Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dorongan untuk merawat diri sendiri dipandang sebagai kesempatan untuk
membangun kepercayaan diri untuk mengelola kesehatan dan juga awal langkah yang
positif dalam hubungan antara pasien dan tenaga medis. Swamedikasi merupakan sebuah
tahap pembangunan kesehatan dimana setiap orang memiliki hak dalam menentukan
kualitas selfcare-nya sehingga dapat memanajemen keuangan sendiri dengan keuntungan
mampu menghindarkan dari perawatan yang tidak rasional (Gupta et al,. 2011).
Faktor lain yang mempengaruhi tindakan swamedikasi diantaranya yaitu
mendesaknya perawatan yang dibutuhkan, penanganan pertama pada pasien sakit,
kekurangannya pelayanan kesehatan, ekonomi yang rendah, ketidakpercayaan terhadap
tenagamedis, pengaruh informasi dari iklan, ketersediaan obat yang melimpah di toko-
toko atau warung, dan salah satu faktor yang sering dialami oleh masyarakat yaitu
karena terbatasnya keterjangkauan akses kesehatan di daerah pedesaan atau terpencil
(Phalke et al, 2006). Peran pengobatan sendiri adalah untuk mengatasi dan
menanggulangi secara cepat dan efektif keluhan yang tidak memerlukan konsultasi
medis, mengurangi beban biaya dan meningkatkan keterjangkauan masyarakat terhadap
pelayanan medis (Supardi & Notosiswoyo, 2005).
Batuk merupakan salah satu gangguan kesehatan yang dianggap ringan atau
suatu refleks pertahanan tubuh untuk mengeluarkan benda asing dari saluran pernafasan.
Batuk juga melindungi paru-paru dari aspirasi asing yaitu masuknya benda asing dari
saluran cerna maupun saluran nafas bagian atas. Saluran nafas bagian atas dimulai dari
tenggorokan, trakhea, bronkhioli sampai ke jaringan paru. Batuk sendiri dibedakan
menjadi dua yaitu batuk berdahak dan batuk tidak berdahak (batuk kering). Batuk
berdahak lebih sering terjadi karena adanya dahak pada tenggorokan. Batuk berdahak
lebih sering terjadi karena adanya paparan 3 debu, lembab berlebihan sebagainya. Batuk
tidak berdahak (batuk kering) yaitu batuk yang terjadi karena tidak adanya sekresi
saluran nafas, iritasi pada tenggorokan, sehingga timbul rasa sakit (Djunarko &
Hendrawati, 2011).

1
2

Batuk berdahak membuat kebanyakan orang merasa tidak nyaman dan kesulitan
untuk membuang lendir atau dahak pada tenggorokan. Pada saat ini kita membutuhkan
obat untuk mengencerkan dahak tersebut, salah satunya obat Ambroxol tablet.
Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa
bahan pengisi (FI IV). Ambroxol adalah salah satu obat yang masuk ke dalam golongan
mukolitik, yaitu obat yang berfungsi untuk mengencerkan dahak. Ambroxol umumnya
digunakan untuk mengatasi gangguan pernapasan akibat produksi dahak yang berlebihan
pada kondisi seperti bronkiektasis dan emfisema. Dengan obat mukolitik, dahak yang
diproduksi akan lebih encer sehingga lebih mudah dikeluarkan dari tenggorokan
saat batuk. Dengan demikian, pipa saluran pernapasan pun lebih terbuka dan terasa lega.
Kami melakukan analisa pasar dan berdasarkan pemantauan tim marketing kami,
penggunaan obat ambroxol dari tahun ke tahun semakin meningkat. Karena dokter pada
rumah sakit dan klinik sering meresepkan obat ambroxol sebagai obat golongan
mukolitik yang berkhasiat untuk mengencerkan dahak.
Berdasarkan usulan tim RND kami, akan lebih baik jika ambroxol sendiri
dikemas dalam bentuk sediaan tablet. Karena tablet merupakan sediaan dengan volume
dan bentuk kecil sehingga praktis mudah dibawa, disimpan dan diangkut, serta
keuntungan-keuntungan tablet lainnya. Oleh karena itu kami membuat obat dengan zat
aktif ambroxol yaitu Oxol Tablet. Market potensial yang menjadi target pemasaran
sendiri ialah klinik dan rumah sakit.
B. RUMUSAN MASALAH
Perumusan masalah dari penulisan ini adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui dan memahami studi kelayakan sediaan tablet ambroxol.
b. Mengetahui dan memahami preformulasi sediaan tablet ambroxol.
c. Mengetahui dan memahami formulasi sediaan tablet ambroxol.
d. Mengetahui dan memahami analisa sediaan tablet ambroxol.
e. Mengetahui dan memahami cara pembuatan sediaan tablet ambroxol.
f. Mengetahui dan memahami evaluasi sediaan tablet ambroxol

C. TUJUAN PENULISAN

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami
proses dan hasil dari obat tablet ambroxol di industry hingga kepasaran.
3

BAB II

PEMBAHASAN

A. AMBROXOL
Studi Kelayakan

Nama Umum : Ambroxol


Nama Kimia : Trans-4-(2-Amino-3.5-di-bromobenzylamino)
cyclohexanolhydrochloride
Rumus Molekul : C13H18Br2N2O.HCl
BM : 446.5
Pemerian : Serbuk Kristal putih atau kekuningan
Kelarutan : Larut dalam air, praktis tidak larut dalamdiklorometan,
larut dalam metil alkohol. Larutan 1% dalam air
memiliki pH 4.5-6.
Wadah dan
Penyimpanan : Simpan terlindung dari cahaya

Dosis :
Dewasa : Sehari 3 kali 1 tablet
Anak-anak 5-12 : Sehari 3 kali tablet
Anak-anak 2-5 tahun : Sehari 3 kali 7,5 mg
Anak-anak dibawah 2 tahun : Sehari 2 kali 7,5 mg

Dosis dapat dikurangi menjadi 2 kali sehari untuk pengobatan yang lama.
Harus Diminum Sesudah makan
4

B. PREFORMULASI

Formula 1

R/ Ambroxol 30 mg

Amylum 5%

Talk 2%

Magnesium stearat 3%

Povidon 1%

Lactosa ad 500 mg

Karakteristik bahan:

1. Amilum merupakan salah satu eksipien yang paling banyak digunakan dalam industri
farmasi karena memiliki sifat sebagai bahan pengikat dan bahan penghancur. Amilum
mengandung kira-kira 30% amilosa dan sifat-sifatnya ditentukan oleh ukuran dan
jumlah masing-masing jenis molekul polimer yang terdapat pada material. Amilum
secara luas digunakan pada industry farmasi dengan alas an mudah didapat, murah,
putih dan inert. Amilum biasanya berfungsi sebagai bahan pengisi, pengikat dan
penghancur pada tablet dan kapsul.
2. Talk lebih baik sebagai glidant (untuk menaikkan/meningkatkan fluiditas massa yang
akan dikempa, sehingga massa tersebut dapat mengisi die dalam jumlah yang
seragam) dibandingkan amilum, tetapi dapat menurunkan disintegrasi dan disolusi
tablet.
3. Magnesium stearat sebagai bahan pelicin untuk mempermudah pengeluaran tablet
secara utuh dari cetakannya , dalam hal ini disebut lubrikan sejati.
4. Povidon (PVP): serbuk sangat halus, berwarna putih sampai krem, tidak berbau,
higroskopik. Kegunaan: pensuspensi, pengikat tablet. Larutan povidon dapat
digunakan sebagai coating agent.
5. Lactosa sebagai bahan pengisi yang berfungsi untuk mendapatkan suatu ukuran atau
bobot yang sesuai sehingga layak untuk dikempa menjadi tablet.
5

Formulasi 2

R/ Ambroxol 30 mg

PVP 8%

Isopropanol q.s

Magnesium stearat 3%

Lactosa ad 500 mg

Karakteristik bahan :

1. Povidon (PVP): serbuk sangat halus, berwarna putih sampai krem, tidak berbau,
higroskopik. Kegunaan: pensuspensi, pengikat tablet. Larutan povidon dapat
digunakan sebagai coating agent.
2. Isopropanol menghasilkan kompresibilitas yang baik untuk serbuk, tapi tidak
diperbolehkan menggunakannya terlalu banyak karena akan meninggalkan bau pada
granul.
3. Magnesium stearat sebagai bahan pelicin untuk mempermudah pengeluaran tablet
secara utuh dari cetakannya , dalam hal ini disebut lubrikan sejati.
4. Lactosa sebagai bahan pengisi yang berfungsi untuk mendapatkan suatu ukuran atau
bobot yang sesuai sehingga layak untuk dikempa menjadi tablet.

Formulasi 3

R/ Ambroxol 30 mg

CMC 2%

Amylum 5%

Magnesium stearate 3%

Mannitol ad 500 mg

Karakteristik bahan :

1. CMC-Na biasanya digunakan dalam konsentrasi 5-15%. CMC-Na inkompatibel


dengan Mg, Ca, Al, dan garamnya. CMC-Na menghasilkan granul yang lebih rapuh
dari PVP. Umumnya tablet CMC-Na mempunyai waktu disintegrasi yang lebih lama.
6

2. Amilum merupakan salah satu eksipien yang paling banyak digunakan dalam industri
farmasi karena memiliki sifat sebagai bahan pengikat dan bahan penghancur. Amilum
mengandung kira-kira 30% amilosa dan sifat-sifatnya ditentukan oleh ukuran dan
jumlah masing-masing jenis molekul polimer yang terdapat pada material. Amilum
secara luas digunakan pada industry farmasi dengan alas an mudah didapat, murah,
putih dan inert. Amilum biasanya berfungsi sebagai bahan pengisi, pengikat dan
penghancur pada tablet dan kapsul.
3. Magnesium stearat sebagai bahan pelicin untuk mempermudah pengeluaran tablet
secara utuh dari cetakannya , dalam hal ini disebut lubrikan sejati.
4. Manitol merupakan pengisi yang baik untuk tablet kunyah karena rasanya enak,
sedikit manis, halus dan dingin. Sekarang ini tersedia manitol granular kempa
langsung. Manitol menghasilkan granul yang lebih halus dibandingkan sukrosa atau
dekstrosa. Manitol mempunyai sifat alir yang buruk sehingga memerlukan konsentrasi
lubrikan lebih besar (3-6 kali) dan konsentrasi glidan yang lebih tinggi untuk
pengempaan yang memuaskan.

C. FORMULASI
FORMULASI AMBROXOL TABLET
Formula 1
R/ Ambroxol 30 mg
Amylum 5%
Talk 2%
Magnesium stearate 3%
Povidon 1%
Lactosa ad 500mg

Formula 2

R/ Ambroxol 30mg

PVP 8%

Isopropanol q.s

Mg stearate 3%

Lactose ad 500mg
7

Formula 3

R/ Ambroxol 30mg

CMC 2%

Amylum 5%

Mg. stearate 3%

Mannitol ad 500mg

FORMULA TERPILIH

Formula 1

R/ Ambroxol 30mg

Amylum 5%

Talk 2%

Magnesium stearate 3%

Povidon 1%

Lactosa ad 500mg

Alasan pemilihan bahan (formula 1)

1. Ambroxol (zat aktif )


Ambroxol adalah salah satu obat yang masuk golongan mukolitik, yaitu obat yang
fungsinya adalah mengencerkan dahak . ambroxol umumnya digunakan untuk
mengatasi gangguan pernafasan akibat produksi dahak yang berlebihan, dahak yang
diproduksi akan lebih encer sehingga lebih mudah untuk dikeluarkan dari
tenggorokan saat batuk.
2. Amilum ( penghancur)
Menurut excipient : 523 , amylum merupakan bahan yang paling sering digunakan
sebagai pemecah tablet pada konsentrasi 3-15 % bagaimanapun dapat dikompres
dengan baik dan cenderung untuk meningkatkan capping.
3. Talk ( pelicin)
Menurut R.voight : 205, talk mempunyai 3 keunggulan antara lain dapat berfungsi
sebagai bahan pengatur aliran, bahan pelicin dan bahan pemisah hasil cetakan. Talk
8

terdiri dari cristal berbentuk papan datar, yang sangat mudah meluncur pada saat
terjadinya gesekan, dimana masih terjadi lagi distribusi berbentuk datar lainnya.
4. Magnesium stearate (pelincir)
- Menurut Rowe, dkk : 404 , magnesium stearate dapat digunakan sebagai pelincir
tablet dengan karakteristik sangat halus, berwarna putih cerah.
- Menurut Agoes : 209 , magnesium stearate merupakan lubrikan yang paling
efektif dan digunakan secara luas.
- Menurut swarbich : 3655 , magnesium stearate memperpanjang penghancuran dan
waktu disolusi.
5. Povidon (pengikat)
Menurut Excipient: 611 , meskipun povidon digunakan dalam brbagai sediaan
farmasi, povidone utamanya digunakan dalam bentuk sediaan padat, pada permukaan
permukaan tablet, larutan povidone digunakan sebagai pengikat.
6. Lactosa (pengisi)
- Menurut Excipient : lactose secara umum digunakan dalam sediaaan farmasi
sebagai sebuah pengisi kapsul oral dan sediaan tablet
- Menurut Lachman: 690 , laktosa juga merupakan bahan pengisi yang paling
banyak dipakai karena tidak bereaksi dengan hamper semua bahan obat baik
digunakan dalam bentuk hidrat atau anhidrat.
D. ANALISA TABLET AMBROXOL
Oxol Tablet merupakan obat yang mengandung Ambroksol Hidroklorida sebagai
zat aktifnya yang berfungsi untuk mengobati gangguan saluran napas akut dan sebagai
ekspektoran. Sediaan obat mutlak ditetapkan secara memadai untuk menjamin keamanan
dan khasiatnya. Khasiat dan keamanan obat tersebut hanya dapat dijamin melalui
pemantauan mutu mulai dari proses pembuatan, penyimpanan, distribusi hingga tahap
penggunaannya. Salah satu pemantauan mutu yang dilakukan adalah analisis kadar zat
aktif dalam sediaan obat untuk memastikan kandungannya sesuai dengan yang
dikehendaki. Industri farmasi dalam memproduksi obat dituntut untuk memenuhi
persyaratan.
Good Manufacturing Practice (GMP) atau Cara Pembuatan Obat yang Baik
(CPOB) yang sifatnya dinamis, mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi. CPOB
adalah pedoman yang bertujuan untuk memastikan agar sifat dan mutu obat yang
dihasilkan sesuai dengan yang dikehendaki, sehingga obat-obat yang diproduksi aman
untuk dikonsumsi. Untuk menjamin khasiat dan keamanan obat tersebut maka industri
9

farmasi sesuai dengan persyaratan CPOB melakukan validasi pada semua hal yang
berkaitan dengan proses pembuatan obat, salah satu validasi yang harus dilakukan untuk
menjamin kualitas dan keamanan obat adalah validasi metode analisis kadar zat aktif
dalam sediaan obat. Validasi metode analisis adalah upaya yang dilakukan melalui
penelitian laboratorium untuk membuktikan karakteristik kinerja metode memenuhi
aplikasi analisis yang dimaksud (BPOM, 2001). Validasi dilakukan untuk melihat
pengaruh dari kondisi peralatan- peralatan yang digunakan, pereaksi dan personil yang
melakukan pemeriksaan.
Metode analisis kadar Ambroksol Hidroklorida untuk bahan baku yang
dilakukan selama ini menurut European Pharmacopoeia adalah metode titrasi
asam basa, kemudian dilakukan pengembangan metode analisis kadar Ambroksol
Hidroklorida dalam sediaan tablet menggunakan metode kromatografi cair kinerja
tinggi. Metode analisis yang digunakan harus menghasilkan kadar Ambroksol
Hidroklorida yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Untuk mengetahui
keabsahan hasil uji, maka metode analisis yang akan digunakan harus divalidasi.
Berdasarkan pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) tahun 2001,
parameter validasi metode analisis yang ditentukan adalah selektifitas, akurasi, linieritas,
rentang, batas deteksi, batas kuantitasi dan ketegaran, namun untuk analisis kadar zat
aktif dalam sediaan farmasi batas deteksi dan batas kuantitasi tidak perlu dilakukan.
Selektifitas suatu metode adalah kemampuan suatu metode analisis yang hanya
mengukur zat tertentu saja secara cermat dan seksama dengan adanya komponen lain
yang mungkin ada dalam matriks sampel (Harmita, 2004)
E. CARA PEMBUATAN TABLET

1. Siapakan kondisi ruang produksi dan peralatan.

2. Timbang bahan bahan yang dibutuhkan

3. Semua bahan dicampur hingga homogen

4. Lakukan pengayakan dengan ayakan no 0,8 mm

5. Lakukan evaluasi serbuk

6. Cetak sesuai dengan bobot tablet (250 mg) dengan low kompresi

7. Lakukan evaluasi tablet


10

8. Tablet dikemas dengan pengemas yang sesuai

F. EVALUASI TABLET
1. Keseragaman ukuran (FI III)
Ambil 20 tablet, ukur tebal dan diameter satu per satu dengan jangka sorong.
Kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1
1/3 tebal tablet.
2. Keseragaman bobot
Ambil 20 tablet, timbang seksama satu per satu. Hitung bobot rata-rata.harga
simpangan baku relatif atau koefisisen variasinya (kv) juga dihitung
Rumus yang digunakan adalah :


(%) = 100%

Tablet dianggap memenuh keseragaman bobot bila koefisisen variasinya


tidak lebih dari 6%.

3. Kekerasan tablet
Tablet diletakkan diantara pegas penekan, kemudian alat dihidupkan. Jarum
penujuk tekanan akan bergerak sesuai dengan tekanan yang diberikan pada tablet.
Saat tablet retak/pecah, jarum akan berhenti pada suatu angka sebagai penunjuk
kekerasan tablet yang dinyatakan dalam kg/cm2.

4. Friabilitas
Tablet dibersihkan dari debu. Timbang bobot 20 tablet. Masukkan tablet
dalam alat selama 4 menit dengan kecepatan 25 rpm. Setelah 4 menit, hentikan alat.
Tablet dikeluarkan, lalu bersihkan dari debu. Kemudian timbang bobot tablet. Hitung
index friabilitas :

F = Wo Wf x 100 %
Wo
Wo = bobot 20 tablet sebelum dimasukkan ke alat.

Wf = bobot 20 tablet setelah dimasukkan ke alat.

x
11

5. Waktu hancur
Dilakukan terhadap 6 tablet, medium yang digunakan air dengan suhu tubuh
(37 C) sebanyak 1000 ml. keranjang dinaik turunkan sebanyak 30 kali/ menit.
Syarat: tablet ambroksol waktu hancurnya 7 menit.
6. Disolusi
Pengujian disolusi dilakukan dengan metoda keranjang (tipe1). Masukkan
media disolusi (900ml larutan HCl 0,01 N) ke dalam labu disolusi, hidupkan alat,
hangatkan media disolusi hingga suhu 37 C 0,5 C. masukkan satu tablet kedalam
masing masing labu disolusi. Jalankan alat dengan kecepatan 100 rpm selama 45
menit. Setelah itu, matikan alat hitung kadar zat terlarut dengan spektrofotometer UV
pada panjang gelombang maksimum. Nilai yang diharapkan tdak lebih dari 82%
yang terlarut dalam 30 menit.
12

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Tablet adalah adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau
tanpa bahan pengisi (FI IV). Ambroxol adalah salah satu obat yang masuk ke dalam
golongan mukolitik, yaitu obat yang berfungsi untuk mengencerkan dahak.
Metode analisis kadar Ambroksol Hidroklorida untuk bahan baku yang dilakukan
selama ini menurut European Pharmacopoeia adalah metode titrasi asam basa,
kemudian dilakukan pengembangan metode analisis kadar Ambroksol Hidroklorida
dalam sediaan tablet menggunakan metode kromatografi cair kinerja tinggi.
B. SARAN
Disarankan agar dapat memformula sediaan tablet ambroxol dengan bahan dan
konsentrasi yang baik, tepat dan penuh ketelitian.
13

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, goeswin. 2008. Pengembangan Sediaan Farmasi. (Bandung: ITB)

Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2002.

Djunarko, I., & Hendrawati, D. 2011. Swamedikasi yang Baik dan Benar. (Yogyakarta: Citra
Aji Parama)

Excipient. PHP: London: 2009

FDA (Food and Drug Administration). 2001. British Pharmacopoeia. Vol. I. (London: The
Stationary Office)

Guidance for Industry Bioanalytical Method Validation

Lachman, dkk. 2008. Teori dan Praktek farmasi Industri Edisi III Jilid 2. (Jakarta: UI Press)

Pedoman Uji Bioekivalensi, Cetakan I. 2003. (Jakarta: BP (British Pharmacopoeia)

Petunjuk Operasional Cara Pengolahan Obat yang Baik . Jakarta2004.

Supardi, S., & Notosiswoyo, M., 2005. Pengobatan Sendiri Sakit Kepala Demam, Batuk Dan
Pilek Pada Masyarakat Di Desa Ciwalen, Kecamatan Warungkondang Kabupaten
Cianjur, Jawa Barat. (Majalah Ilmu Kefarmasian)

Swarbick James. Encyclopedia of Pharmaceutical Technology Third Edition vol.1. (USA:


Pharmaceutech.Inc)

Voight, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. (Yogyakarta: Universitas gajah Mada)

Anda mungkin juga menyukai