UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2016
1.1 Sejarah Perpajakan
Pajak pada mulanya merupakan suatu utpeti (pemberian secara Cuma-Cuma), tetapi
sifatnya merupakan suatu kewajiban yang dapat dipaksakan dan harus dilaksanakan oleh
rakyat. Namun dalam perkembangannya, pemberian yang dilakukan rakyat kepada raja atau
penguasa tidak hanya digunakan untuk kepentinganraja semata melainkan untuk kepentingan
umum seperti untuk menjaga keamanan rakyat, memelihara jalan, membangun saluran air
untuk pengairan sawah dan membangun sarana sosial lainnya seperti taman. Seiring dengan
perkembangan masyarakat maka dibuatlah suatu aturan yang lebih baik dan bersifat memaksa
berkaitan dengan sifat utpeti tersebut dengan memperhatikan unsur keadilan. Berkembangnya
msyarakat hingga membentuk suatu negara dan dengan dilandasi unsur keadilan dalam
pemungutan pajak melatarbelakangi dibuatnya suatu ketentuan berupa undang-undang yang
mengatur tentang tata cara pemungutan pajak, jenis-jenis pajak yang dapat dipungut, pihak
yang harus membayar pajak, serta besarnya pajak yang harus dibayar.
Sejak zaman penjajahan Belanda ternyata sudah diberlakukan cukup banyak undng-
undang yang mengatur mengenai pembayaran pajak diantaranya Ordonasi Rumah Tangga
(Stbl.1908 No.13), Aturan Bea Materai (Stbl. 1921 No. 498), UU Pajak Pembangunan I (UU
No.14 Tahun 1947). Kemudian dengan perkembangan ekonomi dan masyarakat maka
diundangkan lagi beberapa undang-undang, diantaranya adalah UU Pajak Penjualan Tahun
1951 yang diubah dengan UU No.2 Tahun 1968; UU No.74 Tahun 1958 tentang Pajak
Bangsa Asing dan UU No.19 Tahun 1959 tentang Penagihan Pajak Negara dengan Surat
Paksa.
Pada tahun 1983 pemerintah bersamasama dengan DPR sepakat melakukan reformasi
undang-undang perpajakan yang ada dengan mencabut semua undang-undang yang ada dan
mengundangkan lima paket undang-undang perpajakan bahkan sistem perpajakan yang
semula official assessment diubah menjadi self assessment. Kelima paket undang-undang
tersebut yaitu UU No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
(KUP); UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (PPh); UU No. 8 Tahun 1983
tentang PPN dan PPnBM; UU No. 12 Tahun1985 tentang PBB (masih menggunakan official
assessment); UU No. 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai (BM).
Kemudian pada Tahun 1994 empat dari kelima undang-undang tersebut mengalami
perubahan dengan mengubah beberapa pasal yang dianggap perlu. Selanjutnya pada Tahun
1997, pemerintah kembali mengadakan perubahan atas undang-undang perpajakan yang ada
dan membuat beberapa undang-undang baru demi mendukung undang-undang yang sudaha
1
ada. Selanjutnya pada tahun 2000 pemerintah kembali mengadakan perubahan terhadap
undang-undang yang dibuat pada tahun 1983. Pada tahun 2007 sampai dengan 2009,
pemerintah bersama DPR sepakat melakukan perubahan kembali dengan tujuan agar lebih
memberikan keadilan dan meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak (WP) dan untuk lebih
memberikan kepastian hukum serta mengantisipasi perkembangan teknologi informasi.
Dengan dilakukannya perubahan atas berbagai perangkat perundang-undangan di bidang
perpajakan menunjukkan bahwa pemerintah selalu mementingkan pemangku kepentingan
dalam melanjutkan pembangunan yang sumber utamanya dari pajak.
2
1.3 Peran dan Fungsi Pajak dalam Pembangunan Nasional
Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya
di dalam pelaksanaan pembangunan. Karena pajak merupakan sumber pendapatan negara
untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan. Berdasarkan hal
diatas maka pajak mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
1. Fungsi budgeter (anggaran), adalah suatu fungsi ysng terletak di sektor publik
yaitu fungsi untuk mengumpulkan uang pajak sebanyak-banyaknya sesuai dengan
undang-undang yang berlaku. Dan nantinya digunakan untuk membiayai
pengeluaran negara, baik pengeluaran yang bersifat rutin maupun pembangunan,
seperti belanja pegawai, belanja barang, pemeliharaan dan lain- lain.
2. Fungsi regulered (mengatur), adalah suatu fungsi dimana melalui kebijaksanan
pajak, pemerintah memiliki peluang yang lebih baik untuk mengatur pertumbuhan
ekonomi. Disini fungsi bahwa pajak-pajak tersebut akan digunakan sebagai suatu
alat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang letaknya diluar bidang keuangan.
Umumnya dapat dilihat pada sektor swasta.
3. Fungsi demokrasi, adalah suatu fungsi yang merupakan salah satu penjelmaan
atau wujud sistem gotong royong, termasuk kegiatan pemerintahan dan
pembangunan demi kemaslahatan manusia. Pada masa sekarang fungsi ini dikaitkan
dengan hak seseorang apabila akan memperoleh pelayanan dari pemerintah.
4. Fungsi redistribusi, yaitu fungsi yang lebih menekankan pada unsur
pemerataan dan keadilan dalam masyarakat. Misalnya dengan adanya tarif progresif
yang mengenakan pajak yang lebih besar kepada masyarakat yang berpenghasilan
besar.
3
lapangan pekerjaannya. Walaupun hukum pajak merupakan hukum publik tetapi hukum pajak
mempunyai hubungan yang erat dengan hukum perdata (privat) dan saling bersangkutan. Hal
ini karena kebanyakan hukum pajak mencari dasar kemungkinan pemungutannya atas
kejadian-kejadian, keadaan-keadaan dan perbuatan-perbuatan hukum yang bergerak dalam
lingkungan perdata seperti pendapatan, kekayaan, perjanjian, penyerahan, pemindahan hak
karena warisan, kompensasi pembebasan utang, dan sebagainya. Hubungan antara hukum
pajak dengan hukum perdata ini mungkin sekali timbul karena banyak di pergunakanya
istilah-itilah hukum perdata dalam pajak. Walaupun harus dipegang teguh prinsip bahwa
pengertian yang dianut oleh hukum perdata tidak selalu dianut oleh hukum pajak.
DAFTAR PUSTAKA
5
B. Ilyas, Wirawan, dan Richard Burton. 2014. Hukum Pajak Teori, Analisis, dan
Perkembangannya. Jakarta. Salemba Empat.