Cervical Root Syndrome PDF
Cervical Root Syndrome PDF
pada
Pasien cervical root syndrome
di rsud dr. Moewardi
Surakarta
SKRIPSI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
PENGESAHAN SKRIPSI
Pembimbing Utama
Nama : DR. Noer Rachma, dr., SpRM
NIP : 1955.06.28.1983.12.2.001 ()
Pembinbing Pendamping
Nama : Margono, dr., MKK
NIP : 1954.09.15.1986.01.1.001 ()
Penguji Utama
Nama : Tri Lastiti W, dr., SpRM, M.Kes
NIP : 1955.04.03.1983.12.2.001 ()
Anggota Penguji
Nama : Siswarni, dr., Sp.RM
NIP : 1957.10.04.1983.03.2.002 ()
Surakarta,
ii
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
iii
ABSTRAK
Wahyu Agung Susilo, G0007171, 2010, Pengaruh Terapi Modalitas dan Terapi
Latihan terhadap Penurunan Rasa Nyeri pada Pasien Cervical Root Syndrome di
RSUD Dr.Moewardi Surakarta. Skripsi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas
Maret, Surakarta.
iv
ABSTRACT
Wahyu Agung Susilo, G0007171, 2010. The Influence of Modality Therapy and
Exercise Therapy to Pain Reduction on Cervical Root Syndrome Patient at RSUD
Dr.Moewardi Surakarta. Script, Faculty of Medicine, Sebelas Maret University ,
Surakarta .
v
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi yang berjudul Pengaruh Terapi
Modalitas dan Terapi Latihan terhadap Penurunan Rasa Nyeri pada Pasien
Cervical Root Syndrome di RSUD Dr. Moewardi Surakarta, sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan. Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi
persyaratan guna mencapai derajat sarjana S-1 Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret, Surakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari
bantuan, dorongan, semangat, saran, dan pendapat berbagai pihak, oleh karena itu,
dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada yang terhormat :
1. Prof. Dr. A.A. Subijanto, dr, M.S. selaku dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah mengijinkan pelaksanaan
penelitian ini dalam rangka penyusunan skripsi;
2. Bagian Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta,
yang telah memberikan bimbingan dalamm penulisan skripsi ini;
3. DR. Noer Rachma, dr., SpRM, sebagai pembimbing utama yang telah
memberikan banyak waktu, pengarahan, saran dan masukan.
4. Margono, dr., M.Kes, selaku pembimbing pendamping yang telah banyak
memberikan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.
5. Bagian Pendidikan dan Penelitian RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang telah
banyak memfasilitasi dalam pelaksanaan penelitian.;
6. Kepala Instalasi Rehabilitasi Medik beserta staf, yang telah banyak membantu
selama pelaksanaan penelitian;
7. Semua pihak yang telah ikut membantu dan atau terlibat dalam penyelesaian
penelitian.
Akhirnya, semoga skripsi ini ada manfaatnya baik pada diri sendiri
maupun pihak lain yang berminat.
vi
DAFTAR ISI
PRAKATA vi
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN xi
BAB I PENDAHULUAN 1
B. Perumusan Masalah 2
C. Tujuan Penelitian 3
D. Manfaat Penelitian 3
A. Landasan Teori 4
B. Kerangka Pemikiran 27
C. Hipotesis 28
A. Jenis Penelitian 29
B. Lokasi 29
C. Subyek Penelitian 29
D. Variabel Penelitian 30
E. Teknik Sampling 31
vii
G. Instrumen Penelitian 33
H. Protokol Penelitian 34
I. Analisis Data 35
A. Deskripsi Sampel 36
B. Analisis Statistika 38
BAB V PEMBAHASAN 41
A. Simpulan 43
B. Saran 43
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
kumpulan gejala karena penekanan pada saraf spinal yang sering diakibatkan
oleh proses degenerasi pada vertebrae dan discus intervertebralis pada daerah
sering didapatkan pada pasien yang berusia lanjut dan merupakan penyebab
terbanyak disfungsi medula spinalis pada pasien yang berusia lebih dari 55
Yang sering didapatkan adalah nyeri pada daerah leher. Rasa nyeri tersebut
dapat menjalar menuju ke bagian bahu maupun tangan. Apabila sudah terjadi
bawah dan sering didapatkan pada C5-C6 dan C6-C7. Hal ini diakibatkan
karena struktur anatomi dan juga biomekanik pada leher (Rana, 2009).
xii
internasional pada tahun 1996 didapatkan 3,5 kasus per 1000 orang (Furman,
2009)
otot leher. Terapi latihan dapat dilakukan oleh penderita di rumah serta tidak
memerlukan biaya dan bantuan orang lain.. Terapi modalitas digunakan untuk
B. Perumusan Masalah
xiii
C. Tujuan Penelitian
terhadap penurunan rasa nyeri pada pasien Cervical Root Syndrome di RSUD
D. Manfaat Penelitian
1. Aspek Teoritis
2. Aspek Aplikatif
4.1.1.1.1.1.1 BAB II
xiv
LANDASAN TEORI
A. LANDASAN TEORI
a. Vertebrae Cervical
juga lumbal. Ini semua berkaitan dengan fungsinya yang memang berbeda.
Vertebrae cervical relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan vertebrae lumbal,
begitu juga dengan discus intervertebralenya yang memiliki ukuran lebih kecil.
Vertebra Cervical yang pertama dan kedua (C1 dan C2) memilki susunan anatomi
occipitalis
corpusnya, bersendi dengan arcus dari atlas anterior dan diikat kuat
oleh ligament.
4
b) Di bawah C2 terdapat discus di antara tiap vertebrae.
xv
3. Vertebra Cervical 3, 4, 5. :
b. DISCUS INTERVERTEBRALIS
plate.
c. ARTICULATIO
1) Articulatio atlantooccipitalis
2) Articulatio atlantoepistrphica
intervertebralis.
2) Dua sendi uncovertebralis von Luschka yang bersiga sendi palsu dan
xvi
Oleh karena bentuk persendian pada cervical seperti Sadel sehingga
d. KINESIOLOGI
sampai dengan C8. Pada daerah cervical sendiri terdapat dua plexus yakni
brachialis, brachioradialis,
diafragma
C6 Bagian samping lengan atas dan lengan bawah, Biceps, brachialis, brachoradialis,
C7 Posterolateral lengan atas dan lengan bawah, Triceps, latissimus dorsi, pronator
xvii
extensor digitorum,
C8 Medial lengan atas dan lengan bawah, jari Flexor digitorum superficialis,
T1 Axilla dan pectoral, medial lengan atas, Adductor pollicis, abductor pollicis
interossei
e. BIOMEKANIK LEHER
mempertahankan posisi kepala dan untuk stabilitas dan mobilitas. Gerakan fleksi
ekstensi terjadi pada articulatio atlantooccipitalis, juga bisa terjadi di antara C1 dan
oleh uncovertebral. Bentuk dari corpus yang lebih lebar pada arah lateral
xviii
Pergerakan rotasi pada persendian atlantoaxial seperti fenomena kursi
putar, dengan stabilisasi dan kontrol oleh ligamentum yan g membentuk kapsul
persendian atlantoaxial yang bersifat diarthrosis. Bentuk corpus dari C3-C7 yang
seperti pelana memungkinkan untuk gerakan miring dan rotasi. Posisi dari
memungkinkan rotasi pada bidang horizontal dan lateral bending. Pada spatium
intervertebral C5-C6 terjadi range of motion yang besar pada gerak fleksi-ekstensi
Range of Motion (R.O.M.) adalah luas gerak yang bisa dilakukan oleh
suatu sendi dengan seluruh kekuatan. Tiap sendi memiliki R.O.M. yang berbeda-
beda yang diukur menggunakan goniometer. Pada bagian cervical R.O.M normal
pada fleksi adalah 70. Pada ekstensi 40. Pada lateral bending 60. Dan pada
a. Pengertian
atau jebakan pada saraf spinal yang disebabkan karena proses degenerasi
diakibatkan oleh berbagai sebab, salah satunya trauma. Selain itu bisa
xix
antara lain adalah Cervical Spondyloarthrosis atau Cervical Osteoarthrosis
kekakuan pada tangan tergantung pada bagian saraf spinal mana yang
b. Insidensi
lebih dari 55 tahun (Rubin , 2007). Meskipun memiliki insidensi yang tinggi
dan terlihat pada pemeriksaan radiologis, tapi penyakit ini kadang tidak
xx
Serikat (Abbed, 2007). Sedangkan dari data internasional pada tahun 1996
c. Faktor Predisposisi
1) Umur
pada penderita yang berusia lebih dari 55 tahun. Proses degenerasi pada
2) Jenis Kelamin
sedangkan pada wanita biasanya dimulai pada usia 40 tahun. Tetapi dari
xxi
3) Genetik
4) Trauma
cervical root syndrome. Selain itu dapat diakibatkan juga karena proses
wear and tear, yaitu proses penggunaan sendi terus menerus yang
5) Pekerjaan
mengangkat beban berat pada kuli dan gerakan berlebihan pada penari
pakaian. Hal ini akan menyebabkan postur tubuh yang kurang baik
uniform, dengan concavitas ke arah depan. Pada daerah thoracal dan sacral
xxii
curvature ini menetap tetapi sebagagi kompensasinya terjadi curvatura yang
daerah ini merupakan daerah yang paling mobile. Dibantu oleh jaringan
dan adanya ketidakstabilan, maka sering didapatkan strain pada daerah ini.
Sehingga proses degenerasi pada daerah cervical tidak dapat dihindari akibat
proses wear and tear. Pada daerah cervical, yang sering terjadi adalah pada
intervertebral posterior (facet) dan bisa terjadi juga pada uncovertebral joint
xxiii
articular dan terjadi pembentukan osteofit pada pinggir persendian. (Cailliet,
material discus keluar megisisi ruang diantara corpus vertebra dan lig.
longitudinal dan terjadi ossifikasi. Studi lebih lanjut tidak mendukung teori
memiliki foramen kecil dan serabut saraf besar, maka pada bagian cervical
xxiv
spinalis yang bisa menyebabkan myelopati. (Carrete, 2005; Furman, 2009;
Regan, 2010)
1) Nyeri Leher
berat atau keadaan umum yang menurun. Terkadang rasa nyeri menjalar
ke bahu atau lengan atas dan juga bisa mengenai daerah cervical atas yang
Kaku leher dimulai pada pagi hari dan makin bertambah dengan
3) Gejala Radikuler
Tergantung pada radix saraf yang terkena oleh spur atau iritasi
oleh synovitis dari facet sendiri dan biasanya bersifat unilateral. Pasien
xxv
4) Parese
hebat pada radix saraf atau medulla spinalis yang menyebabkan terjadinya
5) Gejala-gejala lain
f. Pemeriksaan Fisik
jarang ditemukan.
xxvi
5) Leher tampak agak kyphotic sehingga postur terlihat kepala jatuh ke
sendi zygapophyseal.
sama lain dan terdapat osteofit marginalis. (Aston, 1983; Cailliet 1991)
g. Pemeriksaan Radiologis
intervertebrae.
xxvii
h. Penatalaksanaan
antara lain :
1) Edukasi
memperburuk keadaan.
3) Terapi medikamentosa
4) Traksi leher
Traksi leher dengan posisi supine dengan sudut leher, beban dan durasi
dari traksi disesuaikan toleransi dan respon dari pasien. Tujuan dari
xxviii
traksi adalah untuk mengembalikan posisi dari vertebrae. Indikasi
cervical biasa diberikan terapi dengan beban 10-20 lbs yang dilakukan
5) Cervical collar
dan spasme otot. Soft collar dipergunakan untuk transisi bila sudah
digunakan setelah operasi atau fraktur cervical yang tidak stabil dan
6) Terapi modalitas
xxix
7) Terapi latihan
3. Terapi Latihan
kekakuan dan keterbatasan ruang sendi akibat dari penekanan radix saraf.
Hal ini bisa menyebabkan terjadinya kelemahan otot yang berujung pada
menggerakan kepala. Hal ini bisa menyebabkan spasme otot leher yang
rasa nyeri pada pasien Cervical Root Syndrome karena otot leher akan
xxx
mengalami penurunan fungsinya dalam mempertahankan posisi kepala.
(Kisner, 1990)
(1) Fleksi
terjadi gerakan.
puncak kepala.
xxxi
(4) Rotasi
(Cailliet, 1991)
Bila terdapat rasa tidak enak akibat postur yang buruk atau adanya
spasme otot, maka R.O.M aktif akan membantu menghilangkan stress pada
otot leher adalah menambah fleksibilitas dalam fleksi, ekstensi, rotasi dan
xxxii
Semua gerakan dilakukan perlahan sampai full R.O.M dan
dilakukan beberapa kali. Posisi pasien duduk dengan leher tergantung secara
rileks pada kursi atau berdiri rileks. Setelah itu pasien di minta untuk :
agak menyamping.
karena membantu dalam latihan postur yang benar. Sendi harus digerakkan
secara penuh setidaknya 2-3 kali sehari. (Cailliet, 1991; Stitik, 2008)
c) Latihan postur
penambahan beban yang berlebih pada leher. Postur yang dimaksud salah
satunya adalah forward-head posture. Postur yang tidak tepat ini juga
xxxiii
Latihan postur sangat membutuhkan kesadaran dalam melakukan
latihan yang teratur. Yang dilakukan adalah melakukan teknik relaksasi otot
dan stretching untuk mengembalikan ROM normal. Pada ADL juga harus di
dilakukan edukasi :
(3) Perbaiki lingkungan pekerjaan penderita seperti kursi dan meja yang
4. Terapi Modalitas
xxxiv
a. SWD (Short Wave Diathermy)
(Malanga, 2010)
kontinu dimana akan didapatkan pemberian panas secara terus menerus dari
alat, dan kedua yakni pulsed mode yang memberikan jeda dalam tiap
semula, dimana pada inflamasi potensial membran suatu sel akan turun
secara langsung atau aktivasi dari pompa natrium dan kalium. (Goldin,
1981)
xxxv
tumit, dan juga pada sinusitis. Kontraindikasi SWD seperti tumor ganas,
(Malanga, 2010)
modalitas yang tidak invasif dan tidak adiktif. TENS adalah salah satu
penghilang rasa sakit. Metode yang dilakukan pada TENS adalah pemberian
pada bagian yang akan diberikan terapi. Selain itu TENS bisa
xxxvi
nosisepsi pada serabut C tak bermyelin ke sel T yang berada di substansia
gelatinosa pada cornu posterior yang akan diteruskan ke cortex cerebri dan
Indikasi dilakukan TENS adalah rasa nyeri tidak berat, dismenore dan
jantung, defisit neurologis dan pada pasien yang mengandung. (Kaye, 2008)
xxxvii
B. Kerangka Pemikiran
Jenis
Kelamin Trauma Umur
Terapi Modalitas
Placebo
Terapi Latihan
xxxviii
C. Hipotesis
xxxix
BAB III
A. Jenis Penelitian
(Taufiqqurohman, 2004).
B. Lokasi Penelitian
C. Subyek Penelitian
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta mulai bulan Juni 2010
29
xl
Kriteria Inklusi
Kriteria Eksklusi
D. Variabel Penelitian
3. Variabel luar
xli
E. Teknik Sampling
Dimana dipilih dari pasien sesuai kriteria inklusi eksklusi kemudian diacak
1. Variabel Bebas
a. Terapi Modalitas
pasien.
xlii
2) Cara ukur : Terapi modalitas dilaksanakan sebanyak 6 kali dalam
b. Terapi Latihan
2. Variabel Terikat
a. Nyeri
xliii
dikategorikan sebagai nyeri ringan, sedang dan berat. (Wirjoatmodjo
K, 2000).
3. Variabel Luar
G. Instrumen Penelitian
2. Visual Analog Scale merupakan salah satu penilaian derajat nyeri dari
berat ringannya nyeri dapat dikategorikan sebagai nyeri ringan, sedang dan
xliv
H. Protokol Penelitian
Populasi
Inklusi
Eksklusi
Sampel
Randomisasi
Hasil Hasil
Nilai 2 kelompok
Independent t-test
Anova test
xlv
I. Analisis Data
statistik untuk pengaruh terapi modalitas, terapi latihan dan penurunan rasa
xlvi
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Sampel
tentang pengaruh terapi modalitas dan terapi latihan terhadap nyeri pada
setiap sampel akan mendapat penilaian sebelum dan setelah intervensi terapi.
sebagai berikut
36
xlvii
Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan usia
1 41 45 6 20
2 46 50 6 20
3 51 55 5 16,67
4 56 60 4 13,33
5 60 65 8 26,67
6 66 70 1 3,33
30 100
sebagai berikut :
1. Wanita 21 70
2. Pria 9 30
30 100
adalah wanita yaitu sebesar 21 orang (70%) dan sisanya sebanyak 9 (30%)
adalah pria.
xlviii
B. Analisis Statistika
penelitian ini. Uji statistik yang digunakan meliputi statistik deskriptif dan
diperoleh data berupa mean dan deviasi standar dari varibel-variabel yang ada
berikut:
rata sebesar 7,53 dan standar deviasi 0,834. Setelah intervensi nilai rata-
rata sebesar 3,33 dan standar deviasi 1,589. Sedangkan pada kontrol
sebelum sebesar 7,67 dengan standar deviasi 0,816 dan setelah nilai rata-
1. Anova test
Adalah uji hipotesis untuk variable numerik yang lebih dari dua
xlix
Hasil pengujian terhadap variabel yang ada diperoleh nilai sebagai
berikut :
antara sebelum dan setelah intervensi dan sebelum dan setelah perlakuan
terapi latihan dalam mengurangi rasa nyeri pada pasien Cervical Root
Syndrome.
2. Independent t-test
yang digunakan bila terdapat dua kelompok data yang tidak berpasangan
l
Tabel 6. Independent t-test
Difference
(Sebelum)
Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna di antara tingkat
dan terapi latihan dalam mengurangi rasa nyeri pada pasien Cervical Root
Syndrome.
li
BAB V
PEMBAHASAN
pengaruh terapi modalitas dan terapi latihan terhadap penurunan rasa nyeri
pada pasien Cervical Root Syndrome. Metode yang digunakan adalah cohort,
dimana setiap sampel akan mendapat pengukuran rasa nyeri sebelum dan
sebanyak 8 orang (26,6%) dan kelompok umur yang paling kecil adalah 66
adalah wanita sebesar 21 orang (70%) dan sisanya sebanyak 9 (30%) adalah
pria.
nilai rata-rata sebesar 7,53 dan standar deviasi 0,834. Setelah intervensi nilai
41
lii
rata-rata sebesar 3,33 dan standar deviasi 1,589. Sedangkan pada kontrol
sebelum sebesar 7,67 dengan standar deviasi 0,816 dan setelah nilai rata-rata
perlakuan, antara sebelum dan setelah intervensi dan sebelum dan setelah
terdapat perbedaan pada pemberian terapi modalitas dan terapi latihan dalam
modalitas dan terapi latihan dalam mengurangi rasa nyeri pada pasien
liii
BAB VI
A. Simpulan
modalitas dan terapi latihan dapat menyebabkan penurunan rasa nyeri pada
B. Saran
RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang dapat menurunkan rasa nyeri pada
memadai.
2. Perlu diberikan terapi latihan pada pasien Cervical Root Syndrome di RSUD
Dr. Moewardi Surakarta yang dapat menurunkan rasa nyeri pada pasien
rumah sakit.
3. Sebaiknya dilakukan penelitian pada populasi lain atau yang lebih luas
dilakukan penelitian lebih lanjut pula dengan sampel yang lebih besar untuk
43
liv
lv