terpisah dan harus dipisahkan dari dunia dalam pembahasan berbagai isu strategis
politik. Keduanya tidak bisa dicampur karena pendidikan. Disinilah dibutuhkan seni untuk
dunia pendidikan membutuhkan pelayanan mengatasi konflik kepentingan pendidikan
profesional yang harus berlangsung secara yang disebut ilmu politik pendidikan.
terus-menerus dan tidak memihak kepada Jadi, politik pendidikan itu adalah suatu
kelompok-kelompok kepentingan tertentu proses pemilihan nilai-nilai dan pengalokasian
melainkan untuk semuanya (Wirt & Kirst, sumber daya terbatas dalam proses pem-
1982). Sementara itu, dunia politik lebih buatan keputusan, norma, kebijakan,
menekankan pada kepentingan-kepentingan perencanaan, dan penganggaran yang
jangka pendek dan lebih mementingkan melibatkan berbagai pihak yang memiliki
konstituannya (kelompoknya). Platform kepentingan berbeda dalam rangka
politik bisa berubah-ubah jika regimnya juga mempengaruhi pengambil keputusan
berubah. Padahal, dunia pendidikan mem- sehingga nilai-nilai dan alokasi sumber daya
butuhkan layanan profesional yang kontinyu terbatas yang diinginkan oleh pihak-pihak
dalam jangka panjang dan jika dunia tertentu masuk dalam pengambilan
pendidikan dicampur dengan dunia politik, keputusan, norma, kebijakan, perencanaan,
dikawatirkan akan terjadi distorsi pe- dan penganggaran. Misalnya, eksekutif
nyelenggaraan pendidikan. Dalam kenyataan memiliki kepentingan melaksanakan mandat
di Indonesia, apalagi dalam era reformasi peraturan perundang-undangan. Selain itu,
seperti saat ini, dunia pendidikan dan dunia khusus bidang pendidikan, praksis-praksis
politik saling berinterseksi dan bahkan dunia hedonis dan primordial kian menguat
pendidikan telah menjadi arena kepentingan sehingga dikhawatirkan akan terjadi
politik, baik di tingkat pusat, propinsi, diskontinuitas kepemimpinan pendidikan
kabupaten/kota, maupun sekolah. Dalam dimasa depan jika terjadi pergantian regim
keadaan seperti ini, kehadiran politik yang akan datang. Legislatif memiliki
pendidikan sangat dibutuhkan agar keadilan, kepentingan yang bersumber dari
kemanfaatan, dan kepastian penyelenggaraan konstituansnya, yudikatif berkepentingan
pendidikan dapat dijamin dan dikendalikan. bahwa pendidikan dilaksanakan secara adil,
Harold Lasswels (1958) menyatakan bermanfaat, dan berkepastian. Masyarakat,
bahwa politics is who gets what, when, and how khususnya orang tua peserta didik, memiliki
(politik itu adalah siapa memperoleh apa, kepentingan terhadap mutu pendidikan bagi
kapan, dan bagaimana). Definisi klasik ini anak-anaknya selain pengendalian biaya
masih berlaku untuk situasi Indonesia. sekolah, layanan pendidikan yang adil,
Pembuatan peraturan perundang-undangan, bermanfaat, dan berkepastian menjamin mutu.
kebijakan, perencanaan, dan penganggaran Organisasi profesi guru memiliki kepentingan
pendidikan pada tingkat nasional, propinsi, peningkatan kemampuan/kompetensi guru,
kabupaten/kota, dan sekolah, semuanya kesejahteraan guru, dan pengembangan karir
melibatkan berbagai pihak yang jelas-jelas guru. Media masa berkepentingan membentuk
kepentingannya berbeda. Mereka saling adu opini publik dalam rangka meningkatkan
argumen untuk mempengaruhi unit-unit penggemarnya (konsumennya) dan bahkan
kekuasaan dengan maksud agar nilai-nilai dan saat ini sudah ada media masa tertentu yang
alokasi sumber daya yang terbatas diputuskan menjadi alat partai politik tertentu.
sesuai dengan keinginannya. Jika sumber daya Independensinya jelas mulai dipertanyakan
terbatas yang dialokasikan tidak sesuai oleh publik. Sekolah-sekolah internasional
dengan keinginan berbagai pihak tersebut, yang beroperasi di Indonesia (bukan sekolah
maka konflik politik pendidikan akan me- asing) yang jumlahnya sudah lebih dari dua
manas sepanjang waktu dan di semua tempat. ratusan juga memiliki kepentingan beragam
Apa lagi dalam era desentralisasi pendidikan antara lain motif keuangan dan bisa jadi ingin
seperti sekarang ini, pihak-pihak yang melakukan invasi ideologi di Indonesia.
berkepentingan terhadap pendidikan sangat Tentunya masih banyak lagi contoh-contoh
kompleks, yang mencakup kelompok- yang lain, akan tetapi intinya bahwa
kelompok eksekutif, legislatif, yudikatif, pendidikan Indonesia telah mirip miniatur
asosiasi profesi, pakar, LSM, media masa, dan politik makro dimana pendidikan telah
masyarakat atentif, yang kesemuanya menjadi arena konflik kepentingan.
memiliki kepentingan untuk mempengaruhi
penguasa/pengambil keputusan pendidikan
3
kemitraan, baik di tingkat pusat dan lebih- Negara-negara barat yang ideologi
lebih di tingkat daerah. ekonominya kapitalisme dan politiknya
Abad ke-21 yang dipicu oleh kemajuan- demokrasi liberal (liberalisme), maka politik
kemajuan teknologi transportasi dan teknologi pendidikannya jelas mengarah kepada
komunikasi (khususnya digital) menuntut pembangunan generasi muda yang kapitalistik
kepemilikan professional human resources, great dan liberalistik juga.
global management, great global leadership, Untuk Indonesia, Pancasila merupakan
teknologi yang mutakhir dan canggih, Dasar Negara Republik Indonesia sehingga
internalisasi tuntutan global terhadap politik pendidikannyapun harus
kebijakan domestik akibat persaingan, dikembangkan berdasarkan Dasar Negara
komitmen global (MDG, EFA, human right for Republik Indonesia yaitu Pancasila.
education, education for sustainable development, Pembangunan pendidikan Indonesia harus
competency standards, world climate, dsb. Mega tegas-tegas meng-Indonesia yaitu
Trends oleh John Naisbitt (10 new directions pembangunan pendidikan yang benar-benar
transforming our lives) masih sangat mendasarkan pada karakteristik dan
berpengaruh terhadap pembangunan kebutuhan bangsa Indonesia. Indonesia kaya
pendidikan, yaitu: from industrial society to akan sumber daya alam (tanah, laut, udara),
information society, from forced technology to sumber daya manusia, dan sumber daya
high tech/high touch, from national economy budaya. Ilmu-ilmu yang seharusnya diajarkan
to world economy, from short term to long kepada peserta didik Indonesia semestinya
term, from centralization to decentralization, ilmu-ilmu yang sesuai dengan karakteristik
from institutional help to self-help, from dan kebutuhan Indonesia yaitu Pancasila,
representative democracy to participatory UUD 45, NKRI, Bhinneka Tunggal Ika, tanah
democracy, from hierarchies to networking, air yang penuh dengan kekayaan sumber daya
from north to south, and from either/or to alam dan subur tanahnya, dan lautnya yang
multiple options. kaya ikan dan tumbuh-tumbuhan, dan budaya
Kemajuan teknologi juga sangat yang sangat beragam jenisnya. Pendidikan
berpengaruf terhadap pilihan politik Indonesia harus mencurahkan perhatiannya
pendidikan, yaitu, teknologi konstruksi, terhadap kebutuhan/kearifan lokal (daerah)
teknologi manufaktur, teknologi transportasi, seraya tetap memenuhi kebutuhan nasional
teknologi komunikasi, teknologi energi, dan tuntutan internasional (lihat Gambar 1).
teknologi bio, dan teknologi bahan. Saat ini
dan kedepan, teknologi komunikasi sangat Nasional
berpengaruh terhadap pendidikan Indonesia.
barang yang sebenarnya dapat dipenuhi oleh Kemnag masih di sentralisasikan. Kemdikbud
negara kita sendiri. tidak memiliki wewenang untuk memerintah
Bahkan, kebijakan-kebijakan pendidikan Dinas Pendidikan Provinsi (hanya
nasional kita telah memberi kebebasan negara mengkoordinasikan), Dinas Pendidikan
asing (liberalisasi) untuk melakukan invasi Provinsi tidak memiliki wewenang
terhadap sistem pendidikan nasional kita yang memerintah Dinas Pendidikan Kabupaten/
tentu saja, selain menguras devisa kita karena Kota (hanya mengkoordinasikan), dan hanya
mengalirnya dana keluar negeri, juga invasi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota saja yang
nilai-nilai yang tidak saja membawa konflik memiliki wewenang memerintah sekolah.
tetapi juga benturan dengan nilai-nilai jati diri Kesimpulannya, dari Kemdikbud ke sekolah
bangsa Indonesia. Ini akan sangat merugikan terjadi keterkaitan yang hilang (missing link)
bangsa Indonesia dan ini kurang mendukung sehingga hal ini menyulitkan koordinasi.
pelestarian Pancasila dan Undang-Undang Akibat lemahnya koodinasi, masalah yang
Dasar Republik Indonesia 1945, Bhineka juga menonjol dalam desentralisasi
Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik pendidikan saat ini adalah ketidak-sinkronan
Indonesia, baik secara fisik (tanah, air, udara), regulasi pendidikan (UU 20/2003, UU
secara formal (hukum), dan secara informal 32/2004, PP 38/2007, PP 17/2010, dll.).
(sosial-budaya). Oleh karena itu, kita semua Secara teknis dinas pendidikan provinsi
harus bisa menjawab pertanyaan berikut dan dinas pendidikan kabupaten/kota
secara tepat, yaitu: Ilmu-ilmu apa sajakah mengacu ke Kemdikbud tetapi secara
yang seharusnya diajarkan kepada generasi otoritatif mereka tidak mentaati sehingga
muda Indonesia? mereka lebih taat kepada gubernur atau
Tidak hanya itu, dalam pengangkatan bupati/walikota dari pada kepada
pejabat pendidikan, perilaku-perilaku Mendikbud. Akibatnya, hal-hal yang dianggap
primordial masih sangat kuat. Misalnya, penting oleh Mendikbud belum tentu
pejabat di Kementerian Pendidikan dan dianggap penting oleh Dinas-dinas tersebut,
Kebudayaan (Kemdikbud) saat ini sangat dan mesin birokrasi pendidikan kurang
didominasi oleh satu golongan. Akibatnya, kompak, berjalan lamban, dan inersia.
jika periode berikutnya pimpinan Kemdikbud Dari Gambar 2, Dinas Pendidikan
diganti oleh golongan lain, maka banyak Propinsi lebih taat kepada Gubernur karena
pejabat saat ini yang akan diganti dan ini akan dialah yang mengangkat dan melantiknya
menyebabkan diskontinyuitas kepemimpinan sehingga Kepala Dinas Pendidikan Propinsi
Kemdikbud, yang tentu saja merugikan lebih taat kepada Gubernur dari pada kepada
masyarakat. Merndikbud. Akibatnya, kebijakan-kebijakan
yang dianggap penting oleh Mendikbud
5.2 Politik Pendidikan Tingkat Lokal
belum tentu dianggap penting oleh Kepala
Politik pendidikan pada tingkat lokal Dinas Pendidikan Propinsi. Kalau begitu,
(propinsi dan kabupaten/kota) dapat kemana arah politik pendidikan propinsi?
dijelaskan sebagai berikut (lihat Gambar 1). Demikian juga, Dinas Pendidikan
Structure follows function (Minzberg, 1979) yang Kabupaten/Kota lebih taat kepada
bahasa Indonesianya adalah struktur Bupati/Walikota karena dialah yang
organisasi mengikuti fungsi. Itulah teori mengangkat dan melantiknya sehingga
penyusunan struktur organisasi. Saat ini, kebijakan-kebijakan yang dianggap pentingn
dalam kenyataannya tidak demikian. Di pusat oleh Dinas Pendidikan Propinsi belum tentu
terjadi penggemukan struktur organisasi dianggap penting oleh Dinas Pendidikan
(semula 7 eselon 1, sekarang 9 eselon 1). Kabupaten/Kota. Kalau begitu, kemana pula
Demikian juga di provinsi, saat ini miskin arah politik pendidikan kabupaten/kota?
fungsi tetapi kaya struktur organisasi. Tidak hanya itu, birokrat-birokrat
Sebaliknya, di kabupaten/kota, saat ini kaya pendidikan di tingkat propinsi dan
fungsi tetapi miskin struktur organisasi. kabupaten/kota tidak dipersiapkan dengan
Gambar 2 menunjukkan bahwa penyelengga- baik sehingga kualitas birokrat pendidikan
raan pendidikan di Indonesia (utamanya) tingkat propinsi dan kabupaten/kota juga
dipengaruhi oleh Kemdagri, Kemdikbud, dan dipertanyakan. Bukan rahasia lagi bahwa
Kemnag. Pengelolaan dan penyelenggaraan banyak Kepala Dinas Pendidikan yang dijabat
pendidikan di bawah Kemdikbud sudah di oleh orang-orang yang tidak berlatar belakang
desentralisasikan, tetapi yang di bawah profesi pendidikan. Penunjukan pejabat
7
pendidikan di daerah sangat sarat dengan otoriter masih menjamur dalam era demokrasi
kepentingan. Tidak hanya itu, dalam era saat ini sehingga ada pameo bahwa yang
demokrasi seperti saat ini, perilaku-perilaku berhak menafsirkan kebenaran yang sah
hedonis, oligarkis, primordial, dan otoriter adalah orang yang sedang mempunyai otoritas
pimpinan pendidikan di daerah masih sangat tertinggi meskipun yang bersangkutan tidak
kuat meskipun secara normatif sudah harus memiliki abilitas yang tinggi.
berfaham demokrasi. Perilaku-perilaku
Kecamatan
berbagai indoktrinasi politik. Pada masa Orde atau kekuasaan khususnya pemerintah atau
Baru, legitimasi politik penguasa lebih gereja untuk mengubah seseorang atau
mendominasi proses pendidikan di sekolah. kelompok dari beragam sudut pandang
Dan pada masa ini, sebagai hasil euphoria menjadi hanya satu sudut pandang tertentu.
kebebasan yang berlebihan setelah reformasi Mereka menawarkan control social dan politik
masalah pendidikan karakter menjadi masalah yang kuat. Prosedur ini telah dikenakan pada
paling mengedepan. system sekolah dan pada masyarakat yang
Sentimen antara kebudayaan Barat dan lebih luas. Indoktrinasi ini merupakan mani-
Timur sampai saat ini masih berlangsung, festasi dari berlawanan dengan pandangan
sebagai efek dari perang salib beberapa abad bahwa pendidikan perlu pengembangan
silam, yang kadang kala masih menyelimuti otonom. Di sekolah pengajaran secara historis
berupa kecurigaan benturan kebudayaan. menggunakan control yang mencengkeram
Membawa debat tentang indoktrinasi ini melalui inculcation yakni proses mem-
mungkin ada yang bergumam, Amerika ada- pengaruhi secara paksa atas pikiran dengan
lah Amerika, dan Indonesia adalah Indonesia, sering mengulang-ulang dan Indoktrinasi
kita mempunyai ideology yang berbeda berkaitan dengan materi atau system
dengan mereka. Apalagi di sekolah-sekolah kepercayaan yang ditanamkan. Secara historis
sering diperlihatkan bahwa segala bentuk metode seperti itu telah secara jelas bahwa
tingkah laku negative yang dilakukan dari pendidikan merupakan barang yang telah
anak bangsa ini adalah sebagai bentuk dari digunakan untuk menarik masuk apakah
pengaruh Amerika atau Barat. Disinilah agama, kepentingan nasional, moral, atau
kadang kala para pendidik di sekolah secara lingkungan.6 Definisi yang disampaikan oleh
sengaja atau tidak, telah menanamkan satu Marsden cukup jelas dan mudah dipahami,
sudut pandang yang tunggal tentang dia mendasarkan pada kriteria yang tegas
fenomena social tertentu. Dan membawa untuk dapat mengatakan bahwa apa yang
ranah diskusi ini bukanlah dalam rangka dilakukan sekolah adalah sebagai bentuk
Amerikanisasi atau Baratisasi melainkan Indoktrinasi.
semata-mata mengajak berpikir bersama Dalam kamus Oxford, indoktrinasi
dalam rangka perbaikan di dunia pendidikan diartikan sebagai perintah pada satu pokok
sekolah kita. persoalan; pengajaran dan pengilhaman atau
bujukan. Dan dalam jurnal Social Frontier
3. Konsep Indoktrinasi Indoktrinasi didefinisikan sebagai suatu usaha
untuk membentuk pikiran orang-orang
Kata Indoktrinasi ini berasal dari kata
dengan menjadikan mereka sasaran tipuannya
doktrin yang awal mulanya digunakan oleh
dengan kekuasaan.7
gereja katolik dalam kebaktian umum dengan
Definisi indoktrinasi ini kemudian ber-
cara menanamkan keyakinan ke dalam hati
kembang lebih luas Washburn mendefinisikan
kepada setiap pengikutnya. Secara historis
Indoktrinasi yakni sebagai suatu usaha
kata ini muncul dalam pendidikan di Eropa
mempengaruhi siswa untuk menerima satu
pada abad pertengahan atau lahir dalam
solusi untuk satu masalah atau satu pokok
pendidikan agama Katolik. Dalam pendidikan
persoalan.8
Katolik di Eropa abad pertengahan sampai
John Dewey mendefinisikan Indoktrinasi
dengan abad modern, ajaran yang bersifat
sebagai penggunaan cara yang sistematis yang
keagamaan diajarkan dimana dalam proses
memungkinkan untuk menanamkan pada
pembelajarannya baik secara isi maupun
siswa tentang satu set pandangan ekonomi
penyampaiannya dengan tidak mengenal
dan politik dengan mengesampingkan hal
kritik atau bantahan (Sinkyoikugaku Daijiten,
lainnya.9
1990: 149).5 Setelah itu kata ini menyebar dan
digunakan secara luas dalam pendidikan atau
hal-hal yang serupa. 6Marsden, William E., The School
Marsden merumuskan bahwa indok- Textbook:Geography, History and Social
trinasi merupakan seperangkat teknik yang Studies. (London: Woburn Press, 2001),
didesain untuk memperkenankan kekuatan hal. 167.
7Social Frontier 1935, dalam: Shermis,
Samuel S., dan James L. Barth, log.cit.
5, (Kamus Besar Baru Ilmu 8 Ibid.
Pendidikan) cetakan I, tahun 1990, p. 149. 9 Ibid.
14
Menanggapi banyaknya definisi tentang dari sebuah kelompok, baik secara material
indoktrinasi yang beragam Snook kemudian maupun spiritual.
mencatat bahwa indoktrinasi adalah merupa- Sehubungan dengan sifat pendidikan
kan istilah yang berkonotasi negative, dan yang tidak bisa netral, maka sekolah tidak
penggunaannya secara moral patut dikritisi. hanya mengajarkan pengetahuan factual yang
Untuk melihat apakah sebuah pengajaran itu netral melainkan juga sebagai alat dalam
sebagai bentuk indoktrinasi atau bukan dia menanamkan nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan,
lebih menekankan pada motif. Hal ini kepercayaan-kepercayaan, loyalitas, dan ide-
menurutnya seseorang diajarkan matematika ide. Bahkan buku pelajaran sekolah sering
dengan menggunakan metode yang dapat ditulis dan diseleksi dengan ide menyebarkan
digolongkan indoktrinasi, tetapi orang doktrin-doktrin politik, social, religi, dan
cenderung tidak akan mengatakan itu moral dari kelompok social tertentu. Memang
indoktrinasi. Sebuah pengajaran itu termasuk satu hal yang tidak mungkin bahwa sekolah
indoktrinasi atau bukan, menurutnya kriteria harus dipisahkan dengan campur tangan
motif merupakan hal yang utama.10 politik khusunya dalam proses pendidikan,
namun beberapa hal yang patut dihindari
4. Indoktrinasi vs Pendidikan adalah upaya pemaksaaan kehendak atau
pemaksaan pemaknaan tunggal dari penguasa
Berkaitan dengan isu indoktrinasi yang
dengan menghindari indoktrinasi.
masih kental dilakukan dalam proses
Untuk dapat menghindari indoktrinasi ini
pendidikan di Indonesia, diantara para ahli
kita perlu tahu perbedaan antara indoktrinasi
pendidikan terbetik satu pemikiran tentang
dan pendidikan. Di atas sudah dibahas
perlunya pemisahan antara pendidikan dan
panjang lebar tentang konsep indoktrinasi,
politik. Para pemikir ini ingin agar pendidikan
yang berlawanan dengan konsep pendidikan.
dan politik menjadi wilayah yang terpisah.
Pendidikan adalah proses pengalaman
Harapan mereka adalah berusaha untuk
langsung oleh seorang individu yang akan
membebaskan lembaga-lembaga pendidikan
memimpinnya dalam memformulasikan
dari berbagai kepentingan politik penguasa.11
filosofinya tentang kehidupan, orientasi social,
Pemikiran pemisahan secara tegas
moral ideal, dan tujuan-tujuan loyalitas. Bila
nampaknya mudah untuk dikatakan tetapi
indoktrinasi mengajarkan apa untuk dipikir;
dalam kenyatannya sangat sulit untuk
pendidikan adalah mengajarkan bagaimana
dilaksanakan. Beberapa teori pendidikan yang
berpikir.13 Membebaskan program pendidikan
memperkuat salah satunya adalah me-
dari indoktrinasi dengan atau tanpa tekanan
ngatakan bahwa pendidikan adalah sebagai
oleh kelompok atau pemerintah, atau dari
sebuah proses sosial, dimana ia didesain dan
pendidik merupakan harapan dari pemikir
diorganisasi untuk menjadikan generasi baru
pendidikan menuju ke arah kemajuan.
ke dalam anggota dalam sebuah kelompok,
Indoktrinasi harus dijauhi karena ber-
apakah kelompok itu adalah sebuah suku,
tentangan dengan pendidikan yang meletak-
sebuah masyarakat, atau sebuah bangsa.12 Dari
kan dasar kebebasan dalam merekonstruksi
definisi itu karena pendidikan sebagai sebuah
pengalaman oleh siswa sebagai individu.
produk proses social ia tidak dapat otonom,
dia diadakan sebagai bentuk ekspresi ide-ide,
5. Tantangan Sekolah abad ke-21
ideal-ideal, harapan-harapan dan aspirasi dari
kelompok social yang ada. Oleh sebab itu Campur tangan politik ke dalam lembaga
karakternya ditentukan oleh organisasi social dan proses pendidikan di Indonesia ibarat
dan keagamaan, ekonomi, politik, oleh siapa sudah mengakar. Dalam perjalanan sejarah
saja yang mencerminkan total kebudayaan pendidikan di Indonesia, sejak dikenalkannya
system pendidikan modern model Barat,
hampir setiap zaman, siapa yang memerintah
mereka selalu mempengaruhi lembaga dan
10 Snook, A., 1970. The Concept of proses pendidikan dengan satu set perangkat
Indoctrination, in: Studies in Philosophy kebijakan dengan tujuan dan kepentingan
and Education, vol. VII, number 2.
11 M. Sirozi, op.cit., hal. 20-26.
12 Colliers Encyclopedia. (New York: Mac 13Introductory Remarks on
Millan Educational Company, 1987), hal. Indoctrination, dalam Social Frontier,
581. January 1935, hal. 8.
15
tertentu. Hingga sampai saat ini pun sekolah tidak pernah diketahui bentuknya se-
tidak bisa menghindar dari cetak biru tatanan belumnya.
sosial sebagaimana yang telah ditetapkan.
Hal yang sedang kita hadapi dan Anakmu bukan milikmu (Kahlil Gibran)
sekaligus merupakan tantangan sekolah yang
patut diperhatikan adalah perubahan dunia Anakmu bukan milikmu,
yang begitu cepat membuat kita perlu Mereka adalah putra putri sang hidup,
melakukan ide-ide dan orientasi baru. Nilai- Yang rindu akan dirinya sendiri.
nilai yang diatur sepanjang waktu dengan Mereka lahir lewat engkau,
indoktrinasi hanya akan melahirkan manusia Tetapi bukan dari engkau,
yang tidak dapat menyesuaikan diri. Karena Mereka ada padamu, tetapi bukanlah milikmu.
itu sekolah harus menyediakan ruang agar Berikanlah mereka kasih sayangmu,
pendidikan langsung memenuhi usaha-usaha Namun jangan sodorkan pemikiranmu,
untuk mengembangkan sensitivitas, mental Sebab pada mereka ada alam pikirannya
yang tajam, dan kemampuan memperoleh sendiri.
makna dan nilai-nilai dari pengalaman- Patut kau berikan rumah pada raganya,
pengalaman yang dilalui siswa. Indoktrinasi Namun tidak bagi jiwanya,
itu sama seperti perbudakan moral dan Sebab jiwa mereka adalah penghuni rumah
intelektual.14 Bila anak dididik dengan masa depan,
indoktrinasi, bila mereka dewasa ibarat seperti Yang tiada dapat kau kunjungi,
wayang, tergantung kepada siapa dalang yang Sekalipun dalam mimpimu.
menggerakkannya. Engkau boleh berusaha menyerupai mereka,
Oleh karena itu, sebagaimana dikatakan Namun jangan membuat mereka me-
oleh James P. Shaver,15 tantangan sekolah nyerupaimu,
adalah bagaimana memperbesar kemampuan Sebab kehidupan tidak pernah berjalan
siswa dalam membuat keputusan-keputusan mundur,
sehingga mereka mendapat kematangan. Atau tenggelam ke masa lampau.
Sekolah hendaknya memberikan ruang ke- Engkaulah busur asal anakmu,
pada siswa untuk terlibat dalam pendefinisian Anak panah hidup, melesat pergi.
dan pembentukan masalah, dan mereka Sang pemanah membidik sasaran keabadian,
diminta untuk mempertimbangkannya. Dia merentangkanmu dengan kuasaNya,
Dengan demikian siswa merasakan hubungan Hingga anak panah itu melesat jauh dan cepat.
antara nilai-nilai yang diperdebatkan dengan Bersukacitalah dalam rentangan tangan
nilai-nilai yang ada dalam kehidupan mereka sang pemanah,
sendiri. Melibatkan siswa dalam dalam Sebab dia mengasihi anak-anak panah
penyelidikan supaya mereka dapat menjadi yang melesat laksana kilat,
seperti masyarakat dewasa dalam membuat Sebagaimana dikasihiNya pula busur
keputusan-keputusan yang rasional. Keputus- yang mantap.
an-keputusan itu hanya dapat dibangun dari
komitmen-komitmen dari hasil perdebatan DAFTAR PUSTAKA
rasional diantara mereka.
Colliers Encyclopedia. (New York: Mac Millan
Sebagai kata akhir, puisi Kahlil Gibran di
Educational Company, 1987)
bawah ini, mungkin dapat dijadikan rujukan
gambaran imajinatif penolakan terhadap Marsden, William E., The School Text-
indoktrinasi, dan gambaran tantangan sekolah book:Geography, History and Social
dalam menyediakan ruang bagi anak didiknya Studies. (London: Woburn Press, 2001).
untuk mendefinisikan sendiri masa depan M. Sirozi, Politik Pendidikan: Dinamika
mereka, yang mungkin berbeda dan bahkan Hubungan antara Kepentingan Ke-
kuasaan dan Praktik Penyelenggaraan
Pendidikan. (Jakarta: PT. Grafindo
14 Introductory Remarks on Persada, 2007).
Indoctrination, Social Frontier, log.cit. , (Sinkyoikugaku daijiten-
15 Shaver, James P., Commitment to Kamus Besar Baru Ilmu Pendidikan)
Values and the Study of Social Problems in cetakan I, tahun 1990.
Citizenship Education, dalam: Social
Education, vol. 49, March 1985.
16
Social Education, March 1985: Samuel Shermis social Problems in Citizenship Edu-
S., dan James L. Barth, Indoctrination cation.
and the Study of Social Problems: A Re- Social Frontier, January 1935: Introductory
Examination of the 1930s Debate in The Remarks on Indoctrination.
Social Frontier. Studies in Philosophy and Education, vol.
________________, James P. Shaver, VII, number 2, 1970. Snook, A., The Concept of
Commitment to Values and the study of Indoctrination.
17
2.1 Kompetensi membaca, menghitung, dan pengetahuan dan keterampilan yang sangat
memahami dunia sekitarnya penting untuk berpartisipasi sepenuhnya
dalam masyarakat modern, dengan
Sampai dengan saat ini, Indonesia sudah
memfokuskan pada membaca, matematika,
lima kali berpartisipasi dalam Programme for
dan sains. PISA mencoba untuk tidak hanya
International Student Assessment (PISA), yaitu
menilai apakah peserta didik dapat
pada tahun 2000, 2003, 2006, 2009, dan 2012.
mereproduksi ilmu, tetapi juga meneliti
PISA mengukur kemampuan membaca,
seberapa terampil mereka dalam
matematika, dan sains yang dimiliki oleh
mengekstrapolasi dari apa yang sudah mereka
peserta didik pada usia 15 tahun. Tujuan PISA
pelajari dan bagaimana menerapkannya di
adalah untuk menilai sampai sejauh mana
lingkungan yang baru, baik di dalam maupun
peserta didik yang mendekati tahap akhir
di luar sekolah (OECD 2010, 18).
program wajib belajar telah mendapatkan
Table 1. Kompetensi membaca yang dimiliki siswa di Indonesia, umur 15 tahun (SMA Kelas
1)
Indonesia
Jumlah negara Negara atau negara
yang bagian dengan skor Negara dengan
Tahun Skor Urutan berpartisipasi tertinggi skor terendah
Finland Peru
2000 371 39 41
546 327
Finland Tunisia
2003 382 39 40
543 375
Korea Kyrgyzstan
2006 393 48 56
556 285
Hasil dari lima kali pelaksanaan penilaian Tabel 2 merangkum kompetensi sains
PISA terhadap kompetensi membaca peserta anak Indonesia usia 15 tahun di tahun 2000,
didik dirangkum dalam Tabel 1. Hasil 2003, 2006, 2009, dan 2012. Selama dua belas
penilaian kompetensi membaca berkisar dari tahun kompetensi di bidang sains tidak
skor rata-rata antara 371 pada tahun 2000 berubah secara signifikan (OECD 2013). Pada
sampai dengan 402 pada tahun 2009. Sebagian tahun 2000 skor rata-rata yang dicapai adalah
besar peserta didik berada pada Level 1 393 dan pada tahun 2012 sudah menurun
(terbawah dari enam level) sedangkan kurang menjadi 382. Sejak tahun 2003 skornya
dari lima persen berada pada Level 4, 5 atau 6 semakin menurun dari tahun ke tahun.
(level tertinggi). Namun ada peningkatan Kurang dari 0,1 persen peserta didik Indonesia
sedikit dari tahun 2000 sampai dengan 2009, dapat mencapai Level 5 atau 6 dan lebih dari
akan tetapi pada tahun 2012 skor rata-rata separuh peserta didik berada pada Level 1
Indonesia menurun lagi dari 402 ke 396. atau pada posisi yang lebih rendah lagi dari
Level 1.
19
Table 2. Kompetensi yang dimiliki siswa di Indonesia, umur 15 tahun (SMA Kelas 1), di
bidang sains
Korea Peru
2000 393 38 41
552 333
Finland Tunisia
2003 395 38 40
548 385
Finland Kyrgyzstan
2006 393 50 57
563 322
Table 3. Kompetensi yang dimiliki siswa di Indonesia, umur 15 tahun (SMA Kelas 1), di bidang
matematika
Dari lima belas kali pelaksanaan diterapkan langsung oleh peserta didik dalam
pengukuran kompetensi anak dalam kehidupannya) atau diperoleh secara tidak
membaca, matematika, dan sains yang langsung (yang terpelajar cenderung banyak
dilaksanakan melalui program PISA antara membaca; yang banyak membaca akan
tahun 2000 sampai dengan tahun 2012 dapat terekspos terhadap informasi tentang gizi dan
disimpulkan bahwa: kesehatan; yang melek kesehatan cenderung
Anak Indonesia usia 15 tahun pada memilih pola hidup sehat). Temuan dari enam
umumnya mencapai tingkat kompetensi studi kasus di Indonesia memberi indikasi
antara sangat rendah dan rendah dalam tentang hal ini.
ketiga bidang pengukuran kompetensi Pada studi kasus pertama, penelitian
Mayoritas peserta didik tergolong ke dilakukan dengan pasien hamil di salah satu
dalam level terendah pada ukuran rumah sakit di Jakarta. Hasilnya menunjukkan
kompetensi; sangat sedikit yang mencapai bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat
tingkat tinggi pendidikan calon-calon ibu dan rencana
Terdapat sedikit peningkatan kompetensi mereka untuk memberikan ASI (air susu ibu)
membaca antara tahun 2000 dan 2009 kepada bayinya setelah melahirkan:
akan tetapi terjadi penurunan lagi antara Planning of prolonged breastfeeding has
tahun 2009 dan 2012 little to do with maternal education.
Dalam kompetensi matematika dan sains (Idris et al. 2013)
tidak terjadi perubahan signifikan selama
dua belas tahun Merencanakan pemberian ASI selama
Dalam bidang matematika dan sains jangka waktu panjang tidak berkaitan secara
Indonesia berada pada peringkat 64 dari signifikan dengan pendidikan ibu.
65 negara, dengan skor yang tidak Ibu-ibu, baik yang berpendidikan rendah
berbeda secara signifikan dengan maupun tinggi, cenderung merencanakan
Colombia (peringkat 62), Qatar (63), dan pemberian ASI kepada bayinya selama jangka
Peru (65) waktu yang kurang lebih sama. Dapat
Kompetensi membaca menempatkan disimpulkan bahwa tingkat pemahaman
Indonesia pada peringkat 60, tidak tentang pentingnya bayi diberi ASI tidak jauh
berbeda secara signifikan dengan Tunisia berbeda antara yang berpendidikan rendah
(56), Colombia (57), Jordania (58), dengan yang berpendidikan lebih tinggi.
Malaysia (59), Argentina (61), Albania Studi kasus kedua dilakukan oleh tim
(62), dan Kazakhstan (63). dari University of Illinois at Chicago dengan
2.2 Kesehatan kaum laki-laki di Jakarta yang melakukan seks
dengan sesama jenis. Penelitiannya
Salah satu indikator keberhasilan suatu menemukan adanya korelasi langsung antara
sistem pendidikan adalah adanya pemahaman tingkat pendidikan dan pemakaian kondom:
dan perilaku lulusannya yang berkaitan
dengan kesehatan dirinya sendiri serta Having a higher level of education was
kesehatan anaknya. Seseorang yang associated with more condom use (p <
berpendidikan diharapkan akan memiliki .05). (Safika et al. 2013)
pemahaman tentang hal-hal yang perlu Memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi
dihindari dan hal-hal lain yang perlu berhubungan dengan kecenderungan untuk
dilakukan agar dirinya dan keluarganya dapat lebih banyak menggunakan kondom (p <
hidup dengan sehat. Lebih dari itu, .05).
diharapkan orang yang berpendidikan tidak
hanya mempunyai pemahaman yang lebih Dalam hal ini, laki-laki yang rentan
tentang kesehatan dibanding dengan warga mengidap HIV tetapi berpendidikan tinggi
lain yang pendidikannya lebih rendah tetapi menyadari pentingnya menggunakan kondom
dia juga akan mengimplementasikan dan mereka bertindak sesuai dengan
pemahamannya tersebut dalam cara hidup kesadaran tersebut. Akan tetapi oleh populasi
yang sehat. Hubungan antara pendidikan yang sama dengan pendidikan lebih rendah
dengan pemahaman serta perilaku bisa penggunaan kondom juga rendah, karena
diperoleh secara langsung melalui pendidikan mereka belum memahami risiko yang
(misalnya, hal-hal yang menyangkut dihadapi. Dengan demikian, tingkat
kesehatan diajarkan di sekolah, kemudian
21
pendidikan berkaitan langsung dengan Dari Tabel 4 juga dapat dilihat bahwa
perilaku dan kesehatan. kecenderungan untuk menggunakan jenis KB
Pada kasus lain, ternyata pemahaman ini sangat rendah (kurang dari satu persen).
tentang cara hidup sehat tidak selalu disertai Dengan demikian, tidak ada korelasi antara
dengan tindakan yang sesuai. Survei tingkat pemahaman dan tingkat penggunaan:
Demografi Kesehatan Indonesia pada tahun dari kelompok wanita yang paling sedikit
2012, yang dilakukan bersama oleh Badan memahami sterilisasi (yaitu yang tidak pernah
Pusat Statistik (BPS), Badan Kependudukan & sekolah) terdapat hanya 0,9 persen yang
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan suaminya disterilisasi. Sebaliknya, dari
Kementerian Kesehatan (Kemenkes), misalnya, kelompok yang paling banyak mengerti
mengukur pemahaman yang dimiliki oleh tentang sterilisasi (lulusan SMA) ternyata
wanita kawin umur 15-491 tentang perlunya hanya 0,1 persen yang suaminya disterilisasi.
sterilisasi pria sebagai salah satu metode Berarti tidak ada korelasi antara tingkat
keluarga berencana (KB). (Lihat Tabel 4.) Di pendidikan wanita dengan kecenderungan
antara wanita yang tidak pernah sekolah suaminya untuk memilih sterilisasi sebagai
hanya 13 persen memahami bahwa sterilisasi metode KB.
pria merupakan salah satu metode KB. Dari Penelitian yang dilakukan oleh tim dari
wanita yang pernah duduk di bangku SD University of California, Berkeley, bekerja
tetapi tidak tamat, tingkat pemahaman sama dengan Institut Penelitian Kebijakan
meningkat menjadi 21 persen, sedangkan dari Pangan Internasional (International Food Policy
yang sudah tamat SD 28 persen memahami Research Institute) di Washington DC,
mengenai hal ini. Tingkat pemahaman yang membandingkan tingkat pendidikan dari
paling tinggi terdapat pada kelompok wanita sekitar 2.000 orang ibu di Indonesia dengan
yang tamat SMA atau berpendidikan di atas perkembangan anaknya berumur 0 sampai
SMA, di mana 57 persen wanita memiliki dengan 23 bulan. Perkembangan anak dilihat
pemahaman tentang hal tersebut. Dengan dari dua perspektif:
demikian, terbukti bahwa ada korelasi antara perkembangan secara umum
tingkat pendidikan dan tingkat pemahaman; (kemampuan berkomunikasi,
makin tinggi pendidikan seorang wanita kemampuan menggerakkan anggota
makin besar kemungkinan dia memiliki badan, dan interaksi sosial)
pemahaman tentang sterilisasi pria sebagai panjang badan2 berbanding dengan umur
salah satu jenis KB (BPS, BKKBN & Kemenkes anak (disingkat di sini panjang
2012). badan/umur anak).
1 2
Frasa wanita kawin umur 15-49 adalah istilah Istilah panjang badan adalah istilah yang
yang digunakan oleh BPS. digunakan oleh BPS.
22
Table 5. Pendidikan ibu dibanding korelasi antara lamanya ibu belajar di sekolah
dengan perkembangan dan panjang (1-5 tahun, 6 tahun, 7-9 tahun) dengan
badan/umur anak (umur 0-23 bulan) perkembangan anak mereka.
di Indonesia Kesimpulan yang hampir sama juga
Sumber: Fernand et al. (2012) dapat ditarik dari perbandingan antara
lamanya ibu bersekolah dengan panjang
badan/umur anak mereka, yaitu tidak ada
Tingkat korelasi antara kedua variabel tersebut.
Pendidikan perkembangan Panjang badan/ Terdapat kecenderungan bagi ibu yang
ibu anak umur anak bersekolah lebih dari 9 tahun mempunyai
(tahun) N=1631 N=2019 anak yang badannya sedikit lebih panjang
1-5 0.20 0.03 berbanding umur, tetapi secara statistik
perbedaannya tidak signifikan.
6 0.20 0.07 Pembahasan di atas disimpulkan pada
Tabel 6. Hubungan yang nyata antara
7-9 0.20 0.06
pendidikan dengan kesehatan (atau
0.34* pemahaman tentang kesehatan) hanya dapat
>9 0.19 ditemukan pada kasus 2 dan 3. Pada kasus 5,
(p < 0.10)
hubungan antara pendidikan ibu dan
* angka yang signifikan
perkembangan anak di bawah umur 23 bulan
hanya dapat dilihat pada ibu dengan
Tentang perkembangan anak, ternyata
pendidikan selama atau lebih dari 9 tahun.
tidak ada hubungan yang signifikan antara
Pada kasus 1, 4, dan 6 tidak terdapat bukti
pendidikan ibu dan perkembangan anak,
sama sekali tentang dampak pendidikan
kecuali dalam satu aspek, yaitu pada
terhadap pemahaman kesehatan atau cara
kelompok ibu yang bersekolah lebih dari 9
hidup masyarakat.
tahun. Dengan kata lain, tidak ditemukan
Fokus Kesimpulan
1 Rencana wanita hamil untuk memberikan ASI Tidak berkaitan dengan
setelah melahirkan tingkat pendidikan
yang lebih tinggi, dia harus sekolah sampai semakin hati-hati dalam pengambilan risiko
minimum D1. Baru setelah itu tingkat sehingga dia lebih suka memilih pekerjaan
pendidikan berkorelasi dengan pendapatan. yang aman. Kreatifitas dibendung oleh
(Lulusan S1 cenderung memperoleh upah pendidikan, tidak dikembangkan.
yang lebih baik dibanding dengan lulusan D1; Perlu diingat bahwa analisis Purwadi
lulusan S2 cenderung membawa pulang belum diterbitkan dan masih bersifat tentatif.
penghasilan lebih tinggi dibanding dengan Namun demikian, kesimpulannya menarik
lulusan S1, dan seterusnya.)4 dan dapat diperkuat oleh observasi penulis di
lingkungan tempat tinggalnya di perbatasan
2.4 Hubungan antara pendidikan dengan
Depok-Jakarta Selatan, dengan
sikap/perilaku sosial
membandingkan dua kelompok warga:
Menurut Agung Purwadi (berdasarkan pramuniaga di toko-toko besar di mall dan
komunikasi pribadi, 2012), data dari Survai petugas satuan pengaman (satpam) di
Aspek Kehidupan Rumah Tangga Indonesia perumahan.
atau Indonesia Family Life Survey (RAND Kelompok pertama, pramuniaga yang
Corporation & CPPS 2007) dan Survei bekerja di toko milik perusahaan skala
Angkatan Kerja Nasional atau SAKERNAS nasional di mall, harus memiliki ijazah SMA
(BPS 2011b) dapat dimanfaatkan untuk atau sederajat dan biasanya harus
menganalisis hubungan antara pendidikan berpenampilan menarik. Mereka bekerja
seseorang dengan sikap sosial dan selama delapan jam per hari selama enam hari
perilakunya. Misalnya, menurut Purwadi, ada per minggu (total 48 jam kerja selama tujuh
korelasi negatif antara tingkat pendidikan hari). Gaji yang diterima biasanya sesuai
dengan jawaban terhadap pertanyaan- dengan upah minimum regional (UPR) atau
pertanyaan sebagai berikut: sedikit lebih tinggi lagi; pada tahun 2013 UPR
di Depok sebesar Rp 2.042.000 per bulan dan
pada tahun 2014 akan dinaikkan sampai Rp
Bagaimana pendapat Ibu/Bapak/Sdr
2.397.000, sementara di DKI UPR tahun 2013
jika salah satu saudara (termasuk anak)
sebesar Rp 2.200.000 dan pada tahun 2014
menikah dengan pasangan yang
akan naik menjadi Rp 2.441.000.5 Sebagai
berbeda aliran kepercayaan/agama ?
karyawan, walaupun dengan gaji relatif kecil,
Sangat keberatan / Keberatan / Tidak
para pramuniaga memperoleh beberapa
keberatan / Sangat tidak keberatan)
jaminan, seperti uang lembur, tunjangan hari
(RAND Corporation & CPPS 2007,57)
raya, dan jaminan kesehatan. Umumnya
mereka merasa aman dan terlindungi.
Ternyata, responden dengan tingkat Situasi kelompok satpam yang
pendidikan tinggi (SMA ke atas) cenderung dipekerjakan oleh perusahaan sekuriti lokal
lebih sering memilih jawaban sangat sangat berbeda. Sebagian besar adalah lulusan
keberatan atau keberatan dibanding dengan SD atau SMP; sebagian kecil mempunyai
mereka yang tingkat pendidikannya lebih ijazah SMK/SMA. Jam kerjanya selama dua
rendah. belas jam per hari; regu siang bertugas dari
Demikian juga, menurut Purwadi, data jam 07.00 sampai 19.00 dan regu malam dari
SAKERNAS mengindikasikan bahwa semakin jam 19.00 sampai jam 07.00. Pada setiap siklus
tinggi pendidikan seseorang (SMA ke atas) enam hari mereka bertugas siang dua kali,
semakin jarang dia mau bekerja dengan bertugas malam dua kali, dan istirahat satu
berusaha sendiri dan semakin sering dia setengah hari (total 48 jam kerja selama enam
menjadi pegawai pada instansi pemerintah hari). Gaji yang diterima hanya Rp 1.200.000
atau karyawan pada perusahaan swasta. per bulan, jauh di bawah UPR. Mereka tidak
Jika interpretasi Purwadi benar, maka mungkin bisa menghidupi dirinya sendiri
dapat disimpulkan bahwa sistem pendidikan beserta keluarga dengan pendapatan yang
di Indonesia pada zaman sekarang begitu minim, sehingga mereka terpaksa
menciptakan masyarakat yang a) cenderung mempunyai kegiatan lain di luar jam kerja
menjadi semakin konservatif dan memiliki yang menghasilkan nafkah. Ada yang
sikap sosial yang semakin kaku dan b) menanam padi, jambu, dan belimbing, ada
4 5
Sangat disayangkan, hasil penelitian Agung Data diperoleh dari laman Human Resource
Purwadi ini belum diterbitkan. Community di www.hrcentro.com.
25
yang menawarkan jasa pijit, ada yang menjadi memahami dan menerapkan cara menjaga
pengojek, ada yang bekerja sebagai buruh kesehatan dirinya sendiri dan
bangunan, ada yang membantu isterinya keluarganya
menjual kue, ada yang menjadi tukang kebun memiliki bekal untuk memperoleh jenis
di rumah-rumah pribadi, dan ada juga yang pekerjaan sesuai dengan minat dan
menjadi makelar atau perantara bagi bakatnya, dan menghasilkan pendapatan
penjual/pembeli rumah. yang wajar dan mencukupi kebutuhan
Ironisnya, kelompok satpam ini tingkat hidup
pendidikannya relatif sederhana tetapi mereka bisa mempertahankan sikap terbuka
memiliki sifat kewirausahaan dan dapat terhadap keberagaman
merespon situasi sulit di mana mereka berada bisa mempertahankan sikap kreatif,
dengan berbagai macam akal kreatif. berani, dan siap mengambil risiko
Kelompok satpam inilah bukan kelompok menyadari tanggung jawab sosialnya
pramuniaga yang berani melakukan sebagai anggota masyarakat dan
terobosan baru yang mengandung risiko. bertindak berdasarkan kesadaran
Bukan hanya itu, tetapi di antara kelompok tersebut.
satpam ini ada dua orang (Pak Tani dan Pak
Tukang Pijit) yang juga bertugas sebagai ketua Pada intinya, daftar di atas barangkali
RT di kampungnya masing-masing dan tidak terlalu jauh berbeda dengan rumusan
dengan demikian mereka menunjukkan sifat Nasution, yang mengatakan bahwa, untuk
kemasyarakatan yang sangat luwes dan aktif. menghadapi tantangan abad ke-21, sekolah di
Jadi, jika hipotesa Purwadi mengatakan bahwa Indonesia:
sistem pendidikan menciptakan lulusan yang
cenderung menghindari risiko dan mencari harus menyediakan ruang agar
situasi aman, para karyawan toko mewah di pendidikan langsung memenuhi usaha-
mall merupakan contoh klasik gejala tersebut. usaha untuk mengembangkan
Sementara itu, bapak-bapak satpam (yang sensitivitas, mental yang tajam, dan
tingkat pendidikannya agak lebih rendah) kemampuan memperoleh makna dan
masih memiliki kearifan lokal yang kental dan nilai-nilai dari pengalaman-pengalaman
berani bertindak atas inisiatif sendiri tanpa yang dilalui siswa. (Nasution 2013)
mencari lindungan sebagai karyawan atau
suruhan pemilik modal. 4. Siapa yang perlu bertindak?
Transformasi pendidikan yang
3. Seperti apakah Manusia Indonesia yang diperlukan tentu saja tidak bisa dibebankan
akan diciptakan? secara menyeluruh kepada guru. Banyak
Dari pembahasan tentang hubungan pihak lain yang juga harus berkontribusi.
antara pendidikan dan perkembangan Pertama, Indonesia membutuhkan
masyarakat di atas, tampak jelas bahwa sistem ideologi atau filsafat pendidikan baru. Hal ini
pendidikan di Indonesia masih memiliki harus disusun bersama oleh pemerintah dan
beberapa kekurangan. Maksud makalah ini masyarakat dengan melibatkan semua pihak
adalah bukan untuk mencari penyebab kenapa yang berkepentingan (termasuk orang tua dan
kekurangan tersebut bisa terjadi. Akan tetapi guru). Sebenarnya, Pancasila bisa
yang terpenting adalah langkah apa yang dimanfaatkan sebagai titik awal untuk
perlu dilakukan, yaitu dengan memulai proses penyusunan ideologi pendidikan tersebut,
penentuan apa yang hendak diciptakan oleh sedangkan formulasi peningkatan daya saing
sistem pendidikan. Kompetensi dan dengan negara lain (yang sering dikemukakan
karakteristik apa yang perlu dimiliki oleh sebagai salah satu tujuan pendidikan di
masyarakat Indonesia pada abad ke-21? Indonesia) adalah dasar pemikiran yang
Paling sedikit para lulusan sekolah di terlalu miskin.
Indonesia harus: Masyarakat, sekolah, orang tua, guru,
memiliki kompetensi pada level antara media, dan lain-lain juga perlu dilibatkan
sedang dan tinggi dalam dalam implementasi program pendidikan.
membaca/menulis, menghitung Ambil saja pemberantasan korupsi sebagai
(matematika), dan memahami dunia contoh. Pelajaran konvensional tentang
sekitarnya (sains) korupsi memang perlu, tetapi selama gejala
korupsi ditolerir oleh masyarakat pelajaran di
26
Pergerakan hingga Kini, Komunitas Idris, N.S., Sastroasmoro, S., Hidayati, F.,
Salihara, Jakarta, 7 Mei 2013. Sapriani, I., Suradi, R., Grobbee, D.E.
Bjork, C. 2013. Teacher training, school norms and Uiterwaal, C.S. 2013. Exclusive
and teacher effectiveness in Indonesia. breastfeeding plan of pregnant
In D.Suryadarma and G.W.Jones (eds), Southeast Asian women: What
Education in Indonesia, 53-67. encourages them? Breastfeeding
Singapore: Institute of Southeast Asian Medicine 8(3), 317-320.
Studies. http://www.biomedexperts.com/Abstr
act.bme/23057643/Exclusive_breastfeed
BPS (Badan Pusat Statistik). 2011a. Survei
ing_plan_of_pregnant_southeast_asian_
Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS)
women_what_encourages_them?
2011. Jakarta: BPS.
KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). 2012.
BPS (Badan Pusat Statistik). 2011b. Survei
Jalan Berliku Pemberantasan Korupsi:
Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS)
Laporan Tahunan 2012. Jakarta: KPK.
2011. Jakarta: BPS.
http://www.kpk.go.id/id/publikasi/la
BPS (Badan Pusat Statistik), BKKBN (Badan poran-tahunan/955-laporan-tahunan-
Kependudukan & Keluarga Berencana kpk-2012.
Nasional), dan Kemenkes (Kementerian
Nasution. 2013. Tantangan sekolah pada abad
Kesehatan). 2012. Survei Demografi
ke-21. Makalah disampaikan pada
Kesehatan Indonesia: Laporan
Seminar Nasional Politik Pendidikan
Pendahuluan. Jakarta: BPS, BKKBN, dan
Nasional dalam Tantangan, Universitas
Kemenkes.
Negeri Yogyakarta, 5 Oktober 2013.
http://r.duckduckgo.com/l/?kh=-
1&uddg=http%3A%2F%2Fwww.bkkbn. OECD (Organisation for Economic
go.id%2Flitbang%2Fpusdu%2FHasil%25 Cooperation & Development). 2000.
20Penelitian%2FSDKI%25202012%2FLa Literacy Skills for the World of
poran%2520Pendahuluan%2520SDKI%2 Tomorrow: Further Results from PISA
5202012.pdf. [Programme for International Student
Assessment] 2000. Paris: OECD &
Chang, M.C., Shaeffer, S., Al-Samarrai, S.,
UNESCO (United Nations Educational,
Ragatz, A.B., de Ree, J., and Stevenson,
Scientific & Cultural Organisation).
R. Akan terbit, 2014. Teacher Reform in
http://www.oecd.org/pisa/.
Indonesia: The Role of Politics and
Evidence in Policy Making. Washington, OECD (Organisation for Economic
DC: World Bank. Cooperation & Development). 2004.
Learning for Tomorrows World: First
Digdowiseiso, K. 2009. Education inequality,
Results from PISA 2003. Paris: OECD.
economic growth and income
http://www.oecd.org/pisa/.
inequality: Evidence from Indonesia,
1996-2005. MPRA Paper 17792. Munich: OECD (Organisation for Economic
Munich Personal RePEc Archive. Cooperation & Development). 2007.
http://mpra.ub.uni- PISA 2006: Science Competencies for
muenchen.de/17792/. Tomorrows World. Paris: OECD.
http://www.oecd.org/pisa/.
Fernand, L.C., Kariger, P., Hidrobo, M. and
Gertler, P.J. 2012. Socioeconomic OECD (Organisation for Economic
gradients in child development in very Cooperation & Development). 2010.
young children: Evidence from India, PISA 2009 Results: What Students
Indonesia, Peru and Senegal. Know and Can Do. Paris: OECD.
Proceedings of the National Academy of http://www.oecd.org/pisa/.
Sciences USA 109 (Supplement 2), OECD (Organisation for Economic
17273-17280. Cooperation & Development). 2013.
http://www.pnas.org/content/109/Su PISA 2012 Results: What Students
pplement_2.toc. Know and Can Do. Paris: OECD.
Fullan, M. 2010. The Moral Imperative of http://www.oecd.org/pisa/.
School Leadership. 2nd edition. RAND Corporation and CPPS (Centre for
Thousand Oaks, CA: Corwin Press. Population & Policy Studies). 2007.
Survai [sic] Aspek Kehidupan Rumah
29
Tangga Indonesia 2007: Buku IIIa. Santa Sumardianta, J. 2013. Guru Gokil Murid Unyu.
Monica, CA: RAND Corporation dan Sleman: Penerbit Bentang.
Yogyakarta: CPPS, Universitas Gadjah Sumner, A. 2013. The Evolving Composition of
Mada. Poverty in Middle-Income Countries:
http://www.rand.org/labor/FLS/IFLS The Case of Indonesia, 19912007. (IDS
/ifls4.html. Working Paper 2012, 409.) Brighton:
Ryan, W. and Gilbert, I. 2008. Leadership with Institute for Development Studies (IDS).
a Moral Purpose: Turning Your School http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.
Inside Out. Carmarthen: Crown House 1111/j.2040-0209.2012.00409.x/pdf.
Publishing. Wagner, A. and Simpson, D.J. 2008. Ethical
Safika, I., Johnson, T.P., Cho, Y.I., and Decision Making in School
Praptoraharjo, I. 2013. Condom use Administration. Thousand Oaks, CA:
among men who have sex with men and SAGE.
male-to-female transgenders in Jakarta, Wiryawan, P. 2013. Tantangan guru pada abad
Indonesia. American Journal of Mens ke-21 (dari perspektif politik lokal).
Health. [e-publication ahead of printing] Makalah disampaikan pada Seminar
http://www.bioportfolio.com/resource Nasional Politik Pendidikan Nasional
s/pmarticle/752626/Condom-Use- dalam Tantangan, Universitas Negeri
Among-Men-Who-Have-Sex-With-Men- Yogyakarta, 5 Oktober 2013.
and-Male-to.html.
30
Abstrak
Inggris butuh 200 tahun, dan Amerika Serikat butuh 30 tahun untuk masuk era industri. Kalau
berfikir linier, kapan Indonesia dengan penduduk terbesar keempat sesudah Amerika Serikat akan
jadi negara besar industrial?
Perlu membuat loncatan ke heavy industries pesawat terbang dan kapal laut, termasuk komponen
primary structure Boeing. Airbus, dan F-16 Perhitungan Habibie dengan CN 235, N 250, dan nantinya
N 80 Indonesia dapat menghemat beaya 33,33% dibanding negara lain.
Politik Pendidikan Nasional perlu memacu kemampuan eksponensial pangkat 8 sampai 10 (Spesialis
dan doktor yang relevan), untuk mengangkat yang hanya berkemampuan deret hitung (yang
menganggur dan yang tamat SD) maupun berkemampuan deret ukur pangkat 1 atau 2 (yang tamat
SLP, SLA sampai strata 1).
sebagai prioritas pertama. Dipacu wajib belajar karena cepat tanggap terhadap pembaharuan)
6 tahun pada tahun 1973, dan sekarang dan dengan membesarnya mereka-mereka
partisipasi SD sudah menjadi 90%. Dipacu yang berpendidikan menengah dan tinggi,
wajib belajar 9 tahun pada 1982, karena pada tahun 2003 penulis memprediksikan
kemampuan ekonomi tidak mampu struktur sosial piramidal (yang digunakan
mendukung, wajib belajar 9 tahun gagal. World Bank) akan bergeser menjadi struktur
Partisipasi 9 tahun masih di bawah 60%. sosial poligon (Noeng Muhadjir, 2003).
Jumlah penduduk naik terus, dari 273 juta
2.1 Distribusi pendapatan model piramidal
tahun 2012, diproyeksikan akan menjadi 340
juta pada 2030. Dengan kemampuan ekonomi Dalam struktur sosial yang
seperti sekarang, diproyeksikan hanya akan dikembngkan oleh World Bank adalah model
mampu menyerap tambahan tenaga kerja piramidal Quintil 1 dan 2 atau 40% dengan
(labor force) 5% per tahun; sedangkan jumlah distribusi pendapatan PDB kurang dari 8%
penganggur di perkotaan sebesar 42%, dan di sampai 12%; Q 3 dan 4 middle class 40% dengan
pedesaan sebesar 64%. Jumlah penduduk PDB sekitar 28% sampai 32%, dan upper class
nyata-nyata menjadi beban. Menaikkan 20% dengan PDB lebih dari 34% sampai lebih
partisipasi SMPpun tidak mampu. dari 50%
Upper class 2.2 Prediksi menjadi model poligon
Upper class di Amerika Serikat hanya 1%. Dengan mencermati semakin besarnya
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara proporsi yang berpendidikan menengah dan
(APBN) Amerika Serikat 50% nya berasal dan pendidikan tinggi serta penulis temukan lewat
0,1% dari upper class tersebut. Penulis dalam disertasi (1982) tentang peranan opinion leader
posisi berpendapat : biarlah upper class innovatif, penulis memprediksikan bahwa
kapitalistik tersebut tetap ada, karena mampu struktur sosial piramidal akan bergeser
membiayai anggaran negara. Promovendus menjadi struktur sosial poligon, dimana klas
penulis bertanya balik : "apakah Prof. setuju menengah akan membesar, pendapatan klas
adanya 0,27% orang terkaya di Indonesia?" menengah akan semakin besar, dan jumlah
klas bawah akan semakin kecil, dengan
Pajak besar
komposisi : 16% upper class, 34% middle class,
Dua orang terkaya di Indonesia seperti 34% working class, dan 16% lower class.
Michel Hartono dan Budi Hartono pemilik
2.2.1 Validasi Academic Class Models
Djarum Kudus, pemilik BCA, dan pemilik
asembling mobil, oke-oke saja sejauh tertib Ternyata prediksi penulis 1982 dan 2003
membayar pajaknya. Syukur diexpose berapa bahwa struktur sosial akan bergeser menjadi
besar sumbangannya pada APBN di poligon tervalidasi dengan Academic Class
Indonesia. Models oleh Beeghley (2004), dan Thompson &
Hickly (2005) dengan distribusi pendapatan
Kaya malah memelaratkan
1% upper class di atas $500.000, 15% upper
Tetapi seperti Abu Rizal Bakrie dan middle class dengan pendapatan di atas
Samin Tan yang kekayaannya tidak $100.000, dan 34% lower middle class dengan
menghasilkan value added bagi bangsa, tidak pendapatan antara $35.000 sampai $75.000.
ada gunanya bagi bangsa. Karena mereka Dengan bertambah besarnya subsidi perlu
berdua malah memelaratkan bangsa, kelapa diberikan untuk public care menjadi sepertiga
sawit bikin tanah tandus dan sawitnya anggaran AS pada 2050, maka pajak dari
langsung dikirim ke Malaysia, dan orang middle class dapat ditarik pula untuk
Malaysia yang mengolahnya dan menjadi membantu 34% working class dengan
kaya. Seharusnya dilarang, dan harus diolah di pendapatan antara $16.000 sampai $30.000,
Indonesia. Itu termasuk manifacturing natural dan lower class yang hidup di bawah garis
resources, seperti saw-mill untuk kayu. kemiskinan.
sisi ekonomi itu penting. Dengan PDB $2.100 3.2.1 N 250 taraf uji coba
menyelenggarakan SMP saja tidak mampu;
N 250 masih dalam uji coba, dan belum
dan mengembangkan industri massif saja
mendapatkan sertifikat untuk terbang. Tetapi
terseok-seok.
sudah membuat saham Fokker turun, dan
3.1 Perlu loncatan besar akhirnya pabrik Fokker di negeri Belanda
tutup.
Atas bukti peran industri pesawat terbang
CN 235, dan kontribusi primary structure untuk 3.2.2 Banyak tawaran
Boeing dan F-16 Indonesia perlu membuat Meski baru uji coba, banyak negara sudah
loncatan bukan ke industri massif manifacture, menawarkan bersedia membuka pabrik untuk
tetapi ke heavy industries pesawat terbang dan N 250, termasuk di Amerika Serikat. Alabama
kapal laut. malahan menawarkan menyediakan tanah
3.1.1 Kemampuan Habibie dan kadernya dengan sewa beli hanya $5 per m2.
Menurut hitungan Habibie atas bukti 3.3 Model lain
produk CN 235 dan kontribusi primary
Karena N 250 menjadi mati suri, muncul
structure ekor pesawat dan pintu Boeing, dan
banyak negara yang mengembangkan lebih
komponen F-16, Habibie dengan kadernya
lanjut model tersebut.
dapat menghemat vendor item (komponen
(Catatan : maaf, terlalu banyak membahas
yang harus dibeli) dari 43,33% menjadi 33,33%,
Habibie dengan kemampuannya; sedangkan
tenaga kerja dapat menghemat dari 33,33%
tujuan seminar ini adalah mengembangkan
menjadi 10%, dan machine-hour tetap 23,33%.
politik pendidikan nasional).
Sehingga kemampuan Habibie dengan
kadernya menjadi sangat kompetitif, karena 3.3.1 Beban nasional dan hambatan pendidikan
mampu menghemat 33,33% beaya produksi. perlu diatasi
lembaga-lembaga pendidikan sekarang ini sumber alam yang dimiliki atau modal uang
lebih menekankan pada pengembangan yang tersedia tetapi lebih ditentukan oleh
kemampuan kognitif (kecerdasan) manusia, kekuatan sumber daya intelektual dan
sehingga produk pendidikan cenderung kekuatan nilai-nilai atau semangat kohesi
menghasilkan manusia cerdas, tetapi kurang sosial dan budaya yang dapat dikelola oleh
memiliki kepribadian yang diharapkan suatu komunitas atau bangsa. Apa yang
sebagaimana agama mengajarkan sebaik penting dikembangkan oleh lembaga
baiknya manusia adalah yang berguna bagi pendidikan seperti sekolah atau perguruan
orang lain, atau memiliki kepribadian yang tinggi dalam menghadapi tantangan
kreatif, mandiri, dan tanggungjawab sosial. kehidupan modern global yang penuh
Karakter manusia yang berfungsi sosial persaingan yang menghancurkan dan
kurang dapat dikembangkan. Manusia yang memberi kesempatan untuk maju dan
cerdas tetapi memetingkan diri sendiri (selfish) berkembang dalam kehidupan internasional
cenderung menjadi produk pendidikan adalah perlunya perubahan paradigma
sekarang ini yang tidak membawa pada pendidikan. Paradigma pendidikan yang
kemajuan bersama tetapi justru menimbulkan selama ini dikembangkan di mana
sikap dan perilaku patologi seperti korupsi, memekankan sekedar penguasaan materi
tidak disiplin, perkelahian, dll., yang pengetahuan secara statis dan lulus ujian
membawa kerusakan kehidupan sosial. sekolah atau nasional harus diubah ke arah
Sementara tantangan kehidupan global di satu pengembangan kepribadian yang mandiri dan
sisi memberi kesempatan (peluang) untuk kreatif yang memiliki tanggung jawab sosial.
maju ke taraf internasional, tetapi di sisi lain Karena kehidupan mengalami perubahan
dapat menimbulkan problem kehidupan sangat cepat dan kompleks yang sulit
individu dan sosial-budayanya yang dipahami secara pasti maka tugas pendidikan
mengalami erosi dan kerusakan. bukan sekedar pemberian pengetahuan statis
Tantangan kehidupan modern global pada siswa, tetapi justru pengembangan
tidak dapat dihadapi secara individual, tetapi manusia yang dapat beradaptasi terhadap
sebaliknya membutuhkan kebersamaan sosial; perubahan, manusia yang berkepribadian
kesatuan nasional baik secara intelektual, kreatif yang dapat menemukan cara-cara baru
ideologis, maupun sosial budaya. Konsep dalam pemecahan masalah kehidupan adalah
pendidikan bagi pengembangan sumber daya seharusnya menjadi tugas utama pendidikan.
manusia (SDM) kurang memadai lagi dalam Konsep pendidikan untuk menyiapkan peserta
kehidupan modern global sekarang ini, karena didik memasuki kehidupan yang akan datang
kecenderungan menghasilkan manusia yang perlu dikritisi karena tidak ada gambaran
cerdas tetapi dengan karakter mementingkan yang pasti kehidupan yang akan datang itu,
diri sendiri yang merugikan banyak orang. sehingga apa yang penting adalah memikirkan
Oleh karenanya, konsep pendidikan bagi pengembangan kehidupan sekarang sebab
pengembangan SDM di mana manusia sebagai kualitas kehidupan sekarang akan
modal pembangunan bagi suatu bangsa menentukan keadaan kehidupan yang akan
membutuhkan penyempurnaan dengan datang. Oleh karenanya perhatian kita lebih
konsep pendidikan bagi pengembangan modal harus diarahkan perbaikan keadaan
sosial dan modal budaya. Perasaan, pendidikan kita sekarang, dengan memahami
kebersamaan, nilai-nilai, semangat, sikap, dan situasi pendidikan kita sekarang dalam
tindakan yang menyatukan semua warga konteks individu dan sosial serta
masyarakat dalam menghadapi dan memecahkannya. Sebagaimana John Dewey
memecahkan problem sosial kehidupan yang menolak konsep pendidikan sebagai
bersama adalah merupakan modal sosial dan persiapan kehidupan yang akan datang, dia
budaya yang harus dibangun oleh dunia menekankan konsep pendidikan sebagai
pendidikan. Lembaga pendidikan seperti pertumbuhan, di mana dalam pertumbuhan
sekolah, keluarga, organisasi sosial, program terdapat kontinuiti kemampuan yang dicapai
TV, organisasi keagamaan memiliki peran sekarang untuk berkembang menjadi
penting dalam pengembangan modal sosial kemampuan yang akan datang. Apabila
dan budaya di samping modal intelektual bagi pendidikan dipikirkan sebagai kegiatan
pembangunan bangsa. persiapan kehidupan yang akan datang, maka
Modal pembangunan bukan sekedar dapat terjadi pendidik, guru, orang tua,
modal fisik seperti luas wilayah, kekayaan melupakan kebutuhan, dan minat belajar, serta
37
tingkat perkembangan mental anak yang dasarnya tidak terpisahkan dari dorongan
sekarang sedang tumbuh, dan memaksakan untuk hidup dan perjuangan untuk hidup,
keinginan mereka untuk anaknya bagi serta menjaga kontinuitas keberlangsungan
kehidupan yang akan datang, yang tidak (survival) hidup.
diketahui anak. Oleh karena dalam diri anak memiliki
dorongan untuk hidup, maka secara alami
2. Pengembangan Dimensi-dimensi Pen- dalam diri anak terdapat dorongan untuk
didikan Intelektual, Emosional, dan belajar untuk mempertahankan kehidupan-
Sosial nya. Ahli psikoanalisis Freud memandang
Kegiatan pendidikan yang seharusnya kegiatan belajar manusia adalah sebagai
menyentuh seluruh dimensi kehidupan anak: dorongan (drive) dari dalam diri untuk dapat
intelektual, fisik (keterampilan), emosional, survival (hidup berkelanjutan), dapat
moral (kepribadian), dan sosial sering mengatasi hambatan-hambatan kehidupan.
direduksi sebagai kegiatan pengajaran dan Apabila kita meletakkan dorongan survival
persekolahan yang lebih terpusat pada sebagai dasar kegiatan belajar maka kegiatan
penyampaian ilmu pengetahuan secara statis belajar untuk menemukan cara baru (inovasi)
dan kemampuan teknikal. Fenomena yang baik yang skala besar maupun kecil adalah
terjadi adalah guru sebagai pendidik yang penting dalam kegiatan pendidikan atau
seharusnya memusatkan perhatiannya pada belajar agar kehidupan manusia (individu dan
pertumbuhan diri anak secara utuh, berubah sosial) dapat menjaga kontinuitasnya.
lebih menekankan pada tugas sebagai Kegiatan belajar manusia secara alami
pengajar yang menyampaikan suatu melibatkan banyak dimensi. Tiga dimensi
pengetahuan dengan menggunakan teknik belajar yang sangat penting menurut ahli
atau metode yang sesuai agar siswa dapat pendidikan Denmark: Knud Illers (2004)
menerima materi pelajaran yang diberikan. adalah dimensi pikiran, perasaan, dan sosial
Kegiatan pendidikan dipersekolahan berubah kemasyarakatan. Dalam praktik kehidupan
menjadi sekedar pengajaran dengan sehari-hari seluruh dimensi belajar ini sulit
penekanan penyampaian materi pelajaran, dipisahkan satu dengan lain karena
sehingga tujuan pendidikan untuk keterkaitannya sangat erat, tetapi hanya dalam
membangun manusia yang utuh yang pemikiran teoritis dapat dipisahkan satu
memiliki kepribadian mandiri kreatif dengan dengan lainnya.
karakter yang baik, semangat atau motivasi Secara umum orang berpendapat bahwa
yang kuat untuk mencapai kemajuan kurang kegiatan belajar terjadi dalam kepala manusia
dapat dikembangkan. Dapat dikatakan (otak manusia), seolah-olah kegiatan belajar
sekarang jarang ditemukan guru yang dilakukan secara individual dengan aktivitas
pendidik, sebaliknya lebih banyak ditemukan membaca buku yang tidak boleh terganggu
guru bidang ilmu seperti guru matematika, oleh kegiatan lain. Pendapat semacam ini
guru biologi, sejarah, ekonomi, dan lainnya mungkin tidak salah, tetapi apabila dipikir
yang kurang mengarahkan perhatiannya pada secara mendalam pendapat ini melupakan
pengembangan diri anak. Sebagaimana yang bahwa kegiatan belajar merupakan bagian dari
telah disampaikan di atas dalam menghadapi kegiatan kehidupan sehingga kegiatan belajar
tantangan kehidupan modern dan global di terjadi dalam konteks aktivitas kehidupan di
mana setiap hari atau bahkan setiap jam mana di samping dirinya sendiri juga terdapat
kehidupan mengalami perubahan maka kita orang lain. Anak-anak bermain dengan teman
membutuhkan landasan paradigma lain, berpartisipasi dalam suatu kegiatan yang
pendidikan yang bersifat transformasional, disenangi dan dihargai bersama, maka dengan
bukan paradigma pendidikan yang bersifat berpartisipasi setiap anak memperhatikan apa
transaksional yang transmisif sekedar yang dilakukan oleh yang lain. Anak yang
memindahkan pengetahuan. Pendidikan baru masuk kelompok itu maka dia cukup
transformatif adalah pendidikan yang mengikuti atau menirukan dari mereka yang
membangun perubahan pada diri anak, sudah memiliki kemampuan lebih banyak atau
seluruh dimensi kehidupan dirinya, perasaan, sudah banyak pengalaman. Dalam konteks
emosi, pikiran, nilai-nilai, dan kepribadian sosial kegiatan belajar selalu belajar sosial,
yang mendorong untuk perbaikan kehidupan. belajar dari orang lain, dan belajar bersama
Kegiatan pendidikan dan belajar pada orang lain. Mereka yang sudah memiliki
kemampuan lebih tinggi akan membantu
38
diri (self). Tetapi manusia selalu berusaha pengajaran atau belajar sebagai penerima
untuk mengembangkan pengetahuan yang pasif. Oleh karenanya, dibutuhkan perubahan
bermakna (meaningful) bagi hidupnya, dan paradigma pengajaran dan belajar yang dapat
untuk memperoleh pengetahuan yang menyentuh dimensi pikiran, perasaan, dan
bermakna, maka dibutuhkan keterlibatan sosial sebagaimana di atas telah disampaikan.
emosi dan perasaan, sebab hanya keterlibatan (baca: Knud Illeris, The three dimensions of
emosi dan perasaan maka pengetahuan dapat learning, 2004).
menyerap dalam diri individu dapat merubah Pendidikan di sekolah sebagai
dirinya (selfnya) atau mengembangkan pemindahan pengetahuan yang menghancur-
kepribadiannya. kan pembentukan kepribadian kreatif anak,
Para ahli pendidikan humanistik (Carl harus diubah dengan pendidikan yang bersifat
Rogers, dll.) menekankan pentingnya arti pemecahan masalah kehidupan, di mana anak-
pendidikan atau belajar yang bermakna untuk anak dan ilmu pengetahuan dibawa dalam
mengembankan konsep diri atau me- kehidupan untuk memecahkan masalah dan
ngembangkan kepribadian, sehingga kegiatan menemukan secara kreatif baik skala kecil atau
pendidikan atau belajar tidak sekedar aktivitas besar yaitu cara-cara baru untuk memecahkan
pikiran, tetapi melibatkan pikiran dan masalah yang dapat membawa perbaikan
perasaan sehingga memperoleh pengetahuan kehidupan. Metode mengajar di mana guru
yang bermakna bagi dirinya. Pendidikan yang lebih banyak berdiri di depan kelas
tradisional yang lebih berorientasi pada dalam menyampaikan pengetahuan diubah
pengetahuan untuk menjawab soal ujian, atau menjadi terlibat bersama murid dalam
sekedar penguasaan pengetahuan teknikal berdiskusi memecahkan masalah, sesuai
untuk melakukan pekerjaan rutinitas, kurang dengan tema-tema pembelajarannya di mana
mengembangkan dimensi emosional perasaan guru dan siswa terlibat secara aktif dalam
yang memungkinkan tumbuhnya kesadaran diskusi pemecahan masalah yang seolah-olah
baru, apakah pengetahuan yang mereka sebagai mitra yang setara tanpa ada yang
peroleh itu bermakna bagi kehidupannya atau dianggap lebih tinggi atau rendah.
mungkin menghancurkan bagi dirinya. Komunikasi yang membangun penghargaan,
Program pendidikan atau belajar dengan kesetaraan, dan kepercayaan menjadi bagian
metode refleksi (reflection) yang bersifat dari kegiatan pembelajaran, karena
mempelajari, menganalisis, dan menyampai- komunikasi semacam itu memberi makna bagi
kan kembali pengalaman yang telah dialami pengembangan diri (kepribadian) anak di
oleh para anak-anak adalah penting mana guru bukan sekedar penyampaian
digunakan untuk dapat mengembangkan diri pengetahuan yang dipaksakan. Anak merasa
(kepribadian) yang kuat dan mandiri, memperoleh penghargaan akan harga diri (self
mengembangkan kekuatan intelektual dan esteem) dan dengan demikian mereka
emosionalnya, serta mengembangkan membangun kepribadian yang percaya diri
kekuatan social-budayanya. Metode refleksi dan bersemangat untuk maju.
yang digunakan dalam proses pembelajaran Belajar kelompok untuk memecahkan
dapat membangun kemampuan berfikir kritis, masalah atau melakukan tugas bersama juga
mengembangkan kepribadian mandiri kreatif bermakna bagi anak karena mencerminkan
dengan tanggung jawab sosial. kehidupan bersama dalam kehidupan sosial
masyarakat di mana setiap orang merupakan
3. Pengembangan Kualitas Mengajar dan bagian dari sosialnya dan memiliki kontribusi
Belajar di Sekolah yang berbeda-beda dalam memecahkan
Dalam pendidikan kita secara umum masalah kehidupan. Dalam melakukan tugas
aktivitas mengajar dan belajar masih bersama ada anak yang berperan
didominasi oleh proses kognitif yaitu memunculkan masalah dan merumuskan
penyampaian pengetahuan dari guru pada masalah, tetapi juga ada anak yang berperan
siswa, sehingga siswa cenderung sebagai menemukan ide-ide hipotetis pemecahan
penerima yang pasif. Pengembangan masalah, dan ada juga anak yang berusaha
kepribadian yang kreatif mandiri dan memiliki menemukan model eksperimen untuk
tanggung jawab sosial yang dibutuhkan oleh percobaan pemecahan masalah dan ada juga
kehidupan modern global seperti sekarang ini anak yang menemukan atau menteorikan teori
kurang dapat dihasilkan dari model barunya. Dengan belajar dalam kelompok
maka terjadi penguatan kekuatan sosial untuk
40
Putut Wiryawan
Wakila Ketua Komisi D DPRD DIY Periode 2009-2014
Ketua Fraksi Partai Demokrat DPRD DIY
http://www.kemdikbud.go.id/uji-publik-
kurikulum-2013-2.html, 2 Oktober 2013.
45
semakin menjamur dengan tawaran fasilitas masing-masing. Apakah dia berada pada
yang semakin mewah. Ketika penulis lintasan yang tepat untuk dapat mengantarkan
menanyakan kepada beberapa siswa sekolah anak-anak menapaki masa depan? Ataukah
negeri, mengapa mereka mengikuti bimbingan dia berada di luar lintasan yang bakal terlindas
belajar, jawabannya sama, ingin mencapai zaman? Pada zaman ketika informasi dapat
NEM tinggi dan dapat diterima di sekolah tersaji dalam waktu cepat, setiap anak-anak
favorit. Realitas ini setidaknya membutuhkan guru yang memenuhi sejumlah
mengindikasikan, bahwa kepercayaan prasyarat tertentu. Setidaknya saat ini ada
masyarakat terhadap sekolah dan termasuk di empat kompetensi sebagai prasyarat wajib
dalamnya guru, cukup rendah. Mereka tidak yang harus dipenuhi. Menaikkan nilai rerata
yakin dapat mencapai NEM tinggi dan empat kompetensi guru profesional itu bukan
diterima di sekolah favorit, manakala mereka perkara mudah; bagi Daerah Istimewa
tidak mengikuti bimbingan belajar. Proses Yogyakarta sekali pun yang relatif geografis
pembelajaran yang terjadi di lembaga wilayahnya berada dalam satu jangkauan.
bimbingan belajar, relatif sama dengan proses Penyebabnya adalah tata kelola pemerintahan
transfer ilmu pengetahuan di sekolah, yang berbasis otonomi daerah dan
ditambah langsung berpraktik mengerjakan memberikan kewenangan penuh kepada
soal-soal. Kadang-kadang, masih dilengkapi pemerintah daerah kabupaten/kota untuk
dengan kiat-kiat (strategi) mengerjakan soal mengatur kewenangan urusan di bidang
dalam ujian. Model seperti inilah, yang dalam pendidikan tingkat SD, SLTP dan SLTA. Andai
pandangan Ki Hajar Dewantara disebut kewenangan itu dilaksanakan secara
pengajaran dan bukan pendidikan. Sebab, bertanggung jawab, kabupaten/kota tersebut
pendidikan mengandung maksud menuntun masih dapat diharapkan kontribusinya untuk
segala kekuatan kodrat yang ada pada anak- menaikkan nilai kompetensi guru. Sayangnya,
anak, agar mereka sebagai manusia dan model pemilihan kepala daerah secara
sebagai anggota masyarakat dapat mencapai langsung telah menyeret birokrasi ke dalam
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi- pusaran politik yang langsung berpengaruh
9 kepada manajemen pemerintahan seperti asal
tingginya.
Konsep pendidikan yang dikembangkan menempatkan pejabat tanpa kompetensi atau
Ki Hajar Dewantara, kemudian melahirkan memecah Satuan Kerja Perangkat Daerah
filosofi Ing Ngarsa Asung Tuladha, Ing Madya karena akan menempatkan tim suses atas
Amangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Di depan dasar alasan balas budi. Atau malah
memberikan contoh keteladanan, di tengah mengangkat guru-guru baru tanpa melihat
membangun kehendak, menggagas ide dan di peta kebutuhan tenaga guru yang dikaitkan
belakang memberdayakan. Lambang dengan kesempatan pemenuhan jam mengajar
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tut bagi guru-guru yang sudah ada agar tidak
Wuri Handayani tentu harus dibaca secara kehilangan tunjangan sertifikasi. Menurut
utuh mulai dari depan, tengah sampai Dewi Zulaekah, pada umumnya sertifikasi
belakang. Dan ini yang mestinya juga menjadi guru memberikan dampak yang baik terhadap
pedoman profesi para guru. kualitas pembelajaran siswa pada kegiatan
10
belajar dan mengajar (KBM).
3. Mencari Guru Abad ke - 21 Upaya meningkatkan kualitas guru agar
dapat memenuhi kebutuhan guru pada abad
Kita sudah berada di garis depan abad ke-
ke-21, tidak dapat lagi mengandalkan model
21. Realitas kondisi guru sudah tergambar
pendekatan yang selama ini dijalankan untuk
jelas. Suka atau tidak, itulah produk dari
meng-upgrade guru. Perlu ada terobosan baru,
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
agar uang rakyat yang diwadahi dalam APBN
yang ada. Siapa pun dapat dengan mudah
maupun APBD tidak terbuang sia-sia. Salah
mengetahui, di mana letak titik koordinat guru
satu cara yang bisa dilakukan adalah, apabila
dalam bentangan peta zaman yang sedemikian
guru tidak memiliki nilai tinggi dalam uji
pesat. Setiap guru memiliki titik koordinat
kompetensi atau dengan kata lain tidak lulus,
guru bersangkutan tidak lagi diizinkan Victor Uji Kurnia - Sabtu, 13 Juli 2013 -
mengajar sampai dia selesai memperbaiki diri http://koffieenco.blogspot.com/2013/07/4-
dan kembali lulus uji kompetensi. Ada dua kompetensi-guru-
kompetensi yang seyogyanya diberi standar profesional.html#sthash.x7WAKGTW.dpuf
kelulusan cukup tinggi, yakni kompetensi Laman Kemendikbud
pedagogik dan kompetensi kepribadian. http://ukg.kemdikbud.go.id/info/ diolah, 3
Mengapa? Kalau kita masih mempercayai Oktober 2013
bahwa pendidikan adalah investasi masa Sugiarti dalam laman
depan, maka jangan mempertaruhkan masa http://garuda.kemdikbud.go.id/jurnal/prose
depan anak-anak kita untuk dididik oleh guru- s?q=kualitas+guru+tahun+2012, 3 Oktober
guru yang tidak memiliki kompetensi 2013
kepribadian dan kompetensi pedagogik. Guru, Jusuf Mudzakkir dalam laman
adalah profesi dengan prasyarat panggilan http://garuda.kemdikbud.go.id/jurnal/prose
jiwa. *** s?q=kualitas+guru+tahun+2012, 3 Oktober
2013
DAFTAR PUSTAKA KARYA KH DEWANTARA, Bagian Pertama:
Undang-Undang Dasar Negara Republik Pendidikan, Majelis Luhur Persatuan Taman
Indonesia Tahun 1945, Setjen MPR-RI, cetakan Siswa Yogyakarta, Cetakan Ketiga, 2004.
kesepuluh, 2011. Dewi Zulaekah, dalam laman
Laman Kemendikbud RI http://garuda.kemdikbud.go.id/jurnal/prose
http://www.kemdikbud.go.id/uji-publik-kurikulum- s?q=kualitas+guru+tahun+2012 3 Oktober
2013-2.html, 2 Oktober 2013. 2013.
Sri Sultan Hamengku Buwono X, Visi Misi
Calon Gubernur DIY 2012 2017, Yogyakarta,
September 2012
48
Abstrak
Abad XXI diwarnai dengan derasnya globalisasi yang menghasilkan berbagai tantangan; dan
rumitnya tantangan ini tidak akan memadai kalau hanya dihadapi dengan paradigma konvensional.
Paradigma teknosains merupakan sebuah keniscayaan; dan pendidikan perlu memiliki komitmen
tinggi terhadap paradigma tersebut. Kurikulum sebagai salah satu instrumen haruslah yang diyakini
mampu menghasilkan manusia terdidik yang cakap dan arif mewujudkan kehidupan yang cerdas,
bermoral, relijius. Sementara itu pengembangan kurikulum berada di dalam konteks
multdimensional, melalui proses-proses politik yang melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan;
sehingga tidak dapat dihindari munculnya sejumlah isu: a) perubahan masyarakat yang diharapkan
dan konsekuensinya bagi kualitas pesertadidik yang perlu dipersiapkan; b) strategi dan metode
pendidikan yang cocok untuk mencapainya; dan c) cara penilaian, pemantauan, dan pengendalian
untuk meyakinkan bahwa pendidikan berlangsung dengan baik dan benar.
sendiri. Pemberi tugas, dan pengemban tugas, penggunanya atau yang menguasainya. Tidak
pastilah memiliki gambaran, minimal tertutup kemungkinan bahwa dapat terjadi
memiliki harapan; cerminan dari ideologi, efek bumerang, pemegang atau pengguna
politik, dan konsep yang diyakini. menjadi korban atas produk ipteks yang
Sejumlah pihak yang dipercaya dipakainya sendiri. Adanya kemungkinan
melakukan perumusan kurikulum yang penyalahgunaan ipteks, maka korban ipteks
pertama dilakukan adalah memformulasikan dapat karena perilakunya sendiri, dapat pula
platform kurikulum yang mencakup paling karena perilaku pihak lain, yang dengan
tidak tiga hal berikut: sengaja atau tidak menimbulkan efek yang
Konsep, yakni mengenai kondisi yang mencelakakan. Tidaklah berlebihan dikatakan
ada dan kondisi yang dimungkinkan ada, bahwa telah terjadi bukan hanya efek berantai
sebagai dasar untuk mengidentifikasi apa tetapi juga multiparadok dari kemajuan ipteks.
saja yang kiranya perlu dapat dilakukan. Menghadapi kompleksitas dan kecepatan
Teori, formulasi kurikulum memerlukan perubahan yang ditimbulkan oleh per-
landasan pertimbangan teoretik mengenai kembangan ipteks diperlukan kapabilita
berbagai hal termasuk karakteristik agilitas dan adaptabilitas. Agilitas atau
peserta didik, proses belajar dan strategi kelincahan untuk melakukan manuver ke
pembelajaran, dan cara penilaian segala arah secara tepat, akurat, selamat, dan
kemajuan belajar. menuju tercapainya tujuan yang diharapkan.
Tujuan, adalah bagian utama dari setiap Sejalan dengan agilitas tersebut diperlukan
kurikulum yang memiliki konsekuensi pula adaptabilitas, artinya kecakapan untuk
terhadap komponen lain dari kurikulum, melakukan penyesuaian diri secara tepat.
misalnya mengenai bahan dan sumber Aktualisasi dari prinsip agilitas dan
belajar, indikator keberhasilan, serta cara adaptabilitas memang rentan menghadapi
mengenali tingkat capaian dan kemajuan resiko kesalahan atau kesesatan, sehingga
peserta didiknya. yang terjadi dapat berupa perilaku yang
membahayakan diri dan atau mencelakakan
Formulasi ketiga hal tersebut melalui
pihak lain. Di sinilah diperlukan sistem
proses diskusi dari berbagai pihak yang
kendali agar supaya pada setiap pembuatan
berkepentingan, bukan hanya tim terbatas
keputusan, baik pada posisi longgar maupun
yang dipercaya untuk merumuskan platform
posisi terdesak, senantiasa tidak mudah
kurikulum.
tersesat atau kesalahan yang dapat berakibat
buruk.
3. Harapan dan Tantangan Abad XXI
Satu-satunya sumber kekuatan pe-
Abad XXI ditandai dengan kuatnya ngendali yang dapat mengarahkan
paradigma teknosains yang telah menjadi penggunaan ipteks adalah nilai-nilai moral
keniscayaan karena pesatnya perkembangan dan etika yang memiliki komitmen kuat untuk
ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni menegakkan nilai-nilai luhur seperti
(ipteks). Perkembangan ipteks ini tidak lagi kebenaran, kebaikan, kesantunan, kejujuran,
aditif linier selayaknya deret hitung, kepedulian, dan masih banyak lagi. Nilai-nilai
melainkan mengikuti pola eksponensial yang luhur tersebut diinternalisasikan ke setiap
semakin pesat pula. Energi yang dikandung orang sampai pada level otonomi moral; dan
oleh perkembangan ipteks ini sangat besar dan diwujudkan ke dalam berbagai pranata
dimanfaatkan di berbagai bidang kehidupan, kelembagaan. Dengan demikian perilaku
baik di ranah privat maupun publik; bahkan invidual dengan koheren atau dukung
ada urusan privat disadari atau tidak masuk mendukung dengan tuntutan perilaku
ke ranah publik. Berbagai media sosial seperti organisasional kelembagaan.
facebook dan twitter memungkinkan ter- Menghadapi masadepan tidak cukup
paparnya urusan privat di media publik. hanya dengan pengalaman masa lampau,
Energi yang ditimbulkan oleh karena masa depan tidak sekedar lanjutan
perkembangan ipteks sangat besar, kalau linier dari masa lampau. Kontinyuitas dan
dapat dimanfaatkan untukkepentingan positip diskontinyuitas silih berganti dengan pola
dampak positipnya sangat besar; sebaliknya yang belum selalu dikuasai oleh ilmu
kalau dipakai untuk kepentingan negatip pengetahuan. Oleh karena itu berkembanglah
dampaknyapun akan sangat luarbiasa. Dengan paradima teknosains, yang mengedepankan
kata lain nilai energi sangat bergantung pada perlunya dikuasai berbagai pendekatan, yaitu:
50
PHILOSOPHICAL/
IDEOLOGICAL SOCIAL CONTEXT
CONSIDERATION
SPN
POLICY PSYCHOLOGICAL
ENVIRONMENT CONSIDERATION
KKNI
CULTURAL
CONTEXT
INSTITUTIONAL
CONTEXT
CURRICULLUM
DEVELOPMENT
7
bahwa layanan pendidikan menjadi lebih baik, rijid rancangan pusat, semakin terbatas
karena diurus oleh pemerintah daeeah yang kewenangan para pelaksana di tingkat satuan
secara fisik lebih dekat dengan rakyat, pendidikan. Sebaliknya, semakin global
dibandingkan dengan apabila semua menjadi pedoman dari pusat, semakin longgar
urusan pemerintah pusat. kewenangan sekolah sebagai satuan pelaksana
Banyak negara mengalami kuatnya pendidikan. Otoritas pusat sebagai
tuntutan desentralisasi dengan latarbelakang penanggung-jawab rancang bangun
yang berbeda-beda, sulitnya mengelola sistem kurikulum belajar mempercaya daerah dan
desentralisasi, lamanya waktu yang satuan pendidikan, di sisi lain daerah/satuan
diperlukan untuk terwujudnya tujuan yang pendidikan belajar dapat dipercaya sebagai
didambakan oleh sistem desentralisasi, dan pihak yang mengoperasional kurikulum. Di
setelah bertahun-tahunpun tidak sertamerta dalam perubahan dari kuikulum 2006 ke
berhasil. Lebih dari itu, setelah dialami dan kurikulum 2013 mengandung adanya
dirasakan bahwa dengan desentralisasi pergeseran proporsi kewenangan pusat dan
bahkan muncul persoalan baru, bukan tidak kewenangan satuan pendidikan; sebagian
mungkin masyarakat kembali merindukan kewenangan yang dulu didelegasikan ke
sistem sentralisasi; ibarat pendulum yang daerah dan satuan pendidikan ditarik menjadi
berayun bolak-balik di dua posisi yaitu posisi kewenangan pusat (silabi, buku teks).
sentralisasi dan posisi desentralisasi.
Pada dasarnya desentralisasi bukan 7. Penutup
perubahan dari semula semua urusan pusat
Tantangan utama pengembangan
menjadi semua urusan daerah. Desentralisasi
kurikulum abad XXI pada dasarnya
dimulai dengan penataan atau pembagian
bersumber pada konteks pengembangan
kewenangan, sejumlah urusan tetap diurus
kurikulum yang multidimensional yakni
pusat, dan sejumlah urusan lain menjadi
dimensi filosofi dan ideologi pendidikan;
urusan daerah. Ada urusan didelegasikan,
kondisi sosial masyarakat; aspek psikologis
didekonsentrasikan, atau didevolusikan.
peserta didik; lingkungan kebijakan sampai
Urusan pendidikan sebagai salah satu urusan
dengan kondisi satuan pendidikan. Dengan
pemerintahan yang didesentralisasikan,
konteks yang multidimensional tersebut
senantiasa perlu dicermati aspek apa saja yang
kurikulum diharapkan fokus pada
tepat didelegasikan, didekonsentrasikan, dan
mempersiapkan kemandirian, baik
didevolusikan. Sebagai contoh, guru sekolah,
kemandirian para peserta didiknya maupun
aspek administratif kepegawaian menjadi
kemandirian bangsa. Bangsa yang mandiri
urusan pemerintah kabupaten/kota, aspek
adalah yang berdaulat dalam semua bidang
keprofesian menjadi urusan Kemendikbud.
termasuk sosio-budaya, ekonomi, politik, dan
Kerumitan manajemen guru bertambah
ipteks.
manakala dipahami bahwa guru madrasah
Sistem desentralisasi sebagai salah satu
sepenuhnya urusan Kemenag; dan di
realisasi paham demokrasi, seringkali menjadi
lapangan harus berkoordinasi dengan guru
ajang polemik di sekitar persoalan peletakan
sekolah sederajat.
kewenangan. Sedikit saja otoritas sentral
Mengenai manajemen pengembangan
dipandang mengambil atau mengurangi
kurikulum di dalam sistem desentralisasi
kewenangan yang diyakini sebagai hak
diperlukan proporsi yang tepat antara
daerah, satuan pendidikan, ataupun pendidik;
kewenangan pusat, daerah, dan kewenangan
dapat dipastikan mengundang polemik
satuan pendidikan. Pada umumnya satuan
berkepanjangan; sejalan dengan kandungan
pendidikan mengharapkan kewenangan luas
multiparadok di era globalisasi. Contoh:
sebagai pelaksana pendidikan, namun belum
menginginkan otonomi profesi tetapi
tentu memiliki kemampuan cukup untuk
dependensi pada sumberdaya pusat;
merencanakan kurikulum yang memenuhi
menginginkan pendidikan bermutu tetapi
harapan sistem pendidikan nasional. Di sisi
sistem ujian sebagai satu alat kendali mutu
lain otoritas pusat sebagai penanggung-jawab
bermasalah; mendambakan pendidikan
sistem pendidikan nasional memiliki otoritas
holistik, tetapi hegemoni pendidikan
untuk menentukan blue-print atau framework,
berorientasi ketenagakerjaan sangat mewarnai
akan tetapi pada posisi jauh dan tidak
kebijakan pendidikan.
memahami presis kondisi pelaksanaan
pendidikan di lapangan. Semakin rinci dan
55
e) Orang yang membuat ornamen- tetapi juga lewat penerusan nilai dan visi.
ornamen (Potter): membentuk Sebuah bangsa bertahan melebihi satu
dan dibentuk oleh kepahlawan- generasi karena identitas diri yang
an-kepahlawanan, ritual-ritual, ditopang kontinuitas nilai dan visinya.
tradisi-tradisi, seremoni-seremo- Sejauh ini perkembang-biakan nilai belum
ni, lambang-lambang sekolah, menjadi fokus pendidikan nasional
menjadikan staf yang andil dalam (Yonky Karman, Kompas 12 Mei 2007)
nilai-nilai inti.
f) Penyair (Poet) : menggunakan 3. Tugas dan Tanggung Jawab Guru
bahasa untuk memperkuat nilai-
Guru adalah orang yang pekerjaannya
nilai dan mendukung citra terbaik
(mata pencahariannya, profesinya) mengajar
sekolah itu sendiri.
(KBBI, 2012); A person who teach; one who
g) Aktor (Actor): mengimprovisasi
instruct (Websters Dictionary, 1993); A
drama, komedi dan tragedi person who teaches others, especially in a school
sekolah yang tak terelakkan. Jika (Eugene Ehrlich, et.al ,1986). Mengajar adalah
semua dunia adalah sebuah to communicate skill or knowledge; to give
panggung, maka aspek-aspek instruction or insight (Websters Dictionary,
kehidupan sebuah sekolah adalah 1993). Dalam arti generiknya, menurut B.
mempesona, apakah mereka OTHANEL SMITH (1971), mengajar adalah
komedi, tragedi, drama, aksi. sebuah sistem tindakan yang diharapkan
h) Penyembuh (Healer) : menjaga untuk membujuk belajar (teaching is a system
transisi-transisi dan perubahan of actions intended to induce learning). Jika
dalam kehidupan sekolah, siswa belum belajar karena sistem tindakan
menyembuhkan luka-luka dari itu, berarti guru belum mengajar. Sedangkan
konflik dan salah pengertian. RONALD T. HYMAN (1971), menyatakan
h. Membangun School that learn (Peter bahwa mengajar harus dipandang sebagai
Senge et.al, 2000) yaitu sekolah yang re- hubungan triadic. Artinya kita harus
created, made vital, and sustainably memandang bahwa mengajar melibatkan
renewed not by fiat command, and not by sekurang-kurang satu guru, sekurang-
regulation, but by taking a learning kurangnya satu siswa, dan materi pelajaran
orientation. Ini berarti melibatkan setiap yang diajarkan dan dipelajari. Guru sebagai
orang dalam sistem dalam edukator pada hakikatnya mempunyai tugas
mengekspresikan aspirasi-aspirasi tidak hanya mengajar atau membelajarkan
mereka, membangun kesadaran mereka, siswa, melainkan juga sekaligus mendidik
dan mengembangkan kecakapan- siswa, sehingga mengajar yang baikpun
kecakapan mereka secara bersama-sama. disebut mengajar yang mendidik, karena dua
Dalam School that learn, orang-orang hal ini tidak dapat dipisahkan oleh guru dalam
yang terlibat dalam komunitas sekolah, menjalani dan menjalankan tugasnya secara
yang secara tradisional mungkin ada utuh.
kecurigaan satu sama lain, mengakui Mengajar yang mendidik hanya dengan
menjadi taruhan bersama tentang masa perasaan adalah tidak cukup. Tetapi guru
depan sistem sekolah dan segala harus cukup mengetahui tentang hakikat
sesuatunya yang mereka dapat belajar manusia, tentang motivasi manusia, tentang
satu sama lain. membangun self-image atau self-concept
i. Menerapkan strategi komprehensif dalam siswa, tentang positive thinking serta tentang
pendidikan karakter dalam menanamkan tipe-tipe pribadi yang sukses dan yang gagal,
nilai-nilai moral secara terpadu. Dua buah tentang ciri-ciri good character dan strategi
nilai moral yang utama menurut Thomas dalam penndidikannya, tentang ciri-ciri good
Lickona (1992) adalah respect dan school, tentang iklim psiko-sosio-emosional
responsibility. Sedangkan nilai-nilai dari seluruh kelas, tentang pengaruh reward
moral lainnya yang perlu diajarkan dan punishment, dan dari keberhasilan dan
adalah honesty, fairness, tolerance, kegagalan, tentang keseluruhan jaringan
prudence, self-discipline, helpfulness,
dinamika dari hubungan interpersonal antara
compassion, cooperation, courage, and host
guru dan siswa, tentang hubungan sekolah
democratic values. Regenerasi bangsa
tidak cukup hanya lewat beranak cucu,
61
dan masyarakat, tentang hubungan sekolah Based Education atau Performance Based
dalam konteks nasional dan global. Education ( CBE/PBE). CBE telah
Guru mengemban dua tanggung jawab, dikembangkan sebagai bagian dari suatu
yaitu tanggung jawab moral dan tanggung gerakan berdasarkan budaya (W. Robert
jawab ilmiah (akademik). Tanggung jawab Houston, 1974).
moral, lebih terfokus pada pengejawantahkan Dua kekuatan pada masyarakat Amerika
nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh yang mendukung terhadap CBE adalah :
masyarakat bangsa dan negara ke dalam diri Accountability. dan Personali-zation.
pribadi guru, sehingga nilai-nilai itu Accountability: Football coaches, plumbers,
senantiasa terpadu dalam dirinya, sehingga teachers, physicians, dan lain-lain
menjadi teladan bagi peserta didik. Sedangkan diharapkan dapat mempertanggung-jawabkan
tanggung jawab ilmiah (akademik), lebih pelayanan yang diberikan. Mereka diharapkan
terfokus pada kebenaran dan atau tidak hanya berpengetahuan banyak di
kemutakhiran pengetahuan dan ketrampilan- bidangnya, tetapi juga berhasil baik dalam
ketrampilan yang ditransformasikan kepada mempraktekkan pengetahuan yang
paserta didik. Untuk melaksanakan tanggung dimilikinya. Personalization, Alvin Toffler
jawab-tanggung jawab itu , guru dituntut menyatakan bahwa sekolah-sekolah adalah
senantiasa belajar, mendidik diri sendiri, institusi yang telah mendehumanisasikan
memperluas ilmu dan memperdalam siswa, mencontoh seperti pabrik-pabrik, yang
wawasan filosofisnya sebagai guru. menyiapkan siswa siswa untuk kehidupan
industrial. Dalam seting yang sesak dan gaduh
4. Kompetensi Guru guru mengevaluasi usaha-usaha siswa, dan
siswa berkompetisi satu sama lain, para siswa
Dalam Oxford American Dictionary
dengan mudah lebih menjadi objek dari pada
kompetensi (competency) diartikan 1.
menjadi pribadi-pribadi (persons). Maka jiwa
sufficiency of means for living, 2. being
manusia meneriakkan untuk kebebasan,
competent, 3. legal capacity or eligibility,
kemandirian, dan pengakuan (W. Robert
sedangkan kompeten (competent) diartikan 1.
Houston, 1974).
having the ability or authority to do what is
Menurut UU RI No. 14 Tahun 2005
required, 2. adequate, satisfactory (Eugene
Tentang Guru dan Dosen dan PP No. 19
Ehrlich et.al, 1986), 3. having sufficient ability;
Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
being capable (Websters Dictionary, 1993).
Pendidikan, kompetensi yang harus dimiliki
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
tenaga pendidik (guru) adalah kompetensi
kompeten diartikan : (1) cakap (mengetahui);
pedagogik, kompetensi kepribadian,
(2) berwenang; (3) berkuasa (memutuskan,
kompetensi profesional, dan kompetensi
menentukan) sesuatu. Dan kompetensi
sosial. Namun sebenarnya yang perlu
diartikan sebagai kewenangan (kekuasaan)
diwujudkan adalah guru yang profesional.
untuk menentukan (memutuskan) sesuatu
Menjadi guru profesional, sudah semestinya
(KBBI, 2012). Dalam SK Mendiknas No.
guru dituntut memiliki sejumlah kompetensi,
045/U/2002, kompetensi diartikan sebagai
namun penulis tidak memasukkan lagi
seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung
kompetensi profesional, karena guru
jawab yng dimiliki seseorang sebagai syarat
profesional akan dapat dicapai apabila guru
untuk dianggap mampuoleh masyarakat
memiliki serangkaian kompetensi sebagai
dalam melaksanakan tugas-tugas dibidang
sebuah kebulatan kesatuan. Jika untuk
pekerjaan tertentu. Dalam UU RI No. 14 Tahun
menjadi guru yang profesional dimasukkan
2005 Tentang Guru dan Dosen, kompetensi
lagi kompetensi profesional, berarti dapat
diartikan sebagai seperangkat pengetahuan,
dikatakan jeruk minum jeruk.
ketrampilan dan perilaku yang harus dimiliki,
Profesi pada hakikatnya adalah suatu
dihayati dan dikuasai ooleh guru dan dosen
pekerjaan yang memerlukan pengetahuan dan
dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.
ketrampilan yang berkualifikasi tinggi dalam
Gerakan menuju competency based or
melayani atau mengabdi kepentingan umum
performance based education pada awal tahun
untuk mencapai kesejahteraan insani. Ini
1970-an menembus setiap aspek pendidikan
berarti bahwa seorang profesional dalam
Amerika, khususnya the education of
memberikan pelayanan atau pengabdian
professionals diperbaharui melalui prosedur
dilandasi kemampuan/keahlian serta filosofi
setifikasi didasarkan pada konsep Competency
yang mantap. Seorang profesional dalam
62
kualitas pengalaman akademik, sebagimana kata logi tidak menunjuk ilmu pengetahuan.
dinyatakan oleh Frederick Mayer (1963) bahwa Ideologi adalah kesatuan idea-idea, kesatuan
Education, I believe, demands a qualitative itu dimiliki dengan dan dalam logos atau
concept of experience. Thus, we should regard pengertian. Dalam komposisi istilah itu
education as a process leading to the enlightenment termuat suatu renungan atau refleksi : Istilah
of mankind. itu menyatakan bahwa ada idea-idea dan ada
Upaya pembentukan manusia seutuhnya pengertian tentangnya, bahkan bahwa
(whole man) sulit diwujudkan kalau materi- manusia telah berpikir-pikir tentang idea-idea
materi akademik sebagai sebuah kesatuan isi itu tidak hanya ada secara banyak, melainkan
pendidikan pendidikan diperlakukan secara secara kesatuan. Idea-idea itu bukanlah
parsial, apalagi kalau diperlakukan secara sembarangan idea, tetapi idea-idea yang
parial-disintegratif. Sebaliknya, materi mendalam, yang fundamenta (Driyarkara,
akademik antar bidang studi hendaknya 2006).
diperlakukan sebagai sebuah sistem isi Ideologi adalah suatu kompleks idea-
pendidikan (koherensi akademik) yang idea asasi tentang manusia dan dunia yang
mendukung siswa agar sukses belajar dan dijadikan pedoman dan cita-cita hidup.
sukses dalam hidupnya. Untuk itu guru Rumusan ini bersasarkan fakta sejarah. Dalam
ditantang untuk memahami keterkaitan esensi sejarah kita menyaksikan bahwa ideologi
dari substansi materi antar bidang studi dalam dianut karena manfaatnya, karena
proses pembelajaran yang mendidik. efisiensinya. Tetapi penganutan itu pada
Di samping kesenjangan akademik dan prinsipnya juga berdasarkan keyakinan,
koherensi akademik, guru juga senantiasa bahwa ideologi yang dianut itu benar, idea-
ditantang meningkatkan kualitas pengalaman idea yang sebagai kompleks sistematis
akademik. Guru tidak cukup hanya banyak menjadi menjadi ideologi itu kita katakan :
makan garam, banyak pengalaman, tentang manusia dan dunia. Dalam keterangan
melainkan juga yang lebih utama adalah ini termuat juga pandangan tentang Tuhan,
kualitas garam yang di makan, termasuk tentang manusia sesama, tentang hidup dan
keragaman dan keberlakuan garam, agar mati, tentang masyarakat dan negara dsb.
tidak sakit gondok (karena garam yang Singkatan manusia dan dunia mengandung
dimakan tidak beryodium), atau diare yang arti bahwa manusia itu mempunyai tempat
tak berkesudahan (karena semua yang tertentu, mempunyai kedudukan tertentu,
dimakan garam Inggris). Peningkatan kualitas berarti mempunyai hubungan-hubungan atau
pengalaman guru ini, karena akan berdampak relasi. Sesuai dengan tabiat hubungan-
luas pada peserta didik, maka yang diperlukan hubungan yang diakui itu, suatu ideologi
bukan hanya kualitas formal semata-mata bersifat hanya diesseitig atau juga
(gelar akademik), tetapi yang lebih dituntut diesseitig serta yenseitig (Driyarkara,
bagi guru adalah kualitas material (kualitas 2006).
diri) yang senantiasa tanggap terhadap Komunisme adalah suatu ideologi yang
perkembangan dan tantangan zaman. hanya diesseitig, sebab tidak mengakui Tuhan.
Tantangan yang disebut terakhir ini perlu Pancasila adalah ideologi yang diesseitig, juga
mendapat perhatian bagi guru karena sekolah yenseitig Diesseitig karena merembug hidup
dilanda krisis, yang lebih mendorong didunia ini (demokrasi, keadilan sosial); tetapi
mediokritas pendidikan dari pada excellence juga yenseitig karena mengakui Tuhan Yang
(Christopher J. Hurn, 1985). Maha Esa (Driyarkara, 2006). Pancasila
4.2 Kompetensi Ideologik mengandung nilai-nilai religius (sila pertama),
nilai-nilai humanis (sila ke-dua), nilai-nilai
Istilah ideologi berasal dari kata Yunani, kebangsaan (sila ke-tiga), nilai-nilai demokrasi
eidos dan logos. Eidos yang artinya melihat, (sila ke-empat), dan nilai-nilai keadilan (sila ke-
memandang, berarti gambaran pandangan. lima) dalam kesatuan organis harmonis
Karena memikir itu juga mirip dengan dinamis. Dewasa ini yang menjadi masalah
memandang, maka eidos juga berarti pikiran adalah di satu pihak pengaruh ideologi neo-
(idea). Logos di sini berubah menjadi logia, liberalisme dan neo-kapitalisme semakin
berarti kata, pengertian, ucapan. Kita mengerti nampak, sementara di lain pihak, ideologi
Kita mengerti kata biologi, filologi, dan Pancasila semakin direduksi.
sebaginya; dalam hal ini logi berarti pengertian Ideologi bukanlah hanya pengertian,
atau ilmu pengetahuan. Dalam istilah ideologi, melainkan juga prinsip dinamika, karena
64
merupakan pedomen (pola dan norma) dan cita- f. Daring : Anda mau mengambil risiko,
cita (ideal) hidup. Realisasi dari idea-idea yang eksperimen, dan mencoba hal-hal baru
menjadi ideologi itu, menurut Driyarkara, (Joseph Boyett & Jimmie Boyett, 1998).
dipandang sebagai kebesaran, kemuliaan
Sejalan dengan yang dikemukakan
manusia. Dengan melaksanakan ideologi,
WARREN BENNIS di atas, BURT NANUS
manusia tidak hanya sekedar ingin
dalam bukunya The Leaders Edge : The Seven
melaksanakan apa yang harus , melainkan juga
Keys to Leadership in a Turbulent (1989)
dengan ideologi manusia juga mengejar keluhuran.
mengemukakan Tujuh Megaskil
Guru mempunyai kewajiban
kepemimpinan sebagai berikut :
mentransformasikan nilai-nilai luhur Pancasila
a. Farsightedness : Anda menjaga benar-
kepada peserta didik melalui pendidikan.
benar pandangan Anda yang telah
Namun yang perlu senantiasa diperhatikan
menetapkan horison yang jauh, bahkan
dan dipegang teguh oleh para guru adalah
waktu Anda mengambil langkah
bahwa mendidik itu berarti mendidik
terhadapnya.
seseorang sekaligus mendidik diri sendiri.
b. Mastery of change : Anda mengatur
4.3 Kompetensi Personal kecepatan, arah, dan ritme perubahan
dalam organisasi sehingga pertumbuhan
Guru harus senantiasa memiliki
dan evolusinya sesuai langkah peristiwa-
kepribadian yang mantap, sehingga mampu
peristiwa eksternal.
menjadi sumber identifikasi, khususnya bagi
c. Organization design : Anda adalah
peserta didik, umumnya bagi sesama manusia,
seorang pembangun institusi sebagai
artinya ia memiliki kepribadian yang patut
warisan sebuah organisasi yang sanggup
diteladani, melaksanakan prinsip Ing Ngarsa
sukses dalam merealisasikan visi yang
Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa (R.M
diinginkan.
P. Sosrokartono), Tut Wuri Handayani (Ki
d. Anticipatory learning : Anda adalah
Hadjar Dewantara). Guru (juga kepala
seorang lifelong learner yang memiliki
sekolah) sebagai pemimpin-pemimpin sekolah
komitmen untukmeningkatkan belajar
hendaknya memiliki, sebagaimana
organisasi.
dikemukakan oleh WARREN BENNIS dalam
e. Initiative : Anda menunujukkan sebuah
bukunya On Becoming a Leader (1994), unsur-
kemampuan untuk menjadikan hal-hal
unsur dasar kepemimpinan, yaitu :
terjadi.
a. Guiding vision: memiliki idea yang jelas
f. Mastery of independence : Anda
tentang apa yang ingin dilakukan secara
menginspirsi orang lain untuk berbagi
profesional dan secara personal, dan
idea-idea dan percaya satu sama lain,
kekuatan yang tetap teguh dalam
untuk berkomunikasi dengan baik dan
menghadapi kemunduran, bahkan
sering, dan berusaha mencari solusi
kegagalan.
terhadap berbagai masalah secara
b. Passion: memiliki sebuah pasi
kolaboratif.
(keinginan yang besar) terhadap harapan
g. High standards of integrity : Anda adalah
hidup, dikombinasikan dengan sebuah
adil, jujur, toleran, dapat dipercaya,
pasi yang sangat khusus terhadap sebuah
peduli, terbuka, setia, dan komit terhadap
vokasi, sebuah profesi, sebuah alur aksi.
tradisi-tradisi terbaik masa lampau
Anda mencintai apa yang Anda lakukan.
((Joseph Boyett & Jimmie Boyett, 1998).
c. Intergrity: Intergritas berasal dari
pengetahuan diri, keterusterangan, dan 4.4 Kompetensi Pedagogik
kematangan. Anda mengetahui kekuatan-
Kompetensi pedagogik guru bukan
kekuatan dan kelemahan-kelemahan
kompetensi pedagogik yang dirumuskan
Anda, adalah benar terhadap prinsip-
dalam PP RI No. 19 Tahun 2005 yang hanya
prinsip Anda, dan telah belajar dari
bersifat teknis belaka, yaitu kemampuan
pengalaman bagaimana belajar dari dan
mengelola pembelajaran peserta didik ..., karena
bekerja dengan orang lain.
pedagogy adalah : (1) the art, practice, or
d. Trust: Anda telah memperoleh
profession odf teaching; (2) the systematized
kepercayaan orang.
learning or instruction concerning principles and
e. Curiosity : Anda ingin mengetahui
methods of teaching and of student control and
tentang segala sesuatu dan ingin belajar guidance (largely replaced by the term education).
sebanyak yang dapat Anda pelajari. Pedagogy of action : the science or procedure of
65
teaching through purposeful activities, analyzable Tilaar, 2002). Pedagogik atau ilmu pendidikan
into the following steps, each of which involves adalah teori pendidikan, perenungan tentang
initiation, evaluation, and choice by the child : (a) pendidikan; dalam arti luas pedagogik adalah
preparing --- setting up of goals; (b) planning --- ilmu pengetahuan yang mempelajari soal-soal
preparing means necessary to mrealize the goals; (c) yang timbul dalam praktek pendidikan
executing --- performing the means; (d) judging --- (Sutedjo Brodjonagoro, 1966). Guru juga perlu
evaluating the extent of realization of the goals and memahami bahwa pendidikan mencakup
the process (Carter V. Good, 1945). Pedagogy makna yang luas, dan tidak hanya direduksi
or paedagogy adalah : the art, science, or menjadi pengajaran, atau pembelajaran.
profession of teaching; esp. : the study that deals Berikut ini akan dibahas tentang apakah
with principles and methods in formal education pendidikan itu, sehingga diperoleh pandangan
(Philip B. Gove, 1981 : 1663). Pedagogy, the art yang komprehensif tentang pendidikan.
and science of teaching (G. Terry Page, JB. Ki Hadjar Dewantara, menyatakan bahwa
Thomas, AR. Marshall, 1978). pendidikan, umumnya berarti daya-upaya
Istilah pedagogi dan pedagogik biasanya untuk memajukan bertumbuhnya budipekerti
dipakai bergantian. Keduanya diartikan (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect)
sebagai ilmu pendidikan. Memang asal dan tubuh anak; dalam pengertian Taman
mulanya adalah dari bahasa Yunani yang Siswa tidak boleh dipisah-pisahkan bagian-
berarti para budak yang mengantar anak-anak bagian itu, agar supaya kita dapat memajukan
bangsawan untuk belajar. Mereka adalah kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan
pedagogos. Lama-kelamaan ilmu yang penghidupan anak-anak yang kita didik
mempelajari anak yang sedang belajar atau sealaras dengan dunianya (Ki Hadjar Dewantara,
anak yang sedang berkembang disebut ilmu 1977). George F. Kneller (1967), memandang
pendidikan atau ilmu mendidik. Perbuatan pendidikan dalam arti luas, dalam arti teknis,
atau tindakan mendidik yang didasarkan teori dalam arti hasil dan dalam arti proses :
dan konsep disebut pedagogi. Ilmu mendidik a. Dalam artinya yang luas, pendidikan
yang didasarkan kepada kajian ilmiah disebut menunjuk pada suatu tindakan atau
pedagogik. Ilmu pendidikan atau ilmu pengalaman yang mempunyai pengaruh
mendidik atau pedagogik merupakan suatu yang berhubungan dengan pertumbuhan
ilmu yang bukan semata-mata bersifat ilmu atau perkembangan pikiran (mind),
murni, juga bukan suatu tindakan yang tanpa karakter (character), atau kemampuan
dasar, tetapi merupakan ilmu yang diarahkan fisik (phisical ability) individu.
kepada tindakan ilmu praktis) (HAR. Tilaar, Pendidikan dalam artian ini berlangsung
2002 ). seumur hidup. Kita sesungguhnya belajar
Dengan demikin pedagogik bukan hanya dari pengalaman seluruh kehidupan kita.
melihat proses pendidikan sekadar sebagai b. Dalam arti teknis, pendidikan adalah
proses pendewasaan, atau proses sosialisasi, proses di mana masyarakat, melalui
atu proses penyesuaian budaya. Lebih dari itu, lembaga-lembaga pendidikan (sekolah,
pedagogik mengkaji mengenai proses seorang perguruan tinggi, atau lembaga-lembaga
manusia menjadi manusia yang sebenarnya, lain), dengan sengaja mentransmisi dan
yang mempunyai kepribadian. Proses itu tidak mentransformasi warisan budayanya,
lain dari proses individuasi atau menjadi yaitu pengetahuan (knowledge), nilai-
individu. Individuasi bukanlah sekadar nilai (values), dan ketrampilan-
menjadi satu atom atau kumpulan atom-atom. ketrampilan (skills), dari generasi ke
Proses inviduasi adalah pengembangan generasi.
potensi yang ada pada setiap invidu agar c. Dalam arti hasil, pendidikan adalah apa
potensi tersebut dapat dimanfaatkan bagi yang kita peroleh melalui belajar :
keluhuran martabatnya sebagai manusia dan pengetahuan, nilai-nilai dan ketrampilan-
sebagai anggota masyarakat. Manusia yang ketrampilan.
bermartabat adalah manusia yang bukan d. Dalam arti proses, pendidikan melibatkan
sekadar mengembangkan kemampuannya, perbuatan belajar itu sendiri; dalam artian
tetapi juga yang dapat memanfaatkan ini pendidikan sama artinya dengan
kemampuannya itu bagi sesama manusia dan perbuatan mendidik seseorang atau
bagi pubahan sosial. Dengan kata lain,proses mendidik diri sendiri.
individuasi hanya dapat terwujud di dalam
partisipasinya dalam perubahan sosial (HAR.
66
John Dewey (1950), dalam bukunya to maintain a sense of humor, and to communicate
Democracy and Education, mengatakan compassion and empathy.
bahwa pendidikan adalah ...reconstruction or
4.6 Kompetensi Kultural
reorganization of experience which adds to the
meaning of experience, and which increases Kebudayaan pada umumnya adalah
ability to direct the course of subsequent totalitas way of life yang telah berkembang
experience (rekonstruksi atau reorganisasi melaului sejarah. Suatu kebudayaan khusus
pengalaman yang menambah makna adalah bagian kehidupan total dari
pengalaman, dan yang meningkatkan sekelompok orang tertentu ---- cara-cara
kecakapan mengarahkan alur pengalaman mereka berpikir, merasa, dan bertindak,
selanjutnya). Rekonstruksi atau reorganisasi sebagaimana diekspresikan dalam agama,
pengalaman, setelah adanya revisi, oleh John hukum, bahasa, seni, teknologi, pengasuhan
Dewey (1950) dinamakan pendidikan. Jadi anak, dan tentu saja , pendidikan (George F.
pengalaman manusia senantiasa mengalami Kneller, 1971), sehingga kebudayaan itu
perkembangan, perubahan atau revisi. Dengan sebagaimana kata Leslie A. White, sebagai a
perkembangan, perubahan atau revisi symbolic, continous, cumulative, and progressive
pengalaman, orang (guru) perlu melakukan process (Merril & Wentworth, 1953). Guru
pembaharuan pendidikan, misalnya dalam arti hendaknya senantiasa memelihara, membina
mikro (inovasi pendidikan) yaitu tentang dan mengembangkan budaya nasional pada
metode pendidikan (metode pembelajaran) umumnya, dan budaya sekolah khususnya
yang lebih kontekstual. yang kondusif bagi transmisi dan transformasi
Frederick Mayer (1963) dalam bukunya nilai-nilai yang dijunjung tinggi masyarakat
Foundations of education mengatakan bangsa dan negara. Guru-guru yang baik, kata
bahwa Education, I believe, demands a Mayer (1963), adalah vital bagi kemajuan dan
qualitative concept of experience. Thus, we keselamatan bangsa. Guru menjadi penjaga
should regard education as a process leading peradaban dan pelindung kemajuan.
to the enlightenment of mankind. Gelombang globalisasi yang telah
(Pendidikan, Saya meyakini, menuntut sebuah menghapuskan batas-batas ruang ditopang
konsep pengalaman kualitatif. Dengan oleh teknologi informasi yang menghancurkan
demikian, kita harus memandang pendidikan batas-batas waktu, telah mengubah tata
sebagai sebuah proses yang menuntun pergaulan umat manusia. Bahkan pengertian
pencerahan kemanusiaan). mengenai negara-bangsa mulai berubah. Di
Dalam pendidikan, guru perlu senantiasa mana-mana lahir bentuk nasionalisme baru yang
meningkatkan kualitas pengalamannya dikenal sebagai etnonasionalisme atau bentu
dengan belajar mandiri, mengikuti berbagai negara post nation state .Ada kecenderungan
forum kajian pendidikan, dengan studi lanjut, berkembangnya sentimen nasional beralih
agar dalam menididik dan mengaja, dalam kepada sentimen primordial baik dalam
interaksi pendidikan, menghadirkan dalam bentuk budaya, ras, agama. Perkembangan
diri peserta didik pengalaman yang yang baru ini tentunya memberi pengaruh
berkualitas pula. terhadap sistem pendidikan yang dikenal
dewasa ini (HAR. Tilaar, 2002). Sebagaimana
4.5 Kompetensi Sosial dinyatakan oleh R. Robertson, globalisasi
Guru menunjukkan kemampuan adalah menciutnya dunia dan intensifikasi
berkomunikasi dengan baik terhadap peserta kesadaran akan dunia sebagai keseluruhan
didik, sesama guru, kepala sekolah , tenaga (M. Sastrapratedja, 2001). Globalisasi
kependidikan lain, dan orang tua dan merupakan proses yang dinamis dari berbagai
masyarakat pada umumnya. Guru dalam hal aktor dalam sejarah manusia (HAR. Tilaar,
ini perlu lebih menekankan aspek leadership 2003).
(focuses on doing the right things) yang Menurut Anthony Giddens, globalisasi
berparadigma baru dari pada aspek berdimensi politik, teknologi, dan budaya, dan
manajemen (focuses on doing things right) itu juga ekonomi, sehingga kita perlu
sendiri yang sering kurang human. Menurut merestrukturisasi lembagalembaga yang kita
BARBARA L. McCOMBS & JO SUE WHISLER miliki atau menciptakan yang baru, karena
(1997), kompetensi sosial adalah the ability to globalisasi bukan hal yang sepele dalam
establish and sustain positive, caring relationships, kehidupan kita dewasa ini. Globalisasi
merupakan perubahan dalam setiap relung
67
kehidupan kita (HAR. Tilaar, 2002). agar manusia makin sempurna , lebih baik
Globalisasi adalah suatu realita yang tidak dari pada manusia kemarin (T. Jacob, 2007).
dapat dibantah dan dicegah. Persoalan kita
4.9 Kompetensi Antisipasional
adalah bagaimana terjun dalam arus
globalisasi secara cerdas, sehingga tidak Antisipasi mengandung, perhitungan
menjadi korban? Terjun ke dalam globalisasi tentang hal-hal yang akan (belum) terjadi, dan
tanpa identitas kultural yang jelas akan penyesuaian mental terhadap peristiwa-
membuat kita larut dalam arus globalisasi, peristiwa yang akan terjadi (KBBI, 1988).
tanpa dapat turut mengarahkan arah globalisasi Antisipasi juga sdapat diartikan sebagai usaha
itu sendiri. Kita akan menjadi "kuli" belaka dari untuk mengadakan orientasi dan mengadakan
kekuatan-kekuatan besar (Muchtar Buchori, persiapan-persiapan apa yang mungkin
2002). dilakukan seseorang serta mempertimbangkan
adanya sederetan alternatif (Imam Barnadib,
4.7 Kompetensi Spiritual
1990). Hal yang penting menurut Soedjatmoko
Spiritual berkenaan dengan kejiwaan, (1991) ialah kemampuan kreatif dan berinovasi
rohani, batin, mental, moral (KBBI, 1988) yang terhadap tantangan baru.
perlu dimiliki dan didikkan oeh guru,
sehingga baik guru maupun peserta didik 5. Guru yang Baik
memiliki good character (kesalihan) yang
Guru yang baik adalah guru yang
mencakup moral knowing, moral feeling dan
senantiasa berusaha untuk menjadi lebih baik.
moral action dalam kesatuan yang organis,
Guru senantiasa merekonstruksi peng-
harmonis, dan dinamis. Pendidikan
alamannya dan memperkaya pengalamannya
(pendidikan moral), tentu saja berkait erat
dengan berbagai informasi yang dapat
dengan agama (pendidikan agama). For the
mendukung para agar sukses dalam belajar
sake of education we need religion and for the sake
dan sukses dalam hidupnya. Seorang guru
of religion we need education : the two are
yang baik adalah guru yang (Arthur W.
funadmentally inspirable (John F. Gardner,
Combs, 1965) :
1973). Seorang salih tidak akan ditinggalkan
a. Know his subject
oleh zaman dan dibiarkan oleh kehidupan.
b. Know much about related subject
Kehidupan akan menggerakkannya dan
c. Be daptable to new knowledge
zaman akan mencatat amal kebaikannya (Ali d. Understand the process of becoming
Shariati, 1992). e. Recognize individual differences
4.8 Kompetensi Kemanusiaan f. Be a good communicator
g. Develop an inquiring mind
Pemecahan persoalan yang paling h. Be available
menggairahkan pada Abad ke-21, sudah lama i. Be committed
dikatakan oleh John Naisbitt & Patricia j. Be enthusiastic
Aburdence (!990), akan terjadi bukan karena k. Have a sense of humor
teknologi yang spektakuler, melainkan karena l. Have humility
suatu konsep yang berkembang mengenai apa m. Cherish his own individuality
maknanya menjadi manusia. Sampai saat ini n. Have convictions
manusia merupakan masalah yang paling o. Be sincere and honest
rumit di alam semesta. Manusia itu sendiri p. Act with integrity
yang tetap menjadi tragedi terbesar dalam q. Show tolerance and understanding
abad ilmu dan teknologi (Ali Shariati, 1984). r. Be caring
Pendidikan mengemban misi memanusiakan s. Have compassion
manusia, agar menjadi sebenar-benar manusia. t. Have courage
Humanisasi penting karena sebagian kita u. Have personal security
masih pada tingkat peradaban yang rendah, v. Be creative
yang dapat dilihat dalam sikap w. Be versatile
perikemanusiaan. Teknologi, penjelajah x. Be willing to try
demografis serta perubahan-perubahan lm y. Be adaptable
yng besar dan tiba-tiba dapat menimbulkan z. Believe in God
dehumanisasi., sehingga usaha rehumanisasi
tak dapat diabaikan. Kita harus berusaha pula Guru yang baik pada hakikatnya adalah guru
yang senatiasa berusaha untuk menjadi lebih baik.
68
Guru dalam hal ini senantiasa meningkatkan pembaharuan pendidikan pada umumnya,
kompetensi-kompetensi yang dimilikinya dan pembaharuan sekolah pada khususnya.
(kompetensi akademik, kompetensi ideologik, Namun kenyataannya, guru tetap terabaikan
kompetensi personal, kompetensi pedagogik, dalam perwujudan keberadaannya sebagai
kompetensi profesional, kompetensi sosial, insan pendidikan. Guru lebih banyak
kompetensi kultural, kompetensi spiritual, diperlakukan sebagai objek administratif dan
kompetensi kemanusiaan, dan kompetensi birokratis, sehingga keberadaaannya sebagai
antisipasional dalam kesatuan organis insan pendidikan selalu terpasung dan tidak
harmonis, dinamis. berkembang (Mohamad Surya, 2002). Pada
Guru yang baik dapat disebut juga guru saat yang sama guru juga terjebak pada
yang efektif. Jeft Jones, Mazda Jenkin & Sue rutinitas mengajar sehingga tidak lebih dari
Lord, 2006: 57): seorang robot dan instrumen dari target
a. professional but relaxed appearance; unggulan yang keliru memahami manusia.
b. he use of exaggerated facial expression, e.g a Walaupun sast ini guru jumlahnya cukup
gaze or raised eyebrows; banyak, tetapi dapat dipastikan mutunya
c. Confident and relaxed non-verbal behaviours, seadanya (Arief Rachman, 2002).
e.g relaxed shoulders, resting on one lag, Guru dulu dihormati, kemudian
sitting down when a pupil is standing, hand berkurang dan cenderung disikapi sebagi
loose not clenched; Illustrative gestures to pegawai biasa. Guru tidak lagi dipandang dan
show how the class should respond; dipandang. Macam-macam faktor penyebab-
d. Kneeling or getting down to the level of the nya. Lingkungan masyarakat terbawa arus
child; zaman, tidak lagi menempatkan guru dan jasa
e. Controlling gestures; pengabdian dan pelayanan pada tangga yang
f. Smiling face; tinggi. Masyarakat hanyut olehsemangat
g. Self-pointing gestures; materialisme (Jacob Oetama, 2002). Dewasa ini
h. Calm and relaxed quality of voice for the
selain guru dipandang sebagai tumbal
majority of the time; and
masyarakat maju (Sindhunata, 2005), juga
i. Resistence to pupil-instigated interruptions.
masyarakat mengeluh tentang merosotnya
D. Muijis & D. Reynolds (2005) dalam wibawa guru dan sekolah (Mochtar Buchori,
Effective Teaching: Evidence and Practice, 2005).
menyimpulkan bahwa guru-guru yang efektif: Pemerintah dan sekolah harus
a. have a positive attitude; menempatkan kedudukan guru bukan sebagai
b. develop a pleasant social/psychological climate tukang mengajar yang mendidik (hanya
in the classroom; mengetahui bagaimana caranya proses
c. have high expectation of what pupils can pembelajaran yang mendidik), melainkan
achieve; sebagai insinyur mengajar yang mendidik
d. communicate lesson clarity; (mengetahui mengapa cara belajar-mengajar
e. practice affective time management; itu digunakan, memahami landasan filosofis,
f. employ strong lesson structuring; ideologis, saintifik, practical theories of
g. use a variety of teaching methods; education, isu nasional dan global pendidikan)
h. use and incorporate pupils ideas; and memiliki otonomi akademik dan etika
i. use appropriate and varied questioning (Jeft akademik dalam melaksanakan tugasnya
Jones, Mazda Jenkin & Sue Lord, 2006: 5): sebagai penjaga dan pembangun peradaban
manusia masa kini dan masa depan.
6. Penutup
Pada hakikatnya sekolah yang baik, DAFTAR PUSTAKA
sekolah yang dapat menghadapi tantangan Ali Syariati .1992. Humanisme, Antara Islam dan
zaman adalah sekolah yang memiliki guru Mazhab Barat. Bandung : Penerbit Mizan.
yang baik. Guru yang baik adalah guru yang
Arief Rachman. 2002. dalam Tilaar. 2002.
senantiasa berusaha menjadi lebih baik. Upaya
Pendidikan untuk Masyarakat Indonesia
menjadi lebih baik guru, senantiasa guru
Baru. Jakarta : Grasindo.
berusaha bekerja keras untuk dapat
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya Clark, Leonard H. 1968. Strategies and Tactics in
sebagai pembangun fondamen-fondamen hari Secondary School Teaching. London : The
depan jenis kemanusiaan. Guru, diakui Macmillan Company.
sebagai faktor kunci dalam usaha
69
Boyett, Joseph & Boyett, Jimmie .1998. The Masyarakat Indonesia Baru. Jakarta :
Guru Guide : The Best Ideas of Top Grasindo.
Management Thinkers. New York : John Morris, Van Cleve . 1963. Education as a Field
Wiley & Sons, Inc. of Education in Van Cleve Morris (ed).
Deal, Terrence & Peterson, Kent D. 2009. Becoming An Educator. Boston :
Shaping School Culture. San Francisco : Houghton Mifflin Company.
Jossey-Bass Publishers. Nelson, Jack L. : Palonsky, Stuart B. &
McCarthy, Mary Rose. 2004. Critical
Debdikbud R.I. 2012. Kamus Besar Bahasa Issues in Education :Dialogues and
Indonesia. Jakarta : Gramedia Pustaka Dialectics. New York : McGraw Hill.
Utama. Page, G. Terry & Thomas, JB & Marshall, AR.
Dewantara, Ki Hadjar .(1976). Pendidikan 1980. International Dictionary of
Nasional dalam Pendidikan dan Education. Massachusetts :The MIT
pembangunan : 50 tahun Tamansiswa. Press.
Yogyakarta : Penerbit Majelis Luhur PP No. 19 Th. 2005 Tentang Standar Nasional
Tamansiswa. Pendidikan
Dewey, John .(1950). Democracy and education. Reitman, Sanford W. 1977. Foundations of
New York : The Macmillan Company Education for Prospectives Teachers.
Driyarkara. 2006. Karya Lengkap Driyarkara.A. Boston : Allyn and Bacon, Inc.
Sudiardja, dkk (ed). Yoyakarta : Penerbit Richey, Robert W. 1979. Planning for Teaching.
Kompas, Gramedia & Kanisius. New York : McGraw-Hill Book
Drost. J. 1997. Sain dan Humaniora. Basis . Santoso S. Hamijoyo. 2002. Status dan Peran
No. 07-08 Tahun Ke-46 Juli-Agustus guru, Akibatnya pada Mutu
1997. Yogyakarta : Yayasan BP. Basis. Pendidikan. dalam Tilaar. 2002.
Goodlad, John I. 1994. Educational Renewal. San Pendidikan untuk Masyarakat Indonesia
Francisco : Jossey-bass Publishers. Baru. Jakarta : Grasindo.
Huston, W. Robert (ed).1974. Exploring Senge, Peter. Et.al. 2000. School That Learn.
Competency Based Education. Berkeley : London : Nicholas Brealey Publishing
MrTutrhan Publishing Company. Sindhunata. 2005. Guru : Tumbal Masyarakat
Kneller, George F. 1984. Movement of Thought in Maju. Basis, No. 07 08, TahunKe-54,
Modern Education. New York : John Juli Agustus 2005. Yogyakarta :
Wiley & Sons. Penerbit Kanisius.
Marash, Colin J. 1996. Handbook for Beginning SK. Mendiknas No. 045/U/2002. Tentang
Teachers. Australia : Longman. Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi
Mayer, Frederick. 1963. Foundations of Sergiovani, Thomas J. 1991. The Principalship :
Education. Columbus, Ohio : E. Merril Reflective Practice Perspective. Boston :
Books, Inc. Allyn and Bacon.
McCombs, Barbara L. & Whisler, Jo Sue .1997. Soedjatmoko. 1991. Soedjatmoko dan
The Learner-Centered Classroom and Keprihatinan Masa Depan. Yogyakarta :
School : Strategies for Increasing Student Penerbit PT. Tiara Wacana.
Motivation and Achievement. San Tilaar, H.A.R. 2002. Perubahan Sosial dan
Francisco : Jossey-Bass Publishers. Pendidikan : Pengantar Pedagogik
Mochtar Buchori. 1991. Spektrum Problematika Transformatif untuk Indonesia. Jakarta : PT
Pendidikan di Indonesia. Yogyakarta : Grasindo
Penerbit PT. Tiara Wacana -------------- . 2002. Membenahi Pendidikan
-------------- 2005. Erosi Wibawa Guru dan Nasional. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta.
Sekolah. Basis, No. 07 08, TahunKe- UU RI No. 14 Th. 2005 Tentang Guru dan Dosen.
54, Juli Agustus 2005. Yogyakarta :
Penerbit Kanisius.
Mohamad Surya. 2002. Guru : antara
Harapan, Kenyaataan, dan Keharusan.
dalam Tilaar. 2002. Pendidikan untuk
70
Abstrak
Pendidikan anak usia dini dalam era globalisasi semakin mendapat perhatian dari berbagai
lapisan masyarakat. Dengan rentang kehidupan semenjak anak lahir, semua aktivitasnya dapat
dijadikan sebagai obyek yang selalu menarik untuk dikaji. Namun pada realitanya Pendidikan Anak
Usia Dini masih berjalan secara tradisional, karena masih dipandang sebagai persiapan memasuki
jenjang berikutnya yaitu sekolah dasar. Setiap anak memiliki karakter yang berbeda, dibutuhkan
pendekatan yang berbeda pula agar sesuai dengan kebutuhannya. Untuk menghadapi era globalisasi,
lembaga pendidikan anak usia dini diharapkan tidak hanya memberikan layanan kependidikan saja
tetapi juga memberikan layanan pengasuhan. Hal tersebut dikarenakan semakin berkembangnya
kehidupan modern akibat dari globalisasi. Peran ibu, sebagai ibu rumah tangga yang berfungsi
mengasuh anak bergeser menjadi pegawai, wanita karir, ataupun pengusaha. Hal tersebut juga
diperkuat oleh beberapa penelitian dari para ahli yang mengungkapkan bahwa, kecerdasan tidak
tetap pada waktu kelahiran. Sehingga membiarkan anak tumbuh dengan sendirinya merupakan
sesuatu hal yang tidak baik. Persoalan yang muncul adalah dapatkah lembaga pendidikan anak usia
dini mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang lebih modern sebagai akibat dari globalisasi.
Sesuai dengan tujuan pendidikan, tahun pertama kelahiran anak adalah pengembangan
kepribadiannya yang dipengaruhi oleh setiap aspek kehidupan anak. Oleh karena itu, orang tua
ataupun pendidik diharapkan mampu menciptakan kehidupan yang memberikan rasa aman pada
anak, karena berpengaruh positif terhadap perkembangan kepribadian anak. Salah satunya dengan
menyediakan layanan pendidikan dan pengasuhan bagai anak
Kata Kunci: Pendidikan anak usia dini, pendidikan dan pengasuhan, pengembangan kepribadian
dengan profesinya sebagai wanita karier 80% dicapai pada usia 0 8 tahun (sejak
diluar. konsepsi 8 tahun). Apabila anak yang
Menjadi ibu rumah tangga dan wanita memiliki ibu seorang wanita karier, pendidik
karier bukanlah hal yang mudah, diperlukan adalah ibu pengganti dalam proses
kemampuan magerial waktu, tenaga, dan pengembangan kecerdasan anak tersebut dan
perhatian. Bagi yang memiliki dana yang lembaga pendidikan adalah rumah kedua
lebih, peran ibu akan dibantu oleh asisten anak dalam mengembangkan kepribadiannya.
rumah tangga namun bagi rumah tangga Masa keemasan anak golden age yang
dengan ekonomi yang pas-pasan akan tidak akan terjadi dua kali dalam masa
memilih lembaga pendidikan sebagai salah perkembangannya juga dijadikan sebagai
satu cara untuk memenuhi kebutuhan anak pertimbangan lembaga pendidikan untuk
dalam hal perkembangannya. menyelenggarakan proses pembelajaran yang
Setiap pilihan yang dipilih, memiliki sesuai dengan karakter dan kebutuhan anak.
konsekuensi tersendiri. Bila memilih asisten sehingga lembaga pendidikan anak usia dini
rumah tangga, muncul kekhawatiran tidak hanya mendidik namun juga
mengenai kompetensi yang dimilikinya. mengembangkan kepribadian anak yang akan
Begitu juga dengan lembaga pendidikan, digunakan sampai dewasa nanti.
dengan berbagai macam persolan yang akan Persoalan tersebut harus dipikirkan
ditemui. Mulai dari pendidik, fasiltas yang dengan lebih mendalam oleh lembaga
ditawarkan, dan biaya yang harus dikeluarkan pendidikan khususnya usia dini, bukan hal
akan menjadi pertimbangan tersendiri bagi mudah membuat kegiatan pembelajaran yang
seorang ibu yang telah memilih menjadi dapat meberikan layanan pendidikan dan
wanita karier sebagai konsekuensinya. pengasuhan kepda anak usia dini. Oleh karena
Bagi lembaga pendidikan anak usia dini, itu, lembaga pendidikan anak usia dini harus
dalam proses pembelajaran seorang guru tidak memiliki kemampuan untuk mengembangkan
hanya berperan dalam hal mendidik saja, kurikulum agar sesuai dengan kebutuhan
diperlukan kemampuan lain yaitu pengasuhan masyarakat yang bergerak mengikuti
sebagai akibat dari kurangnya waktu yang perubahan zaman.
diberikan oleh ibu dirumah. Dengan peran
ganda yang harus dimiliki oleh pendidik, 2. Pembahasan
lembaga pendidikan juga harus memberikan
Lembaga pendidikan anak usia dini yang
sarana penunjang agar tujuan dari pem-
semakin mendapat perhatian dari masyarakat
belajaran yang memberikan proses pen-
merupakan salah satu pengaruh dari
didikan sekaligus pengasuhan dapat dicapai.
perubahan kehidupan modern. Semua lapisan
Proses pendidikan yang menawarkan
msayarakat mulai menaruh perhatian khusus
pendidikan dan pengasuhan dalam kegiatan
terhadap pendidikan anak usia dini yang
pembelajaran tidak harus lembaga pendidikan
sedang berada pada masa keemasannya.
yang menyelenggarakan kegiatan pendidikan
Batasan yang digunakan dalam me-
secara full day. Lembaga pendidikan yang
ngelompokkan masa golden age mulai
menawarkan layanan pendidikan half day juga
berkembang semakin luas tidak hanya
bisa menyelenggarakan proses pembelajaran
mengenai pendidikan pra sekolah (Taman
dengan tujuan pendidikan sekaligus
Kanak-kanak) tetapi batasan usai lebih
pengasuhan.
ditekankan kepada tugas perkembangan yang
Hal tersebut diperkuat oleh beberapa
akan dicapai anak yaitu dari lahir sampai
fakta yang menyatakan bahwa anak usia dini
delapan tahun, sebagaimana diungkapkan
antara 0 8 tahu masih memerlukan figur
dalam George S. Morrison Early Childhood
seorang guru yang juga bisa memberikan Education (ECE) is the education of children from
kenyamanan sebagai ibu di lembaga birth to eight (Morrison, 1988:p.3).
pendidikan anak usai dini. Dengan ke- Pada usia 0 8 tahun dikatakan sebagai
nyamanan yang diberikan, anak akan lebih masa keemasan golden age, karena pada
mudah memahami proses pembelajaran masa ini pertumbuhan otak anak berkembang
meskipun tanpa ibu yang sebenarnya ada lebih besar dibandingkan ketika dewasa nanti.
disampingnya. Selain itu pada masa golden age dijadikan
Selain itu hasil penelitian para ahli teori sebagi peletak dasar pengembangan ke-
belajar mengenai fungsi kecerdasan anak usia mampuan anak yang akan digunakan pada
dini yang berkembang sangat tinggi sekitar
72
masa dewasanya. Hal tersebut diperkuat oleh yang secara spontan muncul dari dalam diri
pernyataan Bloom, pada usia tujuh belas tahun anak, sehingga anak belajar mengenai
(17 tahun) seorang anak diberi tes kecerdasan kebiasaan melalui bermain tersebut.
dan mendapat nilai 100 (yang sering Kegiatan pembelajaran yang diberikan
dikategorikan rata-rata). Dia mengatakan kepada anak seharusnya mengakomodasi
bahwa 50 % dari perkembangan kecerdasan pendidikan dan pengasuhannya tidak hanya
yang dicapai itu diperoleh pada usia konsepsi dilakukan oleh lembaga pendidikan yang
sampai empat tahun (0 4 tahun), 30% di- memberikan layana pendidikan "full
peroleh pada usia empat tahun sampai daydengan konsep penitipan. Sekolah half
delapan tahun (4 8 tahun), dan 20% day pun diharapkan mampu memberikan
berkembang antara usia delapan dan tujuh layanan pendidikan yang lebih menyesuaikan
belas tahun (8-17 tahun) (Morrison, 1988:22 - kebutuhan masyarakat modern. Kegiatan yang
33). bisa dilakukan sebagi bentuk pengasuhan
yaitu pembentukan moral.
Pendidikan anak yang dilakukan sejak Pendidikan moral tidak hanya diajarkan
lahir memiliki pengaruh pada pengembangan sekedar melalui penyampaian informasi
kepribadian sebagaimana tugas utama pen- (pengajaran) karena pendidikan moral harus
didikan. Pada masa usia dini tidak diragukan menyentuh kesadaran hati, tetapi juga
lagi merupakan masa yang paling kaya. Masa pemahaman pikiran, dan tindakan untuk
ini sebaiknya digunakan oleh pendidik sebaik- bertindak yang bermoral. Sesuai dengan
baiknya, tersia-sianya masa kehidupan ini pendapat Pestalozzi the language of morality
tidak akan pernah dapat dicari gantinya. could not be taught by word of mouth, it had to be
Tugas pendidik adalah memanfaatkan tahun- taught by example. Practice not preaching, was the
tahun awal anak dengan kepedulian tertinggi, basis of moral education (M.R. Heafford,
bukan menyia-nyiakannya. 1967:p.65). Moralitas tidak dapat diajarkan
Proses perkembangan anak usia dini dengan kata-kata mulut, moralitas harus
paling baik melalui cara membebaskan anak diajarkan melalui teladan (contoh).
untuk berkreasi sebebas-bebasnya, bukan Pembelajaran tentang moral baik bagi
melalui paksaan atau sengaja dibentuk. anak usia dini maupun jenjang pendidikan
Lembaga pendidikan yang masih meng- selanjutnya akan lebih efektif bila dilakukan
gunakan gaya belajar tradisional dengan dengan memberikan contoh langsung kepada
memaksa anak belajar dalam keterpaksaan anak. Pada masa ini anak lebih mudah
tidak perlu digunakan lagi. Dengan tidak mengingat sesuatu yang dilihatnya bukan
memaksa anak untuk belajar, secara tidak yang didengarnya.
langsung setiap anak bisa diperlakukan sesuai Penanaman moral tersebut biasanya
dengan karakteristiknya. dilakukan oleh ibu sebagai individu yang
Program pembelajaran anak usia dini, paling dekat dengan anak. Peran ibu dirumah
selalu menekankan akan kegiatan yang sebagai guru pertama bagi anak digantikan
menyenangkan yaitu kegiatan bermain. oleh guru disekolah. Seorang ibu yang dengan
Tujuan dari kegiatan bermain ini selain cara penuh kasih sayang pada anak memberikan
pendidik dalam memberikan materi pembel- pemenuhan kebutuhan fisik untuk menjaga
ajaran, suasana menyenagkan akan kelangsungan hidup menumbuhkan nilai
menstimulus pertumbuhan otak anak agar moralitas dalam diri anak seperti perasaan
sinaps-sinapsnya saling terkait satu dengan mencintai, mempercayai, menghargai ibunya.
yang lain sehingga perkembangan anak akan Salah satu bentuk pengembangan
maksimal. kepribadian anak dengan mengajarkan peng-
Banyak manfaat yang didapat dari gunaan kata maaf, tolong, dan terima kasih.
permaianan yang dilakukan anak-anak. Ketika guru ingin mengajarkan mengenai
Bermain memberikan banyak keuntungan permintaan maaf, tolong, dan terima kasih
untuk anak-anak mulai dalam perkembangan tersebut tidak hanya memberikan melalui
secara fisik, sosial, dan intelektual. cerita saja. Memberikan contoh langsung
Bagi anak usia Taman Kanak-kanak kepada anak akan lebih mudah dipahami.
bermain merupakan cara mereka untuk Seorang guru bukan individu yang paling
mengetahui dan memahami perintah orang benar, tidak ada salahnya guru meminta maaf
dewasa atau orang lain. Hal itu dikarenakan kepada anak sewaktu melakukan kesalahan.
kegiatan bermain merupakan kegiatan kreatif Dengan begitu anak akan merasa bahwa
73
meminta maaf bukan berarti hal yang me- Kegiatan bercerita sebelum makan, akan
malukan. menstimulus anak untuk berkembang dalam
Selain itu kegiatan yang dapat dilakukan aktualisasi dirinya dengan mengungkapkan
yaitu makan bersama. Dalam kisah Toto bahasanya lewat bercerita. Anak akan tumbuh
Chan Gadis kecil di pinggir Jendela, rasa percaya dalam dirinya karena kegiatan
diceritakan mengenai kegiatan makan siang bercerita tersebut tidak memaksakan akan
bersama. Anak-anak diminta untuk membawa cerita tertentu, anak bebas bercerita dengan
bekal makan yang dibuat ibunya dirumah ekspresi apapun.
dengan bahan dari laut dan dari gunung. Menciptakan suasana rumah didalam
Kegiatan makan bersama dilakukan di aula sebuah sekolah akan membuat anak merasa
sekolah, sebelum makan dimulai ada salah nyaman, baik dengan sekolah/lembaga
satu anak diminta untuk bercerita apa saja. pendidikan, guru, dan teman-temannya. Anak
Kegiatan makan tersebut diikuti oleh semua dengan orang tua yang sibuk bekerja terutama
anak dari kelas bawah sampai atas, guru, dan ibu tidak akan kehilangan suasana rumah
kepala sekolah. sehingga tercipta suasana ketika tidak ada ibu didekatnya. Sehingga
makan bersama dengan keluarga. tercipta sekolah/lembaga pendidikan yang
Dalam kegiatan makan bersama tersebut menyenangkan bagi anak. guru tidak sungkan
anak belajar menghargai antar teman dengan untuk memberikan afeksi kepada anak sesuai
kegiatan mendengarkan cerita dan meng- dengan kebutuhannya, dan anak pun merasa
hargai makanan yang dibawa oleh masing- nyaman dengan afeksi yang diberikan
masing anak meskipun berbeda-beda. Selain kepadanya karena anak merasa nyaman
itu Secara tidak langsung anak akan belajar dengan guru yang seperti ibunya.
mengenai lingkungan di darat dan dilaut. Pengasuhan yang dilakukan tidak selalu
Untuk ibunya, dengan membawakan bekal dengan kegiatan yang identik dengan
kepada anak dapat menjalin ikatan yang lebih memberikan fasilitas anak dapat makan, tidur,
dalam dengan pemberian perhatian didalam atau mandi yang sering ditawarkan oleh
makanan tersebut, anak pun tetap terpenuhi lembaga pendidikan dengan layanan
kebutuhan fisiknya. penitipan. Kegiatan pengasuhan dapat dilaku-
Terpenuhi kebutuhan fisik anak memiliki kan oleh lembaga pendidikan dengan layanan
peran dalam proses perkembangannya. Pen- half day yang menyelenggarakan kegiatan
didikan fisik memiliki arti penting bagi pembelajaran yang menitik beratkan kepada
pendidikan intelektual dan pendidikan moral. kemandirian anak.
Melupakan pendidikan fisik akan mem- Kemandirian tidak hanya selalu diartikan
pengaruhi pendidikan moral dan intelektual anak mampu makan atau mandi sendiri.
anak. Anak-anak yang kurang terpenuhi Kemandirian anak lebih menekankan kepada
kebutuhan fisik akan mengalami gangguan kemampuan anak untuk mampu mengetahui
terhadap perkembangan intelektualnya dan kebutuhannya dirinya anak juga peka dengan
juga moralitasnya. lingkungan sekitarnya. Melatih kemandirian
Pestalozzi mengatakan, Indeed the moral anak dapat dimulai dengan kegiatan
education of child started from the moment of sederhana dan menyesuaikan tahap
his birth and centered around his relationship perkembangannya.
with his mother. At first a feeling of trust was Salah satu contoh yang dapat dilakukan
created in him merely by the satisfication of his dalam melatih kemandirian pada anak di usia
physical needs. Pendidikan moral dari se- Toddler bila ditinjau dari pendapat Erik
orang anak di mulai dari waktu kelahirannya H.Erikson, kemandirian bisa dimulai dengan
dan terpusat sekitar hubungannya dengan melatih anak untuk toilet training. Melatih anak
ibunya. Munculnya perasaan percaya (trust) untuk toilet training, bertujuan untuk mem-
dibentuk dalam dirinya hanya oleh pemuasan bangun kemandirian anak dengan mengetahui
dari kebutuhan fisiknya. kapan anak perlu untuk mengontrol buang air
Sehingga membawakan bekal kepada besar/kecil. Dengan mengetahui apa kapan
anak, meskipun terlihat sederhana, ternyata anak harus mengatakan untuk buang air kecil
memiliki tujuan yang sangat besar. Sedangkan atau besar, merupakan salah satu indikator
tujuan makan bersama yang didahului dengan kemandirian anak.
kegiatan bercerita akan menumbuhkan rasa Toilet training, seharusnya dilatih oleh ibu
percaya diri. sebagai bentuk pengasuhan kepada anak.
Pada saat melatih toilet training ajarkan pula
74
adanya perubahan tersebut, lembaga Kuntoro, Sodiq A. & Vera, Avanti (2013).
pendidikan harus lebih menyesuaikan dengan Pengembangan Kurikulum Paud Dalam
keadaan, tujuan pembelajaran tidak hanya Menghadapi Kehidupan Modern. FKIP:
menitik beratkan akan pengetahuan namun UAD.
juga pengasuhan. Menjadikan sekolah sebagai Kostelnik, Marjorie J. Soderman, Anne K. &
rumah kedua dengan segala suasana rumah Whiren, Alice Phipps. 1999.
dan pendidik menjadi ibu kedua bagi anak Developmentally Appropriate Curriculum.
dengan kasih sayangnya. Sehingga anak tetap Best Practices in Early Childhood
memperoleh hal yang dibutuhkan sesuai Education. New Jersey: Prentice-Hall,
dengan kodratnya yaitu diasuh oleh ibu. Inc.
Montessori, Maria. 2008. The Absorbent Mind.
DAFTAR PUSTAKA
(Terjemahan Dariyanto). New York:
Heafford, M.R. (1967). Pestalozzi, His Thought Henry Hold and Company.(Buku Asli
and Its Relevance Today. London: diterbitkan tahun 1995).
Methuen&Co Ltd. Morrison, George S. (1988). Education and
Knight, George R. (1982). Issue and Alternatives Development of Infants, Toddlers, and
in Educational Philosophy. Michigan: Preschoolers. London: Scott, Foresman, and
Andrew Univercity Press. Company.
76
Abstrak
Peranan sumber daya manusia berkualitas sangat penting artinya bagi pembangunan, termasuk
pembangunan bidang pendidikan. Guru merupakan ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan.
Abad 21 sering di sebut eraglobalissi. Globalisasi merupakan bagian dari perkembangan yang lebih
luas terkait antara satu sama lain dan mencakup berbagai aspek kehidupan, termasuk kehidupan
guru. Globalisasi merupakan transformasi sosial budaya dalam lingkup global. Memasuki perubahan
era, akan mengalami banyak tantangan. Hal ini sejalan dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945
yang diatur dalam Pembukaan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan dilanjut dengan Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 5, yaitu: Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan
yang bermutu. Oleh karena itu, di masa depan, dengan tantangan yang begitu komplek,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat, perubahan peraturan dan
kurikulum yang tak dapat dielakkan, jelas membutuhkan guru-guru yang profesional dan berkualitas
di lapangan. Sehingga, undang-undang mewajibkan guru memiliki empat kompetensi, salah satu
diantaranya adalah kompetensi profesional. Kompetensi profesional ini, harus mampu memilah dan
memilih dalam melaksanakan tugas di sekolah, tanpa kompetensi tersebut, dapat dipastikan bahwa
guru akan menghadapi kesulitan dalam membentuk kompetensi peserta didik. Oleh karena itu,
pemerintah telah berupaya keras dan sungguh-sungguh untuk dapat memenuhi kompetensi guru
dengan menetapkan landasan yuridis, seperti Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 pasal 28
bahwa Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran,
sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional.
Kata Kunci: Peranan, Tantangan, Kurikulum, dan Kompetensi Guru
Selama masa peralihan ini, tentunya persyaratan bagi guru yang sertifikasinya
merupakan suatu tantangan baru bagi mengikuti pola PLPG.
lembaga pendidikan. Hal ini, telah di apresiasi Dalam Rambu-rambu PLPG tahun 2013 di
oleh Pemerintah, dengan mengadakan sebutkan bahwa Peserta PLPG adalah guru
pendidikan kualifikasi, yaitu guru-guru yang yang sudah lulus UKA, baik yang berasal dari
belum mempunyai ijazah S1 dapat guru yang bertugas sebagai guru kelas, guru
melanjutkan studinya kembali, sesuai dengan mata pelajaran, guru bimbingan konseling
bidang masing-masing. atau konselor di sekolah.
Tantangan terberat bagi guru adalah
2.4.2 Peraturan-peraturan
susahnya untuk lulus UKA. Melalui PLPG
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan yang hanya 10 hari, disitulah penentuan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi kelulusan untuk memperoleh sertifikat
Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan pendidik. Dalam kenyataan di lapangan,
Fungsional Guru dan Angkat Kreditnya masih banyak guru-guru senior tidak lulus
Permenpan dan RB Nomor 16 Tahun 2009 UKA, bahkan yang telah lulus UKA, akan
yang diberlakukan Tanggal 1 Janauari 2013 tetapi berulangkali mengikuti PLPG juga tidak
dalam pasal 4 ayat (1) ditetapkan bahwa bisa lulus.
Guru adalah pelaksana teknis fungsional di Kurikulum 2013
bidang pembelajaran/bimbingan dan tugas
tertentu pada jenjang pendidikan anak usia Istilah kurikulum sudah dikenal sejak
dini, jalur pendidikan formal, pendidikan tahun 1820. Hal ini sebagaimana diungkapkan
dasar, dan pendidikan menengah. Alkin (Hidayat 2011: 1), bahwa: Sejarah
Guru mempunyai hak untuk kenaikan keberadaban kurikulum dapat dilacak saat
pangkat, apabila memenuhi angka kredit yang Plato menyusun aritmatika sebagai ringkasan
dibutuhkan sesuai dengan kepangkatannya. belajar yang didalamnya mencakup: geometri,
Jika pada masa sebelum dikeluarkan astronomi, dan solid geometri.
Permenpan tsb, kepada guru baru diwajibkan Berulangkali telah terjadi perubahan
membuat karya ilmiah untuk kenaikan dari kurikulum di Indonesia, terakhir sampai
golongan golongan ruang IV a ke IV b, maka kepada Kurikulum 2013. Perubahan
mulai Januari 2013, guru sejak berpangkat III kurikulum adalah suatu keharusan, namun
b, sudah harus mempunyai karya ilmiah. dalam penerapannya tidak seperti membalik
Urutannya sesuai dengan usulan telapak tangan, perlu sosialisasi yang matang,
kepangkatannya. jika tidak sulit rasanya untuk dapat mencapai
Permasalahan ini, akan menjadi tujuan pendidikan secara maksimal.
tantangan bagi guru-guru yang ingin Ketidaksiapan SDM dalam hal ini guru yang
mengajukan kenaikan golongan, karena tidak bergerak langsung di bidang pendidikan,
mudah bagi guru untuk memperoleh angka merupakan tantangan terberat dalam
kredit dari karya ilmiah yang dimaksud. penerapan kurikulum 2013 ini.
Untuk kenaikan golongan ruang dari IV a ke
IV b sudah bertumpuk-tumpuk, sehingga 3. Simpulan
bertahun-tahun setelah pengusulan, belum Guru merupakan teladan bagi peserta
keluar hasil pemeriksaan kepangkatannya. didik, oleh karena itu, harkat dan martabat
Bahkan guru yang golongan ruang IV a telah guru perlu dijaga. Dalam upaya meningkatkan
cukup banyak yang sudah pesimis untuk harkat dan martabat guru, banyak hal yang
bergerak ke golongan ruang lebih tinggi. dilakukan oleh pemerintah, antara lain
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) mengeluarkan Undang-Undang Nomor 14
tentang Guru dan Dosen dan menetapkan
Pendidikan dan Ltihan Guru (PLPG) Standar Nasional Pendidikan tentang Pendidik
bertujuan untuk meningkatkan kompetensi, dan Tenaga Kependidikan.
profesionalisme dan menentukan kelulusan Untuk memenuhi Standar Nasional
peserta sertifikasi. Pendidikan (SNP) tentang guru tingkat satuan
Sejak tahun 2012 atau tahun keenam pendidikan wajib memiliki ijazah D IV atau S1,
pelaksanaan sertifikasi guru dalam jabatan, maka pemerintah mengupayakan program S1
dilaksanakan kebijakan yang cukup mendasar bagi guru dalam jabatan. Guru harus memiliki
dalam penyelenggaraan sertifikasi guru, yaitu empat kompetensi, yaitu: pedogogik,
Uji Kompetensi Awal (UKA), sebagai kepribadian, social, dan profesional. Dalam
80
Abstrak
Abad 21 dikenal sebagai abad informasi. Manusia hidup tidak cukup hanya dengan makan (makanan
jasmani), melainkan informasi juga merupakan salah satu asupan yang harus dikonsumsi setiap
manusia. Dunia pendidikan adalah urat nadi kemajuan bangsa dan negara. Apabila pendidikan ada
di tangan pendidik yang tidak profesional, dapat dibayangkan kehancuran sudah pasti di depan
mata. Tuntutan profesionalitas seorang guru dalam menjalankan tugasnya mutlak diperlukan, sebab
sekali guru salah mengajar, dampaknya akan menghancurkan beberapa generasi ke depan. Begitu
strategis dan vitalnya peran guru di Indonesia. Hal ini merupakan tantangan tersendiri bagi bangsa
yang tidak ingin tertinggal di kancah percaturan dunia yang serba cepat ini. Arah tujuan pendidikan
harus solid, sebab jika tidak demikian pasti akan menemui kesulitan. Nantinya pendidikan tidak
hanya berkutat pada arena lokal saja, melainkan pendidikan harus mampu menjawab tantangan
global. Sekolah dan institusi pendidikan lainnya harus merupakan kawah candradimuka yang
mempunyai misi penting untuk mengentaskan peserta didiknya menjadi manusia seutuhnya.
Pendidikan yang berhasil tentu tidak lepas dari tangan-tangan piawai para pendidik yang
profesional. Pendidik dan peserta didik ibarat dua sumpit yang bekerja bersama-sama dan bersinergi
(two chopstick). Keduanya harus sama-sama berkompeten dalam hal teknologi khususnya teknologi
informasi, mampu berpikir menerobos (think out of the box), kreatif dan inovatif, serta mampu
mengemas pembelajaran yang menyenangkan (PAIKEM). Indonesia harus bertindak cepat dengan
mendidik dan melatih guru-gurunya menjadi profesional untuk menjawab tantangan abad 21.
Kata kunci: Guru, Profesional, Pendidikan, Abad ke 21.
dikehendaki. Kata siap dalam segala hal, meliputi: (1) memiliki kemampuan untuk
baik fisik terlebih psykhis harus dipunyai menghadapi dan menangani peserta didik
seorang guru mengingat ia menghadapi yang tidak memiliki perhatian, suka menyela,
berbagai perangai anak manusia yang pastinya mengalihkan pembicaraan, dan mampu
unik dan menantang. memberikan transisi substansi bahan ajar
Dalam menghadapi tantangan itu, maka dalam proses pembelajaran; (2) mampu
berikut akan dibahas bermacam-macam bertanya atau memberikan tugas yang
kompetensi yang harus dimiliki oleh guru, memerlukan tingkatan berpikir yang berbeda
yakni: Kompetensi Pedagogi, Kompetensi untuk semua peserta didik.
Kepribadian, Kompetensi Sosial, dan Ketiga, memiliki kemampuan yang terkait
Kompetensi Profesional. Ke empat kompetensi dengan pemberian umpan balik (feedback) dan
dimaksud hendaknya melekat pada diri setiap penguatan (reinforcement), yang terdiri dari: (1)
guru, sehingga ia dapat mengemban tugas mampu memberikan umpan balik yang positif
jabatannya dengan profesional dan sanggup terhadap respon peserta didik; (2) mampu
bertanding di kancah global. memberikan respons yang bersifat membantu
terhadap peserta didik yang lamban belajar
2. Pembahasan (slow learner); (3) mampu memberikan tindak
lanjut terhadap jawaban peserta didik yang
Seorang pendidik profesional sanggup
kurang memuaskan; (4) mampu memberikan
memberi perhatian kepada peserta didiknya
bantuan profesional kepada peserta didiknya
tentang bagaimana cara belajar (learning how to
yang memerlukan.
learn), bukan pada untuk apa belajar? Karena
Keempat, memiliki kemampuan yang
setiap peserta didik selalu butuh tahu
terkait dengan peningkatan diri, terdiri dari:
bagaimana cara belajar dan seorang pendidik
(1) mampu menerapkan kurikulum dan
profesional tahu bagaimana kiat belajar yang
metode mengajar secara inovatif; (2) mampu
efektif. Memang antara pendidik dan peserta
memperluas dan menambah pengetahuan
didik dituntut untuk dapat bekerjasama/
mengenai metode-metode pembelajaran; (3)
bersinergi dalam mengharungi proses belajar
mampu memanfaatkan perencanaan guru
mengajar.
secara kelompok untuk menciptakan dan
Menurut Gary A. Davis dan Margaret A.
mengembangkan metode pembelajaran yang
Thomas, paling tidak ada empat kelompok
relevan dengan kekinian.
besar ciri-ciri guru yang efektif, namun berikut
Kelima, pendidik profesional adalah guru
penulis sajikan ada enam yaitu:
yang menguasai ilmu pengetahuan yang
Pertama, memiliki kemampuan yang
diajarkan dan ahli dalam menyampaikannya.
terkait dengan iklim belajar di kelas, yang
Memiliki keahlian yang meliputi bidang teori
kemudian dapat dirinci lagi menjadi (1)
dan praktek keguruan, sehingga ia mampu
memiliki keterampilan interpersonal, khusus-
membelajarkan peserta didiknya tentang
nya kemampuan untuk menunjukkan empati,
pengetahuan yang dikuasainya dengan baik
penghargaan kepada peserta didik, dan
dan benar.
ketulusan; (2) memiliki hubungan baik dengan
Keenam, bekerja atas panggilan hati
setiap peserta didiknya; (3) mampu menerima,
nurani. Dalam melaksanakan tugas pengabdi-
mengakui, dan memperhatikan peserta
annya kepada masyarakat hendaknya didasari
didiknya secara tulus; (4) menunjukkan minat
atas dorongan atau panggilan hati nurani,
dan antusias yang tinggi dalam mengajar dan
sehingga dengan senang dan sukacita ia
atau mendidik; (5) mampu menciptakan
melaksanakan tugas ikut mencerdaskan
atmosfer untuk tumbuhnya kerja sama dan
kehidupan anak bangsa, sesuai bunyi alinea
kohesivitas dalam dan antarkelompok peserta
keempat Pembukaan UUD 1945.
didik; (6) mampu melibatkan peserta didik
Mengingat peran dan fungsi guru yang
dalam mengorganisasikan dan merencanakan
sangat strategis dalam dunia pendidikan,
kegiatan pembelajaran; (7) mampu men-
maka agar ia tidak tertinggal oleh kemajuan
dengarkan peserta didik dan menghargai hak
arus globalisasi di abad ke 21, setiap guru
peserta didik untuk berbicara dalam setiap
perlu dibekali dengan pengembangan model-
diskusi; (8) mampu meminimalkan friksi-friksi
model pembelajaran yang up to date, akurat,
yang sangat mungkin terjadi di kelas.
faktual dan kontekstual, sehingga membuat
Kedua, kemampuan yang terkait dengan
pembelajaran semakin menyenangkan (joyful
strategi manajemen pembelajaran, yang
learning). Pendidik dan peserta didik semakin
83
bergairah dalam belajar/menuntut ilmu, yang dengan latar perkembangan dan tujuan
kelak pasti sangat berguna dalam pendidikan, serta menyajikannya sedemikian
kehidupannya. rupa sehingga merangsang peserta didik
Oleh karena itu perlu diperhatikan oleh untuk menguasai dan mengembangkan materi
setiap guru profesional, antara lain: Standar itu dengan menggunakan kreativitasnya.
Proses Satuan Pendidikan Dasar dan Kedua, layanan administrasi yang
Menengah, Model-Model Pembelajaran, berhubungan dengan membantu setiap
Model-Model Desain Pembelajaran, Model peserta didik dalam mengatasi masalah dalam
Pembelajaran Kontekstual (CTL), Model belajar pada khususnya, dan masalah-masalah
Pembelajaran Kooperatif, Model Pembelajaran pribadi yang akan berpengaruh terhadap
Berbasis Masalah, Model Pembelajaran keberhasilan belajarnya. proses belajar peserta
Tematik, Model Pembelajaran Berbasis didik di kelas sangat erat kaitannya dengan
Komputer, Model Pembelajaran PAIKEM, berbagai masalah di luar kelas yang seringkali
Model Pembelajaran Berbasis Web, Model bersifat non-akademik, misalnya masalah yang
Pembelajaran Mandiri, dan Model Lesson dihadapi peserta didik dalam lingkungan
Study. kehidupannya sehingga perlu dibantu pe-
Dengan menggunakan berbagai teknik mecahannya melalui program bimbingan dan
dan metode pembelajaran yang variatif konseling.
membuat peserta didik merasa bahwa sekolah Ketiga, layanan bantuan akademik-sosial-
itu penting, belajar itu sangat besar pribadi yang setiap guru harus pahami di
manfaatnya guna membekali dirinya untuk samping kedua layanan dimaksud di atas.
mandiri di kemudian hari. Semua kualitas Guru harus memahami tentang manajemen
kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru sekolah demi kelancaran tugas-tugasnya
sangat bergantung pada perencanaan dan sebagai guru, ia juga harus memahami bagai-
pelaksanaan proses pembelajaran, karena mana seharusnya bertindak sesuai dengan
tugas guru bukanlah semata-mata mengajar etika jabatannya, dan bagaimana ia bersikap
(teacher centered) apalagi menggurui dan terhadap tugas mengajar dan atau mendidik,
menganggap dirinyalah yang paling tahu dan serta dengan personalia pendidikan dan
peserta didiknya adalah sosok yang serba orang-orang di luarnya yang ikut menentukan
tidak tahu, tetapi lebih pada membelajarkan keberhasilan dalam mengemban tugasnya.
peserta didiknya (student centered). Subyek pendidikan adalah manusia yang
Setiap peserta didik adalah subyek didik, memiliki kemauan, pengetahuan, emosi dan
ia bukan obyek yang dapat diperlakukan se- potensi yang dapat dikembangkan. Oleh
enak gurunya, ia memerlukan bimbingan karenanya, pendidikan harus dilandasi nilai-
profesional seorang guru. Belajar pada nilai kemanusiaan yang menghargai martabat
hakikatnya adalah proses interaksi terhadap manusia. Pendidikan dilakukan secara inten-
semua situasi yang ada di sekitar sional, yaitu secara sadar, sengaja dan
individu/masing-masing peserta didik. Belajar berencana yang bersifat normatif atau diikat
dapat dipandang sebagai proses yang dengan norma-norma dan nilai-nilai yang
diarahkan pada tujuan dan proses berbuat universal, nasional, lokal yang merupakan
melalui berbagai pengalaman belajar yang acuan pendidik, dan inti pendidikan terjadi
dirancang dan dipersiapkan oleh guru. Belajar dalam prosesnya yaitu situasi interaktif yang
juga merupakan proses melihat, mengamati, menghasilkan peserta didik tumbuhkembang
dan memahami sesuatu yang ada di sekitar ke arah yang dikehendaki.
peserta didik. Hadirnya teori pendidikan merupakan
Sedangkan peranan profesional guru kerangka hipotesis dalam menjawab per-
dalam keseluruhan program pendidikan di masalahan pendidikan, karena sering terjadi
sekolah diwujudkan untuk mencapai tujuan dilema antara tujuan utama pendidikan
pendidikan yang berupa perkembangan dengan misi instrumental. Untuk menjawab
peserta didik secara optimal. Ada tiga bidang masalah yang dihadapi dunia pendidikan
layanan guru profesional, yakni: khususnya di Indonesia, maka salah satu
Pertama, layanan instruksional yang solusinya adalah membekali para pendidik
menuntut setiap guru untuk menguasai isi sebagai tenaga-tenaga profesional (guru
atau materi bidang studi yang diajarkan serta profesional) yang benar-benar memahami,
wawasan yang berhubungan dengan materi menghayati dan dapat menerapkan keahli-
itu, kemampuan mengemas materi sesuai annya, sehingga di era globalisasi ini Indonesia
84
mampu menempatkan dirinya sejajar dengan materi ajar, serta menyusun rancangan
negara-negara lain yang sudah maju bidang pembelajaran berdasarkan strategi yang
pendidikannya. dipilih.
Berikut adalah kompetensi yang harus c. Melaksanakan pembelajaran yang me-
dimiliki setiap guru Indonesia, yang meliputi: liputi menata latar (setting) pembelajaran
(1) Kompetensi Pedagogik, (2) Kompetensi dan melaksanakan pembelajaran yang
Kepribadian, (3) Kompetensi Sosial, (4) kondusif.
Kompetensi Profesional, yang dapat dijelaskan d. Merancang dan melaksanakan evaluasi
sebagai berikut: pembelajaran yang meliputi merancang
dan melaksanakan evaluasi (assesment)
2.1 Kompetensi Pedagogik,
proses dan hasil belajar secara ber-
Merupakan kemampuan dalam pe- kesinambungan dengan berbagai metode,
ngelolaan peserta didik yang meliputi: menganalisis hasil evaluasi proses dan
a. Pemahaman wawasan atau landasan hasil belajar untuk menentukan tingkat
kependidikan ketuntasan belajar (mastery level), dan
b. Pemahaman terhadap peserta didik memanfaatkan hasil penilaian pem-
c. Pengembangan kurikulum/silabus belajaran untuk perbaikan kualitas
d. Perencanaan pembelajaran program pembelajaran secara umum.
e. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik e. Mengembangkan peserta didik untuk
dan dialogis mengaktualisasikan berbagai potensinya,
f. Evaluasi hasil belajar meliputi memfasilitasi peserta didik
g. Pengembangan peserta didik untuk untuk pengembangan berbagai potensi
mengaktualisasikan berbagai potensi akademik, dan memfasilitasi peserta
yang dimilikinya. didik untuk mengembangkan berbagai
potensi non-akademik.
Dalam melaksanakan kemampuan me-
ngelola peserta didik di bidang pedagogik ada 2.2 Kompetensi Kepribadian,
tujuh kemampuan yang tercakup di dalamnya
Adalah kemampuan personal yang
yaitu:
mencerminkan kepribadian yang mantap,
a. Mengenal karakteristik peserta didik
stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi
b. Menguasai teori belajar dan prinsip-
teladan bagi peserta didik, dan berakhlak
prinsip pembelajaran yang mendidik
mulia. Sosok yang benar-benar dapat
c. Melakukan pengembangan kurikulum
dipercaya dan diteladani bagi setiap peserta
d. Melaksanakan kegiatan pembelajaran
didiknya. Oleh karena itu ada beberapa Sub
yang mendidik
Kompetensi dalam Kompetensi Kepribadian
e. Memahami dan mengembangkan potensi
ini, meliputi:
peserta didik
a. Kepribadian yang mantap dan stabil
f. Menjalin komunikasi dengan peserta
meliputi bertindak sesuai dengan norma
didik
sosial, bangga menjadi guru, dan me-
g. Melakukan penilaian dan evaluasi
miliki konsistensi dalam bertindak sesuai
Adapun Sub Kompetensi Pedagogik dengan norma
adalah: b. Kepribadian yang dewasa yaitu me-
a. Memahami peserta didik secara men- nampilkan kemandirian dalam bertindak
dalam, yang meliputi memahami peserta sebagai pendidik dan memiliki etos kerja
didik dengan memanfaatkan prinsip- sebagai guru
prinsip perkembangan kognitif, prinsip- c. Kepribadian yang arif adalah me-
prinsip kepribadian, dan mengidentifikasi nampilkan tindakan yang didasarkan
bekal ajar awal peserta didik. pada kemanfaatan peserta didik, sekolah
b. Merancang pembelajaran, termasuk dan masyarakat, dan menunjukkan
memahami landasan pendidikan untuk keterbukaan dalam berpikir dan ber-
kepentingan pembelajaran yang meliputi tindak
memahami landasan pendidikan, me- d. Kepribadian yang berwibawa meliputi
nerapkan teori belajar dan pembelajaran, memiliki perilaku yang berpengaruh
menentukan strategi pembelajaran ber- positif terhadap peserta didik dan
dasarkan karakteristik peserta didik, memiliki perilaku yang disegani
kompetensi yang ingin dicapai, dan
85
e. Berakhlak mulia dan dapat menjadi adalah suatu profesi yang terhormat dan
teladan meliputi bertindak sesuai dengan mulia. Guru mengabdikan diri dan berbakti
norma religius (imtaq, jujur, ikhlas, suka untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan
menolong) dan memiliki perilaku yang meningkatkan kualitas manusia Indonesia
dapat diteladani peserta didik. seutuhnya, yaitu manusia-manusia yang
beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia, serta
2.3 Kompetensi Sosial,
menguasai IPTEKS dalam mewujudkan
Perlunya dimiliki Kompetensi Sosial bagi masyarakat yang berkualitas.
guru, karena setiap guru diwajibkan dapat
berkomunikasi dengan baik dan dapat bergaul 3. Simpulan
secara efektif dengan siapa saja, teristimewa
Menjadi guru profesional membutuhkan
kepada peserta didiknya, juga kepada tenaga
komitmen dan motivasi, serta sikap yang
kependidikan, orangtua/wali peserta didik,
terpuji untuk dapat melayani peserta didik
dan masyarakat sekitar. Guru harus mem-
yang memerlukan perhatian, sentuhan kasih
punyai kecerdasan interpersonal (interpersonal
dan iklim belajar yang menyenangkan. Di
smart) sebagaimana Howard Gardner dalam
abad ke 21, di usianya yang sudah 68 tahun
teorinya The Seven Smart, serta semakin
merdeka, Indonesia benar-benar sangat
berkembangnya kecerdasan-kecerdasan yang
mendesak (urgent) memiliki guru-guru yang
lain sehingga menjadi Multiple Smart atau
mempunyai hati dan keterpanggilan jiwa
kecerdasan jamak. Dalam berpikir dan ber-
untuk mengemban profesinya sebagai guru
tindak, guru harus mempedomani Kode Etik
yang profesional.
Guru dan Dosen, yang meliputi pedoman
Sosok guru di era teknologi informasi dan
sikap, perilaku, dan perbuatan di dalam
komunikasi sekarang ini bukan hanya sekedar
melaksanakan tugas dalam kehidupan sehari-
mengajar (transfer of knowledge) melainkan
hari.
harus siap menjadi pembelajar sepanjang
2.4 Kompetensi Profesional hayat (lifelong education) dan mampu
menciptakan kondisi belajar yang menantang
Adalah penguasaan materi pembelajaran
kreativitas dan aktivitas peserta didik,
secara luas dan mendalam, yang mencakup
memotivasi, menggunakan multimedia,
penguasaan kurikulum mata pelajaran di
multimetode, dan multisumber agar berhasil
sekolah dan substansi keilmuan yang
mencapai tujuan pembelajaran yang
menaungi materinya, serta penguasaan ter-
diharapkan.
hadap struktur dan metodologi keilmuannya.
Luapan perkembangan ilmu pengetahuan
Adapun Sub Kompetensi dalam Kompetensi
dan teknologi di satu pihak, kemajuan dan
Profesional adalah:
perkembangan yang dialami masyarakat yang
a. Menguasai substansi keilmuan yang
sudah well educated, serta aspirasi nasional
terkait dengan bidang studi yang meliputi
dalam kemajuan bangsa dan umat manusia di
memahami materi ajar yang ada dalam
lain pihak, membawa konsekuensi yang
kurikulum sekolah, memahami struktur,
semakin tidak mudah dan kompleks bagi
konsep dan metode keilmuan yang
pelaksana dalam sektor pendidikan pada
menaungi atau koheren dengan materi
umumnya dan guru pada khususnya.
ajar, memahami hubungan konsep antar
Pendidikan yang baik dan benar,
mata pelajaran terkait, dan menerapkan
sebagaimana yang diharapkan oleh
konsep-konsep keilmuan dalam
masyarakat modern dewasa ini dan sifatnya
kehidupan sehari-hari.
yang selalu menantang, mengharuskan
b. Menguasai struktur dan metode keilmuan
adanya pendidik yang profesional.
yang meliputi penguasaan langkah-
Akhirnya, benarlah rumusan definisi
langkah penelitian dan kajian kritis untuk
profesi sebagaimana Kamus Webster, 1989,
memperdalam pengetahuan dan materi
bahwa profesi adalah suatu jabatan atau
bidang studi.
pekerjaan tertentu yang mensyaratkan
Setidaknya keempat kompetensi pengetahuan dan keterampilan khusus yang
dimaksud di atas wajib dimiliki oleh setiap diperoleh dari pendidikan akademis yang
guru yang kepadanya disebut sebagai intensif. Profesi adalah suatu jabatan atau
pemangku jabatan profesional. Para guru di pekerjaan yang menuntut keahlian tertentu,
Indonesia menyadari bahwa jabatan guru artinya, jabatan profesional tidak bisa
86
Abstrak
Kurikulum memang senantiasa perlu dikembangkan dan disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan
dunia kerja dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengembangan kurikulum harus
dilandasi oleh hasil analisis kebutuhan, kajian/ data monitoring dan evaluasi penyelenggaraan
kurikulum berjalan, hingga kesiapan stakeholder dan penyelenggara pendidikan dalam mengadaptasi
perubahan kurikulum yang akan dilaksanakan. Isu TIK merupakan aspek penting yang menandakan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memiliki pengaruh sangat besar bagi dunia
pendidikan. Namun, pada pengembangan kurikulum pendidikan nasional 2013, khususnya untuk
jenjang sekolah menengah, materi TIK tidak lagi diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri. Selain
itu, isu lainnya yang masih perlu diselesaikan adalah mengenai masalah pengangguran.
Isu-isu tersebut sebenarnya perlu mendapatkan perhatian serius dalam pengembangan kurikulum
pendidikan nasional, terutama pengintegrasian TIK dan kewirausahaan dalam pembelajaran. Untuk
itu, perlu dipahami konteks pengembangan kurikulum, politik pendidikan dan perkembangan
kurikulum pendidikan nasional, keterampilan abad ke-21 dan penilaiannya, keterkaitan kecerdasan
majemuk dan keterampilan abad 21, pengintegrasian TIK dan kewirausahaan dalam kurikulum, serta
tantangan dalam mengimplementasikan kurikulum yang terintegrasi dengan TIK dan kewirausahaan.
Upaya mengintegrasikan TIK dalam kurikulum pendidikan adalah integrasi pada subyek mata
pelajaran sebagai kompetensi yang diajarkan maupun sebagai media pembelajaran. Sementara upaya
mengintegrasikan kewirausahaan dalam kurikulum pendidikan dapat melalui integrasi pada subyek
mata pelajaran, integrasi pada muatan lokal, dikembangkan menjadi salah satu bentuk pelatihan
ekstrakurikuler atau inkubator. Tantangan utama untuk mengimplementasikan kurikulum
terintegrasi dengan TIK dan Kewirausahaan tersebut adalah kesiapan guru melaksanakannya serta
dukungan sumber daya lainnya termasuk biaya.
Kata-kata kunci: pengembangan kurikulum, politik pendidikan, keterampilan abad ke-21, kecerdasan
majemuk, kurikulum terintegrasi dengan TIK dan kewirausahaan
Isu TIK sebenarnya merupakan aspek sangat mudah) memiliki pengaruh sangat
penting sebagai penanda perkembangan ilmu besar bagi dunia pendidikan. Hal ini
pengetahuan dan teknologi (seperti per- menunjukkan betapa pentingnya pengaruh
kembangan teknologi komputer pribadi, TIK bagi kehidupan manusia, sehingga men-
sarana telekomunikasi yang menjangkau jadi salah satu keterampilan/ kompetensi yang
berbagai wilayah dengan cepat, serta jejaring harus dimiliki di abad ke-21.
internet untuk mengakses informasi dengan
Hal tersebut justru kurang diakomodasi rata-rata siswa di Indonesia dengan berbagai
pada pengembangan kurikulum pendidikan negara lain di dunia serta rendahnya hasil
nasional 2013, khususnya untuk jenjang PISA dan TIMSS. Tim pengembang juga belum
pendidikan menengah, dimana materi TIK menunjukkan data hasil penelitian maupun
tidak lagi diajarkan sebagai mata pelajaran evaluasi program pengajaran pada lembaga
tersendiri. Padahal apabila dilihat dari alasan pendidikan di Indonesia yang menunjang
pengembangannya, tidak ada data yang untuk penambahan jam belajar siswa. Hal ini
menunjukkan bahwa semua guru mata menunjukkan bahwa kebijakan pendidikan di
pelajaran telah menguasai media TIK, tetapi Indonesia, termasuk pengembangan kuri-
mereka dituntut harus mengimplementasikan kulum 2013, belum berdasarkan data-data
pembelajarannya berbasis TIK. Pada hasil kajian, penelitian, atau evaluasi
kurikulum 2013 juga terdapat penambahan kurikulum nasional yang komprehensif,
jumlah jam belajar siswa. Alasannya adalah melainkan hanya berdasarkan data
mempertimbangkan perbandingan jam belajar perbandingan posisi Indonesia di dunia.
89
Gambar 2. Perubahan Struktur Kurikulum Jenjang SMP dan SMA dari KTSP menjadi
Kurikulum 2013
(Sumber: Bab II Lampiran Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi dan Paparan Mendikbud
dalam Sosialisasi Pengembangan Kurikulum 2013 di Bandung 16 Maret 2013 )
Isu lainnya yang perlu mendapat usaha. Bahkan, penganggur dengan kategori
perhatian adalah kondisi pertumbuhan dunia tidak mencari pekerjaan secara kumulatif
usaha belum mampu menyerap calon tenaga jumlahnya terus mengalami peningkatan
kerja yang tersedia termasuk lulusan baru selama lima tahun terakhir (data Pusdatinaker
pada lembaga pendidikan. Hal tersebut Kemenakertrans tahun 2008-2012). Hal ini
mungkin akan memunculkan berbagai menunjukkan bahwa tingkat ketergantungan
masalah sosial yang baru, seperti peng- angkatan kerja Indonesia untuk mencari
angguran maupun kondisi overeducation. Isu pekerjaan (menjadi karyawan) masih sangat
pengangguran merupakan hal yang paling tinggi daripada kemauan untuk membangun
umum dikenal, yang terjadi akibat usaha sendiri. Untuk itu, pemerintah telah
ketidakmampuan memperoleh pekerjaan berupaya mengatasinya dengan mengeluarkan
akibat ketatnya persaingan kerja dalam kebijakan seperti tertuang dalam Instruksi
memasuki dunia usaha. Sementara itu, Presiden Republik Indonesia nomor 1 tahun
overeducation sangat jarang dipersoalkan pada 2010 tentang percepatan pelaksanaan prioritas
negara berkembang, tetapi telah lama menjadi pembangunan nasional tahun 2010. Pada
bahan kajian pada negara maju. Menurut program ke-13 Inpres ini, yaitu prioritas
Groot & van den Brink (2007: 101), lainnya dibidang perekonomian meliputi tiga
overeducation merupakan suatu kondisi program, salah satunya adalah tentang
seseorang yang bekerja pada posisi, dimana pemasyarakatan kewirausahaan dan
pekerja tersebut memiliki tingkat pendidikan pengembangan wirausaha baru. Hal ini tentu
jauh lebih tinggi dari kualifikasi yang harus dapat diakomodasi oleh lembaga
dibutuhkan untuk posisi pekerjaan tersebut. pendidikan melalui integrasi materi
Overeducation terjadi akibat peningkatan kewirausahaan pada kurikulum untuk mampu
jenjang pendidikan yang ditempuh oleh menghasilkan lulusan yang memiliki pola
angkatan kerja, tetapi jenis pekerjaan yang pikir/ mindset sebagai pencipta lapangan kerja
sesuai untuk jenjang pendidikan tersebut tidak sendiri.
tumbuh, atau dapat juga sebagai bagian dari Dalam bahasan berikut akan diuraikan
mobilitas karir yang ditempuh pencari kerja mengenai konteks pengembangan kurikulum,
sebelum mereka menemukan pekerjaan yang politik pendidikan dan perkembangan
sesuai dengan tingkat pendidikannya. kurikulum pendidikan nasional, keterampilan
Jumlah pengangguran di Indonesia abad ke-21 dan penilaiannya, keterkaitan
dengan kategori sedang mencari pekerjaan kecerdasan majemuk dan keterampilan abad
dan tidak mau mencari pekerjaan masih 21, pengintegrasian TIK dan kewirausahaan
sangat dominan daripada kategori menunggu dalam kurikulum, serta tantangan dalam
untuk mulai bekerja maupun mempersiapkan
90
Sementara itu, Finch & Crunkilton (1999:23) menggambarkan tahapan pengembangan kurikulum
seperti pada gambar 3 berikut.
bermakna bagi peserta didik, karena mereka Balitbang Depdiknas), tiga diantaranya sesuai
memahami konsep yang dipelajari melalui untuk dikembangkan dalam pembelajaran di
pengalaman langsung dan menghubung- Indonesia, yaitu model keterhubungan
kannya dengan konsep yang sudah dipahami (connected), jaring laba-laba (webbed), dan
yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. keterpaduan (integrated). Perbandingan ketiga
Dari sejumlah model pembelajaran terpadu model tersebut dapat dilihat pada Tabel 2 di
menurut Fogorty (dalam Pusat Kurikulum, bawah ini.
Model jaring laba- Dimulai dengan menentukan Tema yang familiar Sulit menemukan
laba (Webbed) tema, dikembangkan membuat motivasi tema
subtemanya dengan belajar meningkat
memperhatikan kaitannya Memberikan
dengan disiplin ilmu atau pengalaman berpikir
bidang studi lain serta bekerja
interdisipliner
Model Keterpadu- Dimulai dengan identifikasi Hubungan Fokus terhadap
an (integrated) konsep, keterampilan, sikap antarbidang studi jelas kegiatan belajar,
yang overlap pada beberapa terlihat melalui kadang mengabai-
disiplin ilmu atau beberapa kegiatan belajar kan target peng-
bidang studi. Tema berfungsi uasaan konsep
sebagai konteks pembelajaran Menuntut wawas-an
yang luas dari guru
93
Rencana pembelajaran dan penilaian yang dimana kualitas proses tersebut dipengaruhi
dikembangkan sebagai bagian dari penjabaran oleh ketersediaan sumber daya (termasuk
muatan kurikulum perlu memperhatikan guru), serta ditunjang oleh besarnya anggaran
beberapa aspek berikut: pendidikan, sementara anggaran tersebut
- Proses pengakuan dan kriteria seleksi diatur oleh kebijakan yang tidak lain
calon peserta didik, termasuk aturan merupakan hasil dari proses politik.
APEL (assessment of prior experiential Perkembangan kurikulum pendidikan
learning) nasional juga tidak terlepas dari pengaruh
- Induksi dan panduan siswa politik pendidikan. Peran politik pendidikan
- Pengalaman kerja dan hubungannya yang sangat dominan adalah dalam upaya
dengan tujuan program dan penilaian pengesahan suatu kebijakan baru, seperti
- Pengalaman belajar siswa dan strategi kebijakan implementasi kurikulum 2013.
pengajaran
- Keterlibatan pengusaha dalam merancang
dan melaksanakan program
- Contoh penugasan
- Metode untuk memonitor kemajuan
siswa mengikuti program
- Pencatatan pencapaian siswa (ROA/
record of students achievement)
- Strategi penilaian, metode dan prosedur
perbandingan akademik
- Regulasi penilaian yang lebih spesifik
- Aturan mengenai tim verifikasi luar dan
komposisi badan penilaian
2.2 Politik Pendidikan dan Perkembangan
Kurikulum Pendidikan Nasional
Sesuai dengan pendapat Henry M. Levin
dalam Soedijarto (2008) bahwa mutu
pendidikan merupakan hasil dari proses Gambar 5. Faktor-Faktor yang
politik, seperti terlihat pada gambar 5. Mutu Mempengaruhi Mutu Pendidikan
lulusan yang tercermin dimasyarakat (sumber: Soedijarto, 2008)
ditunjukan oleh hasil belajar yang dipengaruhi
oleh proses pendidikan yang diikuti siswa,
Kelompok
Keterampilan abad ke-21
Keterampilan
Kreativitas & inovasi
Cara berpikir Berpikir kritis, memecahkan masalah & membuat keputusan
Belajar untuk belajar
Komunikasi
Cara bekerja
Kolaborasi/ kerjasama tim
Peralatan untuk Literasi informasi
bekerja Literasi ICT
Untuk dapat mengajar dengan berbasis lingkungan kelas yang sesuai untuk seluruh
kecerdasan majemuk (MI), guru harus tipe kecerdasan, serta memahami sistem
memahami konsep kecerdasan majemuk, belajar mengajar berbasis kecerdasan
mengerti bahasa MI yang harus digunakan, majemuk.
membuat profil MI tiap siswa, menciptakan
bulan November 2012. Melihat realita yang kurikulum pendidikan dapat melalui
terjadi seperti ini, maka perlu dibuat strategi integrasi pada subyek mata pelajaran,
dan langkah taktis oleh LPTK dalam rangka integrasi pada muatan lokal,
menyiapkan tenaga guru menyongsong dikembangkan menjadi salah satu
implementasi kurikulum tersebut. LPTK bentuk pelatihan ekstrakurikuler atau
sebagai institusi pencetak tenaga guru harus inkubator.
memiliki visi, misi serta paradigma baru untuk g. Tantangan utama untuk
melakukan akselerasi dalam rangka mengimplementasikan kurikulum
mengantisipasi tuntutan kualitas dari dunia terintegrasi dengan TIK dan
kerja sehingga mampu menyiapkan lulusan Kewirausahaan tersebut adalah kesiapan
tenaga guru yang unggul, memiliki daya saing guru melaksanakannya. Upaya
tinggi, kredibel dan berkualitas dalam era peningkatan kualitas penerapan
global. kurikulum tidak terlepas dari berbagai
kendala sumber daya pendidikan (SDM,
3. Kesimpulan prasarana dan sarana pendidikan serta
Dari uraian dalam pembahasan diatas, sumber biaya penyelenggaraan
dapat diambil simpulan bahwa: pendidikan). Perlunya pembenahan
a. Kurikulum memang harus selalu proses monitoring dan evaluasi program
dikembangkan menyesuaikan dengan pendidikan, termasuk penyelenggaraan
perubahan teknologi maupun tuntutan kurikulum secara berkelanjutan.
dunia kerja. Namun, dalam Perlunya dibuatkan strategi dan langkah
pengembangan kurikulum harus taktis oleh LPTK dalam rangka
berdasarkan prosedur yang sesuai. menyiapkan tenaga guru menyongsong
b. Proses pembelajaran dalam implementasi kurikulum 2013.
mengimplementasikan kurikulum dapat
dilaksanakan melalui integrasi secara DAFTAR PUSTAKA
terpadu, seperti pembelajaran yang
terpadu dalam satu disiplin ilmu,
Agung, Iskandar. 2010. Meningkatkan
terpadu antarmata pelajaran, serta
Kreativitas Pembelajaran Bagi Guru.
terpadu lintas peserta didik.
Jakarta: Bestari Buana Murni.
c. Proses pendidikan formal termasuk
pengembangan kurikulum pendidikan Binkley, M.; Erstad, O.; Herman, J.; Raizen, S.;
Ripley, M.; Miller-Ricci, M.; and Rumble,
nasional tidak mungkin terlepas dari
M. 2012. Defining Twenty-First Century
pengaruh politik pendidikan.
Skills. Dalam Griffin, P., McGaw, B., and
d. Terdapat sepuluh keterampilan abad 21
Care, E. (Eds.). Assessment and Teaching of
yang diklasifikasikan menjadi empat
21st Century Skills. London: Springer.
kelompok. Seiring perkembangan
teknologi dan informasi, prinsip Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri
penilaian dan penentuan standar Pendidikan Nasional Republik
terhadap keterampilan abad ke-21 juga Indonesia Nomor 22 Tahun 2006,
mengalami peralihan dan transformasi Tentang Standar Isi untuk Satuan
menuju penilaian inovatif dan sarat Pendidikan Dasar dan Menengah.
teknologi. Finch, Curtis R. and Crunkilton, John R. 1999.
e. Konsep kecerdasan majemuk dapat Curriculum Development in Vocational
dikaitkan dengan setiap keterampilan and Technical Education: Planning,
abad ke-21. Keterampilan abad ke-21 Content and Implementation, fifth
tersebut akan lebih mudah diajarkan edition. United States of America: A
pada proses pembelajaran yang berbasis Viacom Company.
kecerdasan majemuk Fleetham, M. 2006. Multiple Intelligence in
f. Upaya mengintegrasikan TIK dalam Practice, Enhancing Self-Esteem and
kurikulum pendidikan adalah integrasi Learning in te Classroom. Great Britain:
pada subyek mata pelajaran sebagai Network Continuum Education.
kompetensi yang diajarkan maupun
Groot, W. and van den Brink, H.M. 2007.
sebagai media pembelajaran. Upaya
Overeducation in the Labour Market.
mengintegrasikan kewirausahaan dalam
Dalam Hartog, J. and van den Brink,
102
kepada orang yang diajarnya, sifat ini dengan orang tua murid sebaikbaiknya
juga memberikan skill pada guru bagi kepentingan anak didik
menjelaskan pelajaran dengan fasih, e. Guru memelihara hubungan dengan
efektif dan efesien, perkataannya masyarakat di sekitar sekolahnya
memberikan efek pengaruh yang maupun masyarakat yang luas untuk
mendalam pada siswanya kepentingan pendidikan.
c. Memilki kecerdasan yang dimaksud f. Guru secara sendirisendiri dan atau
kecerdasan adalah kemampuan berfikir bersamasama berusaha
logis, pandai, berilmu dan memiliki mengembangkan dan meningkatkan
hikmah dan kebijaksanaan yang dapat mutu Profesinya.
diberikan kepada siswanya, kemampuan g. Guru menciptakan dan memelihara
inilah yang dimilki oleh para Nabi hubungan antara sesama guru baik
dalam berdakwah menyampaikan berdasarkan lingkungan maupun
risalah mereka kepada umatnya5. didalam hubungan keseluruhan.
h. Guru bersamasama memelihara
Dari tiga karakteristik di atas, sebenarnya membina dan meningkatkan mutu
telah cukup menjadi modal utama integritas Organisasi Guru Profesional sebagai
seorang guru, khususnya guru agama dalam sarana pengabdiannya.
melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan
i. Guru melaksanakan segala ketentuan
pengajar sekaligus, karenanya karakteristik ini
yang merupakan kebijaksanaan
harus dimiliki oleh setia guru agama ataupun
Pemerintah dalam bidang Pendidikan.7
guru non agama dalam mengajar, karena
banyak kegagalan yang terjadi dalam proses Dengan kompetensi dan kode etik guru
pembelajaran dan pendidikan secara umum, diatas, seorang guru di era Globalisasi ini
ketiak para guru tidak memilki karakter dan diharapkan mampu menjadi faktor utama
kompetensi di atas. peningkatan mutu dan kualitas pendidikan di
Dalam system pendidikan indonesia guru Indonesia, menjadi leader dan teladan serta
harus memilki kompetensi sebagai guru, pengarah dan pembimbing yang kompeten
kompetensi itu tertera dalam peraturan Menteri bagi siswa-siswanya, agar mereka menjadi
Pendidikan Nasional nomor 16 tahun 2007: pemimpin-pemimpin bangsa masa depan,
Seorang guru harus memiliki 4 Kompetensi Dasar membawa Negara ini kepada kemampuan
yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, menghadapi segala tantangan dan
dan profesional. Keempat kompetensi tersebut problematika bangsanya, sesuatu
terintegrasi dalam kinerja guru6. perkembangan zamannya.
Kompetensi di atas kemudian diharapkan
dapat meeujudkan kode etik guru 5. Tantangan Guru Agama di Indonesia
sebagaimana berikut:
Tantangan guru profesional untuk
a. Guru berbakti membimbing anak didik
menghadapi masyarakat abad 21 tersebut
seutuhnya untuk membentuk manusia
dapat dibedakan menjadi tantangna yang
pembangun yang berjiwa Pancasila
bersifat internal dan kesternal. Tantangan
b. Guru memiliki kejujuran Profesional
intenal adalah tantangan yang dihadapi oleh
dalam menerapkan Kurikulum sesuai
masyarakat dan bangsa Indonesia, di
dengan kebutuhan anak didik masing
antaranya penguatan nilai nilai budaya dan
masing .
karakter bangsa dan pengembangan nilai-nilai
c. Guru mengadakan komunikasi terutama
demokrasi, Pengetahuan tentang kejiwaan/
dalam memperoleh informasi tentang
psikologi manusia modern, Teknologi
anak didik, tetapi menghindarkan diri
Pemebelajaran yang menuntut inovasi media
dari segala bentuk penyalahgunaan .
dan sumber-sumber belajar, serta fenomena
d. Guru menciptakan suasana kehidupan
rendah nya mutu pendidikan. Sementara
sekolah dan memelihara hubungan
tantangan eksternal adalah tantangan guru
profesional dalam menghadapi abad 21 dan
5
. Ali Abdul Halim Mahmud, At-tarbiyah Islamiyah
fil Madrasah, (Kairo: Daar at-tauzi wannasyr, 1996)
7
hal 368-369 . Abdul Rahmat, Profesi Keguruan, Studi
6
. Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Eksplorasi dan Pengukuhan Identitas Ilmu,
Nasional nomor 16 tahun 2007 (SukabumiL: Patlot Indonesia Pres, 2007) ,hal 57
106
9
sebagai bagian dari masyarakat dunia di era Psikologi dalam pendidikan . Ilmu ini telah
global. menjadi syarat mutlak bagi guru untuk
5.1 Tantangan Internal menjalankan tugasnya sebagai guru,
perkembangan psikologi siswa modern
Tantangan Internal adalah tantangan menuntut adanya inovasi ilmu psikologi dan
yang dihadapi oleh Guru dari dalam, baik dari pengembangan-pengembangan teori-teori
dalam dirinya sendiri maupun dari internal psikologi belajar modern, sesuai dengan
pendidikan nasional Indonesia, diantaranya perkembangan jaman dan kemajuan teknologi.
adalah: Psikologi Pendidikan modern mengajarkan
5.1.1 Budaya dan Karakter. para guru bahwa anak bukanlah makhluk
statis yang hanya bergantung pada stimul dari
Tidak dapat dipungkiri bahwa budaya guru sebagaimana dalam teori psikologi
dan karakter adalah hal yang substantive yang 10
behaviorisme , akan tetapi manusia adalah
sangat mempengaruhi kualitas dan mutu
makhluk pembelajar aktif yang harus dilihat
seorang guru, guru modern adalah guru yang
sebagai makhluk yang utuh, akal, ruh, jasad,
memilki kemampuan memahami budaya dan
social dan sebagainya, karenanya
memiliki kekuatan karakter, budaya yang
pembelajaran yang baik adalah melibatkan
positif dan maju seperti rasa hormat, disiplin,
semua dimensi tersebut dalam proses
jujur, gotong royong, malu, dan sebagainya
pembelajarannya.
adalah modal utama seorang guru
menghadapi budaya-budaya negative, 5.1.3 Penguasaan Teknologi Pembelajaran,
sehingga guru mampu menanamkan nilai-nilai Media dan Sumber belajar modern
budaya local ini kepada siswanya. Demikian Diantara penegtahuan dan sekaligus
pula karakter atau atau akhlak sangat keahlian yang harus dimiliki oleh guru,
mempengaruhi proses pendidikan dan khususnya guru agama dalam pendidikan dan
pengajarn, guru yang berkarakter adalah guru pembelajaran modern adalah pengetahuan
yang memilki pribadi yang relative stabil dan penguasaan Teknologi pendidikan atau
yang menjadi landasan bagi penampilan pembelajaran, Para Ahli mendifinisikan
perilku dalam standar nilai dan norma yang Teknologi pembelajaran ini dengan Teori
8
tinggi . dan Praktek dalam desain, pengembangan,
5.1.2 Pengetahuan tentang Psikologi Manusia pemanfaatan, pengelolaan, serta penilaian
11
Modern proses dan sumber untuk belajar .
Fungsi dan manfaat Teknologi
Objek utama pendidikan adalah manusia
Pembelajaran ini dalam pendidikan abad 21
dengan semua dimensi kemanusiaannya, ruh
sangat vital sebagaimana yang disampaikan
akal dan jasad, proses pendidikan adalah
oleh Yusufhadi Miarso adalah Terwujudnya
proses merubah manusia dan meningkatkan
beberapa pola pendidikan dan pembelajaran
potensi-potensi tersebut. Oleh karena itu, guru
dengan dikmbangkannya dan dimanfaat-
sebagai penggerak utama proses pendidikan
kannya aneka sumber, proses dan system
harus mengetahu dengan baik psikologi dan
belajar sesuai dengan kondisi dan kebutuhan,
karakteristik manusia yang dididiknya.
menuju terbentuknya masyarakat belajar dan
Dalam rangka memaksimalkan hasil
pendidikan yang baik serta pembelajaran yang
efektif dan efesien ilmu psikologi pendidikan
adalah ilmu dan pengetahuan yang paling 9
baik untuk mengetahui karakter setiap anak . Purwa AtmajaPprawira, Psikologi Pendidikan
dan bagaimana mendidik dan mengajranya, dalam Perspektif Baru, (Jakarta: Ar ruz Media,
ilmu psikologi Pendidikan menjadi ilmu yang 2012)hal 29
10
sangat penting dalam dunia pendidikan saat . lebih jelasnya tentang psikologi Behaviorisme
ini. dapat dilihat dalam: Calvin S. Hall and Gardner
Ilmu Psikologi Pendidikan adalah ilmu Lindzey, alih bahasa: A. Supratikna, Teori-teori Sifat
yang mempelajari penerapan prinsisp-prinsip dan Behavioristik, (Yogyakarta: Kanisius, 1993), hal
199
11
. Definisi TP tahun 1994, Lihat: Yusufhadi Miarso,
8
. Prayitno dan Belferik Manulang, Pendidikan Menyemai Benih teknologi Pendidikan, (Jakarta:
Karakter dalam Pembangunan Bangsa, (Jakarta: Kencana dan Pustekom Diknas, cet. IV 2009) hal
Grasindo, 2011) hal 47 140
107
12
berpengetahuan . Diantara kawasan dapat menyesuaikan diri dan memenuhi
Teknologi Pembelajaran/pendidikan yang tuntutan pasar ekonomi dunia,
sangat membantu guru dalam proses kebutuhan pasar dan perusahaan-
pemebelajaran yang inovatif adan efektif perusahaan multi nasional yang
adalah kemampuan mengembangkan media membutuhkan SDM terdidik dari
dan sumber belajar, Dengan media penyajian lembaga-lembaga pendidikan
pembelajaran menjadi jelas, mengatasi d. Masyarakat belajar. Masyarakat belajar
keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, adalah sebuah masyarakat yang tidak
serta dapat mengatasi sikap pasif siswa dan lagi mengandalkan produk sumberdaya
13
memberikan kegairahan belajar.. . alam, masyarakat ilmu hanya mengenal
produksi pengetahuan, ide dan
5.2 Tantangan Eksternal
keilmuan, masyarakat ini sangat
Diantara tantangan eksternal yang mengandalkan produk penelitian ilmiah
dihadapi oleh para guru dalam pendidikan di dan penemuan-penemuan sain dalam
era global ini adalah: segala bidang. Karenanya guru dituntuk
a. Revolusi ilmiah dalam bidang Teknologi untuk mampu menjadi sumber ilmu
dan Informasi, perkembangan teknologi pengetahuan, ide, gagasan dan
informasi dan komunikasi ini telah penelitian.
menjadi kebutuhan dan tuntutan yang
harus dikuasai oleh setiap guru, zaman 6. Penutup
informasi dan komunikasi mendorong Dari pembahasan di atas dapat
setiap guru untuk proaktif disimpulkan bahwa, tantangan guru agama
mengembangkan diri dan memahami pada Abad 21 adalah tantangan yang berat,
lingkungan dan tantangan zamannya. kompleks dan cepat, seorang guru harus
b. Demokrasi dan kebebasan, diantara memiliki kemampuan beradaptasi dengan
tantangan internal yang sangat penting lingkungan yang berubah dengan cepat ini
yang dihadapi para guru adalah khususnya dalam hal teknologi pendidikan,
demokratisasi dalam semua aspek penguasaan informasi dan komunikasi,
kehidupan termasuk demokrasi penguasaan teori-teori modern tentang
pendidikan, seorang guru ditunutu psikologi pendidikan, pemanfaatan media
untuk menjadi lebih demkratis dalam informasi dan komunikasi, pengembangan
mengajar tidak membedakan siswanya media dan sumber belajar modern untuk
dan menghormati serta mengahargai menghadapi tantangan eksternal yang berupa,
perbedaan serta kebabasan orang lain, revolusi informasi dan komunikasi,
guru agama harus mempu membedakan demokrasi, ekonomi global dan masyarakat
anatara kebebasan yang ilmu yang mengandalakan produk ilmu, ide,
bertanggungjawab dan kebebasan yang gahgasan dan teori-teori daripada produk fisik
tidak bertanggungjawab, nilai-nilai dan sumberdaya alam.
demokreasi yang terkadang
bertentangan nilai budaya dan agama
harus dapat disesuaikan dengan kondisi
local dengan cerdas oleh seorang
guru14.
c. Perkembangan Ekonomo Global,
Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari
perkembangan ekonomi, karenanya
pendidikan dan kurikulumnya harus
12
. Yusufhadi Miarso, Menyemai Benih teknologi
Pendidikan, hal 175
13
. Arif, F. Sadiman, Media Pendidikan, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2008), hal 17-18
14
. Khairan Muhammad Arif, Al-Jamiaat Al-
Islamiyah fii Indonesia, Tashawur Muqtarah
litatwiir, Disertasi Doktor, Ilmu Pendidikan,
Universitas Liga Arab, 230
108
Abstrak
Harus diakui bahwa tantangan pendidikan pada abad ke-21 adalah membangun masyarakat yang
berpengetahuan, terampil dan berkarakter. Artinya bahwa sesorang tidak cukup hanya memiliki
kemampuan pada hard-skills saja tetapi juga soft-skills. Suatu penelitian menyebutkan bahwa
kesuksesan seseorang 80 persen ditentukan oleh soft-skills sedangkan kemampuan intelektual hanya
20 persen. Suatu realita bahwa pendidikan di Indonesia masih memberikan persentase yang besar
untuk muatan hard-skills, sementara pendidikan soft-skills menjadi kebutuhan yang sangat penting.
Sampai saat ini pembelajaran di kelas hanya berorientasi bagaimana meluluskan siswa dengan
kemampuan hard-skills yang tinggi namun minim dengan kemampuan soft-skills. Akibatnya banyak
siswa yang telah lulus dari sekolah dengan nilai kemampuan hard-skills yang tinggi tetapi tidak dapat
bekerja sama, kurang terampil berkomunikasi, kurang memiliki etika, kurang memiliki daya juang,
kecerdasan emosional yang rendah, cenderung egois, dan menjadi pribadi yang tertutup. Jika
demikian, apa yang harus dilakukan guru sebagai ujung tombak pendidikan untuk mengantarkan
siswanya pada gerbang kesuksesan dalam hard-skills dan soft-skills ? Makalah ini akan menyajikan
tentang strategi pembelajaran berbasis soft-skills yang dapat diterapkan oleh guru sebagai salah satu
upaya untuk menjawab tantangan abad 21.
Kata kunci: Hard-skills, soft-skills, strategi pembelajaran.
yang akan berperan dalam kesuksesan behaviours, theycover a wide spectrum: self
seseorang. Sebagaimana salah satu kajian yang awareness, trustworthiness, conscientiousness,
pernah dilakukan di Harvard University yang adaptability, critical thinking, organizational.
menyatakan soft skills menyumbang 80% atas Hal ini sejalan dengan pendapat Tripathy
kesuksesan seseorang. Idealnya keseimbangan (2006), yang menyatakan bahwa soft-skills
hard-skills dan soft-skills menjadi sangat penting adalah kemampuan yang bersifat afektif yang
agar peserta didik mampu menjadi lebih dimiliki seseorang, meliputi: awareness,
terbuka dalam menghadapi perkembangan attitude, innitiative, emphathy, confidence,
dan perubahan zaman. integrity, self-control, leadership, problem
Hadirnya kurikulum 2013 adalah solving, risk taking and time management.
disiapkan untuk mencetak generasi yang siap Berdasarkan definisi tersebut maka dapat
di dalam menghadapi masa depan. Titik dikatakan bahwa soft-skills adalah
beratnya bertujuan untuk mendorong peserta seperangkat kemampuan yang mempengaruhi
didik mampu lebih baik melakukan observasi, bagaimana kita berinteraksi dengan orang lain.
bertanya, bernalar dan mengkomunikasikan Soft-skills memuat komunikasi efektif, berpikir
apa yang telah mereka peroleh atau mereka kreatif dan kritis, membangun tim, serta
ketahui setelah menerima pelajaran. Melalui kemampuan lainnya yang terkait kapasitas
pendekatan ini diharapkan peserta didik dapat kepribadian individu. Tentu saja kemampuan
memiliki kompetensi sikap, ketrampilan, dan tersebut berhubungan dengan tingkah laku
pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan personal dan interpersonal yang dimiliki
lebih kreatif, inovatif dan lebih produktif melalui pelatihan, pengembangan kerja,
sehingga dapat mampu menghadapi berbagai inisiatif, pengambilan keputusan dan lain-lain.
persoalan dan tantangan di zamannya. Hal ini Secara garis besar soft-skills terbagi atas
sejalan dengan agenda global pembelajaran di interpersonal skills dan intrapersonal skills.
abad 21 menuntut peserta didik mampu Interpersonal skills adalah keterampilan
bersaing dan sejahtera sehingga perlu belajar seseorang dalam berhubungan dengan orang
lebih banyak dengan cara dan teknik yang lain sedangkan intrapersonal skills adalah
berbeda. Karena ketika peserta memasuki keterampilan dalam mengatur dirinya sendiri
abad yang baru maka akan mengahadapi yang mampu mengembangkan unjuk kerja
resiko yang lebih banyak dari situasi yang secara maksimal. Interpersonal skills bukan
penuh ketidakpastian. Untuk itu siswa merupakan bagian dari karakter kepribadian
memerlukan pengetahuan yang lebih banyak yang bersifat bawaan, melainkan merupakan
dan menguasai keterampilan yang lebih ketrampilan yang bisa dipelajari dan dilatih.
dibandingkan generasai sebelumnya Interpersonal skills yang baik dapat dibangun
(Suryadharma, 2013). Dengan demikian, harus dari kemampuan mengembangkan perilaku
diakui bahwa soft-skills sangat penting untuk dan komunikasi yang asertif dan efektif,
itu bagaimana memadukan pembelajaran misalnya kemampuan, kesanggupan,
berbasis soft skills dengan hard-skills ? langkah- kepandaian atau kemahiran seseorang dalam
langkah apa yang harus dilakukan guru ? mengerjakan sesuatu. Seseorang yang
Tulisan ini akan memaparkan tentang strategi memiliki interpersonal skills yang baik ditandai
pembelajaran berbasis soft-skills sebagai salah dengan memiliki konsep diri dan
satu alternatif untuk menyiapkan peserta didik berkepribadian yang kuat; meningkatkan
yang siap menyongsong abad 21. potensi diri menjadi pribadi yang mempunyai
kompetensi dibidangnya; percaya diri dan
2. Pembahasan mengasah kemampuan berkomunikasi;
2.1 Pengertian Soft-skills berpenampilan menarik dan menyenangkan;
meningkatkan human relations dalam
Beberapa ahli telah mendifinisikan kehidupan bermasyarakat dan organisasi dan
pengertian soft-skills seperti Berthal dalam meningkatkan kemampuan menjadi
Sailah (2008) yaitu Personal and pemimpin dan dapat bekerjasama dalam team.
interpersonal behaviors that develop and Contoh Interpersonal Skills adalah Motivation
maximize human performance (eg. Coaching, skillss, Leadership skills, Negotiation skills,
team building, decision making, initiative. Presentation skills, Communication skills,
Sedangkan Klaus (2007) mengatakan bahwa Relationship building, Public speaking skills dan
soft skillss encompass personal, social, Self-marketing skills. Sebagai contoh, jika
communication, and self management seseorang mampu membangun hubungan
110
dengan orang lain, memiliki motivasi diri di pembelajaran untuk mencapai tujuan
dalam mengembangan hubungan, memiliki pembelajaran yang ditetapkan.
kemampuan untuk berbicara di depan umum Terkait dengan strategi pembelajaran
dengan percaya diri maka hal itu dapat berbasis soft-skills, Amalia (2012) menyatakan
dikategorikan sebagai dikatakan memiliki bahwa soft-skills bukanlah suatu nama mata
interpersonal skills yang baik. Tentu saja pelajaran yang diberikan pada saat jam
kemapuan tersebut harus dilakukan dengan pelajaran mata pelajaran itu berlangsung,
kesadaran untuk belajar dan mengubah diri tetapi soft-skills merupakan kemampuan non
menjadi pribadi yang lebih baik. Sedangkan teknis bagi peserta didik yang harus diberikan
Intrapersonal skills adalah memahami diri, pengembangannya pada setiap mata pelajaran.
mengelola emosi, bertindak adaptif Seluruh guru mata pelajaran diharapkan
berdasarkan pengetahuan tentang diri sendiri. mampu mengintegrasikan soft-skills dalam
Contoh Intrapersonal skills yaitu: Time proses pembelajaran sehingga peserta didik
management, Stress management, Change mampu mengasah dan mengembangkan
management, Transforming beliefs, Transforming kemampuan soft-skills secara rutin. Adanya
character, Creative thinking processes, Goal setting pembelajaran terpadu antara hard-skills dan
and life purpose dan Accelerated learning soft-skills sangatlah diharapkan keberadaannya
technicques. Untuk itu dalam konteks karena kemampuan soft-skills tidak kalah
pembelajaran, soft-skills dapat diintegrasikan pentingnya dengan kemampuan hard-skills.
dengan materi pembelajaran yang diberikan Melalui strategi pembelajaran yang tepat, soft-
guru di kelas. Sebagaimana Sailah (2007) skills menjadi hal yang mungkin dapat
menyatakan bahwa materi soft skills perlu diintegrasikan dalam proses pembelajaran
dikembangkan kepada peserta didik, bukan sehingga peserta didik dapat mengembangkan
hanya pada penanaman sikap jujur tetapi juga kemampuan soft-skills.
kemampuan berkomunikasi dan komitmen. Sailah (2008) menyatakan bahwa terdapat
Hal ini sejalan dengan pendapat Hamidah sedikitnya tiga cara penularan softskillss
(2012) bahwa sudah saatnya pembelajaran soft- dalam pembelajaran, yaitu melalui:
skills terintegrasi menjadi kebutuhan, hal ini 1) Role model adalah dengan cara
didasari keadaan bahwa proses pembelajaran memberikan contoh kepada peserta didik.
selama ini lebih menekankan aspek hard-skills. Sebagai contoh, jika akan menegakkan disiplin
2.2 Strategi Pembelajaran Berbasis Soft tepat waktu, maka seorang guru harus terlebih
Skills dahulu datang ke kelas. Apabila peserta didik
diminta untuk selalu menjaga kebersihan
Dick & Carey (2001) mengatakan bahwa kelas, maka guru pun harus mampu
strategi pembelajaran adalah komponen menghapus papan tulis setelah selesai
umum dari suatu set materi dan prosedur mengajar. Apabila berjanji akan
pembelajaran yang akan digunakan secara mengembalikan tugas dalam tiga minggu,
bersama-sama materi tersebut. Terdapat 5 maka jangan sampai mengembalikan lima
komponen strategi pembelajaran yaitu (1) minggu kemudian. Role model seorang guru
kegiatan pembelajaran pendahuluan; (2) juga dapat diperlihatkan dengan saling
penyampaian informasi; (3) partisipasi peserta edifikasi dengan teman sejawat di depan
didik; (4) tes dan (5) kegiatan lanjutan. peserta didik. Edifikasi berasal dari kata to
Menurut Seels & Richey (2004) strategi edify yaitu memberikan penghargaan bagi
pembelajaran adalah spesifikasi untuk teman sejawat. Saling menjelekkan antar guru
memilih dan mengurutkan kejadian dalam di depan peserta didik patut dihindari.
aktivitas pembelajaran. Sementara Gagne dan Dengan kata lain bahwa strategi pembelajaran
Briggs (2008) menyatakan bahwa strategi dianggap efektif jika dalam memberikan
berkaitan dengan penentuan urutan yang kemampuan soft-skills selain dengan
memungkinkan tercapainya tujuan dan pembelajaran langsung harus dilengkapi
memutuskan bagaimana untuk menerapkan dengan contoh atau model agar peserta didik
kegiatan instruksional bagi masing-masing dapat terjun langsung dan menghadapi situasi.
individu yang akan dilakukan oleh guru untuk Dalam hal ini siapakah yang menjadi model,
mencapai tujuan. Dari beberapa pemahaman sudah tentu adalah guru-guru. Artinya
tentang strategi pembelajaran maka dapat dengan melihat contoh guru-guru yang
dikatakan bahwa sebagai suatu pendekatan memiliki kemampuan soft-skills yang baik,
yang menyeluruh dalam suatu sistem peserta didik pun akan mencontohnya karena
111
dengan mencontoh proses pembelajaran akan jika terjadi pembiasan dalam kehidupan
lebih cepat dibandingkan dengan hanya keseharian di satuan pendidikan yang
memberikan teori. Disini guru harus bisa akan menjadi budaya sekolah.
menjadi model dari soft-skills tersebut, Keyakinan yang tinggi. Guru harus
sehingga peserta didik memiliki contoh dalam memiliki keyakinan sebagai pendidik
bersikap. Hal ini menjadi tantangan bagi untuk mengajarkan hard-skills dan soft-
seorang guru agar dapat terus meningkatkan skills sekaligus. Tentunya guru harus
kemampuan soft-skills yang dimilikinya. menguasai keduanya, jika guru belum
2) Message of the week adalah pesan moral menguasainya maka guru pun sambil
yang diberikan pada saat jam pelajaran mengajar juga belajar meningkatkan
berlangsung. Sebelum atau saat akan kemampuan yang dimilikinya.
mengahkiri pembelajaran, guru memberikan Menyusun rencana pembelajaran. Se-
pesan-pesan moral tanpa bersifat menggurui. bagaimana tugas guru adalah menyusun
Dapat dengan cerita atau contoh-contoh yang rencana pembelajaran maka dalam
ditemui yang dikaitkan dengan materi. Seperti rencana ini guru dapat merencanakan
rasa ingin tahu, ketelitian, tanggung jawab dan soft-skills apa saja yang akan diberikan
lain-lain. Pesan tersebut dapat dilakukan sehingga peserta didik dapat me-
dengan lisan atau pun dengan gambar nguasainya. Misalnya kemampuan
ataupun dengan film yang sekarang mudah di komunikasi yang baik, maka dalam
dapatkan dengan pemaknaannya dalam perencanaan pembelajaran guru me-
kehidupan, atau animasi yang mendukung rencanakan kegiatan yang mengharuskan
dari website internet. Ataupun dengan peserta didik untuk berkomunikasi di
memberikan kata-kata motivasi untuk depan kelas. Hal ini sejalan dengan
memotivasi peserta didik. pendapat Suryadharma (2013) yang
3) Hidden curriculum. Pelajaran dari menyatakan bahwa strategi penguatan
kurikulum tersembunyi ini disampaikan pendidikan karakter diawali dari kegiatan
dengan tidak berbentuk suatu mata pelajaran belajar mengajar (KBM) yang di
tetapi selalu disampaikan sebagai kompetensi integrasikan ke dalam KBM pada setiap
tambahan dalam setiap kegiatan belajar mata pelajaran. Dengan demikian, guru
mengajar. Kurikulum tersembunyi lebih harus menata ulang RPP (Rencana
ampuh karena dapat membuat proses Pelaksanaan Pembelajaran) dengan
pembelajaran lebih menarik minat dan mengaitkan unsur soft-skills dengan
menyenangkan. materi pembelajaran yang ditulis secara
Dengan menggunakan strategi jelas dan dijabarkan bagaimana
pembelajaran yang tepat diharapkan soft-skills mempraktekkan soft-skills tersebut di
dapat diintegrasikan dalam setiap kegiatan kelas.
belajar mengajar sehingga akan menghasilkan Bimbingan. Soft-skills merupakan
sumber daya manusia yang tidak hanya cakap ketrampilan lunak yang mengacu kepada
dalam kemampuan hard-skills saja, tetapi juga tingkah laku personal dan interpersonal
dalam kemampuan soft-skills. yang dapat mengembangkan dan
Untuk menerapkan pembelajaran berbasis memaksimalkan kinerja manusia. Untuk
soft-skills, ada beberapa hal yang harus dimiliki itu bimbingan dari guru sangat
guru yaitu : diperlukan. Dengan bimbingan guru,
Sumber Daya Manusia dalam hal ini peserta didik dapat mengetahui
guru. Artinya bahwa guru harus kemampuan apa saja yang harus
memahami konsep soft-skills dan hard- dikembangkan sehingga dapat memiliki
skills serta menyatukan keduanya di kemampuan soft-skills yang berguna
dalam pembelajaran. Konsistensi dan untuk dirinya sendiri. Dalam bimbingan
komitmen guru dalam menerapkan ini, pembelajaran soft-skills dapat
strategi pembelajaran ini sangat penting. dilakukan melalui kegiatan
Kebijakan. Dalam hal ini pihak sekolah ekstrakurikuler yang diintegrasikan
harus mendukung bersama-sama untuk kedalam kegiatan ekstrakurikuler seperti
dapat semua guru menjalankan strategi pramuka, olah raga, karya tulis dan lain-
pembelajaran berbasis soft-skills. lain.
Menurut Suryadharma (2013) pendidikan Sebagaimana telah dipaparkan diatas,
karakter bangsa di sekolah akan menguat bahwa dalam menerapkan strategi
112
Abstrak
Artikel ini merupakan kajian kepustakaan (library research). Bersifat deskriptif-analitik, yakni
berusaha menggambarkan secara jelas dan sistematis obyek kajian, lalu menganalisis bahasan riset.
Data yang terkumpul atau tersusun dianalisis, kemudian ditarik sebuah kesimpulan. Kajian ini
bertujuan untuk membedah historisitas aliran filsafat rekonstruksionisme; pokok-pokok pemikiran
filsafat rekonstruksionisme; tujuan, metode dan kurikulum pendidikan rekonstruksionisme.
Hasil kajian ini menemukan bahwa; 1) kaum rekonstruksionism melakukan rekonstruksi sosial
melalui pendidikan dengan membentuk aliran filsafat rekonstruksionisme; 2) metode pengajaran ala
rekonstruksionism didasarkan pada prinsip-prinsip demokratis; 3) kurikulum pendidikan
rekonstruksionism menekankan pada penumbuhan kesadaran kritis dan membangun kesadaran
polyculture dengan mengapresiasi keragaman budaya, adat istiadat suku tertentu untuk
menanamkan nilai-nilai pluralisme kultural peserta didik.
Kata Kunci: rekonstruksi sosial, pendidikan dan aliran rekonstruksionisme.
tradisionalnya dan menjadi sumber inovasi (Barnadib, 2002: 36). Lantas bagaimana metode
sosial. Bagi mereka pendidikan dapat menjadi pendidikan rekonstruksionisme?
instrumen penting untuk membentuk Menurut perspektif rekonstruksionis,
keyakinan masyarakat dan mengarahkan bahwa metode pengajaran hakikatnya harus
peralihannya ke masa depan (George R.K., didasarkan pada prinsip-prinsip demokratis
2007: 187). yang bertumpu pada kecerdasan asali
Rekonstruksianisme menekankan pada jumlah mayoritas untuk merenungkan dan
kebutuhan akan perubahan, ini adalah cita-cita menawarkan solusi yang valid bagi persoalan-
dan tujuan utopis yang dihubungkan dengan persoalan umat manusia. Adalah sebuah
kebudayaan dunia dan peradaban. Baginya keharusan bahwa prosedur-prosedur
tujuan spesifik dari proses pendidikan adalah demokratis perlu digunakan di ruangan kelas
untuk mengakomodir perubahan sosial dan setelah para peserta didik diarahkan kepada
aksi sosial. Tujuan pendidikan ini adalah kesempatan memilih diantara keragaman
sejenis perkembangan evolusioner dari pilihan-pilihan ekonomi, politik, sosial. Tak
paradigma Hegelianisme yang dihubungkan heran, jika Brameld dan kolega-koleganya
dengan pragmatisme Dewey. memberikan kepercayaan yang sangat besar
Rekonstruksianis ingin melibatkan orang- terhadap kekuatan guru sebagai instrumen
orang untuk menjadi agen perubahan, dan utama dari perubahan sosial (George R.K.,
menolak untuk mengabstraksi filosofi 2007: 187).
pendidikan yang lebih menekankan Kalangan rekonstruksionis, seperti aliran-
pengetahuan (knowing) daripada praktik aliran gerakan progresif lainnya, tidaklah
(doing). tunggal dalam pandangan mereka tentang
Praktis, kaum rekonstruksionis tidak demokrasi sebagai sistem politik terbaik. Dari
memandang sekolah sebagai satu-satu alat perspektif mereka, adalah sebuah keharusan
untuk melaksanakan perubahan secara bahwa prosedur-prosedur demokratis perlu
tunggal. Tapi, institusi pendidikan dapat digunakan di ruangan kelas setelah peserta
menyatukan semua elemen masyarakat didik diarahkan kepada kesempatan-
menuju perubahan yang lebih baik. Hal ini kesempatan untuk memilih di antara
didasari, karena sekolah telah bertahun-tahun keragaman pilihan-pilihan ekonomi, politik
bersentuhan dengan anak didik (George R.K., dan sosial. (George R.K., 2007: 187).
2007: 188). Dengan demikian, bagi Lebih penting lagi, menurut aliran ini
rekonstruksionis sekolah dijadikan alat atau meniscayakan adanya kemerdekaan berfikir
media untuk mencapai tatanan yang lebih peserta didik. Hal ini sesuai dengan falsafah Ki
progresif dan berkemakmuran. Hadjar Dewantara yang memberikan
kemerdekaan seluas-luasnya kepada peserta
4. Metode Pendidikan Ala Rekonstruksio- didik. (Dewantara, 1977: 243). Brameld pun
nisme menggunakan istilah pemihakan deferensif
Metode pendidikan merupakan untuk mengungkapkan posisi (pendapat) guru
komponen yang tidak boleh diabaikan dalam dalam hubungannya dengan item-item
proses pendidikan, karena metode turut kurikuler yang kontroversial. Dalam
menentukan sukses atau tidaknya suatu tujuan menyikapi hal ini, guru membolehkan uji
pendidikan. Tidak heran, jika sebagian pembuktian terbuka yang setuju dengan
kalangan berpendapat bahwa metode itu lebih pendapatnya, dan ia menghadirkan pendapat-
penting dari pada materi (Mukodi, 2011: 77). pendapat alternatif sejujur mungkin. Di sisi
Bahkan, Imam Barnadib pun mengingatkan lain, guru dituntut agar terbuka dalam
bahwa metode pendidikan mempunyai berpendapat dan mendialogkan kepada
kedudukan yang sangat penting dan bila peserta didik. (George R.K., 2007: 187).
dapat dipilih secara cermat akan mempunyai
5. Kurikulum Pendidikan Rekonstruksio-
pengaruh yang signifikan. Hal ini didasarkan
nisme
pada kodrat kemanusiaannya. Manusia
sebagai yang kompleks dan hidup dalam Tugas utama pendidikan adalah
masyarakat yang penuh kompleksitas ini mempersiapkan anak didik ke arah
dapat berkembang melampui subtansinya kemasakan. Masak dalam arti hidup akalnya,
dengan relasi-relasi yang memadai maka akal inilah yang perlu mendapat
tuntunan ke arah kemasakan itu (Barnadib,
118
Counts, George S. (1932). Dare the School Build a Noorsjam, M. (1978). Pengantar Filsafat
New Social Order? New York: John Day Pendidikan. Malang: FIP IKIP.
Co. R. Knight, George. (2007). Filsafat Pendidikan.
Djumransjah. (2006). Filsafat Pendidikan. Penerjemah, Mahmud Arif. Yogyakarta:
Malang: Bayumedia Publishing. Gama Media.
Gazalba, Sidi. (1973). Sistematika Filsafat. Suriasumantri, Jujun S. (1982). Ilmu dalam
Jakarta: Bulan Bintang. Perspektif. Jakarta: PT. Gramedia.
Illeris, Knud. (2002). The Three Dimension of Tim Taman Siswa. (1977). Karya Ki Hajar
Learning. Florida: Krieger Publishing Dewantara Bagian Pertama. Yogyakarta:
Company. Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa.
Mukodi. (2011). Pendidikan Islam Terpadu Zuhairini, dkk. (2008). Filsafat Pendidikan Islam.
Reformulasi Pendidikan di Era Global. Jakarta: Bumi Aksara.
Yogyakarta: Aura Pustaka.
120
Abstrak
Makalah ini menyajikan pembahasan tantangan yang dihadapi ketika menyiapkan tenaga pendidik
vokasi dalam abad ke-21 ini. Pembangunan nasional dalam dua dekade mendatang menghadapi
tantangan besar. Penetapan visi dan misi diharapkan dapat tercapai, sehingga daya saing kompetitif
perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas
serta kemampuan iptek dapat terus meningkat. Penyiapan tenaga pendidik vokasi agar tidak terjadi
mismatch antara harapan dan realita perlu segera dilakukan. Menjelang tahun 2015 akan ada sekitar
200.000 guru yang pensiun. Penggantiannya harus dipersiapkan dengan baik. Harapan ketercapaian
untuk mengisi lowongan yang ada dimulai dengan perekrutan yang lebih baik pula, dengan
perbaikan pendidikan calon guru.
Pendidikan vokasi memasuki era globalisasi di beberapa Negara telah mengalami banyak perubahan
dan penyesuaian, termasuk di Indonesia. Pendidikan vokasi juga mengalami rekonseptualisasi,
berkenaan dengan sejumlah rekomendasi menyeluruh terhadap sistem kualifikasi, kualitas dan
ketelitian yang tinggi. Mengajar siswa untuk menjadi sukses di abad ke-21, membutuhkan cara
pengajaran yang berbeda. Tenaga pendidik dinuntut memeliki keterampilan mengajar dengan melek
informasi dan terbiasa dengan teknologi.
Dalam menyiapkan tenaga pendidik vokasi kita dihadapkan pada dua tantangan utama (Lucas
et.al.,2012). Pertama, calon pendidik (preservice) menguasai dua kemampuan/keahlian; yaitu
penguasaaan subject matter/materi dan pengalaman mengajar. Kedua, calon pendidik bisa direkrut
dari para pekerja industry untuk mengajar. Strategi pembelajaran berkaitan dengan outcome
pengalaman lapangan awal dan skill strategy bagi pendidikan vokasi dan pelatihan dalam abad ke-21
yaitu knowledge need to be more relevant, high order skills, character traits, and meta-layer skills hendaknya
menjadi focus perhatian.
Keywords: pendidikan vokasi, skill ,penyiapan tenaga pendidik
MDGs) menempatkan manusia sebagai focus kemampuan daya saing yang kuat pada
utama pembangunan dan mengartikulasi satu beberapa sector, seperti teknologi, manajemen,
gugus tujuan yang berkaitan satu sama lain ke kepemimpinan dan SDM. Permasaslahan
dalam agenda pembangunan dan kemitraan kualitas SDM, khususnya tenaga pendidik di
global (Alisyahbana, 2010). Indonesia masih jauh dari harapan untuk bisa
Berdasarkan uraian di atas, setidaknya bersaing secara baik pada kancah global. SDM
apa yang dikatakan Jones dan Dekalarasi pendidik bermutu akan menentukan
Milenium hendaknya dapat menjadi acuan kemenangan dalam persaingan global. Bukti
bagi pengembangan sumberdaya manusia internasional menunjukan pentingnya kualitas
(SDM) Indonesia dan dapat digunakan sebagai pengajaran sebagai factor kunci dalam
perspektif dan misi bagi proses pembelajaran menentukan hasil pendidikan. Meski adanya
para calon guru di perguruan tinggi agar keterbatasan pada alokasi anggaran guna
lulusannya mempunyai keunggulan kompeti- menangani masalah ini setelah diterbitkannya
tif dan profesional di abad melenium ini UU Guru tahun 2005, upaya telah dilakukan
(Suyanto, 2006). Pengembangan SDM tidak untuk memonitor kemajuan dalam kualitas
bisa lepas dari upaya pendidik dalam pengajaran melalui asesmen rutin atas
memajukan pendidikan dan pembelajaran. keterampilan pedagogis guru yang harus
Oleh karena itu, persiapan ke arah sana harus dikelola (OECD, 2012). Berikut ini akan
dilakukan secara terarah dan sistematis. diketengahkan poin-poin penyiapan tenaga
Sejumlah program prioritas nasional, di pendidik vokasi yang dapat menjadi
antaranya bidang pendidikan untuk alternative bagi proses pembaikan kualitas
meningkatkan kualitas dan relevansi. penyediaan SDM di masa mendatang, dimulai
Kebijakan dan strategi yang ditempuh yaitu dari pendidikan vokasi di era globalisasi
mempercepat peningkatan kualitas pendi- hingga model penyiapan tenaga pendidiknya.
dikan dan pelatihan guru, perbaikan kuri-
2.1 Pendidikan vokasi di era globalisasi
kulum dan proses pembelajaran. Reformasi
menyeluruh akan dilakukan untuk itu yang Pendidikan vokasi memasuki era
memungkinkan potensi kecerdasan intelek- globalisasi di beberapa Negara telah
tual, emosional, spiritual, dan sosial dapat mengalami banyak perubahan dan
berkembang dengan baik. Kurikulum dan penyesuaian. Tidak hanya di Amerika, Eropa,
proses pembelajaran akan diperkaya dengan Asia, Australia termasuk di Indonesia sendiri.
pembangunan moral dan karakter. Menjelang Pada awal 1900-an pendidikan vokasi muncul
tahun 2015 akan ada sekitar 200.000 guru yang dalam menanggapi era perkembangan industri
pensiun. Penggantiannya harus dipersiapkan saat itu. Program diirancang untuk melatih
dengan baik. Harapan ketercapaian untuk individu dengan keterampilan kerja khusus.
mengisi lowongan yang ada dimulai dengan Pendidikan vokasi mampu mendorong mesin
perekrutan yang lebih baik pula, dengan ekonomi bangsa (drive nation's economic
perbaikan pendidikan calon guru. Gelombang engine) sepanjang abad ke-20, karena memang
pension juga akan terjadi pada bidang vokasi pendidikan vokasi berkaitan dengan SDM
dalam kurun waktu sepuluh tahun ke depan. yang bisa menggerakkan ekonomi bangsa.
Untuk mengantisipasi penggantian guru Di Amerika, pendidikan vokasi disebut
pensiun tentu yang dapat dilakukan adalah sebagai pendidikan teknik dan karir (Career
penyiapan mahasiswa sebagai calon pendidik. and Technical Education/CTE). CTE bukanlah
Tenaga pendidik vokasi mempunyai label baru untuk sistem yang sama . Sementara
karakteristik yang berbeda dengan tenaga CTE dibangun di atas sejarah dan tradisi
pendidik umum lainnya. Pertanyaannya pendidikan vokasi yang panjang, dan telah
adalah sejauh mana tantangan yang dihadapi disesuaikan untuk memenuhi tuntutan
telah dilakukan dengan sungguh-sungguh dinamis dari economi global (NASDCTEC,
dalam menyiapkan tenaga pendidik vokasi itu 2010). CTE diterapkan pada ranah tingkat
agar tidak terjadi mismatch antara harapan dan menengah dan sesudahnya yang
realita? mempersiapkan individu untuk berbagai
macam karir seperti perawatan kesehatan/bio-
2. Pembahasan medis, energi terbarukan, perhotelan,
nanoteknologi, teknik, logistik, penegakan
Dalam era globalisasi yang merupakan
hukum, dan teknologi informasi. Dengan
salah satu ciri millennium ketiga menuntut
demikian , CTE mencerminkan kerja modern .
122
Program CTE dirancang berkualitas tinggi Para peserta didik seperti yang kita lihat di
menggabungkan standar akademik dan teknis dalam kelas saat ini adalah digital natives,
yang ketat. Prinsip millennium benar-benar mereka telah tumbuh dengan teknologi di
dijadikan acuan, sehingga CTE memiliki sekitar mereka. Perubahan yang terjadi
dampak positif pada prestasi siswa dan menunjukkan peran yang sangat berbeda
transisinya. untuk sekolah dan guru. Di antara tantangan
Pendidikan vokasi di Inggris juga yang paling mendesak yang dihadapi oleh
mengalami rekonseptualisasi. Pada tahun sekolah-sekolah, adalah apakah mereka dapat
2011, The Review of Vocational Education The atau tidak akan secara efektif mengakomodasi
Wolf Report, memberikan sejumlah teknologi dan model baru belajar (SEG
rekomendasi menyeluruh berkaitan dengan Measurement, t.th). Sekolah dan guru perlu
sistem kualifikasi untuk meyakinkan kualitas pengembangan profesional yang cukup dan
dan ketelitian yang tinggi dalam pendidikan pelatihan untuk mengakomodasi perubahan
vokasi. Pengembangan fondasi teoritis ini.
dilakukan yang berguna untuk pedagogi Dengan mengutip dari OECD (2012),
vokasi yang akan memberikan penguatan Lucas dkk. menunjukkan tentang skill strategy
struktur di mana tenaga pendidik vokasi dapat agar bisa melayani pendidikan vokasi dan
mengembangkan kualitas, pengajaran yang pelatihan dalam abad ke-21 yaitu:
efektif dan program pembelajarannya. (Lucas Knowledge needs to be more relevant, and a
et.al, 2012). Selain itu diintensifkan cara-cara better balance struck between the conceptual
pengorganisasian dunia kerja agar and practical,
pembelajaran bermakna melalui realita Higher order skills, such as the Four Cs of
kehidupan di abad kedua puluh satu (Evan, creativity, critical thinking, communication
2012). and collaboration, are essential for absorbing
Pendidikan vokasi (kejuruan) untuk masa knowledge;
depan Indonesai juga telah dirumuskan sejak Character traits, both performance-related
tahun 1997 dalam suatu laporan uang (adaptability, persistence, resilience) and
dibukukan sebagai Keterampilan menjelang moral (integrity, justice, empathy and ethics)
2020 untuk era global. Upaya yang dilakukan need to be shaped both at school in the
adalah peningkatan nilai tambah pada SDM workplace to help individuals to be active and
dengan cara meningkatkan keterampilan dan responsible citizens; and
keahlian generasi muda Indonesia yang akan Meta-layer skills, such as learning to learn,
memasuki dunia kerja dan melatih ulang serta building expertise, fostering creativity and
meningkatkan keterampilan dan keahlian bagi making connections across disciplines, are
mereka yang sudah bekrja, agar tetap selaras becoming more important in a world of
dengan perkembangan teknologi dan growing complexity.
perubahan pasar (Depdikbud, 1997). Mengajar siswa untuk menjadi sukses di
Pengembangan yang diusulkan adalah abad ke-21, membutuhkan cara pengajaran
menyangkut rancangan sistem pendidikan dan yang berbeda. Sayangnya, banyak guru yang
pelatihan kejuruan yang dapat memenuhi belum memiliki keterampilan yang diperlukan
kebutuhan industry. Untuk itulah diterapkan untuk menjadikan sukses dalam memfasilitasi
kebijakan link and match dengan mendorong pembelajaran abad ke-21. Salah satu dari
industry untuk terlibat dalam menetapkan banyak faktor yang mencegah guru dari
berbagai standar keahlian, pengembangan melakukannya adalah kurangnya pelatihan
kurikulum, dan kebijaksanaan pengelolaan teknologi. Seringkali, guru belum dibiasakan
sistem pendidikan tersebut. Sayangnya, dengan keterampilan teknologi yang
dewasa ini upaya yang sebenarnya cukup diperlukan untuk menciptakan lingkungan
memberikan harapan agar pendidikan belajar yang modern. Guru tidak hanya perlu
kejuruan bisa memberi andil dalam memahami bagaimana menggunakan
memajukan sector industry dan ekonomi tidak teknologi dalam pengajaran mereka, namun
berlanjut seiring dengan setiap pergantian mereka perlu memahami bagaimana untuk
kepemimpinan. membantu siswa menggunakan teknologi
2.2 Tuntutan keterampilan untuk membantu memandu pembelajaran
mereka sendiri.
Dewasa ini peserta didik pada dasarnya Keterampilan mengajar yang
berbeda dibandingkan beberapa dekade lalu. digambarkan oleh Pacific Policy Research
123
Center (2010) menuntut adanya melek informasi. adalah mendorong guru dan stakeholder
Selanjutnya, dengan mengutip dari beberapa pendidikan lainnya untuk: a) fokus pada
sumber, berikut ini dirangkumkan tuntutan masalah proses dan kenyataan, b) dukungan
keterampilan yang harus dipenuhi ketika akan penyelidikan berbasis pengalaman belajar, c)
melaksankan pembelajaran dan pengajaran memberikan kesempatan dengan pendekatan
pada abad ke-21. pembelajaran kolaboratif, d) dan fokus pada
Langkah-langkah terbaik yang dapat mengajar siswa how to learn (above what to
digunakan untuk menyiapkan peserta didik learn).
menghadapi tantangan yang ada tersebut
guru sepenuhnya dirancang oleh universitas. pendidik dan sekolah sebagai mitra untuk
Sementara sekolah dijadikan mitra sebagai tempat berlatih mendidik. Penyiapan tenaga
tempat praktik mengajar. Di sisi lain, pada pendidik vokasi paling tidak bisa dilakukan
scholl based, sekolah merancang program dan melalui dua cara. Pertama, calon pendidik
melaksanakannya, sedangkan universitas (preservice) menguasai dua kemampuan/
mengakreditasinya. Kebanyakan yang terjadi keahlian; yaitu penguasaaan subject
dengan pendidikan guru di Indonesia mirip matter/materi dan pengalaman mengajar.
seperti model university based yang ada di Bidang vokasi menuntut penguasaan materi
Singapura. Berikut ini ditunjukkan pada teoretis dan praktek, karena itu dibutuhkan
Gambar 1. model pendidikan guru yang dua lembaga mitra yaitu sekolah dan dunia
diutarakan di atas. industry. Kedua, calon pendidik bisa direkrut
Dalam menyiapkan tenaga pendidik dari para pekerja industry untuk mengajar.
vokasi kita dihadapkan pada dua tantangan Dalam kasus terakhir ini hanya kemampuan
utama (Lucas et.al.,2012). Lembaga pendidikan mengajar yang perlu lebih ditekankan kepada
tenaga kependidikan (LPTK) dan sekolah calon pendidik karena penguasaan praktek di
merupakan dua lembaga yang saling industry dipandang sudah memadai.
mendukung. LPTK menyiapkan tenaga
b. Pendidikan vokasi mengalami Lucas, Bill. Ellen Spencer, Guy Claxton. 2012.
rekonseptualisasi, berkenaan dengan How to teach vocational education: A theory
sejumlah rekomendasi menyeluruh of vocational pedagogy. Winchester: The
terhadap sistem kualifikasi, kualitas dan City & Guilds Centre for Skills
ketelitian yang tinggi. Dalam menyiapkan Development (CSD).
tenaga pendidik vokasi, calon pendidik National Association of State Directors of
(preservice) menguasai dua kemampuan/ Career Technical Education Consortium
keahlian; yaitu penguasaaan subject (NASDCTEC). 2010. Reflect, Transform,
matter/materi dan pengalaman mengajar Lead: A New Vision for Career Tech-
atau calon pendidik direkrut dari para nical Education. Silver Spring, MD.
pekerja industry untuk mengajar. Diunduh dari www.careertech.org.
c. Profesi mengajar adalah panggilan jiwa,
National Institute of Education. 2009. A
penyiapan tenaga pendidik perlu
Teacher Education Model for the 21 st
memperhatikan strategi pembelajaran
Century . Singapore: NIE.
yang dapat digunakan untuk memenuhi
hasil eksplorasi karir. Strategi OECD, Survei OECD Perekonomian
pembelajaran yang berkaitan dengan Indonesia. September 2012
outcome pengalaman lapangan dapat Pacific Policy Research Center. 2010. 21st
dijadikan sebagai pengembangan tenaga Century Skills for Students and Teachers.
pendidik itu sendiri. Honolulu: Kamehameha Schools,
d. Tuntutan higher order skills, dengan Research & Evaluation Division.
empat K (kreativitas, kritis berpikir, Permendikanas Nomor 16 Tahun 2007 tentang
komunikasi, dan kolaborasi) lebih Standar kualifikasi akademik dan
ditekankan dalam penyiapan tenaga kompetensi guru.
pendidik vokasi agar sesuai dengan Retallick, Michael S. dan Greg Miller. 2010.
tuntutan jaman. Penyiapan tenaga pen- Teacher Preparation in Career and Technical
didik perlu menguasai konten, pedagogi, Education: A Model for Developing and
dan teori kependidikan termasuk Researching Early Field Experiences.
kapasitasnya sebagai pendidik dalam Journal of Career and Technical
komunitas profesionalnya harus telah Education, Vol. 25, No. 1, Spring, 2010
dibangun secara sistematis melalui Page 62.
pendidikan akademik guru.
Sahlberg, Pasi. 2010. The Secret to Finlands
Success: Educating Teachers. Stanford:
DAFTAR PUSTAKA
Director General, Centre for Inter-
Alisyahbana, Arminda S., 2010. Peta jalan national Mobility and Cooperation
percepatan pencapaian tujuan Stanford Center for Opportunity Policy
pembangunan milenium di Indonesia. in Education.
Jakarta: Kementerian PPN/ BAPPENAS. Satuan Tugas Pengembangan Pendidikan dan
Barabasch, Antje and Bonnie Watt-Malcom. Pelatihan Kejuruan. 1997. Keterampilan
2013. Teacher preparation for vocational menjelang 2020 untuk era global. Jakarta:
education and training in Germany: a Departemen Pendidikan dan
potential model for Canada?. Compare. Kebudayaan.
Vol. 43, No.2, 155-183. Routledge Taylor SEG Measurement. The challenge of modeling
& Francis Gr 21st century learning. New Hope PA:
Evans, Karen. 2012. The quest for modern Atomic Learning.
vocational educationGeorg Kerschens- Susmono La Ode, dkk., 2006. Di belantara
teiner between Dewey, Weber and pendidikan bermoral: Biografi
Simmel, by Philip Gonon, Bern, Peter Pemikiran dan Kepemimpinan Prof.
Lang, 2009, 278. pp., 58 (softcover), Suyanto, Ph.D. Yogyakarta: UNY Press.
ISBN 978-3-0343-0026-1, Journal of
Vocational Education & Training, 64:4, Sclafani, Susan . 2008. Rethinking Human
563-565. Capital in Education: Singapore As A
Model for Teacher Development.
Fakultas Teknik. 2009. Kurikulum Fakultas Washington DC: The Aspen Institute .
Teknik 2009. Yogyakarta: Fakultas
Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.
129
Abstrak
Guru merupakan salah satu tenaga kependidikan yang mempunyai peran penting sebagai salah satu
penentu keberhasilan tujuan pendidikan, karena guru yang langsung bersinggungan dengan peserta
didik untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien yang muaranya akan
menghasilkan lulusan yang diharapkan. Guru PKn di era global merupakan salah satu guru yang
memiliki peran yang sangat penting mengingat pengaruh arus globalisasi yang bisa berdampak
negatif terhadap moral siswa. Kinerja guru PKn harus selalu ditingkatkan mengingat tantangan dunia
pendidikan untuk menghasilkan kualitas sumber daya manusia yang mampu bersaing di era global
semakin meningkat. Rumusah masalah yang akan dikaji adalah 1). Bagaimana guru mata pelajaran
PKn yang profesional di era global? 2. Bagaimana tantangan guru PKn di era global?.
Guru PKn yang profesional harus memiliki empat kompetensi yang sudah ditetapkan dalam
lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru, yang terdiri dari kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesianal. Dari keempat kopetensi yang harus dimiliki guru
tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena ke empat-empatnya merupakan komponen
yang terintegarsi dalam kinerja guru sebagai pengajar yang profesional. Guru PKn diharapkan tidak
hanya transfer khowledge, tetapi harus bisa membentuk perilaku siswa yang berbudi pekerti luhur
sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Tantangan guru PKn di era global semakin berat mengingat guru PKn dituntut untuk menjadi guru
yang bisa membentuk perilaku para siswa yang memiliki moral yang baik. Untuk membentuk
menjadi warga Negara yang memiliki moral yang baik tidak mudah karena perkembangan teknologi
dan informasi yang semakin pesat selain berdampak positif juga negatif. Apabila peserta didik tidak
memiliki moral yang kuat tentunya siswa akan terpengaruh pada hal-hal yang negatif yang bisa
merusak moral siswa.
Kata kunci: guru profesional, tantangan guru pkn.
nya sudah menjadi perhatian utama yang kriteria ini adalah bahwa setiap calon guru
harus dibenahi, salah satunya adalah membe- yang memenuhi syarat tersebut diharapkan
nahi kualitas guru. Guru sebagai salah satu akan berhasil mengemban tugasnya selaku
komponen yang penting untuk perbaikan pengajar di sekolah.
kualitas pendidikan di Indonesia. Di dalam menciptakan guru-guru yang
Pada dasarnya tanggungjawab untuk memenuhi kualifikasi profesional, pada masa
memperbaiki kualitas pendidikan diantaranya sekarang, pemerintah telah menciptakan
ada pada guru PKn, karena guru PKn program-program pendidikan profesi, yang
merupakan guru yang memiliki tugas yang dilaksanakan terhadap seluruh guru-guru di
besar untuk perbaikan moral siswa yang Indonesia, yang bertujuan untuk
sekarang ini mengalami degradasi moral, meningkatkan kinerja guru dalam proses
apabila moral siswa baik perilaku siswa akan pembelajaran.
bisa amanah untuk menjalankan pengetahuan Sebagian ahli memandang bahwa
yang diperoleh pada mata pelajaran lainnya. mengajar adalah sebuah seni, bukan ilmu.
Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarga- Karena tidak semua orang berilmu bisa
negaraan sebagai pilar yang terdepan dalam menjadi guru yang piawai dalam hal
perbaikan kualitas pembelajaran yang dapat mengajar. Oleh karena itu mengajar
menghasilkan sumber daya manusia yang merupakan sebuah pekerjaan yang termasuk
berkualitas sebagai warga Negara yang baik. pekerjaan profesional, karena di butuhkan
Untuk mewujudkan warga Negara yang baik keahlian khusus, yang di dapat melalui
guru mata pelajaran Pendidikan Kewarga- pendidikan di lembaga tertentu.
negaraan berperan penting untuk hal tersebut, Berdasarkan pendapat diatas, menurut
karena salah satu tujuan adanya mata penulis, Guru Pendidikan Kewarganegaraan
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ada- yang profesional, bukan hanya terpaku pada
lah membentuk pengetahuan, keterampilan keahlian dan kemahiran, namun juga
dan sikap yang baik pada warga Negara. Akan mencakup prilaku, moralitas, dan panggilan
tetapi tantangan ke depan di era globaliasi ini jiwa untuk mengabdi dan menjadi guru yang
tidak mudah, karena pengaruh dari luar seutuhnya. Guru PKn yang profesional di era
terhadap perilaku siswa juga besar. Apabila sekarang harus mampu memberikan teladan
guru tidak mampu menghadirkan pembel- yang nyata tidak hanya teori saja.
ajaran yang efektif dan efisien sesuai dengan Mata pelajaran Pendidikan Kewarga-
perubahan yang terjadi maka bisa saja siswa negaraan merupakan salah satu mata pelajaran
tidak termotivasi untuk belajar mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, baik di tingkat
Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Per-
tama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA)
2. Pembahasan maupun di Perguruan Tinggi (PT), merupakan
2.1 Guru Mata Pelajaran PKn yang mata pelajaran yang bertujuan atau mem-
Profesional di Era Global bicarakan tentang hak dan kewajiban sebagai
warga Negara, disebut juga sebagai mata
Guru yang profesional pada umumnya pelajaran pembentukan kepribadian, menurut
sesuai dengan pasal 10 Undang-undang No 14 Zamroni, sebagaimana dikutip Sofhian dan
tahun 2005 tentang guru dan dosen yaitu Asep Sahid (2011:9), Pendidikan Kewarga-
memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi negaraan adalah pendidikan demokrasi yang
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompe- bertujuan mempersiapkan warga masyarakat
tensi profesional yang diperoleh melalui berpikir kritis dan bertindak demokratis,
pendidikan profesi. melalui aktivitas menanamkan kesadaran
Di dalam Hamalik (2002: 35), di jelaskan kepada generasi baru, bahwa demokrasi
bahwa: Kompetensi guru merupakan alat adalah bentuk kehidupan masyarakat yang
seleksi penerimaan guru, perlu ditentukan paling menjamin hak-hak warga masyarakat.
secara umum kompetensi apakah yang perlu Sebagai sebuah mata pelajaran, PKn juga
dipenuhi sebagai syarat agar seseorang dapat menuntut profesionalisme guru dalam
diterima menjadi guru. Dengan adanya syarat mengajar, karena guru dituntut untuk
sebagai kriteria penerimaan calon guru, maka menguasai seluruh aspek kompetensi, baik
akan terdapat pedoman bagi administrator pedagogik, sosial, kepribadian maupun
dalam memilih mana guru yang diperlukan kompetensi profesional, namun, masih banyak
untuk satu sekolah. Asumsi yang mendasaari ditemukan guru yang mengajar mata pelajaran
131
PKn tidak berkompeten dalam melaksanakan ajaran, pelaksanaan pembelajaran yang men-
pembelajaran, atau lebih tepatnya tidak didik dan dialogis, pemanfaatan teknologi
profesional, yang paling umum ditemui pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pe-
adalah ketidak sesuaian rumpun ilmu, artinya, ngembangan peserta didik untuk meng-
guru yang mengajar PKn, tidak berasal dari aktualisasikan berbagai potensi yang
lembaga yang khusus mendidik calon guru- dimilikinya.
guru PKn, harusnya jika ingin menciptakan Guru PKn harus bisa melaksanakan
pembelajaran yang baik, dan mendapatkan pembelajaran secara efektif dan efisien sesuai
guru yang profesional dalam mengajar, dengan tujuan pembelajaran yang dicapai.
perekrutan guru tidak didasarkan suka atau Menggunakan metode pembelajaran yang
tidak suka, atau karena alasan yang bersifat kontekstual sesuai dinamika yang terjadi pada
subjektif, melainkan atas dasar yang objektif, lingkungan siswa. Guru PKn tidak hanya teori
yaitu kompetensi yang berlaku secara umum tetapi mencoba semaksimal mungkin untuk
untuk semua calon guru. memberikan pembelajaran yang memberikan
Hamalik (2002: 35) menjelaskan bahwa: contoh yang relevan sesuai dengan kondisi
Kompetensi sangat diperlukan untuk me- yang ada di sekitar kita.
laksanakan fungsi profesi. Dalam masyarakat
2.1.2 Guru PKn harus memiliki kompetensi
yang kompleks seperti masyarakat modern kepribadian, yaitu:
dewasa ini, guru yang professional harus
mampu membuat keputusan yang tepat dan Memiliki kepribadian yang baik mantap,
kemampaun membuat kebijaksanaan yang stabil, dewasa, arif dan bijaksana, berwibawa,
tepat. Untuk itu diperlukan banyak ke- berakhlak mulia, menjadi teladan bagi peserta
terangan yang lengkap agar jangan menimbul- didik dan masyarakat, secara obyektif meng-
kan kesalahan yang akan menimbulkan ke- evaluasi kinerja sendiri, mengembangkan diri
rugian, baik bagi diri sendiri maupun bagi secara mandiri dan berkelanjutan.
masyarakat. Kesalahan dapat menimbulkan Mata pelajaran Pendidikan Kewarga-
akibat yang fatal dan malapetaka yang negaraan merupakan mata pelajaran yang
dahsyat. Itu sebabnya kebijaksanaan, pem- memiliki tugas mulia untuk membentuk ke-
buatan keputusan, perencanaan, dan pena- pribadian warga negara yang baik sesuai
nganan harus ditangani oleh para ahlinya, dengan nilai-nilai Pancasila. Untuk mem-
yang memiliki kompetensi profesional dalam bentuk kepribadian yang baik maka dibutuh-
bidangnya. kan guru yang memiliki kepribadian yang
Guru merupakan komponen dalam baik. Guru yang memiliki kepribadian yang
belajar mengajar yang berinteraksi langsung baik berperan penting untuk memberikan
dengan peserta didik, sehingga dituntut contoh yang baik terhadap siswa, sehingga
profesional. Jika memperhatikan beberapa siswa akan tertarik untuk mengikuti pribadi
karakteristik profesional guru, maka sudah yang baik tersebut. Apabila guru mata pel-
sewajarnya bahwa guru mata pelajaran Pendi- ajaran Pendidikan Kewarganegaraan tidak
dikan Kewarganegaraan yang profesional memiliki kepribadian yang baik, tentunya
harus didukung oleh beberapa kompetensi menjadi permasalahan tersendiri yang dapat
sesuai dengan Undang-undang No. 14 Tahun menghambat semangat belajar siswa karena
2005 tentang Guru dan Dosen, adalah gurunya kurang bisa memberikan contoh
seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan kepribadian yang baik.
perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan 2.1.3 Guru PKn Harus Memiliki Kompetensi
dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas Sosial
keprofesionalan, diantaranya
Kemampuan dalam hubungan dengan
2.1.1 Guru PKn harus memiliki kompetensi kemasyarakatan, sekurang-kurangnya meli-
pedagogik. puti: berkomunikasi lesan, tulisan, dan/atau
Kompetensi pedagogik merupakan ke- isyarat, menggunakan teknologi komunikasi
mampuan guru dalam pengelolaan pembe- dan informasi secara fungsional, bergaul
lajaran peserta didik yang sekurang- secara efektif dengan peserta didik, sesama
kurangnya meliputi: pemahaman wawasan pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/
atau landasan kependidikan, pemahaman wali peserta didik, bergaul secara santun
terhadap peserta didik, pengembangan dengan masyarakat sekitar. Guru PKn ketika
kurikulum/silabus, perancangan pembel-
132
di masyarakat juga harus bisa berperan dan Rumusan pasal 3 di atas, jelaslah bahwa
memberikan teladan yang baik. pendidikan nasional memiliki tujuan jangka
panjang yang sangat mulia, yaitu menjadikan
2.1.4 Guru PKn harus memiliki kompetensi
profesional, meliputi: peserta didik beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, di
Menguasai materi PKn secara baik sesuai samping memiliki kompetensi sifat-sifat lain
dengan perkembangan zaman, penguasaan yang juga sangat penting dalam rangka
kurikulum, penguasaan substansi keilmuan, pencapaian kualitas manusia yang sesuai
penguasaan terhadap struktur dan metodologi dengan karakter jatidiri bangsa Indonesia.
keilmuannya. Poin penting yang perlu diperhatikan dari
Dengan demikian, maka guru Pendidikan pasal diatas adalah manusia yang beriman,
Kewarganegaraan yang profesional harus bertaqwa, dan berakhlak atau berkarakter
memiliki kompetensi-kompetensi tersebut, mulia. Ketiga kompetensi ini saling terkait dan
sehingga guru PKn dituntut bukan hanya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Iman
sebagai pemberi materi saja, tetapi juga adalah fondasi yang mendasari ketaqwaan
bertanggung jawab terhadap pembinaan moral dan karakter seseorang. Taqwa menjadi
dan perilaku pelajar yang sesuai dengan nilai, bentuk pengamalan (aplikasi) dari keyakinan
moral, dan norma yang berlaku dimasyarakat seseorang terhadap Tuhan (iman). Sedangkan
sehingga akan terbentuk menjadi warga karakter (akhlak) sebenarnya merupakan hasil
negara indonesia yang baik. atau akibat dari pelaksanaan taqwa. Jadi,
2.2 Tantangan Guru PKn di Era Global dapat dikatakan bahwa orang yang
berkarakter seharusnya sudah memiliki iman
Di era global tugas guru Pendidikan yang kuat dan sudah memiliki ketaqwaan
Kewarganegaraan semakin berat, karena yang benar.
secara langsung maupun tidak langsung Berangkat dari hal tersebut diatas, secara
globaliasi akan berpengaruh pada pendidikan formal guru mata pelajaran Pendidikan
pada umumnya dan berdampak pada perilaku Kewarganegaraan memiliki tugas yang besar
siswa pada khususnya. Globalisasi memiliki untuk melaksanakan kegiatan proses
dampak positif dan negatif. Siswa pada pembelajaran yang efektif dan efisien yang
dasarnya tidak mudah untuk menyerap mengarah kepada pembentukan watak dan
dampak positif dari globalisasi dan siswa budi pekerti generasi muda bangsa memiliki
apabila tidak memiliki moral dan etika yang landasan yuridis yang kuat. Namun, sinyal
baik bisa saja siswa akan lebih mudah tersebut baru disadari ketika terjadi krisis
terpengaruh dampak negatif dari globalisasi, akhlak yang menerpa semua lapisan
sehingga perilaku siswa menjadi kurang baik. masyarakat. Tidak terkecuali juga pada siswa-
Tentunya dengan adanya globalisasi tugas siswi sekolah dasar. Untuk mencegah lebih
guru PKn untuk membentuk perilaku siswa parahnya krisis akhlak, kini upaya tersebut
yang baik tidak mudah. Memang di era global mulai dirintis melalui pendidikan nilai-nilai
pendidikan harus bisa menyediakan sumber karakter. Dalam pemberian pendidikan nilai
daya manusia yang memiliki daya saing di era karakter di sekolah dasar, Kementerian
global. Pendidikan Nasional membuat kebijakan
Untuk mencapai tujuan pendidikan tentang penyelenggaraan pendidikan karakter
nasional tidak mudah, butuh peran serta dan di sekolah, antara lain; pertama, bahwa
kerjasama yang baik dari para guru diantara pendidikan karakter bangsa diberikan berdiri
guru PKn. Sesuai dengan Pasal 3 UU No. 20 sendiri sebagai suatu mata pelajaran. Kedua,
tahun 2003 menegaskan: pendidikan nasional pendidikan karakter bangsa diberikan secara
berfungsi mengembangkan kemampuan dan terintegrasi dalam mata pelajaran PKn,
membentuk watak serta peradaban bangsa pendidikan agama, dan mata pelajaran lain
yang bermartabat dalam rangka yang relevan. Ketiga, pendidikan karakter
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan bangsa terintegrasi ke dalam semua mata
untuk berkembangnya potensi peserta didik pelajaran. Kebijakan tersebut pada dasarnya
agar menjadi manusia yang beriman dan sudah dijalankan sekolah akan tetapi hasil
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang diperoleh pada setiap siswa masih
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, kurang maksimal. Hal ini bisa dilihat dari
mandiri, dan menjadi warga negara yang kondisi yang ada di masyarakat sering terjadi
demokratis serta bertanggung jawab. hal-hal yang menyimpang dari nilai-nilai yang
133
ada dimasyarakat, diantaranya sering ada kan proses pendidikan yang terarah pada
tawuran pelajar, mencontek massal, dan siswa pengembangan kemampuan individu sehing-
kurang memiliki sopan santun. ga menjadi warga negara yang cerdas,
Adanya kondisi diatas tugas guru partisipatif, dan bertanggung jawab yang pada
Pendidikan Kewarganegaraan semakin gilirannya mampu mendukung berkembang-
menantang, mengingat materi yang harus nya kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
disampaikan tidak hanya pada mata pelajaran bernegara Indonesia yang cerdas dan berbudi
Pendidikan Kewarganegaraan akan tetapi juga pekerti luhur. Sedangkan misi yang diemban
harus bisa mengajarkan pendidikan karakter mata pelajaran PKn adalah sebagai berikut:
pada siswa. Adanya penambahan materi a. Memanfaatkan kenyataan dan kecende-
tentunya akan menambah materi maupun jam rungan masyarakat yang semakin trans-
pembelajaran tetapi alokasi jam pembelajaran paran, tuntutan, tuntutan kendali mutu
dikelas tidak ada penambahan. Guru PKn yang semakin mendesak dan proses
merupakan guru yang dominan bertanggung demokratisasi yang semakin intens dan
jawab terhadap penanaman nilai-nilai karakter meluas sebagai konteks dan orientasi
pada siswa di sekolah. Guru PKn dituntut pendidikan demokrasi.
bukan hanya sebagai pemberi materi saja, b. Memanfaatkan substansi berbagai disiplin
tetapi juga bertanggung jawab terhadap ilmu yang relevan sebagai wahana
pembinaan moral dan perilaku pelajar yang pedagogis untuk menghasilkan dampa
sesuai dengan nilai, moral, dan norma yang instruksional dan pengiringnya wawasan,
berlaku dimasyarakat sehingga akan terbentuk disposisi, dan keterampilan kewarga-
menjadi warga negara indonesia yang baik. negaraan sehingga dihasilkan desain
Pada dasarnya mata pelajaran Pendidikan kurikulum yang bersifat interdisipliner.
Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang c. Memanfaatkan berbagai konsep, prinsip,
bersifat dinamis. Dalam sejarahnya Pendidik- dan prosedur pembelajaran yang me-
an Kewarganegaraan kita telah mengalami mungkinkan para peserta didik mampu
banyak sekali pergantian dan perubahan. Pada belajar demokrasi dalam situasi yang
tahun 1957 muncul dengan nama Kewarga- demokratis.
negaraan. Tahun 1961 berubah nama menjadi
Berdasarkan visi dan misi tersebut, mata
pelajaran Civics. Tahun 1968 berganti menjadi
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Kewargaan Negara. Tahun 1975 berubah
bertujuan untuk mengembangkan potensi
menjadi Pendidikan Moral Pancasila (PMP)
individu warga Negara Indonesia sehingga
hingga pada kurikulum 1984. Kurikulum
memiliki wawasan, disposisi, dan ke-
tahun 1994 berubah kembali menjadi
terampilan kewarganegaraan yang memadai,
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
yang memungkinkan untuk berpartisipasi
(PPKn). Tahun 2004 berubah dengan label
secara cerdas dan bertanggung jawab dalam
baru Kewarganegaraan berdasar Kurikulum
berbagai dimensi kehidupan bermasyarakat,
2004, 2006 menjadi Pendidikan Kewarga-
berbangsa, dan bernegara Indonesia.
negaraan (PKn) berdasarkan Standar Isi dan
Pengembangan kemampuan atau ke-
2013 menjadi Pendidikan Pancasila dan
cerdasan warga Negara sebagai tujuan pada
Kewarganegaraan (PPKn) kembali.
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Barangkali di antara mata pelajaran lain-
akan diwujudkan melalui pemahaman,
nya mata pelajaran Pendidikan Kewarga-
keterampilan sosial, dan intelektual, serta
negaraan yang paling sering mengalami
partisipasi dalam memecahkan permasalahan
perubahan. Para guru yang sebe1umnya
lingkungan. Selanjutnya, upaya pengem-
mengajarkan mata pelajaran Pendidikan
bangan kecerdasan warga negara sebagai
Kewarganegaraan se1anjutnya akan mulai
tujuan PKn diorganisasi dalam kurikulum
mengajarkan Pendidikan Pancasila dan
yaitu Kurikulum Standar Nasional PKn untuk
Kewarganegaraani. Merupakan peluang
Pendidikan Dasar dan Menengah.
sekaligus tantangan bagi guru Pendidikan
Adanya perubahan pada materi dan
Kewarganegaraan untuk mampu me-
tujuan pada mata pelajaran PKn membuat
ngembangkan pembelajaran sehingga berhasil
paradigma mata pelajaran PKn berubah.
sesuai dengan visi dan misi yang diembannya.
Paradigma baru pendidikan kewarganegaraan
Dalam kurikulum Standar Nasional PKn
berorientasi pada terbentuknya masyarakat
untuk Pendidikan Dasar dan Menengah
demokratis atau lebih dikenal dengan
disebutkan bahwa visi PKn adalah mewujud-
134
masyarakat madani (civil society) (Muchson Materi mata pelajaran yang bersifat dinamis,
AR, 2003). Paradigma baru mata pelajaran dimana setiap saat materi mata pelajaran bisa
Pendidikan Kewarganegaraan berupaya berubah sesuai dengan kebijakan kementerian
memberdayakan warga negara melalui proses pendidikan nasional, sehingga guru PKn harus
pendidikan agar mampu berperan serta aktif aktif menyesuaikan materi ajarnya.
dalam system pemerintahan yang demokratis.
Pendidikan Kewarganegaraan menjadi DAFTAR PUSTAKA
strategis dan mutlak bagi perwujudan Asmani, Jamal Mamur. 2012. Buku Panduan
masyarakat dan negara demokrasi. Hal ini Internalisasi Pendidikan Karakter di
sejalan dengan pernyataan bahwa negara Sekolah. Yogyakarta: Diva press.
demokrasi dalam suatu negara hanya akan
tumbuh subur apabila dijaga oleh warga Depdikbud. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
negara yang baik, berbudi pekerti yang luhur Jakarta: Balai Pustaka
sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. E. Mulyasa. 2004. Kurikulum Berbasis Kompen-
tensi. Bandung: PT. Remaja Rosda
3. Simpulan Karya.
Guru PKn merupakan guru yang E. Mulyasa. 2005. Menjadi Guru Profesional
dominan bertanggung jawab terhadap Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
penanaman nilai-nilai karakter pada siswa di Menyenangkan. Bandung: PT. Remaja
sekolah. Guru PKn dituntut bukan hanya Rosda Karya.
sebagai pemberi materi saja, tetapi juga E. Mulyasa. 2007. Standar Kompetensi dan
bertanggung jawab terhadap pembinaan moral Sertifikasi Guru. Bandung: PT. Remaja
dan perilaku pelajar yang sesuai dengan nilai, Rosdakarya.
moral, dan norma yang berlaku dimasyarakat Hamalik, Oemar. 2001. Kurikulum dan
sehingga akan terbentuk menjadi warga Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
negara indonesia yang baik. Guru PKn yang
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar.
profesional harus memiliki empat kompetensi Jakarta: Bumi Aksara.
yang sudah ditetapkan dalam lampiran
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Hamzah. B. Uno. 2007. Profesi Kependidikan.
tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Jakarta. Bumi Aksara.
Akademik dan Kompetensi Guru, yang terdiri Sudarwan Darwin. 2002. Inovasi Pendidikan
dari kompetensi pedagogik, kompetensi dalam Upaya Peningkatan Profesionalis-
kepribadian, kompetensi sosial, dan me Tenaga Kependidikan. Bandung:
kompetensi profesianal. Dari keempat Pustaka Setia.
kopetensi yang harus dimiliki guru tersebut Suyanto. 2006. Di Belantara Pendidikan Bermoral.
tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena Yogyakarta: UNY Press.
ke empat-empatnya merupakan komponen Uzer Usman. 2006. Menjadi Guru Profesional.
yang terintegarsi dalam kinerja guru sebagai Bandung: Remaja Rosda Karya.
pengajar yang profesional. Guru PKn
diharapkan tidak hanya transfer khowledge, Wibowo, Agus. 2012. Pendidikan Karakter Usia
tetapi harus bisa membentuk perilaku siswa Dini. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
yang berbudi pekerti yang bermoral sesuai Wuryandani, wuri dan Fathurrohman. 2011.
dengan nilai-nilai Pancasila. Pembelajaran PKn di Sekolah Dasar.
Tantangan guru PKn di era global Yogyakarta: Nuha Litera
semakin berat mengingat guru PKn dituntut Zuriah, Nurul. 2007. Pendidikan Moral & Budi
untuk menjadi guru yang bisa membentuk Pekerti Dalam Perspektif Perubahan.
perilaku para siswa yang memiliki moral yang Jakarta: PT Bumi Aksara
baik. Untuk membentuk menjadi warga Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
Negara yang memiliki moral yang baik tidak 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidik-
mudah karena perkembangan teknologi dan an Nasional.
informasi yang semakin pesat selain
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005
berdampak positif juga negatif. Apabila
Tentang Guru dan Dosen.
peserta didik tidak memiliki moral yang kuat
tentunya siswa akan terpengaruh pada hal-hal Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
yang negatif yang bisa merusak moral siswa. Tentang Standar Nasional Pendidikan.
135
Abstrak
Globalisasi menimbulkan berbagai masalah dalam kehidupan sosial. Persoalan pendidikan semakin
komplek dalam tantangan global. Organisasi sekolah memiliki dinamika yang sangat variatif dalam
merespon setiap bentuk perubahan masyarakat global. Adaptasi sekolah terhadap tantangan global
sangat penting untuk mempertahankan eksistensi sekolah.
Eksistensi sekolah dihadapkan dengan berbagai isu dan kepentingan global yang memposisikan
peran sekolah semakin termajinasikan. Padahal, eksistensi sekolah memiliki peran penting dalam
kehidupan manusia. Eksistensi sekolah harus terus diupayakan dalam menghadapi berbagai
kepentingan global.
Pendidikan antisipatoris merupakan salah satu strategis yang harus dilakukan oleh sekolah dalam
menjaga eksistensinya dalam menghadapi tantangan global. Fungsi pendidikan antisipatoris dapat
menyiapkan anak-anak didik dalam menghadapi tantangan global akan lebih optimal, dengan
memberikan bekal yang cukup bagi peserta didik untuk mengerjakan tugas kehidupan sebagai
manusia yang lebih bermakna.
Keyword : eksistensi sekolah, pendidikan antipatoris
dan budaya dari satu generasi ke generasi dan jasa. Perbedaan pendidikan dan
berikutnya. Sekolah adalah faktor dalam pengajaran adalah sebuah batas yang sangat
konsensus budaya, sejauh ia mempresentasi- jauh, berbicara pada pendidikan maka akan
kan kebahagiaan common sense yang lebih mengarah pengembangan kepribadian,
merupakan prasyarat komunikasi. Boudieu sedangkan sekolah lebih mengarah pada
menunjukan sistem pendidikan yang diterima wilayah pengajaran. Sedangkan Ki Hadjar
di sekolah bekerja untuk mempertahankan Dewantara memaknai pendidikan yaitu
tatanan sosial ditengah-tengah semua yang menuntun segala kekuatan kodrat yang ada
potensial untuk konflik. Sistem pendidikan pada anak-anak itu, agar mereka sebagai
memberikan sebuah kesempatan melalui manusia dan sebagai anggota masyarakat
sumbangannya pada reproduksi sistem dapatlah mencapai keselamatan dan ke-
hubungan kelas yang mana hubungan antar bahagiaan yang setinggi-tingginya. Pendidik-
kelas dan bentuk-bentuk liguistik prestise, an berarti memelihara hidup-tumbuh ke arah
pendidikan yang diterima di sekolah. Dalam kemajuan, tidak boleh melanjutkan keadaan
perspektif kekuasaan adalah mendominasi kemarin menurut alam kemarin. Pendidikan
kelompok yang tidak beruntung disebut adalah usaha kebudayaan, berazas keadaban
sebagai kekuatan simbolik. Kekuasaan untuk yakni memajukan hidup agar mempertinggi
melaksanakan prinsip-prinsip konstruksi reali- derajat kemanusiaan. Dalam konteks yang
tas ini, khususnya realitas sosial dipandang lebih luas pendidikan nasional ialah
sebagai dimensi utama kekuatan politik. pendidikan yang berdasarkan garis-hidup
Kepemilikan modal simbolik mempertahan- bangsanya (cultural-nasional) dan ditujukan
kan produktivitas modal pendidikan yang untuk keperluan perikehidupan, yang dapat
diperoleh pada modal pendidikan merupakan mengangkat derajat negeri dan rakyatnya,
sebuah fungsi modal ekonomi dan sosial yang sehingga bersamaan kedudukan dan pantas
dapat disediakan untuk mengeksploitasinya. bekerjasama dengan lain-lain bangsa untuk
Analisis Bordieu, menguatkan eksistensi kemuliaan segenap manusia di seluruh dunia.
sekolah sebagai salah kekuatan yang strategis (Dwi Siswoyo,2013).
dalam membangun kekuatan kelas-kelas sosial Upaya untuk mengembalikan tujuan
yang akan menguatkan adanya dominasi kelas pendidikan tidak mudah karena sistem
sosial dalam struktur sosial semakin langgeng. pendidikan tak lepas dari kebijakan
Dari berbagai kritikan terhadap sekolah pendidikan yang diterapkan oleh pemerintah.
yang sudah diuraikan sebelumnya, maka Sebagai contohnya, pendidikan sentralistik
makna sekolah perlu dikritisi eksistensinya. mendapat kritikan cukup tajam. Salah satu
Dalam konteks inilah sekolah perlu dikembali- kritikan ditujukan pada jenis standar yang
kan pada maknanya yakni dalam budaya kita digunakan dinilai sebagai upaya untuk
dinamakan dengan lembaga pendidikan. melaksanakan dan mengokohkan sistem
Dalam hal ini pendidikan diartikan sebagai pemerintahan dimana segala sesuatu
educare (membawa keluar, mendewasakan anti ditentukan oleh kekuasaan Negara dan
formalitas, Educare juga berarti memimpin ditopang oleh birokrasi yang kaku, peraturan-
atau menuntun. Filosofi pendidikan sebagai peraturan terpusat dan tidak memberikan
educare ini lebih mengutamakan proses kebebasan didaerah untuk melaksanakan
pendidikan yang tidak terjebak pada banyak- peraturan-peraturan sesuai dengan kebutuhan
nya materi yang dipaksakan kepada para daerah. Hal tersebut juga didukung dengan
peserta didik dan harus dikuasai. Proses kenyataan bahwa sistem pendidikan
pendidikan educare lebih merupakan aktivitas sentralistik seperti mesin besar yang
hidup untuk menyertai, mengantar, membim- digerakkan dari pusat dan lembaga-lembaga
bing, mendampingi. memampukan peserta pendidikan didaerah merupakan sekrup-
didik sehingga tumbuh dan berkembang. Ada- sekrup kecil yang berputar sesuai dengan
pun perbedaan sekolah dan pendidikan adalah keinginan pemerintah pusat. Lebih dari semua
bahwa pendidikan merupakan pola interaksi itu, proses pendidikan yang demikian hasilnya
manusiawi antara orang perseorangan dengan adalah pembodohan rakyat (stupidifikasi).
dunia diluar dirinya sebagaimana terjadi Lebih jauh lagi, proses komodifikasi
dalam keluarga dan masyarakat. Pendidikan pendidikan memunculkan kapitalisme
sebagai proses aktualisasi potensi diri, juga pendidikan karena pendidikan tidak
tidak bisa dibeli, tidak bisa diprediksi, diarahkan kepada kebutuhan rakyat, tetapi
dikontrol sebagaimana proses produksi barang kebutuhan segelintir kelompok elit. Dalam hal
138
ini, kapitalisasi pendidikan lebih kuat dengan hubungan tersebut yakni adanya
perannya dibandingkan dengan pendidikan kecenderungan bahwa masalah dana
yang populis. pendidikan menjadi keputusan politik;
Kapitalisasi pendidikan menjadi perubahan kebijakan pendidikan menjadi
fenomena sosial yang terus berkembang dalam masalah nasional; masalah pendidikan
masyarakat global. Kapitalisasi pendidikan menjadi isu politik; keputusan politik
telah mengubah peran pendidikan nasional. pemerintah cenderung untukperbaikan
Peran sosial pendidikan bergeser ke peran kualitas pendidikan anak. Dalam konteks
industri dan jasa. Liberalisasi pendidikan inilah pembangunan pendidikan di Indonesia
mengurangi peluang dan kesempatan rakyat cenderung mendominasi dari salah satu
untuk menperoleh hak pendidikan untuk kecenderungan tersebut, yang pada akhirnya
bersekolah yang yang menjadi tanggung akan juga berpengaruh pada struktur dan
jawab Negara. Kapitalisasi pendidikan masuk mekanisme organisasi di sekolah-sekolah.
dalam semua level pendidikan nasional Sebagai contohnya, dalam organisasi
sebagai contohnya dengan disyahkan UU BHP sekolah standar mutu merupakan aspek
yang cenderung mengembangkan nilai-nilai penting dalam pengelolaan pendidikan di
yang berorentasi pada penumpukan modal sekolah. Dalam hal ini standar sebagai sarana
dan pengembangan modal yang pengendalian mutu, yaitu ukuran-ukuran
dipertahankan dalam iklim globalisasi yang untuk mengetahui atau mengontrol kualitas
berkembang tidak adil karena monopolistik pendidikan tak lepas dari kepentingan politik.
atas kekuasan pasar. Pada akhirnya, Kualitas pendidikan tak lepas dari berbagai
kecenderungan pendidikan nasional di era standar yang ditentukan oleh pemerintah yang
globalisasi telah meminggirkan nilai berkuasa. Secara umum penententuan standar
kemanusian yang hakiki (Dwiningrum, 2013) yang dilakukan dengan berbagai cara.
Substansi pendidikan yang bertujuan Menurut Diane Ravitch (1995) terdiri tiga jenis
untuk memajukan tingkat kebudayaan standar yaitu: a). Standar isi; b) Standar
manusia dan peradaban manusia terus penguasaan; c). Standar sumber-sumber
menghadapi tantangan. Praktek pendidikan belajar. Sedangkan secara operasional,
nasional yang berkembang dalam iklim perkembangan ponyusunan kurikulum dapat
kapitalisme yang monopolistik telah digolongkan kepada tiga desain, yaitu 1) yang
memarjinalkan eksistensi pendidikan untuk berpusat kepada mata pelajaran (subject
rakyat. Komersialisasi dan privatisasi matter); 2). Yang berpusat kepada pembelajar
pendidikan dalam prakteknya telah (leaner centered'); 3). Berpusat kepada masalah
memberikan kebebasan dalam pengelolaan (problem centered). Dalam prakteknya pe-
keuangan institusi pendidikan yang dilakukan laksanaan standarisasi tersebut tidak mudah
secara otonomi, sehingga pemerintah untuk diaplikasikan, bahkan ada kecen-
cenderung tidak campur tangan lagi dan peran derungan setiap negara memiliki patokan
investor semakin kuat. Sebagai konsekuen- yang tidak sama. Bagi Indonesia yang sudah
sinya rakyat yang hendak menyekolahkan memiliki ketentuan standar pendidikan
anaknya ke jenjang yang lebih tinggi, akan nasional sebagaimana ditentukan oleh BSNP,
mengurungkan niatnya, karena biaya tetapi hasil standarisasi pendidikan dalam
pendidikan sangat mahal. Di sisi lain, sistem yang desentralistik masih menjadi
kurikulum yang dirancang untuk perdebatan konsep karena standarisasi dalam
mengembangkan potensi manusia secara aplikasinya masih dilematis antara ukuran
optimal tetapi cenderung diorientasikan untuk pada standar nasional atau standar lokal.
memenuhi tuntutan pasar global Perdebatan inilah membawa implikasi bahwa
(Dwiningrum, 2013). Keadaan tersebut juga standar mutu pendidikan antar pemerintah
mengubah kurikulum sebagai bagian proses daerahpun menggambarkan hasil yang
dari perubahan kebijakan pemerintah dalam beragam dari kualitas pendidikan.
menghadapai tuntutan globalisasi. Secara lebih khusus lagi jika dikaitkan
Realitas sosial tersebut membuktikan sekolah yang bertanggung jawab pada
bahwa pembangun pendidikan menjadi penerapan kurikulum sekolah menghasilkan
bagian isu politik yang dalam perkembangan- signifikansinya. Sebagai contohnya, kurikulum
nya menggambarkanan adanya kecen- sebagai sarana dari standar yang diinginkan
derungan bahwa pendidikan dan politik tidak dan ditentukan oleh negara tidak selalu
dapat dipisahkan. Analisis yang terkait mampu diterapkan secara optimal oleh
139
sekolah. Hal ini dikarenakan penyusunan mempunyai hak untuk mendapatkan pen-
kurikulum meminta pertimbangan-pertim- didikan, khususnya pendidikan dasar yang
bangan yang rasional dan teknis agar dalam sudah dibangun oleh kekuatan landasan
kurikulum tidak tersembunyi apa yang hukum yang kuat yakni sesuai dengan
disebut the hidden curriculum, yaitu unsur- Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 2008
unsur kekuasaan yang tidak kelihatan dari tentang Wajib Belajar, yang pada intinya
negara yang memasuki sistem pendidikan memiliki ketentuan umum bahwa wajib
nasional. Di sinilah sumber konflik sangat belajar adalah progam pemerintah pendidikan
mungkin terjadi jika terjadi penyimpangan minimal yang harus diikuti oleh warga negara
atau kesenjangan antara kurikulum nasional Indonesia atas tanggung jawab Pemerintah
dan kurikulum yang diterapkan di sekolah. dan Pemerintah Daerah. Wajib belajar
Seperti yang sudah diuraikan sebelumnya, berfungsi mengupayakan perluasan dan
dalam proses perkembangannya untuk pemerataan kesempatan memperoleh
mencapai standar yang tinggi serta kurikulum pendidikan yang bermutu bagi setiap warga
yang didesain dalam perspektif baru negara Indonesia. Wajib berlajar bertujuan
tampaknya akan berhadapan dengan bahaya memberikan pendidikan minimal bagi warga
yang sedang menimpa dunia pendidikan, negara Indonesia untuk dapat
yakni perkembangan neoliberalisme dan mengembangkan potensi dirinya agar dapat
neokonservatisme yang semakin kuat. hidup mandiri di dalam masyarakat atau
Dunia pendidikan juga berhadapan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
dengan kepentingan global. Efek yang terjadi tinggi. Demikian halnya, penjaminan wajib
dengan melemahnya peranan kekuasaan belajar sudah dirancang dengan detail yang
negara dalam pendidikan, maka pendidikan pada intinya pemerintah dan pemerintah
cenderung oleh budaya corporate. Budaya daerah menjamin terselenggaranya progam
organisasi merupakan sumber, kekuasaan di wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan
dunia yang mengglobal yang semakin dasar tanpa memungut biaya; Warga negara
menghilangkan kekuasaan negara. Dalam Indonesia yang berusia enam tahun dapat
kontek inilah pendidikan tidak hanya terbatas mengikuti progam wajib belajar apabila daya
pada isu sentralistik dan desentralistik, tetapi tampung satuan pendidikan masih me-
juga menjadi isu global. Oleh karena itu, mungkinkan; Warga negara Indonesia yang
dalam menghadapi berbagai kepentingan berusia di atas 15 tahun dan belum lulus
dalam penyelenggaraan pendidikan diperlu- pendidikan dasar dapat menyelesaikan
kan kesadaran kritis dimana tanggung jawab pendidikannya sampai lulus atas biaya
pendidikan adalah menjadi tanggung jawab Pemerintah dan/atau pemerintah daerah;
masyarakat untuk berpartisipasi dalam Warga negara Indonesia usia wajib belajar
memperjuangkan pendidikan sebagai hak yang orang tua/walinya tidak mampu
warga, hal ini sesuai dengan isu tentang membiayai pendidikan, Pemerintah dan/atau
education for all yang dalam prakteknya pemerintah daerah wajib memberikan bantuan
semakin sulit dicapai dalam tantangan biaya sesuai peraturan perundang-undangan
masyarakat global. (Sairin, 2012:143-144). Dalam hal ini, proses
Pendidikan untuk semua belum dapat pelaksanaan kebijakan pendidikan sesungguh-
diterapkan secara maksimal. Kebijakan wajib nya secara obyektif tidak hanya bersifat
belajar merupakan salah satu upaya untuk normatif, tetapi harus dianalisis dalam tatanan
merespon isu global yang terkait dengan implementasinya dengan memperhatikan
pendidikan untuk semua. Namun demikian, dimensi progam, proses, dan evaluasinya.
implementasi kebijakan wajib belajar di Karena, kebijakan pendidikan tentang wajib
Indonesia masih menghadapi dua kendala belajar tidak cukup dengan diatur oleh UU
pokok yakni kendala struktural dan kultural. dan PP tetapi yang terpenting adalah kesiapan
Kendala struktural ditunjukkan dengan belum sumber daya manusia yang mampu mengelola
meratanya kesempatan pendidikan bagi pendidikan dasar secara profesional, dan juga
semua masyarakat untuk belajar dalam semua membangun kesadaran masyarakat untuk
level pendidikan. Bahkan struktur sosial masih merealisasikan hak pendidikan oleh
menggambarkan kesenjangan sosial-ekonomi pemerintah pusat dan daerah (Dwiningrum,
yang menjadi salah satu sumber ketimpangan 2013).
pendidikan yang hampir terjadi pada semua Dalam perspektif pendidikan kritis yang
level pendidikan. Padahal, semua warga mempresentasikan gugatan terhadap dunia
140
Kedua, dimensi eksternal, yang berkaitan privat, dan mengurangi campur tangan
dengan kondisi di luar pendidikan yang justru kekuasaan negara. Faham neokonservatisme
mempengaruhi dunia pendidikan secara menginginkan adanya negara yang kuat dan
keseluruhan. Membangun pendidikan yang segala sesuatu dikembalikan kepada publik.
berkarakter adalah sebuah tantangan baik bagi Dari berbagai kajian menunjukkan bahwa
keluarga, sekolah dan masyarakat. Hal ini liberalisme dan globalisasi mempunyai tendesi
dapat dimaknai bahwa pendidikan antara untuk memperlemah kekuasaan negara.
ketiga institusi tersebut harus dikuatkan Akibatnya, dalam dunia pendidikan terdapat
kembali. Pilar pendidikan harus dibangun empat kecenderungan, yaitu: 1). Sistem
dikuatkan kembali antara keluarga, sekolah pendidikan mengacu kepada esistem ekonomi
dan masyarakat. Prinsip educational networks pasar bebas, artinya memberikan tempat yang
yang nyaris terputus harus dijalin secara seluas-luasnya kepada pasar atau kekuatan
sinergis. Keluarga sebagai pilar pokok menjadi pasar; 2) Nilai-nilai dalam masyarakat seperti
tempat pertama anak untuk tumbuh dan adat-istiadat, keluarga, menjadi lemah disertai
berkembang harus menjadikan school of love, pula oleh semakin merosotnya patriotisme; 3).
sekolah untuk kasih saying bagi setiap anak. Terlalu menekankan kepada standar untuk
Sedangkan peran sekolah tidak sekedar mempertajam daya kompetitif agar dapat
sebagai transfer of knowledge, dimana guru bersaing di pasar bebas; 4). Pendidikan
hanya menyampaikan pengetahuan melalui disesuaikan dengan kebutuhan bisnis dan
berbagai mata pelajaran, tetapi juga sebagai industri.
lembaga yang mangusahakan usaha dan Perbedaan dalam wacana kehidupan
proses pembelajaran yang beroreintasi pada bernegara inilah yang seringkali menjadi
nilai (value-oriented enterprise). sumber konflik kepentingan negara dalam
Pendididikan yang berorentasi pada nilai mengatur kebijakan pemerintah dalam
merupakan proses pendidikan karakter. Proses menangani masalah dan rencana pendidikan,
pendidikan karakter dapat dilakukan dengan sehingga praktek-praktek penyelenggaraan
berbagai pendekatan, pertama dengan pen- pendidikan seringkali mengalami penyim-
dekatan modelling, yakni mensosialisasikan pangan-penyimpangan yang berdampak
dan membiasakan lingkungan sekolah untuk tujuan pendidikan belum tercapai secara
menghidupkan nilai-nilai akhlak dan moral optimal. Hal inilah yang mendorong berbagai
yang benar melalui model atau teladan, kedua, kebijakan dan praktik pendidikan perlu
melakukan pembiasaan yang dilakukan secara direformasi untuk mengembalikan peran
bertahap dan berkelanjutan tentang nilai-nilai pendidikan pada fungsi utamanya sebagai
yang baik dan yang buruk yang akan lembaga yang mampu mengantarkan dan
dijadikan pedoman sikap dan perilaku. Usaha mengembangkan potensi manusia mencapai
ini diiiringi dengan langkah-langkah memberi tingkat kemandirian tertentu, sehingga di
penghargaan, menumbuhkan nilai-nilai baik, dapat dinamakan individu. Sebagaimana
dan sebaliknya mengecam dan mencegah dikatakan oleh Kleden bahwa pendidikan
berlakunya nilai-nilai yang buruk; menegas- bukan usaha untuk menciptakan alat atau
kan nilai-nilai yang baik dan buruk secara instrument, bukan pula menciptakan
terbuka dan kontinue; memberikan kesempat- instrument untuk pasar dan untuk negara.
an kepada peserta didik untuk memilih Akan tetapi, pendidikan dan pengajaran di
berbagai alternative sikap dan tindakan sekolah-sekolah diarahkan untuk membangun
berdasarkan nilai; melakukan pilihan secara watak emansipatoris yang lebih kuat
bebas setelah menimbang dalam-dalam dibandingkan dengan watak instrumental.
berbagai konsekuensi dari setiap pilihan dan Pendidikan saat ini perlu didesain untuk
tindakan membiasakan bersikap dan mempersiapkan anak didik dalam meng-
berprasangka baik; membiasakan bersikap dan hadapi kehidupan. Pendidikan perlu di-
bertindak dengan pola-pola yang baik yang rancang tidak hanya terbatas pada
diulangi secara terus menerus. mempersiapkan seseorang untuk suatu profesi
Di samping itu, perlindungan terhadap tertentu, tetapi juga membekali anak didik
pendidikan dalam tantangan global dengan dengan kemampuan dalam menyelesaikan
berkembangkannya faham neoliberalisme dan berbagai masalah. Hasil pendidikan
neokonservatisme. Faham neoliberalisme diharapkan tuampu mengatasi tiga tugas
menekankan kepada kekuasaan negara yang kehidupan yaitu tugas untuk dapat hidup (to
lemah, segala sesuatu dipulangkan kepada hak make living); tugas untuk mengembangkan
142
Tabel 1.
Wilayah Deskripsi
Symbolic Untuk memberikan makna simbol harus diberikan pendidikan dalam bahasa
matematika
Emperies Untuk berbagai makna yang terdapat di wilayah emperies harus diberikan
pendidikan tentang lingkungan fisik (fisika, kimia, biologi, lingkungan sosial,
dan budaya).
Esthetics Untuk memberikan kemampuan makna dalam wilayah esthetics, biasanya
diajarkan seni suara, sastra, visual arts, dan seni gerak (the art of movement).
Synnoeties Untuk memahami kemampuan makna dalam wilayah synnoeties (personal
knowledge atau intersubjective understanding).
Ethics Untuk memahami makna yang terletak pada wilayah ethics, perlu
ditanamkan kesadaran untuk menghormati dan mematuhi secara sukarela
norma-norma yang ada (voluntary personal commitmen to values).
Synopties Untuk memahami makna yang terdapat dalam wilayah synopties, mata
pelajaran yang harus diajarkan adalah sejarah, filsafat dan agama
Collins, Eandall (1979), The Credental Society Education, A Dialectic Approach, United
An Historical Sosiology of Education State: McGraw-Hill Companiers.
adn Stratification, New York: American Ravitchm, Diane (1995), National Standards in
Press. American Education: A Citizen's Guide,
Fauzuk (2005), Mengembalikan Fungsi Sekolah Brooking Instituion press.
Menuju Human Welfare, EDUKASI, Reimer , Everett (2007), School Is Dead ,
Volume II, Nomer 2, Desember 2004, University of California
Halaman 205.
Tilaar (2003), Kekuasaan dan Pendidikan,
Illich, Ivan (1970), Descholling, Mexico: CIDOC Magelang: INDONESIATERA.
Nelson, Jack L., Keneth Carlson, Stauart
Palonsky (1996), Critical Issues in
145
Abstrak
Dalam upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, para pendidik atau guru dituntut untuk selalu
meningkatkan diri baik dalam pengetahuan maupun pengelolaan proses pembelajaran. Kurikulum
abad 21 memposisikan siswa sebagai pembelajar aktif. Ciri dari pembelajaran abad 21 yaitu bahwa
siswa didorong untuk mencari tahu dari berbagai sumber observasi, siswa diharapkan mampu untuk
merumuskan masalah bukan hanya menyelesaikan masalah, siswa diarahkan berpikir analitis bukan
berpikir mekanistis, dan menekankan pentingnya kerjasama dan kolaborasi dalam menyelesaikan
suatu permasalahan dalam pembelajaran. Tantangan pembelajaran tersebut diharapkan dapat dicapai
seiring dengan peningkatan kualitas karakter siswa yang menjadi ciri kepribadian bangsa, seperti
yang tercantum dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang mengatakan
bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk
menghadapi hal itu maka diperlukan suatu pembelajaran sebagai alternatif dalam menjawab
tantangan pendidikan abad 21 yang berkarakter yaitu melalui penemuan terbimbing. Penemuan
terbimbing ini memberikan kesempatan pada siswa untuk terlibat langsung dalam proses
pembelajaran dan menempatkan guru sebagai fasilitator. Dalam penemuan terbimbing, karakter yang
dibangun yaitu karakter yang menumbuhkan rasa keingintahuan intelektual sebagai modal dalam
mengembangkan kreativitas dan daya inovatif yang dijiwai nilai kejujuran dengan bingkai kesopanan
dan kesantunan.
Keyword: penemuan terbimbing, karakter
berbeda dalam memandang dunia dan kepada anak dalam bentuk yang berbeda-
menjelaskannya pada diri mereka sendiri. Hal beda. Slavin (2006: 36) mengatakan bahwa
ini memberikan informasi bahwa dalam Centration, or focusing on only one aspect of a
merancang suatu pembelajaran sangatlah situation, helps to explain some errors in perception
penting mempertimbangkan latar belakang that young children make. Fokus pada satu
dan kondisi siswa agar pembelajaran yang aspek dari suatu kondisi akan membantu
dilakukan dapat mengoptimalkan potensi siswa menjelaskan beberapa kesalahan
yang seharusnya dimiliki setiap siswa. persepsi anak.
Menurut Piaget, seorang anak mengalami
2.3 Concrete Operations (sekitar tujuh
perkembangan kognitif melalui empat ta-
sampai sebelas atau dua belas tahun).
hapan. Tahapan ini merupakan tahapan peng-
konseptualisasian perkembangan kognitif. Meskipun perbedaan antara kemampuan
Empat periode tahapan perkembangan mental praoperasional dan operasi konkrit
tersebut adalah sebagai berikut: jelas, namun anak operasi konkrit masih
belum berpikir seperti orang dewasa. Anak
2.1 Sensorimotor Stage (dari lahir sampai
dapat melakukan operasi pada masalah yang
dua tahun).
agak kompleks selama problem itu konkret
Piaget (Slavin, 2006: 32) mengatakan dan tidak abstrak. Slavin (2006: 38)
bahwa The earliest stage is called mengatakan bahwa They are very much rooted
sensorimotor, because during this stage babies in the world as it is and have difficulty with
and young children explore their world by abstract thought. Anak lebih banyak
using their senses and their motor skills. menghafal dan masih mengalami kesulitan
Menurut Piaget tahap ini terjadi mulai dari dengan berpikir abstrak.
lahir sampai dua tahun. Tahap sensorimotor
2.4 Formal Operations (Sekitar 11 atau 12
ini ditandai dengan adanya kegiatan tahun sampai 14 atau 15 tahun).
eksplorasi dunia anak itu sendiri melalui
indera dan keterampilan motoriknya. Interaksi Pada tahap ini pemikiran anak mulai
dengan lingkungan adalah interaksi berkembang menjadi bentuk yang merupakan
sensorimotor dan hanya berkaitan dengan karakteristik dari orang dewasa. Anak mulai
keadaan saat ini. Anak-anak pada tahap ini mampu berpikir abstrak. Anak-anak pada usia
bersikap egosentris karena memandang segala ini bisa menangani situasi hipotesis, dan
sesuatu berdasarkan kerangka referensi proses berpikir mereka tak lagi tergantung
dirinya sendiri, dan dunia psikologis mereka hanya pada hal-hal yang langsung dan riil.
adalah satu-satunya dunia yang ada. Pada Pada tahap ini pemikiran semakin logis dan
akhir tahap ini, anak mengembangkan konsep merupakan tingkat puncak perkembangan
kepermanenan objek. Dengan kata lain, struktur kognitif. Mereka dapat
mereka mulai menyadari bahwa objek tetap menggeneralisasikan pemikiran, membuat
ada meski mereka tidak melihatnya. kesimpulan dan menggunakan penalaran
obyektif, mampu berfikir fleksibel dan kreatif.
2.2 Preoperational Thinking (sekitar dua
sampai tujuh tahun). Slavin (2006: 30) mengatakan effective
teaching strategies must take into account
Piaget (Slavin, 2006: 34) meengatakan studentsages and stages of development. Hal ini
During the preoperational stage, children's menunjukkan bahwa untuk melakukan
language and concepts develop at an incredible
pembelajaran yang efektif harus
rate. Pada tahap ini bahasa dan konsep anak
memperhatikan tahap perkembangan siswa.
berkembang secara luar biasa. Salah satu yang
Bruner menyarankan agar dalam
merupakan penemuan penting Piaget dalam
pembelajaran yang dilakukan hendaknya
tahap ini adalah anak tidak memiliki
siswa belajar dengan berpartisispasi secara
pemahaman konservasi. One of Piaget's earliest
aktif dan melakukan eksperimen-eksperimen
and most important discoveries was that young
untuk memperoleh pengalaman yang
children lacked an understanding of the principle of
mengizinkan mereka untuk menemukan
conservation (Piaget, melalui Slavin, 2006).
konsep-konsep dan prinsip-prinsip itu sendiri.
Konservasi didefinisikan sebagai kemampuan
Pembangunan konsep oleh siswa ini selaras
dalam menyadari bahwa jumlah, panjang,
dengan konsep Konstruktivisme dimana siswa
substansi, atau luas akan tetap sama walaupun
membangun ide-ide atau konsep baru
mungkin hal-hal seperti itu direpresentasikan
berdasarkan pengetahuan yang ada.
147
penemuan dimana siswa akan belajar dalam kehidupannya. Hal inilah yang akan
menemukan secara menyeluruh (learning how membentuk jati diri seseorang yang
to learn). selanjutnya dalam proses kesehariannya
beinteraksi dengan lingkungan sekitar akan
Conservation of memory.
membentuk karakter berupa perilaku
Sikap dan kegiatan yang dilakukan siswa keseharian. Karakter-karakter individu inilah
dalam menemukan untuk diri mereka sendiri yang menyumbang terbentuknya karakter
memiliki efek yang besar dalam ingatan siswa. suatu bangsa.
Selain kelebihan yang telah disampaikan Salah satu strategi yang dapat digunakan
oleh Bruner, menurut Moore (2009: 183) dalam pembangunan karakter bangsa ini yaitu
pembelajaran dengan penemuan terbimbing melalui dunia pendidikan terutama sekolah.
mempunyai keterbatasan sebagai berikut. Penanaman karakter tersebut dapat
1. Pembelajaran ini bergantung pada diimplementasikan melalui proses pendidikan
kerjasama antara guru dalam melalui olah hati, olah pikir, olah raga, dan
mengarahkan dan siswa sendiri. olah rasa/karsa. Pendidikan karakter yang
2. Pembelajaran ini kurang efektif dalam dimaksud bukan hanya pembangunan
materi yang luas. karakter berupa sikap kesopanan, namun
karakter yang dimaksud yaitu karakter bangsa
Beberapa poin tersebut memberikan yang menumbuhkan sikap keingintahuan
informasi kepada guru untuk memper- intelektual (intellectual curiosity) dalam
timbangkan ketika melakukan pembelajaran mengembangkan kreativitas dan inovasi yang
dengan penemuan terbimbing. Guru harus dijiwai nilai kejujuran dengan bingkaian
memilih materi yang sesuai jika akan kesopanan dan kesantunan.
menggunakan penemuan terbimbing dalam Karakter-karakter pada satuan
pembelajaran. Kelemahan tersebut juga pendidikan ini meliputi 18 nilai yang
memberikan informasi kepada guru mengenai bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan
diperlukannya persiapan yang tepat sebelum tujuan pendidikan nasional, yaitu: (1) Religius,
melakukan pembelajaran dengan penemuan (2) Jujur, (3) Toleransi, (4) Disiplin, (5) Kerja
terbimbing karena kegiatan ini memerlukan keras, (6) Kreatif, (7) Mandiri, (8) Demokratis,
waktu yang relatif lebih lama dan memerlukan (9) Rasa Ingin Tahu, (10) Semangat
kerjasama yang sinergis antara guru dan Kebangsaan, (11) Cinta Tanah Air, (12)
siswa. Menghargai Prestasi, (13)
Bersahabat/Komunikatif, (14) Cinta Damai,
3. Pendidikan Karakter Bangsa (15) Gemar Membaca, (16) Peduli Lingkungan,
UU No.20 Tahun 2003 tentang sistem (17) Peduli Sosial, (18) Tanggung Jawab (Pusat
pendidikan nasional mengatakan bahwa Kurikulum, 2009: 9-10). Meskipun telah
Pendidikan Nasional berfungsi mengembang- dirumuskan 18 nilai pembentuk karakter
kan kemampuan dan membentuk watak serta bangsa, namun tiap satuan pendidikan dapat
peradaban bangsa yang bermartabat dalam menentukan prioritas pengembangan karakter
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, sesuai dengan kondisi tiap satuan pendidikan.
bertujuan untuk berkembangnya potensi Jadi antara satu satuan pendidikan dengan
peserta didik agar menjadi manusia yang satuan pendidikan yang lainnya boleh berbeda
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang jenis nilai karakter yang dikembangkan.
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga 4. Pendidikan Karakter dan Penemuan
negara yang demokratis serta bertanggung Terbimbing
jawab.Tujuan dari pembangunan karakter Penanaman pendidikan karakter
yaitu untuk mengembangkan karakter bangsa diupayakan dilaksanakan dalan setiap jenjang.
agar mampu mewujudkan nilai-nilai Dalam lingkungan sekolah, pembiasaan
pancasila. Ruang lingkup pendidikan ini pendidikan karakter tidak hanya dilakukan
meliputi keluarga, satuan pendidikan, dan dalam keseharian lingkungan sekolah, lebih
masyarakat. Karakter bangsa ini merupakan dari itu penanaman karakter diharapkan
pilar penting dalam kehidupan berbangsa dan diintegrasikan dalam kegiatan belajar
bernegara. Manusia diciptakan dengan mengajar di kelas.
kelengkapan akal pikiran serta hati yang
dapat memilah kebaikan dan keburukan
150
Abstrak
Hasil penelitian World Bank menyatakan bahwa guru Indonesia merupakan terendah di Asia dalam
peranannya sebagai agen perubahan; Guru abad 21 adalah guru yang inspiratif siap sebagai
pendorong perubahan; oleh karena itu perlu adanya model pemberdayaan guru. Salah satunya
adalah pelatihan model Training and Development Personnel. Tujuan penelitian ini adalah menguji
efisiensi dan efektifitas model pelatihan serta menemukan faktor determinan penentu guru abad
21yang juga sebagai agen perubahan. Model ini dikembangkan melalui 3 tahap yaitu: 1) studi
pendahuluan, 2) pengembangan model diklat guru, dilanjutkan 3) validasi model dengan evaluasi
efisiensi dan efektifitas model. Pelatihan bagi guru Sekolah Dasar ini diikuti 37 orang berlangsung di
sanggar Kelompok Kerja Guru Kabupaten Wonosobo tanggal 2 -10 Mei 2013. Berdasarkan hasil studi
pendahuluan diperoleh bahwa selama ini workshop yang pernah diikuti para guru Sekolah Dasar
dipersepsi belum efisien dan belum efektif serta belum sampai menyiapkan kompetensi guru abad 21.
Model pelatihan yang dikembangkan ini terbukti efisien dan efektif; Terdapat 2 model determinan
berpengaruhnya: 1) kebiasaan positif dan 2) elaborasi pengetahuan (yang baru) terhadap kemampuan
guru abad 21.
Kata Kunci: Diklat guru Sekolah Dasar Model Training and Development Personnel, Determinan
Guru abad 21, Efisiensi dan Efektifitas, Kebiasaan Positif, Elaborasi Pengetahuan.
miliki sehingga berguna bagi masa depan dan 3) ilmu dan keterampilan tersebut
mereka nanti. Guru abad 21 adalah pendorong diperoleh dari pendidikan yang mendalam
perubahan; namun bagaimana dengan kondisi dan berkelanjutan.
guru kita yang digambarkan oleh penelitian Guru di abad 21 memiliki karakteristik
Bank Dunia tersebut? oleh karena itu perlu sebagai berikut: 1) memiliki semangat juang
pemberdayaan guru. Jika demikian, model dan etos kerja yang tinggi disertai kualitas
pelatihan guru yang mana? Salah satu model keimanan dan ketakwaan yang mantap, 2)
pelatihan pemberdayaan guru adalah mampu memanfaatkan iptek sesuai tuntutan
pelatihan model Training and Development lingkungan sosial dan budaya di sekitarnya, 3)
Personnel dari Otto dan Glaser (Mustafa berperilaku profesional tinggi dalam
Kamil, 2003), yang dipandang cukup efektif. mengemban tugas dan menjalankan profesi, 4)
Permasalahan lebih lanjut faktor apa sajakah memiliki wawasan ke depan yang luas dan
yang mempengaruhi serta bagaimana model tidak picik dalam memandang berbagai
hubungan antar faktor demi peningkatan permasalahan, 5) memiliki keteladanan moral
profesionalitas guru, terlebih guru lulusan serta rasa estetika yang tinggi, 6) dan
program Pendidikan Jarak Jauh? mengembangkan prinsip kerja bersaing dan
Masalah dalam penelitian ini adalah bersanding. Berbeda sedikit dengan tuntutan
bagaimanakah pengembangan pelatihan guru Muhammad Surya (Didik, 2012) dengan 9
model Training and Development Personnel karakteristik citra guru yang diidealkan yaitu
mampu mengembangkan guru abad 21? guru yang: 1) Memiliki semangat juang yang
Faktor apa saja yang menjadi tinggi disertai kualitas keimanan dan
penentu/determinan, serta bagaimana model ketaqwaan yang mantap, 2) Mampu
serta besarnya sumbangan terhadap mewujudkan dirinya dalam keterkaitan dan
keberhasilan menyiapkan guru abad 21? padanan dengan tuntutan lingkungan dan
Tujuan penelitian ini adalah menguji perkembangan iptek, 3) Mampu belajar dan
efisiensi dan efektifitas model pelatihan bekerja sama dengan profesi lain, 4) Memiliki
Training and Development Personnel serta etos kerja yang kuat, 5) Memiliki kejelasan dan
menemukan faktor determinan penentu kepastian pengembangan jenjang karir, 6)
keberhasilan menjadi guru abad 21 yang juga Berjiwa profesionalitas tinggi, 7) Memiliki
sebagai agen perubahan. kesejahteraan lahir dan batin, material dan
nonmaterial, 8) Memiliki wawasan masa
2. Teori depan, dan 9) Mampu melaksanakan fungsi
dan peranannya secara terpadu.
Guru pada abad 21 dan abad selanjutnya
Dalam perannya sebagai seorang agen
ditantang untuk melakukan akselerasi
perubahan, seorang guru abad 21 setidaknya
terhadap perkembangan informasi dan
perlu memiliki karakteristik dan watak dasar
komunikasi. Pembelajaran dan pengelolaan
atau kemampuan yang selaras dengan
kelas, pada abad ini harus sesuai dengan
tuntutan tersebut. Kemampuan itu
kemajuan teknologi informasi dan
digambarkan secara indah oleh Fullan (1993),
komunikasi. Menurut Susanto (Didik, 2012),
dengan empat kapasitas dasar yang harus
terdapat 7 tantangan guru di abad 21, yaitu: 1)
melekat dalam diri seorang guru sebagai agen
Teaching in multicultural society, 2) Teaching for
perubahan memasuki abad 21. Adapun 4
the construction of meaning, 3) Teaching for active
kapasitas dasar watak itu adalah: pe-
learning,4) Teaching and technology, 5) Teaching
ngembangan visi pribadi, kebiasaan inqui-
with new view about abilities, 6) Teaching and
ry, pentingnya penguasaan dan kolaborasi.
choice, dan 7) Teaching and accountability.
Berdasarkan paparan di atas, ciri/
Abad 21 menuntut peran guru yang
karakter yang akan dikembangkan pada sosok
semakin tinggi dan optimal. Secara umum,
guru abad 21 melalui pelatihan itu ditentukan
Tilaar (Didik, 2012) menyatakan bahwa
dari Antusias guru menjadi profesioal yang
masyarakat tidak dapat lagi menerima guru
tinggi, kemampuan berpikir kritis, reflektif
yang tidak profesional. Hal ini sesuai dengan
dan anticipative yang dikembangkan melalui
rekomendasi UNESCO tentang 3 tuntutan,
kegiatan belajar coopetrative-anticipative.
yaitu: 1) guru harus dianggap sebagai pekerja
Diklat sebagai suatu sistem yang integral
profesional yang memberi layanan kepada
merupakan seperangkat komponen atau
masyarakat, 2) guru dipersyaratkan
unsur-unsur atau sub sistem yang saling
menguasai ilmu dan keterampilan spesialis,
berinteraksi untuk mengubah kompetensi
154
guru sehingga ia dapat berprestasi lebih baik Salah satu upaya untuk meningkatkan
sesuai tuntutan dalam jabatannya. Pendekatan kompetensi guru abad 21 adalah penye-
sistem dalam Diklat dapat menggunakan lengaraan diklat kompetensi yang efektif.
bagan arus mulai dari input (masukan), Struktur program diklat untuk memenuhi
proses, output (keluaran), dan out come kompetensi yang dituntut tersebut perlu
(dampak). Masukan (Input) adalah peserta dirancang secara komprehensif. Pengembang-
diklat dan widyaiswara dengan kompetensi an struktur diklat yang komprehensif di-
yang dimilikinya, anggaran, waktu, sarana harapkan mampu meningkatkan kompetensi
dan prasarana (bangunan) diklat. Porses sebagai seorang pendidik abad 21. Secara
Proses sebagai sub sistem dalam sistem Diklat internal beberapa hal yang harus di-
adalah proses belajar mengajar, evaluasi pra kembangkan dalam penyelenggaraan diklat,
dan pasca Diklat, penataan sarana dan mencakup: Identifikasi informasi terkait
prasarana kelas dan sebagainya. Produk dengan kompetensi ideal/abad 21, kompe-
adalah hasil setelah Diklat selesai, antara lain tensi riil yang dimiliki guru di lapangan. Peta
makalah/materi Diklat, penguasaan kapasitas kompetensi ini menjadi dasar perumusan
khusus. Keluaran (out put) adalah peserta tujuan, materi diklat, pengalaman yang
(lulusan) Diklat yang memiliki kompetensi perlu dikembangkan, sumber belajar, hingga
sesuai dengan yang diharapkan, sertifikat, alokasi waktu diklat.
keterangan masuk dunia kerja, SIM. Dampak Hal berikutnya adalah penggunaan
(out come) antara lain adalah peningkatan strategi/pendekatan yang relevan dengan
produksivitas lulusan/kontribusi yang diberi- karakteristik peserta diklat; Pengemasan
kan kepada organisasi. bahan ajar diklat menjadi bentuk-bentuk
Berdasarkan analisis kebutuhan maka fasilitasi pembelajaran yang aktif, me-
sasaran pelatihan ditetapkan. Sasaran yang nyenangkan, berbasis pengalaman, berbasis
ingin dicapai dapat bersifat teknikal akan kompetensi yang dikembangkan, merancang
tetapi dapat pula menyangkut keprilakuan. scenario pelatihan yang efektif, terkontrol, dan
Pada pelatihan harus jelas diketahui apa yang akuntabel. Relevansi diklat dibutuhkan agar
ingin dicapai sesuai dengan hasil analisis dalam pelaksanaan memperoleh respon
kebutuhan dan sasaran yang telah dilakukan. positif dari peserta.
Penerapan prinsip belajar yang baik agar Penggunakan strategi penyampaian
berlangsungnya proses belajar mengajar dapat perlu memperhatikan hal-hal sebagai
dilakukan dengan cepat. Pada dasarnya berikut: Penerapan pendekatan andragogi
prinsip belajar yang layak dipertimbangkan Berbasis pada pengembangan pengalaman
untuk diterapkan berkisar pada lima hal yaitu dan kinerja; Pengalaman peserta diklat perlu
partisipasi, repetisi, relevansi, pengalihan dan dikembangkan melalui bentuk pembelajaran
umpan balik. aktif, memungkinkan peserta diklat menjadi
Tepat tidaknya teknik mengajar yang subjek aktifitas dalam proses pembelajaran.
digunakan tergantung pada berbagai Diklat dilaksanakan secara menarik,
pertimbangan yang ingin ditonjolkan, seperti mengesan, dan menyenangkan, serta
kehematan dalam pembiayaan, materi dievaluasi secara cermat.
program, tersedianya fasilitas tertentu, Agar terjadi perubahan perilaku sebagai
preferensi dan kemampuan peserta, preferensi implementasi dimilikinya kompetensi oleh
dan kemampuan pelatih dan prinsi-prinsip seseorang maka system pelatihan yang
belajar yang hendak diterapkan. dilaksanakan hendaknya menggunakan per-
Setelah program pelatihan dilaksanakan lakuan yang menyentuh persepsi, konsep diri,
maka dapat diidentifikasi manfaat yang dan nilai-nilai yang dimiliki oleh individu.
diperoleh guru, misalnya peningkatan Penguatan, pengulangan, dan pengarahan
pengetahuan dan keteranpilan. Pelaksanaan dibutuhkan. Monitoring, pengawasan, pen-
suatu program pelatihan dapat dikatakan dampingan perlu dilaksanakan agar perilaku
berhasil apabila dalam diri peserta terjadi cerminan penguasaan kompetensi guru abad
transformasi, dengan peningkatan kemampu- 21 meningkat.
an dalam melaksanakan tugas dan perubahan Dalam perpektif Diklat sebagai suatu
perilaku yang tercermin pada sikap, disiplin sistem, dapatlah diidentifikasi faktor yang
dan etos kerja. Komponen ini saling mempengaruhi keberhasilan pelatihan guru
mendukung antara satu dengan yang laiannya abad 21 itu bisa berasal dari input maupun
dalam mewujudkan dikat yang keredibel. proses pelatihan itu sendiri. faktor yang
155
dimaksud seperti: kejelasan dan kebermakna- sebuah model pelatihan yang efektif dan
an tujuan/tugas, kualitas metode belajar efesien. Persyaratan tersebut diantaranya
kelompok berbasis pengalaman yang dimiliki adalah kebutuhan/masalah belajar peserta
guru, pembelajaran kooperatif dengan materi pelatihan. Tahap analisis biasanya meliputi
yang terkait dengan tuntutan abad 21, tingkat beberapa tahapan, diantaranya adalah analisis
partisipasi guru, pemajangan hasil, elaborasi sistem; yaitu menggambarkan secara umum
pengetahuan yang baru dan kebermakna- klien yang meminta untuk mendesaian
annya, membangun citra yang baik dan pelatihan. Analisis pekerjaan tersebut tidak
kebiasaan yang positif. perlu lagi dilakukan jika yang bersangkutan
telah memiliki profil yang memadai.
3. Pengembangan Model Perumusan tujuan peserta mengikuti pelatihan
dan tugas yang ditetapkan, biasanya diikuti
Ada banyak model desain sistem
dengan refleksi. Setelah pemilihan bahan dan
pembelajaran. Diantaranya ada model yang
media, diikuti kualitas metode pelatihan
berorientasi sistem, seperti model Dick &
sesuai inspirasi guru peserta pelatihan. Setelah
Carey, Model ADDIE, dan lain-lain. Ada pula
kurikulum dan unit, mata latihan, dan topik
model desain pembelajaran yang berorientasi
latihan ditetapkan dan pelatihan dilaksanakan,
produk, karena untuk menghasilkan produk
perlu dievaluasi. Evaluasi dilakukan untuk
pembelajaran, seperti model Hannaffin & Peck
menentukan apakah tujuan program pelatihan
atau model prototipa cepat (rapid prototype
tercapai atau tidak, serta untuk menentukan
model). Juga, ada model yang berorientasi
apakah isi dan admnistrasi pelatihan
kegiatan belajar mengajar di kelas, diantaranya
memuaskan atau tidak, menentukan manfaat
adalah model ASSURE (Smaldino, dkk) atau
dan biaya finansal program serta untuk
model ICARE.
membandingkan biaya dan manbfaat dari
Secara umum, langkah-langkah desain
berbagai program pelatihan guna memilih
pelatihan dimulai dari tahap analisis, desain,
program mana yang paling baik.
pengembangan, implementasi dan evaluasi.
Model Training and Development Personnel
Evaluasi, bisa dilakukan untuk tiap langkah
yang terdiri atas lima langkah ini
mulai dari analisis sampai evaluasi. Sistem
dikembangkan melalui 3 tahap yaitu studi
pelatihan ini memungkinkan peserta pelatihan
pendahuluan, pengembangan model diklat
dapat menyerap informasi/pengetahuan,
guru, dilanjutkan validasi model dengan
melakukan keterampilan, berinteraksi
evaluasi efisiensi dan efektifitas model dalam
memperdalam pengetahuan dan keterampilan,
bentuk penilaian diri peserta pelatihan.
serta merefleksikan apa yang telah dipelajari.
Pelatihan bagi guru Sekolah Dasar ini diikuti
Kelima hal di atas adalah merupakan syarat
37 orang dan berlangsung di sanggar
suatu desain pelatihan yang berhasil.
Kelompok Kerja Guru Kabupaten Wonosobo
Otto dan Glaser (Mustafa Kamil, 2003)
tanggal 2 -10 Mei 2013.
mengemukakan model pengembangan strategi
latihan dengan istilah Model Training and
4. Pengukuran dan Hasil
Development Personnel. Model ini terdiri atas 5
langkah kegiatan: Konteks model Training and Development
a. menganalisis masalah latihan Personnel ini terdiri atas lima langkah kegiatan
b. merumuskan dan mengembangkan seperti dipaparkan diatas, dikelompokkan
tujuan-tujuan latihan menjadi 3, yaitu:
c. memilih bahan latihan, media belajar, a. Studi Pendahuluan yang meliputi
metode dan teknik latihan menganalisis masalah latihan
d. menyusun kurikulum dan unit, mata b. Perencanaan dan Pengembangan Model
latihan, dan topik latihan yang mencakup langkah: merumuskan
e. menilai hasil latihan. dan mengembangkan tujuan-tujuan
Suatu model pelatihan dianggap efektif latihan, memilih bahan latihan, media
manakala mampu dilandasi kurikulum, belajar, metode dan teknik latihan dan
pendekatan dan strategi yang sesuai dengan menyusun kurikulum dan unit, mata
kebutuhan belajar sasaran didik dan latihan, dan topik latihan, serta
permasalahan-permasalahan yang terjadi di melaksanakannya
tengah-tengahnya. Untuk itu diperlukan c. Validasi Model termasuk langkah menilai
persyaratan khusus dalam membangun hasil latihan yang selanjutnya dijadikan
156
Tabel 1. Deskripsi Variabel Proses dan Hasil Pelatihan Model Training and Development
Personnel
Mengingat beasrnya mean lebih dari Berdasarkan hasil analisis seperti pada
median, maka dapat dinyatakan bahwa tabel di bawah, ternyata dari 9 variabel yang
pelatihan Model Training and Development diteliti, sebagian besar, 8 variabel, mengalami
Personnel ini efisien dan efektif terdukung peningkatan cukup berarti seperti: 1) belajar
data. Dengan demikian Model Training and kelompok berbasis pengalaman, 2)
Development Personnel ini dapat pemajangan hasil, 3) partisipasi guru peserta
mengembangkan profesionalisme guru pelatihan, 4) citra yang baik, 5) kebiasaan yang
sekolah dasar. Selanjutnya deskripsi 12 positif, 6) cooperative & correlative, 7)
variabel independen yang diduga menjadi kejelasan & kebermaknaan tujuan, dan 8) ciri
penentu yang mempengaruhi profesionalisme guru abad 21. terdapat hanya1 variabel yang
guru sekolah dasar dalam pengembangan kurang berkembang dengan baik melalui
pelatihan model ini adalah seperti berikut ini. pelatihan ini, yaitu elaboration pengetahuan.
Selanjutnya untuk menemukan faktor Regresi Model Step Wise yang hasilnya tersaji
determinan/penentu kualitas profesionalisme dalam tabel 3 seperti berikut ini.
guru sebagai agen perubahan dilakukan Uji
157
Berdasarkan hasil analisis regresi seperti terhadap tingkat kualitas guru abad 21 adalah
di atas, dari 8 variabel independen, ternyata 45,30%. besarnya pengaruh variabel elaborasi
diperoleh hanya 2 model determinan pengetahuan dan cooperative-correlative
berpengaruhnya variabel independen (model 2) terhadap tingkat kualitas guru abad
terhadap karakter guru abad 21 sesuai standar 21 adalah 61,90%. Guna mengetahui seberapa
errornya masing-masing. Besarnya pengaruh tinggi tingkat signifikansi setiap model
variabel elaborasi pengetahuan (model 1) dapatlah diperiksa pada tabel 4 berikut ini.
Total 3.429 13
Total 3.429 13
melakukan pengukuran proses dan hasil tugas pokok dan fungsinya beserta
pelatihan guru SD, yang mencakup permasalahannya, dilakukan secara kooperatif
pengukuran tingkat efisiensi, dan keefektifan/ dengan dukungan materi yang memacu untuk
keberhasilan pelatihan. Ternyata bahwa model membangun pengetahuannya yang baru akan
pelatihan Training and Development Personnel membantu mengembangkan kemampuan
ini efisien dan efektif terdukung data. inspirasinya sebagai agen perubahan. Apalagi
Suatu model pelatihan dianggap efektif didukung oleh kemampuan berpikir kritis dan
manakala mampu dan dilandasi kurikulum, kreatif; Jika tugas-tugas pelatihan yang diikuti
pendekatan dan strategi yang sesuai dengan berkualitas maka wajar jika berpengaruh
kebutuhan guru peserta pelatihan dan cukup tinggi terhadap kemampuan
permasalahan-permasalahan yang terjadi di profesionalisme guru abad 21.
tengah-tengah mereka. Dua variabel penentu
keberhasilan pelatihan yang terbukti memberi 6. Simpulan
sumbangan hampir 62% menjadi prioritas
Model pelatihan Training and Development
dalam pelatihan yaitu Elaborasi pengetahuan
Personnel bagi guru SD alumni program PJJ
dan Cooperative-correlative. Ini berarti bahwa
Gugus Wonosobo ini efisien dan efektif
Model Training and Development Personnel
terdukung data; berdasarkan hasil analisis
akan berhasil jika 1) kurikulum atau kualitas
data, ternyata dari 9 variabel yang diteliti,
materi dan metode pelatihan memungkinkan
sebagian besar, 8 variabel, mengalami
peserta membangun pengetahuannya yang
peningkatan cukup berarti seperti: 1) Belajar
baru dan bermakna (elaborasi), serta 2)
kelompok berbasis pengalaman, 2)
menerapkan kooperative learning yang mana
Pemajangan hasil, 3) partisipasi guru peserta
materi pelatihan terkait dengan permasalahan
pelatihan, 4) Citra yang baik, 5) Kebiasaan
SD dimana guru bertugas. Temuan ini
yang positif, 6) Cooperative & correlative, 7)
memperkokoh teori kunstruktivisme yang
Kejelasan & kebermaknaan tujuan, dan 8) ciri
terbukti efektif dalam pelatihan Model
Guru abad 21. Terdapat hanya1 variabel yang
Training and Development Personnel.
kurang berkembang dengan baik melalui
Model pelatihan yang terdiri atas lima
pelatihan ini, yaitu: Elaboration pengetahuan.
langkah kegiatan yang kemudian dimodifikasi
Terdapat 2 model determinan/berpengaruh-
menjadi 3 tahap ini memungkinkan guru
nya variabel independen terhadap
peserta pelatihan dapat bukan hanya
pengembangan profesionalisme guru abad 21:
menyerap pengetahuan, melakukan/terampil,
elaborasi pengetahuan (model 1), elaborasi
berinteraksi memperdalam pengetahuan dan
pengetahuan dan cooperative (model 2). maka
keterampilan mereka, serta merefleksikan apa
dari itu, model ini dapat direplikasi di
yang telah dipelajari, tetapi juga membangun
kelompok lain untuk peningkatan kualitas
pengetahuan yang baru dan bermakna bagi
guru memasuki abad 21 demi peningkatan
kehidupan guru; dengan kata lain 5 hal
kemujuan pendidikan khususnya SD.
tersebut merupakan syarat suatu desain
pelatihan yang berhasil telah terpenuhi. DAFTAR PUSTAKA
Sehingga memang layak jika pelatihan ini
berhasil mengembangkan profesionalisme Adie Nugroho, 2013. Menjadi Guru Inspiratif.
guru abad 21 sebagai agen perubahan yang http://adienugrohozone.blogspot.com/
didukung oleh 2 variabel independen yang 2013/03/menjadi-guru-inspiratif.html
cukup berarti Elaborasi pengetahuan dan Didik, 2012. Guru Abad 21.
Cooperative-correlative. http://areknerut.wordpress.com/2012/
Seorang guru terlebih alumni program PJJ 12/20/guru-abad-21-2/
UKSW dengan visi pribadi yang kuat Fullan, M. G. 1993, Why Teachers Must
senantiasa bertanya, dan bertanya lagi, untuk Become Change Agent. Education
memperjelas intensi mengapa yang Reform. Educational leadership Mar
bersangkutan sampai memilih profesi menjadi 1993, 50, 6
guru. Seorang guru akan mencintai perubahan
Hidayat Jaya Giri. 2012. Pendidikan Usia Dini
dan siap menghadapi tantangan abad 21
Masa Emas. www.hidayatjayagiri.net/-
sehingga selalu mengperbaharui tugas paokok
2012/12/pendidikan-usia-dini-masa--
dan fungsi sebagai guru yang profesional.
emas.html
Guru tersebut kalau mengikuti pelatihan
dimana pelatihan yang dijalani relevan dengan
159
Abstrak
Alam berubah, kehidupan manusia berubah, pendidikan juga harus berubah. Paradigmalam
pendidikan membangun manusia dengan satu jenis kecerdasan saja yaitu IQ. Paradigm baru
pendidikan lebih menekankan pada kecerdasan kreativitas (CQ) dan kecerdasan-kecerdasan lain
yakni EQ, SQ AQ, Pembangunan SDM merupakan tanggung jawab bidang pendidikan.
Kurikulum merupakan salah satu alat yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan
pendidikan Indonesia adalah membangun SDM yang berkualitas yang mampu hidup di era abad 21
dan hidup di manapun di seluruh belahan bumi ini. Istilah abad 21 memberikan semangat baru
kurikulum yang ada. Relevan dengan era 21 atau masa depan, maka melalui tulisan ini, nama
kurikulumnya adalah kurikulum visioner.
Kurikulum visioner adalah kurikulum yang berorientasi pada scientce, berbasis object study,
implementasinya menyenangkan dan mengaktifkan siswa, dengan model evaluasi autentik.
Lingkungan merupakan sumber pembelajaran agar pendidikan fungsional untuk kehidupan. SDM
hasil pendidikan melalui kurikulum visioner sebagai berikut: mengakui keEsaan Alloh SWT, menjadi
manusia sosialis berbudaya, serta tidak melakukan perusakan.
Kata Kunci: Kurikulum Visioner Lingkungan, SDM abad 21.
3
to be, (4) to live together. Kurikulum yang baik Domain kognitif lebih banyak dicapai oleh
adalah kurikulum yang selalu mengalami peserta didik, sedangkan dua domain lainnya
perubahan dari waktu ke waktu, dari masa ke kurang. Pertanyaan yang sesuai untuk
masa. Apabila kurikulum tidak berubah maka paradigm lama adalah Apa yang diketahui
pembelajaran dan pendidikan tidak ada peserta didik setelah mengikuti proses
gunanya bagai anak-anak bangsa. Apabila pembelajaran?. Mereka tahu namun belum
pendidikan tidak berubah berarti merampas tentu memiliki kompetensi untuk
masa depan anak-anak bangsa. Perubahan
4 mengaplikasikan segala sesuatu yang
kurikulum seharusnya mengikuti perubahan dipelajari, apalagi sampai dengan memberikan
zaman dan alam. Kita semua telah mengetahui value terhadap apa yang dipelajari. Padahal
bahwa alam telah mengalami perubahan, oleh seharusnya pertanyaan yang dikemukakan
karenanya agar manusia penghuni alam tidak untuk ditanyakan kepada peserta didik setelah
tergilas oleh alam, maka manusia seharusnya mengikuti proses pembelajaran adalah
juga menyesuaikan perubahan yang terjadi. mampu apakah kamu?. Pertanyaan seperti
Perubahan dasar arah paradigm alam, ini, jawabannya mengandung makna
dari dominant paradigm menuju emergent mengetahui, mengaplikasikan dan diharapkan
5
paradigm. Lebih lanjut diuraikan sebagai mampu memaknai pengetahuan tersebut.
berikut: dari paradigm simple menuju Ketidakseimbangan tiga domain di atas,
complex, hierarchy menuju heterarchy, disebabkan oleh (1) intensitas materi, (2)
mechanical menuju holographic, determinate proses pembelajarannya, serta (3) model
menuju indeterminate, linierly menuju evaluasi. Seperti apakah proses pembelajaran
mutually, assembly menuju morphogenesis, pada paradigm lama?
objective menuju perspective. Uraian dan Pembelajaran paradigm lama sebagai
penjelasan lebih lengkap tentang paradigma di berikut; (1) tekstual, (2) berorientasi pada
atas lebih jelas melalui diskusi dalam forum produk baik proses pembelajarannya maupun
mulia ini. evaluasinya, (3) delivery, (4) membangun
Perihal yang penting untuk disampaikan peserta diidk untuk berpikir linier, sistematik,
dalam tulisan ini adalah mengajukan dan rasional, regiditas, (5) tekanan pada IQ
6
pertanyaan kurikulum yang seperti apakah saja.
yang mampu mengantisipasi masa depan?.
Dalam uraiannya tentu tidak lepas dari 3. Paradigma Baru Pendidikan
manusia yang seperti apakah yang akan Sorotan miring tentang pendidikan di
dicetak melalui kurikulum visioner? Visioner Indonesia masih terus bergulir baik dari
menjadi kata kunci dalam makalah ini. kalangan akademisi maupun masyarakat
Visioner maksudnya adalah kurikulum yang awam. Sorotan miring ini ditandai dengan
seperti apakah yang mampu mengantisipasi ranking HDI yang berada pada urutan lebih
membangun manusia masa depan. Penulis dari 150, di bawah Negara tetangga seperti
berasumsi pendidikan yang fungsional untuk Malaysia, Singapura. Ketika berbicara tentang
penyelesaian kehidupan manusia adalah kualitas SDM, yang bertanggung jawab penuh
pendidikan yang kontekstual. Pendidikan terhadap kualitas SDM atau siapa yang
yang kontekstual dapat dicapai melalui bertanggung jawab terhadap kualitas SDM,
lingkungan kehidupan manusia. Terdapat tiga jawabannya adalah bidang pendidikan. SDM
kata kunci dalam tulisan ini: (1) Kurikulum seperti yang telah diuraikan di atas, yang
visioner, (2) Lingkungan, (3) Sumber Daya mampu hidup di era kapanpun dan di
manusia (SDM) abad 21. manapun dapat dibangun melalui kurikulum.
Selanjutnya tulisan ini menggunakan
2. Paradigma Lama Pendidikan terminology visioner. Kurikulum yang
Ketidakseimbangan pencapaian tiga visioner adalah kurikulum yang dinamis dan
domain tujuan pembelajaran yaitu (1) domain fleksibel. Gambaran kurikulum visioner
kognitif, (2) domain afektif, dan (3) domain diuraikan di bawah pada tulisan ini. Satu tesis
psikomotorik terjadi pada paradigma lama. yang dapat dikemukan dalam tulisan ini
adalah Kurikulum yang visioner akan
mampu membangun manusia yang
3
UNESCO
4
Zamroni.2011
5 6
Scwartz & Ogilvy.2007 Djohar. 2004
162
Metodologi
Ilmu
Obyek/Per
Bangun soalan
Ilmu Belajar
Based on scientific artinya adalah belajar itu Empat aspek kemampuan peserta didik yang
tujuannya membangun ilmu. Ilmu dimaknai diperoleh melalui proses pembelajaran
beraneka ragam dari ilmu baru yang benar- diuraikan dalam makalah lain dan untuk lebih
benar ilmu baru, sampai dengan ilmu yang jelasnya dilakukan diskusi.
telah ada. Namun yang penting dari perspektif Konsep kurikulum visioner yang kedua
pembelajaran bangun ilmu ini dimaknai adalah (2) based on object study. Object study
sebagai proses pencapaian bangun ilmu. Dari atau diartikan berbasis pada persoalan belajar.
sudut pandang membangun diri orang, Melalui persoalan belajar, siswa aktif dan guru
bangun ilmu ini dimaknai sebagai proses berperan sebagai organisator (organisasi)
membangun ilmu. Kemampuan berpikir dan persoalan belajar. Siswa diarahkan untuk
berbuat adalah fokus pendidikan. Adapun dapat memecahkan persoalan belajar dan
tahapan membangun kerangka pikir peserta menemukan konsep ilmu melalui proses
didika sebagai berikut: (1) kemampuan pembelajaran. Obyek persoalan belajar
metodologis, (2) kemampuan konsepsualisasi, diperoleh melalui kajian kurikulum. Hasil
(3) kemampuan paham konsep, (4) kajian kurikulum sebagai berikut: struktur
kemampuan mengaplikasi konsep yang konsep, peta konsep, konsep esensial, bahan
ditemukan, dan (5) kemampuan memberikan ajar, dan persoalan belajar. Ketika guru sedang
7
value atau nilai terhadap konsep tersebut. melakukan proses pembelajran, yang disajikan
kepada siswa adalah obyek/persoalan belajar.
7
Djohar. 2001
163
memiliki etos kerja dengan indikator: (1) Dalam dunia pendidikan juga harus
berkembang spiritual, (2) kreatif, (3) Etos kerja mengalami perubahan: tujuan pendidik-
menuju sikap dan kebiasaan kinerja, (4) an, proses pembelajarannya dan kuri-
membangun manusia sosial dan ekonomi. kulumnya. Apabila model pembelajaran
Indikator pertama dicapai melalui pendidikan tidak mengalami perubahan berarti
yang menekankan pencapaian afektif dengan merampas hak mereka.
mengoptimalkan fungsi hati. Indikator kedua 3. Tujuan pendidikan adalah membangun
dicapai melalui pendidikan yang holistic manusia yang kreatif, memiliki etos kerja
kinestetik. Indikator ketiga dapat dicapai dan memiliki berbagai kecerdasan (IQ,
melalui pendidikan yang menekankan pen- EQ, SQ, CQ, AQ). Tercapai
capaian adversity quetion/kecerdasan ter- keseimbangan kognitif, afektif, dan
hadap ketertepaan problem kehidupan. psikomotorik.
Indikator keempat dicapai melalui pendidikan 4. Proses pembelajarannya: mengaktifkan
yang sosio-edukatif dan memberikan teladan peserta didik melalui obyek/persoalan
9
hidup efisien dan efektif. belajar, media, metode yang meng-
Profil SDM abad ke -21 adalah manusia aktifkan peserta didik..
yang bermartabat dengan ciri sebagai berikut: 5. Kurikulum yang visioner adalah kuri-
(1) kaitannya hubungan secara vertikal kepada kulum yang dinamis.
Alloh SWT, memperpercayai kepada sang 6. Pendidikan yang fungsional adalah
causa prima; (2) kaitannya hubungan secara pendidikan yang kontekstual dengan
horizontal dengan sesama makhluk, mampu memperhatikan lingkungan.
hidup bersosial; (3) kaitannya sebagai
makhluk penghuni alam, tidak melakukan DAFTAR PUSTAKA
perusakan kepada siapapun dan apapun. Dadang Harwadi. 2003. IQ, EQ, CQ, & SQ
Indikator profil pertama yakni hubungan Kriteria Sumber Daya Manusia
vertikal kepada sang pencipta, Alloh SWT Berkualitas. Jakarta. Fakultas
sebagai berikut: (a) patuh terhadap semua Kedokteran Universitas Indonesia
ajaran agama sesuai dengan agama yang
Djohar. 2004. Arah Perubahan Paradigma
dipilihnya, (b) menjauhi laranganNYA dan
Pendidikan. Makalah disajikan pada hari
menjalankan perintahNYA. Sedangkan indi-
Pendidikan Nasional. Yogyakarta. UST
kator profil kedua yakni sebagai makhluk
sosial: (a) suka hidup damai, (b) saling me- --------. 2005. Pencerahan srititual, Kearifan
nolong, (c) memiliki etos kerja, (d) memiliki Budaya Dalam Upaya Pengembangan
mental interpreunership dalam rangka mem- Pendidikan, Kreativitas dan Etos Kerja.
pertahankan kehidupannya, misal mampu Makalah disajikan dalam seminar
membaca peluang, kreatif, inovatif, dan Budaya di Universitas Gadjah Mada.
fleksibel berfikir. Indikator untuk profil ketiga Yogyakarta
yakni tidak melakukan perusakan: (a) Gibson. 1997. Ed. Rethinking The Future.
memelihara ciptaan Alloh SWT yakni semua London. Nicholas Breadly
makhluk ciptaanNYA, misalnya menyayangi Istiningsih. 2013. New Paradigm In Learning.
binatang, memelihara kebun, hutan, dan lain- Dalam Proses, Kontrak telah dilakukan.
lain, (b) tidak suka konflik yang mengarah New York. International Institue of
pada destruksi, (c) tidak zalim. Indikator yang Science, Technology and Education
disebutkan di atas tentunya masih dapat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
diperluas lagi, penulis hanya menuliskan
2013. Kurikulum 2013. Jakarta. PusKur
indikator inti saja.
Kemendikbud
7. Penutup Schwartz & Ogilvy. 2007. New Paradigm of Na-
ture. New York. Schwartz & Ogilvy Co.
Sebagai kesimpulan dari tulisan di atas
Total Quality Management.
sebagai berikut:
1. Alam mengalami perubahan UNESCO. Belajar Harta karun Di dalamnya.
2. Manusia sebagai penghuni alam juga Zamroni. 2011. Menuju Sekolah abad Ke-21.
harus menyesuaikan perubahan alam file:///C:/Users/DELL/Desktop/pendi
dikan%20abad21.htm. Diakses pada
9 20 Pebruari 2013.
Djohar. 2005
165
Abstrak
Terdapat banyak komentar bernada negatif tentang apa yang terjadi di dalam proses pendidikan di
Indonesia, sebagai contoh: ketika anak masuk ke dalam proses pendidikan, bukannya tambah pintar,
tetapi justru menjadi bodoh; sementara yang lain mengatakan: pendidikan kita merupakan proses
pembodohan massal; ketika anak mulai sekolah, jangan heran jika anak kemudian gampang sakit,
dan masih banyak ungkapan yang mencerminkan kondisi pendidikan di Indonesia. Sementara itu
tantangan global menuntut beberapa persyaratan, supaya generasi kita dapat menghadapai kekuatan
arusnya yang siap menghempaskan siapa saja yang tidak kecerdasan dan kemampuan. Dalam
konsteks ini, mutu pendidikan, khususnya pada tataran proses pembelajaran sangat menentukan
kualitas generasi muda Indonesia. Pendidikan memerlukan penggerak yang sadar akan hakikat anak
didik, di sinilah peran guru yang profesional menentukannya. Pendidikan sebaiknya memperhatikan
prinsip-prinsip humanisme, sehingga pendidikan tidak terjerembab ke dalam pedagogi hitam yang
justru akan berdampak pada proses pembodohan.
Kata Kunci: Humanisme, Pendidikan, Pedagogi Hitam
Abstrak
Penelitian ini bertujuan mengembangkan perangkat pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis Blended
Learning melalui Lesson Study untuk meningkatkan motivasi belajar, sikap ilmiah, keterampilan
berpikir kritis, hasil belajar kognitif dan psikomotor pada mahasiswa yang berkemampuan akademik
berbeda. Perangkat pembelajaran yang dikembangankan adalah silabus, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran, bahan ajar, dan instrumen evaluasi.
Model penelitian yang digunakan research and development. Prosedur penelitian dan pengembangan
mengikuti 4D. Analisis data menggunakan statistik gain score. Subjek penelitian adalah mahasiswa
Pendidikan Biologi IKIP PGRI Jember berjumlah 54.
Hasil analisis data diperoleh: 1) Konsensus pakar/ahli terhadap pengembangan silabus = 88,71%
(sangat baik), pengembangan RPP = 87,47% (sangat baik), pengembangan bahan ajar = 79,95% (baik),
pengembangan instrumen evaluasi = 86,50% (sangat baik). 2) Adanya peningkatan motivasi belajar
0,71 (tinggi) pada kelompok akademik bawah dan 0,72 (tinggi) pada kelompok akademik atas. 3)
Adanya peningkatan sikap ilmiah 0,71 (tinggi) pada kelompok akademik rendah dan 0,71 (tinggi)
pada kelompok akademik tinggi. 3) Adanya peningkatan keterampilan berpikir kritis 0,71 pada
kelompok akademik rendah dan 0,73 pada kelompok akademik tinggi. 4) Adanya peningkatan hasil
belajar kognitif 0,72 pada kelompok akademik rendah dan 0,73 pada kelompok akademik tinggi. 5)
Adanya peningkatan hasil belajar psikomotor 0,72 pada kelompok akademik rendah dan 0,72 pada
kelompok akademik tinggi.
Kata kunci: inkuiri terbimbing, Blended Learning, Lesson Study, motivasi, berpikir kritis, sikap ilmiah
dan hasil belajar kognitif.
Perancangan
Analisis Mahasiswa
Analisis Tugas
Analisis Konsep
Perumusan Tujuan
Silabus
Pendefinisian
RPP
Bahan Ajar
Penilaian
Validasi Pakar/Ahli
Pengembangan
Uji Pengembangan
Kel. Akademik Kel.Akedemik
Rendah Tinggi
Perangkat Pembelajaran
Program Studi :
Nama Matakuliah :
Kode/Jumlah SKS :
Semester :
Alokasi Waktu :
Dosen Pengampu :
A. Standar kompetensi
B. Kompetensi dasar
C. Indikator
D. Tujuan Pembelajaran
E. Materi Pembelajaran
F. Metode Pembelajaran
G. Langkah-Langkah Pembelajaran
Tahap Kegiatan Kegiatan Sifat Blended Alokasi waktu
Dosen Mahasiswa
1.Tahap awal ................ .................. .............. ............
2. Tahap inti ................ ................. .............. ...........
3.Tahap akhir ................ ................ .............. ...........
H. Sumber Belajar
I. Penilaian
175
mencari, meneliti, mengejar, dan belajar. melakukan refleksi untuk perbaikan proses
Dalam Strait & Wike (2002), Schepler, et al pembelajaran berikutnya.
(2003), Depdiknas (2003a) juga dinyatakan
bahwa pembelajaran inkuiri merupakan salah 5. Simpulan
satu strategi pembelajaran yang berperan
Berdasarkan hasil validasi pakar/ahli dan
penting dalam membangun paradigma
analisis hasil uji pengembangan dapat
pembelajaran konstruktivistik yang
disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran
menekankan pada keaktifas belajar
inkuiri terbimbing berbasis blended learning
mahasiswa. Melalui kegiatan inkuiri
melalui lesson study dengan menggunakan
terbimbing berbasis blended learning
metode 4D yang dimodivikasi dapat
mahasiswa dengan tingkat perkembangan
meningkatkan motivasi belajar, sikap ilmiah,
atau kemampuan yang berbeda dapat bekerja
keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar
sama untuk menyelesaikan masalah-masalah
kognitif dan psikomotor pada mahasiswa yang
sejenis dan berkolaborasi untuk menemukan
berkemampuan akademik rendah maupun
pemecahannya. Dalam proses inkuiri pebelajar
pada mahasiswa yang berkemampuan
termotivasi untuk terlibat langsung atau
akademik tinggi untuk perkuliahan genetika.
berperan aktif secara fisik dan mental dalam
Dengan demikian perangkat pembelajaran
kegiatan belajar. 2) Proses pembelajaran yang
hasil pengembangan ini dapat
mengaplikasikan blended learning, karena
digunakan/diaplikasi untuk kelas yang lebih
dengan blended learning proses pembelajaran
luas lagi.
dapat dilakukan seacara on line maupun off
line. Melalui blended learning proses 6. Saran
pembelajaran tidak hanya mengembangkan
interaksi pebelajar, tetapi juga memberikan Perangkat pembelajaran yang
lingkungan belajar yang positif (Koesnandar, dikembangkan dalam pembahasan ini masih
2008). Demikian juga bahan ajarnya dapat terfokus pada satu mata kuliah yaitu genetika,
disusun sedemikian rupa sehingga menjadi sehingga penulis menyarankan perlunya
media pembelajaran yang menarik dan mudah pengembangan perangkat pembelajaran
dipelajari oleh mahasiswa. Dalam hal ini inkuiri terbimbing berbasis blended learning
bahan ajar disusun dalam bentuk PPT yang untuk mata kuliah-mata kuliah yang lain.
dilengkapi dengan suara yang rekam
menggunakan program Kamtasia dan DAFTAR PUSTAKA
dikemas/disimpan menggunakan program Anderson, L.W. (Ed.), Krathwohl, D.R. (Ed.),
AVI (video file) yang dapat diputar/dibuka Airasian, P.W., Cruikshank, K.A.,
dengan menggunakan program GOM Player, Mayer, R.E., Pintrich, P.R., Raths, J. and
sehingga bahan ajar dapat dipelajari kapan Wittrock, M.C. (2001) A Taxonomy for
saja secara berulang-ulang. 3) Perangkat Learning, Teaching, and Assessing: A
pembelajar yang dihasilkan merupakan hasil Revision of Blooms Taxonomy of
sharing dari tim lesson study yang terdiri dari 5 Educational Objectives, Complete edition,
orang, Secara praktik lesson study dilakukan New York: Longman.
dengan 3 tahapan yaitu: plan, do, see. Pada Arikunto, S. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi
tahap plan, tim lesson study secara kolaboratif Pendidikan (Edisi 2), Bumi Aksara,
berbagi ide menyusun rancangan Jakarta
pembelajaran untuk menghasilkan cara-cara
Bodzin, Alec M; Waller, Patricia L;Lana
pengorganisasian bahan ajar, proses
Edwards Santoro;Kale, Darlene. 2007.
pembelajaran, maupun penyiapan alat bantu
Investigating the Use of Inquiry & Web-
pembelajaran. Pada tahap ini ditetapkan
Based Activities with Inclusive Biology
prosedur pengamatan dan instrumen yang
Learners. The American Biology Teacher,
diperlukan dalam pengamatan. Pada tahap do
69 (5) : 273-279.
salah satu anggota tim sebagai dosen model,
dan anggota tim yang lain sebagai observer BSNP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum
yang akan mengamati, memperhatikan Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang
mahasiswa yang mengalami kesulitan belajar Pendidikan Dasar dan Menengah.
saat berinkuiri, baik secara mandiri atau Jakarta: BSNP.
berkelompok. Pada tahap see tim lesson study Cartier, J.L., J.Stewart & B. Zoellner. 2006.
Modelling and Inquiry in a High School
178
Genetic Class. Jurnal The American Kulthau, C.C., Maniotes, L.K., Caspari, A.K.
Biology Theacher. 68(6): 334-340. 2007. Guided Inquiry: Learning in the 21st
Depdiknas. 2003a. kurikulum 2004 SMA. Century School. Westport, CT: Libraries
Pedoman Khusus Pengembangan Silabus Unlimited.
dan Penilaian Mata Pelajaran Biologi. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Jakarta: Direktorat Pendidikan Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Menengah Umum Departemen Nasional Pendidikan.
Pendidikan Nasional. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor
Gagne, R.M. 1995. Learning processes and 8 tahun 2012 tentang Kerangka
instruction. Training Research Journal 1: Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI).
1728 Scapler, J.A., Sethakorn, N. & S. Styer. 2003.
Garrison, D.R. & D.Archer. 2004. Inquiry and Cultured Inquiry. The Science Teacher. 6
Critical Thinking-Reflective Inquiry. (2) : 56-61.
(Online), Schmidt, M.S. 2003. Learning by Doing,
(http://www.commons.ucalgary.ca. daikses Teaching the Process of Inquiry. Science
12 Oktober 2011. Teacher. 6(2) : 56-61.
Galbreath, J. 1999. Preparing the 21 st Century Straits, W.J. & R.R. Wilke. 2002. Practical
Worker:the Link Between Computer- Consideration for Assessing Inquiry
Based Technology and Future Skill. Based Instruction. Jurnal of College and
Educational technology. Desember:14-22. Science Teaching. 31(7) : 432-435.
Joko, S., 2011, Compact Disk Online (Cd-O) Sudjana,N. 2007. Penilaian Hasil Proses Belajar
Sebagai Multimedia Interaktif Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosda
Pembelajaran Fisika Berbasis Proyek, Karya.
JP2F,2 (1): 56-70
Sutikno, 2010, Keefektifan Pembelajaran
Joyce, B., M. Weil & E. Calhoun. 2000. Model of Berbantuan Multimedia Menggunakan
Teaching. 6th edition. Allyn Bacon. Metode Inkuiri Terbimbing Untuk
Boston. United State of America. Meningkatkan Minat Dan Pemahaman
Keefer, R. 1999. Criteria for Designing Inquiry Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika
Activities that are Effective for Teaching Indonesia. Nomor 6, 58-62.
and Learning Science Conceps. Journal of Thiagarajan, 1974, Instructional Development
College Science Teacher. 24(5): 159-165. for Trainin Teacher of Exceptional
Koesnandar, 2008, Pengembangan Bahan Ajar Children: A Sourcebook, Indiana Univ.
Berbasis Web, Pusat Teknologi Informasi Washington.
dan Komunikasi, Depdiknas, Jakarta
179
Abstrak
Masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini yaitu: (1) kapan dimulainya koordinasi; (2)
bagaimana model koordinasi dari awal sampai akhir dalam mengelola guru PNS; (3) apa yang
dijadikan pedoman koordinasi; (4) apakah ada deprofesionalisasi melalui politisasi terhadap guru-guru
oleh para pejabat; dan (5) apakah koordinasinya telah berjalan dengan baik.
Penelitian ini dilakukan di Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, dengan pendekatan kualitatif
fenomenologis. Teknik pengumpulan data menggunakan Focus Group Discussion (FGD), interview dan
dokumentasi. Teknik analisis menggunakan pola pikir induktif, dan deduktif (reflektif).
Hasil penelitian diperoleh model koordinasi sebagai berikut: (1) baik koordinasi internal maupun
eksternal telah dimulai sejak tahap perencanaan kebutuhan guru PNS dan selalu ada pada tahap-
tahap berikurnya hingga tahap pemberhentian; (2) koordinasi internal dilakukan di jajaran Dinas
Pendidikan Kota Yogyakarta, sedangkan koordinasi eksternal dilakukan oleh jajaran Dinas
Pendidikan Kota Yogyakarta dengan lembaga-lembaga lain sesuai dengan tahapannya, misalnya
DPDPK, Bagian Organisasi-Sekda, Dinas Kesehatan, Dinas Trantib, DPRD Kota Yogyakarta, Kantor
Kementerian Agama Kota, BKD Pemerintah DIY, Disdikpora DIY, Kemenegpan dan Reformasi
Birokrasi, dan Badan Kepegawaian Negara; (3) ada pedoman koordinasi, yaitu komitmen
membedakan politik dengan pendidikan, kultur dan aturan-aturan hukum baik secara nasional
maupun lokal yang dipakai sebagai pedoman koordinasi sesuai tahap-tahapnya; (4) tidak diperoleh
data deprofesionalisasi melalui politisasi terhadap guru-guru PNS oleh pejabat dilingkungan Kota
Yogyakarta; (5) secara keseluruhan koordinasi guru PNS pendidikan dasar dan menengah di Dinas
Pendidikan Kota Yogyakarta telah berjalan dengan baik, namun kadang ada kebijakan pusat yang
tidak sesuai dengan kepentingan daerah.
Kata Kunci: Koordinasi, Guru PNS, Otonomi Daerah, Desentralisasi
dengan berbagai pola pikir dari pola pikir Kerangka konseptual penelitian ini disajikan
klaster A sampai klaster L seperti yang dalam gambar berikut.
dikemukakan oleh Noeng Muhadjir (2002).
Kemenag Kota, Disdikpora Pemerintah DIY, proporsional. Politisisasi kepada guru PNS
Kemendiknas, Menegpan & RB, dan BKN. berdasarkan kepentingan elit politik maupun
Koordinasi Tahap Pemberian elit eksekutif, tidak terjadi di Dinas Pendidikan
Penghargaan, Peningkatan Kesejahteraan dan Kota Yogyakarta. Sebabnya, para pejabat
Perlindungan kepada Guru PNS. Koordinasi memegang teguh pada: (1) komitmen
internal dilakukan ketika merencanakan memisahkan kegiatan pendidikan dengan
pelatihan-pelatihan, membuat usulan ke BKD politik; (2) budaya atau kultur jawa bahwa
Kota Yogyakarta, dan melakukan program jabatan adalah amanah yang pada saatnya
kemitraan untuk SMA dan SMK serta harus dilepaskan; (3) aturan-aturan yang ada
pemanfaatan MGMP, KKG. Pemberian baik secara nasional maupun lokal.
perlindungan kepada guru dilakukan dengan Pelaksanaan koordinasi pengelolaan guru
uji kompetensi dan pembentukan Dewan PNS pendidikan dasar dan menengah di Dinas
Kehormatan Guru Indonesia dan Lembaga Pendidikan Kota Yogyakarta pada era otonomi
Bantuan Hukum di tingkat kota Yogyakarta, daerah telah berjalan dengan baik atau lancar.
sesuai PP Nomor 74 tahun 2008 tentang guru. Yang menyulitkan kadang ada aturan atau
Koordinasi eksternal dilakukan dengan BKD, kebjakan pusat yang tidak sesuai dengan
selanjutnya BKD berkoordinasi dengan Dinas kepentingan daerah.
Pendapatan Daerah dan Pengelolaan
3.2 Saran
Keuangan Tim Anggaran Pemerintah Daerah
LPMP, UNY, UGM, DPRD Kota Yogyakarta, Koordinasi baik internal maupun
Kemenag Kota Yogyakarta, dan Kemeneg Pan eksternal hendaknya tetap dilakukan pada
& RB. setiap tahap penelolaan guru PNS,
Model Koordinasi Tahap Pembinaan dan sebagaimana telah dilakukan.
Pengembangan Guru PNS. Koordinasi internal Sepanjang ada kabupaten/kota memiliki
dilakukan ketika Kepala Sekolah dan Dinas ciri-ciri yang mirip dengan Dinas Pendidikan
Pendidikan Kota Yogyakarta melakukan Kota Yogyakarta, maka model ini dapat
perencanaan atau menentukan guru-guru diterapkan di Dinas Pendidikan Kabupaten/
yang akan dikutsertakan dalam pelatihan Kota tersebut.
penulisan karya tulis ilmiah. Kalau ada Perlu dilakukan penelitian dan perbaikan
dugaan pelanggaran disiplin yang dilakukan regulasi/kebijakan agar sesuai dengan
oleh guru PNS, dan menetapkan menjatuhkan kepentingan daerah. Misalnya di daerah
hukuman disiplin. Koordinasi eksternal banyak guru yang pensiun (kota Yogyakarta
dilakukan Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta tahun 2014 ada 240 guru pensiun), tetapi tidak
dengan BKD Kota Yogyakarta, Kemenag Kota memperoleh jataah formasi yang sesuai.
Yogyakarta, LPMP, UNY, UGM, APIP,
Inspektorat Pemerintah Kota Yogyakarta, DAFTAR PUSTAKA
Sekretaris Daerah atau Pejabat Pembina Amtu, Onisimus. 2011. Manajemen Pendidikan
Kepegawaian (PPK), Tim Pencermatan di Era Otonomi daerah. Bandung: Alfabeta
Penjatuhan Hukuman Disiplin, dan Dirjen
Irwanto, 2006. Focused group discussion
PMPTK.
(FGD). Sebuah Pengantar Praktis.
Model Koordinasi Tahap Pemberhentian
Jakarta: Obor.
Guru PNS. Koordinasi internal dilakukan
ketika jajaran Dinas Pendidikan Kota (Kepala Krueger, Richard A. (1994). Focus groups: A
Sekolah Kepala UPT, Pendidikan Kota practical guide for applied research (2 nd
Yogyakarta, Tim Pemeriksa) memeriksa ed.). Thousand Oaks, CA: Sage
dugaan terjadinya pelanggaran. Koordinasi Publications
eksternal dilakukan Dinas Pendidikan Kota http://www.slideshare.net/
Yogyakarta dengan Walikota cq Kepala BKD, nicoletanpang/ focus-group-discussion-
Sekretaris Daerah dan Inspektorat Daerah dan fgd (diunduh 10 Desember 2010).
BKN. Mitchell, Betsy, t.th. Focus Groups Key
Pengorbanan Profesionalisasi Melalui Activity Checklist.
Politisasi guru PNS oleh Pejabat di lingkungan http://www.orau.gov/
Pemerintah Kota Yogyakarta. Tidak cdcynergy/cdcynergy30/default.htm
ditemukan pengorbanan profesionalisasi guru (diunduh 20 Desember 2010).
PNS melalui politisasi guru PNS, semuanya Nastution, S. 1988. Metode Penelitian
dilakukan secara professional dan Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tasito.
185
PENGARUSUTAMAAN GENDER
DALAM KEBIJAKAN PENDIDIKAN
Mami Hajaroh
Abstrak
Pendidikan dipandang sebagai strategi yang paling efektif dalam membangun kehidupan yang
bekesetaraan dan berkeadilan gender. Untuk mewujudkan itu maka pemerintah mengeluarkan
Permendiknas No. 84 tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender dalam
bidang Pendidikan di lingkungan Departemen Pendidikan Nasional. Dalam permendiknas ini
menyebutkan bahwa setiap satuan unit kerja bidang pendidikan yang melakukan perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari seluruh kebijakan, dan program pembangunan bidang
pendidikan agar mengintegrasikan gender di dalamnya. Untuk mengimplementasikan permendiknas
ini diperlukan pemahaman dan ketrampilan dalam melakukan analisis kebijakan oleh para pembuat
kebijakan (policy maker) pendidikan. Juga pemahman terhadap pengarusutamaan gender dan alur
analisis gender (gender analysis pathway) dalam perencanaan lkebijakan pendidikan.
Kata Kunci: Pengarusutamaan Gender, Kebijakan, Pendidikan
Gordon (1997) dalam Bell and Stevensen (2006: 10) dari Gordon (1997)
Dalam analisis konten menekankan pada Analisis Kebijakan (Analysis for Policy)
pemahaman asal usul, tujuan dan dapat juga dipahami sebagai analisis yang
pembedahan terhadap kebijakan yang dilakukan dalam rangka menyusun atau
spesifik. Tipe umum yang digunakan mengembangkan kebijakan. Analisis untuk
dalam riset ini adalah menggunakan kebijakan merupakan proses perencanaan dan
format studi kasus dan muncul perumusan kebijakan dengan menggunakan
pertanyaan penting tentang kelayakan hasil analisis atas kebijakan (penelitian
dari metode dalam riset kebijakan. kebijakan). Oleh karena itu data-data
penelitian digunakan sebagai masukan untuk
merencanakan dan merumuskan kebijakan.
kebijakan. Setelah tahap Monitor dan Gender Analysis Pathway (GAP) sebagai
Implementasi kebijakan akan kembali ke tahap salah satu perangkat analisis gender dapat
awal melakukan verifikasi, definisi dan digunakan untuk membantu perencana dalam
mendetailkan problem yang membutuhkan menyusun gender mainstreaming dalam
kebijakan. Tahapan analisis kebijakan ini perencanaan pengembangan kebijakan,
semestinya dilakukan oleh pembuat kebijakan program, proyek dan aktifitas, termasuk
baik di tingkat satuan pendidikan, pemda dalam bidang pendidikan. Sebagai tindak
kabupaten/kota, pemda propinsi maupun lanjut Inpres no 9 tahun 2000 tentang
tingkat nasional ketika membuat perencanaan Pengarusutamaan Gender, pemerintah telah
kebijakan pendidikan. mengeluarkan Peraturan Menteri sebagai
tindak lanjutnya, yakni Permendagri no 15
4. Membuat Perencanaan Kebijakan tahun 2008 tetang Pedoman Umum
Pendidikan Responsif Gender. Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di
Responsif gender (Gender-responsif) adalah Daerah. Pedoman Umum pelaksanan PUG di
perencanaan yang disusun dengan daerah dimaksudkan untuk memberikan
mengintegrasikan pengalaman-pengalaman, pedoman kepada pemerintah daerah dalam
cita-cita, isu-isu dan kebutuhan-kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan,
yang berbeda-beda dari laki-laki dan pembangunan, dan pelayanan masyarakat
perempuan dalam proses formulasi yang berperspektif gender.
kebijakan. Untuk itu menyusun sebuah Permendiknas No. 84 tahun 2008 tentang
perencanaan yang responsif gender, penting Pedoman Pelaksanaan pengarusutamaan
untuk melengkapinya dengan analisis gender Gender dalam bidang Pendidikan di
pada setiap pengembangan kebijakan, lingkungan Departemen Pendidikan Nasional
program, proyek dan aktifitas. Makna dari mengatakan bahwa setiap satuan unit kerja
kebijakan adalah semua kebijakan mikro dan bidang pendidikan yang melakukan
makro, kebijakan nasional, kebijakan propinsi perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan
dan kebijakan regional (Minister of Women evaluasi dari seluruh kebijakan, dan program
Empowerment, 2002: 8). pembangunan bidang pendidikan agar
Dalam menyusun perencanaan untuk mengintegrasikan gender di dalamnya.
mengembangkan kebijakan, program, proyek Peningkatan kesetaraan dan keadilan gender
dan aktifitas, dapat menggunakan Gender di bidang pendidikan sangat penting untuk
Analysis Pathway (GAP). GAP adalah salah satu dilakukan agar lebih menjamin semua warga
perangkat analisis gender yang dikembangkan negara baik laki-laki maupun perempuan
oleh BAPPENAS yang dapat digunakan untuk dapat mengakses pelayanan pendidikan,
membantu perencana dalam menyusun berpartisipasi aktif, dan mempunyai kontrol
gender mainstreaming dalam perencanaan serta mendapat manfaat dari pembangunan
pengembangan kebijakan, program, proyek pendidikan pendidikan, sehingga laki-laki
dan aktifitas. Dengan menggunakan GAP dan perempuan dapat mengembangkan
perencana kebijakan, program, proyek dan potensinya secara maksimal.
aktifitas dapat mengidentifikasi kesenjangan Secara nasional dalam hal akses terhadap
gender dan issu-issu gender dan juga layanan pendidikan, penduduk laki-laki dan
memformulasikan perencanaan kebijakan, perempuan sudah memiliki peluang yang
program, praktek dan aktifitas yang diarahkan hampir setara. Namun kesenjangan gender
pada mempersempit atau menghapus masih terjadi di beberapa daerah. Dalam
kesenjangan gender. proses pembelajaran masih perlu ditingkatkan
GAP dibangun dengan menggunakan agar sepenuhnya responsif gender. Seperti
metodologi yang simpel dan mudah dipahami proses pembelajaran di kelas belum
oleh perencana. Terdapat 8 langkah yang sepenuhnya mendorong partisipasi aktif
harus dipenuhi dalam melakukan GAP. secara seimbang antara siswa laki-laki dan
Langkah-langkah itu dikelompokan dalam 3 perempuan, juga materi bahan ajar pada
fase: umumnya masih bias gender atau netral
a. Analisis Kebijakan Responsif Gender. gender. Selain itu lingkungan fisik sekolah
b. Perumusan Kebijakan Responsif Gender. juga belum menjawab kebutuhan spesifik anak
c. Rencana Tindakan Responsif Gender. laki-laki dan perempuan. Pengelolaan
pendidikan perlu dilaksanakan kearah adil
gender atau memberikan peluang yang
191
merupakan strategi yang dibangun untuk program, proyek dan aktifitas dapat
mengintegrasikan gender menjadi satu mengidentifikasi kesenjangan gender dan issu-
dimensi integral dari perencanaan, issu gender dan juga memformulasikan
penyusunan, pelaksanaan, monitoring, dan perencanaan kebijakan, program, praktek dan
evaluasi atas kebijakan dan program aktifitas yang diarahkan pada mempersempit
pembangunan nasional. Pendidikan atau menghapus kesenjangan gender.
dipandang sebagai strategi yang paling efektif
dalam membangun kehidupan yang DAFTAR PUSTAKA
bekesetaraan dan berkeadilan gender. Untuk Bell, less and Stevenson, Howard. 2006.
mewujudkan itu maka pemerintah Education Policy: Prosess, Theme and
mengeluarkan Permendiknas No. 84 tahun Impact. London and new york:
2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Routledge.
Pengarusutamaan Gender dalam bidang
Ernanti Wahyurini, dkk. 2003. Pastikan partai
Pendidikan di lingkungan Departemen
anda jadi pilihan. Jakarta: Kementrian
Pendidikan Nasional. Dalam permendiknas ini
Pemberdayaan Perempuan.
menyebutkan bahwa setiap satuan unit kerja
bidang pendidikan yang melakukan Minister of Women Empowerment. 2002. The
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan Manual of implemetation guidelines on
evaluasi dari seluruh kebijakan, dan program gender mainstreaming in national
pembangunan bidang pendidikan agar development. as an annex of Circular of
mengintegrasikan gender di dalamnya. Minister of Women Empowerment no.
Untuk mengimplementasikan B-89/Men.PP/Dep.II/IX/2002, dated
permendiknas ini diperlukan pemahaman dan September 4, 2002.
ketrampilan dalam melakukan analisis Patton, Carol V., and Sawicki, David S. 1993.
kebijakan oleh para pembuat kebijakan (policy Basic mehod Of Policy Analysis and
maker) pendidikan. Juga pemahman terhadap Planning. New Jersey: Prentice Hall.
pengarusutamaan gender dan alur analisis Permendagri no 15 tahun 2008 tetang Pedoman
gender (gender analysis pathway) dalam Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan
perencanaan kebijakan pendidikan. GAP Gender di Daearah.
adalah salah satu perangkat analisis gender Permendiknas No. 84 tahun 2008 tentang
yang dapat digunakan untuk membantu
Pedoman Pelaksanaan
perencana dalam menyusun gender
pengarusutamaan Gender dalam
mainstreaming dalam perencanaan bidang Pendidikan di lingkungan
pengembangan kebijakan, program, proyek
Departemen Pendidikan Nasional.
dan aktifitas pendidikan. Dengan
menggunakan GAP perencana kebijakan,
193
Abstrak
Pendidikan pada hakikatnya adalah wahana mengasah sikap kritis dan politis peserta didik untuk
menciptakan masyarakat demokratis yang sesungguhnya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan
formal selama ini lebih dimaknai sebagai penerus status quo, tetapi sesungguhnya peran sekolah dapat
lebih bermakna, yaitu sebagai ruang publik yang demokratis, yang di dalamnya guru berperan
penting sebagai intelektual transformatif. Dalam konteks transformasi, guru bertindak sebagai
perancang kondisi kelas dan pembimbing bagi peserta didik untuk terlibat dalam dialog kritis yang
menyadarkan siswa akan perannya saat ini dan di masa depan dalam masyarakat demokratis. Guru
dapat berperan sebagai intelektual ketika sistem persekolahan memberi peluang guru untuk berbeda,
berkreasi dan berinovasi dengan berbasis pada pengetahuan multikultural.
Kata kunci: peran guru, intelektual transformatif, sekolah.
optimal dari tiga kekuatan: peserta didik, mempertahankan kondisi pendidikan agar
lingkungan (sekolah) dan pendidik. Ketiganya tetap melaksanakan pembelajaran kritis,
saling memperkuat. Apabila proses bukan sekedar pelatihan. Pembelajaran kritis
pembelajaran hendak dibina dengan energi memungkinkan bagi visi demokrasi, bukan
yang tinggi, maka ketiga komponen dalam arti pendidikan sebagai instrumen
pendidikan itu harus menjadi perhatian sempit. Pembelajaran kritis menghargai
penuh. Guru adalah ahli yang bertanggung keunikan dan keragaman hak hidup peserta
jawab menyatukan dan memanfaatkan didik, daripada memperlakukan mereka
sebesar-besar kepentingan perkembangan seolah-olah perbedaan itu tidak masalah. Jadi,
peserta didik melalui proses pembelajaran. guru berhak mendapatkan respek, otonomi,
Bagaimanapun kondisi peserta didik, tetaplah kekuasaan dan martabat karena tuntutan tugas
guru bertanggung jawab untuk memanfaatkan yang diembannya.
energi yang ada dalam diri peserta didik agar Dalam kondisi yang terburuk, guru hanya
menjadi optimal. Guru di dalam mengajar dipandang sebagai penjaga gerbang yang
bersifat mengarahkan bagi berbagai upaya sifatnya hanya mengontrol peserta didik. Yang
membentuk peserta didik sebagai agen khusus terbaik, guru merupakan profesi yang sangat
pembaharuan dan memperluas pemahaman dihargai, karena telah mendidik generasi masa
mereka, khususnya tentang tugas masa kini depan dengan berbagai wacana, nilai-nilai,
dan masa depan yang akan dihadapi. Dalam dan hubungannya dengan pemberdayaan
kaitan inilah guru berperan sebagai yang demokratis. Guru tidak sekedar
intelektual transformatif. dipandang sebagai teknisi yang tidak
Guru berperan sebagai intelektual disenangi; tetapi guru harus menjadi
menjalankan tugas mendidik dengan syarat intelektual yang berkehendak membuat
tertentu. Ia merumuskan suatu fungsi sosial kondisi kelas yang dapat memberikan
dan politis, membentuk basis bagi pengetahuan, keahlian dan budaya bertanya
pemberdayaan peserta didik dan perluasan yang dibutuhkan peserta didik untuk
praktiknya sebagai intelektual. Terkait dengan berpartisipasi dalam dialog kritis dengan masa
peran tersebut, Giroux (1988:16) mengatakan lalu, otoritas, dan perjuangan terus menerus
bahwa: dengan relasi kekuasaan. Guru
Academic labor at its best flourishes when mempersiapkan peserta didik untuk menjadi
it is open to dialogue, respects the time and warga negara yang aktif dalam inter-relasinya
conditions teachers need to prepare lessons, dengan masyarakat di tingkat lokal, nasional
research, cooperate with each other and dan global.
engage valuable community resources. Put Dengan guru sebagai intelektual, siswa
differently, teachers are the major resource dapat dibimbing untuk belajar wacana tentang
for what it means to establish the conditions organisasi umum dan tanggung jawab sosial.
for education to be linked to critical learning Wacana yang demikian ini menangkap
rather than training, embrace a vision of kembali ide tentang demokrasi kritis sebagai
democratic possibility rather than a narrow sebuah gerakan sosial yang mendukung
instrumental notion of education and kebebasan individu dan keadilan sosial. Lebih
embrace the specificity and diversity of lanjut, meninjau sekolah sebagai ruang publik
childrens lives rather than treat them as if yang demokratis memberikan sebuah alasan
such differences did not matter. Hence,
logis untuk mempertahankannya karena
teachers deserve the respect, autonomy,
sejalan dengan bentuk-bentuk pedagogi yang
power and dignity that such a task
progresif dan guru bekerja mengambil bagian
demands.
atau peran penting di dalamnya. Praktik guru
ditunjukkan sebagai layanan jasa publik yang
Dari pernyataan tersebut dapat dikethaui penting.
bahwa kegiatan akademik berjalan sangat baik Guru harus mampu untuk
ketika terbuka bagi dialog, dengan melihat mengkonstruksi cara-cara yang melibatkan
kondisi yang ada guru mempersiapkan
waktu, ruang, aktivitas dan pengetahuan
pelajaran, penelitian dan bekerja sama dengan diorganisasikan dalam kehidupan sekolah
sesama guru serta ikut aktif dalam suatu setiap harinya. Guru harus menciptakan syarat
komunitas untuk mengembangkan struktural dan ideologis yang dibutuhkan
kemampuan yang dimiliki. Guru itu sendiri untuk dirinya agar dapat menulis, meneliti
adalah sumber daya utama untuk dan bekerja dengan orang lain dalam
196
menghasilkan kurikulum yang baik dan melainkan selalu ingin tahu tentang orang lain
kekuatan bersama. Guru perlu dan realitas. Mereka adalah orang-orang yang
mengembangkan sebuah wacana dan bertanya, mereka yang berusaha menemukan
menentukan asumsi bahwa mereka jawaban dan mereka yang terus melakukan
dibolehkan untuk menjalankan fungsinya pencarian.
secara lebih khusus yaitu sebagai intelektual
2.3 Tantangan yang Dihadapi Guru
transformatif. Sebagai intelektual, mereka
mengkombinasikan refleksi dan aksi untuk Guru berperan sebagai intelektual
kepentingan pemberdayaan siswa dengan trasnformatif adalah sebuah ideal, tetapi
kecakapan dan pengetahuan yang dibutuhkan banyak tantangan yang dihadapi. Tidak
untuk melenyapkan ketidakadilan dan untuk sedikit kurikulum sekolah yang ada di
menjadi pelaku kritis yang teguh berbagai negara selama ini hanya sebagai alat
mengembangkan sebuah dunia yang bebas mereproduksi nilai-nilai dan sikap yang
dari penindasan dan eksploitasi. Intelektual dibutuhkan untuk mempertahankan
yang demikian sekaligus memperhatikan keberadaan masyarakat dominan (kapitalis)
prestasi individual siswa atau memajukan sejak awal abad 20. Teori dan desain
siswa mencapai tangga karir, dan kurikulum secara tradisional mengacu pada
memperhatikan sekali upaya pemberdayaan rasionalitas teknokratis. Bentuk rasionalitas
siswa sehingga mereka dapat membaca dunia seperti inilah yang telah mendominasi bidang
dengan kritis dan mengubahnya bila kajian kurikulum sejak awal dengan berbagai
diperlukan. varian dalam karya-karya Tyler, Taba, Saylor
Dalam melaksanakan perannya sebagai dan Alexander, Beauchamp dan yang lain.
intelektual transformatif, guru perlu William Pinar mengatakan bahwa 8595
melakukan suatu tindakan yang disebut Paulo persen dari ahli kurikulum memberikan
Freire sebagai tindakan belajar (2006: 23). Bagi perspektif kajian yang menunjukkan dominasi
Freire, belajar adalah sebuah tugas sulit yang berpikir rasionalitas teknokratis. Para ahli
memerlukan sikap kritis sistematis dan kurikulum dipengaruhi oleh perkembangan
disiplin intelektual yang hanya bisa diperoleh ilmu manajemen sejak tahun 20-an dan peletak
melalui praktik. Lebih lanjut, Freire dasar awal ahli kurikulum seperti Bobbit dan
mengemukakan bahwa mendasari sifat-sifat Charters yang sangat dipengaruhi oleh
praktik ini adalah dua asumsi pendidikan prinsip-prinsip manajemen ilmiah. Metafora
penting. Pertama, pembaca teks (peserta didik sekolah sebagai pabrik memiliki sejarah
yang sedang membaca teks) berasumsi tentang panjang dalam kajian kurikulum. Akibatnya,
peran subjek di dalam tindakan belajar. moda bernalar, inquiry, karakteristik
Kedua, tindakan belajar tidak semata-mata penelitian dalam bidang kurikulum dibangun
merupakan hubungan dengan perantaraan dengan model yang didasari asumsi-asumsi
teks; sebaliknya, di dalamnya terkandung dalam sains yang terikat pada prinsip-prinsip
pengertian yang luas bahwa tindakan belajar prediksi dan kontrol (Giroux, 1988: 12).
ini merupakan sebuah sikap terhadap dunia. Sebenarnya sekolah-sekolah mampu
Belajar memerlukan pemahaman tentang berbuat lebih baik dari itu dan memang ada
pengondisian historis pengetahuan. Belajar kemungkinan untuk itu di samping juga
adalah sebuah bentuk penemuan kembali, bahayanya. Untuk menghadapi tantangan
penciptaan kembali, penulisan kembali, dan semacam itu, para pendidik kritis harus
semua ini adalah tugas subjek bukan objek. mengembangkan sebuah wacana kritis yang
Lebih jauh, dengan pendekatan ini pembelajar dapat digunakan untuk meneliti fungsi
sebagai pembaca tidak bisa memisahkan sekolah selama ini, yaitu sekolah sebagai
dirinya sendiri dari teks karena ia akan wujud material dan ideologis sebuah jaringan
mengakui sikap kritis terhadap teks. Oleh hubungan kompleks di antara budaya dan
karena tindakan belajar adalah sikap terhadap kekuasaan, juga sebagai tempat persaingan
dunia, maka tindakan belajar tidak bisa yang terbangun secara sosial, dan aktif terlibat
direduksi menjadi hubungan pembaca dengan di dalam produksi pengalaman-pengalaman
buku atau pembaca dengan teks. Pada yang dihayati.
kenyataannya, sebuah teks mencerminkan Biasanya, penguasa berusaha
konfrontasi penulis dengan dunia. Teks melanggengkan tatanan yang diinginkan
mengungkapkan konfrontasi ini. Seseorang dengan cara manajemen kontrol di sekolah.
yang belajar tidak akan pernah berhenti Para birokrat dan kepala sekolah tidak hanya
197
menggunakan waktu untuk solusi masalah- Hasil untuk sistem sekolah yang
masalah administrasi dan kontrol, mereka juga mengadopsi ideologi dominan tidak hanya
cenderung mengevaluasi elemen-elemen lain, berkembangnya bentuk otoritarian kontrol
seperti kinerja para guru. Kriteria evaluasi sekolah dan bentuk-bentuk pendidikan yang
berkiatan dengan: Apakah kinerja dan lebih standar dan lebih mudah dikelola, tetapi
kemampuan mereka dapat mempertahankan tipe kebijakan sekolah ini juga dibuat untuk
tatanan yang ada? Apakah para guru relasi-relasi publik yang lebih luas. Artinya,
memberikan sumbangan atau gagal memberi birokrat pendidikan seolah dapat
sumbangan pada pemeliharaan tatanan yang menyediakan solusi-solusi teknis untuk
ada tersebut? Di dalam wacana ini masalah-masalah sosial, politik dan ekonomi
pengalaman guru bersama peserta didik tidak yang kompleks yang dihadapi oleh sekolah-
begitu penting. Pengalaman tersebut justru sekolah mereka, sementara pada saat yang
direduksi menjadi perantaraan kinerja guru sama dimunculkan prinsip-prinsip
dan hanya berarti bila dapat diukur, akuntabilitas sebagai indikator keberhasilan.
dijalankan, didaftar, dan dikontrol.
Kekhasannya, putusannya, kualitasnya yang 3. Simpulan
telah dihayati; semuanya dilarutkan di dalam
Dari pembahasan dapat disimpulkan hal-
ideologi kontrol dan manajemen. Masalah
hal sebagai berikut:
penting yang berhubungan dengan sudut
1. Sekolah adalah ruang publik untuk
pandang ini adalah bahwa para guru yang
wahana mengasah sikap kritis dan politis
sepaham dengan sistem pengetahuan yang
peserta didik untuk menciptakan
disusun semacam itu tidak menjamin para
demokrasi yang sesungguhnya, bukan
siswa akan memiliki ketertarikan pada praktek
demokrasi semu dalam masyarakat
pendidikan yang dihasilkan, terutama karena
kapitalis-elitis; sekolah dipandang dalam
pengetahuan tampak tidak banyak
bahasa politik sebagai lembaga yang
berhubungan dengan pengalaman-
memberikan syarat material dan ideologis
pengalaman keseharian para siswa itu sendiri.
yang penting untuk mendidik seorang
Lebih jauh, para guru yang bertindak sebagai
warga negara dalam dinamika
intelektual transformatif biasanya
keberaksaraan kritis dan keberanian
menghadapi banyak masalah di sekolah-
warga.
sekolah negeri, terutama sekolah-sekolah di
2. Guru adalah intelektual transformatif.
perkotaan. Kebosanan belajar tampak menjadi
Peran ini dalam pembelajaran kritis
ciri utamanya.
sangat penting untuk mewujudkan
Tak dapat dipungkiri bahwa guru yang
masyarakat yang demokratis. Guru dapat
tidak menjalankan peran intelektual
berperan sebagai intelektual transformatif
transformatif itu sendiri adalah korban dari
ketika sistem persekolahan memberi
sistem yang ada (dominan). Berbagai model
otonomi dan peluang untuk berbeda,
akuntabilitas, manajemen sesuai dengan
berinovasi dengan kurikulum yang
tujuan, materi kurikulum yang telah teruji, dan
dikembangkannya berbasis pada
persyaratan sertifikasi yang dimandatkan oleh
pengetahuan multikultural.
negara merupakan contoh-contoh dari sistem
3. Peran guru sebagai intelektual
kontrol yang ada. Yang jelas, dengan kontrol
transformatif menghadapi tantangan
ketat ini, para guru tidak dapat melaksanakan
ketika sistem tatanan masyarakat
pembelajaran kritis. Seharusnya guru
dominan menjelma menjadi manejemen
dilibatkan di dalam menyusun kurikulum
kontrol dan birokratis di dalam sistem
sesuai konteks kultural dan sosial masyarakat
pendidikan.
tempat mereka mengajar, cara mengevaluasi
yang dikaitkan dengan kondisi awal peserta 4. Daftar Pustaka
didik dalam menerima pelajaran. Sebaliknya,
para birokrat pendidikan percaya bahwa Armstrong, Thomas. 2006. The Best School.
bahwa kualitas sangat baik dari hasil belajar How Human Development Research should
adalah kualitas yang harus tampak terutama Inform Educational Practice. Virginia:
pada nilai membaca dan matematika sehingga Association for Supervision and
perilaku dan tindakan guru harus dikontrol Curriculum Development.
dan dibuat konsisten agar dapat diprediksi Darmiyati Zuchdi. 2008. Potret Pendidikan
hasil belajarnya mencapai kualitas terbaik. . Karakter di Berbagai Jenjang Sekolah.
198
Abstrak
Salah satu tantangan guru pada abad 21 adalah penggunaan teknologi dalam pendidikan. Pada
umumnya, para ahli berpendapat bahwa teknologi berwajah ganda. Pada satu pihak, teknologi
memberi banyak kemudahan dan manfaat, sehingga ada guru yang mengandalkan penggunaan
teknologi dalam pendidikan. Namun, pada pihak lain, teknologi juga dapat memberi dampak negatif
pada pendidikan. Penggunaan scaffolding berupa teknologi, dapat menghilangkan esensi dari
pendidikan. Oleh karena itu, penggunaan teknologi sebagai topangan pendidikan harus disertai
dengan kesadaran untuk tetap mengakomodasi dan mempertahankan esensi tersebut. Esensi
pendidikan bukan hanya menyangkut transfer pengetahuan, tetapi juga memberi keteladanan,
menanamkan nilai-nilai kebaikan, membina karakter, menumbuhkan potensi keunikan setiap anak
didik, memberi motivasi, dan rupa-rupa hidden curriculum yang lain. Hal semacam itu tak dapat
dicapai dengan hanya mengandalkan topangan teknologi, tetapi butuh interaksi intersubyektif yang
manusiawi antar guru-siswa, antar siswa, dan antar guru dan siswa dengan sumber belajar. Oleh
karena itu, sebuah pemikiran mengenai penggunaan topangan teknologi dalam pembelajaran,
namun tetap memberi esensi pendidikan, perlu dengan kesadaran dilakukan oleh guru. Bila tidak,
akumulasi dampak negatif jangka panjang dari penggunaan topangan teknologi dalam pendidikan,
akan sangat besar. Kita mungkin justru akan kehilangan hal yang penting dalam pendidikan.
Fenomena reduksionisme dalam pendidikan, yang bertumpu pada buku ringkasan materi plus soal-
soal latihan yang sepertinya sudah menggejala dan membudaya, mungkin menunjukkan telah
semakin hilangnya esensi pendidikan.
Kata kunci: teknologi, teknologi pendidikan, penggunaan teknologi ICT, interaksi intersubyektif
edukatif manusiawi.
manusia tidak dapat hidup secara layak. 1. Bahwa akan terjadi perubahan yang besar
Manusia harus lebih giat lagi mengembangkan di dalam hampir semua bidang
potensi-potensi akalnya dan menyalurkan kehidupan, dan bahwa perubahan
potensi-potensi tersebut lewat penciptaan tersebut akan berlangsung semakin hari
teknologi agar kesulitan-kesulitan dan semakin terakselerasi.
tantangan yang menghadang kehidupan 2. Bahwa peranan ilmu pengetahuan dan
manusia dapat diatasi. Demikian seterusnya, teknologi akan mengambil posisi yang
kehadiran satu teknologi untuk mengatasi sentral yang langsung mempengaruhi
masalah tertentu, akan disusul oleh kehadiran bukan saja gaya hidup manusia sehari-
teknologi lainnya, yang (dianggap) lebih maju hari, tetapi juga mempengaruhi nilai-nilai
untuk mengatasi persoalan yang baru pula, seni, moral dan agama.
hingga suatu ketika muncul teknologi modern 3. Bahwa pertarungan dan persaingan
di dunia Barat. hidup antara bangsa-bangsa tidak akan
Fenomena seperti itu terjadi secara terbatas di bidang ekonomi saja, tetapi
menonjol berkenaan dengan perkembangan juga di berbagai bidang lainnya, termasuk
teknologi informasi dan komunikasi (ICT). bidang budaya dan ideologi.
Perkembangan teknologi informasi dan 4. Bahwa karena pengaruh ilmu dan
komunikasi telah mengubah berbagai aspek teknologi, nilai-nilai moral dan agama
kehidupan manusia, tak terkecuali dalam akan langsung tercabut dan bukan
bidang pendidikan. Di bidang ini, muncul mustahil akan menimbulkan sistem nilai
istilah e-learning sebagai bentuk penerapan ICT yang berbeda dari apa yang dikenal
dalam pembelajaran oleh para guru. sampai saat ini.
Mengamati apa yang terjadi di lapangan,
tampak bahwa ada variasi tingkat kemampuan Seiring dengan sentralnya peranan Iptek,
guru dalam memanfaatkan ICT untuk perkembangan industri berbasis iptek akan
kepentingan pendidikan/pembelajaran di berkembang dengan cepat. Sementara itu, ada
sekolah/kampus. Sebagian besar guru baru tantangan untuk menghadapi persaingan
menyadari akan pentingnya ICT untuk global. Kemampuan bersaing tersebut amat
pendidikan/ pembelajaran, namun belum ditentukan oleh pendidikan yang bermutu.
berupaya untuk menerapkannya. Sementara, Mutu yang dimaksud bukan hanya dapat
pada sebagian kecil guru lainnya, telah using memenuhi standar nasional, melainkan untuk
ICT to learn, bahkan ada guru yang memenuhi standar internasional agar sumber
mengandalkan penggunaannya dalam daya manusia Indonesia mampu bersaing
pembelajaran, seolah pemanfaatan ICT dengan negara-negara lain selain mampu
tersebut dapat mengatasi semua problem menjadi tuan di negeri sendiri. Oleh karena
pendidikan. itu, materi yang diberikan oleh lembaga
Atas dasar itu, makalah ini akan pendidikan, tidak bisa lagi bersandar pada
membahas tentang tantangan guru pada abad standar lokal maupun nasional, tetapi harus
21, khususnya dalam memanfaatkan teknologi mengarah pada standar internasional.
untuk kepentingan pendidikan. Pertama-tama Atas dasar tantangan demikian, dalam
akan diuraikan secara singkat mengenai memasuki era globalisasi yang menjadi acuan
tantangan guru pada abad 21, kemudian adalah standar internasional agar mampu
dibahas mengenai teknologi, penggunaan, bersaing secara internasional. Lebih lanjut,
serta dampak-dampak/keterbatasannya agar Indonesia dapat mendudukkan diri
dalam pendidikan, serta solusi bagaimana secara bermartabat dalam masyarakat global,
agar pemanfaatan teknologi tersebut tetap pendidikan nasional harus mampu
dapat mengakomodasi dan mempertahankan menciptakan proses pendidikan yang dapat
esensi pendidikan. mengembangkan kemampuan, sikap,
kepribadian dan watak yang sesuai dengan
2. Tantangan Guru Pada Abad 21 tuntutan abad ke-21. Menurut Laporan BSNP
Menurut Winarno Surakhmad (1999:2), tahun 2010 dengan Judul Paradigma
ada empat sifat yang muncul di abad 21 yang Pendidikan Nasional Abad 21 (BSNP, 2010;
mempengaruhi kehidupan dan peradaban Kemdikbud, 2012), pergeseran paradigma
manusia, yaitu: pendidikan abad 21 meliputi:
1. Dari berpusat pada guru menuju berpusat
pada siswa;
201
2. Dari satu arah menuju interaktif; Sejalan dengan adanya dominasi peran
3. Dari isolasi menuju lingkungan jejaring; teknologi dan terjadinya pergeseran
4. Dari pasif menuju aktif menyelidiki; paradigma pendidikan dan pembelajaran
5. Dari maya/ abstrak menuju konteks tersebut, guru sebagai pendidik profesional
dunia nyata; dituntut untuk memiliki sejumlah kompetensi
6. Dari pembelajaran pribadi menjadi abad 21. Dari segi kehidupan dan karier, abad
menuju pembelajaran berbasis tim. 21 menuntut guru untuk fleksibel dan adaptif,
7. Dari luas menuju perilaku khas berinisiatif dan mandiri, memiliki ketrampilan
memberdayakan kaidah keterikatan; sosial dan budaya, dan kepemimpinan dan
8. Dari stimulasi rasa tunggal menuju tanggung jawab. Dari segi pembelajaran dan
stimulasi ke segala penjuru; inovasi, guru harus kreatif dan inovatif,
9. Dari hubungan satu arah bergeser menuju berfikir kritis menyelesaikan masalah, serta
kooperatif. komunikasi dan kolaborasi. Dari segi
10. Dari produksi massa menuju kebutuhan informasi, media dan teknologi, guru harus
pelanggan; melek informasi, melek media, dan melek TIK.
11. Dari usaha sadar tunggal menuju jamak; Uraian tersebut menunjukkan bahwa proses
12. Dari satu ilmu pengetahuan bergeser pembelajaran abad 21 tidak cukup hanya
menuju pengetahuan disiplin jamak; untuk meningkatkan pengetahuan, tetapi
13. Dari kontrol terpusat menuju otonomi harus dilengkapi dengan kemampuan kreatif,
dan kepercayaan; kritis, berkarakter kuat, serta didukung
14. Dari pemikiran faktual menuju kritis. dengan kemampuan memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi.
Sementara itu, menurut Kemendikbud RI
(2013), ada empat ciri abad 21 yang 3. Penggunaan teknologi ICT dalam
berimplikasi pada bidang pembelajaran. Pendidikan
Pertama, tersedianya informasi di mana saja Munculnya teknologi modern, juga
dan kapan saja, berimplikasi bahwa model teknologi informasi dan komunikasi,
pembelajaran diarahkan untuk mendorong berkenaan dengan dinamika masalah
peserta didik mencari tahu dari berbagai kehidupan manusia beserta cara
sumber informasi dan bukan diberi tahu. mengatasinya. Dari segi hakekat dan
Kedua, ciri komputasi, yaitu penggunaan fungsinya, yang diharapkan dari teknologi
mesin yang menyebabkan semuanya menjadi adalah menjadi sarana pembebas dan
lebih cepat, mengharuskan pembelajaran perealisasi segenap potensi manusia (Poerba,
diarahkan untuk mampu merumuskan 1990). Atas dasar itu, yang dimaksud
masalah (menanya) dan bukan hanya penggunaan teknologi (ICT) dalam
menyelesaikan masalah (menjawab). Ketiga, pendidikan dalam konteks ini adalah
ciri otomasi, yang mampu menjangkau semua bagaimana memanfaatkan ICT dalam
pekerjaan rutin, membuat pembelajaran harus pendidikan, sehingga peserta didik benar-
diarahkan untuk melatih berfikir analitis benar mengalami apa yang dimaksud
(pengambilan keputusan) dan berfikir dengan proses pendidikan tersebut, sehingga
mekanistis (rutin). Dan, keempat, ciri berkembang potensinya secara optimal.
komunikasi yang semakin cepat, menuntut Dalam hal penggunaan ICT dalam
pembelajaran menekankan pentingnya pembelajaran, UNESCO (2002), sebagaimana
kerjasama dan kolaborasi dalam dikutip oleh Chaeruman (2008), membedakan
menyelesaikan masalah (Suyanto, 2013:3). pemanfaatan ICT untuk pendidikan dengan
Lebih lanjut, Suyanto menyatakan bahwa oleh ungkapan Learning to use ICT dan Using ICT
karena dalam abad 21 ada banyak alternatif to Learn. Menurutnya, pemanfaatan ICT yang
sumber belajar yang tersedia, maka ciri umumnya terjadi sekarang masih dalam level
pembelajaran abad 21 meliputi: (a) guru bukan learning to use ICT. Artinya, ICT masih
satu-satunya sumber belajar, (b) belajar tidak dipandang sebagai obyek yang dipelajari,
harus di kelas, (c) murid dapat belajar lebih masih menjadi mata pelajaran, belum
dulu sebelum diajar guru, (d) guru berperan menggunakan ICT untuk belajar. UNESCO
sebagai tutor, dan (e) proses pembelajaran membuat kategori pemanfaatan teknologi
berubah dari teaching and learning menjadi (ICT) dalam pembelajaran di sekolah ke dalam
learning and tutoring. empat level, yaitu level emerging, applying,
202
integrating, dan transforming. Pada level memang dapat memberi banyak kemudahan
emerging, seseorang baru menyadari akan dan manfaat, tetapi juga memiliki
pentingnya ICT untuk pembelajaran dan keterbatasan-keterbatasan, bahkan dapat
belum berupaya untuk menerapkannya. Pada berdampak negatif. Mengandalkan
level applying, satu langkah lebih maju dimana sepenuhnya pada penggunaan scaffolding
ICT telah dijadikan sebagai obyek untuk berupa teknologi dalam pembelajaran,
dipelajari (learning to use ICT). Sementara pada misalnya, belum tentu dapat berhasil dan
tahap integrating, ICT telah diintegrasikan ke malah dapat menghilangkan esensi dari
dalam kurikulum (pembelajaran). Sedangkan pendidikan. Hal ini bisa terjadi mengingat
pada level transforming, yang merupakan bahwa tidak semua kompetensi atau
tahap yang paling ideal, ICT telah menjadi pengetahuan dapat disajikan melalui
katalis bagi perubahan/evolusi pendidikan. pemberdayaan ICT secara optimal. Ranah
ICT dilaksanakan secara penuh baik untuk sikap yang merupakan bagian dari esensi
proses pembelajaran (instructional purpose) pendidikan bukan hanya menyangkut transfer
maupun untuk administrasi (administrative pengetahuan, tetapi juga membangun
purpose). kemauan, memberikan keteladanan,
Mestinya, using ICT to learn atau level menanamkan nilai-nilai kebaikan, membina
integrating dan transforming yang seharusnya karakter, menumbuhkan potensi keunikan
menjadi fokus perhatian dalam penerapan ICT setiap anak didik, memberi motivasi, dan
untuk pembelajaran. Alasannya terkait dengan rupa-rupa hidden curriculum yang lain. Hal
tantangan pendidikan abad 21 sebagaimana semacam itu tidak dapat dikembangkan
telah diuraikan. Karakteristik masyarakat abad melalui penerapan ICT (Prawiradilaga, 2008:
21 tersebut dapat dibangun melalui 9).
pemanfaatan ICT untuk pendidikan pada level
3 dan 4, meski bukan berarti level 1 dan 2 4. Mengakomodasi dan Mempertahankan
tidak diperlukan. Esensi Pendidikan
Dalam penerapannya di bidang Mengingat tidak semua kompetensi dapat
pendidikan, teknologi tetap memberi banyak dicapai melalui pemberdayaan ICT, maka
kemudahan dan manfaat. Menurut Laksono penggunaan teknologi tersebut harus disertasi
(2008), teknologi (ICT) mendukung dengan kesadaran untuk tetap
tercapainya hasil pendidikan dan hasil belajar mengakomodasi dan mempertahankan esensi
yang maksimal. Tak bisa dipungkiri ICT pendidikan tersebut. Disertai dengan
makin berperan dalam masyarakat global. kesadaran, dalam arti bahwa dalam usaha
Para pakarpun berpendapat demikian. mengakomodasi dan mempertahankan esensi
Michael Porter, misalnya, menyatakan bahwa pendidikan dilakukan melalui usaha sadar
globalisasi yang bercirikan adanya proses dan terencana, bukan terjadi secara spontan
keterbukaan, perubahan yang cepat, dan iklim sebagai respons atas perilaku siswa yang
kompetisi yang keras, tak bisa dihindari dan negatif.
untuk menghadapinya peran teknologi sangat Sebagai usaha pendidikan, penanaman
strategis. Sementara itu, institusi pendidikan sikap dan nilai hidup merupakan proses, maka
sebagai center of changes dan merupakan mestinya dapat diberikan melalui pendidikan
sumber daya manusia dituntut adaptif, lebih formal dengan direncanakan dan dirancang
inovatif, dan kreatif dalam menyiapkan secara matang (Suparno, 2002:62).
kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan Direncanakan dan dirancang tentang nilai-
lingkungan global (Peter F. Drucker). Selain nilai apa saja yang akan diperkenalkan, dan
itu, melalui penerapan teknologi (ICT) di metode serta kegiatan apa yang dapat
samping dapat menumbuhkan wawasan digunakan untuk menanamkan nilai-nilai
global peserta didik, juga dapat mengurangi tersebut. Nilai-nilai yang akan ditawarkan dan
GAP antara hasil pendidikan dengan tuntutan ditanamkan kepada siswa harus dilaksanakan
eksternal. secara bertahap sesuai dengan tugas dan
Akan tetapi, sarana seperti halnya ICT perkembangan kejiwaan anak. Lickona
memang tidak ada yang sempurna. Teknologi (2013:75), menekankan pentingnya
yang semula diharapkan menjadi sarana diperhatikan tiga unsur dalam menanamkan
pembebas dan perealisasi potensi-potensi nilai moral supaya berhasil, yaitu unsur
manusiawi, tidak dapat sepenuhnya pengertian, perasaan, dan tindakan moral.
menjalankan peranan itu. Teknologi ICT
203
Ketiga unsur itu saling berkaitan. Ketiga unsur penting pula dalam aktivitas pendidik. Dalam
itu perlu diperhatikan, supaya nilai yang aktivitas pendidik, keenam hal tersebut
ditanamkan tidak tinggal sebagai pengetahuan (subyek didik, pendidik, tujuan, isi
saja tetapi sungguh menjadi tindakan pendidikan, metode pendidikan dan situasi
seseorang. Menurut Muhadjir (1997), lingkungan) membentuk pola interaksi atau
seseorang bisa disebut pendidik apabila saling mempengaruhi, namun faktor
seseorang tersebut disamping memiliki integratifnya terutama terletak pada pendidik
pengetahuan lebih, juga mampu dengan segala kemampuan dan
mengimplisitkan nilai dalam pengetahuan itu keterbatasannya.
dan bersedia menularkan pengetahuan beserta Pada tingkat sekolah, agar pola interaksi
nilainya kepada orang lain. Sementara semacam itu dapat tercipta, menuntut
menurut Depdiknas (2003), proses perubahan paradigma pendidikan, dari
pembelajaran harus dilandasi oleh prinsip paradigma pendidikan mekanik ke paradigma
mengembangkan beragam kemampuan yang pendidikan organik (Zamroni, 2007:93). Dalam
bermuatan nilai. Manusia adalah penghayat paradigma pendidikan mekanik, sekolah
nilai, kata Koesoema (2012: 49), seperti halnya menggunakan organisasi tradisionil, dengan
peserta didik, yang hidup, tumbuh, dan model komando dan kontrol. Menurut model
berkembang dalam suatu komunitas, sehingga ini, individu harus melaksanakan perintah
mereka perlu dibekali bukan hanya yang dikomandokan dari pucuk pimpinan.
pengetahuan, tetapi juga nilai-nilai dan sikap- Seluruh kebijakan dan pemikiran terletak pada
sikap hidup yang dianut dan diyakini pucuk pimpinan, yang sepenuhnya memiliki
masyarakatnya. Tujuan pendidikan nilai, hak-hak untuk mengambil keputusan. Dalam
menurut UNESCO (1994), meliputi tindakan hal ini, guru lebih sebagai aparat birokrat,
mendidik yang berlangsung mulai dari usaha yang dikontrol dan dikendalikan dari atas.
penyadaran nilai sampai pada perwujudan Kepatuhan atas pedoman, petunjuk, dan
perilaku-perilaku yang bernilai. pengarahan dari atas merupakan ciri guru
Agar tujuan pendidikan nilai seperti itu yang baik. Dengan demikian, kekuasaan
dapat terwujud, maka tak cukup hanya sekolah berada di luar sekolah. Kepala
dengan mengandalkan teknologi informasi sekolah, guru, apalagi peserta didik dan orang
dan komunikasi dalam pembelajaran. Interaksi tua mereka, tidak memiliki kekuasaan
intersubyektif edukatif antara peserta didik terhadap penyelenggaraan sekolah. Kepala
dan pendidik, antara peserta didik dengan sekolah dan guru, sekedar kepanjangan aparat
sumber belajar, dalam situasi pendidikan birokrat di atasnya.
untuk mencapai tujuan pendidikan tetap Berbeda dengan itu, dalam paradigma
diperlukan. Interaksi edukatif ini menjadi inti pendidikan organik sekolah dipandang
dari pendidikan sekolah, dan berlangsung sebagai organisasi yang bersistem organik.
secara terencana dan dilaksanakan secara Sebuah sekolah dipandang sebagai gabungan
sistematis untuk mencapai tujuan tertentu. dari berbagai interaksi, baik akademik
Suatu interaksi disebut interaksi edukatif maupun non akademik, yang harus dikelola
apabila interaksi tersebut secara sadar dengan baik. Tujuannya adalah untuk
dilakukan dalam rangka mencapai tujuan mengembangkan peserta didik secara utuh,
yang bersifat mendidik. Dalam aktivitas baik kemampuan intelektual, personal
pendidikan yang berujud interaksi di atas, maupun sosial. Dalam paradigma pendidikan
proses mencapai tujuan selalu ditempuh organik semangat dan motivasi untuk
melalui suatu media berupa bahan atau isi mencapai prestasi, dibangun melalui interaksi
pendidikan dan melibatkan pula suatu pendidikan. Inti dari interaksi pendidikan
prosedur atau cara yang dipakai pendidik dan adalah interaksi formal guru dengan peserta
peserta didik agar pencapaian tujuan tersebut didik dalam proses belajar mengajar.
dapat lebih efektif dan efisien. Kemudian Meskipun interaksi tersebut merupakan
setiap interaksi edukatif selalu berlangsung di interaksi akademik, tetapi tidak bisa
dalam ruang dan waktu tertentu atau dalam dipisahkan dari interaksi non-akademik,
situasi lingkungan tertentu. Situasi lingkungan sehingga sekolah harus mengelola keutuhan
ini berpengaruh terhadap usaha pencapaian dari seluruh interaksi tersebut, demi
tujuan, sehingga harus dipertimbangkan perkembangan peserta didik. Kepala sekolah
bahkan dimanfaatkan oleh pendidik. Karena berperan mendorong, mengembangkan dan
itu faktor situasi lingkungan merupakan faktor mengorganisir keseluruhan proses interaksi
204
serta mengelola energi yang dihasilkan dari Knapp, L.R. dan Glenn, A.D. Restrucuring
proses interaksi tersebut untuk diarahkan Schools with Technology. Boston: Allyn
demi kemajuan sekolah. and Bacon.
Jadi, menggunakan topangan teknologi Koesoema, D. (2012). Pendidikan karakter utuh
ICT dalam pembelajaran tetap harus dan menyeluruh. Yogyakarta: Penerbit
mengakomodasi dan mempertahankan esensi Kanisius.
pendidikan melalui peningkatan intensitas
Lickona, T. (2013). Pendidikan Karakter.
interaksi intersubyektif edukatif manusiawi.
Bandung: Nusa Media.
Bila tidak, akumulasi dampak negatif jangka
panjang dari penggunaan topangan teknologi Mangunwijaya (Editor). 1987. Teknologi dan
dalam pendidikan, akan sangat besar. Kita Dampak Kebudayaannya. Jakarta: Yayasan
mungkin justru akan kehilangan hal yang Obor Indonesia. Volume 1.
penting dalam pendidikan. Fenomena Mangunwijaya (Editor). 1987. Teknologi dan
reduksionisme dalam pendidikan, yang Dampak Kebudayaannya. Jakarta: Yayasan
bertumpu pada buku ringkasan materi plus Obor Indonesia. Volume 2.
soal-soal latihan yang sepertinya sudah Muhadjir. (2003). Ilmu pendidikan dan perubahan
menggejala dan membudaya, mungkin sosial. Yogyakarta: Penerbit Rake Sarasin.
menunjukkan telah semakin hilangnya esensi
Prawiradilaga, D.S., Ariani,D., dan Handoko,
pendidikan.
H. 2013. Mozaik Teknologi Pendidikan e-
Membangun kesadaran, meningkatkan
learning. Jakarta: Prenada media Group.
kompetensi, dan menumbuhkan kemauan
pada guru untuk memanfaatkan ICT Pujiriyanto. 2012. Teknologi Pengembangan
pembelajaran secara optimal, sekaligus media dan Pembelajaran. Yogyakarta:
mengakomodasi dan mempertahankan esensi UNY
pendidikan, menjadi upaya strategis yang Supardan. 1991. Ilmu, Teknologi, dan Etika.
harus dilakukan. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.
Suparno, et al.(2002). Pendidikan Budi Pekerti di
DAFTAR PUSTAKA Sekolah. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Ikatan Profesi Teknologi Pendidikan Yusufhadi Miarso. 2004. Menyemai Benih
Indonesia. 2008. Belajar dengan Teknologi Teknologi Pendidikan. Jakarta: Prenada
Menuju Masyarakat Berpengetahuan. Media Group.
Jakarta: Konggres VI dan Seminar
Nasional.
205
KEBIJAKAN PENDIDIKAN
MEMPERSIAPKAN PENDIDIKAN INDONESIA MENUJU ABAD 21
Zamroni
Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta
kehiduapn sehari-hari, c)memiliki daya Sistem dan praktik pendidikan yang selama ini
tumbuh secara terus menerus, d)bersifat ada tidak akan lagi dapat memfasilitasi
terbuka dan dengan kontak hubungan antar kehidupan masyarakat abad 21.
warga yang sangat intens, e)memiliki sifat
fleksibel dan adaptable yang tinggi, f)warga 3. Orientasi Pendidikan Abad 21
masyarakat memiliki tanggung jawab yang
Pendidikan seantiasa harus sesuai dengan
besar, g)warga masyarakat memiliki kesatuan
kebutuhan masanya. Sebagaimana layaknya,
antara kehidupan, belajar, bekerja dan
pekerjaan akan menjadi baik dan hasilnya
bersenang-senang, dan, h)tetap menunjung
mendekati sempurna manakala pekerjaan
tinggi tradisi, adat istiadat dan berbagai ritual.
tersebut memiliki substansi, cara dan
Salah seorang pemikir pendidikan untuk
peralatan yang dipakai sesuai dengan
abad 21, Bruce Jilk (1998), mendeskripsikan
kemajuan yang ada. Hal ini berlaku pula
gambaran masyarakat pembelajaran sebagai
untuk pendidikan. Kualitas pendidikan
berikut:
ditentukan oleh subtansi, cara dan peralatan
a. Memiliki berbagai latar belakang
yang dipergunakan dalam proses pendidikan.
pembelajaran yang terpadu dalam suatu
Manakala subtansi, cara dan peralatan tidak
jaringan.
sesuai dengan kemajuan zaman, proses dan
b. Batas batas berbagai latar belakang
hasil pendidikan tidak akan berkualitas, lagi
pendidikan menipis.
tidak relevan dengan kebutuhan masanya.
c. Menimbulkan suata rasa identittas diri
Jaminan kualitas sangat ditentukan oleh
dan tempat.
relevansu subtansi, cara dan peralatan yang
d. Mendorong interaksi dan komuniaksi
digunakan dalam proses pendidikan dengan
antara peserta pembelajaran.
kemajuan teknologi masa kini.
e. Mengadopsi dan adaptasi secara cepat
Orientasi pendidikan abad 21 memiliki
berbagai kebutuhan belajar.
arah mengembangkan masyarakat pembelajar
f. Menampung berbagai perbedaan dari
sepanjang hayat masih dikandung badan.
peserta pembelajaran.
Penjabaran orientasi ini adalah dengan
g. Menyediakan kebutuhan belajar, baik
keberadaan pelayanan pendidikan yang
umum maupun khusus.
memiliki jangkaun dimana warga bangsa
Dalam kaitan dengan pendidikan,
berada, apapun status sosial mereka,
masyarakat abad 21 merupakan masyarakat
latarbelakang budaya dan bahasa apa saja,
pembalajaran atau Learning community dimana
pada umur berapapun juga, dan kebutuhan
setiap warga masyarakat menghargai dan
belajar apa saja terlayani oleh sistem
menilai tinggi belajar, serta menempatkan
pendidikan yang ada. Kondisi ini sangat
belajar sebagai kebutuhan pokok. Oleh karena
dimungkinkan dengan pemanfaatan teknologi
itu, bagi warga masyarakat pembelajaran,
modern. Baik dalam arti teknologi modern
belajar merupakan kebutuhan pokok bagi
dimanfaatkan dalam pelayanan pendidikan,
siapa saja, dimana saja dan kapan saja. Belajar
juga dalam arti pesertadidik memiliki
merupakan kebutuhan pokok sepanjang
kemampuan untuk memanfaatkanya teknologi
massa, selama hayat masih di kandung badan,
modern, dimana dan kapanpun.
selama itu pula masih memerlukan belajar.
Orientasi pendidikan abad 21 juga
Kehidupan sosial ekonomi masyarakat
menekankan relevansi antara apa yang
didasarkan atas fondasi ilmu pengetahuan,
dipelajari pesertadidik atau pembelajar
kebajikan dan ketrampilan. Disamping itu,
dengan kebutuhan masyarakatnya. Kebutuhan
budaya untuk selalu menjadi lebih baik
ini bisa bersifat kebutuhan ekonomi, sosial
merupakan fondasi yang lain. Masyarakat
maupun kebutuhan yang lain. Sekolah
pembelajaran akan terus berkembang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari
manakala ditopang oleh dinamika
masyarakatnya. Pelaksanaan orientasi ini akan
pembelajaran yang berlangsung di sekolah,
menghadirkan suatu kondisi masyarakat full
tempat kerja dan keluarga. Dalam kaitan ini
employment, perkembangan masyarakat tanpa
pelayanan pendidikan yang merata yang
ada pengangguran.
dapat dinikmati oleh siapa saja warga
Orientasi Visi pendidikan abad 21
masyarakat memiliki makna yang amat
dijabarkan kedalam semangat kultur
penting.
berkemajuan dalam kehidupan bangsa. Baik
Kondisi yang sedemikian ini menuntut
kalangan birokrat maupun rakyat memiliki
pelayanan pendidikan yang semakin tinggi.
207
prinsip terus bergerak dari waktu kewaktu Gambar 1 menunjukan bahwa proses
dengan keadaan lebuh baik. Hari ini lebih pembelajaran berlangsung dan menjadi
baik dari kemarin, hari esuk lebih baik dari kebiasaan dalam kehidupan masyarakat.
hari ini. Penjabaran dari orientasi ini adalah Warga masyarakat tidak pernah ada waktu
dengan kebiasaan melakukan monitoring, tanpa pembelajaran. Dalam prosess
refleksi dan mempertanyakan what next. Ini pembelajaran tersebut warga masyarakat
pula memiliki arti, segala sesuatu informasi senantiasa mamadukan antara pembelajaran
sepanjang memungkinkan akan ditransfer dan lewat pendidikan formal dan pendidikan non-
disimpan ke dalam data kuantitatif, yang formal. Karena kebutuhan pendidikan
bersifat netral, obyektif dan universal. semacam ini, maka akan muncul berbagai
Perencanaan, eksekusi dan monitoring bentuk pelayanan baru dalam pendidikan.
evaluasi mempergunakan data ini. Praktik pendidikan berdasarkan orientasi
Orientasi pendidikan abad 21 ini didesain untuk menghasilkan output
menekankan pada proses dan hasil dengan karakteristik sebagai berikut:
pendidikan yang utuh (the whole person). a. Memahami pengetahuan mata pelajaran
Penjabaran dari visi ini proses pembelajaran yang mendalam dengan dasar
bervariasi namun memiliki sifat integrasi, penguasaan konsep yang kompleks.
dengan sumber belajar yang juga bervariasi. b. Mengkaji secara secara kritis apa yang
Penjabaran orientasi ini akan menghasilkan dipelajari.
berbagai sumber baru pembelajaran yang c. Bekerja secara kreatif berdasarkan konsep
selama ini tidak pernah muncul dalam sistem mengembangkan gagasan-gagasan baru,
pendidikan kita. teori-teori baru, produk-produk baru dan
Orientasi pendidikan abad 21 terakhir pengetahuan barumemiliki kemampuan
adalah penekanan pada kebersamaan, untuk menemukan permasalahan,
kerjasama dan kolaborasi. Baik perencanaan pertanyaan dan fenomena baru serta
dan proses serta kualitas hasil senantiasa memecahkannya.
menekankan pada kebersamaan. Penjabaran d. Menyampaikan gagasan dan pikiran
orientasi ini adalah dalam setiap interaksi dengan jelas runtut dan rinci, baik secara
pembelajaran menekankan pada kerjasama verbal maupun tulis dengan
dan kolaborasi. Orientasi mungkin saja bersifat menggunakan berbagai media.
individual, tetapi proses tetap menekankan e. Menganalisis dan mengintegrasikan
kerjasama kelompok. berbagai konsep dari berbagai mata
Orientasi pendidikan abad 21 ini akan pelajaran kedalam suatu bentuk baru
melahirkan praktik pendidikan dimana antara yang bermakna
pendidikan formal dan non-formal menyatu f. Menghargai dan menghormati berbagai
dalam kehidupan pendidikan informal. kelompok yang berbeda pendapat dan
Kehidupan masyarakat merupakakan yang memiliki latar belakang berbeda .
pembelajaran, dalam pembelajaran tersebut Melaksanakan learning how to learn.
antara formal dan non-formal senantiasa g. Memegang teguh dan mengaplikasikan
berinteraksi secara dinamis. Kondisi ini etika dalam kehidupan bermasyarakat,
ditunjukan dengan gambar 1, berikut. berbangsa dan bernegara.
pada upaya mencapai keberhasilan dalam tidak terlalu relevan dengan program
ujian nasional. studinya. Kurikulum yang semestinya
b. Pendidikan tidak mampu melakukan memiliki pandangan jauh kedepan, menjadi
perubahan sesuai degan kebutuhan kurikulum dengan pandangan kekinian.
tenaga kerja dan sekolah tidak mampu Sudah barang tentu akibatnya out put
mempersiapkan para siswa dengan pendidikan memiliki kemampuan jauh dari
kebutuhan ketrampilan yang mereka yang diharapkan oleh pasar tenaga kerja.
perlukan dalam bekerja. Disamping itu, peran lulusan sekolah di
c. Kesalahan dalam pemberian kebebasan. bidang sosial kultural kemasyarakatan juga
lemah, karena memang tidak dipersiapkan
Dengan segala kekurangan yang untuk itu.
terkandung didalamnya, ujian nasional juga Kelemahan sistem dan praktik
memiliki berbagai kelebihan. Serupa pula pendidikan yang ketiga adalah pemerintah
dengan ujian sekolah yang mengandung salah dalam memberikan kebebasan.
berbagai kelemahan dan sekalgus kelebihan. Mestinya, kebebasan diberikan kepada sekolah
Jadi dibandingkan antara satu dengan yang dan guru untuk menjabarkan dan
lain, kedua sistem evaluasi akhir tersebut sama mengoperasionalkan kebijakan yang telah
saja. Artinya, tidak ada manfaat dan ditetapkan. Guru diberikan kebebasan untuk
relevansinya membicarakan atau mengkritik melaksanakan pembelajaran, termasuk
sistem ujian nasional. melakukan evaluasi keberhasilan pesertadidiki
Permasalahan yang perlu untuk dikaji dalam mengikuti pembelajaran sbagaimana
adalah pada tataran implementasi sistem ujian diamanatkan oleh Undang-Undang. Namun,
nasional dalam sistem pendidikan Indonesia. kebebasan yang diperlukan sekolah dan guru
Jadi sekali lagi bukan sistem ujian nasionalnya, tersebut tidak diberikan secara tulus. Perlu
melainkan implementasi UN yang keliru. disebut secara tulus, karena kepada sekolah
Kekeliruan yang amat mendasar adalah telah diberikan Kurikulum Tingkat Satuan
senantiasa mengkaitkan, bahkan mewajibkan Pendidikan (KTSP), tetapi dalam praktik
hasil nilai UN sebagai syarat mutlak untuk sekolah dan guru tetap saja tidak memiliki
memasuki jenjang pendidikan diatasnya. kebebasan, karena KTSP berubah memiliki arti
Kesalahan ini amat fatal, sehingga ujian Kurikulum Terserah Sama Pusat. Namanya
nasional menjadi segala-galanya dalam praktik Tingkat Satuan Pendidikan, tetapi harus
pendidikan. Bahkan, sampai-sampai karena mengikuti kemauan pusat, demi keseragaman
begitu semangatnya, dan merupakan salah nasional.
satu citra lembaga, terdapat pemerintah Justru yang mengherankan kebebasan
propinsi yang diberbagai jenjang mulai dari kepada keluarga diberi untuk memilih sekolah
tingkat propinsi sampai sekolah dibentuk tim bagi putra putrinya, dengan didasarkan hasil
sukses ujian nasional. Sudah barang tentu UN. Kebijakan pemberian kebebasan keluarga
satuan tugas tim sukses tersebut bisa memiliki untuk memilih sekolah ini barangkali hanya
makna baik dan sekaligus makna buruk. terjadi di negara kita. Di Negara lain, kemana
Tergantung apa yang dilakukan tim sukses anak sekolah ditentukan oleh pemerintah
tersebut. berdasarkan domisili keluarga. Sehingga anak
Kelemahan ke dua erat adalah berkaitan akan sekolah di tempat yang paling dekat
dengan sistem pendidikan yang terlalu kaku dengan tempat tinggalnya. Kebijakan
terpaku pada struktur yang ada. Sudah era pemberian kebebasan keluarga memilih
school based management, namun tetap saja sekolah ini memiliki dampak yang sangat
suatu kebijakan kalau belum ada juklak dan tidak menguntungkan. Yakni, a) di kota-kota
juknis tetap saja tidak akan berjalan. Watak besar keluarga harus mengeluarkan beaya
strukturalis ini tidak saja berpengaruh pada transportasi, karena sekolah jauh dari tempat
apa yang berkaitan dengan manajemen, tetapi tinggal. b)Dikota-kota besar anak harus
juga berkaitan dengan kurikulum. Akibatnya, kehilangan banyak waktu untuk perjalanan
Di Perguruan Tinggi kurikulum suatu prodi dari tempat tinggal ke sekolah. c)Banyak anak
bisa saja tidak optimal dan tidak fokus, karena dari keluarga kurang mampu terpaksa tidak
harus memuat kurikulum lembaga universitas, menyekolahkan anak-anaknya karena tidak
lembaga fakultas dan lembaga jurusan, dan mampu menyediakan uang untuk
sebagainya. Sedangkan makna kurikulum transportasi. Disini sekolah gratis tidak releva
yang bersifat kelembagaan tersebut sering kali lagi. d)Sekolah secara moral tidak lagi menajdi
209
bagian dari masyarakatnya. Karena para siswa mengikuti pendidikan formal, mereka merasa
yang sekolah di suatu sekolah sebagian besar tahu dan faham tentang pendidikan, sehingga
datang dari tempat yang jauh. e)Muncul manakala menjadi pejabat bisa menentukan
fenomena sekolah favorit yang berlebih- bagaimana pendidikan harus dilaksanakan.
lebihan. Kondisi ini mempersulit perpindahan Bisa dibayangkan bagaimana jadinya kalau
rotasi pendidik, khususnya. Akibatnya, orang yang sering berobat ke doktetr juga
kesenjangan mutu antar sekolah semakin lama merasa pengalaman dan merasa memiliki
semakin tinggi. Pemerintah tidak bisa berbuat kemampuan melakukan pengobatan dan
apa-apa. f)Berarti pemerintah telah melupakan kemudian melakukan praktik pengobatan.
prinsip keadilan dalam pelayanan pendidikan. Oleh karena itu, selama ini nyaris bangsa kita
Orang kaya mendapatkan kesempatan belum pernah memiliki orientasi dan praktik
menyekolah anak-anaknya di sekolah yang pendidikan yang benar dan relevan dengan
berkualitas sehingga masa depan anaknya kebutuhan bangsanya. Sebagai contoh
terjamin, sebaliknya keluarga miskin tidak bagaimana sampai ada kebijakan untuk
mampu menyekolahkan anak-anaknya di memperbesar porsi lulusan SMK di satu sisi
sekolah yang bermutu sehingga masa depan dan mengecilkan porsi lulusan SMA di sisi
anaknya tidak menjamin. Maka lahirlah, lain. Sedangkan, di seluruh belahan bumi yang
fenomena sekolah merupakan awal stratafikasi lain justru porsi lulusan SMk semakin kecil,
sosial. Muncul pulalah inter-gerenaration sosial dan bahkan banyak negara yang mengarahkan
stratification. Dengan kata lain, peran sekolah orientasi pendidikan sekolah komprehensif
sebagai sarana sosial mobility lenyap. tidak lagi mengenal sekolah kejuruan. Namun
Kelemahan ke empat sistem dan praktik pada jenjang diatas sekolah menengah,
pendidikan Indonesia adalah menempatkan pendidikan kejuruan di kembangkan. Jadi
tiga tipe pendidikan tidak secara padu: yakni bukan SMK yang dikembangkan. melainkan
pendidikan formal, non-formal dan SMK Tinggi, yang sifatnya mengikuti ke
pendidikan informal. Memang Undang- butuhan pasar tenaga kerja jangka pendek.
Undang Sistem Pendidikan Nasional Sehingga program SMK Tinggi ini, buku-tutup
menjamin kemungkinan adanya perpindahan berubah-ubah sesuai dengan permintaan
diantara ketiga tipe pendidikan diatas. pasar.
Namun, sayangnya pemerintah terlalu Namun patut dicatat, kesalahan awal
menekankan pada pentingnya pendidikan para pengambil kebijakan pendidikan adalah
formal dan sebaliknya terlalu mengabaikan berawal dengan mengkerdilkan fungsi
pendidikan non-formal, apalagi pendidikan in- pendidikan hanya sekedar sebagai sarana
formal. Kelemahan pendidikan ini merupakan untuk mempersiapkan tenaga kerja.
pencerminan orientsi pendidikan untuk Akibatnya, cara pandang dan seluruh
berperan sebagai engine of growth dari pada kebijakan pendidikan diarahkan bagaimana
berperan sebagai suatu agent for eradication of lulusan bisa masuk pasar tenaga kerja. Para
poverty. Maka tidak mengherankan kalau pengambil kebijakan tidak mau dan tidak bisa
peningkatan pendidikan warga bangsa tidak memahami bahwa masalah kesempatan kerja
selalu diikuti dengan pengurangan angka bukan masalah pendidikan, melainkan domain
kemiskinan penduduk. dunia ekonomi. Selama investasi tidak optimal
Sebagai dampak dari kelemahan sistem dan selama arah pengembangan ekonomi
dan praktik pendidikan ini di satu sisi, dan di bersifat capital intensif, maka selama itu pula
sisi lain sifat ekspansi ekonomi yang bersifat dunia ekonomi tidak akan mampu
liberalis- capital intensif, mengakibatkan menciptakan kesempatan kerja yang sepadan
kemajuan ekonomi dan kemajuan pendidikan dengan suplai tenaga kerja yang dihasilkan
diikuti justru diikuti dengan perluasan oleh pendidikan. Ancaman potensi
pengangguran, termasuk pengangguran pengangguran menjadi realitas.
terdidik. Disamping itu, terdapat kesalahan dalam
Pola pikir dan cara pandang pengambil aspek politik. Di banyak negara jabatan
kebijakan pendidikan di Indonesia amat menteri adalah jabatan politik, yang biaa
keliru. Hal ini dikarenakan mereka para dipegang oleh siapapun asal memiliki
pengambil kebijakan pendidikan tidak kemampuan manajemen, khususnya
memiliki pemahaman atas pendidikkan yang manajemen politik. Namun di negara-negara
benar, baik orientasi, sistem dan praktik tersebut, seorang menteri tidak akan pernah
pendidikan. Di Indonesia, orang yang pernah merombak pejabat birokrasi pemerintah yang
210