Anda di halaman 1dari 27

Konfigurasi elektron

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Orbital-orbital molekul dan atom elektron

Dalam fisika atom dan kimia kuantum, konfigurasi elektron adalah susunan elektron-
elektron pada sebuah atom, molekul, atau struktur fisik lainnya.[1] Sama seperti partikel
elementer lainnya, elektron patuh pada hukum mekanika kuantum dan menampilkan sifat-sifat
bak-partikel maupun bak-gelombang. Secara formal, keadaan kuantum elektron tertentu
ditentukan oleh fungsi gelombangnya, yaitu sebuah fungsi ruang dan waktu yang bernilai
kompleks. Menurut interpretasi mekanika kuantum Copenhagen, posisi sebuah elektron tidak
bisa ditentukan kecuali setelah adanya aksi pengukuran yang menyebabkannya untuk bisa
dideteksi. Probabilitas aksi pengukuran akan mendeteksi sebuah elektron pada titik tertentu
pada ruang adalah proporsional terhadap kuadrat nilai absolut fungsi gelombang pada titik
tersebut.
Elektron-elektron dapat berpindah dari satu aras energi ke aras energi yang lainnya dengan
emisi atau absorpsi kuantum energi dalam bentuk foton. Oleh karena asas larangan Pauli, tidak
boleh ada lebih dari dua elektron yang dapat menempati sebuah orbital atom, sehingga elektron
hanya akan meloncat dari satu orbital ke orbital yang lainnya hanya jika terdapat kekosongan di
dalamnya.
Pengetahuan atas konfigurasi elektron atom-atom sangat berguna dalam membantu
pemahaman struktur tabel periodik unsur-unsur. Konsep ini juga berguna dalam
menjelaskan ikatan kimia yang menjaga atom-atom tetap bersama.

Daftar isi
[sembunyikan]

1Kelopak dan subkelopak


2Notasi
3Sejarah
4Asas Aufbau
o 4.1Tabel periodik
o 4.2Kelemahan asas Aufbau
o 4.3Ionisasi logam transisi
o 4.4Pengecualian kaidah Madelung lainnya
5Lihat pula
6Catatan kaki
7Referensi
8Pranala luar
Kelopak dan subkelopak[sunting | sunting sumber]
Lihat pula: Kelopak elektron
Konfigurasi elektron yang pertama kali dipikirkan adalah berdasarkan pada model atom model
Bohr. Adalah umum membicarakan kelopak maupun subkelopak walaupun sudah terdapat
kemajuan dalam pemahaman sifat-sifat mekanika kuantum elektron. Berdasarkan asas larangan
Pauli, sebuah orbital hanya dapat menampung maksimal dua elektron. Namun pada kasus-
kasus tertentu, terdapat beberapa orbital yang memiliki aras energi yang sama (dikatakan
berdegenerasi), dan orbital-orbital ini dihitung bersama dalam konfigurasi elektron.
Kelopak elektron merupakan sekumpulan orbital-orbital atom yang memiliki bilangan kuantum
utama n yang sama, sehingga orbital 3s, orbital-orbital 3p, dan orbital-orbital 3d semuanya
merupakan bagian dari kelopak ketiga. Sebuah kelopak elektron dapat menampung 2n2 elektron;
kelopak pertama dapat menampung 2 elektron, kelopak kedua 8 elektron, dan kelopak ketiga 18
elektron, demikian seterusnya.
Subkelopak elektron merupakan sekelompok orbital-orbital yang mempunyai label orbital yang
sama, yakni yang memiliki nilai n dan l yang sama. Sehingga tiga orbital 2p membentuk satu
subkelopak, yang dapat menampung enam elektron. Jumlah elektron yang dapat ditampung
pada sebuah subkelopak berjumlah 2(2l+1); sehingga subkelopak "s" dapat menampung 2
elektron, subkelopak "p" 6 elektron, subkelopak "d" 10 elektron, dan subkelopak "f" 14 elektron.
Jumlah elektron yang dapat menduduki setiap kelopak dan subkelopak berasal dari persamaan
mekanika kuantum,[n 1] terutama asas larangan Pauli yang menyatakan bahwa tidak ada dua
elektron dalam satu atom yang bisa mempunyai nilai yang sama pada keempat bilangan
kuantumnya.[2]

Notasi[sunting | sunting sumber]


Lihat pula: Orbital atom
Para fisikawan dan kimiawan menggunakan notasi standar untuk mendeskripsikan konfigurasi-
konfigurasi elektron atom dan molekul. Untuk atom, notasinya terdiri dari untaian label orbital
atom (misalnya 1s, 3d, 4f) dengan jumlah elektron dituliskan pada setiap orbital (atau
sekelompok orbital yang mempunyai label yang sama). Sebagai contoh, hidrogen mempunyai
satu elektron pada orbital s kelopak pertama, sehingga konfigurasinya ditulis sebagai
1s1. Litium mempunyai dua elektron pada subkelopak 1s dan satu elektron pada subkelopak 2s,
sehingga konfigurasi elektronnya ditulis sebagai 1s2 2s1. Fosfor (bilangan atom 15) mempunyai
konfigurasi elektron : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p3.
Untuk atom dengan banyak elektron, notasi ini akan menjadi sangat panjang, sehingga notasi
yang disingkat sering digunakan. Konfigurasi elektron fosfor, misalnya, berbeda
dari neon (1s2 2s2 2p6) hanya pada keberadaan kelopak ketiga. Sehingga konfigurasi elektron
neon dapat digunakan untuk menyingkat konfigurasi elektron fosfor. Konfigurasi elektron fosfor
kemudian dapat ditulis: [Ne] 3s2 3p3. Konvensi ini sangat berguna karena elektron-elektron pada
kelopak terluar sajalah yang paling menentukan sifat-sifat kimiawi sebuah unsur.
Urutan penulisan orbital tidaklah tetap, beberapa sumber mengelompokkan semua orbital
dengan nilai n yang sama bersama, sedangkan sumber lainnya mengikuti urutan berdasarkan
asas Aufbau. Sehingga konfigurasi Besi dapat ditulis sebagai [Ar] 3d6 4s2 ataupun
[Ar] 4s2 3d6 (mengikuti asas Aufbau).
Adalah umum untuk menemukan label-label orbital "s", "p", "d", "f" ditulis miring, walaupaun
IUPAC merekomendasikan penulisan normal. Pemilihan huruf "s", "p", "d", "f" berasal dari sistem
lama dalam mengkategorikan garis spektra, yakni "sharp", "principal", "diffuse", dan
"fundamental". Setelah "f", label selanjutnya diikuti secara alfabetis, yakni "g", "h", "i", ...dst,
walaupun orbital-orbital ini belum ditemukan.
Konfigurasi elektron molekul ditulis dengan cara yang sama, kecuali bahwa label orbital
molekullah yang digunakan, dan bukannya label orbital atom.
Sejarah[sunting | sunting sumber]
Niels Bohr adalah orang yang pertama kali (1923) mengajukan bahwa periodisitas pada sifat-
sifat unsur kimia dapat dijelaskan oleh struktur elektronik atom tersebut.[3]Pengajuannya
didasarkan pada model atom Bohr, yang mana kelopak-kelopak elektronnya merupakan orbit
dengan jarak yang tetap dari inti atom. Konfigurasi awal Bohr berbeda dengan konfigurasi yang
sekarang digunakan: sulfur berkonfigurasi 2.4.4.6 daripada 1s2 2s2 2p6 3s2 3p4.
Satu tahun kemudian, E. C. Stoner memasukkan bilangan kuantum ketiga Sommerfeld ke dalam
deskripsi kelopak elektron, dan dengan benar memprediksi struktur kelopak sulfur sebagai
2.8.6.[4] Walaupun demikian, baik sistem Bohr maupun sistem Stoner tidak dapat menjelaskan
dengan baik perubahan spektra atom dalam medan magnet (efek Zeeman).
Bohr sadar akan kekurangan ini (dan yang lainnya), dan menulis surat kepada
temannya Wolfgang Pauli untuk meminta bantuannya menyelamatkan teori kuantum (sistem
yang sekarang dikenal sebagai "teori kuantum lama"). Pauli menyadari bahwa efek Zeeman
haruslah hanya diakibatkan oleh elektron-elektron terluar atom. Ia juga dapat menghasilkan
kembali struktur kelopak Stoner, namun dengan struktur subkelopak yang benar dengan
pemasukan sebuah bilangan kuantum keempat dan asas larangannya(1925):[5]
It should be forbidden for more than one electron with the same value of the main quantum
number n to have the same value for the other three quantum numbers k [l], j [ml] and m [ms].
Adalah tidak diperbolehkan untuk lebih dari satu elektron dengan nilai bilangan kuantum
utama n yang sama memiliki nilai tiga bilangan kuantum k [l], j [ml] dan m [ms] yang sama.
Persamaan Schrdinger yang dipublikasikan tahun 1926 menghasilkan tiga dari empat bilangan
kuantum sebagai konsekuensi penyelesainnya untuk atom hidrogen:[n 1]penyelesaian ini
menghasilkan orbital-orbital atom yang dapat kita temukan dalam buku-buku teks kimia. Kajian
spektra atom mengizinkan konfigurasi elektron atom untuk dapat ditentukan secara eksperimen,
yang pada akhirnya menghasilkan kaidah empiris (dikenal sebagai kaidah Madelung (1936)[6])
untuk urutan orbital atom mana yang terlebih dahulu diisi elektron.

Asas Aufbau[sunting | sunting sumber]


Asas Aufbau (berasal dari Bahasa Jerman Aufbau yang berarti "membangun, konstruksi")
adalah bagian penting dalam konsep konfigurasi elektron awal Bohr. Ia dapat dinyatakan
sebagai:[7]
Terdapat maksimal dua elektron yang dapat diisi ke dalam orbital dengan urutan
peningkatan energi orbital: orbital berenergi terendah diisi terlebih dahulu sebelum
elektron diletakkan ke orbital berenergi lebih tinggi.

Urutan pengisian orbital-orbital atom mengikuti arah panah.

Asas ini bekerja dengan baik (untuk keadaan dasar atom-atom) untuk 18 unsur pertama; ia
akan menjadi semakin kurang tepat untuk 100 unsur sisanya. Bentuk modern asas Aufbau
menjelaskan urutan energi orbital berdasarkan kaidah Madelung, pertama kali dinyatakan
oleh Erwin Madelung pada tahun 1936.[6][n 2]

1. Orbital diisi dengan urutan peningkatan n+l;


2. Apabila terdapat dua orbital dengan nilai n+l yang sama, maka orbital yang
pertama diisi adalah orbital dengan nilai n yang paling rendah.
Sehingga, menurut kaidah ini, urutan pengisian orbital adalah sebagai berikut:
1s 2s 2p 3s 3p 4s 3d 4p 5s 4d 5p 6s 4f 5d 6p 7s 5f 6d 7p
Asas Aufbau dapat diterapkan, dalam bentuk yang dimodifikasi,
ke proton dan neutron dalam inti atom.
Tabel periodik[sunting | sunting sumber]

Tabel konfigurasi elektron

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Tabel periodik


Bentuk tabel periodik berhubungan dekat dengan konfigurasi elektron atom unsur-
unsur. Sebagai contoh, semua unsur golongan 2 memiliki konfigurasi elektron
[E] ns2 (dengan [E] adalah konfigurasi gas inert), dan memiliki kemiripan dalam sifat-
sifat kimia. Kelopak elektron terluar atom sering dirujuk sebagai "kelopak valensi"
dan menentukan sifat-sifat kimia suatu unsur. Perlu diingat bahwa kemiripan dalam
sifat-sifat kimia telah diketahui satu abad sebelumnya, sebelum pemikiran
konfigurasi elektron ada.[n 3]
Kelemahan asas Aufbau[sunting | sunting sumber]
Asas Aufbau begantung pada postulat dasar bahwa urutan energi orbital adalah
tetap, baik untuk suatu unsur atau di antara unsur-unsur yang berbeda. Ia
menganggap orbital-orbital atom sebagai "kotak-kotak" energi tetap yang mana
dapat diletakkan dua elektron. Namun, energi elektron dalam orbital atom
bergantung pada energi keseluruhan elektron dalam atom (atau ion, molekul, dsb).
Tidak ada "penyelesaian satu elektron" untuk sebuah sistem dengan elektron lebih
dari satu, sebaliknya yang ada hanya sekelompok penyelesaian banyak elektron,
yang tidak dapat dihitung secara eksak[n 4] (walaupun terdapat pendekatan
matematika yang dapat dilakukan, seperti metode Hartree-Fock).
Ionisasi logam transisi[sunting | sunting sumber]
Aplikasi asas Aufbau yang terlalu dipaksakan kemudan
menghasilkan paradoks dalam kimia logam transisi. Kalium dan kalsium muncul
dalam tabel periodik sebelum logam transisi, dan memiliki konfigurasi elektron
[Ar] 4s1 dan [Ar] 4s2 (orbital 4s diisi terlebih dahulu sebelum orbital 3d). Hal ini
sesuai dengan kaidah Madelung, karena orbital 4s memiliki nilai n+l = 4 (n = 4, l =
0), sedangkan orbital 3d n+l = 5 (n = 3, l = 2).
Namun kromium dan tembaga memiliki konfigurasi elektron [Ar] 3d5 4s1 dan
[Ar] 3d10 4s1 (satu elektron melewati pengisian orbital 4s ke orbital 3d untuk
menghasilkan subkelopak yang terisi setengah). Dalam kasus ini, penjelasan yang
diberikan adalah "subkelopak yang terisi setengah ataupun terisi penuh adalah
susunan elektron yang stabil".
Paradoks akan muncul ketika elektron dilepaskan dari atom logam transisi,
membentuk ion. Elektron yang pertama kali diionisasikan bukan berasal dari orbital
3d, melainkan dari 4s. Hal yang sama juga terjadi ketika senyawa kimia
terbentuk. Kromium heksakarbonil dapat dijelaskan sebagai atom kromium (bukan
ion karena keadaan oksidasinya 0) yang dikelilingi enam ligan karbon monoksida; ia
bersifat diamagnetik dan konfigurasi atom pusat kromium adalah 3d6, yang berarti
bahwa orbital 4s pada atom bebas telah bepindah ke orbital 3d ketika bersenyawa.
Pergantian elektron antara 4s dan 3d ini dapat ditemukan secara universal pada
deret pertama logam-logam transisi.[n 5]
Fenomena ini akan menjadi paradoks hanya ketika diasumsikan bahwa energi
orbital atom adalah tetap dan tidak dipengaruhi oleh keberadaan elektron pada
orbital-orbital lainnya. Jika begitu, maka orbital 3d akan memiliki energi yang sama
dengan orbital 3p, seperti pada hidrogen. Namun hal ini jelas-jelas tidak demikian.
Pengecualian kaidah Madelung lainnya[sunting | sunting sumber]
Terdapat beberapa pengecualian kaidah Madelung lainnya untuk unsur-unsur yang
lebih berat, dan akan semakin sulit untuk menggunakan penjelasan yang sederhana
mengenai pengecualian ini. Adalah mungkin untuk memprediksikan kebanyakan
pengecualian ini menggunakan perhitungan Hartree-Fock,[8] yang merupakan
metode pendekatan dengan melibatkan efek elektron lainnya pada energi orbital.
Untuk unsur-unsur yang lebih berat, diperlukan juga keterlibatan efek relativitas
khusus terhadap energi orbital atom, karena elektron-elektron pada kelopak dalam
bergerak dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya. Secara umun, efek-efek
relativistik ini[9] cenderung menurunkan energi orbital s terhadap orbital atom
lainnya.[10]
Periode 5 Periode 6 Periode 7

Unsur Z Konfigurasi elektron Unsur Z Konfigurasi elektron Unsur Z Konfigurasi elektron

Itrium 39 [Kr] 5s2 4d1 Lantanum 57 [Xe] 6s2 5d1 Aktinium 89 [Rn] 7s2 6d1

Serium 58 [Xe] 6s2 4f1 5d1 Torium 90 [Rn] 7s2 6d2

Praseodimium 59 [Xe] 6s2 4f3 Protaktinium 91 [Rn] 7s2 5f2 6d1

Neodimium 60 [Xe] 6s2 4f4 Uranium 92 [Rn] 7s2 5f3 6d1

Prometium 61 [Xe] 6s2 4f5 Neptunium 93 [Rn] 7s2 5f4 6d1

Samarium 62 [Xe] 6s2 4f6 Plutonium 94 [Rn] 7s2 5f6

Europium 63 [Xe] 6s2 4f7 Amerisium 95 [Rn] 7s2 5f7

Gadolinium 64 [Xe] 6s2 4f7 5d1 Kurium 96 [Rn] 7s2 5f7 6d1

Terbium 65 [Xe] 6s2 4f9 Berkelium 97 [Rn] 7s2 5f9


Zirkonium 40 [Kr] 5s2 4d2 Hafnium 72 [Xe] 6s2 4f14 5d2

Niobium 41 [Kr] 5s1 4d4 Tantalum 73 [Xe] 6s2 4f14 5d3

Molibdenum 42 [Kr] 5s1 4d5 Tungsten 74 [Xe] 6s2 4f14 5d4

Teknesium 43 [Kr] 5s2 4d5 Renium 75 [Xe] 6s2 4f14 5d5

Rutenium 44 [Kr] 5s1 4d7 Osmium 76 [Xe] 6s2 4f14 5d6

Rodium 45 [Kr] 5s1 4d8 Iridium 77 [Xe] 6s2 4f14 5d7

Paladium 46 [Kr] 4d10 Platinum 78 [Xe] 6s1 4f14 5d9

Perak 47 [Kr] 5s1 4d10 Emas 79 [Xe] 6s1 4f14 5d10

Kadmium 48 [Kr] 5s2 4d10 Raksa 80 [Xe] 6s2 4f14 5d10

Indium 49 [Kr] 5s2 4d10 5p1 Talium 81 [Xe] 6s2 4f14 5d10 6p1
Selamat datang di softilmu, blog sederhana yang berbagi ilmu pengetahuan dengan
penuh keikhlasan. Kali ini kami akan berbagi ilmu tentang KONFIGURASI
ELEKTRON, beberapa topik utamanya adalah Pengertian Konfigurasi
Elektron, Sejarah Konfigurasi Elektron, Konfigurasi Elektron Berdasarkan Kulit
Atom, Elektron Valensi, Peraturan Untuk Menentukan Konfigurasi Elektron, Cara
Penulisan Konfigurasi Elektron, Konfigurasi Elektron Ion, dan Hubungan
Konfigurasi elektron dengan Sistem Periodik Unsur.

Elektron mengorbit pada tingkat energi tertentu disebut kulit. Kulit elektron
adalah sekelompok orbital dengan tingkat energi sama. Selain adanya kulit,
terdapat juga sub kulit yang merupakan sekelompok orbita-orbital yang sempunyai
label orbital yang sama, yaitu yang memiliki nilai n dan l yang sama. Sehingga tiga
orbital 2p membentuk subkulit. Pemodelan ini dibuat oleh Neils Bohr yang
merupakan orang pertama mengusulkan perioditas dalam tabel periodik dan dapat
dijabarkan dengan struktur elektron dalam atom.

KONFIGURASI ELEKTRON

Lalu, setelah penjelasan diatas, apa itu konfigurasi elektron?


A. PENGERTIAN KONFIGURASI ELEKTRON
Konfigurasi elektron merupakan susunan elektron-elektron pada sebuah atom,
molekul dan struktur fisik lainnya. Sama seperti partikel elementer lainnya,
elektron mengikuti hukum mekenika kuantum dan menampilkan sifat-sifat partikel
maupun gelombang.

Pengetahuan atas konfigurasi elektron atom-atom sangat berguna dalam


membantu pemahaman struktur tabel periodik unsur-unsur. Konsep ini juga beguna
dalam menjelaskan ikatan kimia yang menjaga atom-atom tetap bersama.
Artikel Penunjang : Pengertian dan Jenis Jenis Ikatan Kimia
TABEL PERIODIK

B. SEJARAH KONFIGURASI ELEKTRON


Awalnya, Neils Bohr mengajukan model atom Bohr yang mana kulit-kulit
elektronnya berbentuk orbit dengan jarak yang tetap dari inti atom. Konfigurasi
awal Bohr berbeda dengan yang sekarang ini digunakan : misalnya sulfur
berkonfigurasi 2.4.4.6 daripada 1s2 2s2 2p2 dst.

Stu tahun kemudian, E.C Stoner memasukkan bilangan kuantum ketiga ke dalam
deskripsi kulit elektron dan dengan benar memprediksi struktur sulfur sebagai
2.8.6. Tetapi baik Bohr maupun Stoner tidak dapat menjelaskan dengan baik
perubahan spektra atom dan medan magnet.

Lalu, dengan meminta bantuan Wolfgang Pauli, yang menyadari bahwa efek
Zeeman diakibatkan oleh elektron terluar atom. Ia juga dapat menghasilkan
kembali struktur kulit stoner yang benar dengan pemasukan sebuah bilangan
kuantum keempat.

Persamaan lainnya yaitu Schodinger menghasilkan tiga dari empat bilangan


kuantum sebagai konsekuensi penyelesaian untuk atom Hidrogen. Penyelesaian ini
menghasilkan orbital-orbital atom yang dapat kita temukan dalm buku-buku teks
kimia. Kajian spektra atom dapat ditentukan secara eksperimen yang pada
akhirnya menghasilkan kaidah empiris untuk urutan orbital atom mana yang
terlebih dahulu diisi elektron.

C. KONFIGURASI ELEKTRON BERDASARKAN KULIT ATOM


Konfigurasi elektron di setiap kulit atom dapat terisi elektron maksimum 2n 2,
dimana n adalah urutan kulit atom.

Jika n = 1 maka 2n2 sama dengan 2 elektron


Jika n = 2 maka 2n2 sama dengan 8 elektron
Jika n = 3 maka 2n2 sama dengan 18 elektron
Jika n = 4 maka 2n2 sama dengan 32 elektron

Setiap kulit memiliki lambang dimana K sama dengan kulit pertama dekat dengan
inti atom, L setelahnya, M setelah L, dan N setelah M. Banyaknya kulit yang terisi
elektron menunjukkan periode. Elektron disusun sedemikian rupa pada masing-
masing kulit dan diisi maksimum sesuai daya tampung kulitnya. Jika masih ada sisa
elektron yang tidak bisa lagi ditampung pada kulit tersebut maka diletakkan pada
kulit selanjutnya.

PENGISIAN KONFIGURASI ATOM PADA ATOM GOLONGAN UTAMA

Tabel diatas adalah pengisian konfigurasi elektron pada atom golongan utama.

D. ELEKTRON VALENSI
Elektron yang berperan dalam reaksi pembentukan ikatan kimia dan dalam reaksi
kimia adalah elktron terluar atau elektron valensi. Jumlah elktron valensi
ditentukan berdasarkan elektron yang terdapat pada kulit terakhir dari konfigurasi
elektron atom tersebut. Unsur yang memiliki jumlah elektron valensi yang sama
akan memiliki sifat kimia yang sama pula.

ELEKTRON VALENSI
Tabel diatas adalah tabel penentuan jumlah elektron valensi sekaligus hubungan
konfigurasi elektron dan elektron valensi.

E. PERATURAN UNTUK MENENTUKAN KONFIGURASI ELEKTRON


Dalam penentuan konfigurasi sebuah atom, tidak bisa kita dengan mudahnya
melakukannya tanpa mengetahui aturan-aturannya. Ada 3 aturan yang harus
diperhitungkan yaitu asas aufbau, larangan pauli dan kaidah hund.

1. Asas Aufbau
Menurut aasas ini, elektron dalam atom sebisa mungkin memiliki energi terendah.
Pengisian elektron pada orbital selalu dimulai dari orbital 1s atau tingkat energi
terendah. Jika orbitas 1s sudah penuh, elektron akan masuk ke dalam orbital 2s,
demikian seterusnya.

Besarnya tingkat orbital bergantung pada harga bilangan kuantum utama (n) dan
bilangan kuantum azimuth (l). Orbital dengan harga n+ l lebih besar mempunyai
tingkat energi lebih besar. Bila harga n+ l sama maka orbital yang mempunyai
harga n lebih besar mempunyai energi yang lebih besar.
Urutan tingkat energi dalam pengisian elektron sebagai berikut .

PENGISIAN ELEKTRON

2. Larangan Pauli
Asas larangan pauli menyebutkan tidak mungkin dalam sebuah atom ada dua
elektron dengan harga keempat bilangan kuantum yang sama. Maksudnya, dalam
sebuah atom, dua buah elektron mungkin memiliki harga n, l, dan ml yang sama,
tetapi harga snya pasti berbeda. Jadi, larangan pauli menjelaskan suatu orbital
maksimum yang hanya dapat ditempati dua elektron yang arah spinnya
berlawanan. Subkulit s mempunyai 1 orbital, elektron maksimalnya 2.

Subkulit p memiliki 3 orbital dan elektron maksimumnya 6


Subkulit p memiliki 5 orbital dan elektron maksimumnya 10
Subkulit p memiliki 7 orbital dan elektron maksimumnya 14
Jumlah maksimum elektron pada kulit ke n = 2n2.

3. Kaidah Hund
Pada pengisian orbital-orbital yang berenergi sama maka elektron akan menempati
orbital secara sendiri-sendiri dengan spin yang paralel kemudian baru berpasangan.
Keadaan ennergi terendah adalah yang memiliki elektron tak berpasangan yang
paling banyak.

Contohnya pada subkulit p dengan l = 1 dan ml = +1,0,-1 maka elektron


maksimumnya 6. Urutan pengisian elektron dalam orbital sebagai berikut.

URUTAN PENGISINA ELEKTRON DALAM ORBITAL

Contoh konfigurasi elektron unsur C (Z = 6)


Pengisiannya sebagai berikut : 2 elektron menempati orbital subkulit 1s berikutnya
2 elektron menempati 2s dan sisanya 2 elektron menempati orbital-orbital 2p
secara paralel.

CONTOH KONFIGURASI ELEKTRON UNSUR

F. CARA PENULISAN KONFIGURASI ELEKTRON


1. Dua cara penulisan urutan subkulit
Subkulit ditulis berdasarkan urutan tingkat energinya
Contoh :

Subkulit ditulis sesuai urutan nomor kulit yang sama kemudian untuk kulit
berikutnya lebih tinggi
Contoh :
2. Penyingkatan menggunakan konfigurasi elektron gas mulia terdekat
Contoh :

Gas mulia terdekat sebelumnya adalah

Maka konfigurasinya dapat disingkat

Beberapa contoh lainnya :

3. Orbital penuh dan setengah penuh


Berdasarkan percobaan dapat ditunjukkan bahwa orbital yang terisi penuh atau
setengah penuh merupakan struktur yang relatif lebih stabil. Ada beberapa
penyimpangan pengisian elektron berdasarkan atauran aufbau dengan berdasarkan
percobaan.
ORBITA PENUH DAN SETENGAH PENUH

Hal tersebut terjadi karena orbital setengah penuh (d 5) dan penuh (d10) lebih stabil.

G. KONFIGURASI ELEKTRON ION


Ion positif terbentuk dari atom netral dengan melepas elktron pada kulit
terluarnya.
Penulisannya :
Ion positip Lx+ yang artinya melepaskan elektron sebanyak x
Ion negatip Ay- yang artinya menangkap elektron sebanyak y

Ion negatif terbentuk dari atom netral dengan menarik elektron untuk mengisi
orbit dari subkulit terluar yang belum penuh.
Contoh:

H. HUBUNGAN KONFIGURASI ELEKTRON DENGAN SISTEM PERIODIK UNSUR


Konfigurasi elektron dengan sistem periodek unsur selalu berkesinambungan satu
sama lainnya. Dari konfigurasi elektron suatu aton dapat diperkirakan letak unsur
dalam tabel periodiknya. Konfigurasi sesungguhnya harus ditentukan dengan
percobaan.
HUBUNGAN KONFIGURASI ELEKTRON DENGAN SISTEM PERIODIK UNSUR

Percobaan bisa dilakukan dengan penentuan elektron valensi yang menunjukkan


periode unsur dalam tabel periodik. Penentuan golongan bisa dilihat dari elktron
terakhir yang mengisi subkulit. Contohnya elektron yang mengisi subkulit s pada sp
terletak pada gol IA atau IIA, elektron yang mengisi subkulit p pada sp terletak
pada gol IIIA sampai dengan VIIIA, jika elektron terakhir mengisi sub kulit d pada s
terletak pada gol B.

Nah itulah pembahasan kita pada artikel kali ini Tentang Konfigurasi Elektron.
Mudah mudah dapat bermanfaat. Apabila masih ada yang belum dimengerti,
silahkan sahabat mengisikannya di kotak komentar di bawah. Terimakasih telah
berkunjung di softilmu, jangan lupa like, follow, dan komentarnya ya
Konfigurasi Elektron (Artikel Lengkap)
Konfigurasi elektron adalah susunan atau distribusi elektron-elektron pada sebuah atom
atau molekul. Susunannya mengikuti aturan khusus. Aturan tersebut antara lain prinsip
aufbau, kaidah hund, dan larangan pauli. Menurut hukum mekanika kuantum, untuk sistem
yang hanya memiliki satu elektron, elektronnya dapat berpindah dari satu konfigurasi ke
konfigurasi lain dalam bentuk foton. Konfigurasi elektron menunjukkan jumlah elektron pada
setiap sublevel. Sublevel pertama adalah 1s, kemudian 2s, 2p, 3s, 3p, dan seterusnya.
Masing-masing elektron dapat berpindah dengan sendirinya di dalam sebuah orbital. Salah
satu contoh konfigurasi elektron adalah atom neon dengan konfigurasi 1s2 2s2 2p6.
Pengetahuan tentang konfigurasi elektron di setiap atom sangat berguna untuk memahami
struktur tabel periodik. Konsep konfigurasi elektron ini juga berguna untuk menjelaskan
konsep ikatan kimia, sifat laser, dan semikonduktor.

1. Kulit dan Subkulit dalam Konfigurasi


Elektron
Konfigurasi elektron didasari oleh model atom Bohr dan masih digunakan untuk
menjabarkan kulit dan subkulit selain pemahaman mekanika kuantum yang lebih kompleks.

Sebuah kulit elektron adalah beberapa subkulit yang berbagi bilangan kuantum yang sama
yaitu n (nomor sebelum angka dalam sebuah orbital). Sebuah atom dengan kulit ke-n dapat
berisi 2n2 elektron. Misalnya, kulit pertama dapat berisi 2 elektron, kulit kedua dapat berisi
hingga 8 elektron, dan kulit ketiga 18 elektron. Faktor yang membuatnya selalu genap
adalah karena subkulit dapat menjadi dua bergantung pada putaran elektronnya. Setiap
orbital dapat dimasuki sampai dua elektron dengan putaran yang berlawanan, satu dengan
putaran +1/2 (biasanya dilambangkan dengan tanda panah ke atas) dan satu dengan
putaran 1/2 (dilambangkan dengan tanda panah ke bawah).

Subkulit adalah sebuah tempat di dalam kulit yang berisi bilangan azimuth yaitu . Nilai dari
(0, 1, 2, atau 3) sesuai dengan masing-masing label s, p, d, dan f. Jumlah maksimum
elektron yang bisa ditempatkan di sebuah subkulit dirumuskan sebagai 2(2+1). Pada
subkulit s maksimum 2, 6 elektron pada subkulit p, 10 pada subkulit d, dan 14 pada subkulit
f.

Jumlah elektron yang dapat mengisi setiap kulit dan masing-masing subkulit muncul dari
perhitungan mekanika kuantum, tertama prinsip larangan Pauli, dimana tidak ada dua
elektron di satu atom yang memiliki nilai bilangan kuantum yang sama.

2. Notasi Konfigurasi Elektron


Ahli fisika dan ahli kimia menggunakan notasi standar untuk mengetahui konfigurasi elektron
dari sebuah atom dan molekul. Untuk atom, notasinya terdiri dari urutan orbital atom
(contoh: untuk fospor urutannya adalah 1s, 2s, 2p, 3s, 3p) dengan nomor elektron mengisi
masing-masing orbital dalam format superscript. Contoh, hidrogen memiliki satu elektron
dalam orbital s kulit pertama, jadi konfigurasinya ditulis 1s1. Litium memiliki dua elektron di
subkulit 1s dan satu elektron di subkulit 2s sehingga konfigurasi elektronnya ditulis
1s2 2s1 (dibaca satu-s-dua, dua-s-satu). Fosfor dengan nomor atom 15 memiliki konfigurasi
elektron 1s2 2s2 2p63s2 3p3. Konfigurasi elektron pada molekul ditulis dengan cara yang
sama.

Superscript 1 pada notasi tidak wajib dicantumkan. Umumnya hurup orbital (s, p, d, f)
dicetak miring meskipun IUPAC (International Union of Pure and Applied Chemistry
merekomendasikan huruf normal. Huruf yang dicetak miring saat ini digunakan untuk
mewakili salah satu kategori garis spektrum seperti sharp, principal, diffuse, dan
fundamental (atau fine).
2.1. Penyingkatan Konfigurasi Elektron

Untuk atom dengan banyak elektron, notasi ini dapat menjadi sangat panjang. Maka dari itu,
diperlukan sebuah singkatan untuk mewakili notasi tertentu. Gas mulia (2 He, 10 Ne, 18 Ar,
36 Kr, 54 Xe, dan 86 Rn) bisa digunakan untuk mewakili notasi tertentu. Misalnya fosfor
yang salah satu bagian notasinya diwakili oleh neon (1s2 2s2 2p6) sehingga menjadi [Ne]
3s2 3p3. Kaidah ini sangat berguna untuk membantu memahami konfigurasi elektron yang
panjang.

2.2. Aturan Penuh Setengah Penuh

Sifat ini berhubungan erat dengan hibridisasi elektron. Aturan ini menyatakan bahwa suatu
elektron mempunyai kecenderungan untuk berpindah orbital apabila dapat membentuk
susunan elektron yang lebih stabil. Untuk konfigurasi elektron yang berakhir pada sub kulit
d berlaku aturan penuh dan setengah penuh. Contohnya adalah sebagai berikut:

24Cr = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d4 menjadi 24Cr = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s1 3d5

Dari contoh diatas terlihat apabila 4s diisi 2 elektron maka 3d kurang satu elektron untuk
menjadi setengah penuh. Maka elektron dari 4s akan berpindah ke 3d.

2.3. Konfigurasi Elektron Ion

Unsur yang mengalami ionisasi akan mengalami perubahan jumlah elektron. Misalnya
adalah besi (Fe) yang mempunyai nomor atom 26 dan mempunyai konfigurasi elektron [Ar]
3d64s2. Jika Fe terionisasi menjadi Fe2+, maka elektron Fe berkurang 2 dari jumlah asal.
Sehingga konfigurasi Fe2+ adalah [Ar] 3d6. Ingat, jika sebuah atom mengalami ionisasi maka
yang berkurang adalah elektron valensi (elektron terluar).

3. Energi dalam Konfigurasi Elektron


Energi dikaitkan dengan elektron dalam orbital. Energi dalam sebuah konfigurasi sering
mendekati jumlah energi di setiap elektron dengan mengabaikan interaksi antar elektron.
Konfigurasi yang memiliki energi terendah disebut keadaan dasar (ground state).
Sedangkan konfigurasi lainnya disebut keadaan tereksitasi (excited state).

Sebagai contoh, keadaan dasar konfigurasi atom sodium adalah 1s2 2s2 2p6 3s, yang berasal
dari prinsip Aufbau. Keadaan tereksitasi pertama diperoleh dengan menukar elektron 3s
menjadi 3p sehingga menjadi 1s2 2s2 2p6 3p yang dapat disingkat menjadi level 3p. Atom
dapat berpindah dari satu konfigurasi ke konfigurasi lain dengan menyerap atau melepaskan
energi.

4. Sejarah Konfigurasi Elektron


Niels Bohr (1923) adalah orang pertama yang mengusulkan bahwa perioditas dalam tabel
periodik dapat dijabarkan dengan struktur elektron dalam atom. Usul tersebut didasari oleh
model atom Bohr miliknya dimana kulit elektron memiliki orbit dengan jarak tertentu dari
nukleus (inti atom). Konfigurasi awal Bohr terlihat aneh dalam ilmu kimia masa kini: misalnya
sulfur memiliki konfigurasi 2.4.4.6 sedangkan yang sekarang adalah
1s2 2s2 2p6 3s2 3p4(2.8.6).

Beberapa tahun kemudian, E. C. Stoner bersama Sommerfield berhasil menjabarkan kulit


elektron dan secara tepat memprediksi struktur kulit sulfur adalah 2.8.6. Namun, tidak ada
sistem baik milik Bohr maupun Stoner dapat menjabarkan dengan benar perubahan
spektrum atom dalam zona magnetik (efek Zeeman).

Bohr sangat menyadari kekurangan prinsipnya tersebut. Ia menulis surat untuk temannya
Wolfgang Pauli untuk meminta bantuannya untuk menjaga teori kuantumnya (sistem yang
kini dikenal sebagai teori kuantum lama). Pauli menyadari bahwa efek Zeeman hanya
berlaku pada elektron terluar dari atom dan dapat mereproduksi struktur kulit Stoner.

Persamaan Schrdinger yang dipublikasikan pada tahun 1926 memberikan tiga dari empat
bilangan kuantum sebagai kesimpulan langsung dari penyelesaiannya terhadap atom
hidrogen. Penyelesaiannya tersebut merupakan hasil dari orbital atom yang saat ini
diajarkan di textbook kimia.

5. Prinsip Aufbau dan dan Aturan


Madelung dalam Konfigurasi Elektron
Prinsip Aufbau adalah bagian penting dari konsep Bohr tentang konfigurasi elektron. Istilah
Aufbau merupakan bahasa Jerman yang berarti konstruksi. Prinsip tersebut dinyatakan
sebagai:

Maksimal dua elektron dimasukkan ke dalam orbital untuk meningkatkan energi orbital:
energi terendah dalam orbital diisi sebelum elektron ditempatkan di energi tertinggi dalam
orbital.

Prinsip tersebut bekerja dengan sangat baik (dalam keadaan dasar atom) untuk 18 elemen
pertama, kemudian berkurang terhadap 100 elemen berikutnya. Bentuk modern dari prinsip
Aufbau menjelaskan urutan energi orbital yang diberikan oleh aturan Madelung. Aturan ini
pertama kali dinyatakan oleh Charles Janet pada tahun 1929, kemudian diteliti ulang oleh
Erwin Madelung pada tahun 1936, dan diberikan pembenaran teoritis oleh V.M.
Klechkowski. Bunyi aturan Madelung adalah sebagai berikut:

1. Orbital diisi untuk meningkatkan nilai n+l;


2. Dimana dua orbital memiliki nilai n+l yang sama.

Berikut adalah urutan orbital pada konfigurasi elektron:

1s, 2s, 2p, 3s, 3p, 4s, 3d, 4p, 5s, 4d, 5p, 6s, 4f, 5d, 6p, 7s, 5f, 6d, 7p, (8s, 5g, 6f, 7d, 8p, dan
9s)

Supaya lebih mudah diingat, berikut adalah ilustrasinya:

Orbital yang di dalam tanda kurung tidak berisi atom setelah atom dengan nomor atom
tertinggi yaitu Uuo = 118.

Prinsip Aufbau dapat diaplikasikan untuk memodifikasi susunan proton dan neutron di inti
atom bersama dengan model kulit dari fisika nuklir dan kimia nuklir.
6. Hubungan Konfigurasi Elektron
dengan Tabel Periodik

Bentuk dari tabel periodik berkaitan dengan konfigurasi elektron masing-masing atom yang
terdapat disana. Contohnya, semua golongan ke-2 tabel periodik memiliki konfigurasi
elektron [E] ns2 (dimana [E] merupakan konfigurasi gas mulia) dan memiliki kesamaan sifat
kimia. Umumnya, perioditas tabel periodik dalam blok tabel periodik bergantung pada jumlah
elektron yang diperlukan untuk mengisi subkulit s, p, d, dan f.

Kulit elektron terluar sering disebut elektron valensi dan menentukan sifat kimia. Harus
diingat bahwa kemiripan sifat kimia telah ada lebih dari satu abad sebelum teori konfigurasi
elektron. Belum jelas seberapa jauh aturan Madelung menjabarkan (bukan hanya
menjelaskan) tabel periodik. Meski beberapa sifat jelas berbeda dengan perbedaan urutan
pengisian orbital.

6.1. Menentukan Golongan dan Periode Tabel Periodik Suatu Unsur


dengan Konfigurasi Elektron

Konfigurasi elektron juga dapat digunakan untuk menentukan letak suatu unsur pada tabel
periodik. Periode suatu unsur sama dengan nomor kulit terbesarnya. Golongan suatu unsur
ditentukan dengan menggunakan tabel seperti dibawah.

Bila subkulit terakhirnya pada s atau p maka unsur tersebut termasuk golongan A (utama).
Sedangkan bila subkulit terakhirnya pada d maka unsur tersebut termasuk golongan B
(transisi).

Berikut adalah contoh menentukan golongan dan periode suatu unsur dengan konfigurasi
elektron:

24Cr = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s1 3d5


Berdasarkan konfigurasi elektron diatas, maka letak unsur adalah pada golongan VI B
periode 4.

7. Penyimpangan Konfigurasi Elektron


Berdasarkan eksperimen, terdapat penyimpangan konfigurasi elektron dalam pengisian
elektron. Penyimpangan pengisian elektron ditemui pada elektron yang terdapat pada orbital
subkulit d dan f.

7.1. Penyimpangan Konfigurasi Elektron pada Orbital d

Penyimpangan pada orbital subkulit d dikarenakan orbital yang setengah penuh (d5) atau
penuh (d10) bersifat lebih stabil dibandingkan dengan orbital yang hampir setengah penuh
(d4) atau hampir penuh (d8 atau d9). Dengan demikian, jika elektron terluar berakhir pada
d4, d8, atau d9, maka satu atau semua elektron pada orbital s pindah ke orbital d. Dibawah
ini adalah beberapa contoh penyimpangan orbital d.

7.2. Penyimpangan Konfigurasi Elektron pada Orbital f

Pada orbital f, sebagaimana dengan penyimpangan konfigurasi dalam orbital d, maka


konfigurasi elektron yang berakhir pada orbital f juga mengalami penyimpangan.
Penyimpangan disebabkan oleh tingkat energi orbital saling berdekatan dan hampir sama.
Penyimpangan ini berupa berpindahnya satu atau dua elektron dari orbital f ke orbital d.
Dibawah ini adalah beberapa contoh penyimpangan orbital f.

8. Konfigurasi Elektron dalam Molekul


Dalam molekul, konfigurasi elektronnya semakin rumit. Masing-masing molekul memiliki
struktur orbital yang berbeda. Orbital molekul ditandai berdasarkan simetrinya. Misalnya
O2ditulis 1g2 1u2 2g2 2u2 3g2 1u4 1g2, atau setara dengan
1g2 1u2 2g2 2u2 1u43g2 1g2. Istilah 1g2 mewakili dua elektron di dalam dua turunan
orbital ke-* (antibonding). Berdasarkan aturan Hund, elektron tersebut memiliki putaran
paralel dalam keadaan dasar, dan dioksigen memiliki momen magnetik (disebut
paramagnetik). Penjabaran dari paramagnetisme pada dioksigen adalah penemuan besar
dalam teori orbital molekul.

Konfigurasi elektron dari molekul poliatomik dapat berubah tanpa penyerapan atau
pelepasan foton melalui sambungan bergetar.

8.1. Konfigurasi Elektron dalam Padatan

Dalam padatan, elektron menjadi sangat banyak. Elektron tidak menjadi berlainan, dan
bercampur secara efektif menjadi rentang kemungkinan keadaan secara berkelanjutan
(disebut pita elektron). Gagasan tentang konfigurasi elektron menjadi tidak relevan dan
menghasilkan teori pita.

9. Aplikasi Konfigurasi Elektron


Penerapan konfigurasi elektron yang paling luas adalah dalam bidang rasionalisasi sifat
kimia, baik dalam kimia organik maupun kimia anorganik. Akibatnya, konfigurasi elektron
sepanjang teori orbital molekul menjadi perbandingan modern untuk konsep valensi yang
menjelaskan jumlah dan jenis ikatan kimia.

Pendekatan lebih lanjut juga diterapkan di kimia komputasi. Dimana digunakan untuk
membuat perkiraan kuantitatif terhadap sifat kimia. Selama beberapa tahun, perhitungan
mengandalkan perkiraan kombinasi linear orbital atom (LCAO), menggunakan basis set
orbital atom yang lebih besar dan lebih kompleks sebagai titik awal. Langkah berikutnya
adalah menghitung penempatan elektron di antara orbital-orbital molekul dengan
menggunakan prinsip Aufbau. Tidak semua metode penghitungan kimia mengandalkan
konfigurasi elektron. Misalnya teori tingkat fungsional (DFT).

Untuk atom atau molekul dengan lebih dari satu elektron, pergerakan elektron saling
berhubungan. Konfigurasi elektron dengan angka yang sangat besar diperlukan untuk
menjelaskan semua sistem multielektron, dan tidak ada energi yang dapat dikaitkan dengan
satu konfigurasi. Namun, fungsi gelombang elektron biasanya didominasi oleh konfigurasi
dalam jumlah yang sangat kecil dan gagasan konfigurasi elektron menjadi sangat esensial
untuk sistem multielektron.

Penerapan fundamental dari konfigurasi elektron adalah dalam interpretasi terhadap


spektrum atom. Dalam kasus ini, diperlukan untuk menambahkan konfigurasi elektron
dengan satu atau lebih istilah simbol yang menjelaskan perbedaan tingkat energi yang
terdapat dalam sebuah atom. Istilah simbol dapat dikalkulasikan untuk semua konfigurasi
elektron, tidak hanya konfigurasi keadaan dasar yang tertulis dalam tabel.
Konfigurasi Elektron Dan Cara Menuliskannya
Thursday, October 9th 2014. | kimia

Hello sobat, konfigrurasi elektron sebuah atom adalah gambaran dari tata letak elektron yang
terdistribusi di orbital sebuah atom. Umumnya, konfigurasi elektron digunakan untuk mendeskripsikan
orbital atom dalam keadaan normal. Namun demikian konfigurasi elektron juga bisa digunakan untuk
atom yang terionisasi menjadi kation dan anionnya. Asal sobat tahu sifat fisik dan kimia sebuah unsur
sangat erat kaitannya dengan konfigruasi unik elektronnya. Konfigurasi elektron menentukan
bagaimana dan berapa elektron valensi dari sebuah atom. Elektron valensi inilah yang berperan
besar membentuk sifat unik dari setiap unsur.
Sebelum kita menentukan konfigurasi elektron dalam orbital-orbitalnya yuk kita refresh sebentar
tentang konsep-konsep dasar yang diperlukan dalam konfigurasi elektron. Sobat ingat kembali bahwa
setiap unsur dalam tabel unsur periodik terdiri dari atom yang tersusun dari 3 komponen, proton,
elektron, dan neutron. Elektron adalah muatan negatif yang ditemukan mengelilingi inti atom. Elektron
mengelilingi inti atom menurut orbitalnya.
Apa itu Orbital Elektron?
Orbital atom adalah sebuah fungsi yang menggambarkan perilaku dari elektron. Orbital juga sering
disebut sebagai volume ruang atau ruang tiga dimensi dimana 95% kemungkinan elektron ditemukan
di ruang tiga dimensi tersebut (probabilitas 95%). Ada 4 jenis orbital yaitu orbital s, P, d, dan f.
Masing-masing orbital memiliki bentuk dan jumlah maksimum elektron yang berbeda-beda.
Selengkapnya bisa di baca di Apa itu Orbital Elektron?.
Konfigurasi elektron dari setiap unsur bersifat unik dan ini tercerminkan dalam letak unsur tersebut
dalam tabel periodik unsur. Tingkat energi (orbital) dari setiap elektron tergantung letak periode dan
jumlah elektron dalam atom unsur tersebut. Orbital yang sama tapi bisa memiliki tingka energi yang
berbeda. Misalnya orbital 1s dan 2s keduanya secara karakteristik (bentuk, sifat, dll) sama yaitu
orbital s tapi mereka berada pada tingkat energi yang berbeda, mereka menempati raung volume
yang berbeda. Setiap jenis orbital bisa mewakili blok-blok unsur dalam tabel periodik unsur.

Blok s adalah blok yang beranggotakan logam alkali termasuk helium (golongan 1 dan 2).
Blok d adalah bok logam transisi (golongan 3 sampai dengan golongan 12)
Blok p adalah blok unsur dari golongan (13 s.d. 18)
Blok f adalah kelompok lanthanida dan aktinida.
Jadi sobat bisa sangat terbantu untuk mengetahui konfigurasi elektron jika melihat tabel periodik
unsur. Akan tetapi selian dengan menggunakan SPU ada aturan-aturan khusus yang bisa sobat
pakai untuk menentukan konfigruasi elektron berikut orbitalnya.

Aturan Pengisian Orbital Elektron


Kedudukan Elektron
hal pertama yang harus sobat ingat bahwa elektron mengisi orbital mulai dari tingkat energi yang
paling rendah yaitu yang paling dekat dengan inti atom berlanjut ketingkat energi yang lebih tinggi
menjauhi inti atom. Urutan pengisian penuh orbital sebagai berikut

1s, 2s, 2 p, 3s, 3p, 4s, 3d, 4 p, 5s, 4d, 5p, 6s, 4f, 5 d, 6 p, 7s, 5f, 6 d, dan 7 p

Untuk lebih mudah mengingat pola orbital elektron tersebut sobat bisa menggunakan garis miring
berikut untukk menentukan subkulit yang berhubungan satu dengan lainnya.

Aturan Larangan Pauli


Aturan larangan pauli ini menyatakan bahwa tidak akan pernah ada dua elektron yang memiliki 4
bilangan kuantum yang sama. Apa itu bilangan kuantum bisa sobat baca di sini. Mungkin tiga
bilangan kuantum pertama (n,l, dan ml) masih bisa sama tapi bilangan quantumnya tetap tidak bisa
sama semua karena dalam satu kotak orbital tunggal dapat menampung hingga dua elektron yang
berputar saling berlawanan. Satu elektron berputar ke atas (ms = +1/2) dan elektron lain berputar ke
bawah (ms=-1/2). Dengan adanya larangan pauli ini maka masing-masing subkulit hanya memiliki 2
elektron dalam tiap orbitalnya.

Sub Kulit s memiliki 1 orbital yang bisa menampung 2 elektron.


Sub Kulit p memiliki 3 orbital yang bisa menampung 6 elektron
Sub Kulit d memiliki 5 orbital yang mampu menampung 10 elektron.
Sub Kulit f memiliki 7 orbital yang mempu menampung 14 elektron.
Contoh
Misalnya pada subkulit 1s, pada subkulit tersebut maksimal 2 elektron. Kedua elektron tersebut
memiliki bilangan kuantum kuantum utama, kuantum azimuth, dan kuantum magnetik yang sama
yaitu

Kuantum Utama (n) = 1


Kuantum Azimut (l) = 0
Kuantum Magnetik (m) = 0
Akan tetapi untuk bilangan kuantum spinnya akan berbeda. Satu elektron punya kuantum spin +1/2
dan satunya punya bilangan kuantum spin -1/2.

Aturan Hund
Aturan hund didasarkan pada data valin spektroskopi atom. Atruan ini mengikat bahwa:

Proses pengisian elektron ke dalam orbital pertama kali akan mengisi semua orbital dengan tingkat
energi yang sama terlebih dahulu sebelum memasangkan dengan elektron lain di orbital yang
setengah penuh.

Jadi tidak boleh mengisi langsung dua elektron pada satu orbital yang sama.

Contoh
Konfigurasi elektron pada unsur Nitrogen (Z=7) adalah 1s2 2s2 2p3 maka pengisian elektron pada
orbitalnya yang tepat adalah

Aturan Aufbau (Membangun)


Aufbau adalah kata dalam bahasa jerman Aufbauen yang punya makan membangun. Saat sobat
menulis bangunan konfigurasi elektron, sobat harus membangunnya atom by atom mulai dari tingkat
energi yang paling rendah (dekat dengan inti) ke tingkat energi yang lebih tinggi (jauh dari inti).

Misalnya kita akanmenuliskan konfigurasi elektron mulai dari unsur boron ke neon yang sama-sama
memiliki subkulit 2p
1. B (Z = 5) konfigurasinya 1s2 2s2 2p1

2. C (Z = 6) konfigurasinya 1s2 2s2 2p2

3. N (Z = 7) konfigurasinya 1s2 2s2 2p3

4. O (Z = 8) konfigurasinya 1s2 2s2 2p4

5. F (Z = 9) konfigurasinya 1s2 2s2 2p5

2 6
6. Ne (Z = 10) konfigurasinya 1s2 2s 2p
Pengecualian Aturan Aufbau
Meskipun aturan aufbau sudah menjelaskan bagaimana proses membangun konfigrasi elektron
secara akurat, namun faktanya ada pengecualian yang terjadi. Contohnya pada logam transisi dan
beberapa unsur logam berat. Elektron sudah lompat ke orbital yang lebih tinggi padahal orbital di
bawahnya belum penuh. Berikut diantaranya
Unsur Konfigurasi
5 1
Chromium [Ar] 3d 4s
1 4
Niobium [Kr] 5s 4d
1 5
Molybdenum [Kr] 5s 4d
1 7
Ruthenium [Kr] 5s 4d
1 8
Rhodium [Kr] 5s 4d
10
Palladium [Kr] 4d
1 10
Perak [Kr] 5s 4d
2 1 1
Cerium [Xe] 6s 4f 5d
2 7 1
Gadolinium [Xe] 6s 4f 5d
1 14 9
Platinum [Xe] 6s 4f 5d
1 14 10
Emas [Xe] 6s 4f 5d
2 1
Aktinium [Rn] 7s 6d
2 2
Thorium [Rn] 7s 6d
2 2 1
Protactium [Rn] 7s 5f 6d
2 3 1
Uranium [Rn] 7s 5f 6d
2 4 1
Neptunium [Rn] 7s 5f 6d
2 2 1
Curium [Rn] 7s 5f 6d
2 14 1
Lawrencium [Rn] 7s 5f 7p
Yuk sobat kita lanjut ke bagaimana cara menulis konfigurasi elektron dari sebuah atom

Cara Menuliskan Konfigurasi Elektron


Saat menulis konfigurasi elektron hal yang pertama kali sobat tulis adalah tingkat energi kemudian
subkulit dan terakhir jumlah elektron yang mengisinya (ditulis subscript). Ada tiga metode utama yang
dapat sobat pakai untuk menuliskan konfigurasi elektron yaitu

1. Cara Orbital Diagram


2. Notasi spdf
3. Notasi Gas Mulia
1. Diagram Orbital
Diagram orbital adalah cara visual untuk merekonstruksi konfigurasi dengan menunjukkan masing-
masing orbital secara terpisah berikut putaran elektronnya. Cara ini dilakukan dengan terlebih dahulu
menentukan subkulit (s, p, d, atau f) kemudian baru menuliskan elektron sesuai aturan-aturan yang
disebutkan di atas.

Contoh
Coba sobat tuliskan konfigurasi elektron dari alumunium?
Jika melihat ke tabel periodik unus alumunium berada di periode 3 dengan nomor atom 13. Ia berada
di blok p. Jadi konfigurasi elektronnya subkulit terakhirnya pasti 3p. Alumunium akan mengsisi penuh
orbital 1s, 2s, 2p, dan 3s sebanya 12 elektron (2+2+6+2). Jadi sisa 1 elektron akan mengisi sub kulit
3p.

2. Cara Notasi SPDF


Cara berikutnya untuk menuliskan konfigurasi elektron adalah menggunakan notasi spdf. Notasi spdf
ini adalah cara yang paling umum dan paling sering kita gunakan. Meskipun dengan cara ini kita tidak
memakai diagram tapi jumlah elektron untuk setiap tingka energi dituliskan dalam
2
angka subscript yang mengikuti tingkat energinya. Misalkan ada notasi spdf 1s ini menunjukkan
pada tingat energi 1s terisi penuh (2 elektron) dan merujuk pada konfigurai atom helium.
Contoh

Tuliskan konfigurasi unsur Seng (Z = 30)

Zinc adalah unsur yang berada di blok d maka konfigurai elektronnya jika dituliskan menggunakan
notasi spdf adalaah

2 2 6 2 6 2 10
1s 2s 2p 3s 3p 4s 3d
3. Notasi Gas Mulia
Gas mulia memiliki konfigurasi-konfigurasi elektron yang paling stabil dalam artian semua subkulit
mereka akan terus terisi penuh. Dengan demikian ia bisa digunakan sebagai alat bantu untuk
menuliskan konfigurasi elektron dengan notasi yang lebih pendek dan praktis dibandingkan dengan
notasi spdf. Cara menuliskannya adalah menuliskan lambang unsur gas mulia di dalam kurung siku
sebagai pengganti konfigurasi gas mulia tersebut diikuti dengan konfigurasi sisanya.

Contoh
Pada poin sebelumnya kita sudah mencari konfigurasi elektron dari unsur Zinc sebagai berikut:

2 2 6 2 6 2 10
1s 2s 2p 3s 3p 4s 3d
ternyata eh ternyata

2 2 6 2 6
1s 2s 2p 3s 3p adalah konfigurasi dari unsur Ar
Jadi sobat bisa menuliskan konfigurasi elektron dengan lebih pendek menjadi

2 10
[Ar] 4s 3d

Anda mungkin juga menyukai