Anda di halaman 1dari 22

1.

Fuse
Fuse atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan Sekering adalah
komponen yang berfungsi sebagai pengaman dalam rangkaian elektronika
maupun perangkat listrik. Fuse (Sekering) pada dasarnya terdiri dari sebuah
kawat halus pendek yang akan meleleh dan terputus jika dialiri oleh arus
listrik yang berlebihan ataupun terjadinya hubungan arus pendek (short
circuit) dalam sebuah peralatan listrik/elektronika. Dengan putusnya fuse
(sekering) tersebut, arus listrik yang berlebihan tersebut tidak merusak
komponen-komponen yang terdapat dalam rangkaian elektronika yang
bersangkutan (Kho, 2014).
Fuse (Sekering) terdiri dari 2 terminal dan biasanya dipasang secara
seri dengan rangkaian elektronika/listrik yang akan dilindunginya sehingga
apabila fuse tersebut terputus maka akan terjadi open circuit yang
memutuskan hubungan antara aliran listrik agar arus listrik tidak dapat
mengalir masuk ke dalam rangkaian yang dilindunginya.

a) b) c)
Gambar 2.3. a) Rumah Fuse 500VAC 32 A b) Fuse Tabung 500VAC 4A
c) HRC Fuse (High Rupturing Capacity fuse) 690 VAC 100 A
Gambar 2.4. Simbol Fuse / Sekering
a. Jenis-jenis Fuse
1) Tipe Ulir
Sekering jenis ini merupakan sekering dengan kapasitas pemutusan
rendah yang terdiri atas:
a) Tipe D (diazed) memiliki bentuk fisik seperti gallon air mineral
berdimensi kecil yang terbuat dari bahan keramik. Bagian dasar dan
atas sekering terbuat dari bahan logam yang berfungsi sebagai
penyalur arus. Dalam penggunaannya, sekering diazed selalu
dilengkapi komponen lainnya seperti rumah sekering (fuse holder),
adaptor dan tutupnya (fuse cap).
b) Tipe DO (neozed) memiliki bentuk fisik seperti Tipe D dengan
bentuk yang menyerupai botol susu berukuran mini. Gawai tersebut
dapat mengamankan gangguan arus hubung singkat dan beban lebih
pada kabel atau jaringan.
Penggolongan sekering diazed dan neozed berdasarkan faktor
peleburan dan penggunaanya adalah:
1) Kelas g (faktor peleburan kecil)
2) Kelas a (faktor peleburan besar)
Sedangkan penggolongan menurut IEC adalah:
1) Kelas gl = Untuk perlindungan arus kerja kurang dari 100 A
2) Kelas gll= Untuk perlindugan arus kerja 100 A atau lebih
Gambar 2.5. a) Diazed b) Neozed

Tabel 2.1. Nilai ampere Fuse Diazed dan Neozed


Ukuran Fuse Arus Kerja Ukuran Fused
Tanda Warna
Diazed (A) Neozed
2 Merah
4 Coklat
6 Hijau
D II 10 Merah
D 01
16 Abu-abu
20 Biru
25 Kuning
35 Hitam
D III 50 Putih
D 02
63 Tembaga
80 Perak
D IV
100 Emas D 03
2) Tipe Pisau
Sekering jenis ini merupakan sekering dengan kapasitas pemutus
tinggi. Memiliki bentuk kotak atau bulat berbahan keramik dengan
pisau kotak pada kedua ujungnya. Sekering jenis ini sering disebut
pula HRC fuse (High Ruputuring Capacity).
a) b)
Gambar 2.6. a) Fuse Links (NH Fuse) b) HRC Fuse ( High
Rupturing Capacity fuse )

HRC FUSE

Tabel 2.2. Nilai arus kerja Fuse


Ukuran Arus Kerja (A)
00 6 160
0 6 160
1 35 350
2 80 400
3 315 630
4a 500 1250

3) Tipe Tabung
Pengaman lebur dengan kapasitas pemutusan yang variatif mulai
kapasitas pemutusan yang rendah hingga tinggi dan dapat dijumpai
dalam rating tegangan extra rendah, tegangan rendah, menengah
ataupun tegangan tinggi.
Low Voltage ( 240V, 660V dan 1000V )
2A, 4A, 6A, 10A, 16A, 20A, 25A, 32A, 40A, 50A, 63A, 80A,
100A, 125A,

Medium Voltage (3,6KV, 7,2KV, 12,0KV, 15,5KV, 17,5KV, 24,0KV )


3,15A, 4A, 5A, 6,3A , 8A, 10A, 16A, 20A, 25A, 31,5A ,
35,5A 40A, 50A, 63A, 80A, 90A, 100A, 125A, 160A, 200A, 250A,
dst
High Voltage ( 36KV, 72,5KV , dst )
3,15A, 4A, 5A, 6,3A , 8A, 10A, 16A, 20A, 25A, 31,5A ,
35,5A 40A, 50A, 63A, 80A, 90A, dst.
2. Kontaktor
Kontaktor (Magnetic Contactor) yaitu peralatan listrik yang bekerja
berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik. Pada kontaktor terdapat
sebuah belitan yang mana bila dialiri arus listrik akan timbul medan magnet
pada inti besinya, yang akan membuat kontaknya tertarik oleh gaya magnet
yang timbul tadi. Kontak Bantu NO (Normally Open) akan menutup dan
kontak Bantu NC (Normally Close) akan membuka. Kontak pada kontaktor
terdiri dari kontak utama dan kontak Bantu. Kontak utama digunakan untuk
rangkaian daya sedangkan kontak Bantu digunakan untuk rangkaian
kontrol.
Didalam suatu kontaktor elektromagnetik terdapat kumparan utama
yang terdapat pada inti besi. Kumparan hubung singkat berfungsi sebagai
peredam getaran saat kedua inti besi saling melekat.Apabila kumparan
utama dialiri arus, maka akan timbul medan magnet pada inti besi yang akan
menarik inti besi dari kumparan hubung singkat yang dikopel dengan
kontak utama dan kontak Bantu dari kontaktor tersebut. Hal ini akan
mengakibatkan kontak utama dan kontak bantunya akan bergerak dari posisi
normal dimana kontak NO akan tertutup sedangkan NC akan terbuka.
Selama kumparan utama kontaktor tersebut masih dialiri arus, maka kontak-
kontaknya akan tetap pada posisi operasinya.
Apabila pada kumparan kontaktor diberi tegangan yang terlalu tinggi
maka akan menyebabkan berkurangnya umur atau merusak kumparan
kontaktor tersebut. Tetapi jika tegangan yang diberikan terlalu rendah maka
akan menimbulkan tekanan antara kontak-kontak dari kontaktor menjadi
berkurang. Hal ini menimbulkan bunga api pada permukaannya serta dapat
merusak kontak-kontaknya. Besarnya toleransi tegangan untuk kumparan
kontaktor adalah berkisar 85% - 110% dari tegangan kerja kontaktor
(Minudin, 2012).
a) b)
Gambar 2.7. a) Kontaktor 200-600VAC 250 10KA b) Kontaktor 240-550
60A

a. Jenis-jenis Kontaktor
1) Kontaktor Magnet Arus Searah
Kontaktor magnet arus searah (DC) terdiri dari sebuah kumparan
yang intinya terbuat dari besi. Jadi bila arus listrik mengalir melalui
kumparan, maka inti besi akan menjadi magnet. Gaya magnet inilah
yang digunakan untuk menarik angker yang sekaligus menutup/
membuka kontak. Bila arus listrik terputus ke kumparan, maka gaya
magnet akan hilang dan pegas akan menarik/menolak angker sehingga
kontak kembali membuka atau menutup.
Untuk merancang kontaktor arus searah yang besar
dibutuhkan tegangan kerja yang besar pula, namun hal ini akan
mengakibatkan arus yang melalui kumparan akan besar dan kontaktor
akan cepat panas. Jadi kontaktor magnet arus searah akan efisien pada
tegangan kerja kecil seperti 6 V, 12 V dan 24V.

Gambar 2.8. Kontaktor Magnet Arus Searah


Gambar 2.9. Bagian Kontaktor Magnet Arus Searah

2) Kontaktor Magnet Arus Bolak-balik


Kontruksi kontaktor magnet arus bolak-balik pada dasarnya
sama dengan kontaktor magnet arus searah. Namun karena sifat arus
bolak-balik bentuk gelombang sinusoida, maka pada satu periode
terdapat dua kali besar tegangan sama dengan nol. Jika frekuensi arus
AC 50 Herz berarti dalam 1 detik akan terdapat 50 gelombang. Dan 1
periode akan memakan waktu 1/50 = 0,02 detik yang menempuh dua
kali titik nol. Dengan demikian dalam 1 detik terjadi 100 kali titik nol
atau dalam 1 detik kumparan magnet kehilangan magnetnya 100 kali.

Gambar 2.10. Kontaktor Magnet Arus Bolak-balik


Gambar 2.11. Bagian-bagian kontaktor Magnet Arus Bolak-balik

3. Silicon Controlled Rectifier (SCR)


Silicon controlled rectifier (SCR) atau Thyristor merupakan device
semikonduktor yang mempunyai perilaku cenderung tetap on setelah
diaktifkan dan cenderung tetap off setelah dimatikan (bersifat histeresis) dan
biasa digunakan sebagai saklar elektronik, protektor, dan lain sebagainya.
SCR merupakan device yang dikembangkan dari sebuah dioda shockley,
yaitu dioda yang terdiri dari empat lapisan bahan semikonduktor, atau yang
juga biasa disebut sebagai dioda PNPN.
Perkembangan dioda shockley menjadi SCR sebenarnya dicapai hanya
dengan menambah suatu tambahan kecil yang tidak lebih dari sambungan
kawat ketiga yang diberi nama gate dari struktur PNPN yang telah ada.
untuk lebih jelasnya perhatikan gambar dibawah ini. (dermanto, 2014)

Gambar 2.12. Didoda Shockley dan Silicon Rectifier


Berikut ini gambar simbol skematik dan diagram skematik dari SCR

Gambar 2.13. Simbol Skematik dan Diagram Skematik SCR

Jika sebuah gate dari SCR dibiarkan mengambang atau tidak


terhubung (terputus), maka SCR akan berperilaku sama persis seperti dioda
shockley. Seperti halnya dioda shockley, SCR juga akan aktif dan mengunci
(latch) saat diberikan tegangan breakover antara katoda dan anoda. Untuk
mematikan kembali SCR dapat dilakukan dengan cara mengurangi arus
sampai salah satu dari transistor internal tersebut jatuh dan berada dalam
mode cutoff , dan perilaku SCR yang seperti ini juga seperti dioda shockley.
Lalu sekarang coba kita bahas tentang kawat atau terminal gate yang
menjadi perbedaan dari kedua perangkat ini. Kita tahu kalau terminal gate
SCR terhubung langsung ke basis transistor yang lebih rendah, itu berarti
terminal gate ini dapat digunakan sebagai alternatif untuk mengaktifkan
SCR (latch up).
Dengan memberikan tegangan yang kecil antara gate dan katoda,
transistor yang bawah atau transistor yang lebih rendah akan dipaksa ON
oleh arus basis yang dihasilkan, hal ini akan menyebabkan arus basis
transistor atas mengalir dan transistor atas akan aktif dan menghantarkan
arus basis untuk transistor yang bawah (tidak dibutuhkan lagi pasokan
tegangan dari terminal gate), sehingga kini kedua transistor saling menjaga
agar tetap aktif atau saling mengunci (latch). Arus yang diperlukan gate
untuk memulai latch up tentu saja jauh lebih rendah daripada arus yang
melalui SCR dari katoda ke anoda, sehingga SCR tidak perlu mencapai
penguatan.
a. Jenis Jenis Thyristor
Thyristor merupakan devais semikonduktor 4 lapisan berstruktur
pnpn dengan tiga pn-junction. Devais ini memiliki tiga terminal
yaitu anode, katode, dan gerbang. Thyristor biasanya digunakan sebagai
saklar/bistabil, beroperasi antara keadaan non konduksi ke konduksi.
Pada banyak aplikasi thyristor dapat diasumsi sebagai saklar ideal, akan
tetapi dalam prakteknya thyristor memiliki batasan dan karakteristik
tertentu. Jenis-jenis thyristor yaitu:

1) Silicon Controlled Rectifier (SCR)


SCR adalah dioda yang mempunyai fungsi sebagai pengendali.
SCR atau Thyristor masih termasuk keluarga semikonduktor dengan
karateristik yang serupa dengan tabung thiratron. Sebagai
pengendalinya adalah gate (G). SCR sering disebut Therystor. SCR
sebetulnya dari bahan campuran P dan N. Isi SCR terdiri dari PNPN
(Positif Negatif Positif Negatif) dan biasanya disebut PNPN Trioda.

Gambar 2.14. Silicon Controlled Rectifier (SCR)

2) Fast-Switching Thyristor
Biasanya thyristor ini digunakan pada penerapan teknologi
pensaklaran kecepatan tinggi dengan forced-commutation. Thyristor
jenis ini memiliki waktu turn off yang cepat, umumnya dalam 5
sampai 50 s bergantung pada daerah tegangannya. Tegangan jatuh
forward pada keadaan on bervarasi kira-kira seperti fungsi invers dari
trun off time tq, dikenal juga sebagai thyristor inversi.
Gambar 2.15. Fast-Switching Thyristor

3) Gate-Turn-Off Thyristor (GTO)


Gerbang ini dapat dihidupkan dengan memberikan sinyal
gerbang positif dan dapat dimatikan dengan memberikan gerbang
sinyal negative. GTO dihidupkan dengan memberikan sinyal pulsa
pendek positif pada gerbang dan dimatikan dengan memberikan sinyal
pulsa pendek negative pada gerbang. GTO memiliki penguatan rendah
selama turn-off dan memerlukan pulsa arus negative yang relative
besar untuk turn-off. Tegangan keadaan on untuk rata-rata GTO 550
A, 1200 V besarnya 3,4 V.

Gambar 2.16. Gate-Turn-Off Thyristor (GTO)


4) Bidirectional Triode Thyristor (TRIAC).
Triac dapat dianggap sebagai dua buah SCR dalam struktur
kristal tunggal, dengan demikian maka Triac dapat digunakan untuk
melakukan pensaklaran dalam dua arah (arus bolak balik, AC).
Gambar 2.17. Bidirectional Triode Thyristor (TRIAC)

4. Current Transformer
Current transformer (CT) atau Trafo Arus adalah peralatan pada
sistem tenaga listrik yang berupa trafo yang digunakan untuk pengukuran
arus yang besarnya hingga ratusan ampere dan arus yang mengalir pada
jaringan tegangan tinggi. Di samping untuk pengukuran arus, trafo arus juga
digunakan untuk pengukuran daya dan energi, pengukuran jarak jauh, dan
rele proteksi. Kumparan primer trafo dihubungkan seri dengan rangkaian
atau jaringan yang akan dikur arusnya sedangkan kumparan sekunder
dihubungkan dengan meter atau dengan rele proteksi. (yakusa, 2012)

Gambar 2.18. Rangkaian Current Transformer

Gambar 2.19. Current Transformer 50/5 A 50-60 Hz


Prinsip kerja trafo arus sama dengan trafo daya satu fasa. Bila pada
kumparan primer mengalir arus I1, maka pada kumparan timbul gaya gerak
magnet sebesar N1I1. Gaya gerak ini memproduksi fluks pada inti, dan fluks
ini membangkitkan gaya gerak listrik pada kumparan sekunder. Bila
terminal kumparan sekunder tertutup, maka pada kumparan sekunder
mengalir arus I1. Arus ini menimbulkan gaya gerak magnet N2I2 pada
kumparan sekunder. Pada trafo arus biasa dipasang burden pada bagian
sekunder yang berfungsi sebagai impedansi beban, sehingga trafo tidak
benar-benar short circuit. Apabila trafo adalah trafo ideal, maka berlaku
persamaan:
N1I1 = N2I2
I1/I2 = N2/N1

di mana, N1 : Jumlah belitan kumparan primer


N2 : Jumlah belitan kumparan sekunder
I1 : Arus kumparan primer
I2 : Arus kumparan sekunder

a. Jenis-Jenis Trafo Arus


1) Jenis Trafo Arus Menurut Jumlah Kumparan Primer
a) Jenis Kumparan (Wound)
Biasa digunakan untuk pengukuran pada arus rendah, burden yang
besar, atau pengukuran yang membutuhkan ketelitian tinggi.
Belitan primer tergantung pada arus primer yang akan diukur,
biasanya tidak lebih dari 5 belitan. Penambahan belitan primer akan
mengurangi faktor thermal dan dinamis arus hubung singkat.
b) Jenis Bar (Bar)
Konstruksinya mampu menahan arus hubung singkat yang cukup
tinggi sehingga memiliki faktor thermis dan dinamis arus hubung
singkat yang tinggi. Keburukannya, ukuran inti yang paling
ekonomis diperoleh pada arus pengenal yang cukup tinggi yaitu
1000A.
2) Jenis Trafo Arus Menurut Jumlah Rasio
a) Jenis Rasio Tunggal
Rasio tunggal adalah trafo arus dengan satu kumparan primer dan
satu kumparan sekunder.
b) Jenis Rasio Ganda
Rasio ganda diperoleh dengan membagi kumparan primer menjadi
beberapa kelompok yang dihubungkan seri atau parallel.

Gambar 2.20. Kumparan primer hubungan seri dan parallel

3) Jenis Trafo Arus Menurut Konstruksi Isolasi


a) Isolasi Epoksi-Resin
Biasa dipakai hingga tegangan 110KV. Memiliki kekuatan hubung
singkat yang cukup tinggi karena semua belitan tertanam pada
bahan isolasi. Terdapat 2 jenis, yaitu jenis bushing dan pendukung.

Gambar 2.21. a) Jenis Pendukung b) Jenis Bushing

b) Isolasi Minyak-Kertas
Isolasi minyak kertas ditempatkan pada kerangka porselen.
Merupakan trafo arus untuk tegangan tinggi yang digunakan pada
gardu induk dengan pemasangan luar. Dibedakan menjadi jenis
tangki logam, kerangka isolasi, dan jenis gardu. Kelebihannya,
penyulang pada sisi primer lebih pendek, digunakan untuk arus
pengenal dan arus hubung singkat yang besar.

Gambar 2.22. a) Tangki Baja b) Isolasi Silinder c) Jenis Gardu


c) Isolasi Koaksial
Jenis trafo arus dengan isolasi koaksial biasa ditemui pada kabel,
bushing trafo, atau pada rel daya berisolasi gas SF6. Sering digunakan inti
berbentuk cincin dengan belitan sekunder yang dibelit secara seragam
pada cincin dan dimasukkan pada isolasi, dengan demikian terbuka jalan
untuk membawa lapisan terluar bagian yang di-ground keluar dari trafo
arus.

Gambar 2.23. Trafo Isolasi Koaksial


4) Jenis Trafo Arus Menurut Jumlah Inti
a) Inti Tunggal
Digunakan apabila sistem membutuhkan salah satu fungsi saja,
yaitu untuk pengukuran atau proteksi.
b) Inti Ganda
Digunakan apabila sistem membutuhkan arus untuk pengukuran
dan proteksi sekaligus.

Gambar 2.24. Trafo Arus Berinti Ganda

5. Miniatur Circuit Breaker (MCB)


MCB (Miniature Circuit Breaker) adalah komponen dalam instalasi
listrik rumah yang mempunyai peran sangat penting. Komponen ini
berfungsi sebagai sistem proteksi dalam instalasi listrik bila terjadi beban
lebih dan hubung singkat arus listrik (short circuit ataukorsleting).
Kegagalan fungsi dari MCB ini berpotensi menimbulkan hal-hal yang tidak
diinginkan seperti timbulnya percikan api karena hubung singkat yang
akhirnya bisa menimbulkan kebakaran.
MCB bekerja dengan cara pemutusan hubungan yang disebabkan oleh
aliran listrik lebih dengan menggunakan electromagnet/bimetal. cara kerja
dari MCB ini adalah memanfaatkan pemuaian dari bimetal yang panas
akibat arus yang mengalir untuk memutuskan arus listrik. Kapasitas MCB
menggunakan satuan Ampere (A), Kapasitas MCB mulai dari 1A, 2A, 4A,
6A, 10A, 16A, 20A, 25A, 32A dll. MCB yang digunakan harus memiliki
logo SNI pada MCB tersebut. Cara mengetahui daya maximum dari MCB
adalah dengan mengalikan kapasitas dari MCB tersebut dengan 220v (
tegangan umum di Indonesia ). (Aroel, 2012)
a) b)
Gambar 2.25. a) MCB 3 Fasa 230/400VAC 40 A b) MCB 1 Fasa
240/4015 6 A

a. Jenis-jenis MCB
1) Otomat-L (Untuk Hantaran)
Pada Otomat jenis ini pengaman termisnya disesuaikan dengan
meningkatnya suhu hantaran. Apabila terjadi beban lebih dan suhu
hantarannya melebihi suatu nilai tertentu,elemen dwi logamnya akan
memutuskan arusnya. Kalau terjadi hubung singkat,
arusnyadiputuskan oleh pengaman elekromagnetiknya. Untuk arus
bolak-balik yang sama dengan 4 In-6 In dan arus searah yang sama
dengan 8 In pemutusan arusnya berlangsug dalam waktu 0.2 detik.

2) Otomat-H (Untuk Instalasi Rumah)


Secara termis jenis ini sama dengan Otomat-L. Tetapi pengaman
elektromagnetiknyamemutuskan dalam waktu 0,2 sekon, jika arusnya
sama dengan 2,5 In3 In untuk arus bolak- balik atau sama dengan 4
In untuk arus searah. Jenis Otomat ini digunakan untuk
instalasirumah. Pada instalasi rumah, arus gangguan yang rendah pun
harus diputuskan dengancepat. Sehingga jika terjadi gangguan tanah,
bagian-bagian yang terbuat dari logam tidak akan lama bertegangan.
3) Otomat-G
Jenis Otomat ini digunakan untuk mengamankan motor-motor listrik
kecil untuk arus bolak-balik atau arus searah, alat-alat listrik dan juga
rangkaian akhir besar untuk penerangan, misalnya penerangan pabrik.
Pengaman elektromagnetiknya berfungsi pada 8In-11 In untuk arus
bolak-balik atau pada 14 In untuk arus searah. Kontak-kontak
sakelarnyadan ruang pemadam busur apinya memiliki konstruksi
khusus. Karena itu jenis Otomat inidapat memutuskan arus hubung
singkat yang besar, yaitu hingga 1500 ampere.

b. Bagian-bagian MCB

Gambar 2.26. Bagian-bagian Miniature Circuit Breaker


Keterangan:
1) Actuator Lever atau toggle switch, digunakan sebagai Switch On-Off
dari MCB. Juga menunjukkan status dari MCB, apakah ON atau OFF.
2) Switch mekanis yang membuat kontak arus listrik bekerja.
3) Kontak arus listrik sebagai penyambung dan pemutus arus listrik.
4) Terminal tempat koneksi kabel listrik dengan MCB.
5) Bimetal, yang berfungsi sebagai thermal trip
6) Baut untuk kalibrasi yang memungkinkan pabrikan untuk mengatur
secara presisi arus trip dari MCB setelah pabrikasi (MCB yang dijual
dipasaran tidak memiliki fasilitas ini, karena tujuannya bukan untuk
umum)
7) Solenoid. Coil atau lilitan yang berfungsi sebagai magnetic trip dan
bekerja bila terjadi hubung singkat arus listrik.
8) Pemadam busur api jika terjadi percikan api saat terjadi pemutusan
atau pengaliran kembali arus listrik.

6. Ballast Load
Ballast Load adalah beban dimana yang digunakan sebagai beban
resistif dan hanya digunakan pada PLTMH dengan pemakaian kontrol
beban (DLC/IGC) sedangkan pada PLTMH tanpa kontrol tidak
menggunakan ballast load. Pada PLTMH tanpa menggunakan kontrol,
tegangan dan frekuensi akan naik dan turun sesuai dengan perubahan beban
konsumen, hal ini akan mengakibatkan lampu dan peralatan elektronik akan
cepat rusak.

Gambar 2.27. Beban Ballast berupa elemen pemanas udara

Ballast Load digunakan untuk membuang energi listrik yang


dibangkitkan oleh generator tetapi tidak terpakai oleh konsumen. Sehingga
daya yang dihasilkan generator dengan daya yang dipakai akan seimbang,
hal ini dimaksudkan untuk menjaga tegangan dan frekuensi generator tetap
stabil.
7. Pilot MAC625-Z
Pilot MAC625-Z merupakan perangkat yang dirancang untuk
memantau dan menampilkan parameter listrik termasuk tegangan (V), arus
(I), (HP/P) horse power, (Q) Daya reaktif, (PF) power factor, (F) Frekuensi,
(KWH) Kilo Watt Hour energy aktif, (KVARH) kilo volt amper reaktiv
hour energi reaktif.

Gambar 2.28. Pilot MAC625-Z


PMAC 625-Z 220 Watt Meter digunakan 220V (LN) / 380V (LL)
sistem tegangan rendah. Perangkat menawarkan satu seri RS485
COM/MODBUS untuk menghubungkan dengan PLC, PC, dan sistem ADA
SC , dan menyediakan dua input beralih aktif dan dua output alarm relai
untuk mengendalikan saklar tindakan.

Aplikasi yang digunakan dari PMAC 625-Z, yaitu:


a. Panel control
b. Switchboard tegangan rendah
c. Sistem manajemen energy
d. Analisis kualitas daya

Fitur dari PMAC 625-Z, yaitu:


a. Kombinasi dari sinyal jarak jauh, remote control, metering terpencil dan
penginderaan jauh.
b. Desain kompak dengan ukuran penuh.
c. Komunikasi RS485 Modbus.
d. Power supply: 85 ~ 265VAC, atau 80 ~ 300VDC.
e. Programmable CT (1 ~ 9.999).
f. Input digital Opsional, alarm output estafet.
g. Simulasikan layar OLED, definisi tinggi dan kecerahan tinggi.
h. Ukuran Panel: 96 x 96mm.
i. Dimensi instalasi: 89,5 x.89.5mm, kedalaman: 65mm.

Komunikasi antar Pilot dengan PC menggunakan USB RS485 sebagai


berikut:

Gambar 2.29. USB RS485 dengan Register L008


Tampilan pada PC dapat dilihat pada gambar 3.28 sebagai berikut:

Gambar 2.30. Tampilan Power Meter Digital


Cara kerja dari pilot MAC625-Z adalah ketika pada saat panel (DLC) Digital
Load Controller dijalankan maka semua jaringan listrik yang ada di dalamnya
terhubung sehingga pilot MAC625-Z dapat memantau dan menampilkan semua
fitur dan kondisi panel tersebut.

Anda mungkin juga menyukai