Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan tenaga listrik di negara-negara berkembang termasuk


Indonesia terus meningkat sesuai dengan laju pertumbuhan ekonomi dan
industri serta pertambahan penduduk. Listrik merupakan bentuk energi
yang paling bermanfaat dan tepat bagi kehidupan manusia modern seperti
sekarang ini, dimana energi listrik mempunyai satu fungsi fundamental yang
dapat memberikan suatu kebutuhan atau pelayanan daya listrik yang
diperlukan oleh konsumen.
Untuk mengatasi peningkatan kebutuhan listrik tersebut pemerintah
meresmikan program percepatan pembangunan listrik Indonesia 35.000
MW yang dicanangkan oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo.
Program 35.000 MW ini dituangkan PT. PLN (Persero) sebagai satu-
satunya perusahaan listrik milik negara ke dalam Rencana Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) pembangunan pembangkit, gardu
induk, dan transmisi.
Berangkat dari pencanganan RUPTL, PT. PLN (Persero) menunjuk
unit-unit kerjanya, dalam hal ini Unit Induk Pembangunan (UIP) di seluruh
Indonesia untuk merealisasikan Program 35.000 MW konstruksi
pembangkit, gardu induk, dan transmisi. Unit Pelaksana Proyek Jaringan
Jawa Bagian Barat (UPP JJBB) 3 adalah unit pelaksana di bawah Unit
Induk Pembangunan Jawa Bagian Barat (UIP JBB) yang bertugas
melaksankan proyek konstruksi gardu induk dan transmisi di kerja daerah
Jawa Bagian Barat.
Proyek pada umumnya memiliki batas waktu (deadline), artinya
proyek harus diselesaikan sebelum atau tepat pada waktu yang telah
ditentukan. Keterlambatan penyelesaian proyek sendiri adalah kondisi yang
sangat tidak dikehendaki, karena hal ini dapat merugikan kedua belah pihak
baik dari segi waktu maupun biaya. Dalam kaitannya dengan waktu dan
biaya produksi, perusahaan harus bisa seefisien mungkin dalam

1
penggunaan waktu di setiap kegiatan atau aktivitas, sehingga biaya dapat
diminimalkan dari rencana semula.
Dalam pelaksanaan proyek konstruksi dibutuhkan suatu
pengendalian yang dapat mengungkapkan tanda jika terjadi penyimpangan
terhadap apa yang direncanakan. Penyimpangan-penyimpangan yang
dapat terjadi dalam suatu proyek antara lain keterlambatan suatu proyek
dibanding jadwal yang direncanakan ataupun biaya yang melampaui
anggaran sehingga Perusahaan cenderung mengalami kerugian.
Untuk mengembalikan tingkat kemajuan proyek ke rencana semula
diperlukan suatu upaya percepatan durasi proyek walaupun akan diikuti
meningkatnya biaya proyek. Oleh karena itu diperlukan analisis optimalisasi
durasi proyek sehingga dapat diketahui berapa lama suatu proyek tersebut
diselesaikan dan mencari adanya kemungkinan percepatan waktu
pelaksanaan proyek dengan metode PERT (Project Evaluation and Review
Technique) dan CPM (Critical Path Method - Metode Jalur Kritis).

1.2 Permasalahan

Pada Unit Pelaksana Proyek Jaringan Jawa Bagian Barat (UPP


JJBB) 3, salah satu pekerjaan yang sedang berjalan yaitu Proyek
Pembangunan GI 150 kV Serang (Ext). Proyek Pembangunan GI 150 kV
Serang (Ext) ini mengalami keterlambatan dibandingkan dengan jadwal
yang telah direncanakan di kontrak. Pada Contract Discussion Agreement
(CDA) pekerjaan harus selesai dalam waktu 540 hari atau 18 bulan, namun
kondisi aktual di lapangan terdapat kendala yang menyembabkan
terhambatnya laju pekerjaan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Identifikasi Masalah

Masalah merupakan kesenjangan antara pencapaian kinerja keadaan


sekarang dengan pencapaian kinerja yang diinginkan. Berdasarkan hasil analisa
pencapaian kinerja keadaan sekarang dan pencapaian yang diinginkan, sebagai
hasil identifikasi yang menjadi masaaah utama adalah terlambatnya pelaksanaan
pekerjaan pembangunan GI 150 kV Serang (Ext) dari schedule yang telah
disepakati pada kontrak.
Adapun beberapa penyebab keterlambatan pekerjaan tersebut terdapat
pada laporan bulanan proyek, antara lain :
1. Hingga Desember 2016 belum adanya approval drawing sebagai
pedoman pelaksanaan pekerjaan.
2. Kurangnya koordinasi dari pihak kontraktor dengan pihak-pihak yang
terkait dengan proyek.
3. Pada Laporan Bulanan Maret 2017 pekerjaan borepile untuk pondasi
trafo terhambat kerena pihak kontraktor mengajukan keberatan / tidak
menyetujui harga satuan kontrak untuk borepile.

2.2 Tools Analysis (RCPS)

Kontraktor
Perencanaan yang
Approval Drawing koordinasi dengan
kurang sesuai
pihak PUSENLIS

Koordinasi oleh
Sumber daya
Komunikasi yang kontraktor dengan
pelaksana kurang
lemah pihak terkait
qualified
proyek

Keterlambatan
Gangguan
Pekerjaan Proyek Penyesuaian
Aspek Lingkungan pekerjaan oleh
GI 150 kV Serang metode kerja
cuaca
(Ext)

Pengawasan dan Keterlambatan Mepercepat


Pengendalian Aspek Material Pengadaan pengadaan
Proyek Material material

Time Schedule Optimalisasi durasi


Aspek Waktu Plan dengan pekerjaan yang termasuk
aktual tidak sesuai dalam Critical Path dan
analisa % probilitas dengan
Permasalahan diluar kendali metode PERT

Solusi Permasalahan
Masalah yang bisa diselesaikan

Gambar 2.1 RCPS

3
2.3 Pra Anggapan
Berdasarkan penjabaran masalah serta desiminasi akar permasalahan
melalui tools RCPS (Root Cause Problem Solving) maka pra anggapan dalam
Telaahan Staf adalah bahwa : Optimalisasi durasi pada pekerjaan kritis,
pengendalian serta pengawasan yang dilakukan oleh pengawas proyek sangat
berpengaruh terhadap realisasi schedule dan efisiensi pekerjaan dari proyek GI
150 kV Serang (Ext).

2.4 Skala Prioritas


Permasalahan pada GI 150 Kv Serang (Ext) pada diagram RCPS
menunjukkan beberapa penyelesaian atau solusi. Tindakan penyelesaian tersebut
disusun dalam tabel 2.1 untuk mudahkan menyelesaikan masalah yang ada.

Tabel 2.1 Solusi berdasarkan akar masalah

No Akar Masalah No Solusi


Koordinasi dengan bagian
1 Approval Drawing 1
perencanaan
Koordinasi oleh kontraktror dengan
2 Komunikasi yang lemah 2
pihak terkait proyek
Gangguan pekerjaan oleh
3 3 Penyesuaian Metode Kerja
cuaca
Keterlambatan pengadaan
4 4 Mempercepat pengaadaan material
material
Time Schedue Plan dengan Optimalsi durasi pada pekerjaan yang
5 5
Aktual tidak sesuai termasuk dalam Critical Path

Berdasarkan ide solusi yang muncul dari akar permasalahan yang ada
maka dibuatkan skala prioritas untuk menetukan ide perbaikan yang dipilih. Skala
prioritas ini digunakan dengan mempertimbangkan tindakan yang akan diambil
dengan perbandingan antara tingkat kesulitan pekerjaan dan tingkat dampak yang
diperoleh seperti dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Skala Prioritas

HIGH 5
IMPACT

MEDIUM 4 2

LOW 1 3

DIFFICULT MEDIUM EASY

IMPLEMENTATION

4
2.5 Fakta Yang Mempengaruhi

2.5.1 Pengertian Proyek dan Manajemen Proyek


a. Proyek
Menurut Soeharto (1999) : Kegiatan proyek dapat diartikan sebagai satu
kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan
alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk menghasilkan produk atau
deliverable yang kriteria mutunya telah digariskan dengan jelas.
Munawaroh (2003) menyatakan proyek merupakan bagian dari program
kerja suatu organisasi yang sifatnya temporer untuk mendukung pencapaian
tujuan organisasi, dengan memanfaatkan sumber daya manusia maupun non
sumber daya manusia.

b. Manajemen Proyek
H. Kerzner (dikutip oleh Soeharto, 1999) menyatakan, melihat dari
wawasan manajemen, bahwa manajemen proyek adalah merencanakan,
mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya perusahaan untuk
mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan.
Menurut Siswanto (2007), dalam manajemen proyek, penentuan waktu
penyelesaian kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan awal yang sangat
penting dalam proses perencanaan karena penentuan waktu tersebut akan
menjadi dasar bagi perencanaan yang lain, yaitu
a. Penyusunan jadwal (scheduling), anggaran (budgeting), kebutuhan sumber
daya manusia (manpower planning), dan sumber organisasi yang lain.
b. Proses pengendalian (controlling).

2.5.2 Jaringan Kerja


Network planning (Jaringan Kerja) pada prinsipnya adalah hubungan
ketergantungan antara bagian-bagian pekerjaan yang digambarkan atau
divisualisasikan dalam diagram network. Dengan demikian dapat dikemukakan
bagian-bagian pekerjaan yang harus didahulukan, sehingga dapat dijadikan dasar
untuk melakukan pekerjaan selanjutnya dan dapat dilihat pula bahwa suatu
pekerjaan belum dapat dimulai apabila kegiatan sebelumnya belum selesai
dikerjakan.

5
Simbol-simbol yang digunakan dalam menggambarkan suatu network adalah
sebagai berikut (Hayun, 2005) :

a. Anak panah/busur, mewakili sebuah kegiatan atau aktivitas yaitu tugas yang
dibutuhkan oleh proyek. Kegiatan di sini didefinisikan sebagai hal yang
memerlukan duration (jangka waktu tertentu) dalam pemakaian sejumlah
resources (sumber tenaga, peralatan, material, biaya). Kepala anak panah
menunjukkan arah tiap kegiatan, yang menunjukkan bahwa suatu kegiatan
dimulai pada permulaan dan berjalan maju sampai akhir dengan arah dari kiri
ke kanan. Baik panjang maupun kemiringan anak panah ini sama sekali tidak
mempunyai arti. Jadi, tak perlu menggunakan skala.

Gambar 2.2 Anak panah/busur

b. Lingkaran kecil/simpul/node, mewakili sebuah kejadian atau peristiwa atau


event. Kejadian (event) didefinisikan sebagai ujung atau pertemuan dari satu
atau beberapa kegiatan. Sebuah kejadian mewakili satu titik dalam waktu
yang menyatakan penyelesaian beberapa kegiatan dan awal beberapa
kegiatan baru. Titik awal dan akhir dari sebuah kegiatan karena itu dijabarkan
dengan dua kejadian yang biasanya dikenal sebagai kejadian kepala dan ekor.
Kegiatan-kegiatan yang berawal dari saat kejadian tertentu tidak dapat dimulai
sampai kegiatan-kegiatan yang berakhir pada kejadian yang sama
diselesaikan. Suatu kejadian harus mendahulukan kegiatan yang keluar dari
simpul/node tersebut.

EET
No
LET

Gambar 2.3 Lingkaran/Simpul/Node

c. Anak panah terputus-putus, menyatakan kegiatan semu atau dummy activity.


Setiap anak panah memiliki peranan ganda dalam mewakili kegiatan dan
membantu untuk menunjukkan hubungan utama antara berbagai kegiatan.
Dummy di sini berguna untuk membatasi mulainya kegiatan seperti halnya
kegiatan biasa, panjang dan kemiringan dummy ini juga tak berarti apa-apa
sehingga tidak perlu berskala. Bedanya dengan kegiatan biasa ialah bahwa

6
kegiatan dummy tidak memakan waktu dan sumbar daya, jadi waktu kegiatan
dan biaya sama dengan nol.

Gambar 2.4 Anak Panah Putus-putus

d. Anak panah berwarna merah, merupakan kegiatan pada lintasan kritis.

Gambar 2.5 Anak Panah berwarna merah

Dalam penggunaannya, simbol-simbol ini digunakan dengan mengikuti aturan-


aturan sebagai berikut (Hayun, 2005) :
a. Di antara dua kejadian (event) yang sama, hanya boleh digambarkan satu
anak panah.
b. Nama suatu aktivitas dinyatakan dengan huruf atau dengan nomor
kejadian.
c. Aktivitas harus mengalir dari kejadian bernomor rendah ke kejadian
bernomor tinggi.
d. Diagram hanya memiliki sebuah saat paling cepat dimulainya kejadian
(initial event) dan sebuah saat paling lambat diselesaikannya kejadian
(terminal event).

Untuk menyusun Jaringan Kerja (Network Planning) diperlukan aspek-aspek


berikut :
a. Perhitungan Earliest Event Time (EET)
Untuk menghitung besarnya nilai EET, digunakan perhitungan
kedepan (forward analysis), dimulai dari kegiatan peling awal dan
dilanjutkan dengan kegiatan berikutnya.

Rumus : EETj = L + EETi.(Pers 2.1)

Dimana L adalah durasi kegiatan, apabila ada beberapa kegiatan yang


menuju pada satu peristiwa yang sama, maka diambil nilai EETj yang
terbesar.

7
b. Perhitungan Latest Event Time (LET)
Untuk menghitung besarnya nilai LET, digunakan perhitungan
kebelakang (backward analysis), dimulai dari kegiatan paling akhir dan
dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan sebelumnya.
Rumus: LETi = LETj - L..(Pers 2.2)
Dimana L adalah durasi kegiatan, apabila ada beberapa kegiatan yang
keluar dari satu kegiatan yang sama, maka diambil nilai LETi yang terkecil.

c. Perhitungan Float
Float dapat didefinisikan sebagai sejumlah waktu yang tersedia
dalam suatu kegiatan sehingga memungkinkan penundaan atau
perlambatan kegiatan tersebut secara sengaja atau tidak sengaja, tetapi
penundaan tersebut tidak menyebabkan proyek menjadi terlambat dalam
penyelesaiannya. Float dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu total float
dan free float.
Total float adalah sejumlah waktu yang tersedia untuk
keterlambatan atau perlambatan pelaksanaan kegiatan tanpa
memengaruhi proyek secara keseluruhan. Free float adalah sejumlah
waktu yang tersedia untuk keterlambatan atau perlambatan pelaksanaan
kegiatan tanpa memengaruhi dimulainya kegiatan yang langsung
mengikutinya. Perhitungan float dapat dilakukan sebagai berikut:
Total Float = LETj Durasi A EETi...(Pers 2.3)
Free Float = EETj Durasi A EETi...(Pers 2.4)

2.5.3 CPM (Critical Path Method)

Critical Path Method (CPM) merupakan model kegiatan proyek yang


digambarkan dalam bentuk jaringan. Kegiatan yang digambarkan sebagai titik
pada jaringan dan peristiwa yang menandakan awal atau akhir dari kegiatan
digambarkan sebagai busur atau garis antara titik.
Komponen-komponen dalam metode CPM adalah:
a) Diagram Network
b) Hubungan antar symbol dan urutan kegiatan
c) Jalur kritis
d) Tenggang waktu kegiatan
e) Limit jadwal kegiatan

8
Menurut Badri (1997:24) manfaat yang diperoleh jika mengetahui lintasan kritis
adalah sebagai berikut:
a) Penundaan pekerjaan pada lintasan kritis menyebabkan seluruh proyek
tertunda penyelesaiannya.
b) Proyek dapat dipercepat penyelesaiannya bila pekerjaan-pekerjaan yang ada
dilintasan kritis dapat dipercepat.
c) Pengawasan atau kontrol hanya diperketat pada lintasan kritis saja, sehingga
pekerjaan-pekerjaan dilintasan kritis perlu pengawasan ketat agar tidak
tertunda dan kemungkinan di trade off (pertukaran waktu dengan biaya yang
effisien) dan crash program (diselesaikan dengan waktu yang optimum
dipercepat dengan biaya yang bertambah pula) atau dipersingkat waktunya
dengan tambahan biaya atau lembur.
d) Time slack atau kelonggaran waktu terdapat pada pekerjaan yang tidak
melalui lintasan kritis. Ini memungkinkan bagi manajer/pimpro untuk
memindahkan tenaga kerja, alat, dan biaya ke pekerjaan-pekerjaan di lintasan
kritis agar efektif dan efisien.

2.5.4 Metode PERT

Dalam Heizer dan Render (2006), PERT mengatasi masalah variabilitas


waktu aktivitas saat melakukan penjadwalan proyek. Menurut Handoko (1999),
PERT bukan hanya berguna untuk proyek-proyek raksasa yang memerlukan
waktu tahunan dan ribuan pekerja, tetapi juga digunakan untuk memperbaiki
efisiensi pengerjaan proyek-proyek segala ukuran. Pada PERT, penekanan
diarahkan kepada usaha mendapatkan kurun waktu yang paling baik (ke arah
yang lebih akurat). PERT menggunakan unsur probability.
Dalam Siswanto (2007), disebutkan bahwa PERT, melalui distribusi beta,
menggunakan taksiran-taksiran waktu untuk menentukan waktu penyelesaian
suatu kegiatan agar lebih realistik. Kemudian diasumsikan pendekatan dari durasi
rata-rata yang disebut expected return (Te) dengan rumus sebagai berikut :

+4+
= .........(Pers 2.5)
6
Ket :
te = expected duration a = waktu optimis
m = waktu realistis b = waktu pesimis

9
Besarnya ketidakpastian tergantung pada besarnya angka a dan b,
dirumuskan sebagai berikut:
a. Devisi Standar Kegiatan

1
= ( ) .........(Pers 2.6)
6
Ket:
S = deviasi standar kegiatan
a = waktu optimis
b = waktu pesimis
b. Varians
1 2
() = 2 = ( ( )) .........(Pers 2.7)
6
Ket.
V(te) = varians kegiatan
S = deviasi standar kegiatan
a = waktu optimis
b = waktu pesimis

Untuk mengetahui kemungkinan mencapai target jadwal dapat dilakukan


dengan menghubungkan antara waktu yang diharapkan (TE) dengan target T(d)
yang dinyatakan dengan rumus :

()
= .........(Pers 2.8)

Ket
z = angka kemungkinan mencapai target
T(d) = target jadwal
TE = jumlah waktu kegiatan kritis
S = deviasi standar kegiatan

Angka z merupakan angka probabilitas yang persentasenya dapat dicari


dengan menggunakan tabel distribusi normal kumulatif z.

10
2.6 Pembahasan
2.6.1 Struktur Kontrak

Objek Penelitian pada tulisan ini adalah Proyek Pembangunan GI 150 kV


Serang (Extention). Proyek ini merupakan bagian dari kontrak IBRD LOAN 8282-
ID Package 1 Supply and Installation for Extention of 150 kV Transformer Bays for
Scaterred Substations in Lot 1 : Java-Bali Regions antara PLN dan CG Power
Consortium sebagai kontraktor pelaksana.
Waktu pelaksanaan proyek yang ditetapkan dalam kontrak adalah 18 bulan
atau 540 hari (lima ratus empat puluh) hari kalender sejak kontrak aktif atau
tanggal efektif proyek. Nilai Kontrak pada pelaksanaan proyek pembangunan GI
150 kV Serang (Extention) adalah sebesar Rp 10.865.500.933,- (Sepuluh Miliar
Delapan Ratus Enam Puluh Lima Juta Lima Ratus Ribu Sembilan Ratus Tiga
Puluh Tiga Rupiah) belum termasuk pajak. Adapun rekapitulasi biaya perkerjaan
terdapat pada table 2.3.

Tabel 2.3 Rekapitulasi Nilai Proyek GI 150 kV Serang (Ext)

Item Pekerjaan Nilai

Schedule 1 (Procurement from Abroad) Rp 1.423.842.098 ,-

Rp 7.326.467.005,-
Schedule 2 (Procurement from Local Country)
Rp 54.274.231,-
Schedule 3 (Desain)
Rp 609.022.297,-
Schedule 4A (Electromechanical Erection)
Rp 1.451.895.301,-
Schedule 4B (Construction)
Total Nilai Kontrak Rp 10.865.500.933,-
Pajak 10 % Rp 1.086.550.093,-
Total + Pajak 10 % Rp 11.952.051.026,-

2.6.2 Progress Pekerjaan GI 150 kV Serang (Ext)

Waktu pelaksanaan proyek dimulai dari tanggal efektif kontrak yaitu 30


Oktober 2015 sampai dengan 20 April 2017. Sesuai dengan month-week report
yang diajukan oleh penyedia barang/jasa diketahui bahwa progres fisik pekerjaan
seperti pada table 2.4 sampai dengan Mei 2017 adalah 35.45% yang seharusnya
sudah 100 % sesuai rencana. Persen deviasi progress pekerjaan dapat dilihat
pada table 2.5.

11
Tabel 2.4 Progres terakhir pekerjaan aktual

Progress
Item Pekerjaan Bobot (%)
Mei 2017 (%)
Schedule 1 (Procurement from Abroad) 13,104 1,590

Schedule 2 (Procurement from Local Country) 67,429 27,725

Schedule 3 (Desain) 0,500 -

Schedule 4A (Electromechanical Erection) 5,605 -

Schedule 4B (Construction) 13,362 6,139

Total 100 35,4541

Tabel 2.5 Progres Rencana dan Aktual


Nama Bobot Aktual
Cost (Rp) Deviasi (%)
Pekerjaan Keseluruhan (%) Progres (%)
GI 150 KV
SERANG 10,868,153,749 100% 35,4541% -64,5459%
(EXTENSION)

Permasalahan utama yang timbul berdasarkan laporan bulanan antara lain


adalah Adanya Gambar Approval belum disetujui di lapangan selain itu kontraktor
yang tidak komunikatif atau kurang koordinasi dengan pihak terkait. GI 150 Kv
sudah mengalami keterlambatan dan membutuhkan biya yang lebih besar dalam
mengejar keterlambatan pekerjaan, Minutes of Meeting Rapat tanggal 20 April
2017 untuk membahas keterlambatan proyek GI 150 kV Serang (Extention) di
dapatkan kesepakatan :
1. Disepakati bahwa EoT, kontrak paket 1 akan berakhir hingga 31 Oktober
2017
2. Bila CGPC tidak mampu menyelesaikan hingga 31 Oktober 2017, maka
disepakati tidak ada lagi perpanjangan waktu kontrak.

Estimasi penyelesaian pekerjaan tentang sisa Jangka Waktu Pelaksanaan


hingga 31 Oktober 2017 sesuai dengan Minutes of Meeting Rapat tanggal 20 April
2017 yaitu selama 193 hari. Berkaitan dengan perpanjangan waktu maka
dibutuhkan percepatan waktu penyelesaian untuk pengendalian yang terukur dan
terjadwal terhadap pekerjaan GI 150 kV Serang (Ext) yang berada pada critical
path dapat dilakukan dengan mempercepat kegiatan yang berada pada critical

12
path. Kegiatan yang termasuk dalam kegiatan kritis dapat diketahui dengan
metode CPM (Critical Path Method), dimana langkah pertama adalah menyusun
Jaringan Kerja Proyek.
Metode PERT pada tulisan ini, digunakan untuk menganalisis progres
realisasi perencanaan terhadap pelaksanaan sehingga diketahui persentasi
kemungkinan terealisasinya percepatan jadwal proyek GI 150 kV Serang (Ext)
tersebut.

2.6.3 Menyusun Jaringan Kerja (Network Planning)

Adapun logika ketergantungan antar kegiatan untuk dapat menyusun


Network Planning dapat dinyatakan sebagai berikut :

a. Jika kegiatan A harus diselesaikan dahulu sebelum kegiatan B dapat


dimulai dan kegiatan C dimulai setelah kegiatan B selesai, maka hubungan
antara kegiatan tersebut dapat di lihat pada gambar 2.6

Gambar 2.6 Kegiatan Pendahulu (Predessesor)

b. Jika kegiatan A dan B harus selesai sebelum kegiatan C dapat imulai, maka
dapat di lihat pada gambar 2.7.

Gambar 2.7 Kegiatan Pendahulu C adalah A dan B


c. Jika kegiatan A dan B harus dimulai sebelum kegiatan C dan D maka dapat
di lihat pada gambar 2.8.

Gambar 2.8 Kegiatan Pendahulu C dan D adalah A dan B

13
d. Jika kegiatan A dan B harus selesai sebelum kegiatan C dapat dimulai,
tetapi D sudah dapat dimulai bila kegiatan B sudah selesai, maka dapat
dilihat pada gambar 2.9.

Gambar 2.9 Kegiatan Pendahulu C dan D adalah B


Fungsi dummy ( ) di atas adalah memindahkan seketika itu juga
(sesuai dengan arah panah) keterangan tentang selesainya kegiatan B.

e. Jika kegiatan A,B, dan C mulai dan selesai pada lingkaran kejadian yang
sama, maka kita tidak boleh menggambarkannya seperti pada gambar 2.10.

Gambar 2.10 Gambar yang salah bila kegiatan A, B, dan C


selesai pada kejadian yang sama.

Untuk membedakan ketiga kegiatan itu, maka masing-masing harus


digambarkan dummy seperti pada gambar 2.11.

Gambar 2.11 Kegiatan A, B, dan C mulai dan selesai pada


kejadian yang sama.

Menurut Heizer dan Render (2005), ada dua pendekatan untuk


menggambarkan jaringan proyek, yaitu kegiatan-pada-titik (activity-on-node
AON) dan kegiatan-pada-panah (activity-on-arrow AOA). Pada pendekatan AON,
titik menunjukkan kegiatan, sedangkan pada AOA, panah menunjukkan kegiatan.
Jaringan Kerja Proyek yang dibuat penulis adalah kegiatan-pada-panah (AOA).

14
Kegiatan-kegiatan pada jaringan kerja proyek pembangunan GI 150 kV
Serang pada Lampiran I, dipaparkan dalam tabel berikut ini:
Tabel 2.6 Tabel Aktivitas/ Kegiatan
Kegiatan
ITEM INISIAL DESCRIPTION Durasi
Pendahulu
A. DESAIN
A Desain - 21

B. CONSTRUCTION WORK
B1 B PREPARATION WORK A 30
B2 C FOUNDATION 150 kV (1 Trafo Bay) B 30
B3 SITE WORK
1 D Soil investigation ( including ) A 14
Fence complete with arbed wire, accessories and
2 E foundation
B,D 14

3 F Gate complete with pole, accessories and foundation B,D 14


4 G Gravel (dia 3-5 cm); t=20cm) C 5
5 H Cable Duct B,D 15
6 I Drainage for site of switchgear D 7
7 J Fire wall reinforced concrete rade 225/20; t=1.50cm B 15
Extension ground wire S/S up to level 30 KA (mesh :
8 K 1.50mx1.50m) and transformer bay as : CU, ground rod, H 7
clamp, connector for E/M and structures
9 L Oil pit cap 60 ton including piping aw1 diameter 6 inch J 7
Post structure for earth wire (including foundation and
10 M earth wire 50 m)
H 7

11 N Site and Road Lighting 7


B4 CONTROL BUILDING
1 O EARTH WORK B,D 7
2 P CONCRETE WORKS & INSTALLATIONS WORKS O 20
3 Q DOOR AND WINDOWS WORK P 2
4 R FIRE PROTECTION AND FIRE FIGHTING EQUIPMENT X 3
5 S PAINTING WORK Q 5
6 T FINISHING WORK Q 5
7 U CABLE DUCT O 7
8 V INSTALLATION OF ELECTRICAL AND MECHANICAL WORK S 3
12 W LIGHTING PROTECTION T 5
13 X FIRE ALARM S 3

C. AO PROCUREMENT FROM LOCAL AND ABROAD

D. ELECTRICAL WORK
D1 STEEL STRUCTURE, BUSBAR, EARTHING
1 AA Steel Structure C 20
2 BB Double busbar C 7

15
3 CC Double tension string and single suspension insulators BB 3
4 DD Clamps, connector and accessories BB 3
5 EE Conductor for shield wire and accessories DD 7
Miscellaneous, such as copper conductor, rods, clamps
6 FF and connectors for connection to main substantion
CC 3

D2 150 KV TRANSFORMER BAY : 1 BAY


1 GG Post steel structure for earth wire HH 3
2-phase conductor, clamp for transformer bay as
2 HH specified
AA 3

3 II Single Tension String and Single Suspension Insulators HH 3


4 JJ Conductor for shield wire and accessories HH 3
5 KK SF6 circuit breaker AA 7
6 KK Disconnecting switch motor operated AA 7
7 KK Current Transformer AA 7
12 KK Lighting Arrester AA 7
13 OO Marshalling kiosk AA 2
14 PP Dismantling of existing RTU ex. Alstom-S900) QQ 7
15 QQ Protection & Control Cubicle V,X,R 14
16 RR Global Positioning System equpment complete Antenna QQ 7
Miscellaneous equipment, test block, rack cabinet,
optical cables and cords, control cables, terminal and
17 SS connectors, connection to individual item of equipment,
QQ 7
clamp, interior lamp heater.
18 TT Ethernet Switch QQ 7
19 UU IED I/O Cubicle for Existing Bays 150 kV comprising: PP 7
Lv power cable, control cable, MCB for AC/DC panel &
22 VV necessary equipment to complete the specified scope of AA 14
work
23 WW Gateaway and necessary Port/Switch UU 7
Integration and Data Mapping of IED new transformer
28 XX bay and existing bays to Gate Way
KK 15

Interface/Integration with existing busbar protection (if


29 YY any)
KK 7

150/20 KV POWER TRANSFORMERS


D3
AUXILIARIES
Single phase neutral CT for 20 kV Side Classx, 150-300/5 A
complete with clamps for restrictd earth fault protection
1 AAA suitable for munting outdoor on transformer tank or can
V,X,R 14
be put inside the 20 kV neutral earthing resistor cubicle
20 Kv Stainless stell neutral earthing resistor rated 12
2 BBB Ohms, 10 Seconds
AAA 7

3 CCC Clamp & Connection to the Power Transformer AAA 7


Join test and commisioning with power transformer
4 DDD equipment
XXX 30

Lv power cable, control cable, MCB for AC/DC panel &


5 EEE necessary equipment to complete the specified of work
U 14

16
20 KV SWITCHGEARS, POWER CABLES,
D4
REMOTE CONTROL CUBICLE
4x630 sqmm ALU 20 kV XLPE power cable/phase
between 150/20 kV power transformer and 20 kV
1 FFF incomiAAAng cubicle, incuding cable support, 20 kV post V,X,R 14
insulators, metal bars, cable terminations and
accessories, cable rack, et to complete ope of work
2 GGG 20 kV indoor metalcad switchgears single busbar scheme FFF 14
4x20kV XLPE 630 sqmm AL power cable/phase between
bus section cubicle and interface cubile, incuding cable
3 HHH termination and accessories for connection between sets FFF 14
of 20 kV switchgears to complete the specified scope of
work

C5 MISCELLANEOUS
Miscellaneous equipment and materual required for
5.1 III completion the scope of work
GGG 14

2.6.4 Menentukan Jalur Kritis dengan CPM (Critical Path Method)

Berdasarkan Jaringan Kerja yang telah disusun, maka didapat kegiatan-


kegiatan yang tidak memiliki tenggang waktu kegiatan, yaitu Total Float (FT) dan
Free Float (FF) yang bernilai nol.

Tabel 2.7 Kegiatan dalam Critical Path pada Schedule Awal

No Nama Pekerjaan Durasi

1 Desain and Liason 21

2 Preparation 30

3 Foundation 30

4 Plant and Equipmand (inland) 60

5 Steel Structure Erection 20

6 HV Apparatus Erection 30

7 Join Test and Commisioning 30

8 Integration and Data Mapping 15

Kegiatan-kegiatan di atas merupakan kegiatan yang berada pada critical


path (jalur kritis) dimana kegiatan-kegiatan tersebut tidak boleh mengalami

17
keterlambatan. Ketika kegiatan-kegiatan yang berada dalam critical path
mengalami keterlambatan maka akan berpengaruh pada waktu penyelesaian
proyek secara keseluruhan. Begitu pula sebaliknya, ketika kegiatan pada critical
path terselesaikan dengan waktu yang lebih cepat dari waktu yang direncanakan,
maka waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan akan semakin cepat.

Untuk mengejar ketertinggalan maka justifikasi dan analisa durasi pada


kegiatan kritis yaitu
1. Desain
Sebagian besar drawing telah di approve. Dari hasil wawancara penulis
dengan pihak PUSMANKON dan CGC, approval telah mencapai 90%
sehingga pekerjaan dapat segera dilanjutkan.
2. Preparation
Pekerjaan sebagian besar persiapan telah selesai kecuali IMB. Dalam
hal pengurusan IMB, pihak CGC sedang memproses izin tersebut.
3. Foundation
Pondasi yang telah selesai adalah Circuit Breaker, Disconnecting
Switch, Current Transformer, Lightning Arrester, dan Marshalling kiosk.
Dalam progress pekerjaan adalah power transformer, ngr, post steel,
dan oil pit. Pekerjaan ini dapat diakselerasi dengan menambah man
power.
4. Plant and Equipment (inland)
Aktivitas pengiriman Electrical Mechanical Equipment dipercepat
dengan koordinasi kontraktor dengan pihak pabrikasi.
5. Steel structure
Penyelesaian pekerjaan berdasarkan keterangan pengawas
diperkirakan berdasarkan berat material yang akan diereksi, dalam 1
hari dapat diereksi material sekitar 2 ton. Steel structure terdiri dari 5
gantries, 2 bay busbar, dan string set dengan berat 15 ton.
6. Hv apparatus erection
Masing-masing akselerasi ereksi unit HV Apparatus diperkirakan
selesai dalam 3 hari. Proses ini dapat lebih optimal jika menggunakan
peralatan bantu, seperti katrol atau crane.
7. Join test and commissioning

18
Dilaku lndividual test, Contact Resistance test, Setting parameter for
proteksi relay, Function test, Secundary lnjection for calibration of
metering devices and substation automation system. Agar
Commissioning optimal pengawas proyek dapat mengkoordinasikan
dengan pihak-pihak tim commisioning yang sudah berpengalaman.
8. Integration
Langkah langkah integrase yaitu dengan menyesuaikan protocol atau
system komunikasi SCADA.

2.6.5 Analisa Program Evaluation and Review Tehnique ( PERT )

Pada PERT digunakan konsep probability dengan memberikan perkiraan


rentang waktu yang lebih besar yaitu tiga angka estimasi untuk suatu kegiatan (Te),
waktu optimistis(a), waktu pesimistis(b), dan waktu paling mungkin(m). Dari hasil
akselerasi kegiatan kritis didapatkan data yang mendukung untuk pengukuran
probability atau besar kemungkinan terealisasinya usulan rencana percepatan.

Durasi sebelum reschedule dimasukkan sebagai nilai m yaitu waktu


realistis dalam artian yang direncanakan, kemudian durasi setelah reschedule
dimasukkan sebagai nilai a yaitu waktu optimis dalam artian target yang
diusulkan berdasarkan pertimbangan yang telah disebutkan sebelumnya. Nilai b
yaitu waktu pesimis adalah waktu paling lama perkiraan kegiatan selesai.
Perkiraan ini didapatkan berdasarkan wawancara penulis dengan pengawas
konstruksi. Data-data ini ditampilkan dalam table 2.8, dimana akan dihitung Te
(ekspektasi durasi), S(deviasi), V(te) (varians ekspektasi duasi).

Tabel 2.8 Perhitungan Nilai Te, S, dan V(Te).

No. Activity a m b te s S^

1 Desain and Liason 21 21 60 27,50 6,50 42,25

2 Preparation 30 30 60 35,00 5,00 25,00

3 Foundation 14 30 90 37,33 12,67 160,78

4 Procurement 44 60 100 64,00 9,33 87,11

5 Steel Structure Erection 14 20 40 22,33 4,33 18,78

6 HV Apparatus Erection 14 30 60 32,33 7,67 58,78

19
7 Join Test and Commisioning 20 30 45 30,83 4,16 17,36

8 Integration and Data Mapping 10 15 30 16,67 3,33 11,11

Untuk menghitung probabilitas yang mungkin terjadi dari durasi pekerjaan


secara keseluruhan, diperlukan hasil akumulasi nilai expected time (te), varians
dan standar deviasi dari kegiatan yang berada dilintasan kritis.

Expected time (te) kegiatan kritis:


()
= 27,50 + 35,00 + 33,16 + 64,00 + 22,33 + 32,33 + 30,83 + 16,67
= 198

Varians (s) kegiatan kritis proyek:


()
= 6,50 + 5,00 + 8,50 + 9,33 + 4,33 + 7,67 + 4,16 + 3,33
= 40

Standar Deviasi ( 2 ) kegiatan kritis proyek:


( 2 )
= (42,25 + 25,00 + 160,78 + 18,78 + 58,78 + 17,36 + 11,11)/7
= 47

Untuk menghitung nilai normal-Z-value diperlukan waktu penyelesaian


yang diinginkan ( Tx ) dan expected time ( te ) kegiatan kritis .
Rumus untuk menghitung normal-Z-value adalah:

(()) ()
=
(^)

(176 123)
=
47
= 1,001

20
Dengan menggunakan tabel distribusi normal nilai z-value, probabilitas
proyek dapat diselesaikan dalam waktu 123 hari adalah 1,12 atau sama dengan
86 %. Hal ini berarti kemungkinan percepatan atau optimalisasi jadwal pekerjaan
GI 150 kV Serang (Ext) adalah 86 %.

2.6.1 Gain dan Benefit


Penerapan konsep CPM (Critical Path Method) dan PERT (Project
Evaluation And Review Technique) untuk optimalisasi pekerjaan GI 150 kv Serang
(EXT) dapat mengetahui peluang proyek tersebut diselesaikan sesuai rencana
akselerasi ditinjau dengan perhitungan nilai peluang berdasarkan tabel kurva
distribusi normal. Apabila akselerasi pekerjaan Proyek Pembangunan GI 150 kV
Serang (Ext) yang direncanakan COD (commercial on date) pada bulan
September 2017 telah dilaksanakan dan tidak mundur dari jadwal yang
direncanakan, PT. PLN (Persero) akan mendapat gain. Gain yang didapat dari
proyek ini ditinjau dari biaya operasional yaitu dapat dijelaskan seperti pada
persamaan berikut ini.
Gain yang didapat dari proyek ini ditinjau dari kapasitas trafo tenaga yang
digunakan. Terdapat 3 unit trafo tenaga yang ada pada proyek gardu induk ini
dengan kapasitas daya maksimum trafo sebesar 60 mVA. Performa trafo ini
diasumsikan 80% dari daya maksimum trafo. Sehingga diperoleh perhitungan
sebagai berikut :
Daya listrik per phasa = 60.000 kW x 0,8 = 48.000 kW
Daya listrik 3 phasa = 3 x 48.000 kW = 144.000kW
Konversi Satuan = 144.000 x 1 Hour = 144.000 kWh
Rp/kWh = Rp. 1467.28 /kWh
Income/day = 144.000 kWh x 24 x Rp. 1467.28/kWh
= Rp. 5.070.919.680,00
Dalam satu hari proyek ini dapat menghasilkan income sebesar Rp.
5.070.919.680,00. Proyek ini derencanakan akan selesai dalam 176 hari. Setelah
mengalami akselerasi pekerjaan dengan metode CPM berkurang menjadi 123 hari
maka proyek telah dioptimalisasi selama 53 hari. Berdasarkan hal tersebut, Jika
pengendalian akselerasi proyek telah dilaksanakan, proyek Pembangunan GI 150
kV Serang (Ext) akan menghasilkan gain sebesar :
Income 53 hari = 53 hari x Rp. 15.809.562.948,00
= Rp 837.906.836.244,00

21
Benefit yang diperoleh apabila proyek ini selesai tepat waktu adalah
keandalan listrik sistem penyaluran akan meningkat sehingga gangguan pada jalur
transmisi yang mengalami penambahan beban akan segera terhindar.

22
BAB III
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan di atas maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Dengan menggunakan konsep CPM dan PERT didapat :
a. Hasil analisis jaringan kerja dengan metode PERT dan CPM dapat dilakukan
upaya percepatan durasi proyek dengan mempercepat pekerjaan-pekerjaan
yang berada pada lintasan kritis, metode analisis ini kemudian dapat diterapkan
pada proyek-proyek pekerjaan lain di UPP JJBB 3.
b. Peluang pencapaian target waktu penyelesaian proyek yang diharapkan
yaitu 123 hari adalah 86 % (nilai Z atau peluang 1,12).
2. Justifikasi yang dapat ditempuh untuk mengejar ketertinggalan progres
penyelesaian pekerjaan adalah
a. Mempercepat durasi penyelesaian pekerjaan pada critical path.
b. Menambah sumber daya (manpower dan peralatan kerja)
c. Melaksanakan pekerjaan lembur (overtime)
d. Melakukan rapat koordinasi rutin antara PT. PLN (Persero) dari pihak UPP
JJBB 3 dan PT. CG POWER CONSORTIUM Tbk perihal pengendalian
akselerasi pekerjaan GI 150 KV SERANG dengan target sesuai pada
percepatan durasi pekerjaan kritis (critical path).
3. Gain yang didapatkan apabila proyek ini selesai sesuai rencana optimalisasi
adalah Rp 837.906.836.244,00

5.2 Saran
Dari kegiatan yang dilakukan, penulis memberikan beberapa saran sebagai
berikut :
1. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya diperluas lagi dengan menggunakan
metode percepatan durasi proyek yang lain yang tidak digunakan dalam
penelitian ini, sehingga dapat dijadikan bahan pembanding untuk
mendapatkan kombinasi metode percepatan yang optimal.
2. Diharapkan peneliti selanjutnya teliti dalam membuat Network Planning

23
3. Peneliti selanjutnya diharapkan lebih mengerti progress proyek dan
berkonsultasi dengan pengawas proyek dalam hal penentuan nilai durasi
optimis.

24

Anda mungkin juga menyukai