Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan proyek

konstruksi telah cukup banyak dilakukan. Beberapa penelitian terdahulu yang

membahas sejenis dengan topik tersebut peneliti rangkum dan gunakan sebagai

refrensi untuk melakukan penelitian ini. Beberapa penelitian terdahulu yang

meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan proyek

konstruksi yang disajikan dalam tabel 2.1 dibawah ini:

Nama Judul Metode


No. Hasil Penelitian Kategori
Penulis Penelitian Penelitian
1 Lisa Rami, Evaluasi Diagram Faktor utama sesuai Jurnal
Firman faktor-faktor sebab dengan penyebab
dan Gesit penyebab akibat keterlambatan
Thabrani keterlambatan (fishbone) proyek antara lain
(2019) penyelesaian untuk yaitu
proyek mencari spesifikasi/perubah
konstruksi variabel an desain, cuaca,
dengan faktor dan bencana alam dan
pendekatan AHP kesalahan dalam
AHP di Kota memilih metode
Padang konstruksi
2 Sahadi Faktor utama Metode Faktor utama Jurnal
(2018) penyebab AHP penyebab
keterlambatan menggunak keterlambatan
pelaksanaan an Expert pelaksanaan proyek
proyek Choice konstruksi
konstruksi bangunan gedung
bangunan adalah tidak
gedung terpenuhinya
kebutuhan, pertama
sumber daya
manusia, kedua

6
sumber daya
keuangan dan
ketiga metode kerja.
3 Hendi Analisis risiko Metode Faktor risiko Jurnal
Kurniawan rantai pasok AHP dominan pada
dan Ida material rantai pasok
Ayu Ari terhadap material yang
Anggraeni keterlambatan berpengaruh
(2020) pelaksanaan terhadap
proyek keterlambatan
konstruksi pelaksanaan proyek
konstruksi adalah
variabel D5
(Penundaan
pengiriman material
karena masalah
finansial yang tidak
lancar) dengan nilai
faktor risiko (FR) =
0,703.
4 Aziz Analisa faktor Metode Faktor-faktor yang Jurnal
Abdul M keterlambatan AHP mempengaruhi
(2016) proyek keterlambatan
progress proyek yaitu faktor
terkait dengan keterlambatan
manajemen pengiriman bahan,
waktu kesalahan desain
oleh kontraktor,
produktivitas
tenaga kerja yang
rendah dan
ketidaktepatan
waktu pemesanan
bahan hingga
dilakukan
perbaikan untuk
mengubah metode
kerja yaitu dengan
menempatkan
pekerja terampil
sesuai dengan
bidang
keahliannnya dan
menyiapkan

7
peralatan yang
memadai dengan
kebutuhan
5 Fajar Faktor yang Metode Berdasarkan Jurnal
Susilowati paling AHP analisis terhadap
dan Alfa berpengaruh pengendalian waktu
Risqi terhadap pada proyek
(2017) waktu tersebut dapat
pelaksanaan disimpulkan bahwa
pekerjaan faktor yang paling
konstruksi berpengaruh
studi kasus terhadap
pembangunan pengendalian waktu
proyek adalah permintaan
apartemen di perubahan atas
Jakarta pekerjaan yang
Selatan telah selesai.
6 Shubham Ranking of Metode Hasil penelitian
Sharma Delay Factors AHP dan menunjukkan faktor
dan Sohit in viktor multi penyebab
Agrawal Construction attribute keterlambatan
(2017) Project Using decision proyek gedung
AHP and yaitu manajemen
VIKOR yang buruk,
MultiAttribute interfensi,
Decision kemampuan pekerja
Making yang rendah,
Method kurangnya
pengalaman
7 Rizki Analisi faktor Diagram Berdasarkan hasil Jurnal
Prayudi penyebab sebab analisis dan
Ramadhan keterlambatan akibat pengolahan data
(2020) pada (fishbone) bahwa penyebab
pembangunan untuk keterlambatan
proyek “SCE” mencari proyek SCE adalah
menggunakan variabel rusaknya peralatan
metode faktor dan utama yang
analytical AHP berpengaruh
hierarchy terhadap
process keseluruhan
aktivitas konstruksi,
kemudian diikuti
sikap konsultan
pengawas yang

8
cenerung lambat
dalam memberikan
informasi dan
keputusan di
lapangan yang
sangat
mempengaruhi
kinerja dari
kontraktor di
lapangan
8 Yurianto Identifikasi Metode Dari 61 variabel Jurnal
dan faktor-faktor AHP aspek potensial
Trihono yang penyebab
Kadri mempengaruh keterlambatan
(2020) i didapat 11 variabel
keterlambatan penyebab
proyek keterlambatan
infrastruktur pelaksanaan yang
kereta cepat mempengaruhi
Jakarta- waktu pelaksanaan
Bandung proyek
pembangunan
infrastruktur kereta
cepat Jakarta-
Bandung
berdasarkan
rangking AHP
yaitu:
1. Kendala dalam
pembebasan
lahan untuk
bangunan
infrastruktur
(63.144 %),
2. Penetapan
jadwal proyek
yang amat ketat
oleh pemilik
(61.771 %),
3. Rencana urutan
kerja yang tidak
tersusun dengan
baik/terpadu
(61.5706 %),

9
4. Tidak
tersedianya
(material, alat,
tenaga kerja)
sesuai
kebutuhan
(57.216 %),
5. Shop drawing
tidak siap pada
saatnya, tidak
ada kesempatan
untuk
mempelajari
(56.266 %),
6. Perubahan
disain/detail
pekerjaan pada
waktu
pelaksanaan
(56.170 %),
7. Koordinasi
proyek yang
cukup rumit
(54.851 %),
8. Kelalaian/Keterl
ambatan oleh
sub kontraktor
pekerjaan
(53.081 %),
9. Spesifikasi
teknis tidak jelas
dan kurang
tegas kerena
terlalu umum
(52.837 %),
10.Adanya
prosedur
perijinan
pelaksanaan
pembangunan
yang dipersulit
dari berbagai
pihak (50.370
%), dan

10
11. Kondisi cuaca
yang kurang
baik (49.680 %)
9 Nelco Identifikasi Metode Berdasarkan hasil Jurnal
Andreti faktor AHP pengolahan faktor
Novari dominan sumber daya
dan rework pada manusia, faktor
Bambang pelaksanaan yang memiliki
Endro pekerjaan bobot tertinggi /
Yuwono struktur dominan yaitu
(2020) konstruksi kurangnya
baja proyek pemahaman
alumka AP- mengenai gambar
AC tender , gambar
pelaksanaan dan
gambar detail baja
dengan bobot faktor
(A4) dengan bobot
faktor 0,2705.
Berdasarkan hasil
pengolahan faktor
metode kerja, faktor
yang memiliki
bobot tertinggi /
dominan yaitu
kesalahan pada
pengukuran titik
koordinat (base
plate) (A6) dengan
bobot faktor
0,3792, kesalahan
proses
penyambungan
pengencangan baut
/ penyambungan
dengan pengelasan
baja (A9) dengan
bobot faktor 0,4376
dan posisi lubang ,
diameter dan
bentuk lubang yang
menyimpang dari
toleransi standar
(A13) dengan bobot

11
faktor
0,3848.Berdasarkan
hasil pengolahan
pada faktor
lingkungan, faktor
yang memiliki
bobot tertinggi /
dominan yaitu
cuaca buruk / hujan
yang menghalangi
proses pengelasan
baja dengan bobot
faktor 0,3458
10 Rizky Analisis Metode Faktor peringkat Jurnal
Ananda, keterlambatan AHP pertama yang
Endang dan kualitas mengakibatkan
Mulyani hasil keterlambatan dan
dan Rafie pekerjaan rendahnya kualitas
(2021) pada proyek hasil pekerjaan
konstruksi pada proyek
gedung konstruksi gedung 3
lantai adalah
metode konstruksi
yang tidak tepat,
tenaga kerja yang
buruk, kekurangan
material,
kekurangan tenaga
kerja

Tabel 2.1 10 Penelitian Terdahulu

2.2 Proyek

2.2.1 Pengertian Proyek

Pengertian proyek menurut Dipohusodo (1996) mengemukakan bahwa:

“Proyek merupakan suatu proses sumber daya dan adanya dana tertentu secara

terorganisasi untuk menjadi hasil pembangunan yang mantap sesuai dengan

tujuan dan harapan–harapan awal dengan menggunakan anggaran dana dari

12
proyek tersebut, sehingga menjadi sumber daya yang tersedia dalam jangka

waktu tertentu yang sesuai dengan fungsinya”. Menurut Soeharto (1999) proyek

dapat diartikan sebagai satu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka

waktu terbatas, Danyanti (2010) menyatakan proyek merupakan bagian dari

program kerja suatu organisasi yang sifatnya temporer untuk mendukung

pencapaian tujuan organisasi, dengan memanfaatkan sumber daya manusia

maupun non sumber daya manusia. dengan alokasi sumber daya tertentu dan

dimaksudkan untuk menghasilkan produk atau deliverable yang kriteria

mutunya telah digariskan dengan jelas. Menurut Akbar (2002): Kegiatan proyek

dalam proses mencapai hasil akhirnya dibatasi oleh anggaran, jadwal, dan mutu

yang harus dipenuhi dibedakan dari kegiatan operasional, hal tersebut karena

sifatnya yang dinamis, non-rutin, multi kegiatan dengan intensitas yang berubah-

ubah, serta memiliki siklus yang pendek.

Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan proyek merupakan suatu

kegiatan sementara yang dari awal sampai akhir dibatasi oleh biaya, waktu, dan

mutu. Di dalam proses mencapai tujuan tersebut telah ditentukan batasan biaya

(anggaran) yang dialokasikan, dan jadwal serta mutu yang harus dipenuhi.

Ketiga batasan diatas disebut juga tiga kendala (triple constrain) yang sering di

asosiasikan sebagai sasaran proyek. (Soeharto, 1999)

13
Gambar 2.1 Sasaran proyek yang juga merupakan 3 kendala

Sumber: Soeharto. I, Manajemen Proyek, 1999

Menurut Dipohusodo (dalam penelitian Britto Napitupulu 2018)

sebagaimana layaknya pelayanan jasa ketentuan mengenai biaya, mutu dan

waktu penyelesaian konstruksi sudah diikat dalam kontrak dan ditetapkan

sebelum pelaksanaan konstruksi dimulai. Apabila dalam proses konstruksi

terjadi penyimpangan kualitas hasil pekerjaan, baik disengaja atau tidak, risiko

yang harus ditanggung tidak kecil. Cara memperbaiki bangunan yang tidak

sesuai dengan spesifikasi harus dibongkar, kemudian dibangun ulang. Dipihak

lain upaya untuk memperbaiki tidak dapat mengubah kesepakatan pembiayaan

dan jangka waktu pelaksanaan. Dengan demikian faktor biaya, waktu dan

kualitas dalam proses konstruksi merupakan kesepakatan mutlak yang tidak bisa

ditawar-tawar lagi dan ketiganya saling tergantung dan berpengaruh secara ketat.

Skema uraian diberikan dalam bentuk bagan pada dibawah.

14
Inflasi
Penundaan Waktu
Sengketa Hukum
Modal Bunga Kerja

Pembiayaan

Waktu Kualitas
Konstruksi

Jadawal Kualitas Tenaga

Perubahan Pekerjaan Kualitas Bahan dan Alat

Peraturan Pemerintah Pengawasan


Pengadaan Alat dan Pemeriksaan dan
Barang Spesifikasi Teknis

Gambar 2.2 Ketergantungan Biaya, Waktu, dan Kualitas

Sumber: Dipohusodo 1996

2.2.2 Jenis-Jenis Proyek

Menurut Soeharto (1999) jenis-jenis proyek dapat dikatagorikan menjadi:

1. Proyek Konstruksi

Terdiri dari pengkajian kelayakan, desain engineering, pengadaan, dan

konstruksi.

15
2. Proyek Manufaktur

Dimaksudkan untuk membuat produk baru, meliputi pengembangan

produk, manufaktur, perakitan, uji coba fungsi dan operasi produk yang

dihasilkan.

3. Proyek Penelitian dan Pengembangan

Bertujuan untuk melakukan penelitian dan pengembangan dalam

rangka menghasilkan produk tertentu.

4. Proyek Pelayanan Manajemen

Proyek pelayanan manajemen tidak memberikan hasil dalam bentuk

fisik, tetapi laporan akhir, misalnya merancang sistem informasi

manajemen.

5. Proyek Kapital

Proyek kapital merupakan proyek yang berkaitan dengan penggunaan

dana kapital untuk investasi.

6. Proyek Radio Telekomunikasi

Bertujuan untuk membangun jaringan telekomunikasi yang dapat

menjangkau area yang luas dengan biaya minimal.

7. Proyek Konservasi Bio-Diversity

Proyek konservasi bio-diversity merupakan proyek yang berkaitan

dengan usaha pelestarian lingkungan.

2.3 Manajemen Proyek

Dalam sebuah proyek untuk mencapai tujuan perlu adanya manajemen

dalam kegiatan proyek tersebut agar dapat berjalan lancar tanpa hambatan.

16
Manajemen proyek menurut Kerzner (dikutip Soeharto, 1999) mendefinisikan

manajemen proyek adalah ilmu dan seni yang berkaitan dengan memimpin dan

mengkoordinir sumber daya yang terdiri dari manusia dan material dengan

menggunakan tehnik pengelolaan modern untuk mencapai sasaran yang telah

ditentukan, yaitu, lingkup, mutu, jadwal, dan biaya. Serta memenuhi keinginan

para stake holder.

Menurut Budi Santoso (2003) manajemen proyek adalah kegiatan

merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan dan mengendalikan sumber

daya organisasi perusahaan untuk mencapai tujuan tertentu dalam waktu tertentu

dengan sumber daya tertentu. Manajemen proyek mempergunakan personel

perusahaan untuk ditempatkan pada tugas tertentu dalam proyek.

Sedangkan menurut (Ervianto, 2005) Manajemen proyek adalah semua

perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan koordinasi suatu proyek dari awal

(gagasan) hingga berakhirnya proyek untuk menjamin pelaksanaan proyek

secara tepat waktu, tepat biaya dan tepat mutu.

Menurut Siswanto (2007), dalam manajemen proyek, penentuan waktu

penyelesaian kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan awal yang sangat

penting dalam proses perencanaan karena penentuan waktu tersebut akan

menjadi dasar bagi perencanaan yang lain, yaitu:

1. Penyusuan jadwal (scheduling), anggaran (budgeting), kebutuhan

sumber daya manusia (manpower planning), dan sumber organisasi yang

lain.

17
2. Proses pengendalian (controlling)

Sedangkan menurut Heizer dan Render (2005) manajemen proyek memiliki

3 tahapan, yaitu:

1. Perencanaan

Tahapan ini mencakup penetapan sasaran, mendefinisikan proyek, dan

organisasi tim-nya.

2. Penjadwalan

Tahapan ini menghubungkan orang, uang dan bahan untuk kegiatan

khusus dan menghubungkan masing-masing kegiatan satu dengan yang

lainnya.

3. Pengendalian

Perusahaan mengawasi sumber daya, biaya, kualitas, dan anggaran.

Perusahaan juga merevisi atau mengubah rencana dan menggeser atau

mengelolah kembali sumber daya agar dapat memenuhi kebutuhan

waktu dan biaya.

Manajemen konstruksi adalah bagaimana agar sumber daya yang terlibat

dalam proyek konstruksi dapat diaplikasikan oleh manajer proyek secara tepat.

Sumber daya dalam proyek konstruksi dapat dikelompokan menjadi manpower,

material, machines, money, method. (Ervianto, 2005)

Manajemen pengelolahan dalam proyek konstruksi dibagi menjadi 8

(delapan) fungsi dasar manajemen yang dikelompokan dalam 3 (tiga) kelompok

kegiatan (Ervianto, 2005):

18
1. Kegiatan Perencanaan

 Penetapan tujuan (goal setting)

 Perencanaan (planning)

 Pengorganisasian (organizing)

2. Kegiatan Pelaksanaan

 Pengisian staf (staffing)

 Pengarahan (directing)

3. Kegiatan Pengendalian

 Pengawasan (supervising)

 Pengendalian (controlling)

 Koordinasi (coordinating)

Menurut Handoko (1999) menyatakan bahwa tujuan adanya manajemen

proyek dalam sebuah proyek adalah sebagai berikut:

1. Tepat waktu (on time) yaitu waktu atau jadwal yang merupakan salah

satu sasaran utama proyek, keterlambatan akan mengakibatkan kerugian,

seperti penambahan biaya, kehilangan kesempatan produk memasuki

pasar.

2. Tepat anggaran (on budget) yaitu biaya yang harus dikeluarkan sesuai

dengan anggaran yang telah ditetapkan.

3. Tepat spesifikasi (on specification) dimana proyek harus sesuai dengan

spesifikasi yang telah ditetapkan.

19
2.4 Penjadwalan Proyek

Dalam sebuah proyek konstruksi, penjadwalan merupakan alat yang

diperlukan guna menyelesaikan suatu proyek. Untuk proyek yang besar dimana

jumlah kegiatan yang sangat besar dan rumitnya ketergantungan antara kegiatan

tidak mungkin lagi diolah dalam fikiran, maka penjadwalan dan kontrol menjadi

sangat penting. (Abdul Rasyid:2009)

Unsur utama dalam penjadwalan adalah peramalan (forecasting),walaupun

perlu disadari bahwa perubahan-perubahan dapat terjadi dimasa mendatang dan

dapat pula mempengaruhi pola rencananya sendiri. Penjadwalan itu sendiri

adalah berfikir secara mendalam melalui berbagai persoalan, menguji jalur-jalur

yang logis,menyusun berbagai macam tugas yang menghasilkan suatu kegiatan

lengkap dan menuliskan berbagai macam kegiatan dalam kerangka yang logis

dan rangkaian waktu yang tepat.

Jadwal bagi proyek merupakan peta dalam perjalanan. Tanpa peta yang baik

maka perjalanan dapat menyimpang sehingga menghabiskan banyak

waktu,biaya,bahan baku atau bahkan tidak sampai ketujuan karena habisnya

waktu (proyek gagal). Untuk itu sebelum proyek dimulai sebaiknya seorang

manajer yang baik terlebih dahulu merencanakan jadwal proyek. Tujuan

perencanaan proyek adalah:

 Mempermudah rumusan masalah proyek

 Menetukan metode atau cara yang sesuai

 Untuk mengorganisir kelancaran kegiatan dan hasil yang maksimal

20
Manfaat dari hasil perencanaan tersebut bagi proyek adalah:

 Mengetahui keterkaitan antar kegiatan

 Menetukan kegiatan kritis yang menjadi perhatian

 Kapan harus memulai dan harus diselesaikannya kegiatan yang

dapat diketahui dengan jelas.

2.5 Keterlambatan Proyek

2.5.1 Penegertian Keterlambatan Proyek

Menurut Bakhtiyar (2012), keterlambatan proyek (construction delay)

diartikan sebagai penundaan penyelesaian pekerjaan sesuai kontrak kerja dimana

secara hukum melibatkan beberapa situasi yang menyebabkan timbulnya klaim.

Keterlambatan proyek timbul ketika kontraktor tidak dapat menyelesaikan

proyek sesuai dengan waktu yang tercantum dalam kontrak.

Pengertian keterlambatan menurut Ervianto (2005) adalah sebagai waktu

pelaksanaan yang tidak dapat dimanfaatkan sesuai dengan rencana kegiatan

sehingga menyebabkan satu atau beberapa kegiatan yang mengikuti menjadi

tertunda atau tidak diselesaikan tepat sesuai jadwal yang telah direncanakan.

Sedangkan menurut Sanders dan Eagles (2001) keterlambatan didefinisikan

sebagai hal yang diakibatkan oleh penambahan waktu untuk menyelesaikan

semua atau sebagaian dari proyek.

21
2.5.2 Macam-Macam Keterlambatan Proyek

Kraiem dan Dickman yang dikutip dari Wahyudi (2006) menyatakan

keterlambatan dapat dibagi menjadi 3 jenis utama, yaitu:

1. Keterlambatan yang tidak dapat dimaafkan (Non Excusable Delays)

Non Excusable Delays adalah keterlambatan yang diakibatkan oleh

tindakan, kelalaian, atau kesalahan kontraktor.

2. Keterlambatan yang dapat dimaafkan (Excusable Delays)

Excusable Delays adalah keterlambatan yang disebabkan oleh kejadian-

kejadian diluar kendali baik pemilik maupun kontraktor. Pada kejadian

ini, kontraktor mendapatkan kompensasi berupa perpanjangan waktu

saja.

3. Keterlambatan yang layak mendapat ganti rugi (Compensable Delays)

Compensable Delays adalah keterlambatan yang diakibatkan tindakan,

kelalain atau kesalahan pemilik. Pada kejadian ini, kontraktor biasanya

mendapatkan kompensasi berupa perpanjangan waktu dan tambahan

biaya operasional yang perlu selama keterlambatan pelaksanaan tersebut.

2.5.3 Penyebab Keterlambatan Proyek

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wirabakti et al (2014)

keterlambatan penyelesaian pekerjaan didasari beberapa faktor antara lain

tenaga kerja, bahan, karakteristik tempat, manajerial, peralatan, keuangan, fisik

bangunan, desain, cuaca, kejadian tidak terduga dan kebijakan pemerintah.

Jika diuraikan masalah setiap faktor menjadi seperti berikut:

22
1. Tenaga Kerja

 Kurangnya keahlian tenaga kerja

 Kurangnya kedisiplinan tenaga kerja

 Kurangnya motivasi kerja para pekerja

 Kurangnya kehadiran tenaga kerja

 Kurangnya ketersediaan tenaga kerja

 Penggantian tenaga kerja baru

 Buruknya Komunikasi antara tenaga kerja dan badan pembimbing

2. Bahan

 Keterlambatan pengiriman bahan

 Ketersediaan bahan terbatas di pasaran

 Kualitas bahan jelek

 Kelangkaan material yang dibutuhkan

 Adanya Perubahan material oleh owner

 Kerusakan bahan di tempat penyimpanan

3. Karakteristik tempat

 Keadaan permukaan dan di permukaan bawah tanah

 Tanggapan dari lingkungan sekitar proyek

 Karakter fisik bangunan sekitar proyek

 Tempat penyimpanan bahan/material

 Akses kelokasi proyek yang sulit

 Kebutuhan ruang kerja yang kurang

23
 Lokasi proyek yang jauh dari pusat kota/pusat distribusi peralatan

dan material

4. Manajerial

 Pengawasan proyek

 Kualitas pengontrolan pekerjaan

 Pengalaman manajer lapangan

 Perhitungan kebutuhan

 Komunikasi antara konsultan dan kontraktor

 Komunikasi antara kontraktor dan pemilik

 Kesalahan manejemen material dan peralatan

5. Peralatan

 Ketersediaan peralatan

 Kerusakanperalatan

 Kualitas peralatan yang buruk

 Produktifitas peralatan

6. Keuangan

 Pembayaran dari pemilik yang terlambat

 Harga bahan/material yang mahal

 Alokasi dana yang tidak cukup

 Telatnya pembayaran kepada pekerja

7. Fisik Bangunan

 Luas wilayah

 Jumlah unit

24
 Jumlah lantai

8. Design

 Perubahan design oleh pemilik

 Kesalahan design oleh perencana

 Ketidak lengkapan gambar design

 Keterlambatan pemberian detail gambar

 Kerumitan design

9. Cuaca

 Intensitas (curah) hujan)

 Cuaca panas

 Cuaca yang berubah-ubah

10. Kejadian yang tidak terduga

 Kerusuhan

 Bencana alam

 Pemogokan buruh

 Kecelakaan

11. Kebijakan pemerintah

 Kenaikan BBM

 Nilai tukar mata uang

2.5.4 Dampak Keterlambatan Proyek

Menurut Ali et al (2012) dampak yang sering terjadi akibat adanya

keterlambatan proyek konstruksi yaitu tambahan biaya, tambahan waktu,

25
keterlambatan pembayaran, pendjadwalan ulang, dampak reputasi perusahaan,

hilangnya produktivitas dan efisien tenaga kerja.

Keterlambatan proyek konstruksi akan menimbulkan banyak permasalahan

dan mengakibatkan kerugian untuk semua pihak yang terkait, misalnya:

 Pihak Owner

Keterlambatan proyek pada owner / pemilik akan mengakibatkan

kehilangan penghasilan dari bangunan yang seharusnya sudah dapat

digunakan.

 Pihak Kontraktor

Keterlambatan proyek pada kontraktor akan mengakibatkan

bertambahnya biaya tidak langsung yang disebabkan untuk pengeluaran

gaji karyawan dan biaya sewa alat yang dapat mengurangi laba

kontraktor serta hilangnya kesempatan untuk menempatkan sumber

dayanya ke proyek yang lain.

 Konsultan

Keterlambatan proyek pada konsultan akan mengakibatkan kerugian

waktu serta menghambat menempatkan sumber dayanya untuk proyek

pembangunan lainnya.

2.5.5 Mengatasi Keterlambatan Proyek

Menurut Dipohusodo (1996) selama proses konstruksi selalu saja muncul

gejala kelangkaan periodik atas material-material yang diperlakukan, berupa

material dasar atau barang jadi baik yang lokal maupun import. Cara

26
penanganannya sangat bervariasi tergantung pada kondisi proyek, sejak yang

ditangani langsung oleh staf khusus dalam organisasi sampai bentuk pembagian

porsi tanggung jawab diantara pemberi tugas, kontraktor dan sub-kontraktor,

sehingga penawaran material suatu proyek dapat datang dari sub-kontraktor,

pemasok atau agen, importir, produsen atau industri, yang kesemuanya mengacu

pada dokumen perencanaan dan spesifikasi teknis yang telah ditetapkan. Cara

mengendalikan keterlambatan adalah:

1. Mengerahkan sumber daya tambahan

2. Melepas rintangan-rintangan, ataupun upaya-upaya lain untuk menjamin

agar pekerjaan meningkat dan membawa kembali ke garis rencana

3. Jika tidak mungkin tetap pada garis rencana semula mungkin diperlukan

revisi jadwal, yang untuk selanjutnya dipakai sebagai dasar penilaian

kemajuan pekerjaan pada saat berikutnya.

2.6 Analytical Hierarchy Process (AHP)

Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah teknik yang dikembangkan

oleh Thomas L. Saaty seorang ahli matematika dari Universitas Pittsburg,

Amerika Serikat pada tahun 1970-an. AHP merupakan salah satu model

pengambilan keputusan multi kriteria yang dan dapat membantu kerangka

berpikir manusia dimana faktor logika, pengalaman pengetahuan,emosi dan rasa

dioptimasikan ke dalam suatu proses sistematis. AHP merupakan metode yang

digunakan untuk memecahkan masalah kompleks dan tidak terstruktur ke dalam

kelompok-kelompoknya, dengan mengatur kelompok tersebut kedalam suatu

27
hierarki, kemudian memasukkan nilai numerik sebagai pengganti presepsi

manusia dalam melakukan perbandingan relatif. Dengan suatu sintesa maka

akan dapat ditentukan elemen mana yang mempunyai prioritas tertinggi.

Terdapat tiga prinsip utama dalam pemecahan masalah dalam AHP menurut

Saaty (1993), yaitu: Decomposition, Comparative Judgement, dan Logical

Concistency. Secara garis besar prosedur pemecahan masalah pada AHP

menggunakan tiga prinsip yaitu:

1. Dekomposisi Masalah

Dekomposisi masalah adalah langkah dimana suatu tujuan (Goal) yang

telah ditetapkan selanjutnya diuraikan secara sistematis kedalam struktur

yang menyusun rangkaian sistem hingga tujuan dapat dicapai secara

rasional. Dengan kata lain, suatu tujuan yang utuh, didekomposisi

(dipecahkan) kedalam unsur penyusunnya.

2. Penilaian/Pembobotan Untuk Membandingkan Elemen-Elemen

Apabila proses dekomposisi telah selasai dan hirarki telah tersusun

dengan baik. Selanjutnya dilakukan penilaian perbandingan berpasangan

(pembobotan) pada tiap-tiap hirarki berdasarkan tingkat kepentingan

relatifnya.

3. Penyusunan Matriks Dan Uji Konsistensi

Apabila proses pembobotan atau pengisian kuesioner telah selesai,

langkah selanjutnya adalah penyusunan matriks berpasangan untuk

melakukan normalisasi bobot tingkat kepentingan pada tiap-tiap elemen

pada hirarkinya masing-masing.

28
4. Penetapan Prioritas Pada Masing-Masing Hirarki

Untuk setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan perbandingan

berpasangan (pairwise comparisons). Nilai-nilai perbandingan relatif

kemudian diolah untuk menentukan peringkat alternatif dari seluruh

alternatif. Baik kriteria kualitatif, maupun kriteria kuantitatif, dapat

dibandingkan sesuai dengan penilaian yang telah ditentukan untuk

menghasilkan bobot dan proritas. Bobot atau prioritas dihitung dengan

manipulasi matriks atau melalui penyelesaian persamaan matematik.

5. Sintesis Dari Prioritas

Sintesis dari prioritas didapat dari hasil perkalian prioritas lokal dengan

prioritas dari kriteria bersangkutan yang ada pada level atasnya dan

menambahkannya ke masing-masing elemen dalam level yang

dipengaruhi oleh kriteria. Hasilnya berupa gabungan atau lebih dikenal

dengan istilah prioritas global yang kemudian dapat digunakan untuk

memberikan bobot prioritas lokal dari elemen yang ada pada level

terendah dalam hirarki sesuai dengan kriterianya.

6. Pengambilan/Penetapan Keputusan

Pengambilan keputusan adalah suatu proses dimana alternatifalternatif

yang dibuat dipilih yang terbaik berdasarkan kriterianya.

29

Anda mungkin juga menyukai