LATAR BELAKANG
Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering ditemukan
seperti penggunaan antibiotok sudah cukup maju dan beredar luas di masyarakat. Secara
epidemiologis, hampir 25-35% perempuan dewasa pernah mengalami ISK selama hidupnya.
Di Amerika Serikat, terdapat >7 juta kunjungan pasien dengan ISK di tempat praktik umum.
Escherichia coli yang melakukan invasi secara asending ke saluran kemih dan menimbulkan
reaksi peradangan. Kejadian infeksi saluran kemih dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
usia, jenis kelamin, kelainan pada saluran kemih, kateterisasi, penyakit diabetes, kehamilan,
dan lain-lain. Ilmu kesehatan modern saat ini telah memudahkan diagnosis dan terapi infeksi
saluran kemih sehingga dengan deteksi dini faktor predisposisi dan pengobatan yang adekuat
dengan antibiotik yang sesuai maka pasien dapat sembuh sempurna tanpa komplikasi.
1
BAB II
ILUSTRASI KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. W
Umur : 46 tahun
Alamat : Kemlagi
Agama : Islam
Suku : Jawa
Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : IRT
Pasien merasakan kencing nyeri selama 4 hari ini. Pasien menjadi lebih
sering BAK di malam hari, hingga 12 kali. Kencing tidak ada darah, dan tidak ada
kotoran yang keluar. Badan terasa sumer. Pasien mengaku kurang minum air
2
Riwayat Penyakit Dahulu
HT (-) DM (-)
HT (-) DM (-)
Kondisi : Cukup
Suhu : 37.0 0C
Nadi : 84x/menit
RR : 20x/menit
Status Generalis
3
BAB III
Hal pertama yang perlu dilakukan adalah menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit
yang sedang diderita pasien saat ini merupakan suatu infeksi pada saluran kencingnya yang
bersifat ringan, dapat disembuhkan dengan obat antibiotik yang harus diminum tuntas
minimal 7 hari. Dan diberikan obat pereda nyeri. Serta, menjelaskan kepada pasien bahwa
untuk tidak kurang minum air putih sehari-hari, tidak menahan kencing, dan membersihkan
diri dengan cara yang benar.
Terapi medikamentosa yang menjadi pilihan adalah obat antibiotik per oral, yaitu
Ciprofloxacin 2 x 250 mg untuk mengobati ISK kasus ringan sampai sedang, diminum 7-10
hari. Bila setelah itu masih terdapat keluhan, kontrol ke puskesmas.
Terapi non medikamentosa yang diberikan berupa edukasi faktor risiko dari ISK, agar
pasien tidak kurang minum air putih sehari-harinya, tidak menahan kencing, dan
membersihkan diri dengan cara yang benar yaitu dari depan ke belakang.
4
BAB IV
PELAKSANAAN
Pasien diedukasi untuk mematuhi terapi yang diberikan dari puskesmas dan pasien
diedukasi untuk kontrol kembali ke Puskesmas Kemlagi bila masih terdapat keluhan setelah
obat habis. Pasien mendapatkan obat antibiotik Ciprofloxacin 2 x 250 mg, kemudian pereda
nyeri Parasetamol 3 x 500 mg (bila diperlukan).
5
BAB V
Monitoring dan evaluasi dilakukan selama pasien dirawat jalan di Puskesmas Kemlagi
dengan meminta pasien untuk kontrol lagi bila keluhan tidak membaik. Diharapkan dengan
pemberian terapi antibiotik yang adekuat, edukasi, serta kepatuhan pasien, kondisi pasien
dapat membaik.
6
BAB VI
LAMPIRAN