Anda di halaman 1dari 21

Pemerintah Kabupaten Lamongan

GAMBARAN UMUM KABUPATEN


II
LAMONGAN

2.1 ASPEK GEOGRAFIS DAN DEMOGRAFIS

2.1.1 Karakteristik Lokasi dan Wilayah

2.1.1.1 Letak dan Kondisi Geografis

Kabupaten Lamongan memiliki luas wilayah kurang lebih 1.812,80 Km setara


181.280 Ha atau + 3.78 % dari luas wilayah Propinsi Jawa Timur dengan panjang
garis pantai sepanjang 47 Km. Batas wilayah administratif Kabupaten Lamongan
adalah :

Sebelah Utara : Berbatasan


dengan Laut Jawa

Sebelah Timur : Berbatasan


dengan Kabupaten Gresik

Sebelah Selatan : Berbatasan


dengan Kab. Jombang dan
Kab. Mojokerto

Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kab. Bojonegoro dan Kab. Tuban.

2.1.1.2 Letak dan Kondisi Geografis

Kabupaten Lamongan secara geografis terletak pada 6 51 54 sampai dengan 7


23 6 Lintang Selatan dan diantara garis bujur timur 112 4 41 sampai 112 33
12 bujur timur.

Wilayah Kabupaten Lamongan dibelah oleh Sungai Bengawan Solo, dan secara
garis besar daratannya dibedakan menjadi tiga karakteristik yaitu :
Pemerintah Kabupaten Lamongan

Bagian Tengah Selatan merupakan dataran rendah yang relatif subur yang
membentang dari Kecamatan Kedungpring, Babat, Sukodadi, Pucuk,
Lamongan, Deket, Tikung, Sugio, Sarirejo dan Kembangbahu

Bagian Selatan dan Utara merupakan pegunungan kapur berbatubatu dengan


kesuburan sedang. Kawasan ini terdiri dari Kecamatan Mantup, Sambeng,
Ngimbang, Bluluk, Sukorame, Modo, Brondong, Paciran, dan Solokoro.

Bagian Tengah Utara merupakan daerah Bonorowo yang merupakan daerah


rawan banjir. Kawasan ini meliputi Kecamatan Sekaran, Maduran, Laren,
Karanggeneng, Kalitengah, Turi, Karangbinangun dan Glagah.

1. Kondisi Topografi

Kondisi topografi Kabupaten Lamongan dapat ditinjau dari ketinggian wilayah


di atas permukaan laut dan kelerengan lahan. Kabupaten Lamongan terdiri
dari dataran rendah dan berawa dengan ketinggian 0-25 m dengan luas
50,17% dari luas Kabupaten Lamongan, daratan ketinggian 25-100 m seluas
45,68% dan sisanya 4,15% merupakan daratan dengan ketinggian di atas
100 m dari permukaan air laut.

2. Kondisi Geologi

Secara fisiografis wilayah Kabupaten Lamongan bagian utara dan selatan


termasuk dalam Zone Rembang (van Bemmelen, 1949) yang disusun oleh
endapan paparan yang kaya akan unsur karbonatan, sedangkan wilayah
bagian tengah termasuk zone Randublatung yang kenampakan
permukaannya merupakan dataran rendah, namun sebetulnya merupakan
suatu depresi (cekungan) yang tertutup oleh endapan hasil pelapukan dan
erosi dari batuan yang lebih tua pada Zone Kendeng dan Rembang. Sejarah
geologi Kabupaten Lamongan diperkirakan dimulai kurang lebih 37 juta
Tahun yang lalu (Kala Oligosen). Saat itu wilayah Kabupaten Lamongan
masih berupa lautan (bagian dari Cekungan Jawa Timur). Selanjutnya terjadi
proses sedimentasi secara berurutan ke atas berupa penghamparan batuan
Pemerintah Kabupaten Lamongan

sedimentasi laut yang kaya unsur karbonatan. Proses ini berlangsung hingga
kurang lebih 19 juta Tahun (hingga Kala Polisen). Pada kurang lebih 1,8 juta
Tahun yang lalu terjadi aktifitas tektonik (Orogenesa Plio-Pleistosen) yang
menyebabkan terangkatnya Kabupaten Lamongan muncul ke permukaan
laut.

3. Kondisi Hidrologi

Secara umum keberadaan air di Kabupaten Lamongan didominasi oleh air


permukaan, dimana pada saat musim penghujan dijumpai dalam jumlah
yang melimpah hingga mengakibatkan bencana banjir namun sebaliknya
pada saat musim kemarau disebagian besar wilayah Kabupaten Lamongan
relatif berkurang.

Ketersediaan air permukaan ini sebagian


tertampung di waduk-waduk, rawa,
embung dan sebagian lagi mengalir
melalui sungai-sungai. Kabupaten
Lamongan dilewati oleh 3 buah sungai
besar, yaitu Sungai Bengawan Solo
sepanjang 68 Km dengan debit rata
rata 531,61 m3/bulan (debit maksimum
1.758,46 m3 dan debit minimum 19,58
m3) yang bermata air di Waduk Gajah Mungkur (Kabupaten Wonogiri, Jawa
Tengah), Kali Blawi sepanjang 27 Km dan Kali Lamong sepanjang 65 Km
yang bermata air di Kabupaten Lamongan.

Wilayah Kabupaten Lamongan mempunyai morfologi yang relatif datar


bahkan pada beberapa wilayah banyak dijumpai cekungan cekungan yang
saat ini berupa rawa. Di beberapa daerah masih terdapat area dengan
keadaan genangan yang berlangsung periodik selama setengah bulan sampai
dengan tiga bulan pada musim kemarau.
Pemerintah Kabupaten Lamongan

4. Kondisi Klimatologi

Aspek klimatologi ditinjau dari kondisi suhu dan curah hujan. Keadaan iklim
di Kabupaten Lamongan merupakan iklim tropis yang dapat dibedakan atas 2
(dua) musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Curah hujan
tertinggi terjadi pada bulan Desember sampai dengan bulan Maret,
sedangkan pada bulan-bulan lain curah hujan relatif rendah. Rata-rata curah
hujan pada Tahun 2010 dari hasil pemantauan 25 stasiun pengamatan hujan
tercatat sebanyak 2.631 mm dan hari hujan tercatat 72 hari.

5. Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan pada Kabupaten Lamongan terdiri dari penggunaan


kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan lindung terdiri dari
kawasan hutan lindung, kawasan yang memberikan perlindungan terhadap
kawasan bawahannya, kawasan perlindungan setempat, kawasan rawan
bencana alam, dan kawasan lindung geologi. Sedangkan kawasan budidaya
terdiri dari kawasan hutan produksi, kawasan hutan rakyat, kawasan
pertanian, kawasan perikanan, kawasan pertambangan, kawasan
perindustrian, kawasan pariwisata, dan kawasan pesisir.

Ditinjau dari pemanfaatannya, kondisi tata guna tanah Kab. Lamongan Tahun
2011 adalah sebagai berikut :

Kondisi Tata Guna Tanah Kabupaten Lamongan

No Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) Prosentase


1 Permukiman 13,030.00 7.19
2 Sawah Irigasi 45,841.00 25.29
3 Sawah Tadah Hujan 33,479.00 18.47
4 Perkebunan 9,919.14 5.47
5 Hutan 33,717.30 18.60
6 Hutan Rakyat 7,098.10 3.92
7 Tambak 1,380.05 0.76
8 Sungai 8,760.00 4.83
9 Waduk 8,719.50 4.81
Pemerintah Kabupaten Lamongan

No Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) Prosentase


10 Tegalan/Ladang 12,138.91 6.70
11 Pertambangan 1,200.00 0.66
Peruntukan Lainnya (rawa, tanah 5,997.00 3.31
12
tandus dll)
Jumlah 181,280.00 100.00
Sumber : RTRW Kabupaten Lamongan Tahun 2011 - 2031

Dari Tabel diatas tergambar bahwa lahan di Kabupaten Lamongan masih


didominasi oleh persawahan (43,76 %). Hal ini berarti bahwa pengelolaan
SDA dan irigasi di kabupaten ini menjadi faktor yang sangat penting bagi
ketahanan pangan di kabupaten ini.

2.1.2 Potensi Pengembangan Wilayah

2.1.2.1 Kawasan Pertanian

Kawasan pertanian yang terdapat di Kabupaten


Lamongan secara keseluruhan seluas 91.458,91
ha dengan rincian : pertanian lahan basah
(sawah) seluas 79.320 ha dan pertanian lahan
kering/ hortikultura (bukan sawah) seluas
12.138,91 ha. Dimana untuk kawasan jenis ini
keberadaannya tersebar diseluruh kecamatan di
Kabupaten Lamongan. Kondisi tersebut
menggambarkan bahwa kawasan ini mampu
menciptakan swasembada pangan terutama melalui program-program yang ada
yaitu melalui ekstensifikasi, intensifikasi, diversifikasi serta rehabilitasi dan tidak
menutup kemungkinan pembukaan lahan-lahan baru yang diperuntukkan bagi
pertanian daerah.
Pemerintah Kabupaten Lamongan

2.1.2.2 Kawasan Perkebunan

Kawasan perkebunan di Kabupaten


Lamongan tersebar secara tidak merata
pada setiap kecamatan, dengan luas lahan
seluas 9.919,14 ha. Jenis komoditi
perkebunan yang ada antara lain adalah
tanaman tebu, tembakau, kapas, kenaf,
kelapa, jambu mete dan cabe jamu. Agar
nilai ekonomisnya menjadi lebih tinggi
maka sebaiknya komoditi yang ada dapat
ditingkatkan dan pengolahan diperhatikan karena perkebunan ini tidak ada pada
setiap kecamatan.

2.1.2.3 Kawasan Peternakan

Secara umum peternakan di Kabupaten Lamongan di kembangkan pada budidaya


ternak besar dan kecil, penggemukan (fattening), unggas yaitu ayam ras, ayam
buras, puyuh dan itik. Pada budidaya ternak sapi Kabupaten Lamongan
merupakan sentra unggulan pengembangan
ternak jenis sapi PO di kawasan Jawa Timur
sedangkan ayam ras/pedaging
dikembangkan melalui pola kemitraan dan
mandiri.

Jenis produksi ternak di Kabupaten


Lamongan di bedakan menjadi telur (Kg),
susu (Ltr), daging (Kg) dan kulit. Dimana,
untuk jenis produksi daging merupakan hasil
produksi dengan jumlah tertinggi, begitupun dengan harga rata rata jenis
produksi daging memiliki harga rata rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan
jenis produksi lainnya.
Pemerintah Kabupaten Lamongan

2.1.2.4 Kawasan Perikanan

Kabupaten Lamongan merupakan


salah satu wilayah di Jawa Timur
yang mempunyai potensi sumber
daya perikanan yang cukup besar
yaitu perikanan budidaya dan
perikanan tangkap. Sentra
perikanan budidaya berupa sawah
tambak dengan luas 23.774,73 Ha
tersebar di wilayah tengah dan Lamongan dengan produk utamanya adalah
Bandeng, Udang Vaname dan Nila.

Sedangkan Kabupaten Lamongan yang memiliki pantai sepanjang 47 Km mulai


Weru Paciran sampai dengan Desa Lohgung, memiliki 5 tempat pendaratan ikan
yaitu Weru, Brondong, Komplek Kranji, Labuhan dan Lohgung dengan pusat
pendaratan terbesar di TPI Brondong, dengan total produksi secara keseluruhan
41.568,32 ton per tahun.

Wilayah Kabupaten Lamongan yang mempunyai batas fisik langsung dengan garis
pantai merupakan lokasi yang berpotensi dapat diandalkan dalam perekonomian
wilayah dalam hal pengembangan
budidaya ikan dan pendapatan
dalam sektor perikanan laut,
dimana saat ini juga didukung oleh
keberadaan Pelabuhan Perikanan
Nusantara Brondong yang
mempunyai skala pelayanan
regional. Selain potensi perairan
laut terdapat beberapa wilayah Kabupaten Lamongan yang mempunyai potensi
perairan tambak, dengan potensi andalannya berupa produksi bandeng dan
udang. Sektor perikanan tangkap yang ada di Kabupaten Lamongan memiliki
Pemerintah Kabupaten Lamongan

potensi sumber daya manusia yang bekerja sebagai nelayan sebanyak 15.099
jiwa, dengan didukung jumlah armada tangkap 5.487 unit perahu. Pembagian
luasan lahan area budidaya perikanan menurut jenis budidayanya.

2.1.2.5 Kawasan Industri

Kabupaten Lamongan memiliki


beragam jenis Industri yang memiliki
peranan penting dalam mendukung
perekonomian wilayah Kabupaten.
Berdasarkan Masterplan
Pengembangan Pantai Utara Lamongan
terdapat 4 kawasan industri yaitu
Kawasan industri Sidomukti seluas
3.600 ha, Kawasan Industri
Kandangsemangkon seluas 1.200 ha, Kawasan industri Sumberagung seluas 554
ha, dan kawasan industri Sidokelar seluas 2.000 ha. Sedangkan untuk industri
kecil tersebar dihampir seluruh kecamatan di Kabupaten Lamongan yang berupa
home industri.

2.1.2.6 Kawasan Pariwisata

Kabupaten Lamongan memiliki banyak potensi pariwisata yang tersebar di


beberapa wilayah kecamatan, objek wisata di Kabupaten Lamongan terdiri dari
Wisata Alam (Wisata Bahari
Lamongan, Waduk Gondang,Goa
Maharani dan Zoo dan Sumber mata
air Panas Tepanas), Wisata Budaya
(Monumen van Der Wijck, Makam
Sunan Drajad, Makam Sendang
Duwur, Makam Joko Tingkir, Makam
Nyai Ratu Andongsari dan Desa
Balun). dan Wisata Buatan (TPI di Wilayah Pantura dan Sudetan Bengawan Solo).
Pemerintah Kabupaten Lamongan

Selain itu juga terdapat Pusat Promosi dan Penjualan Produk Unggulan Kabupaten
Lamongan, Produk Industri Kerajinan dan Makanan Khas.

2.1.3 Wilayah Rawan Bencana

Wilayah rawan bencana di


Kabupaten Lamongan sebagian
besar terletak pada wilayah yang
mempunyai ketinggian 0 7 meter
diatas permukaan laut, tepatnya
berada di sepanjang Sungai
Bengawan Solo Kabupaten
Lamongan. Adapun lokasi-lokasi
yang dilalui sungai Bengawan Solo
yang peka terhadap bencana banjir meliputi Kecamatan Babat, Sekaran, Maduran,
Laren, Karanggeneng, Kalitengah, Glagah dan Karangbinangun. Kondisi ketinggian
tersebut berpotensi rawan terhadap resiko banjir/tergenang. Wilayah Kabupaten
Lamongan yang tergenang secara periodik tercatat seluas 29.273 Ha atau 16,15%
sedangkan untuk wilayah yang tergenang terus menerus seluas 612 Ha atau
0,34% dari luas wilayah Kabupaten Lamongan.

2.1.4 Kondisi Demografi

Secara administratif Kabupaten


Lamongan terbagi atas 27
Kecamatan, meliputi 462 Desa dan
12 Kelurahan yang terbagi dalam
1.486 dusun dan 309.976 RT,
dengan jumlah penduduk tahun
2012 (Disdukcapil, 2012),
mencapai 1.284.379 jiwa yang
terdiri dari 643.532 jiwa laki-laki dan 640.847 jiwa perempuan. Berdasarkan
kelompok umur, masih membentuk piramida dengan kelompok usia anak dan usia
Pemerintah Kabupaten Lamongan

produktif yang besar. Selanjutnya, berdasarkan struktur lapangan pekerjaan


didominasi penduduk bekerja di sektor pertanian, pedagang, nelayan dan jasa.
Selama dua tahun terakhir ini (2011 2012), laju pertumbuhan penduduk rata-
rata sebesar minus 0,17% dengan tingkat kepadatan rata-rata penduduk 709
orang per km2.

2.2 ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

2.2.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

2.2.1.1 Pertumbuhan Ekonomi

Pada tahun 2011 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lamongan mencapai 7,08%


dengan 2 (dua) sektor mengalami pertumbuhan melampaui 10% yaitu sektor
pembangunan dan konstruksi, dan sektor jasa-jasa masing-masing 25,10% dan
15,37%. Pada tahun 2012 perekonomian Kabupaten Lamongan tumbuh 7,12%
dengan pertumbuhan sektor tertinggi oleh sektor bangunan/kontruksi dan sektor
perdagangan, hotel dan restoran masing-masing tumbuh 12,11% dan 9,16%.
Disusul dengan sektor jasa 8,72%, sektor pertambangan dan penggalian 7,06%,
sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan 7,00%, sektor industri pengolahan
6,60%, sektor pertanian 5,63%, sektor angkutan dan komunikasi 4,16% dan
sektor listrik, gas dan air bersih 4,00%.

Pertumbuhan PDRB Sektoral Atas Dasar Harga Konstan 2000


Tahun 2010 -2012

No Sektor 2010 2011 2012


1 Pertanian 4,63 % 3,88 % 5,63 %
2 Pertambangan & Penggalian 1,48 % 8,73 % 7,06 %
3 Industri Pengolahan 7,63 % 8,75 % 6,60 %
4 Listrik, Gas & Air Bersih 5,80 % 6,28 % 4,00 %
5 Bangunan / Konstruksi 3,50 % 25,10 % 12,11 %
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 9,85 % 8,27 % 9,16 %
Pemerintah Kabupaten Lamongan

No Sektor 2010 2011 2012


7 Pengangkutan dan Komunikasi 6,83 % 6,97 % 4,16 %
8 Keuangan, Sewa & Jasa Perusahaan 12,23 % 8,48 % 7,00 %
9 Jasa -Jasa 10,45 % 15,37 % 8,72 %
PDRB 6,89 % 7,08 % 7,12 %
*sumber : BPS Kabupaten Lamongan

2.2.1.2 Laju Inflasi PDRB Kabupaten Lamongan

Laju inflasi PDRB Kabupaten Lamongan tahun 2011 yaitu 3,48% dan naik di tahun
2012 menjadi 6,31%. Hal ini disebabkan oleh kondisi perekonomian baik nasional,
regional maupun domestik yang relatif kurang stabil. Selain itu juga didukung
dengan ketersediaan bahan pokok di Kabupaten Lamongan distribusinya kurang
merata. Hal ini kurang menguntungkan bagi perkembangan perekonomian
Kabupaten Lamongan yang ditandai dengan nilai investasi dan tingkat
pertumbuhan ekonomi yang kenaikannya kurang signifikan.

2.2.1.3 PDRB Per Kapita Kabupaten Lamongan

PDRB sebagai salah satu indikator makro ekonomi di Kabupaten Lamongan.


Selanjutnya jika besaran PDRB tersebut diberi penimbang dengan jumlah
penduduk, karena penduduk merupakan pelaku pembangunan yang menghasilkan
output (PDRB) akan diperoleh angka PDRB per kapita.

No Tahun PDRB Per Kapita Perubahan (%)


1 2010 9.474.775 14,69 %
2 2011 10.771.552 15,62 %
3 2012 12.184.430 13,11 %

PDRB per kapita merupakan salah satu indikator untuk mengetahui tingkat
kesejahteraan masyarakat. Dari hasil perhitungan PDRB atas dasar harga berlaku
tahun 2011 telah diketahui bahwa PDRB per kapita Kabupaten Lamongan tahun
Pemerintah Kabupaten Lamongan

2011 sebesar Rp. 10.771.552,- atau tumbuh 15,62% dari tahun 2010 dan pada
tahun 2012 menjadi Rp. 12.184.430- atau tumbuh 13,11% dari tahun 2011.

2.2.2 Fokus Kesejahteraan Sosial

Pembangunan daerah bidang


kesejahteraan sosial terkait
dengan upaya meningkatkan
kualitas manusia dan masyarakat
Kabupaten Lamongan yang
tercermin pada angka melek
huruf, angka rata-rata lama
sekolah, angka partisipasi kasar,
angka pendidikan yang ditamatkan, angka partisipasi murni, angka kelangsungan
hidup bayi, angka usia harapan hidup, presentase penduduk yang memiliki lahan,
dan rasio penduduk yang bekerja.

Indeks Pembangunan Manusia : Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan


indeks komposit nilai rata-rata dari gabungan tiga komponen penilai kualitas
sumber daya manusia, digunakan unutk mengukur
pencapaian keberhasilan pembangunan manusia
di suatu wilayah. Masing-masing indeks dari
komponen IPM memperlihatkan seberapa besar
tingkat pencapaian yang telah dilakukan selama
ini di bidang kesehatan, pendidikan dan
ekonomi.

Berdasarkan data dari BPS Propinsi Jawa


Timur pada tahun 2010 IPM Kabupaten
Lamongan sebesar 69,63 dengan kategori tingkat pembangunan manusia
menengah atas. Sedangkan pada tahun 2012 angka IPM tersebut mengalami
peningkatan menjadi 70,76 (angka sementara) dan termasuk kategori
pembangunan manusia tingkat atas.
Pemerintah Kabupaten Lamongan

2.3 ASPEK PELAYANAN UMUM

2.3.1 Pertanian

Pada tahun 2012 target kinerja di


bidang pertanian hampir semuanya
telah memenuhi target, namun ada
beberapa target yang memang
masih belum bisa memenuhi target
karena kendala tertentu. Untuk
komoditi tanaman padi dengan
luas panen 138.328 ha pada tahun
2011 produksinya mencapai 678.042 ton GKG, terjadi penurunan sebesar 20,94%
dari tahun 2010 dan pada Tahun 2012 terjadi peningkatan produksi mencapai
911.853 ton sehingga mengaalami peningkatan sebesar 34%.

Komoditas unggulan tanaman pangan lainnya adalah jagung, palawija, buah-


buahan dan sayuran. Dari seluruh komoditas unggulan tersebut, pada tahun 2012
jagung memberikan produksi sebesar 345.975 ton, kedelai sebesar 29.269 ton,
kacang tanah sebesar 12.855 ton,
kacang hijau sebesar 8.730 ton
dan ubi kayu sebesar 59.491 ton.
Buah-buahan yang merupakan
komoditi pertanian Kabupaten
Lamongan adalah semangka,
mangga, nangka, pisang, dan
pepaya. Sedangkan untuk
sayuran adalah lombok kecil,
kangkung, bawang merah, dan kacang panjang.
Pemerintah Kabupaten Lamongan

2.3.2 Perkebunan

Di Kabupaten Lamongan perkebunan hampir tersebar di seluruh kecamatan di


Kabupaten Lamongan, dimana untuk pemanfaatan dilakukan dengan peningkatan
produktivitas dan perlindungan kawasan.
Luas kawasan perkebunan di Kabupaten
Lamongan sebesar 9.919,14 Ha atau sekitar
5,47 % dari luas wilayah yang tersebar di
Kecamatan Sukorame, Kecamatan Bluluk,
Kecamatan Ngimbang, Kecamatan
Sambeng, Kecamatan Mantup, Kecamatan
Kembangbahu, Kecamatan Sugio,
Kecamatan Kedungpring, Kecamatan Modo,
Kecamatan Babat, Kecamatan
Karanggeneng, Kecamatan Laren,
Kecamatan Solokuro, Kecamatan Paciran, Kecamatan Brondong.

Jenis komoditi yang paling dominan adalah tebu dengan jumlah produksi 20.919
ton pada tahun 2011 dan Kecamatan Mantup adalah penghasil komoditi tebu
terbesar. Potensi di sektor perkebunan
sangat ditunjang dan tergantung pada
kesesuaian dan kemampuan tanah
terhadap jenis tanaman yang ada.
Potensi perkebunan jenis komoditi tebu
sangat diminati oleh masyarakat petani
karena untuk pengolahan komoditi ini,
cukup mudah dan relatif
menguntungkan bagi petani.
Pemerintah Kabupaten Lamongan

2.3.3 Perikanan

Pada tahun 2012, produksi ikan hasil


tangkapan dan budidaya mencapai
110.170,67 ton dengan nilai produksi
sebesar Rp. 1.513.071.785.000,-
Produksi tersebut meningkat 2 %
dibandingkan tahun 2011.
Peningkatan produksi tersebut
disebabkan adanya peningkatan
kualitas pemeliharaan melalui penggunaan benih bermutu, pakan, pupuk,
tekonologi dan pemberian obat-obatan (probiotik) baik pada lahan tambak, kolam,
sawah tambak maupun karamba jaring apung.

2.3.4 Peternakan

Komoditas unggulan peternakan


adalah sapi potong, sapi perah,
domba, kambing, ayam buras, ayam
ras pedaging, ayam ras petelur dan
itik yang populasinya terus
meningkat. Pada tahun 2012,
populasi ternak besar sebesar
117.338 ekor, ternak kecil sebesar
161.406 ekor, kemudian untuk
populasi unggas mengalami penurunan yaitu dari 33.352.350 ekor di tahun 2011
menjadi sebesar 32.598.959 ekor di tahun 2012. Produksi daging dan telur pada
tahun 2012 juga mengalami peningkatan masing masing sebesar 17.470,98 ton
dan 2.137,29 ton.
Pemerintah Kabupaten Lamongan

2.3.5 Fasilitas Wilayah/Infrastruktur

Sistem transportasi di Kabupaten


Lamongan lebih didominasi oleh
transportasi darat terutama jalan
raya dan sebagian sarana kereta api.
Sedangkan untuk transportasi laut
saat ini hanya sebatas prasarana
penangkapan ikan, akan tetapi saat
ini telah dikembangkan pelabuhan
laut nasional-internasional oleh PT. Lamongan Integrated Shorebase di wilayah
utara Lamongan.

Total panjang jalan kabupaten


sebesar 346,732 Km. Selama kurun
waktu 2 tahun (2010 - 2011) telah
dicapai peningkatan kondisi jalan dan
jembatan sebagai berikut : pada
tahun 2011, kondisi jalan (baik dan
sedang) naik menjadi 57,03%. Jalan
Rusak menurun menjadi 42,97%. Pada kondisi jembatan baik naik menjadi
64,00% sehingga jumlah jembatan kondisi sedang dan jembatan rusak turun
masing-masing menjadi 26,99% dan 6,38%.

Kondisi Jalan dan Jembatan

Kondisi
Sektor Th 2010 Th 2011 Th 2012
Meter % Meter % Meter %
Jalan Baik & Sedang 162.173 46,77 197.742 57,03 280.548 80,91
Jalan Rusak 184,559 53,23 148.990 42,97 66,184 19,09
Jembatan Baik 149 Bh 63,14 151 Bh 64,00 156 66,10
Jembatan Sedang 71 Bh 30,09 70 Bh 26,99 66 27,97
Jembatan Rusak 16 Bh 6,78 15 Bh 6,38 14 5,93
Sumber : Dinas PU Bina Marga Kab. Lamongan
Pemerintah Kabupaten Lamongan

Manajemen pengelolaan
sumberdaya air dalam kaitannya
dengan penyediaan air bagi
kegiatan pertanian dan perikanan
di Kabupaten Lamongan terbagi
dalam 7 wilayah Unit Pelayanan
Teknis (UPT), yaitu UPT
Lamongan, Kedungpring, Babat,
Karanggeneng, Sukodadi, Kuro dan Laren yang meliputi 55 Daerah Irigasi (DI)
dengan luasan area sawah 45.841 Ha, meliputi 14.730 Ha merupakan jaringan
irigasi teknis, 10.551 Ha jaringan irigasi semi teknis dan 20.560 Ha jaringan irigasi
sederhana. (suis koro/bego)

Begitu pula untuk pemenuhan kebutuhan air bersih untuk masyarakat hingga saat
ini diambilkan dari Sungai Bengawan Solo. Sampai dengan tahun 2011 pelayanan
PDAM Kabupaten Lamongan baru melayani 14.847 SR dari 75.207 SR atau
28,76% di 10 kecamatan dari 27
kecamatan di Kabupaten Lamongan
melalui 12 area pelayanan yaitu di
Kecamatan Lamongan, Sukodadi,
Deket, Brondong, Kembangbahu,
Sugio, Sekaran, Babat, Kedungpring
dan Ngimbang.

Dalam rangka pemerataan


pembangunan, maka penerangan ke wilayah terisolasi atau wilayah yang belum
terjangkau kebutuhan akan listrik harus dilakukan melalui peningkatan penyediaan
listrik di perkotaan dan pedesaan dengan meningkatkan dan mengoptimalkan
pelayanan listrik akan terjadi pemerataan pelayanan diseluruh wilayah Kabupaten
Lamongan, sehingga dapat diasumsikan bahwa setiap KK akan memperoleh
layanan jaringan listrik, sehingga tidak ada masyarakat yang belum terlayani. Pada
Pemerintah Kabupaten Lamongan

tahun 2010 jumlah KK desa yang belum terlayani energi listrik sebanyak 50 KK,
dengan adanya pembangunan jaringan listrik di pedesaan pada tahun 2011
jumlah KK yang belum terlayani energi listrik turun menjadi 30 KK.

2.3.6 Perdagangan dan perindustrian

Kondisi perdagangan di Kabupaten


Lamongan tahun 2011 telah
berkembang cukup pesat terutama
Ruko dan Pasar Agrobis Semando
Babat. Pasar Agrobis Babat
mengembangkan eksistensi
pedagang tradisional di tengah
serbuan sarana perdagangan ritel
modern. Keseluruhan terdapat 10 unit Pasar Daerah, yaitu Pasar Baru, Pasar
Modern/Lamongan Plaza, Pasar Sidoharjo, Pasar Ikan, Pasar Babat, Pasar Agrobis,
Pasar Blimbing/Brondong, Pasar Maduran, Pasar Hewan Tikung dan Pasar Hewan
Babat. Sementara itu, Pasar Desa hingga tahun 2011 berkembang menjadi 108
unit. Pada tahun 2011 dilakukan pembangunan showroom konveksi Tri Tunggal
Babat Tahap I dan pembangunan Resi
Gudang yang akan difungsikan untuk
menyimpan produk hasil pertanian
dari kelompok tani yang nantinya akan
diberi sertifikat pada kelompok
tersebut dan dapat digunakan sebagai
jaminan pinjaman pada bank.

Dalam konstelasi perindustrian dan perdagangan di era otonomi daerah menjadi


tantangan tersendiri bagi perekonomian daerah untuk semakin tumbuh dan
berkembang secara mandiri sekaligus melebur dalam era globalisasi yang
menekankan adanya peluang dan kompetisi dalam memenangkan pasar. Kondisi
Pemerintah Kabupaten Lamongan

perindustrian dan perdagangan di Kabupaten Lamongan masih dominan diarahkan


pada pengembangan industrialisasi pedesaan.

2.4 ASPEK DAYA SAING DAERAH

Salah satu indikator untuk mengevaluasi


perkembangan / kemajuan pembangunan
ekonomi di suatu daerah pada periode
tertentu adalah pertumbuhan ekonomi. Agar
diperoleh gambaran tentang pertumbuhan
ekonomi secara riil maka digunakan angka
PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK).
Sebagai tolok ukur atas keberhasilan
pembangunan di bidang ekonomi, angka
pertumbuhan ekonomi dapat dihitung dari
perubahan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga
Konstan (ADHK) dari tahun sekarang dengan tahun sebelumnya. Adapun
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lamongan berdasarkan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan (ADHK pada tahun 2011 yang
masih merupakan angka proyeksi adalah sebesar Rp.6.629.207.830.000,- atau
tumbuh sebesar 7,08% dari tahun 2010 yang merupakan
angka sementara sebesar Rp.6.191.066.490.000,-.

Berdasarkan data perkembangan (2010 s/d 2011)


struktur perekonomian Kabupaten Lamongan masih
belum banyak mengalami perubahan yakni masih
ditopang utama oleh sektor pertanian. Pada tahun 2011 (angka proyeksi)
sektor pertanian masih memberikan kontribusi terbesar yaitu 44,48%
terhadap total PDRB ADHB Kabupaten Lamongan, kemudian berturut-turut
diikuti oleh sektor perdagangan, hotel & restoran (31,99%) dan sektor
Pemerintah Kabupaten Lamongan

jasa-jasa (9,27%), sektor industri pengolahan (5,07%), sektor keuangan,


persewaan dan jasa perusahaan (3,58%), sektor bangunan/konstruksi (2,48%),
sektor pengangkutan dan komunikasi (2,11%), sektor listrik, gas dan air bersih
(0,81%), serta sektor pertambangan dan penggalian (0,20%).

2.4.1 Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah

2.4.1.1 Angka Konsumsi RT Per Kapita Kabupaten Lamongan

Menurut Susenas Jatim Tahun 2010, pengeluaran konsumsi rumah tangga per
kapita di Kabupaten Lamongan pada tahun 2010 adalah sebesar Rp. 345.500,-.
Konsumsi rumah tangga per kapita dibagi menjadi 2 (dua) yakni konsumsi pangan
dan non pangan. Untuk pengeluaran konsumsi pangan per kapita Rp. 203.884,-
sedangkan pengeluaran konsumsi non pangan per kapita adalah sebesar Rp.
141.616,-.

2.4.1.2 Produktivitas Daerah

Masyarakat Kabupaten Lamongan harus siap menghadapi era globalisasi yang


ditandai dengan kemajuan teknologi, keterbukaan informasi serta perdagangan
bebas antar negara. Pada era globalisasi ini masyarakat harus mampu untuk
memanfaatkan berbagai peluang
dan meraih berbagai kesempatan.
Nilai PDRB Kabupaten Lamongan
tahun 2011 sebesar Rp.
12.920.440.000.000,- dengan
jumlah tenaga kerja sebanyak
716.414 orang. Perbandingan
antara nilai PDRB dengan tenaga
kerja yang terserap disebut dengan produktivitas daerah. Dari sektor pertanian
telah memberikan kontribusi sebesar 49,17% atau sebesar Rp.
3.135.747.710.000,- dengan jumlah tenaga kerja di sektor pertanian sebanyak
355.091 orang sehingga produktivitas daerah sektor pertanian sebesar Rp.
Pemerintah Kabupaten Lamongan

8.830.828,46. Artinya setiap 1 (satu) tenaga kerja di sektor pertanian


mendapatkan pendapatan sebesar Rp. 8.830.828,46 setiap tahunnya. Untuk itu
dibutuhkan dukungan teknologi pertanian yang lebih canggih dalam meningkatkan
besaran PDRB, yang akan berujung pada kesejahteraan petani di Kabupaten
Lamongan.

Anda mungkin juga menyukai