Anda di halaman 1dari 20

PROTAP

PENGUKURAN NYERI & FUNGSI KOGNITIF

DISUSUN OLEH

PUJA ASMAUL HUSNA (R021181001)

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2019

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan “Pengukuran Nyeri dan
Fungsi Kognitif ” ini dalam waktu yang telah ditentukan.

Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada kepada Rasulullah SAW sebagai
pembaharu zaman sehingga kita dapat membedakan yang benar dan salah.

Dengan selesainya pengerjaan protap ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Andi Rahmaniar, S.
Ft.,Physio.,M.Kes sebagai dosen penguji dan asistensi yang telah membantu penulis dalam
menyukseskan protap ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat, tata
bahasanya maupun materi yang kami sampaikan. Oleh karena itu dengan senang hati kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki karya tulis
ini.Akhir kata kami berharap semoga “Pengukuran Nyeri dan Fungsi Kognitif ”dapat bermanfaat
untuk orang lain dan dapat menginsiprasi pembaca.

Makassar, 10 Oktober 2020

                                                               

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL…………………………………………………………………………………...……...i
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
1.1. Definisi Range of Motion (ROM)..................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..........................................................................................................................1
1.3. Tujuan Pemeriksaan.......................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................................2
2.1. Definisi..........................................................................................................................................2
2.2. Tujuan Praktikum:.........................................................................................................................2
2.3. Metode dan Jenis Pengukuran ROM.............................................................................................3
2.3.1. Metode Pengukuran ROM........................................................................................................3
2.3.2. Jenis Pengukuran ROM............................................................................................................3
2.4. Pelaksanaan Pengukuran...............................................................................................................4
2.5. Tabel ROM normal ekstremitas superior dan inferior:.................................................................6
2.4. Cara Penulisan..............................................................................................................................6
2.6. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan dalam Pengukuran ROM........................................................7
2.7. Tabel Hasil Pengukuran Klien......................................................................................................8
BAB III PENUTUP.................................................................................................................................11
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................................11
3.2 Saran...........................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Definisi Nyeri (pain)


Luas gerak sendi merupakan teknik paling dasar untuk menilai suatu
gerakan.Aktivitas fungsional dapat dilihat dari gerakan yang dilakukan.Struktur tubuh
seperti otot ataupun struktur dari luar tubuh menggerakkan tulang untuk menimbulkan
gerakan ke berbagai pola.Ketika seseorang bergerak, suatu kontrol yang mengatur aktivitas
otot dikeluarkan dari sistem saraf pusat.Tulang, struktur sendi, begitup fleksibilitas dan
integritas jaringan lunak yang beradadisekitar sendi bekerja bersama-sama menciptakan
sebuah gerakan.
Gerakan maksimal suatu sendi disebut juga sebagai Luas Gerak Sendi (LGS) atau
Range of Motion (ROM).Ketika sendi bergerak dalam luas gerak sendinya, semua struktur
seperti otot, permukaan sendi, kapsul, ligamen, fascia, pembuluh darah, dan saraf di area
tersebut terlibat.Luas gerak sendi dapat dideskripsikan sebagai gerak sendi dan gerak
otot.Gerak sendi yang lazim digunakan seperti fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, dan
rotasi.Gerak sendi biasanya diukur menggunakan goiniometer dalam satuan derajat.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud Nyeri
2.
3. Apa saja tujuan pengukuran ROM?
4. Apa saja metode dan Jenis Pengukuran ROM?
5. Bagaimana prosedur/ tata cara pengukuran Nyeri dan Fungsi Kognitif ?

1.3. Tujuan Pemeriksaan


1. Untuk mengetahui maksud atau pengertian ROM
2. Untuk mengetahui tujuan ROM
3. Untuk mengetahui metode dan Jenis Pengukuran ROM
4. Untuk mengetahui prosedur/ tata cara pengukuran ROM
5. Untuk mengetahui bagian-bagian/part tubuh dari ROM eksteremitas superior

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi
Range of Motion exercise (ROM) atau biasa juga disebut Latihan Luas Gerak Sendi
(LGS) adalah latihan untuk mengembalikan kemampuan luas gerak sendi seseorang demi
tercapainya fungsional yang lebih baik.(Carolyn, Kisner & colby. 1990).

Goniometer berasal dari sua kata dalam bahasa yunani gonia yang berarti sudut dan
metron yang berarti ukur. Sehingga dapat disimpukan bahwa goniometer berkaitan dengan
pengukuran sudut. Goniometri dapat digunakan untuk menentukan posisi sendi yang tepat
dan jumlah total dari gerakan yang dapat terjadi pada suatu sendi.

Sedangkan korelasi antara ROM dan goniometer sangatlah erat dimana pengukuran
dilakukan terhadap ROM klien/pasien yang menyangkut gerak dan lingkup sendi sedang
goniometer merupakan alat yang digunakan dalam pengukuran ROM tersebut.

2.2. Tujuan Praktikum:


1. Mengetahui lingkup gerak suatu sendi dengan membandingkan antara sendi normal dan
sendi sakit
2. Mengetahui keberhasilan dan intervensi yang diberikan
3. Mendokumentasikan kemajuan lingkup gerak suatu sendi
4. Membantu meningkatkan motivasi klien/pasien
5. Dapat digunakan sebagai suatu penelitian

2.3. Metode dan Jenis Pengukuran ROM

2.3.1. Metode Pengukuran ROM

Metode pengukuran ROM dapat dilakukan secara pasif, aktif, dan aktif-assistif.
a. Pasif : Sepenuhnya gerakan ditimbulkan oleh usaha dari luar atau fisioterapis,
pengaruh grativitasi dan atau alat tertentu, sehingga dinyatakan sebagai external force
ROM.

2
b. Aktif : Sepenuhnya gerakan sendi dikontrol oleh otot pada sendi yang bersangkutan
sehingga dikenal dengan internal force ROM.
c. Aktif – Assistif : Perubahan lingkup gerak sendi yang terjadi karena selain dikontrol
oleh otot di sekitar sendi juga dibantu dari luar atau fisioterapis.

2.3.2. Jenis Pengukuran ROM

a. ZSP (zero starting position)


Posisi awal gerakan (sendi lurus) dikatakan sebagai 0 derajat bukan 180 derajat,
berarti awal gerakan dimulai dari menjauhi tubuh kea rah mendekati tubuh.Metode ini
dikenal juga dengan ISOM (International Standard Orthopedic Measurement).
Metode pengukuran ROM dengan ISOM
1) Penulisannya singkat : F : 0 . 0 . 1350
 Huruf F menunjukkan bidang gerak
 Angka numerik 0 yang pertama menunjukkan angka hipertekstensi
 Angka numerik 0 yang kedua menunjukkan angka pada posisi netral
 Angka numerik yang ketiga menunjukkan gerakan full
2) Makna dari penulisan
 Ada atau tidaknya posisi hiperekstensi
 Ada atau tidaknya stiffness joint yang dinyatakan dalam derajat tertentu
 Ada atau tidaknya posisi lingkup gerak sendi yang ada yang dinyatakan
dalam derajat tertentu
3) Makna dari cara pengukuran
Diukur berdasarkan derajat-derajat dari limitasi dan atau lingkup gerak sendi
yang ada, sehingga pengukuran ZSP atau ISOM tersebut praktis namun memiliki
multiinterpretasi.
b. Metode Pengukuran Konvesional
Metode pengukuran konvesional yakni pengukuran ROM yang dimulai dan
diakhiri sesuai dengan arah dan bidang gerak sendi.
c. Metode Pengukuran Lingkup Multisendi

3
Metode pengukuran lingkup multisendi yakni metode pengukuran beberapa sendi
yang dilakukan sekaligus secara bersamaan dengan menggunakan meteran untuk
mengetagui seberapa besar perubahan lingkup sendi yang terjadi secara bersama-
sama.

2.4. Pelaksanaan Pengukuran


1. Alat dan bahan yang perlu dipersiapkan:
a. Goniometer
b. Meteran
c. Form hasil pengukuran
d. Alat tulis

2. Persiapan terapis:

a. Membersihkan tangan sebelum melakukan pengukuran

b. Melepas semua perhiasan/asesoris yang ada di tangan.

c. Memakai pakaian yang bersih dan rapih.

3. Persiapan pasien

a. Mengatur posisi pasien yang nyaman, segmen tubuh yang diperiksa mudah dijangkau
pemeriksa.

b. Segmen tubuh yang akan diperiksa bebas dari pakaian, tetapi secara umum pasien masih
berpakaian sesuai dengan kesopanan.

4. Pelaksanaan pemeriksaan

a. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri dan meminta persetujuan pasien secara lisan.

4
b. Menjelaskan prosedur & kegunaan hasil pengukuran Range Of Motion (ROM) / Lingkup
Gerak Sendi (LGS) pasien.

c. Memposisikan pasien pada posisi tubuh yang benar (anatomis),

d. Sendi yang diukur diupayakan terbebas dari pakaian yang menghambat gerakan.

e. Menjelaskan dan memperagakan gerakan yang hendak dilakukan pengukuran kepada


pasien.

f. Menentukan aksis gerakan sendi yang akan diukur.

g. Meletakkan goniometer :

1) Aksis goniometer pada aksis gerak sendi.

2) Tangkai statik goniometer sejajar terhadap aksis longitudinal segmen tubuh yang statik.

3) Tangkai dinamik goniometer sejajar terhadap aksis longitudinal

h. Membaca besaran LGS pada posisi awal pengukuran dan mendokumentasikannya


dengan notasi ISOM.

i. Menggerakkan sendi yang diukur secara pasif, sampai LGS maksimal yang ada.
Memposisikan goniometer pada LGS maksimal sebagai berikut:

1) Aksis goniometer pada aksis gerak sendi.

2) Tangkai statik goniometer sejajar terhadap aksis longitudinal segmen tubuh yang statik.

3) Tangkai dinamik goniometer sejajar terhadap aksis longitudinal segmentubuh yang


bergerak.

5
j. Membaca besaran LGS pada posisi LGS maksimal dan mendokumentasikannya dengan
notasi International Standard Orthopedic Measurement (ISOM).

6
2.5. Tabel ROM normal ekstremitas superior dan inferior:
No Sendi/segmen ROM Normal
S: 45°- 0°- 45°
1 Cervical R: 45°- 0°- 45°
F: 60°- 0°- 60°
S: 60°- 0°- 180°
F: 180°- 0°- 75°
2 Shoulder
T: 30°- 0°- 35°
R: 90°- 0°- 70°
S: 0°- 0°- 150°
3 Elbow
R: 80°- 0°- 80°
S: 70°- 0°- 80°
4 Wrist
F: 20°- 0°- 30°
S: 0°- 0°- 50°
5 Carpometacarpal 1
F: 0°- 0°- 70°
S: 45°- 0°- 90°
6 Metacarpo phalanges
F: 30°- 0°- 0°
S: 20°- 0°- 80°
7 Proximal Interphalanges
S: 0°- 0°-100°
8 Distal Interphalanges S: 0°- 0°- 90°

2.4. Cara Penulisan


1. Huruf F = bidang gerak, yaitu Frontal

2. Angka numerik 0 yang pertama menunjukkan angka hiperekstensi, contoh : -15° adalah
hiperextensi elbow joint atau dengan kata lain bidang yang menjauhi tubuh lebih dulu
disebutkan sebelum yang mendekati tubuh

3. Angka numerik 0 yang kedua menunjukkan angka pada posisi netral elbow joint.

4. Angka numerik yang ketiga (misal) 135°) menunjukkan full fleksi elbow joint

F: 0°.0°.135°

7
 Makna dari Penulisan

1. Ada atau tidaknya posisi hiperekstensi

2. Ada atau tidaknya stiffness joint yang dinyatakan dalam derajat tertentu

3. Ada atau tidaknya posisi lingkup gerak sendi yang ada yang di nyatakan dalam derajat
tertentu.

2.6. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan dalam Pengukuran ROM

1. Reliabilitas
 Hilangkan faktor penghambat (pakaian, variasi posisi, jam yang berbeda)
2. Umur
 Pada umur 20-30 tahun terjadi perubahan ROM
 ROM stabil  30-60 tahun dalam artian perubahan lingkup gerak sendi relative stabil
 Usia  60 tahun akan terjadi perubahan-perubahan berupa penurunan ROM karena
faktor degenerative
3. Jenis Kelamin
 ROM wanita cenderung lebih besar disbanding pria
4. Sisi Dominan
 Normal gerak sendi tidak ada perbedaan kanan atau kiri
5. Tipe Gerakan
 Gerakan yang dilakukan apakah aktif atau pasif atau dibantu
6. Validitas Alat Ukur
 Alat ukur yang digunakan adalah goniometer yang sesuai dengan ciri sendi
7. Tingkat pengetahuan dan penguasaan fisioterapis yang melakukan pengukuran antara lain
menentukan titik ukur yang akurat, dan melakukan interpretasi berdasarkan parameter
alat ukur ROM yang baku pada setiap sendi.

8
2.7. Tabel Hasil Pengukuran Klien (An. Jusriani)

N Sendi/ Goniometer Aligment Normal Range Posisi Posisi


Posisi Pasien
O Segmen Stationary Fulcrum/ Movement
Rom Awal pasien akhir pasien
Arm (S) Axis (F) Arm (M)

S: Tegak lurus lurus ke


Duduk langit-langit
tegak F: Temporal Mandibular
S: 40°.0°.40°
senyaman joint
mungkin M: sejajar dengan nasal

Duduk S: proc. acromion


1 Cervical tegak F: POE
R:40°.0°.40°
senyaman M: ujung nasal
mungkin

Duduk S: Tegak ke lantai


tegak F: proc. Spinosus (C7)
F:45°.0°.45°
senyaman M: POE
mungkin

2 Shoulder Terlentang/ S: tegak lurus ke lantai S:60°.0°.180°


tengkurap F: Titik tengah aspek lat.
atau duduk acromion
M: epycondilus lateral

9
dari humerii

F:180°.0°.70°
S: tegak lurus ke lantai
F: Titik tengah aspek lat.
Terlentang acromion
atau duduk M: epycondilus lmedial
dari humerii

S: sejajar dengan tulang


lengan bawah
F: Titik tengah aspek
Terlentang
lateral acromion T:30°.0°.35°
atau duduk
M: epyconsilus medial
dari humerii

S: sejajar dengan proc.


acromion
Terlentang F: Olecranon os. Ulna R:90°.0°.65°
atau duduk M: proc. Styloideus dari
ulna

10
S: sejajar dengan proc.
acromion
Duduk F: Epycondilus lat.
senyaman humerus
S:0°.0°.150°
mungkin M: proc. Styloideus dari
radii

S: Tegak lurus terhadap


langit-langit
3 Elbow
F: proc. Styloideus dari
radii (supinasi)
proc. Styloideus dari ulna
Duduk
(pronasi)
senyaman R:75°.0°.75°
M: proc. Styloideus dari
mungkin
ulna (supinasi)
proc. Styloideus
radii(pronasi)

4 Wrist Duduk S: sejajar dengan ulna S:70°.0°.80°


senyaman F: os. triquetrum
mungkin M: sejajar dengan
metacarpal
ke V

11
S: sejajar dengan
eycondilus lateral
Duduk
humerii
senyaman F:20°.0°.30°
F: os capitatum
mungkin
M: jari tengah

5 Carpo
metacarpal 1

S: sejajar dengan radius


Duduk F: proc. Styloideus radii
senyaman M: sejajar dengan dengan S:0°.0°.50°
mungkin interphalanges

Duduk S: sejajar dengan radius F:0°.0°.60°


senyaman F: proc. Styloideus radii
mungkin M: sejajar dengan dengan
interphalanges

12
6 Metacarpo
Phalanges
S: sejajar dengan
(MCP)
Duduk metacarpal
senyaman F: bagian dorsum MCP S:45°.0°.90°
mungkin M: Proximal phalnges
(Thumb)

S: sejajar dengan
Duduk metacarpal
senyaman F: bagian dorsum MCP S:40°.0°.80°
mungkin M: Proximal phalnges

Duduk S: sejajar dengan F:30°.0°.0°


senyaman metacarpal
mungkin F: bagian dorsum MCP
M: Proximal phalnges

13
S: sejajar dengnan prox.
phalange
Duduk
F: bagian dorsum IP
senyaman S:5°.0°85°
M: sejajar dengan jari
mungkin
tengah

Proximal
7 Interphalanges
(IP Proximal)

S: sejajar dengnan prox.


phalange
Duduk
F: bagian dorsum IP
senyaman S:0°.0°.10°
M: sejajar dengan jari
mungkin
tengah

14
S: pertengahan dorsal
dari jari tengah
Distal Duduk
F: bagian dorsum IP
8 Interphalanges senyaman S:0°.0°.45°
M: sejajar dengan jari
(IP distal) mungkin
bagian dixtal

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Jadi berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa ada beberapa faktor yang
sangat berpengaruh tehadap pengukuran ROM salah satunya yakni usia dimana makin
bertambahnya usia maka limitasi gerak sendi akan meningkat, jenis kelamin, aktivitas,
reabilitas serta kecekatan dan ketelitian fisioterapi dalam mengangani pasien/kliennya .
Oleh sebab itulah dalam melakukan proses pengukuran kita harus berhati-hati dan teliti,
agar hasil yang diperoleh dapat akurat dan tepat sehingga kita dapat menentukan
interpretasi dari kondisi atau keadaan klien tersebut. Dari hasil pengukuran tersebut dapat
disimpulkan bahwa klien (Jusriani) memiliki interpretasi normal untuk pengukuran
tersebut.

3.2 Saran
Agar dapat memahami pengukuran ROM, selain pemahaman mengenai tata cara
pelaksanaan pemeriksaan dari pakar/ahli secara langsung, perlu adanya pemahaman
terhadap materi-materi dari sumber keilmuan yang ada seperti buku, internet, dan lain-
lain. Disisi lain penulis mengajak agar mahasiswa fisioterapi khususnya juga harus bisa
mempraktekkan pengukuran ROM pada sahabat sehingga dikemudian hari pasien/klien
merasa yakin dan puas dengan kinerja dalam proses pemeriksaan ROM tersebut. Penulis
berharap dengan adanya protap ini, dapat membantu para pembaca dalam hal praktikum
ROM ekstremitas superior.

16
DAFTAR PUSTAKA

Aras, Djohan. 2019. Proses dan Pengukuran Fisioterapi. Physio Sakti: Makassar.

Fallis, A. G. 2013. 53 Journal of Chemical Information and Modeling

Fruth, J. Stacie. 2014. Fundamentals of the Physical Therapy Examination

17

Anda mungkin juga menyukai