Anda di halaman 1dari 7

PEMBAHASAN

Pengawasan terhadap mikroorganisme penyebab penyakit telah menjadi


pemikiran para ahli semenjak penyakit-penyakit mulai dikenal. Berbagai macam
substansi telah dicoba untuk memilih yang paling tepat guna menghilangkan
pencemaran oleh jasad renik terhadap benda-benda baik hidup ataupun mati.
Bahan antimikroba yang ditemukan memiliki keefektifan yang bermacammacam,
dan pengunaannya pun ditujukan terhadap hal-hal yang berbeda-beda pula. Salah
satu jenis anti mikroba dikenal sebagai disinfektan, merupakan suatu zat (biasanya
kimia) yang dipakai untuk maksud disinfeksi pada bahan-bahan tidak bernyawa.
Desinfektan adalah suatu bahan kimia yang dipakai untuk mencegah
pertumbuhan mikroorganisme melalui suatu mekanisme kerja tertentu, terutama
pada benda mati. Desinfektan digunakan secara luas untuk sanitasi baik di rumah
tangga, laboratorium, dan rumah sakit. Mekanisme penghancuran mikroorganisme
oleh desinfektan dilakukan dengan jalan merusak struktur dinding sel, mengubah
permeabilitas membran sel, mengadakan perubahan molekulmolekul protein dan
asam nukleat, menghambat kerja enzim atau dapat pula dengan cara menghambat
sintesa asam nukleat dan protein. Desinfektan dapat mematikan bentuk-bentuk
pertumbuhan (sel vegetatif) suatu mikroorganisme tetapi tidak mematikan
terhadap bentuk spora karena bentuk spora bersifat lebih tahan (Larson, 2013).
Proses desinfeksi dapat menghilangkan 60% - 90% jasad renik. Usaha
desinfeksi dapat bersifat sterilisasi sempurna atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme. Hal ini tergantung kepada jenis desinfektan dan lama kontak
desinfektan dengan mikroorganisme yang diuji. Kriteria suatu desinfektan yang
ideal adalah bekerja dengan cepat untuk menginaktivasi mikroorganisme pada
suhu kamar, berspektrum luas, aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik,
pH, temperatur, dan kelembaban, tidak toksik pada hewan dan manusia, tidak
bersifat korosif, bersifat biodegradable, memiliki kemampuan menghilangkan bau
yang kurang sedap, tidak meninggalkan noda, stabil, mudah digunakan, dan
ekonomis (Butcher and Ulaeto, 2010).
Antiseptik adalah bahan senyawa kimia yang digunakan untuk
menghambat atau membunuh pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan hidup.
Mekanisme kerja antiseptik yaitu penginaktifan enzim, denaturasi protein,
mengubah permeabilitas membran, interkalasi ke dalam ADN (Asam Deoksiribo
Nukleat) dan pembentukan kelat (Levinson, 2008).

Antiseptik mengandung komposisi khusus yang berfungsi sebagai


antibakteri. Triclosan dan triclocarban merupakan zat antibakteri yang paling
sering ditambahkan. Bahan inilah yang berfungsi mengurangi jumlah bakteri
berbahaya pada kulit. Ada juga antiseptik yang menggunakan choroxylenol untuk
membunuh bakteri. Antiseptik yang baik harus memiliki standar khusus.
Antiseptik mampu menghambat pertumbuhan bakteri gram positif maupun gram
negatif. Bahan antiseptik umumnya dari golongan alkohol (etanol, propanol,
isopropanol) dengan konsentrasi 50% sampai 70% dan jenis disinfektan yang
lain seperti klorheksidin, triklosan (Hirsch, 2012, dan Infection Prevention
Guidelines, 2007).
Pada praktikum ini, air digunakan sebagai variabel kontrol, sehingga
semua variabel perlakuan dibadingkan dengan variabel kontrol. Derajat
keefektifitasan dikatakan efektif jika presentasinya 0 100% dan dikatakan tidak
efektif jika hasil perhitungannya negatif. Adapun berbagai perlakuan diagnostic
set pada kegiatan praktikum ini, yaitu cuci dengan air kran, menggunakan
autoklaf, merendam dalam air mendidih, usap alkohol, rendam Dettol Solution,
dan rendam Bayclin.
ALKOHOL
Alkohol (atau alkanol) adalah istilah yang umum untuk senyawa organik
apa pun yang memiliki gugus hidroksil (-OH) yang terikat pada atom karbon,
yang ia sendiri terikat pada atom hidrogen dan/atau atom karbon lain. Alkohol
banyak digunakan sebagai antiseptik/desinfektan untuk disinfeksi permukaan dan
kulit yang bersih, tetapi tidak untuk luka. Turunan alkohol merupakan bahan yang
banyak digunakan selain turunan aldehid, misalnya etanol (C2H5OH), isopropanol
(C3H7OH). Etanol bersifat bakterisid yang cepat, digunakann sebagai antiseptik
kulit dan sebagai pengawet. Aktivitas bakterisid optimal pada kadar 70%.
Isopropanol mempunyai aktivitas bakterisid lebih kuat dibanding etanol karena
lebih efektif dalam menurunkan tegangan permukaan sel bakteri dan denaturasi
bakteri (Elisabeth, dkk, 2012)
Alkohol mempunyai efek antimikroba, namun hanya bekerja pada short
acting bukan long acting sehingga tidak berifat persisten. Alkohol ini bekerja
dengan mendenaturasi protein protein dari sel bakteri dan umumnya di buat dalam
campuran air pada kosentrasi 70% - 90%. Alkohol sebagai disinfektan
mempunyai aktivitas bakterisidal yang baik terhadap gram positif dan gram
negatif termasuk juga MRSA (Methicilin Resistent of Staphylococcus aureus),
virus dan beberapa jamur. Golongan alkohol ini tidak efektif untuk bakteri
berspora serta efeknya sangat lemah terhadap non-enveloped (nonlipophilic)
viruses. Penggunaan pada proses desinfeksi adalah untuk permukaan yang kecil,
tangan dan kulit. Aktivitas antimikroba pada alkohol berpengaruh pada beberapa
faktor, yaitu jenis alkohol yang digunakan, konsentrasi alkohol, waktu kontak,
volume yang digunakan. Kekurangan dari agen antiseptik ini adalah mudah
terbakar, cepat menguap dan pada pemakaian berulang menyebabkan kekeringan
serta iritasi pada kulit. Namun dibalik itu semua, keuntungan bahan alkohol
sehingga masih tetap digunakan yaitu karena murah, mudah didapat, dan dapat
larut oleh air. (Desmares, dkk, 2012)
Hasil
Setelah dilaksanakan praktikum didapatkan:
Koloni Bakteri
Perlakuan Efektifitas
10-1 10-2(1) 10-2 (2)
10-1 = 69%
0
10-2(1)= tidak
Alkohol 15 62 (tidak
efektif
tumbuh)
10-2(2)= 0 %
Dari data diatas, didapatkan hasil tidak efektif karena terdapat berbagai
faktor yang dapat mempengaruhi, antara lain kelarutan suspensi bakteri,
waktu pengeringan atau peresapan suspensi bakteri, kurang homogen saat
pencampuran sampel dengan menggunakan vortex mixer, saat pengambilan
sempel terlalu dekat dengan api, temperatur inkubasi, waktu inkubasi, tebal agar-
agar, terpapar bakteri di udara, drugalsky yang terlalu panas.
Menurut Larson (2013) etil atau isopropil alkohol 60-70% memiliki
keuntungan menjadi cepat bertindak dan sangat efektif terhadap sebagian besar
mikroorganisme berbahaya. Kecepatan membunuh bakteri 10-15 menit. Kerugian
dari penggunakan alkohol ini adalah mudah menguap sehingga mikroba dapat
bertahan pada permukaan dengan bentuk desinfektan hanya dalam waktu singkat
setelah penggunaan.

DETTOL
Pada kemasan Dettol tertera memiliki bahan aktif yaitu Chloroxylenol.
Chloroxylenol merupakan zat aktif yang dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme pada suatu bahan. Chloroxylenol merupakan disinfektan yang
representatif dan antiseptik. Chloroxylenol juga merupakan senyawa antimikroba
yang digunakan untuk mengendalikan bakteri, ganggang, dan jamur
dalam perekat, emulsi, cat, dan tangki pencuci, digunakan juga oleh lembaga
kesehatan seperti rumah sakit atau klinik. Chloroxylenol mempunyai rumus
molekul dengan rumus C8H9ClO. Chloroxylenol dapat antibakterial karena
gangguan membran sel potensi (Maulana, dkk, 2013).

Chloroxylenol merupakan senyawa biosida yang mempunyai efek


inhibitori bagi pertumbuhan bakteri (sel planktonik). Selain itu, senyawa ini juga
mempunyai efek inhibitori bagi matriks biofilm dari bakteri. Secara umum cara
kerja chloroxylenol (C8H9ClO) ialah bekerja seperti pengganggu proton dari suatu
mikroorganisme. Mikroorganimse mengsekresi proton untuk menghasilkan
sumber energi berupa ATP. Ketika proton ini diganggu, maka mikroba tidak
dapat menghasilkan ATP sehingga ia menjadi mati (Maulana, dkk, 2013).

Setelah dilaksanakan praktikum didapatkan:


Koloni Bakteri
Perlakuan Efektifitas
10-1 10-2(1) 10-2 (2)
10-1 = tidak
efektif
Dettol
396 60 1 10-2(1)= tidak
Solution
efektif
10-2(2)= 67%
Dari data diatas, didapatkan hasil tidak efektif karena terdapat berbagai
faktor yang mempengaruhinya. Adapun faktor yang dapat berpengaruh terhadap
ketidakefektifitasan dettol solution yaitu kelarutan suspensi bakteri,
waktu pengeringan atau peresapan suspensi bakteri, penggunaan drugalsky yang
terlalu panas, pencampuran sampel dan suspensi yang kurang homogen dengan
vortex mixer, kondisi lingkungan yang kurang steril, saat pengambilan sempel
terlalu dekat dengan api, temperatur inkubasi, waktu inkubasi, tebal agar-agar.
Dettol mempunyai kandungan Chloroxylenol yang memiliki keunggulan
spektrum antimikroba yang luas, sehingga efektif digunakan untuk bakteri gram
positif dan gram negatif, jamur, ragi dan lumut. Chloroxylenol juga memiliki
keunggulan dalam hal toksisitas dan sifat korosif yang rendah (Maulana, dkk,
2013).
BAYCLIN

Bayclin merupakan bahan kimia yang sangat reaktif sebagai pemutih


pakaian yang digunakan untuk menghilangkan noda membandel yang menempel
pada pakaian. Pemutih yang beredar dipasaran, umumnya mengandung senyawa
hipoklorit sebagai bahan aktifnya. Larutan pemutih ini mengandung senyawa
natrium hipoklorit (NaClO) dengan kadar 5,25 % ; sedangkan serbuk pemutih
mengandung senyawa kalsium hipoklorit (Ca(ClO)2. Gas klorin dapat merusak
saluran pernafasan, dan jika kadarnya cukup besar dapat mematikan. Mencampur
pemutih dengan ammonia juga menghasilkan gas beracun, yaitu kloramin
(NH2Cl) dan hidrazin (N2H4). Oleh karena itu jangan sekali-kali mencampur
pemutih dengan bahan lain tanpa petunjuk atau pengetahuan yang jelas.
Penggunaan bahan kimia tidak dapat dihindari karena sebagian bahan
kimia sangat menunjang kehidupan kita. Namun, penggunaan bahan kimia secara
tidak tepat bisa berdampak negatif bagi manusia dan lingkungan (Ericawati,
2013).

Klorin, dalam bentuk cair atau padat, klor sering digunakan sebagai
oksidan, pemutih, atau desinfektan Kebanyakan klor diproduksi untuk digunakan
dalam pembuatan senyawa klorin untuk sanitasi, pemutihan kertas, desinfektan,
dan proses tekstil. Lebih jauh lagi, klor digunakan untuk pembuatan
klorat, kloroform, karbon tetraklorida, dan ekstrasibrom. Bubuk pemutih terdiri
dari campuran kalsium hipoklorit dan klorida basa (CaCl2),
Ca(OH)2H2O. Kalsium hipoklorit adalah padatan putih yang siap didekomposisi
didalam air untuk kemudian melepaskan oksigen dan klorin. Senyawa aktifnya
adalah hipoklorit yang mempunyai daya untuk memutihkan. Kalsium hipoklorit
utamanya digunakan sebagai agen pemutih atau disinfektan. Senyawa ini
adalah komponen yang digunakan dalam pemutih komersial, larutan pembersih,
dan disinfektan untuk air minum, sistem pemurnian air, dan kolam renang. Ketika
berada di udara, kalsium hipoklorit akan terdegradasi oleh sinar matahari dan
senyawa-senyawa lain yang terdapat di udara (Ericawati, 2013).

Koloni Bakteri
Perlakuan Efektifitas
10-1 10-2(1) 10-2 (2)
10-1 = tidak
efektif
0 (lebih dari
Bayclin 64 33 10-2(1)= 0 %
cawan petri)
10-2(2)= tidak
efektif
Dari data diatas, terlihat jelas bahwa praktikum dengan perlakuan Bayclin
menghasilkan ketidakefektifitasan yang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan terjadi
berbagai kesalahan dalam proses praktikum ini. Berbagai kesalahan yang dapat
menyebabkan tidak efektif yaitu terjadi kontaminasi saat pengambilan suspensi,
pencampuran yang tidak homogen, drugalsky yang terlalu panas, matinya
suspensi karena terlalu dekat dengan api.
Natrium hipoklorit dalam larutan menunjukkan aktivitas antimikroba
spektrum luas dan banyak digunakan dalam fasilitas kesehatan dalam berbagai
pengaturan. Biasanya diencerkan dalam air tergantung tujuan penggunaannya.

DAPUS
Larson, E., 2013, Monitoring Hand Hygiene, American Journal of Infection
Control, 41 (2): 43-45.
Butcher, W., and Ulaeto, D., 2010, Contact Inactivation of Orthopoxviruses by
Household Disinfectant. Philadelphia: Department of Biomedical
Sciences, Dstl Porton Down. Hal 279- 283.
Hirsch, T., dkk ., 2010, Antiseptics in surgery. Eplast.
Infection Prevention Guidelines, 2007, Surgical Antisepsis.

Levinson, W., 2008, Review of medical microbiology and immunology, 10th


ed,McGraw-Hill Companies. p366-49.
Elisabeth, R., Apriliana, E., Rukmono, P., 2012, Uji Efektivitas pada Antiseptik di
Unit Perinatologi Rumah Sakit Umum Abdul Moeloek Bandar Lampung.
Medical Journal of Lampung University, 14 (1), 125-126.
Desmares, Catherine dkk., 2012, Short Communication: Is Ethanol-BasedHand
Sanitizer Involved inAcute Pancreatitis after Excessive Disinfection?
An Evaluation with the Use of PBPK Model. Journal of Toxicology.

Anda mungkin juga menyukai