Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

INTRA-AORTIC BALLON PUMP (IABP)

1. Definisi Intra-aortic ballon pump (IABP)


Intra Aortic Balloon Pump (IABP) merupakan alat bantu jantung mekanik yang
bermanfaat pada pasien dengan masalah sirkulasi yang nyata atau mengancam
keselamatan. Intra Aortic Balloon Pump (IABP) dapat mengurangi resistensi ejeksi
ventrikel kiri, serta meningkatkan aliran darah koroner dan sistemik (Thaler, 2010).

2. Indikasi dan KontraIndikasi Intra-aortic ballon pump (IABP)


Pada mulanya IABP diindikasikan pada kasus syok kardiogenik atau gagal
ventrikel, termasuk stabilisasi pasien jantung preoperatif atau pasien jantung yang
mengalami pembedahan nonjantung. Saat ini indikasi penggunaan IABP lebih luas, di
antaranya:
a. Indikasi medik :
- Sindrom pre-syok
- Unstable (refractory) angina
- Intractable ventricular dysrhythmias
- Sindrom syok septik
- Kontusio kardiak
- Komplikasi mekanik pasca MI
Stenosis katup mitral
Insufi siensi katup mitral, defek septal
ventrikuler, ruptur muskulus papilaris,
penunjang untuk :
- Angiografi koronerAngioplasti koroner terapi trombolitik
- Prosedur intervensi dengan risiko tinggi
b. Indikasi bedah :
- Disfungsi miokard pascaoperasi
- Penyapihan (weaning) CPB
- Dukungan jantung sewaktu koreksi defek anatomis
- Mempertahankan patensi graft pas-caoperasi CABG
- Pulsatile flow selama CPB

Kontraindikasi absolut pemasangan IABP relatif sedikit, di antaranya:


a. Insufiensi aorta yang berat (severe aortic in-suffi ciency)
b. Aneurisma aorta atau abdominal
c. Penyakit kalsifi kasi aorta-iliaka yang berat atau penyakit
vaskular perifer
d. Pasien dengan penyakit terminal
e. Gangguan pembekuan darah yang berat (Udjianti, 2010)

3. Efek Fisiologis Intra-aortic ballon pump (IABP)


Efek Mekanik
IABP menggunakan prinsip counterpulsation yang dicapai sewaktu inflasi dan
deflasi balon yang berada di aorta desendens (efek mekanik). Inflasi balon menyebabkan
berpindahnya sejumlah darah di aorta, ke depan dan ke belakang. Tekanan dari balon
didistribusikan ke sistem pembuluh darah yang menyebabkan peningkatan tekanan
diastolik aorta (diastolic augmentation) (Thaler, 2010).

Gambar 1. Efek inflasi dan deflasi IABP

Efek mekanik dari inflasi dan deflasi balon adalah perubahan gambaran kurva tekanan
arteri.
a. First hump merupakan puncak tekanan sistolik yang normal
b. First dip terjadi sebagai akibat dari penutupan katup aorta
c. Second hump disebut sebagai augmentasi diastolik atau puncak tekanan diastolik yang
dihasilkan oleh inflasi balon dan idealnya peningkatan tekanan diastolik levelnya lebih
tinggi dibandingkan dengan tekanan sistolik
d. Second dip yang terjadi akibat deflasi balon segera sebelum sistolik berikutnya. Deflasi
balon dapat mengurangi tekanan akhir diastolik kira-kira 15 mmHg dan juga mengurangi
tekanan sistolik (assisted systolic pres-sure) kira-kira 5-10 mmHg.

Gambar 2. Perubahan kurva tekanan arteri akibat penambahan diastolik dengan IABP1

Awal inflasi dari balon harus bersamaan dengan akhir fase isometrik kontraksi
ventrikel dan sebelum fase ejeksi (kontraksi isotonik) untuk menghasilkan tekanan negatif
intraaorta. Efek tersebut disebabkan oleh kembalinya gas dari balon yang diikuti dengan
pengisian darah di aorta. Titik terendah dari kurva tekanan darah terjadi sewaktu deflasi
balon sewaktu katup aorta terbuka (akhir dari kontraksi isometrik). Pada jantung yang
normal, kontraksi isometrik berakhir setelah terbukanya katup aorta. Untuk deflasi balon
intraaorta yang tepat, diperlukan tekanan dari ventrikel kiri untuk membuka katup yang
akan ditandai dengan penurunan sistolik (systolic unloading). Beberapa faktor yang
memengaruhi efek mekanik dari IABP antara lain :
- Volume gas yang masuk ke dalam balon
- Elastisitas dinding aorta
- Volume sekuncup (stroke volume)
- Tekanan darah intraaorta
- Resistensi vaskular sistemik (systemic vascular resistance)
- Ritme dan laju nadi
- Lokasi balon
- Ukuran balon dan panjang kateter
Inflasi IABP menyebabkan :
a. Peningkatan tekanan perfusi koroner
b. Peningkatan tekanan perfusi sistemik
c. Peningkatan pemenuhan oksigen baik ke pembuluh darah koroner maupun jaringan
d. Penurunan stimulasi simpatis yang menyebabkan penurunan denyut nadi, penurunan
resistansi vaskular sistemik, dan peningkatan fungsi ventrikel kiri.
Deflasi IABP menyebabkan :
a. Pengurangan afterload yang selanjutnya menyebabkan pengurangan konsumsi oksigen
miokard (MVO2)
b. Penurunan tekanan sistolik puncak (peak systolic pressure) yang menyebabkan
pengurangan beban kerja ventrikel kiri
c. Peningkatkan curah jantung
d. Perbaikan fraksi ejeksi

Efek Hemodinamik
Efek hemodinamik dari IABP sebagian besar dipengaruhi oleh fase-fase dari gagal
jantung. Beberapa perubahan hemodinamik penting yang terjadi pada penggunaan IABP
antara lain :
a. Perubahan sewaktu sistolik
Tekanan sistolik arteri
Efek IABP terhadap tekanan darah sistolik pada denyut jantung yang tidak
dibantu (non-assisted beats) dibandingkan dengan tekanan darah sistolik pada pasien
yang menggunakan IABP menurun sebesar 5-10%. Rentang penurunan tersebut
ergantung pada dua faktor: yang pertama awal tekanan sistolik yang pengaruhnya
berbanding terbalik dengan penurunan puncak tekanan sistolik sewaktu IABP. Oleh
karena itu jika tekanan darah sistolik awal rendah (<100 mmHg) penurunannya akan
minimal dan jika tekanan tekanan darah sistolik awalnya normal (>100 mmHg)
penurunan tekanan darah rentangnya lebih besar. Faktor yang kedua adalah titik
deflasi. Interval waktu yang lebih pendek antara deflasi balon dan membukanya katup
aorta akan menyebabkan penurunan tekanan sistolik yang lebih besar.

Tekanan aorta presistolik (akhir diastolik)


Dengan waktu pengisian balon yang tepat akan menyebabkan penurunan
tekanan darah aorta presistolik (akhir diastolik) sebesar 20-30%. Rentang penurunan
tekanan presistolik dikontrol oleh perubahan titik deflasi. Praktisnya tekanan aorta
presistolik dipertahankan di atas 45 mmHg atau kurang dari 15-20 mmHg di bawah
nilai kontrol (awal tekanan diastolik aorta).
Interval waktu sistolik
IABP menyebabkan penurunan interval waktu sistolik. Parameter tersebut
dikalkukasi melalui pengawasan secara simultan dari ekokardiografi dan tekanan
darah arteri atau pulsasi karotis. Fraksi ejeksi (ejection fraction) Studi intraoperatif
menunjukkan bahwa fraksi ejeksi ventrikel kiri meningkat secara signifi kan sewaktu
penggunaan IABP.

b. Perubahan sewaktu diastolik


Tekanan diastolik aorta
Tekanan diastolik aorta meningkat sewaktu penggunaan IABP. Rentang peningkatan
tekanan diastolik tersebut sebanding dengan volume gas yang masuk ke dalam balon
dan fungsi dari ventrikel kiri.
Efek hemodinamik dari IABP secara umum dapat adalah sebagai berikut :

4. Teknik Pemasangan Intra-aortic ballon pump (IABP)


Gambar 3. Lokasi balon IABP
Sejak tahun 1979, pemasangan perkutan IABP dilakukan melalui arteri femoralis
menggunakan teknik Seldinger yang dimodifikasi sehingga pemasangannya menjadi
lebih mudah dan lebih cepat. Setelah dilakukan penusukan pada arteria femoralis, J-
shaped guide wire dimasukkan sampai ke level arkus aorta dan kemudian jarum di cabut.
Dilakukan dilatasi pada tempat penusukan dengan menggunakan dilator no 8 sampai 10,5
French.1,4 Balon IABP selanjutnya dimasukkan mengikuti guide wire sampai ke aorta
desendens, di bawah arteri subklavia kiri (Mayoclinic, 2014).
MENGONTROL IABP
Triggering
Untuk mendapatkan efek optimal dari counterpulsation, inflasi dan deflasi
memerlukan memerlukan waktu yang tepat sesuai dengan siklus jantung pasien. Hal itu
dapat dicapai dengan menggunakan EKG pasien, gelombang arteri, atau ritme pompa
intrinsik. Metode paling umum yang digunakan untuk triggering IABP adalah dari
gelombang R pada EKG pasien. Inflasi balon diatur secara otomatis, mulai pada
pertengahan dari gelombang T dan deflasi sewaktu akhir dari komplekd QRS.
Takiaritmia, fungsi pacemaker jantung, dan gambaran EKG yang kurang baik dapat
menyebabkan gangguan sinkronisasi ketika gambaran EKG yang digunakan.
Timing dan Weaning
Inflasi IABP terjadi sewaktu permulaan dari diastolik yang pada gelombang arteri
terlihat pada dicrotic notch. Deflasi balon terjadi segera setelah arterial up stroke.
Sinkronisasi balon biasanya dimulai dengan rasio 1:2. Rasio tersebut membandingkan
antara denyut ventrikel pasien sendiri dan penambahan denyut untuk menentukan waktu
IABP yang ideal. Kesalahan penentuan waktu mengakibatkan perbedaan karakteristik
gelombang dan efek fisiologis yang bervariasi :
a. Inflasi dini (early balloon inflation)
Kesalahan tersebut menyebabkan penutupan prematur dari katup aorta yang
dapat menyebabkan gangguan pengosongan ventrikel, pengurangan stroke volume
dan peningkatan pulmonary artery wedge pressure. Inflasi dini berbahaya karena
dapat mengakibatkan kegagalan perfusi, iskemik miokard dan edema paru.

Gambar 4. Perubahan gelombang arteri akibat inflasi dini IABP

b. Inflasi lambat (late balloon inflation)


Inflasi balon yang lambat menyebabkan sebagian atau seluruh dicrotic notch
terlihat. Hal tersebut menyebabkan penambahan tekanan diastolik kurang optimal
dan mengurangi periode penambahan perfusi ke serebral, koroner dan sirkulasi
sistemik. Kesalahan ini tidak berbahaya tetapi pasien tidak menerima manfaat
maksimal dari IABP.

Gambar 5. Perubahan gelombang arteri akibat inflasi lambat IABP

c. Deflasi dini (early balloon deflation)


Kesalahan ini menyebabkan pengakhiran secara prematur dari tambahan
diastolik (diastolic augmentation). Defl asi dini menyebabkan afterload ventrikel
kiri tidak berkurang dan waktu perfusi akibat penambahan diastolik menurun.

Gambar 6. Perubahan gelombang arteri akibat deflasi dini IABP


d. Deflasi lambat (late balloon deflation)
Inflasi balon masih sebagian atau seluruhnya pada permulaan dari sistolik
berikutnya. Hal ini ditunjukkan dengan assisted aortic end diastolic pressure lebih
tinggi dibandingkan dengan unassisted aortic end-diastolic pre sure. Deflasi lambat
sangat berbahaya karena ventrikel kiri sewaktu memompa darah harus melawan
resistensi yang disebabkan oleh balon yang masih diinfl asi. Kerja dari miokard dan
konsumsi oksigen meningkat sedangkan stroke volume menurun. Kombinasi efek
tersebut menyebabkan gangguan hemodinamik dan iskemik miokard.

Gambar 7. Perubahan gelombang arteri akibat defl asi lambat IABP

waktu dan kecepatan penyapihan dari IABP dapat dilakukan dengan


memperhatikan status hemodinamik pasien. Penyapihan dapat dimulai dengan
menurunkan frekuensi dan atau volume balon. Weaning dengan menurunkan
frekwensi dilakukan dengan menurunkan frekwensi infl asi balon per siklus jantung
dari 1:2, 1:3, 1:4 dan 1:8.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan penyapihan dari
IABP :
a. Monitor ketat hemodinamik pasien sewaktu dilakukan penyapihan yang meliputi:
- EKG
- Laju nadi
- Tekanan darah
- Produksi urine
- Kesadaran pasien
- Curah jantung/index cardiac

b. Penyapihan dari IABP dapat dilakukan jika :


- Tanda hipoperfusi sampai dengan low output syndrome tidak ada
- Produksi urine dapat dipertahankan lebih dari 30 cc/jam
- Kebutuhan terhadap obat inotropik minimal
- Laju nadi kurang dari 100 kali per menit
- Ventricular ectopic beats kurang dari 6 kali per menit dan unifokal
- Cardiac index 2 l/min/m2 atau lebih dan penurunannya tidak lebih dari 20%
- Tidak ada angina

5. Komplikasi Dan Faktor Risiko Intra-aortic ballon pump (IABP)


Komplikasi IABP dapat terjadi sewaktu pemasangan kateter, inflasi, dan deflasi
balon serta sewaktu pencabutan kateter dengan insidens rata-rata bervariasi antara 6-46%.
Faktor risiko termasuk penyakit pembuluh darah perifer, diabetes tergantung insulin,
wanita, hipertensi, plak sklerotik di aorta, riwayat merokok, penyakit arteri koroner,
obesitas, curah jantung rendah, dan insersi pascaoperasi (Mayoclinic, 2014)

Anda mungkin juga menyukai