/RSQ/Dir-SPO/XII/2016
Tanggal Terbit Ditetapkan,
STANDAR Direktur RS.Qadr,
PROSEDUR 30/12/2016
OPERASIONAL
Dr. Ambril Nurdin
Direktur
Pengertian Adalah proses fisioterapi untuk menetapkan problema, mobilitas dan
pembatasan lingkup gerak sendi
Prosedur
1. Prinsip metode pengukuran
1.1. Metode pengukuran dan pencatatan yang dituliskan disini
berdasarkan pada prinsip Neutral Zero Method seperti
dikemukakan oleh Cave dan Roberts (1936)
1.2. Dalam metode ini semua gerakan sendi diukur dari Zero
Starting Position (ZSP). Derajat gerakan sendi diukur dari
posisi dalam arah gerakannya.
1.3. Sikap lurus anggioa badan pada posisi anatomis diterima
sebagai 0 dan bukan 180.
1.4. Metode ini diharapkan akan mengatasi kesimpangsiuran di
masa lalu dimana pengukuran dimulai dari berbagai posisi awal
1.5. Gerakan daripada anggota yang diukur hendaknya
dibandingkan dengan anggota yang berlawanan. Perbedaan
akan terlihat dalam derajat gerakan, atau presentase kehilangan
gerakan bila dibanding dengan anggota yang berlawanan yang
sehat.
Bila anggota yang berlawanan tidak ada, pergerakan bisa
dibandingkan dengan perkiraan gerak pada orang lain yang
sepadan dalam umur dan pertumbuhan fisik. Sedang gerakan
daripada tulang belakang mungkin dibandingkan orang lain
yang sepadan dalam umur dan fisik.
/RSQ/Dir-SPO/XII/2016
.
1.6. Pergerakan perlu dengan penjelasan bahwa pasif atau aktif.
1.7. Keterangan mengenai istilah extensi dan hiperextensi, extensi
digunakan pada gerakan lawan dari flexi, dimulai dari ZSP
adalah gerakan natural atau normal. Gerakan ini terdapat misal
pada sendi pergelangan tangan (wrist) dan sendi bahu
(shoulder). Tetapi ada gerakan lawan dari flexi yang dimulai
dari ZPS ini, dikatakan sebagai gerakan unnatural/tak normal,
seperti pada sendi siku dan lutut. Ini disebut hiperekstensi.
1.8. Perbatasan gerak sendi tersebut dan akan dijelaskan pada
halaman berikutnya.
1.9. Bila gerkan sendi menimbulkan nyeri maka usahakan
pengukuran dikerjakan dengan perlahan dan lembut.
Pengukuran akan lebih akurat apabila anggota yang diperiksa
diatur dalam posisi seenak mungkin bagi penderita.
1.10.Adanya ankilosis dianggap kehilangan gerakan secara komplit.
1.11.Penggunaan goniometer boleh memilih sesuai dengan
kebijaksanaan pemakaiannya.
1.12.Pencatatan tentang pergerakan sendi hendaknya setepat-
tepatnya dan ditulis dalam tabel secara jelas.
1.13.Tabel perkiraan gerakan sendi normal perlu dibuat sebagai
bahan pertimbangan, dan tidak mengambil salah satu saja
sebagai standar
2. Penggunaan goniometer
2.1. goniometer hendaknya terbukti cocok untuk pengukuran
gerakan sendi.
2.2. Goniometer yang dibuat terstandar diposisikan lurus atau [osisi
anggota ekstensi, dengan garis 0 terhimpit dengan 180, serta
dilengkapi dengan sepasang garis lurus sebagai dua lengan
petunjuk.
2.3. Bila tanda penunjuk untuk pengukuran pada anggota bisa
dipastikan, maka penggunaan goniometer bisa dianggap akurat.
2.4. Bila petunjuk penonjolan tulang tidak bisa ditentukan sebab
terbungkus jaringan lunak yang berlebihan atau sebab-sebab