DM Contoh Portofolio DM
DM Contoh Portofolio DM
Nama DM:
NIM :
A. Identitas
Nama : Tn. R
Usia : 18 th
Alamat : Malang
Pekerjaan :-
Tgl periksa : 15 Juli 2013
B. Anamnesa (Subyektif) :
Keluhan utama : pingsan setiap 3 bulan sekali
Pasien didampingi ayahnya datang ke poli dengan keluhan pingsan tiap 3 bulan sekali.
Pingsan dengan tangan dan kaki kaku dan bergerak-gerak secara bersamaan serta mata
melirik ke atas saat terjadi serangan dan di mulut keluar busa. Saat sebelum pingsan tidak
didahului pusing ataupun mual. Durasi tiap serangan paling lama 30 menit dan setelah
serangan pasien bangun dalam keadaan bingung.
Pasien sudah sakit seperti ini sejak 5 tahun yang lalu. Pada saat SMP serangan kejang pada
pasien 2x dalam 3 tahun dan saat SMA kejang 4x dalam 3 tahun lalu akhir-akhir ini
memberat hingga mengalami serangan tiap 3 bulan sekali dan pola serangan selalu sama dan
serangan dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Tidak didapatkan pelo ataupun merot.
Faktor pencetus serangan pada pasien ini tidak diketahui
Riwayat trauma pada pasien tidak ada
Riwayat persalinan normal cukup bulan dengan dibantu dukun bayi dan langsung menangis
setelah lahir
Riwayat perkembangan normal dan tidak pernah kejang demam
Riwayat keluarga: di keluarga tidak ada yang mengalami seperti ini tapi ayah pernah
mengalami kejang demam saat bayi.
Riwayat pengobatan: belum pernah minum obat dan belum pernah ke dokter sebelumnya.
Reflek Fisiologis :
Reflek biceps (+2/+2)
Reflek triceps (+2/+2)
Reflek Patella ( +2/+2)
Reflek achilles (+2/+2)
Motorik:
tonus: n n power: 5 5
n n 5 5
Sensoris: normal
ANS: normal
D. Diagnosis (Assesment)
1
Portofolio Minggu ke 2
Nama DM:
NIM :
Diagnosis klinis : generalized tonic clonic seizure e.c susp epilepsi idiopatik
Diagnosa topis : central cephalic
Diagnosa etiologis : epiepsi idiopatik
Diagnosa sekunder : (-)
E. Planning
Treatment :EEG
Phenytoin 2x100 mg
B6 2x1
F. Tinjauan Pustaka
Epilepsi adalah keadaan yang ditandai bangkitran (seixure) berulang sebagai akibat adanya
gangguan fungsi otak secara intermitten yang disebabkan oleh lepasnya muatan listrik
abnormal dan berlebihan di neuron-neuron secara paroksismal dan disebabkan oleh
berbagai faktor etiologi.
Bangkitan epilepsi (epileptic seizure) adalah manifestasi klinik dari bangkitan serupa
(stereotipik), berlangsung secara mendadak dan sementara dengan atau tanpa perubahan
kesadaran, disebabkan oleh hiperaktivitas listrik sekelompok sel saraf di otak, bukan
disebabkan oleh suatu penyakit otak akut (unprovoked)
Klasifikasi bangkitan epilepsi (menurut ILAE thn 1981):
1. Bangkitan parsial
1.1 bangkitan parsial sederhana: motorik, sensorik, otonom, psiki
1.2 bangkitan partial kompleks: diikuti gangguan kesadaran atau gangguan
kesadaran saat awal bangkitan
1.3 bangkitan parsial yang berkembang menjadi umum sekunder: parsial sederhana
yang menjadi tonik klonik, parsial kompleks yang menjadi umum tonik-klonik
dan parsial sederhana menjadi parsial kompleks menjadi umum tonik-klonik
2. Bangkitan umum
2.1 Lena (absence)
2.2 Mioklonik
2.3 Klonik
2.4 Tonik
2.5 Tonik-klonik
2.6 Atonik
3. Tak tergolongkan
Klasifikasi epilepsi dan sindrom epilepsi (menurut ILAE 1989):
1. Berkaitan dengan lokasi kelainan:
1.1 idiopatik
1.2 simtomatik (sekunder)
1.3 kriptogenik
2. epilepsi umum dan berbagai sindrom epilepsi yang berurutan sesuai dengan
penigkatan usia:
2.1 idiopatik
2.2 kriptogenik atau sintomatik berurutan sesuai dengan peningkatan usia
2.3 simtomatik
3. epilepsi dan sindrom yang tak dapat ditentukan fokal atau umum
3.1 bangkitan umum dan fokal
3.2 tanpa gambaran tegas fokal atau umum
4. sindrom khusus: bangkitan yang berkaitan dengan situasi tertentu
2
Portofolio Minggu ke 2
Nama DM:
NIM :
GEJALA KLINIS:
Bangkitan umum tonik-klonik:
Bisa didahului prodromal seperti jeritan, sentakan, mioklonik (ditanyakan pada
ayah pasien dan jawaban ayah pasien adalah pada pasien ini tidak ada)
Kehilangan kesadaran, kaku (fase tonik) selama 10-30 detik diikuti gerakan kejang
pada kedua lengan dan tungkai (fase klonik) selama 30-60 detik dan dapat disertai
mulut berbusa (pada pasien durasi berlangsung paling lama 30 menit dan
didapatkan busa pada mulut)
Selesai bangkitan pasien merasa lemas (fase flasid) dan tampak bingung (pada
pasien setelah serangan bangun dan bingung)
Pasien sering tidur setelah bangkitan selesai
DIAGNOSIS:
Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya gejala dan tanda klinik dalam bentuk bangkitan
epilepsi berulang (minimum 2 kali) yang ditunjang oleh gambaran epileptiform pada EEG.
(pada pasien didapatkan episode bangkitan epilepsi lebih dari 2 kali).
1. Anamnesis:
Pola/bentuk bangkitan: tonic clonic
Lama bangkitan :paling lama 30 menit
Gejala sebelum, selama dan pasca bangkitan: sebelum serangan tidak
ada dan setelah bangkitan pasien bingung
Frekuensi bangkitan: 1 tahun ini berlangsung tiap 3 bulan sekali
Faktor pencetus: tidak diketahui
Ada atau tidaknya penyakit lain yang diderita: tidak ada
Usia pada saat bangkitan pertama: usia muda (13 thn)
Riwayat dalam kandungan, kelahiran dan perkembangan bayi/anak:
normal dan tidak pernah didapatkan kejang demam
Riwayat terapi epilepsi sebelumnya: tidak ada
Riwayat epilepsi dalam keluarga: tidak ada
2. Pemeriksaan fisik dan neurologik:
Mencari tanda-tanda gangguan yg berhubungan dengan epilepsi seperti trauma
kepala, infeksi telinga atau sinus, gangguan kongenital, gangguan neurologik
fokal atau difus. (pada pasien tidak ada)
3. Pemeriksaan penunjang: EEG (pasien akan melakukan EEG dan membawa
hasilnya saat kontrol lagi ke poli)
DIAGNOSIS BANDING:
Sinkop
Serangan iskemik sepintas (TIA)
Vertigo
Transient global amnesia
Narkolepsi
Bangkitan panik, psikogenik
Sindrom menier
Tics
PENATALAKSANAAN:
Tujuan terapi adalah membuat kualitas hidup pasien menjadi baik dengan cara
mengehntikan bangkitan, mengurangi frekuensi serangan, menurunkan angka kematian.
Terapi yang diberikan:
o OAE diberikan bila: diagnosis sudah ditegakkan, setelah pasien dan keluarganya
menerima penjelasan tentang tujuan pengobatan (diagnosa pasien sudah tegak
dan pasien dan keluarganya sudah di KIE tentang tujuan pengobatan)
3
Portofolio Minggu ke 2
Nama DM:
NIM :
o Terapi dimulai dengan monoterapi dosis rendah dan dinaikkan bertahap sampai
dosis efektif tercapai atau timbul efek samping(phenytoin 2x100 mg, diberikan
phenytoin karena harganya yang murah dibandingkan asam valproat)
o Bila pada pasien dengan dosis maksimum tidak dapat mengontrol serangan maka
perlu ditambahkan obat OAE kedua
TINJAUAN PUSTAKA:
Staf medis ilmu penyakit saraf. 2010. Pedoman Diagnosis dan Terapi. Universitas
Brawijaya: Malang