Anda di halaman 1dari 13

Kalor adalah suatu bentuk energi yang diterima oleh suatu benda yang menyebabkan benda

tersebut berubah suhu atau bentuk wujudnya. Kalor berbeda dengan suhu, karena suhu adalah
ukuran dalam suatu derajat panas. Kalor merupakan suatu kuantitas atau jumlah panas balik yang
diserap maupun dilipaskan oleh suatu benda (Anonim, 2006).
Kalor, q dapat diartikan sebagai energy yang dipindahkan melalui batas-batas system, sebagian
besar akibat dari adanya perbedaan suhu antara system dan lingkungan. Menurut perjanjian, q
dihitung sebagai positif jika kalor masuk system dan negative jika kalor keluar system (Achmad,
2001; )
Kalor didefenisikan sebagai energy panas yang dimiliki oleh suatu zat. Secara umum untuk
mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda yaitu dengan mengukur suhu benda
tersebut. Jika suhunya tinggi, maka kalor yang dikandung oleh benda sangat besar, begitu juga
sebaliknya jika suhunya rendah, maka kalor yang dikandung sedikit (Anonim, 2008)
Kalor adalah jumlah energi yang dipindahkan dari suatu benda atau tubuh kepada benda lain akibat
suatu perbedaan suhu diantara mereka. Kalor (Q) dinyatakan dalam satuan energi dalam Joule (J)
menurut satuan SI. Kalor umumnya dinyatakan dalam satuan kalori (kal) yaitu suatu kalori adalah
jumlah kalor yang diperlukan untuk meningkatkan suhu 1 gram air sebanyak 1 K atau 1 oC suhu
kamar (293 K). Kapasitas kalor adalah jumlah energi kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu
sejumlah zat tertentu sebesar 1 K atau 1 oC. Jumlah kalor (Q) yang diperlukan untuk menaikkan suhu
suatu zat yang diketahui oleh dari sembarang suhu awal (Ti) sampai sembarang suhu akhir (Tf) dapat
ditentukan melalui pemahaman persamaan kalor :
Qkalor = m c T\
M adalah massa benda, C adalah kapasitas kaor spesifik dari zat tertentu dan T adalah perubahan
suhu. Panas juga merupakan salah satu bentuk energi dan perubahan bentuk akibat panas akan
sama dengan yang diakibatkan olehnya. Sebagaimana tarikan gravitasi, potensial listrik, panas juga
mengalir dari temperature yang lebih tinggi ke yang lebih rendah kecuali jika kerja dilakukan
terhadap system (Anonim, 2010).
Perubahan kalor yang terjadi pada reaksi kimia maupun proses fisik dapat diukur dengan suatu alat
yang disebut calorimeter. Setiap calorimeter memilki sifat khas dalam mengukur kalor. Ini terjadi
karena komponen-komponen alat calorimeter sendiri (wdah logam, pengaduk, dan thermometer)
menyerap kalor, sehingga tidak semua kalor yang terjadi terukur. Oleh karena itu, jumlah kalor yang
diserap oleh calorimeter, biasa juga disebut tetapan (kapasitas, k) perlu diketahui terlebih dahulu (
Tim Dosen Kimia Fisik, 2010: 2).
Alat paling penting unyuk mengukur u adalah calorimeter bamodiabatik. Perubahan keadaan yang
dapat berupa reaksi kimia berawal di dalam wadah yang bervolume tetap disebut bom. Bom
tersebut direndam dalam air berpengaduk dan keseluruhan alat itulah yang disebut calorimeter.
Calorimeter itu juga direndam dalam bak air luar. Temperature air dalam calorimeter dan di dalam
bak luar dipantau dan diatur sampai nilanya sama. Hal ini dilakukan untuk memastikan tidak ada
kalor yang hilang sedikitpun dari calorimeter ke lingkungannya (bak air). Sehingga calorimeter
tersebut adiabatic (Atkins, 1999; 99)
Penyerapan atau pelepasan kalor yang menyertai suatu reksi dapat diukur secara eksperimen.
Dikenal beberapa macam kalor reaksi, bergantung pada tipe reaksinya, diantaranya adalah kalor
netralisasi, kalor pembentukan, kalor penguraian dan kalor pembakaran ( Tim Dosen Kimia Fisik,
2010: 1).
Suatu proses dapat berlangsung pada volume tetap, kalor yang menyertai proses tersebut
merupakan perubahan energy dalam, sedangkan pada tekanan tetap adalah perubahan entalpi.
Eksperimen di laboratorium lebih banyak dilakukan pada tekanan tetep sehingga kalor yag dihasilkan
merupakan perubahn entalpi (Rahman, 2004).
Hubungan kedua bebesaran tersebut pada tekanan tetap dinyatakan dengan : H = U + PV
Dan untuk reksi yang berkaitan dengan perubahan jumlah mol gas dengan asumsi gas ideal
persamaan menjadi :
H = + RT
(Tim Dosen Kimia Fisik, 2010: 1 )
Menurut Anonim (2008), dari hasil percobaan yang sering dilakukan besar kecilnya kalor yang
dibutuhkan untuk benda (zat) bergantung pada 3 faktor, yaitu:
Massa zat
Jenis zat (kalor jenis)
Perubahan suhu
Sehingga secara metamatis dapat di rumuskan :
Q = m . c (t2 t1)
Dimana
Q adalah kalor yang dibutuhkan (J)
M adalah massa benda (kg)
C adalah kalo jenis (j/kgOC)
(t1-t2) adalah perubahan suhu (OC)
Kapasitas kalor adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu benda sebesar 1 OC
sedangkan kalor jenis adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 kg zat
sebesar 1 OC (Anonim, 2008)
Selain kalor reaksi, penyerapan atau pelepasan kalor dapat terjadi pada proses-proses fisik.
Diantaranya adalah pada proses pelarutan suatu zat di dalam pelarutnya, atau penambahan zat
terlarut ke dalam zat pelarut (Tim Dosen Kimia Fisik, 2010; 1).
Ada dua panas pelarutan yaitu panas pelarutan integral dan panas pelarutan deferensial. Panas
pelarutan integral didefenisikan sebagai perubahan entalpi jika suatu mol zat dilakukan dalam n mol
pelarut. Panas pelarutan diferensial didefenisikan sebagai perubahan antalpi jika suatu mol zat
terlarut dilarutkan dalam jumlah larutan tak terhingga, sehingga konsentrasinya tidak berubah
dalam penambahan 1 mol zat terlarut. Secara matematik didefenisikan sebagaimn d mH/dm , yaitu
perubahan panas diplot sebagai jumlah mol zat terlarut dan panas pelarutan diferensial dapat
diperoleh dengan mendapatkan kemiringan tergantung pada konsenterasi larutan (Dogra, 1984;
336-337).

Achmad, hiskia. 2001. Stoikiometri Energetika Kimia. Bandung : PT Citra Aditya Bakti.
Anonim. 2006. Pengertian/Definisi Kalor dan Teori Kalor Umum Dasar.
Http://organisasi.org/pengertian-definisi-kalor-dan-teori-kalor-umum-dasar-kuantitas-jumlah-
panas/ diakses pada 14 April 2010.
Anonim. 2010. Kalorimeter Larutan. http://id.wikipedia.org/wiki/kalorimeter/ diakses pada 13 April
2010.
Atkins, P.W. 1999. Kimia Fisik Edisi Keenam Jilid Keempat. Jakarta : Erlangga.
Dogra. 1990. Kimia Fisik dan Soal-Soal. Jakarta : UI-Press.
Rohman, Ijang. 2004. Kimia Fisik I. Malang : JICA.
Tim Dosen Kimia Fisik. 2010. Penuntun Praktikum Kimia Fisik 1. Makassar : Laboratorium Kimia,
FMIPA, UNM

mu yang mempelajari tentang suhu, kalor, dan perubahan-perubahan yang terjadi


akibat perubahan suhu dan kalor disebut termidinamika (Himaki Udayana, 2011).
Termodinamika merupakan bagian dari ilmu kimia yang mempelajari perubahan entalpi yang
menyertai suatu reaksi (Sugiarto, 2009). Kimia termo mempelajari perubahan panas yang
mengikuti reaksi kimia dan perubahan-perubahan fisika (pelarutan, peleburan dan
sebagainya). Untuk menentukan perubahan panas yang terjadi pada reaksi-reaksi kimia
dipakai kalorimeter (Sukardjo, 2002: 11).

Kalorimeter adalah suatu alat untuk mengukur kalor. Satuan dari kalor adalah kalori.
Satuan kalori ini didefinisikan sebagai kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan temperature
1 gram air sebesat 1+o+ C. ukuran atau derajat panas dinginnya suatu benda disebut suhu.
Benda yang panas memiliki suhu yang tinggi, sedangkan benda yang dingin memiliki suhu
yang rendah (Himali Udayana, 2011). Perubahan temperatur T dari kalori meter yang
dihasilkan dari reaksi sebanding dengan energy yang dibebaskan atau diserap sebagai kalor.
Oleh karena itu, dengan mengukur T kita dapat menentukan qu sehingga kita dapat
mengetahui U. konversi dari T menjadi qu tidak bisa lepas dari kapasitas kalor (dari
kalorimeter) (Atkins, 1999: 211). Untuk menentukan kalor jenis suatu zat dengan
kalorimeter, kita gunakan hokum ketentuan energy pada pertukaran kalor yang pertama kali
diukur oleh Joseph Black, seorang ilmuan Inggris. Oleh karena itu, hokum kekekalan
energipada pertukaran kalor disebut dengan asas Black. Bunyi asas Black adalah banyaknya
kalor yang diberikan sama dengan banyaknya kalor yang diterima. Dinyatakan dengan
persamaan sebagai berikut: Qdilepas = Qditerima (Himaki Udayana, 2011).

Kalorimeter sederhana adalah alat yang lebih sederhana dari kalorimeter bom dan
seting dijumpai di laboratorium sekolah. Alat ini sering disebut sebagai kalorimeter termos
atau kalorimeter gelap kpoi. Wadah seperti gelas kopi tersebut terbuat dari stirobusa untuk
tempat pereaksi. Prinsip penggunaannya sama dengan kalorimeter bom. Perubahan suhu
reaksi dan perkiraan kapasitas kalor dapat digunakan untuk memperkirakan kalor reaksi
dengan baik. Umumnya kapasitas kalor wadah reaksi diabaikan karena relative sangat5 kecil
(Rupiadi, 2001).
Atkins, P.W 1999. Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga.

Dogra, S.K dan S. Dogra. 2009. Kimia Fisik dan Soal-Soal. Jakarta: UI Press.

Himaki Udayana. 2011. Kalorimeter dan Kapasitas Kalor Jenis. http://himakiudayana.com.


Diakses pada tanggal 1 Mei 2012.

Rufianti, Etna. Penentuan Kalor Reaksi. http://skp.unair.ac.id. Diakses pada tanggal 1 Mei
2012.

Sugianto, Bambang. 2009. Entalpi dan Perubahan Entalpi. http://www.chemis-try.org.


Diakses pada tanggal 1 Mei 2012.

Sukardjo. 2002. Kimia Fisika. Jakarta: Rineka Cipta.

Tim Dosen Kimia Fisik. 2012. Penuntun Praktikum Kimia Fisik I. Makassar: Laboratorium
Kimia FMIPA UNM.

Termodinamika merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari hubungan antara panas
dan bentuk eenergi lain(kerja). Termodinamika sangat penting dalam kimia sebab dengan
menggunakan termodinamika kita dapat menduga apakah suatu reaksi akan berlangsung atau tidak,
dan apabila reaksi berlangsung, dapat dicari kondisi bagaimana yang dapat memaksimumkan
produk. Tetapi, termodinamika memiliki kelemahan yaitu tidak dapat digunakan untuk mengetahui
kecepatan reaksi yang berlangsung (Bird, 1987:22).
Kalor adalah suatu bentuk energi yang diterima oleh suatu benda yang menyebabkan benda
tersebut berubah suhu atau bentuk wujudnya. Kalor berbeda dengan suhu, karena suhu adalah
ukuran dalam suatu derajat panas. Kalor merupakan suatu kuantitas atau jumlah panas baik yang
diserap maupun yang dilepaskan oleh suatun benda. Kalor didefenisikan sebagai energi panas yang
dimiliki oleh suatu zat. Secara umum untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda
yaitu dengan mengukur suhu benda tersebut. Jika suhunya tinggi, maka kalor oleh benda sangat
besar, begitu juga sebaliknya, jika suhuny rendah, maka kalor yang dimilikinya sedikit (Naruti, 2010).
Kalor biasanya dilambangkan dengan q atau Q, merupakan suatu bentuk energi yang dapat
dipertukarkan oleh sistem dan lingkungan karena adanya perbedaan suhu. Penggunaan nilai kalor
yang dipertukarkan antara sistem dan lingkungan harus konsisten dengan suatu perjanjian.
Perjanjian Q bernilia positif apabila sitem menerima kalor dari lingkungan. Sebaliknya Q bernilai
negatif apabila sistem melepaskan kalor ke lingkungan. Perubahan kalor sistem yang terjadi diberi
tanda dQ, yang menadakan bahwa perubahan kalor bergantung pada jalannya sistemsehingga kalor
bukan merupakan fungsi keadaan. Jika sistem tidak mengalami pertukaran kalor, dQ=0, sisem ini
dinamakan sistem adiabatik. Kalor yang diserap oleh sistem untuk menaikkan suhuny sebesar satu
derajat disebut kapasitas kalor, biasanya dinyatakan dengan simbol C (Mulyani, 2004:41).
Karena satuan standar energi panas telah digunakan kalori selama bertahun-tahun, alat yang
digunakan untuk perubahan kalor selama reaksi kimia adalah kalorimeter. Teknik penggunaannya
dikembangkan oleh Lavosier dan ahli kimia lama lainnya dan telah diperbaiki sehingga dewasa ini
berkecermatan tinggi, dalam laboratorium seperti Biro Standar Nasional (Amerika Serikat). Dua
metode termokimia eksperimen yang paling biasa disebut kalorimetri pembakaran dan kalorimeter
reaksi. Dalam metode pertama, suatu unsur atau senyawa dibakar, biasnya dalam oksigen, dan
energi ataun kalor yang dibebaskan dalam reaksi yang diukur. Kalorimeter reaksi merujuk pada
penetuan kalor reaksi apa saja selain kalor reaksi pembakaran. Metode terakhir ini lebih umum
digunakan dengan senyawa anorganik dan larutan-larutannya (Keenan, 1984:474).
Perubahan entalpi yang mengikuti perubahan fisika atau kimia dapat diukur dengan kalorimeter.
Pengukuran itu dilakukan memantau perubahan temperatur yang mengikuti proses yang terjadi
pada tekanan tetap. Salah satu caranya untuk melakukan ini pada reaksi pembakaran adalah dengan
menggunakan kalorimeter adiabatik dan mengukur T pada saat sejumlah zat terbakarapi dalam
oksigen yang dibiarkan, dan kemudian menggunakan kapasitas kalor sebagai faktor konversi. Carfa
lain untuk mengukur perubahan entalpi (H) adalah dengan mengukur perubahan energi dalam
dengan kalorimeter bom, kemudian mengubah nilai U menjadi H. Karena padatan dan cairan
mempunyai volume molar kecil, maka PV menjadi sangat kecil. Nilai H dan U hampir sama untuk
reaksi yang tidak melibatkan gas (Atkins, 1999:54).
Panas reaksi diukur dengan bantuan kalorimeter. Harga E diperoleh apabila reaksi dilakukan dalam
kalorimeter bom, yaitu pada volume konstan dan H adalah panas reaksi yang diukur pada tekanan
konstan, dalam gelas opiala atau labu yang diisolasi, botol termos, labu Dewar, dan lain-lain (Dogra,
1990:328).
Penyerapan atau pelepasan kalor yang menyertai suatu reaksi dapat diukur secara eksperimen.
Dikenal beberapa macam kalor reaksi, bergantung pada tipe reaksinya, diantaranya adalah kalor
netralisasi, kalor pembentukan, kalor penguraian dan kalor pembakaran. Selain kalor reaksi,
penyerapan atau pelepasan kalor dapat juga terjadi pada proses-proses fisik. Diantaranya adalah
pada proses pelarutan suatu zat didalam pelarutnya, atau penambahan zat terlarut ke dalam zat
pelarut. Ada dua jenis kalor pelarutan integral dan kalor pelarutan differensial (Tim Dosen Kimia
Fisik, 2011:1).
Panas pelarutan intergral didefenisikan sebagai perubahan entalpi jika suatu mol zat dilakukan
dalam n mol pelarut. Panas pelarutan diferensial didefenisikan sebagai perubahan entalpi jika suatu
mol zat terlarut dilarutkan dalam jumlah larutan tak terhingga, sehingga konsentrasinya tidak
berubah dalam penambahan 1 mol zat terlarut. Secara matematik didefenisikan sebagaimana
dmH/dm, yaitu panas diplot sebagai jumlah mol zat terlarut dan panas pelarutan diferensial dapat
dengan mendapatkan kemiringan tergantung pada konsentrasi larutan (Naruti, 2010).
Entalpi pelarutan adalah entalpi reaksi pelarut dari satu mol senyawa ke dalam pelarut dan menjadi
larutan encer. Entalpi pelarutan standar hasil pengukuran pada 25oC dengan tekanan 1 atm,
dilambangkan dengan Hos. Perhitungan energi dalam bentuk kalor reaksi maupun entalpi dapat
dilakukan dengan cara lain. Hal ini didasari pada prinsip reaksi yaitu pentaan ulang ikatan kimia dari
zat-zat yang bereaksi. Pertama-tama terjadi pemutusan ikatan kemudian dilanjutkan dengan
pembentukan ikatan. Sehingga proses perhitungan energi dapat menggunakan energi ikatan dari
senyawa-senyawa yang terlibat dalam reaksi tersebut. Perhitungan entapi dapat diketahui dengan
persamaan:
q = m . c . t
q: Kalor reaksi
m : massa zat (gram)
t : perubahan suhu (oC)
c : Kalor jenis zat cair (J/g oC). (Zulfikar, 2010).
Kita dapat menggabungkan entalpi standar reaksi-reaksi individual untuk memperoleh entalpi reaksi
yang lain. Penerapan hukum pertama itun disebut Hukum Hess yang berbunyi Entalphi reaksi
secara kecara keseluruhan adalah jumlah entalpi reaksi dari reaksi-reaksi individual yang merupakan
bagian dari suatu reaksi (Atkins, 1999:67).

Atkins. 1999. Kimia Fisik jilid 1 edisi IV. Jakarta. Erlangga.

Bird, Tony. 1987. Kimia Fisik Untuk Universitas. Jakarta. PT. Gramedia.

Dogra. 1990. Kimia Fisik dan Soal-Soal. Jakarta. UI-Press.

Keenan. 1984. Ilmu Kimia Untuk Universitas. Jakarta. Erlangga.

Mulyani, Sri. 2004. Kimia Fisik I. Jakarta. Unversitas Pendidikan Indonesia.

Naruti. 2010. Penetuan Kalor Reaksi. http://nugiluph24.blogspot.com/2010/10/ penentuan-kalor-


reaksi.html. Diakses tanggal 20 Mei 2011.

Tim Dosen Kimia Fisik. 2011. Penuntun Praktikum Kimia Fisik I. Makassar. Laboratorium Kimia FMIPA
UNM.

Zulfikar. 2010. Entalphi Pelarutan. http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/ kimia-kecepatan-


reaksi-dan-energi%E%88%86pp-pelarutan/. Diakses tanggal 20 Mei 2011.

Salah satu aplikasi hukum pertama Termodinamika di dalam bidang kimia adalah termokimia , yaitu
ilmu yang mempelajari kalor yang menyertai perubahan fisik atau reaksi kimia. Untuk menyatakan
biasanya dengan kata-kata kalor ditambah dengan proses yang menyertainya. Misalnya kalor
pelarutan , yaitu kalor yang menyertai proses perubahan fisik zat terlarut ke dalam pelarutnya
(biasanya yang dibahas berupa pelarut cair), kalor pembakaran suatu zat , dan sebagainya. (Rohman.
2004:69).
Penyerapan atau pelepasan kalor yang menyertai suatu reaksi dapat diukur secara
eksperimen.Dikenal beberapa macam kalor reaksi bergantung pada tipe reaksinya. Diantaranya
adalah kalor netralisasi, kalor pembentukan, kalor penguraian, dan kalor pembakaran(Tim.dosen
Kimia Fisik I.2010)
Pada volume tetap, kalor yang menyertai proses tersebut merupakan perubahan energy dalam,
sedangkan pada tekanan tetap adalah perubahan entalpi.eksperimen dilaboratorium lebih banyak
dilakukan pada tekanan tetap, sehingga kalor yang dihasilkannya merupakan perubahan entalpi
(Rahman,Ijang.2004).
Telah dibahas pula bahwa perubahan variable-variabel keadaan system T dan P disertai dengan
perubahan entalpi. Untuk menghindarkan pengaruh perubahan keadaan system terhadap
perubahan entalpi hasil (reaksi yang terjadi di dalam suatu system, keadaan awal dan keadaan akhir
reaksi harus memiliki suhu dan tekanan yang sama((Rahman,Ijang.2004).
Jika kerja dilakukan system hanya dipandang sebagai kerja tekanan volume, kalor reaksi yang diukur
pada tekanan tetap dinyatakan dengan perubahan entalpi H sementara itu kalor reaksi yang diukur
pada volume tetap dinyatakan dengan perubahan energy dalam U ( Tim dosen Kimia Fisik. 2010).
Hubungan kedua besaran tersebut pada tekanan tetap dinyatakan dengan H=U+PV. Dan untuk
reaksi yang berkaitan dengan perubahan jumlah mol gas dengan asumsi gas ideal, persamaan
menjadi U=U+nRT( Tim dosen Kimia Fisik. 2010).
Selain kalor reaksi, penyerapan atau pelepasan kalor dapat juga terjadi pada proses-proses fisik.
Diantaranya adalah pada proses pelarutan suatu zat didalam pelarutnya atau penambahan zat
terlarut ke dalam zat terlarut. Ada dua jenis kalor pelarutan yaitu kalor pelarutan integral dan kalor
pelarutan deperensial.Kalor pelarutan integral adalah kalor yang dilepaskan atau diserap ketika satu
mol zat terlarut dilarutkan dalam n mol pelarut. Sedangkan kalor pelarutan diferensial adalah kalor
yang dilepaskan atau diserap ketika satu mol zat dilarutkan dalam satu mol pelarut( Tim dosen Kimia
Fisik. 2010).
Panas pelarutan integral didefinisikan sebagai perubahan entalpi jika 1 mol zat yang dilarutkan
dalam jumlah larutan yang tak terhingga , sehingga konsentrasinya tidak berubah dengan
penambahan 1 mol zat terlarut. Jadi panasan pelarutan didefinisikan bergantung pada konsentrasi
larutan. Secara metematik didefinisikan sebagai yaitu perubahan panas dplot sebagai jumlah mol zat
terlarut , dan panas pelarutan diferensial dapat diperoleh dengan mendapatkan kemiringan kurva
pada setiap konsentrasi. Jadi panas pelarutan diferensial tergantung pada konsentrasi larutan (Dogra
&dogra . 1990).
Alat paling penting untuk mengukur U adalah calorimeter bom adiabatic.Perubahan keadaan yang
dapat berupa reaksi kimia berawal didalam wadah bervolume tetap yang disebut bom.Bom tersebut
direndam dibak air berpengaduk dan keseluruhan alat itulah disebut calorimeter.Kalorimeteritu
yang direndam dalam bak air luar. Temperature air di dalam bak luar dipantau dan diatur sampai
nilainya sama. Hal ini dilakukan untuk memastikan tidak adanya kalor yang hilang sedikitpun dari
calorimeter kelingkungannya (bak-air) sehingga calorimeter itu adiabatic (Atkins. 1990:43).
Perubahan temperature T dari calorimeter yang dihasilkan dari rekasi sebanding dengan energy
yang dibebaskan atau diserap sebagai kalor. Oleh karebna itu dengan mengukur T kita dapat
menentukan q sehingga kita dapat mengetahui U . konvensi dari T menjadi q tidak bias lepas dari
kapasitas kalor C adalah koefisien pembanding antara energy yang diberikan sebagai kalor dan
kenaikan temperature yang disebabkanya.
Q=CxT (Atkins. 1990:43).
Perubahan kalor yang terjadi pada reaksi kimia maupun proses fisik, seperti telah dijelaskan diatas
dapat diukur dengan suatu alat yang disebut calorimeter. setiap kalorimeter memiliki sifat khas
dalam mengukur kalor. ini terjadi karena komponen-komponen alat kalorimeter sendiri (wadah
logam, pengaduk, termometr) menyerap kalor, sehingga tidak semua kalor yang terjadi terukur.
Oleh karena itu jumlah kalor yang diserap oleh calorimeter (Kapasitas kalor dari calorimeter, biasa
juga disebut tetapan calorimeter k,) perlu diketahui terlebih dahulu( Tim dosen Kimia Fisik. 2010).
Tetapan kalorimeter dapat ditentukan dengan mengukur suhu campuran (Tc), air dingin (dengan
suhu kamar, T1) dan air panas (dengan suhu tertentu, T2) yang dicampurkan satu hubungan
matematis yang berguna untuk mengetahui nilai tetapan kalorimeter, dengan rumus:
k= (m2.C (T2-Tc)- m1.C (Tc-T1))/(Tc-T1)
Dengan m2 dan m1 masing-masing adalah massa air panas dan air dingin. Tc, T2, dan T1 masing-
masing adalah suhu campuran , suhu air dan suhu air dingin, dan C adalah kalor jenis air yang
diasumsikan pada rentang suhu tersebut tidak berubah. ( Tim dosen Kimia Fisik. 2010)
Kalor jenis (C) adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan 1 gram atau 1 kilogram zat
sebesar 1oC (satuan kalori /gram C)(Anonim.2010).
Menurut hokum hess, karena entalpi adalah fungsi keadaan, perubahan entalpi dari suatu reaksi
kimia adalah sama. Walaupun ;angkah-langkah yang digunakan untuk memperoleh produk berbeda.
Dengan kata lain, hanya keadaan awal dan keadaan akhir yang berpengaruh terhadap perubahan
entalpi bukan langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapainya(Anonim.2010).

nonim a . 2010. Beberapa pengertian kalor. http//kambing UI ac.id.. Diakses tanggal 22 april2010

Anonimb .2010. Hokum hess.http;//id.wikipedia.org/wiki/hukumhess. Diakses tanggal 18Mei 2010

Atkins, P.W 1990. Kimia Fisika Jilid 1 .Jakarta : Erlangga

Dogra,s.k& Dogra. 1990. Kimia Fisik dan Soal-Soal. Jakarta: UI-PRESS

Rahman,Ijang.2004.Kimia fisik 1.JICA.Malang.

Tim Dosen Kimia Fisik. 2010. Penuntun Praktikum Kimia Fisik 1. Makassar, Jurusan Kimia : FMIPA
UNM

Termokimia adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari perubahan energy secara
kimia atau fisis. Dalam percobaan ini, kita akan menyelidiki perubahan energi dalam bentuk
kalor, yang mengiringi reaksi kimia (termokimia). Menurut hukum termokimia, perubahan
energy yang menyertai perubaha wujud dinyatakan dalam rumus:

E = Q W
dengan Q = kalor yang diserap oleh sistem
W = kalor yang dilkaukan oleh sistem
Kebanyakan reaksi kimia berlangsung pada tekanan tetap. Kerja dirumuskan dengan
persamaan :
W = P . V
dengan W = tekanan gas
V= Perubahan volume untuk sistem gas
Oleh karena pada tekanan tetap :
E = Q - V
Bila V = 0, maka E = 0. Kuantitas kalor yang diserap pada tekanan tetap disebut entalpi
(H).

Untuk reaksi kimia, H adalah kalor reaksi H suatu reaksi kimia dapat ditetapkan
dengan mengukur perubahan suhu yang mengiringi reaksisejumlah reagen tertentu, lalu
koreksi dengan kalor yang diserap oleh kalorimeter (tetapan kalorimeter). Untuk reaksi
eksotermik, kalor diberikan oleh sistem reaksi ke sekeliling, tanda Q reaksi adalah negative.
Untuk reaksi Q reaksi endodermik, Q reaksi positif. Sama halnya, untuk reaksi eksotermik,
H reaksi negative dan untuk reaksi endotermik H reaksinya positif.
Panas dan kerja, keduanya adalah bentuk perpindahan energy ke dalam atau keluar system;
maka dapat dibayangkan sebagai energy dalam keadaan singgah. Jika perubahan energy
disebabkan kontak mekanik system dengan lingkungannya, maka kerja dilakukan : jika
perubahan itu disebabkan oleh kontak kalor (menyebabkan perubahan suhu), maka kalor
dipindahkan. Dalam banyak proses, kalor dan keduanya menembus batas system, dan
perubahan energy dalam system adalah jumlah dari kedua kontribusi itu. Pernyataan ini
disebut hukum pertama termodinamika, yang mempunyai rumus matematika :

E=q+w

Suatu system dapat dibayangkan mengandung kerja atau kalor, sebab kerja dan kalor
keduanya mengacu bukan pada keadaan system, tetapi pada proses yang mengubah suatu
keadaan kedalam lainnya. Perubahan keadaan yang sama dari system dapat dilakukan dengan
memindahkan kalor ke system tanpa melakukan kerja sehingga : E = q + w. karena q dan w
tergantung pada proses tertentu atau (lintasan) yang menghubungkan keadaan, maka mereka
bukanlah fungsi keadaan (Oxtoby, 2001: 197).
Perubahan energi dalam reaksi kimia selalu dapat dibuat sebagai kalor. Jadi, lebih
tepat apabila istilah disebut kalor reaksi. Alat yang dipakai untuk mengukur kalor reaksi
disebut kalorimeter. Ada beberapa macam bentuk alat ini, yaitu kalorimeter volume-konstan
dan kalorimeter tekanan-konstan. Kalorimeter volume-konstan biasanya digunakan untuk
mengukur kalor pembakaran dengan menempatkan senyawa yang massanya diketahui ke
dalam wadah baja yang diisi dengan oksigen pada tekanan 30 atm. Sementara itu peralatan
yang lebih sederhana dibandingkan kalorimeter volume-konstan adalah kalorimeter tekanan-
konstan yang digunakan untuk menentukan perubahan kalor untuk reaksi selain pembakaran.
Kalorimeter tekanan-konstan yang terbuat dari dua cangkir kopi styrofoam. Cangkir luar
membantu menyekat campuran reaksi dari lingkungan. Dua macam larutan yang diketahui
volumenya yang mengandung reaktan pada suhu yang sama dicampurkan secara hati-hati
dalam kalorimeter.
Kalor yang dihasilkan atau diserap oleh reaksi dapat ditentukan dengan mengukur
perubahan suhu. Peralatan ini mengukur pengaruh kalor pada berbagai reaksi seperti
penetralan asam-basa, kalor pelarutan dan kalor pengenceran. Karena tekanannya konstan,
perubahan kalor untuk proses (qreaksi) sama dengan perubahan entalpi (DH) seperti dalam
kalorimeter volume-konstan, kita memperlakukan kalorimeter sebagai sistem terisolasi. Lebih
jauh lagi, dalam perhitungan kita mengabaikan kapasitas kalor yang kecil dari cangkir kopi.
Dalam prinsip kerja kalorimeter dikenal pula istilah tetapan kalorimeter, yaitu jumlah kalori
yang diserap oleh kalorimeter untuk menaikkan suhunya sebesar satu derajat. Harga dari
tetapan kalorimeter dapat diperoleh dengan membagi jumlah kalor yang diserap kalorimeter
dibagi dengan perubahan suhu pada kalorimeter (Chang, 2004 : 173).
Ditinjau dari jenisnya, terdapat empat jenis kalor, yaitu kalor pembentukan, kalor
penguraian, kalor penetralan dan kalor reaksi. Kalor pembentukan ialah kalor yang menyertai
pembentukan satu mol senyawa langsung dari unsur-unsurnya. Kalor penguraian (kebalikan
kalor pembentukan) adalah kalor yang menyertai penguraian satu mol senyawa langsung
menjadi unsur-unsurnya. Kalor penetralan yaitu kalor yang menyertai suatu reaksi dengan
koefisien yang paling sederhana. Kalor reaksi dapat ditentukan dengan percobaan
laboratorium atau dengan perhitungan.dengan perhitungan ada tiga cara yaitu berdasarkan
hukum Hess, data kalor pembentukan standar dan data energi ikatan (Syukri, 1999 : 85).
Menurut G.H Hess panas reaksi (panas yang timbul atau yang diserap) dari suatu
reaksi kimia hanya tergantung pada keadaan awal dan akhir dari reaksi. Tidak bergantung
pada bagaimana reaksi tersebut berlangsung. Hal ini berarti bila suatu reaksi dapat berjalan
bertingkat, maka panas reaksinya sama besar. Apakah reaksi itu berjalan secara langsung atau
bertingkat. Dengan kata lain, bila suatu reaksi berjalan bertingkat atau langsung, maka panas
reaksinya sama. Hukum Hess ini sangat berguna, karena dengan menerapkan hukum Hess
kita dapat menentukan besarnya perubahan entalpi reaksi-reaksi yang secara langsung sukar
untuk ditentukan. Sebagai contoh jika zat A dapat berubah langsung menjadi zat C, tetapi zat
A juga dapat berubah menjadi zat B kemudian zat C, maka panas reaksi yang terjadi akan
sama. Jadi dengan menggunakan hukum Hess kita dapat menentukan besarnya perubahan
entalpi yang sukar dilakukan dengan eksperimen (Alberty, 1992 : 113).
Jika reaksi kimia terjadi pada tekanan konstan, panas diserap dengan perubahan
entalpi sistem. Hal ini disebut entalpi reaksi dari proses entalpi reaksi mungkin positif atau
negatif. Jika reaksi kimia meningkatkan panas, sistem kehilangan panas, dan panas tersebut
hilang pada tekanan konstan adalah berkurangnya dalam entalpi (AH < 0). Reaksi seperti itu
dengan H negatif adalah eksotermik. Dalam reaksi endotermik, panas diserap oleh reaksi
dari lingkungan membuat Qp dan H positif, hukum Hess dapat digunakan untuk
menentukan perubahan entalpi, hukum Hess berbunyi : jika dua atau lebih persamaan kimia
bergabung dengan penambahan atau pengurnagan untuk memberikan persamaan kimia baru,
kemudian penambahan atau pengurangan perubahan entalpinya, dalam operasi paralel
memberikan perubahan entalpi untuk reaksi yang digambarkan oleh persamaan baru (Atkins,
1990 : 84).

Alberty, R.A dan Daniel, F . 1992 . Kimia Fisika . Jilid I . Edisi 5 . Penerjemah : Sudja .
Erlangga . Jakarta
2. Atkins, P.W . 1990 . Kimia Fisika . Jilid I . Edisi 6 . Penerjemah : Kartohadiprojo .
Erlangga . Jakarta
3. Chang Raymond . 2004 . Kimia Dasar Konsep-konsep Inti Jilid 3 . Jakarta : Erlangga
4. Oxtoby, D.W, Gills, H.P dan Nachtrieb, N.H . 2001 . Prinsip-prinsip Kimia Modern . Jilid
II . Edisi 6 . Penerjemah : Suminar . Erlangga . Jakarta
5. Syukri,S . 1999 . Kimia Dasar . Bandung : ITB

Suatu sistem thermodinamika adalah sustu masa atau daerah yang dipilih, untuk dijadikan
obyek analisis. Hukum thermodinamika merupakan salah satu hukum fisika yang
berhubungan dengan kekekalan .Didalam fisika kita mengenal bermacam-macam hukum
kekekalan seperti,hukum kekekalan energy,hukum kekekalan massa,dan hukum kekekalan
momentum.

Hukum 1 thermodinamika menyatakan bahwaJumlah kalor pada suatu sistem adalah sama
dengan perubahan enegi didalam sistem tersebut ditambah dengan usaha yang dilakukan oleh
sistem.Hubungan antara kalor dan lingkungan dalam hukum 1 thermodinamika ,energi
dalam sistem adalah jumlah total semua energi molekul yang ada didalam sistem.apabila
sistem melakukan usaha atau sistem memperoleh kalor dari lingkungan .maka energy dalam
sistem naik,sebaliknya energi dalam sistem akan berkurang jika sistem melakukan usaha
terhadap lingkungan atau sistem member kalor pada lingkungan. Dari bunyi Hukum 1
Thermodinamika ,maka rumus hukum 1 thermodinamika dapat dituliskan sebagai berikut:
Q = U + W atau u = Q - w
Atau dimana:
U=perubahan energi dalam sistem
Q=kalor yang diterima atau dilepas sistem
W=usaha
Usaha (w) bernilai positif(+) jika sistem melakukan usaha
Usaha(w) bernilai negative (-) jika sistem menerima usaha
Q bernialai negetif jika sistem melepas kalor
Q bernilai positif jika sistem menerima kalor
Jadi, hukum 1 thermodinamika adalah prinsip kekekalan energi yang dihasilkan pada
kalor ,usaha,dan energi dalam.Hukum 1 thermodinamika menyatakan bahwa kalor yang
terbakar diubah menjadi perubahan energi dalam usaha.
Jika sebuah sistem melakukan kerja dengan berekspansi terhadap lingkungannya dan
tidak ada panas yang ditambahkan selama proses, energi meninggalkan system dan energi
dalam berkurang. Sehingga jika W positif, delta U negatif dan begitu sebaliknya. Maka
Jika baik perpindahan panas maupun kerja terjadi, perubahan total dari energi dalam adalah :

atau

Keterangan:
Q = kalor yang diserap
= perubahan energi dalam
W = usaha (kerja) luar yang dilakukan

Q positif, sistem menerima kalor.


Q negatif, sistem melepas kalor.
W positif, sistem melakukan usaha.
W negatif, sistem menerima usaha.
positif, terjadi penambahan energi dalam pada sistem.
negatif, terjadi penurunan energi dalam pada sistem.
Dari rumus di atas, dapat disimpulkan bahwa secara umum ketika panas Q
ditambahkan ke sistem, sebagian dari energi yang ditambahkan ini tetap tinggal di dalam
sistem, mengubah energi dalam sebanyak sisanya meninggalkan sistem lagi ketika sistem
melakukan kerja W terhadap lingkungannya. Karena W dan Q dapat bernilai positif, negatif
atau nol, maka dapat bernilai positif, negatif atau nol untuk proses yang berbeda.
Persamaan di atas merupakan hukum pertama termodinamika (first law of
thermodynamics). Jika energi panas yang diberikan sistem dikurangi dengan usaha yang
dilakukan oleh sistem sama dengan perubahan energi dalam sistem. Dengan demikian,
hukum pertama termodinamika menyatakan bahwa sejumlah kalor (Q) yang diterima dan
usaha (W) yang dilakukan terhadap suatu gas dapat digunakan untuk menambah energi
dalam
Untuk mengukur Q dan W pada berbagai keadaan dan berbagai lintasan guna
mempelajari apakah bergantung pada lintasan atau tidak, kita melakukan percobaan
(laporan praktikum terlampir). Hasil percobaan menunjukkan hasil yang jelas: walau Q dan
W bergantung pada lintasan,, tapi.................................................................................
Perubahan energi-dalam suatu sistem selama proses termodinamik apapun bergantung
hanya pada keadaan awal dan akhir, tidak pada lintasan yang menghubungkan kedua
keadaan.
Hukum pertama termodinamika sejauh ini bisa dinyatakan dapat
mewakili kekekalan energi untuk proses termodinamik. Tapi aspek tambahan yang penting
dari hukum pertama ini adalah kenyataan bahwa energi dalam bergantung hanya pada
keadaan suatu sistem. Pada perubahan keadaan, perubahan energi dalam tidak bergantung
pada lintasan.

Hukum Pertama Termodinamika


Jika kalor diberikan kepada sistem, volume dan suhu sistem akan bertambah (sistem
akan terlihat mengembang dan bertambah panas). Sebaliknya, jika kalor diambil dari sistem,
volume dan suhu sistem akan berkurang (sistem tampak mengerut dan terasa lebih dingin).
Prinsip ini merupakan hukum alam yang penting dan salah satu bentuk dari hukum kekekalan
energi. Sistem yang mengalami perubahan volume akan melakukan usaha dan sistem yang
mengalami perubahan suhu akan mengalami perubahan energi dalam. Jadi, kalor yang
diberikan kepada sistem akan menyebabkan sistem melakukan usaha dan mengalami
perubahan energi dalam. Prinsip ini dikenal sebagai hukum kekekalan energi dalam
termodinamika atau disebut hukum I termodinamika. Secara matematis, hukum I
termodinamika dituliskan sebagai :
Q = W + U .............................................. (2.3)
Dimana Q adalah kalor, W adalah usaha, dan U adalah perubahan energi dalam.
Secara sederhana, hukum I termodinamika dapat dinyatakan Jika suatu benda (misalnya
krupuk) dipanaskan (atau digoreng) yang berarti diberi kalor Q, benda (krupuk) akan
mengembang atau bertambah volumenya yang berarti melakukan usaha W dan benda
(krupuk) akan bertambah panas (coba aja dipegang, pasti panas deh!) yang berarti
mengalami perubahan energi dalam U.

Anda mungkin juga menyukai