Penyusun :
Purnomo
NPM. 2125021004
1. PENDAHULUAN
Scanning Electron Microscope (SEM) adalah jenis mikroskop elektron yang
menghasilkan gambar sampel dengan memindai permukaan dengan sinar elektron yang
terfokus dengan perbesaran hingga skala tertentu. Elektron berinteraksi dengan atom dalam
sampel, menghasilkan berbagai sinyal yang berisi informasi tentang topografi permukaan
dan komposisi sampel.
SEM pertama kali diperkenalkan di Jerman (1935) oleh M. Knoll.Konsep standar
dari SEM modern dibangun oleh von Ardenne pada tahun 1938 yang ditambahkan scan
kumparan ke mikroskop elektron transmisi.Desain SEM dimodifikasi oleh Zworykinpada
tahun 1942 ketika bekerja untuk RCA Laboratories di Amerika Serikat.Desain kembali
direkayasa oleh CW pada tahun 1948 seorang profesor di Universitas Cambridge.Sejak
itu,semakin banyak bermunculan kontribusi signifikan yang mengoptimalkan
perkembangan modern mikroskop elektron.
Dalam SEM berkas elektron keluar dari filamen panas lalu dipercepat pada potensial
tinggi. Akibat percepatan tersebut, akhirnya elekton memiliki energy kinetic. Umumnya
tegangan yang digunakanalah puluhan kilovolt. SEM (Scanning Electron Microscope)
adalah salah satu jenis mikroskop electron yang menggunakan berkas electron untuk
menggambarkan bentuk permukaan dari material yang dianalisis.
b) Field emission
Pada emisi jenis ini yang menjadi penyebab lepasnya elektron dari bahan
ialahadanya gaya tarik medan listrik luar yang diberikan pada bahan. Pada katoda
yangdigunakan pada proses emisi ini dikenakan medan listrik yang cukup
besarsehingga tarikan yang terjadi dari medan listrik pada elektron
menyebabkanelektron memiliki energi yang cukup untuk lompat keluar dari permukaan
katoda.Emisi medan listrik adalah salah satu emisi utama yang terjadi pada vacuum
tubeselain emisi thermionic.
Jenis katoda yang digunakan diantaranya adalah :
- Cold Field Emission
- Schottky Field Emission Gun
Gambar 1. Komponen dalam SEM
2. Lensa Magnetik
Lensa magnetik yang digunakan yaitu dua buah condenser lens. Condenser lens
kedua (atau biasa disebut dengan lensa objektif) memfokuskan electron dengan diameter
yang sangat kecil, yaitu sekitar 10-20 nm.
Lensa probe elektromagnetik dari Scanning Electron Microscope (SEM) berguna
dalam banyak hal: sebagai lensa objektif mikroskop elektron transmisi terbalik. Gambar
'diperkecil' sumber elektron difokuskan ke permukaan spesimen, menggantikan gambar
yang diperbesar spesimen yang difokuskan ke bidang gambar oleh mikroskop elektron
transmisi lensa objektif. Namun, ada beberapa perbedaan utama dalam desain lensa probe.
Yang paling penting, karena objek tiga dimensi sering dipelajari dalam pemindaian electron
mikroskop, lensa probe harus memiliki 'jarak kerja' yang cukup besar. Jarak kerja adalah
parameter penting dalam pengoperasian lensa probe dan dapat bervariasi dari 1 atau 2mm
hingga 50mm atau lebih
3. Detektor
SEM memiliki beberapa detektor yang berfungsi untuk menangkap hamburan
elektron dan memberikan informasi yang berbeda-beda. Detektor-detektor tersebut antara
lain:
Backscatter detector, yang berfungsi untuk menangkap informasi mengenai nomor
atom dan topografi.
Secondary detector, yang berfungsi untuk menangkap informasi mengenai topografi
Dalam spektroskopi dispersi energy (EDS) foton yang tereksitasi dikumpulkan
sebagai fungsi dari energinya dan spectrum tergantung energi, intensitas foton dianalisis
untuk menentukan komposisi kimia dari daerah sampel tereksitasi di bawah berkas
elektron. Detektor EDS mengumpulkan sinar-X yang tereksitasi secara bersamaan pada
rentang energi yang luas, dan karena itu sangat efisien. Namun, mereka memiliki resolusi
energi terbatas yang terkadang dapat mengakibatkan tumpang tindih yang tidak dapat
diterima dari puncak karakteristik dalam sinyal sinar-X yang dihasilkan oleh konstituen
kimia yang berbeda dalam sampel
Gambar 2 skema pemindaian elektron pada sampel padat, menunjukkan beberapa sinyal
yang dihasilkan yang dapat digunakan untuk membantu mengkarakterisasi struktur mikro.
4. Sample Holder
Ini berfungsi untuk meletakkan sampel yang akan dianalisis dengan SEM.
Mekanisme kontras dari elektron sekunder dijelaskan dengan gambar dibawah ini.
Permukaan yang tinggi akan lebih banyak melepaskan elektron dan menghasilkan gambar
yang lebih cerah dibandingkan permukaan yang rendah atau datar.
Gambar 6. Mekanisme kontras elektron sekunder
Namun untuk mengenali jenis atom dipermukaan yang mengandung multi atom para peneliti
lebih banyak mengunakan teknik EDS (Energy Dispersive Spectroscopy). Sebagian besar
alat SEM dilengkapi dengan kemampuan ini, namun tidak semua SEM punya fitur ini. EDS
dihasilkan dari Sinar X karakteristik, yaitu dengan menembakkan sinar X pada posisi yang
ingin kita ketahui komposisinya. Maka setelah ditembakkan pada posisi yang diinginkan
maka akan muncul puncak – puncak tertentu yang mewakili suatu unsur yang terkandung.
Dengan EDS kita juga bisa membuat elemental mapping (pemetaan elemen) dengan
memberikan warna berbeda – beda dari masing – masing elemen di permukaan bahan. EDS
bisa digunakan untuk menganalisa secara kunatitatif dari persentase masing – masing
elemen. Contoh dari aplikasi EDS digambarkan pada diagram dibawah ini.
Morfologi banyak kelas bahan lain juga telah dipelajari menggunakan mikroskop
electron pemindaian yang sama teknik: busa alami dan buatan, tekstil dan serat, serta sistem
yang tidak stabil pada suhu sekitar dan memerlukan pendinginan kriogenik dengan nitrogen
cair.
Gambar 11. Beberapa materi lain yang dipelajari dengan SEM: (a) makalah; (b) tulang; (c)
kayu.
Gambar 13 Gambar kembar yang diamati oleh mata kiri dan kanan setara dengan pasangan
gambar direkam sebelum dan sesudah memiringkan spesimen dengan sudut yang diketahui
tentang arah tegak lurus terhadap sumbu optik
Gambar 14. Geometri paralaks. Perbedaan pemisahan dua fitur terlihat pada stereo
pasangan dan diproyeksikan tegak lurus terhadap sumbu kemiringan berhubungan
langsung dengan perbedaan