Anda di halaman 1dari 8

PETA KONSEP

Asumsi
Asumsi tentang sifat manusia, asumsi tentang Tujuan
keorganisasian, dan asumsi tentang informasi.
Teori Korporasi Klasik Meningkatkan kemampuan
Teori Korporasi Modern individu
Mengevaluasi hasil dari
Teori Post-Modern
Konsep pengambilan keputusan

Dalam Praktik
Aplikasi pada Akuntansi
perusahaan

TEORI Untuk memotivasi agen maka


KEAGENAN principal merancang suatu
kontrak agar dapat
mengakomodasi kepentingan
pihak-pihak yang terlibat
dalam kontrak keagenan.
Masalah Konflik
Keagenan

1.Moral Hazard
2.(permasalahan yang muncul Pemegang Saham & Kreditur
jika agen tidak melaksanakan
hal-hal yang telah disepakati (kreditur lebih memperhatikan
bersama dalam kontrak kerja) kemampuan perusahaan untuk
membayar kembali utangnya, dan
pemegang saham lebih memperhatikan
1.Adverse Selection kemampuan perusahaan untuk
memperoleh kembalian yang besar
2.(suatu keadaan dimana principal
tidak dapat mengetahui apakah dengan melakukan investasi pada
suatu keputusan yang diambil oleh proyek-proyek yang berisiko)
agen benar-benar didasarkan atas
informasi yang telah diperolehnya,
atau terjadi sebagai sebuah kelalaian
dalam tugas) Pemegang Saham & Pihak
Manajemen
pemegang saham lebih menyukai
Cara Mengatasi Masalah investasi yang berisiko tinggi yang
juga menghasilkan return tinggi,
Meningkatkan kepemilikan saham oleh manajemen (insider sementara manajemen lebih memilih
ownership). investasi dengan risiko yang lebih
Meningkatkan rasio dividen terhadap laba bersih (earning rendah
after tax)
Meningkatkan sumber pendanaan melalui utang
Kepemilikan saham oleh Institusi (institutional holdings)

1
PEMBAHASAN

A. KONSEP TEORI KEAGENAN


Teori keagenan merupakan bidang yang paling populer akhir-akhir ini. Teori keagenan
Jensen dan Meckling (1976), mendefinisikan teori keagenan sebagai hubungan antara agen
(manajemen suatu usaha) dan principal (pemilik usaha). Di dalam hubungan keagenan terdapat
suatu kontrak dimana satu orang atau lebih (principal) memerintah orang lain (agen) untuk
melakukan suatu jasa atas nama principal dan memberi wewenang kepada agen untuk
membuat keputusan yang terbaik bagi principal.
Adapun tujuan dari teori keagenan ini, diantaranya:
1. Meningkatkan kemampuan individu (baik principal maupun agen) dalam mengevaluasi
lingkungan dimana keputusan harus diambil.
2. Mengevaluasi hasil dari keputusan yang telah diambil guna mempermudah
pengalokasian hasil antara principal dan agen sesuai dengan kontrak kerja.
Menurut Eisenhard (1989), teori keagenan dilandasi oleh tiga buah asumsi, diantaranya:
1. Asumsi tentang sifat manusia, asumsi ini menekankan bahwa manusia memiliki sifat untuk
mementingkan diri sendiri (self interest), memiliki keterbatasan rasionalitas (bounded
rationality), dan tidak menyukai risiko (risk aversion).
2. Ausmsi tentang keorganisasian, adanya konflik antaranggota organisasi, efisiensi sebagai
kriteria produktivitas, dan adanya asimetri informasi antara principal dan agen.
3. Asumsi tentang informasi, bahwa informasi dipandang sebagai barang komoditi yang bisa
diperjualbelikan.
Baik principal maupun agen, keduanya mempunyai bargaining position. Principal
sebagai pemilik modal mempunyai hak akses pada informasi internal perusahaan, sedangkan
agen yang menjalankan operasional perusahaan mempunyai informasi tentang operasi dan
kinerja perusahaan secara riil dan menyeluruh, namun agen tidak mempunyai wewenang
mutlak dalam pengambilan keputusan, terlebih lagi keputusan yang bersifat strategis, jangka
panjang dan global. Hal ini disebabkan untuk keputusan-keputusan tersebut tetap menjadi
wewenang dari principal selaku pemilik perusahaan.

B. TEORI KEAGENAN DALAM PRAKTIK AKUNTANSI


Teori keagenan memberikan peranan penting bagi akuntansi terutama dalam
menyediakan informasi setelah suatu kejadian yang disebut sebagai peranan pasca keputusan.
Peranan ini sering diasosiasikan dengan peran pengurusan (stewardship) akuntansi, dimana
2
seorang agen melapor kepada principal tentang kejadian-kejadian dimasa lalu. Inilah yang
memberi akuntansi nilai umpan baliknya selain nilai prediktifnya. Dimana, nilai umpan balik
menjelaskan bahwa informasi juga mempunyai peran penting dalam menguatkan atau
mengoreksi harapan-harapan sebelumnya. Informasi mengenai hasil dari suatu keputusan
seringkali merupakan masukan kunci dalam pengambilan keputusan berikutnya. Akuntansi
idealnya menyediakan jasa yang sama bagi investor, dengan memungkinkan mereka untuk
menyesuaikan strategi investasi mereka sepanjang waktu.
Untuk memotivasi agen maka principal merancang suatu kontrak agar dapat
mengakomodasi kepentingan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak keagenan.
Kontrak yang efisien adalah kontrak yang memenuhi dua faktor, yaitu:
1. Agen dan pincipal memiliki informasi yang simetris artinya baik agen maupun majikan
memiliki kualitas dan jumlah informasi yang sama sehingga tidak terdapat informasi
tersembunyi yang dapat digunakan untuk keuntungan dirinya sendiri.
2. Risiko yang dipikul agen berkaitan dengan imbal jasanya adalah kecil yang berarti
agen mempunyai kepastian yang tinggi mengenai imbalan yang diterimanya.
Agen sebagai pengendali perusahaan pasti memiliki informasi yang lebih baik dan lebih
banyak dibandingkan dengan principal. Di samping itu, karena verifikasi sangat sulit
dilakukan, maka tindakan agen pun sangat sulit untuk diamati. Dengan demikian, membuka
peluang agen untuk memaksimalkan kepentingannya sendiri dengan melakukan tindakan yang
tidak semestinya atau sering disebut disfunctional behaviour, dimana tindakan ini dapat
merugikan principal, baik memanfaatkan aset perusahaan untuk kepentingan pribadi, maupun
perekayasaan kinerja perusahaan.

C. KONFLIK ANTARA PEMEGANG SAHAM DENGAN KREDITUR


Kreditur memiliki klaim atas sebagian dari arus kas perusahaan untuk pembayaran
bunga dan pokok utang. Mereka memiliki klaim atas aset perusahaan saat perusahaan
mengalami kebangkrutan. Pada saat perusahaan mengalami kebangkrutan, keputusan harus
segera diambil untuk mengatasi kondisi tersebut, yaitu apakah akan melikuidasi perusahaan
dengan menjual seluruh aset atau melakukan reorganisasi. Manajemen perlu segera bertindak
dan khususnya manajer memilih reorganisasi dengan tujuan mempertahankan pekerjaannya.
Keputusan manajer ini tentu saja berdampak pada pemegang saham atau kreditur atau kedua
belah pihak tersebut.
Pada umumnya, kreditur menghendaki likuidasi perusahaan sehingga mereka dapat
segera menarik dananya dengan cepat, tetapi manajemen menginginkan perusahaan tetap eksis
3
sehingga mereka memilih mereorganisasi perusahaan. Pada saat bersamaan, pemegang saham
kemungkinan mencoba mencari pengganti manajer lama yang mau dibayar lebih rendah
meskipun proses tersebut membutuhkan waktu yang lama.
Selain itu, kreditur lebih memperhatikan kemampuan perusahaan untuk membayar
kembali utangnya, dan pemegang saham lebih memperhatikan kemampuan perusahaan untuk
memperoleh kembalian yang besar dengan melakukan investasi pada proyek-proyek yang
berisiko. Apabila pelaksanaan proyek yang berisiko itu berhasil maka kreditur tidak dapat
menikmati keberhasilan tersebut, tetapi apabila proyek mengalami kegagalan, kreditur
mungkin akan menderita kerugian akibat dari ketidakmampuan pemegang saham untuk
memenuhi kewajibannya. Untuk mengantisipasi kemungkinan rugi, maka kreditur melakukan
pembatasan penggunaan hutang oleh manajer. Salah satu bentuk pembatasannya adalah dengan
membatasi jumlah penggunaan hutang untuk investasi dalam proyek baru.

D. KONFLIK ANTARA PEMEGANG SAHAM DENGAN PIHAK MANAJEMEN


Dalam suatu perusahaan, konflik kepentingan antara principal dengan agen salah
satunya dapat timbul karena adanya kelebihan aliran kas (excess cash flow). Ini menyebabkan
perbedaan kepentingan karena pemegang saham lebih menyukai investasi yang berisiko tinggi
yang juga menghasilkan return tinggi, sementara manajemen lebih memilih investasi dengan
risiko yang lebih rendah.
Potensi konflik keagenan muncul setiap kali manajer perusahaan memiliki kurang dari
seratus persen dari saham biasa perusahaan. Jika suatu perusahaan merupakan kepemilikan
tunggal yang dikelola oleh pemilik, manajer-pemilik akan melakukan tindakan untuk
memaksimalkan kesejahteraan sendiri. Manajer-pemilik mungkin akan mengukur utilitas oleh
kekayaan pribadi, tetapi mungkin memikirkan pertimbangan lainnya terhadap kekayaan
pribadi. Jika pemilik-manajer meninggalkan sebagian kepemilikannya dengan menjual
sebagian saham perusahaan kepada investor luar, maka akan muncul potensi konflik
kepentingan atau konflik keagenan. Untuk mengurangi masalah moral, seperti mengambil
untung semata, dimana agen mengambil tindakan untuk kepentingan pribadi, pemegang saham
harus menanggung biaya agen.

E. APLIKASI TEORI KEAGENAN PADA PENGELOLAAN PERUSAHAAN


Konsep pemisahan antara kepemilikan (ownership) para pemegang saham dan
pengelolaan (management) para agen dalam perusahaan telah menjadi kajian sejak tahun 1930-
an. Manajemen perusahaan publik yang besar biasanya bukan pemilik. Bahkan sebagaian besar
4
manjemen puncak hanya memiliki saham nominal dalam peerusahaan yang mereka kelola. Bila
dilihat dari perkembangan teori perusahaan dan hubungannya dengan kebutuhan Good
Coorperate Governance (GCG), dari perspektif Agency Theory, tabel di bawah ini menunjukan
perkembangan akan kebutuhan GCG pada teori korporasi klaasik.modern, dan post-modern.
TEORI KORPORASI TEORI KORPORASI TEORI KORPORASI
KLASIK MODERN POST-MODERN
KARAKTERISTIK: KARAKTERISTIK: KARAKTERISTIK:
1. Perusahaan dengan single 1. Perusahaan dengan 1. Perusahaan dengan
majority shreholders. banyak pemegang saham, banyak pemegang
2. Principal merangkap namun masih ada saham, dan tidak ada
sebagai agen. kepemilikan mayoritas. kepemilikan mayoritas.
3. Keseimbangan 2. Fungsi principal dan agen 2. Sulit untuk
kepentingan antara mulai terpisah. mengidentifikasi the true
principal dan agen tidak 3. Meskipun pemilik principal.
penting. mayoritas masih memiliki 3. Principal umumnya
otoritas yang besaar, tidak atau kurang
kepentingan pemegang memahami bisnis.
saham minoritas sudah 4. Agen memiliki pengaruh
diperhatikan. yang besar dalam
menjalankan perusahaan.
5. Terjadi
ketidakseimbangan
kepentingan (conflict of
interest).
IMPLIKASI: IMPLIKASI: IMPLIKASI:
Aspek Good Corporate Aspek Good Corporate Aspek Good Corporate
Governance tidak diperlukan. Governance mulai Governance sangat
diperlukan. diperlukan.
Perkembangan Teori Korporasi dan Implikasinya terhadap Good Coorperate
Governance
Dalam uraian diatas tentang Agency Theory, disebutkan bahwa adanya perilaku dari
manager/agen untuk bertindak hanya untuk menguntungkan dirinya sendiri dengan
mengorbankan kepentingan pihak lain/pemilik, dapat terjadi karena manjer mempunyai

5
informasi yang lengkap mengenai perusahaan, sedangkan informasi tersebut tidak dimilki oleh
pemilik perusahaan (dalam hal ini timbul Asymmetric Information atau AI). Adanya
asymmetric information dan self serving behavior pada manager/agen, memungkinkan mereka
untuk mengambil keputusaan dan kebijakan yang kurang bermanfaat bagi perusahaan. Adanya
kondisi ini menimbulkan tata kelola perusahaan yang kurang sehat karena tidak adanya
keterbukaan dari manajemen untuk mengungkapkan hasil kinerjanya kepada principal sebagai
pemilik perusahaan. Agency Theory menganalisis dan mencari solusi atas dua permasalahan
yang muncul dalam hubungan antara para principal (pemilik/pemegang saham) dan agen
(manajemen).

F. MASALAH KEAGENAN
Masalah keagenan potensial terjadi apabila bagian kepemilikan manajer atas saham
perusahaan kurang dari seratus persen (Masdupi, 2005). Dengan proporsi kepemilikan yang
hanya sebagian dari perusahaan membuat manajer cenderung bertindak untuk kepentingan
pribadi dan bukan untuk memaksimumkan perusahaan. Untuk mencapai kepentingannya
sendiri, manajemen bisa bertindak menggunakan akuntansi sebagai alat untuk melakukan
Perbedaan kepentingan antara principal dan agen atau yang disebut Agency Problem
ini, salah satunya disebabkan oleh adanya Asimmetric Information. Asimmetric Information
(AI), yaitu informasi yang tidak seimbang yang disebabkan karena adanya distribusi informasi
yang tidak sama antara principal dan agen. Akibat adanya informasi yang tidak seimbang
(asimetri) ini, dapat menimbulkan dua permasalahan yang disebabkan adanya kesulitan
principal untuk memonitor dan melakukan kontrol terhadap tindakan-tindakan agen. Jensen
dan Meckling (1976) menyatakan permasalahan tersebut antara lain:
1. Moral Hazard
Moral Hazard merupakan permasalahan yang muncul jika agen tidak melaksanakan hal-
hal yang telah disepakati bersama dalam kontrak kerja.
2. Adverse Selection
Adverse Selection merupakan suatu keadaan dimana principal tidak dapat mengetahui
apakah suatu keputusan yang diambil oleh agen benar-benar didasarkan atas informasi
yang telah diperolehnya, atau terjadi sebagai sebuah kelalaian dalam tugas.
Adanya agency problem di atas, menimbulkan biaya keagenan (agency cost). Biaya
keagenan didefinisikan sebagai biaya yang ditanggung oleh pemegang saham untuk
mendorong manajer dalam memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham daripada
berperilaku mementingkan diri sendiri.
6
G. CARA MENGHADAPI MASALAH KEAGENAN
Dalam rangka memotivasi para manajer dan pemegang saham agar berperilaku dalam
sikap yang memajukan tujuan perusahaan, langkah berikut ini dapat memberikan rekomendasi
kepada dewan direksi, diantaranya:
1. Penilaian terhadap kinerja manajer dibuat dengan kontrak yang jelas sehingga
memotivasi agen bekerja dengan kepentingan terbaik principal.
2. Principal memberikan pilihan rencana insentif jangka pendek dan jangka panjang dan
agen diberikan keleluasan dengan batasan yang menguntungkan kepentingan para
pemegang saham.
Menurut Bathala et al, (1994) terdapat beberapa cara yang digunakan untuk mengurangi
konflik kepentingan, diantaranya:
1. Meningkatkan kepemilikan saham oleh manajemen (insider ownership). Menurut teori
keagenan, konflik antara principal dan agen dapat dikurangi dengan mensejajarkan
kepentingan antara principal dan agen. Kehadiran kepemilikan saham oleh manajerial
(insider ownership) dapat digunakan untuk mengurangi agency cost yang berpotensi
timbul, karena dengan memiliki saham perusahaan diharapkan manajer merasakan
langsung manfaat dari setiap keputusan yang diambilnya.
2. Meningkatkan rasio dividen terhadap laba bersih (earning after tax).
3. Meningkatkan sumber pendanaan melalui utang. Adanya utang akan dapat
mengendalikan penggunaan free cash flow secara berlebihan oleh manajer karena
perusahaan harus melakukan pembayaran atas bunga dan pokok pinjaman secara
periodik serta mematuhi ketentuan pada perjanjian utang.
4. Kepemilikan saham oleh Institusi (institutional holdings). Adanya kepemilikan saham
oleh investor institusional seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan
kepemilikan oleh institusi lain akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih
optimal terhadap kinerja manajemen.

7
KESIMPULAN

Di dalam hubungan keagenan terdapat suatu kontrak dimana satu orang atau lebih
(principal) memerintah orang lain (agen) untuk melakukan suatu jasa atas nama principal dan
memberi wewenang kepada agen untuk membuat keputusan yang terbaik bagi principal. Teori
keagenan memberikan peranan penting bagi akuntansi terutama dalam menyediakan informasi
setelah suatu kejadian yang disebut sebagai peranan pasca keputusan. Peranan ini sering
diasosiasikan dengan peran pengurusan (stewardship) akuntansi, dimana seorang agen melapor
kepada principal tentang kejadian-kejadian dimasa lalu.
Dalam suatu perusahaan, konflik kepentingan antara principal dengan agen salah
satunya dapat timbul karena adanya kelebihan aliran kas (excess cash flow). Ini menyebabkan
perbedaan kepentingan karena pemegang saham lebih menyukai investasi yang berisiko tinggi
yang juga menghasilkan return tinggi, sementara manajemen lebih memilih investasi dengan
risiko yang lebih rendah. Perbedaan kepentingan antara principal dan agen atau yang disebut
Agency Problem ini, salah satunya disebabkan oleh adanya Asimmetric Information. Beberapa
cara yang digunakan untuk mengurangi konflik kepentingan, diantaranya: meningkatkan
kepemilikan saham oleh manajemen (insider ownership); meningkatkan rasio dividen terhadap
laba bersih (earning after tax); meningkatkan sumber pendanaan melalui utang; dan adanya
kepemilikan saham oleh Institusi (institutional holdings).

Anda mungkin juga menyukai