Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS ANTI NYAMUK

PENDAHULUAN

Anti nyamuk merupakan benda yang sudah tak asing lagi bagi kita. Umumnya anti
nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi gigitan nyamuk. Jenis formula
anti nyamuk yang telah banyak beredar di pasaran Indonesia saat ini adalah anti nyamuk
bakar, semprot, oles maupun elektrik. Kebiasaan menggunakan anti nyamuk akan semakin
meningkat pada musim pancaroba. Bermacam anti nyamuk yang telah beredar saat ini di
masyarakat tidak menjamin kesehatan bagi manusia terutama anti nyamuk bakar sebab asap
yang dikeluarkan mengandung polutan yang berbahaya bagi kesehatan tubuh . Penggunaan
anti nyamuk bakar lebih banyak diminati oleh masyarakat terutama masyarakat yang tinggal
di pedesaan, hal ini disebabkan karena harganya yang sangat terjangkau oleh tingkat ekonomi
masyarakat, mudah dalam memperolehnya dan mudah dalam penggunaannya.

Pada umumnya anti nyamuk bakar yang diperdagangkan mengandung bahan aktif
insektisida yang berasal dari bahan sintesis yang tidak ramah lingkungan (Zulnely dan D.
Martono, 2003). Salah satu bahan aktif insektisida dalam anti nyamuk bakar yaitu
transfluthrin. Bahan aktif tersebut akan masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan dengan
cara inhalasi (hirupan) lalu akan beredar dalam darah dan akhirnya akan menyebar pada sel-
sel tubuh sehingga dapat membahayakan kesehatan tubuh. Dari penelitian sebelumnya,
diketahui bahwa racun nyamuk yang mengandung transfulthrin dapat menurunkan kadar
eritrosit atau sel darah merah.

Di Indonesia mulai berkembang obat nyamuk elektrik baik yang cair maupun kertas.
Selain itu juga ada alat yang digunakan untuk membunuh dengan aliran listrik. Banyaknya
jenis obat anti nyamuk di Indonesia disebabkan oleh semakin meluasnya wabah demam
berdarah dan adanya faktor ketidakcocokan konsumen terhadap suatu produk dan kurang
efisiennya penggunaan obat anti nyamuk yang mengakibatkan bervariasinya produk anti
nyamuk tersebut.

ANTI NYAMUK

Obat anti nyamuk adalah suatu produk pestisida yang berupa padat atau cair dengan berbagai
cara penggunaan seperti dibakar,dipanaskan atau di semprotkan yang mengandung suatu
senyawa yang mampu melemahkan sistem saraf serangga sampai mematikan serangga
tergantung tingkat racun atau zat aktif yang ada pada obat anti nyamuk. Pada dasarnya semua
jenis obat anti nyamuk bekerja seperti pestisida, yang mana jika obat anti nyamuk dihirup
oleh nyamuk maka zat racunnya dapat melemahkan sistem saraf atau bahkan membunuh
nyamuk .

Losion Anti Nyamuk

 SNI 4946.1 :2012 Dietil toluamid dalam penolak nyamuk Bagian 1 : Losion
 Revisi dari SNI 16-4946.1-1998, Penolak nyamuk, losio
 TUJUAN : acuan bagi industry agar perbekalan kesehatan rumah tangga yang beredar di
pasar dapat terjamin mutunya, aman bagi konsumen dan dapat bersaing di pasar
internasional
 RUANG LINGKUP : syarat mutu bahan aktif dietil toluamid dalam losion penolak
nyamuk
 SNI 0429 Petunjuk pengambilan contoh cairan dan semipadat

Kandungan racun pada obat anti nyamuk sebagian besar ada pada zat aktif yang terkandung
pada semua jenis obat anti nyamuk, ditambah adanya gas emisi serta zat tambahan seperti
pewangi agar mengelabuhi bau tidak sedap pada bahan aktif yang dirasa konsumen pewangi
malah justru berbahaya bagi kesehatan. Berikut macam-macam racun pada obat anti nyamuk,
Diethyltoluoamide (DEET) Dalam obat nyamuk semprot (spray) dijumpai zat DEET.

Selain sebagai insektisida diluar negeri, zat ini juga ampuh mengurangi virus West nile,
malaria dan DB. Disisi lain zat ini bersifat korosif (mengikis besi atau logam). Cairan hampir
tidak berwarna, atau berwarna seperti amber, bau khas, higroskopis, peka terhadap cahaya,
bebas dari pengotor yang tampak, berat molekul 191,27 dan rumus molekul C12H17NO
Dipakai dalam penolak nyamuk untuk mengendalikan serangga di lingkungan rumah tangga.
Dalam losion penolak nyamuk, Produk penolak nyamuk dengan bahan aktif insektisida dan
bahan pengisi organic, bahan pelarut, pengemulsi, perata, pewarna dan pewangi yang
diformulasikan dalam bentuk losion.

Syarat Mutu DIETIL TOLUAMID (DEET)

Bahan Aktif DEET

N PARAMETER UJI SATUAN PERSYARATAN


O
1. Batas Kadar % ≥ 90
2. Indeks bias pada 250C - 1,515-1,525
3. Berat jenis pada 250C - 0,990-1,000

Tolerasi Kadar

KADAR BAHAN AKTIF (%) BATAS TOLERANSI (%)


≥ 50 ± 2,5
25- <50 ±5
10- <25 6
2,5- <10 10
0-2,5 15

1. Penetapan Kadar Deet


Kadar Deet masuk dalam satuan Kilo Gram (Kg) bahan alat yang digunakan adalah baku
pembanding DEET, etanol p.a.; kloroform p.a.; gas pembawa hydrogen; nitrogen, udara,
detector KG detector ionisasi nyala dan kolom kapiler 0,53 mm x 25 m, berisi bahan
pengisi dimetil polisiloksan. Kondisi kondisional dalam Temperatur adalah Oven kolom
190°C, detector 300°C, injector 210°C, Laju alir dengan hydrogen 40 ml/menit, udara
348 ml/menit, Split rasio : 150:1, dan Volume injeksi : 2,0 µl.
Prosedur kerja
 Larutan Baku
a) Timbang saksama lebih kurang 15 mg baku pembanding DEET
b) Masukkan ke dalam labu tentukur 10 ml
c) Tambahkan 5 ml campuran etanol – kloroform (1:3)
d) Kocok dan encerkan dengan pelarut yang sama sampai tanda.
 Larutan Uji
a) Timbang saksama sejumlah contoh dengan setara 15 mg DEET
b) Masukkan ke dalam labu tentukur 10 ml
c) Tambahkan 5 ml campuran etanol – kloroform (1:3)
d) Kocok dan encerkan dengan pelarut yang sama sampai tanda.
 Prosedur Kromatografi Gas
a) Suntikkan secara terpisah masing-masing sejumlah volume 2µl larutan baku dan
larutan uji
b) Ukur respon puncak utama masing-masing kromatogram.
 Perhitungan Kadar (%)
r u Bb
× × 100
r b Bu
r = respon puncak utama larutan u atau b(uji/baku.
B = berat baku (b)pembanding DEET atau sampel (u) dalam mg.
2. Penentuan Berat Jenis
a) Membandingkan berat zat di udara terhadap berat air dengan volume yang sama
pada suhu 25˚C
b) Piknometer dengan thermometer
c) Timbangan.
3. Penetuan Indeks Bias
a) Membandingkan kecepatan cahaya di udara terhadap kecepatan cahaya dalam zat
uji yang diukur pada suhu 25˚C
b) Refraktometer
c) Kalibrasi refraktometer dengan air suling (indeks bias air lebih krang 1,3325)
d) Keringkan prisma dan teteskan zat uji
e) Tetapkan indeks bias zat uji.
4. Penetapan Kadar Deet Dalam Losion
 Larutan Baku
a) Timbang saksama lebih kurang 15 mg baku pembanding DEET
b) Masukkan ke dalam labu tentukur 10 ml
c) Tambahkan 5 ml campuran etanol – kloroform (1:3)
d) Kocok dan encerkan dengan pelarut yang sama sampai tanda.
 Larutan Uji
a) Timbang saksama sejumlah contoh dengan setara 125 mg DEET
b) Masukkan ke dalam corong pisah 50 ml
c) Tambahkan 5 ml etanol, kocok
d) Tambahkan 10 ml air dan ekstraksi dengan 15 ml kloroform
e) Masukkan ekstrak ke dalam labu tentukur 50 ml
f) Ekstraksi lapisan air 2 kali lagi, masing-masing dengan 10 ml campuran etanol –
kloroform (1:3)
g) Kumpulkan ekstrak dan encerkan dengan pelarut yang sama sampai tanda
h) Pipet 3 ml larutan ke dalam labu tentukur 5 ml, encerkan dengan campuran
etanol:kloroform 1:3.
 Prosedur Kromatografi Gas
a) Suntikkan secara terpisah masing-masing sejumlah volume 2µl larutan baku dan
larutan uji
b) Ukur respon puncak utama masing-masing kromatogram.
 Perhitungan Kadar (%)
r u Bb
× × F ×100
r b Bu
r = respon puncak utama larutan u atau b(uji/baku

B = berat baku (b)pembanding DEET atau sampel (u) dalam mg

F factor pengenceran.

Anti Nyamuk Mat

 SNI 7192.2 :2008 Transflutrin dalam anti nyamuk Bagian 2 : Mat


 SNI 7191.2 :2008 d-aletrin dalam anti nyamuk Bagian 2 : Mat
 TUJUAN : acuan bagi industry agar perbekalan kesehatan rumah tangga yang beredar di
pasar dapat terjamin mutunya, aman bagi konsumen dan dapat bersaing di pasar
internasional
 RUANG LINGKUP : syarat mutu bahan aktif TRANSFLUTRIN atau d-ALETRIN dan
toleransi kadar dalam anti nyamuk mat
 SNI 0428 Petunjuk pengambilan contoh padatan dan SNI 0429 Petunjuk pengambilan
contoh cairan dan semipadat.

Bahan Aktif
Transflutrin ialah Cairan berwarna kuning coklat cenderung menjadi Kristal tidak
berwarna pada suhu di bawah 25˚C, dengan berat molekul 371,2 dan rumus molekul
C15H12Cl2F4O2, tidak terurai setelah 5 jam pada 200˚C, merupakan insektisida
golongan piretroid yang digunakan untuk mengendalikan serangga di lingkungan rumah
tangga, kemudian D-Aletrin adalah Cairan berwarna kuning pucat berat molekul 302,4
dan rumus molekul C19H26O3, terurai oleh sinar UV dan terhidrolisis oleh basa,
merupakan insektisida golongan piretroid yang digunakan untuk mengendalikan
serangga di lingkungan rumah tangga, dan Anti Nyamuk Mat produk anti nyamuk yang
terdiri dari mat terbuat dari pulp atau bahan lainnya yang mengandung bahan aktif
insektisida, dapat ditambahkan stabilisator, bahan sinergis, unsur lepas lambat, pewangi
dan pewarna, digunakan dengan alat pemanas listrik untuk menguapkan bahan aktif dari
mat.
Syarat Mutu

N PARAMETER UJI SATUAN PERSYARATAN PERSYARATAN


O TRANSFLUTRIN d-ALETRIN
o
1. Titik didih pada 760 mmhg C 135 281,5
2. Berat jenis - 1,5072 (230C) 1,01 (200C)
3. Syarat kadar % berat ≥ 90 90

1. Penetapan Kadar Transflutrin


 Larutan Baku
a) 15 mg baku pembanding + 15 mg dibutil ftalat, dalam labu ukur 20 ml
b) Tambahkan aseton sampai tanda.
 Larutan Uji
a) 75 mg sampel setara + 75 mg dibutil ftalat, dalam labu ukur 100 ml
b) Tambahkan aseton sampai tanda.
2. Penetapan Kadar d-ALETRIN
 Larutan Baku
a) Dibutil ftalat 4,0 mg/ml dalam aseton
b) 200 mg d-aletrin dan 25,0 ml larutan pembanding internal dan tambahkan aseton
sampai tanda pada labu ukur 50 ml.
 Larutan Uji
a) 200 mg sampel setara + 25 ml larutan pembanding internal pada labu ukur 50 ml
b) Tambahkan aseton sampai tanda.
 Prosedur Kromatografi Gas
a) Suntikkan secara terpisah masing-masing sejumlah volume sesuai larutan baku
dan larutan uji
b) Ukur respon puncak utama masing-masing kromatogram.
 Perhitungan Kadar (%b/b)
Ru W b
× ×P
Rb Wu
R = perbandingan respon puncak baku dengan puncak dibutil ftalat dalam larutan u
atau b (uji/baku)
W = berat baku (b)pembanding atau sampel (u) dalam mg
P = kemurnian baku pembanding.
3. Penentuan Berat Jenis
a) Membandingkan berat zat di udara terhadap berat air dengan volume yang sama
pada suhu 25˚C
b) Piknometer dengan thermometer
c) Timbangan.
4. Penetapan Kadar Sampel Transflutrin
 Larutan Uji
a) Gunting anti nyamuk mat menjadi bagian kecil (±0,25 cm)
b) Timbang sampel setara 75 mg + 75 mg dibutil ftalat, dalam labu ukur 100 ml
c) Tambahkan aseton sampai tanda
d) Sonikasi 30 menit
e) Sentrifugasi, ambil beningan.
 Larutan Baku
a) 15 mg baku pembanding + 15 mg dibutil ftalat, dalam labu ukur 20 ml
b) Tambahkan aseton sampai tanda.
5. Penetapan Kadar Sampel d-ALETRIN
 Larutan Uji
a) Gunting anti nyamuk mat menjadi bagian kecil (±0,25 cm)
b) Timbang sampel setara 25 mg + 25 ml larutan pembanding internal pada labu ukur
50 ml
c) Tambahkan aseton 10-15 ml
d) Sonikasi 30 menit
e) Sentrifugasi
f) Tambah 2,0 ml baku internal
g) Tambahkan aseton hingga tanda.
 Larutan Baku
a) Dibutil ftalat 10,0 mg/ml dalam aseton
b) 25 mg d-aletrin dan 2,0 ml larutan pembanding internal dan tambahkan aseton
sampai tanda pada labu ukur 25 ml.
 Prosedur Kromatografi Gas
a) Suntikkan secara terpisah masing-masing sejumlah volume sesuai larutan baku dan
larutan uji
b) Ukur respon puncak utama masing-masing kromatogram.
 Perhitungan Kadar (%b/b)
Ru W b
× ×P
Rb Wu
R = perbandingan respon puncak baku dengan puncak dibutil ftalat dalam larutan u
atau b (uji/baku)
W = berat baku (b)pembanding atau sampel (u) dalam mg
P = kemurnian baku pembanding

Ringkasan
Anti nyamuk termasuk kelas 3 pada PKRT yang beresiko tinggi, karena mengandung
pestisida didalamnya yang dapat menimbulkan karsinogenik, dan anti nyamuk harus
memiliki pengujian atau syarat pada laboratorium sebelum diedarkan. Contoh anti
nyamuk yang harus memiliki persetujuan laboratorium adalah Anti nyamuk bakar,
anti nyamuk mat, dan losion repelan. Dalam anti nyamuk ada beberapa pengujian
yang harus dilakukan antara lain, penetapan kadar pada larutan baku, larutan uji, dan
sampel, kemudian pada pengukuran indeks bias dan berat jenis pada anti nyamuk.

Anda mungkin juga menyukai