SEM digunakan untuk mengamati morfologi suatu bahan karena merupakan salah satu jenis mikroskop
elektron yang menggunakan berkas elektron untuk menggambar profil permukaan benda. Elektron ditembakan dan
berinteraksi dengan bahan sehingga menghasilkan sinyal yang berisi informasi tentang permukaan bahan meliputi
topografi, morfologi, komposisi serta informasi kristalogafi. Interaksi elektron dengan atom sampel akan
menghasilkan berbagai macam sinyal termasuk diantaranya secondary electron (SE), back-scattered electron (BSE),
sinar-X karakteristik, dan elektron Auger. SEM menggunakan secondary electron, back-scattered electron, sinar-X
karakteristik sebagai dasar pemindaian bahan.
Teori dasar mengenai SEM adalah sifat gelombang dari elektron yaitu difraksi pada sudut yang sangat kecil.
Elektron dapat dihamburkan oleh sampel yang bermuatan (karena sifat listriknya). Prinsip kerja alat ini hampir
menyerupai alat mikroskop optik, sedikit perbedaan yaitu, pertama berkas elektron di sejajarkan dan difokuskan oleh
magnet yang berfungsi sebagai lensa. Elektron memiliki energi 100 keV yang menghasilkan panjang gelombang
kira-kira 0,04 nm. Spesimen sasaran tipis agar berkas yang dihantarkan tidak diperlambat atau dihamburkan terlalu
banyak. Bayangan akhirnya diproyeksikan ke permukaan layar. Berbagai distorsi yang terjadi akibat pemfokusan
dengan lensa magnetik membatasi resolusi sampai sepersepuluh nm. Permukaan benda yang dikenai berkas akan
memantulkan kembali berkas tersebut atau menghasilkan elektron sekunder ke segala arah. Tetapi ada satu arah di
mana berkas dipantulkan dengan intensitas tertinggi. Detektor di dalam SEM mendeteksi elektron yang dipantulkan
dan menentukan lokasi berkas yang dipantulkan dengan intensitas tertinggi. Arah tersebut memberi informasi profil
permukaan benda seperti seberapa landai dan ke mana arah kemiringan SEM memiliki resolusi yang lebih tinggi
daripada mikroskop optik. Hal ini disebabkan panjang gelombang de Broglie yang dimiliki elektron lebih pendek
daripada gelombang optik. Makin kecil panjang gelombang yang digunakan makin tinggi resolusi mikroskop.
Panjang gelombang de Broglie yang dimiliki elektron lebih pendek dari padagelombang optik. Makin kecil panjang
gelombang yang digunakan makin tinggi resolusi mikroskop. Panjang gelombang de Broglie elektron adalah :
=
dengan h konstanta Planck dan p adalah momentum elektron. Momentum elektron dapat ditentukan dari energi
kinetik melalui hubungan :
=22
dengan K energi kinetik elektron dan m adalah massanya. Dalam SEM, berkas elektron keluar dari filamen panas lalu
dipercepat pada potensial tinggi V. Akibat percepatan tersebut, akhirnya elektron memiliki energi kinetik :
=
sehingga didapatkan persamaan momentum elektron sebagai berikut :
= 2
dengan demikian panjang gelombang de Broglie yang dimiliki elektron adalah :
= 2
Umumnya tegangan yang digunakan SEM adalah puluhan kilovolt. Sebagai ilustrasi, misalkanSEM dioperasikan
pada tegagan 20 kV maka panjang gelombang de Broglie elektron sekitar 9 x 10 12 m.
SEM merupakan salah satu metode karakterisasi yang digunakan untuk melihat topografi permukaan dari
suatu material. Perbesaran dari SEM bisa mencapai 300.000 kali. Material yang dapat diuji dengan menggunakan
SEM hanyalah material padat. Untuk material padat konduktif, tidak ada preparasi khusus yang dilakukan, hanya
persiapan metalografi standar seperti dipolish dan dietsa. Sedangkan untuk material non konduktif, material tersebut
harus dilapis dengan emas atau karbon supaya terbentuk lapisan tipis yang konduktif.
Prinsip utama dari SEM adalah menggunakan electron beam yang ditembakkan ke spesimen yang akan
menyebabkan terjadinya interaksi antara elektron yang ditembakkan (elektron primer) dengan elektron yang ada
pada spesimen. Electron gun yang dilengkapi dengan filamen tungsten (6-12 V DC) akan menghasilkan electron
beam. Akibat adanya beda potensial (1-30 kV) maka elektron akan menumbuk spesimen. Lensa elektromagnetik
berfungsi untuk memfokuskan electron beam tersebut agar tepat menuju spesimen. Ketika electron beam menumbuk
spesimen maka akan terjadi interaksi elektron yang akan menghasilkan:
1. Secondary electron (SE)
Secondary electron merupakan elektron yang terpental keluar permukaan spesimen atau mendekati permukaan
spesimen akibat tumbukan dari elektron primer. SE berfungsi untuk menghasilkan tampilan morfologi dan
topografi dari permukaan specimen. Ketika sampel dibombardir dengan elektron, daerah terkuat dari elektron
spektrum energi ini karena elektron sekunder. Hasil sekunder elektron bergantung pada banyak faktor, dan
umumnya lebih tinggi untuk sasaran nomor atom, dan pada peristiwa sudut yang lebih tinggi. Elektron sekunder
yang dihasilkan ketika sebuah peristiwa elektron dalam menaikkan elektron dalam sampel yang kehilangan
sebagian besar energi dalam proses tersebut. Bergerak elektron yang tereksitasi terhadap permukaan sampel yang
mengalami tabrakan elastis dan inelastis sampai mencapai permukaan, di mana ia dapat lepas jika masih memiliki
energi yang cukup.
Produksi elektron sekunder adalah sangat terkait topografi. Karena rendah energinya rendah (5eV) hanya
sekunder yang sangat dekat dengan permukaan (<10 nm) yang bisa keluar dari sampel dan diteliti. Setiap
perubahan topografi dalam sampel yang lebih besar dari kedalaman sampling akan mengubah hasil sekunder yang
disebabkan oleh kumpulan efisiensi. Kumpulan dari elektron ini dibantu dengan menggunakan "Collector" dalam
hubungannya dengan detektor elektron sekunder. Elektron primer menghasilkan elektron energi yang rendah
sekunder, yang cenderung menekankan sifat topografi spesimen
Profile AFM: topografi tiga dimensi (scan range1,0x1,0m2, vertical scale: 20 nm) dari lapisan tipis TiO2 yang
dipreparasi dengan cara refluks hidrotermal dan dikalsinasi pada 450oC
TEM memiliki prinsip operasi dasar yang sama dengan mikroskop cahaya tetapi menggunakan elektron
sebagai pengganti cahaya. Apa yang dilihat dengan mikroskop cahaya tergantung pada panjang gelombang cahaya.
TEM menggunakan elektron sebagai "sumber cahaya" yang memiliki panjang gelombang lebih rendah sehingga
memungkinkan untuk mendapatkan resolusi seribu kali dibandingkan dengan mikroskop cahaya sehingga objek
dapat dilihat dengan ukuran beberapa angstrom.
Sebuah "sumber cahaya" di bagian atas mikroskop elektron dipancarkan melalui ruang vakum pada kolom
mikroskop. Sebagai ganti lensa untuk memfokuskan cahaya di mikroskop cahaya, TEM menggunakan lensa
elektromagnetik untuk memfokuskan elektron menjadi sinar yang sangat tipis. Berkas elektron kemudian berjalan
melalui spesimen yang diuji. Tergantung pada kepadatan bahan, beberapa elektron tersebar dan menghilang dari
sinar. Di bagian bawah mikroskop elektron yang tidak menyebar ditangkap pada layar fluorescent, yang
menimbulkan "gambar bayangan" dari spesimen dengan bagian-bagian yang berbeda ditampilkan dalam variasi,
variasi kegelapan bergantung pada kepadatan bahan. Selanjutnya gambar tersebut dipelajari langsung oleh operator
atau difoto dengan kamera. Prinsip kerja dari TEM secara singkat dapat disimpulkan bahwa sebuah sinar elektron
yang mengiluminasi.
Interaksi elektron dengan medan magnet akan menyebabkan electron bergerak sesuai dengan aturan tangan
kanan. Penggunaan medan magnet memungkinkan untuk pembentukan lensa magnetik dengan variabel kekuatan
fokus, bentuk lensa berasal dari distribusi fluks magnet. Selain itu, medan listrik dapat menyebabkan elektron
dibelokkan dengan sudut konstan. Pasangan dua arah defleksi berlawanan memungkinkan terjadi pergeseran
jalannya sinar.
Contoh Gambar
Gambar TEM resolusi tinggi biomimetik sintetis nanocrystals HA pada pembesaran yang berbeda
Baca Gambar :
Gambar 1 (a) dan (b) : Nanocrystals CHA telah disintesis baik di sekitar 100 nm dan 20-30 ukuran nm dengan acicular dan
pelat morfologi masing-masing. Gambar TEM dari nanocrystals CHA sintetik 20-30 nm menunjukkan piring berbentuk
morfologi dan CHA sintetis nanocrystals 100 nm berukuran menunjukkan morfologi acicular
Gambar 1 (d) : Permukaan jelas diamati di TEM resolusi tinggi gambar nanocrystals CHA biomimetik