Anda di halaman 1dari 4

MUROQOBATULLAH (Merasa diawasi oleh Allah SWT.

Dari Ibn Abbas RA., dia berkata, Suatu hari aku berada di belakang
Nabi SAW., lalu beliau bersabda, Wahai Ghulam, sesungguhnya ku
ingin mengajarkanmu beberapa kalimat (nasehat-nasehat), Jagalah
Allah, pasti Allah menjagamu, jagalah Allah, pasti kamu mendapatinya
di hadapanmu, bila kamu meminta, maka mintalah kepada Allah dan
bila kamu minta tolong, maka minta tolonglah kepada Allah.
Ketahuilah, bahwa jikalau ada seluruh umat berkumpul untuk
memberikan suatu manfaat bagimu, maka mereka tidak akan dapat
memberikannya kecuali sesuatu yang telah ditakdirkan Allah atasmu,
dan jikalau mereka berkumpul untuk merugikanmu
(membahayakanmu) dengan sesuatu, maka mereka tidak akan bisa
melakukan itu kecuali sesuatu yang telah ditakdirkan Allah atasmu.
Pena-pena (pencatat) telah diangkat dan lembaran-lembaran telah
kering. (HR. at-Turmudzy, dia berkata, Hadits Hasan Shahih. Hadits
ini juga diriwayatkan Imam Ahmad)

Al-Hafizh Ibn Rajab RAH., berkata, Hadits ini mencakup beberapa


wasiat agung dan kaidah Kulliyyah (menyeluruh) yang termasuk
perkara agama yang paling urgen. Saking urgennya, sebagian ulama
pernah berkata, Aku sudah merenungi hadits ini, ternyata ia begitu
membuatku tercengang dan hampir saja aku berbuat sia-sia. Sungguh,
sangat disayangkan sekali bila buta terhadap hadits ini dan kurang
memahami maknanya.

Kisah Umar bin Khaththab radhiallahu anhu dengan seorang wanita.


Tatkala Khalifah Umar bin Khaththabradhiallahu anhu memegang
tampuk pemerintahan, beliau melarang mencampur susu dengan air.

Awal kisah, pada suatu malam Khalifah Umar bin


Khaththab radhiallahu anhu pergi ke daerah pinggiran kota Madinah.
Untuk istirahat sejenak, bersandarlah beliau di tembok salah satu
rumah. Terdengarlah oleh beliau suara seorang perempuan yang
memerintahkan anak perempuannya untuk mencampur susu dengan air.
Tetapi anak perempuan yang diperintahkan tersebut menolak dan
berkata: Bagaimana aku hendak mencampurkannya, sedangkan
Khalifah Umar melarangnya?

Mendengar jawaban anak perempuannya, maka sang ibu


menimpalinya: Umar tidak akan mengetahui.

Mendengar ucapan tersebut, maka anaknya menjawab lagi: Kalaupun


Umar tidak mengetahui, tetapi Rabb-nya pasti mengetahui. Aku tidak
akan pernah mau melakukannya. Dia telah melarangnya.

Kata-kata anak wanita tersebut telah menghunjam ke dalam hati


Umar. Sehingga pada pagi harinya, anaknya yang bernama Ashim,
beliau panggil untuk pergi ke rumah wanita tersebut. Diceritakanlah
ciri-ciri anak tersebut dan tempat tinggalnya, dan beliau berkata:
Pergilah, wahai anakku dan nikahilah anak tersebut, maka
menikahlah Ashim dengan wanita tersebut, dan lahirlah seorang anak
perempuan, yang darinya kelak akan lahir Khalifah Umar bin Abdil
Aziz.

Salah satu nilai takwa yang dihasilkan dari ibadah adalah


muraqabatullah, yakni merasa diawasi oleh Allah SWT. kita meyakini,
walaupun dapat bersembunyi dari penglihatan dan pengawasan
manusia, kita tidak akan mampu bersembunyi dari penglihatan dan
pengawasan Allah.

Kita bisa saja berpura-pura menjalankan ibadah di hadapan manusia,


tetapi kita tidak dapat menyembunyikan hal itu dari pengawasan Allah.
Inilah bentuk dari muraqabatullah.

Tegasnya, muraqabatullah itu adalah mengondisikan diri merasa


diawasi oleh Allah di setiap waktu kehidupan hingga akhir kehidupan.
Allah melihat, mengetahui rahasia-rahasia, memperhatikan semua amal
perbuatan, dan juga mengamati apa saja yang dikerjakan semua jiwa.
Allah berfirman, "Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak
membaca suatu ayat dari Alquran dan kamu tidak mengerjakan suatu
pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu
melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biar pun
sebesar zarah (atom) di bumi atau pun di langit. Tidak ada yang lebih
kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua
tercatat) dalam kitab yang nyata." (QS Yunus (10): 61)

Dalam ajaran Islam, muraqabatullah merupakan suatu kedudukan yang


tinggi. Hadis menyebutkan bahwa muraqabatullah sejajar dengan
tingkatan ihsan, yakni beribadah kepada Allah seakan-akan melihat-
Nya dan jika kita tak mampu melihatnya, maka sesungguhnya Allah
melihat kita. (Muttafaq alaih)

Sebagai seorang mukmin hendaknya kita berusaha menggapai


kedudukan muraqabatullah ini. Ketika kita sudah mencapai kedudukan
muraqabatullah, serangkaian kebaikan dan keutamaan akan kita
dapatkan.

Di antaranya, kita akan merasakan keagungan Allah Taala dan


kesempurnaan-Nya, tenteram ketika ingat nama-Nya, merasakan
ketenteraman ketika taat kepada-Nya, ingin bertetanggaan dengan-Nya,
datang menghadap kepada-Nya, dan berpaling dari selain-Nya.

Akhirnya, mari kita merenungi sebuah kisah yang dituturkan oleh


Abdullah bin Dinar sebagai motivasi bagi kita untuk menjadi orang
yang merasa selalu diawasi oleh Allah SWT.

Abdullah bin Dinar berkata, "Pada suatu hari, aku pergi ke Makkah
bersama Umar bin Khaththab. Di salah satu jalan, kami berhenti untuk
istirahat, tiba-tiba salah seorang penggembala turun kepada kami dari
gunung. Umar bin Khaththab bertanya kepada penggembala tersebut,
Hai penggembala, juallah seekor kambingmu kepada kami."

Penggembala tersebut berkata, "Kambing-kambing ini bukan milikku,


tapi milik majikanku. Umar bin Khaththab berkata, "Katakan saja
kepada majikanmu bahwa kambingnya dimakan serigala.

Namun, penggembala yang budak tersebut berkata, "Kalau begitu, di


mana Allah?" Umar bin Khaththab menangis, kemudian ia pergi
kemajikan penggembala tersebut, lalu membeli budak tersebut dan
memerdekakannya.

Pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah2 diatas diantaranya ialah
sebagai berikut:

Kesungguhan salaf dalam mendidik anak-anak mereka.

Selalu menanamkan sifat muraqabah, yaitu selalu merasa diawasi


oleh Allah Azza wa Jalla, baik ketika sendiri atau ketika bersama
orang lain.

Tidak meresa segan untuk memberikan nasihat kepada orang tua.

Memilihkan suami yang shalih atau istri yang shalihah bagi anak-
anaknya.

Penggalan kisah ini hanya sekadar contoh, bagaimana cara kita


mengambil pelajaran berharga dari sebuah kisah, kemudian
menanamkannya pada anak-anak kita, dan masih banyak contoh
lainnya, baik di dalam Al-Qur`an maupun Al-Hadits yang bisa digali
dan jadikan sebagai kisah-kisah yang layak dituturkan kepada anak-
anak kita.

Anda mungkin juga menyukai