasuk manifacturing natural dan lower class yang hidup di bawah garis
resources, seperti saw-mill untuk kayu. kemiskinan.

2. Struktur sosial piramidal bergeser ke 3. Problematik besar kependudukan dan


struktur sosial poligon loncatan besar mengatasinya
Dengan temuan penulis lewat disertasi Meningkatkan kemampuan value added
(1982) tentang peran opinion leader innovatif atau lebih tepat disebut mengubah besarnya
(mereka yang berpengaruh secara informal penduduk menjadi komponen produktif dari
32

sisi ekonomi itu penting. Dengan PDB $2.100 3.2.1 N 250 taraf uji coba
menyelenggarakan SMP saja tidak mampu;
N 250 masih dalam uji coba, dan belum
dan mengembangkan industri massif saja
mendapatkan sertifikat untuk terbang. Tetapi
terseok-seok.
sudah membuat saham Fokker turun, dan
3.1 Perlu loncatan besar akhirnya pabrik Fokker di negeri Belanda
tutup.
Atas bukti peran industri pesawat terbang
CN 235, dan kontribusi primary structure untuk 3.2.2 Banyak tawaran
Boeing dan F-16 Indonesia perlu membuat Meski baru uji coba, banyak negara sudah
loncatan bukan ke industri massif manifacture, menawarkan bersedia membuka pabrik untuk
tetapi ke heavy industries pesawat terbang dan N 250, termasuk di Amerika Serikat. Alabama
kapal laut. malahan menawarkan menyediakan tanah
3.1.1 Kemampuan Habibie dan kadernya dengan sewa beli hanya $5 per m2.
Menurut hitungan Habibie atas bukti 3.3 Model lain
produk CN 235 dan kontribusi primary
Karena N 250 menjadi mati suri, muncul
structure ekor pesawat dan pintu Boeing, dan
banyak negara yang mengembangkan lebih
komponen F-16, Habibie dengan kadernya
lanjut model tersebut.
dapat menghemat vendor item (komponen
(Catatan : maaf, terlalu banyak membahas
yang harus dibeli) dari 43,33% menjadi 33,33%,
Habibie dengan kemampuannya; sedangkan
tenaga kerja dapat menghemat dari 33,33%
tujuan seminar ini adalah mengembangkan
menjadi 10%, dan machine-hour tetap 23,33%.
politik pendidikan nasional).
Sehingga kemampuan Habibie dengan
kadernya menjadi sangat kompetitif, karena 3.3.1 Beban nasional dan hambatan pendidikan
mampu menghemat 33,33% beaya produksi. perlu diatasi

Produksi CN 235 Beban nasional dan hambatan pendidikan


perlu diatasi dengan meningkatkan
Saat kerjasanma dengan Spanyol untuk kemampuan nasional untuk meloncatkan PDB
memproduksi CN 235, Indonesia mampu nasional kita menjadi sangat besar, dari $2.100
menyetor lebih banyak CN 235 daripada per kapita menjadi $20.000 per kapita lewat
Spanyol karena mutu dan harganya lebih produksi pesawat terbang dan kapal laut. Dan
kompetitif. bukti-bukti kemampuannya telah dibahas di
Primary structure atas. Dengan loncatan besar tersebut, dapat
diharapkan bangsa ini tidak terlalu lama
Kemampuan Indonesia mampu bersaing
terpuruk. Penduduk terbesar keempat di
dengan Mitsubishi Heavy Industry untuk
dunia sesudah Amerika Serikat ini, harus
membuat komponen primary structure tersebut
dengan cepat menjadi negara besar industrial.
di atas. Cina yang dihambat oleh Barat, hanya
mampu membuat komponen tersiary structure Kemampuan eksponensial tinggi
seperti ban. menyelamatkan kemampuan rendah

3.1.2 IPTN dibunuh IMF Kemampuan akademisi kita dengan


kemampuan eksponensial pangkat 8 sampai
Dengan alasan finansial (dengan tujuan 10 hendaknya dapat menjadi penyelamat
jauh jangan menyaingi kapitalisme Barat), saat bangsa yang kemampuannya terbatas
krisis moneter 1987, pemerintah Indonesia mengikuti deret hitung (yang menganggur,
dilarang mensubsisi IPTN. Sehingga IPTN yang tamat SD) dan yang kemampuan sebatas
kolaps tanpa modal, dan mengalami mati suri. mengikuti deret ukur pangkat 1 dan 2.
Modal dari mana?
3.2 Makna N 250
Berdasar pengalaman IPTN dibunuh IMF,
N 250 adalah pesawat jet subsonic seperti maka modal jangan mengandalkan pada
Fokker 100. Digunakan untuk penerbangan subsidi pemerintah. Modal perlu dihimpun
jarak pendek dengan ketinggian 1000 m. dari investor dalam dan luar negeri.
Boeing dan Airbus merupakan pesawat jet Dikembangkan sedemikian agar dominasi
supersonic untuk penerbangan jarak jauh modal terkendali pada yang punya
dengan ketinggian 3000 m. commitment pada Indonesia.
33

Off-set 4.2 Posisi strategi ekonomi


Hitung-hitung saat kita membeli 10 F-16 Secara ekonomi Indonesia akan menjadi
dengan harga 500 juta dolar, Indonesia dapat obyek atau subyek lalu-lintas ekonomi.
off-set 35%. Artinya kita hanya membayar 65%; Tergantung lihainya ahli-ahli kita.
sebanyak 140 juta dollar kita memasok primary
4.2.1 Strategi kehidupan sosial ekonomi
structure sebagai kompoenen F-16.
Perdagangan antara kawasan Pasifik
Menjual saham
menjadi penting. Bagaimana melindungi
Kita menjual saham di pasar modal. Indonesia yang memiliki penduduk besar
Mencermati respons produk N 250 di masa lebih mementingkan export-oriented daripada
lampau dapat diperkirakan saham akan laku import-oriented. Jangan mengimport produk
tinggi di pasaran. yang value added nutrisinya rendah, misalnya.
Penulis sempat mendapat kado hari raya
Mengundang investor
berupa coklat yang kemasannya canggih,
Ilham Habibie, Habibie sendiri, dan artinya harganya mahal, sedangkan nutrisinya
kader-kader Habibie yang sudah tersebar di cuma beberapa butir mete yang dibalut coklat.
Brasil, di Jerman, di Seatle, dan negara-negara
lain diundang kembali untuk bekerja dan 4.2.2 Produk pesawat jet subsonic dan kapal
laut tonage kecil
berinvestasi.
Dengan kemampuan eksponensial tinggi
Komparasi
sekaligus kompetitif, Indonesia dapatmenjual
Untuk memproduk CN 235 hanya butuh produk pesawat jet subsonic untuk jarak dekat
19 orang kemampuan eksponensial pangkat 8 pada banyak negara tetangga. Juga untuk
sampai pangkat 10. Harga satu CN 235 sama pemakaian transportasi antar pulau, termasuk
dengan harga beras produk sekian ratus ribu kapal laut dengan tonage kecil.
petani dengan kemampuan deret hitung, sama
4.2.3 Transportasi udara Asia Pasifik
dengan 1000 sedan proton yang dikerjakan
3000 teknisi dengan kemampuan eksponensial Diprediksikan bahwa transportasi udara
pangkat 1, 2. di dunia, 40% akan berlangsung dari dan ke
Asia Pasifik. Indonesia dapat terus
4. Posisi strategis Indonesia mengembangkan N 250 dan perkembangan
selanjutnya. Bukan mustahil menjual 500 N
Penulis mencermati bahwa Indonesia
250 setiap tahunnya.
sebagai negara dengan penduduk terbanyak
keempat sesudah Amerika Serikat, memiliki
5. Kesimpulan Politik Nasional Indonesia
wilayah seluas AS meski yang berupa daratan
hanya 27%. Dari pembahasan di atas, ada tiga hal
yang penulis tekankan.
4.1 Posisi geopolitik
5.1 Kemampuan eksponensial tinggi
Dari segi geografis, bila orang bicara
menyelamatkan kemampuan rendah
BRIC's (Brasil, Rusia, India, dan Cina, penulis
tambahkan menjadi BRIIC's (Brasil, Rusia, Sistem pendidikan nasional kita tidak
Indonesia, India, dan Cina yang diprediksikan dapat lagi dikembangkan linier : dari agraris,
menjadi negara-negara besar baru yang ke tinggal landas, ke industri manifacturing, ke
menjadi negara industri. Dari segi geografis mass industry, ke industri dewasa basic industry
Indonesia mempunyai posisi geopolitik yang dan heavy industry, dan akhirnya ke post-
strategis. Semua negara yang butuh industry. Kita harus membuat loncatan untuk
beraktivitas di Samudra Pasifik dan Samudra menggunakan kemampuan eksponensial
Hindia perlu mempunyai kerjasama dengan tinggi guna menyelamatkan bangsa agar
Indonesia, karena harus melalui Zona Ekslusif jangan terlalu lama terpuruk. Dipilih loncatan
200 mil laut negara Indonesia, yang tertutup lewat heavy industry pesawat terbang, yang
baik lintas laut dan udaranya. Strategi politik terbukti sudah unggul.
bagaimana harus ditempuh memposisikan
5.2 Identifikasi dan pembinaan calon
Indonesia terhadap kekuatan Amerika Serikat-
Singapura-Malaysia, terhadap kekuatan Cina, Bukan lewat RSBI atau SBI, tetapi lewat
dan terhadap kekuatan Rusia. program enrichment atau pengayaan individual
sejak TK, SD, SMP, SMA/SMK. Pada semua
34

sekolah supaya meningkatkan fasilitas untuk REFERENSI :


studi individual lewat peluang pengayaan.
Beehgley, 2004, The Structure of Social
Siapapun yang sudah selesai tugas klasikalnya
Stratification in the United States,
diberi peluang untuk minta tugas tambahan
Boston, MA : Pearson, Allyn & Bacon.
pada gurunya. Masing-masing sekolah dapat
mengembangkan fasilitas studi individual Makka, Andi Makmur., Editor 2010, Jejak
mulai tersedianya perpustakaan, laboratoria, Pemikiran B.J. Habibie.
komputer, dan lainnya. Bila pemerintah Peradaban Teknologi untuk
menyediakan anggaran, disediakan Kemandirian Bangsa. Bandung : PT
kompetetif, berdasar bukti-bukti aktivitas Mizan Pustaka
enrichment siswanya. Noeng Muhadjir, 2013, Metodologi Penelitian
Kebijakan dan Evaluasi Kebijakan,
5.3 Peluang alternatif pengembangan di Yogyakarta : Penerbit Rake Sarasin.
Perguruan Tinggi
----------- , Addenda 2013, Metodologi Penelitian
Dari pembahasan di atas, dikembangkan Kebijakan dan Evaluasi Kebijakan,
peluang alternatif program. Yogyakarta : Penerbit Rake Sarasin
5.3.1 Kemampuan eksponensial untuk pesawat ----------- , 2003, Metodologi Penelitian
serta kapal dan penunjangnya Kebijakan dan Evaluation
Research.Integrasi penelitian, Kebijakan,
Pertama, dikembangkanprogram
dan Perencanaan. Yogyakarta :
pendidikan yang langsung untuk berkeahlian
Penerbit Rake Sarasin.
pada kemampuan eksponensial tinggi untuk
pesawat dan kapal, juga penunjang- ----------- , 2000, Kebijakan dan Perencanaan
penunjangnya. Kemampuan eksponensial Sosial. Pengembangan Sumber
dilacak lewat program enrichment dari TK Daya Manusia., Yogyakarta : Penerbit
sampai SLA. Rake Sarasin

5.3.2 Kemampuan politik ----------- , 2000, Identifikasi Faktor-Faktor


Opinion Leader Innovative untuk
Tidak dapat diabaikan perlunya ada yang Pembangunan Masyarakat
lihai dalam strategi politik, yang membuat (disertasi).Yogyakarta : Penerbit
Indonesia tetap aktif tidak terdominasi blok Rake Sarasin
tertentu.
----------- , 1967, Politik Pendidikan (kumpulan
5.3.3 Strategi ekonomi prasaran). Yogyakarta : Penerbit
Rake Sarasin
Tidak pula dapat diabaikan perlunya
Thompson, W., and Hickey, J., 2005,
yang lihai dalam strategi perdagangan yang
Society in Focus. Boston, MA : Pearson Allyn &
mampu lebih mensejahterakan bangsa. Baik
Bacon.
untuk konsumsi, maupun untuk membuat
produk pesawat dan produk kapal tonase kecil
laku keras di pasaran.
35

TANTANGAN SEKOLAH PADA ABAD KE 21


Prof. Dr. Sodiq A. Kuntoro, M.Ed.
Universitas Negeri Yogyakarta

persekolahan yang menekankan pada


1. Pendahuluan
penguasaan materi pelajaran secara statis
Memasuki abad 21 adalah seperti pengetahuan yang sekedar untuk menjawab
memasuki era baru di mana kehidupan soal ujian, tentunya sudah tidak cocok untuk
mengalami perubahan yang sangat cepat, menghadapi kehidupan yang kompleks dan
sehingga pendekatan, sikap, dan praktik cepat berubah. Apa yang dibutuhkan dalam
tradisional dihadapkan tantangan dan kehidupan sekarang ini adalah kemampuan
dipertanyakan kesesuaian atau efektivitasnya. menghadapi dan memecahkan permasalahan
Pencapaian kemajuan teknologi informasi yang terus menerus berubah dan berkembang,
yang sangat tinggi, mendorong komunikasi kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan
antar belahan dunia semakin cepat terjadi, fisik dan sosial yang terus berubah dan
kejadian atau peristiwa yang terjadi di satu kemampuan menjaga kontinuiti
tempat jauh di belahan dunia segera dapat (kesinambungan kehidupan) dengan
diketahui oleh manusia di belahan lain. membangun kehidupan baru yang sesuai
Pikiran, ide-ide, dan problem yang dihadapi dengan tuntutan perkembangan. Ini
suatu masyarakat di dunia, cepat dapat mengisyaratkan perlu adanya perubahan
ditangkap dan dipahami oleh masyarakat paradigma pendidikan untuk menghadapi
yang lain secara global. (Joan Stephenson, tantangan kehidupan modern global abad ke
Lonraine Ling, Eva Burman, Maxine Cooper, 21 ini, sebab tanpa perubahan paradigma
1998, hal xv). pendidikan maka anak-anak dan generasi
Tulisan saya tantangan pendidikan muda mereka akan menjadi penerima pasif
dalam kehidupan modern: suatu perubahan dari perubahan yang terjadi di sekitarnya atau
paradigma pidato pelepasan guru besar UNY bahkan akan menjadi terjajah atau tertindas
(april 2013), isinya menekankan perlunya oleh perubahan kehidupan yang terjadi di
perubahan paradigma pendidikan yang harus sekitarnya.
dilakukan dalam menghadapi kehidupan Paradigma pendidikan yang perlu
modern-global. Identik dengan tantangan dibangun adalah pendidikan yang meletakkan
sekolah pada abad 21 seperti dijelaskan di atas, tujuan pada pengembangan manusianya yang
memasuki abad 21 di mana kehidupan utuh sebagai individu dan sosial. Sebagai
mengalami perubahan cepat, sehingga individu manusia dilahirkan dengan potensi-
pendekatan, sikap, dan praktik tradisional potensi bawaannya dan memiliki kodrat
dihadapkan tantangan dan dipertanyakan kebebasan atau memiliki kemauan dan
kesesuaiannya atau efektivitasnya. Karena keinginan untuk mengembangkan apa yang
adanya persamaan pemikiran maka tulisan ini menjadi tendensi dalam dirinya tetapi
walaupun menggunakan tema baru manusia juga sebagai bagian dari kehidupan
Tantangan Sekolah pada Abad ke 21, sosial karena mereka dilahirkan dan
menggunakan isi seperti yang ditulis dalam dibesarkan dalam komunitas sosialnya.
pidato pelepasan guru besar UNY, dengan Sebagai sosial individu memiliki
perbaikan dan ditambah uraiannya sebagai kecenderungan untuk berpartisipasi dalam
suatu edisi revisi. kehidupan bersama dengan manusia lain,
Dalam kehidupan modern dan global sehingga memperoleh pengakuan akan
yang berubah sangat cepat seperti sekarang ini keberadaannya dan memperoleh penghargaan
orangtua, pendidik, atau guru, pemerintah, akan perannya dalam kehidupan bersama.
masyarakat dihadapkan pada situasi yang Pengembangan manusia yang utuh
sulit, suatu kondisi ketidakpastian akan ke sebagai individu dan sosial sebagai tujuan
mana anak-anak atau generasi muda harus pendidikan lebih mengutamakan
dipersiapkan, karena kehidupan yang akan terbentuknya kepribadian yang mandiri dan
datang tidak dapat dipahami secara tepat. kreatif dengan memiliki tanggungjawab sosial.
Aktivitas pendidikan yang masih dilakukan Tujuan pendidikan yang bersifat
secara tradisional dengan sistem pendidikan instrumentalis yang banyak berkembang di
36

lembaga-lembaga pendidikan sekarang ini sumber alam yang dimiliki atau modal uang
lebih menekankan pada pengembangan yang tersedia tetapi lebih ditentukan oleh
kemampuan kognitif (kecerdasan) manusia, kekuatan sumber daya intelektual dan
sehingga produk pendidikan cenderung kekuatan nilai-nilai atau semangat kohesi
menghasilkan manusia cerdas, tetapi kurang sosial dan budaya yang dapat dikelola oleh
memiliki kepribadian yang diharapkan suatu komunitas atau bangsa. Apa yang
sebagaimana agama mengajarkan sebaik penting dikembangkan oleh lembaga
baiknya manusia adalah yang berguna bagi pendidikan seperti sekolah atau perguruan
orang lain, atau memiliki kepribadian yang tinggi dalam menghadapi tantangan
kreatif, mandiri, dan tanggungjawab sosial. kehidupan modern global yang penuh
Karakter manusia yang berfungsi sosial persaingan yang menghancurkan dan
kurang dapat dikembangkan. Manusia yang memberi kesempatan untuk maju dan
cerdas tetapi memetingkan diri sendiri (selfish) berkembang dalam kehidupan internasional
cenderung menjadi produk pendidikan adalah perlunya perubahan paradigma
sekarang ini yang tidak membawa pada pendidikan. Paradigma pendidikan yang
kemajuan bersama tetapi justru menimbulkan selama ini dikembangkan di mana
sikap dan perilaku patologi seperti korupsi, memekankan sekedar penguasaan materi
tidak disiplin, perkelahian, dll., yang pengetahuan secara statis dan lulus ujian
membawa kerusakan kehidupan sosial. sekolah atau nasional harus diubah ke arah
Sementara tantangan kehidupan global di satu pengembangan kepribadian yang mandiri dan
sisi memberi kesempatan (peluang) untuk kreatif yang memiliki tanggung jawab sosial.
maju ke taraf internasional, tetapi di sisi lain Karena kehidupan mengalami perubahan
dapat menimbulkan problem kehidupan sangat cepat dan kompleks yang sulit
individu dan sosial-budayanya yang dipahami secara pasti maka tugas pendidikan
mengalami erosi dan kerusakan. bukan sekedar pemberian pengetahuan statis
Tantangan kehidupan modern global pada siswa, tetapi justru pengembangan
tidak dapat dihadapi secara individual, tetapi manusia yang dapat beradaptasi terhadap
sebaliknya membutuhkan kebersamaan sosial; perubahan, manusia yang berkepribadian
kesatuan nasional baik secara intelektual, kreatif yang dapat menemukan cara-cara baru
ideologis, maupun sosial budaya. Konsep dalam pemecahan masalah kehidupan adalah
pendidikan bagi pengembangan sumber daya seharusnya menjadi tugas utama pendidikan.
manusia (SDM) kurang memadai lagi dalam Konsep pendidikan untuk menyiapkan peserta
kehidupan modern global sekarang ini, karena didik memasuki kehidupan yang akan datang
kecenderungan menghasilkan manusia yang perlu dikritisi karena tidak ada gambaran
cerdas tetapi dengan karakter mementingkan yang pasti kehidupan yang akan datang itu,
diri sendiri yang merugikan banyak orang. sehingga apa yang penting adalah memikirkan
Oleh karenanya, konsep pendidikan bagi pengembangan kehidupan sekarang sebab
pengembangan SDM di mana manusia sebagai kualitas kehidupan sekarang akan
modal pembangunan bagi suatu bangsa menentukan keadaan kehidupan yang akan
membutuhkan penyempurnaan dengan datang. Oleh karenanya perhatian kita lebih
konsep pendidikan bagi pengembangan modal harus diarahkan perbaikan keadaan
sosial dan modal budaya. Perasaan, pendidikan kita sekarang, dengan memahami
kebersamaan, nilai-nilai, semangat, sikap, dan situasi pendidikan kita sekarang dalam
tindakan yang menyatukan semua warga konteks individu dan sosial serta
masyarakat dalam menghadapi dan memecahkannya. Sebagaimana John Dewey
memecahkan problem sosial kehidupan yang menolak konsep pendidikan sebagai
bersama adalah merupakan modal sosial dan persiapan kehidupan yang akan datang, dia
budaya yang harus dibangun oleh dunia menekankan konsep pendidikan sebagai
pendidikan. Lembaga pendidikan seperti pertumbuhan, di mana dalam pertumbuhan
sekolah, keluarga, organisasi sosial, program terdapat kontinuiti kemampuan yang dicapai
TV, organisasi keagamaan memiliki peran sekarang untuk berkembang menjadi
penting dalam pengembangan modal sosial kemampuan yang akan datang. Apabila
dan budaya di samping modal intelektual bagi pendidikan dipikirkan sebagai kegiatan
pembangunan bangsa. persiapan kehidupan yang akan datang, maka
Modal pembangunan bukan sekedar dapat terjadi pendidik, guru, orang tua,
modal fisik seperti luas wilayah, kekayaan melupakan kebutuhan, dan minat belajar, serta
37

tingkat perkembangan mental anak yang dasarnya tidak terpisahkan dari dorongan
sekarang sedang tumbuh, dan memaksakan untuk hidup dan perjuangan untuk hidup,
keinginan mereka untuk anaknya bagi serta menjaga kontinuitas keberlangsungan
kehidupan yang akan datang, yang tidak (survival) hidup.
diketahui anak. Oleh karena dalam diri anak memiliki
dorongan untuk hidup, maka secara alami
2. Pengembangan Dimensi-dimensi Pen- dalam diri anak terdapat dorongan untuk
didikan Intelektual, Emosional, dan belajar untuk mempertahankan kehidupan-
Sosial nya. Ahli psikoanalisis Freud memandang
Kegiatan pendidikan yang seharusnya kegiatan belajar manusia adalah sebagai
menyentuh seluruh dimensi kehidupan anak: dorongan (drive) dari dalam diri untuk dapat
intelektual, fisik (keterampilan), emosional, survival (hidup berkelanjutan), dapat
moral (kepribadian), dan sosial sering mengatasi hambatan-hambatan kehidupan.
direduksi sebagai kegiatan pengajaran dan Apabila kita meletakkan dorongan survival
persekolahan yang lebih terpusat pada sebagai dasar kegiatan belajar maka kegiatan
penyampaian ilmu pengetahuan secara statis belajar untuk menemukan cara baru (inovasi)
dan kemampuan teknikal. Fenomena yang baik yang skala besar maupun kecil adalah
terjadi adalah guru sebagai pendidik yang penting dalam kegiatan pendidikan atau
seharusnya memusatkan perhatiannya pada belajar agar kehidupan manusia (individu dan
pertumbuhan diri anak secara utuh, berubah sosial) dapat menjaga kontinuitasnya.
lebih menekankan pada tugas sebagai Kegiatan belajar manusia secara alami
pengajar yang menyampaikan suatu melibatkan banyak dimensi. Tiga dimensi
pengetahuan dengan menggunakan teknik belajar yang sangat penting menurut ahli
atau metode yang sesuai agar siswa dapat pendidikan Denmark: Knud Illers (2004)
menerima materi pelajaran yang diberikan. adalah dimensi pikiran, perasaan, dan sosial
Kegiatan pendidikan dipersekolahan berubah kemasyarakatan. Dalam praktik kehidupan
menjadi sekedar pengajaran dengan sehari-hari seluruh dimensi belajar ini sulit
penekanan penyampaian materi pelajaran, dipisahkan satu dengan lain karena
sehingga tujuan pendidikan untuk keterkaitannya sangat erat, tetapi hanya dalam
membangun manusia yang utuh yang pemikiran teoritis dapat dipisahkan satu
memiliki kepribadian mandiri kreatif dengan dengan lainnya.
karakter yang baik, semangat atau motivasi Secara umum orang berpendapat bahwa
yang kuat untuk mencapai kemajuan kurang kegiatan belajar terjadi dalam kepala manusia
dapat dikembangkan. Dapat dikatakan (otak manusia), seolah-olah kegiatan belajar
sekarang jarang ditemukan guru yang dilakukan secara individual dengan aktivitas
pendidik, sebaliknya lebih banyak ditemukan membaca buku yang tidak boleh terganggu
guru bidang ilmu seperti guru matematika, oleh kegiatan lain. Pendapat semacam ini
guru biologi, sejarah, ekonomi, dan lainnya mungkin tidak salah, tetapi apabila dipikir
yang kurang mengarahkan perhatiannya pada secara mendalam pendapat ini melupakan
pengembangan diri anak. Sebagaimana yang bahwa kegiatan belajar merupakan bagian dari
telah disampaikan di atas dalam menghadapi kegiatan kehidupan sehingga kegiatan belajar
tantangan kehidupan modern dan global di terjadi dalam konteks aktivitas kehidupan di
mana setiap hari atau bahkan setiap jam mana di samping dirinya sendiri juga terdapat
kehidupan mengalami perubahan maka kita orang lain. Anak-anak bermain dengan teman
membutuhkan landasan paradigma lain, berpartisipasi dalam suatu kegiatan yang
pendidikan yang bersifat transformasional, disenangi dan dihargai bersama, maka dengan
bukan paradigma pendidikan yang bersifat berpartisipasi setiap anak memperhatikan apa
transaksional yang transmisif sekedar yang dilakukan oleh yang lain. Anak yang
memindahkan pengetahuan. Pendidikan baru masuk kelompok itu maka dia cukup
transformatif adalah pendidikan yang mengikuti atau menirukan dari mereka yang
membangun perubahan pada diri anak, sudah memiliki kemampuan lebih banyak atau
seluruh dimensi kehidupan dirinya, perasaan, sudah banyak pengalaman. Dalam konteks
emosi, pikiran, nilai-nilai, dan kepribadian sosial kegiatan belajar selalu belajar sosial,
yang mendorong untuk perbaikan kehidupan. belajar dari orang lain, dan belajar bersama
Kegiatan pendidikan dan belajar pada orang lain. Mereka yang sudah memiliki
kemampuan lebih tinggi akan membantu
38

mereka yang belum memiliki kemampuan pengikat di antara individu untuk


dengan cara sekedar membantu-bantu suatu mengarahkan kehidupannya bagi pencapaian
pekerjaan. Apabila mereka sudah sedikit ada kehidupan ideal bersama. Komunikasi
kemampuan, maka dipersilakan mencoba (communication) adalah alat untuk
mengerjakan sendiri dengan diberi bantuan berhubungan satu dengan lain untuk
atau pengawasan untuk memperbaiki suatu merefleksikan sesuatu yang ideal (common)
pekerjaan yang masih salah. Di sini berlaku bagi hidup bersama, alat untuk mengambil
konsep scaffolding (penyangga) dari Vygotsky keputusan untuk suatu tindakan, dan
(Rusia): untuk mencapai perkembangan melakukan tindakan untuk mencapai cita-cita
kemampuan yang tertinggi apabila secara kehidupan ideal yang telah disepakati
individual tidak mampu melakukansendiri, bersama. Dalam komunikasi terdapat
maka pendidik (orang lain yang lebih tinggi kesamaan, kesetaraan, mempercayai, empati,
kemampuannya) membantu, membimbing, saling menghargai dalam merefleksikan
mengarahkan,dengan pelan-pelan dan sesuatu apa yang ideal. Dengan demikian kata
bertahap sampai individu dapat melakukan community, common, dan communication
sendiri secara mandiri. Pada waktu anak memiliki keterkaitan satu dengan lain, yang
sudah dapat melakukan sendiri aktivitas tidak dapat dipisahkan untuk membangun
(pekerjaan), maka bantuan dilepas. terwujudnya masyarakat ideal.
Praktik pengajaran di sekolah sekarang Apa arti penting konsep sekolah sebagai
ini masih menekankan belajar secara community kecil adalah sekolah bukan sebagai
individual bahkan menanamkan sikap tempat berkumpulnya individu yang bersaing
kompetisi satu dengan lain, sehingga sekolah satu dengan lain yang menghasilkan manusia
lebih memupuk sikap sombong bagi anak- yang mementingkan diri sendiri (selfish) yang
anak cerdas dan seolah-olah kurang respek menghancurkan orang lain tetapi sekolah
(menghargai) pada teman-teman yang lain. adalah sebagai masyarakat kecil yang ideal, di
Kondisi semacam ini kurang menguntungkan mana sikap, kepribadian sosial (persaudaraan,
bagi pengembangan modal-sosial (budaya) persamaan, percaya, toleransi, saling
suatu masyarakat yang dibutuhkan bagi membantu) dapat dikembangkan dengan
pembangunan suatu bangsa. Pendidikan di baik.Sekolah sebagai tempat untuk
sekolah, keluarga, masjid, tempat kerja, mengembangkan kekuatan intelektual,
organisasi sosial seharusnya memperhatikan emosional, dan social anak-anak yang
dan mengembangkan modal sosial dan dibutuhkan bagi pembangunan masyarakat
emosional di samping modal intelektual bagi atau bangsa yang ideal.
instrumen pencapaian kemajuan masyarakat Seperti di atas telah disampaikan bahwa
dan bangsa. kegiatan belajar lebih sering diartikan sebagai
Dimensi belajar sosial seperti belajar aktivitas yang terkait dengan kecerdasan otak
memecahkan problem kehidupan secara (intelektual), yang terjadi dalam diri individu
kelompok masih perlu dikembangkan dalam terlepas dari kehidupan sosialnya. Teori
praktik pendidikan di sekolah. Pendidikan belajar kognitif (Piaget) menekankan bahwa
untuk melakukan tugas untuk kepentingan pengetahuan yang bersumber dari realita di
bersama, seperti menjaga kebersihan, luar diri manusia melalui pancaindera
keindahan, kerukunan, kebaikan, kepedulian, (pengamatan, pendengaran, dll.) dibawa ke
atau belajar dalam kelompok-kelompok tugas dalam pikiran manusia maka terjadi proses
memecahkan masalah sebagai modal sosial konstruksi pengetahuan (assimilasi dan
perlu memperoleh perhatian dari kepala akomodasi) dengan menghubungkan skema
sekolah, guru, dan orang tua. John Dewey (pengetahuan yang lama) dengan objek baru
(filosof pendidikan Amerika), menggambar- maka terbentuk pengetahuan baru (skema
kan sekolah sebagai bentuk kecil suatu baru). Pengetahuan yang bersumber dari luar
masyarakat (komunitas) yang lebih besar. diri manusia dengan proses assimilasi dan
Sebagai komunitas (community) maka setiap akomodasi dalam pikiran manusia akan
individu menjadi bagian yang mendukung dibangun pengetahuan baru. Teori kognitif
sesuatu yang bernilai bagi kehidupan bersama, dalam belajar seolah-olah kurang memperhati-
sesuatu yang bermakna bagi kehidupan yang kan dimensi emosional-perasaan manusia
ideal. Kata common (sesuatu yang menjadi dalam pengembangan pengetahuan. Sehingga
bernilai bagi hidup bersama) adalah tidak pengetahuan yang diperoleh bersifat
terpisahkan dari kata community dan menjadi intelektual kurang menyentuh pengembangan
39

diri (self). Tetapi manusia selalu berusaha pengajaran atau belajar sebagai penerima
untuk mengembangkan pengetahuan yang pasif. Oleh karenanya, dibutuhkan perubahan
bermakna (meaningful) bagi hidupnya, dan paradigma pengajaran dan belajar yang dapat
untuk memperoleh pengetahuan yang menyentuh dimensi pikiran, perasaan, dan
bermakna, maka dibutuhkan keterlibatan sosial sebagaimana di atas telah disampaikan.
emosi dan perasaan, sebab hanya keterlibatan (baca: Knud Illeris, The three dimensions of
emosi dan perasaan maka pengetahuan dapat learning, 2004).
menyerap dalam diri individu dapat merubah Pendidikan di sekolah sebagai
dirinya (selfnya) atau mengembangkan pemindahan pengetahuan yang menghancur-
kepribadiannya. kan pembentukan kepribadian kreatif anak,
Para ahli pendidikan humanistik (Carl harus diubah dengan pendidikan yang bersifat
Rogers, dll.) menekankan pentingnya arti pemecahan masalah kehidupan, di mana anak-
pendidikan atau belajar yang bermakna untuk anak dan ilmu pengetahuan dibawa dalam
mengembankan konsep diri atau me- kehidupan untuk memecahkan masalah dan
ngembangkan kepribadian, sehingga kegiatan menemukan secara kreatif baik skala kecil atau
pendidikan atau belajar tidak sekedar aktivitas besar yaitu cara-cara baru untuk memecahkan
pikiran, tetapi melibatkan pikiran dan masalah yang dapat membawa perbaikan
perasaan sehingga memperoleh pengetahuan kehidupan. Metode mengajar di mana guru
yang bermakna bagi dirinya. Pendidikan yang lebih banyak berdiri di depan kelas
tradisional yang lebih berorientasi pada dalam menyampaikan pengetahuan diubah
pengetahuan untuk menjawab soal ujian, atau menjadi terlibat bersama murid dalam
sekedar penguasaan pengetahuan teknikal berdiskusi memecahkan masalah, sesuai
untuk melakukan pekerjaan rutinitas, kurang dengan tema-tema pembelajarannya di mana
mengembangkan dimensi emosional perasaan guru dan siswa terlibat secara aktif dalam
yang memungkinkan tumbuhnya kesadaran diskusi pemecahan masalah yang seolah-olah
baru, apakah pengetahuan yang mereka sebagai mitra yang setara tanpa ada yang
peroleh itu bermakna bagi kehidupannya atau dianggap lebih tinggi atau rendah.
mungkin menghancurkan bagi dirinya. Komunikasi yang membangun penghargaan,
Program pendidikan atau belajar dengan kesetaraan, dan kepercayaan menjadi bagian
metode refleksi (reflection) yang bersifat dari kegiatan pembelajaran, karena
mempelajari, menganalisis, dan menyampai- komunikasi semacam itu memberi makna bagi
kan kembali pengalaman yang telah dialami pengembangan diri (kepribadian) anak di
oleh para anak-anak adalah penting mana guru bukan sekedar penyampaian
digunakan untuk dapat mengembangkan diri pengetahuan yang dipaksakan. Anak merasa
(kepribadian) yang kuat dan mandiri, memperoleh penghargaan akan harga diri (self
mengembangkan kekuatan intelektual dan esteem) dan dengan demikian mereka
emosionalnya, serta mengembangkan membangun kepribadian yang percaya diri
kekuatan social-budayanya. Metode refleksi dan bersemangat untuk maju.
yang digunakan dalam proses pembelajaran Belajar kelompok untuk memecahkan
dapat membangun kemampuan berfikir kritis, masalah atau melakukan tugas bersama juga
mengembangkan kepribadian mandiri kreatif bermakna bagi anak karena mencerminkan
dengan tanggung jawab sosial. kehidupan bersama dalam kehidupan sosial
masyarakat di mana setiap orang merupakan
3. Pengembangan Kualitas Mengajar dan bagian dari sosialnya dan memiliki kontribusi
Belajar di Sekolah yang berbeda-beda dalam memecahkan
Dalam pendidikan kita secara umum masalah kehidupan. Dalam melakukan tugas
aktivitas mengajar dan belajar masih bersama ada anak yang berperan
didominasi oleh proses kognitif yaitu memunculkan masalah dan merumuskan
penyampaian pengetahuan dari guru pada masalah, tetapi juga ada anak yang berperan
siswa, sehingga siswa cenderung sebagai menemukan ide-ide hipotetis pemecahan
penerima yang pasif. Pengembangan masalah, dan ada juga anak yang berusaha
kepribadian yang kreatif mandiri dan memiliki menemukan model eksperimen untuk
tanggung jawab sosial yang dibutuhkan oleh percobaan pemecahan masalah dan ada juga
kehidupan modern global seperti sekarang ini anak yang menemukan atau menteorikan teori
kurang dapat dihasilkan dari model barunya. Dengan belajar dalam kelompok
maka terjadi penguatan kekuatan sosial untuk
40

berpartisipasi dalam pemecahan masalah menghadapi kehidupan sekarang akan


dengan peran yang berbeda, tetapi untuk menjadi dasar pijakan untuk keberhasilan
tujuan bersama. Kegiatan pendidikan bukan menghadapi kehidupan yang akan datang.
sekedar menerima secara pasif pengetahuan, Sementara pembelajaran yang menyampaikan
informasi, keterampilan, nilai yang pengetahuan yang terpisah dari kehidupan,
disampaikan oleh guru, tetapi anak (peserta sekedar menguasai pengetahuan informatif
didik) terlibat aktif dan interaktif satu dengan menghasilkan manusia yang verbalistik
yang lain dalam memahami realita kehidupan (sekedar dapat berbicara), tetapi tidak
atau permasalahan kehidupan dan menghasilkan kesadaran dan tindakan untuk
menemukan pemecahannya. merubah kehidupan yang kurang baik. Model
Pembelajaran yang humanis adalah pengajaran sekarang di sekolah banyak yang
bukan sekedar memindahkan pengetahuan bersifat penguasaan pengetahuan yang
dari guru pada siswa,karena pembelajaran verbalistik, yang kurang mengembangkan
semacam ini menghancurkan harkat kemampuan kreatif untuk memecahkan
kemanusiaan, dimana pada dasarnya manusia masalah kehidupan.
adalah aktif dan memiliki keinginan Pengembangan model pembelajaran yang
(kemauan) untuk berpartisipasi dalam aktif dan interaktif membutuhkan
kehidupan bersama orang lain (sosial). pengembangan fasilitas dan peralatan yang
Pembelajaran yang humanis juga bukan lebih memadai bagi pemenuhan kebutuhan
kegiatan pembelajaran yang sekedar dan minat belajar siswa yang beragam dan
mengembangkan fungsi dan kemampuan berbeda-beda. Sesuai dengan teori belajar
pikiran, seperti mengajarkan pengetahuan bahwa kegiatan belajar yang didasari oleh
teknis yang sekedar akan digunakan untuk kebutuhan dan minat akan menimbulkan
mencari pekerjaan, tetapi pembelajaran yang keterlibatan pikiran dan perasaan anak dalam
melibatkan pikiran dan perasaan (emosi) kegiatan belajar. Oleh karenanya,
sekaligus sehingga pengetahuan yang diterima pengembangan model pembelajaran dalam
dapat meresap dalam dirinya (selfnya) dan kehidupan modern dan global harus
bermakna bagi pengembangan kesadaran melibatkan pengembangan fasilitas dan media
dirinya. Kesadaran diri akan makna belajar seperti laboratorium untuk pengajaran
pengetahuan yang diperoleh oleh setiap orang fisika, biologi, kimia, bahasa, dll., ruang belajar
adalah penting bagi pengembangan sikap dan musik, seni melukis, ruang olah raga renang,
perilaku kritis terhadap sesuatu pengetahuan, sepak bola, tenis, judo, pencak silat, dll.
keterampilan yang diterima apakah dapat Dengan tersedianya bermacam-macam
bermakna bagi hidupnya atau membelenggu fasilitas belajar dan sumber belajar yang
hidupnya. Pengetahuan dan keterampilan beraneka ragam memungkinkan sekolah
teknis yang diterima anak dapat menyebabkan (lembaga pendidikan) dapat menjadi
sikap ketergantungan pada pengetahuan environment (lingkungan) yang kaya bagi
teknis yang telah dikuasai, sehingga mereka kegiatan belajar. Sebagaimana konsep
mengalami kesulitan untuk mengembangkan pendidikan sebagai penyediaan lingkugnan
ide-ide lain apabila dihadapkan pada untuk anak dapat tumbuh berkembang
tantangan kehidupan baru yang yang (growth) dari John Dewey bahwa dengan alat-
kompleks lebih luas. Seolah-olah manusia alat yang aktif yang dimiliki oleh lingkungan
telah terperangkap dalam lorong yang sempit akan mengundang respon dari para siswa
dari pengetahuan dan keterampilan teknis yang melibatkan minat dan kebutuhan belajar
yang dikuasai dan seolah-olah sulit untuk mereka. Misalnya tersedianya fasilitas belajar
beradaptasi terhadap kehidupan yang lebih laboratorium kimia yang aktif diselenggarakan
kompleks dan mengalami perubahan sangat oleh sekolah maka akan mengundang minat
cepat. anak untuk belajar kimia. Lingkungan sekolah
Model pembelajaran yang membawa yang aktif menyelenggarakan (memfasilitasi)
pengetahuan dalam konteks kehidupan adalah bermacam-macam kegiatan belajar yang
merupakan model pembelajaran yang lebih bermakna bagi siswa yang memiliki
bermakna bagi kehidupan anak sekarang dan kebutuhan dan minat belajar yang beragam
yang akan datang, di mana anak (siswa) akan menjadikan lembaga pendidikan sekolah
dihadapkan pada permasalahan kehidupan sebagai lingkungan yang hidup
sekarang dan memecahkan permasalahan menumbuhkan dorongan belajar para siswa.
kehidupan sekarang, dan dengan keberhasilan
41

Dalam memfasilitasi siswa (anak) belajar (informal dan insidental learning).


secara aktif maka meletakkan anak sebagai Merefleksikan pengalaman yang dialami
subjek (aktor) belajar yang aktif mencari dan adalah merupakan cara atau alat untuk
menemukan pengetahuan dan keterampilan memperoleh makna pelajaran pengalaman
yang menjadi kebutuhan dan minat dirinya. yang dapat digunakan untuk menghadapi
Model pengelolaan pengajaran yang statis di pengalaman baru yang mungkin terjadi dalam
mana siswa dari pagi sampai sore (siang) hari kehidupan selanjutnya.
belajar di satu tempat (ruang kelas) kurang
sesuai dengan kebutuhan anak yang dinamis. 4. Harmonisasi Kegiatan Pendidikan di
Model pengelolaan pengajaran yang dinamis Sekolah dan Pengembangan Budaya
seperti model pengajaran moving kelas, lebih Belajar Sepanjang Hayat
sesuai dengan karakteristik anak yang aktif, di Dalam kehidupan modern, global seperti
mana siswa bergerak pindah dari tempat satu sekarang ini pendidikan untuk peningkatan
ke tempat lain untuk mengikuti pengajaran harkat kemanusiaan (humanisasi) semakin
yang mereka minati dan dibutuhkan. dirasakan pentingnya karena semakin
Selama ini oleh karena proses pengajaran tumbuhnya kesadaran manusia akan hak-hak
didominasi oleh model pemindahan mereka untuk memperoleh penghargaan dan
pengetahuan dari guru pada siswa maka perlindungan harkat martabat kemanusia-
seolah-olah siswa (anak) sudah menjadi annya. Dapat dikatakan semua institusi dalam
kenyang (penuh) terisi oleh pengetahuan dari masyarakat, keluarga, sekolah, organisasi
luar dirinya. Oleh karena belajar yang mekanis sosial, tempat kerja, institusi agama semakin
tidak melibatkan proses penghayatan dalam dituntut untuk meningkatkan penghargaan
diri anak, karena tidak melibatkan emosi anak, dan perlindungan hak azazi manusia. Sekolah
maka peserta didik tidak memiliki kebutuhan sebagai tempat berkumpul bermacam-macam
untuk mereflaksikan apa yang dirasakan atau individu dari berbeda-beda kelas sosial, etnis,
menyampaikan kebermaknaan dari penge- agama, bahasa, budaya dituntut untuk
tahuan yang dipelajari. Belajar yang sebenar- menjadi terbuka terhadap perbedaan dan
nya adalah kebermaknaan pengatahuan dan memberikan perlindungan dan penghargaan
keterampilan yang diperoleh bagi pemecahan terhadap hak-hak mereka.
masalah kehidupan maka metode refleksi Konsep pendidikan untuk semua
sebagaimana di atas telah disinggung sangat (education for all) yang diaplikasikan di sekolah
dibutuhkan dalam proses belajar dan menuntut lembaga sekolah memberi
mengajar. Makna belajar yang sebenarnya kesempatan anak-anak untuk belajar atau
adalah kebermaknaan bagi diri (self), bagi menerima pendidikan tanpa dibeda-bedakan
pengembangan kecerdasannya tetapi juga bagi kelas sosial, etnis, agama, bahasa, budaya
pengembangan kepribadian pembentukan mereka. Adalah menjadi tugas sekolah sebagai
karakternya maka merefleksikan pengalaman- lembaga pendidikan memelihara harmonisasi
pengalaman yang telah dialami dibutuhkan dengan menyediakan sarana dan fasilitas
agar individu anak dapat sharing atau berbagi pendidikan dan belajar yang memadai dan
pengalaman dengan orang lain. mendorong semua yang berbeda untuk dapat
Dengan dikembangkan metode refleksi menikmati kesempatan pendidikan yang
maka memungkinkan subjek (anak) didik diberikan sekolah. Pemerintah dan masyarakat
belajar dari pengalaman, di mana pengalaman dituntut untuk memperbaiki sarana dan
sebagai sumber belajar dapat digunakan untuk fasilitas sekolah seperti gedung-gedung
memunculkan minat pribadi, karena sekolah yang bersih dan indah, ruang kelas
merefleksikan pengalaman adalah merupakan yang menarik untuk kegiatan belajar,
sesuatu yang menyenangkan. Dalam transportasi yang murah bagi siswa untuk
kehidupan modern dan global seperti pergi dan pulang dari sekolah, pemenuhan
sekarang ini setiap orang setiap hari bahkan kebutuhan makan dan minum di siang hari di
setiap jam memperoleh pengalaman, sekolah, pemeriksaan kesehatan, dll., sehingga
pengalaman dari apa yang sengaja dilakukan semua anak dapat memperoleh kesempatan
atau pengalaman dari kejadian yang tidak yang menyenangkan belajar di sekolah.
sengaja (yang terjadi menimpa dirinya). Lebih jauh apabila ditafsirkan secara
Belajar secara alami dalam kehidupan sehari- filosofis konsep pendidikan untuk semua juga
hari banyak terjadi secara tidak sengaja dan harus diartikan semua untuk pendidikan (all
bersifat belajar insidental atau informal
42

for education), maknanya adalah semua dapat membebaskan belenggu kelompok


kehidupan di sekolah maupun di masyarakat sosial yang sempit. Kehidupan sekolah
adalah untuk memfasilitasi kegiatan berfungsi memperluas kehidupan sosial
pendidikan untuk semua orang. Dengan anak dan membebaskan dari kelompok
demikian tidak hanya kegiatan dan fasilitas di sosial yang sempit.
sekolah yang digunakan bagi aktivitas
Berdasarkan konsep ini sekolah
pendidikan tetapi semua aktivitas kehidupan
mempunyai peran untuk menciptakan
seperti di pertokoan, pasar, kereta api, bus,
lingkungan yang membangun harmoni di
rumah makan, di jalan-jalan, sungai, hutan,
antara bermacam-macam kelompok sosial, dan
kantor pos, bank, dll., harus memiliki peran
memberi kesempatan pada semua elemen
kontribusi bagi pengembangan kegiatan
sosial untuk dapat membangun kehidupan
pendidikan. Oleh karenanya menjadi
lebih luas lewat sekolah, dan mungkin
tanggung jawab pejabat publik untuk
menghindarkan belenggu kehidupan keluarga
merancang pembangunan semua sektor
yang sempit. Peran sekolah seperti di atas
kehidupan agar semuanya memiliki kontribusi
yang harus dikembangkan dalam kehidupan
bagi pengembangan kegiatan pendidikan.
modern global sekarang ini, dan
Kondisi sekolah kita sampai sekarang
menghindarkan kehidupan sekolah yang
belum dapat menyediakan sarana dan fasilitas
menyenangkan bagi kelompok sosial tertentu.
yang memadai bagi semua anak dari latar
Terakhir yang penting digarisbawahi
belakang sosial ekonomi yang berbeda-beda,
adalah aktivitas pendidikan sepanjang hayat.
sehingga dalam kenyatannya sekolah belum
Dalam kehidupan modern yang kompleks
dapat melakukan peran harmonisasi di antara
cepat mengalami perubahan ini menuntut
perbedaan-perbedaan kondisi yang dibawa
setiap orang untuk dapat terus menerus
anak dari rumah ke sekolah. John Dewey
menghargai pentingnya kegiatan belajar dan
menyatakan tiga fungsi sekolah dalam
melakukan kegiatan belajar terus menerus
kehidupan modern adalah:
sampai meninggal. Pendidikan sekolah tentu
a. Peradaban yang kompleks (dari
saja harus memikul tangungjawab untuk
masyarakat modern) adalah terlalu
membangun sikap menghargai dan
kompleks untuk dipindahkan pada anak-
menyenangi kegiatan belajar serta dorongan
anak secara keseluruhan bersama.
melakukan kegiatan belajar. Belajar tidak
Sekolah berperan menyampaikan
berhenti sesudah selesai suatu jenjang sekolah,
peradaban yang kompleks dari
karena pengetahuan yang diterima di sekolah
masyarakat modern itu secara bagian-
akan menjadi usang setelah seseorang tamat
bagian, gradual, dan cara bertingkat.
sekolah karena perubahan yang sangat cepat
Pendidikan menyampaikan sesuatu yang
kehidupan di masyarakat. Pendidikan dan
sederhana yang dapat ditangkap oleh
belajar tidak terbatas pada belajar formal,
anak-anak, kemudian dibangun sesuatu
tetapi dapat diperoleh secara informal atau
pemahaman peradaban yang lebih tinggi
insidental melalui berpartisipasi dalam
dan kompleks pada tingkat pendidikan
kegiatan kehidupan. Dalam kehidupan
yang lebih tinggi.
modern yang cepat mengalami perubahan
b. Sekolah membangun lingkungan yang
semacam ini maka sekolah sebagai lembaga
bersih dan menyeleksi pengaruh dari luar
pendidikan seharusnya membangun
untuk menghindari pengaruh jelek masuk
harmonisasi bermacam-macam kegiatan
sekolah, sehingga sekolah menjadi
belajar yaitu belajar formal melalui
lingkungan yang baik untuk pendidikan.
pembelajaran guru dalam ruang-ruang kelas
Sekolah menyeleksi pencapaian
dan belajar informal melalui partisipasi
peradaban masyarakat dan menciptakan
bermacam-macam kegiatan yang tersedia
lingkungan bagi anak-anak agar dapat
untuk menjangkau belajar yang lebih alami
membangun kehidupan yang baik di
dan kreatif. Lembaga pendidikan sekolah
masa datang.
harus mengembangkan harmonisasi kegiatan
c. Sekolah menciptakan lingkungan yang
belajar formal yang dirancang guru di dalam
harmoni dan dapat menyeimbangkan
kelas, dan bermacam-macam kegiatan belajar
bermacam-macam elemen kehidupan
informal sesuai dengan minat dan kebutuhan
sosial anak-anak, dan menciptakan
anak, di mana sekolah menyediakan fasilitas
kesempatan anak-anak dari kelompok
belajar yang dibutuhkan.
sosial dapat bergaul lebih luas sehingga
43

Di sini arti pentingnya pengembangan Heafford, Michael. (1967). Pestalozzi, His


budaya sekolah dan budaya belajar di sekolah, Thought and Its Relevance Today. London:
sehingga anak-anak dapat memperoleh Methuen & Co, Ltd.
kesempatan belajar informal (insidental) dari Illeris, Knud. (2004). The Three Dimensions of
kehidupan sekolah sebagai masyarakat kecil Learning. Florida: Krieger Publishing
ideal, di samping belajar formal. Harmonisasi Company.
kegiatan pendidikan di sekolah untuk
Knowles, Malcolm S., Holton III Elwood F.,
memberikan kesempatan pendidikan bagi
Swansen, Richard A. (2005). The Adult
semua anak walaupun dengan latar belakang
Learner, sixth edition. California, USA,
yang berbeda-beda dan pengembangan
Elsevier.
budaya belajar adalah merupakan sesuatu
yang sangat penting dalam kehidupan modern Knight, George R. (1982). Issues and Alternatives
global sekarang ini. in Educational Philosophy. Michigan:
Andrew University Press.
DAFTAR PUSTAKA Kuntoro, Sodiq A. (2011). Pendidikan dalam
Kehidupan dan Untuk Perbaikan
Barnes, Douglas. (1977). From Communication to
Kehidupan. Seminar Nasional S3 Ilmu
Curriculum. Auckland New Zealand.
Pendidikan, PPS UNY (tidak
Penguin Books, Ltd.
diterbitkan).
Dewey, John. (2001). Democrazy and Education.
Merriam, Sharon B. (2001). The New Update on
A Penn State Electronic Classics Series
Adult Learning Theory. San Fracisco:
Publication. The Pennsylvania State
Jossey Bass.
University.
Stephenson Joan, Ling Lorraine, Burman Eva,
Gutek, Gerald Lee. (2004). Philosophical
Cooper Maxine. (1998). Values in
Alternatives in Education. Columbus,
Education. London: Routledge.
Ohio: Charles E. Merrill Publishing
Company.
44

TANTANGAN GURU PADA ABAD KE - 21


(DARI PERSPEKTIF POLITIK LOKAL)

Putut Wiryawan
Wakila Ketua Komisi D DPRD DIY Periode 2009-2014
Ketua Fraksi Partai Demokrat DPRD DIY

pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi


1. Pendahuluan 1
kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.
INDONESIA sudah 68 tahun merdeka, Sadar bahwa posisi guru cukup strategis
tetapi persoalan yang menyelimuti dunia dalam upaya mencerdaskan kehidupan
pendidikan dapat dikatakan tidak pernah bangsa, Pemerintah kemudian mulai
selesai. Upaya menyelesaikan persoalan dalam memperhatikan kesejahteraan guru dengan
dunia pendidikan, yang dirumuskan sebagai membuat regulasi tentang sertifikasi guru
strategi kebijakan melalui kurikulum (termasuk dosen). Langkah ini didahului
pendidikan, secara periodik berubah. Selama dengan memberikan Bantuan Operasional
masa pemerintahan Orde Baru saja, dengan Sekolah (BOS) yang di ketentuan teknisnya
rezim penguasa negara tetap, strategi juga mengatur tentang honorarium guru dan
kebijakan yang dilaksanakan Pemerintah tenaga yang lain.
melalui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Zaman yang sudah menapaki abad 21,
terus berubah. Bahkan kemudian muncul telah menyebabkan bergesernya paradigma
istilah ganti menteri ganti kebijakan atau belajar akibat pesatnya perkembangan
ganti menteri ganti aturan. Pada tingkat kehidupan dan ilmu pengetahuan. Pergeseran
implementasi, keadaan tersebut menyebabkan itu menyangkut ciri maupun model
guru dan peserta didik hampir pasti menjadi 2
pembelajaran. Ada empat ciri abad 21, yakni
korban. Daerah-daerah yang relatif dekat informasi yang tersedia di mana saja dan kapan
dengan pusat kekuasaan pun, memerlukan saja, komputasi yaitu penggunaan mesin yang
waktu untuk menyesuaikan pelaksanaan menyebabkan semuanya lebih cepat, otomasi
proses belajar-mengajar agar sesuai dengan yang mampu menjangkau semua pekerjaan
kebijakan yang ada. Dapat dibayangkan rutin serta komunikasi yang semakin cepat
daerah-daerah dengan jaringan infrastruktur dapat dilakukan dari mana saja dan ke mana
belum memadai, daerah pedalaman, pulau- saja.
pulau terpencil, daerah transmigrasi, sering Ciri Informasi memaksa model
terjadi sebuah kebijakan di bidang pendidikan pembelajaran diarahkan untuk mendorong
belum dilaksanakan, sudah ada kebijakan baru peserta didik mencari tahu dari berbagai
yang diterapkan. sumber observasi dan bukan diberi tahu. Ciri
Zaman yang berubah dari waktu ke komputasi mengharuskan pembelajaran
waktu telah memberikan tantangan yang diarahkan untuk mampu merumuskan
semakin beragam bagi dunia pendidikan di masalah (menanya) dan bukan hanya
Indonesia. Pendidikan, baik formal maupun menyelesaikan masalah (menjawab). Ciri
nonformal, sudah menjadi komitmen dasar otomasi membuat pembelajaran harus
bagi para pendiri bangsa sejak negara ini diarahkan untuk melatih berfikir analitis
diproklamasikan. Tujuan berdirinya negara (pengambilan keputusan) dan bukan berfikir
Indonesia, sebagaimana tegas dinyatakan mekanistis (rutin). Dan ciri komunikasi
dalam alinea ke-4 Pembukaan UUD 1945, menuntut pembelajaran menekankan
salah satunya adalah mencerdaskan kehidupan pentingnya kerja sama dan kolaborasi dalam
bangsa. Bahkan, dalam perubahan keempat menyelesaikan masalah.
UUD 1945, perhatian terhadap dunia
pendidikan semakin nyata sebagaimana
disebut pada pasal 31, ayat (4), negara
memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang- 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik
kurangnya dua puluh persen dari anggaran Indonesia Tahun 1945, Setjen MPR-RI,
pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran cetakan kesepuluh, 2011.
2 Laman Kemendikbud RI

http://www.kemdikbud.go.id/uji-publik-
kurikulum-2013-2.html, 2 Oktober 2013.
45

Di tengah arus perubahan yang relatif 5


DIY 48,60. Data yang lebih memprihatinkan
cepat itu, Daerah Istimewa Yogyakarta yang ditunjukkan oleh hasil UKG untuk kompetensi
selama ini populer sebagai daerah dengan pedagogik mata pelajaran IPS tingkat SMP.
kualitas pendidikan baik, mencanangkan Nilai rerata nasional hanya mencapai 36,08
target bahwa pada tahun 2025 menjadi daerah dan nilai rerata di Provinsi Jawa Timur 37,68,
pendidikan terkemuka se Asia Tenggara. Jawa Barat 38,55, Jawa Tengah 38,88, DKI
Upaya menuju ke sana, tentu memerlukan Jakarta 37,76, Banten 37,21 dan DIY 38,39. Nilai
prasyarat. Salah satunya adalah dengan kompetensi pedagogik mata pelajaran PKN
Renaisans Yogyakarta, yang antara lain tingkat SMA rerata nasional hanya 46. Nilai
menyangkut sektor pendidikan. Kebangkitan rerata untuk Provinsi Jawa Timur 49,20, Jawa
kembali pendidikan itu dengan upaya Barat 49,69, Jawa Tengah 51,27, DKI Jakarta
merevitalisasi model-model pendidikan yang 50,63, Banten 53,89 dan DIY 53,89. Sedang
pernah dikembangkan di Yogyakarta sejak untuk mata pelajaran Geografi rerata nasional
zaman sebelum Indonesia merdeka. Model 48, Provinsi Jawa Timur 51,54, Jawa Barat
dimaksud adalah model pendidikan barat 50,82, Jawa Tengah 52,72, DKI Jakarta 51,58,
(yang dikenalkan oleh penjajah Belanda), Banten 52,10 dan DIY 53,96.
6
model yang dikembangkan Tamansiswa, Paparan data tersebut jelas menunjukkan
model pendidikan pesantren, model bahwa kemampuan pedagogik guru kelas SD,
pendidikan yang dikembangkan guru IPS SMP, guru PKN SMA dan guru
Muhammadiyah dan model pendidikan di Geografi SMA masih kurang dan kalau
3
lingkungan Keraton Yogyakarta. disetarakan dengan nilai kelulusan siswa yang
minimal harus mencapai angka 50,50 untuk
2. Kepercayaan dan Keteladanan bisa disebut lulus, guru-guru tersebut secara
Guru, dalam terminologi Jawa sering rata-rata tidak lulus. Tren nilai yang sama juga
dimaknai sebagai digugu (dipercaya) dan ditiru ditunjukkan untuk kompetensi profesional
(diikuti, ditirukan). Guru akan dipercaya oleh maupun kompetensi gabungan (nilai semua
murid-muridnya, manakala dia memiliki kompetensi). Padahal kemampuan
kompetensi yang setidaknya cukup (kompetensi) guru berpengaruh secara
meyakinkan (tentu lebih baik sangat signifikan terhadap hasil proses pembelajaran
meyakinkan) bagi para murid. Ada empat siswa. Kualitas pembelajaran dipengaruhi
kompetensi yang dipersyaratkan oleh kualitas guru yang dapat dilihat dari hasil
pemerintah bagi guru profesional, yaitu pencapaian kompetensi guru yang dikuasai
7
kompetensi pedagogik, kompetensi (Sugiarti, 2008). Sedang menurut Jusuf
kepribadian, kompetensi profesional dan Mudzakkir, kemampuan guru, motivasi
kompetensi sosial.
4 profesional guru, kesesuaian waktu yang
Data yang dilansir oleh laman digunakan dalam proses belajar mengajar dan
Kemendikbud menyebutkan, hasil Uji kesesuaian keahlian dengan beban tugas,
Kompetensi Guru Tahun 2012 menunjukkan berpengaruh positif terhadap perolehan NEM
masih rendahnya nilai kompetensi guru. dengan besar pengaruh 90,31. Faktor
Kompetensi Pedagogik Guru SD dalam kemampuan guru merupakan faktor yang
kategori guru kelas secara rerata nasional dominan berpengaruh terhadap perolehan
8
hanya 40 (dari skala 100) atau setara dengan 4 NEM siswa.
dari skala 10. Rerata nilai kompetensi Fakta empiris menunjukkan, bisnis
pedagogik guru kelas SD enam provinsi di kursus bimbingan belajar, semakin hari
Pulau Jawa juga menunjukkan masih di bawah
50. Jawa Timur 44,22; Jawa Barat 42,99; Jawa
5 Laman Kemendikbud
Tengah 45,54; DKI Jakarta 44,40; Banten 41,73
http://ukg.kemdikbud.go.id/info/ diolah,
3 Oktober 2013
6 Ibid.
3 Sri Sultan Hamengku Buwono X, Visi Misi
7 Sugiarti dalam laman
Calon Gubernur DIY 2012 2017,
Yogyakarta, September 2012 http://garuda.kemdikbud.go.id/jurnal/proses?q=k
4 Victor Uji Kurnia - Sabtu, 13 Juli 2013 - ualitas+guru+tahun+2012, 3 Oktober 2013
8 Jusuf Mudzakkir dalam laman
http://koffieenco.blogspot.com/2013/07/
4-kompetensi-guru- http://garuda.kemdikbud.go.id/jurnal/proses?q=k
profesional.html#sthash.x7WAKGTW.dpu ualitas+guru+tahun+2012, 3 Oktober 2013
f
46

semakin menjamur dengan tawaran fasilitas masing-masing. Apakah dia berada pada
yang semakin mewah. Ketika penulis lintasan yang tepat untuk dapat mengantarkan
menanyakan kepada beberapa siswa sekolah anak-anak menapaki masa depan? Ataukah
negeri, mengapa mereka mengikuti bimbingan dia berada di luar lintasan yang bakal terlindas
belajar, jawabannya sama, ingin mencapai zaman? Pada zaman ketika informasi dapat
NEM tinggi dan dapat diterima di sekolah tersaji dalam waktu cepat, setiap anak-anak
favorit. Realitas ini setidaknya membutuhkan guru yang memenuhi sejumlah
mengindikasikan, bahwa kepercayaan prasyarat tertentu. Setidaknya saat ini ada
masyarakat terhadap sekolah dan termasuk di empat kompetensi sebagai prasyarat wajib
dalamnya guru, cukup rendah. Mereka tidak yang harus dipenuhi. Menaikkan nilai rerata
yakin dapat mencapai NEM tinggi dan empat kompetensi guru profesional itu bukan
diterima di sekolah favorit, manakala mereka perkara mudah; bagi Daerah Istimewa
tidak mengikuti bimbingan belajar. Proses Yogyakarta sekali pun yang relatif geografis
pembelajaran yang terjadi di lembaga wilayahnya berada dalam satu jangkauan.
bimbingan belajar, relatif sama dengan proses Penyebabnya adalah tata kelola pemerintahan
transfer ilmu pengetahuan di sekolah, yang berbasis otonomi daerah dan
ditambah langsung berpraktik mengerjakan memberikan kewenangan penuh kepada
soal-soal. Kadang-kadang, masih dilengkapi pemerintah daerah kabupaten/kota untuk
dengan kiat-kiat (strategi) mengerjakan soal mengatur kewenangan urusan di bidang
dalam ujian. Model seperti inilah, yang dalam pendidikan tingkat SD, SLTP dan SLTA. Andai
pandangan Ki Hajar Dewantara disebut kewenangan itu dilaksanakan secara
pengajaran dan bukan pendidikan. Sebab, bertanggung jawab, kabupaten/kota tersebut
pendidikan mengandung maksud menuntun masih dapat diharapkan kontribusinya untuk
segala kekuatan kodrat yang ada pada anak- menaikkan nilai kompetensi guru. Sayangnya,
anak, agar mereka sebagai manusia dan model pemilihan kepala daerah secara
sebagai anggota masyarakat dapat mencapai langsung telah menyeret birokrasi ke dalam
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi- pusaran politik yang langsung berpengaruh
9 kepada manajemen pemerintahan seperti asal
tingginya.
Konsep pendidikan yang dikembangkan menempatkan pejabat tanpa kompetensi atau
Ki Hajar Dewantara, kemudian melahirkan memecah Satuan Kerja Perangkat Daerah
filosofi Ing Ngarsa Asung Tuladha, Ing Madya karena akan menempatkan tim suses atas
Amangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Di depan dasar alasan balas budi. Atau malah
memberikan contoh keteladanan, di tengah mengangkat guru-guru baru tanpa melihat
membangun kehendak, menggagas ide dan di peta kebutuhan tenaga guru yang dikaitkan
belakang memberdayakan. Lambang dengan kesempatan pemenuhan jam mengajar
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tut bagi guru-guru yang sudah ada agar tidak
Wuri Handayani tentu harus dibaca secara kehilangan tunjangan sertifikasi. Menurut
utuh mulai dari depan, tengah sampai Dewi Zulaekah, pada umumnya sertifikasi
belakang. Dan ini yang mestinya juga menjadi guru memberikan dampak yang baik terhadap
pedoman profesi para guru. kualitas pembelajaran siswa pada kegiatan
10
belajar dan mengajar (KBM).
3. Mencari Guru Abad ke - 21 Upaya meningkatkan kualitas guru agar
dapat memenuhi kebutuhan guru pada abad
Kita sudah berada di garis depan abad ke-
ke-21, tidak dapat lagi mengandalkan model
21. Realitas kondisi guru sudah tergambar
pendekatan yang selama ini dijalankan untuk
jelas. Suka atau tidak, itulah produk dari
meng-upgrade guru. Perlu ada terobosan baru,
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
agar uang rakyat yang diwadahi dalam APBN
yang ada. Siapa pun dapat dengan mudah
maupun APBD tidak terbuang sia-sia. Salah
mengetahui, di mana letak titik koordinat guru
satu cara yang bisa dilakukan adalah, apabila
dalam bentangan peta zaman yang sedemikian
guru tidak memiliki nilai tinggi dalam uji
pesat. Setiap guru memiliki titik koordinat
kompetensi atau dengan kata lain tidak lulus,

9 KARYA KH DEWANTARA, Bagian Pertama: 10Dewi Zulaekah, dalam laman


Pendidikan, Majelis Luhur Persatuan http://garuda.kemdikbud.go.id/jurnal/proses?q=k
Taman Siswa Yogyakarta, Cetakan Ketiga, ualitas+guru+tahun+2012 3 Oktober 2013.
2004.
47

guru bersangkutan tidak lagi diizinkan Victor Uji Kurnia - Sabtu, 13 Juli 2013 -
mengajar sampai dia selesai memperbaiki diri http://koffieenco.blogspot.com/2013/07/4-
dan kembali lulus uji kompetensi. Ada dua kompetensi-guru-
kompetensi yang seyogyanya diberi standar profesional.html#sthash.x7WAKGTW.dpuf
kelulusan cukup tinggi, yakni kompetensi Laman Kemendikbud
pedagogik dan kompetensi kepribadian. http://ukg.kemdikbud.go.id/info/ diolah, 3
Mengapa? Kalau kita masih mempercayai Oktober 2013
bahwa pendidikan adalah investasi masa Sugiarti dalam laman
depan, maka jangan mempertaruhkan masa http://garuda.kemdikbud.go.id/jurnal/prose
depan anak-anak kita untuk dididik oleh guru- s?q=kualitas+guru+tahun+2012, 3 Oktober
guru yang tidak memiliki kompetensi 2013
kepribadian dan kompetensi pedagogik. Guru, Jusuf Mudzakkir dalam laman
adalah profesi dengan prasyarat panggilan http://garuda.kemdikbud.go.id/jurnal/prose
jiwa. *** s?q=kualitas+guru+tahun+2012, 3 Oktober
2013
DAFTAR PUSTAKA KARYA KH DEWANTARA, Bagian Pertama:
Undang-Undang Dasar Negara Republik Pendidikan, Majelis Luhur Persatuan Taman
Indonesia Tahun 1945, Setjen MPR-RI, cetakan Siswa Yogyakarta, Cetakan Ketiga, 2004.
kesepuluh, 2011. Dewi Zulaekah, dalam laman
Laman Kemendikbud RI http://garuda.kemdikbud.go.id/jurnal/prose
http://www.kemdikbud.go.id/uji-publik-kurikulum- s?q=kualitas+guru+tahun+2012 3 Oktober
2013-2.html, 2 Oktober 2013. 2013.
Sri Sultan Hamengku Buwono X, Visi Misi
Calon Gubernur DIY 2012 2017, Yogyakarta,
September 2012
48

TANTANGAN PENGEMBANGAN KURIKULUM ABAD XXI


Sumarno, MA, PhD
Dosen PPS UNY dan UAD

Abstrak
Abad XXI diwarnai dengan derasnya globalisasi yang menghasilkan berbagai tantangan; dan
rumitnya tantangan ini tidak akan memadai kalau hanya dihadapi dengan paradigma konvensional.
Paradigma teknosains merupakan sebuah keniscayaan; dan pendidikan perlu memiliki komitmen
tinggi terhadap paradigma tersebut. Kurikulum sebagai salah satu instrumen haruslah yang diyakini
mampu menghasilkan manusia terdidik yang cakap dan arif mewujudkan kehidupan yang cerdas,
bermoral, relijius. Sementara itu pengembangan kurikulum berada di dalam konteks
multdimensional, melalui proses-proses politik yang melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan;
sehingga tidak dapat dihindari munculnya sejumlah isu: a) perubahan masyarakat yang diharapkan
dan konsekuensinya bagi kualitas pesertadidik yang perlu dipersiapkan; b) strategi dan metode
pendidikan yang cocok untuk mencapainya; dan c) cara penilaian, pemantauan, dan pengendalian
untuk meyakinkan bahwa pendidikan berlangsung dengan baik dan benar.

dikawal, diisi, dan ditingkatkan; bukan yang


1. Pendahuluan
terjadi setiap kali harus dimulai dari titik
Abad XXI sebagai awal dari milenium III nadir, nol lagi. Perusakan, pembersihan,
belum dapat memberikan gambaran jauh genosida, adalah peristiwa yang senantiasa
kedepan bagaimanakah kiranya kehidupan berulang dalam sejaran peradaban manusia;
bangsa-bangsa di dunia ini puluhan/ratusan dan pertanyaannya, haruskah demikian?,
tahun mendatang. Yang sudah pasti adalah tidak adakah cara lain yang lebih me-
bahwa sedang terjadi perubahan yang nampilkan kemuliaan peradaban?. Pendidikan
semakin pesat dan semakin besar skalanya; dengan urusan pokok memanusiakan
dengan ending yang belum dapat ditebak. Di manusia, perlu optimis mengemban kewajiban
dalam kondisi demikian, terpapar dua mencari jawaban atas pertanyaan kedua.
pilihan: a) menunggu dengan resiko untung- Kurikulum sebagai salah satu instrumen
untungan, menjadi korban atau menikmati utama untuk mewujudkan cita-cita pedidikan
yang tersajikan oleh perubahan; b) berupaya menyelamatkan kemanusiaan dari kehancuran
semampu mungkin untuk mengarahkan dan yang tidak perlu, dan membantu, mendorong,
mewarnai perubahan sehingga sudah ada mengarahkan, menuju kehidupan dan
upaya untuk tidak terpuruk dalam peradaban yang sarat dengan nilai-nilai luhur.
kehancuran. Pilihan pertama bersifat pasrah,
dapat fatalistik, mencerminkan ketidak- 2. Pengembangan Kurikulum Sebagai
berdayaan atau kelumpuhan. Pilihan kedua Proses Politik
mencoba berpikir positip-optimistik dengan
Pengembangan kurikulum tidak akan
penuh kesadaran bahwa kemampuan dan
pernah netral dari pengaruh ideologi, politik,
upaya itu ada batasnya, dan lebih banyak
dan teori (Steller, 1980; Mutch, 2001;
kekuatan yang di luar jangkauan kita.
Hansen,1995). Ungkapan tersebut dapat
Pendidikan sudah seharusnya memilih
dipahami dengan baik, bila disandingkan
pilihan kedua, karena disadari bahwa banyak
dengan pertanyaan-pertanyaan bserikut:
kekuatan berusaha mempengaruhi,
Pendidikan untuk siapa dan untuk apa?
mengganggu, membelokkan kehidupan
Pendidikan oleh siapa atau tanggungjawab
bangsa ini, dengan motif yang sesuai dengan
siapa? Bagaimana pendidikan melaksanakan
kepentingan masing-masing pihak; baik dari
fungsinya dengan cara yang sesuai dengan
dalam maupun kekuatan dari luar. Pendidikan
keputusan pendidikan untuk apa dan untuk
mengemban amanah melakukan berbagai
siapa mtersebut. Dalam praktik, kurikulum
upaya agar kehidupan hari ini dan hari
pasti dipersiapkan oleh pihak atau berbagai
depan gemilang, sebagai perorangan,
pihak tertentu yang dipercaya untuk
kelompok masyarakat, bangsa, bahkan
mempersiapkan kurikulum yang cocok
kehidupan kemanusiaan. Peradaban perlu
dengan misi dari keberadaan pendidikan itu
49

sendiri. Pemberi tugas, dan pengemban tugas, penggunanya atau yang menguasainya. Tidak
pastilah memiliki gambaran, minimal tertutup kemungkinan bahwa dapat terjadi
memiliki harapan; cerminan dari ideologi, efek bumerang, pemegang atau pengguna
politik, dan konsep yang diyakini. menjadi korban atas produk ipteks yang
Sejumlah pihak yang dipercaya dipakainya sendiri. Adanya kemungkinan
melakukan perumusan kurikulum yang penyalahgunaan ipteks, maka korban ipteks
pertama dilakukan adalah memformulasikan dapat karena perilakunya sendiri, dapat pula
platform kurikulum yang mencakup paling karena perilaku pihak lain, yang dengan
tidak tiga hal berikut: sengaja atau tidak menimbulkan efek yang
Konsep, yakni mengenai kondisi yang mencelakakan. Tidaklah berlebihan dikatakan
ada dan kondisi yang dimungkinkan ada, bahwa telah terjadi bukan hanya efek berantai
sebagai dasar untuk mengidentifikasi apa tetapi juga multiparadok dari kemajuan ipteks.
saja yang kiranya perlu dapat dilakukan. Menghadapi kompleksitas dan kecepatan
Teori, formulasi kurikulum memerlukan perubahan yang ditimbulkan oleh per-
landasan pertimbangan teoretik mengenai kembangan ipteks diperlukan kapabilita
berbagai hal termasuk karakteristik agilitas dan adaptabilitas. Agilitas atau
peserta didik, proses belajar dan strategi kelincahan untuk melakukan manuver ke
pembelajaran, dan cara penilaian segala arah secara tepat, akurat, selamat, dan
kemajuan belajar. menuju tercapainya tujuan yang diharapkan.
Tujuan, adalah bagian utama dari setiap Sejalan dengan agilitas tersebut diperlukan
kurikulum yang memiliki konsekuensi pula adaptabilitas, artinya kecakapan untuk
terhadap komponen lain dari kurikulum, melakukan penyesuaian diri secara tepat.
misalnya mengenai bahan dan sumber Aktualisasi dari prinsip agilitas dan
belajar, indikator keberhasilan, serta cara adaptabilitas memang rentan menghadapi
mengenali tingkat capaian dan kemajuan resiko kesalahan atau kesesatan, sehingga
peserta didiknya. yang terjadi dapat berupa perilaku yang
membahayakan diri dan atau mencelakakan
Formulasi ketiga hal tersebut melalui
pihak lain. Di sinilah diperlukan sistem
proses diskusi dari berbagai pihak yang
kendali agar supaya pada setiap pembuatan
berkepentingan, bukan hanya tim terbatas
keputusan, baik pada posisi longgar maupun
yang dipercaya untuk merumuskan platform
posisi terdesak, senantiasa tidak mudah
kurikulum.
tersesat atau kesalahan yang dapat berakibat
buruk.
3. Harapan dan Tantangan Abad XXI
Satu-satunya sumber kekuatan pe-
Abad XXI ditandai dengan kuatnya ngendali yang dapat mengarahkan
paradigma teknosains yang telah menjadi penggunaan ipteks adalah nilai-nilai moral
keniscayaan karena pesatnya perkembangan dan etika yang memiliki komitmen kuat untuk
ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni menegakkan nilai-nilai luhur seperti
(ipteks). Perkembangan ipteks ini tidak lagi kebenaran, kebaikan, kesantunan, kejujuran,
aditif linier selayaknya deret hitung, kepedulian, dan masih banyak lagi. Nilai-nilai
melainkan mengikuti pola eksponensial yang luhur tersebut diinternalisasikan ke setiap
semakin pesat pula. Energi yang dikandung orang sampai pada level otonomi moral; dan
oleh perkembangan ipteks ini sangat besar dan diwujudkan ke dalam berbagai pranata
dimanfaatkan di berbagai bidang kehidupan, kelembagaan. Dengan demikian perilaku
baik di ranah privat maupun publik; bahkan invidual dengan koheren atau dukung
ada urusan privat disadari atau tidak masuk mendukung dengan tuntutan perilaku
ke ranah publik. Berbagai media sosial seperti organisasional kelembagaan.
facebook dan twitter memungkinkan ter- Menghadapi masadepan tidak cukup
paparnya urusan privat di media publik. hanya dengan pengalaman masa lampau,
Energi yang ditimbulkan oleh karena masa depan tidak sekedar lanjutan
perkembangan ipteks sangat besar, kalau linier dari masa lampau. Kontinyuitas dan
dapat dimanfaatkan untukkepentingan positip diskontinyuitas silih berganti dengan pola
dampak positipnya sangat besar; sebaliknya yang belum selalu dikuasai oleh ilmu
kalau dipakai untuk kepentingan negatip pengetahuan. Oleh karena itu berkembanglah
dampaknyapun akan sangat luarbiasa. Dengan paradima teknosains, yang mengedepankan
kata lain nilai energi sangat bergantung pada perlunya dikuasai berbagai pendekatan, yaitu:
50

Positivistik; mengedepankan bahwa ada Perkembangan globalisasi ekonomi


realitas objektif, dengan konsekuensi ditandai dengan pergeseran pusat
bahwa penguasaan berbagai konsep itu ekonomi dunia ke Cina dan India.
sangat membantu kita untuk menghadapi Kebergantungan pada pasar global,
persoalan, dengan pola pemikiran mengharuskan pada pengusaha dan
deduktif; namun karena masadepan tidak pekerja untuk memiliki wawasan global
hanya selalu hasil ekstrapolasi dari masa dan kompetensi internasional.
kini dan masa yang lalu, maka pola Degradasi lingkungan, menghendaki
pemikiran deduktif linier itu saja belum kerjasama internasional untuk
cukup. menghasilkan solusi global di dalam
Relativistik; mengedepankan bahwa memecahkan problem kekurangan air
kebenaran itu subjektif oleh karenanya dan energi, pemanasan global, serta gejala
bersifat relatif. Pemahaman atas apa yang telah terjadinya pandemi.
terjadi di masa depan tidak lepas dari Keamanan bangsa-bangsa, memerlukan
subjektifitas masing-masing orang; dan adanya kerjasama keamanan nasional dan
orang itu lebih banyak merespon internasional, untuk memahami dan
berdasarkan pemahaman dan pemaknaan menghadapi berbagai isu konflik.
subjektif tersebut. Internasionalisasi ketenagakerjaan, telah
Fenomenologik; pandangan ini menuntut mempercepat migrasi antar negara dan
kemampuan manusia untuk menangkap meningkatnya peran perusahaan
makna dari fenomena yang bermunculan multinasional, menuntut tenaga kerja
yang tidak selalu beraturan, namun untuk memiliki penguasaan bahasa
manusia dituntut untuk dapat internasional, pemahaman tentang
menangkap polanya. Dengan kata lain keragaman budaya, serta keterampilan
memerlukan kemampuan peyimpulan interpersonal yang lebih rumit.
secara induktif. Knowledge economy diyakini akan
Kombinasi paradigma teknosains dengan menjadi kunci kesejahteraan dan
dukungan penguasaan pengetahuan yang lapangan kerja, sehingga tenaga kerja
mumpuni, dengan kearifan etis-moral yang memerlukan kecakapan untuk bekerja
sarat nilai, diharapkan dapat menampilkan dengan tim multidisipliner, menghadapi
kelincahan dan keluwesan berfikir, ber- tugas dengan dimensionalitas kompleks,
perasaan, dan bertindak yang peduli terhadap kreatif menghasilkan gagasan baru.
perkembangan perdaban; tidak didominasi Sederet karakteristik tantangan tersebut
oleh kepentingan sesaat, wawasan sempit, dan mengharuskan kurikulum mampu
kecerobohan dalam pembuatan keputusan. menghasilkan manusia dengan pengetahuan,
Persaingan yang semakin ketat, dalam sikap, dan keterampilan yang memadai; kalau
kondisi ketersediaan kesempatan dan tidak, tentu akan menjadi sumber masalah
sumberdaya yang semakin langka, dapat bagi diri-sendiri dan masyarakatnya.
membuat orang melupakan berbagai dasar
pertimbangan di dalam pembuatan keputusan. 4. Tantangan Pengembangan Kurukulum
Pesertadidik dipersiapkan untuk dapat Abad Xxi
mempersiapkan diri agar dapat menghadapi
Di samping isu etika moral dan
kehidupan ini dengan benar, berhasil, dan
konsekuensi dari perkembangan ipteks masih
berperan aktif di dalam memajukan perdaban.
ada berbagai aspek lain yang perlu menjadi
Agama mengajarkan berlomba dalam kebaik-
dasar pertimbangan di dalam pengembangan
an, menegakkan kebaikan, dan menjauhi
kurikulum. Paradigma teknosains tersebut
kemungkaran
menjelaskan pertimbangan konteks sosial dan
Komisi kurikulum Australia
pertimbangan filosofis/ideologis, di mana
(CSCNEPA,2007) mengidentifikasi beberapa
kemajuan ilmupengetahuan dan teknologi
fitur konteks global sebagai berikut:
sangat mewarnai kehidupan, baik pada
ideologis maupun level kehidupan nyata.
51

PHILOSOPHICAL/
IDEOLOGICAL SOCIAL CONTEXT
CONSIDERATION
SPN

POLICY PSYCHOLOGICAL
ENVIRONMENT CONSIDERATION
KKNI

CULTURAL
CONTEXT
INSTITUTIONAL
CONTEXT

CURRICULLUM
DEVELOPMENT
7

Figure 1. Dasar-dasar pertimbangan pengembangan kurikulum


(diadaptasikan dari Brady,1992)

Kehidupan masyarakat yang sarat dengan pembinaan jatidiri budaya masyarakatnya;


muatan ipteks, mengharuskan setiap orang dan c) bidang politik yang berurusan dengan
senantiasa belajar tentang berbagai hal baru, penataan sistem kekuasaan. Dalam kaitannya
kalau dia tidak ingin terpinggirkan dari arus dengan konteks kultural ini pendidikan perlu
utama kehidupan. Kondisi yang demikian memperhitungkan trend perkembangan
menyebabkan bahwa secara psikologis ada masyarakatnya, tidak hanya mempersiapkan
keragaman kesiapan belajar di masyarakat, tenagakerja yang relevan dengan pem-
ada yang sangat siap di satu ujung dan ada bangunan ekonomi, tetapi juga bahwa
yang sudah apatis tidak lagi mau belajar. pendidikan jangan mengasingkan anak dari
Pendidikan bertugas memfasilitasi kesiapan lingkungan akar budaya masyarakatnya agar
belajar sesuai dengan tingkat perkembangan terjadi penguatan jatidiri masyarakat; serta
manusia dan tingkat kemajuan tidak kalah pentingnya adalah bahwa
masyarakatnya. Kebutuhan dan kemampuan pendidikan juga ikut bertanggung jawab
belajar anak usia dini, kemampuan belajar dalam pendidikan politik untuk peningkatan
anak usia dini, berbeda dengan anak usia kualitas pembangunan politik bangsa.
remaja, dewasa, dan kelompok orang dewasa Pengembangan kurikulum akhir-akhir ini
juga memiliki karakteristiknya sendiri. sudah banyak mempertimbangkan kebutuhan
Tingkat kemajuan masyarakat tercermin pembangunan kesejahteraan, misalnya pen-
pada konteks kultural dari masyarakat didikan kecakapan hidup, pendidikan
tersebut. Lingkungan kultural secara kejuruan, pembukaan programstudi yang
garisbesar mencakup: a) keyakinan nilai-nilai jelas orientasi ketenagakerjaan lulusannya.
luhur, termasuk nilai luhur yang mengacu Masyarakatpun sudah mulai cerdas memilih
pada agama; b) artefak atau benda-benda pendidikan untuk anak-anaknya, dipilih
produk budaya, yang dengan sendirinya jurusan yang jelas bidang kerja lulusannya.
mencerminkan berbagai nilai luhur yang Mengenai dimensi kebudayaan sebagai dasar
diyakini; dan c) aktivitas budaya termasuk orientasi pendidikan, baru dimulai. Jogjakarta
adat istiadat dan berbagai organisasi sosial mengedepankan pendidikan berbasis budaya
semua bidang kehidupan yang tentunya juga yang bermakna pendidikan tentang
sarat dengan nilaibudaya yang diyakini kebudayaan, dengan pendekatan budaya, dan
masyarakatnya. Aktivitas kehidupan ini terjadi di dalam lingkungan kebudayaan.
termasuk: a) dalam bidang ekonomi dengan Pendidikan berbasis budaya bukan sekedar
orientasi pemenuhan kebutuhan kesejahtera- muatan lokal tentang senibudaya, dan juga
an; b) bidang sosialbudaya dengan orientasi bukan sekedar menjadi matapelajaran
52

senibudaya atau bahasa daerah; melainkan target, menjaga keterkaitannya dengan


berbagai muatan kebudayaan yang mencakup standar nasional, menghasilkan informasi
tiga komponen (nilai, artefak, aktivitas) untuk perencanaan dan pengajaran ke
kebudayaan dapat diujudkan sebagai bagian depan, memakai tes dan berbagai bentuk
terintegrasi dengan matapelajaran lain, tugas secara tepat, dan mendorong
kegiatan sekolah, dan lingkungan budaya terjadinya asesmen diri asesmen oleh
sekolah. teman sebaya.
Sebagai pembanding, komisi kurikulum
Beberapa pelajaran yang dapat dipetik
Australia (CSCNEPA, 2007) konsep dasar
dari komisi kurikulum Australia.
dalam pengembangan kurikulum, yakni apa
Pertama, apa yang ditulis di dalam
yang akan dicapai, bagaimana mengatur
kertaskerja komisi pembaharuan kurikulum
proses belajarnya, dan bagaimana cara
Australia tersebut menggambarkan penerapan
mengetahui bahwa yang dilakukan mengarah
pendekatan logical framework, di mana di
pada hasil dan perubahan yang diharapkan.
dalam perencanaan diawali dengan rumusan
Tujuan perubahan yang diharapkan dari
yang jelas mengenai perubahan apa yang akan
pengembangan kurikulum adalah
dicapai; kemudian rumusan tersebut menjadi
dihasilkannya manusia dengan tiga
dasar untuk merumuskan rancangan operasio-
kecakapan: Successful learners, Confident
nal untuk mencapainya. Dengan demikian
individual, dan Responsible citizens. Untuk
mudah pula identifikasi dan formulasi ukuran
itu setiap anak harus sehat, aman,
akuntabilitas dari perubahan kurikulum, di
gembira, mampu berkontribusi positip,
antaranya ketercapaian dan peningkatan
dan akhirnya mencapai kesejahteraaan;
standard, perilaku dan kehadiran siswa,
dan pembelajaran difokuskan pada sikap,
peranserta masyarakat, pilihan gaya hidup
keterampilan, dan pengetahuan serta
sehat; dan semua bermuara pada partisipasi di
pemahaman.
dunia kerja dan pendidikan lanjutan.
Seluruh kegiatan belajar ditandai dengan
Kedua, perumusan perubahan yang
seperangkat nilai-nilai dan tujuan-tujuan
dikehendaki didahului dengan meng-
yang luas. Berbagai pendekatan dipakai
identifikasi analisis prakiraan kecenderungan
di dalam pembelajaran yakni: siswa aktif;
perubahan pada tingkat global, karena posisi
humanis; koheren dengan lingkungan;
strategis peran kunci Australia di peta
perhatian terhadap perkembangan
ekonomi, politik, dan budaya global; yang
spiritual, moral, kultural, emosional,
merupakan keniscayaan untuk mem-
intelektual, serta fisik; bila diperlukan
persiapkan generasi mudanya berperan aktif
penambahan waktu, sampai setiap anak
dalam konteks global.
memperoleh layanan sesuai dengan sifat
Ketiga, dari segi substansi sebagai
masing-masing personal. Layanan yang
konsekuensi imperatif konteks global tersebut
demikian dapat diujudkan dengan
anak tidak hanya dipersiapkan sebagai
menyediakan konteks pembelajaran yang
individu yang percaya-diri dan pebelajar yang
komprehensif, mengandung unsur-unsur
sukses, melainkan juga sebagai warga yang
penting: identitas dan diversitas kultural,
bertanggungjawab (responsible citizen).
gaya hidup sehat, peranserta masyarakat,
Nampaknya tidak sebatas state/federal
entreprise, dimensi-dimensi global dan
citizen, tetapi juga world citizen, warga dunia.
pembangunan berkelanjutan, teknologi
Salah satu indikator berbunyi:...understand
dan media, serta berfikir kritis-kreatif. own and others cultures and traditions and have a
Proses belajar dan mengajar senantiasa strong sense of their own place in the world.
diupayakan lebih efektif, anak memahami (p.12)
kualitas dan cara meningkatkannya.
Untuk itu dilakukan asesmen yang Sejalan dengan isi substansi tersebut
memiliki karakteristik: terpadu dengan adalah simpulan Sumarno (2013) dalam
KBM, menjangkau berbagai macam bukti pidato dies natalis UNY tentang urgensi
kemajuan anak, menekankan kurikulum pencerahan pendidikan diarahkan untuk
yang luas dan kesungguhan anak, membangun kepribadian bangsa yang mandiri
memaksimalkan kemajuan anak, secara kultural, ekonomi, politik, bahkan juga
memberikan umpanbalik kepada anak dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.
dan semua pemangku kepentingan, Kemandirian dimaknai berdaulat atas dirinya,
membantu perhatian lebih fokus pada otonom yang refleksif, ada kebebasan dalam
53

setiap pembuatan keputusan, namun Kemandirian lembaga pendidikan di


kebebasan tersebut mengharuskan kehati- dalam pengembangan kurikulum juga sama;
hatian, penuh pertimbangan matang, atas yakni bahwa harus memutuskan secara bijak,
kondisi internal-eksternal, sehingga setiap dengan mempertimbangkan kondisi internal
keputusan diwarnai oleh wisdom; bukan lembaga pendidikan itu sendiri, dan
gegabah. lingkungannya, termasuk lingkungan
kebijakan, karena berada di dalam suatu
5. Kurikulum Untuk Kemandirian sistem pendidikan nasional. Misalnya, secara
nasional dirumuskan Kurikulum 2013, maka
Pengertian kemandirian adalah ke-
setiap lembaga pendidikan perlu me-
mampuan dan kinerja nyata untuk
nyesuaikan dan mempersiapkan diri, agar
mempertimbangkan, memutuskan, dan
dapat melaksanakan pendidikan yang sesuai
menerapkan keputusan yang ditandai dengan:
dengan semangat kebijakan nasional, dengan
tidak ada pihak yang memaksakan kehendak,
cara yang sesuai dengan kondisinya sendiri.
bebas untuk mengidentifikasi memilih
Agak sulit kiranya suatu lembaga
merumuskan melaksanakan memantau/
pendidikan menghendaki pesertadidiknya
menilai dan menindaklanjutinya; dengan arif
mandiri, akan tetapi lembaga pendidikan itu
mempertimbangkan berbagai aspek baik
sendiri tidak cakap menampilkan kemandirian
kondisi internal maupun kondisieksternal.
yang arif yang dipercaya masyarakat untuk
Dengan demikian kemandirian bukan keter-
mendidik generasi penerus. Dengan kata lain
tutupan, melainkan membutuhkan keterbuka-
antara satu lembaga pendidikan dengan
an agar supaya dapat dihasilkan keputusan
lembaga pendidikan lain yang sejenis, pasti
yang terbaik, setelah mempertimbangkan
ada kesamaan karena menjadi bagian dari satu
kondisi internal dan kondisi eksternal dengan
sistem pendidikan nasional; dan pasti ada
segala konsekuensinya.
perbedaan disesuaikan dengan kondisi
Pendidikan berperan membangun ke-
masing-masing dan peluang yang diediakan
mandirian pesertadidik sehingga menjadi
dalam oleh rambu-rambu kebijakan nasional
pribadi yang otonom; bukan pribadi tertutup;
dan daerah. Sebagai contoh DIY menggariskan
tetapi pribadi yang bebas dan mampu
pendidikan berbasis budaya, maka
membuat keputusan terbaik buat dirinya,
implementasi kurikulum 2013 akan diwarnai
kelompok/organisasinya, masyarakatnya, dan
dengan makna pendidikan berbasis budaya;
bangsanya. Keputusan ini tidak mungkin
kemudian antar satu sekolah dengan sekolah
terjadi tanpa mempertimbangkan berbagai
lain akan bervariasi, karena kondisi dan
aspek internal maupun eksternal. Kompetensi
lingkungan budayanya juga bervariasi.
membuat keputusan dan melaksanakannya
secara bijak dan konsekuen itulah yang perlu
6. Manajemen Pengembangan Kurikulum
dipersiapkan oleh setiap lembaga pendidikan.
Dalam Sistem Desentralisasi
Untuk itu pendidik membutuhkan kemamp-
uan dan kinerja yang secara simultan Pendidikan Indonesia menghadapi
melakukan dua hal. Analisis prakiraan dan tantangan multidimensi, termasuk besarnya
antisipasi perkembangan masyarakat; ke- skala layanan yang harus tersedia untuk
mudian berdasarkan analisis tersebut seperempat miliar penduduk yang terdiri dari
merumuskan kompetensi yang perlu dikuasai berbagai kelompok etnis, agama, budaya,
oleh peserta didik. Namun perlu disadari bahasa, dengan bermacam-macam jenis
bahwa analisis prakiraan selalu mengandung pekerjaan, serta kondisi sosial-ekonomi dari
keterbatasan, karena tidak tertutup yang sangat kaya sampai dengan yang sangat
kemungkinan adanya kejadian tak terduga. miskin. Lebih sulit lagi ratusan juta penduduk
Oleh karena itu peserta didik di samping tersebut tersebar di lima pulau besar dan
dipersiapkan untuk menghadapi kondisi ribuan pulau-pulau kecil. Pada kondisi
sesuai dengan asumsi prediktif pendidik, juga demikian, dapat dipahami bahwa dengan
perlu dipersiapkan untuk menghadapi sistem sentralistis cenderung kurang efekti.
perkembangan keadaan yang di luar Oleh karena itu sejalan dengan reformasi
jangkauan prakiraan pendidik. politik dari sistem sentralistis menjadi
desentralistis yang berjalan satu dekade ini,
pendidikan termasuk urusan yang
didesentralisasikan. Tentu dengan harapan
54

bahwa layanan pendidikan menjadi lebih baik, rijid rancangan pusat, semakin terbatas
karena diurus oleh pemerintah daeeah yang kewenangan para pelaksana di tingkat satuan
secara fisik lebih dekat dengan rakyat, pendidikan. Sebaliknya, semakin global
dibandingkan dengan apabila semua menjadi pedoman dari pusat, semakin longgar
urusan pemerintah pusat. kewenangan sekolah sebagai satuan pelaksana
Banyak negara mengalami kuatnya pendidikan. Otoritas pusat sebagai
tuntutan desentralisasi dengan latarbelakang penanggung-jawab rancang bangun
yang berbeda-beda, sulitnya mengelola sistem kurikulum belajar mempercaya daerah dan
desentralisasi, lamanya waktu yang satuan pendidikan, di sisi lain daerah/satuan
diperlukan untuk terwujudnya tujuan yang pendidikan belajar dapat dipercaya sebagai
didambakan oleh sistem desentralisasi, dan pihak yang mengoperasional kurikulum. Di
setelah bertahun-tahunpun tidak sertamerta dalam perubahan dari kuikulum 2006 ke
berhasil. Lebih dari itu, setelah dialami dan kurikulum 2013 mengandung adanya
dirasakan bahwa dengan desentralisasi pergeseran proporsi kewenangan pusat dan
bahkan muncul persoalan baru, bukan tidak kewenangan satuan pendidikan; sebagian
mungkin masyarakat kembali merindukan kewenangan yang dulu didelegasikan ke
sistem sentralisasi; ibarat pendulum yang daerah dan satuan pendidikan ditarik menjadi
berayun bolak-balik di dua posisi yaitu posisi kewenangan pusat (silabi, buku teks).
sentralisasi dan posisi desentralisasi.
Pada dasarnya desentralisasi bukan 7. Penutup
perubahan dari semula semua urusan pusat
Tantangan utama pengembangan
menjadi semua urusan daerah. Desentralisasi
kurikulum abad XXI pada dasarnya
dimulai dengan penataan atau pembagian
bersumber pada konteks pengembangan
kewenangan, sejumlah urusan tetap diurus
kurikulum yang multidimensional yakni
pusat, dan sejumlah urusan lain menjadi
dimensi filosofi dan ideologi pendidikan;
urusan daerah. Ada urusan didelegasikan,
kondisi sosial masyarakat; aspek psikologis
didekonsentrasikan, atau didevolusikan.
peserta didik; lingkungan kebijakan sampai
Urusan pendidikan sebagai salah satu urusan
dengan kondisi satuan pendidikan. Dengan
pemerintahan yang didesentralisasikan,
konteks yang multidimensional tersebut
senantiasa perlu dicermati aspek apa saja yang
kurikulum diharapkan fokus pada
tepat didelegasikan, didekonsentrasikan, dan
mempersiapkan kemandirian, baik
didevolusikan. Sebagai contoh, guru sekolah,
kemandirian para peserta didiknya maupun
aspek administratif kepegawaian menjadi
kemandirian bangsa. Bangsa yang mandiri
urusan pemerintah kabupaten/kota, aspek
adalah yang berdaulat dalam semua bidang
keprofesian menjadi urusan Kemendikbud.
termasuk sosio-budaya, ekonomi, politik, dan
Kerumitan manajemen guru bertambah
ipteks.
manakala dipahami bahwa guru madrasah
Sistem desentralisasi sebagai salah satu
sepenuhnya urusan Kemenag; dan di
realisasi paham demokrasi, seringkali menjadi
lapangan harus berkoordinasi dengan guru
ajang polemik di sekitar persoalan peletakan
sekolah sederajat.
kewenangan. Sedikit saja otoritas sentral
Mengenai manajemen pengembangan
dipandang mengambil atau mengurangi
kurikulum di dalam sistem desentralisasi
kewenangan yang diyakini sebagai hak
diperlukan proporsi yang tepat antara
daerah, satuan pendidikan, ataupun pendidik;
kewenangan pusat, daerah, dan kewenangan
dapat dipastikan mengundang polemik
satuan pendidikan. Pada umumnya satuan
berkepanjangan; sejalan dengan kandungan
pendidikan mengharapkan kewenangan luas
multiparadok di era globalisasi. Contoh:
sebagai pelaksana pendidikan, namun belum
menginginkan otonomi profesi tetapi
tentu memiliki kemampuan cukup untuk
dependensi pada sumberdaya pusat;
merencanakan kurikulum yang memenuhi
menginginkan pendidikan bermutu tetapi
harapan sistem pendidikan nasional. Di sisi
sistem ujian sebagai satu alat kendali mutu
lain otoritas pusat sebagai penanggung-jawab
bermasalah; mendambakan pendidikan
sistem pendidikan nasional memiliki otoritas
holistik, tetapi hegemoni pendidikan
untuk menentukan blue-print atau framework,
berorientasi ketenagakerjaan sangat mewarnai
akan tetapi pada posisi jauh dan tidak
kebijakan pendidikan.
memahami presis kondisi pelaksanaan
pendidikan di lapangan. Semakin rinci dan
55

DAFTAR PUSTAKA Teacher Education , v 32 (n.2), winter


1995
Brady, L.(1992) Curriculum development
(4th.ed). New York: Prentice Hall Mutch, C. (2001) Contesting forces: the
political and economic context of
CSCNEPA (2007) Developing a twenty-first
curriculum development in New
century school curriculum for all
Zealand. Asia Pasific Education Review,
Australian students. A working paper
vol.2 no.1, pp.74-84
prepared for the Curriculum Standing
Committee of National Education Sumarno (2013). Pendidikan untuk pencerahan
Professional Associations. dan kemandirian bangsa. Pidato Dies
Natalis ke 49 UNY, 21 Mei 2013.
Hansen, Ronald E. (1995) Five principles for
Steller, A. (1980) Curriculum
guiding curriculum development
development ias politic. Educational Leaderhsip,
practice: The Case of Technological
Nov, 1980: pp.161-164
Teacher Education. The University of
Western Ontario. Journal of industrial
56

SEKOLAH DALAM TANTANGAN ABAD KE-21


Dr. Dwi Siswoyo, M. Hum
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Anakmu bukan milikmu. pandang pedagogik perlu didudukkan


Mereka putera-puteri Sang hidup yang kembali dunia edukatif yang akhir-akhir ini
rindu pada dirinya sendiri. sudah mulai tereduksi, karena guru lebih
Lewat engkau mereka lahir, namun banyak disibukkan pada aktivitas-aktivitas
tidak dari engkau, ekonomis-teknis, yang lebih berkutat pada the
Mereka ada padamu, tapi bukan hakmu. means of education, bukan pada the core of
Berikan mereka kasih-sayangmu, tapi education, padahal guru berperan yang lebih
jangan sodorkan bentuk pikiranmu, luas, sentral dan stategis dalam pencerahan
Sebab mereka ada alam pikiran kemanusiaan (enlightenment of mankind).
tersendiri. Pendidik (guru) harus memiliki
Patut kau berikan rumah untuk kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai
raganya, tapi tidak untuk jiwanya, dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat
Sebab jiwa mereka adalah penghuni jasmani dan rohani, serta memiliki
rumah masa depan, kemampuan untuk mewujudkan tujuan
Yang tiada dapat kau kunjungi, pendidikan nasional (Pasal 2 ayat 1 UU RI No.
sekalipun dalam impian. 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas). Pendidik
Kau boleh berusaha menyerupai (guru) berkewajiban : (a). menciptakan
meraka, suasana pendidikan yang bermakna,
Namun jangan membuat mereka menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dilogis.
menyerupaimu. (b). mempunyai komitmen secara profesional
Sebab kehidupan tidak pernah berjalan untuk meningkatkan mutu pendidikan, dan
mundur, (c). Memberi teladan dan menjaga nama baik
Pun tidak tenggelam di masa lampau. lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai
Kaulah busur, dan anak-anakmulah, dengan kepercayaan yang diberikan
anak panah yang meluncur. kepadanya (Pasal 40 ayat 3 UU RI No. 20
Sang Pemanah maha tahu sasaran Tahun 2003 Tentang Sisdiknas).
bidikan keabadian, Kalau sekolah ingin berubah dalam arti
Dia merentangmu dengan kekuasaan- progersif, yang mula-mula harus berubah
Nya, adalah guru. Guru, sebagai pembangun
Hingga anak panah itu melesat, jauh fondamen-fondamen hari depan jenis
serta cepat. kemanusiaan, menghadapi berbagai tantangan
Meliuklah denggan suka cita dalam untuk dapat sukses dalam melaksanakan
rentangan tangan Sang Pemanah, tugas dan kewajibannya, baik dalam konteks
Sebab Dia mengasihi anak panah yang dinamika dunia kehidupan sekolah itu sendiri,
melesat laksana kilat, maupun dalam konteks kehidupan nasional
Sebagaiman pula dikasihi-Nya busur dan global. Kita memang gandrung untuk
yang mantap. membangun, tumbuh dan berubah, tetapi
(KAHLIL GIBRAN) tidak dengan harga setinggi penghancuran
eksisitensi dan jati diri kita sendiri. Kita ingin
mengenyam, dan bila mungkin juga me-
1. Pendahuluan
nyumbang untuk kemajuan dan kemenangan
Perubahan sosio-budaya yang sangat ilmu dan teknologi, tetapi bukan kemenangan
cepat pada dekade-dekade akhir-akhir ini, semu yang secara built-in mengandung
yang terutama disebabkan oleh perkembangan kekalahan total.
ilmu dan teknologi yang spektakuler,
menghendaki guru dan tenaga pendidikan 2. Strategi Mewujudkan Sekolah yang Baik
lain perlu memiliki pemahaman dan
Strategi yang dapat ditempuh untuk
penghayatan yang utuh dan mendalam, serta
mewujudkan sekolah yang baik dapat
tindakan yang benar dan tepat dalam
dirumuskan sebagai berikut :
menghadapi tantangan zaman. Dari sudut
57

a. Dirumuskan sebuah filosofi pendidikan memiliki potensi untuk secara


nasional, sebagai bingkai komprehensif konsisten menghasilkan konse-kuensi-
integral yang dinamis (bukan pembaharu- konsekuensi tindakan yang
an yang bersifat parsial-disintegratif, diharapkan dalam jangka pendek oleh
borrowing, dan tambal sulam) , yang stakeholders (manajerial), perlu
menjadi acuan tunggal dalam mengatasi diimbangi dengan menghasilkan
permasalahan-permasalahan pendidikan perubahan, yang seringkali mencapai
nasional, baik masalah fundasional, sebuah taraf yang dramatis, dan
masalah kultural, masalah struktural dan memiliki potensi menghasilkan
masalah operasional, maupun masalah perubahan yang sangat bermanfaat,
dalam jangka pendek, jangka menengah misalnya produk-produk baru dan
dan jangka panjang, di dalam pendidikan pendekatan-pendekatan baru yang
sekolah dan luar sekolah. membantu menjadikan komunitas
b. Dirumuskannya ideologi pendidikan atau organisasi lebih kompetitif
nasional, yang mengandung komitmen- (kepemimpinan).
komitmen untuk mewujudkan tujuan- 5) Dengan keseimbangan ke-mampuan
tujuan hakiki yang dirumuskan dalam manajerial dan kepe-mimpinan, akan
filosofi pendidikan nasional. terjaga konsis-tensi pencapaian tujuan-
c. Dirumuskan kebijakan-kebijakan pen- tujuan jangka pendek, jangka
didikan nasional (kebijakan pembaharuan menengah dan jangka panjang yang
pendidikan sekolah) untuk mewujudkan diharapkan, dan akan terhindar
pendidikan (sekolah) yang berkualitas, adanya penyakit rabun dekat yaitu
yang efektif, yang baik, yang sukses. keuntungan semu jangka pendek yang
d. Mengadakan perbaikan mutu pendidikan akan menjadi bumerang bagi kerugian
baik di unit mikro (sekolah) maupun di jangka panjang.
unit yang lebih besar seperti meso dan e. Membangun Leadership Capacity for
makro memerlukan keseimbangan School Improvement untuk mensukseskan
kemampuan manajerial dan kepe- perbaikan sekolah. Kepala sekolah dan
mimpinan sebab : guru adalah sebagai leader dalam lingkup
1) Perencanaan program dan pe- dan konteks masing-masing. Kepala
nyusunan anggaran (manajerial), perlu sekolah sebagai leader dalam lingkup
diimbangi pendekatan yang visioner sekolah dan guru sebagai leader dalam
(kepemimpinan), sehingga tujuan- kelas, kendati dalam praktiknya perhatian
tujuan yang dicapai tidak bias, baik mereka sebagai leader yang
tujuan-tujuan jangka pendek, tujuan- mengantarkan dan bertanggung jawab
tujuan jangka menengah, maupun kepada peserta didik untuk menjadi
tujuan-tujuan jangka panjang. manusia yang bermakna dan bermartabat
2) Pengorganisasian dan penyusunan staf melampaui batas-batas sekolah dan kelas.
(manajerial), perlu disertai pe- Manajer berurusan dengan struktur, dan
nyampaian arah atau tujuan dalam leader berkaitan dengan kultur.
perkataan maupun tindakan kepada 1) Manajer :
mereka semua (kepemimpinan) yang a) Sering kurang bersifat human
kerja samanya diperlukan untuk (arif), karena dalam melaksana-
penyusunan tim dan koalisi yang kan tugas mengutamakan
memahami visi dan strategi dan yang prosedur.
menerima validitasnya. b) Bekerja dengan otak (otak sebelah
3) Pengendalian dan pemecahan masalah kiri)
(manajerial), perlu di-sertai pemberian c) Bekerja dengan struktur (aturan
motivasi dan inspirasi sehingga formal)
hambatan-hambatan besar yang di- d) Tugas mengawasi sebagai tang-
hadapi di berbagai bidang dapat gung jawab tunggal, bukan
diatasi secara arif dan penuh makna tanggung jawab bersama.
dalam mencapai tujuan (kepe- e) Mengejar pemenuhan target.
mimpinan). 2) Leader :
4) Menghasilkan sebuah taraf a) Mengutamakan hubungan perso-
prediktabilitas dan keraturan dan nal
58

b) Bekerja dengan hati nurani (otak Dibangunnya organisasi belajar


sebelah kanan) di sekolah, tidak dapat dihindar-
c) Bekerja dengan kultur, sehingga kan, supaya komitment bersama
berperan penting dalam meningkatkan diri dan kolek-
membangun kultur (nilai-nilai) tivitas dalam mewujudkan cita-
d) Visioner cita organisasi dapat terwujud.
e) Bekerja sebagai tim sebagai tim Adalah kurang bermakna untuk
f) Loyalitas tinggi perbaikan lembaga, apabila
g) Siap membantu. individu-individu di lembaga itu
komunitas (paguyuban) yang
Jika sebuah unit kerja (sekolah)
saling berbagi pandangan,
langka orang yang memiliki
informasi, pengalaman tidak
kualifikasi manajer yang baik dan
terbangun. Group feeling yang
pemimpin yang baik sekaligus, perlu
kokoh dan dinamis dalam
dibangun bersama organisasi belajar,
mengemban amanah kelembaga-
capacity building secara sungguh-
an untuk menggapai cita-cita
sungguh dan mengamalkan nilai
sangat terdukung dibangunnya
yang paling esensial dari kualifikasi
organisasi belajar. Belajar
manajer, dan kualifikasi pemimpin,
individual adalah perlu tetapi
sehingga kepala sekolah benar-benar
bukan kondisi yang cukup untuk
mengembangkan dirinya sebagai
kecerdasan sebuah organisasi.
leader yang baik, yang memiliki
f. Untuk mengadakan perubahan besar
kemampuan manajerial yang
dalam perbaikan mutu pendidikan, tiga
human.
hal yang amat penting adalah capacity
Pemimpin (kepala sekolah) building, empowerment dan critical
hendaknya memiliki kemampuan mass.
mengembangkan diri dan orang lain 1) Capacity Building dapat dimaknai
dalam komunitas sekolah : memberi kesempatan bagi orang-
Kepemimpinan kepala sekolah orang untuk bekerjasama dalam
lebih baik dipahami sebagai sebuah cara baru, sehingga dinamika
sebuah bidang interaksi, yang yang secara kolektif dibangun
lebih bersifat impersonal dari bersama dalam perbaikan pendidik-
pada personal. Oleh karena itu, an berjalan dengan baik. Oleh karena
tugas yang sentral dari pe- itu, inti dari capacity building
mimpin (kepala sekolah) adalah adalah hubungan-hubungan kolegia-
membangun dan memelihara litas. Dalam hal ini, komunitas,
sebuah hubungan kerja yang diskursus, dan kepercayaan
solid dengan orang lain. profesional sangat penting. Dua
Pemimpin (kepala sekolah) harus komponen kunci dari capacity
senantiasa belajar, dan belajar building adalah komunitas belajar
untuk memimpin itu sendiri profesional, dan kapasitas ke-
merupakan sebuah proses yang pemimpinan. Capacity Building
panjang, seakan merentang ke akan membangun mind set yang
belakang kembali pada masa ana- kodusif untuk perbaikan pendidikan.
anak yang senantiasa bertanya, 2) Empowerment dapat dimaknai
mendengar, membaca, memaha- sebagai proses belajar,sebagai usaha
mi, menghayati, supaya lebih terencana dan sistematis yang
human dalam mengambil ke- dilaksanakan secara berkesinam-
putusan dan bertindak. bungan baik bagi inividu maupun
Unsur kunci dalam pengemban- kolektif, guna mengembangkan daya
gan kepemimpinan adalah (potensi) dan kemampuan yang
gagasan belajar bersama, dan terdapat dalam diri individu dan
mengkonstruksi makna dan pe- kelompok sehingga mampu
ngetahuan secara kolektif dan melakukan transformasi pendidikan.
kolaboratif. 3) Critical Mass adalah sekelompok
orang (educated persons) yang
59

diharapkan dapat mengimbaskan produktivitas sekolah. Guru


usaha-usaha perbaikan pendidikan. dapat berhasil dalam sebuah
Dengan demikian, ketiga hal tersebut budaya yang memfokuskan pada
di atas berperan penting dalam produktivitas (lebih dari pada
memperlancar usaha-usaha sekedar pemeliharaan atau
perbaikan pendidikan sekolah. kesenangan kerja), kinerja (kerja
g. Dirumuskannya local strategic planning keras, dedikasi, daya tahan), dan
yang meliputi : perbaikan ( peningkatan dan
1) Mensinergikan persepsi kepala penghalusan budi bahasa
sekolah, guru dan orang tua tentang pengajaran secara kontinyu).
sekolah yang baik. b) Budaya meningkatkan aktivitas-
2) Memotret prestasi akademik aktivitas kolegial dan kolaboratif
(classroom mapping oleh para guru yang membantu pengembangan
dan school mapping oleh para guru praktik-praktik komunikasi dan
dan kepala sekolah) secara periodik, pemecahan masalah yang lebih
sebagai alat memonitor dan aksi baik.
peningkatan prestasi akademik. c) Budaya membantu
3) Membangun kultur sekolah yang pengembangan perubahan dan
senantiasa menggelorakan semangat usaha-usaha perbaikan.
perbaikan mutu akademik dengan d) Budaya membangun komitmen
tetap memelihara iklim sekolah yang dan identifikasi staf (guru), siswa,
tertib, aman, dan human sehingga dan administrator.
kondusif untuk perbaikan. e) Budaya menguatkan energi,
Culture is more than ways of doing, motivasi, dan vitalitas staf (guru),
it also involves beliefs or interpretations siswa, dan komunitas sebuah
Teachers need time and permission to sekolah
talk and listen to their students and f) Budaya meningkatkan fokus
collegues and to attend to their needs perilaku dan perhatian
(Joan Lippsitz, 1995) keseharian tentang apa yang
Membangun budaya sekolah. penting dan berharga.
Menurut E.H Shein (1985), T.E Deal
Dalam membangun sebuah
dan K.D Peterson (2009), kebudayaan
sekolah adalah jaringan-jaringan budaya sekolah, pemimpin sekolah
kompleks dari tradisi-tradisi dan tata (school leaders) secara simbolik
cara-tata cara yang telah dibangun berperan sebagai :
dalam waktu yang lama sebagaimana a) Sejarawan (Historian) : berusaha
guru, siswa , orang tua, dan memahami masa lampau sosial
administrator bekerja sama dan dan normatif sekolah.
b) Detektif Antropologis (Anthro-
menghadapi krisis-krisis dan iringan-
iringannya (Terrence E. Deal & Kent D. pological sleuth) : menganalisis
dan menyelidiki terhadap se-
Peterson, 2009).
Budaya sekolah mempengaruhi rangkaian arus norma-norma,
setiap bagian usaha dari apa yang staf nilai-nilai, dan keyakinan-ke-
pengajar perbincangkan di tempat yakinan yang membatasi budaya
makan, hingga tipe pembelajaran yang mutakhir.
digunakan, cara pengembangan c) Visioner (Visionary) : bekerja
profesional dipandang, dan kepenting- dengan pemimpin-pemimpin dan
komunitas lain untuk menegas-
an belajar bagi semua siswa. Budaya
yang kuat, positif, kolaboratif memiliki kan gambaran fokus nilai masa
depan bagi sekolah; dimilikinya
pengaruh yang kuat pada banyak
pada ciri-ciri sekolah. Beberapa contoh visi yan senantiasa berkembang.
dapat dikemukakan sebagai berikut d) Simbol (Symbol) : menguatkan
(Terrence E. Deal & Kent D. Peterson, nilai-nilai melalui pakaian,
2009) : perilaku, perhatian, kebiasaan
a) Budaya membantu perkem- sehari-hari.
bangan efektivitas dan
60

e) Orang yang membuat ornamen- tetapi juga lewat penerusan nilai dan visi.
ornamen (Potter): membentuk Sebuah bangsa bertahan melebihi satu
dan dibentuk oleh kepahlawan- generasi karena identitas diri yang
an-kepahlawanan, ritual-ritual, ditopang kontinuitas nilai dan visinya.
tradisi-tradisi, seremoni-seremo- Sejauh ini perkembang-biakan nilai belum
ni, lambang-lambang sekolah, menjadi fokus pendidikan nasional
menjadikan staf yang andil dalam (Yonky Karman, Kompas 12 Mei 2007)
nilai-nilai inti.
f) Penyair (Poet) : menggunakan 3. Tugas dan Tanggung Jawab Guru
bahasa untuk memperkuat nilai-
Guru adalah orang yang pekerjaannya
nilai dan mendukung citra terbaik
(mata pencahariannya, profesinya) mengajar
sekolah itu sendiri.
(KBBI, 2012); A person who teach; one who
g) Aktor (Actor): mengimprovisasi
instruct (Websters Dictionary, 1993); A
drama, komedi dan tragedi person who teaches others, especially in a school
sekolah yang tak terelakkan. Jika (Eugene Ehrlich, et.al ,1986). Mengajar adalah
semua dunia adalah sebuah to communicate skill or knowledge; to give
panggung, maka aspek-aspek instruction or insight (Websters Dictionary,
kehidupan sebuah sekolah adalah 1993). Dalam arti generiknya, menurut B.
mempesona, apakah mereka OTHANEL SMITH (1971), mengajar adalah
komedi, tragedi, drama, aksi. sebuah sistem tindakan yang diharapkan
h) Penyembuh (Healer) : menjaga untuk membujuk belajar (teaching is a system
transisi-transisi dan perubahan of actions intended to induce learning). Jika
dalam kehidupan sekolah, siswa belum belajar karena sistem tindakan
menyembuhkan luka-luka dari itu, berarti guru belum mengajar. Sedangkan
konflik dan salah pengertian. RONALD T. HYMAN (1971), menyatakan
h. Membangun School that learn (Peter bahwa mengajar harus dipandang sebagai
Senge et.al, 2000) yaitu sekolah yang re- hubungan triadic. Artinya kita harus
created, made vital, and sustainably memandang bahwa mengajar melibatkan
renewed not by fiat command, and not by sekurang-kurang satu guru, sekurang-
regulation, but by taking a learning kurangnya satu siswa, dan materi pelajaran
orientation. Ini berarti melibatkan setiap yang diajarkan dan dipelajari. Guru sebagai
orang dalam sistem dalam edukator pada hakikatnya mempunyai tugas
mengekspresikan aspirasi-aspirasi tidak hanya mengajar atau membelajarkan
mereka, membangun kesadaran mereka, siswa, melainkan juga sekaligus mendidik
dan mengembangkan kecakapan- siswa, sehingga mengajar yang baikpun
kecakapan mereka secara bersama-sama. disebut mengajar yang mendidik, karena dua
Dalam School that learn, orang-orang hal ini tidak dapat dipisahkan oleh guru dalam
yang terlibat dalam komunitas sekolah, menjalani dan menjalankan tugasnya secara
yang secara tradisional mungkin ada utuh.
kecurigaan satu sama lain, mengakui Mengajar yang mendidik hanya dengan
menjadi taruhan bersama tentang masa perasaan adalah tidak cukup. Tetapi guru
depan sistem sekolah dan segala harus cukup mengetahui tentang hakikat
sesuatunya yang mereka dapat belajar manusia, tentang motivasi manusia, tentang
satu sama lain. membangun self-image atau self-concept
i. Menerapkan strategi komprehensif dalam siswa, tentang positive thinking serta tentang
pendidikan karakter dalam menanamkan tipe-tipe pribadi yang sukses dan yang gagal,
nilai-nilai moral secara terpadu. Dua buah tentang ciri-ciri good character dan strategi
nilai moral yang utama menurut Thomas dalam penndidikannya, tentang ciri-ciri good
Lickona (1992) adalah respect dan school, tentang iklim psiko-sosio-emosional
responsibility. Sedangkan nilai-nilai dari seluruh kelas, tentang pengaruh reward
moral lainnya yang perlu diajarkan dan punishment, dan dari keberhasilan dan
adalah honesty, fairness, tolerance, kegagalan, tentang keseluruhan jaringan
prudence, self-discipline, helpfulness,
dinamika dari hubungan interpersonal antara
compassion, cooperation, courage, and host
guru dan siswa, tentang hubungan sekolah
democratic values. Regenerasi bangsa
tidak cukup hanya lewat beranak cucu,
61

dan masyarakat, tentang hubungan sekolah Based Education atau Performance Based
dalam konteks nasional dan global. Education ( CBE/PBE). CBE telah
Guru mengemban dua tanggung jawab, dikembangkan sebagai bagian dari suatu
yaitu tanggung jawab moral dan tanggung gerakan berdasarkan budaya (W. Robert
jawab ilmiah (akademik). Tanggung jawab Houston, 1974).
moral, lebih terfokus pada pengejawantahkan Dua kekuatan pada masyarakat Amerika
nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh yang mendukung terhadap CBE adalah :
masyarakat bangsa dan negara ke dalam diri Accountability. dan Personali-zation.
pribadi guru, sehingga nilai-nilai itu Accountability: Football coaches, plumbers,
senantiasa terpadu dalam dirinya, sehingga teachers, physicians, dan lain-lain
menjadi teladan bagi peserta didik. Sedangkan diharapkan dapat mempertanggung-jawabkan
tanggung jawab ilmiah (akademik), lebih pelayanan yang diberikan. Mereka diharapkan
terfokus pada kebenaran dan atau tidak hanya berpengetahuan banyak di
kemutakhiran pengetahuan dan ketrampilan- bidangnya, tetapi juga berhasil baik dalam
ketrampilan yang ditransformasikan kepada mempraktekkan pengetahuan yang
paserta didik. Untuk melaksanakan tanggung dimilikinya. Personalization, Alvin Toffler
jawab-tanggung jawab itu , guru dituntut menyatakan bahwa sekolah-sekolah adalah
senantiasa belajar, mendidik diri sendiri, institusi yang telah mendehumanisasikan
memperluas ilmu dan memperdalam siswa, mencontoh seperti pabrik-pabrik, yang
wawasan filosofisnya sebagai guru. menyiapkan siswa siswa untuk kehidupan
industrial. Dalam seting yang sesak dan gaduh
4. Kompetensi Guru guru mengevaluasi usaha-usaha siswa, dan
siswa berkompetisi satu sama lain, para siswa
Dalam Oxford American Dictionary
dengan mudah lebih menjadi objek dari pada
kompetensi (competency) diartikan 1.
menjadi pribadi-pribadi (persons). Maka jiwa
sufficiency of means for living, 2. being
manusia meneriakkan untuk kebebasan,
competent, 3. legal capacity or eligibility,
kemandirian, dan pengakuan (W. Robert
sedangkan kompeten (competent) diartikan 1.
Houston, 1974).
having the ability or authority to do what is
Menurut UU RI No. 14 Tahun 2005
required, 2. adequate, satisfactory (Eugene
Tentang Guru dan Dosen dan PP No. 19
Ehrlich et.al, 1986), 3. having sufficient ability;
Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
being capable (Websters Dictionary, 1993).
Pendidikan, kompetensi yang harus dimiliki
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
tenaga pendidik (guru) adalah kompetensi
kompeten diartikan : (1) cakap (mengetahui);
pedagogik, kompetensi kepribadian,
(2) berwenang; (3) berkuasa (memutuskan,
kompetensi profesional, dan kompetensi
menentukan) sesuatu. Dan kompetensi
sosial. Namun sebenarnya yang perlu
diartikan sebagai kewenangan (kekuasaan)
diwujudkan adalah guru yang profesional.
untuk menentukan (memutuskan) sesuatu
Menjadi guru profesional, sudah semestinya
(KBBI, 2012). Dalam SK Mendiknas No.
guru dituntut memiliki sejumlah kompetensi,
045/U/2002, kompetensi diartikan sebagai
namun penulis tidak memasukkan lagi
seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung
kompetensi profesional, karena guru
jawab yng dimiliki seseorang sebagai syarat
profesional akan dapat dicapai apabila guru
untuk dianggap mampuoleh masyarakat
memiliki serangkaian kompetensi sebagai
dalam melaksanakan tugas-tugas dibidang
sebuah kebulatan kesatuan. Jika untuk
pekerjaan tertentu. Dalam UU RI No. 14 Tahun
menjadi guru yang profesional dimasukkan
2005 Tentang Guru dan Dosen, kompetensi
lagi kompetensi profesional, berarti dapat
diartikan sebagai seperangkat pengetahuan,
dikatakan jeruk minum jeruk.
ketrampilan dan perilaku yang harus dimiliki,
Profesi pada hakikatnya adalah suatu
dihayati dan dikuasai ooleh guru dan dosen
pekerjaan yang memerlukan pengetahuan dan
dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.
ketrampilan yang berkualifikasi tinggi dalam
Gerakan menuju competency based or
melayani atau mengabdi kepentingan umum
performance based education pada awal tahun
untuk mencapai kesejahteraan insani. Ini
1970-an menembus setiap aspek pendidikan
berarti bahwa seorang profesional dalam
Amerika, khususnya the education of
memberikan pelayanan atau pengabdian
professionals diperbaharui melalui prosedur
dilandasi kemampuan/keahlian serta filosofi
setifikasi didasarkan pada konsep Competency
yang mantap. Seorang profesional dalam
62

melaksanakan tugasnya juga senantiasa seorang praktisioner yang professional (Van


dilandasi oleh norma-norma yang mengatur Cleve Morris, 1963). Pekerja profesional
perilaku anggota-anggota profesi atau yang berbeda dengn seniman, yang juga
disebut sebagai kode etik. mempunyai ketrampilan dan pengetahuan
Suatu profesi memiliki ciri-ciri dan yang banyak, karena ketrampilan profesional
sekaligus persyaratan sbb. : lebih didasarkan pada ilmu dan latar belakang
a. Commit themselves to the ideal of sevice to teoritis dari pada didasrkan pengalaman yang
mankind rather than to personal gain. tipis. Seseorang tidak dapat belajar menjadi
b. Undergo relatively long periods of professional profesional hanya bekerja sebagai magang,.
preparation to learn the concepts and Untuk menjadi seorang profesional
principles of the specialized knowledge which memerlukan praktek tentu saja, tetapi praktek
earns the profession its high status. yang harus didasarkan pada teori, dan dalam
c. Meet established qualification for admission praktek itu guru harus memiliki dan
and keep up to date through in-service growth. menggunakan teori yang benar.
d. Establish and adhere to a code of ethics Untuk menjadi tenaga kependidikan
regarding membership, conduct, and practice. (edukator/guru) yang profesional, selain perlu
e. Demand a high order of intellectual activity. dimilikinya pengetahuan know-how yang
f. Form organizations to improve the standards vital, yang mendukung menjadikan
of the profession, the services of the profession, pendidikan secara efektif dan efisien, juga
self-discipline in the profession, and the
perlu dimilikinya pengetahuan yang
economic well-being of its members.
fundamental tentang pendidikan.
g. Provide opportunities for advancement,
Pengetahuan yang fundamental yang menjadi
specialization, and independence.
dasar pendidikan dikenal dengan rubrik
h. Regard the profession as life career and
fondasi-fondasi pendidikan (foundations of
consider membership in the profession as
education). Fondasi-fondasi pendidikan
permanent (Robert W. Richey, 1979).
adalah studi tentang fakta-fakta dan prinsip-
prinsip dasar yang melandasi pencarian
Ciri-ciri dan sekaligus persyaratan profesi
kebijakan-kebijakan dan praktek pendidikan
di atas dapat berlaku pula dalam profesi
yang berharga dan efektif. Prinsip-prinsip ini
pendidikan pada umumnya, dan sekaligus
adalah dasr dibangunnya rumah pendidikan.
profesi guru pada khususnya. Guru sebagai
Jika dasar itu adalah substansial, sandaran dari
profesi memliki peran sentral dalam
struktur itu kemungkinan akan kuat, dan
membangun fondamen-fondamen hari depan
sebaliknya (Sanford W. Reitman, 1977).
jenis kemanusiaan. Sekolah memerlukan guru
Tantangan-tantangan yang dihadapi
yang memiliki kompetensi mengajar dan
sekolah abad ke-21 adalah perlu dimilikinya
mendidik, yang inovatif, yang kreatif, yang
guru yang benar-benar profesional yang
produktif, yang futuristik, yang human, yang
memiliki sejumlah kompetensi yang meliputi:
cukup waktu untuk menekuni tugas
kompetensi akademik, kompetensi ideologik,
profesionalnya, yang senantiasa dapat
kompetensi personal, kompetensi sosial,
menjaga wibawanya di mata peserta didik dan
kompetensi pedagogik, kompetensi kultural,
masyarakat (menjaga professional conscience)
kompetensi spiritual, kompetensi
dalam meningkatkan mutu pendidikan. Untuk
kemanusiaan, dan kompetensi antisipasional.
mendapatkan guru yang demikian, dua hal
yang perlu mendapat perhatian yaitu 4.1 Kompetensi Akademik
pemantapan program dan realisasi pendidikan
Tantangan akademik yang dihadapi guru,
guru (pre-sevise training) dan peningkatan
adalah selain kesenjangan akademik yaitu tidak
dan pemantapan kualitas guru (in-servise
ada atau kurangnya persesuaian antara materi
training) serta kesejahteraan para guru.
akademik yang diajarkan di sekolah dengan
Without a qualified, commited, and
materi yang dipergunakan dalam kehidupan
motivated teaching profession, there can be no
sehari-hari di masyarakat (Mochtar Buchori,
quality education (Altbatch, Kelly & Weis,
1991), juga terbinanya koherensi akademik dari
1985). Persiapan untuk mengajar adalah usaha
sistem (suatu rangkaian keseluruhan
praktis, usaha professional, yang memerlukan
kebulatan kesatuan) esensi substansi materi
kerja dan usaha. Untuk ini tidak hanya
akademik antar bidang studi yang diajarkan
membutuhkan seni dari seorang guru yang
kepada peserta didik. Di samping itu guru
berbakat tetapi juga membutuhkan ilmu dari
ditantang untuk senantiasa meningkatkan
63

kualitas pengalaman akademik, sebagimana kata logi tidak menunjuk ilmu pengetahuan.
dinyatakan oleh Frederick Mayer (1963) bahwa Ideologi adalah kesatuan idea-idea, kesatuan
Education, I believe, demands a qualitative itu dimiliki dengan dan dalam logos atau
concept of experience. Thus, we should regard pengertian. Dalam komposisi istilah itu
education as a process leading to the enlightenment termuat suatu renungan atau refleksi : Istilah
of mankind. itu menyatakan bahwa ada idea-idea dan ada
Upaya pembentukan manusia seutuhnya pengertian tentangnya, bahkan bahwa
(whole man) sulit diwujudkan kalau materi- manusia telah berpikir-pikir tentang idea-idea
materi akademik sebagai sebuah kesatuan isi itu tidak hanya ada secara banyak, melainkan
pendidikan pendidikan diperlakukan secara secara kesatuan. Idea-idea itu bukanlah
parsial, apalagi kalau diperlakukan secara sembarangan idea, tetapi idea-idea yang
parial-disintegratif. Sebaliknya, materi mendalam, yang fundamenta (Driyarkara,
akademik antar bidang studi hendaknya 2006).
diperlakukan sebagai sebuah sistem isi Ideologi adalah suatu kompleks idea-
pendidikan (koherensi akademik) yang idea asasi tentang manusia dan dunia yang
mendukung siswa agar sukses belajar dan dijadikan pedoman dan cita-cita hidup.
sukses dalam hidupnya. Untuk itu guru Rumusan ini bersasarkan fakta sejarah. Dalam
ditantang untuk memahami keterkaitan esensi sejarah kita menyaksikan bahwa ideologi
dari substansi materi antar bidang studi dalam dianut karena manfaatnya, karena
proses pembelajaran yang mendidik. efisiensinya. Tetapi penganutan itu pada
Di samping kesenjangan akademik dan prinsipnya juga berdasarkan keyakinan,
koherensi akademik, guru juga senantiasa bahwa ideologi yang dianut itu benar, idea-
ditantang meningkatkan kualitas pengalaman idea yang sebagai kompleks sistematis
akademik. Guru tidak cukup hanya banyak menjadi menjadi ideologi itu kita katakan :
makan garam, banyak pengalaman, tentang manusia dan dunia. Dalam keterangan
melainkan juga yang lebih utama adalah ini termuat juga pandangan tentang Tuhan,
kualitas garam yang di makan, termasuk tentang manusia sesama, tentang hidup dan
keragaman dan keberlakuan garam, agar mati, tentang masyarakat dan negara dsb.
tidak sakit gondok (karena garam yang Singkatan manusia dan dunia mengandung
dimakan tidak beryodium), atau diare yang arti bahwa manusia itu mempunyai tempat
tak berkesudahan (karena semua yang tertentu, mempunyai kedudukan tertentu,
dimakan garam Inggris). Peningkatan kualitas berarti mempunyai hubungan-hubungan atau
pengalaman guru ini, karena akan berdampak relasi. Sesuai dengan tabiat hubungan-
luas pada peserta didik, maka yang diperlukan hubungan yang diakui itu, suatu ideologi
bukan hanya kualitas formal semata-mata bersifat hanya diesseitig atau juga
(gelar akademik), tetapi yang lebih dituntut diesseitig serta yenseitig (Driyarkara,
bagi guru adalah kualitas material (kualitas 2006).
diri) yang senantiasa tanggap terhadap Komunisme adalah suatu ideologi yang
perkembangan dan tantangan zaman. hanya diesseitig, sebab tidak mengakui Tuhan.
Tantangan yang disebut terakhir ini perlu Pancasila adalah ideologi yang diesseitig, juga
mendapat perhatian bagi guru karena sekolah yenseitig Diesseitig karena merembug hidup
dilanda krisis, yang lebih mendorong didunia ini (demokrasi, keadilan sosial); tetapi
mediokritas pendidikan dari pada excellence juga yenseitig karena mengakui Tuhan Yang
(Christopher J. Hurn, 1985). Maha Esa (Driyarkara, 2006). Pancasila
4.2 Kompetensi Ideologik mengandung nilai-nilai religius (sila pertama),
nilai-nilai humanis (sila ke-dua), nilai-nilai
Istilah ideologi berasal dari kata Yunani, kebangsaan (sila ke-tiga), nilai-nilai demokrasi
eidos dan logos. Eidos yang artinya melihat, (sila ke-empat), dan nilai-nilai keadilan (sila ke-
memandang, berarti gambaran pandangan. lima) dalam kesatuan organis harmonis
Karena memikir itu juga mirip dengan dinamis. Dewasa ini yang menjadi masalah
memandang, maka eidos juga berarti pikiran adalah di satu pihak pengaruh ideologi neo-
(idea). Logos di sini berubah menjadi logia, liberalisme dan neo-kapitalisme semakin
berarti kata, pengertian, ucapan. Kita mengerti nampak, sementara di lain pihak, ideologi
Kita mengerti kata biologi, filologi, dan Pancasila semakin direduksi.
sebaginya; dalam hal ini logi berarti pengertian Ideologi bukanlah hanya pengertian,
atau ilmu pengetahuan. Dalam istilah ideologi, melainkan juga prinsip dinamika, karena
64

merupakan pedomen (pola dan norma) dan cita- f. Daring : Anda mau mengambil risiko,
cita (ideal) hidup. Realisasi dari idea-idea yang eksperimen, dan mencoba hal-hal baru
menjadi ideologi itu, menurut Driyarkara, (Joseph Boyett & Jimmie Boyett, 1998).
dipandang sebagai kebesaran, kemuliaan
Sejalan dengan yang dikemukakan
manusia. Dengan melaksanakan ideologi,
WARREN BENNIS di atas, BURT NANUS
manusia tidak hanya sekedar ingin
dalam bukunya The Leaders Edge : The Seven
melaksanakan apa yang harus , melainkan juga
Keys to Leadership in a Turbulent (1989)
dengan ideologi manusia juga mengejar keluhuran.
mengemukakan Tujuh Megaskil
Guru mempunyai kewajiban
kepemimpinan sebagai berikut :
mentransformasikan nilai-nilai luhur Pancasila
a. Farsightedness : Anda menjaga benar-
kepada peserta didik melalui pendidikan.
benar pandangan Anda yang telah
Namun yang perlu senantiasa diperhatikan
menetapkan horison yang jauh, bahkan
dan dipegang teguh oleh para guru adalah
waktu Anda mengambil langkah
bahwa mendidik itu berarti mendidik
terhadapnya.
seseorang sekaligus mendidik diri sendiri.
b. Mastery of change : Anda mengatur
4.3 Kompetensi Personal kecepatan, arah, dan ritme perubahan
dalam organisasi sehingga pertumbuhan
Guru harus senantiasa memiliki
dan evolusinya sesuai langkah peristiwa-
kepribadian yang mantap, sehingga mampu
peristiwa eksternal.
menjadi sumber identifikasi, khususnya bagi
c. Organization design : Anda adalah
peserta didik, umumnya bagi sesama manusia,
seorang pembangun institusi sebagai
artinya ia memiliki kepribadian yang patut
warisan sebuah organisasi yang sanggup
diteladani, melaksanakan prinsip Ing Ngarsa
sukses dalam merealisasikan visi yang
Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa (R.M
diinginkan.
P. Sosrokartono), Tut Wuri Handayani (Ki
d. Anticipatory learning : Anda adalah
Hadjar Dewantara). Guru (juga kepala
seorang lifelong learner yang memiliki
sekolah) sebagai pemimpin-pemimpin sekolah
komitmen untukmeningkatkan belajar
hendaknya memiliki, sebagaimana
organisasi.
dikemukakan oleh WARREN BENNIS dalam
e. Initiative : Anda menunujukkan sebuah
bukunya On Becoming a Leader (1994), unsur-
kemampuan untuk menjadikan hal-hal
unsur dasar kepemimpinan, yaitu :
terjadi.
a. Guiding vision: memiliki idea yang jelas
f. Mastery of independence : Anda
tentang apa yang ingin dilakukan secara
menginspirsi orang lain untuk berbagi
profesional dan secara personal, dan
idea-idea dan percaya satu sama lain,
kekuatan yang tetap teguh dalam
untuk berkomunikasi dengan baik dan
menghadapi kemunduran, bahkan
sering, dan berusaha mencari solusi
kegagalan.
terhadap berbagai masalah secara
b. Passion: memiliki sebuah pasi
kolaboratif.
(keinginan yang besar) terhadap harapan
g. High standards of integrity : Anda adalah
hidup, dikombinasikan dengan sebuah
adil, jujur, toleran, dapat dipercaya,
pasi yang sangat khusus terhadap sebuah
peduli, terbuka, setia, dan komit terhadap
vokasi, sebuah profesi, sebuah alur aksi.
tradisi-tradisi terbaik masa lampau
Anda mencintai apa yang Anda lakukan.
((Joseph Boyett & Jimmie Boyett, 1998).
c. Intergrity: Intergritas berasal dari
pengetahuan diri, keterusterangan, dan 4.4 Kompetensi Pedagogik
kematangan. Anda mengetahui kekuatan-
Kompetensi pedagogik guru bukan
kekuatan dan kelemahan-kelemahan
kompetensi pedagogik yang dirumuskan
Anda, adalah benar terhadap prinsip-
dalam PP RI No. 19 Tahun 2005 yang hanya
prinsip Anda, dan telah belajar dari
bersifat teknis belaka, yaitu kemampuan
pengalaman bagaimana belajar dari dan
mengelola pembelajaran peserta didik ..., karena
bekerja dengan orang lain.
pedagogy adalah : (1) the art, practice, or
d. Trust: Anda telah memperoleh
profession odf teaching; (2) the systematized
kepercayaan orang.
learning or instruction concerning principles and
e. Curiosity : Anda ingin mengetahui
methods of teaching and of student control and
tentang segala sesuatu dan ingin belajar guidance (largely replaced by the term education).
sebanyak yang dapat Anda pelajari. Pedagogy of action : the science or procedure of
65

teaching through purposeful activities, analyzable Tilaar, 2002). Pedagogik atau ilmu pendidikan
into the following steps, each of which involves adalah teori pendidikan, perenungan tentang
initiation, evaluation, and choice by the child : (a) pendidikan; dalam arti luas pedagogik adalah
preparing --- setting up of goals; (b) planning --- ilmu pengetahuan yang mempelajari soal-soal
preparing means necessary to mrealize the goals; (c) yang timbul dalam praktek pendidikan
executing --- performing the means; (d) judging --- (Sutedjo Brodjonagoro, 1966). Guru juga perlu
evaluating the extent of realization of the goals and memahami bahwa pendidikan mencakup
the process (Carter V. Good, 1945). Pedagogy makna yang luas, dan tidak hanya direduksi
or paedagogy adalah : the art, science, or menjadi pengajaran, atau pembelajaran.
profession of teaching; esp. : the study that deals Berikut ini akan dibahas tentang apakah
with principles and methods in formal education pendidikan itu, sehingga diperoleh pandangan
(Philip B. Gove, 1981 : 1663). Pedagogy, the art yang komprehensif tentang pendidikan.
and science of teaching (G. Terry Page, JB. Ki Hadjar Dewantara, menyatakan bahwa
Thomas, AR. Marshall, 1978). pendidikan, umumnya berarti daya-upaya
Istilah pedagogi dan pedagogik biasanya untuk memajukan bertumbuhnya budipekerti
dipakai bergantian. Keduanya diartikan (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect)
sebagai ilmu pendidikan. Memang asal dan tubuh anak; dalam pengertian Taman
mulanya adalah dari bahasa Yunani yang Siswa tidak boleh dipisah-pisahkan bagian-
berarti para budak yang mengantar anak-anak bagian itu, agar supaya kita dapat memajukan
bangsawan untuk belajar. Mereka adalah kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan
pedagogos. Lama-kelamaan ilmu yang penghidupan anak-anak yang kita didik
mempelajari anak yang sedang belajar atau sealaras dengan dunianya (Ki Hadjar Dewantara,
anak yang sedang berkembang disebut ilmu 1977). George F. Kneller (1967), memandang
pendidikan atau ilmu mendidik. Perbuatan pendidikan dalam arti luas, dalam arti teknis,
atau tindakan mendidik yang didasarkan teori dalam arti hasil dan dalam arti proses :
dan konsep disebut pedagogi. Ilmu mendidik a. Dalam artinya yang luas, pendidikan
yang didasarkan kepada kajian ilmiah disebut menunjuk pada suatu tindakan atau
pedagogik. Ilmu pendidikan atau ilmu pengalaman yang mempunyai pengaruh
mendidik atau pedagogik merupakan suatu yang berhubungan dengan pertumbuhan
ilmu yang bukan semata-mata bersifat ilmu atau perkembangan pikiran (mind),
murni, juga bukan suatu tindakan yang tanpa karakter (character), atau kemampuan
dasar, tetapi merupakan ilmu yang diarahkan fisik (phisical ability) individu.
kepada tindakan ilmu praktis) (HAR. Tilaar, Pendidikan dalam artian ini berlangsung
2002 ). seumur hidup. Kita sesungguhnya belajar
Dengan demikin pedagogik bukan hanya dari pengalaman seluruh kehidupan kita.
melihat proses pendidikan sekadar sebagai b. Dalam arti teknis, pendidikan adalah
proses pendewasaan, atau proses sosialisasi, proses di mana masyarakat, melalui
atu proses penyesuaian budaya. Lebih dari itu, lembaga-lembaga pendidikan (sekolah,
pedagogik mengkaji mengenai proses seorang perguruan tinggi, atau lembaga-lembaga
manusia menjadi manusia yang sebenarnya, lain), dengan sengaja mentransmisi dan
yang mempunyai kepribadian. Proses itu tidak mentransformasi warisan budayanya,
lain dari proses individuasi atau menjadi yaitu pengetahuan (knowledge), nilai-
individu. Individuasi bukanlah sekadar nilai (values), dan ketrampilan-
menjadi satu atom atau kumpulan atom-atom. ketrampilan (skills), dari generasi ke
Proses inviduasi adalah pengembangan generasi.
potensi yang ada pada setiap invidu agar c. Dalam arti hasil, pendidikan adalah apa
potensi tersebut dapat dimanfaatkan bagi yang kita peroleh melalui belajar :
keluhuran martabatnya sebagai manusia dan pengetahuan, nilai-nilai dan ketrampilan-
sebagai anggota masyarakat. Manusia yang ketrampilan.
bermartabat adalah manusia yang bukan d. Dalam arti proses, pendidikan melibatkan
sekadar mengembangkan kemampuannya, perbuatan belajar itu sendiri; dalam artian
tetapi juga yang dapat memanfaatkan ini pendidikan sama artinya dengan
kemampuannya itu bagi sesama manusia dan perbuatan mendidik seseorang atau
bagi pubahan sosial. Dengan kata lain,proses mendidik diri sendiri.
individuasi hanya dapat terwujud di dalam
partisipasinya dalam perubahan sosial (HAR.
66

John Dewey (1950), dalam bukunya to maintain a sense of humor, and to communicate
Democracy and Education, mengatakan compassion and empathy.
bahwa pendidikan adalah ...reconstruction or
4.6 Kompetensi Kultural
reorganization of experience which adds to the
meaning of experience, and which increases Kebudayaan pada umumnya adalah
ability to direct the course of subsequent totalitas way of life yang telah berkembang
experience (rekonstruksi atau reorganisasi melaului sejarah. Suatu kebudayaan khusus
pengalaman yang menambah makna adalah bagian kehidupan total dari
pengalaman, dan yang meningkatkan sekelompok orang tertentu ---- cara-cara
kecakapan mengarahkan alur pengalaman mereka berpikir, merasa, dan bertindak,
selanjutnya). Rekonstruksi atau reorganisasi sebagaimana diekspresikan dalam agama,
pengalaman, setelah adanya revisi, oleh John hukum, bahasa, seni, teknologi, pengasuhan
Dewey (1950) dinamakan pendidikan. Jadi anak, dan tentu saja , pendidikan (George F.
pengalaman manusia senantiasa mengalami Kneller, 1971), sehingga kebudayaan itu
perkembangan, perubahan atau revisi. Dengan sebagaimana kata Leslie A. White, sebagai a
perkembangan, perubahan atau revisi symbolic, continous, cumulative, and progressive
pengalaman, orang (guru) perlu melakukan process (Merril & Wentworth, 1953). Guru
pembaharuan pendidikan, misalnya dalam arti hendaknya senantiasa memelihara, membina
mikro (inovasi pendidikan) yaitu tentang dan mengembangkan budaya nasional pada
metode pendidikan (metode pembelajaran) umumnya, dan budaya sekolah khususnya
yang lebih kontekstual. yang kondusif bagi transmisi dan transformasi
Frederick Mayer (1963) dalam bukunya nilai-nilai yang dijunjung tinggi masyarakat
Foundations of education mengatakan bangsa dan negara. Guru-guru yang baik, kata
bahwa Education, I believe, demands a Mayer (1963), adalah vital bagi kemajuan dan
qualitative concept of experience. Thus, we keselamatan bangsa. Guru menjadi penjaga
should regard education as a process leading peradaban dan pelindung kemajuan.
to the enlightenment of mankind. Gelombang globalisasi yang telah
(Pendidikan, Saya meyakini, menuntut sebuah menghapuskan batas-batas ruang ditopang
konsep pengalaman kualitatif. Dengan oleh teknologi informasi yang menghancurkan
demikian, kita harus memandang pendidikan batas-batas waktu, telah mengubah tata
sebagai sebuah proses yang menuntun pergaulan umat manusia. Bahkan pengertian
pencerahan kemanusiaan). mengenai negara-bangsa mulai berubah. Di
Dalam pendidikan, guru perlu senantiasa mana-mana lahir bentuk nasionalisme baru yang
meningkatkan kualitas pengalamannya dikenal sebagai etnonasionalisme atau bentu
dengan belajar mandiri, mengikuti berbagai negara post nation state .Ada kecenderungan
forum kajian pendidikan, dengan studi lanjut, berkembangnya sentimen nasional beralih
agar dalam menididik dan mengaja, dalam kepada sentimen primordial baik dalam
interaksi pendidikan, menghadirkan dalam bentuk budaya, ras, agama. Perkembangan
diri peserta didik pengalaman yang yang baru ini tentunya memberi pengaruh
berkualitas pula. terhadap sistem pendidikan yang dikenal
dewasa ini (HAR. Tilaar, 2002). Sebagaimana
4.5 Kompetensi Sosial dinyatakan oleh R. Robertson, globalisasi
Guru menunjukkan kemampuan adalah menciutnya dunia dan intensifikasi
berkomunikasi dengan baik terhadap peserta kesadaran akan dunia sebagai keseluruhan
didik, sesama guru, kepala sekolah , tenaga (M. Sastrapratedja, 2001). Globalisasi
kependidikan lain, dan orang tua dan merupakan proses yang dinamis dari berbagai
masyarakat pada umumnya. Guru dalam hal aktor dalam sejarah manusia (HAR. Tilaar,
ini perlu lebih menekankan aspek leadership 2003).
(focuses on doing the right things) yang Menurut Anthony Giddens, globalisasi
berparadigma baru dari pada aspek berdimensi politik, teknologi, dan budaya, dan
manajemen (focuses on doing things right) itu juga ekonomi, sehingga kita perlu
sendiri yang sering kurang human. Menurut merestrukturisasi lembagalembaga yang kita
BARBARA L. McCOMBS & JO SUE WHISLER miliki atau menciptakan yang baru, karena
(1997), kompetensi sosial adalah the ability to globalisasi bukan hal yang sepele dalam
establish and sustain positive, caring relationships, kehidupan kita dewasa ini. Globalisasi
merupakan perubahan dalam setiap relung
67

kehidupan kita (HAR. Tilaar, 2002). agar manusia makin sempurna , lebih baik
Globalisasi adalah suatu realita yang tidak dari pada manusia kemarin (T. Jacob, 2007).
dapat dibantah dan dicegah. Persoalan kita
4.9 Kompetensi Antisipasional
adalah bagaimana terjun dalam arus
globalisasi secara cerdas, sehingga tidak Antisipasi mengandung, perhitungan
menjadi korban? Terjun ke dalam globalisasi tentang hal-hal yang akan (belum) terjadi, dan
tanpa identitas kultural yang jelas akan penyesuaian mental terhadap peristiwa-
membuat kita larut dalam arus globalisasi, peristiwa yang akan terjadi (KBBI, 1988).
tanpa dapat turut mengarahkan arah globalisasi Antisipasi juga sdapat diartikan sebagai usaha
itu sendiri. Kita akan menjadi "kuli" belaka dari untuk mengadakan orientasi dan mengadakan
kekuatan-kekuatan besar (Muchtar Buchori, persiapan-persiapan apa yang mungkin
2002). dilakukan seseorang serta mempertimbangkan
adanya sederetan alternatif (Imam Barnadib,
4.7 Kompetensi Spiritual
1990). Hal yang penting menurut Soedjatmoko
Spiritual berkenaan dengan kejiwaan, (1991) ialah kemampuan kreatif dan berinovasi
rohani, batin, mental, moral (KBBI, 1988) yang terhadap tantangan baru.
perlu dimiliki dan didikkan oeh guru,
sehingga baik guru maupun peserta didik 5. Guru yang Baik
memiliki good character (kesalihan) yang
Guru yang baik adalah guru yang
mencakup moral knowing, moral feeling dan
senantiasa berusaha untuk menjadi lebih baik.
moral action dalam kesatuan yang organis,
Guru senantiasa merekonstruksi peng-
harmonis, dan dinamis. Pendidikan
alamannya dan memperkaya pengalamannya
(pendidikan moral), tentu saja berkait erat
dengan berbagai informasi yang dapat
dengan agama (pendidikan agama). For the
mendukung para agar sukses dalam belajar
sake of education we need religion and for the sake
dan sukses dalam hidupnya. Seorang guru
of religion we need education : the two are
yang baik adalah guru yang (Arthur W.
funadmentally inspirable (John F. Gardner,
Combs, 1965) :
1973). Seorang salih tidak akan ditinggalkan
a. Know his subject
oleh zaman dan dibiarkan oleh kehidupan.
b. Know much about related subject
Kehidupan akan menggerakkannya dan
c. Be daptable to new knowledge
zaman akan mencatat amal kebaikannya (Ali d. Understand the process of becoming
Shariati, 1992). e. Recognize individual differences
4.8 Kompetensi Kemanusiaan f. Be a good communicator
g. Develop an inquiring mind
Pemecahan persoalan yang paling h. Be available
menggairahkan pada Abad ke-21, sudah lama i. Be committed
dikatakan oleh John Naisbitt & Patricia j. Be enthusiastic
Aburdence (!990), akan terjadi bukan karena k. Have a sense of humor
teknologi yang spektakuler, melainkan karena l. Have humility
suatu konsep yang berkembang mengenai apa m. Cherish his own individuality
maknanya menjadi manusia. Sampai saat ini n. Have convictions
manusia merupakan masalah yang paling o. Be sincere and honest
rumit di alam semesta. Manusia itu sendiri p. Act with integrity
yang tetap menjadi tragedi terbesar dalam q. Show tolerance and understanding
abad ilmu dan teknologi (Ali Shariati, 1984). r. Be caring
Pendidikan mengemban misi memanusiakan s. Have compassion
manusia, agar menjadi sebenar-benar manusia. t. Have courage
Humanisasi penting karena sebagian kita u. Have personal security
masih pada tingkat peradaban yang rendah, v. Be creative
yang dapat dilihat dalam sikap w. Be versatile
perikemanusiaan. Teknologi, penjelajah x. Be willing to try
demografis serta perubahan-perubahan lm y. Be adaptable
yng besar dan tiba-tiba dapat menimbulkan z. Believe in God
dehumanisasi., sehingga usaha rehumanisasi
tak dapat diabaikan. Kita harus berusaha pula Guru yang baik pada hakikatnya adalah guru
yang senatiasa berusaha untuk menjadi lebih baik.
68

Guru dalam hal ini senantiasa meningkatkan pembaharuan pendidikan pada umumnya,
kompetensi-kompetensi yang dimilikinya dan pembaharuan sekolah pada khususnya.
(kompetensi akademik, kompetensi ideologik, Namun kenyataannya, guru tetap terabaikan
kompetensi personal, kompetensi pedagogik, dalam perwujudan keberadaannya sebagai
kompetensi profesional, kompetensi sosial, insan pendidikan. Guru lebih banyak
kompetensi kultural, kompetensi spiritual, diperlakukan sebagai objek administratif dan
kompetensi kemanusiaan, dan kompetensi birokratis, sehingga keberadaaannya sebagai
antisipasional dalam kesatuan organis insan pendidikan selalu terpasung dan tidak
harmonis, dinamis. berkembang (Mohamad Surya, 2002). Pada
Guru yang baik dapat disebut juga guru saat yang sama guru juga terjebak pada
yang efektif. Jeft Jones, Mazda Jenkin & Sue rutinitas mengajar sehingga tidak lebih dari
Lord, 2006: 57): seorang robot dan instrumen dari target
a. professional but relaxed appearance; unggulan yang keliru memahami manusia.
b. he use of exaggerated facial expression, e.g a Walaupun sast ini guru jumlahnya cukup
gaze or raised eyebrows; banyak, tetapi dapat dipastikan mutunya
c. Confident and relaxed non-verbal behaviours, seadanya (Arief Rachman, 2002).
e.g relaxed shoulders, resting on one lag, Guru dulu dihormati, kemudian
sitting down when a pupil is standing, hand berkurang dan cenderung disikapi sebagi
loose not clenched; Illustrative gestures to pegawai biasa. Guru tidak lagi dipandang dan
show how the class should respond; dipandang. Macam-macam faktor penyebab-
d. Kneeling or getting down to the level of the nya. Lingkungan masyarakat terbawa arus
child; zaman, tidak lagi menempatkan guru dan jasa
e. Controlling gestures; pengabdian dan pelayanan pada tangga yang
f. Smiling face; tinggi. Masyarakat hanyut olehsemangat
g. Self-pointing gestures; materialisme (Jacob Oetama, 2002). Dewasa ini
h. Calm and relaxed quality of voice for the
selain guru dipandang sebagai tumbal
majority of the time; and
masyarakat maju (Sindhunata, 2005), juga
i. Resistence to pupil-instigated interruptions.
masyarakat mengeluh tentang merosotnya
D. Muijis & D. Reynolds (2005) dalam wibawa guru dan sekolah (Mochtar Buchori,
Effective Teaching: Evidence and Practice, 2005).
menyimpulkan bahwa guru-guru yang efektif: Pemerintah dan sekolah harus
a. have a positive attitude; menempatkan kedudukan guru bukan sebagai
b. develop a pleasant social/psychological climate tukang mengajar yang mendidik (hanya
in the classroom; mengetahui bagaimana caranya proses
c. have high expectation of what pupils can pembelajaran yang mendidik), melainkan
achieve; sebagai insinyur mengajar yang mendidik
d. communicate lesson clarity; (mengetahui mengapa cara belajar-mengajar
e. practice affective time management; itu digunakan, memahami landasan filosofis,
f. employ strong lesson structuring; ideologis, saintifik, practical theories of
g. use a variety of teaching methods; education, isu nasional dan global pendidikan)
h. use and incorporate pupils ideas; and memiliki otonomi akademik dan etika
i. use appropriate and varied questioning (Jeft akademik dalam melaksanakan tugasnya
Jones, Mazda Jenkin & Sue Lord, 2006: 5): sebagai penjaga dan pembangun peradaban
manusia masa kini dan masa depan.
6. Penutup
Pada hakikatnya sekolah yang baik, DAFTAR PUSTAKA
sekolah yang dapat menghadapi tantangan Ali Syariati .1992. Humanisme, Antara Islam dan
zaman adalah sekolah yang memiliki guru Mazhab Barat. Bandung : Penerbit Mizan.
yang baik. Guru yang baik adalah guru yang
Arief Rachman. 2002. dalam Tilaar. 2002.
senantiasa berusaha menjadi lebih baik. Upaya
Pendidikan untuk Masyarakat Indonesia
menjadi lebih baik guru, senantiasa guru
Baru. Jakarta : Grasindo.
berusaha bekerja keras untuk dapat
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya Clark, Leonard H. 1968. Strategies and Tactics in
sebagai pembangun fondamen-fondamen hari Secondary School Teaching. London : The
depan jenis kemanusiaan. Guru, diakui Macmillan Company.
sebagai faktor kunci dalam usaha
69

Boyett, Joseph & Boyett, Jimmie .1998. The Masyarakat Indonesia Baru. Jakarta :
Guru Guide : The Best Ideas of Top Grasindo.
Management Thinkers. New York : John Morris, Van Cleve . 1963. Education as a Field
Wiley & Sons, Inc. of Education in Van Cleve Morris (ed).
Deal, Terrence & Peterson, Kent D. 2009. Becoming An Educator. Boston :
Shaping School Culture. San Francisco : Houghton Mifflin Company.
Jossey-Bass Publishers. Nelson, Jack L. : Palonsky, Stuart B. &
McCarthy, Mary Rose. 2004. Critical
Debdikbud R.I. 2012. Kamus Besar Bahasa Issues in Education :Dialogues and
Indonesia. Jakarta : Gramedia Pustaka Dialectics. New York : McGraw Hill.
Utama. Page, G. Terry & Thomas, JB & Marshall, AR.
Dewantara, Ki Hadjar .(1976). Pendidikan 1980. International Dictionary of
Nasional dalam Pendidikan dan Education. Massachusetts :The MIT
pembangunan : 50 tahun Tamansiswa. Press.
Yogyakarta : Penerbit Majelis Luhur PP No. 19 Th. 2005 Tentang Standar Nasional
Tamansiswa. Pendidikan
Dewey, John .(1950). Democracy and education. Reitman, Sanford W. 1977. Foundations of
New York : The Macmillan Company Education for Prospectives Teachers.
Driyarkara. 2006. Karya Lengkap Driyarkara.A. Boston : Allyn and Bacon, Inc.
Sudiardja, dkk (ed). Yoyakarta : Penerbit Richey, Robert W. 1979. Planning for Teaching.
Kompas, Gramedia & Kanisius. New York : McGraw-Hill Book
Drost. J. 1997. Sain dan Humaniora. Basis . Santoso S. Hamijoyo. 2002. Status dan Peran
No. 07-08 Tahun Ke-46 Juli-Agustus guru, Akibatnya pada Mutu
1997. Yogyakarta : Yayasan BP. Basis. Pendidikan. dalam Tilaar. 2002.
Goodlad, John I. 1994. Educational Renewal. San Pendidikan untuk Masyarakat Indonesia
Francisco : Jossey-bass Publishers. Baru. Jakarta : Grasindo.
Huston, W. Robert (ed).1974. Exploring Senge, Peter. Et.al. 2000. School That Learn.
Competency Based Education. Berkeley : London : Nicholas Brealey Publishing
MrTutrhan Publishing Company. Sindhunata. 2005. Guru : Tumbal Masyarakat
Kneller, George F. 1984. Movement of Thought in Maju. Basis, No. 07 08, TahunKe-54,
Modern Education. New York : John Juli Agustus 2005. Yogyakarta :
Wiley & Sons. Penerbit Kanisius.
Marash, Colin J. 1996. Handbook for Beginning SK. Mendiknas No. 045/U/2002. Tentang
Teachers. Australia : Longman. Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi
Mayer, Frederick. 1963. Foundations of Sergiovani, Thomas J. 1991. The Principalship :
Education. Columbus, Ohio : E. Merril Reflective Practice Perspective. Boston :
Books, Inc. Allyn and Bacon.
McCombs, Barbara L. & Whisler, Jo Sue .1997. Soedjatmoko. 1991. Soedjatmoko dan
The Learner-Centered Classroom and Keprihatinan Masa Depan. Yogyakarta :
School : Strategies for Increasing Student Penerbit PT. Tiara Wacana.
Motivation and Achievement. San Tilaar, H.A.R. 2002. Perubahan Sosial dan
Francisco : Jossey-Bass Publishers. Pendidikan : Pengantar Pedagogik
Mochtar Buchori. 1991. Spektrum Problematika Transformatif untuk Indonesia. Jakarta : PT
Pendidikan di Indonesia. Yogyakarta : Grasindo
Penerbit PT. Tiara Wacana -------------- . 2002. Membenahi Pendidikan
-------------- 2005. Erosi Wibawa Guru dan Nasional. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta.
Sekolah. Basis, No. 07 08, TahunKe- UU RI No. 14 Th. 2005 Tentang Guru dan Dosen.
54, Juli Agustus 2005. Yogyakarta :
Penerbit Kanisius.
Mohamad Surya. 2002. Guru : antara
Harapan, Kenyaataan, dan Keharusan.
dalam Tilaar. 2002. Pendidikan untuk
70

PENGEMBANGAN LEMBAGA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


DI KEHIDUPAN MODERN
Avanti Vera Risti P., M.Pd
Program Studi PGPAUD FKIP UAD
avantivera@ymail.com

Abstrak
Pendidikan anak usia dini dalam era globalisasi semakin mendapat perhatian dari berbagai
lapisan masyarakat. Dengan rentang kehidupan semenjak anak lahir, semua aktivitasnya dapat
dijadikan sebagai obyek yang selalu menarik untuk dikaji. Namun pada realitanya Pendidikan Anak
Usia Dini masih berjalan secara tradisional, karena masih dipandang sebagai persiapan memasuki
jenjang berikutnya yaitu sekolah dasar. Setiap anak memiliki karakter yang berbeda, dibutuhkan
pendekatan yang berbeda pula agar sesuai dengan kebutuhannya. Untuk menghadapi era globalisasi,
lembaga pendidikan anak usia dini diharapkan tidak hanya memberikan layanan kependidikan saja
tetapi juga memberikan layanan pengasuhan. Hal tersebut dikarenakan semakin berkembangnya
kehidupan modern akibat dari globalisasi. Peran ibu, sebagai ibu rumah tangga yang berfungsi
mengasuh anak bergeser menjadi pegawai, wanita karir, ataupun pengusaha. Hal tersebut juga
diperkuat oleh beberapa penelitian dari para ahli yang mengungkapkan bahwa, kecerdasan tidak
tetap pada waktu kelahiran. Sehingga membiarkan anak tumbuh dengan sendirinya merupakan
sesuatu hal yang tidak baik. Persoalan yang muncul adalah dapatkah lembaga pendidikan anak usia
dini mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang lebih modern sebagai akibat dari globalisasi.
Sesuai dengan tujuan pendidikan, tahun pertama kelahiran anak adalah pengembangan
kepribadiannya yang dipengaruhi oleh setiap aspek kehidupan anak. Oleh karena itu, orang tua
ataupun pendidik diharapkan mampu menciptakan kehidupan yang memberikan rasa aman pada
anak, karena berpengaruh positif terhadap perkembangan kepribadian anak. Salah satunya dengan
menyediakan layanan pendidikan dan pengasuhan bagai anak
Kata Kunci: Pendidikan anak usia dini, pendidikan dan pengasuhan, pengembangan kepribadian

peran ibu yang lebih kompleks. Ibu mulai ikut


1. Pendahuluan
andil dalam proses pemenuhan kebutuhan
Kehidupan masyarakat yang mengalami didalam rumah. Peran yang harus dilakukan
perubahan menuju modernisasi akibat dari mulai bertambah yaitu menjadi wanita pekerja
globalisasi merubah berbagai macam unsur women carier.
kehidupan. Perubahan yang paling jelas Selain untuk memenuhi kebutuhan
terlihat adalah pola hidup masyarakat. Dahulu hidup, peran ibu menjadi wanita pekerja juga
peran orang tua terlihat sangat jelas per- dipengaruhi oleh tingkat kependidikanya. Ada
bedaannya, ayah sebagai kepala rumah tangga semacam konsekuensi atas gelar pendidikan
memiliki tugas mencari nafkah untuk yang diperoleh dengan menjadikan seorang
memenuhi kebutuhan rumah tangga. Sedang- wanita khususnya ibu memilih untuk menjadi
kan ibu, memiliki peran mengasuh anak wanita pekerja. Hal tersebut adalah salah satu
dirumah dan menjadi pengelola rumah pengaruh akan modernisasi, keinginan untuk
tangga. memperoleh pendidikan tidak hanya
Dengan perubahan zaman menuju kearah monopoli kaum laki-laki saja.
globalisasi yang semakin modern, peran Semakin banyaknya para wanita memilih
seorang ibu tidak hanya dirumah saja untuk ikut serta dalam perubahan
mengasuh dan mendidik anak. Rerjadi modernisasi, peran seorang ibu dalam
perubahan pola berfikir masyarakat seiring mengasuh dan mendidik anak akan mulai
dengan perubahan pola kehidupan yang tergantikan dengan figur lain. Sosok ibu yang
semakin modern. Kebutuhan akan pemenuhan biasa selama dua puluh empat jam menjadi
gaya hidup, memerlukan berbagai macam pengasuh, pendidik, koki, manager keuangan,
penyesuaian peran setiap anggota masyarakat. dan perawat atau dokter akan ditambah
Salah satu perubahan yang terjadi adalah
71

dengan profesinya sebagai wanita karier 80% dicapai pada usia 0 8 tahun (sejak
diluar. konsepsi 8 tahun). Apabila anak yang
Menjadi ibu rumah tangga dan wanita memiliki ibu seorang wanita karier, pendidik
karier bukanlah hal yang mudah, diperlukan adalah ibu pengganti dalam proses
kemampuan magerial waktu, tenaga, dan pengembangan kecerdasan anak tersebut dan
perhatian. Bagi yang memiliki dana yang lembaga pendidikan adalah rumah kedua
lebih, peran ibu akan dibantu oleh asisten anak dalam mengembangkan kepribadiannya.
rumah tangga namun bagi rumah tangga Masa keemasan anak golden age yang
dengan ekonomi yang pas-pasan akan tidak akan terjadi dua kali dalam masa
memilih lembaga pendidikan sebagai salah perkembangannya juga dijadikan sebagai
satu cara untuk memenuhi kebutuhan anak pertimbangan lembaga pendidikan untuk
dalam hal perkembangannya. menyelenggarakan proses pembelajaran yang
Setiap pilihan yang dipilih, memiliki sesuai dengan karakter dan kebutuhan anak.
konsekuensi tersendiri. Bila memilih asisten sehingga lembaga pendidikan anak usia dini
rumah tangga, muncul kekhawatiran tidak hanya mendidik namun juga
mengenai kompetensi yang dimilikinya. mengembangkan kepribadian anak yang akan
Begitu juga dengan lembaga pendidikan, digunakan sampai dewasa nanti.
dengan berbagai macam persolan yang akan Persoalan tersebut harus dipikirkan
ditemui. Mulai dari pendidik, fasiltas yang dengan lebih mendalam oleh lembaga
ditawarkan, dan biaya yang harus dikeluarkan pendidikan khususnya usia dini, bukan hal
akan menjadi pertimbangan tersendiri bagi mudah membuat kegiatan pembelajaran yang
seorang ibu yang telah memilih menjadi dapat meberikan layanan pendidikan dan
wanita karier sebagai konsekuensinya. pengasuhan kepda anak usia dini. Oleh karena
Bagi lembaga pendidikan anak usia dini, itu, lembaga pendidikan anak usia dini harus
dalam proses pembelajaran seorang guru tidak memiliki kemampuan untuk mengembangkan
hanya berperan dalam hal mendidik saja, kurikulum agar sesuai dengan kebutuhan
diperlukan kemampuan lain yaitu pengasuhan masyarakat yang bergerak mengikuti
sebagai akibat dari kurangnya waktu yang perubahan zaman.
diberikan oleh ibu dirumah. Dengan peran
ganda yang harus dimiliki oleh pendidik, 2. Pembahasan
lembaga pendidikan juga harus memberikan
Lembaga pendidikan anak usia dini yang
sarana penunjang agar tujuan dari pem-
semakin mendapat perhatian dari masyarakat
belajaran yang memberikan proses pen-
merupakan salah satu pengaruh dari
didikan sekaligus pengasuhan dapat dicapai.
perubahan kehidupan modern. Semua lapisan
Proses pendidikan yang menawarkan
msayarakat mulai menaruh perhatian khusus
pendidikan dan pengasuhan dalam kegiatan
terhadap pendidikan anak usia dini yang
pembelajaran tidak harus lembaga pendidikan
sedang berada pada masa keemasannya.
yang menyelenggarakan kegiatan pendidikan
Batasan yang digunakan dalam me-
secara full day. Lembaga pendidikan yang
ngelompokkan masa golden age mulai
menawarkan layanan pendidikan half day juga
berkembang semakin luas tidak hanya
bisa menyelenggarakan proses pembelajaran
mengenai pendidikan pra sekolah (Taman
dengan tujuan pendidikan sekaligus
Kanak-kanak) tetapi batasan usai lebih
pengasuhan.
ditekankan kepada tugas perkembangan yang
Hal tersebut diperkuat oleh beberapa
akan dicapai anak yaitu dari lahir sampai
fakta yang menyatakan bahwa anak usia dini
delapan tahun, sebagaimana diungkapkan
antara 0 8 tahu masih memerlukan figur
dalam George S. Morrison Early Childhood
seorang guru yang juga bisa memberikan Education (ECE) is the education of children from
kenyamanan sebagai ibu di lembaga birth to eight (Morrison, 1988:p.3).
pendidikan anak usai dini. Dengan ke- Pada usia 0 8 tahun dikatakan sebagai
nyamanan yang diberikan, anak akan lebih masa keemasan golden age, karena pada
mudah memahami proses pembelajaran masa ini pertumbuhan otak anak berkembang
meskipun tanpa ibu yang sebenarnya ada lebih besar dibandingkan ketika dewasa nanti.
disampingnya. Selain itu pada masa golden age dijadikan
Selain itu hasil penelitian para ahli teori sebagi peletak dasar pengembangan ke-
belajar mengenai fungsi kecerdasan anak usia mampuan anak yang akan digunakan pada
dini yang berkembang sangat tinggi sekitar
72

masa dewasanya. Hal tersebut diperkuat oleh yang secara spontan muncul dari dalam diri
pernyataan Bloom, pada usia tujuh belas tahun anak, sehingga anak belajar mengenai
(17 tahun) seorang anak diberi tes kecerdasan kebiasaan melalui bermain tersebut.
dan mendapat nilai 100 (yang sering Kegiatan pembelajaran yang diberikan
dikategorikan rata-rata). Dia mengatakan kepada anak seharusnya mengakomodasi
bahwa 50 % dari perkembangan kecerdasan pendidikan dan pengasuhannya tidak hanya
yang dicapai itu diperoleh pada usia konsepsi dilakukan oleh lembaga pendidikan yang
sampai empat tahun (0 4 tahun), 30% di- memberikan layana pendidikan "full
peroleh pada usia empat tahun sampai daydengan konsep penitipan. Sekolah half
delapan tahun (4 8 tahun), dan 20% day pun diharapkan mampu memberikan
berkembang antara usia delapan dan tujuh layanan pendidikan yang lebih menyesuaikan
belas tahun (8-17 tahun) (Morrison, 1988:22 - kebutuhan masyarakat modern. Kegiatan yang
33). bisa dilakukan sebagi bentuk pengasuhan
yaitu pembentukan moral.
Pendidikan anak yang dilakukan sejak Pendidikan moral tidak hanya diajarkan
lahir memiliki pengaruh pada pengembangan sekedar melalui penyampaian informasi
kepribadian sebagaimana tugas utama pen- (pengajaran) karena pendidikan moral harus
didikan. Pada masa usia dini tidak diragukan menyentuh kesadaran hati, tetapi juga
lagi merupakan masa yang paling kaya. Masa pemahaman pikiran, dan tindakan untuk
ini sebaiknya digunakan oleh pendidik sebaik- bertindak yang bermoral. Sesuai dengan
baiknya, tersia-sianya masa kehidupan ini pendapat Pestalozzi the language of morality
tidak akan pernah dapat dicari gantinya. could not be taught by word of mouth, it had to be
Tugas pendidik adalah memanfaatkan tahun- taught by example. Practice not preaching, was the
tahun awal anak dengan kepedulian tertinggi, basis of moral education (M.R. Heafford,
bukan menyia-nyiakannya. 1967:p.65). Moralitas tidak dapat diajarkan
Proses perkembangan anak usia dini dengan kata-kata mulut, moralitas harus
paling baik melalui cara membebaskan anak diajarkan melalui teladan (contoh).
untuk berkreasi sebebas-bebasnya, bukan Pembelajaran tentang moral baik bagi
melalui paksaan atau sengaja dibentuk. anak usia dini maupun jenjang pendidikan
Lembaga pendidikan yang masih meng- selanjutnya akan lebih efektif bila dilakukan
gunakan gaya belajar tradisional dengan dengan memberikan contoh langsung kepada
memaksa anak belajar dalam keterpaksaan anak. Pada masa ini anak lebih mudah
tidak perlu digunakan lagi. Dengan tidak mengingat sesuatu yang dilihatnya bukan
memaksa anak untuk belajar, secara tidak yang didengarnya.
langsung setiap anak bisa diperlakukan sesuai Penanaman moral tersebut biasanya
dengan karakteristiknya. dilakukan oleh ibu sebagai individu yang
Program pembelajaran anak usia dini, paling dekat dengan anak. Peran ibu dirumah
selalu menekankan akan kegiatan yang sebagai guru pertama bagi anak digantikan
menyenangkan yaitu kegiatan bermain. oleh guru disekolah. Seorang ibu yang dengan
Tujuan dari kegiatan bermain ini selain cara penuh kasih sayang pada anak memberikan
pendidik dalam memberikan materi pembel- pemenuhan kebutuhan fisik untuk menjaga
ajaran, suasana menyenagkan akan kelangsungan hidup menumbuhkan nilai
menstimulus pertumbuhan otak anak agar moralitas dalam diri anak seperti perasaan
sinaps-sinapsnya saling terkait satu dengan mencintai, mempercayai, menghargai ibunya.
yang lain sehingga perkembangan anak akan Salah satu bentuk pengembangan
maksimal. kepribadian anak dengan mengajarkan peng-
Banyak manfaat yang didapat dari gunaan kata maaf, tolong, dan terima kasih.
permaianan yang dilakukan anak-anak. Ketika guru ingin mengajarkan mengenai
Bermain memberikan banyak keuntungan permintaan maaf, tolong, dan terima kasih
untuk anak-anak mulai dalam perkembangan tersebut tidak hanya memberikan melalui
secara fisik, sosial, dan intelektual. cerita saja. Memberikan contoh langsung
Bagi anak usia Taman Kanak-kanak kepada anak akan lebih mudah dipahami.
bermain merupakan cara mereka untuk Seorang guru bukan individu yang paling
mengetahui dan memahami perintah orang benar, tidak ada salahnya guru meminta maaf
dewasa atau orang lain. Hal itu dikarenakan kepada anak sewaktu melakukan kesalahan.
kegiatan bermain merupakan kegiatan kreatif Dengan begitu anak akan merasa bahwa
73

meminta maaf bukan berarti hal yang me- Kegiatan bercerita sebelum makan, akan
malukan. menstimulus anak untuk berkembang dalam
Selain itu kegiatan yang dapat dilakukan aktualisasi dirinya dengan mengungkapkan
yaitu makan bersama. Dalam kisah Toto bahasanya lewat bercerita. Anak akan tumbuh
Chan Gadis kecil di pinggir Jendela, rasa percaya dalam dirinya karena kegiatan
diceritakan mengenai kegiatan makan siang bercerita tersebut tidak memaksakan akan
bersama. Anak-anak diminta untuk membawa cerita tertentu, anak bebas bercerita dengan
bekal makan yang dibuat ibunya dirumah ekspresi apapun.
dengan bahan dari laut dan dari gunung. Menciptakan suasana rumah didalam
Kegiatan makan bersama dilakukan di aula sebuah sekolah akan membuat anak merasa
sekolah, sebelum makan dimulai ada salah nyaman, baik dengan sekolah/lembaga
satu anak diminta untuk bercerita apa saja. pendidikan, guru, dan teman-temannya. Anak
Kegiatan makan tersebut diikuti oleh semua dengan orang tua yang sibuk bekerja terutama
anak dari kelas bawah sampai atas, guru, dan ibu tidak akan kehilangan suasana rumah
kepala sekolah. sehingga tercipta suasana ketika tidak ada ibu didekatnya. Sehingga
makan bersama dengan keluarga. tercipta sekolah/lembaga pendidikan yang
Dalam kegiatan makan bersama tersebut menyenangkan bagi anak. guru tidak sungkan
anak belajar menghargai antar teman dengan untuk memberikan afeksi kepada anak sesuai
kegiatan mendengarkan cerita dan meng- dengan kebutuhannya, dan anak pun merasa
hargai makanan yang dibawa oleh masing- nyaman dengan afeksi yang diberikan
masing anak meskipun berbeda-beda. Selain kepadanya karena anak merasa nyaman
itu Secara tidak langsung anak akan belajar dengan guru yang seperti ibunya.
mengenai lingkungan di darat dan dilaut. Pengasuhan yang dilakukan tidak selalu
Untuk ibunya, dengan membawakan bekal dengan kegiatan yang identik dengan
kepada anak dapat menjalin ikatan yang lebih memberikan fasilitas anak dapat makan, tidur,
dalam dengan pemberian perhatian didalam atau mandi yang sering ditawarkan oleh
makanan tersebut, anak pun tetap terpenuhi lembaga pendidikan dengan layanan
kebutuhan fisiknya. penitipan. Kegiatan pengasuhan dapat dilaku-
Terpenuhi kebutuhan fisik anak memiliki kan oleh lembaga pendidikan dengan layanan
peran dalam proses perkembangannya. Pen- half day yang menyelenggarakan kegiatan
didikan fisik memiliki arti penting bagi pembelajaran yang menitik beratkan kepada
pendidikan intelektual dan pendidikan moral. kemandirian anak.
Melupakan pendidikan fisik akan mem- Kemandirian tidak hanya selalu diartikan
pengaruhi pendidikan moral dan intelektual anak mampu makan atau mandi sendiri.
anak. Anak-anak yang kurang terpenuhi Kemandirian anak lebih menekankan kepada
kebutuhan fisik akan mengalami gangguan kemampuan anak untuk mampu mengetahui
terhadap perkembangan intelektualnya dan kebutuhannya dirinya anak juga peka dengan
juga moralitasnya. lingkungan sekitarnya. Melatih kemandirian
Pestalozzi mengatakan, Indeed the moral anak dapat dimulai dengan kegiatan
education of child started from the moment of sederhana dan menyesuaikan tahap
his birth and centered around his relationship perkembangannya.
with his mother. At first a feeling of trust was Salah satu contoh yang dapat dilakukan
created in him merely by the satisfication of his dalam melatih kemandirian pada anak di usia
physical needs. Pendidikan moral dari se- Toddler bila ditinjau dari pendapat Erik
orang anak di mulai dari waktu kelahirannya H.Erikson, kemandirian bisa dimulai dengan
dan terpusat sekitar hubungannya dengan melatih anak untuk toilet training. Melatih anak
ibunya. Munculnya perasaan percaya (trust) untuk toilet training, bertujuan untuk mem-
dibentuk dalam dirinya hanya oleh pemuasan bangun kemandirian anak dengan mengetahui
dari kebutuhan fisiknya. kapan anak perlu untuk mengontrol buang air
Sehingga membawakan bekal kepada besar/kecil. Dengan mengetahui apa kapan
anak, meskipun terlihat sederhana, ternyata anak harus mengatakan untuk buang air kecil
memiliki tujuan yang sangat besar. Sedangkan atau besar, merupakan salah satu indikator
tujuan makan bersama yang didahului dengan kemandirian anak.
kegiatan bercerita akan menumbuhkan rasa Toilet training, seharusnya dilatih oleh ibu
percaya diri. sebagai bentuk pengasuhan kepada anak.
Pada saat melatih toilet training ajarkan pula
74

mengenai sex education pada anak sesuai Kontinyuitas, diterapkan dengan


dengan tahapannya. Semakin dini anak memberikan pembelajaran di jenjang
mengetahui mengenai sex education maka akan sebelumnya kemudian dilanjutkan jenjang
semakin kecil hal yang akan terjadi terkait selanjutnya. Kontinyuitas dapat diartikan
dengan peristiwa pelecehan atau yang lainnya. dengan pembelajaran pengasuhan yang telah
Peran ibu dalam melatih toilet training dilaksanaan di sekolah atau lembaga
kepada anak akan digantikan oleh pendidik di pendidikan dibuat dengan tahapan yang
lembaga pendidikan/sekolah anak usia dini. berbeda dan semakin tinggi capaian yang
Hal tersebut dikarenakan semakin banyaknya harus dikuasai. Contoh sederhana yang dapat
lembaga pendidkan/sekolah yang menawar- dilakukan yaitu, disekolah atau lembaga
kan program mulai dari 2 tahun atau Toddler, pendidikan ketika makan bersama anak dilatih
sehingga anak sudah sejak kecil sudah untuk makan sendiri di kelas Kelompok
mengenal pendidiknya dibandingkan dengan Bermain maka di kelas TK nya anak
gurunya karena ibunya lebih banyak diharapkan mampu mengambil makanan baik
menggunakan waktu untuk bekerja. untuk dirinya maupun temannya.
Selain kegiatan toilet training, anak juga
berlatih untuk melakukan tanggung jawabnya Konsisten, proses pembelajaran yang
sendiri dengan merapikan mainan, memakai dilakukan baik dirumah atau
sepatu dan kaos kaki sendiri, serta biarkan sekolah/lembaga pendidikan dilakukan secara
anak bebas berkreasi dengan lingkungannya. sama. Bila anak disekolah atau lembaga
Membebaskan anak untuk melakukan hal pendidikan diminta untuk memakai sepatu
yang disukainya akan menumbuhkan sendiri maka di rumah hal tersebut juga harus
kreativitas. Seperti yang diakukan oleh dilakukan. Tidak ada alasan dari orang tua
seorang ibu yang membebaskan anak bermain karena terlalu lama, takut salah, atau
dirumah bersama dengan teman-temannya. menganggap anak belum bisa sebagai cara
Program pembelajarna yang bersifat agar orang tua yang melakukannya.
pengasuhan, lebih cenderung merupakan Adil, dalam hal pembelajaran ditekankan
program pembelajaran yang bertujuan pada konsekuensi akan apa yang akan
mengembangkan ketrampilan dasar yang dapatkan bila melakukan kesalahan. Lebih
dapat anak gunakan di dewasa nantinya. tepatnya anak akan mendapatkan konsekuensi
seperti yang diungkapkan oleh Montessori atas apa yang dilakukan baik hukuman atau
(1995:13), bahwa tujuan pendidikan bukan hadiah. Bila memberi hukuman sebaiknya
hanya mengenai penguasaan ilmu pengetahu- tidak merusak kepribadiannya, dengan kata-
an. Fokus pendidikan haruslah berupa kata atau tindakan. Demikaian juga dengan
pelestarian (upaya memepertahankan) hadiah tidak selalu dengan materi bisa dengan
kehidupan. pujian. Kesemuanya diberikan secara adil
Proses pembelajaran yang menekankan sesuai dengan yang dibutuhkan anak.
anak harus menguasai ilmu pengetahuan ini Oleh karena itu, lembaga pendidikan
dan itu memang baik. Namun akan lebih baik atau sekolah bagi anak usia dini harus lebih
bila tujuan utama penguasaan bagaimana anak jeli dalam melaksanakan program
mampu bertahan hidup yang biasa diajarkan pembelajaran tidak hanya bertujuan untuk
oleh orang tua terutama seorang ibu. Dengan mendidik saja namun juga mengasuh anak
bergesernya peran ibu yang tidak hanya selayaknya anak sendiri. Menjadikan sekolah
mengasuh anak dirumah, maka pendidik di sebagai rumah kedua bagi anak dan pendidik
sekolah atau lembaga pendidikan anak usia adalah ibu keduanya.
dini harus mampu memberikan layanan
program tersebut. 3. Simpulan
Dalam melaksanakan pendidikan dan
Kehidupan masyarakat yang
pengasuhan pada usia dini yang butuhkan
mengalami perubahan menuju modernisasi
seorang pendidik dalam menerapkan suatu
akibat dari globalisasi merubah berbagai
program pembelajaran adalah kontinyuitas,
macam unsur kehidupan. Perubahan yang
konsisten, dan adil. Prinsip tersebut juga harus
paling jelas terlihat adalah pola hidup
diterapkan didalam rumah oleh orang tua
masyarakat. Salah satu yang mengalami
meskipun orang tua sibuk bekerja.
perubahan adalah perubahan peran ibu yang
dulu identik dengan mengsuh anak. Dengan
75

adanya perubahan tersebut, lembaga Kuntoro, Sodiq A. & Vera, Avanti (2013).
pendidikan harus lebih menyesuaikan dengan Pengembangan Kurikulum Paud Dalam
keadaan, tujuan pembelajaran tidak hanya Menghadapi Kehidupan Modern. FKIP:
menitik beratkan akan pengetahuan namun UAD.
juga pengasuhan. Menjadikan sekolah sebagai Kostelnik, Marjorie J. Soderman, Anne K. &
rumah kedua dengan segala suasana rumah Whiren, Alice Phipps. 1999.
dan pendidik menjadi ibu kedua bagi anak Developmentally Appropriate Curriculum.
dengan kasih sayangnya. Sehingga anak tetap Best Practices in Early Childhood
memperoleh hal yang dibutuhkan sesuai Education. New Jersey: Prentice-Hall,
dengan kodratnya yaitu diasuh oleh ibu. Inc.
Montessori, Maria. 2008. The Absorbent Mind.
DAFTAR PUSTAKA
(Terjemahan Dariyanto). New York:
Heafford, M.R. (1967). Pestalozzi, His Thought Henry Hold and Company.(Buku Asli
and Its Relevance Today. London: diterbitkan tahun 1995).
Methuen&Co Ltd. Morrison, George S. (1988). Education and
Knight, George R. (1982). Issue and Alternatives Development of Infants, Toddlers, and
in Educational Philosophy. Michigan: Preschoolers. London: Scott, Foresman, and
Andrew Univercity Press. Company.
76

PROFIL, PERANAN, DAN TANTANGAN GURU ABAD 21


Cut Zahri Harun
Dosen: Jurusan Ilmu Pendidikan Fkip Unsyiah Banda Aceh

Abstrak
Peranan sumber daya manusia berkualitas sangat penting artinya bagi pembangunan, termasuk
pembangunan bidang pendidikan. Guru merupakan ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan.
Abad 21 sering di sebut eraglobalissi. Globalisasi merupakan bagian dari perkembangan yang lebih
luas terkait antara satu sama lain dan mencakup berbagai aspek kehidupan, termasuk kehidupan
guru. Globalisasi merupakan transformasi sosial budaya dalam lingkup global. Memasuki perubahan
era, akan mengalami banyak tantangan. Hal ini sejalan dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945
yang diatur dalam Pembukaan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan dilanjut dengan Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 5, yaitu: Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan
yang bermutu. Oleh karena itu, di masa depan, dengan tantangan yang begitu komplek,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat, perubahan peraturan dan
kurikulum yang tak dapat dielakkan, jelas membutuhkan guru-guru yang profesional dan berkualitas
di lapangan. Sehingga, undang-undang mewajibkan guru memiliki empat kompetensi, salah satu
diantaranya adalah kompetensi profesional. Kompetensi profesional ini, harus mampu memilah dan
memilih dalam melaksanakan tugas di sekolah, tanpa kompetensi tersebut, dapat dipastikan bahwa
guru akan menghadapi kesulitan dalam membentuk kompetensi peserta didik. Oleh karena itu,
pemerintah telah berupaya keras dan sungguh-sungguh untuk dapat memenuhi kompetensi guru
dengan menetapkan landasan yuridis, seperti Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 pasal 28
bahwa Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran,
sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional.
Kata Kunci: Peranan, Tantangan, Kurikulum, dan Kompetensi Guru

Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar


1. Pendahuluan
Nasional Pendidikan, yang menetapkan
Memasuki eraglobalisasi, masyarakat bahwa guru harus memiliki kualifikasi
abad 21 menuntut profesionalisme dalam akademik D IV atau S1.
bekerja di berbagai bidang. Sehubungan Pasal 8 UUGD menetapkan kompetensi
dengan istilah profesional, Saud (2008: 7) guru meliputi: Kompetensi Pedagogik,
mengemukakan bahwa: Profesional me- Kompetensi Keperibadian, Kompetensi Sosial,
nunjukkan pada dua hal: (1) penampilan dan Kompetensi Profesional. Kompetensi
seseorang yang sesuai dengan tuntutan yang profesional adalah kompetensi primadona
seharusnya, (2) menunjukkan kepada sikap yang wajib dimiliki oleh setiap guru.
dan komitmen anggota profesi.
Dalam upaya menjadi guru profesional, 2. Pembahasan
pemerintah telah melakukan berbagai usaha
2.1 Profil Guru
peningkatan kualitas guru, antara lain: melalui
pelatihan, seminar, lokakarya, pendidikan Berbicara tentang guru, Harun (2009: 31)
formal (S1), dan paling nyata adalah sertifikasi mengemukakan bahwa: masalah guru
guru. Upaya pemerintah tersebut, hendaknya merupakan topik yang tidak habis-habisnya di
mempunyai pengaruh yang signifikan dengan bahas dalam berbagai pertemuan atau
peningkatan kualitas pembelajaran. seminar. Pekerjaan guru adalah suatu profesi
Sehubungan dengan permasalahan di yang memerlukan penanganan profesional.
atas, Soetjipto dan Kosasi (2009:37) menge- Hal ini dilakukan melalui sertifikasi guru
mukakan bahwa: Jabatan guru merupakan dalam jabatan.
jabatan profesional, pemegang jabatan Genderang sertifikasi guru sudah ditabuh
tersebut, harus memenuhi kualifikasi tertentu. sejak tahun 2006, satu tahun setelah ditetapkan
Dengan demikian, maka pemerintah Undang-Undang Nomor 14 tentang Guru dan
menetapkan dalam Peraturan Pemerintah Dosen. Pengakuan kedudukan guru sebagai
77

tenaga profesional merupakan bagian dari pendidikan perlu dimantapkan. Sehubungan


pembaharuan sistem pendidikan nasional dengan masalah guru ini, Harun (2012: 69)
yang pelaksanaannya memperhatikan mengatakan bahwa: pengajar dengan kata lain
berbagai ketentuan peraturan perudang- disebut guru pada jenjang pendidikan dasar
undangan di bidang pendidikan, kepegawai- dan menengah.
an, ketenagakerjaan, keuangan, dan peme- Pemantapan pendidikan dilakukan me-
rintah daerah. lalui pemantapan guru, karena guru
Seorang guru, harus menampakkan merupakan ujung tombak pendidikan. Untuk
profilnya untuk dapat dicintai oleh peserta membuat pendidikan dan guru lebih baik,
didiknya. Beberapa pakar memberi pendapat diperlukan perjuangan sebagai pihak.
tentang profil guru ini, antara lain: Daniel Agar guru, betul-betul menjadi
Gomiuza (Khalifah 2009: 36) mengemukakan komponen yang utama dalam sistem pen-
bahwa: Guru yang dicintai adalah sosok yang didikan, Hadiyanto (2004: 31), mengemukan
menerima dengan tulus dan bisa memahami empat macam perjuangan untuk
murid-muridnya dan berinteraksi baik dengan meningkatkan harkat dan martabat guru,
mereka. yaitu: (a) Perjuangan Politik, (b) Perjuangan
Bagaimanakah cara agar seorang guru Ekonomi; (c) Perjuangan Sosial; dan (d)
dapat dicintai oleh murid-murinya. Hal ini, Perjuangan Budaya.
tentunya harus nampak pada profil guru itu, Berikut penjelasannya:
misalnya: ia dapat menyenangkan murid-
2.3.1 Perjuangan Politik
muridnya.
Perjuangan politik dalam rangka
2.2 Peranan Guru dari Masa ke Masa
perbaikan kualitas dan nasip guru harus
Kunandar (2010: 31) menguraikan bahwa dilakukan melalui perjuangan mengubah
peran guru dibagi dalam dua masa, yaitu: (1) image masyarakat tentang guru melalui jalur
Masa Penjajahan, dan (2) Masa Kemerdekaan. pemerintah. Untuk Indonesia saat sekarang,
Berikut uraiannya. perjuangan politik merupakan perjuangan
yang sangat diutamakan, karena dalam situasi
2.2.1 Masa Penjajahan
politik yang sering tidak menentu, dimana
Pada masa penjajahan guru tampil dan setiap golongan, partai politik lebih
ikut mewarnai perjuangan bangsa Indonesia. mementingkan kelompoknya. Kalau tidak ada
Semangat kebangsaan Indonesia tercermin dan perjuangan politik yang memperhatikan nasip
terpatri pada guru di masa penjajahan. guru, maka tidak akan ada perubahan.
2.2.2 Masa Kemerdekaan Hal ini terlihat, perjuangan untuk
menelurkan Undang-Undang Nomor 14
Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
1945 menjadikan peran guru sangat besar Sehubungan dengan masalah ini, Harun
dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan (2011:1) mengemukakan bahwa: Sebuah
bermasyarakat. Dengan semangat proklamasi, Undang-Undang lahir dari perjuangan
para guru bersepakat menyelenggarakan panjang ditingkat Dewan Perwakilan Rakyat
Kongres Guru Insonesia yang berlangsung Republik Indonesia (DPR RI). Salah satu
pada tanggal 24-25 November 1945 di Undang-Undang yang sangat menggempar-
Surakarta. kan saat itu adalah Undang-Undang Nomor 14
2.3 Guru sebagai Komponen Utama dalam Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Sistem Pendidikan Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Pendidikan pada dasarnya merupakan menetapkan bahwa: Guru adalah pendidik
sarana strategis untuk meningkatkan potensi profesional dengan tugas utama mendidik,
bangsa, agar mampu berkiprah dalam tataran mengajar, membimbing, mengarahkan,
global. Hal ini, telah lama dikemukakan oleh melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
Hanson dan Brembeck (1966: 21) yang didik pada pendidikan anak usia dini, jalur
menyebutkan bahwa pendidikan itu sebagai pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
investment in people, untuk mengembangkan pendidikan menengah.
individu dalam masyarakat dan di sisi lain
pendidikan merupakan sumber untuk
pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu,
78

2.3.2 Perjuangan Ekonomi Masyarakat terutama akan melihat


bagaimana sikap dan perbuatan guru itu
Perjuangan untuk meningkatkan ekonomi
sehari-hari, apakah ada yang patut diteladani
guru harus dilakukan untuk membuat agar
atau tidak. Bagaimana guru meningkatkan
guru pada saat mengajar tidak lagi perlu
pelayanannya, meningkatkan pengetahuan-
memikirkan apakah keluarganya kekurangan
nya, dan dapat memberi arahan dan dorongan
pangan, sandang, dan papan. Hal ini telah
kepada peserta didik.
direalisasikan melalui sertifikasi guru dengan
penambahan satu kali gaji pokok bagi guru 2.3.4 Perjuangan Budaya
yang telah disertifikasi.
Perbaikan kualitas dan nasip guru dapat
Merujuk pada ketentuan Undang-Undang
dilakukan melalui jalur budaya, dan
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
perjuangan harus dilakukan oleh guru itu
Pendidikan Nasional Pasal 42 ayat (1) bahwa:
sendiri. Pada masa lalu, guru sangat
Guru dan dosen wajib memiliki sertifikasi
dihormati. Oleh karena itu, pada masa kini,
sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar,
guru harus dapat membuat dirinya dihormati,
sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
dengan bekerja secara profesional.
kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional. 2.4 Guru dan Tatangan Abad 21
Sehubungan dengan masalah ini, Trianto 2.4.1 Globalisasi dan Iptek
dan Titik Triwulan Tutik (2007:11) menge-
mukakan bahwa: Sertifikasi dalam makna Pendidikan sebenarnya merupakan
kamus berarti surat keterangan (sertfikat) dari tanggung jawab bersama antara orang tua,
lembaga berwenang yang diberikan kepada masyarakat, dan pemerintah, yang popular
jenis profesi dan sekaligus pernyataan (lisensi) dengan istilah tripusat pendidikan. Walaupun
terhadap kelayakan profesi untuk dalam kenyataan, seolah-olah pendidikan di
melaksanakan tugas. sekolah hanya tanggung jawab guru semata.
Sertifikasi, secara yuridis menurut Hal ini, nampak jelas, jika seorang peserta
ketentuan Pasal 1 ayat (11) UUGD adalah didik berhasil, orang tua akan mengatakan
proses pemberian sertifikat pendidik untuk anak siapa dulu, akan tetapi jika tidak
guru dan dosen .Dengan diberi sertifikat atau berhasil, orang akan selalu menyalah guru.
disetifikasi guru, maka dalam Pasal 40 ayat (1) Miris memang.
UU Sisdiknas menetapkan bahwa pendidik Abad virtual adalah abad yang penuh
berhak memperoleh: Penghasilan dan jaminan dengan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan
kesejahteraan sosial yang pantas dan Teknologi (IPTEK) merupakan tantangan berat
memadai. Dengan demikian, guru akan bagi seorang guru dalam menjalankan
mendapatkan kesejahteraan profesi yang tugasnya, ditambah lagi maraknya pembelaan
berasal dari beberapa sumber finansial, antara Hak Azazi Manusia (HAM) anak. Sehingga,
lain: gaji pokok, tunjangan yang melekat pada membuat keterkungkungan guru dalam
gaji, tunjangan fungsional, tunjangan profesi, menjalankan tugasnya.
tunjangan khusus dan mashlahat tambahan Abad 21 adalah eraglobalisasi, sehingga
yang terkait dengan tugasnya sebagai guru Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek)
yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan berkembang sangat pesat. Oleh karena itu,
atas dasar profesi. tantangan makin besar bagi guru-guru dalam
Salah satu tunjangan dalam upaya mengikuti perkembangan tersebut. Pada
meningkatkan ekonomi gutu adalah tunjangan setiap lembaga pendidikan, baik jenjang
profesi, yaitu tunjangan yang diberikan Pendidikan dasar, maupun Jenjang
kepada guru yang memiliki sertifikat pendidik Pendidikan Menengah ditetapkan dalan
sebagai penghargaan atas profesionalitasnya. Standar Nasional Pendidikan (SNP), guru
harus mempunyai kualifikasi S1.
2.3.3 Perjuangan Sosial Permasalahan tersebut, ditetapkan
Perjuangan sosial, berarti mengembalikan dalam Pasal 29 ayat (1), yaitu: (a) kualifikasi
citra guru yang status sosialnya pernah jaya. akademik pendidikan minimum Diploma
Guru sebagai pendidik profesional mem- Empat (D IV) atau sarjana (S1); (2) Latar
punyai citra yang baik di dalam masyarakat, belakang Pendidikan Tinggi dengan program
apabila dapat menunjukkan kepada pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran
masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan yang diajarkan, dan (c) sertifikat profesi guru.
atau teladan bagi masyarakat sekelilingnya.
79

Selama masa peralihan ini, tentunya persyaratan bagi guru yang sertifikasinya
merupakan suatu tantangan baru bagi mengikuti pola PLPG.
lembaga pendidikan. Hal ini, telah di apresiasi Dalam Rambu-rambu PLPG tahun 2013 di
oleh Pemerintah, dengan mengadakan sebutkan bahwa Peserta PLPG adalah guru
pendidikan kualifikasi, yaitu guru-guru yang yang sudah lulus UKA, baik yang berasal dari
belum mempunyai ijazah S1 dapat guru yang bertugas sebagai guru kelas, guru
melanjutkan studinya kembali, sesuai dengan mata pelajaran, guru bimbingan konseling
bidang masing-masing. atau konselor di sekolah.
Tantangan terberat bagi guru adalah
2.4.2 Peraturan-peraturan
susahnya untuk lulus UKA. Melalui PLPG
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan yang hanya 10 hari, disitulah penentuan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi kelulusan untuk memperoleh sertifikat
Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan pendidik. Dalam kenyataan di lapangan,
Fungsional Guru dan Angkat Kreditnya masih banyak guru-guru senior tidak lulus
Permenpan dan RB Nomor 16 Tahun 2009 UKA, bahkan yang telah lulus UKA, akan
yang diberlakukan Tanggal 1 Janauari 2013 tetapi berulangkali mengikuti PLPG juga tidak
dalam pasal 4 ayat (1) ditetapkan bahwa bisa lulus.
Guru adalah pelaksana teknis fungsional di Kurikulum 2013
bidang pembelajaran/bimbingan dan tugas
tertentu pada jenjang pendidikan anak usia Istilah kurikulum sudah dikenal sejak
dini, jalur pendidikan formal, pendidikan tahun 1820. Hal ini sebagaimana diungkapkan
dasar, dan pendidikan menengah. Alkin (Hidayat 2011: 1), bahwa: Sejarah
Guru mempunyai hak untuk kenaikan keberadaban kurikulum dapat dilacak saat
pangkat, apabila memenuhi angka kredit yang Plato menyusun aritmatika sebagai ringkasan
dibutuhkan sesuai dengan kepangkatannya. belajar yang didalamnya mencakup: geometri,
Jika pada masa sebelum dikeluarkan astronomi, dan solid geometri.
Permenpan tsb, kepada guru baru diwajibkan Berulangkali telah terjadi perubahan
membuat karya ilmiah untuk kenaikan dari kurikulum di Indonesia, terakhir sampai
golongan golongan ruang IV a ke IV b, maka kepada Kurikulum 2013. Perubahan
mulai Januari 2013, guru sejak berpangkat III kurikulum adalah suatu keharusan, namun
b, sudah harus mempunyai karya ilmiah. dalam penerapannya tidak seperti membalik
Urutannya sesuai dengan usulan telapak tangan, perlu sosialisasi yang matang,
kepangkatannya. jika tidak sulit rasanya untuk dapat mencapai
Permasalahan ini, akan menjadi tujuan pendidikan secara maksimal.
tantangan bagi guru-guru yang ingin Ketidaksiapan SDM dalam hal ini guru yang
mengajukan kenaikan golongan, karena tidak bergerak langsung di bidang pendidikan,
mudah bagi guru untuk memperoleh angka merupakan tantangan terberat dalam
kredit dari karya ilmiah yang dimaksud. penerapan kurikulum 2013 ini.
Untuk kenaikan golongan ruang dari IV a ke
IV b sudah bertumpuk-tumpuk, sehingga 3. Simpulan
bertahun-tahun setelah pengusulan, belum Guru merupakan teladan bagi peserta
keluar hasil pemeriksaan kepangkatannya. didik, oleh karena itu, harkat dan martabat
Bahkan guru yang golongan ruang IV a telah guru perlu dijaga. Dalam upaya meningkatkan
cukup banyak yang sudah pesimis untuk harkat dan martabat guru, banyak hal yang
bergerak ke golongan ruang lebih tinggi. dilakukan oleh pemerintah, antara lain
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) mengeluarkan Undang-Undang Nomor 14
tentang Guru dan Dosen dan menetapkan
Pendidikan dan Ltihan Guru (PLPG) Standar Nasional Pendidikan tentang Pendidik
bertujuan untuk meningkatkan kompetensi, dan Tenaga Kependidikan.
profesionalisme dan menentukan kelulusan Untuk memenuhi Standar Nasional
peserta sertifikasi. Pendidikan (SNP) tentang guru tingkat satuan
Sejak tahun 2012 atau tahun keenam pendidikan wajib memiliki ijazah D IV atau S1,
pelaksanaan sertifikasi guru dalam jabatan, maka pemerintah mengupayakan program S1
dilaksanakan kebijakan yang cukup mendasar bagi guru dalam jabatan. Guru harus memiliki
dalam penyelenggaraan sertifikasi guru, yaitu empat kompetensi, yaitu: pedogogik,
Uji Kompetensi Awal (UKA), sebagai kepribadian, social, dan profesional. Dalam
80

menjalankan tugas, guru menghadapi banyak Meningkatkan Mutu Pendidikan.


tantangan, antara lain: Iptek, Peraturan- Jakarta: Jurnal Dikmen.
peraturan, dan Kurikulum yang sering Harun, Cut Zahri, 2012. Manajemen
berganti. Pendidikan. Yogyakarta: Pena Persada.
Hidayat, Rakhmat. 2011. Pengantar Sosiologi
DAFTAR PUSTAKA
Kurikulum. Jakarta. PT. Grafindo
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Perkasa.
Pendidikan dan Kebudayaan dan Kunandar, 2010. Guru Profesional. Jakarta:
Penjaminan Mutu Pendidikan. 2013. Rajawali Pers.
Rambu-rambu Pelaksanaan PLPG.
Saud, Udin Syaefudin. 2008. Pengembangan
Jakarta. Kemdikbud
Profesi Guru. Bandung: Alphabeta.
Khalifah, Mahmud dan Usamah Quthub. 2009.
Menjadi Guru yang Dirindu:Bagaimaan
menjadi Guru yang Memikat dan Soetjipto dan Raflis Kosasi. 2009. Profesi
Profesional. Surakarta: Ziyad Visi Keguruan. Jakarta: Roneka Cipta.
Media. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
Hadiyanto. 2004. Mencari Sosok Desentralisasi tentang Standar Nasional Pendidikan.
Manajemen Pendidikan di Indonesia. Jakarta: CV Ekojaya.
Jakarta: PT. Rineka Cipta. Permenpan dan RB Nomor 16 Tahun 2009
Hanson, John W. dan Cole S. Brembeck. 1966. tentang Jabatan Fungsional Guru dan
Educatinal and the Development of Angka Kreditnya Undang-Undang
Nations. New York: Holt, Rinehart and Dasar 1945.
Winston. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
Harun, Cut Zahri. 2009. Manajemen Sumber tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Daya Pendidikan. Yogyakarta. Jakarta: Sinar Grafika.
Pena Persada. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen. Jakarta: CV Tamita
Harun, Cut Zahri. 2011. Sertifikasi Guru Utama.
dalam Penerapan Undang- Undang
Nomor 14 Tahun 2005 sebagai Upaya
81

DUNIA PENDIDIKAN DI ABAD KE 21


PERLU GURU PROFESIONAL
E. Handayani Tyas
Dosen FKIP UKI
tyasyes@gmail.com

Abstrak
Abad 21 dikenal sebagai abad informasi. Manusia hidup tidak cukup hanya dengan makan (makanan
jasmani), melainkan informasi juga merupakan salah satu asupan yang harus dikonsumsi setiap
manusia. Dunia pendidikan adalah urat nadi kemajuan bangsa dan negara. Apabila pendidikan ada
di tangan pendidik yang tidak profesional, dapat dibayangkan kehancuran sudah pasti di depan
mata. Tuntutan profesionalitas seorang guru dalam menjalankan tugasnya mutlak diperlukan, sebab
sekali guru salah mengajar, dampaknya akan menghancurkan beberapa generasi ke depan. Begitu
strategis dan vitalnya peran guru di Indonesia. Hal ini merupakan tantangan tersendiri bagi bangsa
yang tidak ingin tertinggal di kancah percaturan dunia yang serba cepat ini. Arah tujuan pendidikan
harus solid, sebab jika tidak demikian pasti akan menemui kesulitan. Nantinya pendidikan tidak
hanya berkutat pada arena lokal saja, melainkan pendidikan harus mampu menjawab tantangan
global. Sekolah dan institusi pendidikan lainnya harus merupakan kawah candradimuka yang
mempunyai misi penting untuk mengentaskan peserta didiknya menjadi manusia seutuhnya.
Pendidikan yang berhasil tentu tidak lepas dari tangan-tangan piawai para pendidik yang
profesional. Pendidik dan peserta didik ibarat dua sumpit yang bekerja bersama-sama dan bersinergi
(two chopstick). Keduanya harus sama-sama berkompeten dalam hal teknologi khususnya teknologi
informasi, mampu berpikir menerobos (think out of the box), kreatif dan inovatif, serta mampu
mengemas pembelajaran yang menyenangkan (PAIKEM). Indonesia harus bertindak cepat dengan
mendidik dan melatih guru-gurunya menjadi profesional untuk menjawab tantangan abad 21.
Kata kunci: Guru, Profesional, Pendidikan, Abad ke 21.

kan, terutama perubahan yang tidak hanya


1. Pendahuluan
menyangkut ranah kognitif melainkan ranah
Usaha peningkatan kualitas tidak pernah afektif itu sangat penting di samping juga
kenal kata selesai (continous improvement) ranah psikomotorik.
sangat perlu, apalagi di dunia pendidikan. Seorang guru hendaknya mampu
Untuk mendapatkan hasil pendidikan yang mengasah dan mengasuh ke tiga ranah
bermutu salah satu kuncinya adalah bahwa tersebut secara totalitas (100%). Memang
profesi guru menuntut keprofesionalan. Oleh seorang guru profesional dituntut untuk
karenanya jabatan guru merupakan jabatan mumpuni dan sanggup bekerja dua puluh
profesional, yang penyandangnya harus empat jam dalam sehari, artinya segenap jiwa
memenuhi kualifikasi tertentu. raganya mencerminkan kesiapsediaan meng-
Sosok guru yang sering dikenal dengan ajar dan mendidik peserta didiknya sesuai
digugu lan ditiru (bahasa Jawa), benar-benar jabatan yang disandangnya.
harus merupakan sosok yang dapat dipercaya Untuk itu guru harus selalu meningka-
dan diteladani. Ditinjau dari asal katanya GU, tkan pengetahuan, sikap dan keterampilan
dimaknai gelap dan RU, dimaknai meniada- secara terus menerus. Siap belajar sepanjang
kan (bahasa Sanskerta), jelas mengandung arti hayat (lifelong learning), sehingga ia dapat
bahwa guru yang profesional diharapkan menjawab tantangan perkembangan yang
mampu meniadakan kegelapan/ketidak- terjadi di masyarakat. Setiap guru harus siap
tahuan. ditajamkan, dikembangkan dan dimuktahir-
Peserta didik yang semula tidak tahu, kan, menjadi agen perubahan (agent of change).
dibuatnya menjadi tahu; yang tidak bisa, Kualitas kegiatan pembelajaran yang
dibuatnya menjadi bisa dan bagi yang sudah dilakukan guru harus direncanakan dengan
bisa dibuatnya menjadi lebih bisa/mampu. matang, sehingga pelaksanaan proses pembel-
Terjadinya suatu perubahan, mutlak diperlu- ajaran dapat mencapai tujuan yang
82

dikehendaki. Kata siap dalam segala hal, meliputi: (1) memiliki kemampuan untuk
baik fisik terlebih psykhis harus dipunyai menghadapi dan menangani peserta didik
seorang guru mengingat ia menghadapi yang tidak memiliki perhatian, suka menyela,
berbagai perangai anak manusia yang pastinya mengalihkan pembicaraan, dan mampu
unik dan menantang. memberikan transisi substansi bahan ajar
Dalam menghadapi tantangan itu, maka dalam proses pembelajaran; (2) mampu
berikut akan dibahas bermacam-macam bertanya atau memberikan tugas yang
kompetensi yang harus dimiliki oleh guru, memerlukan tingkatan berpikir yang berbeda
yakni: Kompetensi Pedagogi, Kompetensi untuk semua peserta didik.
Kepribadian, Kompetensi Sosial, dan Ketiga, memiliki kemampuan yang terkait
Kompetensi Profesional. Ke empat kompetensi dengan pemberian umpan balik (feedback) dan
dimaksud hendaknya melekat pada diri setiap penguatan (reinforcement), yang terdiri dari: (1)
guru, sehingga ia dapat mengemban tugas mampu memberikan umpan balik yang positif
jabatannya dengan profesional dan sanggup terhadap respon peserta didik; (2) mampu
bertanding di kancah global. memberikan respons yang bersifat membantu
terhadap peserta didik yang lamban belajar
2. Pembahasan (slow learner); (3) mampu memberikan tindak
lanjut terhadap jawaban peserta didik yang
Seorang pendidik profesional sanggup
kurang memuaskan; (4) mampu memberikan
memberi perhatian kepada peserta didiknya
bantuan profesional kepada peserta didiknya
tentang bagaimana cara belajar (learning how to
yang memerlukan.
learn), bukan pada untuk apa belajar? Karena
Keempat, memiliki kemampuan yang
setiap peserta didik selalu butuh tahu
terkait dengan peningkatan diri, terdiri dari:
bagaimana cara belajar dan seorang pendidik
(1) mampu menerapkan kurikulum dan
profesional tahu bagaimana kiat belajar yang
metode mengajar secara inovatif; (2) mampu
efektif. Memang antara pendidik dan peserta
memperluas dan menambah pengetahuan
didik dituntut untuk dapat bekerjasama/
mengenai metode-metode pembelajaran; (3)
bersinergi dalam mengharungi proses belajar
mampu memanfaatkan perencanaan guru
mengajar.
secara kelompok untuk menciptakan dan
Menurut Gary A. Davis dan Margaret A.
mengembangkan metode pembelajaran yang
Thomas, paling tidak ada empat kelompok
relevan dengan kekinian.
besar ciri-ciri guru yang efektif, namun berikut
Kelima, pendidik profesional adalah guru
penulis sajikan ada enam yaitu:
yang menguasai ilmu pengetahuan yang
Pertama, memiliki kemampuan yang
diajarkan dan ahli dalam menyampaikannya.
terkait dengan iklim belajar di kelas, yang
Memiliki keahlian yang meliputi bidang teori
kemudian dapat dirinci lagi menjadi (1)
dan praktek keguruan, sehingga ia mampu
memiliki keterampilan interpersonal, khusus-
membelajarkan peserta didiknya tentang
nya kemampuan untuk menunjukkan empati,
pengetahuan yang dikuasainya dengan baik
penghargaan kepada peserta didik, dan
dan benar.
ketulusan; (2) memiliki hubungan baik dengan
Keenam, bekerja atas panggilan hati
setiap peserta didiknya; (3) mampu menerima,
nurani. Dalam melaksanakan tugas pengabdi-
mengakui, dan memperhatikan peserta
annya kepada masyarakat hendaknya didasari
didiknya secara tulus; (4) menunjukkan minat
atas dorongan atau panggilan hati nurani,
dan antusias yang tinggi dalam mengajar dan
sehingga dengan senang dan sukacita ia
atau mendidik; (5) mampu menciptakan
melaksanakan tugas ikut mencerdaskan
atmosfer untuk tumbuhnya kerja sama dan
kehidupan anak bangsa, sesuai bunyi alinea
kohesivitas dalam dan antarkelompok peserta
keempat Pembukaan UUD 1945.
didik; (6) mampu melibatkan peserta didik
Mengingat peran dan fungsi guru yang
dalam mengorganisasikan dan merencanakan
sangat strategis dalam dunia pendidikan,
kegiatan pembelajaran; (7) mampu men-
maka agar ia tidak tertinggal oleh kemajuan
dengarkan peserta didik dan menghargai hak
arus globalisasi di abad ke 21, setiap guru
peserta didik untuk berbicara dalam setiap
perlu dibekali dengan pengembangan model-
diskusi; (8) mampu meminimalkan friksi-friksi
model pembelajaran yang up to date, akurat,
yang sangat mungkin terjadi di kelas.
faktual dan kontekstual, sehingga membuat
Kedua, kemampuan yang terkait dengan
pembelajaran semakin menyenangkan (joyful
strategi manajemen pembelajaran, yang
learning). Pendidik dan peserta didik semakin
83

bergairah dalam belajar/menuntut ilmu, yang dengan latar perkembangan dan tujuan
kelak pasti sangat berguna dalam pendidikan, serta menyajikannya sedemikian
kehidupannya. rupa sehingga merangsang peserta didik
Oleh karena itu perlu diperhatikan oleh untuk menguasai dan mengembangkan materi
setiap guru profesional, antara lain: Standar itu dengan menggunakan kreativitasnya.
Proses Satuan Pendidikan Dasar dan Kedua, layanan administrasi yang
Menengah, Model-Model Pembelajaran, berhubungan dengan membantu setiap
Model-Model Desain Pembelajaran, Model peserta didik dalam mengatasi masalah dalam
Pembelajaran Kontekstual (CTL), Model belajar pada khususnya, dan masalah-masalah
Pembelajaran Kooperatif, Model Pembelajaran pribadi yang akan berpengaruh terhadap
Berbasis Masalah, Model Pembelajaran keberhasilan belajarnya. proses belajar peserta
Tematik, Model Pembelajaran Berbasis didik di kelas sangat erat kaitannya dengan
Komputer, Model Pembelajaran PAIKEM, berbagai masalah di luar kelas yang seringkali
Model Pembelajaran Berbasis Web, Model bersifat non-akademik, misalnya masalah yang
Pembelajaran Mandiri, dan Model Lesson dihadapi peserta didik dalam lingkungan
Study. kehidupannya sehingga perlu dibantu pe-
Dengan menggunakan berbagai teknik mecahannya melalui program bimbingan dan
dan metode pembelajaran yang variatif konseling.
membuat peserta didik merasa bahwa sekolah Ketiga, layanan bantuan akademik-sosial-
itu penting, belajar itu sangat besar pribadi yang setiap guru harus pahami di
manfaatnya guna membekali dirinya untuk samping kedua layanan dimaksud di atas.
mandiri di kemudian hari. Semua kualitas Guru harus memahami tentang manajemen
kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru sekolah demi kelancaran tugas-tugasnya
sangat bergantung pada perencanaan dan sebagai guru, ia juga harus memahami bagai-
pelaksanaan proses pembelajaran, karena mana seharusnya bertindak sesuai dengan
tugas guru bukanlah semata-mata mengajar etika jabatannya, dan bagaimana ia bersikap
(teacher centered) apalagi menggurui dan terhadap tugas mengajar dan atau mendidik,
menganggap dirinyalah yang paling tahu dan serta dengan personalia pendidikan dan
peserta didiknya adalah sosok yang serba orang-orang di luarnya yang ikut menentukan
tidak tahu, tetapi lebih pada membelajarkan keberhasilan dalam mengemban tugasnya.
peserta didiknya (student centered). Subyek pendidikan adalah manusia yang
Setiap peserta didik adalah subyek didik, memiliki kemauan, pengetahuan, emosi dan
ia bukan obyek yang dapat diperlakukan se- potensi yang dapat dikembangkan. Oleh
enak gurunya, ia memerlukan bimbingan karenanya, pendidikan harus dilandasi nilai-
profesional seorang guru. Belajar pada nilai kemanusiaan yang menghargai martabat
hakikatnya adalah proses interaksi terhadap manusia. Pendidikan dilakukan secara inten-
semua situasi yang ada di sekitar sional, yaitu secara sadar, sengaja dan
individu/masing-masing peserta didik. Belajar berencana yang bersifat normatif atau diikat
dapat dipandang sebagai proses yang dengan norma-norma dan nilai-nilai yang
diarahkan pada tujuan dan proses berbuat universal, nasional, lokal yang merupakan
melalui berbagai pengalaman belajar yang acuan pendidik, dan inti pendidikan terjadi
dirancang dan dipersiapkan oleh guru. Belajar dalam prosesnya yaitu situasi interaktif yang
juga merupakan proses melihat, mengamati, menghasilkan peserta didik tumbuhkembang
dan memahami sesuatu yang ada di sekitar ke arah yang dikehendaki.
peserta didik. Hadirnya teori pendidikan merupakan
Sedangkan peranan profesional guru kerangka hipotesis dalam menjawab per-
dalam keseluruhan program pendidikan di masalahan pendidikan, karena sering terjadi
sekolah diwujudkan untuk mencapai tujuan dilema antara tujuan utama pendidikan
pendidikan yang berupa perkembangan dengan misi instrumental. Untuk menjawab
peserta didik secara optimal. Ada tiga bidang masalah yang dihadapi dunia pendidikan
layanan guru profesional, yakni: khususnya di Indonesia, maka salah satu
Pertama, layanan instruksional yang solusinya adalah membekali para pendidik
menuntut setiap guru untuk menguasai isi sebagai tenaga-tenaga profesional (guru
atau materi bidang studi yang diajarkan serta profesional) yang benar-benar memahami,
wawasan yang berhubungan dengan materi menghayati dan dapat menerapkan keahli-
itu, kemampuan mengemas materi sesuai annya, sehingga di era globalisasi ini Indonesia
84

mampu menempatkan dirinya sejajar dengan materi ajar, serta menyusun rancangan
negara-negara lain yang sudah maju bidang pembelajaran berdasarkan strategi yang
pendidikannya. dipilih.
Berikut adalah kompetensi yang harus c. Melaksanakan pembelajaran yang me-
dimiliki setiap guru Indonesia, yang meliputi: liputi menata latar (setting) pembelajaran
(1) Kompetensi Pedagogik, (2) Kompetensi dan melaksanakan pembelajaran yang
Kepribadian, (3) Kompetensi Sosial, (4) kondusif.
Kompetensi Profesional, yang dapat dijelaskan d. Merancang dan melaksanakan evaluasi
sebagai berikut: pembelajaran yang meliputi merancang
dan melaksanakan evaluasi (assesment)
2.1 Kompetensi Pedagogik,
proses dan hasil belajar secara ber-
Merupakan kemampuan dalam pe- kesinambungan dengan berbagai metode,
ngelolaan peserta didik yang meliputi: menganalisis hasil evaluasi proses dan
a. Pemahaman wawasan atau landasan hasil belajar untuk menentukan tingkat
kependidikan ketuntasan belajar (mastery level), dan
b. Pemahaman terhadap peserta didik memanfaatkan hasil penilaian pem-
c. Pengembangan kurikulum/silabus belajaran untuk perbaikan kualitas
d. Perencanaan pembelajaran program pembelajaran secara umum.
e. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik e. Mengembangkan peserta didik untuk
dan dialogis mengaktualisasikan berbagai potensinya,
f. Evaluasi hasil belajar meliputi memfasilitasi peserta didik
g. Pengembangan peserta didik untuk untuk pengembangan berbagai potensi
mengaktualisasikan berbagai potensi akademik, dan memfasilitasi peserta
yang dimilikinya. didik untuk mengembangkan berbagai
potensi non-akademik.
Dalam melaksanakan kemampuan me-
ngelola peserta didik di bidang pedagogik ada 2.2 Kompetensi Kepribadian,
tujuh kemampuan yang tercakup di dalamnya
Adalah kemampuan personal yang
yaitu:
mencerminkan kepribadian yang mantap,
a. Mengenal karakteristik peserta didik
stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi
b. Menguasai teori belajar dan prinsip-
teladan bagi peserta didik, dan berakhlak
prinsip pembelajaran yang mendidik
mulia. Sosok yang benar-benar dapat
c. Melakukan pengembangan kurikulum
dipercaya dan diteladani bagi setiap peserta
d. Melaksanakan kegiatan pembelajaran
didiknya. Oleh karena itu ada beberapa Sub
yang mendidik
Kompetensi dalam Kompetensi Kepribadian
e. Memahami dan mengembangkan potensi
ini, meliputi:
peserta didik
a. Kepribadian yang mantap dan stabil
f. Menjalin komunikasi dengan peserta
meliputi bertindak sesuai dengan norma
didik
sosial, bangga menjadi guru, dan me-
g. Melakukan penilaian dan evaluasi
miliki konsistensi dalam bertindak sesuai
Adapun Sub Kompetensi Pedagogik dengan norma
adalah: b. Kepribadian yang dewasa yaitu me-
a. Memahami peserta didik secara men- nampilkan kemandirian dalam bertindak
dalam, yang meliputi memahami peserta sebagai pendidik dan memiliki etos kerja
didik dengan memanfaatkan prinsip- sebagai guru
prinsip perkembangan kognitif, prinsip- c. Kepribadian yang arif adalah me-
prinsip kepribadian, dan mengidentifikasi nampilkan tindakan yang didasarkan
bekal ajar awal peserta didik. pada kemanfaatan peserta didik, sekolah
b. Merancang pembelajaran, termasuk dan masyarakat, dan menunjukkan
memahami landasan pendidikan untuk keterbukaan dalam berpikir dan ber-
kepentingan pembelajaran yang meliputi tindak
memahami landasan pendidikan, me- d. Kepribadian yang berwibawa meliputi
nerapkan teori belajar dan pembelajaran, memiliki perilaku yang berpengaruh
menentukan strategi pembelajaran ber- positif terhadap peserta didik dan
dasarkan karakteristik peserta didik, memiliki perilaku yang disegani
kompetensi yang ingin dicapai, dan
85

e. Berakhlak mulia dan dapat menjadi adalah suatu profesi yang terhormat dan
teladan meliputi bertindak sesuai dengan mulia. Guru mengabdikan diri dan berbakti
norma religius (imtaq, jujur, ikhlas, suka untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan
menolong) dan memiliki perilaku yang meningkatkan kualitas manusia Indonesia
dapat diteladani peserta didik. seutuhnya, yaitu manusia-manusia yang
beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia, serta
2.3 Kompetensi Sosial,
menguasai IPTEKS dalam mewujudkan
Perlunya dimiliki Kompetensi Sosial bagi masyarakat yang berkualitas.
guru, karena setiap guru diwajibkan dapat
berkomunikasi dengan baik dan dapat bergaul 3. Simpulan
secara efektif dengan siapa saja, teristimewa
Menjadi guru profesional membutuhkan
kepada peserta didiknya, juga kepada tenaga
komitmen dan motivasi, serta sikap yang
kependidikan, orangtua/wali peserta didik,
terpuji untuk dapat melayani peserta didik
dan masyarakat sekitar. Guru harus mem-
yang memerlukan perhatian, sentuhan kasih
punyai kecerdasan interpersonal (interpersonal
dan iklim belajar yang menyenangkan. Di
smart) sebagaimana Howard Gardner dalam
abad ke 21, di usianya yang sudah 68 tahun
teorinya The Seven Smart, serta semakin
merdeka, Indonesia benar-benar sangat
berkembangnya kecerdasan-kecerdasan yang
mendesak (urgent) memiliki guru-guru yang
lain sehingga menjadi Multiple Smart atau
mempunyai hati dan keterpanggilan jiwa
kecerdasan jamak. Dalam berpikir dan ber-
untuk mengemban profesinya sebagai guru
tindak, guru harus mempedomani Kode Etik
yang profesional.
Guru dan Dosen, yang meliputi pedoman
Sosok guru di era teknologi informasi dan
sikap, perilaku, dan perbuatan di dalam
komunikasi sekarang ini bukan hanya sekedar
melaksanakan tugas dalam kehidupan sehari-
mengajar (transfer of knowledge) melainkan
hari.
harus siap menjadi pembelajar sepanjang
2.4 Kompetensi Profesional hayat (lifelong education) dan mampu
menciptakan kondisi belajar yang menantang
Adalah penguasaan materi pembelajaran
kreativitas dan aktivitas peserta didik,
secara luas dan mendalam, yang mencakup
memotivasi, menggunakan multimedia,
penguasaan kurikulum mata pelajaran di
multimetode, dan multisumber agar berhasil
sekolah dan substansi keilmuan yang
mencapai tujuan pembelajaran yang
menaungi materinya, serta penguasaan ter-
diharapkan.
hadap struktur dan metodologi keilmuannya.
Luapan perkembangan ilmu pengetahuan
Adapun Sub Kompetensi dalam Kompetensi
dan teknologi di satu pihak, kemajuan dan
Profesional adalah:
perkembangan yang dialami masyarakat yang
a. Menguasai substansi keilmuan yang
sudah well educated, serta aspirasi nasional
terkait dengan bidang studi yang meliputi
dalam kemajuan bangsa dan umat manusia di
memahami materi ajar yang ada dalam
lain pihak, membawa konsekuensi yang
kurikulum sekolah, memahami struktur,
semakin tidak mudah dan kompleks bagi
konsep dan metode keilmuan yang
pelaksana dalam sektor pendidikan pada
menaungi atau koheren dengan materi
umumnya dan guru pada khususnya.
ajar, memahami hubungan konsep antar
Pendidikan yang baik dan benar,
mata pelajaran terkait, dan menerapkan
sebagaimana yang diharapkan oleh
konsep-konsep keilmuan dalam
masyarakat modern dewasa ini dan sifatnya
kehidupan sehari-hari.
yang selalu menantang, mengharuskan
b. Menguasai struktur dan metode keilmuan
adanya pendidik yang profesional.
yang meliputi penguasaan langkah-
Akhirnya, benarlah rumusan definisi
langkah penelitian dan kajian kritis untuk
profesi sebagaimana Kamus Webster, 1989,
memperdalam pengetahuan dan materi
bahwa profesi adalah suatu jabatan atau
bidang studi.
pekerjaan tertentu yang mensyaratkan
Setidaknya keempat kompetensi pengetahuan dan keterampilan khusus yang
dimaksud di atas wajib dimiliki oleh setiap diperoleh dari pendidikan akademis yang
guru yang kepadanya disebut sebagai intensif. Profesi adalah suatu jabatan atau
pemangku jabatan profesional. Para guru di pekerjaan yang menuntut keahlian tertentu,
Indonesia menyadari bahwa jabatan guru artinya, jabatan profesional tidak bisa
86

dilakukan atau dipegang oleh sembarang DAFTAR PUSTAKA


orang yang tidak terlatih dan tidak disiapkan
JICA-FPMIPA UPI, 2006. Lesson Study: Suatu
secara khusus untuk melakukan pekerjaan
Strategi untuk Meningkatkan
tersebut, melainkan melalui proses pendidikan
Keprofesionalan Pendidik. IMSTEP-
dan pelatihan yang disiapkan secara khusus
JICA. Bandung, UPI Press.
untuk bidang yang diembannya. Contoh
pastinya dalam hal ini ialah guru. Rusman, 2011. Model-model Pembelajaran,
Mengembangkan Profesionalisme Guru,
Jakarta, Rajawali Pers.
Soetjipto dan Raflis Kosasi, 2000. Profesi
Keguruan, Jakarta, Rineka Cipta.
87

TANTANGAN DALAM MENGINTEGRASIKAN TIK


DAN KEWIRAUSAHAAN DALAM PENGEMBANGAN
KURIKULUM PENDIDIKAN NASIONAL
I Kadek Budi Sandika
Mahasiswa Program Doktor Jurusan Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta
bsandika@yahoo.com

Abstrak
Kurikulum memang senantiasa perlu dikembangkan dan disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan
dunia kerja dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengembangan kurikulum harus
dilandasi oleh hasil analisis kebutuhan, kajian/ data monitoring dan evaluasi penyelenggaraan
kurikulum berjalan, hingga kesiapan stakeholder dan penyelenggara pendidikan dalam mengadaptasi
perubahan kurikulum yang akan dilaksanakan. Isu TIK merupakan aspek penting yang menandakan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memiliki pengaruh sangat besar bagi dunia
pendidikan. Namun, pada pengembangan kurikulum pendidikan nasional 2013, khususnya untuk
jenjang sekolah menengah, materi TIK tidak lagi diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri. Selain
itu, isu lainnya yang masih perlu diselesaikan adalah mengenai masalah pengangguran.
Isu-isu tersebut sebenarnya perlu mendapatkan perhatian serius dalam pengembangan kurikulum
pendidikan nasional, terutama pengintegrasian TIK dan kewirausahaan dalam pembelajaran. Untuk
itu, perlu dipahami konteks pengembangan kurikulum, politik pendidikan dan perkembangan
kurikulum pendidikan nasional, keterampilan abad ke-21 dan penilaiannya, keterkaitan kecerdasan
majemuk dan keterampilan abad 21, pengintegrasian TIK dan kewirausahaan dalam kurikulum, serta
tantangan dalam mengimplementasikan kurikulum yang terintegrasi dengan TIK dan kewirausahaan.
Upaya mengintegrasikan TIK dalam kurikulum pendidikan adalah integrasi pada subyek mata
pelajaran sebagai kompetensi yang diajarkan maupun sebagai media pembelajaran. Sementara upaya
mengintegrasikan kewirausahaan dalam kurikulum pendidikan dapat melalui integrasi pada subyek
mata pelajaran, integrasi pada muatan lokal, dikembangkan menjadi salah satu bentuk pelatihan
ekstrakurikuler atau inkubator. Tantangan utama untuk mengimplementasikan kurikulum
terintegrasi dengan TIK dan Kewirausahaan tersebut adalah kesiapan guru melaksanakannya serta
dukungan sumber daya lainnya termasuk biaya.
Kata-kata kunci: pengembangan kurikulum, politik pendidikan, keterampilan abad ke-21, kecerdasan
majemuk, kurikulum terintegrasi dengan TIK dan kewirausahaan

mengalami perubahan dan mengalami


1. Pendahuluan
pergeseran sejak masa kolonial hingga
Kurikulum memang senantiasa harus memasuki abad ke-21, seperti pola tergantung
disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan dunia pada satu sumber (teacher centered) menuju
kerja dan perkembangan ilmu pengetahuan belajar mandiri (student centered). Pe-
dan teknologi yang senantiasa berkembang ngembangan kurikulum yang dilakukan perlu
begitu cepat dan semakin maju. Kegiatan ditunjang oleh kesiapan sumber daya
tersebut tentu memerlukan pengkajian dan penyelenggara pendidikan yang memiliki
pengembangan, mulai dari identifikasi evolusi orientasi atau pola pikir yang sesuai dengan
tujuan dan tata nilai dalam kurikulum, analisis tujuan pengembangan kurikulum tersebut.
dan evaluasi kendala maupun tantangan Guru sebagai ujung tombak penyelenggaraan
implementasi kurikulum yang sedang pendidikan formal harus mendapat pelatihan
berjalan, hingga kesiapan stakeholder dan yang memadai untuk memahami esensi
penyelenggara pendidikan dalam meng- pengembangan kurikulum tersebut serta
adaptasi perubahan kurikulum yang akan langkah mengimplementasikannya dalam
dilaksanakan. Secara filosofis, tujuan dan tata proses pembelajaran secara efektif.
nilai dalam kurikulum pendidikan telah
88

Isu TIK sebenarnya merupakan aspek sangat mudah) memiliki pengaruh sangat
penting sebagai penanda perkembangan ilmu besar bagi dunia pendidikan. Hal ini
pengetahuan dan teknologi (seperti per- menunjukkan betapa pentingnya pengaruh
kembangan teknologi komputer pribadi, TIK bagi kehidupan manusia, sehingga men-
sarana telekomunikasi yang menjangkau jadi salah satu keterampilan/ kompetensi yang
berbagai wilayah dengan cepat, serta jejaring harus dimiliki di abad ke-21.
internet untuk mengakses informasi dengan

Gambar 1. Kerangka Kompetensi Abad ke-21


(Sumber: Bab II Lampiran Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi dan Paparan Mendikbud
dalam Sosialisasi Pengembangan Kurikulum 2013 di Bandung 16 Maret 2013 )

Hal tersebut justru kurang diakomodasi rata-rata siswa di Indonesia dengan berbagai
pada pengembangan kurikulum pendidikan negara lain di dunia serta rendahnya hasil
nasional 2013, khususnya untuk jenjang PISA dan TIMSS. Tim pengembang juga belum
pendidikan menengah, dimana materi TIK menunjukkan data hasil penelitian maupun
tidak lagi diajarkan sebagai mata pelajaran evaluasi program pengajaran pada lembaga
tersendiri. Padahal apabila dilihat dari alasan pendidikan di Indonesia yang menunjang
pengembangannya, tidak ada data yang untuk penambahan jam belajar siswa. Hal ini
menunjukkan bahwa semua guru mata menunjukkan bahwa kebijakan pendidikan di
pelajaran telah menguasai media TIK, tetapi Indonesia, termasuk pengembangan kuri-
mereka dituntut harus mengimplementasikan kulum 2013, belum berdasarkan data-data
pembelajarannya berbasis TIK. Pada hasil kajian, penelitian, atau evaluasi
kurikulum 2013 juga terdapat penambahan kurikulum nasional yang komprehensif,
jumlah jam belajar siswa. Alasannya adalah melainkan hanya berdasarkan data
mempertimbangkan perbandingan jam belajar perbandingan posisi Indonesia di dunia.
89

Gambar 2. Perubahan Struktur Kurikulum Jenjang SMP dan SMA dari KTSP menjadi
Kurikulum 2013
(Sumber: Bab II Lampiran Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi dan Paparan Mendikbud
dalam Sosialisasi Pengembangan Kurikulum 2013 di Bandung 16 Maret 2013 )

Isu lainnya yang perlu mendapat usaha. Bahkan, penganggur dengan kategori
perhatian adalah kondisi pertumbuhan dunia tidak mencari pekerjaan secara kumulatif
usaha belum mampu menyerap calon tenaga jumlahnya terus mengalami peningkatan
kerja yang tersedia termasuk lulusan baru selama lima tahun terakhir (data Pusdatinaker
pada lembaga pendidikan. Hal tersebut Kemenakertrans tahun 2008-2012). Hal ini
mungkin akan memunculkan berbagai menunjukkan bahwa tingkat ketergantungan
masalah sosial yang baru, seperti peng- angkatan kerja Indonesia untuk mencari
angguran maupun kondisi overeducation. Isu pekerjaan (menjadi karyawan) masih sangat
pengangguran merupakan hal yang paling tinggi daripada kemauan untuk membangun
umum dikenal, yang terjadi akibat usaha sendiri. Untuk itu, pemerintah telah
ketidakmampuan memperoleh pekerjaan berupaya mengatasinya dengan mengeluarkan
akibat ketatnya persaingan kerja dalam kebijakan seperti tertuang dalam Instruksi
memasuki dunia usaha. Sementara itu, Presiden Republik Indonesia nomor 1 tahun
overeducation sangat jarang dipersoalkan pada 2010 tentang percepatan pelaksanaan prioritas
negara berkembang, tetapi telah lama menjadi pembangunan nasional tahun 2010. Pada
bahan kajian pada negara maju. Menurut program ke-13 Inpres ini, yaitu prioritas
Groot & van den Brink (2007: 101), lainnya dibidang perekonomian meliputi tiga
overeducation merupakan suatu kondisi program, salah satunya adalah tentang
seseorang yang bekerja pada posisi, dimana pemasyarakatan kewirausahaan dan
pekerja tersebut memiliki tingkat pendidikan pengembangan wirausaha baru. Hal ini tentu
jauh lebih tinggi dari kualifikasi yang harus dapat diakomodasi oleh lembaga
dibutuhkan untuk posisi pekerjaan tersebut. pendidikan melalui integrasi materi
Overeducation terjadi akibat peningkatan kewirausahaan pada kurikulum untuk mampu
jenjang pendidikan yang ditempuh oleh menghasilkan lulusan yang memiliki pola
angkatan kerja, tetapi jenis pekerjaan yang pikir/ mindset sebagai pencipta lapangan kerja
sesuai untuk jenjang pendidikan tersebut tidak sendiri.
tumbuh, atau dapat juga sebagai bagian dari Dalam bahasan berikut akan diuraikan
mobilitas karir yang ditempuh pencari kerja mengenai konteks pengembangan kurikulum,
sebelum mereka menemukan pekerjaan yang politik pendidikan dan perkembangan
sesuai dengan tingkat pendidikannya. kurikulum pendidikan nasional, keterampilan
Jumlah pengangguran di Indonesia abad ke-21 dan penilaiannya, keterkaitan
dengan kategori sedang mencari pekerjaan kecerdasan majemuk dan keterampilan abad
dan tidak mau mencari pekerjaan masih 21, pengintegrasian TIK dan kewirausahaan
sangat dominan daripada kategori menunggu dalam kurikulum, serta tantangan dalam
untuk mulai bekerja maupun mempersiapkan
90

mengimplementasikan kurikulum yang yang terbaik, sehingga siswa dapat


terintegrasi dengan TIK dan kewirausahaan. melaku-kan hal yang lebih efesien.
Realistis, muatan kurikulum biasanya
2. Pembahasan didasarkan pada peran riil dengan tugas-
2.1 Konteks dalam Pengembangan Kuri- tugas yang relevan, pengetahuan, ke-
kulum terampilan, sikap, dan nilai-nilai yang
bermanfaat sebagai dasar untuk apa yang
Pendidikan bertujuan memberikan diajarkan.
kecakapan hidup bagi anak sebagai jembatan Student-oriented, kurikulum tidak hanya
penghubung/ penyiapan anak dapat berupaya memenuhi kebutuhan ke-
berpartisipasi dalam masyarakat dan dunia lompok siswa, tetapi juga memberi
kerja (education for life dan education for earning jaminan untuk dapat memenuhi
living). Sekolah sebagai lembaga pendidikan kebutuhan individual siswa yang
formal, berupaya mempersiapkan anak didik berbeda.
untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan Evaluasi kurikulum sebagai aktivitas
lebih tinggi atau bekerja berdasarkan panduan berkelanjutan yang direncanakan dan
yang telah direncanakan sebelumnya, yaitu dilakukan secara sistematis. Siapapun
kurikulum. Kurikulum merupakan panduan yang terlibat dengan kurikulum harus
kegiatan dan pengalaman belajar yang akan menyadari bahwa evaluasi merupakan
diberikan kepada peserta didik guna upaya terus-menerus. Kurikulum yang
membantu mereka membangun kemampuan sedang dirancang harus dibuat untuk
pribadi dan sosial yang dipersiapkan untuk menilai dampaknya pada siswa.
masa depan. Kurikulum dibuat sekolah Berorientasi masa depan, pendidik dan
(lembaga pendidikan) yang didalamnya penanggung jawab pengembang
memuat keseluruhan perencanaan peng- kurikulum perlu memastikan bahwa
alaman pembelajaran yang akan diberikan muatan dan struktur kurikulum yang
kepada siswa agar mereka memiliki sedang berlangsung dianggap ada
pengetahuan dan keterampilan yang akan kaitannya dengan apa yang akan atau
mereka gunakan untuk hidup bermasyarakat. mungkin terjadi di masa depan/ menurut
Kurikulum harus selalu dikembangkan perspektif orientasi ke depan. Apa
menyesuaikan dengan perubahan teknologi perubahan teknologi dapat
maupun tuntutan dunia kerja. Adapun mempengaruhi kebutuhan akan lulusan?
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam Apa jenis laboratorium sekolah akan
pengembangan kurikulum, antara lain (Finch dibutuhkan dua puluh tahun mendatang?
& Crunkilton, 1999:18-22): Pendidikan apa yang akan dibutuhkan
Berdasarkan data: muatan kurikulum oleh siswa di sekolah sekarang?
diputuskan setelah mengkaji berbagai Orientasi global, mengingat saat ini telah
data, seperti karakteristik siswa dan memasuki era pasar bebas, sehingga
pekerjaan yang akan dipersiapkan. persaingan tenaga kerja antar negara pasti
Dinamika pembelajaran: pengelola, pe- terjadi, maka kurikulum harus diupaya-
ngembang kurikulum dan guru harus kan sedemikian sehingga nantinya dapat
selalu menguji seberapa baik pelaksanaan menghasilkan lulusan yang mampu
kurikulum dalam memenuhi kebutuhan bersaing pada dunia kerja dikancah
siswa dan memodifikasinya sesuai internasional.
keperluan.
Menunjukkan hasil secara eksplisit, se- Perencanaan program pendidikan yang
perti apakah siswa mencapai hasil sesuai berhasil sangat diharapkan dengan memper-
tujuan dan bagaimana mencapai hasil timbangkan keterlibatan beragam golongan
tersebut. manusia dengan berbagai tingkat pengetahuan
Artikulasi penuh, meliputi resolusi dari dan keterampilan profesional. Selain itu,
konflik muatan antara bidang yang ber- mereka harus berkolaborasi secara kooperatif
beda atau pengembangan alur pembel- sebagai sebuah tim, bukan sebagai individu
ajaran logis dari tahun ke tahun, terjadi di yang berdiri sendiri. Nasta menyatakan bahwa
seluruh jenjang sekolah yang me- terdapat empat tahapan yang harus dilalui
mungkinkan sekolah mengajarkan apa selama proses perencanaan kurikulum dengan
setidaknya lima kompetensi yang wajib
91

dimiliki pihak yang terlibat dalam ditunjukkan pada Tabel 1 berikut.


pengembangan kurikulum tersebut, seperti

Tabel 1. Proses Pengembangan Kurikulum dan Kompetensi yang Diperlukan


Proses Pengembangan Kurikulum Kompetensi yang dibutuhkan
Perencanaan (planning) Pengelolaan kerja (project management)
Pengembangan (development) Bekerja dalam tim (team building)
Keterampilan mengelola pertemuan (meetings
Pengesahan (validation)
skills)
Administrasi dan penulisan laporan
Pelaporan (after validation)
(administration & report writing)

Sementara itu, Finch & Crunkilton (1999:23) menggambarkan tahapan pengembangan kurikulum
seperti pada gambar 3 berikut.

Tahap perencanaan: Menetapkan isi Ujicoba kurikulum:


- Menetapkan proses kurikulum: - Mengidentifikasi dan
pengambilan keputusan - Memanfaatkan memilih bahan
- Mengumpulkan dan strategi untuk pembelajaran
menilai data yang menentukan muatan - Mengembangkan
berhubungan dengan kurikulum bahan ajar

sekolah - Memutuskan muatan - Memilih strategi
- Mengumpulkan dan kurikulum penyampaian
menilai data yang - Mengembangkan pembelajaran
berhubungan dengan tujuan dan sasaran - Menguji hasil
masyarakat dan kurikulum implementasi/ uji
stakeholder lainnya coba
Gambar 3. Tahap Pengembangan Kurikulum

Untuk memutuskan muatan kurikulum tingkat sekolah, cakupan jangkauan susunan


yang akan diterapkan, Finch & Crunkilton kurikulum, serta kondisi ketenagakerjaan.
(1999:166) memberikan formula: muatan Muatan kurikulum yang dapat diterapkan
kurikulum potensial faktor penghambat = tersebut merupakan kerangka kurikulum baru
muatan kurikulum yang dapat diterapkan. yang dikembangkan.
Muatan kurikulum potensial diperoleh dari Setelah semua hasil perencanaan dan
analisis dengan pertimbangan beberapa faktor pengembangan kurikulum siap, maka tahap
dan strategi pemilihannya. Faktor yang harus selanjutnya adalah diseminasi hasil untuk
dipertimbangkan adalah waktu dan biaya pelaksanaan kurikulum baru. Diseminasi lebih
untuk mengembangkannya, tekanan pihak difokuskan sebagai bentuk program in-service
internal maupun lingkungan eksternal bagi para pendidik maupun semua staf
kependidikan, kebutuhan akan muatan lokal pendukung lainnya. Setelah kurikulum baru
maupun nasional, keterampilan yang di- diterapkan, perlu selalu dilakukan penilaian/
butuhkan oleh pengusaha, muatan konsentrasi evaluasi terhadap penyelenggaraan kurikulum
pendidikan akademik dan kejuruan, serta serta menggunakan hasilnya sebagai dasar
jenjang pendidikan dimana materi akan untuk melakukan perbaikan atau peningkatan
diajarkan. Strategi penentuan muatan program.
kurikulum dapat menggunakan pendekatan Proses pembelajaran dalam meng-
basis filosofis, proses introspeksi, metode implementasikan kurikulum dapat dilaksana-
DACUM, task analysis, critical incident technique kan melalui integrasi secara terpadu. Proses
dan teknik Delphi. Sementara faktor pembelajaran terpadu dapat berupa pembel-
penghambat berkaitan dengan keterbatasan ajaran yang terpadu dalam satu disiplin ilmu,
yang mungkin terjadi selama proses belajar- terpadu antarmata pelajaran, serta terpadu
mengajar, diantaranya keadaan siswa, dalam dan lintas peserta didik. Pembelajaran
kesiapan pendidik dan staf pendukung di terpadu akan memberikan pengalaman yang
92

bermakna bagi peserta didik, karena mereka Balitbang Depdiknas), tiga diantaranya sesuai
memahami konsep yang dipelajari melalui untuk dikembangkan dalam pembelajaran di
pengalaman langsung dan menghubung- Indonesia, yaitu model keterhubungan
kannya dengan konsep yang sudah dipahami (connected), jaring laba-laba (webbed), dan
yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. keterpaduan (integrated). Perbandingan ketiga
Dari sejumlah model pembelajaran terpadu model tersebut dapat dilihat pada Tabel 2 di
menurut Fogorty (dalam Pusat Kurikulum, bawah ini.

Gambar 4. Tahap Pengembangan Kurikulum menurut DACUM

Tabel 2. Tiga Model Pembelajaran Terpadu


Model Karakteristik Kelebihan Keterbatasan
Model Keterhu- Menghubungkan satu Peserta didik akan Model ini kurang
bungan (connected) konsep/topik dengan konsep lebih mudah menampakkan
lain, satu keterampilan dengan menemukan keterkaitan
keterampilan lain, tetapi masih keterkaitan karena interdisiplin
dalam lingkup satu bidang masih dalam lingkup
studi misal-nya IPA atau IPS satu bidang studi

Model jaring laba- Dimulai dengan menentukan Tema yang familiar Sulit menemukan
laba (Webbed) tema, dikembangkan membuat motivasi tema
subtemanya dengan belajar meningkat
memperhatikan kaitannya Memberikan
dengan disiplin ilmu atau pengalaman berpikir
bidang studi lain serta bekerja
interdisipliner
Model Keterpadu- Dimulai dengan identifikasi Hubungan Fokus terhadap
an (integrated) konsep, keterampilan, sikap antarbidang studi jelas kegiatan belajar,
yang overlap pada beberapa terlihat melalui kadang mengabai-
disiplin ilmu atau beberapa kegiatan belajar kan target peng-
bidang studi. Tema berfungsi uasaan konsep
sebagai konteks pembelajaran Menuntut wawas-an
yang luas dari guru
93

Rencana pembelajaran dan penilaian yang dimana kualitas proses tersebut dipengaruhi
dikembangkan sebagai bagian dari penjabaran oleh ketersediaan sumber daya (termasuk
muatan kurikulum perlu memperhatikan guru), serta ditunjang oleh besarnya anggaran
beberapa aspek berikut: pendidikan, sementara anggaran tersebut
- Proses pengakuan dan kriteria seleksi diatur oleh kebijakan yang tidak lain
calon peserta didik, termasuk aturan merupakan hasil dari proses politik.
APEL (assessment of prior experiential Perkembangan kurikulum pendidikan
learning) nasional juga tidak terlepas dari pengaruh
- Induksi dan panduan siswa politik pendidikan. Peran politik pendidikan
- Pengalaman kerja dan hubungannya yang sangat dominan adalah dalam upaya
dengan tujuan program dan penilaian pengesahan suatu kebijakan baru, seperti
- Pengalaman belajar siswa dan strategi kebijakan implementasi kurikulum 2013.
pengajaran
- Keterlibatan pengusaha dalam merancang
dan melaksanakan program
- Contoh penugasan
- Metode untuk memonitor kemajuan
siswa mengikuti program
- Pencatatan pencapaian siswa (ROA/
record of students achievement)
- Strategi penilaian, metode dan prosedur
perbandingan akademik
- Regulasi penilaian yang lebih spesifik
- Aturan mengenai tim verifikasi luar dan
komposisi badan penilaian
2.2 Politik Pendidikan dan Perkembangan
Kurikulum Pendidikan Nasional
Sesuai dengan pendapat Henry M. Levin
dalam Soedijarto (2008) bahwa mutu
pendidikan merupakan hasil dari proses Gambar 5. Faktor-Faktor yang
politik, seperti terlihat pada gambar 5. Mutu Mempengaruhi Mutu Pendidikan
lulusan yang tercermin dimasyarakat (sumber: Soedijarto, 2008)
ditunjukan oleh hasil belajar yang dipengaruhi
oleh proses pendidikan yang diikuti siswa,

Gambar 6. Perkembangan Kurikulum Indonesia Sejak Masa Kemerdekaan


(Sumber: Bab II Lampiran Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi dan Paparan Mendikbud
dalam Sosialisasi Pengembangan Kurikulum 2013 di Bandung 16 Maret 2013 )
94

masing-masing keterampilan telah dijabarkan


2.3 Keterampilan Abad ke-21 (21st Century
kedalam domain pengetahuan, keterampilan,
Skills) dan Penilaiannya
dan sikap/ tata nilai/ etika. Secara garis besar,
Binkley et.al. (2012:17-66) berhasil keterampilan abad ke-21 seperti ditunjukkan
mengidentifikasi keterampilan abad ke-21 pada tabel 3 berikut.
sebanyak sepuluh buah dan mengklasifikasi-
kannya menjadi empat kelompok. Bahkan

Tabel 3. Klasifikasi Keterampilan Abad ke-21

Kelompok
Keterampilan abad ke-21
Keterampilan
Kreativitas & inovasi
Cara berpikir Berpikir kritis, memecahkan masalah & membuat keputusan
Belajar untuk belajar
Komunikasi
Cara bekerja
Kolaborasi/ kerjasama tim
Peralatan untuk Literasi informasi
bekerja Literasi ICT

Bagian Kewarganegaraan, lokal & global


kehidupan di Kehidupan & karir
dunia Tanggung jawab pribadi & sosial

Untuk mengetahui tingkat penguasaan


suatu keterampilan, maka perlu dilakukan
penilaian. Penilaian dilaksanakan mengacu
pada tiga pilar/ fungsi utamanya, yaitu
mengetahui tingkat pencapaian kompetensi
siswa pada mata pelajaran tertentu,
mengamati kinerja siswa dalam melaksanakan
tugas yang diberikan, dan sebagai metode
interpretasi untuk menggambarkan kondisi
siswa dari hasil penilaian kinerja yang
diperoleh. Sistem penilaian pembelajaran
terintegrasi yang umum digunakan dapat
digambarkan sebagai berikut.

Gambar 7. Model Penilaian Pembelajaran


Terintegrasi (Binkley et.al. 2012)
Seiring perkembangan teknologi dan
informasi, prinsip penilaian dan penentuan
standar untuk abad ke-21 juga mengalami
peralihan dan transformasi menuju penilaian
inovatif dan ditunjang teknologi.
95

Gambar 8. Dimensi Inovasi Penilaian Memanfaatkan ICT (Binkley et.al)

2.4 Keterkaitan Kecerdasan Majemuk dan Teori kecerdasan majemuk (multiple


Keterampilan Abad 21 intelligences) yang dikembangkan oleh Gardner
merupakan salah satu terobosan yang luar
Keterampilan abad ke-21 merupakan
biasa bagi setiap pendidik untuk mengenali
tuntutan yang harus mampu dikuasai oleh
dan mengembangkan berbagai potensi yang
setiap orang di berbagai belahan dunia untuk
dimiliki peserta didik yang memiliki keunikan
untuk dapat bersaing pada era global sekarang
masing-masing. Sampai saat ini, telah
ini. Masing-masing keterampilan tersebut
diidentifikasi sembilan tipe kecerdasan, yaitu
memiliki nilai guna tersendiri di dunia kerja,
kecerdasan linguistik-verbal, logis-matematis,
dan kombinasi diantara beberapa maupun
kinestetik-tubuh, visual-spasial, musikal, inter-
keseluruhan keterampilan tersebut akan
personal, intrapersonal, naturalis dan eksis-
membentuk suatu profil jabatan kerja yang
tensial. Konsep kecerdasan majemuk ternyata
dibutuhkan para pengusaha. Seiring dengan
dapat pula dihubungkan dengan setiap
berbagai tuntutan tersebut, lembaga
keterampilan abad ke-21. Contohnya adalah
pendidikan sebagai tempat bagi seseorang
keterampilan kreativitas ditunjang oleh
menimba pengetahuan, keterampilan dan
kecerdasan visual-spasial dan eksistensial
membiasakan sikap terpuji harus berupaya
yang memungkinkan seseorang untuk
mencari cara untuk mampu mengadaptasi
menggambarkan secara jelas ide, solusi dan
perubahan kebutuhan masyarakat. Setiap
produk yang akan dikembangkan. Kaitan
keterampilan tersebut diupayakan dapat
keterampilan dan kecerdasan majemuk
ditransformasikan kepada setiap peserta didik
selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4
melalui penyelenggaraan aktivitas pembel-
berikut (McKenzie, 2005:6-33).
ajaran yang praktis dan inovatif.

Tabel 4. Keterampilan Abad ke-21 dan Kecerdasan Majemuk yang Terkait


Kelompok
Keterampilan abad ke-21 Kecerdasan majemuk terkait
Keterampilan
Kreativitas & inovasi Kecerdasan visual-spasial dan eksistensial
Cara berpikir Berpikir kritis, memecahkan masalah kecerdasan intrapersonal, logis, dan
(ways of thinking) & membuat keputusan eksistensial
Belajar untuk belajar, metakognisi kecerdasan intrapersonal dan eksistensial
Cara bekerja Komunikasi kecerdasan interpersonal dan verbal
(ways of working) Kolaborasi/ kerjasama tim kecerdasan interpersonal dan verbal
Bagian Kewarganegaraan, lokal & global Kecerdasan intrapersonal dan eksistensial
kehidupan di Kehidupan & karir Seluruh kecerdasan
dunia (living in
Tanggung jawab pribadi & sosial Kecerdasan intrapersonal dan eksistensial
the world)
Sarana untuk Literasi informasi kecerdasan intrapersonal dan naturalis
bekerja (tools for
Literasi ICT kecerdasan kinestetik
working)
96

Setelah diketahui keterkaitan antara integrasian keterampilan abad ke-21 tersebut


keterampilan abad 21 dan kecerdasan pada kurikulum pendidikan nasional
majemuk, maka akan lebih mudah untuk merupakan suatu keharusan untuk menjamin
mengajarkan keterampilan tersebut pada kesiapan sumber daya manusia (human capital)
proses pembelajaran yang berbasis kecerdasan Indonesia sebagai penggerak pembangunan
majemuk. Untuk itu, tim pengembang bangsa dimasa depan.
kurikulum dapat mengintegrasikan dan Proses pembelajaran yang diterapkan
memadukannya kedalam pedoman rencana harus dapat membangun komunitas belajar
pembelajaran setiap mata pelajaran. Selain itu, kolaboratif dan menggunakan pengalaman
keterampilan abad ke-21 tersebut dapat belajar dan pembelajaran berbasis masalah
menjadi kompetensi inti pada setiap mata untuk mengembangkan keterampilan kritis
pelajaran yang relevan. Delapan keterampilan maupun karakter mendasar (critical skills &
diluar keterampilan literasi informasi dan ICT fundamental dispositions) seperti digambarkan
apabila dipadukan merupakan skill yang pada siklus belajar kolaboratif berikut.
dibutuhkan untuk mengembangkan karakter (Fleetham, 2006:114).
kewirausahaan. Oleh karena itu, peng-

Gambar 9. Siklus untuk Membangun Lingkungan Belajar Kolaboratif

Untuk dapat mengajar dengan berbasis lingkungan kelas yang sesuai untuk seluruh
kecerdasan majemuk (MI), guru harus tipe kecerdasan, serta memahami sistem
memahami konsep kecerdasan majemuk, belajar mengajar berbasis kecerdasan
mengerti bahasa MI yang harus digunakan, majemuk.
membuat profil MI tiap siswa, menciptakan

Tabel 5. Jalur Memahami Cara Belajar-Mengajar Berbasis MI (Fleetham)


97

Tabel 6. Sumber Belajar Tiap Tipe Kecerdasan (Fleetham, 2006:82)

Gambar 10. Seting Ruang Kelas Berbasis MI (Fleetham, 2006:86)

2.5 Pengintegrasian TIK dan Kewirausaha- sebagai bentuk pengintegrasian keterampilan


an dalam Kurikulum abad ke-21 tersebut pada kurikulum
pendidikan nasional, maka tim pengembang
Mengingat begitu pentingnya
kurikulum nasional perlu membuat panduan
mengintegrasikan TIK dan kewirausahaan
98

bagi pelaksana di sekolah mengenai tahapan menggunakan metode pembelajaran berbasis


dan model pengintegrasian yang perlu proyek, dan baru diterapkan di SMK bidang
dilakukan. Tahapan pengembangan dan keahlian manajemen dan bisnis, serta belum
pengintegrasian tersebut adalah membentuk melibatkan siswa melakukan penilaian diri
tim pengembang kurikulum sekolah (terdiri (self assessmen).
dari berbagai unsur: pendidik, narasumber,
2.5.2 Terintegrasi dalam Subyek Mata
orangtua, pelaku usaha, siswa), mengadakan Pelajaran
pertemuan untuk konsensus bentuk
pengintegrasian yang paling sesuai untuk Dite Wagiyono menerapkan praktek
kondisi sekolah, sosialisasi-pengembangan staf koperasi dengan memanfaatkan koperasi
pendidik-implementasi-evaluasi. sekolah dalam pembelajaran ekonomi untuk
Sementara itu model pengintegrasian TIK meningkatkan sikap kewirausahaan siswa di
dan kewirausahaan dalam pembelajaran juga SMA N 3 Purwokerto. Selama praktek, siswa
beragam. Upaya mengintegrasikan TIK dalam memperoleh materi marketing research,
kurikulum pendidikan dapat melalui integrasi pelayanan kepada pembeli dan pembukuan
pada subyek mata pelajaran sebagai koperasi dengan pengalaman belajar secara
kompetensi yang diajarkan. Sebagai contohnya langsung dalam mengelola usaha koperasi
adalah integrasi pada pelajaran IPS, dimana sekolah, disertai dengan metode diskusi dan
pada materi sejarah disajikan sejarah penugasan kelompok dalam mengembangkan
perkembangan teknologi yang mengadopsi usaha koperasi sekolah.
konsep era gelombang ketiga menurut Toffler 2.5.3 Integrasi dalam Muatan Lokal
yang mempengaruhi perubahan struktur
masyarakat sampai membentuk masyarakat Rodia Syamwil mengembangkan model
jaringan. Sementara itu pada materi ekonomi, muatan pravokasional dan pembelajaran
peran teknologi informasi dan komunikasi dalam kurikulum SMP/ MTs di sentra industri
telah menghasilkan sistem perdagangan batik yang berupa kurikulum muatan lokal
virtual (e-commerce, bisnis online, dan berbasis keterampilan batik. Kompetensi dasar
sebagainya). Selain itu, peran ICT yang telah yang terkandung didalamnya, meliputi (a)
diketahui secara luas oleh pendidik adalah pengetahuan lokal dengan core skills
sebagai media pembelajaran yang lebih keterampilan membatik, (b) keterampilan
inovatif dan interaktif. pendukung: membuat motif, menggunakan
Upaya mengintegrasikan kewirausahaan alat, kerajinan berbahan batik dan
dalam kurikulum pendidikan dapat melalui menyelenggarakan pameran, (c) kepribadian
integrasi pada subyek mata pelajaran, integrasi pra-vokasional: disiplin, kerja keras,
pada muatan lokal, dikembangkan menjadi kerjasama, kepemimpinan, komunikasi,
salah satu bentuk pelatihan ekstrakurikuler kewirausahaan, kesadaran lingkungan dan
atau inkubator. keselamatan kerja, serta (d) kreativitas: desain,
pemecahan masalah, penyelenggaraan
2.5.1 Sebagai mata pelajaran tersendiri pameran. Muatan pra-vokasional ini
Endang Mulyani mengembangkan model diintegrasikan sebagai mata pelajaran muatan
penilaian komprehensif berbasis proyek lokal yang dilaksanakan secara blok dengan
pendidikan kewirausahaan terintegrasi di bobot total 40 jam yang terbagi dalam 10
sekolah menengah kejuruan (SMK). Penerapan pertemuan.
model penilaian ini mampu mengukur 2.5.4 Sebagai salah satu kegiatan
prestasi belajar siswa secara utuh, baik ekstrakurikuler
kemampuan akademik (kognitif, afektif dan
psikomotorik) dan kemampuan Hasanah mengembangkan model
kewirausahaan (sikap, minat dan perilaku pembelajaran kewirausahaan untuk
wirausaha). Pendidik dituntut untuk memiliki pembentukan jiwa entrepreneur siswa di
kreativitas dalam merancang tugas proyek sekolah menengah kejuruan (SMK).
pendidikan kewirausahaan, selalu konsentrasi Pengembangan model pembelajaran
melakukan penilaian berkelanjutan, ekstrakurikuler kewirausahaan yang disingkat
memberikan pembelajaran secara tim, serta menjadi model PKw-Ekskul yang dilakukan
memiliki pengalaman bisnis empiris. Model hanya sampai pada pengujian model, dengan
penilaian yang dikembangkan hanya berlaku perangkat dan sintaks yang masih terbatas,
pada pembelajaran kewirausahaan yang yakni hanya empat kompetensi dasar:
99

mengembangkan semangat wirausaha, melakukan analisis secara eksak karena


mencari solusi untuk membuat keputusan, mungkin hasilnya akan memperlihatkan
menganalisis peluang usaha dan menyusun kelemahannya. Pada tahap perencanaan:
rencana usaha. Aspek yang dinilai dalam rancangan sifatnya tidak mungkin
model PKw-Ekskul ini adalah wawasan dicapai karena kondisi khusus,
kewirausahaan (kompetensi kognitif dan rancangan begitu luas dan menunjukkan
afektif) serta kreativitas dan inovasi sesuatu pengharapan yang tinggi
(kompetensi afektif dan psikomotor) dengan sehingga tidak mampu terjangkau oleh
menggunakan pedoman observasi setiap orang. Pada fase implementasi:
pembelajaran, penilaian unjuk kerja dan terjadi pergantian pemegang otoritas
penilaian presentasi kelas. selama implementasi, proses perubahan
menjadi sulit untuk dipahami semua
2.5.5 Melalui pendampingan kelompok dalam
suatu inkubator kewirausahaan orang, batas waktu untuk
mempersiapkan perubahan terlampau
Suranto mengembangkan model pendek, pelatihan staf pendidik yang
inkubator kewirausahaan peningkatan mental dilakukan tidak diberikan sesuai
kemandirian wirausaha mahasiswa yang harapan. Pada tahap evaluasi: tidak
terdiri dari empat komponen: doing, adanya basis data yang akurat untuk
empowering, facilitating, evaluating. mengukur progress yang telah
Pengembangan model dilakukan pada ditetapkan, sumber evaluasi tidak
mahasiswa fakultas Sains dan Teknologi dipercaya, atau tidak ada yang
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga bertanggungjawab penuh untuk
Yogyakarta, untuk program studi pendidikan melaksanakan proses penilaian (Wiles,
matematika, matematika, pendidikan kimia, 2009:113-114).
kimia, pendidikan biologi, biologi dan teknik b. Tantangan utama untuk
informatika komputer. Jenis usaha yang mengimplementasikan kurikulum
dilaksanakan adalah kegiatan menulis buku terintegrasi dengan TIK dan
ilmiah populer dan memasarkan naskah Kewirausahaan tersebut adalah kesiapan
dengan harapan bahwa bahwa mahasiswa guru sebagai ujung tombak pelaksana
menjadi berdaya dan profesional setelah langsung melalui pembelajaran di kelas.
mengikuti program tersebut. Indikator Para guru perlu mengikuti program
berdaya meliputi kemampuan teknis menulis/ pelatihan dan pengembangan staf agar
jurnalistik, kesadaran berwirausaha, memiliki mampu menghubungkan kurikulum
motivasi berusaha untuk selalu maju, dan pembelajaran di sekolah. Bentuk
mengetahui kelebihan dan kekurangan pelatihan terbaik adalah model teacher-
pribadi, memiliki kemampuan melakukan to-teacher, dimana sesama guru saling
akses secara mandiri pada pihak lain/ berbagi pengetahuan dan keterampilan
networking dan urus permodalan. Indikator mengajar baru. Model pelatihan yang
profesional yang diharapkan adalah rasa juga efektif adalah kelompok kecil guru
percaya diri, mandiri, ulet dan tekun, pantang sebagai tim (model lesson study),
menyerah, serta kreatif dan inovatif dalam pelatihan dengan tujuan spesisfik untuk
menulis. menguasai keterampilan tertentu dan
pelatihan pengembangan profil pribadi
2.6 Tantangan dalam Mengimplementasi- secara utuh. Sekolah (terutama guru)
kan Kurikulum Yang Terintegrasi yang tidak mampu menghubungkan
Dengan TIK dan Kewirausahaan kurikulum yang telah dikembangkan
kedalam pembelajaran di kelas serta
a. Terdapat berbagai alasan apabila tidak melakukan program
implementasi kurikulum tidak dapat pengembangan staf pendidik tentu tidak
berjalan sukses. Hal ini dapat dilihat akan berhasil membelajarkan siswa
dari setiap tahap pengembangan (Wiles, 2009:87-97).
kurikulum, yaitu tahap analisis, c. Guru yang diharapkan adalah guru
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. yang memiliki CORE atau sikap selalu
Pada tahap analisis, kegagalan siap belajar dan secara kreatif mengelola
penerapan kurikulum dapat diakibatkan segala perubahan. CORE yang
oleh ketakutan pimpinan untuk dimaksud adalah keingintahuan
100

terhadap gagasan/ ide baru (curiousity), evaluasi efektivitasnya (energy). Upaya


keterbukaan dan sikap positif terhadap peningkatan kreativitas pembel-ajaran
ide baru tersebut (open minded), secara guru perlu memadukan makna
eklektif inkorporatif berani mengambil mengajar dan belajar yang dikemas dan
resiko untuk mengadopsi ide tersebut dikelola secara kreatif dengan didasari
(risk-taker), serta memiliki gairah dan oleh CORE dan pemahaman terhadap
hasrat untuk mengerjakan dan meng- potensi diri (Agung, 2010).

Gambar 11. Skema Peningkatan Kreativitas Pembelajaran Guru


2.6.1 Sumber daya dan biaya Kebijakan implementasi kurikulum 2013
yang telah mulai diberlakukan pada tahun
Upaya peningkatan kualitas penerapan
ajaran 2013/2014 untuk beberapa sekolah
kurikulum tidak terlepas dari berbagai
terkesan dipaksakan. Meskipun kajian
kendala sumber daya pendidikan (SDM: guru
perubahan kurikulum telah dimulai sejak
dan pengelola, prasarana dan sarana
tahun 2010, tetapi sosialisasi kepada para guru
pendidikan/ media belajar serta sumber
sebagai pelaksana langsung di sekolah baru
modal/ biaya penyelenggaraan pendidikan).
dilaksanakan mulai awal tahun 2013. Hal ini
Kurangnya upaya pengembangan diri
menyebabkan guru menjadi kelabakan apabila
(motivasi belajar) menyebabkan rendahnya
dituntut untuk tetap
kualitas SDM yang berpengaruh pada proses
mengimplementasikannya.
penyelenggaraan pendidikan, sementara
Lemahnya proses monitoring dan
pemenuhan prasarana dan sarana penunjang
evaluasi program pendidikan, termasuk
pembelajaran lebih banyak dipengaruhi oleh
penyelenggaraan kurikulum, juga perlu terus
keterbatasan dana untuk pembiayaan
dibenahi sehingga perbaikan dan peningkatan
pendidikan.
kualitas pendidikan sesuai dengan tujuan
2.6.2 Kebijakan pemerintah yang diharapkan dari pelaksanaan program
Penyelenggaraan pendidikan tidak bisa yang telah direncanakan.
terlepas dari pengaruh politik. Berbagai 2.6.3 LPTK
kebijakan di bidang pendidikan saat ini lebih
LPTK sendiri tentu belum sepenuhnya
banyak berupaya mencapai hasil yang dapat
mempersiapkan mahasiswanya (calon guru)
terlihat dalam jangka pendek tanpa
dan membekali mereka tentang bentuk
mempertimbangkan kemungkinan dampak
kurikulum baru yang akan diajarkan di
jangka panjangnya.
sekolah nantinya, mengingat uji publik
kurikulum 2013 ini baru dilaksanakan pada
101

bulan November 2012. Melihat realita yang kurikulum pendidikan dapat melalui
terjadi seperti ini, maka perlu dibuat strategi integrasi pada subyek mata pelajaran,
dan langkah taktis oleh LPTK dalam rangka integrasi pada muatan lokal,
menyiapkan tenaga guru menyongsong dikembangkan menjadi salah satu
implementasi kurikulum tersebut. LPTK bentuk pelatihan ekstrakurikuler atau
sebagai institusi pencetak tenaga guru harus inkubator.
memiliki visi, misi serta paradigma baru untuk g. Tantangan utama untuk
melakukan akselerasi dalam rangka mengimplementasikan kurikulum
mengantisipasi tuntutan kualitas dari dunia terintegrasi dengan TIK dan
kerja sehingga mampu menyiapkan lulusan Kewirausahaan tersebut adalah kesiapan
tenaga guru yang unggul, memiliki daya saing guru melaksanakannya. Upaya
tinggi, kredibel dan berkualitas dalam era peningkatan kualitas penerapan
global. kurikulum tidak terlepas dari berbagai
kendala sumber daya pendidikan (SDM,
3. Kesimpulan prasarana dan sarana pendidikan serta
Dari uraian dalam pembahasan diatas, sumber biaya penyelenggaraan
dapat diambil simpulan bahwa: pendidikan). Perlunya pembenahan
a. Kurikulum memang harus selalu proses monitoring dan evaluasi program
dikembangkan menyesuaikan dengan pendidikan, termasuk penyelenggaraan
perubahan teknologi maupun tuntutan kurikulum secara berkelanjutan.
dunia kerja. Namun, dalam Perlunya dibuatkan strategi dan langkah
pengembangan kurikulum harus taktis oleh LPTK dalam rangka
berdasarkan prosedur yang sesuai. menyiapkan tenaga guru menyongsong
b. Proses pembelajaran dalam implementasi kurikulum 2013.
mengimplementasikan kurikulum dapat
dilaksanakan melalui integrasi secara DAFTAR PUSTAKA
terpadu, seperti pembelajaran yang
terpadu dalam satu disiplin ilmu,
Agung, Iskandar. 2010. Meningkatkan
terpadu antarmata pelajaran, serta
Kreativitas Pembelajaran Bagi Guru.
terpadu lintas peserta didik.
Jakarta: Bestari Buana Murni.
c. Proses pendidikan formal termasuk
pengembangan kurikulum pendidikan Binkley, M.; Erstad, O.; Herman, J.; Raizen, S.;
Ripley, M.; Miller-Ricci, M.; and Rumble,
nasional tidak mungkin terlepas dari
M. 2012. Defining Twenty-First Century
pengaruh politik pendidikan.
Skills. Dalam Griffin, P., McGaw, B., and
d. Terdapat sepuluh keterampilan abad 21
Care, E. (Eds.). Assessment and Teaching of
yang diklasifikasikan menjadi empat
21st Century Skills. London: Springer.
kelompok. Seiring perkembangan
teknologi dan informasi, prinsip Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri
penilaian dan penentuan standar Pendidikan Nasional Republik
terhadap keterampilan abad ke-21 juga Indonesia Nomor 22 Tahun 2006,
mengalami peralihan dan transformasi Tentang Standar Isi untuk Satuan
menuju penilaian inovatif dan sarat Pendidikan Dasar dan Menengah.
teknologi. Finch, Curtis R. and Crunkilton, John R. 1999.
e. Konsep kecerdasan majemuk dapat Curriculum Development in Vocational
dikaitkan dengan setiap keterampilan and Technical Education: Planning,
abad ke-21. Keterampilan abad ke-21 Content and Implementation, fifth
tersebut akan lebih mudah diajarkan edition. United States of America: A
pada proses pembelajaran yang berbasis Viacom Company.
kecerdasan majemuk Fleetham, M. 2006. Multiple Intelligence in
f. Upaya mengintegrasikan TIK dalam Practice, Enhancing Self-Esteem and
kurikulum pendidikan adalah integrasi Learning in te Classroom. Great Britain:
pada subyek mata pelajaran sebagai Network Continuum Education.
kompetensi yang diajarkan maupun
Groot, W. and van den Brink, H.M. 2007.
sebagai media pembelajaran. Upaya
Overeducation in the Labour Market.
mengintegrasikan kewirausahaan dalam
Dalam Hartog, J. and van den Brink,
102

H.M. (eds.). Human Capital, Advances in Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas.


Theory and Evidence. New York: Panduan Pengembangan IPA Terpadu
Cambridge University Press. Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah
Hasanah. 2011. Pengembangan Model Tsanawiyah (SMP/MTs). Terdapat pada
Pembelajaran Kewirausahaan untuk http://images.amurakidi.multiply.multi
Pembentukan Jiwa Entrepreneur Siswa plycontent.com/attachment/0/ R@O8-
di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). goKCtgAACeCOU01/050_Model_IPA_Trp
Disertasi Doktor. Tidak diterbitkan. d.pdf?nmid=87345274. Di unduh
Universitas Negeri Yogyakarta, Tanggal 24 Maret 2011.
Yogyakarta Soedijarto. 2008. Tercapainya Tujuan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2010. Pendidikan Nasional sebagai Ukuran
Instruksi Presiden Republik Indonesia bagi Pendidikan yang Bermutu dan
Nomor 1 Tahun 2010, Tentang Percepatan Implikasinya, Jurnal Pendidikan
Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Penabur No. 11 Tahun ke-7, Desember
Nasional Tahun 2010. 2008 pp. 37-41. Diakses dari:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. http://www.bpkpenabur.or.id/files/H
2013. Paparan Menteri Pendidikan dan al.%2037-
Kebudayaan RI Tentang Pengembangan 41Tercapainya%20Pendidikan%20Nasio
Kurikulum 2013 di Bandung, 16 Maret nal.pdf tanggal 25 Maret 2013.
2013. Diakses dari: Suranto. 2012. Pengembangan Model Inkubator
http://www.upi.edu/main/file/Papara Kewirausahaan: Peningkatan Mental
n%20Mendikbud%20Sosialisasi%20Kuri Kemandirian Wirausaha Mahasiswa.
kulum%202013%20Bandung%2016%20 Disertasi Doktor. Tidak diterbitkan.
Maret%202013%20Tayang.pptx. Pada Universitas Negeri Yogyakarta,
tanggal 4 April 2013. Yogyakarta
McKenzie, W. 2005. Multiple Intelligences and Suwardie. 2007. Model Evaluasi Kinerja Usaha
Instructional Technology, second edition. Tamatan Pelatihan Kewirausahaan Balai
Washington D.C.: International Society Diklat Pertanian Daerah Istimewa
for Technology in Education. Yogyakarta (Dari Sudut Pandang
Mulyani, Endang. 2012. Pengembangan Model Psikososial). Disertasi Doktor. Tidak
Penilaian Komprehensif Berbasis Proyek diterbitkan. Universitas Negeri
Pendidikan Kewirausahaan Terintegrasi Yogyakarta, Yogyakarta.
di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Syamwil, Rodia. 2010. Pengembangan Model
Disertasi Doktor. Tidak diterbitkan. Muatan Pra Vokasional dan
Universitas Negeri Yogyakarta, Pembelajaran dalam Kurikulum SMP/
Yogyakarta. MTs di Sentra Industri Batik. Disertasi
Nasta, Tony. How to Design a Vocational Doktor. Tidak diterbitkan. Universitas
Curriculum. Kogan Page. Negeri Yogyakarta, Yogyakarta
Norton, R.E. and Moser, J.R. 2008. DACUM Wagiyono, Dite. 2008. Peningkatan Sikap
Handbook. Ohio: Center on Education Kewirausahaan Siswa dalam
and Training for Employment, College Pembelajaran Ekonomi melalui Media
of Education & Human Ecology, The Koperasi Sekolah, Tesis. Program Studi
Ohio State University. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
PPs Universitas Negeri Yogyakarta,
Pusat Data dan Informasi Ketenagakerjaan,
Tidak dipublikasikan
Badan Penelitian dan Pengembangan
Informasi Kementerian Tenaga Kerja Wiles, J. 2009. Leading Curriculum Development.
dan Transmigrasi. Diakses dari: California: Corwin Press.
pusdatinaker.balitfo.depnakertrans.go.i
d.
103

TANTANGAN GURU AGAMA PADA ABAD 21


Dr. Khairan Muhammad Arif, M.Ed

aspek creature, time, finite quality. Artinya


1. Pendahuluan
menolak segala sesuatu yang berciri ilahi dan
Abad 21 adalah abad kemajuan teknologi hukum moralita yang teosentris. Prinsip
yang mencapai puncak keemasannya, abad uniformitas ini mengakibatkan manusia
yang juga disebut dengan abad millenium ini mngesampingkan segala yang unik dan
Memiliki karakteristik yang berbeda dengan normatif.
abad sebelumnya, abad 21 yang bercirikan era Kecenderungan lain abad 21 adalah
globalisasi ini memunculkan tatantangan- berfikir eksistensialisme yaitu usaha untuk
tantangan multidimensional dalam seluruh membangun sistem filsafat yang berangkat
aspek kehidupan manusia, baik kehidupan dari titik tolak manusia sebagai pembuat dan
politik, ekonomi, social, agama, budaya penentu atas pemikiran dan segala sesuatu
maupun pendidikan. yang beredar dalam lingkaran kehidupan ini.
Dalam pendidikan, abad 21 Pemeluk eksistensialisme percaya bahwa
melahirkan tantangan yang sangat besar dan manusia memiliki kapasitas eksistensi yang
rumit, system pendidikan di abad 21 potensial dalam kehidupannya.Demikian pula
mengalami perkembangan yang luar biasa, bahwa abad 21 dapat dilihat dari munculnya
bahkan melahirkan teori-teori pendidikan fakta tentang pluralitas kehidupan manusia
modern yang memaksa setiap Negara yang menuntut manusia saling menghargai
membenahi system pendidikan mereka perbedaan dan keragaman.
diantara ranah pendidikan yang mendesak Abad 21 ini juga disebut abad global atau
untuk selalu dikembangkansesuai dengan era global yang berarti era terbukanya
tantangan abad 21 itu adalah kurikulum, hubungan dengan cepat dan tanpa batas
teknologi pemebelajaran dan kompetensi guru antara Negara-negara di dunia dalam berbagai
yang harus sesuai dengan perkembangan dimensi kehidupan manusia seperti politik,
global, teknologi modern dan kebutuhan ekonomi, budaya, social, seni dan pendidikan
masyarakat modern. Makalah ini akan dan sebagainya yang diikuti dengan kerjasama
membahas dan memaparkan tantangan Guru dan keterikatan antar bangsa di dunia.
1
Agama di abad 21 ini.
3. Tantangan-Tantangan Pendidikan di
2. Abad 21 dan tantangannya Abad 21
Abad adalah lama waktu/masa dalam Sebelum menjelaskan tantangan-
kurun waktu seratus tahun, mulai hari tantangan abad 21 bagi guru, terlebih dahulu
pertama tahun 1 sampai hari terakhir tahun kita harus mengetahui tantangan-tantangan
100, sedangkan millennium adalah masa dari yang dihadapi dunia pendidikan di abad ini,
hari pertama tahun 1 hingga hari terakhir menurut UNESCO tantangan-tangan
tahun 1000, dan millennium kedua adalah hari pendidikan yang akan dihadapi di abad
pertama tahun 1001 hingga hari terakhir tahun millennium ini diantaranya adalah:
2000, selan jutnya tahun 2001 hingga tahun a. Munculnya gerakan kuat dalam rangka
3000 nanti adalah millennium ketiga. globalisasi ekonomi yang ditandai
Abad 21 disebut juga dengan abad menjamurnya perusahaan-perusahaan
Millenium adalah masa tertentu dari kecil maupun menengah dan tumbuh-
kehidupan manusia dimana telah terjadi nya perekonomian dunia yang tidak
perubahan dunia yang sangat membawa dapat diprediksi
dampak terhadap kehidupan manusia b. Perubahan mendasar terhadap
terutama dalam dunia teknologi, sehingga penguasa-penguasa ekonomi dunia
dimasa sekarang ini akan terjadi pula
kecenderungan berpikir manusia ke arah; 1
. Lihat: Khairan Muhammad Arif, Al-Jamiaat Al-
"Immanensi" yaitu kecenderungan manusia Islamiyah fii Indonesia, Tashawur Muqtarah
untuk menyimpulkan segala sesuatu dengan litatwiir, Disertasi Doktor, Ilmu Pendidikan,
bertitik tolak semata-mata dari alam dan akal Universitas Liga Arab (Kairo: Univ. Liga Arab, 2008)
serta logika manusia. Penekanan hanya pada hal 200
104

akibat dari perpindahan perusahaan- 4. Guru Agama dan Tantangan Pendidikan


perusahaan raksasa dunia. di Era Global
c. Pertumbuhan penduduk yang sangat
Guru dengan semua kompetensinya
cepat di Negara-negara berkembang
adalah ruh sebuah pendidikan, tidak ada
yang diikuti besarnya kebutuhan
pendidikan yang efektif tanpa guru, karena
manusia, sebaliknya bertambahnya usia-
guru adalah sumber belajar utama, penggerak
usia manusia di Negara-negara maju,
utama proses pembelajaran dan
yang membawa dampak pada
mengontrolnya, para profesionalisme, para
kebutuhan dan permintaan pasar
sarjana dan para ahli diberbagai bidang
terhadap SDM yang memiliki strata
keilmuan adalah hasil kerja dan jasa para
pendidikan tertentu, hal ini berdampak
guru, guru melahirkan SDM bahkan guru
pada sulitnya kesempatan kerja karena
mencetak para pemimpin bangsa setiap masa,
lapangan kerja yang ada membutuhkan
karenanya posisi guru dalam pendidikan tidak
keterampilan dan pendidikan yang
dapat digantikan oleh apapun sampai saat ini.
tinggi
Para ahli pendidikan mendefinisikan
d. Perkembangan yang luar biasa terhadap
bahwa guru adalah Unsur yang aktif dalam
ilmu pengetahuan ilmiah dan terapan
mempengruhi unsur-unsur lain dalam
seperti; teknologi canggih dalam bidang
pendidikan yang memiliki fungsi sebagai
informasi dan komunikasi yang memilki
pemimpin, pembimbing dan pengarah dalam
kemampuan tinggi dalam rangka 3
proses pendidikan . Dalam Islam Guru
membangun link-link kerja, namun
adalah pemimpin, Pendidik, orang tua dan
perkembangan teknologi ini diiringi
teladan dalam kehidupan anak atau manusia,
kesenjangan yang sangat besar antara
sebagaimana firman Allah swt: Sungguh pada
Negara-negara maju dengan Negara-
diri Rasulullah saw itu terdapat teladan yang baik
negara berkembang, sehingga tidak
bagimu (Surah, Al-Ahzab, ayat: 21).
semua Negara dapat memanfaatkan
Fungsi guru dalam pendidikan Islam
ilmu pengetahuan
adalah sebagai Pembina karakter dan
e. Munculnya fenomena marketing ilmu
tingkahlaku anak, pemberi petunjuk, penyeru
dan wawasan dari Negara maju
kebaikan dan pelaku dakwah di jalan Allah
terhadap Negara-negara berkembang.2
swt, sebagaimana guru adalah pendidik
sekaligus pelatih dan motivator bagi siswanya
4
berdasrkan nilai-nilai Islam dan keilmuan .
Dari tantangan-tantangan yang akan
Adapun karakteristik atau sifat guru
dihadapi dunia pendidikan di abad 21 yang
dalam Islam adalah:
disampaikan oleh UNESCO di atas, dapat
a. Memiliki sifat Jujur dalam mengajar,
disimpulkkan bahwa, abad 21 atau era
yaitu jujur dalam hati yang melahirkan
globalisasi adalah era kemajuan teknologi
integritas yang meyakini bahwa
yang luar biasa dan multidimensi, setiap
kebenaran adalah kebenaran serta
Negara dan bangsa harus mampu menghadapi
komitmen dengannya, jujur dalam
tantangan-tantangan global ini, dunia
perkataan berarti menjauhi seluruh
pendidikan menjadi ranah kehidupan manusia
kedustaan dan kepalsuan dalam
yang sangat vital dalam menghadapi
berbicara, jujur dalam sikap perbuatan
tantangan global, karena perkembangan
berarti ikhlas melaksanakan tugasnya
teknologi informasi dan komunikasi,
dan sabar atas semua resiko dan kendala
kebutuhan pasar, persaingan global yang
dalam semua proses pembelajaran.
mengandalkan ilmu pengetahuan,
b. Memilki sifat penyampai atau
keterampilan dan wawasan serta moralitas/
komunikasi efektif, dengan sifat ini guru
karakter, tidak ada yang lain jawabannya
mampu mentransfer pengetahuan
adalah pendidikan bermutu yang dapat
memproduksi SDM-SDM yang mumpuni,
berkualitas dan modern sesuai kemajuan 3
. Muhammad At-taumi As-Syaibani, Min Usus at-
zamannya. tarbiyah Al-Islamiyah, (Tripoli: Al-Mansya Al-
Aamah linasyri watuzi wal-Ilan, 1982) hal 57
2 4
. UNESCO, World Confrence on Higher Education, . Ahmad Arafat Al-Qadhi, Al-Fikru At-tarbawi indal
Higher Education in The Twenty Firs Century, (PDF) mutakallimin Al-Muslimin, (Kairo: Al-Haiah Al-
Paris: 5-9 october 1998, www.unesco.org. Amah lilkitab, 1996), hal 437
105

kepada orang yang diajarnya, sifat ini dengan orang tua murid sebaikbaiknya
juga memberikan skill pada guru bagi kepentingan anak didik
menjelaskan pelajaran dengan fasih, e. Guru memelihara hubungan dengan
efektif dan efesien, perkataannya masyarakat di sekitar sekolahnya
memberikan efek pengaruh yang maupun masyarakat yang luas untuk
mendalam pada siswanya kepentingan pendidikan.
c. Memilki kecerdasan yang dimaksud f. Guru secara sendirisendiri dan atau
kecerdasan adalah kemampuan berfikir bersamasama berusaha
logis, pandai, berilmu dan memiliki mengembangkan dan meningkatkan
hikmah dan kebijaksanaan yang dapat mutu Profesinya.
diberikan kepada siswanya, kemampuan g. Guru menciptakan dan memelihara
inilah yang dimilki oleh para Nabi hubungan antara sesama guru baik
dalam berdakwah menyampaikan berdasarkan lingkungan maupun
risalah mereka kepada umatnya5. didalam hubungan keseluruhan.
h. Guru bersamasama memelihara
Dari tiga karakteristik di atas, sebenarnya membina dan meningkatkan mutu
telah cukup menjadi modal utama integritas Organisasi Guru Profesional sebagai
seorang guru, khususnya guru agama dalam sarana pengabdiannya.
melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan
i. Guru melaksanakan segala ketentuan
pengajar sekaligus, karenanya karakteristik ini
yang merupakan kebijaksanaan
harus dimiliki oleh setia guru agama ataupun
Pemerintah dalam bidang Pendidikan.7
guru non agama dalam mengajar, karena
banyak kegagalan yang terjadi dalam proses Dengan kompetensi dan kode etik guru
pembelajaran dan pendidikan secara umum, diatas, seorang guru di era Globalisasi ini
ketiak para guru tidak memilki karakter dan diharapkan mampu menjadi faktor utama
kompetensi di atas. peningkatan mutu dan kualitas pendidikan di
Dalam system pendidikan indonesia guru Indonesia, menjadi leader dan teladan serta
harus memilki kompetensi sebagai guru, pengarah dan pembimbing yang kompeten
kompetensi itu tertera dalam peraturan Menteri bagi siswa-siswanya, agar mereka menjadi
Pendidikan Nasional nomor 16 tahun 2007: pemimpin-pemimpin bangsa masa depan,
Seorang guru harus memiliki 4 Kompetensi Dasar membawa Negara ini kepada kemampuan
yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, menghadapi segala tantangan dan
dan profesional. Keempat kompetensi tersebut problematika bangsanya, sesuatu
terintegrasi dalam kinerja guru6. perkembangan zamannya.
Kompetensi di atas kemudian diharapkan
dapat meeujudkan kode etik guru 5. Tantangan Guru Agama di Indonesia
sebagaimana berikut:
Tantangan guru profesional untuk
a. Guru berbakti membimbing anak didik
menghadapi masyarakat abad 21 tersebut
seutuhnya untuk membentuk manusia
dapat dibedakan menjadi tantangna yang
pembangun yang berjiwa Pancasila
bersifat internal dan kesternal. Tantangan
b. Guru memiliki kejujuran Profesional
intenal adalah tantangan yang dihadapi oleh
dalam menerapkan Kurikulum sesuai
masyarakat dan bangsa Indonesia, di
dengan kebutuhan anak didik masing
antaranya penguatan nilai nilai budaya dan
masing .
karakter bangsa dan pengembangan nilai-nilai
c. Guru mengadakan komunikasi terutama
demokrasi, Pengetahuan tentang kejiwaan/
dalam memperoleh informasi tentang
psikologi manusia modern, Teknologi
anak didik, tetapi menghindarkan diri
Pemebelajaran yang menuntut inovasi media
dari segala bentuk penyalahgunaan .
dan sumber-sumber belajar, serta fenomena
d. Guru menciptakan suasana kehidupan
rendah nya mutu pendidikan. Sementara
sekolah dan memelihara hubungan
tantangan eksternal adalah tantangan guru
profesional dalam menghadapi abad 21 dan
5
. Ali Abdul Halim Mahmud, At-tarbiyah Islamiyah
fil Madrasah, (Kairo: Daar at-tauzi wannasyr, 1996)
7
hal 368-369 . Abdul Rahmat, Profesi Keguruan, Studi
6
. Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Eksplorasi dan Pengukuhan Identitas Ilmu,
Nasional nomor 16 tahun 2007 (SukabumiL: Patlot Indonesia Pres, 2007) ,hal 57
106

9
sebagai bagian dari masyarakat dunia di era Psikologi dalam pendidikan . Ilmu ini telah
global. menjadi syarat mutlak bagi guru untuk
5.1 Tantangan Internal menjalankan tugasnya sebagai guru,
perkembangan psikologi siswa modern
Tantangan Internal adalah tantangan menuntut adanya inovasi ilmu psikologi dan
yang dihadapi oleh Guru dari dalam, baik dari pengembangan-pengembangan teori-teori
dalam dirinya sendiri maupun dari internal psikologi belajar modern, sesuai dengan
pendidikan nasional Indonesia, diantaranya perkembangan jaman dan kemajuan teknologi.
adalah: Psikologi Pendidikan modern mengajarkan
5.1.1 Budaya dan Karakter. para guru bahwa anak bukanlah makhluk
statis yang hanya bergantung pada stimul dari
Tidak dapat dipungkiri bahwa budaya guru sebagaimana dalam teori psikologi
dan karakter adalah hal yang substantive yang 10
behaviorisme , akan tetapi manusia adalah
sangat mempengaruhi kualitas dan mutu
makhluk pembelajar aktif yang harus dilihat
seorang guru, guru modern adalah guru yang
sebagai makhluk yang utuh, akal, ruh, jasad,
memilki kemampuan memahami budaya dan
social dan sebagainya, karenanya
memiliki kekuatan karakter, budaya yang
pembelajaran yang baik adalah melibatkan
positif dan maju seperti rasa hormat, disiplin,
semua dimensi tersebut dalam proses
jujur, gotong royong, malu, dan sebagainya
pembelajarannya.
adalah modal utama seorang guru
menghadapi budaya-budaya negative, 5.1.3 Penguasaan Teknologi Pembelajaran,
sehingga guru mampu menanamkan nilai-nilai Media dan Sumber belajar modern
budaya local ini kepada siswanya. Demikian Diantara penegtahuan dan sekaligus
pula karakter atau atau akhlak sangat keahlian yang harus dimiliki oleh guru,
mempengaruhi proses pendidikan dan khususnya guru agama dalam pendidikan dan
pengajarn, guru yang berkarakter adalah guru pembelajaran modern adalah pengetahuan
yang memilki pribadi yang relative stabil dan penguasaan Teknologi pendidikan atau
yang menjadi landasan bagi penampilan pembelajaran, Para Ahli mendifinisikan
perilku dalam standar nilai dan norma yang Teknologi pembelajaran ini dengan Teori
8
tinggi . dan Praktek dalam desain, pengembangan,
5.1.2 Pengetahuan tentang Psikologi Manusia pemanfaatan, pengelolaan, serta penilaian
11
Modern proses dan sumber untuk belajar .
Fungsi dan manfaat Teknologi
Objek utama pendidikan adalah manusia
Pembelajaran ini dalam pendidikan abad 21
dengan semua dimensi kemanusiaannya, ruh
sangat vital sebagaimana yang disampaikan
akal dan jasad, proses pendidikan adalah
oleh Yusufhadi Miarso adalah Terwujudnya
proses merubah manusia dan meningkatkan
beberapa pola pendidikan dan pembelajaran
potensi-potensi tersebut. Oleh karena itu, guru
dengan dikmbangkannya dan dimanfaat-
sebagai penggerak utama proses pendidikan
kannya aneka sumber, proses dan system
harus mengetahu dengan baik psikologi dan
belajar sesuai dengan kondisi dan kebutuhan,
karakteristik manusia yang dididiknya.
menuju terbentuknya masyarakat belajar dan
Dalam rangka memaksimalkan hasil
pendidikan yang baik serta pembelajaran yang
efektif dan efesien ilmu psikologi pendidikan
adalah ilmu dan pengetahuan yang paling 9
baik untuk mengetahui karakter setiap anak . Purwa AtmajaPprawira, Psikologi Pendidikan
dan bagaimana mendidik dan mengajranya, dalam Perspektif Baru, (Jakarta: Ar ruz Media,
ilmu psikologi Pendidikan menjadi ilmu yang 2012)hal 29
10
sangat penting dalam dunia pendidikan saat . lebih jelasnya tentang psikologi Behaviorisme
ini. dapat dilihat dalam: Calvin S. Hall and Gardner
Ilmu Psikologi Pendidikan adalah ilmu Lindzey, alih bahasa: A. Supratikna, Teori-teori Sifat
yang mempelajari penerapan prinsisp-prinsip dan Behavioristik, (Yogyakarta: Kanisius, 1993), hal
199
11
. Definisi TP tahun 1994, Lihat: Yusufhadi Miarso,
8
. Prayitno dan Belferik Manulang, Pendidikan Menyemai Benih teknologi Pendidikan, (Jakarta:
Karakter dalam Pembangunan Bangsa, (Jakarta: Kencana dan Pustekom Diknas, cet. IV 2009) hal
Grasindo, 2011) hal 47 140
107

12
berpengetahuan . Diantara kawasan dapat menyesuaikan diri dan memenuhi
Teknologi Pembelajaran/pendidikan yang tuntutan pasar ekonomi dunia,
sangat membantu guru dalam proses kebutuhan pasar dan perusahaan-
pemebelajaran yang inovatif adan efektif perusahaan multi nasional yang
adalah kemampuan mengembangkan media membutuhkan SDM terdidik dari
dan sumber belajar, Dengan media penyajian lembaga-lembaga pendidikan
pembelajaran menjadi jelas, mengatasi d. Masyarakat belajar. Masyarakat belajar
keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, adalah sebuah masyarakat yang tidak
serta dapat mengatasi sikap pasif siswa dan lagi mengandalkan produk sumberdaya
13
memberikan kegairahan belajar.. . alam, masyarakat ilmu hanya mengenal
produksi pengetahuan, ide dan
5.2 Tantangan Eksternal
keilmuan, masyarakat ini sangat
Diantara tantangan eksternal yang mengandalkan produk penelitian ilmiah
dihadapi oleh para guru dalam pendidikan di dan penemuan-penemuan sain dalam
era global ini adalah: segala bidang. Karenanya guru dituntuk
a. Revolusi ilmiah dalam bidang Teknologi untuk mampu menjadi sumber ilmu
dan Informasi, perkembangan teknologi pengetahuan, ide, gagasan dan
informasi dan komunikasi ini telah penelitian.
menjadi kebutuhan dan tuntutan yang
harus dikuasai oleh setiap guru, zaman 6. Penutup
informasi dan komunikasi mendorong Dari pembahasan di atas dapat
setiap guru untuk proaktif disimpulkan bahwa, tantangan guru agama
mengembangkan diri dan memahami pada Abad 21 adalah tantangan yang berat,
lingkungan dan tantangan zamannya. kompleks dan cepat, seorang guru harus
b. Demokrasi dan kebebasan, diantara memiliki kemampuan beradaptasi dengan
tantangan internal yang sangat penting lingkungan yang berubah dengan cepat ini
yang dihadapi para guru adalah khususnya dalam hal teknologi pendidikan,
demokratisasi dalam semua aspek penguasaan informasi dan komunikasi,
kehidupan termasuk demokrasi penguasaan teori-teori modern tentang
pendidikan, seorang guru ditunutu psikologi pendidikan, pemanfaatan media
untuk menjadi lebih demkratis dalam informasi dan komunikasi, pengembangan
mengajar tidak membedakan siswanya media dan sumber belajar modern untuk
dan menghormati serta mengahargai menghadapi tantangan eksternal yang berupa,
perbedaan serta kebabasan orang lain, revolusi informasi dan komunikasi,
guru agama harus mempu membedakan demokrasi, ekonomi global dan masyarakat
anatara kebebasan yang ilmu yang mengandalakan produk ilmu, ide,
bertanggungjawab dan kebebasan yang gahgasan dan teori-teori daripada produk fisik
tidak bertanggungjawab, nilai-nilai dan sumberdaya alam.
demokreasi yang terkadang
bertentangan nilai budaya dan agama
harus dapat disesuaikan dengan kondisi
local dengan cerdas oleh seorang
guru14.
c. Perkembangan Ekonomo Global,
Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari
perkembangan ekonomi, karenanya
pendidikan dan kurikulumnya harus

12
. Yusufhadi Miarso, Menyemai Benih teknologi
Pendidikan, hal 175
13
. Arif, F. Sadiman, Media Pendidikan, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2008), hal 17-18
14
. Khairan Muhammad Arif, Al-Jamiaat Al-
Islamiyah fii Indonesia, Tashawur Muqtarah
litatwiir, Disertasi Doktor, Ilmu Pendidikan,
Universitas Liga Arab, 230
108

PEMBELAJARAN BERBASIS SOFTSKILLS,


SUDAHKAH DILAKUKAN GURU?
M. Agphin Ramadhan & Tuti Iriani
Universitas Negeri Jakarta

Abstrak
Harus diakui bahwa tantangan pendidikan pada abad ke-21 adalah membangun masyarakat yang
berpengetahuan, terampil dan berkarakter. Artinya bahwa sesorang tidak cukup hanya memiliki
kemampuan pada hard-skills saja tetapi juga soft-skills. Suatu penelitian menyebutkan bahwa
kesuksesan seseorang 80 persen ditentukan oleh soft-skills sedangkan kemampuan intelektual hanya
20 persen. Suatu realita bahwa pendidikan di Indonesia masih memberikan persentase yang besar
untuk muatan hard-skills, sementara pendidikan soft-skills menjadi kebutuhan yang sangat penting.
Sampai saat ini pembelajaran di kelas hanya berorientasi bagaimana meluluskan siswa dengan
kemampuan hard-skills yang tinggi namun minim dengan kemampuan soft-skills. Akibatnya banyak
siswa yang telah lulus dari sekolah dengan nilai kemampuan hard-skills yang tinggi tetapi tidak dapat
bekerja sama, kurang terampil berkomunikasi, kurang memiliki etika, kurang memiliki daya juang,
kecerdasan emosional yang rendah, cenderung egois, dan menjadi pribadi yang tertutup. Jika
demikian, apa yang harus dilakukan guru sebagai ujung tombak pendidikan untuk mengantarkan
siswanya pada gerbang kesuksesan dalam hard-skills dan soft-skills ? Makalah ini akan menyajikan
tentang strategi pembelajaran berbasis soft-skills yang dapat diterapkan oleh guru sebagai salah satu
upaya untuk menjawab tantangan abad 21.
Kata kunci: Hard-skills, soft-skills, strategi pembelajaran.

kepribadian yang kuat sebagai bangsa


1. Pendahuluan
Indonesia.
Sebagaimana yang telah kita ketahui, Sampai hari ini, pendidikan di Indonesia
bahwa guru adalah salah satu komponen masih memberikan porsi yang besar untuk
utama dan memiliki peran yang sangat hard-skills. Guru lebih mengutamakan
penting dalam menentukan arah dan tujuan memberikan materi sebanyak-banyaknya agar
pembelajaran sekaligus untuk meningkatkan semua materi pelajaran tersampaikan. Bahkan
kemampuan siswa dalam kognitif, afektif dan pembelajaran di kelas hanya berorientasi
psikomotorik. Menurut Kusnandar (2008). bagaimana meluluskan peserta didik sampai
Tantangan pendidikan abad 21, menuntut seratus persen tanpa memikirkan bagaimana
masyarakat berpengetahuan (knowledge-based tanggung jawab dan nasib peserta didik
society) yang memiliki: (1) keterampilan melek selepas mereka lulus. Menurut Widyawati
TIK dan media (ICT and media literacy skillss) ; (2010), penguasaan hard-skills yang dominan
(2) keterampilan berpikir kritis (critical thinking ini dikarenakan sistem yang membelenggu
skillss) ; (3) keterampilan memecahkan masalah kreativitas guru. Adanya ujian nasional yang
(problem solving skillss) ; (4) keterampilan menguras tenaga, waktu dan pikiran serta
berkomunikasi efektif (effective communication keharusan peserta didik dalam penguasaan
skillss) ; dan (5) keterampilan bekerjasama berbagai ketrampilan membuat guru lebih
secara kolaboratif (collaborative skillss). memfokuskan diri untuk memberikan hard-
Tantangan tersebut bagi seorang guru bukan skills. Artinya penilaian yang mengacu pada
sesuatu yang mudah, karena guru tidak saja ranah afektif yang menekankan pada
dituntut dapat memberikan bekal ilmu perubahan sikap dan perilaku peserta didik
pengetahuan dan teknologi kepada peserta masih belum dilakukan, yang seharusnya ikut
didik, tetapi juga menanamkan sikap disiplin, menentukan kelulusan peserta didik dari satu
kreatif, inovatif, dan kompetitif (Jalil, 2012). jenjang pendidikan ke jenjang pendidikan
Dengan kemampuan tersebut, kelak peserta yang lebih tinggi (Hariyanto, 2011). Dengan
didik mempunyai bekal yang memadai, selain kata lain, ada sisi yang kurang diperhatikan
ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dalam pembelajaran di kelas yaitu soft-skills
relevan tetapi juga memiliki karakter dan yang merupakan pelengkap dari hard-skills
109

yang akan berperan dalam kesuksesan behaviours, theycover a wide spectrum: self
seseorang. Sebagaimana salah satu kajian yang awareness, trustworthiness, conscientiousness,
pernah dilakukan di Harvard University yang adaptability, critical thinking, organizational.
menyatakan soft skills menyumbang 80% atas Hal ini sejalan dengan pendapat Tripathy
kesuksesan seseorang. Idealnya keseimbangan (2006), yang menyatakan bahwa soft-skills
hard-skills dan soft-skills menjadi sangat penting adalah kemampuan yang bersifat afektif yang
agar peserta didik mampu menjadi lebih dimiliki seseorang, meliputi: awareness,
terbuka dalam menghadapi perkembangan attitude, innitiative, emphathy, confidence,
dan perubahan zaman. integrity, self-control, leadership, problem
Hadirnya kurikulum 2013 adalah solving, risk taking and time management.
disiapkan untuk mencetak generasi yang siap Berdasarkan definisi tersebut maka dapat
di dalam menghadapi masa depan. Titik dikatakan bahwa soft-skills adalah
beratnya bertujuan untuk mendorong peserta seperangkat kemampuan yang mempengaruhi
didik mampu lebih baik melakukan observasi, bagaimana kita berinteraksi dengan orang lain.
bertanya, bernalar dan mengkomunikasikan Soft-skills memuat komunikasi efektif, berpikir
apa yang telah mereka peroleh atau mereka kreatif dan kritis, membangun tim, serta
ketahui setelah menerima pelajaran. Melalui kemampuan lainnya yang terkait kapasitas
pendekatan ini diharapkan peserta didik dapat kepribadian individu. Tentu saja kemampuan
memiliki kompetensi sikap, ketrampilan, dan tersebut berhubungan dengan tingkah laku
pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan personal dan interpersonal yang dimiliki
lebih kreatif, inovatif dan lebih produktif melalui pelatihan, pengembangan kerja,
sehingga dapat mampu menghadapi berbagai inisiatif, pengambilan keputusan dan lain-lain.
persoalan dan tantangan di zamannya. Hal ini Secara garis besar soft-skills terbagi atas
sejalan dengan agenda global pembelajaran di interpersonal skills dan intrapersonal skills.
abad 21 menuntut peserta didik mampu Interpersonal skills adalah keterampilan
bersaing dan sejahtera sehingga perlu belajar seseorang dalam berhubungan dengan orang
lebih banyak dengan cara dan teknik yang lain sedangkan intrapersonal skills adalah
berbeda. Karena ketika peserta memasuki keterampilan dalam mengatur dirinya sendiri
abad yang baru maka akan mengahadapi yang mampu mengembangkan unjuk kerja
resiko yang lebih banyak dari situasi yang secara maksimal. Interpersonal skills bukan
penuh ketidakpastian. Untuk itu siswa merupakan bagian dari karakter kepribadian
memerlukan pengetahuan yang lebih banyak yang bersifat bawaan, melainkan merupakan
dan menguasai keterampilan yang lebih ketrampilan yang bisa dipelajari dan dilatih.
dibandingkan generasai sebelumnya Interpersonal skills yang baik dapat dibangun
(Suryadharma, 2013). Dengan demikian, harus dari kemampuan mengembangkan perilaku
diakui bahwa soft-skills sangat penting untuk dan komunikasi yang asertif dan efektif,
itu bagaimana memadukan pembelajaran misalnya kemampuan, kesanggupan,
berbasis soft skills dengan hard-skills ? langkah- kepandaian atau kemahiran seseorang dalam
langkah apa yang harus dilakukan guru ? mengerjakan sesuatu. Seseorang yang
Tulisan ini akan memaparkan tentang strategi memiliki interpersonal skills yang baik ditandai
pembelajaran berbasis soft-skills sebagai salah dengan memiliki konsep diri dan
satu alternatif untuk menyiapkan peserta didik berkepribadian yang kuat; meningkatkan
yang siap menyongsong abad 21. potensi diri menjadi pribadi yang mempunyai
kompetensi dibidangnya; percaya diri dan
2. Pembahasan mengasah kemampuan berkomunikasi;
2.1 Pengertian Soft-skills berpenampilan menarik dan menyenangkan;
meningkatkan human relations dalam
Beberapa ahli telah mendifinisikan kehidupan bermasyarakat dan organisasi dan
pengertian soft-skills seperti Berthal dalam meningkatkan kemampuan menjadi
Sailah (2008) yaitu Personal and pemimpin dan dapat bekerjasama dalam team.
interpersonal behaviors that develop and Contoh Interpersonal Skills adalah Motivation
maximize human performance (eg. Coaching, skillss, Leadership skills, Negotiation skills,
team building, decision making, initiative. Presentation skills, Communication skills,
Sedangkan Klaus (2007) mengatakan bahwa Relationship building, Public speaking skills dan
soft skillss encompass personal, social, Self-marketing skills. Sebagai contoh, jika
communication, and self management seseorang mampu membangun hubungan
110

dengan orang lain, memiliki motivasi diri di pembelajaran untuk mencapai tujuan
dalam mengembangan hubungan, memiliki pembelajaran yang ditetapkan.
kemampuan untuk berbicara di depan umum Terkait dengan strategi pembelajaran
dengan percaya diri maka hal itu dapat berbasis soft-skills, Amalia (2012) menyatakan
dikategorikan sebagai dikatakan memiliki bahwa soft-skills bukanlah suatu nama mata
interpersonal skills yang baik. Tentu saja pelajaran yang diberikan pada saat jam
kemapuan tersebut harus dilakukan dengan pelajaran mata pelajaran itu berlangsung,
kesadaran untuk belajar dan mengubah diri tetapi soft-skills merupakan kemampuan non
menjadi pribadi yang lebih baik. Sedangkan teknis bagi peserta didik yang harus diberikan
Intrapersonal skills adalah memahami diri, pengembangannya pada setiap mata pelajaran.
mengelola emosi, bertindak adaptif Seluruh guru mata pelajaran diharapkan
berdasarkan pengetahuan tentang diri sendiri. mampu mengintegrasikan soft-skills dalam
Contoh Intrapersonal skills yaitu: Time proses pembelajaran sehingga peserta didik
management, Stress management, Change mampu mengasah dan mengembangkan
management, Transforming beliefs, Transforming kemampuan soft-skills secara rutin. Adanya
character, Creative thinking processes, Goal setting pembelajaran terpadu antara hard-skills dan
and life purpose dan Accelerated learning soft-skills sangatlah diharapkan keberadaannya
technicques. Untuk itu dalam konteks karena kemampuan soft-skills tidak kalah
pembelajaran, soft-skills dapat diintegrasikan pentingnya dengan kemampuan hard-skills.
dengan materi pembelajaran yang diberikan Melalui strategi pembelajaran yang tepat, soft-
guru di kelas. Sebagaimana Sailah (2007) skills menjadi hal yang mungkin dapat
menyatakan bahwa materi soft skills perlu diintegrasikan dalam proses pembelajaran
dikembangkan kepada peserta didik, bukan sehingga peserta didik dapat mengembangkan
hanya pada penanaman sikap jujur tetapi juga kemampuan soft-skills.
kemampuan berkomunikasi dan komitmen. Sailah (2008) menyatakan bahwa terdapat
Hal ini sejalan dengan pendapat Hamidah sedikitnya tiga cara penularan softskillss
(2012) bahwa sudah saatnya pembelajaran soft- dalam pembelajaran, yaitu melalui:
skills terintegrasi menjadi kebutuhan, hal ini 1) Role model adalah dengan cara
didasari keadaan bahwa proses pembelajaran memberikan contoh kepada peserta didik.
selama ini lebih menekankan aspek hard-skills. Sebagai contoh, jika akan menegakkan disiplin
2.2 Strategi Pembelajaran Berbasis Soft tepat waktu, maka seorang guru harus terlebih
Skills dahulu datang ke kelas. Apabila peserta didik
diminta untuk selalu menjaga kebersihan
Dick & Carey (2001) mengatakan bahwa kelas, maka guru pun harus mampu
strategi pembelajaran adalah komponen menghapus papan tulis setelah selesai
umum dari suatu set materi dan prosedur mengajar. Apabila berjanji akan
pembelajaran yang akan digunakan secara mengembalikan tugas dalam tiga minggu,
bersama-sama materi tersebut. Terdapat 5 maka jangan sampai mengembalikan lima
komponen strategi pembelajaran yaitu (1) minggu kemudian. Role model seorang guru
kegiatan pembelajaran pendahuluan; (2) juga dapat diperlihatkan dengan saling
penyampaian informasi; (3) partisipasi peserta edifikasi dengan teman sejawat di depan
didik; (4) tes dan (5) kegiatan lanjutan. peserta didik. Edifikasi berasal dari kata to
Menurut Seels & Richey (2004) strategi edify yaitu memberikan penghargaan bagi
pembelajaran adalah spesifikasi untuk teman sejawat. Saling menjelekkan antar guru
memilih dan mengurutkan kejadian dalam di depan peserta didik patut dihindari.
aktivitas pembelajaran. Sementara Gagne dan Dengan kata lain bahwa strategi pembelajaran
Briggs (2008) menyatakan bahwa strategi dianggap efektif jika dalam memberikan
berkaitan dengan penentuan urutan yang kemampuan soft-skills selain dengan
memungkinkan tercapainya tujuan dan pembelajaran langsung harus dilengkapi
memutuskan bagaimana untuk menerapkan dengan contoh atau model agar peserta didik
kegiatan instruksional bagi masing-masing dapat terjun langsung dan menghadapi situasi.
individu yang akan dilakukan oleh guru untuk Dalam hal ini siapakah yang menjadi model,
mencapai tujuan. Dari beberapa pemahaman sudah tentu adalah guru-guru. Artinya
tentang strategi pembelajaran maka dapat dengan melihat contoh guru-guru yang
dikatakan bahwa sebagai suatu pendekatan memiliki kemampuan soft-skills yang baik,
yang menyeluruh dalam suatu sistem peserta didik pun akan mencontohnya karena
111

dengan mencontoh proses pembelajaran akan jika terjadi pembiasan dalam kehidupan
lebih cepat dibandingkan dengan hanya keseharian di satuan pendidikan yang
memberikan teori. Disini guru harus bisa akan menjadi budaya sekolah.
menjadi model dari soft-skills tersebut, Keyakinan yang tinggi. Guru harus
sehingga peserta didik memiliki contoh dalam memiliki keyakinan sebagai pendidik
bersikap. Hal ini menjadi tantangan bagi untuk mengajarkan hard-skills dan soft-
seorang guru agar dapat terus meningkatkan skills sekaligus. Tentunya guru harus
kemampuan soft-skills yang dimilikinya. menguasai keduanya, jika guru belum
2) Message of the week adalah pesan moral menguasainya maka guru pun sambil
yang diberikan pada saat jam pelajaran mengajar juga belajar meningkatkan
berlangsung. Sebelum atau saat akan kemampuan yang dimilikinya.
mengahkiri pembelajaran, guru memberikan Menyusun rencana pembelajaran. Se-
pesan-pesan moral tanpa bersifat menggurui. bagaimana tugas guru adalah menyusun
Dapat dengan cerita atau contoh-contoh yang rencana pembelajaran maka dalam
ditemui yang dikaitkan dengan materi. Seperti rencana ini guru dapat merencanakan
rasa ingin tahu, ketelitian, tanggung jawab dan soft-skills apa saja yang akan diberikan
lain-lain. Pesan tersebut dapat dilakukan sehingga peserta didik dapat me-
dengan lisan atau pun dengan gambar nguasainya. Misalnya kemampuan
ataupun dengan film yang sekarang mudah di komunikasi yang baik, maka dalam
dapatkan dengan pemaknaannya dalam perencanaan pembelajaran guru me-
kehidupan, atau animasi yang mendukung rencanakan kegiatan yang mengharuskan
dari website internet. Ataupun dengan peserta didik untuk berkomunikasi di
memberikan kata-kata motivasi untuk depan kelas. Hal ini sejalan dengan
memotivasi peserta didik. pendapat Suryadharma (2013) yang
3) Hidden curriculum. Pelajaran dari menyatakan bahwa strategi penguatan
kurikulum tersembunyi ini disampaikan pendidikan karakter diawali dari kegiatan
dengan tidak berbentuk suatu mata pelajaran belajar mengajar (KBM) yang di
tetapi selalu disampaikan sebagai kompetensi integrasikan ke dalam KBM pada setiap
tambahan dalam setiap kegiatan belajar mata pelajaran. Dengan demikian, guru
mengajar. Kurikulum tersembunyi lebih harus menata ulang RPP (Rencana
ampuh karena dapat membuat proses Pelaksanaan Pembelajaran) dengan
pembelajaran lebih menarik minat dan mengaitkan unsur soft-skills dengan
menyenangkan. materi pembelajaran yang ditulis secara
Dengan menggunakan strategi jelas dan dijabarkan bagaimana
pembelajaran yang tepat diharapkan soft-skills mempraktekkan soft-skills tersebut di
dapat diintegrasikan dalam setiap kegiatan kelas.
belajar mengajar sehingga akan menghasilkan Bimbingan. Soft-skills merupakan
sumber daya manusia yang tidak hanya cakap ketrampilan lunak yang mengacu kepada
dalam kemampuan hard-skills saja, tetapi juga tingkah laku personal dan interpersonal
dalam kemampuan soft-skills. yang dapat mengembangkan dan
Untuk menerapkan pembelajaran berbasis memaksimalkan kinerja manusia. Untuk
soft-skills, ada beberapa hal yang harus dimiliki itu bimbingan dari guru sangat
guru yaitu : diperlukan. Dengan bimbingan guru,
Sumber Daya Manusia dalam hal ini peserta didik dapat mengetahui
guru. Artinya bahwa guru harus kemampuan apa saja yang harus
memahami konsep soft-skills dan hard- dikembangkan sehingga dapat memiliki
skills serta menyatukan keduanya di kemampuan soft-skills yang berguna
dalam pembelajaran. Konsistensi dan untuk dirinya sendiri. Dalam bimbingan
komitmen guru dalam menerapkan ini, pembelajaran soft-skills dapat
strategi pembelajaran ini sangat penting. dilakukan melalui kegiatan
Kebijakan. Dalam hal ini pihak sekolah ekstrakurikuler yang diintegrasikan
harus mendukung bersama-sama untuk kedalam kegiatan ekstrakurikuler seperti
dapat semua guru menjalankan strategi pramuka, olah raga, karya tulis dan lain-
pembelajaran berbasis soft-skills. lain.
Menurut Suryadharma (2013) pendidikan Sebagaimana telah dipaparkan diatas,
karakter bangsa di sekolah akan menguat bahwa dalam menerapkan strategi
112

pembelajaran berbasis soft-skills, guru harus Bagaimana langkah-langkah dalam


dapat memilih metode pembelajaran yang pembelajaran CTL ? Soft-skills apakah yang
tepat. Pada saat menentukan metode akan didapat dari menerapkan metode
pembelajaran, yang utama adalah menentukan pembelajaran CTL ? Materi pelajaran apa
kemampuan apa yang akan diubah dari yang sesuai dengan metode CTL ini dan lain-
peserta didik setelah menjalani pembelajaran lain.
tersebut baik dari sisi hard-skills maupun soft- Pembelajaran kontekstual adalah
skills. Jika mata pelajaran tersebut pembelajaran yang mengaitkan dengan materi
mengharapkan peningkatan atribut soft-skills pembelajaran dengan konteks dunia nyata
komunikasi, kerjasama kelompok, dan berfikir yang dihadapi peserta didik dalam kehidupan
analitis dan kritis, maka diskusi kelompok sehari-hari baik dalam lingkungan keluarga,
diikuti dengan penyajian lisan akan menjadi masyarakat dan dunia luar sehingga mampu
pilihan untuk diterapkan. membuat hubungan antara pengetahuan yang
Sejalan dengan penerapan kurikulum dimiliki dengan penerapannya dalam
2013, pendekatan SCL (Student centered kehidupan sehari-hari. Berdasarkan
learning) atau pembelajaran berpusat pada pemahaman tersebut Widyawati (2010)
siswa aktif menjadi sangat penting. Untuk mencatat bahwa pembelajaran kontekstual
dapat mengoptimalkan pembelajaran, meliputi penekanan pada pemecahan
keterlibatan peserta didik perlu ditingkatkan masalah; perlunya proses pembelajaran yang
dalam rangka mengkonstruksi pengetahuan dilakukan peserta didik dalam berbagai
dan meningkatkan kemampuan mereka untuk konteks seperti rumah, masyakarat dan tempat
dapat memecahkan masalah, berpikir kritis, kerja; mengontrol dan mengarahkan
memiliki pemalaran yang baik dan lain pembelajaran agar peserta didik dapat belajar
sebagainya. Terdapat beberapa metode mandiri; bermuara pada keragaman konteks
pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru kehidupan siswa yang berbeda-beda;
untuk menerapkan strategi pembelajaran mendorong siswa belajar dari sesama teman
berbasis soft-skills melalui pendekatan SCL , dan menggunakan penilaian autentik. Dengan
seperti Contextual learning (CTL); Small Group demikian maka melalui metode pembelajaran
Discussion; Role-Play & Simulation; Case Study; kontektual ini jika kita kaitkan dengan
Discovery Learning (DL);Self-Directed Learning pengembangan soft-skills, maka soft-skills yang
(SDL);Cooperative Learning (CL); Collaborative muncul dalam diri siswa seperti berpikir kritis,
Learning (CbL);Contextual Instruction (CI);Project rasa ingin tahu yang besar, motivasi belajar,
Based Learning (PjBL) dan Problem Based berkomunikasi dengan guru maupun teman,
Learning and Inquiry (PBL). Inti pembelajaran kreatif, mampu memecahkan masalah, bekerja
SCL ini adalah sama, mandiri dan dapat berargumentasi
a. Mengutamakan tercapainya kompetensi logis.
peserta didik (kemampuan kognitif,
psikomotor, dan afektif secara utuh), 3. Kesimpulan
b. Memberi pengalaman belajar peserta
Abad ke-21 ditandai dengan arus global
didik. (bukan hanya memberi soal ujian/
yang merombak seluruh aspek kehidupan
tes, sedangkan proses belajarnya tidak
bangsa dan negara yang menghasilkan
bisa diketahui),
peradaban baru serta restrukturisasi dunia.
c. Peserta didik harus dapat menunjukan
Untuk menghadapi hal itu berbagai fakta
hasil belajarnya/ kinerjanya,
mengindikasikan perlunya perubahan tatacara
d. Pemberian tugas menjadi pokok dalam
hidup bangsa atau perubahan budaya dan
pembelajaran,
mind set bangsa. Perubahan tersebut dapat
e. Peserta didik mempresentasikan
dilakukan melalui pendidikan baik dari
penyelesaian tugasnya, dibahas bersama,
keluarga, sekolah, masyarakat dan
dikoreksi, dan diperbaiki, merupakan
lingkungan. Pendidikan karakter yang
proses yang penting dalam pembelajaran
sekarang menjadi pusat perhatian harus
SCL.
mengedepankan pemahaman bahwa peserta
Sebagai contoh, jika kita menggunakan
didik adalah bibit-bibit yang mempunyai
salah satu metode pembelajaran misalnya
potensi keunggulan yang beragam atau
Contextual Learning (CTL) maka pemahaman
berbeda-beda satu dan lainnya dengan
terhadap metode ini menjadi sangat penting.
bermacam-macam potensi kreatifnya.
Apa tujuan guru dalam menerapkan CTL ?
113

Pendidikan yang berorientasi pada DAFTAR PUSTAKA


pembangunan karakter inilah yang diperlukan
Amalia, Rizki. (2012). Strategi Integrasi
dalam rangka mengembangkan, memproses
Softskillss Dalam Pembelajaran
dan menguatkan sifat mulia kemanusian
Kompetensi Keahlian Administrasi
dengan tulus ikhlas untuk mencapai diri yang
Perkantoran Di SMK Negeri 1
terbaik. Salah satu upaya untuk
Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: UNY.
menumbuhkan sifat mulia dan mampu
menghadapi tantangan abad 21 adalah Dick W., Carey. & Carey, J (2001) The systematic
memberikan pembelajaran dengan design of instruction. (5 th ed). Allyn &
memadukan hard-skills dan soft-skills. Pola Bacon.
pembelajaran yang cenderung menghasilkan Elfindri dkk. (2011). Soft Skillss Untuk Pendidik.
siswa yang pasif, selalu bergantung dan Padang: Baduose Media.
menunggu asupan guru harus diubah dengan Hamidah, Siti. (2012). Model Pembelajaran Soft
kegiatan yang membuat peserta didik lebih Skillss Terintegrasi Pada Siswa SMK
aktif mencari sumber pengetahuan, berpikir Program Studi Keahlian Tata Boga.
kritis dalam menyelesaikan masalah, memiliki Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2,
inisiatif dan tidak mudah putus asa. Untuk
Nomor 1, Februari 2012.
itu, ada tiga hal yang dapat dilakukan guru
dalam menerapkan pembelajaran soft-skills Jalil, Abdul. (2012). Tantangan Guru di Abad 21.
yaitu pertama, guru harus bekerja keras dan http://amachmud.blogspot.com/2012/
memiliki komitmen tinggi untuk menerapkan 03/tantangan-guru-di-abad-21.html
pembelajaran berbasis soft-skills ini. Bukan Diakses tanggal 22 Agustus 2013.
sesuatu yang mudah untuk mengubah Klaus, P. (2007). The hard truth about soft skillss.
keadaan yang sudah menjadi habits tetapi New York: Harper Collins Publisher.
dengan keyakinan diri bahwa strategi
Sailah, Illah. (2008). Pengembangan Softskillss di
pembelajaran ini dapat dilakukan demi
Perguruan Tinggi. Tim Kerja
mempersiapkan peserta didik siap
Pengembangan Softskillss Direktorat
menghadapi tantangan yang lebih berat.
Jendral Pendidikan Tinggi : Jakarta.
Kedua, kemandirian. Guru harus`menjadi
sosok yang mandiri dan teladan sebagai Suryadharma. (2013). Tantangan Pendidikan
manusia merdeka. Tidak tergantung pada abad 21 Untuk Menghadapi Era Globalisasi.
orang lain, percaya diri, konsisten dan Makalah yang disampaikan pada
memiliki semangat belajar, dan yang ketiga Seminar Nasional, 16 September 2013 di
adalah kerja sama dari semua pihak termasuk TMII Jakarta.
orang tua harus diajak terlibat dengan Tripathy. (2006). When Going Gets Tought, The
pembelajaran soft-skills ini agar mereka Soft Get Going.
mengerti akan tujuan dari pembelajaran itu http://www.selfgrowth.com/articles/
sendiri. Yang jelas, guru memiliki peran besar Tripathy1.html Diakses pada tanggal
di dalam mengimplentasikan setiap proses 22 Agustus 2013.
pembelajaran dan guru ke depan dituntut Widyawati. (2010). Makalah Strategi
tidak hanya cerdas tetapi juga adaptif Pembelajaran Soft-Skills dan Multiple
terhadap perubahan. Intelegence. Program PPS UNP.
114

PENDIDIKAN SEBAGAI UPAYA REKONSTRUKSI SOSIAL:


Perspektif Filsafat Rekontruksionisme
Mukodi, M.S.I.
Dosen PBSI STKIP PGRI Pacitan
mukodi@yahoo.com

Abstrak
Artikel ini merupakan kajian kepustakaan (library research). Bersifat deskriptif-analitik, yakni
berusaha menggambarkan secara jelas dan sistematis obyek kajian, lalu menganalisis bahasan riset.
Data yang terkumpul atau tersusun dianalisis, kemudian ditarik sebuah kesimpulan. Kajian ini
bertujuan untuk membedah historisitas aliran filsafat rekonstruksionisme; pokok-pokok pemikiran
filsafat rekonstruksionisme; tujuan, metode dan kurikulum pendidikan rekonstruksionisme.
Hasil kajian ini menemukan bahwa; 1) kaum rekonstruksionism melakukan rekonstruksi sosial
melalui pendidikan dengan membentuk aliran filsafat rekonstruksionisme; 2) metode pengajaran ala
rekonstruksionism didasarkan pada prinsip-prinsip demokratis; 3) kurikulum pendidikan
rekonstruksionism menekankan pada penumbuhan kesadaran kritis dan membangun kesadaran
polyculture dengan mengapresiasi keragaman budaya, adat istiadat suku tertentu untuk
menanamkan nilai-nilai pluralisme kultural peserta didik.
Kata Kunci: rekonstruksi sosial, pendidikan dan aliran rekonstruksionisme.

2007: 27). Kondisi seperti ini menjadi sangat


1. Pendahuluan
rasional. Mengingat, dulu pendidikan berbasis
Dewasa ini, moral keserakahan ekonomi, moral, tapi sekarang pendidikan berbasis
moral, kekuasaan otoriter politik, dan moral pengetahuan. Praktis, sepanjang moral
ketikadilan hukum justru merajalela ketika mendukung pengetahuan, maka moral akan
pendidikan berada pada titik puncak digunakan. Sebaliknya, jika moral tidak
kemajuan. Fakta membuktikan bahwa mendukung pengetahuan pastilah moral akan
teknologi dan industri sebagai produk disingkirkan (Suyata, 21/9/2011).
pendidikan berhasil mendorong dinamika Pasar bebas dan efek domino dari
kehidupan melaju begitu cepat. Dahulu, globalisasi pun menyebabkan pendidikan di
seorang menjadi kaya harta setelah puluhan Indonesia pun kini menjadi sangat mahal.
tahun sabar menunggu ternaknya beranak Ibarat menara gading, di mana para penikmat
pinak secara alami. Kini dengan teknologi pendidikan hanyalah sekelompok orang kaya.
produksi, dalam waktu singkat jumlah Efek domino dari krisis multidimensional,
ternaknya berlipat ganda. Apalagi, jika menimbulkan depresi ekonomi yang membuat
peralatan teknologi dipergunakan secara lembaga pendidikan menjadi badan otonom
amoral, dalam waktu sekejap dan dengan satu sekaligus menjadi lahan bisnis baru para
unit komputer, seseorang bisa membobol bank pemilik modal. Mirip dengan depresi ekonomi
dan mendapatkan triliunan rupiah (Suparlan, yang menimpa Amerika tahun 1930-an.
2007: 27). Sebuah kelaparan di tengah kemakmuran.
Faktor dominan munculnya kontradiksi Dalam konteks itu, pendidikan sebagai
ini diperkirakan karena pendidikan tidak upaya rekonstruksi sosial yang ditawarkan
difungsikan untuk mengawal teknologi aliran rekonstruksianisme merupakan
sampai pada tingkat pemberdayaannya. seperangkat gagasan dan tawaran pemikiran
Pendidikan tidak ditumbuhkembangkan alternatif yang bisa diadapsi oleh pemikir
dalam perilaku keseharian. Manusia sengaja pendidikan untuk membebaskan pendidikan
melepaskan pendidikan atau pendidikan dari jebakan carut-marut sosial budaya,
dilepaskan oleh manusia dari sistem politik dan kepentingan pendidikan di
pemberdayaan teknologi. Ketika terlepas dari Indonesia saat ini. Pendidikan seharusnya
bingkai pendidikan, teknologi dan industri untuk membebaskan manusia dari
otomatis memberikan keleluasaan terhadap kerangkeng kebodohan, dan hadir dalam
perkembangan moral keserakahan (Suparlan,
115

upaya rekonstruksi sosial pada masyarakat yang di dalamnya terjadi ekualitas


secara menyeluruh. seksual, pembinaan pendidikan anak-
anak secara komunal, dan diperintah oleh
2. Sejarah Filsafat Rekonstruksionisme pemimpin yang memiliki akreditasi
filosofis.
Rekontruksionisme sebagai sebuah sistem
b. Stoic seperti Marcus Aurelius, seorang
pendidikan, berawal dari terbitnya buku John
raja sekaligus filsuf kerajaan Romawi,
Dewey pada tahun 1920, yang berjudul
mempromosikan negara dunia ideal
Rekcontruction in Philosophy. Buku ini lalu
yang terbebaskan dari sekat-sekat
dijadikan gerakan oleh George Counts dan
nasionalisme dan chauvinisme.
Harold Rugg pada tahun 1930-an, melalui
c. St. Augustine juga menawarkan upaya
keinginan mereka untuk menjadikan lembaga
rekonstruksi melalui negara Kristen ideal
pendidikan sebagai media rekonstruksi
(The City of God). Revolusi industri yang
terhadap masyarakat. Pada tahun 1932,
cenderung menjadikan teknologi
George Counts (1889-1974) mengkritik praktik-
memperkaya segelintir pemilik modal.
praktik sekolah yang telah mengabdikan
Muncul pemikir seperti Comte de Saint
ketidaksamaan-ketidaksamaan yang mencolok
Simon, Charles Fourier, Robert Owen,
berdasarkan ras, kelas, dan etnik. Ia
Francois Noel Babeuf, dan Edward
menegaskan bahwa skolah-sekolah menengah
Bellamy.
umum telah menjadi milik orang-orang
d. Karl Marx, melihat penderitaan kaum
berkelas sosial tinggi dan keluarga yang
proletar didehumanisasi oleh sistem
berkecukupan.
industri kapitalis, dan berupaya
Melalui tulisannya yang berjudul, Dare the
merekonstruksi masyarakat dunia,
School Build a New Social Order?, ia lalu
dengan berdasarkan jaringan komunisme
mencoba mempertanyakan bagaimana sistem
internasional.
sosial dan ekonomi masyarakat pada saat itu,
telah menjadi persoalan yang cukup mendasar Pendidikan sebagai instrumen utama
bagi masyarakat. Maka pendidikan dalam melakukan perubahan sosial,
menurutnya, harus menjadi agen perubahan contohnya Plato yang menegaskan bahwa
bagi rekontruksi sosial. Ia juga menkritik pendidikan sebagai sine qua non dari
model pendidikan progresifisme yang telah masyarakat terbaik; Marx melihat pendidikan
gagal mengembangkan sebuah teori sebagai jalan untuk membantu kaum proletar
kesejahteraan sosial dan bahkan ia dalam mengembangkan pandangan mengenai
menegaskan bahwa pendidikan yang berpusat kesadaran sosial. Di Amerika Serikat, sebut
pada anak (the child centered approach) tidak saja, Horace Mann, Henry Barnard, William
menjamin bagi terciptanya ketrampilan- Torrey Harris, Francis Parker dan John Dewey.
ketrampilan dan pengetahuan yang Dewey (tokoh aliran pragmatisme) melihat
diperlukan dalam menghadapi abad ke-20. pendidikan sebagai instrumen perubahan
Aliran rekonstruksionalisme pada individu dan masyarakat. Meskipun dibangun
hakikatnya sepaham dengan aliran dari aliran pragmatisme, aliran
perennialisme yang sama-sama ingin rekonstruksianisme tidak sekedar
mengatasi krisis kehidupan modern. Hanya mempromosikan metode saintifik, problem
saja jalan yang ditempuhnya berbeda dengan solving, naturalisme dan humanisme, tapi
apa yang dipakai oleh perennialisme, tetapi bagaimana penerapan metode pragmatis
sesuai dengan istilah yang dikandungnya, dalam dunia pendidikan. Tidak hanya
yaitu berusaha membina suatu konsensus memperbaiki masyarakat, tetapi juga ingin
yang paling luas dan paling mungkin tentang melakukan perubahan sosial.
tujuan utama dan tertinggi dalam kehidupan Aliran rekonstruksianisme sama dengan
manusia (restore to the original form) (Zuhairini, perennialisme dalam satu prinsip bahwa ada
dkk., 2008: 29). Aliran filsafat ini mendasarkan kebutuhan mendesak untuk kepastian bagi
gagasan rekonstruksinya pada para filsuf kebudayaan zaman modern yang simpang siur
terdahulu yang dianggap sebagai filsuf saat ini (Djumransjah, 2004: 188). Aliran
rekonstruksianis, di antaranya: rekonstruksianisme mempunyai visi dan
a. Plato menegaskan bahwa pendidikan metode pemecahan masalah mengembalikan
menjadi pilar utama dari pembangunan kebudayaan yang serasi dengan kehidupan.
masyarakat baru dan masyarakat terbaik Sedangkan perennialisme memilih untuk
116

kembali ke alam kebudayaan lama (regressive 3. Pokok Pemikiran Pendidikan Rekons-


road culture) sebagai solusi yang paling ideal truksionisme
(Barnaadib, 1994: 5). Mengapa aliran
Dunia sedang dilanda krisis
rekonstruksianisme muncul? Jawabnya,
kemanusiaan, jika praktik-praktik pendidikan
tentunya sangat beragam di antaranya adalah
yang ada tidak segera direkonstruksi, maka
sebagai berikut:
peradaban dunia yang ada akan mengalami
a. terjadi kesenjangan antara teori dan
kehancuran. Krisis yang dimaksud adalah
praktik dalam pendidikan dan
problem-problem sosial budaya yang timbul
kekecewaan terhadap teori-teori umum
akibat semrawutnya persoalan pendudukan,
(general theory) yang tidak dapat bersikap
sumber daya alam yang kian menipis,
kritis. Sehingga diperlukan teori yang
berakibat pada melonjaknya harga minyak
membumi (grounded theory) yang mampu
dunia, kesenjangan global antara negara kaya
mengapresiasi aspek sosial, budaya, dan
dan miskin, kapitalisme global, proliferasi
politik secara maksimal. Serangan
nuklir, rasisme, nasionalisme sempit dan
terhadap teori umum dimulai oleh C.
penyalahgunaan teknologi (George R.K., 2007:
Wright Mills dan mengalami puncaknya
186). Seperti diketahui, teknologi saintifik
pada Habermas.
adalah penyumbang terbesar terjadinya
b. diperlukan suatu teori kritis yang
peperangan dan bisa membunuh manusia
substantif mengenai masyarakat yang
secara efisien lebih dari sebelumnya, tingginya
dikembangkan ke taraf metateoritis
tingkat kematian dari kecelakaan lalu-lintas
dalam kaitannya dengan upaya refleksi
dan industri menjadi harga yang sangat mahal
diri terhadap teori dan metode.
dari kehidupan yang serba mekanistik saat ini
c. kepedulian yang mendalam terhadap
(Djumransjah, 2004: 188).
nasib umat manusia di mana individu-
Teknologi saintifik juga menciptakan
individu sebagai insan sosial
budaya rokok dan alkohol serta meningkatkan
dikontekstualisasikan dalam totalitas
bahaya kimiawi yang terkandung pada
sosial yang berupa kultur material dan
makanan dan lahan pertanian. Padahal, Albert
spiritual.
Einstein pernah mengatakan bahwa ilmu
d. melakukan emansipasi sosial dan
(saintifik) seharusnya membebaskan kita dari
berusaha menemukan teori sosial yang
pekerjaan yang melelahkan malah menjadikan
mampu memikul tanggung jawab berupa
manusia budak-budak mesin....
perlawanan terhadap status quo.
(Suriasumantri, 1999: 243). Praktis, bangsa-
e. upaya kritik yang lebih luas terhadap
bangsa dunia mempunyai hasrat yang sama
kenyataan bahwa kultur kapitalis adalah
untuk menciptakan satu dunia baru, dengan
bentuk manipulasi dan penguasaan, yang
satu kebudayaan baru di bawah satu
secara total meresapi struktur psikis dan
kedaulatan dunia, dalam pengawasan
sosial (Muhammad N.S., 1978: 183).
manusia (Zuhairini, dkk., 2008:29). Untuk
Jelasnya, aliran rekonstruksianisme mengatasi persoalan-persoalan global tersebut,
mensandarkan pada dua premis mayor. perlu sebuah tatanan sosial semesta yaitu
Pertama, masyarakat membutuhkan kolaborasi menyeluruh dari seluruh elemen
rekonstruksi konstan atau perubahan. Kedua, bangsa dunia untuk bersatu menciptakan tata
perubahan sosial juga adalah rekonstruksi sosial baru yang berasaskan keadilan dan
pendidikan dan menggunakan pendidikan kepentingan kemanusiaan seluruh umat
sebagai wahana rekonstruksi masyarakat. manusia, dan mengabaikan batasan-batasan
Dengan demikian, dibutuhkan adanya tatanan primordial seperti ras, warna kulit, suku,
yang bisa mengubah, dan filsafat bangsa dan agama.
rekonstruksianisme menjadi pijakan. Pendidikan formal adalah agen utama
Rekonstruksianisme pun bertujuan untuk dalam upaya rekonstruksi tatanan sosial.
mengkongkretisasi kehidupan, dan perlu Aliran rekonstruksianisme menilai sekolah-
dibentuk institusi sosial yang diawasi sekolah formal yang ada merefleksikan nilai-
masyarakat, anak, sekolah dan pendidikan nilai sosial dominan yang hanya akan
yang sesuai tuntutan masyarakat (Zuhairini, mengalihkan patologi sosial, politik, ekonomi
dkk., 2008:29). dan budaya yang saat ini mendera umat
manusia. Karena nya sekolah-sekolah formal
harus merekonstruksi secara mendasar peran
117

tradisionalnya dan menjadi sumber inovasi (Barnadib, 2002: 36). Lantas bagaimana metode
sosial. Bagi mereka pendidikan dapat menjadi pendidikan rekonstruksionisme?
instrumen penting untuk membentuk Menurut perspektif rekonstruksionis,
keyakinan masyarakat dan mengarahkan bahwa metode pengajaran hakikatnya harus
peralihannya ke masa depan (George R.K., didasarkan pada prinsip-prinsip demokratis
2007: 187). yang bertumpu pada kecerdasan asali
Rekonstruksianisme menekankan pada jumlah mayoritas untuk merenungkan dan
kebutuhan akan perubahan, ini adalah cita-cita menawarkan solusi yang valid bagi persoalan-
dan tujuan utopis yang dihubungkan dengan persoalan umat manusia. Adalah sebuah
kebudayaan dunia dan peradaban. Baginya keharusan bahwa prosedur-prosedur
tujuan spesifik dari proses pendidikan adalah demokratis perlu digunakan di ruangan kelas
untuk mengakomodir perubahan sosial dan setelah para peserta didik diarahkan kepada
aksi sosial. Tujuan pendidikan ini adalah kesempatan memilih diantara keragaman
sejenis perkembangan evolusioner dari pilihan-pilihan ekonomi, politik, sosial. Tak
paradigma Hegelianisme yang dihubungkan heran, jika Brameld dan kolega-koleganya
dengan pragmatisme Dewey. memberikan kepercayaan yang sangat besar
Rekonstruksianis ingin melibatkan orang- terhadap kekuatan guru sebagai instrumen
orang untuk menjadi agen perubahan, dan utama dari perubahan sosial (George R.K.,
menolak untuk mengabstraksi filosofi 2007: 187).
pendidikan yang lebih menekankan Kalangan rekonstruksionis, seperti aliran-
pengetahuan (knowing) daripada praktik aliran gerakan progresif lainnya, tidaklah
(doing). tunggal dalam pandangan mereka tentang
Praktis, kaum rekonstruksionis tidak demokrasi sebagai sistem politik terbaik. Dari
memandang sekolah sebagai satu-satu alat perspektif mereka, adalah sebuah keharusan
untuk melaksanakan perubahan secara bahwa prosedur-prosedur demokratis perlu
tunggal. Tapi, institusi pendidikan dapat digunakan di ruangan kelas setelah peserta
menyatukan semua elemen masyarakat didik diarahkan kepada kesempatan-
menuju perubahan yang lebih baik. Hal ini kesempatan untuk memilih di antara
didasari, karena sekolah telah bertahun-tahun keragaman pilihan-pilihan ekonomi, politik
bersentuhan dengan anak didik (George R.K., dan sosial. (George R.K., 2007: 187).
2007: 188). Dengan demikian, bagi Lebih penting lagi, menurut aliran ini
rekonstruksionis sekolah dijadikan alat atau meniscayakan adanya kemerdekaan berfikir
media untuk mencapai tatanan yang lebih peserta didik. Hal ini sesuai dengan falsafah Ki
progresif dan berkemakmuran. Hadjar Dewantara yang memberikan
kemerdekaan seluas-luasnya kepada peserta
4. Metode Pendidikan Ala Rekonstruksio- didik. (Dewantara, 1977: 243). Brameld pun
nisme menggunakan istilah pemihakan deferensif
Metode pendidikan merupakan untuk mengungkapkan posisi (pendapat) guru
komponen yang tidak boleh diabaikan dalam dalam hubungannya dengan item-item
proses pendidikan, karena metode turut kurikuler yang kontroversial. Dalam
menentukan sukses atau tidaknya suatu tujuan menyikapi hal ini, guru membolehkan uji
pendidikan. Tidak heran, jika sebagian pembuktian terbuka yang setuju dengan
kalangan berpendapat bahwa metode itu lebih pendapatnya, dan ia menghadirkan pendapat-
penting dari pada materi (Mukodi, 2011: 77). pendapat alternatif sejujur mungkin. Di sisi
Bahkan, Imam Barnadib pun mengingatkan lain, guru dituntut agar terbuka dalam
bahwa metode pendidikan mempunyai berpendapat dan mendialogkan kepada
kedudukan yang sangat penting dan bila peserta didik. (George R.K., 2007: 187).
dapat dipilih secara cermat akan mempunyai
5. Kurikulum Pendidikan Rekonstruksio-
pengaruh yang signifikan. Hal ini didasarkan
nisme
pada kodrat kemanusiaannya. Manusia
sebagai yang kompleks dan hidup dalam Tugas utama pendidikan adalah
masyarakat yang penuh kompleksitas ini mempersiapkan anak didik ke arah
dapat berkembang melampui subtansinya kemasakan. Masak dalam arti hidup akalnya,
dengan relasi-relasi yang memadai maka akal inilah yang perlu mendapat
tuntunan ke arah kemasakan itu (Barnadib,
118

1994:78). Menyadari tugas berat tersebut, penggerak utama pencerahan problem-


rekonstruksianisme pun meracik dan problem sosial dan menjadi agitator utama
mengorganisir kurikulumnya sedemikian perubahan sosial. Demikian pula proyeksi
rupa. Racikan inilah oleh Brameld disebut hubungan kemanusiaan dan aspek politik
sebagai the wheel (roda) kurikulum; inti harus ditekankan untuk menumbuhkan
tujuan pendidikan versi rekonstruksianisme kesadaran politik para peserta didik sehingga
menjadi inti dari kurikulum roda tersebut nalar kritis terhadaP berbagai ketimpangan
dan menjadi tema sentral pendidikan. sosial politik yang diakibatkan oleh
Kurikulum ini bersifat sentripetal sekaligus kesewenang-wenangan status quo, dapat
sentrifugal. Sentripetal karena akan membawa menjadi modal dasar untuk melahirkan agen-
masyarakat atau komunitas bersama kepada agen perubahan sosial dimasa selanjutnya.
studi yang bersifat umum. Sentrifugal karena
akan meningkatkan proyeksi pendidikan di 6. Kesimpulan
sekolah-sekolah formal ke dalam komunitas
Aliran rekonstruksionisme memiliki
yang lebih luas. Hal tersebut secara tidak
persepsi bahwa masa depan suatu bangsa
langsung akan menciptakan transformasi
merupakan suatu dunia yang diatur,
kultural di dalam hubungan yang dinamis
diperintah oleh rakyat secara demokratis
antara sekolah dan masyarakat.
sehingga perubahan-perubahan untuk
Implikasi pemikiran filosofis
mencapai suatu tujuan yang lebih baik akan
rekonstruksianisme dalam kurikulum
selalu diadakan dan dijadikan realita, dan
diarahkan kepada penumbuhan kesadaran
bukan dunia yang dikuasai oleh golongan
kritis peserta didik dengan model keaksaraan
tertentu, sehingga dapat diwujudkan suatu
kritis pada materi yang diajarkan. Selain itu,
dunia dengan potensi-potensi teknologi yang
kurikulum ditekankan pada upaya
mampu meningkatkan kualitas pendidikan,
membangun kesadaran polyculture dengan
kesehatan, kesejahteraan dan kemakmuran
mengapresiasi keragaman budaya, adat
serta keamanan masyarakat tanpa
istiadat suku tertentu utk menanamkan nilai-
membedakan warna kulit, keturunan, agama
nilai pluralisme kultural.
dan masyarakat yang bersangkutan, akan
Rekonstruksianisme mengajukan
tetapi perubahan yang digunakan untuk
kurikulum semesta yang menekankan pada
kepentingan bersama.
kebenaran, persaudaraan dan keadilan.
Metode pendidikan merupakan
Mereka menolak kurikulum parokial yang
komponen yang tidak boleh diabaikan dalam
sempit dan hanya membawa kepentingan
proses pendidikan, karena metode turut
ideal komunitas lokal tertentu. Contohnya,
menentukan sukses atau tidaknya suatu tujuan
pengajaran sejarah dunia semestinya juga
pendidikan. Menurut perspektif
diarahkan pada kerja-kerja kontemporer
rekonstruksionis, bahwa metode pengajaran
lembaga-lembaga internasional seperti PBB,
hakikatnya harus didasarkan pada prinsip-
ASEAN, OKI dan lain-lain. Kurikulum juga
prinsip demokratis yang bertumpu pada
diorientasikan pada aksi peserta didik, seperti
kecerdasan asali jumlah mayoritas untuk
gerakan mengumpulkan dana amal, terlibat
merenungkan dan menawarkan solusi yang
dalam petisi, protes atau demo bersama
valid bagi persoalan-persoalan umat manusia.
masyarakat untuk merespons kebijakan negara
Praktis, inti tujuan pendidikan versi
yang menimbulkan problematika sosial.
rekonstruksianisme menjadi inti dari
Peserta didik tidak hanya belajar dari buku,
kurikulum roda tersebut dan menjadi tema
tetapi juga belajar pada fenomena sosial yang
sentral pendidikan itu sendiri.
ada seperti kemiskinan, perusakan alam,
polusi udara, pemanasan global, pornografi DAFTAR PUSTAKA
dan lain-lain.
Oleh karena itu, rekonstruksianisme Akinpelu, JA. (1988). An Introduction Philosophy
menjadikan aspek-aspek sosial, budaya dan of Education. London: Macmillan
isu-isu kontemporer menjadi muatan inti Published Lid.
kurikulum, agar peserta didik memiliki Barnadib, Imam. (2002). Filsafat Pendidikan.
kepekaan dan empati sosial. Kurikulum Yogyakarta: Adi Cipta.
tersebut harus mulai diimplementasikan sejak --------------------. (1994). Filsafat Pendidikan;
TK pada usia yang paling peka. Dengan Pengantar Mengenal Sistem dan
demikian, peserta didik dapat menjadi Metode. Yogyakarta: ANDI OFFSET.
119

Counts, George S. (1932). Dare the School Build a Noorsjam, M. (1978). Pengantar Filsafat
New Social Order? New York: John Day Pendidikan. Malang: FIP IKIP.
Co. R. Knight, George. (2007). Filsafat Pendidikan.
Djumransjah. (2006). Filsafat Pendidikan. Penerjemah, Mahmud Arif. Yogyakarta:
Malang: Bayumedia Publishing. Gama Media.
Gazalba, Sidi. (1973). Sistematika Filsafat. Suriasumantri, Jujun S. (1982). Ilmu dalam
Jakarta: Bulan Bintang. Perspektif. Jakarta: PT. Gramedia.
Illeris, Knud. (2002). The Three Dimension of Tim Taman Siswa. (1977). Karya Ki Hajar
Learning. Florida: Krieger Publishing Dewantara Bagian Pertama. Yogyakarta:
Company. Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa.
Mukodi. (2011). Pendidikan Islam Terpadu Zuhairini, dkk. (2008). Filsafat Pendidikan Islam.
Reformulasi Pendidikan di Era Global. Jakarta: Bumi Aksara.
Yogyakarta: Aura Pustaka.
120

TANTANGAN PENYIAPAN TENAGA PENDIDIK VOKASI


PADA ABAD KE-21
Pramudi Utomo
Jur. Pend. Teknik Elektronika, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
pramudi_ut@uny.ac.id

Abstrak
Makalah ini menyajikan pembahasan tantangan yang dihadapi ketika menyiapkan tenaga pendidik
vokasi dalam abad ke-21 ini. Pembangunan nasional dalam dua dekade mendatang menghadapi
tantangan besar. Penetapan visi dan misi diharapkan dapat tercapai, sehingga daya saing kompetitif
perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas
serta kemampuan iptek dapat terus meningkat. Penyiapan tenaga pendidik vokasi agar tidak terjadi
mismatch antara harapan dan realita perlu segera dilakukan. Menjelang tahun 2015 akan ada sekitar
200.000 guru yang pensiun. Penggantiannya harus dipersiapkan dengan baik. Harapan ketercapaian
untuk mengisi lowongan yang ada dimulai dengan perekrutan yang lebih baik pula, dengan
perbaikan pendidikan calon guru.
Pendidikan vokasi memasuki era globalisasi di beberapa Negara telah mengalami banyak perubahan
dan penyesuaian, termasuk di Indonesia. Pendidikan vokasi juga mengalami rekonseptualisasi,
berkenaan dengan sejumlah rekomendasi menyeluruh terhadap sistem kualifikasi, kualitas dan
ketelitian yang tinggi. Mengajar siswa untuk menjadi sukses di abad ke-21, membutuhkan cara
pengajaran yang berbeda. Tenaga pendidik dinuntut memeliki keterampilan mengajar dengan melek
informasi dan terbiasa dengan teknologi.
Dalam menyiapkan tenaga pendidik vokasi kita dihadapkan pada dua tantangan utama (Lucas
et.al.,2012). Pertama, calon pendidik (preservice) menguasai dua kemampuan/keahlian; yaitu
penguasaaan subject matter/materi dan pengalaman mengajar. Kedua, calon pendidik bisa direkrut
dari para pekerja industry untuk mengajar. Strategi pembelajaran berkaitan dengan outcome
pengalaman lapangan awal dan skill strategy bagi pendidikan vokasi dan pelatihan dalam abad ke-21
yaitu knowledge need to be more relevant, high order skills, character traits, and meta-layer skills hendaknya
menjadi focus perhatian.
Keywords: pendidikan vokasi, skill ,penyiapan tenaga pendidik

memecahkan masalah, membuat keputusan


1. Pendahuluan
serta bisa memvisualisasikan. People skills
Menjelang melinium ketiga Jones (1996) dapat bersosialisasi dengan humanism yang
telah merumuskan tujuh belas fondasi tinggi, mampu bernegosiasi, kepemimpinan
keterampilan yang dipersyaratkan bagi semua yang dilandasi kejujuran, dapat bekerjasama
pekerja agar dapat berkompetisi di tempat tanpa memandang perbedaan cultural.
kerja berkinerja tinggi. Artinya, ketika Personal qualities menyangkut keyakinan dan
seseorang memasuki abad ke-21 mau tidak kepercayaan diri atas kemampuan yang
mau suka atau tidak suka harus dimilki ditambah dengan pengeloaan diri
mempersiapkan diri dalam menuntut ilmu yang baik dan bertanggung jawab.
serta keterampilan yang mengacu kepada Sementara itu, dalam suatu pertemuan
tututan jaman itu. Ketujuh belas fondasi Kepala Negara dan perwakilan dari 189 negara
tersebut digambarkan Jones sebagai kunci yang tergabung pada Persatuan Bangsa-
karir, yang meliputi basic skills, thinking skills, Bangsa di New York pada bulan September
people skills dan personal qualities. Basic skills tahun 2000 yang lalu telah menyepakati
adalah keterampilan dasar yang menyangkut Deklarasi Milenium yang menegaskan
R3 (baca, tulis, matematika) ditambah kepedulian utama secara global terhadap
berbicara dan mendengarkan, tentunya dalam kesejahteraan masyarakat dunia. Tujuan
bahasa asing internasional. Thinking skills Deklarasi yang disebut Tujuan Pembangunan
menuntut seseorang berpikir kritis, mampu Milenium (Millennium Development Goals-
121

MDGs) menempatkan manusia sebagai focus kemampuan daya saing yang kuat pada
utama pembangunan dan mengartikulasi satu beberapa sector, seperti teknologi, manajemen,
gugus tujuan yang berkaitan satu sama lain ke kepemimpinan dan SDM. Permasaslahan
dalam agenda pembangunan dan kemitraan kualitas SDM, khususnya tenaga pendidik di
global (Alisyahbana, 2010). Indonesia masih jauh dari harapan untuk bisa
Berdasarkan uraian di atas, setidaknya bersaing secara baik pada kancah global. SDM
apa yang dikatakan Jones dan Dekalarasi pendidik bermutu akan menentukan
Milenium hendaknya dapat menjadi acuan kemenangan dalam persaingan global. Bukti
bagi pengembangan sumberdaya manusia internasional menunjukan pentingnya kualitas
(SDM) Indonesia dan dapat digunakan sebagai pengajaran sebagai factor kunci dalam
perspektif dan misi bagi proses pembelajaran menentukan hasil pendidikan. Meski adanya
para calon guru di perguruan tinggi agar keterbatasan pada alokasi anggaran guna
lulusannya mempunyai keunggulan kompeti- menangani masalah ini setelah diterbitkannya
tif dan profesional di abad melenium ini UU Guru tahun 2005, upaya telah dilakukan
(Suyanto, 2006). Pengembangan SDM tidak untuk memonitor kemajuan dalam kualitas
bisa lepas dari upaya pendidik dalam pengajaran melalui asesmen rutin atas
memajukan pendidikan dan pembelajaran. keterampilan pedagogis guru yang harus
Oleh karena itu, persiapan ke arah sana harus dikelola (OECD, 2012). Berikut ini akan
dilakukan secara terarah dan sistematis. diketengahkan poin-poin penyiapan tenaga
Sejumlah program prioritas nasional, di pendidik vokasi yang dapat menjadi
antaranya bidang pendidikan untuk alternative bagi proses pembaikan kualitas
meningkatkan kualitas dan relevansi. penyediaan SDM di masa mendatang, dimulai
Kebijakan dan strategi yang ditempuh yaitu dari pendidikan vokasi di era globalisasi
mempercepat peningkatan kualitas pendi- hingga model penyiapan tenaga pendidiknya.
dikan dan pelatihan guru, perbaikan kuri-
2.1 Pendidikan vokasi di era globalisasi
kulum dan proses pembelajaran. Reformasi
menyeluruh akan dilakukan untuk itu yang Pendidikan vokasi memasuki era
memungkinkan potensi kecerdasan intelek- globalisasi di beberapa Negara telah
tual, emosional, spiritual, dan sosial dapat mengalami banyak perubahan dan
berkembang dengan baik. Kurikulum dan penyesuaian. Tidak hanya di Amerika, Eropa,
proses pembelajaran akan diperkaya dengan Asia, Australia termasuk di Indonesia sendiri.
pembangunan moral dan karakter. Menjelang Pada awal 1900-an pendidikan vokasi muncul
tahun 2015 akan ada sekitar 200.000 guru yang dalam menanggapi era perkembangan industri
pensiun. Penggantiannya harus dipersiapkan saat itu. Program diirancang untuk melatih
dengan baik. Harapan ketercapaian untuk individu dengan keterampilan kerja khusus.
mengisi lowongan yang ada dimulai dengan Pendidikan vokasi mampu mendorong mesin
perekrutan yang lebih baik pula, dengan ekonomi bangsa (drive nation's economic
perbaikan pendidikan calon guru. Gelombang engine) sepanjang abad ke-20, karena memang
pension juga akan terjadi pada bidang vokasi pendidikan vokasi berkaitan dengan SDM
dalam kurun waktu sepuluh tahun ke depan. yang bisa menggerakkan ekonomi bangsa.
Untuk mengantisipasi penggantian guru Di Amerika, pendidikan vokasi disebut
pensiun tentu yang dapat dilakukan adalah sebagai pendidikan teknik dan karir (Career
penyiapan mahasiswa sebagai calon pendidik. and Technical Education/CTE). CTE bukanlah
Tenaga pendidik vokasi mempunyai label baru untuk sistem yang sama . Sementara
karakteristik yang berbeda dengan tenaga CTE dibangun di atas sejarah dan tradisi
pendidik umum lainnya. Pertanyaannya pendidikan vokasi yang panjang, dan telah
adalah sejauh mana tantangan yang dihadapi disesuaikan untuk memenuhi tuntutan
telah dilakukan dengan sungguh-sungguh dinamis dari economi global (NASDCTEC,
dalam menyiapkan tenaga pendidik vokasi itu 2010). CTE diterapkan pada ranah tingkat
agar tidak terjadi mismatch antara harapan dan menengah dan sesudahnya yang
realita? mempersiapkan individu untuk berbagai
macam karir seperti perawatan kesehatan/bio-
2. Pembahasan medis, energi terbarukan, perhotelan,
nanoteknologi, teknik, logistik, penegakan
Dalam era globalisasi yang merupakan
hukum, dan teknologi informasi. Dengan
salah satu ciri millennium ketiga menuntut
demikian , CTE mencerminkan kerja modern .
122

Program CTE dirancang berkualitas tinggi Para peserta didik seperti yang kita lihat di
menggabungkan standar akademik dan teknis dalam kelas saat ini adalah digital natives,
yang ketat. Prinsip millennium benar-benar mereka telah tumbuh dengan teknologi di
dijadikan acuan, sehingga CTE memiliki sekitar mereka. Perubahan yang terjadi
dampak positif pada prestasi siswa dan menunjukkan peran yang sangat berbeda
transisinya. untuk sekolah dan guru. Di antara tantangan
Pendidikan vokasi di Inggris juga yang paling mendesak yang dihadapi oleh
mengalami rekonseptualisasi. Pada tahun sekolah-sekolah, adalah apakah mereka dapat
2011, The Review of Vocational Education The atau tidak akan secara efektif mengakomodasi
Wolf Report, memberikan sejumlah teknologi dan model baru belajar (SEG
rekomendasi menyeluruh berkaitan dengan Measurement, t.th). Sekolah dan guru perlu
sistem kualifikasi untuk meyakinkan kualitas pengembangan profesional yang cukup dan
dan ketelitian yang tinggi dalam pendidikan pelatihan untuk mengakomodasi perubahan
vokasi. Pengembangan fondasi teoritis ini.
dilakukan yang berguna untuk pedagogi Dengan mengutip dari OECD (2012),
vokasi yang akan memberikan penguatan Lucas dkk. menunjukkan tentang skill strategy
struktur di mana tenaga pendidik vokasi dapat agar bisa melayani pendidikan vokasi dan
mengembangkan kualitas, pengajaran yang pelatihan dalam abad ke-21 yaitu:
efektif dan program pembelajarannya. (Lucas Knowledge needs to be more relevant, and a
et.al, 2012). Selain itu diintensifkan cara-cara better balance struck between the conceptual
pengorganisasian dunia kerja agar and practical,
pembelajaran bermakna melalui realita Higher order skills, such as the Four Cs of
kehidupan di abad kedua puluh satu (Evan, creativity, critical thinking, communication
2012). and collaboration, are essential for absorbing
Pendidikan vokasi (kejuruan) untuk masa knowledge;
depan Indonesai juga telah dirumuskan sejak Character traits, both performance-related
tahun 1997 dalam suatu laporan uang (adaptability, persistence, resilience) and
dibukukan sebagai Keterampilan menjelang moral (integrity, justice, empathy and ethics)
2020 untuk era global. Upaya yang dilakukan need to be shaped both at school in the
adalah peningkatan nilai tambah pada SDM workplace to help individuals to be active and
dengan cara meningkatkan keterampilan dan responsible citizens; and
keahlian generasi muda Indonesia yang akan Meta-layer skills, such as learning to learn,
memasuki dunia kerja dan melatih ulang serta building expertise, fostering creativity and
meningkatkan keterampilan dan keahlian bagi making connections across disciplines, are
mereka yang sudah bekrja, agar tetap selaras becoming more important in a world of
dengan perkembangan teknologi dan growing complexity.
perubahan pasar (Depdikbud, 1997). Mengajar siswa untuk menjadi sukses di
Pengembangan yang diusulkan adalah abad ke-21, membutuhkan cara pengajaran
menyangkut rancangan sistem pendidikan dan yang berbeda. Sayangnya, banyak guru yang
pelatihan kejuruan yang dapat memenuhi belum memiliki keterampilan yang diperlukan
kebutuhan industry. Untuk itulah diterapkan untuk menjadikan sukses dalam memfasilitasi
kebijakan link and match dengan mendorong pembelajaran abad ke-21. Salah satu dari
industry untuk terlibat dalam menetapkan banyak faktor yang mencegah guru dari
berbagai standar keahlian, pengembangan melakukannya adalah kurangnya pelatihan
kurikulum, dan kebijaksanaan pengelolaan teknologi. Seringkali, guru belum dibiasakan
sistem pendidikan tersebut. Sayangnya, dengan keterampilan teknologi yang
dewasa ini upaya yang sebenarnya cukup diperlukan untuk menciptakan lingkungan
memberikan harapan agar pendidikan belajar yang modern. Guru tidak hanya perlu
kejuruan bisa memberi andil dalam memahami bagaimana menggunakan
memajukan sector industry dan ekonomi tidak teknologi dalam pengajaran mereka, namun
berlanjut seiring dengan setiap pergantian mereka perlu memahami bagaimana untuk
kepemimpinan. membantu siswa menggunakan teknologi
2.2 Tuntutan keterampilan untuk membantu memandu pembelajaran
mereka sendiri.
Dewasa ini peserta didik pada dasarnya Keterampilan mengajar yang
berbeda dibandingkan beberapa dekade lalu. digambarkan oleh Pacific Policy Research
123

Center (2010) menuntut adanya melek informasi. adalah mendorong guru dan stakeholder
Selanjutnya, dengan mengutip dari beberapa pendidikan lainnya untuk: a) fokus pada
sumber, berikut ini dirangkumkan tuntutan masalah proses dan kenyataan, b) dukungan
keterampilan yang harus dipenuhi ketika akan penyelidikan berbasis pengalaman belajar, c)
melaksankan pembelajaran dan pengajaran memberikan kesempatan dengan pendekatan
pada abad ke-21. pembelajaran kolaboratif, d) dan fokus pada
Langkah-langkah terbaik yang dapat mengajar siswa how to learn (above what to
digunakan untuk menyiapkan peserta didik learn).
menghadapi tantangan yang ada tersebut

Tabel 1. Acuan kemampuan mengajar yang harus dimilki


The Educational Testing The North Central Regional The Partnership for 21st
Service (ETS) Education Laboratory century skills
(NCREL)
a) collect and/or retrieve digital age literacy, 1) emphasize core
information, subjects,
b) organize and manage inventive thinking, 2) emphasize learning
information, skills,
c) evaluate the quality, effective communication, 3) use 21st century tools to
relevance, and usefulness of and develop learning skills,
information, and
d) generate accurate high productivity. 4) teach and learn in a 21st
information through the use century context,
of existing resources.
5) teach and learn 21st
century content, and

6) use 21st century


assessments that measure
21st century skills.

Sumber: Pacific Policy Research Center (2010)

2.3 Model penyiapan tenaga pendidik Survey (TIMSS) secara internasional.


National Institute of Education (NIE) sebagai
Sebagaimana sering didiskusikan adalah
lembaga yang mendidik calon guru
sebuah kenyataan bahwa salah factor yaitu
menetapkan standar yang tinggi bagi calon
kualitas guru merupakan penentu utama
mahasiswanya. Setidaknya mereka
kesuksesan belajar siswa. Meskipun masih ada
mempunyai rangking sepertiga terbaik say
banyak factor lain, peranan guru dalam proses
menamatkan pendidikan menengahnya. Di
pembelajaran menjadi sangat penting. Ketika
samping itu juga dilakukan proses wawancara
Amerika membandingkan kinerja siswanya
yang menyangkut passion, commitment,
yang tidak lagi kompetitif, lalu mencari
values, willingness to learn, and
guidance ke Negara lain yang sekiranya
communication skills to be a good teacher. Tak
mampu menginspirasi supaya kembali
pelak hal ini akan menjadi bukti betapa
berkinerja tinggi. Yang menjadi focus
masalah kualitas SDM merupakan tumpuan
pembandingan adalah dalam hal perekrutan,
pengembangan. Pendidikan guru dilakukan
pengembangan dan retensi guru (Sclafani,
dengan sungguh-sungguh untuk
2008). Singapura menjadi satu contoh
mengantisipasi kekosongan guru pension di
pengembangan pendidikan guru, karena
masa mendatang.
Negara ini menyediakan salah satu sistem
Model penyiapan tenaga pendidik di
yang paling koheren dalam pendidikan guru
Singapore dilakukan dalam dua bentuk, yaitu
di dunia. Bukti yang menunjukkan itu adalah
university based dan school based (NIE, 2009).
konsistennya dalam raihan prestasi pada The
Perbedaannya, adalah jika university based
Trends in International Math and Science
yang dilakukan maka program pendidikan
124

guru sepenuhnya dirancang oleh universitas. pendidik dan sekolah sebagai mitra untuk
Sementara sekolah dijadikan mitra sebagai tempat berlatih mendidik. Penyiapan tenaga
tempat praktik mengajar. Di sisi lain, pada pendidik vokasi paling tidak bisa dilakukan
scholl based, sekolah merancang program dan melalui dua cara. Pertama, calon pendidik
melaksanakannya, sedangkan universitas (preservice) menguasai dua kemampuan/
mengakreditasinya. Kebanyakan yang terjadi keahlian; yaitu penguasaaan subject
dengan pendidikan guru di Indonesia mirip matter/materi dan pengalaman mengajar.
seperti model university based yang ada di Bidang vokasi menuntut penguasaan materi
Singapura. Berikut ini ditunjukkan pada teoretis dan praktek, karena itu dibutuhkan
Gambar 1. model pendidikan guru yang dua lembaga mitra yaitu sekolah dan dunia
diutarakan di atas. industry. Kedua, calon pendidik bisa direkrut
Dalam menyiapkan tenaga pendidik dari para pekerja industry untuk mengajar.
vokasi kita dihadapkan pada dua tantangan Dalam kasus terakhir ini hanya kemampuan
utama (Lucas et.al.,2012). Lembaga pendidikan mengajar yang perlu lebih ditekankan kepada
tenaga kependidikan (LPTK) dan sekolah calon pendidik karena penguasaan praktek di
merupakan dua lembaga yang saling industry dipandang sudah memadai.
mendukung. LPTK menyiapkan tenaga

Gambar 1. Model pendidikan guru di NIE dan enam kunci rekomendasi


125

Pengalaman mengajar baik di sekolah Program penyiapan pendidik vokasi


maupun pengalaman praktik di industry harus memperhatikan, menyediakan,
semestinya dapat dikelola dengan baik dan memfasilitasi atau memberikan fondasi untuk
tepat (Barabasch and Watt-Malcom, 2013). terus belajar tentang mengajar dan
Bahkan pengalaman lapangan semacam itu mengembangkan fokus yang lebih besar pada
bisa diberikan di awal (Retallick dan Miller, kreativitas berkualitas tinggi, dan pengalaman
2010), dengan catatan disesuaikan klinis belajar. Memang, kita sadari bahwa
perkembangan mahasiswa calon pendidik calon pendidik vokasi perlu memahami dunia
tersebut. Pengalaman lapangan awal (early field pengajaran yang kompleks, namun dengan
experiences/EFE) dapat dijadikan sebagai pemahaman yang baik itu akan memudahkan
komponen pendidikan guru preservice, dalam menganalisis dan melakukan proses
mengingat pengalaman ini dapat menawarkan pengajaran. Berikut ini digambarkan model
eksplorasi karir dan ke depan dapat dijadikan pengalaman lapangan awal penyiapan tenaga
sebagai moment pengembangan keguruannya. pendidik vokasi dari Retallick dan Miller
(2010).

Gambar 2. Model pengalaman lapangan awal penyiapan tenaga pendidik vokasi


(Retallick dan Miller, 2010).
126

Menurut Retallick dan Miller (2010) memperhatikan strategi pembelajaran awal


strategi pembelajaran di mana hasil dari EFE yang dapat digunakan untuk memenuhi hasil
terpenuhi adalah hal yang terpenting (Tabel 1). eksplorasi karir. Strategi pembelajaran yang
Profesi mengajar adalah panggilan jiwa, maka berkaitan dengan outcome pengalaman
penyiapan tenaga pendidik perlu lapangan awal ditunjukkan sebagai berikut.

Tabel 2. Strategi pembelajaran berkaitan dengan outcome pengalaman lapangan awal


(Retallick dan Miller, 2010)
Orientasi Outcome Strategi pembelajaran
Ekploratori Ekplorasi karir Observasi terbimbing
Journaling
Identifikasi karakteristik guru yang baik
Dialog
Seminar di kampus
Wawancara/tatap muka pengelola atau
konselor
Pengembangan guru Pengembangan Tugas-tugas terstruktur
keterampilan
Pengajaran mini-lesson
Tutorial
Analisis perbedaan gaya mengajar dan
belajar
Aplikasi Pengembangan rencana pengajaran
(lesson plan)
Pengetahuan Analisis studi kasus
Penilaian dan analisis belajar siswa
Pemantauan belajar dan pengajaran
siswa
Identifikasi prinsip dan strategi guru
Penggabungan Pengembangan porofolio
teori dan praktik
Rencana pembelajaran
Pemanfaatan strategi penilaian formal
dan informal
Interaksi dengan guru dan pembimbing
di kampus
Partisipasi dalam guru mengajar (in-
service)/pengembangan profesi
Transisi dari Refleksi melalui tulisan tentang guru
mahasiswa ke
pendidik
Kritik terhadap pengajaran, lingkung-an
pengajan, dan program pengajaran
Refleksi dari observasi praktek mengajar
Refleksi dan analisis secara sistematik
Pemahaman etika, hokum, social, dan
isu-isu kemanusiaan
Komunikasi peran guru dalam
komunitasnya
Artikulasi pemahaman filosofi dan
tujuan, kepentingan, hubungan degan
pendidikan agrikultur
127

2.4 Kurikulum penyiapan tenaga pendidik kepribadian sebagaimana tertuang dalam


vokasi di Fakultas Teknik UNY Permendiknas nomor 16 tahun 2007.
Sebaran mata kuliah yang digunakan
Kurikulum sebagai acuan pelaksanaan
dalam pendidikan calon guru/pendidik
dalam mencapai tujuan pendidikan vokasi
vokasi (FT UNY, 2009) meliputi kelompok
disusun berdasarkan konsep berbasis
mata kuliah (subject matter) dasar umum (18
kompetensi. Tuntutan standar kompetensi
sks), dasar kependidikan (13 sks), dasar
yang harus dimiliki oleh tenaga pendidik dan
kejuruan (6 sks), kependidikan fakulter (6 sks),
persyaratan profesionalisme harus dapat
bidang studi (78 sks) dan konsentrasi (21-28
diobservasi dan dievaluasi dari penguasaan
sks). Perbandingan persentase jam pelaksana-
kemampuan teknisnya. Persyaratan kompe-
an perkuliahan antara teori, praktik dan
tensi yang harus dimiliki calon pendidik
lapangan berturut-turut adalah 62%, 27% dan
umumnya dan bidang vokasi meliputi
11%. Struktur sebaran dan pelaksanaan kuri-
kompetensi pedagogic, profesional, social dan
kulum ditunjukkan pada Gambar 3.

VIII TA Sripsi 6 sks


PPL &
VII KKN PI & Proyek 6 sks Program
6 sks Keahlian/konsentrasi
Konsentrasi
VI
21-28 sks
Kepend.
V 25 sks,
IV dasar
kepend.
III Dasar umum 18
13 sks, Dasar kependidikan
II sks, fakultas 6 sks,
kejur. dan keteknikan
prodi 78 sks
I 12 sks
I

Sem. Strata 1 (148-153 sks) Kompetensi

Gambar 3. Struktur sebaran dan pelaksanaan kurikulum (FT UNY, 2009)

Mencermati struktur kurikulum di atas termasuk kapasitasnya sebagai pendidik yang


dan kemudian dikaitkan dengan tuntutan di-mentor oleh veteran expert . Kapasitas guru
pendidikan vokasi pada melinium ketika yang untuk mengajar di kelas dan bekerja secara
saat ini memasuki decade kedua, sekaligus kolaburatif dalam komunitas profesionalnya
disinkronkan dengan Permendinas Nomor 16 harus telah dibangun secara sistematis melalui
tahun 2007 tentang Standar kualifikasi pendidikan akademik guru.
akademik dan kompetensi guru, nampaknya
masih ada celah-celah (gap) yang perlu 3. Simpulan
ditambal. Penambalan ini dimaksudkan untuk
Berikut ini disampaikan beberapa
mengantisipasi masa depan yang digambar-
kesimpulan berkaitan dengan tantangan
kan sebagai tuntutan higher order skills, dengan
penyiapan tenaga pendidik vokasi pada abad
empat K, yaitu kreativitas, kritis berpikir,
ke-21, sebagai berikut:
komunikasi, dan kolaborasi. Untuk itu di-
a. Peningkatan kualitas SDM di Indonesia
perlukan analisis yang lebih mendalam apa-
dapat mendorong lembaga pendidikan
kah penyiapan tenaga pendidik vokasi ter-
dan pelatihan lebih responsif untuk
sebut sudah sesuai dengan tuntutan jaman.
menjawab tantangan dan permintaan
Setidak-tidaknya sebagaimana Sahlberg (2010)
pasar tenaga kerja.
menyiapkan tenaga pendidik perlu menguasai
konten, pedagogi, dan teori kependidikan
128

b. Pendidikan vokasi mengalami Lucas, Bill. Ellen Spencer, Guy Claxton. 2012.
rekonseptualisasi, berkenaan dengan How to teach vocational education: A theory
sejumlah rekomendasi menyeluruh of vocational pedagogy. Winchester: The
terhadap sistem kualifikasi, kualitas dan City & Guilds Centre for Skills
ketelitian yang tinggi. Dalam menyiapkan Development (CSD).
tenaga pendidik vokasi, calon pendidik National Association of State Directors of
(preservice) menguasai dua kemampuan/ Career Technical Education Consortium
keahlian; yaitu penguasaaan subject (NASDCTEC). 2010. Reflect, Transform,
matter/materi dan pengalaman mengajar Lead: A New Vision for Career Tech-
atau calon pendidik direkrut dari para nical Education. Silver Spring, MD.
pekerja industry untuk mengajar. Diunduh dari www.careertech.org.
c. Profesi mengajar adalah panggilan jiwa,
National Institute of Education. 2009. A
penyiapan tenaga pendidik perlu
Teacher Education Model for the 21 st
memperhatikan strategi pembelajaran
Century . Singapore: NIE.
yang dapat digunakan untuk memenuhi
hasil eksplorasi karir. Strategi OECD, Survei OECD Perekonomian
pembelajaran yang berkaitan dengan Indonesia. September 2012
outcome pengalaman lapangan dapat Pacific Policy Research Center. 2010. 21st
dijadikan sebagai pengembangan tenaga Century Skills for Students and Teachers.
pendidik itu sendiri. Honolulu: Kamehameha Schools,
d. Tuntutan higher order skills, dengan Research & Evaluation Division.
empat K (kreativitas, kritis berpikir, Permendikanas Nomor 16 Tahun 2007 tentang
komunikasi, dan kolaborasi) lebih Standar kualifikasi akademik dan
ditekankan dalam penyiapan tenaga kompetensi guru.
pendidik vokasi agar sesuai dengan Retallick, Michael S. dan Greg Miller. 2010.
tuntutan jaman. Penyiapan tenaga pen- Teacher Preparation in Career and Technical
didik perlu menguasai konten, pedagogi, Education: A Model for Developing and
dan teori kependidikan termasuk Researching Early Field Experiences.
kapasitasnya sebagai pendidik dalam Journal of Career and Technical
komunitas profesionalnya harus telah Education, Vol. 25, No. 1, Spring, 2010
dibangun secara sistematis melalui Page 62.
pendidikan akademik guru.
Sahlberg, Pasi. 2010. The Secret to Finlands
Success: Educating Teachers. Stanford:
DAFTAR PUSTAKA
Director General, Centre for Inter-
Alisyahbana, Arminda S., 2010. Peta jalan national Mobility and Cooperation
percepatan pencapaian tujuan Stanford Center for Opportunity Policy
pembangunan milenium di Indonesia. in Education.
Jakarta: Kementerian PPN/ BAPPENAS. Satuan Tugas Pengembangan Pendidikan dan
Barabasch, Antje and Bonnie Watt-Malcom. Pelatihan Kejuruan. 1997. Keterampilan
2013. Teacher preparation for vocational menjelang 2020 untuk era global. Jakarta:
education and training in Germany: a Departemen Pendidikan dan
potential model for Canada?. Compare. Kebudayaan.
Vol. 43, No.2, 155-183. Routledge Taylor SEG Measurement. The challenge of modeling
& Francis Gr 21st century learning. New Hope PA:
Evans, Karen. 2012. The quest for modern Atomic Learning.
vocational educationGeorg Kerschens- Susmono La Ode, dkk., 2006. Di belantara
teiner between Dewey, Weber and pendidikan bermoral: Biografi
Simmel, by Philip Gonon, Bern, Peter Pemikiran dan Kepemimpinan Prof.
Lang, 2009, 278. pp., 58 (softcover), Suyanto, Ph.D. Yogyakarta: UNY Press.
ISBN 978-3-0343-0026-1, Journal of
Vocational Education & Training, 64:4, Sclafani, Susan . 2008. Rethinking Human
563-565. Capital in Education: Singapore As A
Model for Teacher Development.
Fakultas Teknik. 2009. Kurikulum Fakultas Washington DC: The Aspen Institute .
Teknik 2009. Yogyakarta: Fakultas
Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.
129

TANTANGAN GURU PKN DI ERA GLOBAL


Santoso
PGSD FKIP UMK
sentosa_mpd@yahoo.co.id

Abstrak
Guru merupakan salah satu tenaga kependidikan yang mempunyai peran penting sebagai salah satu
penentu keberhasilan tujuan pendidikan, karena guru yang langsung bersinggungan dengan peserta
didik untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien yang muaranya akan
menghasilkan lulusan yang diharapkan. Guru PKn di era global merupakan salah satu guru yang
memiliki peran yang sangat penting mengingat pengaruh arus globalisasi yang bisa berdampak
negatif terhadap moral siswa. Kinerja guru PKn harus selalu ditingkatkan mengingat tantangan dunia
pendidikan untuk menghasilkan kualitas sumber daya manusia yang mampu bersaing di era global
semakin meningkat. Rumusah masalah yang akan dikaji adalah 1). Bagaimana guru mata pelajaran
PKn yang profesional di era global? 2. Bagaimana tantangan guru PKn di era global?.
Guru PKn yang profesional harus memiliki empat kompetensi yang sudah ditetapkan dalam
lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru, yang terdiri dari kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesianal. Dari keempat kopetensi yang harus dimiliki guru
tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena ke empat-empatnya merupakan komponen
yang terintegarsi dalam kinerja guru sebagai pengajar yang profesional. Guru PKn diharapkan tidak
hanya transfer khowledge, tetapi harus bisa membentuk perilaku siswa yang berbudi pekerti luhur
sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Tantangan guru PKn di era global semakin berat mengingat guru PKn dituntut untuk menjadi guru
yang bisa membentuk perilaku para siswa yang memiliki moral yang baik. Untuk membentuk
menjadi warga Negara yang memiliki moral yang baik tidak mudah karena perkembangan teknologi
dan informasi yang semakin pesat selain berdampak positif juga negatif. Apabila peserta didik tidak
memiliki moral yang kuat tentunya siswa akan terpengaruh pada hal-hal yang negatif yang bisa
merusak moral siswa.
Kata kunci: guru profesional, tantangan guru pkn.

(2003) bahwa dari 146.052 SD di Indonesia


1. Pendahuluan
ternyata hanya delapan sekolah saja yang
Salah satu tujuan Negara Indonesia mendapat pengakuan dunia dalam kategori
adalah untuk mencerdaskan kehidupan The Primary Years Program (PYP). Dari 20.918
bangsa. Negara Indonesia sudah merdeka dari SMP di Indonesia ternyata juga hanya delapan
Tahun 1945, akan tetapi kalau kita lihat apakah sekolah yang mendapat pengakuan dunia
tujuan Negara tersebut sudah tercapai dengan dalam kategori The Middle Years Program
baik? Tentunya masih belum. Hal ini bisa kita (MYP) dan dari 8.036 SMA ternyata hanya
lihat dari kualitas pendidikan yang masih tujuh sekolah saja yang mendapat pengakuan
tertinggal dengan Negara lainnya di Asia. dunia dalam kategori The Diploma Program
Menurut survei Political and Economic Risk (DP). Penyebab rendahnya mutu pendidikan
Consultant (PERC), kualitas pendidikan di di Indonesia antara lain adalah masalah
Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 efektifitas, efisiensi dan standardisasi
negara di Asia. Posisi Indonesia berada di pengajaran (Mulyasa, 2005:5).
bawah Vietnam. Data yang dilaporkan The Berdasarkan data diatas sudah saatnya
World Economic Forum Swedia (2000), Indonesia pendidikan di Indonesia segera untuk diting-
memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya katkan kualitasnya supaya tidak ketinggalan
menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang dengan negara lainnya. Pendidikan sebagai
disurvei di dunia. salah satu pilar penting di era global untuk
Kualitas pendidikan Indonesia yang menghadapi tantangan ke depan yang se-
rendah itu juga ditunjukkan data Balitbang makin kompetitif maka pendidikan selayak-
130

nya sudah menjadi perhatian utama yang kriteria ini adalah bahwa setiap calon guru
harus dibenahi, salah satunya adalah membe- yang memenuhi syarat tersebut diharapkan
nahi kualitas guru. Guru sebagai salah satu akan berhasil mengemban tugasnya selaku
komponen yang penting untuk perbaikan pengajar di sekolah.
kualitas pendidikan di Indonesia. Di dalam menciptakan guru-guru yang
Pada dasarnya tanggungjawab untuk memenuhi kualifikasi profesional, pada masa
memperbaiki kualitas pendidikan diantaranya sekarang, pemerintah telah menciptakan
ada pada guru PKn, karena guru PKn program-program pendidikan profesi, yang
merupakan guru yang memiliki tugas yang dilaksanakan terhadap seluruh guru-guru di
besar untuk perbaikan moral siswa yang Indonesia, yang bertujuan untuk
sekarang ini mengalami degradasi moral, meningkatkan kinerja guru dalam proses
apabila moral siswa baik perilaku siswa akan pembelajaran.
bisa amanah untuk menjalankan pengetahuan Sebagian ahli memandang bahwa
yang diperoleh pada mata pelajaran lainnya. mengajar adalah sebuah seni, bukan ilmu.
Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarga- Karena tidak semua orang berilmu bisa
negaraan sebagai pilar yang terdepan dalam menjadi guru yang piawai dalam hal
perbaikan kualitas pembelajaran yang dapat mengajar. Oleh karena itu mengajar
menghasilkan sumber daya manusia yang merupakan sebuah pekerjaan yang termasuk
berkualitas sebagai warga Negara yang baik. pekerjaan profesional, karena di butuhkan
Untuk mewujudkan warga Negara yang baik keahlian khusus, yang di dapat melalui
guru mata pelajaran Pendidikan Kewarga- pendidikan di lembaga tertentu.
negaraan berperan penting untuk hal tersebut, Berdasarkan pendapat diatas, menurut
karena salah satu tujuan adanya mata penulis, Guru Pendidikan Kewarganegaraan
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ada- yang profesional, bukan hanya terpaku pada
lah membentuk pengetahuan, keterampilan keahlian dan kemahiran, namun juga
dan sikap yang baik pada warga Negara. Akan mencakup prilaku, moralitas, dan panggilan
tetapi tantangan ke depan di era globaliasi ini jiwa untuk mengabdi dan menjadi guru yang
tidak mudah, karena pengaruh dari luar seutuhnya. Guru PKn yang profesional di era
terhadap perilaku siswa juga besar. Apabila sekarang harus mampu memberikan teladan
guru tidak mampu menghadirkan pembel- yang nyata tidak hanya teori saja.
ajaran yang efektif dan efisien sesuai dengan Mata pelajaran Pendidikan Kewarga-
perubahan yang terjadi maka bisa saja siswa negaraan merupakan salah satu mata pelajaran
tidak termotivasi untuk belajar mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, baik di tingkat
Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Per-
tama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA)
2. Pembahasan maupun di Perguruan Tinggi (PT), merupakan
2.1 Guru Mata Pelajaran PKn yang mata pelajaran yang bertujuan atau mem-
Profesional di Era Global bicarakan tentang hak dan kewajiban sebagai
warga Negara, disebut juga sebagai mata
Guru yang profesional pada umumnya pelajaran pembentukan kepribadian, menurut
sesuai dengan pasal 10 Undang-undang No 14 Zamroni, sebagaimana dikutip Sofhian dan
tahun 2005 tentang guru dan dosen yaitu Asep Sahid (2011:9), Pendidikan Kewarga-
memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi negaraan adalah pendidikan demokrasi yang
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompe- bertujuan mempersiapkan warga masyarakat
tensi profesional yang diperoleh melalui berpikir kritis dan bertindak demokratis,
pendidikan profesi. melalui aktivitas menanamkan kesadaran
Di dalam Hamalik (2002: 35), di jelaskan kepada generasi baru, bahwa demokrasi
bahwa: Kompetensi guru merupakan alat adalah bentuk kehidupan masyarakat yang
seleksi penerimaan guru, perlu ditentukan paling menjamin hak-hak warga masyarakat.
secara umum kompetensi apakah yang perlu Sebagai sebuah mata pelajaran, PKn juga
dipenuhi sebagai syarat agar seseorang dapat menuntut profesionalisme guru dalam
diterima menjadi guru. Dengan adanya syarat mengajar, karena guru dituntut untuk
sebagai kriteria penerimaan calon guru, maka menguasai seluruh aspek kompetensi, baik
akan terdapat pedoman bagi administrator pedagogik, sosial, kepribadian maupun
dalam memilih mana guru yang diperlukan kompetensi profesional, namun, masih banyak
untuk satu sekolah. Asumsi yang mendasaari ditemukan guru yang mengajar mata pelajaran
131

PKn tidak berkompeten dalam melaksanakan ajaran, pelaksanaan pembelajaran yang men-
pembelajaran, atau lebih tepatnya tidak didik dan dialogis, pemanfaatan teknologi
profesional, yang paling umum ditemui pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pe-
adalah ketidak sesuaian rumpun ilmu, artinya, ngembangan peserta didik untuk meng-
guru yang mengajar PKn, tidak berasal dari aktualisasikan berbagai potensi yang
lembaga yang khusus mendidik calon guru- dimilikinya.
guru PKn, harusnya jika ingin menciptakan Guru PKn harus bisa melaksanakan
pembelajaran yang baik, dan mendapatkan pembelajaran secara efektif dan efisien sesuai
guru yang profesional dalam mengajar, dengan tujuan pembelajaran yang dicapai.
perekrutan guru tidak didasarkan suka atau Menggunakan metode pembelajaran yang
tidak suka, atau karena alasan yang bersifat kontekstual sesuai dinamika yang terjadi pada
subjektif, melainkan atas dasar yang objektif, lingkungan siswa. Guru PKn tidak hanya teori
yaitu kompetensi yang berlaku secara umum tetapi mencoba semaksimal mungkin untuk
untuk semua calon guru. memberikan pembelajaran yang memberikan
Hamalik (2002: 35) menjelaskan bahwa: contoh yang relevan sesuai dengan kondisi
Kompetensi sangat diperlukan untuk me- yang ada di sekitar kita.
laksanakan fungsi profesi. Dalam masyarakat
2.1.2 Guru PKn harus memiliki kompetensi
yang kompleks seperti masyarakat modern kepribadian, yaitu:
dewasa ini, guru yang professional harus
mampu membuat keputusan yang tepat dan Memiliki kepribadian yang baik mantap,
kemampaun membuat kebijaksanaan yang stabil, dewasa, arif dan bijaksana, berwibawa,
tepat. Untuk itu diperlukan banyak ke- berakhlak mulia, menjadi teladan bagi peserta
terangan yang lengkap agar jangan menimbul- didik dan masyarakat, secara obyektif meng-
kan kesalahan yang akan menimbulkan ke- evaluasi kinerja sendiri, mengembangkan diri
rugian, baik bagi diri sendiri maupun bagi secara mandiri dan berkelanjutan.
masyarakat. Kesalahan dapat menimbulkan Mata pelajaran Pendidikan Kewarga-
akibat yang fatal dan malapetaka yang negaraan merupakan mata pelajaran yang
dahsyat. Itu sebabnya kebijaksanaan, pem- memiliki tugas mulia untuk membentuk ke-
buatan keputusan, perencanaan, dan pena- pribadian warga negara yang baik sesuai
nganan harus ditangani oleh para ahlinya, dengan nilai-nilai Pancasila. Untuk mem-
yang memiliki kompetensi profesional dalam bentuk kepribadian yang baik maka dibutuh-
bidangnya. kan guru yang memiliki kepribadian yang
Guru merupakan komponen dalam baik. Guru yang memiliki kepribadian yang
belajar mengajar yang berinteraksi langsung baik berperan penting untuk memberikan
dengan peserta didik, sehingga dituntut contoh yang baik terhadap siswa, sehingga
profesional. Jika memperhatikan beberapa siswa akan tertarik untuk mengikuti pribadi
karakteristik profesional guru, maka sudah yang baik tersebut. Apabila guru mata pel-
sewajarnya bahwa guru mata pelajaran Pendi- ajaran Pendidikan Kewarganegaraan tidak
dikan Kewarganegaraan yang profesional memiliki kepribadian yang baik, tentunya
harus didukung oleh beberapa kompetensi menjadi permasalahan tersendiri yang dapat
sesuai dengan Undang-undang No. 14 Tahun menghambat semangat belajar siswa karena
2005 tentang Guru dan Dosen, adalah gurunya kurang bisa memberikan contoh
seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan kepribadian yang baik.
perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan 2.1.3 Guru PKn Harus Memiliki Kompetensi
dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas Sosial
keprofesionalan, diantaranya
Kemampuan dalam hubungan dengan
2.1.1 Guru PKn harus memiliki kompetensi kemasyarakatan, sekurang-kurangnya meli-
pedagogik. puti: berkomunikasi lesan, tulisan, dan/atau
Kompetensi pedagogik merupakan ke- isyarat, menggunakan teknologi komunikasi
mampuan guru dalam pengelolaan pembe- dan informasi secara fungsional, bergaul
lajaran peserta didik yang sekurang- secara efektif dengan peserta didik, sesama
kurangnya meliputi: pemahaman wawasan pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/
atau landasan kependidikan, pemahaman wali peserta didik, bergaul secara santun
terhadap peserta didik, pengembangan dengan masyarakat sekitar. Guru PKn ketika
kurikulum/silabus, perancangan pembel-
132

di masyarakat juga harus bisa berperan dan Rumusan pasal 3 di atas, jelaslah bahwa
memberikan teladan yang baik. pendidikan nasional memiliki tujuan jangka
panjang yang sangat mulia, yaitu menjadikan
2.1.4 Guru PKn harus memiliki kompetensi
profesional, meliputi: peserta didik beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, di
Menguasai materi PKn secara baik sesuai samping memiliki kompetensi sifat-sifat lain
dengan perkembangan zaman, penguasaan yang juga sangat penting dalam rangka
kurikulum, penguasaan substansi keilmuan, pencapaian kualitas manusia yang sesuai
penguasaan terhadap struktur dan metodologi dengan karakter jatidiri bangsa Indonesia.
keilmuannya. Poin penting yang perlu diperhatikan dari
Dengan demikian, maka guru Pendidikan pasal diatas adalah manusia yang beriman,
Kewarganegaraan yang profesional harus bertaqwa, dan berakhlak atau berkarakter
memiliki kompetensi-kompetensi tersebut, mulia. Ketiga kompetensi ini saling terkait dan
sehingga guru PKn dituntut bukan hanya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Iman
sebagai pemberi materi saja, tetapi juga adalah fondasi yang mendasari ketaqwaan
bertanggung jawab terhadap pembinaan moral dan karakter seseorang. Taqwa menjadi
dan perilaku pelajar yang sesuai dengan nilai, bentuk pengamalan (aplikasi) dari keyakinan
moral, dan norma yang berlaku dimasyarakat seseorang terhadap Tuhan (iman). Sedangkan
sehingga akan terbentuk menjadi warga karakter (akhlak) sebenarnya merupakan hasil
negara indonesia yang baik. atau akibat dari pelaksanaan taqwa. Jadi,
2.2 Tantangan Guru PKn di Era Global dapat dikatakan bahwa orang yang
berkarakter seharusnya sudah memiliki iman
Di era global tugas guru Pendidikan yang kuat dan sudah memiliki ketaqwaan
Kewarganegaraan semakin berat, karena yang benar.
secara langsung maupun tidak langsung Berangkat dari hal tersebut diatas, secara
globaliasi akan berpengaruh pada pendidikan formal guru mata pelajaran Pendidikan
pada umumnya dan berdampak pada perilaku Kewarganegaraan memiliki tugas yang besar
siswa pada khususnya. Globalisasi memiliki untuk melaksanakan kegiatan proses
dampak positif dan negatif. Siswa pada pembelajaran yang efektif dan efisien yang
dasarnya tidak mudah untuk menyerap mengarah kepada pembentukan watak dan
dampak positif dari globalisasi dan siswa budi pekerti generasi muda bangsa memiliki
apabila tidak memiliki moral dan etika yang landasan yuridis yang kuat. Namun, sinyal
baik bisa saja siswa akan lebih mudah tersebut baru disadari ketika terjadi krisis
terpengaruh dampak negatif dari globalisasi, akhlak yang menerpa semua lapisan
sehingga perilaku siswa menjadi kurang baik. masyarakat. Tidak terkecuali juga pada siswa-
Tentunya dengan adanya globalisasi tugas siswi sekolah dasar. Untuk mencegah lebih
guru PKn untuk membentuk perilaku siswa parahnya krisis akhlak, kini upaya tersebut
yang baik tidak mudah. Memang di era global mulai dirintis melalui pendidikan nilai-nilai
pendidikan harus bisa menyediakan sumber karakter. Dalam pemberian pendidikan nilai
daya manusia yang memiliki daya saing di era karakter di sekolah dasar, Kementerian
global. Pendidikan Nasional membuat kebijakan
Untuk mencapai tujuan pendidikan tentang penyelenggaraan pendidikan karakter
nasional tidak mudah, butuh peran serta dan di sekolah, antara lain; pertama, bahwa
kerjasama yang baik dari para guru diantara pendidikan karakter bangsa diberikan berdiri
guru PKn. Sesuai dengan Pasal 3 UU No. 20 sendiri sebagai suatu mata pelajaran. Kedua,
tahun 2003 menegaskan: pendidikan nasional pendidikan karakter bangsa diberikan secara
berfungsi mengembangkan kemampuan dan terintegrasi dalam mata pelajaran PKn,
membentuk watak serta peradaban bangsa pendidikan agama, dan mata pelajaran lain
yang bermartabat dalam rangka yang relevan. Ketiga, pendidikan karakter
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan bangsa terintegrasi ke dalam semua mata
untuk berkembangnya potensi peserta didik pelajaran. Kebijakan tersebut pada dasarnya
agar menjadi manusia yang beriman dan sudah dijalankan sekolah akan tetapi hasil
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang diperoleh pada setiap siswa masih
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, kurang maksimal. Hal ini bisa dilihat dari
mandiri, dan menjadi warga negara yang kondisi yang ada di masyarakat sering terjadi
demokratis serta bertanggung jawab. hal-hal yang menyimpang dari nilai-nilai yang
133

ada dimasyarakat, diantaranya sering ada kan proses pendidikan yang terarah pada
tawuran pelajar, mencontek massal, dan siswa pengembangan kemampuan individu sehing-
kurang memiliki sopan santun. ga menjadi warga negara yang cerdas,
Adanya kondisi diatas tugas guru partisipatif, dan bertanggung jawab yang pada
Pendidikan Kewarganegaraan semakin gilirannya mampu mendukung berkembang-
menantang, mengingat materi yang harus nya kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
disampaikan tidak hanya pada mata pelajaran bernegara Indonesia yang cerdas dan berbudi
Pendidikan Kewarganegaraan akan tetapi juga pekerti luhur. Sedangkan misi yang diemban
harus bisa mengajarkan pendidikan karakter mata pelajaran PKn adalah sebagai berikut:
pada siswa. Adanya penambahan materi a. Memanfaatkan kenyataan dan kecende-
tentunya akan menambah materi maupun jam rungan masyarakat yang semakin trans-
pembelajaran tetapi alokasi jam pembelajaran paran, tuntutan, tuntutan kendali mutu
dikelas tidak ada penambahan. Guru PKn yang semakin mendesak dan proses
merupakan guru yang dominan bertanggung demokratisasi yang semakin intens dan
jawab terhadap penanaman nilai-nilai karakter meluas sebagai konteks dan orientasi
pada siswa di sekolah. Guru PKn dituntut pendidikan demokrasi.
bukan hanya sebagai pemberi materi saja, b. Memanfaatkan substansi berbagai disiplin
tetapi juga bertanggung jawab terhadap ilmu yang relevan sebagai wahana
pembinaan moral dan perilaku pelajar yang pedagogis untuk menghasilkan dampa
sesuai dengan nilai, moral, dan norma yang instruksional dan pengiringnya wawasan,
berlaku dimasyarakat sehingga akan terbentuk disposisi, dan keterampilan kewarga-
menjadi warga negara indonesia yang baik. negaraan sehingga dihasilkan desain
Pada dasarnya mata pelajaran Pendidikan kurikulum yang bersifat interdisipliner.
Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang c. Memanfaatkan berbagai konsep, prinsip,
bersifat dinamis. Dalam sejarahnya Pendidik- dan prosedur pembelajaran yang me-
an Kewarganegaraan kita telah mengalami mungkinkan para peserta didik mampu
banyak sekali pergantian dan perubahan. Pada belajar demokrasi dalam situasi yang
tahun 1957 muncul dengan nama Kewarga- demokratis.
negaraan. Tahun 1961 berubah nama menjadi
Berdasarkan visi dan misi tersebut, mata
pelajaran Civics. Tahun 1968 berganti menjadi
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Kewargaan Negara. Tahun 1975 berubah
bertujuan untuk mengembangkan potensi
menjadi Pendidikan Moral Pancasila (PMP)
individu warga Negara Indonesia sehingga
hingga pada kurikulum 1984. Kurikulum
memiliki wawasan, disposisi, dan ke-
tahun 1994 berubah kembali menjadi
terampilan kewarganegaraan yang memadai,
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
yang memungkinkan untuk berpartisipasi
(PPKn). Tahun 2004 berubah dengan label
secara cerdas dan bertanggung jawab dalam
baru Kewarganegaraan berdasar Kurikulum
berbagai dimensi kehidupan bermasyarakat,
2004, 2006 menjadi Pendidikan Kewarga-
berbangsa, dan bernegara Indonesia.
negaraan (PKn) berdasarkan Standar Isi dan
Pengembangan kemampuan atau ke-
2013 menjadi Pendidikan Pancasila dan
cerdasan warga Negara sebagai tujuan pada
Kewarganegaraan (PPKn) kembali.
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Barangkali di antara mata pelajaran lain-
akan diwujudkan melalui pemahaman,
nya mata pelajaran Pendidikan Kewarga-
keterampilan sosial, dan intelektual, serta
negaraan yang paling sering mengalami
partisipasi dalam memecahkan permasalahan
perubahan. Para guru yang sebe1umnya
lingkungan. Selanjutnya, upaya pengem-
mengajarkan mata pelajaran Pendidikan
bangan kecerdasan warga negara sebagai
Kewarganegaraan se1anjutnya akan mulai
tujuan PKn diorganisasi dalam kurikulum
mengajarkan Pendidikan Pancasila dan
yaitu Kurikulum Standar Nasional PKn untuk
Kewarganegaraani. Merupakan peluang
Pendidikan Dasar dan Menengah.
sekaligus tantangan bagi guru Pendidikan
Adanya perubahan pada materi dan
Kewarganegaraan untuk mampu me-
tujuan pada mata pelajaran PKn membuat
ngembangkan pembelajaran sehingga berhasil
paradigma mata pelajaran PKn berubah.
sesuai dengan visi dan misi yang diembannya.
Paradigma baru pendidikan kewarganegaraan
Dalam kurikulum Standar Nasional PKn
berorientasi pada terbentuknya masyarakat
untuk Pendidikan Dasar dan Menengah
demokratis atau lebih dikenal dengan
disebutkan bahwa visi PKn adalah mewujud-
134

masyarakat madani (civil society) (Muchson Materi mata pelajaran yang bersifat dinamis,
AR, 2003). Paradigma baru mata pelajaran dimana setiap saat materi mata pelajaran bisa
Pendidikan Kewarganegaraan berupaya berubah sesuai dengan kebijakan kementerian
memberdayakan warga negara melalui proses pendidikan nasional, sehingga guru PKn harus
pendidikan agar mampu berperan serta aktif aktif menyesuaikan materi ajarnya.
dalam system pemerintahan yang demokratis.
Pendidikan Kewarganegaraan menjadi DAFTAR PUSTAKA
strategis dan mutlak bagi perwujudan Asmani, Jamal Mamur. 2012. Buku Panduan
masyarakat dan negara demokrasi. Hal ini Internalisasi Pendidikan Karakter di
sejalan dengan pernyataan bahwa negara Sekolah. Yogyakarta: Diva press.
demokrasi dalam suatu negara hanya akan
tumbuh subur apabila dijaga oleh warga Depdikbud. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
negara yang baik, berbudi pekerti yang luhur Jakarta: Balai Pustaka
sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. E. Mulyasa. 2004. Kurikulum Berbasis Kompen-
tensi. Bandung: PT. Remaja Rosda
3. Simpulan Karya.
Guru PKn merupakan guru yang E. Mulyasa. 2005. Menjadi Guru Profesional
dominan bertanggung jawab terhadap Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
penanaman nilai-nilai karakter pada siswa di Menyenangkan. Bandung: PT. Remaja
sekolah. Guru PKn dituntut bukan hanya Rosda Karya.
sebagai pemberi materi saja, tetapi juga E. Mulyasa. 2007. Standar Kompetensi dan
bertanggung jawab terhadap pembinaan moral Sertifikasi Guru. Bandung: PT. Remaja
dan perilaku pelajar yang sesuai dengan nilai, Rosdakarya.
moral, dan norma yang berlaku dimasyarakat Hamalik, Oemar. 2001. Kurikulum dan
sehingga akan terbentuk menjadi warga Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
negara indonesia yang baik. Guru PKn yang
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar.
profesional harus memiliki empat kompetensi Jakarta: Bumi Aksara.
yang sudah ditetapkan dalam lampiran
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Hamzah. B. Uno. 2007. Profesi Kependidikan.
tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Jakarta. Bumi Aksara.
Akademik dan Kompetensi Guru, yang terdiri Sudarwan Darwin. 2002. Inovasi Pendidikan
dari kompetensi pedagogik, kompetensi dalam Upaya Peningkatan Profesionalis-
kepribadian, kompetensi sosial, dan me Tenaga Kependidikan. Bandung:
kompetensi profesianal. Dari keempat Pustaka Setia.
kopetensi yang harus dimiliki guru tersebut Suyanto. 2006. Di Belantara Pendidikan Bermoral.
tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena Yogyakarta: UNY Press.
ke empat-empatnya merupakan komponen Uzer Usman. 2006. Menjadi Guru Profesional.
yang terintegarsi dalam kinerja guru sebagai Bandung: Remaja Rosda Karya.
pengajar yang profesional. Guru PKn
diharapkan tidak hanya transfer khowledge, Wibowo, Agus. 2012. Pendidikan Karakter Usia
tetapi harus bisa membentuk perilaku siswa Dini. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
yang berbudi pekerti yang bermoral sesuai Wuryandani, wuri dan Fathurrohman. 2011.
dengan nilai-nilai Pancasila. Pembelajaran PKn di Sekolah Dasar.
Tantangan guru PKn di era global Yogyakarta: Nuha Litera
semakin berat mengingat guru PKn dituntut Zuriah, Nurul. 2007. Pendidikan Moral & Budi
untuk menjadi guru yang bisa membentuk Pekerti Dalam Perspektif Perubahan.
perilaku para siswa yang memiliki moral yang Jakarta: PT Bumi Aksara
baik. Untuk membentuk menjadi warga Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
Negara yang memiliki moral yang baik tidak 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidik-
mudah karena perkembangan teknologi dan an Nasional.
informasi yang semakin pesat selain
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005
berdampak positif juga negatif. Apabila
Tentang Guru dan Dosen.
peserta didik tidak memiliki moral yang kuat
tentunya siswa akan terpengaruh pada hal-hal Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
yang negatif yang bisa merusak moral siswa. Tentang Standar Nasional Pendidikan.
135

EKSISTENSI SEKOLAH DALAM TANTANGAN GLOBAL


Siti Irene Astuti Dwiningrum
Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta
ireneast@yahoo.com

Abstrak
Globalisasi menimbulkan berbagai masalah dalam kehidupan sosial. Persoalan pendidikan semakin
komplek dalam tantangan global. Organisasi sekolah memiliki dinamika yang sangat variatif dalam
merespon setiap bentuk perubahan masyarakat global. Adaptasi sekolah terhadap tantangan global
sangat penting untuk mempertahankan eksistensi sekolah.
Eksistensi sekolah dihadapkan dengan berbagai isu dan kepentingan global yang memposisikan
peran sekolah semakin termajinasikan. Padahal, eksistensi sekolah memiliki peran penting dalam
kehidupan manusia. Eksistensi sekolah harus terus diupayakan dalam menghadapi berbagai
kepentingan global.
Pendidikan antisipatoris merupakan salah satu strategis yang harus dilakukan oleh sekolah dalam
menjaga eksistensinya dalam menghadapi tantangan global. Fungsi pendidikan antisipatoris dapat
menyiapkan anak-anak didik dalam menghadapi tantangan global akan lebih optimal, dengan
memberikan bekal yang cukup bagi peserta didik untuk mengerjakan tugas kehidupan sebagai
manusia yang lebih bermakna.
Keyword : eksistensi sekolah, pendidikan antipatoris

Sekolah sebagai lembaga paling legiti-


1. Pendahuluan
mate mendapat ujian ketika dihadapkan pada
Dalam memahami bagaimana sesungguh- realitas; banyak masyarakat yang tidak
nya pendidikan dikelola masih menyisahkan mampu memperoleh pengetahuan , gara-gara
persoalan yang rumit dan komplek. Namun tidak sangup memenuhi tuntutan yang di-
demikian dari analisis Jack L.Nelson dalam tawarkan sekolah. Kritikan terhadap sekolah
bukunya Critical Issues in Education secara garis yakni sekolah dinilai tidak memecahkan solusi
besar dapat dipahami dengan jelas bahwa tetapi membuat kesenjangan social yang
persoalan yang muncul dalam institusi pen- semakin melebur. Randall Collin dalam
didikan, seperti halnya mennrutnya kualitas bukunya The Credential Sociery: An Historial
siswa, rendahnya tingkat kesejahteraan guru, Sociology Of Education And Stratification (1979)
mahalnya biaya pendidikan, minimnya sarana menyatakan bahwa pendidikan formal me-
dan prasarana disekolah yang dikelola rupakan babak-babak awal proses stratifikasi
pemerintah, atau ada kepentingan sosial akibat sosial. Pengetahuan diibaratkan komoditas
tidak meratanya akses untuk mendapatkan akhirnya timbul kapitalisasi pengetahuan.
pendidikan yang layak, menjadi area per- Dunia pendidikan akhirnya lebih condong di-
debatan yang terus berlangsung bersumber perlukan sebagai perusahaan yang cende-
pada tiga masalah pokok. Dalam hal ini isu rung mengabaikan mutu inputnya yang
dan konflik yang berkembang adalah 1) penting berani bayar mahal. Fenomena sosial
perselisihan pendapat bagaimana seharusnya tersebut yang memunculkan gejala komersia-
institusi pendidikan diarahkan atau dijalan- lisasi pendidikan, akibat yang menyedihkan
kan, 2) untuk kepentingan siapa lembaga- ketika dalam proses pendidikan mulai
lembaga persekolahan diajukan, 3) apa yang mengabaikan moralitas dan keluhuran nilai
seharusnya dikelola, muncul berbagai kelom- pendidikan. Tak heran jika eksistensi sekolah
pok kepentingan didalam masyarakat (Nelson, mulai banyak dikritisi oleh pakar pendidikan,
1995). Berdasarkan tiga persoalan tersebut, khususnya dalam menganalisis peran sekolah
eksistensi sekolah menarik untuk dikaji secara dalam proses pembangunan pendidikan.
terus-menerus, karena organisasi sekolah Makalah ini akan membahas bagaimana
memiliki dinamika yang sangat variatif dalam pendidikan antisipatoris di-kembangkan oleh
merespon setiap bentuk perubahan. sekolah dalam menghadapi tantangan global ?
136

2. Pembahasan perbisnisan sekolah yang mengakibatkan


banyak orang termajinalkan. Sistem yang
Eksistensi sekolah dihadapkan dengan
kemudian tercipta adalah yang mampu bayar
berbagai isu dan kepentingan global yang
yang dapat sekolah. Kesewenang-wenangan
memposisikan peran sekolah semakin ter-
dalam menerapkan kebijakan memicu
majinasikan. Dalam hal ini sekolah belum ber-
terjadinya gesekan-gesekan sosial dan
hasil menjalankan perannya secara fungsional
berimbas pada sistem relasi social. Bentuk-
yang berdampak belum semua tujuan pen-
bentuk marjinalisasi terhadap orang miskin
didikan dapat direalisasikan dalam memba-
adalah kekerasan, yang tidak bisa ditolelir,
ngun masyarakat yang berbudaya dan bermar-
strategi rapi untuk mengomersilkan
tabat. Disamping itu dunia pendidikan ber-
pendidikan demi menanggapi keuntungan
hadapan dengan enam bahaya domestik yang
adalah strategi neoliberalisme. Kritikan IlIich
mengancam ketahanan nasional seperti halnya
terhadap sekolah, bahwa sekolah lebih
masalah (Tilaar, 2003:20) antara lain : ketidak-
menitikberatkan produknya, yang berupa
adilan dan kesewenang-kesewenangan, aro-
lulusan yang mengejar sekolah mengaburkan
gansi kekuasaan, arogansi kekayaan, dan
makna belajar; guru dalam prakteknya lebih
arogansi intelektual, kebringasan social, peri-
memerankan dirinya sebagai hakim, pengajar
laku sosial menyimpang, perubahan tata nilai,
idiologi sekolah tidak mengembangkan
serta perubahan gaya hidup sosial. Jika
kegiatan belajar dan atau mengajarkan
persoalan domestik tidak dapat diselesaikan
keadilan, sebab para pendidik lebih menekan-
maka masyarakat akan mengalami disintegrasi
kan pengajaran sudah dipaket-paketkan
sosial yang bisa berkembang menjadi disinte-
dengan spesifikasi. Di sekolah kegiatan belajar
grasi bangsa, yang fenomena inipun sudah
dan penentuan sosial dilebur menjadi satu.
mulai berlangsung saat ini.
Lebih lanjut, IlIich menguraikan bahwasanya
Disamping itu, bangsa Indonesia
sekolah melupakan koridornya sebagai tempat
menghadapi tantangan yang datang dari luar
untuk mengenyam pendidikan yang beresensi
yakni ide-ide asing yang membahayakan
memanusiakan manusia, dan bukan sebagai
identitas budaya bangsa. Sebagai akibatnya,
tempat pendoktrian dan pengabdian beberapa
bangsa Indonesia semakin sulit untuk mela-
unsur kemanusiaan dari siswa.
kukan pembangunan pendidikan yang sesuai
Sementara bagi Freire, tokoh pendidik
dengan tujuan pendidikan nasional. Oleh
asal Brazil, berpendapat bahwa sekolah-
karena itu, pembangunan pendidikan di
sekolah yang bersifat normal merupakan
Indonesia harus diperjuangkan didalam
tempat penindasan bagi para peserta didik.
sekolah dan keluarga serta masyarakat dalam
Hal itu diakibatkan karena kewajiban yang
menghadapi tantangan dari dalam maupun
sangat memberatkan harus dijalankan oleh
dari luar, khususnya dalam menghadapi
para peserta didik, salah satunya adalah
tantangan global.
sistem pembelajaran yang bergaya bank
Dalam era globalisasi, eksistensi sekolah
(Banking Concept of Education). Sekolah saat ini
banyak dikritisi oleh berbagai pakar pen-
cenderung mengalami proses kapitalisme
didikan. Beberapa kritikan yang dilontarkan
pendidikan. Bagi para pemilik modal besar,
para pakar tersebut memberikan gambaran
sekolah merupakan lahan subur untuk
yang lebih empirik bahwa eksistensi sekolah
mendatangkan laba tinggi, yang kemudian
telah menunjukkan ragam fungsi dan
ditandai dengan kecenderungan mendirikan
perkembangannya sebagai media untuk
bangunan sekolah yang serba modern dan
membudayakan kehidupan manusia. Bagi
cangih untuk menarik konsumen. Konse-
Ivan IIlich (1970) , hukum memaksa semua
kuensi membayar mahal. Tak heran jika Freire
orang untuk sekolah, meskipun banyak
menyatakan bahwa sekolah merupakan sosok
ketimpangan mulai dari isi sampai pada
kapitalis yang licik (dalam Edukasi 2005).
wilayah biaya. Sekolah menjadi ritus
Analisis Freire membuktikan semakin
masyarakat yang membodohkan, dibayangkan
eksisnya sekolah elite dalam tatanan
hanya aktivitas monoton biaya bisa sampai
masyarakat global. Pada akhirnya, kapitalisasi
dengan puluhan juta. Sekolah menjadi
pendidikan juga menjadi fenomena sosial yang
penyebab terjadinya ketidakadilan, karena
semakin kuat.
masyarakat yang mampu sekolah adalah
Kritikan Bordieu yang mempersepsikan
masyarakat yang tidak miskin. Efek negatif
bahwa peran sentral sekolah adalah
sekolah yang terjadi saat ini adalah kuatnya
memproduksi berbagai ketidakmerataan sosial
137

dan budaya dari satu generasi ke generasi dan jasa. Perbedaan pendidikan dan
berikutnya. Sekolah adalah faktor dalam pengajaran adalah sebuah batas yang sangat
konsensus budaya, sejauh ia mempresentasi- jauh, berbicara pada pendidikan maka akan
kan kebahagiaan common sense yang lebih mengarah pengembangan kepribadian,
merupakan prasyarat komunikasi. Boudieu sedangkan sekolah lebih mengarah pada
menunjukan sistem pendidikan yang diterima wilayah pengajaran. Sedangkan Ki Hadjar
di sekolah bekerja untuk mempertahankan Dewantara memaknai pendidikan yaitu
tatanan sosial ditengah-tengah semua yang menuntun segala kekuatan kodrat yang ada
potensial untuk konflik. Sistem pendidikan pada anak-anak itu, agar mereka sebagai
memberikan sebuah kesempatan melalui manusia dan sebagai anggota masyarakat
sumbangannya pada reproduksi sistem dapatlah mencapai keselamatan dan ke-
hubungan kelas yang mana hubungan antar bahagiaan yang setinggi-tingginya. Pendidik-
kelas dan bentuk-bentuk liguistik prestise, an berarti memelihara hidup-tumbuh ke arah
pendidikan yang diterima di sekolah. Dalam kemajuan, tidak boleh melanjutkan keadaan
perspektif kekuasaan adalah mendominasi kemarin menurut alam kemarin. Pendidikan
kelompok yang tidak beruntung disebut adalah usaha kebudayaan, berazas keadaban
sebagai kekuatan simbolik. Kekuasaan untuk yakni memajukan hidup agar mempertinggi
melaksanakan prinsip-prinsip konstruksi reali- derajat kemanusiaan. Dalam konteks yang
tas ini, khususnya realitas sosial dipandang lebih luas pendidikan nasional ialah
sebagai dimensi utama kekuatan politik. pendidikan yang berdasarkan garis-hidup
Kepemilikan modal simbolik mempertahan- bangsanya (cultural-nasional) dan ditujukan
kan produktivitas modal pendidikan yang untuk keperluan perikehidupan, yang dapat
diperoleh pada modal pendidikan merupakan mengangkat derajat negeri dan rakyatnya,
sebuah fungsi modal ekonomi dan sosial yang sehingga bersamaan kedudukan dan pantas
dapat disediakan untuk mengeksploitasinya. bekerjasama dengan lain-lain bangsa untuk
Analisis Bordieu, menguatkan eksistensi kemuliaan segenap manusia di seluruh dunia.
sekolah sebagai salah kekuatan yang strategis (Dwi Siswoyo,2013).
dalam membangun kekuatan kelas-kelas sosial Upaya untuk mengembalikan tujuan
yang akan menguatkan adanya dominasi kelas pendidikan tidak mudah karena sistem
sosial dalam struktur sosial semakin langgeng. pendidikan tak lepas dari kebijakan
Dari berbagai kritikan terhadap sekolah pendidikan yang diterapkan oleh pemerintah.
yang sudah diuraikan sebelumnya, maka Sebagai contohnya, pendidikan sentralistik
makna sekolah perlu dikritisi eksistensinya. mendapat kritikan cukup tajam. Salah satu
Dalam konteks inilah sekolah perlu dikembali- kritikan ditujukan pada jenis standar yang
kan pada maknanya yakni dalam budaya kita digunakan dinilai sebagai upaya untuk
dinamakan dengan lembaga pendidikan. melaksanakan dan mengokohkan sistem
Dalam hal ini pendidikan diartikan sebagai pemerintahan dimana segala sesuatu
educare (membawa keluar, mendewasakan anti ditentukan oleh kekuasaan Negara dan
formalitas, Educare juga berarti memimpin ditopang oleh birokrasi yang kaku, peraturan-
atau menuntun. Filosofi pendidikan sebagai peraturan terpusat dan tidak memberikan
educare ini lebih mengutamakan proses kebebasan didaerah untuk melaksanakan
pendidikan yang tidak terjebak pada banyak- peraturan-peraturan sesuai dengan kebutuhan
nya materi yang dipaksakan kepada para daerah. Hal tersebut juga didukung dengan
peserta didik dan harus dikuasai. Proses kenyataan bahwa sistem pendidikan
pendidikan educare lebih merupakan aktivitas sentralistik seperti mesin besar yang
hidup untuk menyertai, mengantar, membim- digerakkan dari pusat dan lembaga-lembaga
bing, mendampingi. memampukan peserta pendidikan didaerah merupakan sekrup-
didik sehingga tumbuh dan berkembang. Ada- sekrup kecil yang berputar sesuai dengan
pun perbedaan sekolah dan pendidikan adalah keinginan pemerintah pusat. Lebih dari semua
bahwa pendidikan merupakan pola interaksi itu, proses pendidikan yang demikian hasilnya
manusiawi antara orang perseorangan dengan adalah pembodohan rakyat (stupidifikasi).
dunia diluar dirinya sebagaimana terjadi Lebih jauh lagi, proses komodifikasi
dalam keluarga dan masyarakat. Pendidikan pendidikan memunculkan kapitalisme
sebagai proses aktualisasi potensi diri, juga pendidikan karena pendidikan tidak
tidak bisa dibeli, tidak bisa diprediksi, diarahkan kepada kebutuhan rakyat, tetapi
dikontrol sebagaimana proses produksi barang kebutuhan segelintir kelompok elit. Dalam hal
138

ini, kapitalisasi pendidikan lebih kuat dengan hubungan tersebut yakni adanya
perannya dibandingkan dengan pendidikan kecenderungan bahwa masalah dana
yang populis. pendidikan menjadi keputusan politik;
Kapitalisasi pendidikan menjadi perubahan kebijakan pendidikan menjadi
fenomena sosial yang terus berkembang dalam masalah nasional; masalah pendidikan
masyarakat global. Kapitalisasi pendidikan menjadi isu politik; keputusan politik
telah mengubah peran pendidikan nasional. pemerintah cenderung untukperbaikan
Peran sosial pendidikan bergeser ke peran kualitas pendidikan anak. Dalam konteks
industri dan jasa. Liberalisasi pendidikan inilah pembangunan pendidikan di Indonesia
mengurangi peluang dan kesempatan rakyat cenderung mendominasi dari salah satu
untuk menperoleh hak pendidikan untuk kecenderungan tersebut, yang pada akhirnya
bersekolah yang yang menjadi tanggung akan juga berpengaruh pada struktur dan
jawab Negara. Kapitalisasi pendidikan masuk mekanisme organisasi di sekolah-sekolah.
dalam semua level pendidikan nasional Sebagai contohnya, dalam organisasi
sebagai contohnya dengan disyahkan UU BHP sekolah standar mutu merupakan aspek
yang cenderung mengembangkan nilai-nilai penting dalam pengelolaan pendidikan di
yang berorentasi pada penumpukan modal sekolah. Dalam hal ini standar sebagai sarana
dan pengembangan modal yang pengendalian mutu, yaitu ukuran-ukuran
dipertahankan dalam iklim globalisasi yang untuk mengetahui atau mengontrol kualitas
berkembang tidak adil karena monopolistik pendidikan tak lepas dari kepentingan politik.
atas kekuasan pasar. Pada akhirnya, Kualitas pendidikan tak lepas dari berbagai
kecenderungan pendidikan nasional di era standar yang ditentukan oleh pemerintah yang
globalisasi telah meminggirkan nilai berkuasa. Secara umum penententuan standar
kemanusian yang hakiki (Dwiningrum, 2013) yang dilakukan dengan berbagai cara.
Substansi pendidikan yang bertujuan Menurut Diane Ravitch (1995) terdiri tiga jenis
untuk memajukan tingkat kebudayaan standar yaitu: a). Standar isi; b) Standar
manusia dan peradaban manusia terus penguasaan; c). Standar sumber-sumber
menghadapi tantangan. Praktek pendidikan belajar. Sedangkan secara operasional,
nasional yang berkembang dalam iklim perkembangan ponyusunan kurikulum dapat
kapitalisme yang monopolistik telah digolongkan kepada tiga desain, yaitu 1) yang
memarjinalkan eksistensi pendidikan untuk berpusat kepada mata pelajaran (subject
rakyat. Komersialisasi dan privatisasi matter); 2). Yang berpusat kepada pembelajar
pendidikan dalam prakteknya telah (leaner centered'); 3). Berpusat kepada masalah
memberikan kebebasan dalam pengelolaan (problem centered). Dalam prakteknya pe-
keuangan institusi pendidikan yang dilakukan laksanaan standarisasi tersebut tidak mudah
secara otonomi, sehingga pemerintah untuk diaplikasikan, bahkan ada kecen-
cenderung tidak campur tangan lagi dan peran derungan setiap negara memiliki patokan
investor semakin kuat. Sebagai konsekuen- yang tidak sama. Bagi Indonesia yang sudah
sinya rakyat yang hendak menyekolahkan memiliki ketentuan standar pendidikan
anaknya ke jenjang yang lebih tinggi, akan nasional sebagaimana ditentukan oleh BSNP,
mengurungkan niatnya, karena biaya tetapi hasil standarisasi pendidikan dalam
pendidikan sangat mahal. Di sisi lain, sistem yang desentralistik masih menjadi
kurikulum yang dirancang untuk perdebatan konsep karena standarisasi dalam
mengembangkan potensi manusia secara aplikasinya masih dilematis antara ukuran
optimal tetapi cenderung diorientasikan untuk pada standar nasional atau standar lokal.
memenuhi tuntutan pasar global Perdebatan inilah membawa implikasi bahwa
(Dwiningrum, 2013). Keadaan tersebut juga standar mutu pendidikan antar pemerintah
mengubah kurikulum sebagai bagian proses daerahpun menggambarkan hasil yang
dari perubahan kebijakan pemerintah dalam beragam dari kualitas pendidikan.
menghadapai tuntutan globalisasi. Secara lebih khusus lagi jika dikaitkan
Realitas sosial tersebut membuktikan sekolah yang bertanggung jawab pada
bahwa pembangun pendidikan menjadi penerapan kurikulum sekolah menghasilkan
bagian isu politik yang dalam perkembangan- signifikansinya. Sebagai contohnya, kurikulum
nya menggambarkanan adanya kecen- sebagai sarana dari standar yang diinginkan
derungan bahwa pendidikan dan politik tidak dan ditentukan oleh negara tidak selalu
dapat dipisahkan. Analisis yang terkait mampu diterapkan secara optimal oleh
139

sekolah. Hal ini dikarenakan penyusunan mempunyai hak untuk mendapatkan pen-
kurikulum meminta pertimbangan-pertim- didikan, khususnya pendidikan dasar yang
bangan yang rasional dan teknis agar dalam sudah dibangun oleh kekuatan landasan
kurikulum tidak tersembunyi apa yang hukum yang kuat yakni sesuai dengan
disebut the hidden curriculum, yaitu unsur- Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 2008
unsur kekuasaan yang tidak kelihatan dari tentang Wajib Belajar, yang pada intinya
negara yang memasuki sistem pendidikan memiliki ketentuan umum bahwa wajib
nasional. Di sinilah sumber konflik sangat belajar adalah progam pemerintah pendidikan
mungkin terjadi jika terjadi penyimpangan minimal yang harus diikuti oleh warga negara
atau kesenjangan antara kurikulum nasional Indonesia atas tanggung jawab Pemerintah
dan kurikulum yang diterapkan di sekolah. dan Pemerintah Daerah. Wajib belajar
Seperti yang sudah diuraikan sebelumnya, berfungsi mengupayakan perluasan dan
dalam proses perkembangannya untuk pemerataan kesempatan memperoleh
mencapai standar yang tinggi serta kurikulum pendidikan yang bermutu bagi setiap warga
yang didesain dalam perspektif baru negara Indonesia. Wajib berlajar bertujuan
tampaknya akan berhadapan dengan bahaya memberikan pendidikan minimal bagi warga
yang sedang menimpa dunia pendidikan, negara Indonesia untuk dapat
yakni perkembangan neoliberalisme dan mengembangkan potensi dirinya agar dapat
neokonservatisme yang semakin kuat. hidup mandiri di dalam masyarakat atau
Dunia pendidikan juga berhadapan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
dengan kepentingan global. Efek yang terjadi tinggi. Demikian halnya, penjaminan wajib
dengan melemahnya peranan kekuasaan belajar sudah dirancang dengan detail yang
negara dalam pendidikan, maka pendidikan pada intinya pemerintah dan pemerintah
cenderung oleh budaya corporate. Budaya daerah menjamin terselenggaranya progam
organisasi merupakan sumber, kekuasaan di wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan
dunia yang mengglobal yang semakin dasar tanpa memungut biaya; Warga negara
menghilangkan kekuasaan negara. Dalam Indonesia yang berusia enam tahun dapat
kontek inilah pendidikan tidak hanya terbatas mengikuti progam wajib belajar apabila daya
pada isu sentralistik dan desentralistik, tetapi tampung satuan pendidikan masih me-
juga menjadi isu global. Oleh karena itu, mungkinkan; Warga negara Indonesia yang
dalam menghadapi berbagai kepentingan berusia di atas 15 tahun dan belum lulus
dalam penyelenggaraan pendidikan diperlu- pendidikan dasar dapat menyelesaikan
kan kesadaran kritis dimana tanggung jawab pendidikannya sampai lulus atas biaya
pendidikan adalah menjadi tanggung jawab Pemerintah dan/atau pemerintah daerah;
masyarakat untuk berpartisipasi dalam Warga negara Indonesia usia wajib belajar
memperjuangkan pendidikan sebagai hak yang orang tua/walinya tidak mampu
warga, hal ini sesuai dengan isu tentang membiayai pendidikan, Pemerintah dan/atau
education for all yang dalam prakteknya pemerintah daerah wajib memberikan bantuan
semakin sulit dicapai dalam tantangan biaya sesuai peraturan perundang-undangan
masyarakat global. (Sairin, 2012:143-144). Dalam hal ini, proses
Pendidikan untuk semua belum dapat pelaksanaan kebijakan pendidikan sesungguh-
diterapkan secara maksimal. Kebijakan wajib nya secara obyektif tidak hanya bersifat
belajar merupakan salah satu upaya untuk normatif, tetapi harus dianalisis dalam tatanan
merespon isu global yang terkait dengan implementasinya dengan memperhatikan
pendidikan untuk semua. Namun demikian, dimensi progam, proses, dan evaluasinya.
implementasi kebijakan wajib belajar di Karena, kebijakan pendidikan tentang wajib
Indonesia masih menghadapi dua kendala belajar tidak cukup dengan diatur oleh UU
pokok yakni kendala struktural dan kultural. dan PP tetapi yang terpenting adalah kesiapan
Kendala struktural ditunjukkan dengan belum sumber daya manusia yang mampu mengelola
meratanya kesempatan pendidikan bagi pendidikan dasar secara profesional, dan juga
semua masyarakat untuk belajar dalam semua membangun kesadaran masyarakat untuk
level pendidikan. Bahkan struktur sosial masih merealisasikan hak pendidikan oleh
menggambarkan kesenjangan sosial-ekonomi pemerintah pusat dan daerah (Dwiningrum,
yang menjadi salah satu sumber ketimpangan 2013).
pendidikan yang hampir terjadi pada semua Dalam perspektif pendidikan kritis yang
level pendidikan. Padahal, semua warga mempresentasikan gugatan terhadap dunia
140

pendidikan yang dinilai gagal melahirkan terus dikembangkan dalam, mengantisipasi


peserta didik yang kompeten, baik dari segi tuntutan global. Pandangan neoliberal sangat
keilmuan, keahlian,, keterampilan, dan pragmatis dan ekonomi deteministik. Siswa
keahlian baik untuk kehidupan individual adalah bagian dari modal yang harus dibekali
maupun dalam kaitannya dengan kehidupan dengan kemampuan untuk bersaing secara
kemasyarakatannya. Kegagalan peran pen- efektif dan efisien karena dunia sangat
didikan dalam pemikiran Ivan Illich atau kompetitif secara ekonomi. Kebijakan
Paulo Freire bersumber oleh banyak hal, neoliberal menunjukkan adanya keperpihakan
sebagaimana dijelaskan oleh Illich bahwa pada mekanisme pasar.
pendidikan modern dalam proses pendidik- Privatisasi pendidikan terus berkembang
annya telah menghasilkan "dehumanisasi" dan dengan masuknya korporasi dalam
kelembagaan pendidikan di negara-negara pengelolaan dunia pendidikan. Kuatnya
berkembang tidak akan mambawa perubahan pengaruh neoliberal dalam kebijakan pen-
apa-apa sehingga sistem pendidikan hanya didikan menjadikan diskriminasi pendidikan
akan memperkuat struktur kelompok elit yang semakin kuat, dan peran negara semakin
mapan. Oleh karena itu, Illich menyarankan melemah serta "profit oriented" menjadi tujuan
sistem persekolahan harus dihapuskan dalam proses penyelenggaraan pendidikan.
(Illich,1979 dalam Azra, 2003: 149). Kritik pun Kecenderungan inipun diperkuat dengan
dikemukakan oleh Freire yang menyatakan penggunaan ISO dalam dunia industri
bahwa pendidikan yang seharusnya mampu pendidikan yakni label IB (International
membebaskan manusia dari keterbelakangan Baccalaureate) untuk pengelola program
dan kobodohan ternyata hanya mampu sekolah bertaraf internasional menjadi trend
menjadi alat penindasan bagi kekuasaan. dalam pengelolaan pendidikan. Budaya global
Sementara itu, Everett Reimer dalam artikel : dan cepatnya penyebaran toknologi yang
School Is Dead' menyatakan bahwa sekolah terpaket dengan struktur manajemen
bagi kebanyakan orang adalah institusi untuk perusahaan baru menekan lembaga-lembaga
mendukung hak-hak istimewa; dan pada pendidikan untuk menyesusikan diri dengan
waktu yang sama merupakan instrument perubahan itu dan selanjutnya menjajah
bersama untuk mobilitas vertical. Bagaimana pendidikan dengan kekuatan bisnis.
sesungguhnya sekolah dikelola dalam Sementara ini pendidikan nasional belum
menghadapi tantangan global? Adalah mampu meningkatkan kecerdasan dan
pertanyaan yang terus berkembang dalam ketrampilan anak didik, tetapi juga dalam
kehidupan berbangsa dan bermasyarakat. membentuk karakter dan kepribadian (nation
and character building) yang sangat diperlukan
3. Tantangan Sekolah di Era Global untuk menuju rekontruksi negara dan bangsa.
Padahal, pendidikan nasional merupakan
Problematik yang terjadi dalam dunia
sarana paling strategic untuk mengasuh,
pendidikan ada dalam tataran makro dan
membesarkan dan mengembangkan warga,
mikro. Pada tataran makro dihadapkan pada
negara yang demokratis dan memiliki
tuntutan global yang menjadikan peran
keadaban. Reformasi di bidang pendidikan
pendidikan harus menampilkan wajah yang
perlu dilakukan seiring dengan perubahan
kompetitif dengan didukung oleh nilai-nilai
fenomena ekonomi dan politik global yang
global yang dominant. Sementara dalam
sangat membutuhkan respon yang proaktif
tataran mikro, institusi pendidikan dianggap
bagi dunia pendidikan. Bagaimanapun,
"gagal" dalam menjadikan individu yang
globalisasi sebagai konstraksi teoritis yang
berkarakter dan berbudaya. Kekuatan idiologi
bersifat kontradiktif jangan dibiarkan
neoliberal dalam globalisasi menjadikan
membawa kehancuran tradisi lokal terwasuk
pendidikan sebagai barang dagangan atau
didalamnya upaya untuk mencapai tujuan
komoditas dan dikomersilkan. Faham,
pendidikan nasional.
neoliberal dimana negara memberikan
Mengritisi dunia pendidikan dapat dilihat
kesempatan kepada swasta untuk menye-
dari dua dimensi yakni dimensi internal
lenggarakan pendidikan yang berorentasi
maupun eksternal, pertama dimensi internal
keuntungan menjadikan pendidikanpun
berkaitan dengan dunia pendidikan itu
berkembang sebagai "industri pendidikan:
sendiri, kelembagaan, kandungan atau muatan
yang terus berkembang secara kompetitif.
pendidikan, dan terakhir, proses-proses
Kebijakan privatisasi menjadi paradigma yang
pendidikan yang berlangsung di dalamnya.
141

Kedua, dimensi eksternal, yang berkaitan privat, dan mengurangi campur tangan
dengan kondisi di luar pendidikan yang justru kekuasaan negara. Faham neokonservatisme
mempengaruhi dunia pendidikan secara menginginkan adanya negara yang kuat dan
keseluruhan. Membangun pendidikan yang segala sesuatu dikembalikan kepada publik.
berkarakter adalah sebuah tantangan baik bagi Dari berbagai kajian menunjukkan bahwa
keluarga, sekolah dan masyarakat. Hal ini liberalisme dan globalisasi mempunyai tendesi
dapat dimaknai bahwa pendidikan antara untuk memperlemah kekuasaan negara.
ketiga institusi tersebut harus dikuatkan Akibatnya, dalam dunia pendidikan terdapat
kembali. Pilar pendidikan harus dibangun empat kecenderungan, yaitu: 1). Sistem
dikuatkan kembali antara keluarga, sekolah pendidikan mengacu kepada esistem ekonomi
dan masyarakat. Prinsip educational networks pasar bebas, artinya memberikan tempat yang
yang nyaris terputus harus dijalin secara seluas-luasnya kepada pasar atau kekuatan
sinergis. Keluarga sebagai pilar pokok menjadi pasar; 2) Nilai-nilai dalam masyarakat seperti
tempat pertama anak untuk tumbuh dan adat-istiadat, keluarga, menjadi lemah disertai
berkembang harus menjadikan school of love, pula oleh semakin merosotnya patriotisme; 3).
sekolah untuk kasih saying bagi setiap anak. Terlalu menekankan kepada standar untuk
Sedangkan peran sekolah tidak sekedar mempertajam daya kompetitif agar dapat
sebagai transfer of knowledge, dimana guru bersaing di pasar bebas; 4). Pendidikan
hanya menyampaikan pengetahuan melalui disesuaikan dengan kebutuhan bisnis dan
berbagai mata pelajaran, tetapi juga sebagai industri.
lembaga yang mangusahakan usaha dan Perbedaan dalam wacana kehidupan
proses pembelajaran yang beroreintasi pada bernegara inilah yang seringkali menjadi
nilai (value-oriented enterprise). sumber konflik kepentingan negara dalam
Pendididikan yang berorentasi pada nilai mengatur kebijakan pemerintah dalam
merupakan proses pendidikan karakter. Proses menangani masalah dan rencana pendidikan,
pendidikan karakter dapat dilakukan dengan sehingga praktek-praktek penyelenggaraan
berbagai pendekatan, pertama dengan pen- pendidikan seringkali mengalami penyim-
dekatan modelling, yakni mensosialisasikan pangan-penyimpangan yang berdampak
dan membiasakan lingkungan sekolah untuk tujuan pendidikan belum tercapai secara
menghidupkan nilai-nilai akhlak dan moral optimal. Hal inilah yang mendorong berbagai
yang benar melalui model atau teladan, kedua, kebijakan dan praktik pendidikan perlu
melakukan pembiasaan yang dilakukan secara direformasi untuk mengembalikan peran
bertahap dan berkelanjutan tentang nilai-nilai pendidikan pada fungsi utamanya sebagai
yang baik dan yang buruk yang akan lembaga yang mampu mengantarkan dan
dijadikan pedoman sikap dan perilaku. Usaha mengembangkan potensi manusia mencapai
ini diiiringi dengan langkah-langkah memberi tingkat kemandirian tertentu, sehingga di
penghargaan, menumbuhkan nilai-nilai baik, dapat dinamakan individu. Sebagaimana
dan sebaliknya mengecam dan mencegah dikatakan oleh Kleden bahwa pendidikan
berlakunya nilai-nilai yang buruk; menegas- bukan usaha untuk menciptakan alat atau
kan nilai-nilai yang baik dan buruk secara instrument, bukan pula menciptakan
terbuka dan kontinue; memberikan kesempat- instrument untuk pasar dan untuk negara.
an kepada peserta didik untuk memilih Akan tetapi, pendidikan dan pengajaran di
berbagai alternative sikap dan tindakan sekolah-sekolah diarahkan untuk membangun
berdasarkan nilai; melakukan pilihan secara watak emansipatoris yang lebih kuat
bebas setelah menimbang dalam-dalam dibandingkan dengan watak instrumental.
berbagai konsekuensi dari setiap pilihan dan Pendidikan saat ini perlu didesain untuk
tindakan membiasakan bersikap dan mempersiapkan anak didik dalam meng-
berprasangka baik; membiasakan bersikap dan hadapi kehidupan. Pendidikan perlu di-
bertindak dengan pola-pola yang baik yang rancang tidak hanya terbatas pada
diulangi secara terus menerus. mempersiapkan seseorang untuk suatu profesi
Di samping itu, perlindungan terhadap tertentu, tetapi juga membekali anak didik
pendidikan dalam tantangan global dengan dengan kemampuan dalam menyelesaikan
berkembangkannya faham neoliberalisme dan berbagai masalah. Hasil pendidikan
neokonservatisme. Faham neoliberalisme diharapkan tuampu mengatasi tiga tugas
menekankan kepada kekuasaan negara yang kehidupan yaitu tugas untuk dapat hidup (to
lemah, segala sesuatu dipulangkan kepada hak make living); tugas untuk mengembangkan
142

kehidupan yang bermakna (to lead a meangiful Pendidikan antisipatoris mengajarkan


life); tugas turut memuliakan kehidupan (to kemampuan makna. Sebagaimana dijelaskan
ennoble life). Dengan pendidikan yang oleh Philip H. Phouix yang menekankan
antisipatoris diharapkan peserta didik pentingnya mengajarkan kemampuan makna.
memiliki kemampuan adapatip dalam meng- Pengetahuan yang tidak bermakna
hadapi tantangan global (Buchori,2001). (meaningless knowledge) tidak ada gunanya, dan
Sekolah harus mampu mempersiapkan hanya menjadi beban hidup. Sebaliknya,
para siswa untuk menjalani kehidupan perlu pengetahuan yang bermakna (meaningful
dilakukan disemua jenjang pendidikan yakni knowledge) merupakan sesuatu yang bersifat
pendidikan dasar sampai dengan pendidikan fungsional, dan berguna dalam kehidupan.
tinggi. Sekolah harus mengajarkan makna Kehidupan modern yang penuh dengan
hidup, tetapi yang sering ditekankan adalah berbagai ketimpangan, pertentangan, dan
tentang "keberhasilan hidup". Kehidupan yang kemajuan, dapat membuat manusia
bermakna adalah masalah pribadi sebagai kehilangan maknanya dalam hidup. Untuk
hasil dari pengenalan diri sendiri, dan itulah diperlukan suatu program pendidikan
pengetahuan bagaimana menyatakan jati diri umum yang memberikan kemampuan kepada
secara berarti dalam berbagai lingkungan para siswa untuk menangkap berbagai jenis
kehidupannya. Untuk membimbing anak makna yang terdapat dalam kehidupan
memahami kehidupan bermakna perlu (Buchori, 2001). Dalam kehidupan terdapat
mengembangkan personalized education melalui enam jenis wilayah makna sebagai berikut:
pendidikan formal, nonformal, dan informal.

Tabel 1.

Wilayah Deskripsi
Symbolic Untuk memberikan makna simbol harus diberikan pendidikan dalam bahasa
matematika
Emperies Untuk berbagai makna yang terdapat di wilayah emperies harus diberikan
pendidikan tentang lingkungan fisik (fisika, kimia, biologi, lingkungan sosial,
dan budaya).
Esthetics Untuk memberikan kemampuan makna dalam wilayah esthetics, biasanya
diajarkan seni suara, sastra, visual arts, dan seni gerak (the art of movement).
Synnoeties Untuk memahami kemampuan makna dalam wilayah synnoeties (personal
knowledge atau intersubjective understanding).
Ethics Untuk memahami makna yang terletak pada wilayah ethics, perlu
ditanamkan kesadaran untuk menghormati dan mematuhi secara sukarela
norma-norma yang ada (voluntary personal commitmen to values).
Synopties Untuk memahami makna yang terdapat dalam wilayah synopties, mata
pelajaran yang harus diajarkan adalah sejarah, filsafat dan agama

Dengan memahami jenis wilayah pembelajarannya belum mampu menyentuh


makna dapat disimpulkan bahwa proses semua dimensi maknanya secara holistik,
pembelajaran dalam setiap pelajaran sehingga peserta didik belum mampu
mempunyai kontribusi dalam membangun kesadaran makna kehidupan secara utuh.
kesadaran makna pada peserta didik. Oleh Dalam hal ini, pendidikan antisipatoris tidak
karena, pendidikan harusnya cukup ditentukan oleh substansi materinya,
mengembangkan keenam jenis wilayah makna tetapi lebih penting adalah proses
secara seimbang. Hal ini dimaksudkan agar pembelajarannya yang diharapkan mampu
peserta didik secara bertahap manpu mengubah tata nilai peserta didik. Untuk
menangkap makna apa yang terlibat dalam tercapai semua tujuan tersebut diperlukan
semua proses kehidupan yang dijalaninya, nilai yang mampu mengubah setiap perilaku
yakni menangkap makna kehidupan itu yang sesuai dengan perubahan yang terus
sendiri. Persoalannya, materi dan strategi terjadi.
143

Namun demikian, perubahan tata nilai 4. Kesimpulan


dalam semua level kehidupan tidak mudah
Globalisasi telah menimbulkan berbagai
dilakukan. Kehidupan menjadi sulit diatasi
persoalan dalam kehidupan sosial. Berbagai
jika terjadi perubahan nilai dalam semua level
persoalan yang dihadapi oleh dunia
(Buchori,2003): a) Pembaruan tata nilai pribadi
pendidikan untuk tetap mempertahankan
(personal value system), terkait dengan
peran utamanya. Eksistensi sekolah dalam
kemampun memahami nilai-nilai apa saya
mempertahankan tujuannya dihadapkan pada
yang dijunjung tinggi dalam kehidupan
beragai kepentingan politik yang
pribadi. b) Pembaruan tata nilai kelompok
memarjinalkan fungsi dan peran pendidikan.
(group value system), perlu dikaji nilai-nilai
Dunia pendidikan menghadapi dua
yang disepakati bersama dalam kehidupan
masalah yakni dalam tataran makro dan
kelompok; c) Pembaruan tata nilai bangsa
mikro. Pada tataran makro dihadapkan pada
(national value system), perlu mengkaji ulang
tuntutan global yang menjadikan peran
nilai-nilai yang dijadikan sebagai landasan
pendidikan harus menampilkan wajah yang
dari kehidupan national, berbangsa dan
kompetitif dengan didukung oleh nilai-nilai
bernegara
global yang dominan. Sementara dalam
Proses perubahan tata nilai tidak mudah.
tataran mikro, institusi pendidikan dianggap
Proses perubahan tata nilai cenderung terjadi
"gagal" dalam menjadikan individu yang
kesenjangan yang terus terjadi antara tata nilai
berkarakter dan berbudaya. Persoalan yang
yang tertulis dalam teks (textual values system),
dihadapi oleh dunia pendidikan telah
dengan tata nilai yang benar-benar ditaati
melemahkan eksistensi sekolah jika sekolah
dalam kehidupan sehari-hari (actual value
tidak mampu merespon tuntutan global.
system). Ketimpangan antara kedua nilai ini
Pendidikan antisipatoris merupakan salah
jika tidak diminalkan akan menjadi sumber
satu strategis yang dapat dikembangkan oleh
dari berbagai perilaku sosial yang merugikan
sekolah dengan mengembangkan kemampuan
kehidupan bermasyarakat dan bernegara,
makna pada peserta didik. Pendidikan
seperti halnya : perilaku munafik, perilau
antisipatoris memerlukan perhatian sekolah
hipokrit dll. Dalam hal ini sekolah mempunyai
untuk mengembangkan enam wilayah makna
peran yang sangat penting dalam melakukan
secara komprehensif dan sinergis agar berhasil
perubahan tata nilai, sehingga pendidikan
secara maksimal. Pendidikan antisipatoris juga
dapat dijadikan sebagai sebuah kekuatan
memerlukan perubahan tata nilai dalam
kultural yang turut membentuk masa depan
semua level yakni level personal, level
bangsa; bahwa pendidikan bukan menjadi
kelompok dan level bangsa.
instrument mati, tetapi pendidikan pada
instansi terakhir sebagai ekspresi dari hati DAFTAR PUSTAKA
nurani bangsa. Dalam konteks inilah, peran
sekolah khususnya dalam tantangan global Akhmad Efendi (2004), Meruntuhkan
harus menjadi agent of change dalam Kekuasaan Sekolah Atas Pengetahuan,
mengembangkan aktivitas belajar kedalam EDUKASI, Volume II, Nomer 2,
semua wilayah makna untuk dapat Desember 2004, Halaman 205.
dikembangkan dalam kehidupan keluarga dan Buchori, Muchtar (2001). Pendidikan
masyarakat. Diskusi tentang peran sekolah Antisipatoris. Yogyakarta: Penerbit
dalam tantangan global masih belum akhir, Kanisius.
karena kajian ini masih menjadi pekerjaan Dwi siswoyo (2013), Membangun Pendidikan
para pendidik dan pengambil kebijakan di Sebagai Ilmu Untuk Pencerahan
bidang pendidikan bahwa membangun proses Kemanusiaan, dalam Pendidikan Untuk
pendidikan yang bermakna yang harus Pencerahan dan Kemandirian Bangsa,
diletakkan dalam pilar keluarga , sekolah dan Yogyakarta: Penerbit Ash-Shaff.
masyarakat secara sinergis , sehingga
Dwiningrum, Siti Irene Astuti (2013), Kapitalis
eksistensi pedidikan dalam era globalisasi
Pendidikan VS Pendidikan: Pendekatan
tetap menjadi kekuatan untuk membudayakan
Kultural dan Modal Sosial Dalam
kehidupan masyarakat ke arah kehidupan
Membangun Masyarakat Terdidik.
yang lebih baik.
dalam Pendidikan Untuk Pencerahan dan
Kemandirian Bangsa, Yogyakarta:
Penerbit Ash-Shaff.
144

Collins, Eandall (1979), The Credental Society Education, A Dialectic Approach, United
An Historical Sosiology of Education State: McGraw-Hill Companiers.
adn Stratification, New York: American Ravitchm, Diane (1995), National Standards in
Press. American Education: A Citizen's Guide,
Fauzuk (2005), Mengembalikan Fungsi Sekolah Brooking Instituion press.
Menuju Human Welfare, EDUKASI, Reimer , Everett (2007), School Is Dead ,
Volume II, Nomer 2, Desember 2004, University of California
Halaman 205.
Tilaar (2003), Kekuasaan dan Pendidikan,
Illich, Ivan (1970), Descholling, Mexico: CIDOC Magelang: INDONESIATERA.
Nelson, Jack L., Keneth Carlson, Stauart
Palonsky (1996), Critical Issues in
145

SOLUSI TANTANGAN GURU ABAD 21 MELALUI


PENGINTEGRASIAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM
PENEMUAN TERBIMBING
Siti Nuriyatin, Heny Sri Astutik

Abstrak
Dalam upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, para pendidik atau guru dituntut untuk selalu
meningkatkan diri baik dalam pengetahuan maupun pengelolaan proses pembelajaran. Kurikulum
abad 21 memposisikan siswa sebagai pembelajar aktif. Ciri dari pembelajaran abad 21 yaitu bahwa
siswa didorong untuk mencari tahu dari berbagai sumber observasi, siswa diharapkan mampu untuk
merumuskan masalah bukan hanya menyelesaikan masalah, siswa diarahkan berpikir analitis bukan
berpikir mekanistis, dan menekankan pentingnya kerjasama dan kolaborasi dalam menyelesaikan
suatu permasalahan dalam pembelajaran. Tantangan pembelajaran tersebut diharapkan dapat dicapai
seiring dengan peningkatan kualitas karakter siswa yang menjadi ciri kepribadian bangsa, seperti
yang tercantum dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang mengatakan
bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk
menghadapi hal itu maka diperlukan suatu pembelajaran sebagai alternatif dalam menjawab
tantangan pendidikan abad 21 yang berkarakter yaitu melalui penemuan terbimbing. Penemuan
terbimbing ini memberikan kesempatan pada siswa untuk terlibat langsung dalam proses
pembelajaran dan menempatkan guru sebagai fasilitator. Dalam penemuan terbimbing, karakter yang
dibangun yaitu karakter yang menumbuhkan rasa keingintahuan intelektual sebagai modal dalam
mengembangkan kreativitas dan daya inovatif yang dijiwai nilai kejujuran dengan bingkai kesopanan
dan kesantunan.
Keyword: penemuan terbimbing, karakter

oleh Slavin (2006: 134) bahwa learning is


1. Pendahuluan
usually defined as a change in an individual caused
Pendidikan abad 21 yang menekankan by experience. Pembelajaran merupakan
guru sebagai fasilitator tidak mengharapkan perubahan dalam individu yang dipengaruhi
bahwa pembelajaran yang terjadi di dalam oleh pengalaman. Kualitas dari pengalaman
kelas masih didominasi oleh guru (teacher tersebut tidak lepas dari peran desain yang
center). Kondisi pembelajaran yang demikian dirancang dalam memfasilitasi proses
mengindikasikan diperlukannya usaha yang pembelajaran. The best strategy was a hybrid in
lebih optimal dalam peningkatan mutu which student received the some-context examples
pendidikan. Salah satu cara yang dapat di- first and then the varied-context examples
lakukan untuk meningkatkannya yaitu melalui (Slavin, 2006: 230). Strategi awal yang terbaik
pembelajaran, seperti yang disampaikan bagi siswa dalam pembelajaran adalah
dalam lampiran Permendiknas No. 22 Tahun mencontoh dengan cara menerima contoh
2006 tentang salah satu pilar belajar bahwa pada konteks yang sama pada awalnya,
belajar untuk membangun dan menemukan berikutnya menggunakan contoh pada
jati diri melalui proses pembelajaran yang konteks yang berbeda.
aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Dalam proses perkembangan kognitif,
Pembelajaran yang dibutuhkan yaitu pembel- siswa mempunyai karakteristik yang berbeda
ajaran yang dapat memaksiamlkan pengem- dalam memahami apa yang ada di sekitarnya.
bangan pengalamn siswa dan mengaktifkan Hal ini senada dengan yang dikatakan Bruner,
siswa di dalamnya. Research on the intellectual development of the
child highlights the fact that at each stage of
2. Penemuan Terbimbing development the child has a characteristic way of
viewing the world and explaining it to himself
Pembelajaran merupakan suatu proses
(1977: 33). Dalam proses perkembangan
yang menghasilkan perubahan pada diri
kognitif, siswa mempunyai karakteristik yang
seseorang atau siswa. Seperti yang dikatakan
146

berbeda dalam memandang dunia dan kepada anak dalam bentuk yang berbeda-
menjelaskannya pada diri mereka sendiri. Hal beda. Slavin (2006: 36) mengatakan bahwa
ini memberikan informasi bahwa dalam Centration, or focusing on only one aspect of a
merancang suatu pembelajaran sangatlah situation, helps to explain some errors in perception
penting mempertimbangkan latar belakang that young children make. Fokus pada satu
dan kondisi siswa agar pembelajaran yang aspek dari suatu kondisi akan membantu
dilakukan dapat mengoptimalkan potensi siswa menjelaskan beberapa kesalahan
yang seharusnya dimiliki setiap siswa. persepsi anak.
Menurut Piaget, seorang anak mengalami
2.3 Concrete Operations (sekitar tujuh
perkembangan kognitif melalui empat ta-
sampai sebelas atau dua belas tahun).
hapan. Tahapan ini merupakan tahapan peng-
konseptualisasian perkembangan kognitif. Meskipun perbedaan antara kemampuan
Empat periode tahapan perkembangan mental praoperasional dan operasi konkrit
tersebut adalah sebagai berikut: jelas, namun anak operasi konkrit masih
belum berpikir seperti orang dewasa. Anak
2.1 Sensorimotor Stage (dari lahir sampai
dapat melakukan operasi pada masalah yang
dua tahun).
agak kompleks selama problem itu konkret
Piaget (Slavin, 2006: 32) mengatakan dan tidak abstrak. Slavin (2006: 38)
bahwa The earliest stage is called mengatakan bahwa They are very much rooted
sensorimotor, because during this stage babies in the world as it is and have difficulty with
and young children explore their world by abstract thought. Anak lebih banyak
using their senses and their motor skills. menghafal dan masih mengalami kesulitan
Menurut Piaget tahap ini terjadi mulai dari dengan berpikir abstrak.
lahir sampai dua tahun. Tahap sensorimotor
2.4 Formal Operations (Sekitar 11 atau 12
ini ditandai dengan adanya kegiatan tahun sampai 14 atau 15 tahun).
eksplorasi dunia anak itu sendiri melalui
indera dan keterampilan motoriknya. Interaksi Pada tahap ini pemikiran anak mulai
dengan lingkungan adalah interaksi berkembang menjadi bentuk yang merupakan
sensorimotor dan hanya berkaitan dengan karakteristik dari orang dewasa. Anak mulai
keadaan saat ini. Anak-anak pada tahap ini mampu berpikir abstrak. Anak-anak pada usia
bersikap egosentris karena memandang segala ini bisa menangani situasi hipotesis, dan
sesuatu berdasarkan kerangka referensi proses berpikir mereka tak lagi tergantung
dirinya sendiri, dan dunia psikologis mereka hanya pada hal-hal yang langsung dan riil.
adalah satu-satunya dunia yang ada. Pada Pada tahap ini pemikiran semakin logis dan
akhir tahap ini, anak mengembangkan konsep merupakan tingkat puncak perkembangan
kepermanenan objek. Dengan kata lain, struktur kognitif. Mereka dapat
mereka mulai menyadari bahwa objek tetap menggeneralisasikan pemikiran, membuat
ada meski mereka tidak melihatnya. kesimpulan dan menggunakan penalaran
obyektif, mampu berfikir fleksibel dan kreatif.
2.2 Preoperational Thinking (sekitar dua
sampai tujuh tahun). Slavin (2006: 30) mengatakan effective
teaching strategies must take into account
Piaget (Slavin, 2006: 34) meengatakan studentsages and stages of development. Hal ini
During the preoperational stage, children's menunjukkan bahwa untuk melakukan
language and concepts develop at an incredible
pembelajaran yang efektif harus
rate. Pada tahap ini bahasa dan konsep anak
memperhatikan tahap perkembangan siswa.
berkembang secara luar biasa. Salah satu yang
Bruner menyarankan agar dalam
merupakan penemuan penting Piaget dalam
pembelajaran yang dilakukan hendaknya
tahap ini adalah anak tidak memiliki
siswa belajar dengan berpartisispasi secara
pemahaman konservasi. One of Piaget's earliest
aktif dan melakukan eksperimen-eksperimen
and most important discoveries was that young
untuk memperoleh pengalaman yang
children lacked an understanding of the principle of
mengizinkan mereka untuk menemukan
conservation (Piaget, melalui Slavin, 2006).
konsep-konsep dan prinsip-prinsip itu sendiri.
Konservasi didefinisikan sebagai kemampuan
Pembangunan konsep oleh siswa ini selaras
dalam menyadari bahwa jumlah, panjang,
dengan konsep Konstruktivisme dimana siswa
substansi, atau luas akan tetap sama walaupun
membangun ide-ide atau konsep baru
mungkin hal-hal seperti itu direpresentasikan
berdasarkan pengetahuan yang ada.
147

Konstruktivisme ini merupakan proses mengkonstruk pengetahuan secara terus


pembelajaran aktif dan melibatkan menerus dengan memeriksa pengetahuan-
transformasi informasi, memaknai pengetahuan baru yang tidak berlawanan
pengalaman, membentuk hipotesis, dan dengan aturan-aturan lama, dan kemudian
pengambilan keputusan. merevisi aturan-aturan lama jika sudah tidak
Dalam pembelajaran dengan pendekatan sesuai lagi (Slavin, 2006). Hal ini menunjukkan
konstruktivis memerlukan pengetahuan awal bahwa Konstruktivisme melihat pembelajaran
dalam mengkonstruksi pengetahuan yang dari sudut pandang pemrosesan informasi.
baru. Menurut Piaget (1969) bahwa pada Pembelajaran dengan pendekatan
pembelajaran dengan pendekatan Konstruktivisme melibatkan manipulasi aktif
Konstruktivisme, pengetahuan dikonstruksi dari pemaknaan bukan hanya hafalan saja.
melalui tiga mekanisme, yaitu asimilasi yaitu Namun merupakan proses aktif dan
mencocokkan pengalaman baru dengan konstruktif dimana siswa mencoba untuk
struktur mental yang telah ada; akomodasi menyelesaikan masalah sebagaimana siswa
yaitu mencocokkan skema yang terbentuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran di
karena pengalaman baru yang diperoleh; dan kelas.
keseimbangan yaitu menyeimbangkan Pendekatan Konstruktivisme yang
asimilasi dengan akomodasi. Piaget's theory of menjelaskan kegiatan siswa yang aktif dalam
development represents constructivism, a view of pembelajaran juga disampaikan oleh Bruner
cognitive development as a process in which (2006:58) yang mengatakan bahwa The
children actively build systems of meaning and students is not a bench-bound listener, but is taking
understandings of reality through their experiences a part in the formulation and at times may play the
and interactions (Slavin, 2006: 33). Dari principal role in it. Hal ini menunjukkan
pendapat tersebut mengatakan bahwa siswa bahwa para siswa bukanlah pendengar yang
membangun pemahaman melalui pengalaman pasif, tetapi mereka mengambil bagian dalam
dan interaksi yang mereka alami. perumusan dan terkadang memainkan peran
Dalam pandangan Konstruktivisme, utama dalam pembelajaran. Walaupun
belajar bukanlah semata-mata mentransfer demikian peserta didik masih memerlukan
pengetahuan yang ada di luar dirinya, tetapi bimbingan dalam proses pembelajarannya
belajar lebih pada bagaimana otak memproses (Permendiknas, 2006: 345). Mereka perlu
dan menginterpretasikan pengalaman yang dibimbing secara bertahap untuk memahami
baru dengan pengetahuan yang sudah konsep yang disampaikan.
dimilikinya dalam form yang baru. Proses Menurut Slavin pembelajaran penemuan
pembangunan ini bisa melalui asimilasi atau dapat melibatkan siswa secara aktif dalam
akomodasi (McMahon, 1996). Diperlukan pembelajaran, membangkitkan rasa
kegiatan awal untuk merangsang siswa keingintahuan siswa, memotivasi siswa untuk
menggunakan konsep-konsep yang sudah terus bekerja dalam menemukan solusi dari
dimiliki untuk mengkonstruksi konsep baru permasalahan yang diberikan, meningkatkan
dalam pembelajaran, karena pada pendekatan keterampilan dalam memecahkan masalah
Konstruktivisme akan lebih efektif jika sesuai dan berpikir kritis. Sehingga salah satu metode
dengan kesiapan intelektual, oleh karena itu yang dapat digunakan untuk melibatkan siswa
pendekatan Konstruktivisme harus tersusun secara aktif yaitu melalui kegiatan penemuan.
menurut urutan yang logis sesuai dengan Namun kegiatan pembelajaran penemuan
tingkat kemampuan dan pengalaman siswa. bukanlah hal yang mudah diterapkan pada
(Chujaemah, 2012: 4). semua jenjang pendidikan. Siswa yang
Dalam pendekatan Konstruktivisme yang mengalami peralihan perkembangan kognitif
dikembangkan berdasarkan gagasan Piaget dari tahap operasi konkrit menuju operasi
dan Vygotsky (melalui Slavin, 2006) formal mengalami kesulitan dalam berpikir
mengatakan bahwa perubahan kognitif hanya abstrak. Hal ini menunjukkan bahwa tidak
terjadi jika konsep-konsep yang telah mudah bagi mereka untuk berpartisipasi
dipahami sebelumnya diproses melalui suatu dalam pembelajaran melalui penemuan. Oleh
kondisi ketidakseimbangan dalam memahami karena itu diperlukan suatu bantuan atau
informasi baru. Konstruktivisme beranggapan solusi yang dapat memfasilitasi proses
bahwa pengetahuan merupakan konstruksi peralihan tahapan tersebut yaitu dengan cara
dari diri kita sendiri. Konstruktivisme memberikan bimbingan yang dilakukan guru
memandang bahwa dalam belajar, siswa dalam proses pembelajaran penemuan
148

tersebut atau melakukan penemuan pembelajaran yang membuat siswa merasakan


terbimbing dalam pembelajaran. Carin (1989: penghargaan intrinsik. Bruner menekankan
97) juga mengatakan bahwa guided discovery bahwa satu-satunya cara seseorang belajar
teaching provides opportunities for greater teknik penemuan adalah dengan cara
involvement, giving children more chance to gain menghadirkan kondisi dimana siswa memiliki
insights and better develop their self-concepts. kesempatan untuk menemukan. Melalui
Melalui penemuan terbimbing inilah siswa penemuan terbimbing, siswa secara perlahan
mendapat kesempatan untuk terlibat secara dapat belajar bagaimana mengorganisasaikan
lebih besar, dan memberikan kemudahan dan melakukan penemuan. Salah satu
dalam menjembatani kondisi siswa yang keuntungan terbesar dari penemuan
berada pada proses peralihan perkembangan terbimbing ini yaitu dapat menyimpan ingatan
kognitifnya sehingga dapat mengembangkan yang lebih baik.
kemampuan dirinya. Pembelajaran dengan
Intrinsic and extrinsic motives.
penemuan terbimbing ini juga dapat
mengurangi kendala yang dialami selama Pembelajaran terjadi karena adanya
pembelajaran penemuan seperti yang penghargaan; seorang anak belajar karena
diungkapkan oleh Slavin berikut. menghindari kegagalan; atau anak belajar
Discovery learning has several advantages. It karena kombinasi dari dua alasan tersebut.
arouses students' curiosity, motivating them Penemuan terbimbing membantu siswa
to continue to work until they find answers. menjadi lebih percaya diri, mandiri,
Students also learn independent problem- bertanggungjawab terhadap apa yang
solving and critical-thinking skills, because dipelajarinya. Siswa akan lebih termotivasi
they must analyze and manipulate ketika mereka belajar dengan menemukan
information. However, discovery learning can daripada hanya mendengarkan. Mereka dapat
also lead to errors and wasted time. For this belajar untuk memanipulasi lingkungan
reason, guided discovery learning is more dengan lebih aktif. Mereka mencapai kepuasan
common than pure discovery learning. In setelah dapat mengatasi masalah yang
guided discovery the teacher plays a more diberikan. Motivasi ekstrinsik mempunyai
active role, giving clues, structuring portions hubungan yang tidak terlalu kuat dalam
of an activity or providing outlines.(Slavin, pembelajaran, sedangkan motivasi intrinsik
2006: 248)
lebih bersifat pribadi, motivasi ini berbeda
Slavin (2006: 248) mengatakan bahwa In setiap orang. Dalam hal ini, diperlukan usaha
guided discovery the teacher plays a more untuk mengarahkan motivasi yang dimiliki
active role, giving clues, structuring portions siswa dari motivasi ekstrinsik menuju motivasi
of an activity or providing outlines. Dalam instrinsik, sehingga guru perlu
penemuan terbimbing guru memainkan peran mempersiapkan pembelajaran menyenangkan
yang lebih aktif, memberikan petunjuk, serta yang melibatkan siswa di dalamnya. Guru
memberikan arahan atau bimbingan secara perlu memberikan siswa kesempatan untuk
umum. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi mencoba sesuatu tanpa adanya rasa takut akan
guru disini adalah sebagai fasilitator dan hukuman.
pengarah dalam pembelajaran. Learning the heuristics of discovery.
Kelebihan dalam penemuan terbimbing
yang disampaikan oleh Bruner (1961: 21-32) Bruner (1961: 26) mengatakan ...the
yaitu sebagai berikut. student is not a bench-bound listener, but should be
actively involved in the learning process. Seorang
Intellectual potency. siswa bukanlah subyek pendengar pasif,
Bruner mengatakan bahwa siswa belajar namun mereka harus terlibat aktif dalam
dan mengembangkan kemampuan proses pembelajaran. Siswa akan terlibat aktif
berpikirnya menggunakan potensi dalam pembelajaran, seperti aktif dalam
intelektualnya. Akibat dari penemuan yang mendengar, berkomunikasi, membaca, melihat
berhasil yaitu akan membuat siswa merasakan dan berpikir, jika pikiran mereka terlibat
penghargaan intrinsik atau kepuasan pribadi, dengan apa yang sedang mereka pelajari. Hal
sedangkan penghargaan ekstrinsik biasanya ini serupa dengan yang disampaikan oleh
diperoleh dari guru. Namun jika guru Piaget bahwa tidak ada pembelajaran tanpa
menginginkan siswa belajar dengan tindakan. Hal ini hanya dapat terwujud
menyenangkan, mereka harus merancang melalui pemecahan masalah melalui
149

penemuan dimana siswa akan belajar dalam kehidupannya. Hal inilah yang akan
menemukan secara menyeluruh (learning how membentuk jati diri seseorang yang
to learn). selanjutnya dalam proses kesehariannya
beinteraksi dengan lingkungan sekitar akan
Conservation of memory.
membentuk karakter berupa perilaku
Sikap dan kegiatan yang dilakukan siswa keseharian. Karakter-karakter individu inilah
dalam menemukan untuk diri mereka sendiri yang menyumbang terbentuknya karakter
memiliki efek yang besar dalam ingatan siswa. suatu bangsa.
Selain kelebihan yang telah disampaikan Salah satu strategi yang dapat digunakan
oleh Bruner, menurut Moore (2009: 183) dalam pembangunan karakter bangsa ini yaitu
pembelajaran dengan penemuan terbimbing melalui dunia pendidikan terutama sekolah.
mempunyai keterbatasan sebagai berikut. Penanaman karakter tersebut dapat
1. Pembelajaran ini bergantung pada diimplementasikan melalui proses pendidikan
kerjasama antara guru dalam melalui olah hati, olah pikir, olah raga, dan
mengarahkan dan siswa sendiri. olah rasa/karsa. Pendidikan karakter yang
2. Pembelajaran ini kurang efektif dalam dimaksud bukan hanya pembangunan
materi yang luas. karakter berupa sikap kesopanan, namun
karakter yang dimaksud yaitu karakter bangsa
Beberapa poin tersebut memberikan yang menumbuhkan sikap keingintahuan
informasi kepada guru untuk memper- intelektual (intellectual curiosity) dalam
timbangkan ketika melakukan pembelajaran mengembangkan kreativitas dan inovasi yang
dengan penemuan terbimbing. Guru harus dijiwai nilai kejujuran dengan bingkaian
memilih materi yang sesuai jika akan kesopanan dan kesantunan.
menggunakan penemuan terbimbing dalam Karakter-karakter pada satuan
pembelajaran. Kelemahan tersebut juga pendidikan ini meliputi 18 nilai yang
memberikan informasi kepada guru mengenai bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan
diperlukannya persiapan yang tepat sebelum tujuan pendidikan nasional, yaitu: (1) Religius,
melakukan pembelajaran dengan penemuan (2) Jujur, (3) Toleransi, (4) Disiplin, (5) Kerja
terbimbing karena kegiatan ini memerlukan keras, (6) Kreatif, (7) Mandiri, (8) Demokratis,
waktu yang relatif lebih lama dan memerlukan (9) Rasa Ingin Tahu, (10) Semangat
kerjasama yang sinergis antara guru dan Kebangsaan, (11) Cinta Tanah Air, (12)
siswa. Menghargai Prestasi, (13)
Bersahabat/Komunikatif, (14) Cinta Damai,
3. Pendidikan Karakter Bangsa (15) Gemar Membaca, (16) Peduli Lingkungan,
UU No.20 Tahun 2003 tentang sistem (17) Peduli Sosial, (18) Tanggung Jawab (Pusat
pendidikan nasional mengatakan bahwa Kurikulum, 2009: 9-10). Meskipun telah
Pendidikan Nasional berfungsi mengembang- dirumuskan 18 nilai pembentuk karakter
kan kemampuan dan membentuk watak serta bangsa, namun tiap satuan pendidikan dapat
peradaban bangsa yang bermartabat dalam menentukan prioritas pengembangan karakter
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, sesuai dengan kondisi tiap satuan pendidikan.
bertujuan untuk berkembangnya potensi Jadi antara satu satuan pendidikan dengan
peserta didik agar menjadi manusia yang satuan pendidikan yang lainnya boleh berbeda
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang jenis nilai karakter yang dikembangkan.
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga 4. Pendidikan Karakter dan Penemuan
negara yang demokratis serta bertanggung Terbimbing
jawab.Tujuan dari pembangunan karakter Penanaman pendidikan karakter
yaitu untuk mengembangkan karakter bangsa diupayakan dilaksanakan dalan setiap jenjang.
agar mampu mewujudkan nilai-nilai Dalam lingkungan sekolah, pembiasaan
pancasila. Ruang lingkup pendidikan ini pendidikan karakter tidak hanya dilakukan
meliputi keluarga, satuan pendidikan, dan dalam keseharian lingkungan sekolah, lebih
masyarakat. Karakter bangsa ini merupakan dari itu penanaman karakter diharapkan
pilar penting dalam kehidupan berbangsa dan diintegrasikan dalam kegiatan belajar
bernegara. Manusia diciptakan dengan mengajar di kelas.
kelengkapan akal pikiran serta hati yang
dapat memilah kebaikan dan keburukan
150

Sumber : Kemdiknas (2010)

Proses penanaman karakter dicanangkan dihadapkan pada kondisi dimana mereka


merupakan tugas semua perangkat satuan bebas dalam mengumpulkan data, membuat
pendidikan yang salah satunya yaitu guru dugaan (hipotesis), mencoba-coba (trial and
yang berperan sebagai fasilitator dalam error), mencari dan menemukan keteraturan
pembelajaran. Seorang guru harus mempunyai (pola), menggeneralisasi atau menyusun
metode atau strategi dalam mempersiapkan rumus beserta bentuk umum, membuktikan
dan menyajikan pembelajaran yang dapat benar tidaknya dugaannya itu. Dalam
menanamkan pendidikan karakter di pembelajaran penemuan terbimbing siswa ikut
dalamnya. Salah satu solusi yang dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran di
dilakukan yaitu dengan melakukan kelas sedangkan guru juga aktif memberikan
pembelajaran melalui pembelajaran penemuan bimbingan (scaffolding) secara bertahap.
terbimbing. Pembelajaran penemuan
terbimbing ini dapat menempatkan siswa 5. Kesimpulan
pada situasi dimana mereka diarahkan untuk
Pendidikan karakter merupakan salah
memperoleh dan meraih kebutuhan belajar
satu usaha untuk memperkuat jati diri guna
melalui kompetensi yang sudah dirancang
menentukan identitas bangsa. Karakter bangsa
oleh guru dalam pembelajaran. Dalam
ini dapat terwujud diantaranya melalui
pembelajaran penemuanm terbimbing ini,
penanaman karakter di sekolah. Kurikulum
siswa diarahkan untuk mampu menganalisis,
abad 21 memposisikan siswa sebagai
membuat dugaan, mengumpulkan informasi,
pembelajar yang aktif dimana siswa didorong
menemukan, bekerjasama, dan meyimpulkan.
untuk mencari informasi dari berbagai
Dalam kegiatan penemuan terbimbing, siswa
sumber, mampu untuk merumuskan masalah,
akan belajar tentang bagaimana saling
berpikir analitis, kerjasama dan kolaborasi
mempertanggungjawabkan apa yang telah
menyelesaikan suatu permasalahan dalam
dipelajari bersama dalam kelompok, saling
pembelajaran. Hal ini merupakan salah satu
mempercayai antar anggota kelompok, dan
tantangan bagi guru dalam proses
sikap jujur dalam menemukan antara
pembelajaran di kelas. Metode yang dapat
kebenaran dugaan awal yang diambil dengan
digunakan dalam penanaman pendidikan
kenyataan kesimpulan pada akhir
karakter dalam pembelajaran yaitu melalui
pembelajaran. Dalam pembelajaran ini siswa
metode penemuan terbimbing. Dalam
151

pembelajaran ini siswa dihadapkan pada http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/


kondisi dimana mereka bebas dalam pgsdkebumen/article/viewFile/524/24
mengumpulkan data, membuat dugaan 5
(hipotesis), mencoba-coba (trial and error), McMahon, M. (1996). Social Constructivism in
mencari dan menemukan keteraturan (pola), the World Widw Web, a Paradigm of
menggeneralisasi atau menyusun rumus Learning.Google site,
beserta bentuk umum. Hal ini sesuai karakter <http:/Nvnv.scu.edu.au/ausNveb96/e
yang akan dikembangkan berdasarkan agama, duen/wild/paper.hti.nl>
Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan
Moore, K.D. (2009). Effective Instructional
nasional.
Strategies: From Teory to Practice. USA:
SAGE Publication
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Menteri Pendidikan nasional
Bruner, J.S. (1961). The act of discovery. (pp. Republik Indonesia Nomor 22 Tahun
21-32) In Search of pedadogy Volume I 2006
Carin, A.A. 1989. Teaching Science Through Pusat Kurikulum. (2009). Pengembangan dan
Discoverry. Canada: Merrill Publising Pendidikan Budaya dan Karakter
Company Bangsa: Pedoman Sekolah
Chujaemah, Nurul; Yuliana, Septi; Kemdiknas (2010) Grand Design Pendidikan
Utaminingsih, Suci; Triyono; Budi, H. Karakter.
Setyo.2012.PENGGUNAAN
Slavin, R. E. (2006). Educational pyochology:
PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME
teory and practice. United State of
DALAM PENINGKATAN HASIL
America: Pearson.
BELAJAR MATEMATIKA SISWA
KELAS IV MATERI BANGUN RUANG.
Jurnal
152

PENGEMBANGAN PROFESIONALISME GURU SEKOLAH DASAR


MENUJU GURU ABAD 21 MELALUI PELATIHAN MODEL
TRAINING AND DEVELOPMENT PERSONNEL
BESERTA FAKTOR PENENTU KEBERHASILANNYA
Slameto
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
slameto_uksw@yahoo.com,

Abstrak
Hasil penelitian World Bank menyatakan bahwa guru Indonesia merupakan terendah di Asia dalam
peranannya sebagai agen perubahan; Guru abad 21 adalah guru yang inspiratif siap sebagai
pendorong perubahan; oleh karena itu perlu adanya model pemberdayaan guru. Salah satunya
adalah pelatihan model Training and Development Personnel. Tujuan penelitian ini adalah menguji
efisiensi dan efektifitas model pelatihan serta menemukan faktor determinan penentu guru abad
21yang juga sebagai agen perubahan. Model ini dikembangkan melalui 3 tahap yaitu: 1) studi
pendahuluan, 2) pengembangan model diklat guru, dilanjutkan 3) validasi model dengan evaluasi
efisiensi dan efektifitas model. Pelatihan bagi guru Sekolah Dasar ini diikuti 37 orang berlangsung di
sanggar Kelompok Kerja Guru Kabupaten Wonosobo tanggal 2 -10 Mei 2013. Berdasarkan hasil studi
pendahuluan diperoleh bahwa selama ini workshop yang pernah diikuti para guru Sekolah Dasar
dipersepsi belum efisien dan belum efektif serta belum sampai menyiapkan kompetensi guru abad 21.
Model pelatihan yang dikembangkan ini terbukti efisien dan efektif; Terdapat 2 model determinan
berpengaruhnya: 1) kebiasaan positif dan 2) elaborasi pengetahuan (yang baru) terhadap kemampuan
guru abad 21.
Kata Kunci: Diklat guru Sekolah Dasar Model Training and Development Personnel, Determinan
Guru abad 21, Efisiensi dan Efektifitas, Kebiasaan Positif, Elaborasi Pengetahuan.

bangsa ini. Itulah mengapa, sekolah dan guru


1. Latar Belakang
di dalamnya diharapkan mengembangkan dan
Memasuki abad 21, Guru, dituntut harus memperbaharui diri terus menerus agar
mampu mengubah cara berpikir anak mampu mengimbangi gerak cepat perubahan
didiknya menghadapi segala rintangan yang dalam diri anak didik dan kebutuhan
mereka alami, tetapi juga punya peran heroik masyarakat. Salah 1 peran guru abad 21 adalah
yang tidak mudah digantikan; betapa sebagai agen perubahan. Guru diharapkan
pentingnya peran guru bagi masa depan anak- mampu memainkan peran membawa
anak didiknya. Peran guru abad 21 lebih perubahan-perubahan positif bagi anak didik
kompleks daripada era sebelumnya. dan sekolahnya. Disamping peran yang
Kompleksitas itu ditunjukkan, misalnya, dijalankan dalam konteks kurikulum,
bagaimana seorang guru mesti merespon pembelajaran dan evaluasi, seorang guru juga
beragam kebutuhan anak didik yang berubah, diteladani oleh anak didiknya dalam kaitan
perkembangan teknologi yang demikian cepat dengan kebiasaan pribadi yang dilakukannya
merambah dan mengisi dunia, atau tuntutan (Putu Sudira, 2012). Hasil penelitian World
meraih keunggulan dari masyarakat, serta Bank menyatakan bahwa guru Indonesia
perubahan konstruksi sosial di dalam merupakan yang terendah di Asia dalam
masyarakat dan globalisasi (Sri Setyowati & M. peranannya sebagai agen perubahan (Hidayat
Arifana, 2004). Jaya Giri. 2012), produktifitasnya sangat
Kualitas anak didik di masa depan sangat rendah (World Bank. 2006); dan banyak faktor
ditentukan oleh peran guru di sekolah masa yang mempengaruhinya.
kini. Hingga saat ini sekolah masih merupakan Dengan menjadi guru abad 21 diharapkan
satu-satunya institusi sosial yang secara ada sosok yang mampu memotivasi dan
khusus dan terorganisir mengembangkan anak menginspirasi siswa, agar siswa mampu
didik menyiapkan masa depan generasi mengoptimalkan setiap potensi yang mereka
153

miliki sehingga berguna bagi masa depan dan 3) ilmu dan keterampilan tersebut
mereka nanti. Guru abad 21 adalah pendorong diperoleh dari pendidikan yang mendalam
perubahan; namun bagaimana dengan kondisi dan berkelanjutan.
guru kita yang digambarkan oleh penelitian Guru di abad 21 memiliki karakteristik
Bank Dunia tersebut? oleh karena itu perlu sebagai berikut: 1) memiliki semangat juang
pemberdayaan guru. Jika demikian, model dan etos kerja yang tinggi disertai kualitas
pelatihan guru yang mana? Salah satu model keimanan dan ketakwaan yang mantap, 2)
pelatihan pemberdayaan guru adalah mampu memanfaatkan iptek sesuai tuntutan
pelatihan model Training and Development lingkungan sosial dan budaya di sekitarnya, 3)
Personnel dari Otto dan Glaser (Mustafa berperilaku profesional tinggi dalam
Kamil, 2003), yang dipandang cukup efektif. mengemban tugas dan menjalankan profesi, 4)
Permasalahan lebih lanjut faktor apa sajakah memiliki wawasan ke depan yang luas dan
yang mempengaruhi serta bagaimana model tidak picik dalam memandang berbagai
hubungan antar faktor demi peningkatan permasalahan, 5) memiliki keteladanan moral
profesionalitas guru, terlebih guru lulusan serta rasa estetika yang tinggi, 6) dan
program Pendidikan Jarak Jauh? mengembangkan prinsip kerja bersaing dan
Masalah dalam penelitian ini adalah bersanding. Berbeda sedikit dengan tuntutan
bagaimanakah pengembangan pelatihan guru Muhammad Surya (Didik, 2012) dengan 9
model Training and Development Personnel karakteristik citra guru yang diidealkan yaitu
mampu mengembangkan guru abad 21? guru yang: 1) Memiliki semangat juang yang
Faktor apa saja yang menjadi tinggi disertai kualitas keimanan dan
penentu/determinan, serta bagaimana model ketaqwaan yang mantap, 2) Mampu
serta besarnya sumbangan terhadap mewujudkan dirinya dalam keterkaitan dan
keberhasilan menyiapkan guru abad 21? padanan dengan tuntutan lingkungan dan
Tujuan penelitian ini adalah menguji perkembangan iptek, 3) Mampu belajar dan
efisiensi dan efektifitas model pelatihan bekerja sama dengan profesi lain, 4) Memiliki
Training and Development Personnel serta etos kerja yang kuat, 5) Memiliki kejelasan dan
menemukan faktor determinan penentu kepastian pengembangan jenjang karir, 6)
keberhasilan menjadi guru abad 21 yang juga Berjiwa profesionalitas tinggi, 7) Memiliki
sebagai agen perubahan. kesejahteraan lahir dan batin, material dan
nonmaterial, 8) Memiliki wawasan masa
2. Teori depan, dan 9) Mampu melaksanakan fungsi
dan peranannya secara terpadu.
Guru pada abad 21 dan abad selanjutnya
Dalam perannya sebagai seorang agen
ditantang untuk melakukan akselerasi
perubahan, seorang guru abad 21 setidaknya
terhadap perkembangan informasi dan
perlu memiliki karakteristik dan watak dasar
komunikasi. Pembelajaran dan pengelolaan
atau kemampuan yang selaras dengan
kelas, pada abad ini harus sesuai dengan
tuntutan tersebut. Kemampuan itu
kemajuan teknologi informasi dan
digambarkan secara indah oleh Fullan (1993),
komunikasi. Menurut Susanto (Didik, 2012),
dengan empat kapasitas dasar yang harus
terdapat 7 tantangan guru di abad 21, yaitu: 1)
melekat dalam diri seorang guru sebagai agen
Teaching in multicultural society, 2) Teaching for
perubahan memasuki abad 21. Adapun 4
the construction of meaning, 3) Teaching for active
kapasitas dasar watak itu adalah: pe-
learning,4) Teaching and technology, 5) Teaching
ngembangan visi pribadi, kebiasaan inqui-
with new view about abilities, 6) Teaching and
ry, pentingnya penguasaan dan kolaborasi.
choice, dan 7) Teaching and accountability.
Berdasarkan paparan di atas, ciri/
Abad 21 menuntut peran guru yang
karakter yang akan dikembangkan pada sosok
semakin tinggi dan optimal. Secara umum,
guru abad 21 melalui pelatihan itu ditentukan
Tilaar (Didik, 2012) menyatakan bahwa
dari Antusias guru menjadi profesioal yang
masyarakat tidak dapat lagi menerima guru
tinggi, kemampuan berpikir kritis, reflektif
yang tidak profesional. Hal ini sesuai dengan
dan anticipative yang dikembangkan melalui
rekomendasi UNESCO tentang 3 tuntutan,
kegiatan belajar coopetrative-anticipative.
yaitu: 1) guru harus dianggap sebagai pekerja
Diklat sebagai suatu sistem yang integral
profesional yang memberi layanan kepada
merupakan seperangkat komponen atau
masyarakat, 2) guru dipersyaratkan
unsur-unsur atau sub sistem yang saling
menguasai ilmu dan keterampilan spesialis,
berinteraksi untuk mengubah kompetensi
154

guru sehingga ia dapat berprestasi lebih baik Salah satu upaya untuk meningkatkan
sesuai tuntutan dalam jabatannya. Pendekatan kompetensi guru abad 21 adalah penye-
sistem dalam Diklat dapat menggunakan lengaraan diklat kompetensi yang efektif.
bagan arus mulai dari input (masukan), Struktur program diklat untuk memenuhi
proses, output (keluaran), dan out come kompetensi yang dituntut tersebut perlu
(dampak). Masukan (Input) adalah peserta dirancang secara komprehensif. Pengembang-
diklat dan widyaiswara dengan kompetensi an struktur diklat yang komprehensif di-
yang dimilikinya, anggaran, waktu, sarana harapkan mampu meningkatkan kompetensi
dan prasarana (bangunan) diklat. Porses sebagai seorang pendidik abad 21. Secara
Proses sebagai sub sistem dalam sistem Diklat internal beberapa hal yang harus di-
adalah proses belajar mengajar, evaluasi pra kembangkan dalam penyelenggaraan diklat,
dan pasca Diklat, penataan sarana dan mencakup: Identifikasi informasi terkait
prasarana kelas dan sebagainya. Produk dengan kompetensi ideal/abad 21, kompe-
adalah hasil setelah Diklat selesai, antara lain tensi riil yang dimiliki guru di lapangan. Peta
makalah/materi Diklat, penguasaan kapasitas kompetensi ini menjadi dasar perumusan
khusus. Keluaran (out put) adalah peserta tujuan, materi diklat, pengalaman yang
(lulusan) Diklat yang memiliki kompetensi perlu dikembangkan, sumber belajar, hingga
sesuai dengan yang diharapkan, sertifikat, alokasi waktu diklat.
keterangan masuk dunia kerja, SIM. Dampak Hal berikutnya adalah penggunaan
(out come) antara lain adalah peningkatan strategi/pendekatan yang relevan dengan
produksivitas lulusan/kontribusi yang diberi- karakteristik peserta diklat; Pengemasan
kan kepada organisasi. bahan ajar diklat menjadi bentuk-bentuk
Berdasarkan analisis kebutuhan maka fasilitasi pembelajaran yang aktif, me-
sasaran pelatihan ditetapkan. Sasaran yang nyenangkan, berbasis pengalaman, berbasis
ingin dicapai dapat bersifat teknikal akan kompetensi yang dikembangkan, merancang
tetapi dapat pula menyangkut keprilakuan. scenario pelatihan yang efektif, terkontrol, dan
Pada pelatihan harus jelas diketahui apa yang akuntabel. Relevansi diklat dibutuhkan agar
ingin dicapai sesuai dengan hasil analisis dalam pelaksanaan memperoleh respon
kebutuhan dan sasaran yang telah dilakukan. positif dari peserta.
Penerapan prinsip belajar yang baik agar Penggunakan strategi penyampaian
berlangsungnya proses belajar mengajar dapat perlu memperhatikan hal-hal sebagai
dilakukan dengan cepat. Pada dasarnya berikut: Penerapan pendekatan andragogi
prinsip belajar yang layak dipertimbangkan Berbasis pada pengembangan pengalaman
untuk diterapkan berkisar pada lima hal yaitu dan kinerja; Pengalaman peserta diklat perlu
partisipasi, repetisi, relevansi, pengalihan dan dikembangkan melalui bentuk pembelajaran
umpan balik. aktif, memungkinkan peserta diklat menjadi
Tepat tidaknya teknik mengajar yang subjek aktifitas dalam proses pembelajaran.
digunakan tergantung pada berbagai Diklat dilaksanakan secara menarik,
pertimbangan yang ingin ditonjolkan, seperti mengesan, dan menyenangkan, serta
kehematan dalam pembiayaan, materi dievaluasi secara cermat.
program, tersedianya fasilitas tertentu, Agar terjadi perubahan perilaku sebagai
preferensi dan kemampuan peserta, preferensi implementasi dimilikinya kompetensi oleh
dan kemampuan pelatih dan prinsi-prinsip seseorang maka system pelatihan yang
belajar yang hendak diterapkan. dilaksanakan hendaknya menggunakan per-
Setelah program pelatihan dilaksanakan lakuan yang menyentuh persepsi, konsep diri,
maka dapat diidentifikasi manfaat yang dan nilai-nilai yang dimiliki oleh individu.
diperoleh guru, misalnya peningkatan Penguatan, pengulangan, dan pengarahan
pengetahuan dan keteranpilan. Pelaksanaan dibutuhkan. Monitoring, pengawasan, pen-
suatu program pelatihan dapat dikatakan dampingan perlu dilaksanakan agar perilaku
berhasil apabila dalam diri peserta terjadi cerminan penguasaan kompetensi guru abad
transformasi, dengan peningkatan kemampu- 21 meningkat.
an dalam melaksanakan tugas dan perubahan Dalam perpektif Diklat sebagai suatu
perilaku yang tercermin pada sikap, disiplin sistem, dapatlah diidentifikasi faktor yang
dan etos kerja. Komponen ini saling mempengaruhi keberhasilan pelatihan guru
mendukung antara satu dengan yang laiannya abad 21 itu bisa berasal dari input maupun
dalam mewujudkan dikat yang keredibel. proses pelatihan itu sendiri. faktor yang
155

dimaksud seperti: kejelasan dan kebermakna- sebuah model pelatihan yang efektif dan
an tujuan/tugas, kualitas metode belajar efesien. Persyaratan tersebut diantaranya
kelompok berbasis pengalaman yang dimiliki adalah kebutuhan/masalah belajar peserta
guru, pembelajaran kooperatif dengan materi pelatihan. Tahap analisis biasanya meliputi
yang terkait dengan tuntutan abad 21, tingkat beberapa tahapan, diantaranya adalah analisis
partisipasi guru, pemajangan hasil, elaborasi sistem; yaitu menggambarkan secara umum
pengetahuan yang baru dan kebermakna- klien yang meminta untuk mendesaian
annya, membangun citra yang baik dan pelatihan. Analisis pekerjaan tersebut tidak
kebiasaan yang positif. perlu lagi dilakukan jika yang bersangkutan
telah memiliki profil yang memadai.
3. Pengembangan Model Perumusan tujuan peserta mengikuti pelatihan
dan tugas yang ditetapkan, biasanya diikuti
Ada banyak model desain sistem
dengan refleksi. Setelah pemilihan bahan dan
pembelajaran. Diantaranya ada model yang
media, diikuti kualitas metode pelatihan
berorientasi sistem, seperti model Dick &
sesuai inspirasi guru peserta pelatihan. Setelah
Carey, Model ADDIE, dan lain-lain. Ada pula
kurikulum dan unit, mata latihan, dan topik
model desain pembelajaran yang berorientasi
latihan ditetapkan dan pelatihan dilaksanakan,
produk, karena untuk menghasilkan produk
perlu dievaluasi. Evaluasi dilakukan untuk
pembelajaran, seperti model Hannaffin & Peck
menentukan apakah tujuan program pelatihan
atau model prototipa cepat (rapid prototype
tercapai atau tidak, serta untuk menentukan
model). Juga, ada model yang berorientasi
apakah isi dan admnistrasi pelatihan
kegiatan belajar mengajar di kelas, diantaranya
memuaskan atau tidak, menentukan manfaat
adalah model ASSURE (Smaldino, dkk) atau
dan biaya finansal program serta untuk
model ICARE.
membandingkan biaya dan manbfaat dari
Secara umum, langkah-langkah desain
berbagai program pelatihan guna memilih
pelatihan dimulai dari tahap analisis, desain,
program mana yang paling baik.
pengembangan, implementasi dan evaluasi.
Model Training and Development Personnel
Evaluasi, bisa dilakukan untuk tiap langkah
yang terdiri atas lima langkah ini
mulai dari analisis sampai evaluasi. Sistem
dikembangkan melalui 3 tahap yaitu studi
pelatihan ini memungkinkan peserta pelatihan
pendahuluan, pengembangan model diklat
dapat menyerap informasi/pengetahuan,
guru, dilanjutkan validasi model dengan
melakukan keterampilan, berinteraksi
evaluasi efisiensi dan efektifitas model dalam
memperdalam pengetahuan dan keterampilan,
bentuk penilaian diri peserta pelatihan.
serta merefleksikan apa yang telah dipelajari.
Pelatihan bagi guru Sekolah Dasar ini diikuti
Kelima hal di atas adalah merupakan syarat
37 orang dan berlangsung di sanggar
suatu desain pelatihan yang berhasil.
Kelompok Kerja Guru Kabupaten Wonosobo
Otto dan Glaser (Mustafa Kamil, 2003)
tanggal 2 -10 Mei 2013.
mengemukakan model pengembangan strategi
latihan dengan istilah Model Training and
4. Pengukuran dan Hasil
Development Personnel. Model ini terdiri atas 5
langkah kegiatan: Konteks model Training and Development
a. menganalisis masalah latihan Personnel ini terdiri atas lima langkah kegiatan
b. merumuskan dan mengembangkan seperti dipaparkan diatas, dikelompokkan
tujuan-tujuan latihan menjadi 3, yaitu:
c. memilih bahan latihan, media belajar, a. Studi Pendahuluan yang meliputi
metode dan teknik latihan menganalisis masalah latihan
d. menyusun kurikulum dan unit, mata b. Perencanaan dan Pengembangan Model
latihan, dan topik latihan yang mencakup langkah: merumuskan
e. menilai hasil latihan. dan mengembangkan tujuan-tujuan
Suatu model pelatihan dianggap efektif latihan, memilih bahan latihan, media
manakala mampu dilandasi kurikulum, belajar, metode dan teknik latihan dan
pendekatan dan strategi yang sesuai dengan menyusun kurikulum dan unit, mata
kebutuhan belajar sasaran didik dan latihan, dan topik latihan, serta
permasalahan-permasalahan yang terjadi di melaksanakannya
tengah-tengahnya. Untuk itu diperlukan c. Validasi Model termasuk langkah menilai
persyaratan khusus dalam membangun hasil latihan yang selanjutnya dijadikan
156

pijakan dalam mengembangkan model efisiensi, dan keefektifan/ keberhasilan


dan strategi pembelajaran. pelatihan. Kegiatan ini dilakukan dengan
mengadakan penilaian diri oleh peserta
Setelah langkah pertama dan kedua
terhadap proses pelatihan yang mereka ikuti
terlaksana, dilakukan validasi model. Langkah
dan hasil pelatihan yang mereka rasakan.
validasi model Training and Development
Hasil penilaian diri peserta seperti tabel 1
Personnel ini adalah dengan melakukan
berikut ini menjadi bukti mengenai tingkat
pengukuran proses dan hasil pelatihan guru
efisiensi dan keefektifan pelatihan.
SD, yang mencakup pengukuran tingkat

Tabel 1. Deskripsi Variabel Proses dan Hasil Pelatihan Model Training and Development
Personnel

Variabel Mean Median Std. Deviation

Efficiency 3,33 3 0,63


Abad_21 3,1071 3 0,38

Mengingat beasrnya mean lebih dari Berdasarkan hasil analisis seperti pada
median, maka dapat dinyatakan bahwa tabel di bawah, ternyata dari 9 variabel yang
pelatihan Model Training and Development diteliti, sebagian besar, 8 variabel, mengalami
Personnel ini efisien dan efektif terdukung peningkatan cukup berarti seperti: 1) belajar
data. Dengan demikian Model Training and kelompok berbasis pengalaman, 2)
Development Personnel ini dapat pemajangan hasil, 3) partisipasi guru peserta
mengembangkan profesionalisme guru pelatihan, 4) citra yang baik, 5) kebiasaan yang
sekolah dasar. Selanjutnya deskripsi 12 positif, 6) cooperative & correlative, 7)
variabel independen yang diduga menjadi kejelasan & kebermaknaan tujuan, dan 8) ciri
penentu yang mempengaruhi profesionalisme guru abad 21. terdapat hanya1 variabel yang
guru sekolah dasar dalam pengembangan kurang berkembang dengan baik melalui
pelatihan model ini adalah seperti berikut ini. pelatihan ini, yaitu elaboration pengetahuan.

Tabel 2. Deskripsi 9 Variabel penelitian


Std.
Variabel Mean Median Minimum Maximum
Deviation

1. Belajar klp berbasis pengalaman 3,3571 3,0000 ,63332 2,00 4,00

2. Pemajangan hasil 3,2143 3,0000 ,42582 3,00 4,00

3. Partisipasi 3,2143 3,0000 ,57893 2,00 4,00

4. Citra yang baik 3,2857 3,0000 ,61125 2,00 4,00

5. Kebiasaan yang positif 3,0000 3,0000 ,55470 2,00 4,00

6. Cooperative correlative 3,2857 3,0000 ,72627 2,00 4,00

7. Kejelasan & kebermaknaan tujuan 3,0714 3,0000 ,61573 2,00 4,00

8. Elaborasi pengetahuan 2,9286 3,0000 ,73005 2,00 4,00

9. Ciri Guru abad 21 3,1071 3,0000 ,37614 2,50 3,75

Selanjutnya untuk menemukan faktor Regresi Model Step Wise yang hasilnya tersaji
determinan/penentu kualitas profesionalisme dalam tabel 3 seperti berikut ini.
guru sebagai agen perubahan dilakukan Uji
157

Tabel 3. Model Summary

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square
Square Estimate

1 .703a .495 .453 .37991

2 .823b .677 .619 .31707

a. Predictors: (Constant), Elaborasi pengetahuan


b. Predictors: (Constant), Elaborasi pengetahuan dan Cooperative-correlative

Berdasarkan hasil analisis regresi seperti terhadap tingkat kualitas guru abad 21 adalah
di atas, dari 8 variabel independen, ternyata 45,30%. besarnya pengaruh variabel elaborasi
diperoleh hanya 2 model determinan pengetahuan dan cooperative-correlative
berpengaruhnya variabel independen (model 2) terhadap tingkat kualitas guru abad
terhadap karakter guru abad 21 sesuai standar 21 adalah 61,90%. Guna mengetahui seberapa
errornya masing-masing. Besarnya pengaruh tinggi tingkat signifikansi setiap model
variabel elaborasi pengetahuan (model 1) dapatlah diperiksa pada tabel 4 berikut ini.

Tabel 4. Hasil Anovac Untuk Uji Signifikansi Pengaruh 2 Variabel Independen

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


1 Regression 1.697 1 1.697 11.755 .005a
Residual 1.732 12 .144

Total 3.429 13

2 Regression 2.323 2 1.161 11.552 .002b


Residual 1.106 11 .101

Total 3.429 13

a. Predictors: (Constant), Elaborasi pengetahuan


b. Predictors: (Constant), Elaborasi pengetahuan, Cooperative-correlative
c. Dependent Variable: Ciri guru abad 21

Berdasarkan hasil uji ANOVA seperti Development Personnel dengan pengaruh


tersaji pada tabel 4 di atas, dari 8 variabel sebesar 61,90%.
independen, hanya diperoleh 2 model dengan
hanya 2 variabel yang menjadi determinan 5. Pembahasan
variabel pengembangan guru abad 2,
Pengembangan model Training and
sementara 6 variabel yang lain dikeluarkan
Development Personnel yang semula terdiri dari
dari model, karena tidak signifikan. Model 1
5 tahapan, dilakukan modifikasi menjadi tiga
diperoleh F = 11,755 dengan tingkat
tahap yaitu: 1) studi pendahuluan
signifikansi = 0,005; ini berarti variabel
(menganalisis masalah latihan), 2)
Elaborasi pengetahuan menjadi determinan
perencanaan dan pengembangan model
pengembangan guru abad 21 dalam pelatihan
(merumuskan dan mengembangkan tujuan-
model Training and Development Personnel
tujuan pelatihan, memilih bahan latihan,
dengan pengaruh sebesar 45,30%. Pada Model
media belajar, metode dan teknik latihan dan
2 diperoleh F = 11,552 dengan tingkat
menyusun kurikulum dan unit, mata latihan,
signifikansi = 0,002; ini berarti variabel
dan topik latihan, serta melaksanakannya) 3)
elaborasi pengetahuan dan cooperative-
validasi model (menilai hasil latihan). Setelah
correlative menjadi determinan yang
langkah pertama dan kedua terlaksana,
signifikan atas pengembangan guru abad 21
dilakukan validasi model (langkah 3) dengan
dalam pelatihan model Training and
158

melakukan pengukuran proses dan hasil tugas pokok dan fungsinya beserta
pelatihan guru SD, yang mencakup permasalahannya, dilakukan secara kooperatif
pengukuran tingkat efisiensi, dan keefektifan/ dengan dukungan materi yang memacu untuk
keberhasilan pelatihan. Ternyata bahwa model membangun pengetahuannya yang baru akan
pelatihan Training and Development Personnel membantu mengembangkan kemampuan
ini efisien dan efektif terdukung data. inspirasinya sebagai agen perubahan. Apalagi
Suatu model pelatihan dianggap efektif didukung oleh kemampuan berpikir kritis dan
manakala mampu dan dilandasi kurikulum, kreatif; Jika tugas-tugas pelatihan yang diikuti
pendekatan dan strategi yang sesuai dengan berkualitas maka wajar jika berpengaruh
kebutuhan guru peserta pelatihan dan cukup tinggi terhadap kemampuan
permasalahan-permasalahan yang terjadi di profesionalisme guru abad 21.
tengah-tengah mereka. Dua variabel penentu
keberhasilan pelatihan yang terbukti memberi 6. Simpulan
sumbangan hampir 62% menjadi prioritas
Model pelatihan Training and Development
dalam pelatihan yaitu Elaborasi pengetahuan
Personnel bagi guru SD alumni program PJJ
dan Cooperative-correlative. Ini berarti bahwa
Gugus Wonosobo ini efisien dan efektif
Model Training and Development Personnel
terdukung data; berdasarkan hasil analisis
akan berhasil jika 1) kurikulum atau kualitas
data, ternyata dari 9 variabel yang diteliti,
materi dan metode pelatihan memungkinkan
sebagian besar, 8 variabel, mengalami
peserta membangun pengetahuannya yang
peningkatan cukup berarti seperti: 1) Belajar
baru dan bermakna (elaborasi), serta 2)
kelompok berbasis pengalaman, 2)
menerapkan kooperative learning yang mana
Pemajangan hasil, 3) partisipasi guru peserta
materi pelatihan terkait dengan permasalahan
pelatihan, 4) Citra yang baik, 5) Kebiasaan
SD dimana guru bertugas. Temuan ini
yang positif, 6) Cooperative & correlative, 7)
memperkokoh teori kunstruktivisme yang
Kejelasan & kebermaknaan tujuan, dan 8) ciri
terbukti efektif dalam pelatihan Model
Guru abad 21. Terdapat hanya1 variabel yang
Training and Development Personnel.
kurang berkembang dengan baik melalui
Model pelatihan yang terdiri atas lima
pelatihan ini, yaitu: Elaboration pengetahuan.
langkah kegiatan yang kemudian dimodifikasi
Terdapat 2 model determinan/berpengaruh-
menjadi 3 tahap ini memungkinkan guru
nya variabel independen terhadap
peserta pelatihan dapat bukan hanya
pengembangan profesionalisme guru abad 21:
menyerap pengetahuan, melakukan/terampil,
elaborasi pengetahuan (model 1), elaborasi
berinteraksi memperdalam pengetahuan dan
pengetahuan dan cooperative (model 2). maka
keterampilan mereka, serta merefleksikan apa
dari itu, model ini dapat direplikasi di
yang telah dipelajari, tetapi juga membangun
kelompok lain untuk peningkatan kualitas
pengetahuan yang baru dan bermakna bagi
guru memasuki abad 21 demi peningkatan
kehidupan guru; dengan kata lain 5 hal
kemujuan pendidikan khususnya SD.
tersebut merupakan syarat suatu desain
pelatihan yang berhasil telah terpenuhi. DAFTAR PUSTAKA
Sehingga memang layak jika pelatihan ini
berhasil mengembangkan profesionalisme Adie Nugroho, 2013. Menjadi Guru Inspiratif.
guru abad 21 sebagai agen perubahan yang http://adienugrohozone.blogspot.com/
didukung oleh 2 variabel independen yang 2013/03/menjadi-guru-inspiratif.html
cukup berarti Elaborasi pengetahuan dan Didik, 2012. Guru Abad 21.
Cooperative-correlative. http://areknerut.wordpress.com/2012/
Seorang guru terlebih alumni program PJJ 12/20/guru-abad-21-2/
UKSW dengan visi pribadi yang kuat Fullan, M. G. 1993, Why Teachers Must
senantiasa bertanya, dan bertanya lagi, untuk Become Change Agent. Education
memperjelas intensi mengapa yang Reform. Educational leadership Mar
bersangkutan sampai memilih profesi menjadi 1993, 50, 6
guru. Seorang guru akan mencintai perubahan
Hidayat Jaya Giri. 2012. Pendidikan Usia Dini
dan siap menghadapi tantangan abad 21
Masa Emas. www.hidayatjayagiri.net/-
sehingga selalu mengperbaharui tugas paokok
2012/12/pendidikan-usia-dini-masa--
dan fungsi sebagai guru yang profesional.
emas.html
Guru tersebut kalau mengikuti pelatihan
dimana pelatihan yang dijalani relevan dengan
159

Martaningsih Sri Tutur, 2011. Optimasi Diklat http://saprilina.blogspot.com/2013/03


Kompetensi pendidik Sebagai Upaya /menjadi-guru-inspiratif-modal-
Pengembangan Profesi Guru berharga.html
Berkelanjutan. Seminar Nasional Setyowati & M. Arifana, 2004. Studi
Pengembangan Profesi Guru Keefektifan Pengembangan Pendidikan
Berkelanjutan Dalam Rangka Masa Depan. Jurnal Pendidikan Dasar
Pengukuhan Active Learning Facilitator Volume 5 No 2 September 2004
Association (Alfa)Salatiga Tanggal 5 Juli http://dikdas.jurnal. unesa.ac.id
2011
Vincent, P. Costa dkk, (2000), Panduan
Mustafa Kamil, 2003. Model-Model Pelatihan. Pelatihan Untuk Pengembangan Sekolah,
Bandung: UPI Jakarta: Depdiknas.
Putu Sudira, 2012. Guru Sebagai Agen World Bank. 2006. Mengefektifkan Pelayanan
Modernisasi Pendidikan Dalam Dimensi bagi Masyarakat Miskin di Indonesia: Titik
Sosio-Kultural Untuk Peningkatan Kualitas Fokus untuk Mencapai Keberhasilan di
Pendidikan. Lapangan. http://ddp-
http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/656 ext.worldbank.org/
Saprilina, 2013. Menjadi GURU Inspiratif, EdStats/IDNstu06a.pdf
Modal Berharga Bagi Masa Depan Siswa.
160

WACANA KURIKULUM VISIONER BERBASIS LINGKUNGAN


BERORIENTASI SDM ABAD 21
Sri Sumarni
Lektor Kepala pada FITK UIN Sunan Kalijaga
marniuinsuka@yahoo.com

Abstrak
Alam berubah, kehidupan manusia berubah, pendidikan juga harus berubah. Paradigmalam
pendidikan membangun manusia dengan satu jenis kecerdasan saja yaitu IQ. Paradigm baru
pendidikan lebih menekankan pada kecerdasan kreativitas (CQ) dan kecerdasan-kecerdasan lain
yakni EQ, SQ AQ, Pembangunan SDM merupakan tanggung jawab bidang pendidikan.
Kurikulum merupakan salah satu alat yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan
pendidikan Indonesia adalah membangun SDM yang berkualitas yang mampu hidup di era abad 21
dan hidup di manapun di seluruh belahan bumi ini. Istilah abad 21 memberikan semangat baru
kurikulum yang ada. Relevan dengan era 21 atau masa depan, maka melalui tulisan ini, nama
kurikulumnya adalah kurikulum visioner.
Kurikulum visioner adalah kurikulum yang berorientasi pada scientce, berbasis object study,
implementasinya menyenangkan dan mengaktifkan siswa, dengan model evaluasi autentik.
Lingkungan merupakan sumber pembelajaran agar pendidikan fungsional untuk kehidupan. SDM
hasil pendidikan melalui kurikulum visioner sebagai berikut: mengakui keEsaan Alloh SWT, menjadi
manusia sosialis berbudaya, serta tidak melakukan perusakan.
Kata Kunci: Kurikulum Visioner Lingkungan, SDM abad 21.

KBK dan KTSP, bahkan jauh sebelum


1. Pendahuluan
Indonesia menerapkan kurikulum KBK
Suatu keniscayaan, kebijakan terbaru di UNESCO telah memprogramkan strategi
bidang pendidikan akan menghantarkan anak pembelajaran yang PAKEM dengan metode
bangsa menjadi manusia yang berkualitas Inqury.
1
Pembelajaran yang aktif adalah
yang mampu menghadi tantangan hidup di pembelajaran yang berbasiskan
abad 21. Dengan adanya perubahan obyek/persoalan belajar.
2
Strategi
kurikulum secara dinamis dari tahun ke tahun, pembelajaran yang berbasiskan obyek
anak-anak Indonesia dan bangsa Indonesia persoalan belajar tidak lain adalah problem
akan menjadi manusia berkualitas yang based learning. Aplikasi metode pembelajaran
mampu hidup di berbagai wilayah di belahan yang disebut di atas merupakan upaya
bumi ini. Manusia yang berkualitas yang pencapaian kompetensi peserta didik. Inti
dimaksudkan adalah manusia yang memiliki kurikulum KBK, KTSP dan Kurikulum 2013
hard dan soft skill yang handal. Kurikulum adalah kompetensi. Hasil pendidikan melalui
2013 ini merupakan kebijakan yang relatif proses pembelajaran diharapkan peserta didik
paling akhir di bidang pendidikan yang memiliki kompetensi sesuai tujuan
diprogramkan oleh Kementerian Pendidikan pembelajaran.
dan Kebudayaan. Walaupun sebenarnya Kita semua telah mengetahui bahwa
kurikulum 2013 tidak berbeda secara prinsip dunia pendidikan tidak mungkin terlepas dari
dengan kurikulum sebelumnya yaitu KTSP kurikulum. Kurikulum menghantarkan
dan KBK, namun dalam implementasinya peserta didik untuk dapat mencapai tujuan
kurikulum 2013 telah dilengkapi dengan yang dicanangkan oleh penyelenggara
prinsip-prinsip pembelajaran dan model pendidikan. Melalui kurikulumlah peserta
evaluasi. didik dapat mencapai (1) to know, (2) to do, (3)
Sebelum kurikulum 2013 diprogramkan
oleh pemerintah sebanrnya telah banyak pakar
pendidikan yang berinisiasi memformulasikan
1
implementasi kurikulum sebelumnya yaitu UNESCO
2
Djohar. 2007
161

3
to be, (4) to live together. Kurikulum yang baik Domain kognitif lebih banyak dicapai oleh
adalah kurikulum yang selalu mengalami peserta didik, sedangkan dua domain lainnya
perubahan dari waktu ke waktu, dari masa ke kurang. Pertanyaan yang sesuai untuk
masa. Apabila kurikulum tidak berubah maka paradigm lama adalah Apa yang diketahui
pembelajaran dan pendidikan tidak ada peserta didik setelah mengikuti proses
gunanya bagai anak-anak bangsa. Apabila pembelajaran?. Mereka tahu namun belum
pendidikan tidak berubah berarti merampas tentu memiliki kompetensi untuk
masa depan anak-anak bangsa. Perubahan
4 mengaplikasikan segala sesuatu yang
kurikulum seharusnya mengikuti perubahan dipelajari, apalagi sampai dengan memberikan
zaman dan alam. Kita semua telah mengetahui value terhadap apa yang dipelajari. Padahal
bahwa alam telah mengalami perubahan, oleh seharusnya pertanyaan yang dikemukakan
karenanya agar manusia penghuni alam tidak untuk ditanyakan kepada peserta didik setelah
tergilas oleh alam, maka manusia seharusnya mengikuti proses pembelajaran adalah
juga menyesuaikan perubahan yang terjadi. mampu apakah kamu?. Pertanyaan seperti
Perubahan dasar arah paradigm alam, ini, jawabannya mengandung makna
dari dominant paradigm menuju emergent mengetahui, mengaplikasikan dan diharapkan
5
paradigm. Lebih lanjut diuraikan sebagai mampu memaknai pengetahuan tersebut.
berikut: dari paradigm simple menuju Ketidakseimbangan tiga domain di atas,
complex, hierarchy menuju heterarchy, disebabkan oleh (1) intensitas materi, (2)
mechanical menuju holographic, determinate proses pembelajarannya, serta (3) model
menuju indeterminate, linierly menuju evaluasi. Seperti apakah proses pembelajaran
mutually, assembly menuju morphogenesis, pada paradigm lama?
objective menuju perspective. Uraian dan Pembelajaran paradigm lama sebagai
penjelasan lebih lengkap tentang paradigma di berikut; (1) tekstual, (2) berorientasi pada
atas lebih jelas melalui diskusi dalam forum produk baik proses pembelajarannya maupun
mulia ini. evaluasinya, (3) delivery, (4) membangun
Perihal yang penting untuk disampaikan peserta diidk untuk berpikir linier, sistematik,
dalam tulisan ini adalah mengajukan dan rasional, regiditas, (5) tekanan pada IQ
6
pertanyaan kurikulum yang seperti apakah saja.
yang mampu mengantisipasi masa depan?.
Dalam uraiannya tentu tidak lepas dari 3. Paradigma Baru Pendidikan
manusia yang seperti apakah yang akan Sorotan miring tentang pendidikan di
dicetak melalui kurikulum visioner? Visioner Indonesia masih terus bergulir baik dari
menjadi kata kunci dalam makalah ini. kalangan akademisi maupun masyarakat
Visioner maksudnya adalah kurikulum yang awam. Sorotan miring ini ditandai dengan
seperti apakah yang mampu mengantisipasi ranking HDI yang berada pada urutan lebih
membangun manusia masa depan. Penulis dari 150, di bawah Negara tetangga seperti
berasumsi pendidikan yang fungsional untuk Malaysia, Singapura. Ketika berbicara tentang
penyelesaian kehidupan manusia adalah kualitas SDM, yang bertanggung jawab penuh
pendidikan yang kontekstual. Pendidikan terhadap kualitas SDM atau siapa yang
yang kontekstual dapat dicapai melalui bertanggung jawab terhadap kualitas SDM,
lingkungan kehidupan manusia. Terdapat tiga jawabannya adalah bidang pendidikan. SDM
kata kunci dalam tulisan ini: (1) Kurikulum seperti yang telah diuraikan di atas, yang
visioner, (2) Lingkungan, (3) Sumber Daya mampu hidup di era kapanpun dan di
manusia (SDM) abad 21. manapun dapat dibangun melalui kurikulum.
Selanjutnya tulisan ini menggunakan
2. Paradigma Lama Pendidikan terminology visioner. Kurikulum yang
Ketidakseimbangan pencapaian tiga visioner adalah kurikulum yang dinamis dan
domain tujuan pembelajaran yaitu (1) domain fleksibel. Gambaran kurikulum visioner
kognitif, (2) domain afektif, dan (3) domain diuraikan di bawah pada tulisan ini. Satu tesis
psikomotorik terjadi pada paradigma lama. yang dapat dikemukan dalam tulisan ini
adalah Kurikulum yang visioner akan
mampu membangun manusia yang
3
UNESCO
4
Zamroni.2011
5 6
Scwartz & Ogilvy.2007 Djohar. 2004
162

berkualitas yang mampu menghadapi abad perubahan alam, serta perubahan


21. Proses pembelajaran sangat pembelajaran, maka kurikulum juga
mempengaruhi hasil belajar. Adapun seharusnya mengalami perubahan. Kurikulum
pendidikan dan lebih khusus pembelajaran yang mampu mengantisipasi masa yang akan
pada paradigma baru sebagai berikut: (1) datang disebut kurikulum visioner.
factual/kontekstual/konseptual; (2) Kurikulum yang visioner adalah kurikulum
mengedepankan proses; (3) pembelajaran yang (1) based on scientific. Landasan filosofis
inkuiri; (4) mengutamakan cara/pola berpikir pembelajaran yang based on scientific adalah
alternative, sistemik, kreatif; (6) fleksibel; (9) surat Al-Alaq ayat 5 yang artinya Alloh SWT
tekanan pada creativity, emotional, spiritual, akan memberikan ilmu kepada manusia yang
adversity quotient, belum pernah diketahui sebelumnya. Belajar
adalah bangun ilmu. Untuk lebih jelasnya
4. Kurikulum Visioner kurikulum yang based on scientific
Terminologi visioner mengandung makna diilustrasikan pada gambar di bawah.
masa depan. Setelah memahami arah

Metodologi

Ilmu

Obyek/Per
Bangun soalan
Ilmu Belajar

Gambar 1. Konsep Bangun Ilmu

Based on scientific artinya adalah belajar itu Empat aspek kemampuan peserta didik yang
tujuannya membangun ilmu. Ilmu dimaknai diperoleh melalui proses pembelajaran
beraneka ragam dari ilmu baru yang benar- diuraikan dalam makalah lain dan untuk lebih
benar ilmu baru, sampai dengan ilmu yang jelasnya dilakukan diskusi.
telah ada. Namun yang penting dari perspektif Konsep kurikulum visioner yang kedua
pembelajaran bangun ilmu ini dimaknai adalah (2) based on object study. Object study
sebagai proses pencapaian bangun ilmu. Dari atau diartikan berbasis pada persoalan belajar.
sudut pandang membangun diri orang, Melalui persoalan belajar, siswa aktif dan guru
bangun ilmu ini dimaknai sebagai proses berperan sebagai organisator (organisasi)
membangun ilmu. Kemampuan berpikir dan persoalan belajar. Siswa diarahkan untuk
berbuat adalah fokus pendidikan. Adapun dapat memecahkan persoalan belajar dan
tahapan membangun kerangka pikir peserta menemukan konsep ilmu melalui proses
didika sebagai berikut: (1) kemampuan pembelajaran. Obyek persoalan belajar
metodologis, (2) kemampuan konsepsualisasi, diperoleh melalui kajian kurikulum. Hasil
(3) kemampuan paham konsep, (4) kajian kurikulum sebagai berikut: struktur
kemampuan mengaplikasi konsep yang konsep, peta konsep, konsep esensial, bahan
ditemukan, dan (5) kemampuan memberikan ajar, dan persoalan belajar. Ketika guru sedang
7
value atau nilai terhadap konsep tersebut. melakukan proses pembelajran, yang disajikan
kepada siswa adalah obyek/persoalan belajar.
7
Djohar. 2001
163

5. Lingkungan sebagai sumber belajar


wujud pembelajaran yang kontekstual
KURIKULUM
Lingkungan merupakan sumber belajar.
Landasan filosofis terkait dengan Lingkungan
STRUKTUR KONSEP sebagai basis pembelajaran adalah Iqro.
Obyek persoalan belajar dapat diperoleh
melalui Lingkungan. Segala sesuatu yang
PETA KONSEP terjadi di lingkungan kehidupan manusia
dapat dijadikan sebagi obyek/persoalan
belajar. Pembelajaran yang berbasiskan
KONSEP ESENSIAL lingkungan merupakan pembelajaran yang
kontekstual. Pembelajaran yang kontekstual
pada gilirannya kelak menjadi pembelajaran
BAHAN AJAR atau pendidikan yang fungsional. Belajar
melalui teori saja (teori yang telah ada)
OBYEK/PERSOALAN bukanlah pembelajaran yang fungsional.
BELAJAR Pembelajaran yang teoritis tanpa
memperhatikan lingkungan hasilnya hanya
pengetahuan yang tidak dapat digunakan
Gambar 2. Kajian Kurikulum Obyek sebagai pemecahan masalah kehidupan
Persoalan Belajar manusia.
Iqro yang berarti bacalah. Dalam ayat Al
Konsep ketiga terkait dengan implemen-
Quran surat Al Baqoroh jelas tertulis bahwa
tasi kurikum visioner adalah (3) pembelajaran
8 Alloh memerintahkan kepada manusia untuk
yang PAKEM. Slogam pendidikan nasional
membaca. Membaca dalam pengertian ini
Indonesia Tut Wuri Handayani dengan
bukanlah tekstua/, membaca teks yang ada.
pengejawantahan sistem among yakni mengi-
Membaca dalam iqro surat Al-Baqoroh ini
kuti kemampuan anak dengan keragaman dan
adalah membaca dalam arti luas. Membaca
perbedaan masing-masing dapat diwujudkan
segala sesuatu yang terjadi di alam, bukan
dalam proses pembelajaran yang meng-
membaca secara tektual. Salah satu pendapat
implementasikan kurikulum yang visioner.
dari pakar Amerika study nature not book.
Selanjutnya konsep keempat adalah model
Pembelajaran yang berbasis lingkungan
evaluasi pada kurikulum visioner adalah (4)
sebagai sumber belajar kenyataannya lebih
evaluasi autentik dengan catatan portofolio
efektif bahkan realistis. Selain itu dapat
untuk merekam kinerja siswa dan hasil dapat
menjadikan peserta didik lebih termotivasi,
dijadikan data untuk menentukan arah ke-
dikarenakan menyenangkan dan
cenderungan kemampuan siswa dan potensi-
mengasyikkan. Cara-cara seperti ini lebih
nya. Ini dapat diimplementasikan untuk
memiliki resitensi kuat pada pikiran peserta
pendidikan menengah ke bawah. Sedangkan
didik.
untuk pendidikan di tingkat perguruan tinggi,
evaluasi autentik dapat digunakan sebagai alat 6. SDM abad 21
untuk memfasilitasi mahasiswa. Hasil evaluasi
dijadikan sebagai data masukan bagi dosen Satu kata kunci dalam menguraikan SDM
untuk memberikan fasilitisi sesuai dengan abad 21 yaitu SDM (sumber daya manusia)
kecepatan belajarnya. yang berkualitas. Terminologi kualitas
Konsep kelima kurikulum visioner adalah memiliki makna yang sangat luas, namun di
(5) subtansinya. Subtansi diharapkan dinamis dalamnya adalah SDM yang kreatif.
dari zaman ke zaman, dari waktu ke waktu. Kreativitas dapat tercapai bagi SDM yang
Subtansi diharapkan mengikuti perkem- memiliki etos kerja yang tinggi. Untuk dapat
bangan kehidupan manusia dan perubahan mempertahankan hidup, tidak tergilas oleh
alam. Dinamika dan dasar-dasar pengem- alam dan oleh zaman, manusia perlu memiliki
bangan kurikulum sebagai berikut: (1) Mem- kreativitas. Dengan kata lain SDM yang
baca kurikulum, (2) Menyusun kurikulum, (3) kreatif-lah yang mampu survive the life.
Dinamika penyusunan kurikulum Tujuan akhir dari proses pembelajaran
dan ini merupakan tujuan pendidikan adalah
8 membangun manusia yang cerdas dan
UNESCO
164

memiliki etos kerja dengan indikator: (1) Dalam dunia pendidikan juga harus
berkembang spiritual, (2) kreatif, (3) Etos kerja mengalami perubahan: tujuan pendidik-
menuju sikap dan kebiasaan kinerja, (4) an, proses pembelajarannya dan kuri-
membangun manusia sosial dan ekonomi. kulumnya. Apabila model pembelajaran
Indikator pertama dicapai melalui pendidikan tidak mengalami perubahan berarti
yang menekankan pencapaian afektif dengan merampas hak mereka.
mengoptimalkan fungsi hati. Indikator kedua 3. Tujuan pendidikan adalah membangun
dicapai melalui pendidikan yang holistic manusia yang kreatif, memiliki etos kerja
kinestetik. Indikator ketiga dapat dicapai dan memiliki berbagai kecerdasan (IQ,
melalui pendidikan yang menekankan pen- EQ, SQ, CQ, AQ). Tercapai
capaian adversity quetion/kecerdasan ter- keseimbangan kognitif, afektif, dan
hadap ketertepaan problem kehidupan. psikomotorik.
Indikator keempat dicapai melalui pendidikan 4. Proses pembelajarannya: mengaktifkan
yang sosio-edukatif dan memberikan teladan peserta didik melalui obyek/persoalan
9
hidup efisien dan efektif. belajar, media, metode yang meng-
Profil SDM abad ke -21 adalah manusia aktifkan peserta didik..
yang bermartabat dengan ciri sebagai berikut: 5. Kurikulum yang visioner adalah kuri-
(1) kaitannya hubungan secara vertikal kepada kulum yang dinamis.
Alloh SWT, memperpercayai kepada sang 6. Pendidikan yang fungsional adalah
causa prima; (2) kaitannya hubungan secara pendidikan yang kontekstual dengan
horizontal dengan sesama makhluk, mampu memperhatikan lingkungan.
hidup bersosial; (3) kaitannya sebagai
makhluk penghuni alam, tidak melakukan DAFTAR PUSTAKA
perusakan kepada siapapun dan apapun. Dadang Harwadi. 2003. IQ, EQ, CQ, & SQ
Indikator profil pertama yakni hubungan Kriteria Sumber Daya Manusia
vertikal kepada sang pencipta, Alloh SWT Berkualitas. Jakarta. Fakultas
sebagai berikut: (a) patuh terhadap semua Kedokteran Universitas Indonesia
ajaran agama sesuai dengan agama yang
Djohar. 2004. Arah Perubahan Paradigma
dipilihnya, (b) menjauhi laranganNYA dan
Pendidikan. Makalah disajikan pada hari
menjalankan perintahNYA. Sedangkan indi-
Pendidikan Nasional. Yogyakarta. UST
kator profil kedua yakni sebagai makhluk
sosial: (a) suka hidup damai, (b) saling me- --------. 2005. Pencerahan srititual, Kearifan
nolong, (c) memiliki etos kerja, (d) memiliki Budaya Dalam Upaya Pengembangan
mental interpreunership dalam rangka mem- Pendidikan, Kreativitas dan Etos Kerja.
pertahankan kehidupannya, misal mampu Makalah disajikan dalam seminar
membaca peluang, kreatif, inovatif, dan Budaya di Universitas Gadjah Mada.
fleksibel berfikir. Indikator untuk profil ketiga Yogyakarta
yakni tidak melakukan perusakan: (a) Gibson. 1997. Ed. Rethinking The Future.
memelihara ciptaan Alloh SWT yakni semua London. Nicholas Breadly
makhluk ciptaanNYA, misalnya menyayangi Istiningsih. 2013. New Paradigm In Learning.
binatang, memelihara kebun, hutan, dan lain- Dalam Proses, Kontrak telah dilakukan.
lain, (b) tidak suka konflik yang mengarah New York. International Institue of
pada destruksi, (c) tidak zalim. Indikator yang Science, Technology and Education
disebutkan di atas tentunya masih dapat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
diperluas lagi, penulis hanya menuliskan
2013. Kurikulum 2013. Jakarta. PusKur
indikator inti saja.
Kemendikbud
7. Penutup Schwartz & Ogilvy. 2007. New Paradigm of Na-
ture. New York. Schwartz & Ogilvy Co.
Sebagai kesimpulan dari tulisan di atas
Total Quality Management.
sebagai berikut:
1. Alam mengalami perubahan UNESCO. Belajar Harta karun Di dalamnya.
2. Manusia sebagai penghuni alam juga Zamroni. 2011. Menuju Sekolah abad Ke-21.
harus menyesuaikan perubahan alam file:///C:/Users/DELL/Desktop/pendi
dikan%20abad21.htm. Diakses pada
9 20 Pebruari 2013.
Djohar. 2005
165

ALIRAN HUMANISME DAN PEDAGOGI HITAM


(Reorientasi Pendidikan di Indonesia)
Taat Wulandari
Dosen di Jurusan PIPS Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Yogyakarta

Abstrak
Terdapat banyak komentar bernada negatif tentang apa yang terjadi di dalam proses pendidikan di
Indonesia, sebagai contoh: ketika anak masuk ke dalam proses pendidikan, bukannya tambah pintar,
tetapi justru menjadi bodoh; sementara yang lain mengatakan: pendidikan kita merupakan proses
pembodohan massal; ketika anak mulai sekolah, jangan heran jika anak kemudian gampang sakit,
dan masih banyak ungkapan yang mencerminkan kondisi pendidikan di Indonesia. Sementara itu
tantangan global menuntut beberapa persyaratan, supaya generasi kita dapat menghadapai kekuatan
arusnya yang siap menghempaskan siapa saja yang tidak kecerdasan dan kemampuan. Dalam
konsteks ini, mutu pendidikan, khususnya pada tataran proses pembelajaran sangat menentukan
kualitas generasi muda Indonesia. Pendidikan memerlukan penggerak yang sadar akan hakikat anak
didik, di sinilah peran guru yang profesional menentukannya. Pendidikan sebaiknya memperhatikan
prinsip-prinsip humanisme, sehingga pendidikan tidak terjerembab ke dalam pedagogi hitam yang
justru akan berdampak pada proses pembodohan.
Kata Kunci: Humanisme, Pendidikan, Pedagogi Hitam

martabat manusia yang telah kehilangan


1. Pendahuluan
bentuknya sebagai akibat tekanan dari
Humanistik merupakan suatu kata yang kehidupan beragama yang dipaksakan dalam
menunjukkan sifat humanis (kemanusiaan). kehidupan sistem sosial dan sistem politik.
Banyak wacana tentang humanisme yang Gerakan Humanisme ini, mula-mula berusaha
diberikan oleh banyak ahli sesuai dengan melepaskan diri pembelanjaan rokhani gereja,
kepakarannya. Pada akhirnya muncul topik tetapi kemudian berkembang menjadi suatu
humanisme pendidikan, humanisme Kristiani, gerakan yang bergerak secara ofensif
humanisme Kultural, dan lain sebagainya. menyerang cara berpikir yang dogmatis dan
Oleh sebab itu humanisme memiliki cakupan fanatik yang diletakkan oleh gereja pada setiap
yang sangat luas. individu dalam kehidupan masyarakat.
Ketika gejala zaman baru telah mulai Gerakan Humanisme bertujuan memberi
tampak di akhir zaman abad pertengahan, di bentuk baru bagi kehidupan manusia di dunia
mana gejala tersebut berkaitan erat dengan ini. Manusia adalah makhluk sosial yang
terjadinya beberapa perubahan pada sektor mempunyai perasaan dan pikiran yang tidak
kehidupan ekonomi, sistem politik dan sistem pernah statis dalam pertumbuhannya.
ketatanegaraan, pertumbuhan kota sebagai Manusia harus bebas menentukan alternatif
pusat perdagangan dan idustri, mulai apa yang terbaik dalam kehidupan yang akan
melemahnya kekuasaan kelompok bangsawan dipilihnya. Pikiran manusia adalah unsur yang
dan makin bertambah kokohnya kedudukan penting dalam kehidupan manusia, sebab itu
raja, maka dalam kehidupan masyarakat Barat pikiran manusia tidaklah dapat dibelenggu
pada waktu itu muncul suatu gerakan baik oleh kekuatan atau kekuasaan maupun
kemanusiaan yang terkenal dengan sebutan oleh agama. Sehingga gerakan Humanisme ini
Humanisme. berusaha mengembalikan martabat dan harga
Gerakan humanisme ini adalah diri manusia yang telah dirusak jiwanya oleh
merupakan motor penggerak dari zaman baru ajaran agama yang fanatik dan dogmatis.
yang melanjutkan zaman abad pertengahan Gerakan Humanisme adalah gerakan
yang dijiwai oleh kehidupan beragama. kemanusiaan yang telah berjaya menempatkan
Gerakan ini disebut dengan Humanisme atau kembali kedudukan manusia yang telah
kemanusiaan, sebab sasaran utama dari kehilangan bentuk, kehilangan kepribadi-
gerakan ini adalah untuk mengembalikan annya, martabatnya, sebagai akibat sistem
166

yang dipaksakan dalam kehidupan ke- a. Dalam proses pendidikan, pengembangan


masyarakatan. Meskipun dalam per- hati dan pikiran harus berjalan secara
kembangannya kemudia, gerakan Humanisme bersama-sama;
ini telah terpecah dalam melihat arti dan b. peserta didik harus diberi kesempatan
peranan agama dalam kehidupan manusia. untuk berkenalan dengan nilai-nilai
Karenanya berbicara tentang Hmanisme kemanusiaan yang abadi dan universal;
adalah suatu topik yang licin. c. dalam pendidikan harus ada kerjasama
erat antara peserta didik dan pendidik,
2. Pedagodi Hitam juga antara teori dan praktek.
Istilah pedagogi hitam sebenarnya Beberapa tokoh yang gigih memperjuang-
penulis temukan ketika membaca majalah kan kembalinya pendidikan yang humanis
Basis, nomor 01-02, Tahun ke-50, Januari- seperti Paolo Freire (Pedagogy of the Oppressed,
Februari 2001. Istilah tersebut dilontarkan oleh Pedagogy of Hope), Kurt Singer (Wenn Schule
Prof. Kurt Singer (seorang ahli pedagogi dan krank macht), maupun Ki Hajar Dewantara.
psikologi anak dari Universitas Munchen), Freire (A. Sudiarja, 2007: 8) dalam Pedagogy of
yang digunakan untuk memberi nama proses the Oppressed, ia mengkritik tentang pendidik-
pendidikan yang banyak menimbulkan an yang tidak kritis, yakni pendidikan yang
kegelisahan dan ketakutan. Diantara kritik diarahkan untuk domestifikasi, penjinakan,
yang ditujukan kepada dunia pendidikan penyesuaian sosial dengan keadaan penindas-
Indonesia di atas, saya kira sejalan dengan an. Inilah pendidikan yang lazim dilakukan
potret pendidikan yang ditangkap oleh Romo selama ini oleh pemerintah-pemerintah
Sindhu (panggilan untuk Sindhunata). negara. Pendidikan dianggap investasi
Dikatakan bahwa pendidikan melalui sekolah- material untuk meneruskan tradisi dan
sekolah adalah tempat di mana anak-anak kekayaan bangsa kepada generasi penerus.
menemukan kegembiraan dan kebahagiaan. Maka Freire menyebut model pendidikan
Anak-anak bisa bermain, belajar, berteman, semacam ini sebagai banking educatin. Dalam
dan mengembangkan serta menjadi dirinya. pola pendidikan ini, hubungan guru-murid
Mereka juga aman untuk mempersiapkan bersifat kontras dan vertikal. Murid adalah
masa depannya. objek yang digarap guru, bodoh, pasif, tak
Mengapa muncul istilah pedagogi hitam? berpengetahuan. Sementara guru, adalah
Hal ini dikarenakan, apa yang terjadi di subjek aktif, yang menjadi panutan. Seluruh
sekolah-sekolah kita justru berlawanan dari kekayaan pengetahuan dan nilai-nilai ada
fungsi pendidikan ideal di atas. Di sekolah pada guru. Karena itu identitas yang
anak-anak muram karena dibebani banyak ditanamkan pada murid harus meniru
mata pelajaran. Di sana mereka kehilangan identitas guru.
kegembiraan dan terisolir dari banyak teman. Kurt Singer juga memberikan penjelasan
Mereka juga kehilangan kesempatan untuk panjang lebar gejala-gejala sekolah yang
menjadi anak-anak yang hidupnya diwarnai membuat sakit. Menurut Singer, sekolah
dengan bermain. Di sekolah anak-anak sudah bukan lagi tempat yang nyaman bagi peserta
mulai resah gelisah, tidak tahu nasib apa yang didik. Sistem pendidikan sekolah mau tak mau
bakal menimpanya di masa depan. Situasi menjadikan guru sebagai agen yang
tersebut masih ditambah dengan pekerjaan mengawasi, menindas, dan merendahkan
yang harus dibawa sepulang dari sekolah. martabat siswa. Sekolah menjadi lingkungan
Lengkap sudah penderitaan mereka, derita di penuh sensor yang mematikan bakat dan
sekolah dan bersambung di rumah. Nasib gairah anak untuk belajar. Pekerjaan dan
demikian terjadi di Indonesia dan juga anak- kewajiban sekolah menjadi senjata pemusnah
anak sekolah di luar Indonesia. massal yang mampu memusnahkan
kemampuan anak untuk belajar melainkan
3. Humanisme dalam Pendidikan tempat untuk mengadili dan merasa diadili.
Pendidikan humanis tersebut didefinisi- Singer menyebut pendidikan sekolah, yang
kan sebagai keseluruhan unsur dalam mengakibatkan kegelisahan dan ketakutan itu,
pendidikan yang mencerminkan keutuhan sebagai schwarzer Paedagogik (Pedagogi Hitam).
manusia dan membantu agar manusia menjadi Pendapat Singer tersebut bukanlah hal yang
lebih manusiawi dengan tiga prinsip sebagai baru dalam dunia pendidikan. Sudah banyak
berikut pengkritik pendidikan yang menyebutkan hal
167

tersebut. Diantaranya seperti Paolo Freire yang 5. Rekomendasi


sudah sedikit disinggung di paragraf
Dalam proses pendidikan maupun proses
sebelumnya.
pembelajaran yang menjadikan filsafat
Ki Hajar Dewantara (Ki Mohamad Said
humanis menjadi ruhnya, maka:
Reksohadiprodjo, 1989: 10-13) menggunakan
a. Pendidikan harus mampu
istilah Mandireng Pribadi untuk menyebut
membangkitkan kesadaran tentang
kondisi tercapainya tujuan pendidikan
kebebasan untuk memilih serta makna
humanis dalam proses pendidikan. Menurut
tanggungjawab sesuai pilihanya tersebut.
beliau, pendidikan hendaknya dapat
b. Pendidik harus dapat mengajak peserta
mengusahakan agar orang dapat membina
didik berfilsafat tentang makna
dan mengembangkan dirinya menjadi
kehidupan, cinta kasih, dan kematian.
manusia mandireng pribadi yang merasa
c. Pendidik harus bisa membuat pertanyaan
bertanggungjawab atas terwujudnya makna
dan memberikannya kepada peserta
eksistensi sebagai satu-satunya makhluk
didik. Proses bertanya diformulasikan
Tuhan yang berbudi dan bermasyarakat.
dalam bentuk dialog antar kelompok-
Mandireng pribadi berarti mampu untuk
kelompok peserta didik. Harus diingat
berpikir, bersikap, dan bertindak atas
dan dipahami bahwa jawaban dari suatu
kehendak dan keyakinan sendiri, mampu
pertanyaan yang diajukan oleh guru akan
untuk percaya kepada kekuatan diri sendiri di
sangat personal dan subyektif bagi setiap
dalam mengusahakan sesuatu, mampu untuk
individu.
berdiri di atas kaki sendiri di dalam memenuhi
d. Kurikulum pendidikan humanis harus
kebutuhan hidupnya, mampu untuk
terdiri dari materi-materi dan
memelihara rasa harga diri dan kekuatan
pengalaman-pengalaman berupa dialog
pribadi dalam keadaan apa pun, dan oleh
antar peserta didik. Kurikulum humanis
karenanya mampu untuk bertanggungjawab
juga harus mengedapankan integrasi
penuh atas cara hidupnya atau cara ia
antara teori dan praktek, terutama dalam
bereksistensi di dunia ini, secara sukarela dan
pelajaran sains sehingga peserta didik
ikhlas, bebas dari rasa terpaksa dan bebas dari
dapat belajar banyak mengenai problem
kecenderungan untuk menyalahkan dan
solving. Demikian pula dengan pelajaran
menyesali apa pun dan siapa pun.
ilmu-ilmu sosial. Kondisi di Indonesia
saat ini rata-rata peserta didik banyak
4. Perlunya Reorientasi Pendidikan di
dijejali dengan hapalan teori yang sangat
Indonesia
minim dengan praktek. Penerapan Teori
Pedagogi hitam yang melekat dalam Humanis Dalam Kurikulum Pendidikan
dunia pendidikan kita harus segera Menurut Gage dan Berline beberapa
dilepaskan. Humanisme dengan para prinsip dasar dari pendekatan humanistik
pendukungnya bertekad untuk mengembali- yang dapat kita pakai untuk
kan spirit humanis dalam proses pendidikan. mengembangkan kurikulum pendidikan
Kaum humanis berusaha untuk mengembali- adalah : (1) Murid akan belajar dengan
kan manusia kepada kodratnya yakni bebas baik apa yang mereka mau dan perlu
berpikir, bersikap, bertindak, untuk me- ketahui. Saat mereka telah
ngembangkan dirinya. Apa yang terjadi dalam mengembangkan kemampuan untuk
dunia pendidikan adalah apa yang terjadi menganalisa apa dan mengapa sesuatu
dalam masyarakat riil yng dikendalikan oleh penting untuk mereka sesuai dengan
kekuatan kapital, yakni penindasan mereka kemampuan untuk mengarahkan
yang kuat terhadap yang lemah dan tak perilaku untuk mencapai yang
berdaya. Daya penindasan ini terjadi seluas- dibutuhkan dan diinginkan, mereka akan
luasnya dan sedalam-dalamnya. Bahkan belajar dengan lebih mudah dan lebih
dalam hal yang kelihatannya paling netral cepat. Sebagian besar pengajar dan ahli
dalam pendidikan, yakni dalam membaca dan teori belajar akan setuju dengan
menulis. Di sana peserta didik sudah ditekan pernyataan ini, meskupun mereka
dan diperalat sedemikian rupa seperti seorang mungkin akan tidak setuju tentang apa
budak yang diperalat oleh kekuasaan tuannya tepatnya yang menjadi motivasi murid,
untuk menggarap apa pun yang di- (2) Mengetahui bagaimana cara belajar
kehendakinya. lebih penting daripada membutuhkan
168

banyak pengetahuan. Dalam kelompok (http://webcache.googleusercontent.com


sosial, dewasa ini di mana pengetahuan /search?q=cache:PTncvekpL5kJ:www.scri
berganti dengan sangat cepat , pandangan bd.com/doc/21542328/humanistik
ini banyak dibagi di antara kalangan curruculum+kritik+terhadap+humanisme
pengajar, terutama mereka yang datang &cd=25&hl=id&ct=clnk&gl=id).
dari sudut pandang kognitif, (3) Evaluasi e. Minimalkan menyampaikan pengetahuan
diri adalah satu satunya evaluasi yang kepada peserta didik dengan cara
berarti untuk pekerjaan murid. ceramah. Teknik ceramah ini secara
Penekanan di sini adalah pada langsung sudah membatasi kebebasan
perkembangan internal dan regulasi diri. peserta didik untuk memberikan ide-ide
Sementara banyak pengajar akan setuju mereka. Pergunakan teknik pembelajaran
bahwa ini adalah hal yang penting, yang memungkinkan peserta didik
mereka juga akan mengusung sebuah dengan bebas mencari sendiri infoemasi
kebutuhan untuk mengembangkan yang mereka butuhkan.
kemampuan murid untuk berhadapan f. Optimalkan fungsi pendidik sebagai
dengan kemauan eksternal, (4) Perasaan fasilitator. Pendidik menjadi fasilitator
adalah sama penting dengan kenyataan. tempat peserta didik bertanya jika mereka
Banyak tugas dari pandangan humanistik mengalami kesulitan. Di Indonesia, dialog
seakan memvalidasi poin ini dan dalam interaktif antar pendidik dan peserta
satu area, pengajar yang berorientasi didik rata-rata hanya terjadi bila pendidik
humanistik membuat sumbangan yang memberikan kesempatan pada peserta
berarti untuk dasar pengetahuan, (5) didik, itupun di akhir ceramahnya saat
Murid akan belajar dengan lebih baik jam pelajaran nyaris berakhir.
dalam lingkungan yang tidak g. Kegiatan belajar tidak terbatas pada
mengancam. Ini adalah salah satu area dinding-dinding kelas saja. Upayakan
dimana pengajar humanistik telah peserta didik tidak hanya belajar dengan
memiliki dampak dalam praktek bimbingan pendidik di kelas namun
pendidikan. Orientasi yang mendukung bebas belajar dimana saja sehingga
saat ini adalah lingkungan harus tidak suasana kegiatan belajar mengajar
mengancam baik secara psikologis, menjadi sangat fleksibel dan lebih
emo,sional dan fisikal. Bagaimanapun, nyaman.
ada penelitian yang menyarankan h. Kaitannya dengan sarana pendidikan,
lingkungan yang netral bahkan agak sarana pendidikan disediakan untuk
sejuk adalah yang terbaik untuk murid. memenuhi tuntutan suatu pendidikan
Menurut aliran humanistik, para yang humanis. Bukan berarti peserta
pendidik sebaiknya melihat kebutuhan didik harus duduk di kelas yang ber-AC,
yang lebih tinggi dan merencanakan lantai dari keramik yang mengkilat, dsb.,
pendidikan dan kurikukum untuk bahkan mungkin kelas seperti itu tidak
memenuhi kebutuhan ini. Beberapa perlu. Karena peserta didik bebas belajar
psikolog humanistik melihat bahwa dimana saja, di sudut ruangan manapun
manusia mempunyai keinginan alami dengan mempelajari mata pelajaran
untuk berkembang, untuk lebih baik, dan apapun. Pokok perhatian juga diberikan
juga belajar. Jadi sekolah harus berhati- untuk buku pelajaran. Peserta didik
hati supaya tidak membunuh bakat dan seharusnya tidak boleh terbebani dengan
kreatifitas dengan memaksakan anak mahalnya buku pelajaran yang harus
belajar sesuatu sebelum mereka siap. Jadi dibeli oleh orangtua siswa. Sekolah harus
bukan hal yang benar apabila anak mampu menyediakan buku teks pelajaran
dipaksa untuk belajar sesuatu sebelum gratis.
mereka siap secara fisiologis. Dalam hal i. Sekolah harus menyediakan pula fasilitas
ini peran guru adalah sebagai fasilitator seperti playground untuk peserta didik
yang membantu siswa untuk memenuhi yang tidak hanya digunakan pada saat
kebutuhankebutuhan yang lebih tinggi, jam sekolah namun juga saat jam sekolah
bukan sebagai konselor seperti dalam telah usai.
Freudian ataupun pengelola perilaku
seperti pada behaviorisme.
169

6. Penutup cita dan tujuan pendidikan, yakni pendidikan


yang berhasil membuat peserta didik bebas,
Aliran humanisme dalam pendidikan
kreatif, dan mandiri.
menjadi sesuatu hal yang tidak boleh ditawar-
tawar lagi. Terlebih dalam suasana kehidupan
DAFTAR PUSTAKA
demokrasi saat ini. Pendidikan adalah suatu
proses membangun manusia seutuhnya. Mark Olsen, John Codd, & Anne-Marrie
Peserta didik tumbuh menjadi generasi yang ONeill. 2004. Education policy:
kreatif dan mandiri. Humanisme yang globalization, citizenship, and democracy.
diidealkan akan membantu membentuk London: SAGE Publication Ltd.
manusia yang bebas dan merdeka. Mengkritisi Martin Carnoy. 1974. Education and cultural
pendidikan saat ini, dimana masih imperealism. New York: Longman.
memposisikan peserta didik sebagai sosok
Sudiarja, A. 2001. Pendidikan radikal tapi
yang perlu diisi dengan berbagai hapalan dan
dialogal dalam Basis: Nomor 01-02,
teori, justru pada akhirnya hanya akan
Tahun ke-5, Januari-Februari 2001.
menghasilkan generasi-genarasi Pak-Turut,
jauh dari kreativitas dan kemandirian. H.A.R. Tilaar. 2009. Membenahi pendidikan
Humanisme yang dijadikan ruh dalam nasional. Jakarta: Rineka Cipta.
proses pendidikan akan menyadarkan kita Imam Barnadib. 1976. Filsafat pendidikan.
semua bahwa pendidikan kita telah banyak Yogyakarta: ANDI OFFSET.
menyeleweng dari tugasnya yang paling __________________. 1996. Dasar-dasar
dasar. Pendidikan harus membuat manusia kependidikan. Bogor: Ghalia Indonesia.
terkejut, sadar akan potensi dalam dirinya. Ratna Wilis Dahar. tt. Teori-teori belajar. tp.
Memang, suatu tujuan yang baik, menuntut
upaya yang besar baik tenaga maupun biaya. Roestiyah. 2001. Strategi belajar mengajar.
Pendidikan pun harus membuat manusia Jakarta: PT. Rineka Cipta.
bebas, tidak mau diperalat oleh kekuatan yang Ahmad Syafii Maarif. 2007. Bangsa tunailmu.
telah lama memperdayai sistem pendidikan Republika: Resonansi, Selasa, 11
kita. Apabila pendidikan masih belum mampu September 2007.
menunjukkan dirinya sebagai sebuah sistem Sumber Internet:
yang bebas, maka janganlah kita bermimpi http://webcache.googleusercontent.com/sear
demokrasi akan terwujud apabila kita tidak ch?q=cache:PTncvekpL5kJ:www.scribd.com/d
mengusahakan suatu sistem pendidikan yang oc/21542328/humanistik-
membebaskan manusia untuk dapat menjadi curruculum+kritik+terhadap+humanisme&cd
dirinya, mandireng pribadi. Aliran humanisme =25&hl=id&ct=clnk&gl=id
dalam pendidikan diharapkan dapat menjadi
jembatan yang menghubungkan antara cita-
170

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN INKUIRI


TERBIMBING BERBASIS BLENDED LEARNING
MELALUI LESSON STUDY UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI,
KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS, SIKAP ILMIAH,
DAN HASIL BELAJAR GENETIKA
PADA MAHASISWA BERKEMAMPUAN BERBEDA
Waris
(Dosen FPMIPA IKIP PGRI Jember)

Abstrak
Penelitian ini bertujuan mengembangkan perangkat pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis Blended
Learning melalui Lesson Study untuk meningkatkan motivasi belajar, sikap ilmiah, keterampilan
berpikir kritis, hasil belajar kognitif dan psikomotor pada mahasiswa yang berkemampuan akademik
berbeda. Perangkat pembelajaran yang dikembangankan adalah silabus, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran, bahan ajar, dan instrumen evaluasi.
Model penelitian yang digunakan research and development. Prosedur penelitian dan pengembangan
mengikuti 4D. Analisis data menggunakan statistik gain score. Subjek penelitian adalah mahasiswa
Pendidikan Biologi IKIP PGRI Jember berjumlah 54.
Hasil analisis data diperoleh: 1) Konsensus pakar/ahli terhadap pengembangan silabus = 88,71%
(sangat baik), pengembangan RPP = 87,47% (sangat baik), pengembangan bahan ajar = 79,95% (baik),
pengembangan instrumen evaluasi = 86,50% (sangat baik). 2) Adanya peningkatan motivasi belajar
0,71 (tinggi) pada kelompok akademik bawah dan 0,72 (tinggi) pada kelompok akademik atas. 3)
Adanya peningkatan sikap ilmiah 0,71 (tinggi) pada kelompok akademik rendah dan 0,71 (tinggi)
pada kelompok akademik tinggi. 3) Adanya peningkatan keterampilan berpikir kritis 0,71 pada
kelompok akademik rendah dan 0,73 pada kelompok akademik tinggi. 4) Adanya peningkatan hasil
belajar kognitif 0,72 pada kelompok akademik rendah dan 0,73 pada kelompok akademik tinggi. 5)
Adanya peningkatan hasil belajar psikomotor 0,72 pada kelompok akademik rendah dan 0,72 pada
kelompok akademik tinggi.
Kata kunci: inkuiri terbimbing, Blended Learning, Lesson Study, motivasi, berpikir kritis, sikap ilmiah
dan hasil belajar kognitif.

diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,


1. Pendahuluan
menyenangkan, menantang, memotivasi
Keterampilan berkomunikasi, pemecahan mahasiswa untuk berpartisipasi aktif, serta
masalah, akses informasi dan pengelolaannya, memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
pengambilan keputusan, kolaborasi, kerja kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan
sama dan penggunaan berbagai terknologi bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
perlu dikuasai oleh mahasiswa (Galbreath, psikologis mahasiswa.
1999). Tiga dasar tugas pendidikan di Kenyataan yang ada selama ini praktik
masyarakat untuk menghadapi abad 21 yang pembelajaran di perguruan tinggi belum
sarat dengan perkembangan teknologi sepenuhnya dikembangkan untuk memberi-
informasi, yaitu: mempersiapkan mahasiswa kan peluang belajar cerdas, kritis, kreatif, dan
untuk siap kerja, sebagai warga negara, dan memecahkan masalah pada mahasiswa. Proses
siap menghadapi kehidupan sehari-hari pembelajaran masih berbentuk penyampaian
(Kulthau, 2007). secara tatap muka (lecturing), searah dan tidak
Peraturan Pemerintah Republik Indo- menumbuhkembangkan proses partisipasi
nesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar aktif mahasiswa (Dirjen Dikti: 2008). Hal
Nasional Pendidikan dalam Bab IV, Standar seperti itu juga masih terjadi di IKIP PGRI
Proses, Pasal 19 ayat (1) dijelaskan bahwa Jember, dari 15 dosen biologi yang disurvei
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan sebagian besar dosen masih menempatkan
171

mahasiswa sebagai obyek belajar, masih sering 2. Metode Pengembangan Perangkat


menggunakan strategi pembelajaran yang Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
didominasi oleh dosen. Sharing antar dosen Berbasis Blended Learning
juga belum dilakukan, pemanfaat teknologi
Perangkat pembelajaran inkuiri ter-
informasi sebagai media pembelajaran masih
bimbing berbasis blended learning
kurang. Inovasi dan kreativitas mahasiswa
dikembangkan menggunakan model 4D yang
juga kurang dikembangkan untuk memproses
dikembangkan oleh Thiagarajan (1974) yang
informasi dan menemukan sendiri pemaknaan
terdiri dari 4 tahap yaitu:
pengetahuan. Proses pembelajaran masih
bersifat klasikal yang menganggap kemampu- 2.1 Tahap Pendefinisian (define)
an seluruh mahasiswa sama, kurang Tahap ini dimaksudkan untuk
memberikan perhatian pada mahasiswa yang mendefinisikan syarat-syarat pembelajaran,
berkemampuan akademik rendah supaya bisa dengan menganalisis kurikulum yang akan
sejajar dengan mahasiswa yang dikembangkan perangkatnya. Langkah-
berkemampuan akademik tinggi. langkah pada pendefinisian adalah: 1) Analisis
Dampak dari proses pembelajaran seperti ujung depan yang bertujuan untuk
yang disebutkan di atas menimbulkan suatu memunculkan dan menetapkan masalah dasar
permasalahan yaitu motivasi belajar yang dihadapi dalam pembelajaran. Dengan
mahasiswa kurang, rasa percaya diri atas analisis ujung depan akan didapatkan
kemampuan dirinya untuk memecahkan suatu gambaran fakta, harapan, dan alternatif
permasalahan juga masih kurang, penyelesaian masalah dasar, yang
keterampilan berpikir kritis mahasiswa kurang memudahkan dalam pengembangan
berkembang, hal ini ditunjukan jika perangkat pembelajaran. Analisis ujung depan
mahasiswa dihadapkan pada permasalahan dalam pembahasan ini dilakukan untuk
lingkungan hidup yang terkait dengan menetapkan masalah-masalah dasar dalam
pengetahuan genetika, mahasiswa masih perkuliahan genetika sehingga bisa sebagai
sangat minim menemukan solusi dan pertimbangan dalam mengembangkan
pemecahan masalah tersebut. Sikap ilmiah perangkat pembelajaran genetika berbasis
mahasiswa juga masih kurang, hal ini tampak blended learning melalui lesson study. 2) Analisis
pada saat menyelesaikan tugas, mahasiswa mahasiswa (learner analysis) yang dilakukan
masih kurang objektif dan kurang jujur, dengan menelaah karakteristik mahasiswa,
karena masih sering meniru atau menyalin yaitu latar belakang kemampuan akademik
pekerjaan orang lain. Hasil belajar mahasiswa (pengetahuan), perkembangan kognitif maha-
kurang maksimal, belum sesuai dengan yang siswa, keterampilan-keterampilan individu
diharapkan. yang berkaitan dengan topik pembelajaran,
Dari latar belakang dan permasalahan- dan media pembelajaran. Hasil analisis
permasalahan seperti di atas, dosen dituntut tersebut dijadikan kerangka acuan dalam
untuk melakukan inovasi-inovasi dalam pencapaian tujuan pembelajaran. 3) Analisis
proses pembelajaran. Salah satu inovasi yang tugas (task analysis) yang bertujuan
dapat dilakukan dosen yaitu mengembangkan mengidentifikasi keterampilan-keterampilan
perangkat pembelajaran yang dapat yang akan dikaji. Keterampilan-keterampilan
meningkatkan proses pembelajaran. Dalam ini bersifat menyeluruh yang ada dalam proses
pembahasan ini dikembangkan perangkat pembelajaran. Dalam hal ini peneliti mengkaji
pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis keterampilan berpikir kritis mahasiswa, dan
blended learning melalui lesson study. keterampilan motorik dalam melakukan
Diharapkan dengan dikembangkannya eksperimen-eksperimen dalam pembelajaran
perangkat pembelajaran ini dapat genetika. 4) Analisis konsep (concept analysis)
meningkatkan motivasi belajar, keterampilan yang dilakukan adalah identifikasi konsep-
berpikir kritis, menumbuhkan sikap ilmiah konsep utama dari materi yang akan
yang tinggi dan meningkatkan hasil belajar diajarkan. Konsep-konsep tersebut lalu
kognitif maupun psikomotor yang tinggi pula, disusun secara sistematis, dan dikaitkan satu
yang dapat mengubah proses pembelajaran konsep dengan konsep yang lain yang relevan
dari teacher center menjadi student centered, dari sehingga membentuk suatu konsep yang
outside-guided menjadi self-guided dan dari kompleks sehingga dapat digunakan sebagai
knowledge-as-possession menjadi knowledge-as- sarana pencapaian kompetensi dasar dan
construction.
172

standar kompetensi. 5) Perumusan tujuan kriteria menarik, memudahkan dan membantu


(specifying instructional objectives) yang dalam pembelajaran.
merupakan rangkuman hasil analisis konsep Format perangkat pembelajaran yang
dan analisis tugas untuk menentukan perilaku dikembangkan meliputi: silabus, RPP, bahan
objek dalam bentuk standar kompetensi, ajar, sintak stritegi inkuiri terbimbing, dan
kompetensi dasar dan indikator. Perilaku instrumen evaluasi. Format yang digunakan
objek menjadi dasar untuk menyusun tes yang mengikuti atau disesuaikan dengan format
kemudian diintegrasikan ke dalam materi yang telah dikembangkan oleh BNSP dan
perangkat pembelajaran yang dikembangkan. mengacu pada Perpres Nomor 8 tahun 2012
tentang KKNI.
2.2 Tahap Perancangan (design)
2.3 Tahap Pengembangan (develop)
Tahap perancangan dilakukan melalui
lesson study tahap plan untuk menyiapkan Tujuan tahap pengembangan adalah
prototip perangkat pembelajaran. Menurut untuk menghasilkan perangkat pembelajaran
Thiagarajan (1974) tahap ini terbagi menjadi 4 yang telah tervalidasi oleh pakar/ahli
langkah yaitu: pembelajaran. Pakar/ahli pembelajaran
sebagai validator memberikan masukan-
2.2.1 Penyusunan Standar Tes
masukan terhadap perangkat pembelajaran
Penyusunan standar tes merupakan yang dikembangkan. Hasil penilaian dari
langkah yang menghubungkan tahap pakar pembelajaran tersebut dianggap
pendefinisian (define) dengan tahap representatif untuk acuan dalam memutuskan
perancangan (design). Standar tes disusun bahwa perangkat pembelajaran telah
berdasarkan tujuan pembelajaran, kemudian memenuhi syarat validitas. Hasil penilaian
disusun kisi-kisi tes hasil belajar. Penskoran pakar merekomendasikan bahwa perangkat
hasil tes menggunakan panduan evaluasi yang pembelajaran dapat digunakan tanpa revisi,
memuat kunci jawaban dan pedoman dapat digunakan dengan revisi atau tidak
penskoran setiap butir soal. dapat digunakan.
2.2.2 Pemilihan Media 2.4 Tahap Desiminate (Penyebaran)
Pemilihan media dilakukan untuk Pada tahap penyebaran dilakukan uji
mengidentifikasi media pembelajaran yang pengembangan dengan melibatkan mahasiswa
relevan dengan karakteristik materi dan sebagai pengguna produk. Uji pengembangan
strategi pembelajaran. Pimilihan media dimaksudkan untuk mengkaji tingkat
disesuaikan dengan analisis konsep, analisis keterlaksanaan strategi pembelajaran,
tugas, dan perilaku objek penelitian. Pemilihan perangkat pembelajaran, bahan ajar, dan
media yang tepat berguna untuk membantu penilaian untuk keperluan penyempurnaan,
mahasiswa dalam pencapaian kompetensi serta untuk melihat ada tidaknya peningkatan
dasar. Artinya, pemilihan media dilakukan motivasi belajar, sikap ilmiah, keterampilan
untuk mengoptimalkan proses pengembangan berpikir kritis dan hasil belajar kognitif dan
bahan ajar. psikomotor mahasiswa. Uji pengembangan
2.2.3 Pemilihan Format perangkat pembelajaran merupakan aplikasi
tahap kedua (do) dan tahap ketiga (see) dari
Pemilihan format dalam pengembangan kegiatan Lesson Study.
perangkat pembelajaran ini dimaksudkan Secara bagan model pengembangan 4D
untuk mendesain atau merancang isi yang dimodifikasi dapat digambarkan sebagai
pembelajaran, pemilihan strategi belajar, berikut.
metode pembelajaran, dan sumber belajar.
Format yang dipilih adalah yang memenuhi
173

Analisis Ujung Depan

Perancangan
Analisis Mahasiswa

Analisis Tugas

Analisis Konsep
Perumusan Tujuan

Silabus
Pendefinisian

RPP

Bahan Ajar

Penilaian

Prototip Perangkat Pembelajaran

Validasi Pakar/Ahli
Pengembangan

Uji Pengembangan
Kel. Akademik Kel.Akedemik
Rendah Tinggi

Plan,Do,See Plan, Do, See

Plan, Do, See Plan, Do, See


Penyebaran

Perangkat Pembelajaran

Aplikasi ke kelas yang lebih luas

Perangkat pembelajaran hasil


penyempurnaan
Gambar 1. Diagram Alir Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Berdasarkan hasil analisis setiap tahapan-


3. Hasil Pengembangan Perangkat tahapan dalam prosedur pengembangan
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing model 4D yang dimodivikasi dan hasil uji
Berbasis Blended Learning pengembangan, maka tersusunlah perangkat
174

pembalajaran inkuiri terbimbing berbasis Silabus yang dikembangkan disesuaikan


blended learning untuk mata kuliah genetika dengan sintak strategi pembelajaran yang
sebagai berikut. diterapkan yaitu inkuiri terbimbing berbasis
blended learning. Silabus yang dihasilkan
3.1 Silabus
adalah sebagaimana tercantum pada Tabel 1.

Tabel 1. Format Silabus Hasil Pengembangan


SILABUS
A. Identitas Matakuliah
Nama Mata Kuliah :
Kode/Jumlah SKS :
Kelompok Matakuliah :
Prasyarat :
B. Deskripsi Matakuliah :
C. Standar Kompetensi :
Pokok Penilaian
Bahasan/ Sifat
Kompetensi Strategi Sumber Alokasi
No Sub Indikator Blended Teknik Bentuk
Dasar Belajar Belajar Waktu
Pokok Learning
Bahasan
1 Inkuiri . On line .. .. . .
terbimbing .. Off line . .. . .
2 .. . ... . . ..

3.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran strategi pembelajaran yang diterapkan yaitu


(RPP) inkuiri terbimbing berbasis blended learning.
Penyusunan RPP dilakukan melalui kegiatan
RPP merupakan rencana yang
lesson study yang terdiri dari tiga tahapan yaitu
menggambarkan prosedur dan manajemen
plan, do dan see. Format RPP hasil
pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih
pengembangannya adalah sebagai berikut.
kompetensi yang dijabarkan dalam silabus.
RPP yang dikembangkan sesuai dengan

Tabel 2. Format RPP


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Program Studi :
Nama Matakuliah :
Kode/Jumlah SKS :
Semester :
Alokasi Waktu :
Dosen Pengampu :
A. Standar kompetensi
B. Kompetensi dasar
C. Indikator
D. Tujuan Pembelajaran
E. Materi Pembelajaran
F. Metode Pembelajaran
G. Langkah-Langkah Pembelajaran
Tahap Kegiatan Kegiatan Sifat Blended Alokasi waktu
Dosen Mahasiswa
1.Tahap awal ................ .................. .............. ............
2. Tahap inti ................ ................. .............. ...........
3.Tahap akhir ................ ................ .............. ...........
H. Sumber Belajar
I. Penilaian
175

pengembangan sebagaimana tercantum dalam


3.3 Sintak strategi pembelajaran inkuiri
Tabel 3.
tembimbing berbasis blended learning
Sintak strategi pembelajaran inkuiri
tembimbing berbasis blended learning hasil

Tabel 3. Sintaks Strategi Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Blended Learning


Tahap Kegiatan Dosen Kegiatan Mahasiswa
Kegiatan
Tahap Tim LS menyusun dan merancang Mencari informasi/
Perencanaan desain pembelajaran dengan pengetahuan yang relevan
menetapkan standar kompetensi, dengan materi yang akan
kompetensi dasar serta sejumlah dipelajari melalui media
indikator pencapaian untuk mata-kuliah teknologi informasi atau
genetika dan merancang media literatur lain.
pembelajaran dengan menggunakan
teknologi informasi yang dapat
digunakan/dipelajari sendiri/kelompok
oleh mahasiswa.

Tahap 1. Menjelaskan tujuan pembelajaran. 1. Mengamati suatu objek


Pelaksanaan/ 2. Menjelaskan langkah-langkah yang ditampilkan dalam
Proses pembelajaran inkuiri terbimbing media yang dirancang
berbasis Blended Learning. oleh dosen atau mencari
3. Membagi mahasiswa menjadi informasi melalui internet.
beberapa kelompok-kelompok kecil 2.Merancang suatu kegiatan
yang terdiri dari 4-5 mahasiswa. mulai dari merumuskan
4. Menjelaskan topik-topik pembelajaran masalah, menyusun
sesuai dengan silabi dan RPP. hipotesis, kemudian
5. Membimbing mahasiswa untuk mengumpulkan data
merumuskan masalah, menyusun melalui pengamatan,
hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data,
menganalisis data, menyimpulkan membuat kesimpulan.
dan mengkomunikasikan.
6. Dosen bergerak dari satu kelompok ke 3. Membuat laporan secara
kelompok yang lain, mengamati tertulis,
kemajuan dan memberikan bantuan mempresentasikan di
yang diperlukan. depan kelas, dan
7. Dosen memberikan tugas untuk mengunggah ke Blended
pengayaan pengetahuan dan Learning.
melakukan inkuiri.

Tahap Refleksi 1. Dosen (tim L S) mendiskusikan hasil 1. Belajar mandiri/


dan menilai kemajuan dalam kelompok menggunakan
pencapaian tujuan belajar mahasiswa. media teknologi informasi
Tim melakukan sharing atas temuan- yang dirancang oleh
temuan yang ada. dosen secara online atau
2. Tim merevisi pembelajaran, mencari informasi melalui
mengulang tahapan-tahapan mulai internet.
dari merumuskan hasil belajar yang
akan dicapai, mendesain
pembelajaran, dan menentukan siapa
yang menjadi dosen model dan yang
menjadi observer.
176

3.4 Bahan Ajar dan kelompok kedua adalah mahasiswa yang


mempunyai kemampuan akademik tinggi.
Bahan ajar yang dikembangkan
Data hasil uji pengembangan berupa hasil
mencakup pokok bahasan pokok bahasan
tes motivasi belajar, sikap ilmiah, keterampilan
yang mengacu pada SK dan KD yang ada
berpikir kritis, hasil belajar kognitif dan
dalam silabus. Dalam hal ini bahan ajar yang
psikomotirk, kemudian dianalisis dengan
dikembangkan disusun dalam bentuk Power
menggunakan gain score ternormalisasi
Point (PPT) dilengkapi dengan suara yang
diperoleh hasil sebagai berikut: 1) Adanya
menggunakan program Kamtasia dan video file
peningkatan motivasi belajar 0,71 (tinggi) pada
(AVI) sehingga dapat dibuka dengan program
kelompok akademik bawah dan 0,72 (tinggi)
GOM Player. Hal ini akan memudahkan
pada kelompok akademik atas. 2) Adanya
mahasiswa untuk mempelajari bahan ajar
peningkatan sikap ilmiah 0,71 (tinggi) pada
secara mandiri, dan berulang-ulang.
kelompok akademik rendah dan 0,71 (tinggi)
3.5 Instrumen Evaluasi pada kelompok akademik tinggi. 3) Adanya
Instrumen evaluasi dikembangkan dalam peningkatan keterampilan berpikir kritis 0,71
bentuk test essay, rubrik, kuesioner, dan lembar (tinggi) pada kelompok akademik rendah dan
observasi unjuk kerja. Test essay dan rubrik 0,73 (tinggi) pada kelompok akademik tinggi.
digunakan untuk mengukur hasil belajar 4) Adanya peningkatan hasil belajar kognitif
kognitif dan keterampilan berpikir kritis. 0,72 (tingi) pada kelompok akademik rendah
Kuesioner dirancang dengan model skala dan 0,73 (tinggi) pada kelompok akademik
Likert digunakan untuk mengukur motivasi tinggi. 5) Adanya peningkatan hasil belajar
belajar. Hasil belajar psikomotorik diukur psikomotor 0,72 (tinggi) pada kelompok
menggunakan lembar observasi unjuk kerja. akademik rendah dan 0,72 (tinggi) pada
Sebelum instrumen evaluasi di gunakan, kelompok akademik tinggi.
terlebih dahulu diuji cobakan dan divalidasi
4. Pembahasan
setiap butir soalnya. Hasil validasi butir soal
instrumen evaluasi yang dikembangkan Perangkat pembelajaran inkuiri
menunjukan pada kategori cukup dan terbimbing berbasis blended learning yang
tinggi. disusun melalui lesson study untuk mata kuliah
Perangkat pembelajaran yang disusun genetika, ternyata berdasarkan validasi pakar
pada tahap perancangan sebelum diuji hasilnya menunjuk baik dan sangat baik,
pengembangannya pada tahap serta hasil analisis tes motivasi belajar,
pengembangan, terlebih dahulu divalidasi keterampilan berpikir kritis, sikap ilmiah dan
oleh ahli/pakar pembelajaran. Hasil validasi hasil belajar kognitif dan psikomotor pada uji
ahli/pakar menunjukan bahwa pengembangan menunjukan kategori tinggi.
pengembangan silabus = 88,71% (sangat baik), Terjadinya peningkatan motivasi belajar,
pengembangan RPP = 87,47% (sangat baik), keterampilan berpikir kritis, sikap ilmiah dan
pengembangan bahan ajar = 79,95% (baik), hasil belajar kognitif dan psikomotor yang
pengembangan instrumen evaluasi = 86,50% tinggi pada kelompok mahasiswa akademik
(sangat baik). Berdasarkan hasil validasi rendah maupun kelompok mahasiswa
tersebut ahli/pakar merekomendasikan bahwa akademik tinggi untuk perkuliahan genetika
perangkat pembelajaran inkuiri terbimbing terjadi karena: 1) Proses pembelajaran inkuiri
berbasis blended learning dapat digunakan. terbimbing berbasis blended learning dapat
Uji pengembangan perangkat mengembangkan sejumlah keterampilan
pembelajaran dilaksanakan melalui proses proses pada mahasiswa seperti
pembelajaran sebanyak 16 kali pertemuan mengobservasi, merumuskan permasalahan,
sesuai dengan RPP yang dikembangkan. Uji menyusun hipotesis, merancang eksperimen,
pengembangan melibatkan pengguna produk mengumpulkan dan menganalisis data serta
yaitu mahasiswa Jurusan Pendidikan Biologi menginterpretasikan data, mengambil
IKIP PGRI Jember yang menempuh mata kesimpulan berdasarkan bukti autentik dan
kuliah genetika sebanyak 54 mahasiswa yang mengkomunikasikan hasil kegiatan inkuirinya.
terbagi menjadi dua kelompok belajar. Kulthau (2007) menyatakan bahwa melalui
Kelompok pertama adalah mahasiswa yang implementasi inkuiri terbimbing, mahasiswa
mempunyai kemampuan akademik rendah dapat melakukan investigasi, eksplorasi,
177

mencari, meneliti, mengejar, dan belajar. melakukan refleksi untuk perbaikan proses
Dalam Strait & Wike (2002), Schepler, et al pembelajaran berikutnya.
(2003), Depdiknas (2003a) juga dinyatakan
bahwa pembelajaran inkuiri merupakan salah 5. Simpulan
satu strategi pembelajaran yang berperan
Berdasarkan hasil validasi pakar/ahli dan
penting dalam membangun paradigma
analisis hasil uji pengembangan dapat
pembelajaran konstruktivistik yang
disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran
menekankan pada keaktifas belajar
inkuiri terbimbing berbasis blended learning
mahasiswa. Melalui kegiatan inkuiri
melalui lesson study dengan menggunakan
terbimbing berbasis blended learning
metode 4D yang dimodivikasi dapat
mahasiswa dengan tingkat perkembangan
meningkatkan motivasi belajar, sikap ilmiah,
atau kemampuan yang berbeda dapat bekerja
keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar
sama untuk menyelesaikan masalah-masalah
kognitif dan psikomotor pada mahasiswa yang
sejenis dan berkolaborasi untuk menemukan
berkemampuan akademik rendah maupun
pemecahannya. Dalam proses inkuiri pebelajar
pada mahasiswa yang berkemampuan
termotivasi untuk terlibat langsung atau
akademik tinggi untuk perkuliahan genetika.
berperan aktif secara fisik dan mental dalam
Dengan demikian perangkat pembelajaran
kegiatan belajar. 2) Proses pembelajaran yang
hasil pengembangan ini dapat
mengaplikasikan blended learning, karena
digunakan/diaplikasi untuk kelas yang lebih
dengan blended learning proses pembelajaran
luas lagi.
dapat dilakukan seacara on line maupun off
line. Melalui blended learning proses 6. Saran
pembelajaran tidak hanya mengembangkan
interaksi pebelajar, tetapi juga memberikan Perangkat pembelajaran yang
lingkungan belajar yang positif (Koesnandar, dikembangkan dalam pembahasan ini masih
2008). Demikian juga bahan ajarnya dapat terfokus pada satu mata kuliah yaitu genetika,
disusun sedemikian rupa sehingga menjadi sehingga penulis menyarankan perlunya
media pembelajaran yang menarik dan mudah pengembangan perangkat pembelajaran
dipelajari oleh mahasiswa. Dalam hal ini inkuiri terbimbing berbasis blended learning
bahan ajar disusun dalam bentuk PPT yang untuk mata kuliah-mata kuliah yang lain.
dilengkapi dengan suara yang rekam
menggunakan program Kamtasia dan DAFTAR PUSTAKA
dikemas/disimpan menggunakan program Anderson, L.W. (Ed.), Krathwohl, D.R. (Ed.),
AVI (video file) yang dapat diputar/dibuka Airasian, P.W., Cruikshank, K.A.,
dengan menggunakan program GOM Player, Mayer, R.E., Pintrich, P.R., Raths, J. and
sehingga bahan ajar dapat dipelajari kapan Wittrock, M.C. (2001) A Taxonomy for
saja secara berulang-ulang. 3) Perangkat Learning, Teaching, and Assessing: A
pembelajar yang dihasilkan merupakan hasil Revision of Blooms Taxonomy of
sharing dari tim lesson study yang terdiri dari 5 Educational Objectives, Complete edition,
orang, Secara praktik lesson study dilakukan New York: Longman.
dengan 3 tahapan yaitu: plan, do, see. Pada Arikunto, S. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi
tahap plan, tim lesson study secara kolaboratif Pendidikan (Edisi 2), Bumi Aksara,
berbagi ide menyusun rancangan Jakarta
pembelajaran untuk menghasilkan cara-cara
Bodzin, Alec M; Waller, Patricia L;Lana
pengorganisasian bahan ajar, proses
Edwards Santoro;Kale, Darlene. 2007.
pembelajaran, maupun penyiapan alat bantu
Investigating the Use of Inquiry & Web-
pembelajaran. Pada tahap ini ditetapkan
Based Activities with Inclusive Biology
prosedur pengamatan dan instrumen yang
Learners. The American Biology Teacher,
diperlukan dalam pengamatan. Pada tahap do
69 (5) : 273-279.
salah satu anggota tim sebagai dosen model,
dan anggota tim yang lain sebagai observer BSNP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum
yang akan mengamati, memperhatikan Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang
mahasiswa yang mengalami kesulitan belajar Pendidikan Dasar dan Menengah.
saat berinkuiri, baik secara mandiri atau Jakarta: BSNP.
berkelompok. Pada tahap see tim lesson study Cartier, J.L., J.Stewart & B. Zoellner. 2006.
Modelling and Inquiry in a High School
178

Genetic Class. Jurnal The American Kulthau, C.C., Maniotes, L.K., Caspari, A.K.
Biology Theacher. 68(6): 334-340. 2007. Guided Inquiry: Learning in the 21st
Depdiknas. 2003a. kurikulum 2004 SMA. Century School. Westport, CT: Libraries
Pedoman Khusus Pengembangan Silabus Unlimited.
dan Penilaian Mata Pelajaran Biologi. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Jakarta: Direktorat Pendidikan Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Menengah Umum Departemen Nasional Pendidikan.
Pendidikan Nasional. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor
Gagne, R.M. 1995. Learning processes and 8 tahun 2012 tentang Kerangka
instruction. Training Research Journal 1: Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI).
1728 Scapler, J.A., Sethakorn, N. & S. Styer. 2003.
Garrison, D.R. & D.Archer. 2004. Inquiry and Cultured Inquiry. The Science Teacher. 6
Critical Thinking-Reflective Inquiry. (2) : 56-61.
(Online), Schmidt, M.S. 2003. Learning by Doing,
(http://www.commons.ucalgary.ca. daikses Teaching the Process of Inquiry. Science
12 Oktober 2011. Teacher. 6(2) : 56-61.
Galbreath, J. 1999. Preparing the 21 st Century Straits, W.J. & R.R. Wilke. 2002. Practical
Worker:the Link Between Computer- Consideration for Assessing Inquiry
Based Technology and Future Skill. Based Instruction. Jurnal of College and
Educational technology. Desember:14-22. Science Teaching. 31(7) : 432-435.
Joko, S., 2011, Compact Disk Online (Cd-O) Sudjana,N. 2007. Penilaian Hasil Proses Belajar
Sebagai Multimedia Interaktif Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosda
Pembelajaran Fisika Berbasis Proyek, Karya.
JP2F,2 (1): 56-70
Sutikno, 2010, Keefektifan Pembelajaran
Joyce, B., M. Weil & E. Calhoun. 2000. Model of Berbantuan Multimedia Menggunakan
Teaching. 6th edition. Allyn Bacon. Metode Inkuiri Terbimbing Untuk
Boston. United State of America. Meningkatkan Minat Dan Pemahaman
Keefer, R. 1999. Criteria for Designing Inquiry Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika
Activities that are Effective for Teaching Indonesia. Nomor 6, 58-62.
and Learning Science Conceps. Journal of Thiagarajan, 1974, Instructional Development
College Science Teacher. 24(5): 159-165. for Trainin Teacher of Exceptional
Koesnandar, 2008, Pengembangan Bahan Ajar Children: A Sourcebook, Indiana Univ.
Berbasis Web, Pusat Teknologi Informasi Washington.
dan Komunikasi, Depdiknas, Jakarta
179

MODEL KOORDINASI PENGELOLAAN GURU PNS


PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
DI DINAS PENDIDIKAN KOTA YOGYAKARTA
PADA ERA OTONOMI DAERAH
T. Sulistyono
Universitas Negeri Yogyakarta

Abstrak
Masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini yaitu: (1) kapan dimulainya koordinasi; (2)
bagaimana model koordinasi dari awal sampai akhir dalam mengelola guru PNS; (3) apa yang
dijadikan pedoman koordinasi; (4) apakah ada deprofesionalisasi melalui politisasi terhadap guru-guru
oleh para pejabat; dan (5) apakah koordinasinya telah berjalan dengan baik.
Penelitian ini dilakukan di Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, dengan pendekatan kualitatif
fenomenologis. Teknik pengumpulan data menggunakan Focus Group Discussion (FGD), interview dan
dokumentasi. Teknik analisis menggunakan pola pikir induktif, dan deduktif (reflektif).
Hasil penelitian diperoleh model koordinasi sebagai berikut: (1) baik koordinasi internal maupun
eksternal telah dimulai sejak tahap perencanaan kebutuhan guru PNS dan selalu ada pada tahap-
tahap berikurnya hingga tahap pemberhentian; (2) koordinasi internal dilakukan di jajaran Dinas
Pendidikan Kota Yogyakarta, sedangkan koordinasi eksternal dilakukan oleh jajaran Dinas
Pendidikan Kota Yogyakarta dengan lembaga-lembaga lain sesuai dengan tahapannya, misalnya
DPDPK, Bagian Organisasi-Sekda, Dinas Kesehatan, Dinas Trantib, DPRD Kota Yogyakarta, Kantor
Kementerian Agama Kota, BKD Pemerintah DIY, Disdikpora DIY, Kemenegpan dan Reformasi
Birokrasi, dan Badan Kepegawaian Negara; (3) ada pedoman koordinasi, yaitu komitmen
membedakan politik dengan pendidikan, kultur dan aturan-aturan hukum baik secara nasional
maupun lokal yang dipakai sebagai pedoman koordinasi sesuai tahap-tahapnya; (4) tidak diperoleh
data deprofesionalisasi melalui politisasi terhadap guru-guru PNS oleh pejabat dilingkungan Kota
Yogyakarta; (5) secara keseluruhan koordinasi guru PNS pendidikan dasar dan menengah di Dinas
Pendidikan Kota Yogyakarta telah berjalan dengan baik, namun kadang ada kebijakan pusat yang
tidak sesuai dengan kepentingan daerah.
Kata Kunci: Koordinasi, Guru PNS, Otonomi Daerah, Desentralisasi

manajemen dari pemerintah pusat kepada


1. Pendahuluan
lembaga-lembaga atau organisasi di
1.1 Latar belakang Masalah bawahnya, atau pada organisasi-organisasi
Penelitian ini dilatarbelakangi beberapa yang bukan pemerintahan. Bentuknya
hal berikut. Pertama, kebijakan otonomi dekonsentrasi, delegasi dan devolusi. Di
daerah di Indonesia dimulai pada awal 1999, Indonesia, pengertian desentralisasi sesuai
yaitu ketika terjadi era transisi menuju dengan pasal 1 ayat 7 UU No. 32 tahun 2004,
demokrasi, yang melahirkan UU No. 22 tahun yaitu penyerahan wewenang pemerintahan
1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU oleh pemerintah (pusat) kepada daerah
No. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan otonom untuk mengatur dan mengurus
Keuangan antara Pemerintah Pusat dengan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan
Pemerintah Daerah. Kedua undang-undang ini Republik Indonesia. Menurut Sri Probo
kemudian diubah dengan UU No. 32 tahun Sudarmo dan Brasukra G. Sudjana (2009),
2004 dan UU No. 33 tahun 2004 dan diikuti disain desentralisasi Indonesia berusaha untuk
peraturan pelaksanaan lainnya. Di dalam mengintegrasikan tujuan administratif dan
otonomi daerah menggunakan paradigma politik, yang kerap kali terjadi pertentangan
desentralisasi. Menurut Unesco (1991), atau konflik. Di era otonomi daerah, ada
desentralisasi merupakan pemindahan keterkaitan yang hilang antara Kementerian
perencanaan, pengambilan keputusan atau Pendidikan dan Kebudayaan ke sekolah, yang
menurut UNDP Indonesia tulisan Sri Probo
180

Sudarmo dan Brasukra G. Sudjana (2009) 1.3 Metode Penelitian


terjadi missing link atau keterkaitan yang
1.3.1 Jenis dan pendekatan penelitian
hilang. Slamet PH. (1999) menegaskan bahwa
desentralisasi pendidikan memerlukan Epistemologi penelitian ini mengambil
sistem/struktur, kultur dan figur (pelaku) jenis penelitian kualitatif atau naturalistik
yang berbeda dengan sentralisasi, sehingga dengan ciri-ciri sebagimana ciri penelitian
perlu dilakukan restrukturisasi, rekulturisasi, naturalistik (Nasution, 2002). Sebenarnya
dan refigurisasi, supaya diperoleh SDM yang penelitian ini menggunakan pendekatan
the right man on the right place (Slamet, 2008). kualitatif postpositivistik phenomeno-logik-
Ini berarti diperlukan mind set, hard set dan skill interpretif. Namun karena perlu
set (Slamet, 2012). Masalahnya, otonomi menyesuaikan dengan pedoman tata tulis
daerah sering dipahami tidak secara benar, lembaga, maka nampak seperti pendekatan
yang akibatnya dapat menimbulkan masalah pertama, yaitu pendekatan posivistik, dan
yang mendasar dalam kehidupan bernegara. termasuk model A (Noeng Muhadjir, 2002).
Pemerintah daerah berjalan sendiri-sendiri, 1.3.2 Lokasi Penelitian
tanpa memperhatikan koridor NKRI, dapat
melahirkan raja-raja kecil dalam NKRI. Dalam Penelitian ini dilakukan di Dinas
pelaksanaan tidak selamanya desentralisasi Pendidikan Kota Yogyakarta, dengan
berjalan dengan mulus (Slamet, PH., 2008). pertimbangan kota ini sangat lekat dengan
Kedua, koordinasi dalam manajemen apapun, budaya Jawa. Inilah yang dipakai sebagai
menurut penulis sangat penting. Kegagalan alasan menggunakan penelitian kualitatif.
suatu program sangat mungkin terjadi ketika 1.3.3 Data dan Sumber Data
tidak ada koordinasi atau setidak-tidaknya
koordinasinya sangat lemah di antara para Data yang dikumpulkan yaitu data
pelakunya, sehingga hasilnya tidak efektif. tentang koordinasi pengelolaan guru PNS
Ketiga, guru PNS sebagai salah satu sumber pendidikan dasar dan menengah (TK,SD,
daya pendidikan merupakan komponen dan SMP, SMA, SMK) mulai tahap perencanaan
atau faktor yang sangat penting dalam sistem sampai tahap pemberhentian.
pendidikan, tanpa mengabaikan petingnya 1.3.4 Metode Pengumpulan Data
faktorfaktor lain. Mengabaikan faktor ini
Untuk mengumpulkan data digunakan
orang dapat membayangkan kalau kegiatan
Focus Group Discussion (FGD), interview dan
pendidikan tidak akan berhasil. Misalnya
dokumentasi. Penggunaan FGD sesuai dengan
tahun 2014 Kota Yogyakarta tidak
pandangan Dawson, Manderson dan Tallo,
memperoleh formasi, padahal yang persiun
1993 (dalam Irwanto, 2006), dan sesuai
240 orang. Ini menunjukkan tidak ada
karakteristik FGD dari Richard A, Krueger,
koordinasi antara pemerintah pusat dan
(1994), David, W. Stewart, & Prem N,
daerah.
Shamdasani (1990). FGD dilakukan dua kali
1.2 Fokus Masalah setelah dinyatakan jenuh. Namun untuk
triangulasi, dilakukan juga interview dan
Fokus masalah meliputi: (a) pada tahap
apa dimulainya koordinasi; (b) jika pada dokumentasi pada kesempatan lain. Dawson,
Manderson dan Tallo, 1993 (Irwanto, 2006)
tahap perencanaan telah dimulai koordinasi,
bagaimana model koordinasinya; (c) 1.3.5 Metode Analisis Data
bagaimana model koordinasi tahap
Analisis dan interpretasi temuan
pengangkatan dan penempatan ; (d)
dilakukan menurut Mitchell Besty
bagaimana model koordinasi tahap
pemindahan; (e) bagaimana model koordinasi
http://www.orau.gov/
tahap pemberian penghargaan, peningkatan cdcynergy/cdcynergy30/default.htm
kesejahteraan dan perlindungan ; (f) (diunduh 20 Desember 2010). Karena
bagaimana model koordinasi tahap pembinaan pelaksanaan kelompok fokus menggunakan
dan pengembangan ; (g) bagaimana model rekaman audio, maka didapatkan transkripsi
koordinasi tahap pemberhentian; (h) adakah dari hasil diskusi diskusi. Karena itu
pengorbanan profesionalisasi; (i) apakah kemudian dilakukan analisis terhadap catatan-
koordinasi pengelolaan guru sudah berjalan catatan/ transkrip. Pola pikir yang dipakai
baik ? merupakan gabungan dari pola pikir induktif
dan deduktif (reflektif), Pola pikir ini sesuai
181

dengan berbagai pola pikir dari pola pikir Kerangka konseptual penelitian ini disajikan
klaster A sampai klaster L seperti yang dalam gambar berikut.
dikemukakan oleh Noeng Muhadjir (2002).

Gambar 1. Kerangka Konseptual

Fayol, Stephen P. Robbins, Hoyle, Rue &


2. Pembahasan Byars, Mc Namara, dan Oey Liang Lee, Luther
2.1 Temuan Penelitian Tahap Dimulainya Gullick, dan Lyndall F. Urwick (Onisimus
Koordinasi Amtu, 2011). Abstraksi teoritis yang dapat
dilakukan ialah bahwa koordinasi bukan lagi
Pertama, sesuai dengan teori yang dipakai, fungsi, tetapi sudah menjadi jiwa dari
koordinasi internal yaitu koordinasi intern di manajemen, sehingga mulai dari
Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta dengan perencanaanpun sudah dimulai.
jajarannya hingga UPT TK-SD, dan sekolah-
sekolah (TK, SD, SMP, SMA, SMK). Koordinasi 2.2 Temuan Penelitian Model Koordinasi
Tahap Merencanakan Kebutuhan Guru
eksternal adalah koordinasi Dinas Pendidikan
PNS
Kota Yogyakarta dengan lembaga-lembaga
atau instansi-instansi baik dengan jajaran Pertama, koordinasi internal dilakukan di
Pemerintah Kota Yogyakarta maupun jajaran Dinas Pendidikan, yaitu kepala-kepala
lembaga-lembaga atau instansi-instansi di luar sekolah TK, SD SMP, SMU, SMK diminta
Pemerintah Kota Yogyakarta. Kedua, menyediakan data kondisi/kebutuhan guru-
koordinasi internal dan eksternal telah dimulai guru, dan merencanakan kebutuhannya
pada tahap perencanaan kebutuhan guru. dengan koordinasi UPT bagi TK dan SD,
Teori yang ada menyebutkan koordinasi kemudian diverifikasi/divalidasi/
menjadi salah satu fungsi manajemen, dan ada direkonsiliasi bersama dalam suatu rapat
pada tahap pelaksanaan. Misalnya teori Henri koordinasi di kantor Dinas Pendidikan Kota
182

Yogyakarta. Bentuk koordinasinya berupa tambahan, mutasi dari jabatan fungsional ke


instruksi/permintaan, dan rapat koordinasi. jabatan struktural, mutasi dari satu tempat
Kedua, koordinasi eksternal dilakukan oleh (sekolah) ke tempat (sekolah) lain, dan mutasi
kepala dinas dengan jajaran pemkot melalui karena hukuman sebagai pembinaan dan
BKD kota dan Kantor Kemenag Kota. BKD mutasi untuk penataan dan pemerataan.
Kota Yogyakarta beserta jajaran Pemerintah
2.5 Temuan Penelitian Model Koordinasi
Kota yang relevan, yaitu Bagian Organisasi
Tahap Pemberian Penghargaan,
Setda dan DPDPK Kota Yogyakarta, Peningkatan Kesejahteraan dan
melakukan analisa beban kerja, yang Perlindungan kepada Guru PNS
selanjutnya dirumuskan dalam bentuk
Analisa jabatan. Selanjutnya dikoordinasikan Pertama, koordinasi internal dilakukan
dengan BKD Pemerintah DIY, Disdik ketika merencanakan pelatihan-pelatihan
Pemerintah DIY, BKN dan Kemenegpan dan misalnya penulisan karya tulis ilmiah,
RB. penelitian tindakan kelas, ketika membuat
usulan ke BKD Kota Yogyakarta, dan
2.3 Temuan Penelitian Model Koordinasi melakukan program kemitraan untuk SMA
Tahap Pengangkatan dan Penempatan
dan SMK serta pemanfaatan MGMP, KKG.
Guru PNS
Pemberian perlindungan kepada guru
Pertama, koordinasi internal ketika dilakukan dengan uji kompetensi dan
pendaftaran, pelaksanaan/seleksi dilakukan pembentukan Dewan Kehormatan Guru
ketika Dinas Pendidikan Kota diminta Indonesia dan Lembaga Bantuan Hukum di
membantu menyediakan tempat untuk seleksi. tingkat kota Yogyakarta, sesuai PP Nomor 74
Kedua, koordinasi eksternal dilakukan ketika tahun 2008 tentang guru. Kedua, koordinasi
pendaftaran, pelaksanaan/seleksi, eksternal dilakukan dengan BKD, selanjutnya
pemberkasan dan penempatan. Ketika tahap BKD berkoordinasi dengan Dinas Pendapatan
ini Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Daerah dan Pengelolaan Keuangan (DPDPK),
berkoordinasi dengan BKD, sedangkan BKD Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD),
berkoordinasi dengan Walikota, Sekretaris LPMP, UNY, UGM, DPRD Kota Yogyakarta,
Daerah, Asisten Sekda, Dinas Ketertiban, Kementerian Agama (Kemenag) Kota
Dinas Kesehatan, dengan Bagian Teknologi Yogyakarta, Kemeneg Pan & RB.
Informasi dan Telematika (TIT) Kota
2.6 Temuan Penelitian Model Koordinasi
Yogyakarta, dengan DPRD Kota Yogyakarta,
Tahap Pembinaan dan Pengembangan
BKD Provinsi, Badan Kepegawaian Negara Guru PNS
(BKN), dan KEMENEG PAN & RB.
Pertama, koordinasi internal dilakukan
2.4 Temuan Penelitian Model Koordinasi ketika Kepala Sekolah dan Dinas Pendidikan
Tahap Pemindahan Guru PNS
Kota Yogyakarta melakukan perencanaan atau
Pertama, koordinasi internal dilakukan menentukan guru-guru yang akan
oleh Kepala Dinas/Kasubbag Kepegawaian dikutsertakan dalam pelatihan penulisan
Disdik Kota Yogyakarta ketika melakukan karya tulis ilmiah. Misalnya mereka yang
sosialisasi dan minta data tentang guru se harus segera naik pangkat, atau yang sudah
Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta. Hasil menduduki golongan IV/a, dan ketika
pembahasan di UPT kemudian melaksanakan program kemitraan di SMA dan
diverifikasi/divalidasi/direkonsiliasi di Dinas SMK. Demikian kalau ada dugaan
Pendidikan Kota Yogyakarta. Kedua, pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh
koordinasi eksternal dilakukan Dinas guru PNS, dan menetapkan menjatuhkan
Pendidikan Kota Yogyakarta dengan BKD, hukuman disiplin. Koordinasi eksternal
Baperjakat, Kantor Kemenag Kota, Disdikpora dilakukan Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta
Pemerintah DIY, Kemendiknas, Menegpan & dengan BKD Kota Yogyakarta, Kemenag Kota
RB, dan BKN. Koordinasi eksternal Yogyakarta, LPMP, UNY, UGM, APIP,
berlangsung setelah usulan disampaikan ke Inspektorat Pemerintah Kota Yogyakarta,
Walikota Yogyakarta melalui BKD untuk Sekretaris Daerah atau Pejabat Pembina
dibahas dalam suatu rapat koordinasi. Mutasi Kepegawaian (PPK), Tim Pencermatan
atau perpindahan guru PNS ada bermacam- Penjatuhan Hukuman Disiplin, dan Dirjen
macam, misalnya mutasi karena kenaikan PMPTK.
jabatan, mutasi karena mendapat tugas
183

2.7 Temuan Penelitian Model Koordinasi 3. Simpulan dan Saran


Tahap Pemberhentian Guru PNS
3.1 Simpulan
Pertama, koordinasi internal dilakukan
Koordinasi internal dan eksternal telah
ketika jajaran Dinas pendidikan membuat
dimulai pada tahap perencanaan kebutuhan
usulan nominatif guru PNS yang akan
guru. Abstraksi teoritis yang dapat dilakukan
berhenti atau diberhentikan. Mereka yang
ialah bahwa koordinasi bukan lagi fungsi yang
berkoordinasi yaitu atasan langsung Kepala
ada pada tahap pelaksanaan, tetapi sudah
Sekolah (bagi guru SMP, SMA, SMK), Kepala
menjadi jiwa dari manajemen, ada dalam tiap
UPT bagi Guru TK dan SD, Kepala Dinas
tahapan manajemen.
Pendidikan Kota Yogyakarta, personil Dinas
Model Koordinasi Tahap Merencanakan
Pendidikan Kota yang ditunjuk misalnya
Kebutuhan Guru PNS. Koordinasi internal
Kasubbag Kepegawaian, Tim Pemeriksa
dilakukan di jajaran Dinas Pendidikan, yaitu
Dugaan terjadinya Pelanggaran yang
kepala-kepala sekolah TK, SD SMP, SMU,
dibentuk. Kedua, koordinasi eksternal
SMK diminta menyediakan data kondisi/
dilakukan Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta
kebutuhan guru-guru, untuk merencanakan
dengan Walikota cq Kepala BKD, Sekretaris
kebutuhannya kemudian diverifikasi/
Daerah dan Inspektorat Daerah dan BKN.
divalidasi/ direkonsiliasi bersama dalam
2.8 Temuan Penelitian Pengorbanan suatu rapat koordinasi Dinas Pendidikan Kota.
Profesionalisasi Melalui Politisasi guru Koordinasi eksternal dilakukan dengan jajaran
PNS oleh Pejabat di lingkungan Pemkot melaluui BKD dan Bagian Organisasi
Pemerintah Kota Yogyakarta Setda dan DPDPK Kota Yogyakarta membuat
Tidak ditemukan pengorbanan analisa beban kerja, kemudia dirumuskan
profesionalisasi guru PNS melalui politisasi dalam bentuk Analisa jabatan. Hasil
guru PNS, semuanya dilakukan secara perhitungan, selanjutnya dikoordinasikan
professional dan proporsional. Kritik bahwa dengan BKD Pemerintah DIY, Disdik
pada era otonomi, ada politisisasi berdasarkan Pemerintah DIY, BKN dan Kemenegpan dan
kepentingan baik kepentingan elit politik RB.
maupun elit eksekutif, tidak terjadi di Dinas Model Koordinasi Tahap Pengangkatan
Pendidikan Kota Yogyakarta. Mengapa dan Penempatan Guru PNS. Koordinasi
demikian, karena para pejabat memegang internal ketika pendaftaran, pelaksanaan/
teguh pada: (1) komitmen memisahkan seleksi, ketika Dinas Pendidikan Kota diminta
kegiatan pendidikan dengan politik; (2) membantu menyediakan tempat untuk seleksi.
budaya atau kultur jawa bahwa jabatan adalah Koordinasi eksternal dilakukan ketika
amanah yang pada saatnya harus dilepaskan; pendaftaran, pelaksanaan/seleksi, pemberkas-
(3) aturan-aturan yang ada baik secara an dan penempatan. Dinas Pendidikan Kota
nasional maupun lokal. Yogyakarta berkoordinasi dengan BKD,
sedangkan BKD berkoordinasi dengan
2.9 Pelaksanaan Koordinasi Pengelolaan Walikota, Sekretaris Daerah, Asisten Sekda,
Guru PNS Dinas Ketertiban, Dinas Kesehatan, dengan
Temuan yang diperoleh, koordinasi Bagian Teknologi Informasi dan Telematika
pengelolaan guru PNS pendidikan dasar dan (TIT) Kota Yogyakarta, dengan DPRD Kota
menengah di Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, BKD Provinsi, Badan
Yogyakarta pada era otonomi daerah telah Kepegawaian Negara (BKN), dan Kemeneg
berjalan dengan baik atau lancar. Hal ini PAN & RB.
disebabkan semua komponen menjalankan Model Koordinasi Tahap Pemindahan
fungsinya sesuai dengan tiga komitmen, yaitu Guru PNS. Koordinasi internal dilakukan oleh
(1) memisahkan kegiatan pendidikan dengan Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta melakukan
politik; (2) budaya atau kultur jawa bahwa sosialisasi dan minta data tentang guru se
jabatan adalah amanah yang pada saatnya Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta. Hasil
harus dilepaskan; dan (3) aturan-aturan yang pembahasan di UPT kemudian
ada baik secara nasional maupun lokal. diverifikasi/divalidasi/direkonsiliasi di Dinas
Pendidikan Kota Yogyakarta. Koordinasi
eksternal dilakukan Dinas Pendidikan Kota
Yogyakarta dengan BKD, Baperjakat, Kantor
184

Kemenag Kota, Disdikpora Pemerintah DIY, proporsional. Politisisasi kepada guru PNS
Kemendiknas, Menegpan & RB, dan BKN. berdasarkan kepentingan elit politik maupun
Koordinasi Tahap Pemberian elit eksekutif, tidak terjadi di Dinas Pendidikan
Penghargaan, Peningkatan Kesejahteraan dan Kota Yogyakarta. Sebabnya, para pejabat
Perlindungan kepada Guru PNS. Koordinasi memegang teguh pada: (1) komitmen
internal dilakukan ketika merencanakan memisahkan kegiatan pendidikan dengan
pelatihan-pelatihan, membuat usulan ke BKD politik; (2) budaya atau kultur jawa bahwa
Kota Yogyakarta, dan melakukan program jabatan adalah amanah yang pada saatnya
kemitraan untuk SMA dan SMK serta harus dilepaskan; (3) aturan-aturan yang ada
pemanfaatan MGMP, KKG. Pemberian baik secara nasional maupun lokal.
perlindungan kepada guru dilakukan dengan Pelaksanaan koordinasi pengelolaan guru
uji kompetensi dan pembentukan Dewan PNS pendidikan dasar dan menengah di Dinas
Kehormatan Guru Indonesia dan Lembaga Pendidikan Kota Yogyakarta pada era otonomi
Bantuan Hukum di tingkat kota Yogyakarta, daerah telah berjalan dengan baik atau lancar.
sesuai PP Nomor 74 tahun 2008 tentang guru. Yang menyulitkan kadang ada aturan atau
Koordinasi eksternal dilakukan dengan BKD, kebjakan pusat yang tidak sesuai dengan
selanjutnya BKD berkoordinasi dengan Dinas kepentingan daerah.
Pendapatan Daerah dan Pengelolaan
3.2 Saran
Keuangan Tim Anggaran Pemerintah Daerah
LPMP, UNY, UGM, DPRD Kota Yogyakarta, Koordinasi baik internal maupun
Kemenag Kota Yogyakarta, dan Kemeneg Pan eksternal hendaknya tetap dilakukan pada
& RB. setiap tahap penelolaan guru PNS,
Model Koordinasi Tahap Pembinaan dan sebagaimana telah dilakukan.
Pengembangan Guru PNS. Koordinasi internal Sepanjang ada kabupaten/kota memiliki
dilakukan ketika Kepala Sekolah dan Dinas ciri-ciri yang mirip dengan Dinas Pendidikan
Pendidikan Kota Yogyakarta melakukan Kota Yogyakarta, maka model ini dapat
perencanaan atau menentukan guru-guru diterapkan di Dinas Pendidikan Kabupaten/
yang akan dikutsertakan dalam pelatihan Kota tersebut.
penulisan karya tulis ilmiah. Kalau ada Perlu dilakukan penelitian dan perbaikan
dugaan pelanggaran disiplin yang dilakukan regulasi/kebijakan agar sesuai dengan
oleh guru PNS, dan menetapkan menjatuhkan kepentingan daerah. Misalnya di daerah
hukuman disiplin. Koordinasi eksternal banyak guru yang pensiun (kota Yogyakarta
dilakukan Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta tahun 2014 ada 240 guru pensiun), tetapi tidak
dengan BKD Kota Yogyakarta, Kemenag Kota memperoleh jataah formasi yang sesuai.
Yogyakarta, LPMP, UNY, UGM, APIP,
Inspektorat Pemerintah Kota Yogyakarta, DAFTAR PUSTAKA
Sekretaris Daerah atau Pejabat Pembina Amtu, Onisimus. 2011. Manajemen Pendidikan
Kepegawaian (PPK), Tim Pencermatan di Era Otonomi daerah. Bandung: Alfabeta
Penjatuhan Hukuman Disiplin, dan Dirjen
Irwanto, 2006. Focused group discussion
PMPTK.
(FGD). Sebuah Pengantar Praktis.
Model Koordinasi Tahap Pemberhentian
Jakarta: Obor.
Guru PNS. Koordinasi internal dilakukan
ketika jajaran Dinas Pendidikan Kota (Kepala Krueger, Richard A. (1994). Focus groups: A
Sekolah Kepala UPT, Pendidikan Kota practical guide for applied research (2 nd
Yogyakarta, Tim Pemeriksa) memeriksa ed.). Thousand Oaks, CA: Sage
dugaan terjadinya pelanggaran. Koordinasi Publications
eksternal dilakukan Dinas Pendidikan Kota http://www.slideshare.net/
Yogyakarta dengan Walikota cq Kepala BKD, nicoletanpang/ focus-group-discussion-
Sekretaris Daerah dan Inspektorat Daerah dan fgd (diunduh 10 Desember 2010).
BKN. Mitchell, Betsy, t.th. Focus Groups Key
Pengorbanan Profesionalisasi Melalui Activity Checklist.
Politisasi guru PNS oleh Pejabat di lingkungan http://www.orau.gov/
Pemerintah Kota Yogyakarta. Tidak cdcynergy/cdcynergy30/default.htm
ditemukan pengorbanan profesionalisasi guru (diunduh 20 Desember 2010).
PNS melalui politisasi guru PNS, semuanya Nastution, S. 1988. Metode Penelitian
dilakukan secara professional dan Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tasito.
185

Noeng Muhadjir. 2002. Metodologi ---------------. 2012. Redesain Sistem dan


Penelitian Kualitatif. Edisi V Desentralisasi Pendidikan. Makalah
Revisi. Yogyakarta: Rake Sarasin. Seminar ISPI-Universitas Negeri
Yogyakarta tanggal 21-22 Januari 2012.
Slamet, PH. 2005. Pengembangan Kapasitas
Yogyakarta: ISPI DIY.
Untuk Mendukung Desentralisasi
Pendidikan Kejuruan. Pidato Pengukuhan Sudarmo, Sri Probo dan Sudjana, Brasukra G.
Guru Besar. Yogyakarta: Universitas 2009. The Missing Link. The Province and
Negeri Yogyakarta Role in Indonesias Decentralisation.
Jakarta: United Nations Development
---------------. 2007. Manajemen Berbasis
Programme-Indonesia.
Sekolah. Bahan Sosialisasi, Workshop
dan Pelatihan Direktorat Pembinaan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
SMP 2007. Jakarta: Direktorat Daerah. Jakarta: Depdagri
Pembinaan SMP. UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan
---------------. 2008. Desentralisasi Pendidikan di Keuangan Pusat dan Daerah. Jakarta:
Indonesia. Handout 1. Jakarta: Depdagri.
Departemen Pendidikan Nasional.
---------------. 2008. Desentralisasi Pendidikan di
Indonesia. Handout 2. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
186

PENGARUSUTAMAAN GENDER
DALAM KEBIJAKAN PENDIDIKAN
Mami Hajaroh

Abstrak
Pendidikan dipandang sebagai strategi yang paling efektif dalam membangun kehidupan yang
bekesetaraan dan berkeadilan gender. Untuk mewujudkan itu maka pemerintah mengeluarkan
Permendiknas No. 84 tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender dalam
bidang Pendidikan di lingkungan Departemen Pendidikan Nasional. Dalam permendiknas ini
menyebutkan bahwa setiap satuan unit kerja bidang pendidikan yang melakukan perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari seluruh kebijakan, dan program pembangunan bidang
pendidikan agar mengintegrasikan gender di dalamnya. Untuk mengimplementasikan permendiknas
ini diperlukan pemahaman dan ketrampilan dalam melakukan analisis kebijakan oleh para pembuat
kebijakan (policy maker) pendidikan. Juga pemahman terhadap pengarusutamaan gender dan alur
analisis gender (gender analysis pathway) dalam perencanaan lkebijakan pendidikan.
Kata Kunci: Pengarusutamaan Gender, Kebijakan, Pendidikan

antara keduanya melahirkan ketidakadilan


1. Latar Belakang
gender. ketidakadilan gender termanifestasi
Sebagian masyarakat kita memahami dalam bentuk diskriminasi, stereotipi, beban
gender identik dengan perempuan. Sehingga ganda, marginalisasi maupun Bentuk-bentuk
sebagian masyarakat masih berpendapat ketidakadilan ini lebih banyak berdampak
bahwa memperbincangkan gender adalah negatif terhadap perempuan. Dan hal ini
memperbincangkan perempuan dan menjadi masalah. Untuk itu penting upaya
dilakukan oleh perempuan saja. Sebagian lagi mengeliminasi kesenjangan yang terjadi antar
memandang gender sama dengan emansipasi gender tersebut melalui kebijakan guna
wanita, sebuah upaya membebaskan mengatasi masalah tersebut. dengan kebijakan
perempuan dari belenggu laki-laki dan karena diharapkan tercapai tujuan relasi laki-laki
itu pejuang gender mesti ditentang oleh laki- dengan perempuan yang berkeadilan dan
laki. Belum dipahaminya konsep gender berkesetaraan gender.
secara benar oleh masyarakat ini juga Upaya pemerintah mewujudkan relasi
menimbulkan sikap sinis baik dari kehidupan yang setara dan adil gender
perempuan maupun laki-laki jika mendengar dengan mengeluarkan Instruksi Presiden RI
tentang gender. No.9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan
Gender merupakan pembedaan peran, Gender (Gender mainstreaming) dalam
kedudukan, tanggung jawab dan pembagian Pembangunan Nasional pada tanggal 19
kerja antara laki-laki dan perempuan yang Desember 2000. Pengarusutamaan Gender
ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan sifat merupakan strategi yang dibangun untuk
perempuan dan laki-laki yang dianggap mengintegrasikan gender menjadi satu
pantas menurut norma, adat istiadat, dimensi integral dari perencanaan,
kepercayaan atau kebiasaan masyarakat. penyusunan, pelaksanaan, monitoring, dan
Secara umum gender didefinisikan sebagai evaluasi atas kebijakan dan program
suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki pembangunan nasional. Sebagai tindak lanjut
dan perempuan yang dikonstruksi secara Inpres no 9 tahun 2000 tersebut pemerintah
sosial maupun kultural. Oleh karena itu telah mengeluarkan Peraturan Menteri sebagai
gender berubah dari waktu ke waktu, dari tindak lanjutnya, yakni Permendagri no 15
tempat ke tempat bahkan dari kelas ke kelas tahun 2008 tetang Pedoman Umum
sosial masyarakat. Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di
Perbedaan gender laki-laki dan Daearah. Pedoman Umum pelaksanan PUG di
perempuan sebenarnya bukan masalah. daerah dimaksudkan untuk memberikan
Namun perbedaan laki-laki dan perempuan pedoman kepada pemerintah daerah dalam
dipermasalahkan karena dipandang relasi penyelenggaraan pemerintahan, pembangun-
187

an, dan pelayanan masyarakat yang kesadaran adanya kemungkinan perbedaan


berperspektif gender. kapasitas, potensi, aspirasi, kepentingan dan
Pendidikan dipandang sebagai strategi kebutuhan antara perempuan dan laki-laki di
yang paling efektif dalam membangun dalam setiap tahap pembangunan di berbagai
kehidupan yang bekesetraan dan berkeadilan sektor maupun lintas sektor. Untuk mencapai
gender. untuk mewujudkan itu maka kesetaraan dan keadilan gender melalui
dikeluarkan Permendiknas No. 84 tahun 2008 kebijakan dan program dalam berbagai bidang
tentang Pedoman Pelaksanaan kehidupan dan pembangunan memperhatikan
Pengarusutamaan Gender dalam bidang kemungkinan perbedaan tersebut. Dalam
Pendidikan di lingkungan Departemen manual petunjuk implemetasi gender
Pendidikan Nasional. Permendiknas ini mainstreaming dalam pembangunan nasional
menyebutkan bahwa setiap satuan unit kerja yang dikeluarkan oleh Kementrian
bidang pendidikan yang melakukan Pemberdayaan Perempuan (2002 : 4 )
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan disebutkan:
evaluasi dari seluruh kebijakan, dan program Gender mainstreaming is one of the
pembangunan bidang pendidikan agar development strategies performed to achieve gender
mengintegrasikan gender di dalamnya. equality and gender equity, through the
Peningkatan kesetaraan dan keadilan gender integration of women and men experiences,
di bidang pendidikan sangat penting untuk aspirations, needs, and issues in the planning,
dilakukan agar lebih menjamin semua warga implementation, monitoring and evaluation of all
negara baik laki-laki maupun perempuan policy, programs, projects, and activities in various
dapat mengakses pelayanan pendidikan, life and development fields. The objectives of gender
berpartisipasi aktif, dan mempunyai kontrol mainstreaming are to make certain both women and
serta mendapat manfaat dari pembangunan men have equal access to, participate in, control
pendidikan pendidikan, sehingga laki-laki over, and gain benefit form development. By
dan perempuan dapat mengembangkan performing gender mainstreaming, gender gap can
potensinya secara maksimal. be identified which led the rising of gender issues.
Thus, the final objective of gender mainstreaming is
Dengan adanya Permendiknas No. 84
to narrow and even to erase gender gap.
tahun 2008 semestinya Kebijakan pendidikan
pasca tahun 2008 telah mengitegrasikan
responsif gender dalam kebijakan-kebijakan Pengarusutamaan Gender merupakan
pendidikan di tingkat propinsi, kabuaten/kota strategi pembangunan yang menjamin
maupun tingkat satuan pendidikan. Apabila bahwa seluruh proses perencanaan,
kebijakan pendidikan belum pelaksanaan, monitoring dan evaluasi dari
mengimplementasikan PUG setelah seluruh kebijakan, program dan proyek di
permendiknas No. 84 tahun 2008, hal ini seluruh sektor pembangunan telah
dapat disebabkan oleh berbagai faktor. memperhitungkan dimensi/aspek gender
Kalangan pembuat kebijakan pendidikan yakni melihat laki-laki dan perempuan sebagai
(policy maker) mungkin belum memahami pelaku (subyek dan obyek) yang setara dalam
tentang PUG, atau bisa jadi belum paham akses, partisipasi dan kontrol atas
bagaimana mengimplementasikan PUG dalam pembangunan serta dalam memanfaatkan
analisis kebijakan untuk pembuatan kebijakan hasil pembangunan (Ernanti, 2003:7). Tujuan
pendidikan (analysis for policy) yang berbasis pengarusutamaan gender sebagaimana
responsif gender. tertuang dalaam Inpres no. 9 tahun 2000
tentang Pengarusutamaan Gender dalam
2. Pengarusutamaan Gender Pembangunan Nasional adalah:
Instruksi Presiden nomor 9 tahun 2000 Terselenggaranya perencanaan, penyusunan,
tentang Pengarusutamaan Gender dalam pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi atas
Pembangunan Nasional. Pengarusutamaan kebijakan dan program pembangunan
Gender (PUG) sebagai strategi pendekatan Nasional yang berperspektif gender dalam
baru dalam pembangunan yang berperspektif rangka mewujudkan kesetaraan dan keadilan
gender. Strategi ini berupaya menjawab gender dalam kehidupan keluarga,
adanya ketidakadilan gender dengan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
mengintegrasikan kerangka analisi gender Dengan strategi pembangunan ini dapat
yaitu kerangka konseptual yang dilandasi untuk memastikan apakah laki-laki dan
perempuan :
188

a. Berpartisipasi yang sama dalam proses Pemerintah sebagai pengambil kebijakan


pengambilan keputusan dan kebijakan pada level nasional akan memperoleh
b. Mempunyai akses yang sama terhadap kepercayaan baik oleh dunia internasional
sumber daya maupun nasional. Artinya ratifikasi yang telah
c. Memiliki peluang yang sama dalam dilakukan pemerintah terhadap konvensi hak-
melakukan kontrol terhadap hak perempuan telah dilaksanakan dengan
pembangunan. baik. Selain itu secara nasional, berarti
d. Memperoleh keuntungan/benefit yang pemerintah telah melaksanakan tugas-tugas
sama dalam pembangunan sebagaimana diamanatkan oleh Pembukaan
Undang-undang Dasar 1945, yaitu melindungi
Dengan demikian kesenjangan gender segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
dapat dipersempit bahkan ditiadakan Indonesia, memajukan kesejahteraan umum
sehingga tercapai kesetaraan dan keadilan dan mencerdaskan bangsa. Yang kesemuanya
gender. Kesetaraan dan keadilan gender itu tentunya tanpa membeda-bedakan seluruh
adalah tujuan yang ingin dicapai oleh warga negara dalam perspektif gender.
pengarusutamaan gender.
Strategi Gender Mainstreaming/ 3. Analisis Kebijakan
pengarusutamaan gender diperluas pada
Policy analysis dapat dilakukan pada
responsif gender (Gender-Responsif) dalam
berbagai bentuk sebagaimana di tulis oleh
pengembangan kebijakan, program, proyek,
Gordon (1997) dalam Bell and Stevensen (2006:
dan aktifitas yang mempersempit kesenjangan
10) yang mengidentifikasi beberapa tipe dari
gender yang mendorong pada perwujudan
riset kebijakan yakni analysis for policy dan
kesetaraan dan keadilan gender (equality and
analysisi of policy. Menurut Bell and Stevensen
equity gender). Disamping itu strategi Gender
(2006: 10-12) menuliskan berbagai tipe dari
Mainstreaming meningkatkan akuntabilitas
analisis kebijakan.
pemerintah (Minister of Women Empowerment,
2002: 4).

analysis for policy analysis of policy.


Policy Information Policy monitoring Analysis of policy Analysis of policy
advocacy for policy and evaluation deternimation content

Gordon (1997) dalam Bell and Stevensen (2006: 10) dari Gordon (1997)

Berbagai tipe analisis kebijakan tersebut kebutuhan untuk justifikasi tindakan


adalah: yang diambil. Penelitian evaluasi sering
a. Policy advocacy berkenaan dengan membuat klaim obyektif, tetapi penting
penelitian yang bertujuan untuk untuk memahami bahwa evaluasi
meningkatkan dan memajukan (promote merupakan sebuah motivasi perilaku
and advance) satu kebijakan yang spesifik (evaluation is a motivated behavior) dan
atau satu set kebijakan. lingkungan politik yang yang tinggi
b. Information for policy adalah tipe dalam hal ini penelitian evaluasi
penelitian yang bertujuan untuk kebijakan akan merepresentasikan
memberikan kepada policymaker informasi perbedaan metodologis yang untuk
dan advice yang akan menjadi alasan peneliti kebijakan pendidikan.
pada kebutuhan tindakan dan mungkin d. Analysis of policy deternimation menekan-
mengantarkan pada kebijakan baru atau kan pada proses kebijakan tidak pada
modifikasi dari kebijakan yang sudah dampak kebijakan tetapi bagaimana
ada. kebijakan dikembangkan dalam dengan
c. Policy monitoring and evaluation merupa- cara yang tepat.
kan bentuk umum penelitian kebijakan e. Analysis of policy content merupakan riset
ini, terutama dalam iklim sekarang dari yang dilakukan untuk kepentingan
level tinggi secara akuntabilitas dan akademik lebih dari dampak publik.
189

Dalam analisis konten menekankan pada Analisis Kebijakan (Analysis for Policy)
pemahaman asal usul, tujuan dan dapat juga dipahami sebagai analisis yang
pembedahan terhadap kebijakan yang dilakukan dalam rangka menyusun atau
spesifik. Tipe umum yang digunakan mengembangkan kebijakan. Analisis untuk
dalam riset ini adalah menggunakan kebijakan merupakan proses perencanaan dan
format studi kasus dan muncul perumusan kebijakan dengan menggunakan
pertanyaan penting tentang kelayakan hasil analisis atas kebijakan (penelitian
dari metode dalam riset kebijakan. kebijakan). Oleh karena itu data-data
penelitian digunakan sebagai masukan untuk
merencanakan dan merumuskan kebijakan.

Analisis Kebijakan: Agenda Setting, Policy Policy


Policy Formulation, Policy Adoption) Implement Evaluation
ation (outcome)

Gambar 1. Tahap-Tahap Kebijakan

Analisis kebijakan merupakan tahap awal d. Evaluate Alternative process


dalam proses kebijakan. Dalam tahap ini e. Display and Distinguish among
masalah didefinisikan dan di berikan solusi Alternative Policies
pemecahannya melalui kebijakan. Menurut f. Monitor and Implemented Policy.
Patton dan Sawicki (1993:53) analisis kebijakan Tahap-tahan analisis kebijakan ini bukan
meliputi tahap-tahap sebagai berikut: merupakan proses yang bersifat linier tetapi
a. Verify, Define, and Detail the merupakan proses yang bersifat siklik. Proses
problem
siklik tersebut oleh Patton dan Sawicki
b. Establish Evaluation Criteria
digambarkan sebagai berikut.
c. Identify Altenative Policies

Gambar 2. Basic Policy Analysis Process (Patton and Sawicki, 1993:53)

Tahap analisis yang dimulai dengan mengidentifikasi kebijakan alternatif,


melakukan verifikasi, definisi dan mengevaluasi kebijakan alternatif, mendisplay
mendetailkan problem yang membutuhkan dan membedakan antar kebijakan alternatif
kebijakan, menetapkan kriteria evaluasi, sampai tahap monitoring dan implementasi
190

kebijakan. Setelah tahap Monitor dan Gender Analysis Pathway (GAP) sebagai
Implementasi kebijakan akan kembali ke tahap salah satu perangkat analisis gender dapat
awal melakukan verifikasi, definisi dan digunakan untuk membantu perencana dalam
mendetailkan problem yang membutuhkan menyusun gender mainstreaming dalam
kebijakan. Tahapan analisis kebijakan ini perencanaan pengembangan kebijakan,
semestinya dilakukan oleh pembuat kebijakan program, proyek dan aktifitas, termasuk
baik di tingkat satuan pendidikan, pemda dalam bidang pendidikan. Sebagai tindak
kabupaten/kota, pemda propinsi maupun lanjut Inpres no 9 tahun 2000 tentang
tingkat nasional ketika membuat perencanaan Pengarusutamaan Gender, pemerintah telah
kebijakan pendidikan. mengeluarkan Peraturan Menteri sebagai
tindak lanjutnya, yakni Permendagri no 15
4. Membuat Perencanaan Kebijakan tahun 2008 tetang Pedoman Umum
Pendidikan Responsif Gender. Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di
Responsif gender (Gender-responsif) adalah Daerah. Pedoman Umum pelaksanan PUG di
perencanaan yang disusun dengan daerah dimaksudkan untuk memberikan
mengintegrasikan pengalaman-pengalaman, pedoman kepada pemerintah daerah dalam
cita-cita, isu-isu dan kebutuhan-kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan,
yang berbeda-beda dari laki-laki dan pembangunan, dan pelayanan masyarakat
perempuan dalam proses formulasi yang berperspektif gender.
kebijakan. Untuk itu menyusun sebuah Permendiknas No. 84 tahun 2008 tentang
perencanaan yang responsif gender, penting Pedoman Pelaksanaan pengarusutamaan
untuk melengkapinya dengan analisis gender Gender dalam bidang Pendidikan di
pada setiap pengembangan kebijakan, lingkungan Departemen Pendidikan Nasional
program, proyek dan aktifitas. Makna dari mengatakan bahwa setiap satuan unit kerja
kebijakan adalah semua kebijakan mikro dan bidang pendidikan yang melakukan
makro, kebijakan nasional, kebijakan propinsi perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan
dan kebijakan regional (Minister of Women evaluasi dari seluruh kebijakan, dan program
Empowerment, 2002: 8). pembangunan bidang pendidikan agar
Dalam menyusun perencanaan untuk mengintegrasikan gender di dalamnya.
mengembangkan kebijakan, program, proyek Peningkatan kesetaraan dan keadilan gender
dan aktifitas, dapat menggunakan Gender di bidang pendidikan sangat penting untuk
Analysis Pathway (GAP). GAP adalah salah satu dilakukan agar lebih menjamin semua warga
perangkat analisis gender yang dikembangkan negara baik laki-laki maupun perempuan
oleh BAPPENAS yang dapat digunakan untuk dapat mengakses pelayanan pendidikan,
membantu perencana dalam menyusun berpartisipasi aktif, dan mempunyai kontrol
gender mainstreaming dalam perencanaan serta mendapat manfaat dari pembangunan
pengembangan kebijakan, program, proyek pendidikan pendidikan, sehingga laki-laki
dan aktifitas. Dengan menggunakan GAP dan perempuan dapat mengembangkan
perencana kebijakan, program, proyek dan potensinya secara maksimal.
aktifitas dapat mengidentifikasi kesenjangan Secara nasional dalam hal akses terhadap
gender dan issu-issu gender dan juga layanan pendidikan, penduduk laki-laki dan
memformulasikan perencanaan kebijakan, perempuan sudah memiliki peluang yang
program, praktek dan aktifitas yang diarahkan hampir setara. Namun kesenjangan gender
pada mempersempit atau menghapus masih terjadi di beberapa daerah. Dalam
kesenjangan gender. proses pembelajaran masih perlu ditingkatkan
GAP dibangun dengan menggunakan agar sepenuhnya responsif gender. Seperti
metodologi yang simpel dan mudah dipahami proses pembelajaran di kelas belum
oleh perencana. Terdapat 8 langkah yang sepenuhnya mendorong partisipasi aktif
harus dipenuhi dalam melakukan GAP. secara seimbang antara siswa laki-laki dan
Langkah-langkah itu dikelompokan dalam 3 perempuan, juga materi bahan ajar pada
fase: umumnya masih bias gender atau netral
a. Analisis Kebijakan Responsif Gender. gender. Selain itu lingkungan fisik sekolah
b. Perumusan Kebijakan Responsif Gender. juga belum menjawab kebutuhan spesifik anak
c. Rencana Tindakan Responsif Gender. laki-laki dan perempuan. Pengelolaan
pendidikan perlu dilaksanakan kearah adil
gender atau memberikan peluang yang
191

seimbang bagi laki-laki dan perempuan untuk penyelenggaraan Program Pengarusutamaan


berpartisipasi dalam proses pengambilan Gender Bidang Pendidikan di unit kerjanya.
keputusan pendidikan. Dengan melaksanakan Untuk pelaksanaan PUG pada tingkat satuan
PUG Bidang Pendidikan ini diharapkan pendidikan penting untuk membuat setiap
seluruh aspek pembangunan pendidikan perencanaan kebijakan di sekolah
menjadi responsif gender dan lebih menjamin memperhatikan kebutuhan gender. Untuk
persamaan hak perempuan dan laki-laki itu pemahaman mengenai proses analisis
dalam memperoleh akses pelayanan kebijakan pendidikan dan konsep
pendidikan, berpartisipasi aktif secara pengarusutamaan gender dalam pendidikan
seimbang, memiliki kontrol yang sama harus dimiliki oleh para pembuat kebijakan
terhadap sumber-sumber pembangunan, pendidikan dan penentu keputusan kebijakan
menikmati manfaat yang sama dari hasil di tingkat satuan pendidikan. Pembuat
pembangunan pendidikan. kebijakan (policy maker) di tingkat satuan
Dalam permendiknas No. 84 tahun 2008 pendidikan semestinya menguasi setiap
disebutkan bahwa pelaksanaan pendidikan tahapan dari analisis kebijakan pendidikan
yang responsif gender pada berbagai yang responsif gender. Hanya seberapa policy
tingkatan, yakni pelaksana di Propinsi, maker dan decition maker kebijakan pendidikan
pelaksanan di Kabupaten/kota dan pelaksana di tingakat satuan pendidikan menguasi gender
pada tingkat satuan pendidikan. Pelaksana di analysis pathway penting untuk diungkap agar
propinsi adalah gubernur sebagai praktek analisis kebijakan dapat dimonitoring
penanggung jawab penyelenggaraan dan dievaluasi.
pengarusutamaan gender bidang pendidikan. Dengan adanya Permendiknas No 84
Dalam pelaksanaannya Gubernur menetapkan tahun 2008 tersebut penting bagi seluruh
Dinas Pendidikan sebagai koordinator jajaran tenaga pendidik dan kependidikan di
penyelenggaraan pengarusutamaan gender tingkat propinsi, kabupaten/kota dan tingkat
bidang pendidikan di provinsi. Salah satu satuan pendidikan memahami Gender Analysis
tugasnya adalah menyusun Rencana Aksi Pathway sebagai alat untuk melakukan analisis
Daerah (RAD) PUG Pendidikan di provinsi dalam rangka implementasi PUG dalam
yang mencakup: PUG dalam peraturan pendidikan. Dengan menggunakan GAP
perundang-undangan bidang pendidikan; perencana kebijakan, program, proyek dan
PUG dalam siklus pembangunan bidang aktifitas pendidikan di berbagai tingkat dapat
pendidikan; penguatan kelembagaan PUG mengidentifikasi kesenjangan gender dan issu-
Bidang Pendidikan; dan penguatan peran serta issu gender dan juga memformulasikan
masyarakat untuk pendidikan, serta perencanaan kebijakan, program, praktek dan
mendorong dilaksanakannya pemilihan dan aktifitas yang diarahkan pada mempersempit
penetapan penggerak kegiatan PUG di atau menghapus kesenjangan gender dalam
masing-masing unit kerja. bidang pendidikan.
Sedangkan pelaksana PUG di Kabu- Analisis kebijakan pendidikan pada
paten/Kota adalah Bupati/Walikota sebagai tingkat satuan pendidikan (sekolah) yang adil
penanggungjawab dalam penyelenggaraan gender merupakan bagian penting dari proses
program Pengarusutamaan Gender Bidang eliminasi kesenjangan gender. Dengan analisis
Pendidikan di kabupaten/kota. Tanggung kebijakan pendidikan yang menggunakan
jawab Bupati/Walikota dibantu oleh Kepala GAP (gender analysis pathway) maka kebijakan,
Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. Salah satu program, proyek dan aktifitas pada tingkat
tugas dalam penyelenggaraan kabupaten/ satuan pendidikan diharapakan lebih adil
Kota adalah menyusun Rencana Aksi Daerah gender.
(RAD) PUG Bidang Pendidikan di
kabupaten/kota yang memuat: PUG dalam 5. Kesimpulan
peraturan perundang-undangan bidang
Upaya pemerintah mewujudkan relasi
pendidikan; PUG dalam pembangunan bidang
kehidupan yang setara dan adil gender
pendidikan; penguatan kelembagaan PUG
dengan mengeluarkan Instruksi Presiden RI
Bidang Pendidikan; dan peran serta
No.9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan
masyarakat bidang pendidikan.
Gender (Gender mainstreaming) dalam
Pelaksana PUG di tingkat Satuan
Pembangunan Nasional pada tanggal 19
Pendidikan adalah Kepala Satuan Pendidikan
Desember 2000. Pengarusutamaan Gender
sebagai penanggung jawab dalam
192

merupakan strategi yang dibangun untuk program, proyek dan aktifitas dapat
mengintegrasikan gender menjadi satu mengidentifikasi kesenjangan gender dan issu-
dimensi integral dari perencanaan, issu gender dan juga memformulasikan
penyusunan, pelaksanaan, monitoring, dan perencanaan kebijakan, program, praktek dan
evaluasi atas kebijakan dan program aktifitas yang diarahkan pada mempersempit
pembangunan nasional. Pendidikan atau menghapus kesenjangan gender.
dipandang sebagai strategi yang paling efektif
dalam membangun kehidupan yang DAFTAR PUSTAKA
bekesetaraan dan berkeadilan gender. Untuk Bell, less and Stevenson, Howard. 2006.
mewujudkan itu maka pemerintah Education Policy: Prosess, Theme and
mengeluarkan Permendiknas No. 84 tahun Impact. London and new york:
2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Routledge.
Pengarusutamaan Gender dalam bidang
Ernanti Wahyurini, dkk. 2003. Pastikan partai
Pendidikan di lingkungan Departemen
anda jadi pilihan. Jakarta: Kementrian
Pendidikan Nasional. Dalam permendiknas ini
Pemberdayaan Perempuan.
menyebutkan bahwa setiap satuan unit kerja
bidang pendidikan yang melakukan Minister of Women Empowerment. 2002. The
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan Manual of implemetation guidelines on
evaluasi dari seluruh kebijakan, dan program gender mainstreaming in national
pembangunan bidang pendidikan agar development. as an annex of Circular of
mengintegrasikan gender di dalamnya. Minister of Women Empowerment no.
Untuk mengimplementasikan B-89/Men.PP/Dep.II/IX/2002, dated
permendiknas ini diperlukan pemahaman dan September 4, 2002.
ketrampilan dalam melakukan analisis Patton, Carol V., and Sawicki, David S. 1993.
kebijakan oleh para pembuat kebijakan (policy Basic mehod Of Policy Analysis and
maker) pendidikan. Juga pemahman terhadap Planning. New Jersey: Prentice Hall.
pengarusutamaan gender dan alur analisis Permendagri no 15 tahun 2008 tetang Pedoman
gender (gender analysis pathway) dalam Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan
perencanaan kebijakan pendidikan. GAP Gender di Daearah.
adalah salah satu perangkat analisis gender Permendiknas No. 84 tahun 2008 tentang
yang dapat digunakan untuk membantu
Pedoman Pelaksanaan
perencana dalam menyusun gender
pengarusutamaan Gender dalam
mainstreaming dalam perencanaan bidang Pendidikan di lingkungan
pengembangan kebijakan, program, proyek
Departemen Pendidikan Nasional.
dan aktifitas pendidikan. Dengan
menggunakan GAP perencana kebijakan,
193

PERAN GURU SEBAGAI INTELEKTUAL TRANSFORMATIF


UNTUK MEWUJUDKAN MASYARAKAT DEMOKRATIS
Rukiyati
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta
ruki1961@yahoo.com

Abstrak
Pendidikan pada hakikatnya adalah wahana mengasah sikap kritis dan politis peserta didik untuk
menciptakan masyarakat demokratis yang sesungguhnya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan
formal selama ini lebih dimaknai sebagai penerus status quo, tetapi sesungguhnya peran sekolah dapat
lebih bermakna, yaitu sebagai ruang publik yang demokratis, yang di dalamnya guru berperan
penting sebagai intelektual transformatif. Dalam konteks transformasi, guru bertindak sebagai
perancang kondisi kelas dan pembimbing bagi peserta didik untuk terlibat dalam dialog kritis yang
menyadarkan siswa akan perannya saat ini dan di masa depan dalam masyarakat demokratis. Guru
dapat berperan sebagai intelektual ketika sistem persekolahan memberi peluang guru untuk berbeda,
berkreasi dan berinovasi dengan berbasis pada pengetahuan multikultural.
Kata kunci: peran guru, intelektual transformatif, sekolah.

Gutek juga mengatakan bahwa


1. Pendahuluan
pendidikan dalam arti yang lebih formal dan
Pendidikan sesungguhnya bertujuan sempit terjadi di sekolah, yaitu suatu agensi
untuk memanusiakan manusia. Ketika seorang khusus yang dibentuk untuk menanamkan
anak manusia lahir ke dunia, ia dibekali keterampilan, pengetahuan dan nilai-nilai
dengan berbagai potensi yang harus dalam diri peserta didik. Di sekolah terdapat
diakutualisasikan. Proses aktualisasi potensi guru-guru yang dipandang ahli dalam proses
secara sengaja inilah yang merupakan proses pembelajaran. Program pengajaran, kurikulum
pendidikan. Thomas Armstrong (2006: 39) dan metode mengajar harus dikaitkan dan
mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah disesuaikan dengan ketentuan yang ada dalam
untuk mendukung, mendorong, dan masyarakat. Dalam masyarakat yang
memfasilitasi perkembangan peserta didik mengidealkan demokrasi, sudah sewajarnya
sebagai manusia yang utuh (a whole human bila diharapkan pihak sekolah dan guru yang
being). Sejalan dengan itu, Muchtar Buchori terlibat di dalamnya berperan serta untuk
(2001:50) berpendapat bahwa peserta didik mewujudkan masyarakat yang demokratis
harus dipersiapkan untuk menghadapi tiga dengan mengoptimalkan peran guru di dalam
tugas kehidupan, yaitu: 1. Untuk dapat hidup proses pembelajaran di sekolah.
(to make a living); 2. Untuk mengembangkan Peran guru dan sekolah demikian penting
kehidupan yang bermakna (to lead a meeningful dalam upaya menciptakan masyarakat
life); 3. Untuk turut memuliakan kehidupan (to demokratis sesungguhnya. Salah satu gagasan
ennoble life). penting tentang peran guru dan sekolah dalam
Selanjutnya, Gerald L. Gutek (1988: 4) mewujudkan masyarakat demokratis adalah
mengatakan bahwa pendidikan dalam guru sebagai intelektual transformatif dan
pengertian yang sangat luas adalah sekolah sebagai ruang publik belajar
keseluruhan proses sosial yang membawa demokrasi. Pemikiran ini dikemukakan oleh
seseorang ke dalam kehidupan berbudaya. Henry Giroux, seorang pemikir pedagogi kritis
Spesies manusia secara biologis melakukan murid Paulo Freire. Bagaimana fungsi sekolah
reproduksi sebagaimana halnya makhluk sebagai ruang publik untuk belajar demokrasi?
hidup lainnya, tetapi dengan hidup dan Bagaimana peran guru sebagai intelektual
berpartisipasi dalam sebuah kebudayaan, transformatif di sekolah? Pertanyaan-
manusia secara bertahap mengalami proses pertanyaan tersebut yang akan dijawab di
menjadi sebagai penerima dan partisipan dalam tulisan ini.
dalam sebuah kebudayaan.
194

2. Pembahasan Fenomena sekolah-sekolah yang ada baik


di negara maju maupun negara berkembang
2.1 Sekolah sebagai ruang publik untuk
justru merupakan representasi dominasi
belajar demokrasi
dibandingkan representasi demokrasi.
Pendidikan merupakan salah satu bidang Dominasi tampak dalam berbagai bentuk:
yang sangat penting bagi penciptaan pengetahuan, organisasi sekolah, ideologi
kemampuan warga negara yang kritis di guru dan hubungan guru-siswa. Sekolah
dalam suatu masyarakat demokratis. Terlebih memproduksi masyarakat yang lebih luas
lagi ketika warga negara harus berhadapan sambil juga memberikan ruang untuk
dengan tantangan masyarakat dan penguasa mempertahankan logika dominasinya.
yang mengesahkan korupsi, kerakusan dan Sebagai sebuah ideal, seharusnya sekolah
ketidakadilan (Giroux, 2010: 3). Pendidikan berfungsi untuk memberdayakan peserta
harus dipandang sebagai praktik moral dan didik dengan memberikan mereka
politis yang selalu menyangsikan apa-apa pengetahuan dan ketrampilan yang
yang membentuk pengetahuan, nilai-nilai, dibutuhkannya untuk mampu berfungsi
kewargaan, cara-cara memahami dan dalam masyarakat yang lebih luas sebagai
pandangan tentang masa depan. agen kritis. Selain itu, sekolah juga berfungsi
Pendidikan hendaknya dipahami sebagai untuk memberikan bekal bagi peserta didik
pedagogi kritis dan sekolah harus menjadi untuk melakukan aksi transformatif.
ruang publik yang demokratis. Sekolah Transformasi artinya adalah perubahan positif
didedikasikan untuk membentuk ke arah yang lebih baik, yaitu perubahan yang
pemberdayaan diri dan sosial. Dalam arti ini, dinamis dan meningkat dalam hal
sekolah adalah tempat publik yang memberi transformasi sosial ekonomi, budaya, bahkan
kesempatan bagi peserta didik dapat belajar transformasi dunia-akhirat (Prayitno, 2009:
pengetahuan dan keahlian yang dibutuhkan 250-251) dalam suatu masyarakat demokratis.
untuk hidup dalam demokrasi yang Dalam hal ini, sekolah berfungsi sebagai ruang
sesungguhnya. Sekolah bukan sekedar bagi upaya mendidik siswa untuk mengambil
perluasan tempat kerja atau sebagai lembaga resiko, untuk berjuang bagi perubahan
garis depan dalam pertempuran pasar kelembagaan, dan berjuang melawan
internasional dan kompetisi asing. Sekolah penindasan dalam arena sosial yang lebih luas.
justru memberikan syarat material dan Implikasinya, mewujudkan demokrasi
ideologis yang penting untuk mendidik memerlukan dua perjuangan: pemberdayaan
seorang warga negara dalam dinamika pedagogis dan transformasi pedagogis.
keberaksaraan kritis dan keberanian warga. Sekolah adalah tempat penting yang mewakili
Fungsi sekolah yang demikian ini akan perjuangan itu. Sekolah sebagai ruang publik
menjadi basis untuk mewujudkan warga yang demokratis dibangun untuk membuka
negara yang aktif dalam masyarakat pertanyaan kritis peserta didik yang
demokratis (Giroux, 1988: 5). menghargai dialog bermakna dan sebagai
Pandangan tentang fungsi sekolah dalam agensi kemanusiaan.
mewujudkan masyarakat demokratis Jadi, dapat disimpulkan bahwa fungsi
bukanlah hal baru dalam pemikiran sekolah sebagai ruang publik demikian
pendidikan. Apa yang disampaikan oleh penting untuk memberdayakan peserta didik
Giroux sebenarnya diilhami pemikiran Dewey agar menjadi warga negara yang kritis dan
tentang demokrasi (1916: 45), tetapi dalam transformatif untuk mewujudkan kehidupan
beberapa hal melampaui pandangan Dewey. demokratis yang sesungguhnya.
Wacana demokrasi, baik sebagai acuan bagi
2.2 Guru sebagai Intelektual Transformatif
kritik maupun sebagai hal ideal mendasarkan
pada pengertian dialektis dari hubungan Sekolah sebagai ruang publik bagi
sekolah dan masyarakat; sebagai referensi bagi pembelajaran kritis dan demokrasi tidak akan
kritik, teori dan praktik demokrasi, dapat berfungsi dengan baik jika guru tidak
Untuk memperdalam pemahaman, dapat mempunyai komitmen, dedikasi, dan
dikemukakan ilustrasi sebuah model analisis tanggung jawab untuk mewujudkan proses
bagaimana sekolah-sekolah selama ini telah pembelajaran dalam situasi pendidikan yang
menghalangi dimensi ideologis dan dimensi demokratis pula. Kekuatan pendidikan
material dari demokrasi. sebagaimana dinyatakan oleh Prayitno (2009:
219) justru terletak pada terjadinya sinergi
195

optimal dari tiga kekuatan: peserta didik, mempertahankan kondisi pendidikan agar
lingkungan (sekolah) dan pendidik. Ketiganya tetap melaksanakan pembelajaran kritis,
saling memperkuat. Apabila proses bukan sekedar pelatihan. Pembelajaran kritis
pembelajaran hendak dibina dengan energi memungkinkan bagi visi demokrasi, bukan
yang tinggi, maka ketiga komponen dalam arti pendidikan sebagai instrumen
pendidikan itu harus menjadi perhatian sempit. Pembelajaran kritis menghargai
penuh. Guru adalah ahli yang bertanggung keunikan dan keragaman hak hidup peserta
jawab menyatukan dan memanfaatkan didik, daripada memperlakukan mereka
sebesar-besar kepentingan perkembangan seolah-olah perbedaan itu tidak masalah. Jadi,
peserta didik melalui proses pembelajaran. guru berhak mendapatkan respek, otonomi,
Bagaimanapun kondisi peserta didik, tetaplah kekuasaan dan martabat karena tuntutan tugas
guru bertanggung jawab untuk memanfaatkan yang diembannya.
energi yang ada dalam diri peserta didik agar Dalam kondisi yang terburuk, guru hanya
menjadi optimal. Guru di dalam mengajar dipandang sebagai penjaga gerbang yang
bersifat mengarahkan bagi berbagai upaya sifatnya hanya mengontrol peserta didik. Yang
membentuk peserta didik sebagai agen khusus terbaik, guru merupakan profesi yang sangat
pembaharuan dan memperluas pemahaman dihargai, karena telah mendidik generasi masa
mereka, khususnya tentang tugas masa kini depan dengan berbagai wacana, nilai-nilai,
dan masa depan yang akan dihadapi. Dalam dan hubungannya dengan pemberdayaan
kaitan inilah guru berperan sebagai yang demokratis. Guru tidak sekedar
intelektual transformatif. dipandang sebagai teknisi yang tidak
Guru berperan sebagai intelektual disenangi; tetapi guru harus menjadi
menjalankan tugas mendidik dengan syarat intelektual yang berkehendak membuat
tertentu. Ia merumuskan suatu fungsi sosial kondisi kelas yang dapat memberikan
dan politis, membentuk basis bagi pengetahuan, keahlian dan budaya bertanya
pemberdayaan peserta didik dan perluasan yang dibutuhkan peserta didik untuk
praktiknya sebagai intelektual. Terkait dengan berpartisipasi dalam dialog kritis dengan masa
peran tersebut, Giroux (1988:16) mengatakan lalu, otoritas, dan perjuangan terus menerus
bahwa: dengan relasi kekuasaan. Guru
Academic labor at its best flourishes when mempersiapkan peserta didik untuk menjadi
it is open to dialogue, respects the time and warga negara yang aktif dalam inter-relasinya
conditions teachers need to prepare lessons, dengan masyarakat di tingkat lokal, nasional
research, cooperate with each other and dan global.
engage valuable community resources. Put Dengan guru sebagai intelektual, siswa
differently, teachers are the major resource dapat dibimbing untuk belajar wacana tentang
for what it means to establish the conditions organisasi umum dan tanggung jawab sosial.
for education to be linked to critical learning Wacana yang demikian ini menangkap
rather than training, embrace a vision of kembali ide tentang demokrasi kritis sebagai
democratic possibility rather than a narrow sebuah gerakan sosial yang mendukung
instrumental notion of education and kebebasan individu dan keadilan sosial. Lebih
embrace the specificity and diversity of lanjut, meninjau sekolah sebagai ruang publik
childrens lives rather than treat them as if yang demokratis memberikan sebuah alasan
such differences did not matter. Hence,
logis untuk mempertahankannya karena
teachers deserve the respect, autonomy,
sejalan dengan bentuk-bentuk pedagogi yang
power and dignity that such a task
progresif dan guru bekerja mengambil bagian
demands.
atau peran penting di dalamnya. Praktik guru
ditunjukkan sebagai layanan jasa publik yang
Dari pernyataan tersebut dapat dikethaui penting.
bahwa kegiatan akademik berjalan sangat baik Guru harus mampu untuk
ketika terbuka bagi dialog, dengan melihat mengkonstruksi cara-cara yang melibatkan
kondisi yang ada guru mempersiapkan
waktu, ruang, aktivitas dan pengetahuan
pelajaran, penelitian dan bekerja sama dengan diorganisasikan dalam kehidupan sekolah
sesama guru serta ikut aktif dalam suatu setiap harinya. Guru harus menciptakan syarat
komunitas untuk mengembangkan struktural dan ideologis yang dibutuhkan
kemampuan yang dimiliki. Guru itu sendiri untuk dirinya agar dapat menulis, meneliti
adalah sumber daya utama untuk dan bekerja dengan orang lain dalam
196

menghasilkan kurikulum yang baik dan melainkan selalu ingin tahu tentang orang lain
kekuatan bersama. Guru perlu dan realitas. Mereka adalah orang-orang yang
mengembangkan sebuah wacana dan bertanya, mereka yang berusaha menemukan
menentukan asumsi bahwa mereka jawaban dan mereka yang terus melakukan
dibolehkan untuk menjalankan fungsinya pencarian.
secara lebih khusus yaitu sebagai intelektual
2.3 Tantangan yang Dihadapi Guru
transformatif. Sebagai intelektual, mereka
mengkombinasikan refleksi dan aksi untuk Guru berperan sebagai intelektual
kepentingan pemberdayaan siswa dengan trasnformatif adalah sebuah ideal, tetapi
kecakapan dan pengetahuan yang dibutuhkan banyak tantangan yang dihadapi. Tidak
untuk melenyapkan ketidakadilan dan untuk sedikit kurikulum sekolah yang ada di
menjadi pelaku kritis yang teguh berbagai negara selama ini hanya sebagai alat
mengembangkan sebuah dunia yang bebas mereproduksi nilai-nilai dan sikap yang
dari penindasan dan eksploitasi. Intelektual dibutuhkan untuk mempertahankan
yang demikian sekaligus memperhatikan keberadaan masyarakat dominan (kapitalis)
prestasi individual siswa atau memajukan sejak awal abad 20. Teori dan desain
siswa mencapai tangga karir, dan kurikulum secara tradisional mengacu pada
memperhatikan sekali upaya pemberdayaan rasionalitas teknokratis. Bentuk rasionalitas
siswa sehingga mereka dapat membaca dunia seperti inilah yang telah mendominasi bidang
dengan kritis dan mengubahnya bila kajian kurikulum sejak awal dengan berbagai
diperlukan. varian dalam karya-karya Tyler, Taba, Saylor
Dalam melaksanakan perannya sebagai dan Alexander, Beauchamp dan yang lain.
intelektual transformatif, guru perlu William Pinar mengatakan bahwa 8595
melakukan suatu tindakan yang disebut Paulo persen dari ahli kurikulum memberikan
Freire sebagai tindakan belajar (2006: 23). Bagi perspektif kajian yang menunjukkan dominasi
Freire, belajar adalah sebuah tugas sulit yang berpikir rasionalitas teknokratis. Para ahli
memerlukan sikap kritis sistematis dan kurikulum dipengaruhi oleh perkembangan
disiplin intelektual yang hanya bisa diperoleh ilmu manajemen sejak tahun 20-an dan peletak
melalui praktik. Lebih lanjut, Freire dasar awal ahli kurikulum seperti Bobbit dan
mengemukakan bahwa mendasari sifat-sifat Charters yang sangat dipengaruhi oleh
praktik ini adalah dua asumsi pendidikan prinsip-prinsip manajemen ilmiah. Metafora
penting. Pertama, pembaca teks (peserta didik sekolah sebagai pabrik memiliki sejarah
yang sedang membaca teks) berasumsi tentang panjang dalam kajian kurikulum. Akibatnya,
peran subjek di dalam tindakan belajar. moda bernalar, inquiry, karakteristik
Kedua, tindakan belajar tidak semata-mata penelitian dalam bidang kurikulum dibangun
merupakan hubungan dengan perantaraan dengan model yang didasari asumsi-asumsi
teks; sebaliknya, di dalamnya terkandung dalam sains yang terikat pada prinsip-prinsip
pengertian yang luas bahwa tindakan belajar prediksi dan kontrol (Giroux, 1988: 12).
ini merupakan sebuah sikap terhadap dunia. Sebenarnya sekolah-sekolah mampu
Belajar memerlukan pemahaman tentang berbuat lebih baik dari itu dan memang ada
pengondisian historis pengetahuan. Belajar kemungkinan untuk itu di samping juga
adalah sebuah bentuk penemuan kembali, bahayanya. Untuk menghadapi tantangan
penciptaan kembali, penulisan kembali, dan semacam itu, para pendidik kritis harus
semua ini adalah tugas subjek bukan objek. mengembangkan sebuah wacana kritis yang
Lebih jauh, dengan pendekatan ini pembelajar dapat digunakan untuk meneliti fungsi
sebagai pembaca tidak bisa memisahkan sekolah selama ini, yaitu sekolah sebagai
dirinya sendiri dari teks karena ia akan wujud material dan ideologis sebuah jaringan
mengakui sikap kritis terhadap teks. Oleh hubungan kompleks di antara budaya dan
karena tindakan belajar adalah sikap terhadap kekuasaan, juga sebagai tempat persaingan
dunia, maka tindakan belajar tidak bisa yang terbangun secara sosial, dan aktif terlibat
direduksi menjadi hubungan pembaca dengan di dalam produksi pengalaman-pengalaman
buku atau pembaca dengan teks. Pada yang dihayati.
kenyataannya, sebuah teks mencerminkan Biasanya, penguasa berusaha
konfrontasi penulis dengan dunia. Teks melanggengkan tatanan yang diinginkan
mengungkapkan konfrontasi ini. Seseorang dengan cara manajemen kontrol di sekolah.
yang belajar tidak akan pernah berhenti Para birokrat dan kepala sekolah tidak hanya
197

menggunakan waktu untuk solusi masalah- Hasil untuk sistem sekolah yang
masalah administrasi dan kontrol, mereka juga mengadopsi ideologi dominan tidak hanya
cenderung mengevaluasi elemen-elemen lain, berkembangnya bentuk otoritarian kontrol
seperti kinerja para guru. Kriteria evaluasi sekolah dan bentuk-bentuk pendidikan yang
berkiatan dengan: Apakah kinerja dan lebih standar dan lebih mudah dikelola, tetapi
kemampuan mereka dapat mempertahankan tipe kebijakan sekolah ini juga dibuat untuk
tatanan yang ada? Apakah para guru relasi-relasi publik yang lebih luas. Artinya,
memberikan sumbangan atau gagal memberi birokrat pendidikan seolah dapat
sumbangan pada pemeliharaan tatanan yang menyediakan solusi-solusi teknis untuk
ada tersebut? Di dalam wacana ini masalah-masalah sosial, politik dan ekonomi
pengalaman guru bersama peserta didik tidak yang kompleks yang dihadapi oleh sekolah-
begitu penting. Pengalaman tersebut justru sekolah mereka, sementara pada saat yang
direduksi menjadi perantaraan kinerja guru sama dimunculkan prinsip-prinsip
dan hanya berarti bila dapat diukur, akuntabilitas sebagai indikator keberhasilan.
dijalankan, didaftar, dan dikontrol.
Kekhasannya, putusannya, kualitasnya yang 3. Simpulan
telah dihayati; semuanya dilarutkan di dalam
Dari pembahasan dapat disimpulkan hal-
ideologi kontrol dan manajemen. Masalah
hal sebagai berikut:
penting yang berhubungan dengan sudut
1. Sekolah adalah ruang publik untuk
pandang ini adalah bahwa para guru yang
wahana mengasah sikap kritis dan politis
sepaham dengan sistem pengetahuan yang
peserta didik untuk menciptakan
disusun semacam itu tidak menjamin para
demokrasi yang sesungguhnya, bukan
siswa akan memiliki ketertarikan pada praktek
demokrasi semu dalam masyarakat
pendidikan yang dihasilkan, terutama karena
kapitalis-elitis; sekolah dipandang dalam
pengetahuan tampak tidak banyak
bahasa politik sebagai lembaga yang
berhubungan dengan pengalaman-
memberikan syarat material dan ideologis
pengalaman keseharian para siswa itu sendiri.
yang penting untuk mendidik seorang
Lebih jauh, para guru yang bertindak sebagai
warga negara dalam dinamika
intelektual transformatif biasanya
keberaksaraan kritis dan keberanian
menghadapi banyak masalah di sekolah-
warga.
sekolah negeri, terutama sekolah-sekolah di
2. Guru adalah intelektual transformatif.
perkotaan. Kebosanan belajar tampak menjadi
Peran ini dalam pembelajaran kritis
ciri utamanya.
sangat penting untuk mewujudkan
Tak dapat dipungkiri bahwa guru yang
masyarakat yang demokratis. Guru dapat
tidak menjalankan peran intelektual
berperan sebagai intelektual transformatif
transformatif itu sendiri adalah korban dari
ketika sistem persekolahan memberi
sistem yang ada (dominan). Berbagai model
otonomi dan peluang untuk berbeda,
akuntabilitas, manajemen sesuai dengan
berinovasi dengan kurikulum yang
tujuan, materi kurikulum yang telah teruji, dan
dikembangkannya berbasis pada
persyaratan sertifikasi yang dimandatkan oleh
pengetahuan multikultural.
negara merupakan contoh-contoh dari sistem
3. Peran guru sebagai intelektual
kontrol yang ada. Yang jelas, dengan kontrol
transformatif menghadapi tantangan
ketat ini, para guru tidak dapat melaksanakan
ketika sistem tatanan masyarakat
pembelajaran kritis. Seharusnya guru
dominan menjelma menjadi manejemen
dilibatkan di dalam menyusun kurikulum
kontrol dan birokratis di dalam sistem
sesuai konteks kultural dan sosial masyarakat
pendidikan.
tempat mereka mengajar, cara mengevaluasi
yang dikaitkan dengan kondisi awal peserta 4. Daftar Pustaka
didik dalam menerima pelajaran. Sebaliknya,
para birokrat pendidikan percaya bahwa Armstrong, Thomas. 2006. The Best School.
bahwa kualitas sangat baik dari hasil belajar How Human Development Research should
adalah kualitas yang harus tampak terutama Inform Educational Practice. Virginia:
pada nilai membaca dan matematika sehingga Association for Supervision and
perilaku dan tindakan guru harus dikontrol Curriculum Development.
dan dibuat konsisten agar dapat diprediksi Darmiyati Zuchdi. 2008. Potret Pendidikan
hasil belajarnya mencapai kualitas terbaik. . Karakter di Berbagai Jenjang Sekolah.
198

Proceding. Seminar dan Lokakarya http://fightbacktenj.wordpress.com.


Nasional Restrukturisasi Pendidikan Diunduh pada 14 April 2011.
Karakter. Yogyakarta: UNY. 29 Juli 2008. Gutek, Gerald L. 1988. Philosophical and
Dewey, John. 1916. Democracy and Education. Ideological Perspectives on Education. New
Diambil pada tanggal 25 Februari 2010 Jersey: Prentice Hall Inc.
dari Muchtar Buchori. 2001. Pendidikan antisipatoris.
http://en.wikisource.org/wiki/Democr Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
acy and Education.
Prayitno. 2009. Dasar Teori dan Praksis
Giroux, Henry A. 1988. Teachers as Intellectual - Pendidikan. Jakarta: Grasindo.
toward a Critical Pedagogy of Learning
Freire, Paulo. 2001. Pedagogi Hati. Yogyakarta:
New York: Bergin & Garvey.
Kanisius.
Giroux, Henry A. 2010. In Defense of Public
School Teachers in a Time of Crisis dalam
199

Penggunaan Teknologi Dalam Pendidikan:


Tantangan Guru Pada Abad 21
Wasitohadi
Alumni S3 Ilmu Pendidikan UNY,
Dosen FKIP UKSW Salatiga

Abstrak
Salah satu tantangan guru pada abad 21 adalah penggunaan teknologi dalam pendidikan. Pada
umumnya, para ahli berpendapat bahwa teknologi berwajah ganda. Pada satu pihak, teknologi
memberi banyak kemudahan dan manfaat, sehingga ada guru yang mengandalkan penggunaan
teknologi dalam pendidikan. Namun, pada pihak lain, teknologi juga dapat memberi dampak negatif
pada pendidikan. Penggunaan scaffolding berupa teknologi, dapat menghilangkan esensi dari
pendidikan. Oleh karena itu, penggunaan teknologi sebagai topangan pendidikan harus disertai
dengan kesadaran untuk tetap mengakomodasi dan mempertahankan esensi tersebut. Esensi
pendidikan bukan hanya menyangkut transfer pengetahuan, tetapi juga memberi keteladanan,
menanamkan nilai-nilai kebaikan, membina karakter, menumbuhkan potensi keunikan setiap anak
didik, memberi motivasi, dan rupa-rupa hidden curriculum yang lain. Hal semacam itu tak dapat
dicapai dengan hanya mengandalkan topangan teknologi, tetapi butuh interaksi intersubyektif yang
manusiawi antar guru-siswa, antar siswa, dan antar guru dan siswa dengan sumber belajar. Oleh
karena itu, sebuah pemikiran mengenai penggunaan topangan teknologi dalam pembelajaran,
namun tetap memberi esensi pendidikan, perlu dengan kesadaran dilakukan oleh guru. Bila tidak,
akumulasi dampak negatif jangka panjang dari penggunaan topangan teknologi dalam pendidikan,
akan sangat besar. Kita mungkin justru akan kehilangan hal yang penting dalam pendidikan.
Fenomena reduksionisme dalam pendidikan, yang bertumpu pada buku ringkasan materi plus soal-
soal latihan yang sepertinya sudah menggejala dan membudaya, mungkin menunjukkan telah
semakin hilangnya esensi pendidikan.
Kata kunci: teknologi, teknologi pendidikan, penggunaan teknologi ICT, interaksi intersubyektif
edukatif manusiawi.

sebagai hasil penerapan sistematis dari sains,


1. Pendahuluan
yang merupakan himpunan rasionalitas insan
Teknologi yang merupakan bagian hasil kolektif untuk memanfaatkan lingkungan
kebudayaan (Koentjaraningrat, 1985), sudah hidup dan mengendalikan gejala-gejala di
hadir di bumi ini hampir sepanjang sejarah dalam proses produktif yang ekonomis.
peradaban manusia. Bermula dari sekedar alat Penciptaan teknologi dengan demikian
atau sistem peralatan, teknologi pada awal merupakan cara untuk menghadapi segala
sejarah peradaban manusia masih demikian permasalahan dan tantangan yang melingkupi
sederhana dan digunakan untuk kepentingan hidup insan kolektif tersebut.
praktis tertentu. Istilah ini pada mulanya Kemudian, teknologipun semakin
mempunyai arti yang amat elementer, yakni berkembang seiring dengan jumlah tantangan
segala tindakan baku manusia untuk merubah yang dihadapi manusia. Dengan pertumbuhan
alam, termasuk badannya sendiri atau badan jumlah manusia yang membesar, manusia
orang lain. Namun setelah terjadi proses semakin membutuhkan ketersediaan
industrialisasi pada abad XVIII, pengertian kebutuhan hidup mereka dan lingkungan baru
teknologi mengalami perubahan yang pada yang sesuai untuk dihuni dalam kuantitas dan
pokoknya bertitik tolak dari pengertian kualitas yang bagus pula. Sumber daya
penerapan ilmu bagi kesejahteraan hidup, alampun telah termanfaatkan dan karenanya
yang kemudian oleh Plilip, pengertian itu menimbulkan perubahan-perubahan
diubah sedemikian rupa sehingga teknologi lingkungan, tetapi toh kebutuhan-kebutuhan
dinyatakan sebagai description of art expecially manusia tetap belum terpenuhi. Akhirnya,
the mechanical (Arifin, 1990:4). Sedangkan muncul kesadaran manusia, bahwa dengan
menurut A. Baiquni, teknologi diartikan kondisi lingkungan alam yang demikian,
200

manusia tidak dapat hidup secara layak. 1. Bahwa akan terjadi perubahan yang besar
Manusia harus lebih giat lagi mengembangkan di dalam hampir semua bidang
potensi-potensi akalnya dan menyalurkan kehidupan, dan bahwa perubahan
potensi-potensi tersebut lewat penciptaan tersebut akan berlangsung semakin hari
teknologi agar kesulitan-kesulitan dan semakin terakselerasi.
tantangan yang menghadang kehidupan 2. Bahwa peranan ilmu pengetahuan dan
manusia dapat diatasi. Demikian seterusnya, teknologi akan mengambil posisi yang
kehadiran satu teknologi untuk mengatasi sentral yang langsung mempengaruhi
masalah tertentu, akan disusul oleh kehadiran bukan saja gaya hidup manusia sehari-
teknologi lainnya, yang (dianggap) lebih maju hari, tetapi juga mempengaruhi nilai-nilai
untuk mengatasi persoalan yang baru pula, seni, moral dan agama.
hingga suatu ketika muncul teknologi modern 3. Bahwa pertarungan dan persaingan
di dunia Barat. hidup antara bangsa-bangsa tidak akan
Fenomena seperti itu terjadi secara terbatas di bidang ekonomi saja, tetapi
menonjol berkenaan dengan perkembangan juga di berbagai bidang lainnya, termasuk
teknologi informasi dan komunikasi (ICT). bidang budaya dan ideologi.
Perkembangan teknologi informasi dan 4. Bahwa karena pengaruh ilmu dan
komunikasi telah mengubah berbagai aspek teknologi, nilai-nilai moral dan agama
kehidupan manusia, tak terkecuali dalam akan langsung tercabut dan bukan
bidang pendidikan. Di bidang ini, muncul mustahil akan menimbulkan sistem nilai
istilah e-learning sebagai bentuk penerapan ICT yang berbeda dari apa yang dikenal
dalam pembelajaran oleh para guru. sampai saat ini.
Mengamati apa yang terjadi di lapangan,
tampak bahwa ada variasi tingkat kemampuan Seiring dengan sentralnya peranan Iptek,
guru dalam memanfaatkan ICT untuk perkembangan industri berbasis iptek akan
kepentingan pendidikan/pembelajaran di berkembang dengan cepat. Sementara itu, ada
sekolah/kampus. Sebagian besar guru baru tantangan untuk menghadapi persaingan
menyadari akan pentingnya ICT untuk global. Kemampuan bersaing tersebut amat
pendidikan/ pembelajaran, namun belum ditentukan oleh pendidikan yang bermutu.
berupaya untuk menerapkannya. Sementara, Mutu yang dimaksud bukan hanya dapat
pada sebagian kecil guru lainnya, telah using memenuhi standar nasional, melainkan untuk
ICT to learn, bahkan ada guru yang memenuhi standar internasional agar sumber
mengandalkan penggunaannya dalam daya manusia Indonesia mampu bersaing
pembelajaran, seolah pemanfaatan ICT dengan negara-negara lain selain mampu
tersebut dapat mengatasi semua problem menjadi tuan di negeri sendiri. Oleh karena
pendidikan. itu, materi yang diberikan oleh lembaga
Atas dasar itu, makalah ini akan pendidikan, tidak bisa lagi bersandar pada
membahas tentang tantangan guru pada abad standar lokal maupun nasional, tetapi harus
21, khususnya dalam memanfaatkan teknologi mengarah pada standar internasional.
untuk kepentingan pendidikan. Pertama-tama Atas dasar tantangan demikian, dalam
akan diuraikan secara singkat mengenai memasuki era globalisasi yang menjadi acuan
tantangan guru pada abad 21, kemudian adalah standar internasional agar mampu
dibahas mengenai teknologi, penggunaan, bersaing secara internasional. Lebih lanjut,
serta dampak-dampak/keterbatasannya agar Indonesia dapat mendudukkan diri
dalam pendidikan, serta solusi bagaimana secara bermartabat dalam masyarakat global,
agar pemanfaatan teknologi tersebut tetap pendidikan nasional harus mampu
dapat mengakomodasi dan mempertahankan menciptakan proses pendidikan yang dapat
esensi pendidikan. mengembangkan kemampuan, sikap,
kepribadian dan watak yang sesuai dengan
2. Tantangan Guru Pada Abad 21 tuntutan abad ke-21. Menurut Laporan BSNP
Menurut Winarno Surakhmad (1999:2), tahun 2010 dengan Judul Paradigma
ada empat sifat yang muncul di abad 21 yang Pendidikan Nasional Abad 21 (BSNP, 2010;
mempengaruhi kehidupan dan peradaban Kemdikbud, 2012), pergeseran paradigma
manusia, yaitu: pendidikan abad 21 meliputi:
1. Dari berpusat pada guru menuju berpusat
pada siswa;
201

2. Dari satu arah menuju interaktif; Sejalan dengan adanya dominasi peran
3. Dari isolasi menuju lingkungan jejaring; teknologi dan terjadinya pergeseran
4. Dari pasif menuju aktif menyelidiki; paradigma pendidikan dan pembelajaran
5. Dari maya/ abstrak menuju konteks tersebut, guru sebagai pendidik profesional
dunia nyata; dituntut untuk memiliki sejumlah kompetensi
6. Dari pembelajaran pribadi menjadi abad 21. Dari segi kehidupan dan karier, abad
menuju pembelajaran berbasis tim. 21 menuntut guru untuk fleksibel dan adaptif,
7. Dari luas menuju perilaku khas berinisiatif dan mandiri, memiliki ketrampilan
memberdayakan kaidah keterikatan; sosial dan budaya, dan kepemimpinan dan
8. Dari stimulasi rasa tunggal menuju tanggung jawab. Dari segi pembelajaran dan
stimulasi ke segala penjuru; inovasi, guru harus kreatif dan inovatif,
9. Dari hubungan satu arah bergeser menuju berfikir kritis menyelesaikan masalah, serta
kooperatif. komunikasi dan kolaborasi. Dari segi
10. Dari produksi massa menuju kebutuhan informasi, media dan teknologi, guru harus
pelanggan; melek informasi, melek media, dan melek TIK.
11. Dari usaha sadar tunggal menuju jamak; Uraian tersebut menunjukkan bahwa proses
12. Dari satu ilmu pengetahuan bergeser pembelajaran abad 21 tidak cukup hanya
menuju pengetahuan disiplin jamak; untuk meningkatkan pengetahuan, tetapi
13. Dari kontrol terpusat menuju otonomi harus dilengkapi dengan kemampuan kreatif,
dan kepercayaan; kritis, berkarakter kuat, serta didukung
14. Dari pemikiran faktual menuju kritis. dengan kemampuan memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi.
Sementara itu, menurut Kemendikbud RI
(2013), ada empat ciri abad 21 yang 3. Penggunaan teknologi ICT dalam
berimplikasi pada bidang pembelajaran. Pendidikan
Pertama, tersedianya informasi di mana saja Munculnya teknologi modern, juga
dan kapan saja, berimplikasi bahwa model teknologi informasi dan komunikasi,
pembelajaran diarahkan untuk mendorong berkenaan dengan dinamika masalah
peserta didik mencari tahu dari berbagai kehidupan manusia beserta cara
sumber informasi dan bukan diberi tahu. mengatasinya. Dari segi hakekat dan
Kedua, ciri komputasi, yaitu penggunaan fungsinya, yang diharapkan dari teknologi
mesin yang menyebabkan semuanya menjadi adalah menjadi sarana pembebas dan
lebih cepat, mengharuskan pembelajaran perealisasi segenap potensi manusia (Poerba,
diarahkan untuk mampu merumuskan 1990). Atas dasar itu, yang dimaksud
masalah (menanya) dan bukan hanya penggunaan teknologi (ICT) dalam
menyelesaikan masalah (menjawab). Ketiga, pendidikan dalam konteks ini adalah
ciri otomasi, yang mampu menjangkau semua bagaimana memanfaatkan ICT dalam
pekerjaan rutin, membuat pembelajaran harus pendidikan, sehingga peserta didik benar-
diarahkan untuk melatih berfikir analitis benar mengalami apa yang dimaksud
(pengambilan keputusan) dan berfikir dengan proses pendidikan tersebut, sehingga
mekanistis (rutin). Dan, keempat, ciri berkembang potensinya secara optimal.
komunikasi yang semakin cepat, menuntut Dalam hal penggunaan ICT dalam
pembelajaran menekankan pentingnya pembelajaran, UNESCO (2002), sebagaimana
kerjasama dan kolaborasi dalam dikutip oleh Chaeruman (2008), membedakan
menyelesaikan masalah (Suyanto, 2013:3). pemanfaatan ICT untuk pendidikan dengan
Lebih lanjut, Suyanto menyatakan bahwa oleh ungkapan Learning to use ICT dan Using ICT
karena dalam abad 21 ada banyak alternatif to Learn. Menurutnya, pemanfaatan ICT yang
sumber belajar yang tersedia, maka ciri umumnya terjadi sekarang masih dalam level
pembelajaran abad 21 meliputi: (a) guru bukan learning to use ICT. Artinya, ICT masih
satu-satunya sumber belajar, (b) belajar tidak dipandang sebagai obyek yang dipelajari,
harus di kelas, (c) murid dapat belajar lebih masih menjadi mata pelajaran, belum
dulu sebelum diajar guru, (d) guru berperan menggunakan ICT untuk belajar. UNESCO
sebagai tutor, dan (e) proses pembelajaran membuat kategori pemanfaatan teknologi
berubah dari teaching and learning menjadi (ICT) dalam pembelajaran di sekolah ke dalam
learning and tutoring. empat level, yaitu level emerging, applying,
202

integrating, dan transforming. Pada level memang dapat memberi banyak kemudahan
emerging, seseorang baru menyadari akan dan manfaat, tetapi juga memiliki
pentingnya ICT untuk pembelajaran dan keterbatasan-keterbatasan, bahkan dapat
belum berupaya untuk menerapkannya. Pada berdampak negatif. Mengandalkan
level applying, satu langkah lebih maju dimana sepenuhnya pada penggunaan scaffolding
ICT telah dijadikan sebagai obyek untuk berupa teknologi dalam pembelajaran,
dipelajari (learning to use ICT). Sementara pada misalnya, belum tentu dapat berhasil dan
tahap integrating, ICT telah diintegrasikan ke malah dapat menghilangkan esensi dari
dalam kurikulum (pembelajaran). Sedangkan pendidikan. Hal ini bisa terjadi mengingat
pada level transforming, yang merupakan bahwa tidak semua kompetensi atau
tahap yang paling ideal, ICT telah menjadi pengetahuan dapat disajikan melalui
katalis bagi perubahan/evolusi pendidikan. pemberdayaan ICT secara optimal. Ranah
ICT dilaksanakan secara penuh baik untuk sikap yang merupakan bagian dari esensi
proses pembelajaran (instructional purpose) pendidikan bukan hanya menyangkut transfer
maupun untuk administrasi (administrative pengetahuan, tetapi juga membangun
purpose). kemauan, memberikan keteladanan,
Mestinya, using ICT to learn atau level menanamkan nilai-nilai kebaikan, membina
integrating dan transforming yang seharusnya karakter, menumbuhkan potensi keunikan
menjadi fokus perhatian dalam penerapan ICT setiap anak didik, memberi motivasi, dan
untuk pembelajaran. Alasannya terkait dengan rupa-rupa hidden curriculum yang lain. Hal
tantangan pendidikan abad 21 sebagaimana semacam itu tidak dapat dikembangkan
telah diuraikan. Karakteristik masyarakat abad melalui penerapan ICT (Prawiradilaga, 2008:
21 tersebut dapat dibangun melalui 9).
pemanfaatan ICT untuk pendidikan pada level
3 dan 4, meski bukan berarti level 1 dan 2 4. Mengakomodasi dan Mempertahankan
tidak diperlukan. Esensi Pendidikan
Dalam penerapannya di bidang Mengingat tidak semua kompetensi dapat
pendidikan, teknologi tetap memberi banyak dicapai melalui pemberdayaan ICT, maka
kemudahan dan manfaat. Menurut Laksono penggunaan teknologi tersebut harus disertasi
(2008), teknologi (ICT) mendukung dengan kesadaran untuk tetap
tercapainya hasil pendidikan dan hasil belajar mengakomodasi dan mempertahankan esensi
yang maksimal. Tak bisa dipungkiri ICT pendidikan tersebut. Disertai dengan
makin berperan dalam masyarakat global. kesadaran, dalam arti bahwa dalam usaha
Para pakarpun berpendapat demikian. mengakomodasi dan mempertahankan esensi
Michael Porter, misalnya, menyatakan bahwa pendidikan dilakukan melalui usaha sadar
globalisasi yang bercirikan adanya proses dan terencana, bukan terjadi secara spontan
keterbukaan, perubahan yang cepat, dan iklim sebagai respons atas perilaku siswa yang
kompetisi yang keras, tak bisa dihindari dan negatif.
untuk menghadapinya peran teknologi sangat Sebagai usaha pendidikan, penanaman
strategis. Sementara itu, institusi pendidikan sikap dan nilai hidup merupakan proses, maka
sebagai center of changes dan merupakan mestinya dapat diberikan melalui pendidikan
sumber daya manusia dituntut adaptif, lebih formal dengan direncanakan dan dirancang
inovatif, dan kreatif dalam menyiapkan secara matang (Suparno, 2002:62).
kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan Direncanakan dan dirancang tentang nilai-
lingkungan global (Peter F. Drucker). Selain nilai apa saja yang akan diperkenalkan, dan
itu, melalui penerapan teknologi (ICT) di metode serta kegiatan apa yang dapat
samping dapat menumbuhkan wawasan digunakan untuk menanamkan nilai-nilai
global peserta didik, juga dapat mengurangi tersebut. Nilai-nilai yang akan ditawarkan dan
GAP antara hasil pendidikan dengan tuntutan ditanamkan kepada siswa harus dilaksanakan
eksternal. secara bertahap sesuai dengan tugas dan
Akan tetapi, sarana seperti halnya ICT perkembangan kejiwaan anak. Lickona
memang tidak ada yang sempurna. Teknologi (2013:75), menekankan pentingnya
yang semula diharapkan menjadi sarana diperhatikan tiga unsur dalam menanamkan
pembebas dan perealisasi potensi-potensi nilai moral supaya berhasil, yaitu unsur
manusiawi, tidak dapat sepenuhnya pengertian, perasaan, dan tindakan moral.
menjalankan peranan itu. Teknologi ICT
203

Ketiga unsur itu saling berkaitan. Ketiga unsur penting pula dalam aktivitas pendidik. Dalam
itu perlu diperhatikan, supaya nilai yang aktivitas pendidik, keenam hal tersebut
ditanamkan tidak tinggal sebagai pengetahuan (subyek didik, pendidik, tujuan, isi
saja tetapi sungguh menjadi tindakan pendidikan, metode pendidikan dan situasi
seseorang. Menurut Muhadjir (1997), lingkungan) membentuk pola interaksi atau
seseorang bisa disebut pendidik apabila saling mempengaruhi, namun faktor
seseorang tersebut disamping memiliki integratifnya terutama terletak pada pendidik
pengetahuan lebih, juga mampu dengan segala kemampuan dan
mengimplisitkan nilai dalam pengetahuan itu keterbatasannya.
dan bersedia menularkan pengetahuan beserta Pada tingkat sekolah, agar pola interaksi
nilainya kepada orang lain. Sementara semacam itu dapat tercipta, menuntut
menurut Depdiknas (2003), proses perubahan paradigma pendidikan, dari
pembelajaran harus dilandasi oleh prinsip paradigma pendidikan mekanik ke paradigma
mengembangkan beragam kemampuan yang pendidikan organik (Zamroni, 2007:93). Dalam
bermuatan nilai. Manusia adalah penghayat paradigma pendidikan mekanik, sekolah
nilai, kata Koesoema (2012: 49), seperti halnya menggunakan organisasi tradisionil, dengan
peserta didik, yang hidup, tumbuh, dan model komando dan kontrol. Menurut model
berkembang dalam suatu komunitas, sehingga ini, individu harus melaksanakan perintah
mereka perlu dibekali bukan hanya yang dikomandokan dari pucuk pimpinan.
pengetahuan, tetapi juga nilai-nilai dan sikap- Seluruh kebijakan dan pemikiran terletak pada
sikap hidup yang dianut dan diyakini pucuk pimpinan, yang sepenuhnya memiliki
masyarakatnya. Tujuan pendidikan nilai, hak-hak untuk mengambil keputusan. Dalam
menurut UNESCO (1994), meliputi tindakan hal ini, guru lebih sebagai aparat birokrat,
mendidik yang berlangsung mulai dari usaha yang dikontrol dan dikendalikan dari atas.
penyadaran nilai sampai pada perwujudan Kepatuhan atas pedoman, petunjuk, dan
perilaku-perilaku yang bernilai. pengarahan dari atas merupakan ciri guru
Agar tujuan pendidikan nilai seperti itu yang baik. Dengan demikian, kekuasaan
dapat terwujud, maka tak cukup hanya sekolah berada di luar sekolah. Kepala
dengan mengandalkan teknologi informasi sekolah, guru, apalagi peserta didik dan orang
dan komunikasi dalam pembelajaran. Interaksi tua mereka, tidak memiliki kekuasaan
intersubyektif edukatif antara peserta didik terhadap penyelenggaraan sekolah. Kepala
dan pendidik, antara peserta didik dengan sekolah dan guru, sekedar kepanjangan aparat
sumber belajar, dalam situasi pendidikan birokrat di atasnya.
untuk mencapai tujuan pendidikan tetap Berbeda dengan itu, dalam paradigma
diperlukan. Interaksi edukatif ini menjadi inti pendidikan organik sekolah dipandang
dari pendidikan sekolah, dan berlangsung sebagai organisasi yang bersistem organik.
secara terencana dan dilaksanakan secara Sebuah sekolah dipandang sebagai gabungan
sistematis untuk mencapai tujuan tertentu. dari berbagai interaksi, baik akademik
Suatu interaksi disebut interaksi edukatif maupun non akademik, yang harus dikelola
apabila interaksi tersebut secara sadar dengan baik. Tujuannya adalah untuk
dilakukan dalam rangka mencapai tujuan mengembangkan peserta didik secara utuh,
yang bersifat mendidik. Dalam aktivitas baik kemampuan intelektual, personal
pendidikan yang berujud interaksi di atas, maupun sosial. Dalam paradigma pendidikan
proses mencapai tujuan selalu ditempuh organik semangat dan motivasi untuk
melalui suatu media berupa bahan atau isi mencapai prestasi, dibangun melalui interaksi
pendidikan dan melibatkan pula suatu pendidikan. Inti dari interaksi pendidikan
prosedur atau cara yang dipakai pendidik dan adalah interaksi formal guru dengan peserta
peserta didik agar pencapaian tujuan tersebut didik dalam proses belajar mengajar.
dapat lebih efektif dan efisien. Kemudian Meskipun interaksi tersebut merupakan
setiap interaksi edukatif selalu berlangsung di interaksi akademik, tetapi tidak bisa
dalam ruang dan waktu tertentu atau dalam dipisahkan dari interaksi non-akademik,
situasi lingkungan tertentu. Situasi lingkungan sehingga sekolah harus mengelola keutuhan
ini berpengaruh terhadap usaha pencapaian dari seluruh interaksi tersebut, demi
tujuan, sehingga harus dipertimbangkan perkembangan peserta didik. Kepala sekolah
bahkan dimanfaatkan oleh pendidik. Karena berperan mendorong, mengembangkan dan
itu faktor situasi lingkungan merupakan faktor mengorganisir keseluruhan proses interaksi
204

serta mengelola energi yang dihasilkan dari Knapp, L.R. dan Glenn, A.D. Restrucuring
proses interaksi tersebut untuk diarahkan Schools with Technology. Boston: Allyn
demi kemajuan sekolah. and Bacon.
Jadi, menggunakan topangan teknologi Koesoema, D. (2012). Pendidikan karakter utuh
ICT dalam pembelajaran tetap harus dan menyeluruh. Yogyakarta: Penerbit
mengakomodasi dan mempertahankan esensi Kanisius.
pendidikan melalui peningkatan intensitas
Lickona, T. (2013). Pendidikan Karakter.
interaksi intersubyektif edukatif manusiawi.
Bandung: Nusa Media.
Bila tidak, akumulasi dampak negatif jangka
panjang dari penggunaan topangan teknologi Mangunwijaya (Editor). 1987. Teknologi dan
dalam pendidikan, akan sangat besar. Kita Dampak Kebudayaannya. Jakarta: Yayasan
mungkin justru akan kehilangan hal yang Obor Indonesia. Volume 1.
penting dalam pendidikan. Fenomena Mangunwijaya (Editor). 1987. Teknologi dan
reduksionisme dalam pendidikan, yang Dampak Kebudayaannya. Jakarta: Yayasan
bertumpu pada buku ringkasan materi plus Obor Indonesia. Volume 2.
soal-soal latihan yang sepertinya sudah Muhadjir. (2003). Ilmu pendidikan dan perubahan
menggejala dan membudaya, mungkin sosial. Yogyakarta: Penerbit Rake Sarasin.
menunjukkan telah semakin hilangnya esensi
Prawiradilaga, D.S., Ariani,D., dan Handoko,
pendidikan.
H. 2013. Mozaik Teknologi Pendidikan e-
Membangun kesadaran, meningkatkan
learning. Jakarta: Prenada media Group.
kompetensi, dan menumbuhkan kemauan
pada guru untuk memanfaatkan ICT Pujiriyanto. 2012. Teknologi Pengembangan
pembelajaran secara optimal, sekaligus media dan Pembelajaran. Yogyakarta:
mengakomodasi dan mempertahankan esensi UNY
pendidikan, menjadi upaya strategis yang Supardan. 1991. Ilmu, Teknologi, dan Etika.
harus dilakukan. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.
Suparno, et al.(2002). Pendidikan Budi Pekerti di
DAFTAR PUSTAKA Sekolah. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Ikatan Profesi Teknologi Pendidikan Yusufhadi Miarso. 2004. Menyemai Benih
Indonesia. 2008. Belajar dengan Teknologi Teknologi Pendidikan. Jakarta: Prenada
Menuju Masyarakat Berpengetahuan. Media Group.
Jakarta: Konggres VI dan Seminar
Nasional.
205

KEBIJAKAN PENDIDIKAN
MEMPERSIAPKAN PENDIDIKAN INDONESIA MENUJU ABAD 21
Zamroni
Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta

Apabila kita melaksanakan kehidupan lain seperti ilmu pengetahuan,


pembelajaran saat ini sebagaimana budaya, sosial dan ekonomi, masyarakat
kita melaksanakan pembelajaran di mengalami perkembangan yang amat sangat
masa lalu, cepat. Perubahan sosial dan ekonomi,
berarti kita merampas masa depan khususnya telah membawa pembaharuan
mereka ekonomi mikro dan perubahan tenaga kerja
( John Dewey ) baik struktur maupun kualifikasinya. Terjadi
pergeseran produktivitas ekonomi nasional
Change is the only constant. dari penentuan ekonomi makro kearah
(Heraclitus, Greek philosopher) penentuan oleh produktivitas ekonomi mikro
(Harrison, Lawrence, E. And Huntington,
1. Pendahuluan Samuel, P., 2000). Fondasi ekonomi mikro
untuk mampu bersaing adalah: strategi dan
Dunia terus berubah, dan akan terus
operasi perusahaan yang canggih, dan,
berubah dan perubahan akan semakin cepat,
lingkungan ekonomi yang sesuai, seperti
dan amat cepat sekali. Begitu cepat perubahan
peraturan, permintaan lokal, logistik dan
sehingga kita tidak sadar bahwa diri kita
pelayanan teknologi. Hanya dengan
sendiripun telah berubah pula. Tiada yang
perusahaan yang dapat beroperasi lebih
tidak berubah kecuali perubahan itu sendiri.
produktiflah ekonomi nasional suatu bangsa
Pendidikan sebagai bagian dari kehidupan
akan dapat berkembang.
harus pula ikut berubah apabila diinginkan
Ekonomi mikro ini memiliki karakteristik
pendidikan tetap memegang peran penting
adalah sebagai berikut:
dalam perubahan itu. Perubahan yang terjadi
a. Senantiasa mendorong inovasi.
amat penting bagi pendidikan, karena
b. Menekankan pada persaingan yang sehat.
pendidikan merupakan suatu proses
c. Menekankan akuntabilitas.
mempersiapkan pesertadidik untuk bisa hidup
d. Memiliki standard regulatori yang tinggi.
terhormat dan bermartabat di masa depan.
e. Investasi pada kemampuan dan teknologi
Perubahan yang cepat menyebabkan masa
modern merupakan keharusan.
depan tidak lagi dapat dideskripsikan dengan
f. Pekerja adalah aset perusahaan.
jelas. Gambar masa depan buram lagi kabur.
g. Membisa akan kerja dalam kelompok-
Tanpa dengan gambaran masa depan yang
kelompok.
jelas, amat sangat sulit bagi pendidikan dapat
h. Melakukan kolaborasi sesuai dengan
memainkan peran dan tugasnya dengan baik
kebutuhan.
dan benar. Oleh karena itu, dengan segala
keterbatasan yang ada, merupakan suatu Perubahan sosial, ekonomi, kultural dan
keharusan bagi dunia pendidikan untuk berbagai aspek kehidupan masyarakat yang
mempersiapkan suatu kebijakan pendidikan lain akan menyebabkan kehidupan
yang dapat meningkatkan relevansi antara masyarakat semakin beranekawarna,
bagaimana pesertadidik hidup di masa depan kompleks dan penuh dengan ketidakpastian.
dan bagaimana pesertadidik harus belajar saat Kehidupan keluarga dalam arti bentuk, sifat
sekarang ini. Untuk itu menggagas masa dan dinamika kehidupan akan berubah pula.
depan masyarakat dan masa depan Transformasi kehidupan keluarga tidak dapat
pendidikan merupakan suatu keperluan dihindari.
pokok. Karakteristik masyarakat abad 21 yang
lain adalah: a)masyarakat yang memiliki
2. Masyarakat Abad 21 watak inovasi yang tinggi, b)warga
masyarakat memiliki kesadarabn dan
Sejalan dengan kemajuan di bidang
mengaplikasikan hidup sehat dalam
teknologi yang mempengaruhi aspek
206

kehiduapn sehari-hari, c)memiliki daya Sistem dan praktik pendidikan yang selama ini
tumbuh secara terus menerus, d)bersifat ada tidak akan lagi dapat memfasilitasi
terbuka dan dengan kontak hubungan antar kehidupan masyarakat abad 21.
warga yang sangat intens, e)memiliki sifat
fleksibel dan adaptable yang tinggi, f)warga 3. Orientasi Pendidikan Abad 21
masyarakat memiliki tanggung jawab yang
Pendidikan seantiasa harus sesuai dengan
besar, g)warga masyarakat memiliki kesatuan
kebutuhan masanya. Sebagaimana layaknya,
antara kehidupan, belajar, bekerja dan
pekerjaan akan menjadi baik dan hasilnya
bersenang-senang, dan, h)tetap menunjung
mendekati sempurna manakala pekerjaan
tinggi tradisi, adat istiadat dan berbagai ritual.
tersebut memiliki substansi, cara dan
Salah seorang pemikir pendidikan untuk
peralatan yang dipakai sesuai dengan
abad 21, Bruce Jilk (1998), mendeskripsikan
kemajuan yang ada. Hal ini berlaku pula
gambaran masyarakat pembelajaran sebagai
untuk pendidikan. Kualitas pendidikan
berikut:
ditentukan oleh subtansi, cara dan peralatan
a. Memiliki berbagai latar belakang
yang dipergunakan dalam proses pendidikan.
pembelajaran yang terpadu dalam suatu
Manakala subtansi, cara dan peralatan tidak
jaringan.
sesuai dengan kemajuan zaman, proses dan
b. Batas batas berbagai latar belakang
hasil pendidikan tidak akan berkualitas, lagi
pendidikan menipis.
tidak relevan dengan kebutuhan masanya.
c. Menimbulkan suata rasa identittas diri
Jaminan kualitas sangat ditentukan oleh
dan tempat.
relevansu subtansi, cara dan peralatan yang
d. Mendorong interaksi dan komuniaksi
digunakan dalam proses pendidikan dengan
antara peserta pembelajaran.
kemajuan teknologi masa kini.
e. Mengadopsi dan adaptasi secara cepat
Orientasi pendidikan abad 21 memiliki
berbagai kebutuhan belajar.
arah mengembangkan masyarakat pembelajar
f. Menampung berbagai perbedaan dari
sepanjang hayat masih dikandung badan.
peserta pembelajaran.
Penjabaran orientasi ini adalah dengan
g. Menyediakan kebutuhan belajar, baik
keberadaan pelayanan pendidikan yang
umum maupun khusus.
memiliki jangkaun dimana warga bangsa
Dalam kaitan dengan pendidikan,
berada, apapun status sosial mereka,
masyarakat abad 21 merupakan masyarakat
latarbelakang budaya dan bahasa apa saja,
pembalajaran atau Learning community dimana
pada umur berapapun juga, dan kebutuhan
setiap warga masyarakat menghargai dan
belajar apa saja terlayani oleh sistem
menilai tinggi belajar, serta menempatkan
pendidikan yang ada. Kondisi ini sangat
belajar sebagai kebutuhan pokok. Oleh karena
dimungkinkan dengan pemanfaatan teknologi
itu, bagi warga masyarakat pembelajaran,
modern. Baik dalam arti teknologi modern
belajar merupakan kebutuhan pokok bagi
dimanfaatkan dalam pelayanan pendidikan,
siapa saja, dimana saja dan kapan saja. Belajar
juga dalam arti pesertadidik memiliki
merupakan kebutuhan pokok sepanjang
kemampuan untuk memanfaatkanya teknologi
massa, selama hayat masih di kandung badan,
modern, dimana dan kapanpun.
selama itu pula masih memerlukan belajar.
Orientasi pendidikan abad 21 juga
Kehidupan sosial ekonomi masyarakat
menekankan relevansi antara apa yang
didasarkan atas fondasi ilmu pengetahuan,
dipelajari pesertadidik atau pembelajar
kebajikan dan ketrampilan. Disamping itu,
dengan kebutuhan masyarakatnya. Kebutuhan
budaya untuk selalu menjadi lebih baik
ini bisa bersifat kebutuhan ekonomi, sosial
merupakan fondasi yang lain. Masyarakat
maupun kebutuhan yang lain. Sekolah
pembelajaran akan terus berkembang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari
manakala ditopang oleh dinamika
masyarakatnya. Pelaksanaan orientasi ini akan
pembelajaran yang berlangsung di sekolah,
menghadirkan suatu kondisi masyarakat full
tempat kerja dan keluarga. Dalam kaitan ini
employment, perkembangan masyarakat tanpa
pelayanan pendidikan yang merata yang
ada pengangguran.
dapat dinikmati oleh siapa saja warga
Orientasi Visi pendidikan abad 21
masyarakat memiliki makna yang amat
dijabarkan kedalam semangat kultur
penting.
berkemajuan dalam kehidupan bangsa. Baik
Kondisi yang sedemikian ini menuntut
kalangan birokrat maupun rakyat memiliki
pelayanan pendidikan yang semakin tinggi.
207

prinsip terus bergerak dari waktu kewaktu Gambar 1 menunjukan bahwa proses
dengan keadaan lebuh baik. Hari ini lebih pembelajaran berlangsung dan menjadi
baik dari kemarin, hari esuk lebih baik dari kebiasaan dalam kehidupan masyarakat.
hari ini. Penjabaran dari orientasi ini adalah Warga masyarakat tidak pernah ada waktu
dengan kebiasaan melakukan monitoring, tanpa pembelajaran. Dalam prosess
refleksi dan mempertanyakan what next. Ini pembelajaran tersebut warga masyarakat
pula memiliki arti, segala sesuatu informasi senantiasa mamadukan antara pembelajaran
sepanjang memungkinkan akan ditransfer dan lewat pendidikan formal dan pendidikan non-
disimpan ke dalam data kuantitatif, yang formal. Karena kebutuhan pendidikan
bersifat netral, obyektif dan universal. semacam ini, maka akan muncul berbagai
Perencanaan, eksekusi dan monitoring bentuk pelayanan baru dalam pendidikan.
evaluasi mempergunakan data ini. Praktik pendidikan berdasarkan orientasi
Orientasi pendidikan abad 21 ini didesain untuk menghasilkan output
menekankan pada proses dan hasil dengan karakteristik sebagai berikut:
pendidikan yang utuh (the whole person). a. Memahami pengetahuan mata pelajaran
Penjabaran dari visi ini proses pembelajaran yang mendalam dengan dasar
bervariasi namun memiliki sifat integrasi, penguasaan konsep yang kompleks.
dengan sumber belajar yang juga bervariasi. b. Mengkaji secara secara kritis apa yang
Penjabaran orientasi ini akan menghasilkan dipelajari.
berbagai sumber baru pembelajaran yang c. Bekerja secara kreatif berdasarkan konsep
selama ini tidak pernah muncul dalam sistem mengembangkan gagasan-gagasan baru,
pendidikan kita. teori-teori baru, produk-produk baru dan
Orientasi pendidikan abad 21 terakhir pengetahuan barumemiliki kemampuan
adalah penekanan pada kebersamaan, untuk menemukan permasalahan,
kerjasama dan kolaborasi. Baik perencanaan pertanyaan dan fenomena baru serta
dan proses serta kualitas hasil senantiasa memecahkannya.
menekankan pada kebersamaan. Penjabaran d. Menyampaikan gagasan dan pikiran
orientasi ini adalah dalam setiap interaksi dengan jelas runtut dan rinci, baik secara
pembelajaran menekankan pada kerjasama verbal maupun tulis dengan
dan kolaborasi. Orientasi mungkin saja bersifat menggunakan berbagai media.
individual, tetapi proses tetap menekankan e. Menganalisis dan mengintegrasikan
kerjasama kelompok. berbagai konsep dari berbagai mata
Orientasi pendidikan abad 21 ini akan pelajaran kedalam suatu bentuk baru
melahirkan praktik pendidikan dimana antara yang bermakna
pendidikan formal dan non-formal menyatu f. Menghargai dan menghormati berbagai
dalam kehidupan pendidikan informal. kelompok yang berbeda pendapat dan
Kehidupan masyarakat merupakakan yang memiliki latar belakang berbeda .
pembelajaran, dalam pembelajaran tersebut Melaksanakan learning how to learn.
antara formal dan non-formal senantiasa g. Memegang teguh dan mengaplikasikan
berinteraksi secara dinamis. Kondisi ini etika dalam kehidupan bermasyarakat,
ditunjukan dengan gambar 1, berikut. berbangsa dan bernegara.

GAMBAR 1 ORIENTASI PENDIDIKAN 4. Realitas Pendidikan Dewasa Ini.


Sudah barang tentu orientasi dan praktik
pendidikan dewasa ini, khususnya pendidikan
di Indonesia jauh berbeda dengan praktik dan
orientasi pendidikan abad 21 sebagaimana
diuraikan diatas. Sistem dan praktik
FORMAL NON FORMAL
pen
PENDDK
INFORMAL
pendidikan Indonesia dewasa ini berada
dalam kondisi yang memprihatinkan yang
dapat diidentifikasi mengandung tiga
kelemahan mendasar. Yakni,
a. Sekolah tidak sensitif dengan perubahan
yang berlangsung di masyarakatnya,
karena sistem pendidikan terkonsentrasi
208

pada upaya mencapai keberhasilan dalam tidak terlalu relevan dengan program
ujian nasional. studinya. Kurikulum yang semestinya
b. Pendidikan tidak mampu melakukan memiliki pandangan jauh kedepan, menjadi
perubahan sesuai degan kebutuhan kurikulum dengan pandangan kekinian.
tenaga kerja dan sekolah tidak mampu Sudah barang tentu akibatnya out put
mempersiapkan para siswa dengan pendidikan memiliki kemampuan jauh dari
kebutuhan ketrampilan yang mereka yang diharapkan oleh pasar tenaga kerja.
perlukan dalam bekerja. Disamping itu, peran lulusan sekolah di
c. Kesalahan dalam pemberian kebebasan. bidang sosial kultural kemasyarakatan juga
lemah, karena memang tidak dipersiapkan
Dengan segala kekurangan yang untuk itu.
terkandung didalamnya, ujian nasional juga Kelemahan sistem dan praktik
memiliki berbagai kelebihan. Serupa pula pendidikan yang ketiga adalah pemerintah
dengan ujian sekolah yang mengandung salah dalam memberikan kebebasan.
berbagai kelemahan dan sekalgus kelebihan. Mestinya, kebebasan diberikan kepada sekolah
Jadi dibandingkan antara satu dengan yang dan guru untuk menjabarkan dan
lain, kedua sistem evaluasi akhir tersebut sama mengoperasionalkan kebijakan yang telah
saja. Artinya, tidak ada manfaat dan ditetapkan. Guru diberikan kebebasan untuk
relevansinya membicarakan atau mengkritik melaksanakan pembelajaran, termasuk
sistem ujian nasional. melakukan evaluasi keberhasilan pesertadidiki
Permasalahan yang perlu untuk dikaji dalam mengikuti pembelajaran sbagaimana
adalah pada tataran implementasi sistem ujian diamanatkan oleh Undang-Undang. Namun,
nasional dalam sistem pendidikan Indonesia. kebebasan yang diperlukan sekolah dan guru
Jadi sekali lagi bukan sistem ujian nasionalnya, tersebut tidak diberikan secara tulus. Perlu
melainkan implementasi UN yang keliru. disebut secara tulus, karena kepada sekolah
Kekeliruan yang amat mendasar adalah telah diberikan Kurikulum Tingkat Satuan
senantiasa mengkaitkan, bahkan mewajibkan Pendidikan (KTSP), tetapi dalam praktik
hasil nilai UN sebagai syarat mutlak untuk sekolah dan guru tetap saja tidak memiliki
memasuki jenjang pendidikan diatasnya. kebebasan, karena KTSP berubah memiliki arti
Kesalahan ini amat fatal, sehingga ujian Kurikulum Terserah Sama Pusat. Namanya
nasional menjadi segala-galanya dalam praktik Tingkat Satuan Pendidikan, tetapi harus
pendidikan. Bahkan, sampai-sampai karena mengikuti kemauan pusat, demi keseragaman
begitu semangatnya, dan merupakan salah nasional.
satu citra lembaga, terdapat pemerintah Justru yang mengherankan kebebasan
propinsi yang diberbagai jenjang mulai dari kepada keluarga diberi untuk memilih sekolah
tingkat propinsi sampai sekolah dibentuk tim bagi putra putrinya, dengan didasarkan hasil
sukses ujian nasional. Sudah barang tentu UN. Kebijakan pemberian kebebasan keluarga
satuan tugas tim sukses tersebut bisa memiliki untuk memilih sekolah ini barangkali hanya
makna baik dan sekaligus makna buruk. terjadi di negara kita. Di Negara lain, kemana
Tergantung apa yang dilakukan tim sukses anak sekolah ditentukan oleh pemerintah
tersebut. berdasarkan domisili keluarga. Sehingga anak
Kelemahan ke dua erat adalah berkaitan akan sekolah di tempat yang paling dekat
dengan sistem pendidikan yang terlalu kaku dengan tempat tinggalnya. Kebijakan
terpaku pada struktur yang ada. Sudah era pemberian kebebasan keluarga memilih
school based management, namun tetap saja sekolah ini memiliki dampak yang sangat
suatu kebijakan kalau belum ada juklak dan tidak menguntungkan. Yakni, a) di kota-kota
juknis tetap saja tidak akan berjalan. Watak besar keluarga harus mengeluarkan beaya
strukturalis ini tidak saja berpengaruh pada transportasi, karena sekolah jauh dari tempat
apa yang berkaitan dengan manajemen, tetapi tinggal. b)Dikota-kota besar anak harus
juga berkaitan dengan kurikulum. Akibatnya, kehilangan banyak waktu untuk perjalanan
Di Perguruan Tinggi kurikulum suatu prodi dari tempat tinggal ke sekolah. c)Banyak anak
bisa saja tidak optimal dan tidak fokus, karena dari keluarga kurang mampu terpaksa tidak
harus memuat kurikulum lembaga universitas, menyekolahkan anak-anaknya karena tidak
lembaga fakultas dan lembaga jurusan, dan mampu menyediakan uang untuk
sebagainya. Sedangkan makna kurikulum transportasi. Disini sekolah gratis tidak releva
yang bersifat kelembagaan tersebut sering kali lagi. d)Sekolah secara moral tidak lagi menajdi
209

bagian dari masyarakatnya. Karena para siswa mengikuti pendidikan formal, mereka merasa
yang sekolah di suatu sekolah sebagian besar tahu dan faham tentang pendidikan, sehingga
datang dari tempat yang jauh. e)Muncul manakala menjadi pejabat bisa menentukan
fenomena sekolah favorit yang berlebih- bagaimana pendidikan harus dilaksanakan.
lebihan. Kondisi ini mempersulit perpindahan Bisa dibayangkan bagaimana jadinya kalau
rotasi pendidik, khususnya. Akibatnya, orang yang sering berobat ke doktetr juga
kesenjangan mutu antar sekolah semakin lama merasa pengalaman dan merasa memiliki
semakin tinggi. Pemerintah tidak bisa berbuat kemampuan melakukan pengobatan dan
apa-apa. f)Berarti pemerintah telah melupakan kemudian melakukan praktik pengobatan.
prinsip keadilan dalam pelayanan pendidikan. Oleh karena itu, selama ini nyaris bangsa kita
Orang kaya mendapatkan kesempatan belum pernah memiliki orientasi dan praktik
menyekolah anak-anaknya di sekolah yang pendidikan yang benar dan relevan dengan
berkualitas sehingga masa depan anaknya kebutuhan bangsanya. Sebagai contoh
terjamin, sebaliknya keluarga miskin tidak bagaimana sampai ada kebijakan untuk
mampu menyekolahkan anak-anaknya di memperbesar porsi lulusan SMK di satu sisi
sekolah yang bermutu sehingga masa depan dan mengecilkan porsi lulusan SMA di sisi
anaknya tidak menjamin. Maka lahirlah, lain. Sedangkan, di seluruh belahan bumi yang
fenomena sekolah merupakan awal stratafikasi lain justru porsi lulusan SMk semakin kecil,
sosial. Muncul pulalah inter-gerenaration sosial dan bahkan banyak negara yang mengarahkan
stratification. Dengan kata lain, peran sekolah orientasi pendidikan sekolah komprehensif
sebagai sarana sosial mobility lenyap. tidak lagi mengenal sekolah kejuruan. Namun
Kelemahan ke empat sistem dan praktik pada jenjang diatas sekolah menengah,
pendidikan Indonesia adalah menempatkan pendidikan kejuruan di kembangkan. Jadi
tiga tipe pendidikan tidak secara padu: yakni bukan SMK yang dikembangkan. melainkan
pendidikan formal, non-formal dan SMK Tinggi, yang sifatnya mengikuti ke
pendidikan informal. Memang Undang- butuhan pasar tenaga kerja jangka pendek.
Undang Sistem Pendidikan Nasional Sehingga program SMK Tinggi ini, buku-tutup
menjamin kemungkinan adanya perpindahan berubah-ubah sesuai dengan permintaan
diantara ketiga tipe pendidikan diatas. pasar.
Namun, sayangnya pemerintah terlalu Namun patut dicatat, kesalahan awal
menekankan pada pentingnya pendidikan para pengambil kebijakan pendidikan adalah
formal dan sebaliknya terlalu mengabaikan berawal dengan mengkerdilkan fungsi
pendidikan non-formal, apalagi pendidikan in- pendidikan hanya sekedar sebagai sarana
formal. Kelemahan pendidikan ini merupakan untuk mempersiapkan tenaga kerja.
pencerminan orientsi pendidikan untuk Akibatnya, cara pandang dan seluruh
berperan sebagai engine of growth dari pada kebijakan pendidikan diarahkan bagaimana
berperan sebagai suatu agent for eradication of lulusan bisa masuk pasar tenaga kerja. Para
poverty. Maka tidak mengherankan kalau pengambil kebijakan tidak mau dan tidak bisa
peningkatan pendidikan warga bangsa tidak memahami bahwa masalah kesempatan kerja
selalu diikuti dengan pengurangan angka bukan masalah pendidikan, melainkan domain
kemiskinan penduduk. dunia ekonomi. Selama investasi tidak optimal
Sebagai dampak dari kelemahan sistem dan selama arah pengembangan ekonomi
dan praktik pendidikan ini di satu sisi, dan di bersifat capital intensif, maka selama itu pula
sisi lain sifat ekspansi ekonomi yang bersifat dunia ekonomi tidak akan mampu
liberalis- capital intensif, mengakibatkan menciptakan kesempatan kerja yang sepadan
kemajuan ekonomi dan kemajuan pendidikan dengan suplai tenaga kerja yang dihasilkan
diikuti justru diikuti dengan perluasan oleh pendidikan. Ancaman potensi
pengangguran, termasuk pengangguran pengangguran menjadi realitas.
terdidik. Disamping itu, terdapat kesalahan dalam
Pola pikir dan cara pandang pengambil aspek politik. Di banyak negara jabatan
kebijakan pendidikan di Indonesia amat menteri adalah jabatan politik, yang biaa
keliru. Hal ini dikarenakan mereka para dipegang oleh siapapun asal memiliki
pengambil kebijakan pendidikan tidak kemampuan manajemen, khususnya
memiliki pemahaman atas pendidikkan yang manajemen politik. Namun di negara-negara
benar, baik orientasi, sistem dan praktik tersebut, seorang menteri tidak akan pernah
pendidikan. Di Indonesia, orang yang pernah merombak pejabat birokrasi pemerintah yang
210

merupakan karier, yakni jabatan direktur Disinilah, kerusakan birokrasi pendidkan


jenderal kebawah. Merekalah sebagai mesin melembaga dan menjalar kemana-mana.
kementerian yang secara profesional Hasilnya, efektivitas dan efisiensi birokrasi
senantiasa siap melaksanakan arahan dari pendidikan rendah.
pemegang kendali. Hal ini sungguh berbedaa Secara umum, karena tidak semua
dengan yang terjadi di negara kita dimana dibahas dalam makalah ini, kedua orientasi
seorang menteri baru akan merombak jajaran pendidikan tersebut, abad 20 dan abad 21,
birokrasi dibawahnya. Artinya, terjadi dapat dibandingkan sebagaimana table
politisasi birokrasi negara. Dan, sudah barang dibawah.
tentu kondisi ini terjadi pula pada lembaga
pemerintah dibawahnya: propinsi dan daerah.

Table 1. Perbandingan Orientasi Pendidan Abad 20 Dan Abad 21


SUMBER: Education & CompetitivenessCompetitiveness. A Resource and Policy
Guide. New York, NY: Partnership for 21st century skills

ORIENTASI PENDIDIKAN ABAD 21 ORIENTASI PENDIDIKAN ABAD 21

Disiapkan untuk usia tertentu Disiapkan untuk semua usia


Berlangsung ditempat terisolir Berlangsung ditempat terbuka
Mempergunakan kapur, spidol, papan Menggunaka ICT
Berpusat pada pendidik Kontrol ada pada peserta pembelajaran
Kurikulum local dan nasional Kurikulum local, nasional dan global
Sumber utama pembelajaran buku teks Sumber utama pembelajaran adalah kehidupan
dan lingkungan
Sumber pembeyaaan utama dari pemerintah Sumber utama pembeayaan bersama

Menekankan pada saling ketergantungan dan Menekankan pada bekerjasama dan


kompetisi berkolaborasi
Pendidikan untuk mempersiapkan kehidupan di Pendidikan adalah kehidupan itu sendiri
masa depan
Waktu khusus dan tertentui Waktu bersifat umum dan terbuka
Kelas merupakan auditorium Kelas merupakan laboratorium
Guru sebagai satu-satunya sumber ilmu Banyak sumber ilmu, guru sebagai fasilitator

merupakan proses penyiapan tenaga kerja


5. Kebijakan Transformasi Pendidikan menjadi suatu proses dimana setiap
pesertadidik mendapatkan kesempatan yang
Kebijakan merupakan sesuatu yang akan
setara guna mengembangkan potensi diri
dilakukan ataupun tidak akan dilakukan oleh
secara optimal. Dengan demikan pendidikan
pemerintah berkaitan dengan sesuatu masalah
tidak sekedar abdi dari dunia ekonomi, untuk
yan dihadapi. Menghadapi masa depan, abad
mempersiapkan pesertadidik menguasai
21, sesuatu yang akan dilaksanakan ataupun
ketrampilan yang dibutuhakn oleh dunia
tidak akan dilaksanakan di dunia pendidikan
kerja.
oleh pemerintah merupakan kebijakan
Kedua, orientasi pendidikaan
pendidikan. Kebijakan merupakan salah satu
mengarahkan perannya sebagai agent for
penjabaran dari orientasi pendidikan yang
eradicating of poverty, bukan sekedar untuk
dimiliki oleh suatu bangsa.
agent of growth. Orientasi ini harus terjabarkan
Orientasi pendidikan merupakan
dalam kebijakaan pendidikan dan alokasi
keyakinan dan fondasi akan apa peran
anggaran pendidikan.
pendidikan dan gambaran masa depan yang
Ketiga, orientsi pendidikan mewujudkan
akan disumbangkan oleh pendidikan kepada
keseimbangan, keserasian dan keterpaduan
bangsanya. Pertama, bagi Indonesia
antara pendidikana formal, non formal dan
diperlukan pergeseran dari pendidikan
informal.
211

Berdasaarkan orientasi pendiikan diatas, pendidikan Indonesia, untuk membahas


maka perlu dirumuskan kebijakan pendidikan dan menentukan kebijakan nasional
Indonesia sebagai berikut. pendidikan yang strategis. Sehingga
penentuan kebijaka pendidikan yang
6. Sasaran dan target Kebijakan Jangak statregis bukan monopoli birokrat
Pendek: pendidikan, tetapi juga ada partisipasi
a. Menciptakan kondisi dimana para pedagog dan ekpertise dan birokrat
pesertadidik, pendidik, birokrat di luar pendiikan.
pemerintah dan warga masyarakat tidak
8. Sasaran dan target kebijakan jangka
hanya terjebak dalam pemikiran dan
menengah:
kegiatan pendidikan hanya untuk
menghadapi ujian nasional. a. Meratakan kesiapan pesertadidik
b. Mewujudkan keadilan dna kesetaraan memasuki pendidikan sekolah dasar.
dalam memberikan pelayanan b. Terwujud keadilan pendidikan diantara
pendidikan kepada segenap pesertadidik. pesertadidik yang sekolah di sekolah
c. Memperkecil kesenjangan mutu antar negeri negeri dan di sekolah swasta.
sekolah. c. Jenjang dan jalur pendidikan relevan
d. Menciptakan efisiensi pembeayaan dengan kebutuhan bangsa dalam
pendidikan yang ditangung oleh orang persaingan global.
tua.
e. Meningkatkan kualitas kebijakan 9. Kebijakan jangak menengah:
pendidikan yang bersifat strategis.
a. Mempersiapkan pembaharuan system
pendidikan nasional, khususnya
7. Kebijakan jangka pendek:
berkaitan denagn jenjang dan jalur
a. Ujian nasional tidak sebagai syarat pendidikan nasional. Sehingga sistem
memasuki sekolah jenjang diatasnya. pendidikan lebih sesuai dengan tuntutan
b. Orang tua tidak lagi bebas mengirim masa depan.
anaknya ke sekolah negeri, pemerintah b. Mengembangkan suatu kebijakan lebih
akan menetapkan dimana anak sekolah lanjut berkaitan dengan inti reformasi
sesuai dengan domisili tempat tinggal. pendidikan, adanya kesetaraan antara
c. Mengembalikan proses pembelajaran ke pendidian negeri dan pendidikan swasta.
tangan guru. c. Mempersiapkan pendidikan wajib belajar
d. Mendorong guru untuk melaksanakan 12 tahun. Tetapi memperpanjang
pembelajaran yang dapat pendidikan dibawah jenjang SD. Sehingga
mengembangkan kebersamaan dan wajib belajar 12 tahun mulai 3 tahun
kebiasaan berkolaborasi diantara sampai 15 tahun.
pesertadidik.
e. Mendorong dan memfasilitasi guru 10. Penutup.
mengenalkan ketrampilan abad 21
Dunia mengalami perubahan yang amat
kepada para pesertadidik lewat proses
cepat. Sebagai bagian dari dunia bangsa
pembelajaran yang menjadi tanggung
Indonesia tidak bisa menghindarkan diri dari
jawabnya.
perubahan yang amat cepat tersebut.
f. Memberikan perhatian lebih besar pada
Perubahan yang terjadi menuntut perubahan
pendidikan non-formal dengan
dalam segala aspek kehidupan masyarakat,
mengembangkan berbagai program
bangsa dan negara. Salah satu aspek
strategis dan mensinergikan dengan
kehidupan yang harus berubah dan juga
pendidikan formal.
mempersiapkan perubahan adalah dunia
g. Pemerintah dalam mengembangkan
pendidikan. Perubahan pendidikan yang
kebijakan dan mengelola pendidikan
diperlukan adalah menempatkan pendidikan
mulai menggunakan pendekatan kultural
pada jalur menuju perubahan global dengan
sebagai pengganti pendekatan struktural.
tetap mendasarkan pada filosofi dan budaya
h. Mengembangkan sistem dan mekanisme
lokal. Oleh karena itu perubahan harus
untuk membahas kebijakan pendidikan
dirancang sedemikian rupa agar tidak sekedar
yang strategis. Salah satu bentuk
larut dalam proses perubahan yang terjadi di
kebijakan adalah penyelenggaraan KTT
banyak negara. Perubahan bisa dimulai
212

dengan menggeser orientasi pendidikan Harrison, Lawrence, E. And Huntington,


Indonesia yang lebih menekankan pada Samuel, P. (2000) Culture matters. How
kebutuhan bangsa. Antara lain pendidikana values shape human progress. New
berorientasi untuk memerangi kemiskinan dan York, NY: Basic Book.
bisa memberikan pelayanan setara bagi Jilk, Bruce. 1999. Schools in the New
seluruh warga bangsa. Berdasarkan orientasi Millenium. American School &
pendidikan dirumuskan kebijakan pendidian University 71(5), pp. 4648.
Indonesia menuju pendidikan abad 21.
November, Alan (2010) Empowering students
with technology. Second edition. Tousand
DAFTAR PUSTAKA
Oaks, CA: Sage Publication.
Anonim (2008) Education & Competitiveness . A
Resource and Policy Guide. New York,
NY: Partnership for 21st century skills

Anda mungkin juga menyukai