Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada umumnya turbin uap dioperasikan secara kontiniu dalam jangka waktu
yang lama. Masalah-masalah pada turbin uap yang akan berujung pada
berkurangnya efisiensi dan performansi harus bisa dideteksi dan dimonitor selama
beroperasi.
Performansi dari turbin uap dipengaruhi berbagai faktor termasuk komponen-
komponen dari turbin uap dan sistem kontrol/instrumentasi yang bekerja selama
beroperasi.

B. Tujuan Percobaan

1. Dapat mengoperasikan turbin uap.


2. Mengetahui fungsi atau turbin uap dan prinsip kerjanya.
3. Membuat daftar simbol parameter-parameter yang digunakan dalam satuan SI.
4. Melaksanakan kalibrasi beban torsi yang diberikan.
5. Pada putaran turbin konstan dan pemilihan jumlah nossel ukur tekanan
temperature uap, torsi, temperatur kondensor, laju aliran kondensat,
temperatur air pendingin masuk dan keluar dan laju aliran air pendingin.
6. Menghitung konsumsi uap, penyerapan panas, panas perpindahan pada air
pendingin, kerja poros, efisiensi dan kerugian radiasi.
7. Menggambar karakteristik-karakteristik : kerja listrik, kerja poros, konsumsi
uap, konsumsi uap spesifik, dan efisiensi thermal dengan tekanan inlet, nossel
sebagai variabel.
8. Menggambar diagram panas sitem turbin uap.
9. Menggambar drop tekanan kedalam diagram Moller atau diagram entalpi-
entropi.
10. Melaksanakan deail perhitungan.
11. Membuat laporan percobaan performansi turbin uap.
BAB II
DASAR TEORI

A. Pengertian Turbin Uap


Turbin Uap adalah salah satu komponen dasar dalam pembangkit listrik tenaga
uap. Dimana komponen utama dari sistem tersebut yaitu: Ketel, kondensor,
pompa air ketel, dan turbin itu sendiri. Uap yang berfungsi sebagai fliuda kerja
dihasilkan oleh ketel uap, yaitu suatu alat yang berfungsi untuk mengubah air
menjadi uap.

Siklus ideal yang terjadi didalam turbin adalah siklus Rankine : Air pada
siklus 1 dipompakan, kondisinya adalah isentropik s1=s2 masuk ke boiler dengan
tekanan yang sama dengan tekanan di kondenser tetapi boiler menyerap panas
sedangkan kondenser melepaskan panas, kemudian dari boiler masuk ke turbin
dengan kondisi super panas h3=h4 dan keluaran dari turbin berbentuk uap jenuh
dimana laju aliran massa yang masuk ke turbin sama dengan laju aliran massa
keluar dari turbin, ini dapat digambarkan dengan menggunakan diagram Ts
berikut:
Menurut Hukum pertama Thermodinamika, kerja yang dihasilkan oleh suatu
proses siklus adalah sama dengan Jumlah Perpindahan Kalor pada fluida kerja selama proses
siklus tersebut berrlangsung. Jadi untuk proses Siklus 1 - 2- 2 - 3 -3 4 1

Dengan rumus:
W = T dS

W = Kerja per satuan berat fluida kerja.


Ds = Luas 1 2 2 2 3 4 1 pada diagram ( T-s)

Dalam kenyataan Siklus sistem Turbin Uap menyimpang dari Siklus Ideal (Siklus
Rankine) antara lain karena faktor tersebut dibawah ini :
1. Kerugian dalam pipa atau saluran fluida kerja, misalnya kerugian
gesekan dan kerugian kalor ke atmosfer di sekitarnya.
2. Kerugian tekanan dalam ketel uap.
3. Kerugian energi didalam turbin uap karena adanya gesekan pada fluida
kerja dan bagian-bagian dari turbin.

B. Klasifikasi Turbin Uap.


Turbin Uap dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori yang berbeda
berdasarkan pada konstruksinya, prinsip kerjanya dan menurut proses penurunan
tekanan uap sebagai berikut :
Klasifikasi Turbin berdasarkan Prinsip Kerjanya.
1. Turbin Impulse
Turbin Impuls atau turbin tahapan implus adalah turbin sederhana
berrotor satu atau banyak (gabungan) yang mempunyai sudu-sudu pada rotor
itu. Sudu biasanya simetris dan mempunyai sudut masuk dan sudut keluar.
Turbin satu tahap.
Turbin impuls gabungan.
Turbin impuls gabungan kecepatan
- Proses pengembangan uap / penurunan tekanan seluruhnya terjadi pada sudu
diam / nossel.
- Akibat tekanan dalam turbin sama sehingga disebut Tekanan Rata.
2. Turbin Reaksi
Turbin reaksi mempunyai tiga tahap, yaitu masing-masingnya terdiri
dari baris sudu tetap dan dua baris sudu gerak. Sudu bergerak turbin reaksi
dapat dibedakan dengan mudah dari sudu impuls karena tidak simetris, karena
berfungsi sebagai nossel bentuknya sama dengan sudu tetap walaupun arahnya
lengkungnya berlawanan.
Ciri-ciri turbin ini adalah :
- Penurunan tekanan uap sebagian terjadi di nosel dan sudu gerak.
- Adanya perbedaan tekanan didalam turbin sehingga disebut Tekanan
Bertingkat.

Klasifikasi turbin uap berdasarkan pada tingkat penurunan Tekanan Dalam


Turbin .

Turbin Tunggal (Single Stage)


Dengan kecepatan satu tingkat atau lebih turbin ini cocok untuk daya
kecil, misalnya penggerak kompresor, blower, dll.
Turbin Bertingkat (Aksi dan Reaksi)
Disini sudu-sudu turbin dibuat bertingkat, biasanya cocok untuk daya
besar. Pada turbin bertingkat terdapat deretan sudu 2 atau lebih. Sehingga
turbin tersebut terjadi distribusi kecepatan/tekanan.

Klasifikasi turbin berdasarkan Proses Penurunan Tekanan Uap.

Turbin Kondensasi
Tekanan keluar trurbin kurang dari 1 atm dan dimasukkan kedalam
kompresor.
Turbin Tekanan Lawan.
Apabila tekanan sisi keluar turbin masih besar dari 1 atm sehingga masih
dapat dimanfaatkan untuk menggerakkan trubin lain.
Turbin Ekstraksi.
Didalam turbin ini sebagian uap dalam turbin diekstraksi untuk proses
pemanasan lain, misalnya proses industri.
C. Prinsip Kerja Turbin Uap
Secara singkat prinsip kerja trubin uap adalah sebagai berikut:
Uap masuk kedalam turbin melalui nosel. Didalam nosel energi panas
dari uap dirubah menjadi energi kinetis dan uap mengalami
pengembangan. Tekanan uap pada saat keluar dari nosel lebih kecil
dari pada saat masuk ke dalam nosel, akan tetapi sebaliknya kecepatan
uap keluar nosel lebih besar dari pada saat masuk ke dalam nosel. Uap
yang memancar keluar dari nosel diarahkan ke sudu-sudu turbin yang
berbentuk lengkungan dan dipasang disekeliling roda turbin. Uap yang
mengalir melalui celah-celah antara sudu turbin itu dibelokkan kearah
mengikuti lengkungan dari sudu turbin. Perubahan kecepatan uap ini
menimbulkan gaya yang mendorong dan kemudian memutar roda dan
poros turbin.
Jika uap masih mempunyai kecepatan saat meninggalkan sudu turbin
berarti hanya sebagian yang energi kinetis dari uap yang diambil oleh
sudu-sudu turbin yang berjalan. Supaya energi kinetis yang tersisa saat
meninggalkan sudu turbin dimanfaatkan maka pada turbin dipasang
lebih dari satu baris sudu gerak. Sebelum memasuki baris kedua sudu
gerak. Maka antara baris pertama dan baris kedua sudu gerak dipasang
satu baris sudu tetap (guide blade) yang berguna untuk mengubah arah
kecepatan uap, supaya uap dapat masuk ke baris kedua sudu gerak
dengan arah yang tepat.
Kecepatan uap saat meninggalkan sudu gerak yang terakhir harus
dapat dibuat sekecil mungkin, agar energi kinetis yang tersedia dapat
dimanfaatkan sebanyak mungkin. Dengan demikian effisiensi turbin
menjadi lebih tinggi karena kehilangan energi relatif kecil.

D. Rumus Teori
a. Laju aliran uap (ms)

Ms = ()

b. Drop entalpi aktual:


() = 1 2 ( )

c. Drop entalpi isentropik :


hisent = h1 h2 (Kj/s)

d. Energi yang disuplay uap :

e. Energi yang disuplai turbin (ET) :

ET = ms (h1 h2) (KW) : secara aktual


= ms (h1 h2s) (KW) : secara ideal

f. Panas yang diterima air pendingin (Ect) :


Ect = mW . CP . (T2 T1) (KW)

g. Energi dalam air kondensat (Ec) :


Ec = ms . cp . Tkondensat (KW)

h. Panas pendingin lanjut (Ept) :


Ept = ms . h2 - Ec (KW)

i. Energi suplai panas rankine (ER) :


ER = Es - Ec (KW)

j. Daya poros turbin (Ebp) :


Ebp = T . W (KW)

k. Konsumsi energi (SCC) :


= (/)

l. Konsumsi uap spesifik (SCC) :

SCC = ()

m. Effisiensi isentropik ()

isent = (%)

n. Effisiensi thermal (th) :



th = (%)

o. Effisiensi Rankine (R) :



R = (%)

p. Effisiensi relatif (ret) :



rel = (%)

q. Effisiensi konversi mekanis(mek ) :


mek =(12)
BAB III
PELAKSANAAN PERCOBAAAN

A. Peralatan Percobaan
1. Unit boiler atau sistem generator.
2. Unit superheater (jika diperlukan untuk digunakan).
3. Rangkaian pengujian turbin uap.
4. Thermometer.
5. Manometer.
6. Torque meter.
7. Speed meter.
8. Time digital.
9. Ammeter dan voltmeter.
10. Diagram MOLLIER (untuk perhitungan)

B. Prosedur Percobaan
1. Pengoperasian unit turbin uap.
a. - Operasikan boiler (lihat prosedur pengoperasian boiler).
- Suplai power ke turbin.
- Hidupkan unit cooling tower.
- Suplai udara kompress guna keperluan safety mekanis.
b. - Pemeriksaan sebelum operasi.
- Pastikan dinamometer loading switch ON dalam posisi
ABSORB.
- Set potensiometer beban untuk kontrol torsi ke minim.
- Periksa alat-alat ukur ke posisi nol kecuali indikator
temperature.
- Periksa katub-katub ke posisi yang mungkin.
- Buka katub nosel dengan penuh dan tutup yang lainnya.
2. Start turbin uap
a. Buka katub inlet dengan perlahan sehingga mengalirkan jumlah
uap yang kecil guna pemanasan turbin.
b. Pastikan bahwa beban dinamometer adalah nol.
c. Buka katub air ke vakum pump sedikit, kemudian tekan
tombol vakum pump ON secepatnya
d. Secara perlahan-lahan buka katub inlet hingga turbin bergerak
dengan memutar tertentu (governor akan mengatur atau
mengontrol putaran turbin pada 4000 rpm, jika tidak matikan
secara perlahan dan ulangi operasi.
e. Periksa bahwa vakunm dalam kondensor (P3) ada kira-kira
tekanan 0,7 bar, jika tidak atur dengan katub keluaran vakum
secara perlahan.
f. Untuk membebani turbin disesuaikan dengan kontrol beban
dinamometer melalui potensiometer.
g. Pada variasi pengukuran, jika tekanan inlet nosel P1 mendekati
tekanan uap terutama P2, buka penuh katub nosel nomor 2 dan
tambahkan beban.
h. Beban penuh dicapai apabila force meter menunjukkan kira-kira
100 Newton (potensiometer diputar maksimum).

C. Titik-titik Pengukuran
Titik titik pengukuran pengambilan data-data dapat dilihat dari diagram
skema berikut (skema gambar dibalik)
Keterangan-keterangan notasi :
T1 = Temperature condesate (0C)
T2 = Temperature turbin exhaust (0C)
T3 = Temperature cooling water outlet (0C)
T4 = Temperature condenser steam inlet (0C)
T5 = Temperature cooling water inlet (0C)
T6 = Temperature nozzle inlet (0C)
T7 = Temperature steam line (0C)
P1 = Tekanan nosel (bar)
P2 = Tekanan steam line (bar)
P3 = Tekanan kondenser (bar)
P4 = Tekanan gland seld (bar)
P5 = Tekanan exhaust turbin (bar)
Data Percobaan I II III IV
Nozzle inlet (bar) P1 2,9 5,6 6,8 7
Steam line (bar)P2 4,6 5,7 7 8,6
Condenser (bar)P3 -0,8 0 0 0
Glandseal (bar)P4 0 0 0 0
Turbin exhaust (bar)P5 -0,8 0 0 0
Temperature kondensat (0C)T1 48 57 63 65
Turbin exhaust (0C)T2 67 104 104 104
Coolling water outlet (oC)T3 31 32 33 34
Condenser steam inlet (0C)T4 71 104 103 103
Cooling water inlet (0C)T5 28 28 28 28
Nozzle inlet temperature (0C)T6 152 164 170 171
Steam line temperature (0C)T7 161 165 171 180
Putaran (rpm)N 3946 3425 3852 3990
Gaya (N)F 20,3 8,3 8,6 8,7
Tegangan medan (V) Vf 280 280 280 280
Tegangan jangkar (V)Va 315 280 310 320
Arus jangkar (A)Ia 4 1 1 1
BAB IV

ANALISA DATA

Sebagai contoh perhitungan, diambil data untuk kondisi berbeban.

1. Konsumsi uap teorotis (ms)


Ms = A x c x dimana : A = luas nozzel (mm2)
(m3/kg) P = tekanan nozzel (bar abs)
V = volume spesifik uap
C = konstanta = 0,0368
Untuk nozzel no.31

A = 4 x (5,159)2 = 20,90 mm2
P = 3,9 bar abs
V = 0,4897 m3/kg

3,9
Sehingga ms = 20,90 x 0,0368 x 0,4897
= 2,17 kg/menit

2. Panas yang disuplai (Qs)


Qs = ms x extalpi pada nozzel, dimana kondisi nozzle 2,9 bar g; 1520 C
Qs = 2,17 x 2750 extalpi pada nozzle = 2750kj/kg
= 5967,5kj/menit (dari diagram mollier)

3. Panas Exhaust (Qexh)


Qexh = ms x extalpi pada exhaust, kondisi exhaust -0,8 bar g; 670 C
= 2,17 x 2630 extalpi pada exhaust = 2630kj/kg
= 5707,1kj/menit (dari diagram mollier)

4. Drop entalpi actual


= Panas yang disuplai panas exhaust
= 5967,5 5707,1
= 260,4 kj/menit

5. Drop entalpi isentropis


= Panas yang display (ms x entalpi isentropis exhaust)
= 5967,5 (2,17 x 2290)
= 998,2 kj/menit
6. Panas dalam kondensat (Qc)
Qc = ms x Cp x T
= 2,17 x 4,18 x 48
= 435,39 kj/menit

7. Panas yang diterima air pendingin (Qcw)


Qcw = mcw x Cp x (Tcwo Tcwi)
23000
= x 4,18 x (31 28)
60
= 4807 kj/menit

8. Panas pendingin lanjutan (undercooling)


Quc = panas exhaust panas dalam kondenset
= 5707,1 435,39
= 5271,71 kj/menit

9. Suplai panas Rankine (Qr)


Qr = panas yang disuplai panas dalam kondenset
= 5967,5 435,39
= 5532,11 kj/menit

10. Brake Power


2
BP = 60
2
= 60
2 3946 20,3 0,25
= 60
= 2097,11 W = 125,83 kj/menit

11. Konsumsi Energi


5532,11
= = 2,09711

= 2637 kj/menit

12. Konsumsi Uap Spesifik (SSC)



SSC =
2,17 60
= = 62,09 kg/kwh
2,09711

13. Efisiensi Isentropis



=
260,4
= 998,2 x 100% = 26,09%
14. Efisiensi Konversi Mekanikal

=
125,83
= x 100% = 48,32%
260,4

15. Efisensi thermal



=
125,83
= 5532,11 x 100% = 2,27%

16. Efisiensi Rankine



=

260,4
= 5532,11 x 100% = 4,71%

17. Efisiensi Relatif



= = 48,2%

18. Daya Elektris


P = 3 x V x I = 3 x 315 = 2182,4 W

Perhitungan untuk distribusi energy


1. Panas yang dikandung uap dalam turbin
Kondisi steam line 5,6 bar abs; 1610C
Entalpi steam line = 2760 kj/kg
P = x entalpi pada steam line
= 2,17 x 2760
= 5989,2 kj/menit

2. Panas yang disuplai ke nozzle = 5967,5 kj/menit


3. Panas yang hilang pada katub throttle = 5989,2 5967,5
= 21,7 kj/menit
4. Panas yang diterima air pendingin = 4807 kj/menit
5. Panas exhaust = 5707,1 kj/menit
6. Panas daya output (BP) = 125,83 kj/menit
7. Panas akibat gesekan radiasi = 5967,5 (5707,1+125,83)
= 134,57 kj/menit
8. Panas yang terkandung dalam kondensat = 4435,39 kj/menit
9. Kehilangan panas akibat radiasi dan sebagainya;
= (panas exhaust panas yang terkandung dalam kondensat) panas air pendingin
= (5707,1 435,39) 4807
= 464,71 kj/menit
Table hasil perhitungan

No I II III IV
3
1 Volume spesifik uap (m /kg) 0,4897 0,3016 0,3136 0,2408
2 Konsumsi uap teoritis (kg/min) 2,17 3,60 3,84 4,43
3 Panas suplai ke nozzle (kj/min) 5967,5 9972 10675 12293
4 Panas exhaust (kj/min) 5707,1 9684 10329,6 11916,7
5 Drop entalpi actual (kj/min) 260,4 288 345,6 376,3
6 Drop entalpi isentropis (kj/min) 998,2 1116 1344 1572,4
7 Panas dalam kondensat 435,39 857,4 1011,23 1203,63
8 Panas dalam cooling water (kj/min) 4807 6409,3 8011,67 9614
9 Panas undercooling (kj/min) 5271,71 8826,26 9318,37 10713,07
10 Suplai panas rankine (kj/min) 5532,11 9114,26 9663,97 11089,37
11 Brake power (BP) 2097 74423 867,26 908,78
12 Konsumsi power (kj/kw min) 2637,97 12246 11142,98 12202,48
13 SSC (kg/kwh) 62,09 290,2 265,66 292,48
14 Efisiensi isentropis (%) 26,09 25,8 25,71 23,93
15 Efisiensi mekanikal (%) 48,32 15,50 15,06 14,49
16 Efisiensi thermal (%) 2,27 0,49 0,54 0,49
17 Efisiensi rankine (%) 4,71 3,16 3,58 3,39
18 Efisiensi relative (%) 48,2 15,51 15,08 14,45
19 Daya listrik (W) 2182,4 485 536,9 554,3
20 Panas uap masuk tubin (kj/min) 5989,2 9999,0 10694,4 12315,4
21 Kehilangan panas pada katub (kj/min) 21,7 18 19,2 22,4
22 Panas gesekan (kj/min) 134,57 43,35 293,56 321,77
23 Kehilangan panas akibat radiasi
464,71 2416,96 1306,7 1099,07
(kj/min)

Kondisi I = dalam pengujian diberi beban


Kondisi II,III,IV tidak diberi beban
BAB IV

KESIMPULAN

Dari gambar kurva karakteristik dapat diambil beberapa merupakan :


1. Hubungan antara brake power (daya elektrik) dengan tekanan inlet adalah hubungan
linier
2. Hal ini dapat dijelaskan dengan hubungan linier antara drop entalpi dan tekanan yang
melebihi range yang telah ditentukan. Jika tekanan inlet di perbesar, maka ada
pertambahan proporsional pada daya keluaran.
3. Pada unit turbin ini, efisiensi termalnya kecil sekali. Tetapi inilah yang diharapkan pada
suatu unit yang kecil. Hal ini jelas menunjukkan bahwa gaya gesekan sangat besar
dibandingkan total daya keluaran.
4. Hubungan laju aliran massa uap dengan tekanan inlet adalah linier, dimana pada tekanan
yang tinggi nosel di tekik (disempitkan).
5. Grafik SSC dengan tekanan inlet (brake power) diusakan yaitu laju aliran massa uap
dibutuhkan untuk menghasilkan daya keluaran, menguranginya pada kondisi desain yang
optimum.
6. SSC yang minimum, merupakan kondisi efisiensi maksimum.
DAFTAR PUSTAKA

Instrucion Manual Steam Turbin

Steam Turbin

Matei Mata Kuliah

Anda mungkin juga menyukai