Anda di halaman 1dari 6

PENGUKURAN ROM (Range Of Motion)

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan “protap pengukuran ROM (range of motion)” ini dalam
waktu yang telah ditentukan.
Sholawat serta salam selalu tercurahkan untuk Rasulullah SAW yang telah mengubah
zaman sehingga kita dapat menentukan yang haq dan yang bathil.
Dengan adanya penulisan laporan ini sehingga dapat membantu dalam pembelajaran,
dan bisa menyelasaikan masalah-masalah khususnya dalam ruang lingkup proses dan
pengukuran fisioterapi. Disamping itu, saya menyadari bahwa mungkin terdapat banyak
kesalahan baik penulisan maupun dalam penyusunannya yang tidak saya ketahui.
Makassar, 06 Oktober 2018

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengukuran ROM atau jarak antar sendi penting untuk dilakukan oleh fisioterapis
dalam rangka untuk mendeteksi adanya gangguan gerakan fungsi gerak pada persendian
pasien. ROM yang terbatas memberikan informasi adanya gangguan pada sendi yang terbatas
tersebut sehingga perlu dicari apa penyebab keterbatasannya. Penyebab tersebut bisa berupa
nyeri, perlengketan jaringan intra artikular, pembengkakan di sekitar sendi, pemendekan
jaringan otot/tendon sekitar sendi, dan atau terhalang oleh sesuatu di luar sendi, dan
sebagainya. Untuk memastikannya, maka perlu dilakukan pemeriksaan pengukuran yang lebih
spesifik.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan ROM?
2. Apakah tujuan dari pengukuran ROM?
3. Apa saja jenis-jenis pengukuran ROM?
4. Hal-hal apa yang harus diperhatikan dalam pengukuran ROM?
5. Apakah prinsip pengukuran ROM?
6. Bagaimana cara melakukan pengukuran ROM?
C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian ROM
2. Menjelaskan tujuan pengukuran ROM
3. Menjelaskan jenis-jenis pengukuran ROM
4. Menjelaskan hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengukuran ROM?
5. Menjelaskan prinsip pengukuran ROM
6. Terampil melakukan pengukuran ROM

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi ROM
Range Of Motion (ROM) merupakan luas lingkup gerak sendi yang bisa dilakukan oleh
suatu sendi dan merupakan ruang gerak/batas-bata gerakan dari suatu kontraksi otot dalam
melakukan gerakan, apakah otot tersebut dapat memendek atau memanjang secara penuh atau
tidak.
ROM merupakan istilah untuk menggambarkan seberapa luas sendi dapat bergerak.
Selain itu, ROM adalah jarak pergerakan penuh dari sebuah sendi yang dapat terjadi antara
atau beberapa tulang.
Struktur yang terlibat di dalam ROM sendi adalah jaringan otot, permukaan sendi,
kapsul, ligamen, fasciae, pembuluh darah dan saraf.

B. Tujuan Pengukuran ROM


Tujuan pengukuran ROM adalah :
1. Mengetahui lingkup gerak satu sendi dibandingkan sendi lainnya. Misalnya antara sendi yang
sakit dengan sendi yang normal
2. Mengevaluasi keberhasilan intervensi atau pemberian terapi
3. Mendokumentasikan kemajuan lingkup gerak suatu sendi
4. Membantu meningkatkan motivasi pasien
5. Dapat digunakan untuk penelitian
C. Jenis Pengukuran ROM
1. Metode pengukuran ROM
Metode dalam pengukuran ROM dapat dilakukan secara :
a. Aktif ROM
Gerakan sendi yang sepenuhnya dikontrol oleh otot pada sendi yang bersangkutan sehingga
dikenal dengan internal force ROM.
b. Pasif ROM
Gerakan sendi yang sepenuhnya ditimbulkan oleh usaha dari luar dengan bantuan orang
lain/fisioterapis, pengaruh gravitasi, dan atau alat tertentu, sehingga dinyatakan
sebagai eksternal force ROM.
c. Aktif-Assistif ROM
Perubahan ruang lingkup gerak sendi yang terjadi karena selain dikontrol oleh otot disekitar
sendi juga dibantu dari luar/fisioterapis.
2. Jenis Pengukuran ROM
a. ZSP (zero starting position)
Posisi awal gerakan (sendi lurus) dikatakan sebagai 0 derajat bukan 180 derajat, berarti
awal gerakan dimulai dan menjauhi tubuh ke arah mendekati tubuh.
Metode tersebut dikenal juga dengan sebutan ISOM (International Standard
Orthopedic Measurement). Beberapa kekhususan metode pengukuran ROM dengan ISOM
adalah :
1) Cara penulisan yang disingkat : F 0 . 0 . 135° akhir gerakan ke arah mendekati tubuh (dibuat
dalam 3 kategori angka numerik).
a) Huruf F menunjukkan bidang gerak yaitu frontal
b) Angka numerik 0 yang pertama menunjukkan angka hiperekstensi, contoh -15° adalah
hiperekstensi elbow joint
c) Angka numerik 0 yang kedua menunjukkan angka posisi netral elbow joint
d) Angka numerik yang ketiga (misalnya 135°) menunjukkan full fleksi elbow joint.
2) Makna dari penulisan
a) Ada atau tidaknya hiperekstensi
b) Ada atau tidaknya stiffness joint yang dinyatakan dalam derajat tertentu.
c) Ada atau tidaknya posisi lingkup gerak sendi yang ada yang dinyatakan dalam derajat tertentu
3) Makna dari cara pengukuran
Diukur berdasarkan derajat-derajat dari limitasi dan atau lingkup gerak sendi yang ada,
sehingga pengukuran ZSP/ISOM tersebut praktis namun memiliki multi interpretasi.
b. Metode pengukuran konvensional
Pengukuran ROM yang dimulai dan diakhiri sesuai dengan arah dan bidang gerak
sendi. Misalnya dari arah fleksi elbow ke ekstensi dan atau arah ekstensi elbow ke fleksi,
sehingga cara membacanya harus selalu dicantumkan arah gerakan sendi, misalnya arah
gerakan dari ekstensi ke fleksi elbow atau dari fleksi ke ekstensi elbow. Pada metode
pengukuran tersebut ditentukan lingkup ROM yang limitasi yang kemudian digabung dengan
lingkup ROM yang tersedia serta tidak ditentukan bidang gerak sendi yang ada.
c. Metode pengukuran lingkup multisendi
Metode pengukuran lingkup multisendi berdasarkan teori dari Djohan Aras. Metode
pengukuran beberapa sendi yang dilakukan sekaligus secara bersamaan dengan menggunakan
meteran untuk mengetahui seberapa besar perubahan lingkup sendi yang terjadi secara
bersama-sama. Pada umumnya digunakan pada sekumpulan sendi yang posisinya saling
berdekatan misalnya pada kolumna verttebralis, karena pada kolumna vertebralis sulit diukur
lingkup sendinya pada setiap ruas sendi vertebra. Contoh pengukuran lingkup sendi fleksi pada
regio lumbosakral.
3. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengukuran ROM
a. Rehabilitas :
Hilangkan faktor penghambat seperti pakaian, variasi posisi, jam, dsb.
b. Umur:
1). Pada umur 20-30 tahun terjadi perubahan ROM
2). ROM stabil pada usia >30-60 tahun dalam artian perubahan lingkup gerak sendi relatif
stabil
3). Usia >60 tahun akan terjadi perubahan-perubahan berupa penurunan ROM karena faktor
degeneratif.
c. Jenis Kelamin:
Wanita cenderung lebih besar ROMnya dibandingkan pria
d. Sisi dominan:
Normal gerak sendi tidak ada perbedaan kanan dan kiri
e. Tipe gerakan:
Gerakan yang dilakukan apakah gerakan aktif, pasif, ataupun aktif-assistif
f. Validitas alat ukur:
Alat ukur yang digunakan adalah goniometer yang sesuai dengan ciri sendi. Misalnya sendi
yang besar menggunakan goniometer yang besar, dsb.
g. Tingkat pengetahuan dan penguasaan fisioterapis
Melakukan pengukuran dengan cara menentukan titik ukur yang akurat, dan melakukan
interpretasi berdasarkan parameter alat ukur ROM yang baku pada setiap sendi.
4. Prinsip pengukuran ROM
a. Positioning pasien
b. Ketersediaan alat ukur (jenis-jenis goniometer) dan parameter
c. Akurasi fisioterapis yang melakukan pengukuran
5. Praktek melakukan pengukuran ROM
a. Persiapan
1). Siapkan pasien dalam tanpa penghalang
2). Mempersiapkan alat/jenis-jenis goniometer
3). Mempersiapkan protap pengukuran ROM
b. Pelaksanaan
1). Fisioterapis memposisikan pasien sedemikian rupa, mempersiapkan goniometer sesuai
dengan sendi yang akan di ukur serta parameter pengukuran berdasarkan protap
2). Berkomunikasi kepada pasien tentang tujuan pengukuran
3). Fisioterapi menentukan titik fulcrum pada sendi yang akan diukur, tangkai fixator pada
goniometer diletakkan pada medial lain bagian sendi inmobile, sedangkan tungkai goniometer
yang lainnya diposisikan pada medial line bagian sendi yang mobile, selain itu jika
menggunakan meteran, maka pasien diposisikan berdiri pada posisi ekstensi mulai dari C0 ke
S1 (dapat dimodifikasi) kemudian pasien dihiperfleksikan lalu fisioterapis membandingkan
antara posisi terpendek pada hiperekstensi ke posisi terpanjang pada posisi hiperfleksi kolumna
vertebralis. Parameter normal jika mencapai selisih 10 cm. Kurang dianggap hipo, dan lebih
dianggap hiper. Sedangkan penggunaan inklinometer , yakni posisi pasien sedemikian rupa,
lalu inklinometer diletakkan pada titik fulcrum yang telah ditentukan (posisi netral) kemudian
pasien melakukan gerakan aktif atau pasif lalu diliat pada angka inklometer kemudian
membandingkan dengan parameter yang ada untuk diinterpretasikan, kemuian dicatat.
4). Fisioterapis memberikan instruksi kepada pasien sesuai dengan jenis pengukuran ROM
yang dikehendaki (misalnya gerakan aktif, pasif, atau aktif-asisstif) dan pada akhir lingkup
gerak sendi fisioterapis membaca nilai yang tertera pada goniometer.
5). Fisioterapis menginterpretasikan nilai akhir pada ROM yang dicapai dengan
membandingkan parameter pengukuran sendi yang tersedia, lalu didokumentasikan.
6. ROM normal setiap regio
LETAK GONIOMETER ROM NORMAL
GERAKAN
CERVICAL
Ekstensi/Fleksi Temporomandibular joint Garis S.45° - 0° - 40°
Lat,Fleksi Destra/Sinistra tengah proc.mastoideus F.45° - 0° - 45°
Rotasi Destra/Sinistra Garis tengah hidung R.50° - 0° - 50°
THORACAL & LUMBAL
Ekstensi/Fleksi Garis tengah tubuh S.30° - 0° - 85°
Lat,Fleksi Destra/Sinistra Garis tengah vertebra F.30° - 0° - 30°
Rotasi Destra/Sinistra Garis tengah sutura frontalis R.45° - 0° - 45°
SHOULDER
Ekstensi/fleksi Titik tengah aspek lat.acromion S.50° - 0° - 170°
Abduksi/Adduksi Titik tengah aspek ant.acromion F.170° - 0° - 75°
Abd/Add Horizontal Titik tengah aspek lat.acromion T.30° - 0° - 135°
Ekso/Endorotasi Olecranon os ulna R.90° - 0° - 80°
ELBOW
Ekstensi/fleksi Epicondylus lateran humerus S.0° - 0° - 150°
Supinasi/Pronasi Jari ke tiga R.90° - 0 - 80°
WRIST
Ekstensi/Fleksi Os Triquetrum S.50° - 0° - 60°
Radial/ulnar Deviasi Os capitatum F.20° - 0° - 30°
CARPOMETACARPAL 1
Ekstensi/Fleksi Proc. Styloideus radi S.0° - 0° - 50°
Abduksi/Adduksi Proc. Styloideus radi F.30° - 0 - 70°
METACARPAL PHALANGS
Ekstensi/fleksi Tumb Bagian dorsum MCP S,90° - 0° - 55°
Ekstensi/Fleksi Jari 2-5 Bagian dorsum MCP S.45° - 0° - 90°
Abduksi/Adduksi Bagian dorsum MCP F.30° - 0° - 0°
PROKS. INTERPHALANGS
Ekstensi/fleksi tumb Bagian dorsum IP S.5° - 0° - 90°
Ekstensi/fleksi jari 2-5 Bagian dorsum IP S.0° - 0° - 115°
DIS, INTERPHALANGS
Ekstensi/fleksi jari 2 – 5 Bagian dorsum IP S.20° - 0° - 90°
HIP
Ekstensi/fleksi Trokhantor mayor S.15° - 0° -125°
Abd/Adduksi SIAS F.45° - 0° - 15°
Ekso/Endorotasi Titik tengah Os.Patella R.45° - 0° - 45°
KNEE
Ekstensi/Fleksi Epicondylus Lat.Femur S.0° - 0° - 135°
Ekso/Endorotasi Calcaneus R.40° - 0° - 35°
ANKLE
Plantar/Dorso fleksi Maleolus Lat.Fibula S.20° - 0° - 35°
Eversi/Inversi Garis tengah jari kedua R.30° - 0° - 20°
METATARSAL PHALANGS
Ekstensi/Fleksi Bagian dorsum MTP S.40° - 0° - 40°
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Range Of Motion (ROM) merupakan luas lingkup gerak sendi yang bisa dilakukan oleh
suatu sendi dan merupakan ruang gerak/batas-bata gerakan dari suatu kontraksi otot dalam
melakukan gerakan, apakah otot tersebut dapat memendek atau memanjang secara penuh atau
tidak.
B. Saran
Dalam penulisan protap ini masih banyak kekurangan dan kejanggalan, maka untuk itu
saya sangat mengharapkan motivasi dan bimbingan dari Bapak Dosen
pengajar serta teman-teman, sehingga dapat saya gunakan sebagai acuan dalam
penulisan protap berikutnya.
Diharapkan mahasiswa mampu menerapkan ilmu tersebut dalam praktek fisioterapi dan
bagi para pembaca diharapkan dapat memanfaatkan protap ini dengan sebaik – baiknya sebagai
penambah ilmu pengetahuan.

Anda mungkin juga menyukai