PENDAHULUAN
1
penggunaan waktu di setiap kegiatan atau aktivitas, sehingga biaya dapat
diminimalkan dari rencana semula.
Dalam pelaksanaan proyek konstruksi dibutuhkan suatu
pengendalian yang dapat mengungkapkan tanda jika terjadi penyimpangan
terhadap apa yang direncanakan. Penyimpangan-penyimpangan yang
dapat terjadi dalam suatu proyek antara lain keterlambatan suatu proyek
dibanding jadwal yang direncanakan ataupun biaya yang melampaui
anggaran sehingga Perusahaan cenderung mengalami kerugian.
Untuk mengembalikan tingkat kemajuan proyek ke rencana semula
diperlukan suatu upaya percepatan durasi proyek walaupun akan diikuti
meningkatnya biaya proyek. Oleh karena itu diperlukan analisis optimalisasi
durasi proyek sehingga dapat diketahui berapa lama suatu proyek tersebut
diselesaikan dan mencari adanya kemungkinan percepatan waktu
pelaksanaan proyek dengan metode PERT (Project Evaluation and Review
Technique) dan CPM (Critical Path Method - Metode Jalur Kritis).
1.2 Permasalahan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kontraktor
Perencanaan yang
Approval Drawing koordinasi dengan
kurang sesuai
pihak PUSENLIS
Koordinasi oleh
Sumber daya
Komunikasi yang kontraktor dengan
pelaksana kurang
lemah pihak terkait
qualified
proyek
Keterlambatan
Gangguan
Pekerjaan Proyek Penyesuaian
Aspek Lingkungan pekerjaan oleh
GI 150 kV Serang metode kerja
cuaca
(Ext)
Solusi Permasalahan
Masalah yang bisa diselesaikan
3
2.3 Pra Anggapan
Berdasarkan penjabaran masalah serta desiminasi akar permasalahan
melalui tools RCPS (Root Cause Problem Solving) maka pra anggapan dalam
Telaahan Staf adalah bahwa : Optimalisasi durasi pada pekerjaan kritis,
pengendalian serta pengawasan yang dilakukan oleh pengawas proyek sangat
berpengaruh terhadap realisasi schedule dan efisiensi pekerjaan dari proyek GI
150 kV Serang (Ext).
Berdasarkan ide solusi yang muncul dari akar permasalahan yang ada
maka dibuatkan skala prioritas untuk menetukan ide perbaikan yang dipilih. Skala
prioritas ini digunakan dengan mempertimbangkan tindakan yang akan diambil
dengan perbandingan antara tingkat kesulitan pekerjaan dan tingkat dampak yang
diperoleh seperti dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Skala Prioritas
HIGH 5
IMPACT
MEDIUM 4 2
LOW 1 3
IMPLEMENTATION
4
2.5 Fakta Yang Mempengaruhi
b. Manajemen Proyek
H. Kerzner (dikutip oleh Soeharto, 1999) menyatakan, melihat dari
wawasan manajemen, bahwa manajemen proyek adalah merencanakan,
mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya perusahaan untuk
mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan.
Menurut Siswanto (2007), dalam manajemen proyek, penentuan waktu
penyelesaian kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan awal yang sangat
penting dalam proses perencanaan karena penentuan waktu tersebut akan
menjadi dasar bagi perencanaan yang lain, yaitu
a. Penyusunan jadwal (scheduling), anggaran (budgeting), kebutuhan sumber
daya manusia (manpower planning), dan sumber organisasi yang lain.
b. Proses pengendalian (controlling).
5
Simbol-simbol yang digunakan dalam menggambarkan suatu network adalah
sebagai berikut (Hayun, 2005) :
a. Anak panah/busur, mewakili sebuah kegiatan atau aktivitas yaitu tugas yang
dibutuhkan oleh proyek. Kegiatan di sini didefinisikan sebagai hal yang
memerlukan duration (jangka waktu tertentu) dalam pemakaian sejumlah
resources (sumber tenaga, peralatan, material, biaya). Kepala anak panah
menunjukkan arah tiap kegiatan, yang menunjukkan bahwa suatu kegiatan
dimulai pada permulaan dan berjalan maju sampai akhir dengan arah dari kiri
ke kanan. Baik panjang maupun kemiringan anak panah ini sama sekali tidak
mempunyai arti. Jadi, tak perlu menggunakan skala.
EET
No
LET
6
kegiatan dummy tidak memakan waktu dan sumbar daya, jadi waktu kegiatan
dan biaya sama dengan nol.
7
b. Perhitungan Latest Event Time (LET)
Untuk menghitung besarnya nilai LET, digunakan perhitungan
kebelakang (backward analysis), dimulai dari kegiatan paling akhir dan
dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan sebelumnya.
Rumus: LETi = LETj - L..(Pers 2.2)
Dimana L adalah durasi kegiatan, apabila ada beberapa kegiatan yang
keluar dari satu kegiatan yang sama, maka diambil nilai LETi yang terkecil.
c. Perhitungan Float
Float dapat didefinisikan sebagai sejumlah waktu yang tersedia
dalam suatu kegiatan sehingga memungkinkan penundaan atau
perlambatan kegiatan tersebut secara sengaja atau tidak sengaja, tetapi
penundaan tersebut tidak menyebabkan proyek menjadi terlambat dalam
penyelesaiannya. Float dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu total float
dan free float.
Total float adalah sejumlah waktu yang tersedia untuk
keterlambatan atau perlambatan pelaksanaan kegiatan tanpa
memengaruhi proyek secara keseluruhan. Free float adalah sejumlah
waktu yang tersedia untuk keterlambatan atau perlambatan pelaksanaan
kegiatan tanpa memengaruhi dimulainya kegiatan yang langsung
mengikutinya. Perhitungan float dapat dilakukan sebagai berikut:
Total Float = LETj Durasi A EETi...(Pers 2.3)
Free Float = EETj Durasi A EETi...(Pers 2.4)
8
Menurut Badri (1997:24) manfaat yang diperoleh jika mengetahui lintasan kritis
adalah sebagai berikut:
a) Penundaan pekerjaan pada lintasan kritis menyebabkan seluruh proyek
tertunda penyelesaiannya.
b) Proyek dapat dipercepat penyelesaiannya bila pekerjaan-pekerjaan yang ada
dilintasan kritis dapat dipercepat.
c) Pengawasan atau kontrol hanya diperketat pada lintasan kritis saja, sehingga
pekerjaan-pekerjaan dilintasan kritis perlu pengawasan ketat agar tidak
tertunda dan kemungkinan di trade off (pertukaran waktu dengan biaya yang
effisien) dan crash program (diselesaikan dengan waktu yang optimum
dipercepat dengan biaya yang bertambah pula) atau dipersingkat waktunya
dengan tambahan biaya atau lembur.
d) Time slack atau kelonggaran waktu terdapat pada pekerjaan yang tidak
melalui lintasan kritis. Ini memungkinkan bagi manajer/pimpro untuk
memindahkan tenaga kerja, alat, dan biaya ke pekerjaan-pekerjaan di lintasan
kritis agar efektif dan efisien.
+4+
= .........(Pers 2.5)
6
Ket :
te = expected duration a = waktu optimis
m = waktu realistis b = waktu pesimis
9
Besarnya ketidakpastian tergantung pada besarnya angka a dan b,
dirumuskan sebagai berikut:
a. Devisi Standar Kegiatan
1
= ( ) .........(Pers 2.6)
6
Ket:
S = deviasi standar kegiatan
a = waktu optimis
b = waktu pesimis
b. Varians
1 2
() = 2 = ( ( )) .........(Pers 2.7)
6
Ket.
V(te) = varians kegiatan
S = deviasi standar kegiatan
a = waktu optimis
b = waktu pesimis
()
= .........(Pers 2.8)
Ket
z = angka kemungkinan mencapai target
T(d) = target jadwal
TE = jumlah waktu kegiatan kritis
S = deviasi standar kegiatan
10
2.6 Pembahasan
2.6.1 Struktur Kontrak
Rp 7.326.467.005,-
Schedule 2 (Procurement from Local Country)
Rp 54.274.231,-
Schedule 3 (Desain)
Rp 609.022.297,-
Schedule 4A (Electromechanical Erection)
Rp 1.451.895.301,-
Schedule 4B (Construction)
Total Nilai Kontrak Rp 10.865.500.933,-
Pajak 10 % Rp 1.086.550.093,-
Total + Pajak 10 % Rp 11.952.051.026,-
11
Tabel 2.4 Progres terakhir pekerjaan aktual
Progress
Item Pekerjaan Bobot (%)
Mei 2017 (%)
Schedule 1 (Procurement from Abroad) 13,104 1,590
12
path. Kegiatan yang termasuk dalam kegiatan kritis dapat diketahui dengan
metode CPM (Critical Path Method), dimana langkah pertama adalah menyusun
Jaringan Kerja Proyek.
Metode PERT pada tulisan ini, digunakan untuk menganalisis progres
realisasi perencanaan terhadap pelaksanaan sehingga diketahui persentasi
kemungkinan terealisasinya percepatan jadwal proyek GI 150 kV Serang (Ext)
tersebut.
b. Jika kegiatan A dan B harus selesai sebelum kegiatan C dapat imulai, maka
dapat di lihat pada gambar 2.7.
13
d. Jika kegiatan A dan B harus selesai sebelum kegiatan C dapat dimulai,
tetapi D sudah dapat dimulai bila kegiatan B sudah selesai, maka dapat
dilihat pada gambar 2.9.
e. Jika kegiatan A,B, dan C mulai dan selesai pada lingkaran kejadian yang
sama, maka kita tidak boleh menggambarkannya seperti pada gambar 2.10.
14
Kegiatan-kegiatan pada jaringan kerja proyek pembangunan GI 150 kV
Serang pada Lampiran I, dipaparkan dalam tabel berikut ini:
Tabel 2.6 Tabel Aktivitas/ Kegiatan
Kegiatan
ITEM INISIAL DESCRIPTION Durasi
Pendahulu
A. DESAIN
A Desain - 21
B. CONSTRUCTION WORK
B1 B PREPARATION WORK A 30
B2 C FOUNDATION 150 kV (1 Trafo Bay) B 30
B3 SITE WORK
1 D Soil investigation ( including ) A 14
Fence complete with arbed wire, accessories and
2 E foundation
B,D 14
D. ELECTRICAL WORK
D1 STEEL STRUCTURE, BUSBAR, EARTHING
1 AA Steel Structure C 20
2 BB Double busbar C 7
15
3 CC Double tension string and single suspension insulators BB 3
4 DD Clamps, connector and accessories BB 3
5 EE Conductor for shield wire and accessories DD 7
Miscellaneous, such as copper conductor, rods, clamps
6 FF and connectors for connection to main substantion
CC 3
16
20 KV SWITCHGEARS, POWER CABLES,
D4
REMOTE CONTROL CUBICLE
4x630 sqmm ALU 20 kV XLPE power cable/phase
between 150/20 kV power transformer and 20 kV
1 FFF incomiAAAng cubicle, incuding cable support, 20 kV post V,X,R 14
insulators, metal bars, cable terminations and
accessories, cable rack, et to complete ope of work
2 GGG 20 kV indoor metalcad switchgears single busbar scheme FFF 14
4x20kV XLPE 630 sqmm AL power cable/phase between
bus section cubicle and interface cubile, incuding cable
3 HHH termination and accessories for connection between sets FFF 14
of 20 kV switchgears to complete the specified scope of
work
C5 MISCELLANEOUS
Miscellaneous equipment and materual required for
5.1 III completion the scope of work
GGG 14
2 Preparation 30
3 Foundation 30
6 HV Apparatus Erection 30
17
keterlambatan. Ketika kegiatan-kegiatan yang berada dalam critical path
mengalami keterlambatan maka akan berpengaruh pada waktu penyelesaian
proyek secara keseluruhan. Begitu pula sebaliknya, ketika kegiatan pada critical
path terselesaikan dengan waktu yang lebih cepat dari waktu yang direncanakan,
maka waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan akan semakin cepat.
18
Dilaku lndividual test, Contact Resistance test, Setting parameter for
proteksi relay, Function test, Secundary lnjection for calibration of
metering devices and substation automation system. Agar
Commissioning optimal pengawas proyek dapat mengkoordinasikan
dengan pihak-pihak tim commisioning yang sudah berpengalaman.
8. Integration
Langkah langkah integrase yaitu dengan menyesuaikan protocol atau
system komunikasi SCADA.
No. Activity a m b te s S^
19
7 Join Test and Commisioning 20 30 45 30,83 4,16 17,36
(()) ()
=
(^)
(176 123)
=
47
= 1,001
20
Dengan menggunakan tabel distribusi normal nilai z-value, probabilitas
proyek dapat diselesaikan dalam waktu 123 hari adalah 1,12 atau sama dengan
86 %. Hal ini berarti kemungkinan percepatan atau optimalisasi jadwal pekerjaan
GI 150 kV Serang (Ext) adalah 86 %.
21
Benefit yang diperoleh apabila proyek ini selesai tepat waktu adalah
keandalan listrik sistem penyaluran akan meningkat sehingga gangguan pada jalur
transmisi yang mengalami penambahan beban akan segera terhindar.
22
BAB III
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan di atas maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Dengan menggunakan konsep CPM dan PERT didapat :
a. Hasil analisis jaringan kerja dengan metode PERT dan CPM dapat dilakukan
upaya percepatan durasi proyek dengan mempercepat pekerjaan-pekerjaan
yang berada pada lintasan kritis, metode analisis ini kemudian dapat diterapkan
pada proyek-proyek pekerjaan lain di UPP JJBB 3.
b. Peluang pencapaian target waktu penyelesaian proyek yang diharapkan
yaitu 123 hari adalah 86 % (nilai Z atau peluang 1,12).
2. Justifikasi yang dapat ditempuh untuk mengejar ketertinggalan progres
penyelesaian pekerjaan adalah
a. Mempercepat durasi penyelesaian pekerjaan pada critical path.
b. Menambah sumber daya (manpower dan peralatan kerja)
c. Melaksanakan pekerjaan lembur (overtime)
d. Melakukan rapat koordinasi rutin antara PT. PLN (Persero) dari pihak UPP
JJBB 3 dan PT. CG POWER CONSORTIUM Tbk perihal pengendalian
akselerasi pekerjaan GI 150 KV SERANG dengan target sesuai pada
percepatan durasi pekerjaan kritis (critical path).
3. Gain yang didapatkan apabila proyek ini selesai sesuai rencana optimalisasi
adalah Rp 837.906.836.244,00
5.2 Saran
Dari kegiatan yang dilakukan, penulis memberikan beberapa saran sebagai
berikut :
1. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya diperluas lagi dengan menggunakan
metode percepatan durasi proyek yang lain yang tidak digunakan dalam
penelitian ini, sehingga dapat dijadikan bahan pembanding untuk
mendapatkan kombinasi metode percepatan yang optimal.
2. Diharapkan peneliti selanjutnya teliti dalam membuat Network Planning
23
3. Peneliti selanjutnya diharapkan lebih mengerti progress proyek dan
berkonsultasi dengan pengawas proyek dalam hal penentuan nilai durasi
optimis.
24