Anda di halaman 1dari 6

1.1.

Latar Belakang
Tubuh makhluk hidup baik manusia, hewan, maupun tumbuhan tersusun atas unit terkecil
yang disebut sel. Sel merupakan kumpulan-kumpulan materi paling sederhana yang dapat
hidup. Hal ini dapat dibuktikan pada suatu organisme uniseluler. Organisme ini hanya terdiri
dari satu sel, namun satu sel tersebut dapat melakukan aktivitas-aktivitas kehidupan
sebagaimana pada organisme multiseluler. Berbeda dengan organisme uniseluler, organisme
multiseluler tersusun atas banyak sel yang saling bekerja sama satu sama lain. Dengan kata
lain, bentuk-bentuk kehidupan yang terdapat dimua bumi ini merupakn suatu bentuk
kombinasi sel-sel yang saling bekerja sama maupun sel itu sendiri.
Sel merupakan unit tiga dimensi, bukan dua dimensi. Oleh karena itu, dalam
menggambarkan sel, gambar tiga dimensi ini harus muncul (Santoso, 2016). Sel bukanlah
sekedar sekantung cairan dan bahan kimia; sel juga mengandung struktur-struktur fisik yang
tertata rapi yang dinamai organel. Sebagian dari organel utama pada sel adalah membran sel,
membran nukleus, retikulum endoplasma (RE), aparatus golgi, mitokondria, lisosom, dan
sentriol (Hall, 2009).
Allah SWT. berfirman dalam Al-Quran Surah Al-Anbiya' ayat 30, Surah An-Nuur ayat 45,
dan Surah Furqaan ayat 54 sebagai berikut :




"Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu
keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian kami pisahkan antara keduanya. Dan
dari air kami jadikan segala sesuatu yangg hidup. Maka mengapakan mereka tiada juga
beriman ?"
(Q.S. Al-Anbiya' ayat 30).
Apakah orang-orang kafir itu buta hingga tidak melihat bahwa langit dan bumi pada
awalnya penciptaannya adalah satu kesatuan dan saling melekat satu sama lain, lalu--dengan
kekuasaan Kami--masing-masing Kami pisahkan? Tidak melihat pulakah mereka bahwa dari
air yang tak mengandung kehidupan Kami dapat membuat segala sesuatu menjadi hidup?
Lalu, setelah itu mereka tetap juga membangkang dan tidak percaya bahwa tiada tuhan selain
Kami?(1). (1) Ayat ini mengungkap konsep penciptaan planet, termasuk bumi, yang
belakangan dikuatkan oleh penemuan ilmu pengetahuan mutakhir dengan teori-teori
modernnya. Dalam konsep itu dinyatakan bahwa pada dasarnya bumi dan langit merupakan
satu kesatuan yang bersambungan satu sama lain. Kenyataan itu pula yang kemudian
ditemukan oleh ilmu pengetahuan mdern dengan sejumlah bukti yang kuat. Kata al-fatq pada
ayat ini berarti 'pemisahan', yaitu pemisahan bumi dari langit yang sebelumnya menyatu. Ini
pula yang kemudian ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern. Ada beberapa teori yang
dapat mengungkap sejumlah gejala berkaitan dengan hal ini tetapi tidak dapat mengungkap
beberapa gejala yang lain. Hal ini membawa kita kepada satu kesimpulan: tidak ada satu teori
pun yang paling akurat dan disepakati oleh seluruh ahli. Namun demikian, berikut ini ada
baiknya kalau kita melihat dua dari sejumlah teori itu, sebagai contoh. Teori pertama,
berkaitan dengan tercpitanya tata surya, menyebutkan bahwa kabut di sekitar matahari akan
menyebar dan melebar pada ruangan yang dingin. Butir-butir kecil gas yang membentuk
kabut akan bertambah tebal pada atom-atom debu yang bergerak amat cepat. Atom-atom itu
kemudian mengumpul, akibat terjadinya benturan dan akumulasi, dengan membawa
kandungan sejumlah gas berat. Seiring dengan berjalannya waktu, akumulasi itu semakin
bertambah besar hingga membentuk planet-planet, bulan dan bumi dengan jarak yang sesuai.
Penumpukan itu sendiri, seperti telah diketahui, mengakibatkan bertambah kuatnya tekanan
yang pada gilirannya membuat temperatur bertambah tinggi. Dan pada saat kulit bumi
mengkristal karena dingin, dan melalui proses sejumlah letusan larva yang terjadi setelah itu,
bumi memperoleh sejumlah besar uap air dan karbon dioksiada akibat surplus larva yang
mengalir. Salah satu faktor yang membantu terbentuknya oksigen yang segar di udara setalah
itu adalah aktifias dan interaksi sinar matahari melalui asimilasi sinar bersama tumbuhan
generasi awal dan rumput-rumputan. Teori kedua, berkenaan dengan terciptanya alam raya
secara umum yang dapat dipahami dari firman Allah Swt. : "anna al-samwti wa al-ardla
knat ratqan" yang berarti bahwa bumi dan langit pada dasarnya tergabung secara
koheren sehingga tampak seolah satu massa. Hal ini sesuai dengan penemuan mutakhir
mengenai teori terjadinya alam raya. Menurut penemuan itu, sebelum terbentuk seperti
sekarang ini, bumi merupakan kumpulan sejumlah besar kekuatan atom-atom yang saling
berkaitan dan di bawah tekanan sangat kuat yang hampir tidak dapat dibayangkan oleh akal.
Selain itu, penemuan mutakhir itu juga menyebutkan bahwa semua benda langit sekarang
beserta kandungan-kandungannya, termasuk di dalamnya tata surya dan bumi, sebelumnya
terakumulasi sangat kuat dalam bentuk bola yang jari-jarinya tidak lebih dari 3. 000. 000 mil.
Lanjutan firman Allah yang berbunyi "fa fataqnhum" merupakan isyarat tentang apa
yang terjadi pada cairan atom pertamanya berupa ledakan dahsyat yang mengakibatkan
tersebarnya benda-benda alam raya ke seluruh penjuru, yang berakhir dengan terciptanya
berbagai benda langit yang terpisah, termasuk tata surya dan bumi. Sedangkan ayat yang
berbunyi "wa ja'aln min al-m'i kulla syay'in hayyin" telah dibuktikan melalui penemuan
lebih dari satu cabang ilmu pengetahuan. Sitologi (ilmu tentang susunan dan fungsi sel),
misalnya, menyatakan bahwa air adalah komponen terpenting dalam pembentukan sel yang
merupakan satuan bangunan pada setiap makhluk hidup, baik hewan maupun tumbuhan.
Sedang Biokimia menyatakan bahwa air adalah unsur yang sangat penting pada setiap
interaksi dan perubahan yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup. Air dapat berfungsi
sebagai media, faktor pembantu, bagian dari proses interaksi, atau bahkan hasil dari sebuah
proses interaksi itu sendiri. Sedangkan Fisiologi menyatakan bahwa air sangat dibutuhkan
agar masing-masing organ dapat berfungsi dengan baik. Hilangnya fungsi itu akan berarti
kematian (Shihab, 2002).










"Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada
yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki sedang sebagian (yang
lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya,
sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (Q.S. An-Nuur Ayat 45).

Allah adalah Pencipta segala sesuatu dengan kehendak-Nya. Dia menciptakan semua jenis
hewan dari asal yang sama yaitu air. Maka tidak satu pun hewan yang tidak memerlukan air.
Kemudian dijadikanlah hewan-hewan itu bervariasi dari segi jenis, potensi dan perbedaan-
perbedaaan lainnya. Maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya seperti
ikan, dan binatang merangkak lainnya. Sebagian lainnya berjalan di atas kedua kakinya
seperti manusia dan burung. Ada pula jenis hewan yang berjalan di atas empat kaki seperti
binatang-binatang. Allah menciptakan makhluk yang dikehendaki-Nya dengan cara
bagaimana pun untuk menunjukkan kekuasaan dan pengetahuan-Nya. Dia adalah Zat yang
berkehendak memilih dan Mahakuasa atas segala sesuatu(1). (1) Air yang dimaksud dalam
ayat di atas adalah air kehidupan atau air yang mengandung anasir-anasir spermatozoa. Ayat
ini tidak hanya mendahului ilmu pengetahuan dalam menerangkan kejadian manusia dari
setetes air seperti disebut dalam ayat 5 dan 6 surat al-Thriq, bahkan juga telah mendahului
ilmu pengetahuan dalam menerangkan bahwa setiap makhluk hidup di atas bumi berkembang
biak melalui sperma, meskipun bentuk dan ciri sperma yang ada pada masing-masing
makhluk itu berbeda. Dari sudut pandang ilmu pengetahuan, ayat ini mengandung penafsiran
ilmiah bahwa air merupakan sarana terpenting dalam kejadian setiap makhluk. Ambillah
contoh, misalnya, kandungan air dalam tubuh manusia yang mencapai 70% dari berat
tubuhnya. Ini berarti, seseorang yang mempunyai berat badan 70 kg, di dalam tubuhnya
terkandung sekitar 50 kg air. Kejadian manusia dan besarnya kandungan air di dalam tubuh,
sebagaimana disebutkan di atas, belum diketahui sebelum al-Qur'n diturunkan. Bagi
manusia, air lebih penting dari makanan. Seseorang mungkin dapat bertahan hidup selama 60
hari tanpa makan. Tetapi tanpa air, manusia diperkirakan hanya mampu bertahan 3 sampai 10
hari. Selain itu, air adalah asal mula terbentuknya darah, cairan limpa, cairan sumsum,
kencing, air mata, air liur, air empedu, susu dan seluruh cairan yang ada di sendi. Airlah yang
menyebabkan tubuh manusia menjadi lentur. Kalau saja tubuh seseorang kehilangan 20% air,
maka ia tidak akan dapat bertahan hidup. Demikian pula, air dapat berfungsi melarutkan
bahan-bahan makanan setelah dikunyah dan ditelan. Di samping itu ia juga dapat melarutkan
sisa-sisa proses metabolisme melalui kencing dan keringat. Demikianlah, air menjadi bagian
terbesar dan terpenting dalam tubuh manusia. Karena itu dapat dikatakan bahwa setiap
makhluk hidup, sebagaimana dijelaskan ayat ini, diciptakan dari air (Shihab, 2002).






"Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air lalu dia jadikan manusia itu (punya)
keturunan dan mushaharah dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa." (Q.S. Furqaan Ayat 54).

Allahlah yang telah menciptakan mereka dari setetes air. Kemudian Allah menjadikan mereka
laki-laki dan perempuan yang mempunyai hubungan kekerabatan melalui keturunan atau
perkawinan. Allah Mahakuasa atas setiap yang dikehendaki-Nya. Sebab melalui setetes air, Dia
mampu menjadikan dua jenis manusia yang berbeda (Shihab, 2002).
Berdasarkan pada Firman Allah SWT. di atas, dapat diketahui bahwasanya segala sesuatu
yang hidup diciptakan dari air. Allah SWT. berfirman dalam Al-Quran Surah An-Nuur ayat 45
bahwasanya hewan dari jenis apapun, baik hewan melata, hewan yang berjalan dengan dua
kaki maupun pada hewan yang berjalan dengan empat kaki kesemuanya diciptakan oleh Allah
SWT. dari air. Begitu pula pada manusia, dalam Al-Quran Surah Al-Furqaan ayat 54 Allah SWT.
berfirman bahwasanya manusia diciptakan dari air. Dengan kata lain, seluruh kehidupan telah
Allah ciptakan dari air, sebagaimana dalam firman-Nya dalam Al-Quran Surah Al-Anbiya' ayat
30.
Hal tersebut di atas, juga berlaku pada sel sebagai satuan unit struktural dan fungsional
penyusun makhluk hidup. Menurut Santoso (2016), sebagian besar komponen sel (90 persen)
merupakan cairan yang disebut protoplasma. Protoplasma terdiri atas asam amino, glukosa,
asam nukleat, dan sejumlah molekul. Pernyataan ini juga didukung oleh pernyataan Hall (2009),
yang menyatakan bahwasanya air menyusun 70 sampai 85 persen kebanyakan sel.
Berdasarkan penelitian, para ahli menggolongkan sel menjadi dua kelompok, yaitu sel
prokariotik dan sel eukariotik. Penggolongan ini berdasarkan ukuran dan struktur internal atau
kandungan organelnya. Sel prokariotik mempunyai struktur yang sederhana, misalnya bakteri
dan Cyanophyta. Sedangkan, sel eukariotik memiliki struktur ysng lebih kompleks, misalnya
protista, fungi, tumbuhan, dan hewan (Novel, 2012).
Baca juga Nukleus, ribosom, Retikulum Endoplasma, Badan Golgi, Vakuola, dan Peroksisom.
1.2. Tujuan
Tujuan dilaksanakannya praktikum yang berjudul "Sel Prokariotik dan Sel Eukariotik" adalah
untuk menjelaskan perbedaan sel prokariotik dan sel eukariotik.

BAB II
TIJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Sel


Sel merupakan unit terkecil dan paling sederhana pada organisme. Sel memiliki kemampuan
untuk melakukan aktivitas kehidupan dan berbagai reaksi kimia. Organisme tersusun atas sel
tunggal (uniseluler) seperti bakteri, sianobakter, amoeba, dan tersusun atas banyak tipe sel
(multiseluler) yang telah berdiferensiasi dan mengalami spesialisasi seperti tumbuhan, hewan,
dan manusia. Baik organisme uniseluler dan multiseluler keduanya berasal dari pembelahan
satu sel, misalnya sel bakteri berasal dari pembelahan sel bakteri induknya dan organisme
tingkat tinggi seperti manusai berasal dari pembelahan sel telur yang telah dibuahi oleh sperma
(Novel, 2012).
Dalam jenjang organisasi bilogis, sel merupakan kumpulan materi paling sederhana yang
dapat hidup. Bahkan terdapat beraneka ragam bentuk kehidupan yang hadir sebagai organisme
berseltunggal. Organisme yang lebih kompleks, termasuk tumbuhan dan hewan, bersifat
multiseluer; tubuh organisme semacam itu, merupakan hasil kerjasama antara banyak sel-sel
yang terspesialisasi yang tidak dapat bertahan hidup (survive, sintas) dalam waktu lama secara
sendirian. Akan tetapi, bahkan ketika tersusun dalam tingkat organisasi yang lebih tinggi,
misalnya jaringan dan organ, sel merupakan unit dasar bagi struktur dan fungsi organisme
(Campbell, 2010).

2.2. Struktur Fisik Sel


Ada dua bagian utama sel : inti dan isinya, seringkali disebut nukleoplasma; dan bagian
sisanya yang disebut sitoplasma. Inti dan sitoplasma itu dikelilingi oleh, membran, demikian pula
bagian yang lebih kecil seperti mitokondria dan benda-benda golgi (Ackerman, 1979).
Sel bukanlah sekedar sekantung cairan dan bahan kimia; sel juga mengandung struktur-
struktur fisik yang tertata rapi yang dinamai organel. Sebagian dari organel utama pada sel
adalah membran sel, membran nukleus, retikulum endoplasma (RE), aparatus golgi,
mitokondria, lisosom, dan sentriol Santoso, 2016).

2.3. Jenis-Jenis Sel


Secara umum, ada dua tipe sel berdasarkan ada tidaknya struktur selaput inti dan membran
internal lainnya. ipe tersebut yakni sel prokariotik dan sel eukariotik. Perbedaan utama dari
keduanya adalah sel prokariotik tidak mempunyai selaput nukleus. Meskipun demikian,
keduanya mempunyai materi genetik, membran sel, dan ribosom (Santoso, 2016).

2.3.1. Sel Prokariotik


Prokariot merupakan organisme uniseluler yang tidak berkembang atau berdiferensiasi
menjadi bentuk multiseluler. Beberapa bakteri tumbuh dalam filamen atau kumpulan sel, tetapi
kumpulan sel dalam koloni tersebut identik dan mampu memiliki eksistensi independen. Sel-sel
dapat berdekatan satu sama lain, sebab mereka tidak terpisah setelah pembelahan sel. Mereka
tetap terbungkus di dalam membran dengan cairan yang disekresikan sel. Namun, tidak terdapat
hubungan dan komunikasi antar sel. Prokariot dapat ditemuan hampir di seluruh penjuru bumi,
mulai dari laut dalam hingga ke tepian mata air panas, bahkan diseluruh permukaan tubuh kita
(Samtoso, 2016).
Kelompok prokariotik meliputi kelompok archaebakteria (bakteri purba) dan eubakteria
(monera) yang beranggotakan bakteri, mikoplasma, dan cyanophyta. Struktur umum sel
prokariotik yang diwakili oleh bakteri berturut-turut mulai dari luar ke dalam adalah dinding sel,
membran sel, mesosom, sitoplasma, ribosom, dan materi inti (DNA dan RNA) (Novel, 2012).
Interior sel prokariot disebut sitoplasma (cytoplasm). Istilah ini juga digunakan untu menyebut
wilayah di antara nukleus dan membran plasma pada sel eukariot. Dalam sitoplasma sel
eukariot, terdapat berbagai macam organel dengan bentuk dan fungsinya yang terspesialisasi,
yang tersuspensi dalam sitosol. Struktur yang dibatasi membran ini tidak ditemukan pada sel
prokariot. Dengan demikian, adanya atau tidak adanya nukleus sejati hanya salah satu contoh
perbedaan kompleksitas struktural antara kedua tipe sel (Campbell, 2010).
Prokariot juga tidak mempunya organelorganel intra sel dan struktur seperti ciri khas sel
eukariotik. Fungsi organel digantikan oleh membran plasma. Prokariot mempunyai tiga daerah
arditektur; yaitu 1) flagel atau fili merupakan protein yang melekat dipermukaan sel; 2) satu
selaput sel mengandung kapsul, satu dinding sel, dan satu membran plasma; 3) daerah
sitoplasmaik yang mengandung genom sel (DNA) dan ribosom (Santoso, 2016).

2.3.2. Sel Eukariotik


Sel-sel eukariotik berukuran 10 kali lebih besar daripada sel prokariotik dan volumenya dapat
1000 kali lipatnya. Perbedaan dasarnya dalah adanya kompartemen dalam sel berlapis
membran, aktivitas metabolisme terjadi. Hal yang paling penting adalaha adanya DNA di dalam
nukleus. Berdasarkan struktur inilah nama eukariot yang berarti inti sebenarnya diberikan
(Santoso, 2016). Sel eukariot umumnya berdiameter 10-100 (Campbell, 2010).
Organisme euariotik memiliki struktur organel, yakni suatu struktur mikroskopis di dalam
sel yang membentuk fungsi khusus (Santoso, 2016). Menurut Campbell (2010),
kompartemen-kompartemen sel membentuk lingkungan lokal yang berbeda yang
memfasilitasi fungsi metabolik spesifik, sehingga proses yang tidak kompatibel dapat
berlangsung bersamaan di dalam suatu sel.
Sel eukariotik biasanya merupakan penyusun struktur makhluk hidup multiseluler kecuali
sel ragi. Sel eukariotik tersusun atas membran sel, sitoplasma, nukleus, sentriol, retikulum
endoplasma, ibosom, kompleks golgi, lisosom, badan mikro, mitokondria, mikrotubulus, dan
mikrofilamen. Organel-organel di dalam sel memiliki peran yang sangat penting bagi
kelangsungan hidup sel tersebut (Novel, 2012).

DAFTAR PUSTAKA
Ackerman, Eugene, Lynda B.M. Ellis, dan Lawrence E. Williams. 1979. Ilmu Biofisika.
Surabaya : Penerbit Universitas Airlangga.
Bavelander, Gerrit dan Judith A. Rameley. 1988. Dasar-Dasar Histologi. Edisi Kedelapan.
Jakarta : Erlangga.
Campbell, Neil A., Jane B. Reece, Lisa A. Urry, Michael L. Cain, Steven A. Wasserman,
Peter V. Minorsky, dan Robert B. Jackson. 2010. Biologi. Jilid 1. Edisi
Kedelapan. Jakarta : Erlangga.
Campbell, Neil A., Jane B. Reece, Lisa A. Urry, Michael L. Cain, Steven A. Wasserman,
Peter V. Minorsky, dan Robert B. Jackson. 2010. Biologi. Jilid 2. Edisi Kedelapan.
Jakarta : Erlangga.
Hall, John E. 2009. Buku Saku Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Norris, Vic dan Robert Root Berstein. 2009. The Eukariotic Cell Originated In the Integration
and Redistribution of Hyperstructures from Communities and Prokaryotic Cells Based
on Moleculer Complementarity. International Journal of Moleculer Science. Vol. 10.
Novel, Sinta Sasika, Ria Khoirunnisa Apriyani, Heri Setiadi, dan Ratu Safitri.
2012. Biomedik. Jakarta : C.V. Trans Infio Media.
Santoso, Lucia Maria dan Didi Jaya Santri. 2016. Biologi Molekuler Sel. Jakarta : Salemba
Teknika.

Anda mungkin juga menyukai