Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt yang telah melimpahkan hidayah
dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.

Dalam kesempatan ini, perkenankanlah penulis menyampaikan penghargaan dan terima


kasih setinggi-tingginya kepada yang terhormat kepada Bapak dan Ibu yang sebagai
pengajar mata kuliah Analisa Sosial Dan Lingukungan, Karena adanya pihak-pihak
tersebut, penulis dapat memacu untuk segera menyelenggarakan tugas belajar ini.

Semoga makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembaca pada
umumnya dan guru pada khususnya. Setiap saran, kritik, dan komentar sangat penulis
harapkan untuk meningkatkan kualitas makalah semacam ini di masa mendatang.

Malang, 2015

Penyusun

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR -------------------------------------------------------------------------1

DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------------2

BAB I PENDAHULUAN --------------------------------------------------------------------3

1.1. Latar Belakang -------------------------------------------------------------3

1.2. Tujuan Umum --------------------------------------------------------------3

1.3. Perumusan Masalah -----------------------------------------------------4

BAB II PEMBAHASAN--------------------------------------------------------------------5

2.1. Pengertian AMDAL ----------------------------------------------------------5

2.2. Kegunaan AMDAL ----------------------------------------------------------5

2.3. Prosedur AMDAL -----------------------------------------------------------6

2.4 Siapa Yang Menyusun Amdal ----------------------------------------------6


2.5 Pihak Pihak yang terlibat dalam penyusunan amdal ------------------7

2.6 Apa yang dimaksud UKL dan UPL ?--------------------------------------7

2.7 Apa kaitan Amda dengan dokumen atau kajian lingkungan lainnya?-8

2.8 Apa dampak dari lingkungan yang buruk --------------------------------9

BAB III PEMECAHAN MASALAH---------------------------------------------------10

3.1.Penyebab terjadinya banjir---------------------------------------------------10

3.2 Tindakan Untuk Mengurangi Dampak Banjir-----------------------------10

3.3 Yang Harus dilakukan setelah banjir---------------------------------------10

BAB IV PENUTUP--------------------------------------------------------------------------11

4.1 Kesimpulan---------------------------------------------------------------------11

4.2 Saran saran-------------------------------------------------------------------11

DAFTAR PUSTAKA-------------------------------------------------------------------------14
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

AMDAL pertama kali diperkenalkan pada tahun 1969 oleh National Environmental
Policy Act di Amerika Serikat. Menurut UU No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan
Lingkungan Hidup dan PP no 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup. Jika Indonesia mempunyai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL) yang harus dibuat jika seseorang ingin mendirikan suatu proyek yang
diperkirakan akan memberikan dampak besar dan penting terhadap lingkungan, Belanda
pun mempunyai milieu effect apportage disingkat m.e.r. Sebenarnya Indonesia dan
Belanda bukanlah penemu sistem ini, tetapi ditiru dari Amerika Serikat yang diberi
nama Environmental Impact Assesment (EIA). AMDAL adalah kajian mengenai
dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada
lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.

Pada dasarnya Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah keseluruhan


proses yang meliputi penyusunan berturut-turut sebagaimana diatur dalam PP nomor 27
tahun 1999 yang terdiri dari:

a. Kerangka Acuan (KA) adalah ruang lingkup kajian analisis mengenai dampak
lingkungan hidup yang merupakan hasil pelingkupan.

b. Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) adalah telaahan secara cermat dan
mendalam tentang dampak besar dan penting suatu rencana usaha atau kegiatan.
c. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) adalah upaya penanganan
dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup yang ditimbulkan akibat dari
rencana usaha dan atau kegiatan.

d. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) adalah upaya pemantauan


komponen lingkungan hidup yang terkena dampak besar dan penting akibat dari rencana
usaha atau kegiatan.

1.2 Tujuan umum

Agar mahasiswa lebih memahami tentang pengetian,kegunaan dan bagian bagian


amdal serta mengetahui bagaimana proses dari amdal tersebut dan dampak yang
diakibatkan oleh buruknya pengaturan lingkungan bagi manusia.

1.3 Perumusan Masalah

Apakah yang di maksud dengan Amdal ?

Apa Guna Amdal ?

Bagaimana Prosedur Amdal ?

Siapa Yang Menyusun Amdal ?

Siapa Saja Pihak Yang terlibat Dalam Proses Amdal ?


Apa yang dimaksud UKL dan UPL ?

Apa kaitan Amda dengan dokumen atau kajian lingkungan lainnya ?

Apa Dampak dari lingkungan yang buruk ?

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Amdal

AMDAL merupakan singkatan dari Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. AMDAL


merupakan kajian dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, dibuat pada
tahap perencanaan, dan digunakan untuk pengambilan keputusan.

Hal-hal yang dikaji dalam proses AMDAL: aspek fisik-kimia, ekologi, sosial- ekonomi,
sosial-budaya, dan kesehatan masyarakat sebagai pelengkap studi kelayakan suatu
rencana usaha dan/atau kegiatan.

AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar dan penting untuk pengambilan
keputusan suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup
yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha
dan/atau kegiatan (Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan).
Agar pelaksanaan AMDAL berjalan efektif dan dapat mencapai sasaran yang
diharapkan, pengawasannya dikaitkan dengan mekanisme perijinan. Peraturan
pemerintah tentang AMDAL secara jelas menegaskan bahwa AMDAL adalah salah satu
syarat perijinan, dimana para pengambil keputusan wajib mempertimbangkan hasil studi
AMDAL sebelum memberikan ijin usaha/kegiatan. AMDAL digunakan untuk
mengambil keputusan tentang penyelenggaraan/pemberian ijin usaha dan/atau kegiatan.

2.2 Kegunaan Amdal

A. Bahan bagi perencanaan pembangunan wilayah

B. Membantu proses pengambilan keputusan tentang kelayakan lingkungan hidup


dari rencana usaha dan/atau kegiatan

C. Memberi masukan untuk penyusunan disain rinci teknis dari rencana usaha
dan/atau kegiatan

D. Memberi masukan untuk penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan


lingkungan hidup

E. Memberi informasi bagi masyarakat atas dampak yang ditimbulkan dari suatu
rencana usaha dan atau kegiatan

F. memberikan alternatif solusi minimalisasi dampak negative

G. digunakan untuk mengambil keputusan tentang penyelenggaraan/pemberi ijin


usaha dan/atau kegiatan
2.3 Prosedur Amdal

A. Proses penapisan (screening) wajib AMDAL

B. Proses pengumuman dan konsultasi masyarakat

C. Penyusunan dan penilaian KA-ANDAL (scoping)

D. Penyusunan dan penilaian ANDAL, RKL, dan RPL Proses penapisan atau kerap
juga disebut proses seleksi kegiatan wajib AMDAL, yaitu menentukan apakah suatu
rencana kegiatan wajib menyusun AMDAL atau tidak.

Proses pengumuman dan konsultasi masyarakat. Berdasarkan Keputusan Kepala


BAPEDAL Nomor 08/2000, pemrakarsa wajib mengumumkan rencana kegiatannya
selama waktu yang ditentukan dalam peraturan tersebut, menanggapi masukan yang
diberikan, dan kemudian melakukan konsultasi kepada masyarakat terlebih dulu
sebelum menyusun KA-ANDAL.

Proses penyusunan KA-ANDAL. Penyusunan KA-ANDAL adalah proses untuk


menentukan lingkup permasalahan yang akan dikaji dalam studi ANDAL (proses
pelingkupan).

Proses penilaian KA-ANDAL. Setelah selesai disusun, pemrakarsa mengajukan


dokumen KA-ANDAL kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan
peraturan, lama waktu maksimal untuk penilaian KA-ANDAL adalah 75 hari di luar
waktu yang dibutuhkan oleh penyusun untuk memperbaiki/menyempurnakan kembali
dokumennya.
Proses penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL. Penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL
dilakukan dengan mengacu pada KA-ANDAL yang telah disepakati (hasil penilaian
Komisi AMDAL).

Proses penilaian ANDAL, RKL, dan RPL. Setelah selesai disusun, pemrakarsa
mengajukan dokumen ANDAL,RKL dan RPL kepada Komisi Penilai AMDAL untuk
dinilai. Berdasarkan peraturan, lama waktu maksimal untuk penilaian ANDAL, RKL
dan RPL adalah 75 hari di luar waktu yang dibutuhkan oleh penyusun untuk
memperbaiki/menyempurnakan kembali dokumennya.

2.4 Siapa Yang Menyusun Amdal

Dokumen AMDAL harus disusun oleh pemrakarsa suatu rencana usaha dan/atau
kegiatan.

Dalam penyusunan studi AMDAL, pemrakarsa dapat meminta jasa konsultan untuk
menyusunkan dokumen AMDAL. Penyusun dokumen AMDAL harus telah memiliki
sertifikat Penyusun AMDAL dan ahli di bidangnya. Ketentuan standar minimal cakupan
materi penyusunan AMDAL diatur dalam Keputusan Kepala Bapedal Nomor 09/2000.

2.5 Pihak Pihak yang terlibat dalam penyusunan amdal

Pihak-pihak yang terlibat dalam proses AMDAL adalah Komisi Penilai AMDAL,
pemrakarsa, dan masyarakat yang berkepentingan.

Komisi Penilai AMDAL adalah komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL. Di
tingkat pusat berkedudukan di Kementerian Lingkungan Hidup, di tingkat Propinsi
berkedudukan di Bapedalda/lnstansi pengelola lingkungan hidup Propinsi, dan di tingkat
Kabupaten/Kota berkedudukan di Bapedalda/lnstansi pengelola lingkungan hidup
Kabupaten/Kota.
Unsur pemerintah lainnya yang berkepentingan dan warga masyarakat yang terkena
dampak diusahakan terwakili di dalam Komisi Penilai ini. Tata kerja dan komposisi
keanggotaan Komisi Penilai AMDAL ini diatur dalam Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup, sementara anggota-anggota Komisi Penilai AMDAL di propinsi dan
kabupaten/kota ditetapkan oleh Gubernur dan Bupati/Walikota.

Pemrakarsa adalah orang atau badan hukum yang bertanggungjawab atas suatu rencana
usaha dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan.

Masyarakat yang berkepentingan adalah masyarakat yang terpengaruh atas segala


bentuk keputusan dalam proses AMDAL berdasarkan alasan-alasan antara lain sebagai
berikut: kedekatan jarak tinggal dengan rencana usaha dan/atau kegiatan, faktor
pengaruh ekonomi, faktor pengaruh sosial budaya, perhatian pada lingkungan hidup,
dan/atau faktor pengaruh nilai-nilai atau norma yang dipercaya.

Masyarakat berkepentingan dalam proses AMDAL dapat dibedakan menjadi masyarakat


terkena dampak, dan masyarakat pemerhati.

2.6 Apa yang dimaksud UKL dan UPL ?

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan


Hidup (UPL) adalah upaya yang dilakukan dalam pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup oleh penanggung jawab dan atau kegiatan yang tidak wajib
melakukan AMDAL (Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 tahun
2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup).

Kegiatan yang tidak wajib menyusun AMDAL tetap harus melaksanakan upaya
pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan. Kewajiban UKL-UPL
diberlakukan bagi kegiatan yang tidak diwajibkan menyusun AMDAL dan dampak
kegiatan mudah dikelola dengan teknologi yang tersedia.
UKL-UPL merupakan perangkat pengelolaan lingkungan hidup untuk pengambilan
keputusan dan dasar untuk menerbitkan ijin melakukan usaha dan atau kegiatan.

Proses dan prosedur UKL-UPL tidak dilakukan seperti AMDAL tetapi dengan
menggunakan formulir isian yang berisi :

A. Identitas pemrakarsa

B. Rencana Usaha dan/atau kegiatan

C. Dampak Lingkungan yang akan terjadi

D. Program pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup

E. Tanda tangan dan cap

Formulir Isian diajukan pemrakarsa kegiatan kepada :

Instansi yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup


Kabupaten/Kota untuk kegiatan yang berlokasi pada satu wilayah kabupaten/kota

Instansi yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup Propinsi


untuk kegiatan yang berlokasi lebih dari satu Kabupaten/Kota

Instansi yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup dan


pengendalian dampak lingkungan untuk kegiatan yang berlokasi lebih dari satu propinsi
atau lintas batas negara.
2.7 Apa kaitan Amda dengan dokumen atau kajian lingkungan lainnya ?

I. AMDAL-UKL/UPL

Rencana kegiatan yang sudah ditetapkan wajib menyusun AMDAL tidak lagi
diwajibkan menyusun UKL-UPL (lihat penapisan Keputusan Menteri LH 17/2001).
UKL-UPL dikenakan bagi kegiatan yang telah diketahui teknologi dalam pengelolaan
limbahnya.

AMDAL dan Audit Lingkungan Hidup Wajib.

Bagi kegiatan yang telah berjalan dan belum memiliki dokumen pengelolaan lingkungan
hidup (RKL-RPL) sehingga dalam operasionalnya menyalahi peraturan perundangan di
bidang lingkungan hidup, maka kegiatan tersebut tidak bisa dikenakan kewajiban
AMDAL, untuk kasus seperti ini kegiatan tersebut dikenakan Audit Lingkungan Hidup
Wajib sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 30 tahun 2001 tentang
Pedoman Pelaksanaan Audit Lingkungan yang Diwajibkan. Audit Lingkungan Wajib
merupakan dokumen lingkungan yang sifatnya spesifik, dimana kewajiban yang satu
secara otomatis menghapuskan kewajiban lainnya kecuali terdapat kondisi-kondisi
khusus yang aturan dan kebijakannya ditetapkan oleh Menteri Negara Lingkungan
Hidup. Kegiatan dan/atau usaha yang sudah berjalan yang kemudian diwajibkan
menyusun Audit Lingkungan tidak membutuhkan AMDAL baru.

II. AMDAL dan Audit Lingkungan Hidup Sukarela

Kegiatan yang telah memiliki AMDAL dan dalam operasionalnya menghendaki untuk
meningkatkan ketaatan dalam pengelolaan lingkungan hidup dapat melakukan audit
lingkungan secara sukarela yang merupakan alat pengelolaan dan pemantauan yang
bersifat internal. Pelaksanaan Audit Lingkungan tersebut dapat mengacu pada
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan
umum pelaksanaan Audit Lingkungan.
Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela bagi kegiatan-kegiatan yang
wajib AMDAL tidak secara otomatis membebaskan pemrakarsa dari kewajiban
penyusunan dokumen AMDAL. Walau demikian dokumen-dokumen sukarela ini sangat
didorong untuk disusun oleh pemrakarsa karena sifatnya akan sangat membantu
efektifitas pelaksanaan pengelolaan lingkungan sekaligus dapat memperbaiki
ketidaksempurnaan yang ada dalam dokumen AMDAL. Dokumen lingkungan yang
bersifat sukarela ini sangat bermacam-macam dan sangat berguna bagi pemrakarsa,
termasuk dalam melancarkan hubungan perdagangan dengan luar negeri. Dokumen-
dokumen tersebut antara lain adalah Audit Lingkungan Sukarela, dokumen-dokumen
yang diatur dalam ISO 14000, dokumen-dokumen yang dipromosikan penyusunannya
oleh asosiasi-asosiasi industri/bisnis, dan lainnya.

2.8 Apa dampak dari lingkungan yang buruk

Salah satu dampak yang paling dirasakan oleh manusia apabila dalam pelaksanaan
amdal yang tidak memadai ( buruk ) adalah banjir.

Banjir adalah dimana suatu daerah dalam keadaan tergenang oleh air dalam jumlah yang
begitu besar. Sedangkan banjir bandang adalah banjir yang datang secara tiba-tiba yang
disebabkan oleh karena tersumbatnya sungai maupun karena pengundulan hutan
disepanjang sungai sehingga merusak rumah-rumah penduduk maupun menimbulkan
korban jiwa.

Bencana banjir hampir setiap musim penghujan melanda Indonesia. Berdasarkan nilai
kerugian dan frekuensi kejadian bencana banjir terlihat adanya peningkatan yang cukup
berarti. Kejadian bencana banjir tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor alam berupa
curah hujan yang diatas normal dan adanya pasang naik air laut. Disamping itu faktor
ulah manusia juga berperan penting seperti penggunaan lahan yang tidak tepat
(pemukiman di daerah bantaran sungai, di daerah resapan, penggundulan hutan, dan
sebagainya), pembuangan sampah ke dalam sungai, pembangunan pemukiman di daerah
dataran banjir dan sebagainya.

BAB III
PEMECAHAN MASALAH

3.1 Penyebab terjadinya banjir

A. Curah hujan tinggi

B. Permukaan tanah lebih rendah dibandingkan muka air laut.

C. Terletak pada suatu cekungan yang dikelilingi perbukitan dengan pengaliran air
keiuar sempit.

D. Banyak pemukiman yang dibangun pada dataran sepanjang sungai.

E. Aliran sungai tidak lancar akibat banyaknya sampah serta bangunan di pinggir
sungai.

F. Kurangnya tutupan lahan di daerah hulu sungai.

3.2 Tindakan Untuk Mengurangi Dampak Banjir

A. Penataan daerah aliran sungai secara terpadu dan sesuai fungsi lahan.

B. Pembangunan sistem pemantauan dan peringatan dini pada bagian sungai yang
sering menimbulkan banjir.
C. Tidak membangun rumah dan pemukiman di bantaran sungai serta daerah banjir.

D. Tidak membuang sampah ke dalam sungai. Mengadakan Program Pengerukan


sungai.

E. Pemasangan pompa untuk daerah yang lebih rendah dari permukaan laut.

F. Program penghijauan daerah hulu sungai harus selalu dilaksanakan serta


mengurangi aktifitas di bagian sungai rawan banjir.

3.3 Yang Harus dilakukan setelah banjir

A. Secepatnya membersihkan rumah, dimana lantai pada umumnya tertutup lumpur


dan gunakan antiseptik untuk membunuh kuman penyakit.

B. Cari dan siapkan air bersih untuk menghindari terjangkitnya penyakit diare yang
sering berjangkit setelah kejadian banjir.

C. Waspada terhadap kemungkinan binatang berbisa seperti ular dan lipan, atau
binatang penyebar penyakit seperti tikus, kecoa, lalat, dan nyamuk.

D. Usahakan selalu waspada apabila kemungkinan terjadi banjir susulan.

BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Dewasa ini kesadaran terhadap lingkungan hidup di negara indonesia semakin membaik,
walaupun masih sangat rendah jika dibandingkan dengan negara-negara lain,hal ini di
butkikan dengan gencarnya isu-isu lingkungan yang mulai banyak digembar gemborkan
di media massa,salah satunya adalah tentang analisis mengenai dampak lingkungan
(AMDAL) suatu kawasan. namun ironisnya sampai saat sekarang masih banyak
masyarakat yang masih belum mengerti AMDAL, bahkan AMDAL yang notabene Tata
cara penyusunannya telah diatur di dalam (PermenLH no 08 tahun 2006 tentang
pedoman penyusunan AMDAL) secara jelas, seringkali penyusunan AMDAL hanya
dengan meng-copy paste dari AMDAL yang lainnya.

Dalam pelaksanaan penyusunan amdal,terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan,


yaitu:

Penentuan kriteriawajib AMDAL, saat ini, Indonesia menggunakan/menerapkan


penapisan 1 langkah dengan menggunakan daftar kegiatan wajib AMDAL (one step
scoping by pre request list). Daftar kegiatan wajib AMDAL dapat dilihat di Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006

Apabila kegiatan tidak tercantum dalam peraturan tersebut,maka wajib menyusun UKL-
UPL, sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 Tahun
2002

Penyusunan AMDAL menggunakan Pedoman Penyusunan AMDAL sesuai dengan


Permen LH NO. 08/2006

Kewenangan Penilaian didasarkan oleh Permen LH no. 05/2008

4.2 Saran saran


A. Untuk menangulangi atau mencegah masalah banjir adalah :

B. Mengeruk sungai/kali dan saluran air yang ada di sekitar kita, sebaiknya jangan
nungguin pemerintah yang melakukan, percuma kalau ditungguin kelamaan.

C. Membuat sumur resapan air di sekitar rumah kita

D. Membuat lubang-lubang biopori

E. Memperlebar dan merehabilitasi kali/sungai, untuk menambah kapasitas sungai


dalam menampung debit air

F. Jangan membuang sampah di sungai atau saluran air

G. Memperbaiki Amdal

Pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia belum memiliki arah yang jelas,hal ini dapat
dilihat dari kurangnya komitmen pemimpin dan masyarakat bangsa ini untuk menjaga
kelestarian dan keberlangsungan lingkungan hidup. Sejak pencanangan program
pembangunan nasional, berbagai masalah lingkungan hidup mulai terjadi. Masalah
lingkungan hidup tersebut antara lain, adanya berbagai kerusakan lingkungan,
pencemaran di darat, laut dan udara, serta berkurangnya berbagai sumber daya alam.
Hal tersebut dapat terjadi disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pemanfaatan dan
ketersediaan sumber daya alam yang ada serta kurang kesadaran akan pentingnya
keberlangsungan lingkungan hidup untuk generasi sekarang maupun masa depan.

Lingkungan hidup Indonesia sebagai suatu sistem yang terdiri dari lingkungan sosial
(sociosystem), lingkungan buatan (technosystem) dan lingkungan alam (ecosystem)
dimana ketiga subsistem ini saling berinteraksi (saling mempengaruhi). Ketahanan
masing-masing subsistem ini dapat meningkatkan kondisi seimbang dan ketahanan
lingkungan hidup, dimana kondisi ini akan memberikan jaminan keberlangsungan
lingkungan hidup demi peningkatan kualitas hidup setiap makhluk hidup di dalamnya.
Ketika salah satu subsistem di atas menjadi superior dan berkeinginan untuk
mengalahkan atau menguasai yang lain maka di sanalah akan terjadi
ketidakseimbangan. Contohnya adalah ketika manusia dengan teknologi ciptaannya
ingin memanfaatkan alam demi kelangsungan hidup dan menyebabkan kerusakan pada
lingkungan alam.

Eksploitasi alam tentu saja tidak dapat dicegah, karena sudah merupakan fitrah manusia
memanfaatkan alam untuk kesejahteraannya. Tetapi tingkat kerusakan akibat
pemanfaatan alam ataupun pengkondisian kembali (recovery) alam yang sudah
dimanfaatkan merupakan hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
ketidakseimbangan. Adapun cara yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan telaah
secara mendalam mengenai kegiatan/usaha yang akan dilakukan di lingkungan hidup
sehingga dapat diketahui dampak yang timbul dan cara untuk mengelola dan memantau
dampak yang akan terjadi tersebut. Metode ini dikenal juga dengan analisa mengenai
dampak lingkungan (Amdal) atau environmental impact assessment.

Environmental impact assessment atau analisa mengenai dampak lingkungan


diperkenalkan pertama kali pada tahun 1969 oleh National Environmental Policy Act di
Amerika Serikat. Menurut UU No. 23 tahun1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup dan PP No. 27 tahun1999 tentang Analisis mengenai Dampak Lingkungan
(Amdal) adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau
kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.

Amdal merupakan kajian dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, dibuat
pada tahap perencanaan, dan digunakan untuk pengambilan keputusan. yang dikaji
dalam proses Amdal: aspek fisik-kimia, ekologi, sosial-ekonomi, sosial-budaya, dan
kesehatan masyarakat sebagai pelengkap studi kelayakan suatu rencana usaha dan/atau
kegiatan. Analisis mengenai dampak lingkungan hidup di satu sisi merupakan bagian
studi kelayakan untuk melaksanakan suatu rencana usaha dan/atau kegiatan, di sisi lain
merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan izin melakukan usaha
dan/atau kegiatan. Berdasarkan analisis ini dapat diketahui secara lebih jelas dampak
besar dan penting terhadap lingkungan hidup, baik dampak negatif maupun dampak
positif yang akan timbul dari usaha dan/atau kegiatan sehingga dapat dipersiapkan
langkah untuk menanggulangi dampak negatif dan mengembangkan dampak positif
Pemerintah berkewajiban memberikan keputusan apakah suatu rencana kegiatan layak
atau tidak layak lingkungan. Keputusan kelayakan lingkungan ini dimaksudkan untuk
melindungi kepentingan rakyat dan kesesuaian dengan kebijakan pembangunan
berkelanjutan. Untukmengambil keputusan, pemerintah memerlukan informasi yang
dapat dipertanggungjawabkan, baik yang berasal dari pemilik kegiatan/pemrakarsa
maupun dari pihak-pihak lain yang berkepentingan. Informasi tersebut disusun secara
sistematis dalam dokumen AMDAL. Dokumen ini dinilai oleh Komisi Penilai AMDAL
untuk menentukan apakah informasi yang terdapat didalamnya telah dapat digunakan
untuk pengambilan keputusan dan untuk menilai apakah rencana kegiatan tersebut dapat
dinyatakan layak atau tidak layak berdasarkan suatu kriteria kelayakan lingkungan yang
telah ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah.

Orang atau badan hukum yang bertanggung jawab atas suatu rencana usaha dan atau
kegiatan yang akan dilaksanakan. Pemrakarsa inilah yang berkewajiban melaksanakan
kajian AMDAL. Meskipun pemrakarsa dapat menunjuk pihak lain (seperti konsultan
lingkungan hidup) untuk membantu melaksanakan kajian AMDAL, namun tanggung
jawab terhadap hasil kajian dan pelaksanaan ketentuan-ketentuan AMDAL tetap di
tangan pemrakarsa kegiatan.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.menlh.go.id/index.php?idx=amdalnet#205 Maret 2009

Marsono, Dj, 1992. Dampak Pelaksanaan Amdal Hak Pengusahaan Hutan. Buletin
Instiper Vol. 3. Nomor.1, Institut Pertanian STIPER. Yogyakarta.

Fandeli, Ch, 2004. Analisis Mengenai Dampak Linkungan Prinsip Dasar Dalam
Pembangunan. Penerbit Liberty, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai