Anda di halaman 1dari 206
MANUAL Konstruksi dan Bangunan ees Perencanan Struktur Beton Pratekan Untuk Jembatan | DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA PRAKATA Salah salu aspek penting untuk menunjang keberhasilan pembinaan dibidang vembatan adalah dengan tersedianya Norma, Standar:,Pedoman dan Manual (NSPM) yang dapat di terapkan di lapangan dengan mudah Untuk mengatasi permasalahan di atas, Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum telah menyusun Manual Perencanan Struktur Beton Pratekan untuk Jembatan Manual ini disusun dengan proses pembahasan beberapa tim ahli_ yang berkompeten dibidang pekerjaan jembatan, Pedoman teknik ini berisikan mengenai buku acuan bagi Para perencana, Secara garis besar, standar ini berisikan penjabaran konsep metodologi dan tahapan prencanaan, yang disertai contoh-contoh perhitungan elemn struktur beton prategang pada jembatan. Apabila dalam pelaksanaan ditemui adanya kekurangan ataupun terdapat kekeliruan pada manual ini, mohon saran dan kritik dapat disampaikan untuk perbaikan dan penyempurnaan dikemudian hari Jakarta, Desember 2011 DIREKTUR JENDERAL BINA MARGA Ir. DIOKO MURJANTO, MSc Prakata DAFTAR ISI 4 PENDAHULUAN 14 42 13 14 18 16 7 Ruang Lingkup Desain Acuan Normati.. Definisi dan Istilah Konsep Dasar. Keuntungan Beton Pratekan Material Beton Prategang 1.6.1. Beton 1.6.2 Tulangan Prategang Sistem Penegangan.. 2 PERENCANAAN BERDASARKAN BATAS LAYAN (PBL) 24 22 23 24 26 26 Umum Tegangan Izin 2.2.1. Tegangan izin tekan pada kondisi layan...... 2.2.2 Tegangan izin tekan pada kondisi beban sementara atau kondisi transfer gaya prategang. 2.2.3 Tegangan izin tarik pada kondisi batas layan, 2.2.4 Tegangan izin tarik pada kondisi transfer gaya prategang, Perjanjian Tanda Rumus Umum Perhitungan Tegangan Profil Kabel 2.5.1 Garis tekanan atau C-line. 2.5.2 Central kern versus limit kern 2.5.3 Daerah aman kabel. Lendutan dan camber 14 14 13 18 1.16 147 117 125 1-29 24 24 24 22 22 26 29 29 210 241 244 3 PERENCANAAN BERDASARKAN BATAS KEKUATAN TERFAKTOR (PBKT) 34 32 3.3 34 Umum. 34 Momen nominal lentur, Ma 33 3.2.4 Momen Nominal Penampang persegi 35 3.2.2 Momen Nominal Penampang Berflens.. ee 36 3.2.3 Penampang Komposit.... 5 36 3.2.4 Menentukan Tegangan Nominal Baja Prategang pada Saat Runtuh, fos Berbice cited i 37 3.25 Preliminari Desain Ultimate : : 3-10 3.2.6 Langkah-Langkah Desain Member Prategang Kondisi Ultimate .....3-11 3.2.7 Contoh Perhitungan Desain Member Prategang Kondisi Ulimate....3-13 Perencanaan Balok Terhadap Geser 3.24 3.3.1 Kekuatan Geser Batas Nominal 3:24 3.3.2 Kekuatan Gesor Batas Yang Disumbangken Oleh Beton 3:24 3.3.3 Kekuatan Geser Betas Yang Disumbangkan oleh Tulangan Geser..3-26 3.3.4 Kekuatan Geser Batas Rencana 3-26 3.3.5 Gaya Geser Maksimum Di Dekat Tumpuan 3:26 3.3.6 Tulangan geser minimum an soe BRT 3.3.7 Persyaratan tulangan geser 3:27 Daerah pengangkuran untuk angkur prategang 3.37 3.4.1. Angkur untuk Komponen prategang pasca tarik 337 3.4.2 Pembebanan yang diperhitungkan 3.37 3.4.3 Perhitungan gaya tarik sepaniang garis kerja gaya angkur 3-38 3.44 Jumiah dan distribusi tulangan 3-38 3.4.5. Angkur Untuk Komponen Prategang Pratarik 3-39 3.4.6 Detail penulangan khusus pada daerah pengangkuran 3-39 3.4.7 Panjang penyaluran untuk tendon pratarik 3-40 3.4.8 Penyaluran tegangen tendon pasca tarik dengan pengangkuran ...3-40 KEHILANGAN PRATEGANG at 42 43 Umum. at Kehilangan Akibat Frikst 0... cceeensnnnisennnennnisaeseie won Kehilangan Akibat Slip Pengangkuran 46 4.4 Kehilangan Akibat Pemendekan Beton... on 49 4.5 Kehilangan Akibat Susut Beton 416 4.6 Kehilangan Akibat Rangkak Beton 421 4.7 Kehilangan Akibat Relaksasi 425 4.8 Kehilangan Total 428 5 ANALISIS STRUKTUR 5.1 Umum q Bet 5.2 Struktur Statis Tertentu (ST) BA 5.3 Struktur Statis Tak Tenty (ST). ccccennsenene : 55 5.3.1. Kerugian Kontinuitas Prategang 57 5.3.2 Metode Perhitungan 58 5.3.3 Teorema 3 Momen (Clapeyron) 58 5.3.4 Distribusi Momen Cross SAT 5.3.8 Penampang Non Prismatis 0.0» aaa 5-24 5.3.6 Konsep Beben Ekivalen 5-42 Lampiran MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN 1 PENDAHULUAN 4.1. Ruang Lingkup Desain Pedoman ini merupakan pedoman teknis perencanaan beton prategang untuk jembatan atau struktur lainnya yang mempunyai kesamaan karakteristix dengan jembatan, 1.2 Acuan Normatit ‘SNIT-02-2005, Pembebanan untuk Jembatan, Kepmen PU No. 498/KPTS/M/2005. SNIT-12-2004, Perencanaan struktur beton untuk jembatan, Kepmen PU No. 36O/KPTS/M/2004. BMS 1992, Tata cara perencanaan jembatan. AASHTO 2004, Spesifikasi standar untuk jembatan. ‘SNI 03-2847-2003, Tate Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung SNI 03-2461-1991, Spesifikasi egregat ringan untuk beton struktur. ‘SNI 03-2834-1992, Tata cara pembuatan rencana campuran beton normal SNI 03-3403-1994, Metode pengujian kuat tekan beton int SNI 03-4433-1997, Spesitikasi beton siap pakei. ‘SNI 03-4810-1998, Metode pembuatan dan perawatan bends uji di lapangan. SNI 15-2049-1994, Semen portland. ANSI/AWS 01.4, Tata cara pengelasan - Baja tulangan. MNL 120-04 PCI Design Handbook ASTM A 4161, Standar spesifikesi untuk strand baja, tujuh kawat tanpa lapisan untuk beton prategang, ASTM A 421, Standar spesifikasi untuk kawat baja penulangan - Tegangan tanpa pelapis untuk beton prategang. ASTM A 496-94, Standar spesifikasi untuk kawat baja untuk beton bertulang. ASTM A 722, Standar spesifikasi untuk baja tulengan mutu tinggi tanpa lapisan untuk beton prategang. Hal. 1-1 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN. ASTM A 82, Stender spesifikasi untuk kawat tulangan polos untuk penulangan beton. ASTM C 1017, Standar spesifikasi untuk bahan tambahan kimiawi untuk menghasitkan beton dengan kelecakan yang tinggi ASTM C 109, Metode uji kuat tekan untuk mortar semen hidroli. ASTM C 109-93, Standar metode ji kuat tekan mortar semen hidrolis (menggunakan bend uj kubus 50 mm) ASTM C 1240, Standar spesifikasi untuk silica fume untuk digunakan pada beton dan mortar semen-hidrolis, ASTM C 31-91, Standar praktis untuk pembuatan dan pemelinaraan benda uji beton di lapangan. ASTM C 33, Standar spesifikasi agregat untuk beton. ASTM C 33-93, Standar spesifikasi untuk agregat beton ASTM C 39-93a, Standar metode Wy untuk kuat tekan benda uji silinder beton ASTM C 42.90, Standar metode pengambitan dan uji beton inti dan pemotongan balok beton ASTM C 494, Stander spesifikasi bahan tambahan kimiawi untuk beton, ASTM C 595, Standar spesifikasi semen blended hidrotis. ASTM C 618, Standar spesffikasi untuk abu terbang dan pozzolan alami murni atew terkalsinasi untuk digunakan sebagai bahan tambahan mineral pada beton semen portland, Hal. 1-2 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN 1.3 Definisi dan Istilah beban hidup semua beban yang terjadi akibat penggunaan jembatan berupa beban [alu jintas kendaraan sesuai dengan peraturan pembebanan untuk jembatan jalan raya yang berlaku. beban kerja beban layan rencana yang digunakan untuk merencanakan komponen struktur beban mati beban semua bagian dari suatu jembatan yang bersifat telap, termasuk segale beban tambahan yang tidak terpisahkan dari suatu struktur jembatan. beban terfaktor beban kerja merupakan beban yang telah cikalikan dengan faktor beban yang sesuai beton campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk masa padat beton bertulang beton yang ditulangi dengan Iuas dan jumiah tulangan yang tidak kurang dari nilai minimum yang disyaratkan dengan atau tanpa prateken, dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua material bekerja bersama-sama dalam menanan gaya yang bekerja beton-normal beton yang mempunyai berat satuan 2200 kg/m? sampai 2500 kg/m? dan dibuat ‘menggunakan agregat alam yang dipeceh atau tanpa dipecah beton polos beton tanpa tulangan atau mempunyai tulangan tetapi kurang dari ketentuan minimum Le eaaennn nnn rarsemeeeeeaeeseeeenl Hal MANUAL PERENCANAAN STRUCTUR BETON PRATERAN UNTUK JEMBATAN beton pracetak elemen atau Komponen beton tanpa atau dengan tulangan yang dicetak terlebih dahulu sebelum dirakit menjadi bangunan beton pratekan beton bertulang yang telah diberikan tegangan tekan dalam untuk mengurangi tegangan tank potensial dalam beton akibat beban kerja friksi kelengkungan {riksi_ yang ciakibatkan oleh bengkokan atau lengkungan di dalam profil tendon prategang yang disyaratkan friksi wobble friksi yang disebabkan oleh adanya penyimpangan yang tidak disengaja pada ‘penempatan selongsong prategang dari kedudukan yang seharusnya gaya jacking gaya sementara yang ditimbulkan oleh alat yang mengakibatkan terjadinya tarik pada tendon dalam beton prategang kolom Komponen struktur dengan rasio tinggi terhadap dimensi lateral terkecil melebihi 3 yang digunakan terutama untuk mendukung kombinasi beban aksial dan lentur Komponen struktur lentur beton komposit komponen struktur lentur beton yang dibuat secara pracetak dan/atau yang dicor di tempat, yang masing-masing bagian komponennya dibuat secara terpisah, tetapi saling dihubungkan sedemikian hingga semua bagian komponen bereaksi terhadao beban kerja sebagai suatu kesatuan kuat nominal kekuatan suatu Komponen struktur atau penampang yang dihitung berdasarkan ketentuan dan asumsi metode perencanaan sebelum dikalikan dengan nilai faktor reduksi kekuatan yang sesuai rr Hal. 1-4 MANUAL PERENCANAAN STRUATUR BETON PRATERAN UNTUK JEMBATAN kuat perlu kekuatan suatu Komponen struktur atau penampang yang diperlukan untuk menahan beban terfaktor atau momen dan gaya dalam yang berkaitan dengan beban tersebut dalam suatu kombinasi seperti yang ditetapkan dalam tata cara ini kuat rencana kuat nominal dikalikan dengan suatu faktor reduksi kekuatan @ kuat tekan beton yang disyaratkan (f-) kuat tekan beton yang ditetapkan oleh perencana struktur (benda uji berbentuk silinder diameter 150 mm dan tinggi 300 mm), untuk dipakai datam perencanaan struktur beton, ginyatakan dalam satuan MPa. Bila nilai fc di dalam tanda akar, maka hanya nial fumerik dalam tanda akar saja yang dipakai, dan hasiInya tetap mempunyai satuan MPa modulus elastisitas rasio tegangan normal tarik atau tekan terhadap regangan yang timbul akibat tegangan tersebut. Nilai rasio ini berlaku untuk tegangan di bawah batas proporsional material Panjang penanaman panjang tulangan tertanam yang tersedia dari suatu tulangan diukur dari suatu penampang kritis Panjang penyaluran Panjang tulangan tertanam yang diperukan untuk mengembangkan kuat rencana tulangan pada suatu penampang kritis pasca tarik cara pemberian tarikan, dalam sistem prategang dimana tendon ditarik sesudah beton mengeras Hal. 1-5 TIANUAL PERENCANAAN STRUTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN. perangkat angkur erangkat yang digunakan pada sistem prategang pasca tarik untuk menyalurkan gaya pasca tarik dari tendon ke beton perangkat angkur strand tunggal erangkat angkur yang digunakan untuk strand tunggal atau batang tunggal berdiameter 46 mm atau kurang yang memenuhi ketentuan yang berlaku perangkat angkur strand majemuk perangkat angkur yang digunakan untuk strand, batang atau kawat majemuk, atau batang tunggal berdiameter lebih besar daripada 16 mm, yang memenuhi ketentuan lain yang berlaku pratarik pemberian gaya prategang dengan menarik tendon sebelum beton dicor prategang efektif tegangan yang masih bekerja pada tendon setelah semua kehilangan tegangan terjadi, di luar pengaruh beban mati dan beban tambahan sengkang tulangan yang digunakan untuk menahan tegangan geser dan torsi dalam suatu komponen struktur, terbuat dari batang tulangan, kawat baja atau jaring kawat baja las polos atau ulir, berbentuk kaki tunggal atau dibengkokkan dalam bentuk L, U atau persegi dan dipasang tegak lurus atau membentuk sudut, terhadap tulangan longitudinal, dipakai pada komponen struktur lentur balok sengkang ikat sengkang tertutup penuh yang dipakai pada komponen struktur tekan, kolom tegangan intensitas gaya per satuan luas Hal. 1.6 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN tendon elemen baja misalnya kawat baja, kabel batang, kawat untai atau suatu bundel dari elemen-elemen tersebut, yang digunakan untuk memberi gaya pratekan pada beton tendon dengan lekatan tendon prategang yang direkatkan pada beton baik secara langsung ataupun dengan cara grouting tinggi efektif penampang (a) jarak yang diukur dari serat tekan terluar hingga titik berat tulangan tarik transfer proses penyaluran tegangan dalam tendon prategang dari jack atau perangkat angkur pasca tarik kepada Komponen struktur beton tulangan batang baja berbentuk polos atau berbentuk ulir atau berbentuk pipa yang berfungsi untuk menahan gaya tarik pada Komponen struktur beton, tidak termasuk tendon prategang, kecuali bila secara khusus dikut sertakan tulangan polos batang baja yang permukaan sisi luarnya rata, tidak bersirip dan tidak berukic tulangan ulir batang baja yang permukaan sisi luarnya tidak rata, tetapi bersirip atau berukir tulangan spiral tulangan yang dililtkan secara menerus membentuk suatu ulir lingkar silindris Hal. 1-7 MANUAL PERENCANAAN STRUATUR BETON PRAT EAN UNTUK JEMBATAN. zona angkur bagian Komponen struktur prategang pasca tarik dimana gaya pratekan terpusat disalurkan ke beton dan disebarkan secara lebih merata ke seluruh bagian penampang Panjang daerah zona angkur ini adalah sama dengan dimensi terbesar penampang, Untuk perangkat angkur tengah, zona angkur mencakup daerah terganggu di depan dan di belakang perangkat angkur tersebut 1.4 Konsep Dasar Beton lebih kuat dalam kondisi tekan, namun lemah dalam kondisi tarik. Kekuatan tariknya bervariasi antara 8 sampai 14 persen dari kekuatan tekannya, Kekurangan material beton yang lemah dalam tarik ini dapat diatasi dengan memberi tegangan tekan untuk mengimbangi/ mengurangi tegangan tarik yang timoul pada bagian penampang akibat beban yang bekerja. Pemberian tegangan tekan ini dilakukan dengan memasukkan kabel dari material jenis baja mutu tinggi kedalam beton sebesar gaya penegangan tertentu, kemudian setelah beton mengeras gaya ditransfer ke beton tersebut. Penampang beton yang terjadi bisa selurunnya tertekan atau hanya sebagian saja yang tertekan tergantung kebutuhan syarat keamanan dan kelayanan atau ketentuan perencanaan lainnya misalnya faktor ekonomi. Aplikasi prategang dapat citunjukkan dengan ilustrasi sebagai berikut Hal. 1-8 MANUAL PERENCANAAN STRUSTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN ESE | ie ae | ody oe abe > ta feMy] ASMyt Gambar 1-1 Aplikasi Prategang pada Balok Bentang Sederhana ‘Momen yang terjadi akibat beban mati dan beban hidup pada tengah benteng Mon. = 1/8 go L? + 1/8 qi L? Keterangan 90 = beban merata ekibat beben mati 4. = beban merata akibat beban hidup Tegangan akibat prategang P 7 fee (4) Tegangan akibat momen Mow. (Tegangan yang menekan serat atas adalah positf) My ¥ (1-2) Dimana, y = jarak dari tiik berat penampang ke serat yang ditinjau; momen inersia penampang, A= luas penampang, Seperti yang terfihat pada gambar 1-1 penampang beton yang diaplikasikan beban ‘merata akibat beban mati dan beban hidup (gambar 1-1(a)) akan menyebabkan momen, M_= Mow ditengah bentang (gambar 1-1(b)). Momen ini akan menyebabkan serat bawah beton tertarik atau tegangan bernilai positif (gambar 1-4(d)). Adapun gaya rr Hal. 1-9 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN prategang yang diaplikasikan pada beton ini menyebabkan penampang beton tertekan atau tegangan bernilai negatif (gambar 1-1(0)). Bila nilai tegangen dijumlahkan maka tegangan pada serat bagian atas tertekan dan seral bagian bawah tegangan tarik yang terjadi bisa sangat kecil atau mungkin negatif atau menjadi tekan (gambar 1-1(4)). Secara umum beton prategang pada jembatan utamanya lebih banyak digunakan untuk elemen struktur lentur seperti balok dan pelat namun selain daripada itu beton prategang dapat juga digunakan untuk elemen teken maupun tarik, seperti kolom, tiang- tiang pondasi. Perbedaan beton biasa (reinforced concrete) dengan beton pratekan (prostressed concrete) dapat dijelaskan dengan contoh berikut ini A. Perbandingan dalam kekuatan aksial Ambil suatu contoh balok beton dengan penampang bujur sangkar 10 em x 10 cm yang ditarik sentris oleh sebuah gaya P. @ | mn Wen 1) Kekuatan aksial beton polos (tanpa tulangan) i Bila diketahui kekuatan tarik beton F, = 4 N/mm’, maka beton akan putus pada saat gaye P = 4 Nimm? x 100 mm x 100 mm = 40000 N. 2) Kekuatan aksial beton bertulang | Bila balok tersebut diberi satu batang tulangan baja diameter D25 (luas tulangan A,=4,90em"), maka kekuatan tarik beton dihitung sebagai berikut Perbandingan modulus elastisitas baja dan beton anggap = E/E. Gaya aksial yang dipikul oleh penampang transformasi dinitung sebagai berikut Hal. 1-10 MANUAL PERENCANAAN STRUITUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMOATAN ARE TON PRATEXAN UNTUK JEMBATAN P= 4 Némm’ x (100 mm x 109 mm + (6-1) x 490 mm!) = 49800 kgf Kekuatan meningkat 49800/40000=1.245 (peningkatan 125 %) 3) Kekuatan aksial beton prategang Bila balck tersebut diberi tegangan pra-tarik yang dipertahankan sebesar F,.=120 MPa dengan tendon dari 5 batang tulangan prategang diameter 12.7 mm (luas tulangan @fektif As = 5x98 mm*=490 mm’), maka kekuatan tarik beton dihitung sebagai berikut Tegangan akibat prategang (menekan). 120 Nimm? 490 ma’ (100 mn x 100 mim) — 490 mar = 6.183 MPa Tegangan tarik yang dapat diberikan pada beton sebelum putus: Fe +Fp=4 +6183 = 10.183 MPa. Kekuatan aksial yang dapat dipikul oleh penampang transformasi beton dan prategang adalah P= 10.183 Nimm? x (100 mm x 100 mm + (6-1) x 490 mm") = 126778.4 N. | Kekuatan meningkat 126778. 4/4000: 17 (peningkatan 317 %) Catatan: Besamya tegangan prategang, F, yang dapat diberikan tergantung dari mutu beton dan umur beton sehingga beton tidak hancur bila ditekan oleh gaya prategang. Semakin besar mut beton, maka gaya pratekan yang diberikan bisa febih besar dengan demikian semakin besar pula kekuatan aksial tariknya, re Hal. 1-11 MANUAL PERENCANAAN STRUATUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN. 8. Perbandingan dengan kekuatan lentur. Dalam analisis lentur menggunakan cara tegangan, balok beton tanpa tulangan akan ‘mengalami retak tarik pada saat tegangan tarik beton melebihi izinnya dan akhimya hancur. Adapun pada balok beton bertulang saat beton mengalami retak tarik, bagian tarik beton ini diabaikan dan diambil-atin oleh tulangan baja. Sedangkan pada beton pratekan bila balok tidak diizinkan mengalami tarik atau diizinkan terik namun tidak mengalami retak, maka keseluruhan tinggi penampang dapat digunakan untuk menghitung kapasitas lenturnya Perbandingan kekuatan momen retak pada beton bertulang dan pratekan dapat diuraikan dengan contoh sebagai berikut 11) Perhitungan momen retak beton bertulang dengan cara elastis 6] 8 gnetral TEE ere cee dimana, fete chine) Tes {hol fate (deoye SF rn Ase ths Misaikan ada penampang balok berbentuk persegi panjang dengan leber penampang adalah sebesar 400 mm dengan ketinggian sebesar 800 mm, Material beton yang digunakan adalah bbeton dengan kual tekan karakteristk sebesar 35 MPa, sementara baja tulangan yang digunakan memiliki nilai tegangan leleh sebesar 400 MPa, Tegangan ultimate untuk baja prategang ‘menggunakan fu = 1860 MPa. Luas tulangan ditentukan sebesar 6 kali diameter 25 mmm, Hal MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATERAN UNTUK JEMGATAN MAE TON PRATEXAN UNTUK JEMBATAN | Materiar : Beton: fe 35MPa Ferm 4700Y7e" MPa (sub bab 10.5 SNI 03-2847-2002) 7808.579.00a Baja: ty: 4ocnPa Es=210°MPe Data Penampang Batok b= 400mm de = 80mm f= 800mm shed Luas tulangan As = 60.252(25m0)? As = 2943.24307 Tegangan retak, 5 I TEINP aS =4.14MPa nse paris Ee cara tial n error (mencoba-coba nilai c, sampai Co mendekati Ts+To) fy - AS2MPa fy = 3275Mba Ces OSh-e-b Ter O5f(h= eb Te =316.800kN Ts As(n—Ify Te = 59.736kN Keseimbangan gaya, sH=0 Ce=377436N e+ Ts = 376.542 Hitung Mer terhadap Ts (akurat) mores) Mery = 204,1794Nm Hal. 1-13 EL LL a MANUAL PERENCANAAN STRUCTUR BETON PRATEKAN UNTURJEMGATAN 2} Perhitungan momen retak beton prategang = | Tu = 186004Pa Konvensi: tegangan | feast fre = 1060.2MPa (+) tegangan tekan | (9) tegangan tank | Aceba Ag = 3200000 momen aps Aps = 265.2430? (+) menekan serat atas (©) menekan serat bawan PoeApetbe P= 3.123% 10° kN 1.218% 1 km {peningkatan hampir 600%) | Hal. 1-14 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMGATAN ~ REN PRATEKAN UNTUK JEMBATAN Berbagei jenis balok girder pratekan yang sudah diaplkasikan pada jembatan dapat dithat pada gambar di bawah ini. 28210 J DENAH JEMBATAN POTONGAN AA, Gambar 1-2 Jembatan Cikubang Cipularang MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATERAN UNTUR TENBATEN 1.5 Keuntungan Beton Pratekan Struktur beton pratekan mempunyai beberapa keuntungan sebagai berikut 1. Terhindar dari retak terbuka di daerah tarik, sehingga dengan demikian beton Pratekan lebih tahan terhadap penetrasi klorida, “etih kedap air, sehingga air pada pelat jembatan tidak mudah meresap. Dapat diperoleh defleksi struktur yang lebih kecll, dengan terbentuknya lawan lendut (chamber) dari konfigurasi layout kabel prategang sepaniang elemen. 4 Penampang struktur lebih keci/fangsing, Karena seluruh ivas penampang dapat digunakan secara efektit Memungkinkan bentang yang lebin panjang divandingkan beton bortuleng Kerena kabel prategang menggunakan mutu baja tinggi, sehingga kapasitas Penampangnya jauh lebih besar daripada tulangan biasa dengan iuas tulangan yang sama Hal, 1-16 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUR JEMENT AN 1.6 Material Beton Prategang 1.6.1 Beton Beton yang digunakan untuk membuat elemen struktur beton prategang harus mempunyai kuat (ekan yang tinggi. Kekuatan dan tahan lama yang dicapai melalui ontro! kvaltas dan jaminan kualitas pada tahap produksi adalah dua faktor penting dalam mendesain struktur beton prategang. A. Mutu tinggi Mutu elon yang biasa digunakan dalam perhitungan beton bertulong adalah mutu beton normal sampai mutu tinggi. Beton mutu tinggi sebagaimana disebutkan dalam RSNI-12-2004 adalah beton yang mempunyai kual tekan silinder, fe" melebihi 60 MPa Sedangkan beton normal adalah beton dengan berat isi + 2400 kgim’, fe‘antera 20 MPa $460 MPa, Adapun kekuatan beton untuk struktur prategang SN! mensyaratkan tidak boleh kurang dari 30 MPa (RSNI T-12-2004, 4.4.1.1.1) 8. Modulus elastisitas Modulus elastisitas beton, £,., Nilinya tergantung pada mutu beton, besarnya modulus lstisitas beton dipengaruni oleh material dan proporsi campuran beton. Niel E. untuk beton normal sebagai berikut '*(0,043,/77) . dinyetakan dalam mPa: atau + Eo= 4700 \//-* (SNI 03-2847-2002) , dinyatakan dalam MPa; atau + ditentukan dari hasit pengujian, Hal. MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN ——————————— AR EETION PRATEKAN UNTUKJEMBATAN Stress, f / Strain, & Gambar 1-4 Kurva Stress-Strain Beton C. Jenis Penampang Girder Prategang Terdapat beberapa jenis penampang beton yang biasa digunakan untuk jombatan. Pemitihan jenis penampang tergantung dari kebutuhan panjang bentang, kerumitan alinyemen dan metoda pelaksanaan. Adapun jenis penampang dapat diuraikan sebagai berikut + Penampang -girder dan T-bulp AASHTO Penampang I-girder dan T-bulb AASHTO dapat digunakan untuk bentang jembatan antara 9.1 m sampai dengan 42 m Ada 2 jenis penampang AASHTO yang umum digunakan dalam perencanaan jembatan sebagai berikut : re Hal. 1-18 MANUAL PERENCANAAN STRUSTUR BETON PRATEKANUNTUK JEMBATAN AASHTO TIPE I-IV AASHTO TIPE V & VI Gambar 1-5 Penampang Girder Beton AASHTO (I dan T-bulb) Tabel 1-1, Detail Geometris Penampang AASHTO of om] @ | m ] <@ ] | bw] Ponampang | ini | inv | int | nt | ins | ane | in | ind goon} mrmy | tenes | emmy | coi | cromy | gemma | gi "AASHTO? 12 4 | 3 |] 6 7] 6 5 6 28 (904.80) | (101.80) | (76:20) | 408.40) | (127.00) | (127.00) | (18240) | (711.20) maSHTOR 12 6 3 7 el 6 8 6 38 | 904.20) | 152.40) 176-20) | 45720) | 152-40 | (252 40) | (152 40) | co14 0) AASHTO 3 16 | 7 45 22 75 7 7 45 | 1406-40) | 177.90) | 144.30) | (588 80) | 190.50) | (177 20) | (17780) | 114300) AASHTO 4 eee 6 26 9 8 8 54 908.00) | (203.20) | (182.40) | 660.40) | 228.60) | 203.20) | 20320) | 137160 mASHTOS | a2 5 7 | 2% | wo | 8 8 6 | 1086.80) | (127.00) | (177.80) | 71.20) | 264.00) | (203.20) | (203.20) | (1800.20) masHTOS | a2 5 7 | 2% | 0 | 8 8 72 | 1066, 80) | (127.00) | (177.80) | 771.20) | (254.00) | 203-20) | (203,20) | (1826 20) | Hal. 1-19 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMGATAN Tabel 1-2 Modulus Penampang AASHTO Span x 7 Yb 3b Penampang fy ina ing! int ins m (cma) (ema om) (om3) [aasntor Tso - as] 27600) 2araa 19] 12.69] a.€0067 | 147s a7 (8.1)_- (13.7) | (1790.64) |_(946.682.12) _| (31.98) | (29,605.09) | (24,185.22) | aasHTo2 |" 40-60 | 369.00 | 5097874 | 1583 | 322054 | 2.527 36 (122) - 183) | (238064) | ¢2,121,895.52) | (40.2%) | (52,775.15) | (41,416.05) AASHTOS | 55-80 | 569.50 ) 125,300.35 | 20.27 | 6,184.95 | 6.07108 (18.8) - (244) | (3609.67) | (6.219,140.35) | (61.49) | (101,383 19) | (83,100.16 ‘AASHTO 4 70 - 100 | 789.00 | 26074061 | 2473 | 10.541.86 | 6,909.29 (21.3) - (305) | (6090.31) | (10.862,843.43) | 62.82) | (172,750.08) , (145,997.05) AASHTOS | 90 = 120 | 7,013.00 | 21,162.59 | 31.96 | 16,0847 | 16,786.17 (27-4) - (36.6) | (6536.47) | (21,992,424.73) | (81.17) | (267,247.90) | (278,108 68) AASHTOS | 140 = 140 | 1,08500 | 73332029 | 3638 | 20,18668 | 2050769 (33.5) _- 42.7) | 909.99) | (90,523,095 12) | (92.41) | (330,312.08) | (337,371.82) Beberapa penampang tipikal | dan U girder yang telah banyak digunakan saat ini diperlihatkan pada tabel-tabel berikut di bawah, a Hal. 1-20 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN Tabel 1-3 Penampang Balok Gelagar Tipe | Type Dimensi Gambar ‘Area (mm) | 267,150.00 Inersie (rm) | 22,653,170.735 68 yeiom) 5366 . Hoo | Zi(mm) | 42,216.08 57 yo (mm 3634 * Zo(mm’) | 62,596,673:20 #125 | Area (ene?) 316,650.00, Inersia (mm) | 54,999.524.663 81 wren 78 2time) 75,208,110.42 [vmm | sos | + Zinn) | 10576469076 Hal. 1-21 SE a ae a ee ar LR TTTTeacerrerrirerrer MANUAL PERENCANAAN STRUCTUR BETON PRATERANUNTUK JEMBATAN a NN REE TON RRATEANUNTUK JEMBATAN Type Dimensi Gambar 160 | Ares (rm?) 477,275.00 Inersia (mm | 146 060,000,000.00 | yim) e685 Zum) | 164,389,420 37 yb (om) 715 * Zb (mm) 205,284,606.98 | 4-170 | Area (mm?) (668,750.00 Inersia (mm | '285,220,000,000.00 yer) 847 | Zum 268 875,438.00 b yb (om) e183 . 2b mn?) 286.507 297 93 + 210 | Area(mm’) | 73476000 Inersia (mm) | 407,960,000,000 00 (mm) 1,088.80 Zen) 372,074,040.72 i yp (mm) 1,006.20 . 2o (men) 405,446,233 35, POSES Pe Hee eee eee eee eee eee Hal. 1-22 MANUAL PERENCANAAN STRUSTUR BETON PRATERAN UNTUK JEMBATAN Tabel 1-4 Penampang Balok Gelagar Tipe U Type Dimensi ember ‘eainer') | seaad.00 Teoria mm) | 128,70 60000000 yumm) wr | | ve120 Zam [mamma | 3 rem) we200 a rere terete a Eee [ein | zesztera0e et49 | Aveama?) | 104e0000 aie Inersia (men) | 186,566,000,000 00 yelmen) 74170 2mm’) 255,552,11002 | yo (mm) 658.30 2b (ma) 299,194 698 94 | Hal, 1-23 MANUAL PERENGANAAN STRUATUS BETON PRATERAN UNTUK JEMBATAN Type | Dimenst Gambar H-165 | Area mm?) | — 1,200.900.00 E nesaiam) oeamonone] | | [ vem) 269.60 ! : Zimm) 362 522999008 7 yo (mm) 7040 | Bonn) | 403,950,807 94 H-165 | Area (mm?) | 3,310.900.00 7 y(n) 7320 = Bem | arsine | yb (rom) 97090 e | 20 (mm?) 495 601,277.37 Penampang girder yang tidak disebutkan dalam tabel dialas bisa juga digunakan asalkan memenuhi persyaratan peraturan yang beriaku. Penampang Box-girder Box-girder sangat baik menahan pengaruh momen torsi dan secara tipikal tidak memerlukan elemen bracing. Penampang box girder juga dapat digunakan untuk bentang yang lebih panjang. Sebagai contoh sebuah jembatan di dekat Tokyo, Jepang menggunakan box girder untuk bentang 240m. Hal, 1-24 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMGATAN Gambar 1-6 Penampang Box Girder 1.6.2 Tulangan Prategang Kehilangan tegangan akibat rangkak (creep) dan susut (shrinkage) pada beton cukup besar, sehingga pemberian tegangan teken pada beton akan lebih efektif bila ‘menggunakan baja mutu tinggi dengan kisaran lebih dari 1862 MPa (1) Tendon untuk tulangan prategang harus memenuhi salah satu dari spesifikasi berikut a) Kawat yang memenuhi “Spesifikasi untuk baja stross-rolieved tanpa lapisan untuk beton prategang" (ASTM A 421) b) Kawat dengan relaksasi rendah, yang memenuhi “Spesifikasi untuk kawat baja stress-relieved tanpa lapisan untuk beton prategang” termasuk suplemen “Kawat dengan relaksasi rendah* (ASTM A 421), ©) Strand yang sesuai dengan "Spesifikasi untuk strand baja, tujuh kawat tanpa 'apisan untuk beton prategang” (ASTM A 416M), 9) Tulangan, yang sesuai “Spesifikasi untuk baja tulangan mutu tinggi tanpa lapisan Untuk beton prategang” (ASTM A 722). (2) Kawat, strand, dan batang tulangan yang tidak secara khusus tercakup dalam ASTM A 421, ASTM A 416M, atau ASTM A 722, diperkenankan untuk digunakan bila tulangan tersebut memenuhi persyaratan minimum dari spesifikasi tersebut di atas dan tidak mempunyai sifet yang membuatnya kurang baik dibandingkan dengan sifat-sifat seperti yang terdapat pada ASTM A 421, ASTM A 416, atau ASTM A 722, Hal. 1-25 TW TTENGAL PE RENCANAAN S IRURTUR Be TON PRATEAN UMTOCDENEAT AN SAREE TON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN A, Jenis tulangan prategang Jenis tulangan prategang dapat berupa kawat tunggal, gabungan kabel yang dipilin membentuk strand, dan tulangan mutu tinggi (high-strength bar), o (b) kawat tunggal (a) strand (7-wires strand) (©) high-strength bar Gambar 1-7 Jenis tulangan prategang Gambar 1-8 Strand, Baji dan Kepala Angkur Hal. 1-26 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN B. Kuat tarik Kuat tarik beja prategang, /,, harus ditemtukan dari hasil pengujian, atau diambil sebesar ‘mutu baja yang disebutkan oleh fabrikator berdasarken serlifikat fabrikasi yang resmi. Tabel 1-5 Jenis Tulangan Prategang Nominal | (Jag | Gaya Putus | Tegangan tank esis material | diameter minimum — | minimum, (, mm __|_ mm? kN MPa Kavat (wire) 5 196 30.4 1950 5 196 333 1700 z 36.5 65.5 1700 Towire sivand 23 | 547 102 1860 supergrace [127/100 184 1840 152 | 143 250. 1750 Towire strand 127 | 843 165 1760 Regular grace Bar 23 ats 450 1080 26 | $30 570 1080 29 [eso 710 71080 32 804 870 1080 38] 1140 | 1230, 080 Hal. 1-27 MANUAL PERENGANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN ceived san: ups grate) —}- nae sues, fy = 930 MPa 2h pret ane = 1690 MPa Seva 8} (2) Kurva tegangan-regangan 7-wire strand ia eames Ii pmuplip ont sues ar) gasses bee 028 proof wnat = 1525 Me i 7 f [ cor 73 * 5 (©) Kurva tegangan-regangan stroes-rolioved wire Gambar 1-9 Kurva tegangan-regangan tipikal, T-wire strand dan stress-relieved wire Hal. 1-28 MANUAL PERENCANAAN STRUATUR BETON PRATEKAN UNTURJEMBATAN C. Kuat tarik leleh ekivalen Kuat leleh baja prategang, 1, harus ditentukan dari hasil pengujian atau dianggap sebagai berikut: > Untuk kawat baja prategang Soy = O.75 Sy > Untuk semua kelas strand dan tendon baja bulat_ = f,, = 0.85 /f,, 1.7 Sistem Penegangan Ditinjau dari segi sistem penegangan terdapat dua cara penegangan pada elemen struktur prategang, yaitu 1. Pra-tarik (Pretensioning), adalah suatu sistem pemberian tegangan tekan pada elemen beton dengan menegangkan kabel prategang terlebih dahulu (biasenya menggunakan hydraulic-jack) melalui struktur abutment untuk menahan kabel tersebut, setelah beton dicor dan cukup keras tegangan ditransfer perlahan-lahan A oe YG C. TENDON DILEPAS DAN TEGANGAN DITRANS! KEPADA BETON Gambar 1-10 Prosedur Pra-tarik (pre-tension) Hal. 1-29 MANUAL PERENCANAAN STRUATUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN 2. Pasca-tarik (post-tensioning), adalah suatu sistem pemberian tegangan tekan pada elemen beton dengan cara kabel baja ditegangkan pada saat beton telah cukup keras kemudian tegangan ditransfer pada elemen beton tersebut melalui sistem angkur. selongsong hallow C_TENDON OIANGKUR DAN DIGROUT Gambar 1-11 Prosedur Pasca-tarik (post-tension) Berdasarkan pada ikatan tendon dengan betonnya, pasca-tarik terbagi menjadi dua bagian Bonded Setelah gaya prategang diaplikasikan pada beton, rvang Kosong antara lubang dan tendon diisi dengan material grout. Unbonded Setelah gaya praiegang diaplikasikan pada beton, ruang Kosong antara lubang dan tendon dibiarkan begitu saja. Adapun perlindungan tendon dari korosi biasanya cilakukan dengan sistem pelapisan yang tahan air (waterproof) rrr, Hal. 1-30 MANUAL PERENCANAAN STRUCTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN Gambar 1-13 Pelaksanaan Grouting Tendon Hal. 1-31 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN a ESTRUUR BE TON PRATEKAN UNTUKJEMBATAN 2 PERENCANAAN BERDASARKAN BATAS LAYAN (PBL) 24° Umum Dalam perencanaan berdasarkan batas layan struktur dianggap berperilaku elastis linier, Kekualan rencana yang dlizinkan Ry harus ditentukan berdasarkan persyaratan yang Sesuai untuk struktur yang itinjau (untuk Komponen balok, Komponen tekan, dan sebagainya) Keamanan suatu Komponen struktur SF ditentukan sedemikian rupa sehingga kuat Fencana yang dizinkan R,, tidak lebih kecil dar] pengaruh aksi rencana Sy Kapesitas _ultimate Ss ee SF Dengan demikian perencanaan secara PBL dilakukan untuk mengantisipasi suatu kondisi batas layan, yang terdiri antara lain dari + Tegangan kerja. + Deformasi permanen. + Vibrasi + Korosi, retak dan fatik + Bahaya banjir di sekitar jembatan, Kombinasi pembebanan yang dipilin baik kondisi batas maupun layan seharusnya ‘mengikuti Kombinasi pembebenan BMS atau SIN Pembebanan untuk jembatan, 22 Tegangan Izin 221° Tegangan izin tekan pada kondisi layan Tegangan tekan izin, o, = 0,45 7," (untuk semua kombinasi beban). 222+ Tegangan izin teken pada kondisi beban sementara atau kondisi transfer gaya prategang, Tegangan tekan izin penempang beton, o, = 0,60 /,," rrr Hal. 2-1

Anda mungkin juga menyukai