Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Nama kopi sebagai bahan minuman sudah tidak asing lagi. Aromanya yang
harum, rasanya yang khas nikmat, serta khasiatnya yang dapat memberikan
rangsangan penyegaran badan membuat kopi cukup akrab di lidah dan digemari.
Penggemarnya bukan saja bangsa Indonesia, tetapi juga berbagai bangsa seantero
dunia. Sudah beberapa abad lamanya kopi menjadi bahan perdagangan, dan karena
inilah perkebunan kopi mendapat kepercayaan dan tugas berat dari pemerintah
untuk menghasilkan kopi sebagai bahan ekspor. Sebab dari berbagai penjuru dunia
banyak orang yang suka minum kopi tetapi negaranya tidak menghasilkan kopi,
sehingga negara tersebut harus membeli dari negara lain. Maka dewasa ini tanaman
kopi lebih meluas (Najiyati dan Danarti, 1999).
Untuk penyeduhan kopi ternyata sangat berpengaruh terhadap kandungan
kafein di dalamnya, menurut penelitian yang dilakukan oleh Kiki Ria Kristanti
(2014) hasil kafein tertinggi sebesar 7,15% pada suhu 100oC dengan waktu
penyeduhan 12,5 menit dan 7,14% pada suhu 90oC dengan waktu penyeduhan 17,5
menit karena suhu penyeduhan antara 90oC dan 100oC tidak berbeda nyata sehingga
suhu dan waktu penyeduhan yang optimal untuk kadar kafein yaitu 90oC selama
17,5 menit. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sukrisno Widyotomo (2007)
Tingginya kadar kafein di dalam biji kopi diduga akan menyebabkan penyakit
jantung, tekanan darah tinggi, kanker, dan keguguran terutama bagi penikmat kopi
yang memiliki toleransi rendah terhadap kafein .Sedangkan pada wanita, Kafein
dapat menyebabkan pernapasan yang cepat, tremor dan secara akumulatif
berkembang menjadi penyakit diabetes (Wahyuni, 2005). Hasil penelitian lain
menyebutkan, bayi yang ibunya terlalu banyak minum kopi ketika hamil
mempunyai resiko tinggi terkena epilepsi (Rozanah, 2004). Dampak lain ukuran
kepala janin lebih kecil dan bayi lahir prematur.
Sehubungan dengan permasalahan tersebut, semakin panas air yang dibuat
seduhan kopi dan waktunya, kandungan kafein yang ada pada kopi semakin banyak
dan semakin membahayakan penikmat Karena kandungannya yang terlalu banyak.

1
Proses penyeduhan pada minuman kopi dapat dilihat dari perbedaan suhu dan
waktu penyeduhan. Proses pembuatan minuman kopi biasanya pada suhu sekitar
90-100oC dengan waktu 3 menit. Prinsip proses penyeduhan adalah menuangkan
air mendidih kebubuk kopi dan merendem bubuk kopi didalam air panas untuk
mengekstrak kandungan bubuk kopi. Kopi harus ditunggu beberapa saat hingga
ampas kopi mengendap seluruhnya, sebelum kopi tersebut diminum. Seduhan kopi
juga dapat dibuat dengan cara memanaskan air beserta bubuk kopi hingga
mendidih. Cara ini sering digunakan untuk menimbulkan warna serta rasa kopi
panas yang sesuai selera konsumen. (Gardjito dan Rahadian,2011). Oleh sebab itu,
heater digunakan sebagai pemanas untuk air penyeduhan kopi.
Heater atau alat pemanas banyak digunakan pada perangkat elektronik yang
sering dipakai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Prinsip kerja dari alat
pemanas adalah mengkonversikan energi listrik menjadi energi panas. Pada
peralatan pemanas tertentu diperlukan pengaturan terhadap suhu panas yang
dihasilkan oleh peralatan tersebut, sehingga perlu adanya pengontrolan terhadap
suhu sesuai dengan kebutuhan. Pengaturan suhu dari peralatan tersebut masih
bersifat manual sehingga suhu yang dihasilkan tidak stabil dan tidak sesuai dengan
setting point dari nilai suhu yang diinginkan. Pengaturan suhu yang tidak stabil
dapat menyebabkan kinerja dari sistem pemanas tidak bekerja dengan maksimal.
(Harmini, Titik Nurhayati, 2012).
Agar suhu pada heater tetap stabil pada posisi 90oC karena pada suhu itu kan-
dungan kafein lebih sedikit dari yang lainnya. Perancangan dan pembuatan pen-
gontrolan suhu dilakukan dengan menggunakan metode pengontrolan tegangan AC
RMS dan mikrokontroller ARDUINO UNO untuk mengatur tegangan kontrol pada
heater. Masukan dari sistem kontrol suhu berasal dari pemanas yang dideteksi
dengan sensor suhu sehingga menghasilkan sinyal keluaran dalam bentuk analog,
kemudian sinyal tersebut dikonversikan dalam bentuk sinyal digital menggunakan
konverter ADC (Analog Digital Converter) sebagai sinyal masukan ke mikro-
kontroller. Desain Project kali ini menggunakan setting point suhu sebesar 85o C -
90o C sebagai sample dalam pengambilan data. . (Harmini, Titik Nurhayati, 2012).
Dalam pembuatan alat ini penulis menggunakan metode pengontrollan logika
fuzzy Dengan menggunakan metode fuzzy diharapkan suhunya tetap stabil dengan
sedikit error dibandingkan dengan metode on-off. Berdasarkan latar belakang ini
2
penulis mengangkat judul Pengatur Suhu Untuk Penyeduhan Kopi Dengan
Logika Fuzzy yang diharapkan dengan adanya pembuatan alat ini dapat memberikan
manfaat bagi penulis dan mahasiswa lain untuk dapat dimanfaatkan dalam kehidupan
sehari-hari.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut :
1. Bagaimana cara merancang rangkaian dengan input sensor suhu?
2. Bagaimana penerapan kontrol fuzzy logic untuk mengatur suhu agar tetap stabil
pada 85-90o C?

1.3 BATASAN MASALAH


Batasan masalah yang terdapat pada penyusunan desain project ini adalah sebagai
berikut:
1. Pengendali logika fuzzy digunakan untuk mempertahankan suhu heater agar tetap
konstan pada rentang suhu 85-90oC
2. Volume air yang dipanaskan min 500ml dan mak 1 liter
3. Metode kontroller fuzzy menggunakan Max-Min untuk fuzzifikasi dan COG untuk
defuzzifikasi
4. Rangkaian hanya dapat berjalan sesuai instruksi program di Arduino Uno.

1.4 TUJUAN
Tujuan dari pelaksanaan ini adalah :
1. Dapat mengontrol tegangan yang digunakan untuk mengatur suhu air panas yang
akan digunakan untuk penyeduhan kopi.
2. Dapat mengetahui suhu yang terbaca oleh sensor yang ditampilkan pada LCD

1.5 MANFAAT
Desain project ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Dapat digunakan untuk media pembelajaran.
2. Dapat digunakan untuk pengembangan kontrol suhu air penyeduhan kopi pada caf.

3
1.6 TEMUAN/INOVASI YANG DITARGETKAN

Temuan/ Inovasi yang ditargetkan dalam despro ini adalah sistem kontrol suhu
yang memanfaatkan perubahan tegangan untuk mengatur panas pada heater. Pada despro
kali ini menggunakan sensor PT 100 sebagai sensor suhu dan agar suhunya tetap stabil
menggunakan tegangan untuk menaikkan atau menurunkan panas heater tersebut.

1.7 LUARAN DESPRO


Luaran yang akan dicapai meliputi :
1. Alat despro berupa heater untuk air panas penyeduh kopi
2. Makalah yang disajikan pada seminar.
3. Artikel Ilmiah yang dipublikasikan pada sebuah jurnal.
4. Laporan skripsi

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Review Penelitian Terdahulu


Pada bab kedua ini akan membahas tentang dasar teori dan penelitian-
penelitian terdahulu yang akan digunakan dalam despro ini. Adapun sebagai berikut :
Saat ini superheater spray yang terdapat pada PLTU Unit II sangat lambat un-
tuk mengantisipasi perubahan temperatur, karena itu metode fuzzy logic perlu diterap-
kan Karena salah satu kelebihan metode fuzzy logic adalah respons yang cepat. Dari
uji tracking setpoint respon terlihat bahwa ketika diberi input setpoint 150, initial value
450, dan final value 550 respon selalu dapat mencapai setpoint. Uji respon dilakukan
semala 10 kali percobaan dan hasilnya setpoint selalu dapat dicapai.Setelah uji respon,
control fuzzy logic dibandingkan dengan control PI yang saat ini digunakan dilapan-
gan dan hasilnya grafik control dengan fuzzy logic lebih cepat dalam pencapaian set-
point dan grafiknya lebih stabil. (Angga Setyawan, 2013)
Pengendalian suhu dan kecepatan pengadukan pada proses pembuatan permen
susu diharapkan mampu menghindarkan permen dari kegosongan serta meningkatkan
nilai gizi dari produk permen susu. Sistem kontrol cerdas yang diaplikasikan dalam
penelitian ini adalah pengendalian suhu berbasis logika fuzzy. Profil suhu
menggunakan metode kontrol fuzzy memberikan profil suhu yang lebih stabil
dan error yang lebih rendah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh pengendalian suhu berbasis logika fuzzy dan kecepatan pengadukan
terhadap karakteristik fisik permen susu. (Mutiara Nisa Amri, 2015)
Pengendalian controller berdasarkan pada sifat-sifat plant yang akan dikontrol.
Jika respon yang dikehendaki harus cepat maka perlu control cerdas yang cepat dalam
merespon perubahan. Untuk plant pada proses control suhu untuk penyeduhan kopi
tidak diperlukan respon yang cepat, gangguan yang terjadi juga rendah, mengatur suhu
pada asir dengan volume yang tetap, maka dengan memilih controller logika fuzzy
akan cukup untuk mengontrol plant. Fuzzy merupakan salah satu control cerdas (in-
telligent control) dari tiga control cerdas yaitu artificial intrlligrnt, fuzzy control dan
neural network. Control fuzzy adalah yang paling praktis. Kelebihan dari control fuzzy
adalah tidak diperlukannya model matematika dari obyek yang dikontrol. (Bambang
Siswoyo, 2007)
5
Tommy Hondianto(2015) telah merancang sebuah sistem pemanas air yang
dihubungkan dengan mikrokontroler untuk menganalisa respon temperatur air
terhadap nilai masukan atau set point ke mikrokontroler. Sensor yang digunakan untuk
mengukur nilai temperatur air adalah RTD (Resistance Temperature Detector) tipe
PT100 yang nilai pembacaannya akan digunakan sebagai nilai umpan balik. Respon
yang dihasilkan oleh sistem pemanas air akan dibaca dan di-plotting melalui
komunikasi serial di matlab. menunjukan sifat linearitas dari sensor PT100. Pengujian
membandingkan sensitivitas temperatur terhadap tegangan keluaran dari sensor yang
akan dibaca oleh Analog to Voltage Load (Vac) Digital Converter (ADC). Rentang
pengujian temperatur antara 20C hingga 70C. Nilai dari pembacaan sensor terhadap
temperatur air sudah cukup baik untuk dalam pengujian pengukuran nilai temperatur,
walaupun masih memiliki sedikit nilai pergeseran atau nonlinearitas pengukuran yang
sangat kecil.
Nurdani Febrianto (2016). Judul penelitian adalah Rancang Bangun Kontrol
Suhu Air Pada Prototipe Pemanas Air Menggunakan Logika Fuzzy. Dalam peneitian
ini, menggunakan sensor DS18B20 sebagai sensor suhu dan HC-SR04 sebagai sensor
ketinggian. Setpoint ketinggian sebesar 5 cm dan suhu sebesar 40C. dengan metode
algoritma fuzzy. Dalam pengambilan data didapatkan Rise time suhu untuk mencapai
setpoint ialah 15 detik overshoot suhu ialah 0,88 C dan settling time 2 menit 12 detik.
Sedangkan untuk ketinggian rise time yang didapat ialah 22 detik. Overshoot keting-
gian sebesar 7,19 cm.

Dalam tinjauan pustaka yang telah di lakukan banyaknya penelitian-


penelitian yang berkaitan dengan system kontrol suhu. Oleh karena itu sistem kontrol
suhuyang akan dibangun dalam despro ini adalah menggunakan heater sebagai
aktuator dan RTD PT 100 sebagi sensor suhu.

2.2 Sensor RTD PT 100


PT100 merupakan salah satu jenis sensor suhu yang terkenal dengan
keakurasiannya. PT100 termasuk golongan RTD (Resistive Temperature Detector)
dengan koefisien suhu positif, yang berarti nilai resistansinya naik seiring dengan
naiknya suhu.

6
PT100 terbuat dari logam platinum. Oleh karenanya namanya diawali dengan
PT. Disebut PT100 karena sensor ini dikalibrasi pada suhu 0C pada nilai resistansi
100 ohm. Ada juga PT1000 yang dikalibrasi pada nilai resistansi 1000 ohm pada suhu
0C.
Menurut keakurasiannya, terdapat dua jenis PT100, yakni Class-A dan Class-B.
PT100 Class-A memiliki akurasi 0,06 ohm dan PT100 Class-B memiliki akurasi
0,12 ohm. Keakurasian ini menurun seiring dengan naiknya suhu. Akurasi PT100
Class-A bisa menurun hingga 0,43 ohm (1,45C) pada suhu 600C, dan PT100
Class-B bisa menurun hingga 1,06 ohm (3,3C) pada suhu 600C. PT100 tipe DIN
(Standard Eropa) memiliki resolusi 0,385 ohm per 1C. Jadi resistansinya akan naik
sebesar 0,385 ohm untuk setiap kenaikan suhu 1C.

Gambar 2.1 Sensor PT 100

2.3 Heater (Pemanas air)

Heater atau alat pemanas banyak digunakan pada perangkat elektronik yang
sering dipakai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Peralatan tersebut antara lain
setrika, pemanas air, pemanas pada akuarium agar suhu dalam air tetap terjaga, alat
pemagang roti, inkubator dan lain sebagainya. Prinsip kerja dari alat pemanas adalah
mengkonversikan energi listrik menjadi energi panas. Pada peralatan pemanas tertentu
diperlukan pengaturan terhadap suhu panas yang dihasilkan oleh peralatan tersebut,
sehingga perlu adanya pengontrolan terhadap suhu sesuai dengan kebutuhan.
Pengaturan suhu dari peralatan tersebut masih bersifat manual sehingga suhu yang
dihasilkan tidak stabil dan tidak sesuai dengan setting point dari nilai suhu yang di-
inginkan. Pengaturan suhu yang tidak stabil dapat menyebabkan kinerja dari sistem
pemanas tidak bekerja dengan maksimal. Pada penelitian ini akan dirancang dan dibuat

7
sebuah sistem pengontrolan suhu pada pemanas atau heater.(Harmini dan Titik Nur-
hayati,2012).
Rangkaian driver heater berfungsi untuk mengatur besar kecilnya daya yang
menyuplai heater sesuai dengan keluaran dari logika kontroler. Pengaturan daya
heater dilakukan dengan mengatur tegangan RMS yang masuk ke heater. Perancangan
driver heater dalam sistem ini menggunakan kontrol tegangan RMS melalui triac.
Sudut picu triac diatur menggunakan keluaran pulsa rangkaian TCA785, sedangkan
untuk mengatur pulsa keluaran rangkaian TCA785 digunakan rangkaian DAC (Digital
to Analog Converter) yang diatur oleh mikrokontroller berdasarkan keluaran logika
dari kontroller. Perancangan driver heater secara keseluruhan terdiri dari rangkaian
TCA785, rangkaian DAC dan rangkaian triac.
Rangkaian TCA 785 berfungsi sebagai pengatur tegangan AC sinus yang akan
disupply ke beban AC resistif, dalam hal ini adalah heater. Prinsip kerja dari rangkaian
TCA adalah menghasilkan pulsa yang akan digunakan untuk memicu TRIAC sehingga
menghasilkan tegangan AC yang berubah-ubah sesuai dengan besarnya sudut picu tau
sudut penyulutan. Gambar 5 menunjukkan rangkaian TCA 785.

Gambar 2.2 . Rangkaian TCA 785


2.4 Logika Fuzzy

Logika fuzzy merupakan pengembangan dari teori himpunan fuzzy yang


diprakarsai oleh Prof. Lofti Zadeh dari University California USA, pada tahun
1965. Logika fuzzy berbeda dengan logika digital biasa, dimana logika digital
biasa hanya mengenal dua keadaan yaitu Ya_Tidak atau ON_OFF atau

8
High_Low atau 1_0. Sedangkan Logika Fuzzy meniru cara berpikir manu-
sia dengan menggunakan konsep sifat kesamaran suatu nilai.
Pada logika fuzzy dapat memberikan suatu nilai dari nol secara kontinu
sampai nilai satu. Perkembangan teori Logika Fuzzy telah menarik pakar sistem
kendali untuk memanfaatkannya dalam pengendalian suatu sistem dalam ben-
tuk algoritma automatic yang dapat dinyatakan, seperti dalam pemakaian
pengaturan lalu lintas, sistem transmisi otomatis, alat rumah tangga, industry
dan lain-lainnya.
Logika Fuzzy adalah suatu cara yang tepat untuk memetakan suatu ru-
ang input kedalam suatu ruang output salah satunya seberapa sejuk ruangan
yang diinginkan, maka akan diatur putaran kipas yang ada pada ruangan ini.
Penggunaan pengendali logika fuzzy dilaporkan sangat sesuai untuk sistem-
sistem yang sulit dipahami dan diwakilkan dengan suatu model matematika
yang teliti, tetapi harus ada suatu operator, dalam hal ini manusia yang telah
berpengalaman dan mampu mengendalikan sistem tersebut secara baik dan
memuaskan, serta dapat memberikan aturan-aturan pengendalian Ada be-
berapa alas an mengapa orang menggunakan logika fuzzy, antara lain :
Konsep logika fuzzy mudah dimengerti. Konsep matematis yang
mendasari penalaran fuzzy sangat sederhana dan mudah dimengerti.
Logika fuzzy sangat fleksibel.
Logika fuzzy memiliki toleransi terhadap data-data yang tidak tepat.
Logika fuzzy mampu memodelkan fungsi-fungsi nonlinier yang sangat
kompleks.
Logika fuzzy dapat membangun dan mengaplikasikan pengalaman-
pengalaman para pakar secara langsung tanpa harus melalui proses
pelatihan.

9
Logika fuzzy dapat bekerjasama dengan teknik-teknik kendali secara
konvensional
Logika fuzzy didasarkan pada bahasa alami.

2.5 Variabel Fuzzy

Gambar 2.3. fuzzy Variabel fuzzy


2.5.1 Derajat keanggotaan
Adalah derajat dimana nilai crisp compatible dengan fungsi
keanggotaan (dari 0 sampai 1), juga mengacu sebagai tingkat keanggotaan,
nilai kebenaran, atau masukan fuzzy.
2.5.2 Label
Adalah nama deskriptif yang digunakan untuk
mengindentifikasikan sebuah fungsi keanggotaan.
2.5.3 Fungsi keanggotaan
Adalah mengidentifikasikan fuzzy set dengan memetakan masukan crisp
dari domain ke derajat keanggotaan.
2.5.4 Masukan crisp
Adalah masukan yang tegas dan tertentu.
2.5.5 Lingkup/domain
Adalah lebar fungsi keanggotaan. Jangkauan konsep, biasanya
bilangan, tempat dimana fungsi keanggotaan dipetakkan. Disini domain

10
dari fuzzy set (fungsi keanggotaan) adalah dari 0 sampai 20 derajat dan
lingkungan adalah 20 derajat.
2.5.6 Daerah Batasan Crisp
Adalah jangkauan seluruh nilai yang mungkin dapat diaplikasikan
pada variabel sistem. Menggunakan logika fuzzy untuk mencapai
penyelesaian crisp pada masalah khusus biasanya melibatkan tiga langkah
: fuzzifikasi, evaluasi rule, dan defuzzifikasi.

2.6 Fuzzifikasi
Fuzzifikasi adalah proses yang dilakukan untuk mengubah variabel
nyata menjadi variabel fuzzy, ini ditujukan agar masukan kontroler fuzzy bisa
dipetakan menuju jenis yang sesuai dengan himpunan fuzzy.

Gambar 2.4. fuzzifikasi


Bentuk fungsi keanggotaan mempengaruhi proses fuzzy dalam jalan
yang tak diketahui, sebagai contoh, bentuk fungsi mempengaruhi secara lang-
sung waktu dan ruang yang dibutuhkan oleh mikrokontroler mengerjakan fuzz-
ifikasi dan defuzzifikasi. Fungsi keanggotaan dapat mengambil beberapa ben-
tuk yang berbeda. Bentuk trapezoid dan segitiga adalah yang paling sering
digunakan. Meskipun bentuk yang lain mungkin sala lebih mewakili fenomena
alam yang terjadi, mereka membutuhkan persamaan yang lebih rumit atau tabel
yan glebih besar terhadap keakuratan yang diwakilinya.

11
2.7 Evaluasi Rule
Evaluasi rule merupakan kaidah dasar yang berisi aturan-aturan secara
linguistik yang menunjukkan kepakaran terhadap plant.

Gambar 2.5 Blok Diagram Evaluasi Rule


Banyak cara menunjukkan suatu kepakaran ke dalam aturan, format yang pal-
ing umum adalah sebagai berikut:
1. Format Aturan IF-THEN.
Sintaksis penulisan:
If antecedent 1And antecedent 2 Then consequent 1 And
consequent 2 ..
Dimana :
And adalah salah satu operator logika fuzzy yang diijinkan,
Antecedent adalah bentuk dari :Variable masukan = label (contohnya :
temperature = panas, dimana temperatur adalah variabel
masukan dan panas adalah salah satu fungsi keanggotaan
yang berhubungan dengan temperature).
Consequent adalah bentuk : variabel keluaran = label (contohnya :
lamanya penyiraman = panjang atau, secara bahasa,
lamanya penyiraman panjang).

12
Gambar 2.6. Representasi Rule
2. Format Hubungan
Pada dasarnya sama dengan aturan IF-THEN hanya saja tampilannya lebih
sederhana karena menggunakan garis-garis yang saling berhubungan.
3. Format Tabular
Format Tabular lebih sederhana daripada format hubungan, Variabel lin-
guistik berada pada sisi luar dari tabel sedangkan sisi dalam berisi dari
keputusannya.

2.8 Defuzzifikasi
Proses defuzzifikasi merupakan proses pengubah hasil keputusan dari
proses penalaran yang masih dalam bentuk fuzzy, yaitu berupa derajat
keanggotaan keluaran untuk dirubah kembali menjadi variable numeric non
fuzzy.
Dua metode defuzzifikasi yang umum digunakan :
a. Max Membership Principle
Metode ini juga dikenal sebagai metode tinggi. Hal ini dikarenakan
bahwa dalam menetukan keluaran crisp dilakukan pada derajat
keanggotaan (DOM = Degree Of Membership) atau rule strength yang
tertingi dari keluaran fuzzy yang terjadi. Jadi nilai crisp yang dipilih adalah
merupaakan nilai crisp yang menyebabkan derajat keanggotaan yang pal-
ing tinggi.
Secara matematis :

13
Dimana :
Z* = Output Crisp
Z = Nilai Crisp yang tercakup dalam keluaran Fuzzy

Gambar 2.7. Metode Max-membership Principle


Metode ini akan mengalami sedikit modifikasi jika keluaran fuzzy mem-
iliki bebarapa titik dimana memiliki DOM yang sama tingginya. Hal ini
akan lebih jelas dengan gambar berikut ini :

Gambar 2.8. Metode Max-membership Principle yang Dimodifi-


kasi
b. Center of Area
Metode ini lebih dikenal dengan metode center of area (COA) atau
pusat dari suatu area. Nilai crisp keluaran ditentukan dari titik pusat dari
luasan keluaran fuzzy yang ada.

14
Secara matematis :
Untuk memperjelas metode berikut ini disampaikan contoh keluaran fuzzy
seperti pada gambar 11 keluaran fuzzy tersebut akan didefuzzifikasi
dengan metode COA. Pada gambar 10 metode max-membership menun-
jukkan bahwa persamaan f(z) berubah-ubah, yaitu :

Gambar 2.9. Keluaran Fuzzy


Perhitungan nilai crisp keluaran dengan metode centroid melingkupi ba-
tas antara a sampai dengan f, maka perhitungan integral harus dipecah.

Metode centroid memiliki perhitungan yang cukup rumit dan panjang,


akan tetapi menghasilkan ketelitian yang cukup tinggi.

15
BAB III
METODE PERANCANGAN
3.1. Perencanaan Alat

3.1.1. Kerangka Konsep Pelaksanaan Skripsi

Dalam despro ini ada beberapa kerangka konsep yang akan dilakukan untuk

melakukan pelaksanaan despro. Kerangka konsep tersebut dapat dilihat pada gambar

di bawah ini.

start

Persiapan Ju dul

Studi Literatur

Desain Mekanik-
Elektrik

Pengujian M ek anik- N
Elektrik

Desain Program

N
Pengujian Program

Pengumpul an
dan Analisis Data

Analisa dan
Kesimpul an

End

Gambar 3.1 Diagram Alir Kerangka Konsep Penelitian

16
3.1.2. Studi Literatur

Studi literatur merupakan landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini

untuk mecapai tujuan dari penelitian. Studi literatur yang digunakan adalah dengan

mencari jurnal atau penelitian sbelumnya yang berhubungan dengan penstabil suhu

pada heater menggunakan logika fuzzy. Selain itu, pada studi literatur ini mencari

bagaimana sensor suhu PT100 untuk mengatur kenaikan suhu dan suhu riilnya. Pada

studi literatur ini mempelajari metode fuzzy Mamdani yang dugunakan untuk

mengontrol kestabilan suhu.

3.1.3. Diagram Blok Sistem

INPUT PROSES OUTPUT

Push button LCD

Sensor PT100 Arduino Uno

Driver Heater

Power supply

Gambar 3.2. Diagram Blok Alat


Keterangan:
1. LCD

17
Pada perancangan alat ini terdapat LCD 2x16 yang berfungsi sebagai penampil
suhu.
2. Sensor Suhu PT100 dan Pengkondisi Sinyal
Sensor suhu PT100 berfungsi sebagai feedback dari heater jika suhu sudah
sesuai dengan setpoint yang diberikan. Dalam perancangan ini sensor suhu PT100
membutuhkan adanya pengkondisi sinyal dimana pengkondisi sinyal menjadikan
sinyal-sinyal lemah dari sensor menjadi sinyal tegangan analog yang lebih kuat.
Pengkondisi sinyal yang digunakan untuk PT100 kali ini adala INA125P.
3. Arduino Uno
Mikrokontroller Arduino digunakan sebagi pengontrol sistem secara
keseluruhan. Pada perancangan hetaer ini, mikrokontroller yang digunakan adalah
Arduino Uno.
4. Rangkaian Driver
Rangkaian ini berfungsi sebagai penggerak tegangan dan arus, sehingga
suhu pemanas(heater) tetap terkontrol. Rangkaian driver pada perancangan alat
pemanas ini menggunakan OPTOcoupler atau MOSFET
5. Heater (Pemanas)
Berfungsi sebagai output dari diagram blok ini. Dalam perancangan ini, heater
menggunakan heater elektrik yang biasa dijual di pasaran.
3.1.4. Diagram Blok Kontrol
Set Point Fuzzy Logic
Heater Panas
Suhu Kontrol

Sensor Suhu

Gambar 3.3. Diagram Blok Kontrol


Pada gambar 3.2 di atas menunjukkan diagram blok kontrol fuzzy
dari heater. Pada perancangan kontrol fuzzy ini menggunakan arduino sabagai
mikrokontroler. Kontrol fuzzy dalam sistem ini merupakan sistem yang mengatur
tegangan AC. Nilai set point yang dimasukkan adalah nilai suhu dari pengukuran
sensor suhu. Terdapat feedback nilai error yang berasal dari pembacaan sensor
suhu. Dari hasil pembacaan sensor suhu masuk kedalam mikrokontroler, setelah

18
itu data di bandingkan dengan set point dan kemudian mikrokontroler akan
mengkalkulasi data fuzzy.

3.1.5. Prinsip Kerja

Prinsip kerja Pengatur Suhu Heater Untuk Penyeduhan Kopi Dengan


Logika Fuzzy . Ketika push button 1 (On) dan Heater akan 1 (ON) juga. Dan jika
Push Button 0 (OFF) LCD akan menyala. Setelah LCD menyala proses dilanjutkan
ke pembacaan sensor. Jika sensor kurang dan 90o C maka tegangan akan naik. Jika
sensor membaca lebih dari 90o C maka tegangan akan turun, dan LCD akan
menampilkan suhu yang terbaca oleh sensor, dan ketika PB OFF (0) maka proses
akan berhenti semua.

3.2.Spesifikasi Pembuatan Alat

3.2.1. Spesifikasi Mekanik

LCD

Rangkaian PWM

Push Button

Kran

Gambar 3.4 Rancangan Mekanik Sistem

19
3.2.2. Spesifikasi Elektrik

Perancangan Rangkaian Display LCD 16x2

LCD (Liquid Crsytal Display) berfungsi untuk menampilkan karakter

berupa angka dan huruf, serta memberikan informasi dari suatu sistem.

Disini LCD berfungsi untuk menampilkan kecepatan ekstraktor madu

(dalam rpm) yang sedang menjalankan proses ekstraksi madu,

menampilkan setpoint kecepatan yang diinginkan (maksimum 300 rpm),

menampilkan rpm. Skematik rangkaian LCD yang dihubungkan pada I2C

(Inter Integrated Circuit) dapat dilihat pada gambar 3.11.

Gambar 3.5 Rangkaian LCD dengan I2C

Fungsi rangkaian modul rangkaian I2C disini adalah menghemat

penggunaan pin pada Arduino UNO. 16 pin pada LCD dihubungkan pada

16 pin I2C dan selanjutnya output pin keluaran dari I2C yang terhubung

pada pin Arduino UNO hanya berjumlah 4 buah. Berikut adalah tabel

wiring LCD-I2C ke Arduino UNO.

20
Tabel 3.4 Penjelasan Wiring LCD-I2C ke Arduino UNO

Pin I2C Pin Arduino UNO


GND GND
VCC +5V
SDA (Serial Data) A4 (Analog Input 4)
SCL (Serial
Clock) A5 (Analog input 5)

Perencanaan dan Pembuatan Rangkaian Sensor Suhu

Jenis sensor suhu yang digunakan adalah jenis RTD jenis PT100.

Sebagai sensor suhu, PT100 akan menerima panas dari heater(pemanas)

setiap perubahan suhu pada suatu bidang. Pada sistem ini, PT100 sebagai

receiver akan mengubah energi panas ke energi listrik yang selanjutnya

akan diolah oleh mikrokontroller. Keluaran data PT100 ini akan masuk

kedalam ADC internal mikrokontroller sebagai masukan sensor feedback

dari sistem yang nantinya akan dibandingkan dengan nilai setpoint.

PT100 terbuat dari bahan logam platinum. Oleh karenanya namanya

diawali dengan PT. disebut PT100 karena sensor ini dikalibrasi pada

suhu 0o C pada nilai resistansi 100 . RTD PT100 merupakan resistor

yang nilai resistansinya berubah-ubah sesuai dengan kenaikan suhu.

Berikut ini merupakan karakteristik sensor suhu PT100 berdasarkan

datasheet:

1. termasuk golongan RTD(Resistive Temperature Detector) dengan koefesien

suhu positif, yang berarti nilai resistansinya naik seiring dengan naiknya suhu.

2. digunakan pada kisaran suhu -200 o C sampai dengan 800 o C.

3. dikalibrasi pada suhu 0o C pada nilai resistansi 100 .

4. kemampuan self-heating(pemanas sendiri) rendah yaitu 15mW/ o C dengan

21
eksitasi arus maksimal 1 mA.

Untuk dapat digunakan, sensor suhu PT100 yang outputnya berupa resistansi

diintegrasikan dengan rangkaian jembatan wheatstone agar dapat menghasilkan

output berupa tegangan dengan range yang sesuai dengan input yang dibutuhkan

oleh IC INA125P sebagai pengkondisi dan penguat sinyal yang menghasilkan

tegangan penguatan sesuai dengan range yang dapat menjadi input bagi

mikrokontroller.

V+

SLEEP
12 Vreff com

13 Vreff BG

14 Vreff 2.5

15 Vreff 10

16 Vreff out

INA 125
PT 100 Vin+
Vo
Rg
20k
Sense
Rg

Vin-
IAref
V-

Gambar 3.6 Rangkaian Penguat Sensor Suhu

Gambar 3.6 menunjukkan skematik rangkaian PT100. Sensor PT100 memiliki 2

kaki pin yang diintegrasikan ke rangkaian jembatan wheatstone. Kaki pin sensor

PT100 diwakili oleh terminal 1(T1) yang terhubung pada R2 dan R4 untuk

membentuk suatu jembatan wheatsone. Agar mampu menghasilkan output berupa

tegangan, sensor suhu PT100 dipasang pada rangkaian jembatan wheatstone.

Dengan rumus rangkaian jembatan wheatstone diperoleh nilai penyetimbang yaitu

R4 yang dapat menyetimbangkan nilai resistansi PT100 yang diukur pada suhu 0o

C.

22

R4=2xR3.(3.1)
1

100
R4=100x100 ....................................................................................(3.2)

R4 = 100 (3.3)

Dimana :

R1= nilai variable resistansi PT100

R2= nilai R2 diketahui sebesar 100

R3= nilai R3 diketahui sebesar 100

R4= nilai R penyetimbang

Pada keadaan setimbang, tegangan keluaran PT100 dihasilkan pada

sambungan R2 dan PT100, serta R3 dan R4. Dimana nilai variable resistansi PT100

ketika keadaan 0o C digunakan untuk mendapatkan nilai penyetimbang.

Penyetimbangan pada jembatan wheatstone menghasilkan hasil keluaran berupa

tegangan dengan orde mV, sehingga untuk dapat memenuhi kebutuhan controller,

hasil tegangan ini harus diberikan penguatan. Pada sistem alat yang dibuat,

membutuhkan range suhu antara 80o C - 92o C. dari kedua keadaan batas tersebut

didapatkan range resistansi PT100 adalah 130,8 saat 80o C dan 138,5 saat

92o C dengan menggunakan perhitungan persamaan sebagai berikut:

Pada suhu 80o C

Rpt = 100 + (0,385 *suhu)(3.4)

= 100 + (0,385 *80)

= 100 + 30,8

= 130,8

Pada suhu 92o C

Rpt = 100 + (0,385 *suhu)(3.5)

23
= 100 + (0,385 *92)

= 100 + 38,5

= 138,5

Setelah melakukan perhitungan untuk mencari range hambatan dari suhu

nya, mencari nilai Va dan nilai Vb dari jembatan wheatstone nya. Vref

setelah dicek pada IC INA125P terukur pada Avometer adalah 1,4 V.

Va pada suhu 80o C



Va = x Vref(3.6)
+ 1

130.8
= 130.8 +100 x 1.4V

= 0.79 V

Va pada suhu 92o C



Va = x Vref..(3.7)
+ 1

138.5
= 138.5 +100 x 1.4V

= 0.81 V
2
Vb = x Vref(3.8)
1 +2


= 22 x Vref
2

1
= 2 x 1.4

=0.7V

Maka dari itu, dapat diketahui hasil tegangan keluaran PT100 melalui

jembatan wheatstone mulai dari suhu 80o C sampai 92o C pada table 3.1

Table 3.1 tegangan keluaran PT100 tanpa penguatan

24
Suhu (o C) Tegangan (V)

80 0.096

81 0.098

82 0.098

83 0.099

84 0.1

85 0.101

86 0.103

87 0.104

88 0.106

89 0.110

90 0.111

91 0.112

92 0.112

Setelah mendapatkan hasil tegangan keluaran dari jembatan wheatstone

dengan orde yang masih mV akan menjadi input Vin+ dan Vin- bagi IC

INA125. Selanjutnya agar rangkaian INA125 dapat bekerja dan

menghasilkan penguatan yang sesuai dengan kebutuhan controller, yang

dimana mikrokontroller dapat membaca perubahan tegangan dari 4mV

5 V.

Dari table 3.1 dapat diketahui nilai referensi tegangan keluaran dari

jembatan wheatstone masih sangat kecil dan dibutuhkan untuk mendesain

nilai penguatan (gain) INA125 supaya terbaca oleh controller.

Saya memilih gain = 20x

25
Oleh karena itu pada INA125 dibutuhkan mendesain nilai resistansi pada

port Rg dengan memakai rumus persamaan sebagai berikut:


60
Gain = 4 + (3.9)

Maka:
60
20 = 4+

60
20 4 =

16 x Rg= 60K
60
Rg = 16

Rg = 3.7K

Dimana:

Gain = nilai penguatan

Rg = nilai resistansi penguatan

Gambar 3.7 Layout PCB Rangkaian sensor suhu

PT100 mampu mengukur suhu antara -200o C sampai dengan 400o C.

sistem pengontrol suhu yang dibuat untuk digunakan pada penelitian ini

adalah 80o C sampai dengan 92o C , sehingga sensor PT100 masih sesuai

26
digunakan untuk mengontrol suhu pada heater. Penggunaan IC INA125P

sebagai pengkondisi sinyal sekaligus penguat sinyal karena INA125P

memiliki tingkat presisi yang sangat tinggi, sehingga dapat menerima

input dengan nilai yang sangat kecil yang berasal dari output PT100.

Perencanaan dan pembuatan rangkaian driver heater mengunakan MOC

3041

Gambar 3.8 Layout PCB Rangkaian Driver Heater

Perencanaan Logika Fuzzy

Fuzzifikasi merupakan proses yang dilakukan untuk mengubah variable

nyata menjadi variable fuzzy agar masukan controller fuzzy bisa dipetakan

menuju jenis yang sesuai dengan himpunan fuzzy. Proses fuzzifikasi ini

memakai penyelesaian metode mmdani yang terdiri dari penetuan fungsi

keanggotaan fuzzy untuk variable masukan dan keluaran.

Pada alat pemanas yang dibuat dengan suhu 80o C sampai dengan 92o C

maka ditentukanlah range suhu yang terkontrol oleh metode fuzzy

Mamdani dengan range error -6 sampi 6 derror -6 sampai 6. Dari penetuan

range tersebut dapat dimasukkan pada aplikasi matlab guna mengetahui

hasil dari keluaran untuk mengatur besaran pwm. Pada Gambar 3.9.

merupakan editor fuzzy dengan menggunakan aplikasi matlab.

27
Gambar 3.9 Fuzzy Editor

Himpunan fuzzy yang dipakai adalah fuzzy Mamdani terdiri dari dua

variable masukan yaitu Error dan deltaError(dE), dan satu variable

keluaran dalam bentuk besaran pwm yang digunakan untuk mengatur

panas heater dengan otomatis. Penentuan fungsi keanggotaan pada

variable maukan didasarkan pada metode try and error. Berdasarkan

pengalaman, maka nilai Error dan DeltaError didefinisikan sebagai

berikut:

Error = Set Point Nilai Sebenarnya(3.10)

Keterangan:

Set Point = besarnya nilai yang diinginkan

Nilai Sebenarnya = besarnya nilai yang terbca oleh sensor

Error = Error(t) Error(t-1)(3.11)

Keterangan:

28
Error(t) = nilai Error pada waktu t

Error(t-1) = nilai Error pada waktu t-1

a. Fungsi Keanggotaan Masukan

pada sistem ini menggunakan 3 variabel fungsi keanggotaan yaitu

Minimum(min), Zero, dan Maksimum (Max). dikarenakan output berupa

heater yang memiliki 3 kondisi yaitu lambat, tetap dan cepat. Mengacu

pada teori di atas bahwa variable masukan yang digunakan adalah Error

dan Error. Dimana nilai Error diperoleh dari nilai suhu set point

dikurangi nilai suhu sebenarnya, sedangkan Error diperoleh dari nilai

Error nilai suhu sekarang dikurangi dengan Error nilai suhu beleumnya.

Input dari fungsi keanggotaan ini berupa nilai suhu yang dibaca oleh

sensor suhu PT100. Dan dibawah ini adalah fungsi keanggotaan untuk dan

Error Error .

Gambar 3.10 Fungsi Keanggotaan Error

29
Gambar 3.11 Fungsi Keanggotaan Error

b. Fungsi Keanggotaan Keluaran

Pada fungsi keanggotaan keluaran, output yang diharapkan adalah

tegangan untuk mengatur panas pada heater. Untuk mengatur besar

tegangannya yang nantinya akan berpengaruh pada panas heaternya

terdapat 3 variabel keanggotaan keluaran yaitu lambat, teteap, dan cepat.

Besarnya tegangan tersebut bergantung dari besarnya pwm yang

dikeluarkan oleh mikrokontroller yang dihasilkan dari perhitungan metode

defuzzifikasi metode Mamdani. Berikut ini aalah gambar fungsi

keanggotaan output heater.

30
Gambar 3.12 Fungsi Keanggotaan Output

c. Perencanaan Rule Base

Fuzzy Rule Base berisi pernyataan-pernyataan logika fuzzy, fuzzy Rule

Base berbentuk pernyataan IF-Then yang menyatakan pernyataan kondisi.

Penyusunan fuzzy Rule Base ini sangat berpengaruh pada tahap

pengambilan keputusan yang dilakukan oleh plant. Berdasarkan pada basis

aturan fuzzy pada proses perancangan judul ini aturan fuzzy dibuat dengan

menggunakan metode Smallest of Maximum (SOM), metode ini

didasarkan pada pengetahuan terhadap tingkah laku sistem. Rule fuzzy

dibentuk dengan menggunakan format tabular seperti Tabel 3.3 di bawah

ini.

31
Tabel 3.3 Aturan Fuzzy

E\dE N Z P
N cepat cepat lambat
Z cepat sedang lambat
P cepat lambat lambat

Gambar 3.13 Rule Editor


Setelah aturan fuzzy dibuat dan dimasukkn pada rule editor Gambar 3. Maka keseluruhan rule
yang telah dibentuk dapat ditunjukkan pada rule viewer seperti yang terlihat pada gambar 3.

32
c. Inferensi Fuzzy

3.3.Daftar Perkiraan Harga

3.4.Jadwal Pelaksanaan

33
1.1 Spesifikasi Alat
Pada heater memiliki spesifikasi sebagai berikut :
1. Dimensi
Diameter = 15cm
Lebar = 10cm
Tinggi = 25cm
2. Berat = 1kg
3. Bahan casis / base= aluminium
4. Sensor = sensor suhu PT 100
5. Prosessor = Arduino Uno
6. Aktuator = Heater
7. Tampilan = lcd 16x2
8. Tegangan kerja
Mikrokontroler = 5 VDC
Aktuator = 12 VDC
9. Sumber daya = Power Supply

34
1.2 Diagram Blok Sistem

35
3.5 Flowchart Sistem

start A

Masukkan Y
Tenganga
air If Suhu < 90
n UP

N
PB On=1 Tenganga
n DOWN

B
Heater On

y
PB OFF=1 end

Tampil LCD

Read
sensor

Gambar 3.3.Flowchart

36
3.6 Rancangan Mekanik

37
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1 Daftar Komponen dan Anggaran Biaya
Tabel 4.1 Daftar Komponen
NO NAMA JUMLAH SATUAN HARGA TOTAL
1 Arduino Uno 1 Buah Rp. 100.000,- Rp. 100.000,-
2 Sensor Suhu PT 100 1 Buah Rp. 150.000,- Rp. 150.000,-
3 LCD 16x2 1 Buah Rp. 35.000,- Rp. 35.000,-
4 Push Button 1 Buah Rp. 1.000,- Rp. 1.000,-
5 Potensiometer 1 Buah Rp. 10.000,- Rp. 10.000,-
7 Triac 1 Buah Rp. 20.000,- Rp. 20.000,-
8 Heater 1 Buah Rp. 51.625,- Rp. 51.625,-
9 Power Supply 9V 1 Buah Rp. 90.000,- Rp. 90.000,-
10 MOC 3021 1 Buah Rp. 4.000,- Rp. 4.000,-
11 Kran 1 Buah Rp. 15.000,- Rp. 15.000,-
TOTAL Rp. 476.625,-

4.2 Jadwal Kegiatan

September Oktober November Desember Januari


No Kegiatan
20 21 22 23 4 5 6 7 1 2 3 4 6 7 8 9 3 4

2. Perencanaan Sistem
3. Percobaan Sistem Elektronik
4. Percobaan Sistem Mekanik
5. Perakitan Sistem Mekanik
Perakitan Komponen
6.
Elektronik dan Mekanik
7. Uji Coba Sistem
8. Data dan Laporan
9. Presentasi Laporan Akhir
Tabel 4.2 Jadwal Kegiatan

38
DAFTAR PUSTAKA

Amri, Mutiara Nisa,. 2015.,Pengaruh Pengendalian Suhu Berbasis Logika Fuzzy Dan
Kecepatan Pengadukan Pada Evaporator Vakum Double Jacket Terhadap Karakteristik
Fisik Permen Susu Malang: Universitas Brawijaya
Febrianto, Nurdani., 2016., Rancang Bangun Kontrol Suhu Air Pada Prototipe Pemanas Air
Menggunakan Logika Fuzzy Bandung: Universitas Telkom
Harmini,. Nurhayati, Titik,. 2012., Design dan Simulasi Pengontrolan Suhu Menggunakan
Kontrol PID berbasis Mikrokontroller ATMEGA-16,. Semarang: Universitas Semarang
Hondianto, Tommy.,2015 Perancangan Dan Implementasi Kendali Model Driven Pid Pada
Sistem Pemanas Air., Bandung: Universitas Telkom
Ria, Kiki., Ristianti., 2014., Optimasi Suhu dan Waktu Seduhan Terhadap Mutu kopi tanpa
ampas varietas robusta (coffe canephora) dari desa tempur kecamatan keling kabupaten
jepara, Semarang: Universitas Katolik Soegijapranata
Rozanah, A. (2004). Kafein dan wanita.Republika Online. www.republika.co.id.
Setyawan, Angga.,2013.,Perancangan Sistem Pengendalian Temperature Pada Superheater
Dengan Metode Fuzzy Logic Di Pltu Unit Ii Pt.Pjb Unit Pembangkitan Gresik Surabaya:
Institut Teknologi Sepuluh November
Siswoyo, Bambang.,Implementasi Algoritma Fuzzy dalam FPGA sebagai Kontroller Sistem
Pengaturan Temperatur pada Proses Pencampuran Cairan
Wahyuni, T. (2005). Kafein versus kehamilan.Suara Karya Online. www.yourcompany.com.
Widyotomo, Sukrisno. Sri, Mulato,.2007 Kafein:Senyawa Penting Pada Biji Kopi
https://telinks.wordpress.com/2010/08/19/rangkaian-sensor-suhu-rtd-pt100-two-wire/ diakses
tanggal 15 September 2017
http://blog.vcc2gnd.com/2014/05/moc3021-optocoupler-optoisolator-triac_80.html diakses 18
September 2017
http://trikueni-desain-sistem.blogspot.co.id/2014/04/Pengertian-Push-Button.html diakses 18
September 2017

39

Anda mungkin juga menyukai