Anda di halaman 1dari 22

POSTULAT, KONSEP, DAN STANDARDS

A. Postulat Akuntansi
Postulat akuntansi adalah pernyataan yang dapat membuktikan
kebenarannya sendiri (aksioma), yang sudah diterima karena
kesesuiannya denga tujuan laporan keuangan, dan menggambarkan
aspek ekonomi, politik, social, dan hukum dari suatu lingkungan
dimana akuntansi berada. Terdapat empat asumsi dasar yang
melandasi proses penyusunan laporan keuangan secara keseluruhan,
yaitu:
1. Postulat Entitas
Postulat entitas mengatakan bahwa setiap perusahaan
merupakan unit akuntansi yang terpisah dan berbeda dari
pemiliknya dan perusahaan lain. Konsep entitas diterapkan
pada kemitraan, kepemilikan tunggal, korporasi (perseroan
terbatas dan bukan perseroan terbatas), dan perusahaan kecil
dan besar.
Konsep dari American Accounting Assodation tahun 1964
dan komite studi penelitian standar tentang konsep entitas
bisnis mendukung pandangan ini, menyatakan bahwa "batasan
entitas ekonomi dapat diidentifikasi: Dengan menentukan
kepentingan individual atau kelompok. Dengan menentukan
sifat kepentingan individual atau kelompok. Pendekatan kedua
ini menjustifikasi kemungkinan perluasan data yang
merupakan hasil dari skopa akuntansi baru sebagai upaya untuk
memenuhi kebutuhan potensial semua pemakai.
a. Postulat entitas menurunkan bidang perhatian akuntan dan
membatasi jumlah objek, peristiwa dan atribut peristiwa
yang harus dimasukkan dalam laporan keuangan.
b. Entitas akuntansi adalah mendefinisikan sebagai unit
ekonomi yang bertanggung jawab atas aktivitas ekonomi
dan pengendalian administrative atas unit.
c. Entitas akuntansi juga dapat diartikan dalam kerangka
kepentingan ekonomi berbagai pemakai.

Implikasinya:
a. Dibedakan anatar transaksi bisnis dan induvidu
b. Mengakui tanggung jawab pelayanan manajemne pada
pemegang saham.
c. Pengetrapan segmen perusahaan (seperti) divisi atau
beberapa perusahaan seperti konsolidasi perusahaan yang
saling terkait)
d. Akuntansi sumber daya manusia, sosio ekonomi, kos
modal akan semakin mudah masuk dalam laporan
keuangan.

2. Postulat Kelangsungan Usaha


Postulat Kelangsungan Usaha atau postulat kontinuitas,
menyatakan bahwa entitas akuntansi akan terus beroperasi
untuk melaksanakan proyek, komitmen, dan aktivitas yang
sedang berjalan. Dalil ini berasumsi bahwa perusahaan tidak
diharapkan untuk dilikuidasi dalam masa yang akan datang
yang dapat diketahui dari sekarang atau bahwa entitas akan
terus beroperasi untuk jangka waktu yang tidak tertentu.
Implikasinya:
a. Jika entitas memiliki kehidupan yang terbatas, maka
laporan yang sesuai akan akan menspesifikasi data
terminal dan sifat likuidasi.
b. Menjustifikasi penilaian asset dengan dasar non likuidasi
dan menyediakan dasar untuk akuntansi depresiasi
c. Harapan tentang manfaat di masa mendatang mendorong
manajer untuk melihat ke depan dan memotivasi investor
untuk menanamkan modalnya ke perusahaan.

3. Postulat Unit Pengukur


Postulat unit pengukur menyatakan bahwa akuntansi
adalah pengukuran dan proses mengkomunikasikan aktivitas
perusahaan yang dapat diukur dalam satuan moneter. Unit
pertukaran dan pengukuran diperlukan untuk mencatat
transaksi perusahaan dengan cara yang seragam. Pengukur
umum yang dipilih dalam akuntansi adalah unit monete.
Kebertukaran barang, jasa, dan modal diukur dalam satuan
uang.
Pandangan ini mendorong kita untuk mendefinisi
informasi akuntansi sebagai "kuantitatif, formal, terstruktur,
dapat diaudit, numerik, dan berorientasi masa lampau" dan
mendefinisi informasi nonakuntansi sebagai "kualitatif,
informal, naratif, tidak teraudit, dan berorientasi masa depan".
Keterbatasan yang diakibatkan oleh postulat unit pengukur
terkait dengan unit moneter itu sendiri sebagai unit pengukur.
Karakteristik utama adalah daya beli unit moneter, atau
kuantitas barang atau jasa yang satuan uang dapat digunakan.
Teori akuntansi konvensional berhubungan dengan
permasalahan ini dengan menyatakan bahwa postulat unit
pengukur juga "postulat moneter yang stabil" dalam artian
bahwa postulat menganggap daya beli dolar adalah stabil
sepanjang waktu atau perubahannya tidak signifikan. Meskipun
ini tetap digunakan dalam pelaporan keuangan sekarang,
postulat moneter yang stabil merupakan objek kritik yang
terusmenerus. Profesi akuntansi menghadapi tantangan untuk
memilih antara unit uang dan unit daya beli umum sebagai unit
pengukuran akuntansi.
Implikasinya:
a. Akuntansi terbatas untuk memprediksi informasi yang
dinyatakan dalam satuan moneter, tidak mencatat dan
mengkomunikasikan informasi lain yang relevan namun
bersifat non moneter.
b. Postulat unit mengukur menganggap bahwa daya beli
uang adalah stabil sepanjang waktu atau perubahannya
tidak signifikan.

4. Postulat Periode Akuntansi


Laporan keuangan yang menggambarkan perubahan dalam
kesejateraan perusahaan seharusnya diungkapkan secara
periodic. Panjangnya periode waktu dapat bervariasi, tetapi
hukum pajak penghasilan, yang mensyaratkan penentuan
income dengan dasar tahunan, dan praktik bisnis tradisional,
menggunakan periode normal satu tahun. Meskipun
kebanyakan perusahaan menggunakan periode akuntansi yang
terkait dengan tahun kalender, beberapa perusahaan
menggunakan tahun fiskal, atau tahun bisnis "alami".
Bila siklus bisnis tidak berhubungan dengan tahun
kalender, akan lebih bermanfaat untuk mengakhiri periode
akuntansi ketika aktivitas bisnis telah mencapai titik terendah.
Karena kebutuhan akan informasi yang tepat waktu, relevan
dan sering, kebanyakan perusahaan juga menerbitkan laporan
interim yang menyediakan informasi keuangan triwulanan atau
bulanan, dan untuk menjamin kredibilitas laporan interim.
Implikasinya:
a. Panjangnya periode waktu dapat bervariasi, tetapi hokum
pajak Penghasilan yang mensyaratkan penentuan income
dengan dasar tahunan, dan praktik bisnis tradisional
menggunakan periode normal satu tahun.
b. Penggunaan akrual dan tangguhan dalam pembuatan
posisi keuangan perusahaan.
B. Konsep Akuntansi
Konsep merupakan pernyataan yang tidak perlu dibuktikan
atau aksioma yang diterima secara umum karena sesuai dengan
objectives daripada financial statements. dan yang menggambarkan
sifat dari accounting entities yang bergerak dalam perekonomian
yang bebas yang ditandai oleh hak milik atas suatu kekayaan.
1. Teori Proprietary/ Teori Kepemilikan
Menurut teori proprietary, entitas sebagai agen,
perwakilan atau susunan melalui wirausahawan individual
atau pengoperasi pemegang saham. Sudut pandang
kelompok pemilik sebagai pusat kepentingan terefleksi
dalam cara memelihara catatan akuntansi dan membuat
laporan keuangan. Tujuan utama teori proprietary adalah
untuk menentukan dan menganalisis kekayaan bersih
pemilik, dengan persamaan akuntansi:

Aset Utang = Ekuitas Pemilik.

Dengan kata lain, pemilik memiliki aset dan utang. Jika


utang dianggap aset negatif, maka teori proprietary
dikatakan berpusat pada aset dan, secara konsekuen,
berorientasi neraca. Aset dinilai dan neraca disusun untuk
mengukur perubahan dalam kepentingan atau kesejahteraan
pemilik. Revenue dan expenses dianggap meningkat atau
menurun secara berturut-turut dalam kepemilikan yang
bukan berasal dari investasi pemilik atau penarikan modal
oleh pemilik. Jadi, income bersih atas utang dan pajak
penghasilan perusahaan adalah expenses; deviden adalah
penarikan modal.

2. Teori Entitas
Teori entitas memandang entitas sebagai sesuatu yang
terpisah dan berbeda dari pihak yang menyediakan modal
pada entitas. Secara sederhana, unit bisnis, bukan pemilik,
merupakan pusat kepentingan akuntansi. Unit bisnis
memiliki sumber daya perusahaan dan bertanggungjawab
terhadap pemilik maupun kreditor. Menurut teori ini,
persamaan akuntansinya adalah:
Aset = Ekuitas
Aset = Utang + Ekuitas Pemegang Saham
Aset adalah pertumbuhan hak perusahaan; ekuitas
menunjukkan sumber aset dan terdiri dari utang dan ekuitas
pemegang saham. Baik kreditor dan pemegang saham
adalah pemilik ekuitas, meskipun mereka memiliki hak yang
berbeda terkait dengan income, kontrol risiko, dan likuidasi.
Jadi, income yang diperoleh merupakan properti entitas
hingga didistribusikan sebagai deviden kepada pemegang
saham. Karena unit bisnis bertanggungjawab untuk
memenuhi klaim pemilik ekuitas, teori entitas disebut
sebagai berpusat pada income dan secara konsekuen
berorientasi pada laporan laba rugi.
Akuntabilitas kepada pemilik ekuitas dicapai dengan
mengukur kinerja operasi dan keuangan perusahaan. Dengan
demikian, income merupakan peningkatan dalam ekuitas
pemegang saham setelah klaim pemilik ekuitas lainnya
(sebagai contoh, bunga pinjaman jangka panjang dan pajak
penghasilan) telah terpenuhi. Peningkatan dalam ekuitas
pemegang saham dipertimbangkan sebagai income bagi
pemegang saham hanya jika deviden telah diumumkan.
Demikian halnya, laba yang tidak dibagi (undistribted
profit) tetap menjadi milik entitas karena mereka
menunjukkan corporations proprietary equity in itself.
Sebagai catatan bahwa ketaatan yang kaku pada teori entitas
mendikte bahwa pajak penghasilan dan bunga pinjaman
dianggap sebagai distribusi income dan bukan
expenses.Akan tetapi keyakinan umum dan interpretasi teori
entitas, adalah bahwa bunga dan pajak penghasilan adalah
expenses.
Teori entitas merupakan teori yang paling dapat
diterapkan pada perusahaan bisnis bentuk korporat, yang
terpisah dan berbeda dari pemiliknya. Dampak teori entitas
ditemukan dalam beberapa terminologi teknik akuntansi
yang digunakan dalam praktik.
a) Teori entitas menyetujui pengadopsian penilaian
sediaan LIFO ketimbang FIFO, karena penilaian LFO
dapat mencapai penentuan income yang lebih baik,
dibanding penerapannya dibawah teori proprietatary.
b) Definisi umum revenue sebagai produk perusahaan dan
expenses sebagai barang dan jasa yang dikonsumsi
untuk mendapatkan reuenue adalah konsisten dengan
keasyikan teori entitas akan indeks kinerja dan
akuntabilitas pada pemilik ekuitas.
c) Pembuatan laporan konsolidasi dan pengakuan
kepentingan kelas minoritas sebagai pemilik ekuitas
tambahan juga konsisten dengan teori entitas. Akhirnya,
baik teori entitas, yang menekankan pada penentuan
income bagi pemilik ekuitas secara memadai, dan teori
proprietary, yang menekankan pada penilaian aset yang
memadai, dianggap menyetujui pengadopsian nilai
sekarang, atau penilaian berbasis selain kos historis.
3. Teori Dana
Dalam teori dana, dasar akuntansi bukan teori
proprietary maupun teori entitas, tetapi kelompok aktiva dan
kewajiban dan pembatasan terkait, disebut dana, yang
mengatur penggunaan aset. Jadi, teori dana memandang unit
bisnis terdiri atas sumber daya ekonomi (dana) serta
kewajiban dan restriksi terkait mengenai penggunaan
sumber daya. Persamaan akuntansinya adalah:

Aset = Pembatasan aktiva

Sehingga, teori dana berorientasi aset dalam


pengertian bahwa fokus utamanya adalah pada administrasi
dan penggunaan aset secara memadai. Bukan neraca atau
laporan keuangan melainkan laporan sumber dan
penggunaan dana yang merupakan tujuan utama pelaporan
keuangan.
Teori dana terutama berguna untuk pemerintah dan
organisasi nirlaba. Rumah sakit, universitas, unitkota dan
pemerintahan, sebagai contoh, dijalankan dalam operasi
yang beraneka segi sehingga memerlukan pemisahan dana.
Setiap dana (self-balanced fund) menghasilkan laporan
terpisah melalui sistem akuntansi yang terpisah dan
serangkaian catatan yang memadai. Dana dapat didefinisi
sebagai entitas fiskal dan akuntansi independen dengan
pencatatan serangkaian akun kas dan atau sumber daya lain
yang berimbang bersama dengan utang, kewajiban,
cadangan, dan ekuitas yang terpisah untuk tujuan melakukan
aktivitas tertentu atau mencapai tujuan tertentu sesuai
dengan regulasi, restriksi, atau pembatasan khusus.
Jumlah dana dalam institusi nirlaba tergantung pada
jumlah dan tipe aktivitas yang memiliki restriksi hukum
berkaitan dengan penggunaan asetyang dipercayakan kepada
organisasi. Sebagai contoh, berikut ini terdapat delapan dana
utama yang direkomendasikan untuk administrasi keuangan
unit pemerintahan yang baik:
a. Dana Umum (General Funds) untuk mencatat semua
transaksi keuangan yang tidak layak dicatat dalam
dana lain.
b. Dana Penerimaan Khusus (Special Revenue Funds)
untuk mencatat hasil atas sumber penerimaan khusus
(selain perkiraan khusus) atau untuk mendanai
aktivitas tertentu yang diminta oleh hukum atau aturan
administratif.
c. Dana Jasa Peminjaman (Debt Service Funds) untuk
mencatat pembayaran bunga dan pokok pinjaman
jangka panjang selain iuran khusus (special
assessment) dan reuenue bonds.
d. Dana Projek Modal (Capital Projects Funds) untuk
mencatat penerimaan dan pengeluaran uang dan untuk
memperoleh fasilitas modal selain yang dibiayai oleh
iuran khusus dan dana perusahaan.
e. Dana Perusahaan (Enterprises Funds) untuk mencatat
pendanaan jasa bagi masyarakat umum, di mana
semua atau hampir semua kos yang termasuk
dibayarkan dalam bentuk beban oleh pemakai jasa.
f. Dana Perwalian dan Agen (Trust and Agency Funds)
untuk mencatat aset yang dimiliki oleh unit
pemerintahan sebagai bendahara atau agen individual,
organisasi swasta, dan unit organisasi pemerintahan
lain.
g. Dana Jasa antar Pemerintahan (Intragovermental
Service Funds) untuk mencatat pendanaan aktivitas
khusus dan jasa yang dilakukan oleh unit organisasi
yang ditunjuk dalam batas kekuasaan pemerintah.
h. Dana luran Khusus (Special Assessment Found) untuk
mencatat iuran khusus yang dipungut guna mendanai
perbaikan masyarakat atau jasa yang bermanfaat bagi
kekayaan yang menjadi dasar pemungutan iuran
tersebut.
Teori dana juga relevan untuk organisasi berorientasi
laba, yang menggunakan dana untuk aktivitas yang
bermacam-macam seperti dana pelunasan (sinking funds),
akuntansi untuk kebangkrutan dan perkebunan dan
perwalian, akuntansi cabang atau divisional, pemisahan aset
dalam aset lancar atau tetap, dan konsolidasi.

4. The Enterprise Theory / Teori Badan Usaha


Sejalan dengan kemajuan sosial dan meningkatnya
pertanggungjawaban publik oleh perusahaan, maka konsep
teoritis akuntansi juga berubah. Dalam konsep teori ini yang
menjadi pusat perhatian adalah keseluruhan pihak atau
kontestan yang terlibat atau yang memiliki hubungan baik
langsung maupun tidak langsung dengan perusahaan.
Misalnya, pemilik, manajemen, masyarakat, pemerintah,
kreditor, pegawai dan pihak yang berkepentingan lainnya.
Dalam teori ini pihak-pihak ini harus diperhatikan dalam
penyajian informasi laporan keuangannya.
Menurut teori ini akuntansi jangan hanya
mementingkan informasi bagi pemilik perusahaan, tetapi
juga pihak lainnya juga yang memberikan kontribusi
langsung dan tidak langsung kepada eksistensi dan
keberhasilan suatu perusahaan atau lembaga. Konsep ini
tepat diterapkan pada perusahaan dalam skala besar dan
modern, karena ditinjau dari sisi akuntansi berarti tanggung
jawab pelaporan keuangan selain disampaikan kepada para
pemegang saham/kreditor juga kepada kelompok atau
masyarakat secara keseluruhan.

5. Residual Equity Theory / Teori Ekuitas Residual


Seseorang teoritisi akuntansi William Patton (1962)
menyatakan bahwa ekuitas residual merupakan salah satu
jenis ekuitas dalam kerangka teori entitas. Dalam pandangan
teori entitas, pemegang saham memiliki ekuitas di
perusahaan seperti pemegang saham ekuitas lainnya, tetapi
pemegang saham tidak dianggap sebagai pemilik. Patton
menekankan pada hubungan khusus residual equity holder.
Perubahan dalam penilaian aktiva, perubahan dalam
laba bersih dan laba ditahan dan perubahan didalam hak
pemegang ekuitas lainnya semua tercermin didalam residual
equity pemegang saham biasa.
Jadi teori ekuitas residual merupakan pandangan antara
teori proprietary dan teori entitas. Dalam pandangan ini
persamaan akuntansinya menjadi:

Aktiva Ekuitas Khusus = Ekuitas Residual

Ekuitas khusus meliputi klaim kreditur dan ekuitas


pemegang saham preferen. Namun demikian pada kasus
dimana kerugian begitu besar sehingga perusahaan tersebut
bangkrut, ekuitas pemegan saham biasan dapat hilang dan
pemegang saham preferen atau pemegang obligasi menjadi
pemegang ekuitas residual.
Tujuan pendekatan ekuitas residual adalah memberikan
informasi yang lebih baik kepada pemegang saham biasa
dalam rangka pengambilan keputusan investasi. Karena
biasanya pemegang saham umumnya dianggap memiliki
ekuitas residual didalam laba perusahaan dan didalam aktiva
bersih pada saat likuidasi.
Oleh karena laporan keuangan umumnya disusun tidak
dalam rangka likuidasi, maka informasi yang disajikan
dalam kaitannya dengan ekuitas residual harus berguna
untuk memprediksi dividen masa datang bagi pemegang
saham biasa.
Laporan laba rugi dan laporan laba ditahan harus
menunjukkan laba yang tersedia bagi pemegang ekuitas
residual setelah semua kewajiban dipenuhi, termasuk
deviden kepada pemegang saham preferen.

6. Teori Pengendali / Commander Theory


Teori ini dikembangkan karena adanya ketidak
mantapan adanya konsep artifisial seperti dana dan
kesatuan. Pengendali juga merupakan sinonim dari
manajemen. Manajemen membutuhkan informasi
sedemikian sehingga ia dapat melaaksanakan fungsi
pengendalian dan perencanaan sesuai dengan kehendak
pemilik. Teori ini lebih banyak berhubungan dengan
akuntansi manajemen dari pada akuntansi keuangan. Pusat
perhatiannya adalah mereka yang memiliki kekuasaan atau
wewenang untuk melakukan kontrol ekonomi atas resorsis
yang efektif terhadap suatu lembaga. Penekanan informasi
menurut teori ini adalah pertanggungjawaban atau
stewardship.

7. The Investor Theory


Pusat perhatian dalam teori adalah investor, yaitu
mereka yang tergolong pemilik specific equites (kreditor)
dan residual equities (pemegang saham). Persamaan
akuntasinya adalah
Aktiva Ekuitas Khusus = Ekuitas Residual

Konsep teori ini hampir sama dengan residual equity


theory hanya memusatkan perhatian pada investor saham
biasa saja, sedangkan dalam investor theory memusatkan
perhatian pada kreditor dan juga investor (baik investor
saham biasa maupun investor saham preferen). Pada
umumnya, kreditor dan investor membutuhkan informasi
akuntansi untuk memprediksi kemampuan perusahaan
(debitur dan investee) dalam menghasilkan kas di masa yang
akan datang. Kas yang akan diterima oleh kreditor dan
investor sangat tergantuang pada:
a. Kemampuan debitur dan investee dalam melakukan
pembayaran kas
b. Keinginan atau komitmen dari manajemen debitur dan
investee untuk membayar kreditor dan investor
c. Prioritas pembayaran terhadap klaim kreditor dan
investor.
Dalam konsep teori ini, peranan laporan arus kas (cash
flow statement) adalah sangat penting untuk memenuhi
kebutuhan informasi kreditor dan investor dalam proses
pengambilan keputusan.

C. Standar (Teknik) Akuntansi


Standar atau teknik akuntansi adalah peraturan-peraturan
khusus yang dijabarkan dari prinsip dasar akuntansi, yang mengatur
tentang bagaimana standar perrlakuan catatan dan pelaporan
terhadap semua transaksi dan peristiwa ekonomi yang terjadi dalam
perusahaan. Standar ini diperlukan sebagai patokan dalam
penyusunan laporan keuangan yang baku. Dengan adanya standar
ini, pihak manajemen selaku pengelola dana dan aktivitas
perusahaan dapat mencatat, mengikhtisarkan, dan melaporkan
seluruh hasil kegiatan operasional maupun financial perusahaan
secara baku dan transparan. Standar akuntansi mencakup konvensi,
peraturan dan prosedur yang telah disusun dan disahkan oleh
sebuah lembaga resmi (badan pembentuk standar) pada saat
tertentu.
Belkaoli (1985) mengemukakan pentingnya standar akuntansi
yang baku, yaitu :
1. Dapat menyajikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja,
dan kegiatan perusahaan yang dapat dipercaya kebenarannya
dan memiliki daya banding,
2. Memberikan pedoman bagi akuntan dalam melaksanakan
pekerjaannya secara hati-hati dan independen.
3. Memberikan database kepada pemerintah tentang berbagai
informasi yang dianggap penting dalam menghitung pajak
penghasilan, peraturan tentang perusahaan, perencanaan dan
pengaturan ekonomi, dan peningkatan efiesiensi ekonomi, serta
tujuan-tujuan makro lainnya.
4. Menarik perhatian parah ahli dan praktisi di bidang teori dan
standar akuntansi.
Mengenai pihak-pihak yang dianggap memiliki peranan yang
besar dalam proses perumusan standar akutansi, Belkaoli (1985)
membaginya kedalam 3 fase sebagai berikut:
1. Fase Peranan Manajemen (1900-1933)
Dalam periode ini, manajemen dianggap memiliki
peranan yang besar dalam perumusan standar akuntansi.
Peranan ini muncul sebagai akibat dari bertambahnya
investor dan peranannya yang besar dalam mengembangkan
perusahaan. Dengan adanya pemisahan fungsi antara
pemilik dan manajemen telah menimbulkan atau
memberikan kekuasaaan yang besar pada manajemen untuk
mengelola dan mengendalikan perusahaan. Laporan
keuangan disiapkan oleh manajemen sebagai bentuk
pertanggungjawabannya kepada pemilik.
Dalam periode ini, metode yang dipakai dalam
memecahkan masalah akuntansi yang timbul adalah lebih
bersifat Pragmatis, bukan berdasarkan teori akuntansi yang
ada. Yang menjadi pusat perhatian manajemen pada saat itu
adalah besarnya laba kena pajak dan upaya untuk
mengurangi pajak.

2. Fase Peranan Profesi (1933-1973)


Dalam periode ini, perumusan standar akuntansi
didominasi oleh profesi, dimana organisasi mulai tumbuh
dan berkembang dengan pusat. Dalam periode ini pula
(tahun 1934), SEC untuk pertama kalinya dibentuk, dimana
peran utamanya adalah mengatur penerbitan dan transaksi
perdagangan sekuritas oleh emiten kepada khalayak ramai
(public). Atas desakan SEC, pada tahun 1939, AICPA
membentuk Committee on 51 Accounting Procedure (CAP).
Pada tahun 1959, AICPA mendirikan Accounting
Principles Board (APB). Tugas utama APB adalah
mengajukan rekomendasi secara tertulis mengenai teknik
akuntansi, menentukan praktek akuntansi yang tepat, dan
mempersempit celah perbedaan-perbedaan yang ada serta
ketidak-konsistenan yang terjadi dalam praktek akuntansi
saat itu.
Dalam periode ini. Asosiasi dan organisasi profesi
masih belum yakin terhadap kerangka teori yang ada,
dimana kekuatan atau otoritasnya juga tidak jelas. Oleh
sebab itu, banyak sekali alternatef yang timbul, yang pada
akhirnya menciptakan fleksibilitas dalam penerapan standar
akuntansi.

3. Fase Politisasi (1973- Sekarang)


Berbagai kelemahan yang ada pada fase peranan
manajemen dan profesi telah menimbulkan kecenderungan
pada lahirnya periode yang bersifat deduktid dan politisasi
(adanya keikutsertaan pemerintah) dalam perumusan standar
akuntansi. Pada fase ini, FASB untuk pertama kalinya
dibentuk, yang merupakan peleburan dari unsur praktisi,
bisnis, akademisi, dan lembaga formal. FASB merupakan
organisasi sector swasta yang bertanggungjawab dalam
pembentukan standar akuntansi di Amerika saat ini.

D. Empat Pilar Standar Akuntansi di Indonesia


1. Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Interpretasi Standar
Akuntansi Keuangan (ISAK) yang diterbitkan oleh Dewan
Standar Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) dan Dewan
Standar Syariah Ikatan Akuntan Indonesia (DSAS IAI) serta
peraturan regulator pasar modal untuk entitas yang berada di
bawah pengawasannya.
SAK digunakan untuk suatu badan yang memiliki
akuntanbilitas publik, yaitu badan yang terdaftar atau masih
dalam proses pendaftaran di pasar modal atau badan fidusia
(badan usaha yang menggunakan dana masyarakat, seperti
asuransi, perbankan dan dana pensiun). Sejak tahun 2012, Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI) mengadopsi standar dari International
Financial Report Standard (IFRS) untuk standar akuntansi
keuangan yang berlaku di seluruh perusahaan terdaftar yang ada
di Indonesia.

2. Standar Akuntansi Keuangan Badan Usaha Tanpa Akuntabilitas


Publik (SAK-ETAP)
SAK ETAP digunakan untuk suatu badan yang tidak
memiliki akuntabilitas publik signifikan dalam menyusun
laporan keuangan untuk tujuan umum. SAK-ETAP juga
mengikuti standar yang ditetapkan oleh IFRS khususnya bidang
Small Medium Enterprise (Usaha Kecil Menengah). SAK-ETAP
ini dikeluarkan sejak tahun 2009 dan berlaku efektif pada tahun
2011.
SAK-ETAP pada dasarnya adalah penyederhanaan SAK
IFRS. Beberapa penyederhanaan yang terdapat dalam SAK-
ETAP adalah:
a. Tidak ada Laporan Laba / Rugi Komprehensif.
b. Penilaian untuk aset tetap, aset tak berwujud dan propersi
investasi setelah tanggal perolehan hanya menggunakan
harga perolehan, tidak ada pilihan menggunakan nilai
revaluasi atau nilai wajar.
c. Tidak ada pengakuan liabilitas dan aset pajak tangguhan.
Beban pajak diakui sebesar jumlah pajak menurut ketentuan
pajak.
Badan usaha yang menggunakan SAK-ETAP dalam laporan
auditnya menyebutkan laporan keuangan badan usaha telah
sesuai dengan SAK-ETAP. SAK-ETAP memiliki manfaat, yaitu
apabila diterapkan dengan tepat, diharapkan unit usaha kecil dan
menengah mampu membuat laporan tanpa harus dibantu oleh
pihak lain dan dapat dilakukan audit terhadap laporannya
tersebut.
Sasaran SAK-ETAP ini memang ditujukan untuk jenis
Usaha Kecil dan Menengah, namun tidak banyak pengusaha
UKM yang memahami hal ini. Perlu adanya sosialisasi dan
pelatihan untuk SAK-ETAP ini agar UKM dapat berkembang
dan dipercaya oleh investor.

3. Standar Akuntansi Keuangan Syariah (SAK Syariah)


Standar ini digunakan untuk badan usaha yang memiliki
transaksi syariah atau berbasis syariah. Standar ini terdiri atas
keraengka konseptual penyusunan dan pengungkapan laporan,
standar penyajian laporan keuangan dan standar khusus transaksi
syariah seperti mudharabah, murabahah, salam, ijarah dan
istishna.
Bank syariah menggunakan dua standar dalam menyusun
laporan keuangan. Sebagai badan usaha yang memiliki
akuntabilitas publik signifikan, bank syariah menggunakan
PSAK, sedangkan untuk transaksi syariahnya menggunakan
PSAK Syariah.
Akuntansi syariah memang salah satu cabang akuntansi
yang tergolong baru. Tidak banyak orang yang mengetahui
penerapan prinsip-prinsip syariah ke dalam bidang akuntansi.
Sehingga perlu adanya sosialisasi dan pelatihan tentang cabang
terbaru bidang akuntansi.

4. Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)


SAP dinyatakan dalam bentuk Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan (PSAP), dilengkapi dengan Pengantar
Standar Akuntansi Pemerintahan dan disusun mengacu kepada
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan. Standar ini
digunakan untuk menyusun laporan keuangan instansi
pemerintahan, baik pusat ataupun daerah. SAP disusun dan
disahkan oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintah (KSAP
SAP). SAP berbasis akrual ditetapkan dalam PP No. 71 Tahun
2010. Instansi masih diperkenankan menggunakan PP No. 24
Tahun 2005, SAP berbasis kas menuju akrual sampai tahun
2014.
SAP berbasis kas menuju akrual menggunakan basis kas
untuk penyusunan laporan realisasi anggaran dan menggunakan
basis akrual untuk penyusunan neraca. Pada SAP berbasis
akrual, laporan realisasi anggaran tetap menggunakan basis kas
karena akan dibandingkan dengan anggaran yang disusun
dengan menggunakan basis kas, sedangkan laporan operasional
yang melaporkan kinerja badan usaha disusun dengan
menggunakan basis akrual.
Standar Akuntansi Pemerintahan ini berbeda dengan 3 jenis
standar akuntansi sebelumnya. Pengguna SAP biasanya terbatas
di kalangan pemerintahan saja. Sehingga publikasi laporan
keuangan bidang pemerintahan tidak terbuka seperti laporan
keuangan perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai