Anda di halaman 1dari 16

YULIA NUR FAJRINA 3712100025

MUHAMMAD FIKRI PUTRA PRAMATA 3713100002

EKSPLORASI CEBAKAN MINERAL

DOSEN PENGAMPU
ANIK HILYAH ST MT

TEKNIK GEOFISIKA PRECAMBRIAN IRON


JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2016
1. PENDAHULUAN

(A) (B)

Gambar 1.1 Iron Formation dan Ironstone

Batuan sedimen yang mengalami presipitasi kimia secara exhaltive process dapat mengahsilkan
kandungan besi (iron) yang tinggi, bahkan dapat menghasilkan deposit besi. Terdapat dua kelompok besar
batuan sedimen yang memiliki kandungan kaya akan besi, yakni (a) Ironstone yang non-cherty, oolitic,
poorly banded (butirannya tidak terikat baik), dan sebagian besar terbentuk di Umur Phanerozoic dan (b)
Iron-Formation yang terlaminasi bersama chert, non-oolitic, dan sebagian besar terbentuk di Umur
Precambrian. Pada pembahasan kali ini terfokus pada jenis cherty banded iron-formation saja.

Deposit jenis ini ditemukan berupa endapan lapisan yang tipis hingga sedang, lapisannya dapat
berupa besi oksida, besi karbonat atau material silica besi yang berasala dari chert. Karena sering
berlaminasi dengan batuan chert, maka penamaan dari iron formation ini adalah cherty banded iron-
formation atau sering disebut juga dengan precambrian iron formation, karena kaitan proses
pembentukkannya berada pada zaman Pra-Kambrium. Dari keseluruhan produksi bijih besi di dunia, 90
% nya berasal dari cherty banded iron-formation ini.

2. IRON-FORMATION

Iron-Formation adalah batuan sedimen kimiawi, yang biasnya berbentuk thin-bedded atau
laminasi, mengandung 15 % kandungan Fe atau lebih dari hasil sedimentasinya, biasanya terlaminasi
bersama chert. Pengikatan terhadap chert inilah yang penting dalam pembentukan iron-formation karena
chert terdapat silica besi sehingga iron formation menghasilkan besi karbonat ataupun besi oksida.
Kandungan besi inilah yang membedakan iron-formtaion dengan batuan biasa yang hanya mengandung
paling tidak 4% Fe. Selain itu untuk membedakan Ironstone dengan Iron-Formation terdapat studi kasus
yang telah diteliti, ditampilkan di tabel berikut :
Tabel 2.1 Perbedaan Ironstone dengan Iron-formation

Tabel 2.2 Perbedaan karakter fisik & mineralogy Ironstone dan Iron Formation
3. DISTRIBUSI

Distribusi banded iron-formation ini menyebar di seluruh area Perisai Precambarian (Precambrian
Shield) seperti pada Gambar 5.1. Major area ini memiliki ukuran deposit iron-formation yang sangat
besar (truly gigantic) dengan kandungan ore material sekitar 30 %Fe dan 45 % SiO2 pada range 1019
1014 ton.

Gambar 3.1 Distribusi Sebaran Deposit Banded Iron-Formation

4. IRON-FORMATION FACIES

Sebagian besar iron-formation terjadi presipitasi kimia (chemichal precipitates). Presipitasi kimiawi
sendiri adalah reaksi pembentukan padatan dalam larutan atau didalam padatan lain selama
reaksi kimia. Mineraloginya dikontrol oleh Eh-pH pada media aqueous (Gambar 4.1). Berdasarkan
prinsip diagenesis dan deposisi mineral beserta contoh kasus, Iron-formation Facies ini dibagi menjadi 4
fasies sedimentasi, yakni oksida, silikat, karbonat, dan sulfide (Tabel 4.1).

Gambar 4.1 Eh-pH mineralogy


Tabel 4.1 Prinsip fasies Iron-formation

Distribusi ideal dari fasies Iron-formation ini dapat dijelaskan seperti diagram Gambar 4.2
dibawah ini. Diagram tersebut menjelaskan sirkulasi terbentuknya basin secara deposisional. Dari
setiap zona transisi terdapat facies masing-masing. Seperti fasies oksida (utamanya hematitic) berada
di kedalaman yang sejajar dengan ombak dekat dengan sea level. Karena pada zona tersebut terjadi
oksidasi. Pada zona terdalam basin diaman zona tersebut dibawah circulation barrier, terjadi generasi
H2S disebabkan oleh dekomposisi bakteri pada material organik, sehingga terjadi presipitasi iron
sebagai sulfide. Diantara zona terdangkal dan zona terdalam tersebut terdapat zona transisi dimana
dapat terjadi reduksi dan oksidasi, sehingga iron-formation yang terbentuk dapat berupa karbonat
(siderite)

Gambar 4.2 Skema distribusi fasies Iron-formation


5. TIPE IRON-FORMATION

Berdasarkan skala dari satuan stratigrafi, iron formation bisa diklasfikan menjadi 3 tipe, yakni :
Algoma-type, Superior-type, dan Rapitan-type. Komparasi dan penjelasan dari ketiga tipe ini dapat dilihat
pada Tabel 5.1 dibawah ini.

Tabel 5.1 Komparasi dari tiap tipe Iron-formation

6. KOMPOSISI BIJIH (ORE COMPOSITION)

6.1 MINERALOGI DAN TEKSTUR

Mineralogi yang membentuk iron-formation berbagai macam tipe dan facies sebenarnya
adalah gabungan hasil dari proses deposisional, diagenesis, dan metamorfosis. Mineral yang
paling penting berdasarkan fasiesnya adalah hematite [-Fe2O3], magnetite, siderite, pyrite, dan
chamosite [(Mg,Fe,Al)6(Si,Al)4O14(OH)4]. Mineral asosiasi yang penting lainnya meliputi quartz
(chert, jasper), carbonates (ankerite, dolomite, calcite), dan silicates (riebeckite, greenalite
minnesotaite, dan anggota dari cummingtonite-gruneritea series, serta iron-chlorite).
Struktur sedimentasi dari Iron-Formatiion dari berbagai literature meliputi banding,
cross-stratification, flat-bed conglomerates, scour-and-fill structure, oolitic texture, soft-sediment
deformation structure. Namun sebagian besar dari struktur sedimentasiiron-formation ini berupa
bending dengan continuity uniform secara lateral dan membentuk layer dengan tipe banding
berbeda secara vertical. Dari contoh kasus di Western Australia, struktur bending iron formation
seperti dijelaskan pada Gambar 6.1

Gambar 6.1 Ilustrasi dan penjelasan hirarki dari struktur banding

6.2 BULK COMPOSITION

Komposisi kimiawi yang terdapat di iron-formation sesuai dengan tipe fasiesnya


mempunyai bulk komposisi mineral seperti pada table dibawah ini (Tabel 6.1). A menunjukkan
Algoma-type dan S menunjukkan Superior-type. Tipe Algoma dan Superior memiliki tipe
komposisi yang rata-rata sama satu sama lain, yang paling membedakan dari segi bulk
composition adalah Tipe Rapitan yang sebagian besar tersusun atas komposisi Chert dan
Hematite.
Selain itu terkadang terdapat komposisi Mangan yang ter- intebedde menjadi manganese-
rich horizon pada Superior-type dan Algoma-type. Sebagian besar kemunculan mangan ini
berasosiasi dengan tuff dan volcanic rock.
6.3 MATERIAL ORGANIK

Material organic ini penting sebagai pembentukan H2S dan juga pembentukan biogenic methane.
Proses pembentukan methane ini dapat sebagi methanogens (bakteri dapat memproduksi methane sebagai
hasil produk biogenic dari reduksi CO2) dan metthylthrops (bakteri dapat bermetabolisme oksidasi
methane).
Material organic ini ditemukan dalam bentuk morphological fossi di Pre-Cambrian Iron Formationn
sebagai microbial fossil denggan diameter sel 1-10 mm, dengan sebagian besar tipe nya adalah
spheroidal dan filamentous.

7. METAMORFISME

Semua iron-formation yang terekspos merupakan hasil dari metamofosis dari berbagai macam
tingkat. Metamorphism ini membentuk komparasi komposisi bulk yang berbeda. Evolusi mineralogy
yang terjadi di fase metamorphism ini dijelaskan pada tingkatan metamorfisme seperti pada Tabel 7.1
dibawah ini.
Tabel 7.1 Hubungan pembentukan mineralogy Iron-Formation sedimentary-diagenetic stage dengan
high-grade metamorphic stage

8. SECONDARY ENRICHMENT

Secondary enrichment adalah pelindian (leaching) elemen-elemen tertentu dari bagian atas suatu
endapan mineral dan kemudian presipitasi pada kedalaman menghasilkan endapan dengan konsentrasi
yang lebih tinggi. Leaching adalah peristiwa pelarutan terarah dari satu atau lebih senyawaan dari suatu
campuran padatan.
Sebagian besar BIF-hosted iron ore yang ditambang sampai saat ini berasal dari hematite(martite)
atau goethite-rich deposit, dengan rentang grade dari 50-55%%Fe sampai dengan 68%, grade tersebut
dinilai sebagai hasil dari secondary enrichment. Hal yang terpenting dari secondary enrichment ini adalah
leaching dari silica, dimana leaching ini merupakan prasyarat agar ore berkembang menjadi high-grade
ore.
9. ORIGIN

9.1 SOURCE DARI IRON DAN SILIKA


Terdapat tiga sumber utama besi dan silica di lautan :
1. Hasil pelapukan kimiawi lempeng kerak bumi (continents)dibawah kondisi atmosfer unoxic
2. Sedimen continental di lautan
3. Reaksi hotspot di submarine

9.2 MEKANISME PRESIPITASI

9.3 MODEL DEPOSISIONAL

Iron-Formation adalah marine deposite yang terakumulasi di lingkungan subtidal


(subtidal : daerah yang terkena hempasan ombak setiap saat dan daerah yang di bawah pasang
tertinggi dan surut terendah).
Model deposisional dari tipe Algoma rupakan hasil dari hot spring fumarole sebagai
aktivitas (exhalative) di Archean volcanic tectonic basin.Tipe Superiormodel deposisionalnya
berada di batas continental dan shelves. Sedangkan model deposisional Tipe Rapitan berada di
kedalaman yang relative dangkal, rift-bound basin di batas continental.
Iron ore deposit ini terbentuk awalnya ketika lautan memiliki kelimpahan besi terlarut, namun
tanpa ada oksigen yang terlarut. Iron ore deposit ini mulai terbentuk saat organisme pertama
dapat menghasilkan oksigen yang dilepaskan ke lautan dari hasil fotosintesis yang dibantu oleh
sinar UV matahari. Hasil kelimpahan besi terlarut yang bercampur dengan okesigen tersebut
kemudian membentuk Hematite ataupun magnetite. Mineral ini terdeposit di sea floor dengan
berbagai macam proses mencakup diagenesis dan metamorfosis dan terikat dengan silica (utama),
dan lainnya sehingga menghasilkan banded iron-formation.

Gambar 8.1 Model deposisional iron-formation di shelf dan marginal marine basin

Gambar 8.2 Model deposisional Iron-Formation di zona subduksi


10. STUDI KASUS

Studi kasus yang digunakan merupakan studi kasus di kawasan Autralia Barat dan Kazakhstan

Western Australia

Autralia merupakan salah satu eksportir iron terbesar di dunia 96.8% (Japan, Republic of Korea
dan china) atau 766 ton pada tahun 2015. Iron dihasilkan di kawasan barat Australia dengan deposit
53.06% iron di dunia, terdapat di dua tambang besar iron formation di kawasan tersebut (Rio Tinto dan
BHP Billton). Iron formation pada Western Australia terbentuk di daerah zona trangresif (zona Tidal).
Maka dari Iron-formation kawasan Western Australia ini berupa bending dengan continuity uniform
secara lateral dan membentuk layer dengan tipe banding berbeda secara vertical. Iron formation di
western Australia kaya akan hematit dan magnetic karena terbentuk pada facies oxide.

Kazakhstan

Gambar 10.1 regional dan geologi iron formation kazakhsatan


Kazakhstan juga termasuk dalam sabuk iron formation, geologi iron formation Kazakhsatan
termasuk model deposisional di zona subduksi, perbedaan dengan Westen Australia. Model deposisisonal
ini merupakan hasil dari hot spring fuenarole sebahgai aktivtas exhalative di Archean volcanic tectonic
basin. Karena deposit iron formation Kazakhstan merupakan tipe superiomodel yang deposisionalnya
berada di batas continental dan selves. Banded di zona ini terbagi menjadi 3. North central dan west. Iron
formation terbesar memiliki kedalaman hingga 56 km. dan didominasi fase oxide sehingga kaya akan
kandunngan hematit serta magnetit

Indonesia

Endapan BIF umumnya terdapat pada batuan sediment atau metasedimen yang berasosiasi
dengan pembentukan cekungan dipedalaman perisai berumur Arhean hingga PraKambrium. Busur
kepulauan Indonesia umumnya disusun oleh batuan berumur Mesozoik hingga Tersier dan belum pernah
ditemukan endapan BIF.

Penemuan singkapan yang serupa dengan endapan BIF di Tanggamus, Provinsi Lampung -
Sumatra Selatan kemungkinan suatu kontroversi atau anomaly peristiwa geologi bila dibandingkan
dengan endapanendapan BIF berumur Arhean yang terkenal didunia. Penemuan BIF Tanggamus adalah
suatu kesempatan yang sangat baik bagi eksplorasi endapan besi tipe BIF untuk pemenuhan cadangan
besi Indonesia dimasa yang akan datang. Perlu adanya analisis pemetaan geologi, studi petrologi,
karakterisasi pola geokimia dan mineragrafi contoh-contoh batuan dari daerah tersebut. Sehingga saat ini
hanya dilakukan pendekatan bahwa di Indonesia terdapat iron formation dengan kadian geologi dan
geokimia skala lab.

Gambar 10.2 regional dan pendekatan geologi iron formation di Lampung, Indonesia
Gambar 10.3 pengujian skala lab batuan coring singkapan pendekatan iron formation

KETERANGAN

Qz = Quartz,

Mg = Magnetite

Hm = Hematite

Mr = Martite

11. EKSPLORASI GEOFISIKA

Eksplorasi iron formation menggunakan metode geofisika biasanya memanfaatkan metode


dengan prinsip fisika kemagnetan dan kelistrikan dari mineral iron formation. Studi geofisika yang
digunakan antara lain metode geolistrik (resistivity dan IP), magnetik (optional mengunakan airbone) dan
MT magnetotellurik.

Penggunaan metode geolistrik (IP dan resistivity) dikarenakan asosiasi mineral besi, dengan
mengandung quartz, sericite dan pyrite yang berfungsi sebagai charge ability. Sedangkan pada magnetic
karena adanya sifat mineral besi yang memiliki nilai para hingga ferro magnetik sehingga akan
mempengaruhi nilai subsebility. Hal yang terpenting dalam ekplorasi geofisika menggunakan metode
magnetic adalah oxide fasies terdapat adanya Hm dan Mg (Hematit dan magnetit) akan tetapi tidk dapat
langsung memetakakan terhadap mineral karena adanya pengaruh inklinasi dan deklinasi sehingga
metode magnetic, perlu adanya forward modeling geologi yang didapat dari peta regional kawasan
interes. Dan terakhir MT sanagat cocok digunakan guna pemetaan kedalaman. Sehingga berguna dalam
pengasumsian kedalaman
DAFTAR PUSTAKA

Subandrio, A. S., K. N. Tabri, 2006. TabriIndonesian Banded Iron Formation (BIF): A New Controversial
Discovery of BIF Deposit Associated with Island Arc System in Tanggamus Area Lampung,
South Sumatra. Jurnal Geoaplika (2006) Volume 1, Nomor 1, hal. 055 070

Goodwin A.M., 1973. Archaean volcanogenic iron-formation of the Canadian shield. Sci. Terre, 9: 23-34.

Misra, Kula C., 1999. Understanding Mineral Deposits-Springer. Kluwer Academic Publisher, 15: 660-
697

LAMPIRAN

TabriIndonesian Banded Iron Formation (BIF): A New Controversial Discovery of BIF Deposit
Associated with Island Arc System in Tanggamus Area Lampung, South Sumatra

A.S. Subandrio1)*, K. N. Tabri2


KK Geologi Terapan, FIKTM ITB
1)

2)
KK Geologi dan Paleontologi, FIKTM ITB
*Email : andri@gc.itb.ac.id

Abstract The increasing demand on manganese and iron ores in this early third millenium, especially
for supplying Chinese steel industry, enhanced the spirit for Fe-Mn exploration in Indonesia. 70% of
world iron supply are produced from Banded Iron Formation (BIF) deposits. These BIF deposits are
generally associated with sedimentary or meta-sedimentary rocks of rift basin in old craton or shield of
Archaen Precambrian age. The Indonesian Archipelago comprise mainly younger rocks of Mesozoic
Tertiary age and never iron deposit like BIF has been found. Because of that the national steel industry
must import from foreign countries, partly from BIF pit like Minas Grais, Brazil and Hamersley,
Australia. However no large iron ore deposits have as yet been identified in Indonesia. The discovery of
BIF-like outcrops in Tanggamus area of Lampung Province, South Sumatra is presumably a new and
controversial geological evidence compared with the famous Archaean BIFs deposits. It could be as new
valuable iron ore resources in Indonesia in the future. This paper present the results of geologic mapping,
detail petrology, geochemical mineragraphic characterization of rock samples of research area. The aim
of this paper is to give a brief description regarding the mode occurrence of the PreTertiary Banded Iron
Formation (BIF) in Indonesia and specialy in Lampung, and to carry out a comparative study with
famous other BIF deposits in the word. The work was carried out at the request of PT Banjar Makmur
Raharta Lampung

Anda mungkin juga menyukai