Sampah2 3pengolahanleachate 120227205823 Phpapp02 PDF
Sampah2 3pengolahanleachate 120227205823 Phpapp02 PDF
I. PENDAHULUAN
Pengelolaan TPA di Indonesia yang sebagian besar dioperasikan secara open dumping,
pada umumnya dikarenakan keterbatasan sarana dan prasarana, salah satunya adalah
tidak berfungsinya Instalasi Pengolahan Leachate (IPL) dengan benar. Instalasi
Pengolahan Leachate memegang peranan yang cukup penting dalam usaha melindungi
tercemarnya lingkungan di sekitar TPA dari cairan leachate. Leachate merupakan zat
pencemar yang sangat berbahaya, karena karakteristiknya yang mengandung kadar
organik yang tinggi, bahkan tidak jarang juga mengandung kadar logam berat.
Leachate adalah limbah cair yang timbul akibat masuknya air eksternal ke dalam
timbunan sampah, melarutkan dan membilas materi-materi terlarut, termasuk juga
materi organik hasil proses dekomposisi biologis. Dari sana dapat diramalkan bahwa
kuantitas dan kualitas leachate akan sangat bervariasi dan berfluktuasi.
Dalam kaitannya dengan perancangan prasarana sebuah landfill, paling tidak terdapat
dua besaran debit leachate yang dibutuhkan dari sebuah lahan urug, yaitu :
1
Untuk perancangan pengolahan leachate, yang biasanya mempunyai orde dalam
skala hari, dikenal sebagai debit rata-rata harian.
Rancangan praktis yang sering digunakan di Indonesia untuk perancangan antara lain
adalah :
- Dihitung dari rata-rata hujan maksimum harian dari data beberapa tahun
- Assumsi bahwa curah hujan akan terpusat selama 4 jam sebanyak 90 %
- dihitung dari rata-rata hujan maksimum bulanan, dari data beberapa tahun,
atau dihitung dari neraca air, kemudian diambil perkolasi kumulasi bulanan
yang maksimum
Sesaat setelah leachate terbentuk, dan mengalir ke luar landfill, leachate dapat
menyebabkan pencemaran yang serius baik ke air tanah maupun ke badan air
permukaan. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman yang cukup mengenai timbulan
leachate, karakteristik leachate, jenis-jenis pengolahan, serta best practice dari
beberapa instalasi pengolahan leachate yang beroperasi dengan baik di Indonesia.
a. Metode Thorntwaite
b. Metode HELP, yang dikembangkan oleh USEPA.
2
Metode neraca air dari Thorntwaite :
I = P - (R/O) ......................................(2)
PERC = P - RO - AET + S
LEACHATE
4
Dengan menganggap aliran air ke bawah sebagai sistem berdimensi-satu, maka model
neraca air yang dikembangkan oleh Thorntwaite [Thorntwaite], dapat digunakan untuk
menghitung perkolasi air dalam tanah penutup menuju lapisan sampah di bawahnya.
Salah satu keuntungan penggunaan tanah penutup akhir dalam mengurangi timbulnya
leachate adalah dari kemampuan penyerapan airnya. Air akan tertahan dalam tanah
sampai menyamai angka field capacity-nya. Air yang terkandung oleh tanah
bergantung pada jenis tanah dan berkurang dengan adanya evapotranspirasi dan
bertambah kembali akibat infiltrasi. Tanpa adanya tanaman, setelah periode yang
lama, tanah akan mempunyai kandungan air setinggi field capacity. Bila terdapat
tanaman, maka akar mengambil air dan menguapkannya sehingga air akan berada di
bawah field capacity tersebut. Pada saat air mencapai wilting points, maka akar tidak
dapat lagi mengambil air dalam tanah tersebut. Di bawah titik ini kandungan air
dikenal sebagai air higroskopis (Hygroscopic water) yaitu air yang terikat pada partikel-
partikel tanah dan tidak dapat dikurangi oleh transpirasi. Dengan demikian, air tersedia
(Available water) berkisar antara wilting point dan field capacity. Air inilah yang akan
mengalami pergerakan kapiler dan jumlah ini berubah karena evapotranspirasi dan
infiltrasi. Satuan yang digunakan dapat berupa milimeter-air per meter tinggi media.
Contoh, bila yang digunakan untuk penutupan sebuah landfill adalah silty clay dengan
ketebalan 0,5 m, maka diperkirakan jumlah air yang dapat diserap pada field capacity-
nya adalah 0,5 m x 250 mm/m = 125 mm.
Evapotranspirasi terjadi karena adanya penguapan dari tanah, dan transpirasi, yaitu
pernafasan tumbuhan yang terdapat pada lapisan tanah penutup. Jumlah air yang
hilang atau kembali ke atmosfer lebih besar pada transpirasi dibandingkan pada
evaporasi. Tumbuhan berfungsi untuk menahan air agar air tidak diteruskan ke lapisan
sampah, dan bagian daun akan menguapkan air tersebut. Evapotranspirasi yang sebe-
narnya terjadi (Actual Evapotranspiration = AET) tergantung persediaan air dalam
tanah (soil moisture storage). Angka AET ini tidak sama dengan data ET dari stasiun
meteorologi. Angka ET ini terjadi pada kondisi air yang selalu tersedia. Angka ET
stasiun meteorologi ini disebut Potential Evapotranspiration (PET) atau
evapotranspirasi maksimum yang dapat terjadi.
Bila soil moisture storage mendekati field capacity, ET mencapai nilai maksimumnya,
tetapi bila soil moisture mendekati wilting point, ketersediaan air yang terbatas itu
akan mengurangi laju ET. Metoda untuk mengetahui air yang dapat diserap setelah
terjadi PET tertentu telah dikembangkan oleh Thorntwaite. PET dihitung dengan
eksperimen maupun dengan metode empirik.
5
Umumnya tidak tersedianya data evapotranspirasi, maka nilai PET dikembangkan dari
nilai evaporasi hasil pengukuran dilapangan dengan evaporimeter, yang memerlukan
suatu faktor koreksi tertentu. Faktor koreksi ini dihitung dengan menggunakan
perbandingan antara evapotranspirasi tanah berumput yang terairi dengan baik,
dengan Pan evaporasi klas A, yaitu Pan yang terletak pada tanah berumput. Cara lain
adalah dengan pendekatan empirik, seperti metode-metode: Thorntwaite, Blaney-
Criddle, Penmann atau metode Christiansen. Berikut ini diberikan contoh metode
neraca air dengan Thornwaite dengan parameter PET yang dihitung dengan
pendekatan Thorntwaite.
Profil struktur sebuah landfill dapat terdiri dari berbagai kombinasi dari tanah (alamiah)
dan bahan artifisial (limbah, geomembran), dengan pilihan lapisan-lapisan horizontal
sistem drainase.
Terdapat 11 (sebelas) jenis lapisan yang dapat disusun sesuai dengan keinginan
perancang landfill. Perubahan kemiringan dari masing-masing lapisan juga
diperhitungkan. Model ini menggunakan teknik pemecahan numerik yang
mempertimbangkan pengaruh dari surface storage, soil moisture storage, runoff,
infiltrasi, evapotranspirasi, pertumbuhan vegetatif, drainase subsurface lateral,
6
resirkulasi leachate, drainase vertikal, kebocoran melalui liner tanah atau geomembran
atau bahan komposit lainnya.
Persoalan utama dalam pengolahan leachate adalah penentuan kualitas desain dari
leachate yang akan diolah di IPL. Kualitas desain leachate sangat bergantung pada
sampling leachate yang dilakukan. Karakteristik dan kuantitas leachate dipengaruhi
oleh:
1. Karakteristik dan komposisi sampah
2. Jenis tanah penutup landfill
3. Musim
4. pH dan kelembaban
5. Umur timbunan (usia landfill).
Sehingga dalam pengambilan sampel leachate, beberapa hal yang perlu diperhatikan
adalah sebagai berikut:
1. Posisi pengambilan sampel
2. Waktu pengambilan sampel apakah setelah hujan atau pada saat musim
kemarau
3. Metode pengambilan sampel (apakah composit atau grab sampling)
Leachate yang berasal dari timbunan sampah yang baru mempunyai nilai BOD dan
COD yang sangat tinggi, tetapi semakin lama umur landfill, maka kualitas leachate
landfill juga akan menurun. Karakteristik leachate berdasarkan umur landfill seperti
7
tergambar pada tabel 1 di bawah ini, dan tabel 2 menggambarkan karakteristik
leachate di beberapa kota di Indonesia.
Sumber :
8
Tabel 2. Karakteristik Leachate di Beberapa Kota di Indonesia
Sumber :
9
IV. Kondisi Umum Instalasi Pengolahan Leachate di Indonesia
Instalasi Pengolahan Leachate yang ada di TPA-TPA di Indonesia pada umumnya tidak
atau belum beroperasi sesuai dengan kriteria teknis yang ada. Beberapa hal yang
menyebabkan kurang optimalnya operasi IPL di TPA adalah:
1. Terbatasnya dana yang dialokasikan untuk pengoperasian dan pemeliharaan IPL di
TPA.
Pada umumnya alokasi dana untuk pengelolaan sampah di TPA sudah sangat
kecil, sehingga dana yang dialokasikan untuk O/M IPL semakin kecil lagi. Di sisi
lain, untuk pengoperasian dan pemeliharaannya, IPL memerlukan biaya yang tidak
sedikit.
2. Terbatasnya Sumber Daya Manusia yang kompeten yang dapat mengoperasikan
IPL.
Di sebagian besar TPA di Indonesia tidak tersedia operator khusus yang bertugas
untuk menjalankan IPL. IPL yang ideal seharusnya dijalankan oleh SDM yang
kompeten, karena kebanyakan IPL menggunakan pengolahan secara biologis
dimana mikroorganisme perlu kondisi yang spesifik untuk dapat bekerja dengan
optimal.
3. Tidak ada kontrol dan monitoring yang baik untuk pengoperasian IPL.
Mayoritas IPL di Indonesia dibiarkan berjalan begitu saja tanpa ada kontrol yang
baik, padahal seharusnya sebelum mulai dijalankan, harus dilakukan aklimatisasi
selama kurang lebih 3 bulan untuk mendapatkan kondisi mikroorganisme yang
optimal.
4. Kurang perhatiannya para pengambil kebijakan pada TPA.
Sampai saat ini, pengelolaan sampah belum menjadi prioritas untuk mendapatkan
alokasi dana yang besar di daerah-daerah. Hal tersebut dikarenakan masih
rendahnya tingkat kesadaran para pengambil kebijakan untuk pengelolaan
sampah pada umumnya dan IPL pada khususnya.
10
Sumber :
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk dapat mengurangi dampak negatif dari
leachate adalah:
1. Penggunaan lapisan tanah penutup, baik lapisan tanah penutup harian, antara,
dan penutup akhir
2. Pemakaian lapisan dasar/liner yang sesuai dengan kriteria teknis untuk dapat
mencegah infiltrasi leachate ke tanah dan air tanah
3. Pembangunan sarana pengumpul dan pengolah leachate yang sesuai dengan
kriteria teknis, serta pembangunan drainase sekeliling TPA yang sesuai dengan
kriteria teknis untuk dapat mengurangi jumlah limpasan air hujan yang masuk ke
dalam TPA
4. Melakukan resirkulasi leachate
11
5. Mengoperasikan landfill secara tepat. Alternatif pengoperasian landfill yang sedang
berkembang saat ini adalah dengan menggunakan semi aerobic landfill.
Sumber :
Semi Aerobic landfill adalah metoda terbaru yang pertama kali diterapkan di Fukuoka,
Jepang dan oleh karena itu dikenal juga sebagai Landfill metoda Fukuoka. Metoda ini
merupakan alternatif yang sangat disarankan untuk dapat mempercepat stabilitas
sampah dan menurunkan kualitas timbulan leachate sehingga beban yang masuk ke
IPL tidak terlalu tinggi.
Perbedaan yang paling mendasar antara sanitary landfill yang dioperasikan semi
aerobik dan anaerobik adalah pada intensitas penutupan tanah dan besar pipa
pengumpul dan penyalur leachate. Pada landfill semi aerobik pengaplikasian tanah
penutup tidak dilakukan setiap hari, hal tersebut dilakukan agar kontak sampah
12
dengan udara terjadi lebih lama sehingga proses dekomposisi dan stabilisasi sampah
berlangsung lebih cepat.
Selain itu, pada TPA semi aerobik digunakan pula pipa pengumpul leachate dengan
diameter lebih dari 60 cm, serta ujung pipa tidak terendam di IPL, sehingga
memungkinkan masuknya udara ke dalam pipa untuk membantu proses pembusukan
dan pada akhirnya menurunkan kualitas timbulan leachate.
Beberapa hal yang harus diperhatikan sebagai dasar perencanaan dan memilih sistem
IPL/Instalasi Pengolahan Leachate adalah :
1. Kualitas dan kuantitas air leachate yang akan diolah
2. Kemudahan pengoperasian dan ketersediaan SDM yang memenuhi kualitas untuk
OM IPL terpilih
3. Jumlah akumulasi lumpur
4. Kebutuhan dan ketersediaan lahan
5. Biaya operasional, meliputi :
a. Biaya Investasi
Biaya investasi yang dibutuhkan tergantung pada kapasitas dan kompleksitas
IPAL.
Biaya ini meliputi :
o Lahan
o Konstruksi
o Perpipaan
o Instrumen
b. Biaya Pengoperasian
Sedangkan biaya operasi biasanya sangat ditentukan oleh masing-masing jenis
IPL yang terpilih.
Biaya ini meliputi :
o Biaya SDM untuk OM dan perbaikan
o Penggantian komponen dan perbaikan besar
o Biaya bahan kimia, kalau ada
o Biaya bahan bakar
o Biaya pengunaan energi listrik
14
6. Kualitas hasil olahan yang diharapkan
Ambang batas kualitas olahan yang diperkenankan dibuang ke badan air penerima
diatur oleh masing-masing daerah. Semakin ketat nilai ambang batasnya, maka
dituntut efisiensi pengolahan air leachate yang semakin tinggi. Beberapa kualitas
hasil olahan yang diharapkan menurut peraturan yang berlaku di Indonesia:
Kep-
Kawasan
MenLH 50 100 69 200
Industri
03/98
Kep-
Air Limbah
MenLH 100 69 10 100
Domestik
112/03
7. Kebutuhan energi
o Setiap sistem IPL yang digunakan akan memerlukan energi.
o Energi yang diperlukan biasanya adalah untuk pompa, supply oksigen
(aerator/blower), menggerakkan shaft, serta keperluan utilitas lainnya
15
Bagan pemilihan sistem IPL /pengolahan leachate bisa dilihat pada gambar 6.
16
Alternatif 1 Kolam Anaerobik, Fakultatif, Maturasi dan Biofilter
Proses Pengolahan
No. Kriteria
Anaerobik Fakultatif1 Maturasi Biofilter
1. Fungsi Removal BOD Removal Removal Menyaring
yang relatif BOD mikroorganis effluen sebelum
tinggi (>1000 me pathogen, dibuang ke
mg/L), nutrien badan air
sedimentasi,
stabilisasi influen
2. Kedalaman 2,5 - 5 1-2 1 - 1,5 2
(m)
3. Removal 50 - 85 70 - 80 60 - 89 75
BOD (%)
4. Waktu 20 - 50 5 - 30 7 - 20 3-5
Detensi2
(hari)
5. Organic 224 - 560 56 - 135 17 < 80
Loading
Rate3
(kg/Ha hari)
6. pH 6,5-7,2 6,5-8,5 6,5-10,5 -
7. Bahan Pasangan batu Pasangan Pasangan Batu, Kerikil,
batu batu Ijuk, Pasir
17
Alternatif 2 Kolam Anaerobik, Fakultatif, Maturasi dan Landtreatment/ Wetland
Proses Pengolahan
No. Kriteria
Anaerobik Fakultatif1 Maturasi Wetland
18
Alternatif 3 Anaerobic Baffled Reactor (ABR) dengan Aerated Lagoon
Proses Pengolahan
No. Kriteria
Aerated Pemisah
ABR
Lagoon Padatan
1. Fungsi Removal BOD yg Removal BOD Removal solid
relatif tinggi (>1000
mg/L), sedimentasi
padatan, stabilisasi
influen
2. Kedalaman 2-4 1,8 - 6 3-5
(m)
3. Removal BOD 70 - 85 80 - 95 -
%
4. Waktu Detensi 1-2 3 - 10 0,06 - 0,125
(hari)
5. Organic 4 - 14 0,32 - 0,64 0,5-5 kg/m2 jam
Loading Rate
(kg/m3hari)
5. Hydraulic 16,8 38,4 - 8-16
Loading Rate
(m3/m2hari)
6. pH 6,5 - 7,2 6,5-8,0 -
7. Bahan Beton Bertulang - Pasangan batu Pasangan batu
Bata
19
Alternatif 4 Proses Koagulasi - Flokulasi, Sedimentasi, Kolam Anaerobik atau ABR
Proses Pengolahan
No. Kriteria
Koagulasi- Sedimenta Anaerobik
ABR
Flokulasi si Pond
3. Removal BOD - - 50 - 85 % 70 85 %
%
4. Waktu Detensi 0,5 jam 1,5 - 3 jam 20 - 50 hari 1 2 hari
20
Alternatif 5 Proses Koagulasi - Flokulasi, Sedimentasi I, Aerated Lagoon,
Sedimentasi II
Proses Pengolahan
No. Kriteria
Koagulasi- Sedimentasi
Aerated Lagoon
Flokulasi I/II
1. Fungsi Pembentukan flok Removal BOD Removal solid
padatan
2. Kedalaman - 1,8 - 6 3-5
(m)
3. Removal BOD - 80 - 95 -
%
4. Waktu Detensi 0,5 jam 3 - 10 1,5-3 jam
(hari)
5. OLR - 0,32 - 0,64 0,5-5 kg/m2 jam
(kg/m3hari)
6. HLR - - 8-16
(m3/m2hari)
7. pH - 6,5-8,0 -
21
Sebagai referensi, pengolahan leachate tipikal di Eropa menggunakan proses berikut :
- Netralisasi
- Presipitasi/flokulasi/sedimentasi
- Oksidasi/reduksi
- Reverse Osmosis
- Ion exchange
Proses-proses yang sebaiknya ada didalam pengolahan leachate yaitu :
- Storage
- Biological pre-teratment
- Adsorption
- Precipitation/floculation
- Chemical oxidation
- Membrane
23
Sedangkan proses pengolahan leachate yang diresirkulasikan kembali bisa dilihat :
Menambah kelembaban
dan nutrien
Dari beberapa faktor diatas, bisa diambil kesimpulan mengenai beberapa variabel
yang mempengaruhi proses pengolahan leachate adalah :
Inspeksi awal
Infrastruktur
Kriteria yang wajib Ekologi
Ekonomi
Alokasi
Peraturan hukum
Teknologi
Kondisi saat ini
Unit Pengolahan
Peralatan
Metoda operasi
Tabel dibawah ini merupakan ringkasan mengenai metoda pengolahan yang paling
sesuai untuk mengurangi konsentrasi jenis pencemar yang ada dalam leachate :
25
Tabel 10. Metode pengolahan yang paling sesuai dengan jenis pencemar dalam
Leachate
Biolog. + + + + - - -
treatment
Chem. oxidation - + - - - + -
Adsorption - + - - - + -
Precipitation/ - + - - + + -
Flocculation
Reverse + + + + + + +
osmosis
Nanofiltration + + - - +
*)Juga diperlukan apabila pembuangan tidak langsung tetapi memerlukan toksisitas ikan
26
Pengaruh BOD/COD pada pengolahan leachate bisa dilihat dari grafik berikut :
BOD5
COD5
BOD5/COD
Dibawah ini adalah gambaran perkiraan biaya untuk proses pengolahan leachate:
Biaya Biaya
Biaya Total
Investasi Investasi
Proses Operasi
Precipitation/
12,4 207.000 19.840 40.548
Flocculation
Reverse
9,9 161.200 52.080 68.200
osmosis
27
Perkiraan biaya untuk pembuangan lumpur/residu sebagai berikut :
Ozonasi _
2. Apabila diperlukan standard yang lebih ketat, maka proses kimiawi (kombinasi
koagulasi/flokulasi/sedimentasi dan dilanjutkan dengan filtrasi) merupakan opsi
yang paling sesuai untuk diterapkan
28
VIII. PEMANFAATAN MIKROORGANISME DALAM PENGOLAHAN LEACHATE
Proses aklimatisasi untuk dapat menentukan bakteri yang tepat untuk setiap tahap
pengolahan merupakan tahapan yang penting dari pengolahan secara biologis. Saat ini
pengembangan mikroorganisme yang dapat dimanfaatkan untuk pengolahan leachate
masih dilakukan dalam skala laboratorium.
29
scientific backbone dalam merumuskan kebijakan penyelenggaraan infrastruktur di
bidang permukiman.
Sudah ada beberapa penelitian terkait pengolahan leachate yang dilakukan oleh
Puslitbang Permukiman, antara lain :
- Kajian pengolahan leachate di beberapa kota di Indonesia
- Uji coba model penimbunan semi aerobik landfil di TPA Cibeurem Banjar
- Cell uji coba (semi aerobik dan anaerobik landfil )
- Penelitian kinerja proses pengolahan leachate di TPA Suwung Denpasar.
30
Sedangkan hasil beberapa penelitian pengolahan leachate di beberapa kota di
Indonesia dapat dilihat pada keterangan di bawah ini :
Tabel 14. Komposisi dari leachate pada umur landfill 1,5 dan 16 tahun
31
Kualitas BOD dan COD berdasarkan usia penimbunan sampah di beberapa kota di
Indonesia
Tabel 15. Kualitas BOD dan COD berdasarkan usia penimbunan sampah di beberapa
kota di Indonesia
32
Hasil pemeriksaan IPL Piyungan Yogyakarta beserta efluen yang dibuang ke sungai
dan dampaknya terhadap air sumur penduduk di sekitar TPA
Kadar
maksimum
Parameter Satuan yang di Hasil Pemeriksaan
perbolehkan
I II
Zat padat terlarut mg/L 2000 5641 6532 5121
0
Temperatur C 30 27,5 28,5 28
Zat padat tersuspensi mg/L 200 102,2 132,8 47
Air Raksa mg/L 0,002 ttd -ttd ttd
Arsen mg/L 0,1 ttd-ttd ttd
Barium mg/L 2 0,011- 0,021 0,009
Kadnium mg/L 0,05 ttd-ttd ttd
Kromium mg/L 0,1 4,3182 5,1273 1,6715
Tembaga mg/L 2 0,62 0,48 0,51
Sianida mg/L 0,05 ttd-ttd ttd
Flourida mg/L 2 < 0,5 - < 0,5 <0,5
Timbal mg/L 0,1 0,0965 0,0987 0,0644
Nikel mg/L 0,2 ttd-ttd ttd
Nitrat mg/L 20 8,0024 8,5269 3,5786
Nitrit mg/L 1 0,1046 0,3478 0,059
Amonia mg/L 1 109,6765 118,4533 52,0436
Besi mg/L 5 13,2 14,6 6,34
Mangan mg/L 2 3,11 4,32 2,02
Sulfida mg/L 0,05 - -
Klorin bebas mg/L 1 0,0 0,0
Seng mg/L 5 3,5 3,8 1,01
Krom total mg/L 0,5 11,0142 12,764 3,1457
BOD mg/L 50 2248,46 2458,67 764
COD mg/L 100 5632,21 5892,51 1143,24
Phenol mg/L 0,5 2,2113 2,7352 1,3845
Cobalt mg/L 0,4 0,31 0,12 0,20
Sumber : Hasil pengujian Laoratorium Teknologi Lingkungan STTL YLH26 Maret 2007
Keterangan :
I . Limbah cair TPA piyungan sebelum pengolahan
II.Limbah Cair TPA piyungan Sesudah pengolahan
33
Tabel 18. Hasil Pengujian Lab Mengenai Efluen Yang Keluar Di Sungai
Kadar
maksimum yang
Parameter Satuan di perbolehkan Hasil Pemeriksaan
untuk kualitas
air golongan B
I II
Zat padat terlarut mg/L 1000 431 462 684
0
Temperatur C Suhu air normal 28,5 28,6- 29,5
Zat padat mg/L - 10 11 18
tersuspensi
Kadnium mg/L 0,01 ttd ttd -ttd
Kromium mg/L 0,05 0,6432 0,8523 0,8856
Tembaga mg/L 1 ttd ttd -ttd
Sianida mg/L 0,1 ttd ttd ttd
Flourida mg/L 1,5 ttd ttd-ttd
Timbal mg/L 0,1 ttd ttd-ttd
Nitrat mg/L 10 2,0432 2,8576-3,282
Nitrit mg/L 1 0,0126 0,0251-0,1582
Amonia mg/L 0,5 1,6436 1,9989 2,3696
Besi mg/L 5 13,2 2,39 2,67
Mangan mg/L 0,5 3,11 0,37 -0,48
Sulfida mg/L 0,1 ttd ttd-ttd
Klorida mg/L 600 ttd ttd-ttd
Seng mg/L 5 ttd ttd-ttd
BOD mg/L - 160,75 188,54 214,23
COD mg/L - 204,66 212,53- 275,34
Phenol mg/L 0,5 0,0315 0,0424 0,0523
Sumber : Hasil pengujian Laoratorium Teknologi Lingkungan STTL YLH26 Maret 2007
Keterangan :
I . Sungai TPA
II.Sungai Campuran
34
Tabel 19. Hasil pengujian lab terhadap air sumur penduduk di sekitar TPA Piyungan
Kadar maksimum
Parameter Satuan yang di Hasil Pemeriksaan
perbolehkan
A. FISIKA
Bau Tak berbau Tak berbau
Kekeruhan NTU 5 15 - 23
Rasa Tak berasa Tak berasa
Suhu udara 3
0
Temperatur C 27 27,9
Warna PtCo 15 10 - 18
B.KIMIA
Air Raksa mg/L 0,001 ttd
Arsen mg/L 0,01 ttd
Barium mg/L 0,7 ttd
Boron mg/L 0,3 ttd
Kadnium mg/L 0,003 ttd
Kromium mg/L 0,05 ttd
Tembaga mg/L 2 ttd
Sianida mg/L 0,07 ttd
Flourida mg/L 1,5 0,26 0,41
Timbal mg/L 0,01 -
Nikel mg/L 0,02 -
Nitrat mg/L 50 0,0379 0,0653
Nitrit mg/L 3 0,0002 0,0068
Amonia mg/L 1,5 0,2123 0,8744
Alumunium mg/L 0,2 -
Klorida mg/L 250 17 20
Kesadahan (CaCO3) mg/L 500 198,69 598,45
Hidrogen Sulfida mg/L 0,05 ttd
Besi mg/L 0,3 0,10 13
Mangan mg/L 0,1 0,03 0,65
pH 6,5 8,5 7,0 7,1
Sulfat mg/L 250 25 29
Total zat padat mg/L 1000 -
terlarut (TDS)
Seng mg/L
Bakteriologi
Coliform MPN/100 mL 0 140 - 1900
E.Coli MPN/100 mL 0 73-1100
Sumber : Hasil pengujian Laoratorium Teknologi Lingkungan STTL YLH26 Maret 2007
35
Hasil analisis kualitas leachate di TPA Jombang :
Kualitas air memenuhi baku mutu sebagaimana ditetapkan SK Gubernur Jawa Timur no. 45
tahuh 2002 lampiran II golongan III
Balikpapan
1 (TPA Kolam stabilisasi & Aerasi 2719 10810 493,5 1422,76 81,8 86,8
Manggar )
Makasar
2 Kolam penampungan 1663 2209 1659 2347 0,2 -
(TPA Tamangapa)
Bekasi
4 (Bantargebang- Kolam penampungan 5328 18317 1270 1665 76,2 90,9
92)
36
Beberapa persoalan yang spesifik dengan pengolahan leachate dari beberapa hasil
kajian di atas adalah :
o konsentrasi yang pekat serta kemungkinan menimbulkan pencemaran
o variasi komposisi leachate berbeda dari tiap landfil, menyebabkan pengolahan
yang sesuai untuk landfil tertentu tidak dapat diterapkan untuk landfil
lainnya, sehingga harus setiap landfil harus dianalisis kembali sesuai dengan
komposisi leachate yang akan diolah
o sumber utama leachate adalah perkolasi air dimana tergantung curah hujan serta
faktor musim
o kandungan kimia dari sampah sangat mempengaruhi leachate
o Fluktuasi dari kuantitas dan kualitas leachate sehingga desain awalnya harus
dievaluasi untuk menentukan apakah hasil efluennya masih sama sejalan dengan
umur landfil
37
Gambar 13. Aplikasi model pengelolaan sampah berbasis 3R melalui
pemberdayaan masyarakat kota Banjar
38
Model TPA semi aerobik yang diterapkan di TPA Cibeureum Kota Banjar :
Gambar 14. Model TPA Semi Aerobik TPA Cibeureum kota Banjar
Keterangan :
3 sel masing-masing luas 10 m x 15 m
Pipa leachate : pipa beton berlubang diameter 80 cm
Mulai timbunan Desember 2009
Operasional pengisian 2 bulan, tinggi 5
39
Detail uji coba landfill yang diadakan di TPA Cibeureum kota Banjar dengan luasan 30
x 15 m sebagai berikut :
Sistem perpipaan manifold menggunakan bahan buis beton, yang diletakkan bagian
pinggir landfill
Pemasangan pipa buis beton tidak perlu memasang kerikil, diletakan di atas galian
yang dilapisi clay 2 x 25 cm dan diselimuti clay sampai lingkaran bagian bawah
buis beton.
Pemasangan pipa lateral tidak diberi bantalan pasir, langsung diletakan di atas
geomembran, bagian atas pipa baru lapisi pasir.
Jenis pasir yang digunakan berupa pasir beton, jangan pasir urug, agar tidak terjadi
penggumpalan sehingga dapat menyumbat dan menghalangi aliran air ke pipa.
Ada sistem pengontrol leachate dilengkapi tutup buis (bilik) berupa manhole dan
dipasang tangga monyet.
Dalam bak control dipasang alat ukur Thomson untuk mengukur debit leachate
yang dihasilkan.
40
12000
10000
8000
m g/L COD
6000
BOD
4000
2000
0
1 2 3 4 5 6
Bulan ke
Gambar 15. Grafik penurunan leachate hasil pengolahan di TPA Cibeureum kota Banjar
41
Pemantauan debit leachate berkisar antara 0,002 0,442 L/det.
- awal proses dekomposisi, debit leachate rata-rata 0,114 L/det
- bulan ke 8 penimbunan rata-rata debit leachate adalah 0,022 L/det
Target perencanaan efisiensi IPL di TPA Cibeureum Kota Banjar adalah:
- Proses anaerobik : 70 90 %
- Proses fakultatif : 70 90 %
- Proses maturasi : 60 80%
C. Cell uji coba model semi aerobik dan anaerobik landfil (revitalisasi TPA
melalui reusable landfil dan landfil mining)
Percobaan ini adalah untuk membandingkan efektivitas dari model semi aerobik
dengan anaerobik landfil, baik dari pekerjaan liner dasar dan dinding, perpipaan gas
dan leachate dan operasi pengisian sampah serta tanah penutup akhir.
42
Gambar 17. Potongan desain TPA Cibeureum kota Banjar
43
Kualitas leachate hasil uji coba semi aerobik dan an aerobik landfil yang dilakukan
pada tanggal 22 Februari 2011 (Setelah 2 bulan pasca penimbunan), sebagai berikut :
Tabel 23. Hasil uji coba leachate semi aerobik dan anaerobik
Penelitian ini dilakukan karena kinerja pengelolaan leachate di TPA Suwung Denpasar
belum beroperasi secara optimal.
Kajian yang dilakukan meliputi :
- Sampling kualitas leachate inlet, oulte, dan parameter tiap unit
- Kajian efisiensi tiap unit
- Kajian waktu kontak
EFFISIENSI PENGOLAHAN
(PENYISIHAN BOD)
EFFISIENSI PENGOLAHAN
(PENYISIHAN COD)
47
X. BEBERAPA BEST PRACTICE DALAM PENGOLAHAN LEACHATE
48
itu, kemampuan operator juga kurang memadai sehingga pengoperasian IPL
tidak maksimal.
PENAMPUNG SEMENTARA
KARBON AKTIF
PENAMPUNG
SEMENTARA
RESERVOIR
49
Tabel 27. Karakteristik Leachate TPA Tahap Ketiga TPA Benowo (Tahun 2005)
No. Parameter Efluen Baku Mutu Golongan III
1 DHL 15400 -
2 pH 4.6 69
3 TSS 100 mg/l 200 mg/l
4 TDS 13860 mg/l 4000 mg/l
5 Fe 1.3 mg/l 15 mg/l
6 Mn 0 5 mg/l
7 Sisa Klor 0 0.04 mg/l
8 NH3 65.61 mg/l 5 mg/l
9 NO3 0.78 mg/l 30 mg/l
10 NO2 0 3 mg/l
11 BOD 210 mg/l 150 mg/l
12 COD 500 mg/l 300 mg/l
13 Deterjen 0.66 mg/l 10 mg/l
14 Fenol 0 1 mg/l
15 Minyak dan lemak 34 mg/l 15 mg/l
Hasil analisa menunjukkan bahwa efluen IPL pengembangan tahap ketiga ini
masih belum memenuhi baku mutu untuk parameter TDS, NH3, BOD, COD
serta minyak dan lemak.
Dalam upaya meningkatkan mutu pengolahan, pada tahun 2006 TPA Benowo
mendapatkan bantuan teknik (bantek) dari Kementerian PU berupa penelitian pilot
plant skala laboratorium. Pilot plant ini bertujuan untuk meneliti proses kimiawi
pengolahan leachate dalam rangka meningkatkan efisiensi proses pengolahan IPL
Benowo. Sistem IPL yang direkomendasikan untuk IPL Benowo ditunjukkan pada
Gambar 21, sedangkan kualitas efluen yang dihasilkan dari pilot plant ditunjukkan
pada Tabel 28.
50
Polimer
Tawas
Kapur
Baffle Chanel
Efluen Bioreaktor Koagulator Pengendap Filter Pasir
dan Karbon
Aktif
Kolam
leachate
Pengenceran Leachate
Efluen
51
Tabel 29. Kualitas Efluen Eksisting IPL Benowo
Parameter
Tanggal
BOD COD NH4+-N Salinitas pH
sampling
(mg/l) (mg/l) (mg/l) (mg/l)
10 Maret 420 880 538 2400 7.6
2010
21 April 2010 126 240 379.44 3500 7.62
12 Okt 2010 208 400 61.08 4000 7.3
5 Nov 2010 6 16 29.72 3900 7.85
Baku mutu 150 300 5 - 6-9
52
AIR HUJAN AIR PADA SAMPAH AIR REMBESAN TAMBAK
KOLAM LEACHATE
PROSES FISIK - KIMIAWI
PROSES FISIK BIOLOGI
KOLAM PENAMPUNG
KOAGULASI-FLOKULASI
SUMUR PENGUMPUL II SEDIMENTASI
PROSES FILTRASI
PROSES FILTRASI
BADAN AIR PENERIMA
BAK PENGUMPUL AKHIR
BAK PENAMPUNG AKHIR
53
Oleh karena itu diperlukan pengolahan senyawa nitrogen dalam leachate melalui:
a. Nitrifikasi, yaitu proses oksidasi amonia untuk diubah menjadi nitrat dan nitrit
oleh organisme.
NH4+ NO2- NO3-
b. Denitrifikasi, yaitu proses reduksi nitrat dan nitrit menjadi nitrogen bebas oleh
organisme.
reduksi reduksi reduksi reduksi
nitrat nitrit
nitrit oksida nitrat
NO3- NO2- NO N2O N2
NO - dapat
Proses denitrifikasi -
NOdibedakan
NO menjadi:
NO N
- Denitrifikasi heterotrof, dimana mikroba heterotrof tidak dapat menghasilkan
nutrien untuk dikonsumsi sendiri sehingga mencari nutrien dari luar dengan
mengkonsumsi senyawa organik.
- Denitrifikasi autotrof, dimana mikroba tidak memerlukan bahan organik
untuk melakukan aktivitas dan pertumbuhannya melainkan cukup dengan
menggunakan senyawa anorganik.
Denitrifikasi autotrof mempunyai keuntungan antara lain: (a) tidak perlu
menambahkan sumber karbon organik sebagai nutrisi sehingga menekan
biaya operasional; (b) tidak menimbulkan polusi sampingan oleh bahan
organik yang tidak terolah; (c) dapat diterapkan dengan sistem yang
sederhana; dan (d) tidak akan menghasilkan sisa lumpur sehingga
mengurangi penanganan lumpur.
54
Penggunaan biofilter anaerob pada proses pengolahan leachate ini dipilih karena
biofilter anaerob mempunyai keunggulan, antara lain:
tidak membutuhkan oksigen
menghasilkan lebih sedikit lumpur (3-20 kali lebih sedikit dari pada proses
aerobik)
menghasilkan gas metan yang bermanfaat, yang dapat menurunkan BOD
dalam penguraian lumpur limbah
cocok untuk limbah dengan konsentrasi polutan organik yang tinggi
energi untuk penguraian limbah kecil
memungkinkan untuk diterapkan pada proses penguraian limbah dalam jumlah
besar
sistem anaerobik dapat membiodegradasi senyawa xenobiotik, antara lain
chlorinated aliphatic hydrocarbons (seperti trichloroethylene dan trihalo-
methanes) dan senyawa alami recalcitrant seperti lignin
Gambar 23. Teknologi Pengolahan Leachate TPA Kombinasi Proses Biofilter Anaerob,
Bioreaktor Aerob dan Denitrifikasi dengan Media Isian Batu Belerang dan Batu Kapur
55
BPPT melakukan penelitian terhadap leachate yang dihasilkan oleh TPA Bantar
Gebang, Jakarta, dan TPA Bangli, Denpasar. Khusus untuk TPA Bangli, BPPT
melakukan penelitian terhadap kinerja pilot plant IPL Bangli. Kriteria perencanaan yang
digunakan untuk pilot plant IPL ini adalah sebagai berikut.
56
Tabel 31. Hasil Pengujian Kualitas Leachate
57
Hasil pengujian terhadap kualitas pengolahan leachate yang ditampilkan dalam Tabel
31 di atas menunjukkan bahwa penelitian yang dilakukan oleh BPPT mampu
menurunkan kandungan amonia dan nitrat di dalam leachate. Namun perlu
diperhatikan bahwa walaupun kandungan amonia dan nitrit berhasil diturunkan,
pengolahan dengan metode ini belum berhasil menurunkan kandungan paramater-
parameter lain sehingga memenuhi baku mutu. Oleh karena itu diperlukan penelitian
lebih lanjut untuk menghasilkan sistem pengolahan yang tidak hanya dapat
menurunkan kandungan amonia dan nitrat, namun juga dapat menurunkan kandungan
parameter-parameter lainnya.
58