Abstrak
Dermatitis kontak iritan merupakan penyakit yang cukup sering mengenai masyarakat ditandai dengan 80% kasus
dermatitis di Indonesia merupakan dermatitis kontak iritan. Insidensi dermatitis kontak iritan akibat obat di Indonesia
mencapai 7,3 setiap 10.000 orang. Salah satu penyebabnya adalah penggunaan asam salisilat dengan konsentrasi >5%.
Pajanan asam salisilat dengan konsentrasi >5% pada lesi patologi seperti herpes zoster dapat menimbulkan dermatitis
kontak iritan dengan efloresensi beragam dan lesi yang luas. Pria, 61 tahun datang ke poli penyakit kulit dan kelamin
dengan keluhan sensasi panas dan nyeri serta timbul kemerahan pada kulit setelah penggunaan salep asam salisilat 12% pada
lesi herpes zoster thoracalis sinistra. Sebelumnya pasien terdiagnosis herpes zoster dan sudah mengalami perbaikan, pasien
lalu membeli dan menggunakan salep asam salisilat 12% dengan frekuensi 5 kali setiap hari selama 4 hari pada lesi herpes
zoster. Efloresensi yang muncul setelah pajanan asam salisilat 12% berupa patches eritematosa, sebagian hiperpigmentasi
dengan permukaan berskuama disertai dengan papul berdistribusi diskret berukuran lentikuler hingga numular berbentuk
ireguler dengan batas tak tegas disertai dengan likenifikasi. Pasien didiagnosis dengan dermatitis kontak iritan et causa asam
salisilat dan herpes zoster perbaikan. Terapi yang diberikan berupa menghentikan pajanan asam salisilat, pengobatan
sistemik dan topikal. Pengobatan sistemik yang diberikan ceterizine 10 mg setiap 24 jam oral. Sedangkan pengobatan topikal
yang diberikan berupa deoxymethasone cream serta chloramphenicol cream dioles setelah mandi 3 kali setiap hari.
Korespodensi: Andika Yusuf Ramadhan, S.Ked., alamat: Jalan Kopi Ujung No 12 Rajabasa Bandar Lampung, Indonesia.
35145, HP 081282383819, email: andikayusufr@gmail.com
kontak iritan.4 Pada populasi geriatri terjadi bentuk vehikulum ointment pada lesi post
proses menua yang menyebabkan adanya herpes zoster.
perubahan degeneratif secara struktural,
fisiologis, dan imunologis.4 Perubahan tersebut Kasus
terjadi secara alamiah akibat penuaan intrinsik Pria, 61 tahun datang ke poli penyakit
dan akumulasi kerusakan ekstrinsik oleh faktor kulit dan kelamin dengan keluhan utama
lingkungan seiring bertambahnya usia.5 berupa timbul rasa gatal disertai dengan panas
Dalam kehidupan sehari-hari, bahan sejak 5 hari yang lalu. Keluhan yang dirasa
iritan yang menyebabkan DKI meliputi air, muncul pada bagian dada kiri dan menjalar
deterjen, berbagai pelarut, asam, basa, bahan kearah ketiak kiri. Keluhan nyeri bersifat
adhesi, cairan bercampur logam, kosmetik, kontinyu dan tidak terdapat aktivitas yang
minyak oles, dan substansi topikal lainnya.2 mempengaruhi keluhan. Pada kulit dada kiri
Salah satu substansi topikal yang umum hingga ketiak kiri, timbul kemerahan disertai
menyebabkan dermatitis kontak iritan adalah dengan bentol-bentol kemerahan yang
obat keratolitik. Insiden tahunan dermatitis semakin lama semakin meluas. Sekitar 11 hari
kontak iritan terkait dengan obat mencapai 7,3 yang lalu, sebelum timbul keluhan pasien pergi
setiap 10.000 orang di Indonesia, yang ke puskesmas dan terdiagnosis herpes zoster
umumnya menyerang lengan bawah dan thoracalis sinistra dan diterapi dengan asam
telapak tangan.3Obat keratolitik topikal yang mefenamat 500 mg 3 kali setiap hari peroral,
umumnya digunakan secara widespectrum asiklovir 800 mg 5 kali setiap hari peroral dan
adalah asam salisilat. Salah satu efek dari clobetazole cream yang dioles 3 kali setiap hari
penggunaan asam salisilat > 5% dengan setelah mandi. Ketika obat clobetazol cream
penggunaan berkala dapat menimbulkan habis pasien mencari pengobatan sendiri
dermatitis kontak iritan. 4 dengan membeli obat salep dengan kandungan
Pada dasarnya iritan merusak kulit kandungan asam salisilat 12%, camphora 3%,
dengan cara memindahkan lapisan minyak dan mentol 1% dan asam benzoat 5%. Salep
pelembab dari lapisan terluar, membiarkan dioleskan pada lesi sebanyak 5 kali setiap hari
iritan masuk ke struktur epidermis lebih setelah mandi. Keluhan gatal dan kulit
dalamdan menyebabkan kerusakan lebih lanjut kemerahan kemudian muncul setelah
dengan cara memicu proses inflamasi.7 Proses pemakaian salep pada hari ke 2 penggunaan
penetrasi bahan iritan menuju epidermis salep tersebut. Ketika diolesi pasien mengaku
sendiri dipengaruhi oleh hidrasi kulit, awalnya keluhan hilang tapi semakin lama
komposisi folikel rambut serta kadar salep yang diolesi menimbulkan rasa gatal dan
keratinosit dan keadaan patologi pada kulit. 7 panas yang berlebih. Sejak diolesi salep
Herpes zoster merupakan penyakit tersebut bagian dada pasien semakin memerah
kulit infeksi dengan etiologi virus herpes zoster, dan menimbulkan bentol bentol pada area
umumnya diakibatkan oleh reaktivasi virus yang diolesi. Keluhan gatal yang awalnya hilang
varicella zoster yang dorman pada ganglion semakin berat ketika diolesi salep tersebut.
simpatis dan kranial. Lesi yang ditimbulkan Pasien tidak memiliki riwayat alergi makanan
herpes zoster sendiri bergantung dengan tertentu, riwayat kontak dengan serangga
jumlah dermatom yang terkena, sehingga lesi ataupun bahan iritan sebelum gejala dirasakan
yang ditimbulkan cukup luas. Patologi kulit disangkal. Riwayat konsumsi obat-obatan
yang muncul pada herpes zoster terdiri atas dalam jangka lama juga disangkal oleh pasien.
degenerasi balon disertai dengan akantolisis Pada pemeriksaan fisik didapatkan
keratinosit yang menyebabkan intraepidermal keadaan umum tampak sakit ringan, compos
vesikel.2 Keadaan patologi seperti akantolisis mentis, tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 80
keratinosit merupakan salah satu faktor yang
kali/menit, suhu 36,80C dan respiratory rate 18
memperkuat penetrasi iritan menuju struktur
kali/menit. Status generalis didapatkan kepala,
dermis yang lebih dalam.2,3Dalam hal ini leher, thoraks, abdomen dalam batas normal.
penulis akan melaporkan kasus dermatitis Pada status dermatologis didapatkan Regio
kontak iritan pada pasien geriatri yang thoracalis pars linea midclavicularis sinistra
diakibatkan oleh paparan topikal asam salisilat hinga linea axilaris posterior dengan
12%, sulfur presipitatum 10%, asam benzoat efloresensi tampak patches eritematosa,
5%, camphora 3% dan menthol 1% dalam sebagian hiperpigmentasi dengan permukaan
berskuama disertai dengan papul berdistribusi hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik
diskret berukuran lentikuler hingga numular didapatkan hal-hal yang mendukung diagnosis
berbentuk ireguler dengan batas tak tegas. yaitu:
Tampak likenifikasi pada sebagian bekas luka 1. Keluhan subjektif berupa gatal, panas dan
yang telah mengering. kemerahan.
2. Penggunaan salep dengan konsentrasi
asam salisilat 12%, sulfur presipitatum
10%, asam benzoat 5%, camphora 3% dan
menthol 1% yang dioles dengan frekuensi 5
kali pada setiap hari setelah mandi.
3. Efloresensi yang muncul berupa patches
eritematosa, hiperpigmentasi kulit,
skuama, papul dan likenifikasi.
Berdasarkan poin diatas, dapat
disimpulkan pasien mengalami dermatitis yang
merupakan bentuk peradangan kulit pada agen
non infeksi. Pada kasus ini pasien didiagnosis
dengan dermatitis kontak iritan. Hal tersebut
dikarenakan terdapat kecocokan antara gejala
klinis yang dialami oleh pasien dengan kriteria
diagnosis dermatitis kontak iritan. Dermatitis
Gambar 1. Efloresensi regio thoracalis kontak iritan adalah suatu kelainan yang
ditimbulkan oleh efek sitotosik lokal langsung
Pasien didiagnosis dengan dermatitis dari bahan iritan baik fisika maupun kimia,
kontak iritan et causa asam salisilat dengan yang bersifat tidak spesifik, pada sel-sel
herpes zoster perbaikan. Pasien ditatalaksana epidermis dengan respon peradangan pada
dengan penatalaksanaan umum dan khusus. dermis dalam waktu dan konsentrasi yang
Tatalaksana umum meliputi : cukup.9
a. Memberikan penjelasan tentang penyakit Manifestasi dermatitis kontak pada
yang sedang dialami pasien kepada pasien geriatri umumnya mengacu pada gambaran
dan keluarganya. dermatitis kontak secara umum.10 Gambaran
b. Memberikan informasi tentang penyebab klinis atau efloresensi DKI maupun DKA pada
dan prognosis penyakit yang dialami geriatri secara klinis bervariasi, yaitu dapat
pasien, kepada pasien dan keluarganya. berupa eritematosa berskuama tanpa disertai
Serta meminta kerjasama keluarga pasien vesikel rasa gatal maupun sensasi terbakar.10
untuk merawat pasien. Perubahan sistem imun pada populasi geriatri
c. Menghentikan salep yang digunakan menyebabkan berkurangnya eritema sebagai
d. Tidak menggaruk bagian yang gatal terlalu tanda iritasi kulit yang dapat diobservasi.
kuat dan mengonsumsi obat secara Sebagian besar dermatitis kontak
teratur. bermanifestasi klinis subakut dan kronik.10
Tatalaksana khusus yang diberikan berupa Namun apabila terdapat pajanan dengan iritan
pengobatan sistemik diberikan cetirizin 10 mg kuat, misalnya: asam kuat atau basa kuat,
satu kali setiap hari. Pengobatan topikal yang dapat bermanifestasi akut berupa vesikel dan
diberikan berupa deoxymethasone cream 2 kali area eritematosa yang sesuai pola distribusi
setiap hari dioles setelah mandi dan pajanan. Petunjuk klinis yang paling dapat
chloramphenicol 2% 3 kali setiap hari. dipercaya adalah distribusi geografisnya. 8,10
Prognosis pada pasien ini adalah bonam untuk Lokasi dan distribusi dermatitis dapat
quo ad vitam, quo ad functionam dan quo ad menjadi petunjuk penting diagnosis dermatitis
sanationam. kontak pada populasi usia lanjut. Dermatitis
kontak awalnya terdapat pada area kulit yang
Pembahasan terpajan.10 Namun dalam perkembangannya,
Diagnosis dermatitis kontak iritan pada dapat menyebar ke tempat lain yang lebih jauh
pasien ini ditegakan berdasarkan hasil baik dengan kontak yang tidak disengaja, atau
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Berdasarkan dalam kondisi tertentu, misalnya
autosensitisasi.10 Pada DKI, kontak pertama salep yang mengandung asam salisilat 12%,
dengan iritan dapat menimbulkan kelainan sulfur presipitatum 10%, asam benzoat 5%,
kulit.8 Diagnosis DKI mudah ditegakkan pada camphora 3% dan menthol 1% dengan
kontak dengan iritan kuat, misalnya: pajanan frekuensi penggunaan sebanyak 5 kali.
asam kuat, yang menimbulkan reaksi DKI akut Tentunya dengan dosis dan durasi penggunaan
dalam beberapa menit. Namun pajanan iritan obat salep tersebut menyebabkan efek
lemah kronik yang dialami populasi geriatri sitotoksik terhadap kulit pasien sehingga
menampilkan manifestasi klinis subakut menimbulkan efloresensi berupa eritema,
maupun kronik, sehingga menjadi lebih sulit edema, skuama dan likenifikasi. 4,5
didiagnosis. Menurut Scalf et al. didapatkan Asam salisilat merupakan
kriteria diagnosis DKI pada pasien geriatri yang monohydroxybenzoid acid yang merupakan
terangkum pada tabel 1.10 bagian dari phenol acid. Asam salisilat
merupakan bahan metabolit aktif dari
Tabel 1. Kriteria Diagnosis DKI pada Geriatri10 asetisaisilat obat dermatotopikal yang biasa
Kriteria Subjektif Mayor Kriteria Subjektif Minor digunakan pada kasus dengan patologi kulit
a. Awitan dalam a. Awitan dalam 2 mingu hyperkeratosis yang bertujuan untuk peeling
beberapa menit- setelah pajanan
jam setelah b. Beberapa individu lapisan stratum korneum.7 Umumnya
pajanan dalam lingkungan yang digunakan sebagai pada kasus warts, psoriasis,
b. Gejala : nyeri, rasa sama terkenan akibat acne vulgaris dan dermatitis seboroik. Asam
terbakar, rasa tidak adanya pajanan secara salisilat berperan dalam keratolitik dengan
nyaman disertai berkelompok
gatal terutama
mencegah terjadinya phosporilasi oksidasi
pada asam salisilat 3% dapat mengakselarasi Sehingga diagnosis pada kasus merujuk pada
eksfoiliasi dan menimbukan dermatitis. 11 dermatitis kontak iritan. 7
Pada kasus didapatkan pasien
sebelumnya menderita herpes zoster thoracalis Tabel 2. Perbandingan DKI dan DKA 1,2,3
sinistra dan dalam terapi asiklovir, serta
menggunakan salep yaitu vehikulum ointment No. DKI DKA
dengan bahan dasar yang terdiri atas asam
a.Onset cenderung akut
salisilat 12%, sulfur presipitatum 10%, asam a. Onset Cenderung kronik
b.Semua orang bisa
benzoat 5%, camphora 3% dan menthol 1%. b.Hanya orang tertentu
terkena
(riwayat alergi/sensitisasi)
Berdasarkan literatur didapatkan bahwa c. Lesi awal berupa :
yang terkena
penetrasi salisilat semakin baik dengan makula, eritema,
c. Lesi awal berupa : makula,
vesikel, bula, dan
vehikulum ointment, status hidrasi yang pada erosi.
eritema, papula, melebar
kasus ini pasien mengoleskan salep setelah d.Penyebab : iritan dari tempat awal
d.Penyebab : alergen
mandi, penambahan asam benzoat sebanyak primer
e.Tidak tergantung dengan
3%, serta penggunaan berulang dengan e.Tergantung
konsentrasi bahan konsentrasi. Konsentrasi
komposisi >5%.11 Selain itu, kulit yang diolesi iritan dan status swar rendah sekalipun sudah
memiliki keadaan patologi berupa herpes kulit. Terjadi jika bahan dapat memicu DKA.
Bergantung pada tingkat
zoster yang menyebabkan penetrasi iritan iritan melewati
ambang batas sensitisasi
semakin kuat. Apabila dibandingkan komposisi f. Onset pada saat kontak
f. Onset pada saat
salep yang digunakan, durasi, frekuensi aplikasi kontak pertama
berulang
obat, keadaan patologi, serta cara pengolesan.
Tentunya asam salisilat menjadi bahan iritan
utama yang cocok pada penyakit pasien. 13 Terapi yang diberikan pada pasien ini
Diagnosis banding yang mungkin pada berupa terapi umum dilanjutkan dengan terapi
kasus ini, terdiri atas neurodermatitis dan khusus. Terapi umum yang diberikan meliputi :
dermatitis kontak alergi. Diagnosis edukasi terkait penyakit pasien yang meliputi
neurodermatits dapat disingkirkan karena penyebab, pencetus serta faktor yang
gejala klinis yang muncul pada pasien berupa memperparah penyakit, seperti penggunaan
timbul rasa gatal yang dipicu dengan salep pencetus dan menggaruk lesi kulit.
penggunaan obat salep dan efloresensi yang Pada dasarnya penatalaksanaan pada
munucl berupa patches, eritema dengan DKI terdapat tiga prinsip utama, yaitu
hiperpigmentasi dan disertai permukaan yang penghentian pajanan terhadap bahan iritan yang
berskuama. Sedangkan, neurodermatitis gejala dicurigai, perlindungan bagian tubuh yang
rasa gatal biasanya muncul pada fase istirahat, terpapar, dan penggantian bahan iritan dengan
terkait dengan stress, rasa gatal yang sangat yang tidak bersifat iritan.3 Pajanan penyebab
hebat hingga pasien dapat menggaruk dermatitis kontak iritan dalam hal ini berupa
menggunakan benda-benda kasar serta salep dengan kandungan asam salisilat 12%.
efloresensi yang dominan berupa likenifikasi Sehingga penggunaan salep tersebut harus
dengan lokasi predileksi di regio nuchae, segera dihentikan dan dilanjutkan dengan
dorsum pedis, lateral femur, gluteal dan terapi dermatitis kontak iritan berupa
terkadang brachium lateral. 3,4 pemberian obat topikal disertai dengan
Diagnosis dermatitis kontak sendiri sistemik.10
terdiri atas dermatitis kontak iritan dan Pemilihan obat topikal untuk pasien
dermatitis alergi. Apabila dilihat pada tabel 2 geriatri cukup sulit, secara umum, bentuk
yang merupakan tabel perbandingan antara sediaan salep lebih baik dari pada krim dalam
dermatitsi akut alergi dan iritan. Terlihat pengobatan dermatitis kontak. Hal ini
bahwa pasien mengalami dermatitis iritan yang disebabkan sediaan salep umumnya memiliki
mana memiliki ciri khas berupa : gejala muncul potensi sensitisasi lebih rendah dibandingkan
akut, lesi awal berupa makula vesikel atau bula, sediaan cream.10 Meskipun kortikosteroid
disebabkan oleh bahan iritan dan onset pada topikal efektif untuk sebagian besar pasien
kontak pertama. Pada kasus ini onset yang dermatitis kontak, individu dengan keterlibatan
muncul berupa 2 minggu, lesi berupa vesikel lebih dari 25% area permukaan tubuh yang
disertai dengan makula, iritan pemicu berupa bertahan secara lokal dalam kulit selama
salep dan muncul saat kontak pertama. berminggu-minggu setelah pajanan), mungkin