Anda di halaman 1dari 6

Kompetensi Dasar : Menjelaskan konfigurasi elektron dan pola

konfigurasi elektron terluar untuk setiap

golongan dalam tabel periodik.

Indikator : Menentukan konfigurasi elektron per-

subkulit

Konfigurasi Elektron Per-subkulit

Kongurasi elektron menggambarkan penataan/susunan elektron

dalam atom. Dalam menentukan konfigurasi elektron suatu atom, ada 3

aturan yang harus dipakai, yaitu : Aturan Aufbau, Aturan Pauli, dan

Aturan Hund.

1. Aturan Aufbau

Pengisian orbital dimulai dari tingkat energi yang rendah ke

tingkat energi yang tinggi. Besarnya tingkat energi dari suatu subkulit

dapat diketahui dari bilangan kuantum utama (n) dan bilangan kuantum

azimuth ( l ) dari orbital tersebut. Orbital dengan harga (n + l) lebih

besar mempunyai tingkat energi yang lebih besar. Jika harga (n + l)

sama, maka orbital yang harga n-nya lebih besar mempunyai tingkat

energi yang lebih besar.


Urutan energi dari yang paling rendah ke yang paling tinggi

sebagaimana digaram yang dibuat oleh Mnemonik Moeler adalah sebagai

berikut:

1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6


5s2 4d10 5p6 6s2 4f14 5d10 6p6 7s2 5f14 6d10 7p6

Beberapa konfigurasi unsur gas mulia :

[10Ne] : 1s2 2s2 2p6

[18Ar] : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6

[36Kr] : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d104p6 dst. Nya

Contoh konfigurasi elektron dengan singkatan konfigurasi elektron gas


mulia :

11 Na : [10Ne] 3s1

16 S : [10Ne] 3s2 3p4

26 Fe : [18Ar] 4s2 3d6

2. Aturan Pauli (Eksklusi Pauli)

Aturan ini dikemukakan oleh Wolfgang Pauli pada tahun 1926.

Yang menyatakan Tidak boleh terdapat dua elektron dalam satu atom

dengan empat bilangan kuantum yang sama. Orbital yang sama akan

mempunyai bilangan kuantum n, l, m, yang sama tetapi yang membedakan


hanya bilangan kuantum spin (s). Dengan demikian, setiap orbital hanya

dapat berisi 2 elektron dengan spin (arah putar) yang berlawanan. Jadi,

satu orbital dapat ditempati maksimum oleh dua elektron, karena jika

elektron ketiga dimasukkan maka akan memiliki spin yang sama dengan

salah satu elektron sebelumnya.

Contoh :

Pada orbital 1s, akan ditempati oleh 2 elektron, yaitu :

Elektron Pertama n=1, l=0, m=0, s= +

Elektron Kedua n=1, l=0, m=0, s=

(Hal ini membuktikan bahwa walaupun kedua elektron


mempunyai n,l dan m yang sama tetapi mempunyai spin yang
berbeda)

3. Aturan Hund

Aturan ini dikemukakan oleh Friedrick Hund Tahun 1930. yang

menyatakan elektron-elektron dalam orbital-orbital suatu subkulit

cenderung untuk tidak berpasangan. Elektron-elektron baru

berpasangan apabila pada subkulit itu sudah tidak ada lagi orbital

kosong. Untuk menyatakan distribusi elektron-elektron pada orbital-

orbital dalam suatu subkulit, konfigurasi elektron dituliskan dalam

bentuk diagram orbital.

Suatu orbital digambarkan dalam bentuk kotak, sedangkan

elektron yang menghuni orbital digambarkan dengan dua anak panah

yang berlawanan arah. Jika orbital hanya mengandung satu elektron,

maka anak panah yang ditulis mengarah ke atas. Dalam menerapkan

aturan hund, maka kita harus menuliskan arah panah ke atas terlebih
dahulu pada semua kotak, baru kemudian diikuti dengan arah panah ke

bawah jika masihterdapat elektron sisanya.

Contoh penerapan aturan Hund

Gambarlah orbital N (Z=7) sesuai dengan aturan Hund dan Aufbau.

Jawab:

N (Z=7) : 1s2 2s2 2p3

Suatu atom memiliki konfigurasi stabil ketika ia berada di dalam

keadaan ground state, yaitu kondisi dimana elektron-elektron dari suatu

atom memiliki tingkat energi yang terendah. Kestabilan juga ditentukan

oleh penuh tidaknya orbital suatu atom.

Orbital s penuh

Orbital p penuh

Orbital d penuh

Orbital s setengah

penuh

Orbital p setengah

penuh

Orbital d setengah

penuh
Perhatikan tabel berikut.

Unsur Konfigurasi Normal Konfigurasi Menyimpang

24Cr [Ar] 4s2 3d4 [Ar] 4s1 3d5

29Cu [Ar] 4s2 3d9 [Ar] 4s1 3d10

46Pd [Kr] 5s2 4d8 [Kr] 4d10

47Ag [Kr] 5s2 4d9 [Kr] 5s2 4d10

Faktanya, konfigurasi menyimpang dari atom-atom tersebut

adalah lebih stabil dibandingkan konfigurasi normalnya. Hal tersebut

dibuktikan dari gambaran spektrum gelombangnya.


Daftar Pustaka

Ari, H, dan Ruminten. 2009. Kimia 1 untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta : Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Purba, Michael. 2006. Kimia Untuk SMA kelas X. Jakarta : Erlangga

Anda mungkin juga menyukai