Anda di halaman 1dari 8

PANDUAN PRAKTIK KLINIS

KSM KEBDANAN DAN KANDUNGAN


SEMEN PADANG HOSPITAL
TAHUN 2017

DIABETES MEILLITUS GESTASIONAL

1.Pengertian Suatu intoleransi glukosa dalam berbagai derajat yang terjadi


(definisi) atau pertama kali ditemukan pada saat hamil. (ADA,2011; PERKENI,
2011)

2. Anamnesis Identifikasi faktor-faktor resiko

3. Skrining
1. Risiko rendah : tes glukosa darah tidak dilakukan secara
rutin jika :
a. Kelompok etnik dengan prevalensi kejadian DMG
yang rendah
b. Tidak ada anggota keluarga inti yang menderita
diabetes
c. Usia < 25 tahun
d. Berat badan normal sebelum hamil
e. Berat badan normal saat lahir
f. Tidak ada riwayat abnormalitas metabolisme
glukosa
g. Tidak ada riwayat obstetri yang buruk

skrining usia kehamilan 24-28 minggu


periksa HbA1C, jika 6,5 % DM

2. Risiko tinggi : tes glukosa darah dilakukan sesegera


mungkin, jika ditemukan 1 atau lebih kriteria berikut :
a. Obesitas berat
b. Riwayat yang jelas keluarga dengan DM tipe 2
c. Riwayat DMG sebelumnya, gangguan metabolisme
glukosa, atau glukosuria.

bila negatif ulangi pemeriksaan pada kehamilan


24-28 minggu
bila negatif, periksa HbA1C, jika 6,5 %
DM/

5. Diagnosis Skrining dan Diagnosis DMG ADA, 2011

Lakukan TTGO dg 75 gr glukosa setelah puasa minimal 8 jam


Diagnosis DMG dibuat jika nilai glukosa melebihi :

Puasa 92 mg/dl (5,1 mmol/l)


1 jam PP 180 mg/dl (10,0 mmol/l)
2 jam PP 153 mg/dl (8,5 mmol/l)
6. Pemeriksaan a. TTGO
Penunjang b. HbA1c
c. Cek gula darah tiap 2 minggu
d. Pemeriksaan retinopati
e. USG janin (4 chamber view:20 mg, pertumbuhan janin
dan ketuban : 28, 38 mg)
f. NST (28 mg)

7. Terapi a. Pertahankan GD 100 mg/dl 10 mg/dl.


b. Jika dengan terapi diet selama 2 minggu kadar glukosa
darah belum mencapai normal, maka terapi insulin
segera dimulai
c. Penilaian rutin uji kulit & rontgen dada. Periksa fundus
okuli, tentukan fungsi ginjal dan lakukan rangkaian
skrining berkala untuk ISK. Pada kelompok
diabetes yang disertai gangguan vaskuler, EKG harus
dilakukan pada umur berapapun.
d. Terapi insulin + pola hidup

9. Edukasi a. Kalori dianjurkan 35 kkal/kg


b. Aktivitas fisik (kegiatan jasmani sehari-hari+latihan
jasmani 3-4 x /mg slm 30 mnt)
c. Ex.jalan kaki, sepeda, renang

10. Prognosis Baik

11. Tingkat
Evidens

12. Tingkat A/B/C


Rekomendasi
13. Penelaah Dikonsultasikan dengan bidang pelayanan
Kritis
14. Indikator Berdasarkan SPM Rumah Sakit, PONEK, Permenkes
Medis

15. Kepustakaan 1. American Diabetes Association. Standards of Medical


Care In Diabetes. In Diabetes Care Journal Volume
34 Supplement 1. California. 2011: pp S11-S61
2. Fraser R, Farrel T. Diabetes. In High Risk Pregnancy.
Management Options 4th Edition. Elsevier Saunders,
St. Louis. 2011: pp 795-811
3. PERKENI. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan
Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia 2011.
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Jakarta.2011:
hal 59-60
4. Cunningham GF et al. Diabetes. In Williams Obstetrics
23rd Edition. Mc Graw Hill Companies, New York. 2010
5. National Institute For Health and Clinical Excellent
(NHS). Diabetes In Pregnancy. Management of
Diabetes Its Complication From Preconception to
Postnatal Period. NICE Clinical Guideline. London.
2008 : pp 9-19
6. Benson RC, Pernoll ML. Penyakit-penyakit Endokrin
dan Metabolik. Dalam Buku Saku Obstetri dan
Ginekologi Edisi 9. EGC. Jakarta. 2009 : hal 427-432
7. Adam JM, Purnamasari D. Diabetes Mellitus
Gestasional. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Edisi V Jilid III. Jakarta. Interna Publishing. 2009 : hal
1952-1956
RUPTURA UTERI

Riwayat Trauma
Periksa darah rutin
Riwayat operasi uterus
kultur darah
Stimulasi uterus
Fungsi pembekuan (PT ,
Partus Macet
APTT)
Nyeri abdomen akut
Golongan dan uji silangan
Syok
darah (jumlah darah yang
disiapkan tergantung
kondisi)

Diagnosis

Dari temuan saat SS Dari eksplorasi Diketahui sebelum


ulangan pasca persalinan atau
intrapartum

Laparatomi
eksploratif

Laparatomi
(Lahirkan janin)
Konservatif

Life saving

REPARASI HISTEREKTOMI
Cllinical Pathways
Penatalaksanaan tindakan operatif dilakukan paling lama 1 jam setelah diagnosis rupture
uteri ditegakkan.
Manajemen Post tindakan operatif
Manajemen Segera :
1. Manajemen Nyeri
2. Monitoring tanda-tanda vital
3. Mobilisasi mobilisasi dini kecuali jika ada kontraindikasi
4. Komunikasi
Manajemen Selanjutnya :
1. Perawatan respirasi
2. Balance cairan
Kebutuhan dasar
Penggantian cairan
3. Drain dan kateter
4. Fungsi Pencernaan
Dilatasi gaster pada pembedahan digestif
Ileus paralitik
Pseudo obstruction

Masa kritis pasien post operatif berlangsung sampai 72 jam. Pada periode ini pasien
harus dinilai cadangan fisiologisnya dengan teliti, pengawasan ketat pada system
kardiovaskuler, ginjal dan pernafasan.

Pasien ditempatkan diruang khusus (recovery room) dengan menjaga jalan pernafasan
tetap bebas, dan harus tetap dijaga sampai pasien sadar. Pada hari operasi dan esok
harinya bila mengeluh kesakitan, dapat diberikan analgetik ringan.

Ketika pasien keluar dari kamar pemulihan (recovery room) diberikan cairan intravena
antara lain NaCL 0,9% atau dextrose 5% yang diberikan bergantian menurut rencana
tertentu. Infus cairan ini diberikan karena pada saat pembedahan pasien kehilangan
sejumlah cairan dan darah, sehingga kadangkadang memerlukan transfuse darah.
Dalam 24 jam diperkirakan lebih kurang 2-3 liter cairan harus dimasukkan untuk
menggantikan cairan yang keluar yaitu urin, cairan yang keluar dari muntah, dan
evaporasi dari kulit dan pernafasan

Pemasangan DC pada post histerorapphy selama 24 jam, pemasangan DC pada post


histerektomi supravaginal selama 24-48 jam.

Pemberian antibiotika intravena : ceftriaxone 2x1 gr IV selama 2 hari, dilanjutkan dengan


pemberian antibiotika oral : ciprofloxacine 2x500 mg selama 5 hari, analgetika : asam
mefenamat 3x500 mg tablet selama 3 hari, multivitamin 1x1 tablet.

Lama perawatan 4-5 hari


Komplikasi post operatif penting :
1. Gagal nafas
2. Kegagalan penyembuhan luka
3. Demam
4. Deep Vein Trombosis
5. Oligouria
6. Ketidakseimbangan elektrolit
7. Perdarahan
8. Muntah

Anda mungkin juga menyukai