Anda di halaman 1dari 32

Stella Yosephine Ribka Manawan

04011181520006
Betha 2015

Skenario:
TN M, umur 40 tahun, seorang laki laki bekerja sebagai buruh bangunan, sejak lima
bulan yang lalu, teraba ada benjolan dileher kanan sebesar telur puyuh, benjolan tidak nyeri,
badan terasa demam tetapi tidak terlalu tinggi dan mudah berkeringat, nafsu makan menurun,
berat badan masih normal. Sejak 4 bulan yang lalu timbul benjolan di sebelah kiri sebesar
telur puyuh sedangkan benjolan sebelah kanan leher semakin besar yaitu sebesar telur ayam.
Berat badan menurun 6kg dalam 2 bulan terakhir. Tn M berobat ke dokter umum, diberi obat
juga dilakukan pemeriksaan darah dan rontgen dada, namun benjolan tidak mengecil dan dan
malah membesar. Sejak satu bulan yang lalu Tn M mengeluhkan sakit menelan dan sulit
menelan, akhirnya Tn M berobat kebagian penyakit dalam dan dirawat.
Riwayat batuk-batuk lama tidak ada, riwayat keluarga batuk lama tidak ada, riwayat
sakit kepala tidak ada, keluhan nyeri sendi dan demam lama tidak ada. Tn M sering
memelihara binatang seperti kucing dan juga senang makanan yang dibakar seperti sate. Tn
M jarang minum obat-obatan atau jamu-jamuan. Riwayat keluarga tidak ada penyakit seperti
ini, ibu Tn M menderita karsinoma payudara.
Pemeriksaan fisik didapatkan:
Keadaan umum tampak sakit sedang, tekanan darah 120/80 mmHg, denyut nadi 80x/menit,
frekuensi nafas 20 kali/menit, suhu 36,8oC, TB:165cm, BB:42kg.
Keadaan Spesifik:
Kepala: konjungtiva pucat (-), ikterik (-)
Mulut: Stomatitis (-), pharink hiperemis (-), tumor (-)
Leher: JVP (5-2) cmH2O
Benjolan pada leher kanan: ukuran 5x4x4cm, nyeri (-), mobil
Benjolan pada leher kiri: ukuran 3x4x3cm, nyeri (-), mobil
Thoraks:
Pembesaran kelenjar limfa di aksila (-)
Paru: dalam batas normal
Jantung: dalam batas normal
Abdomen: dalam batas normal
Ekstremitas superior: pembesaran kelenjar limfa (-)
Ekstremitas inferior: pembesaran kelenjar limfa inguinal (-)
Pemeriksaan laboratorium:
Darah rutin Hb: 10,2gr%, WBC 8.000/mm3, hitung jenis: 0/5/6/70/18/1; LED: 60 mm/jam.
Kimia darah: ureum 50mg/dL, kreatinin: 1,4 mg/dL, asam urat 8,5mg/dL, LDH: 565 U/L

Analisis masalah:

1. TN M, umur 40 tahun, seorang laki laki bekerja sebagai buruh bangunan, sejak lima
bulan yang lalu, teraba ada benjolan dileher kanan sebesar telur puyuh, benjolan tidak
nyeri, badan terasa demam tetapi tidak terlalu tinggi dan mudah berkeringat, nafsu makan
menurun, berat badan masih normal.
(a) Bagaimana hubungan usia, jenis kelamin dan pekerjaan dengan keluhan?
Jawab;
Usia lebih sering pada umur diatas 50 tahun tetapi umur di bawar 50 tahun
kemungkinan bisa terjadi, jenis kelamin laki laki lebih sering dari pada perempuan,
pekerjaan biasanya di peternakan pekerja hutan dan bertanian
(b) Apa saja faktor risiko yang menyebabkan keluhan? (kaitkan dengan kasus)
Jawab:
faktor risiko terjadinya keluhan yang dialami Tn. M salah satunya adalah paparan
lingkungan dan pekerjaan, dimana beberapa pekerjaan yang sering dihubungkan
dengan resiko tinggi adalah peternak serta pekerja hutan dan pertanian. Hal ini
disebabkan adanya paparan herbisida dan pelarut organik.
(c) Bagaimana gambaran anatomi terkait kasus? (sistem lymphatic di region coli)
Jawab:

Anatomi dan Fisiologi Sistem Limfatik


Jaringan limfatik mempunyai basis anyaman serabut dan sel-sel retikularis. Di
dalam ruang anyaman retikularis terdapat sejumlah besar limfosit, yang mungkin dan
tidak mungkin berkaitan dengan sel-sel plasma. Jaringan limfatik ditemukan dalam
bentuk-bentuk berikut:
nodus lymphaticus, thymus, lien dan nodulus lymphoidei.

Nodus Lymphaticus
Nodus lymphaticus dapat ditemukan di seluruh tubuh dan terletak sepanjang
perjalanan pembuluh limfe. Bentuknya oval atau seperti ginjal dan ukuran panjangnya
bervariasi dari beberapa millimeter sampai 2 cm. Nodus lymphaticus biasanya
didapatkan berkelompok dan berkaitan dengan aliran limfatik dari daerah atau organ
tertentu. Setiap nodus lymphaticus diliputi kapsula fibrosa yang kuat, yang membentuk
sejumlah partisi fibrosa di dalam nodus disebut trabeculae. Bergantung pada trabecula
terdapat anyaman tiga dimensi dari serabut-serabut retikularis. Lubang-lubang
anyaman diisi oleh limfosit. Limfe masuk ke dalam nodus lymphaticus melalui
sejumlah pembuluh limfatik aferen berkatup yang menembus kapsula pada permukaan
konveksnya. Limfe berjalan melalui sinus subcapsularis dan kemudian disaring melalui
anyaman sampai limfe mencapai medulla. Akhirnya limfe meninggalkan nodus melalui
satu atau dua pembuluh limfatik eferen yang muncul dari hilus.
Aliran Limfe Kepala dan Leher

Nodi lymphoidei di daerah kepala dan leher tersusun dalam sebuah kelompok leher
yang terbentang dari bawah dagu sampai ke belakang kepala dan sebuah kelompok
terminal verticalis profunda yang tertanam di dalam sarung carotis di daerah leher.
Kelompok regional nodi lymphoidei tersusun sebagai berikut:
Nodi lymphoidei occipitales: terletak di atas os occipitale pada belakang kepala.
Menampung limfe dari bagian belakang kulit kepala.
Nodi lymphoidei retroauriculares (mastoidei): belakang telinga di atas
processus mastoideus. Menampung limfe dari kulit kepala di atas telinga,
auricula dan meatus acusticus externus.
Nodi lymphoidei parotidei: terletak pada atau di dalam glandula parotidea.
Menampung limfe dari kulit kepala di atas glandula parotidea, kelopak mata,
glandula parotidea, auricula dan meatus acusticus externus.
Nodi lymphoidei buccinatorius (faciales): satu atau dua nodi pada pipi di atas
musculus buccinator. Menampung limfe yang akhirnya bermuara ke nodi
lymphoidei submandibulares.
Nodi lymphoidei submandibulares: terletak pada permukaan superfisial
glandula salivaria submandibularis, tepat di bawah pinggir bawah mandibulae.
Menampung limfe dari kulit kepala bagian depan hidung, pipi, bibir atas dan
bawah (kecuali bagian tengah), sinus frontalis, maxillaris, danethmodalis; gigi
atas dan bawah (kecuali incisivus bawah); dua pertiga bagian anterior lidah
(kecuali ujung lidah); dasar mulut dan vestibulum; dan gusi.
Nodi lymphoidei submentales: terletak di dalam trigonum submentale tepat di
bawah
dagu. Menampung limfe dari ujung lidah, dasar mulut bagian anterior, gigi
incisivus, bagian tengah bibir bawah, dan kulit di atas dagu.
Nodi lymphoidei cervicales anteriores: terletak sepanjang vena jugularis
anterior pada sisi depan leher. Menampung limfe dari kulit dan jaringan
superfisial leher bagian depan.
Nodi lymphoidei cervicales superficiales: terletak sepanjang vena jugularis
externa pada sisi lateral leher. Menampung limfe dari kulit di atas angulus
mandibulae, kulit di atas bagian bawah glandula parotidea, dan lobus auricula.
Nodi lymphoidei retropharyngeales: terletak di belakang pharynx dan di depan
columna vertebralis. Menampung limfe dari nasopharynx, tuba auditiva, dan
columna vertebralis.
Nodi lymphoidei laryngeales: terletak di depan larynx. Menampung limfe dari
larynx.
Nodi lymphoidei tracheales (paratracheales): terletak sepanjang lateral trachea.
Menampung limfe dari struktur yang berdekatan, termasuk glandula thyroidea.
Fungsi nodus lymphaticus
Pada dasarnya, nodus lymphaticus berfungsi sebagai filter. Setiap partikel asing
di dalam limfe, apakah bakteri atau materi lain, terperangkap di dalam nodus
lymphaticus pada saat limfe berdifusi secara lambat melalui anyaman serabut-serabut
retikularis. Sebuah contoh bagus dari proses ini dapat dilihat pada pemeriksaan nodus
lymphaticus bronchialis. Partikel-partikel karbon yang terhirup berjalan ke dalam limfe
dari alveolus-alveolus dan terperangkap di dalam nodus lymphaticus bronchialis.
Makrofag yang terdapat di dalam serabut-serabut retikularis memfagositosis partikel-
partikel tersebut pada saat partikel-pertikel ini melaluinya.
Toxin yang masuk ke dalam limfe mengaktifkan respons imun dari limfosit.
Antibodi khusus (gama globulin) terhadap antigen masuk ke limfe yang sedang
meninggalkan nodus. Akhirnya, antibodi sampai ke darah di dalam leher melalui ductus
thoracicus dan ductus lymphaticus dexter, dan antibodi disebarkan secara luar ke
seluruh tubuh. Limfosit T juga bereaksi terhadap antigen dan membentuk sekelompok
limfosit sitotoksik khusus yang disebarkan ke seluruh tubuh.
Oleh karena itu limfe eferen adalah pembersih;limfe ini kaya akan antibodi dan
mengandung banyak limfosit dibandingkan limfe aferen.

(d) Apa saja penyakit yang menimbulkan benjolan di leher?


Jawab:
Benjolan di leher dapat merupakan massa yang berada di kulit (kista sebaceous atau
jerawat) atau muncul dari struktur leher bagian dalam. Lokasi benjolan memberi peran
penting untuk mengetahui etiologi dari penyakit tersebut.
Penyebab umum berdasarkan lokasi atau struktur jaringan :
1) Kelenjar Getah bening
Merupakan penyebab benjolan di leher paling sering. Kelenjar getah bening
mengandung sel-sel yang membantu tubuh untuk melawan infeksi dan menyingkirkan
sel-sel ganas (kanker). Infeksi bakteri pada kulit kepala, sinus, amandel, tenggorokan,
gigi dan kelenjar air ludah dapat menyebabkan pembesaran KGB. Pada orang dewasa
benjolan di leher karena kanker meningkat pada usia >40 tahun. Pada anak-anak
benjolan di leher kebanyakan bersifat jinak.

2) Kelenjar tiroid
Penyakit autoimun, kanker dan gangguan lain pada kelenjar tiroid dapat menyebabkan
pembesaran sebagian atau seluruh kelenjar tiroid.

3) Kelenjar Ludah (Parotis)


Pembesaran kelenjar ludah dapat disebabkan oleh virus mumps atau kanker.

4) Otot leher
Cedera pada otot tortikolis dapat menyebabkan benjolan pada otot leher.

5) Kanker, Penyakit Hodgkin, Limfoma Non Hodgkin, Leukemia, kanker paru-paru,


kanker payudara dan kanker kulit.

6) Infeksi
Infeksi dapat bersifat akut atau menahun. Biasanya infeksi akan disertai gejala rasa
sakit dan adanya warna kemerahan pada benjolan tersebut.
- Abses peritonsilar
- Radang tenggorokan
- Tuberkulosis
- Mycobacterium atipikal

(e) Kenapa benjolan timbul pertama kali pada leher kanan?


Jawab:

(f) Bagaimana mekanisme timbulnya benjolan pada leher kanan terkait kasus?
(g) Bagaimana mekanisme badan terasa demam tetapi tidak terlalu tinggi?
Jawab:
Demam: Infeksi Produksi antibodi dan proliferasi sel limfosit T meningkat
Pelepasan pirogen dari dalam leukosit yang sebelumnya telah terangsang oleh pirogen
eksogen dari mikroorganisme Pelepasan asam arakidonat serta peningkatan sintesis
prostaglandin E2 Pireksia
*Peningkatan suhu memberikan suatu peluang kerja yang optimal untuk sistem
pertahanan tubuh.

(h) Bagaimana mekanisme mudah berkeringat?


Jawab:
peningkatan suhu tubuh ini kemudian akan disertai dengan mekanisme kehilangan
panas, yakni dengan aktivasi kelenjar keringat mudah berkeringat

(i) Bagaimana mekanisme nafsu makan menurun?


Jawab:
Sel limfosit dari kelenjar limfe berasal dari sel sel induk multipotensial di dalam
sumsum tulang. Sel induk akan bertransformasi menjadi sel progenitor limfosit yang
kemudian akan berdiferensiasi melalui dua jalur. Sebagian akan mengalami
pematangan di dalam kelenjar timus menjadi limfosit T. Sebagian lagi akan menuju
kelenjar limfe ataupun tetap berada di sumsum tulang dan berdiferensiasi menjadi
limfosit B. Apabila ada rangsangan antigen yang sesuai maka limfosit T akan aktif
berpoliferasi sebagai respon sistem imun seluler. Sedangkan limfosit B akan aktif
menjadi imunoblas yang kemuadian menjadi sel plasma dan akan membentuk
imunoglobulin. Terjadi perubahan pada sitoplasma sel plasma menjadi lebih banyak
dari pada sitoplasma sel B. Sedangkan limfosit T yang aktif akan berukuran lebih besar
dari pada sel T yang belum aktif. Perubahan sel limfosit normal menjadi sel limfoma
(abnormal) merupakan akibat terjadinya mutasi gen pada salah satu sel dari kelompok
sel limfosit yang belum aktif yang tengah berada dalam proses transformasi menjadi
imunoblas akibat respon dari adanya antigen. Beberapa perubahan pada sel limfosit
inaktif ialah ukurannya semakin lebih besar, kromatin inti menjadi lebih halus,
nukleolinya terlihat dan protein permukaan sel mengalami perubahan. Biasanya
terdapat pembesaran kelenjar getah bening di dalam, yang salah satunya menyebabkan
penekanan usus sehingga terjadi penurunan nafsu makan atau muntah.
2. Sejak 4 bulan yang lalu timbul benjolan di sebelah kiri sebesar telur puyuh sedangkan
benjolan sebelah kanan leher semakin besar yaitu sebesar telur ayam. Berat badan
menurun 6kg dalam 2 bulan terakhir.
(a) Bagaimana mekanisme timbulnya benjolan di sebelah kiri?
(b) Apa makna klinis dari benjolan di sebelah kanan menjadi semakin besar?
(c) Apa makna klinis berat badan menurun 6kg dalam 2 bulan terakhir?
Karena adanya pembesaran KGB sehingga dapat mengakibatkan berkurangnya nafsu
makan sehingga secara tidak langsung terjadi penurunan berat badan dalam 2 bulan
terakhir.
3. Tn M berobat ke dokter umum, diberi obat juga dilakukan pemeriksaan darah dan rontgen
dada, namun benjolan tidak mengecil dan dan malah membesar.
(a) Kenapa pada pasien ini dilakukan pemeriksaan darah dan rontgen dada?
Pemeriksaan darah:
Pemeriksaan darah rutin dan kimia darah merupakan pemeriksaan penunjang awal yang
dapat dilakukan guna membantu penegakan diagnosis untuk menyingkirkan diagnosis
banding dan menentukan pemeriksaan penunjang selanjutnya. Pada kasus ini, dicurigai
pembesaran kelenjar getah bening (limfadenopati) disebabkan oleh infeksi bakteri
Mycobacterium tuberculosis (limfadenitis TB), infeksi parasit Toxoplasma gondii, dan
keganasan yaitu Limfoma.
Hb,ht,leukosit,trombosit,eritrosit,LED
Rontgen dada:
Pemeriksaan rontgen dada diperlukan untuk menyingkirkan diagnosis banding pada
kasus, karena benjolan di leher dapat disebabkan oleh metastasis kanker paru-paru dan
tuberkulosis.
(b) Apa makna klinis diberi obat, namun benjolan tidak mengecil dan dan malah
membesar?
(c) Bagaimana tatalaksana awal yang diberikan oleh dokter umum pada Tn M?

4. Sejak satu bulan yang lalu Tn M mengeluhkan sakit menelan dan sulit menelan, akhirnya
Tn M berobat kebagian penyakit dalam dan dirawat.
(a) Bagaimana mekanisme sakit menelan dan sulit menelan terkait kasus?
Jawab:
Pembesaran kelenjar getah bening pada bagian servikal (leher) yang telah
berlangsung selama beberapa bulan dan terus membesar dapat menyebabkan
perubahan struktur anatomis saluran pencernaan, kemungkinan yang terjadi adalah
pembesaran KGB atau tumor yang cukup besar dan berlokasi di regio colli
menyebabkan penekan dan mendesak organ disekitar pembesaran, antara lain area
esofagus. Tekanan pada esofagus menyebabkan traktus oesophageal menjadi lebih
sempit sehingga sulit dan terasa nyeri saat menelan.
(b) Apa indikasi rawat inap pada pasien ini? (penjelasan terkait kasus)

5. Riwayat batuk-batuk lama tidak ada, riwayat keluarga batuk lama tidak ada, riwayat sakit
kepala tidak ada, keluhan nyeri sendi dan demam lama tidak ada.
(a) Apa makna klinis dari tidak ada riwayat batuk lama pada Tn M dan keluarganya?
(b) Apa makna klinis sakit kepala tidak ada?
(c) Apa makna klinis nyeri sendi dan demam lama tidak ada?

6. Tn M sering memelihara binatang seperti kucing dan juga senang makanan yang dibakar
seperti sate. Tn M jarang minum obat-obatan atau jamu-jamuan. Riwayat keluarga tidak
ada penyakit seperti ini, ibu Tn M menderita karsinoma payudara.
(a) Bagaimana hubungan memelihara binatang seperti kucing dengan keluhan Tn M?
Jawab:

Keluhan terhadap kasus penyebabnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu infeksi dan
non- infeksi. Penyebab infeksi

1. Kebanyakan berupa infeksi virus, seperti mononucleosis infeksiosa,


adenovirus, herpesvirus, dan CMV dengan perbesaran yang tidak hangat
dan tidak ada kemerehan.

2. Infeksi bakteri juga dapat mengakibatkan limfadenopati dengan perbesaran


yang hangat, eritematous dan lunak. Penanganan yang tepat berupa
antibiotic dan drainase. Antibiotic yang diberikan harus dapat mengcover
Staphylococcus aureus dan Streptococcus pyogenes yang bisa bergejala
demam, sakit tengorokkan dan limfadenopati servikal anterior.

3. Mikrobakteria atipikal menyebabkan limfadenopati servikal subakut dengan


nodul besar, indurasi tetapi tidak lunak.

4. Catscratch disease, yang disebabkan oleh Bartonella henselae, timbul dengan


limfadenopati subakut dileher. Penyakit ini timbul setelah hewan peliharaan yang
terinfeksi (biasanya kucing) mencakar tubuh host. Sekitar 30 hari kemudian,
timbul demam, sakit kepala, malaise yamg timbul berbarengan dengan limfadenopati.

Penyebab Noninfeksi

1. Penyebab maligna yang mungkin adalah neuroblastoma, leukimia,


nonHodgkin lymphoma, dan rhabdomyosarcoma.

- Penyakit Kawasaki. Anak yang terinfeksi ini menderita selama 5 hari, dan limfadenopati

servikal adalah 1 dari 4 kategori yang perlu ada untuk menegakkan diagnosis.
(b) Bagaimana hubungan senang makanan yang dibakar seperti sate dengan keluhan Tn
M?
(c) Apa makna klinis jarang minum obat-obatan atau jamu-jamuan dengan keluhan Tn
M?
Kebanyakan jamu-jamuan mengandung steroid yang juga dapat menyebabkan
pembesaran nodus lymphaticus. Karena pada kasus ini pasien mengaku jarang
meminumnya maka dapat menyingkirkan DD bahwa penyebab penyakit ini adalah obat
atau jamu.

(d) Bagaimana hubungan ibu Tn M menderita karsinoma payudara dengan keluhan Tn


M?

7. Pemeriksaan fisik didapatkan:

Keadaan umum tampak sakit sedang, tekanan darah 120/80 mmHg, denyut nadi 80x/menit,
frekuensi nafas 20 kali/menit, suhu 36,8oC, TB:165cm, BB:42kg.
Keadaan Spesifik:
Kepala: konjungtiva pucat (-), ikterik (-)
Mulut: Stomatitis (-), pharink hiperemis (-), tumor (-)
Leher: JVP (5-2)cmH2O
Benjolan pada leher kanan: ukuran 5x4x4cm, nyeri (-), mobil
Benjolan pada leher kiri: ukuran 3x4x3cm, nyeri (-), mobil
Thoraks:
Pembesaran kelenjar limfa di aksila (-)
Paru: dalam batas normal
Jantung: dalam batas normal
Abdomen: dalam batas normal
Ekstremitas superior: pembesaran kelenjar limfa (-)
Ekstremitas inferior: pembesaran kelenjar limfa inguinal (-)

(a) Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik umum?

Pemeriksaan Nilai normal Interpretasi dan mekanisme


abnormal
Kesadaran : Tampak Compos Mentis Abnormal
sakit sedang
HR: 80x/ menit 60-100 x/menit Normal
RR: 20x/menit 16-24x/menit Normal
TD: 120/80 mmHg 120/80 Normal
Temp: 36,8 oC 36,5 oC-37,5 oC Normal
BB/TB : 42/165 Abnormal. IMT 41/(1.65)2 = 15,56
BMI : underweight pembesaran
KGB jaud di dalam perut
penurunan nafsu makan
penurunan berat badan.

(b) Bagaimana mekanisme abnormalitas dari pemeriksaan fisik umum?

(c) Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik spesifik?


Jawab:
Kepala:
Konjungtiva pucat (-), ikterik (-) normal
Mulut: stomatitis (-), pharink Hiperemis (-), tumor (-) normal

Leher:
JVP (5-2) cm H2O
Benjolan pada leher kanan: ukuran 5x4x4 cm, nyeri (-), mobile
Benjolan pada leher kiri: Ukuran 3x4x3 cm, nyeri (-), mobile
Thoraks:
Pembesaran kelenjar limfa di axilla (-) normal
Paru: dalam batas normal normal
Jantung: dalam batas normal normal
Abdomen: dalam bats normal normal
Ekstremitas superior: pembesaran kelenjar limfa (-) normal
Ekstreitas inferior: pembesaran kelenjar limfa inguinal (-) normal

(d) Bagaimana mekanisme abnormalitas dari pemeriksaan fisik spesifik?


Jawab:
Dalam pemeriksaan spesifik ditemukan kelainan berupa benjolan pada leher kanan :
ukuran 5x4x4 cm, nyeri (-), mobile dan benjolan pada leher kiri : Ukuran 3x4x3 cm,
nyeri (-), mobile.
Mekanisme:
Pada penyakit ini terjadi perkembangan dan pembelahan sel yang abnormal pada
limfosit khuusnya limfosit B. Rangsangan antigen yang sesuai akan membuat sel
limfosit B menjadi bentuk aktif dan berproliferasi. Limfosit B aktif menjadi
imunoblas yang kemudian berubahn menjadi sel plasma, kemudian membentuk
immunoglobulin. Pada kasus limfoma terjadi perubahan morfologi dari sitoplasma
yang awalnya sedikit atau kecil menjadi bersitoplasma banyak atau luas pada sel
plasma. Pembelahan berlngsung cepat dan terus menerus tanpa disertai kematian sel
yang seharusnya sudah terprogram membuat jumlah sel lebih banyak dari seharusnya
sehingga memberikan manifestasi adanya nodul atau tonjolan pada permukaan kulit.

8. Pemeriksaan laboratorium:

Darah rutin Hb: 10,2gr%, WBC 8.000/mm3, hitung jenis: 0/5/6/70/18/1 ; LED: 60 mm/jam.
Kimia darah: ureum 50mg/dL, kreatinin: 1,4 mg/dL, asam urat 8,5mg/dL, LDH: 565 U/L

(a) Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan laboratorium?


Jawab:
No. Hasil Nilai Normal Interpretasi
Pemeriksaan
1. Hb : 10,2 gr%; 13.3-16.2 g/dL Hb redah
2. WBC : 5.000-10.000/mm3 Normal
8000/mm3
3. Hitung Jenis : Basofil: 0-2% Shift to the left
0/5/6/70/18/1 Eosinofil: 0-6%
Neutrofil batang: 0-5%
Neutrofil segmen: 40-
70%
Limfosit: 20-50%
Monosit: 4-8%
4. LED : 60mm/jam 15 mm/jam LED meningkat
5. Ureum 50 mg/dl 15-40 mg/dL Ureum
meningkat
6. Kreatinin : 1,4 0.8-1.4 mg/dL Normal tapi
mg/dl cenderung
tinggi
7. asam urat : 8,5 3.1-7.0 mg/dL Asam urat
mg/dl meningkat
8. LDH : 565 U/L. 115-221 U/L LDH meningkat
Mekanisme:
proliferasi sel
berlebih
ekspansi
jaringan yang
lebih luas
meningkatnya
kerusakan sel
pelepasan enzim
laktat
dehydrogenase
dalam sel
LDH serum
meningkat

(b) Bagaimana mekanisme abnormalitas dari pemeriksaan laboratorium?

Jawab:
Hemoglobin rendah
Prevalensi anemia pada penyakit kanker ialah sekitar 40%, hasil
observasi pada European Survey on Cancer Anemia (ECAS) didapati lebih dari
15.000 pasien kanker dengan stadium dan pengobatan yang berbeda mengalami
anemia. Penyebab anemia pada pasien kanker ialah penurunan produksi sel
darah merah yang merupakan hasil dari defisiensi nutrisi. Selain itu bisa juga
disebabkan oleh infiltrasi sel tumor ke sumsum tulang dan juga efek dari
pengobatan kanker seperti kemotererapi atau radioterapi yang meningkatkan
hemolisis sel darah merah. ( Schrijvers, 2011).
Anemia pada NHL sering digolongkan sebagai anemia akibat penyakit
kronik yang merupakan anemia normokromik normositik, tetapi jika penyakit
yang mendasari telah berkembang selama beberapa minggu atau bulan maka
dapat ditemukan gambaran hipokromik mikrositik. Gambaran itu yang
membedakan anemia akibat penyakit kronik dan anemia akibat defisiensi zat
besi. Selain itu dapat ditemukan LED yang meningkat disebabkan oleh
hipergammaglobulinemia atau fibrinogemia. ( Isbister, 1999).
Selain itu, menurut Alshayeb (2009) pada non hodgkin limfoma kronik
sering menyebabkan komplikasi berupa glomerulonefrifis yang nantinya akan
menyebabkan kerusakan pada ginjal sedangkan ginjal merupakan organ yang
memproduksi hormon eritropoetin tepatnya di peritubular capilaris tubular
nefron. Jika ginjal rusak, maka ginjal tidak dapat menghasilkan eritropoitin
sehingga akan menyebabkan berkurangnya produksi sel darah merah.

Penurunan kadar leukosit


Berdasarkan Pedoman Interpretasi Data Klinik yang dikeluarkan oleh
kementrian Kesehatan RI (2011), nilai leukosit normal ialah 4500
11.000/mm3. Fungsi utama leukosit adalah melawan infeksi melindungi tubuh
dengan memfagosit atau mengangkut dan mendistribusikan antibodi. Ada dua
tipe utama sel darah putih yaitu granulosit dan agranulosit. Granulosit terdiri
dari neutrofil,eosinofil, dan basofil, sedangkan agranulosit terdiri dari limfosit
dan monosit. Leukosit dibentuk di sumsum tulang (myelogenous), disimpan
dalam jaringan limfatikus (limfa, timus, dan tonsil) dan diangkut oleh darah ke
organ dan ke jaringan.
Umur leukosit ialah 13-20 hari. Vitamin, asam folat dan asam amino
dibutuhkan dalam pembentukan leukosit. Sistem endokrin mengatur produksi,
penyimpanan, serta pelepasan dari leukosit sesuai dengan kebutuhan
sistemik.perkembangan granulosit dimulai dengan myeloblast kemudian
berkembang menjadi promyelosi, myelosit, metamyelosit dan bands dan
akhirnya akan menjasi neurtrofil, eosinofil dan basofil. Perkembangan limfosit
dimulai dengan limfoblast kemudian berkembang menjadi prolimfoblast dan
pada akhirnya menjadi sel limfosit.

Hipothesis: Tn M, laki-laki 40 tahun, diduga menderita limfadenopati et causa


keganasan.
ASPEK KLINIS:
a. DD
b. WD
c. Definisi
Limfadenopati merupakan pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran
lebih besar dari 1 cm.
Limfadenopati adalah hyperplasia limfoid sebagai respon terhadap proliferasi
limfosit T atau limfosit B.
d. Etiologi
e. Epidemiologi
f. Manifestasi Klinis
g. Faktor risiko
h. Patofisiologi & Patogenesis

a) Patogenesis & patofisiologi


Perubahan sel limfosit normal menjadi sel limfoma merupakan akibat terjadinya
mutasi gen pada salah satu sel dari sekelompok sel limfosit tua yang tengah
berada dalam proses tranformasi menjadi imunoblas (terjadi akibat adanya
rangsangan imunogen). Hal yang perlu diketahui adalah proses ini terjadi di
dalam kelenjar getah bening, dimana sel limfosit tua berada diluar centrum
germinativum sedangkan imunoblast berada di bagian paling sentral dari
central germinativum. Beberapa perubahan yang terjadi pada limfosit tua,
antara lain : 1) ukurannya makin besar, 2) kromatin inti menjadi lebih halus,
3) nukleolinya terlihat, 4) protein permukaan sel mengalami perubahan
(reseptor).
Hal mendasar lain yang perlu diingat adalah bahwa sel yang berubah
menjadi sel kanker seringkali tetap mempertahankan sifat dasarnya. Misalnya
sel kanker dari limfosit tua tetap mempertahankan sifat mudah masuk dalam
aliran darah namun dengan tingkat mitosis yang rendah, sedangkan sel kanker
dari imunoblas amat jarang masuk ke dalam aliran darah, namun dengan tingkat
mitosis yang tinggi

Patofisiologi Limfadenopati
Patofisiologi limfadenopati berdasarkan dari etologi yang mendasari. Beberapa plasma
dan sel (misalnya sel kanker dan mikroorganisme) dalam ruang interstitial, bersama
dengan bahan selular tertentu, antigen, dan partikel asing masuk ke pembuluh limfatik,
menjadi cairan limfe. Kelenjar getah bening menyaring cairan limfe dalam perjalanan
ke sirkulasi vena sentral, menghilangkan sel-sel dan bahan lainnya. Proses penyaringan
juga menyajikan antigen kepada limfosit terkandung dalamKGB. Respon imun dari
limfosit melibatkan proliferasi sel limfosit dan makrofag, yang dapat menyebabkan
KGB untuk memperbesar (limfadenopati reaktif). Patogen mikroorganisme dibawa
dalam cairan limfe dapat juga langsung menginfeksi KGB, menyebabkan
limfadenitis), dan apabila terdapat sel-sel kanker dapat menginfiltrasi langsung atau
proliferasi sel di KGB.

i. How to Diagnose
j. Tatalaksana
k. Pemeriksaa Penunjang
l. Edukasi & Pencegahan
m. Komplikasi
Limfadenopati dapat menimbulkan komplikasi yang serius jika limfadenopati terdapat
pada mediastinal. Hal ini dapat menyebabkan vena cava superior syndrome dengan
obstruksi dari aliran darah, bronchi atau obstruksi trakea. Bila limfadenopati pada
abdominal dapat menyebabkan konstipasi dan obstruksi intestinal yang dapat
mengancam kesehatan. Limfadenopati yang disebabkan oleh keganasan dapat
mengganggu metabolisme tubuh yang menyebabkan nefropati, hiperkalemia, dan
gagal ginjal.

n. Prognosis
o. SKDI

Definisi limfadenopati
Limdenopati menandakan adanya limfonodus yang abnormal dari segi ukuran, konsistensi
atau jumlah. 12 Kelenjar getah bening yang memiliki garis tengah terpanjang > 10 mm
dikategorikan sebagai suatu limfadenopati, dengan pengecualian untuk kelenjar getah bening
epitroklear (bila garis tengah terpanjang > 5 mm) dan inguinal (bila garis tengah terpanjang >
15 mm). Apabila kelenjar getah bening supraklavikula, ilaka maupun poplitea dapat teraba juga
sudah dikategorikan sebagai suatu yang abnormal. Namun demikian, perlu diingat bahwa pada
anak sehat kelenjar getah bening aksila dan inguinal dapat teraba. Secara klinis limfadenopati
dapat dibedakan menjadi limfadenopati lokalisata dan limfadenopati generalisata.
Limfadenopati lokalisata didefinisikan sebagai pembesaran KGB hanya pada satu region saja,
sedangkan limfadenopati generalisata apabila pembesaran KGB terjadi pada dua atau lebih
region yang berjauhan dan simtetris. Klasifikasi ini bertujuan untuk penentuan diferensial
diagnosis. Sekitar 75% pasien didapatkan limpadenopati lokalisata, sedangkan limfadenopati
generalisata 25%.

Klasifikasi Kelenjar getah bening


2.2. Patofisiologi Limfadenopati
Patofisiologi limfadenopati berdasarkan dari etologi yang mendasari. Beberapa plasma dan sel
(misalnya sel kanker dan mikroorganisme) dalam ruang interstitial, bersama dengan bahan
selular tertentu, antigen, dan partikel asing masuk ke pembuluh limfatik, menjadi cairan limfe.
Kelenjar getah bening menyaring cairan limfe dalam perjalanan ke sirkulasi vena sentral,
menghilangkan sel-sel dan bahan lainnya. Proses penyaringan juga menyajikan antigen kepada
limfosit terkandung dalamKGB. Respon imun dari limfosit melibatkan proliferasi sel limfosit
dan makrofag, yang dapat menyebabkan KGB untuk memperbesar (limfadenopati reaktif).
Patogen mikroorganisme dibawa dalam cairan limfe dapat juga langsung menginfeksi KGB,
menyebabkan limfadenitis), dan apabila terdapat sel-sel kanker dapat menginfiltrasi langsung
atau proliferasi sel di KGB.
2.3 Epidemiologi
Studi yang dilakukan di US, infeksi virus dan bakteri adalah peyebab tersering dari
limfadenopati. Limfadenitis lokalisata lebih banyak disebabkan strerptococcud B hemolitikus.
Penyebab lain seperti HIV, keganasan penyakit autoimun lebih jarang menyebabkan
limfadenopati.
Pada Negara berkembang seperti indonesia penyebab tersering dari limfadenopati adalah
infeksi tuberculosis , demam typhoid, trypanosomiasis, leishmaniasis, schistosomiasis,
filariasis dan infeksi jamur.
Mortalitas
Di United states Keganasan, seperti leukemia, lymphoma dan neuroblastoma adalah penyebab
mortalitas utama.
Ras dan jenis kelamin
Ras dan jenis kelamin tidak berhubungan dengan kejadian limfadenopati.
Usia
Limfadenopati paling sering terjadi pada anak-anak, dan satu pert iga pada neonates dan infant.
2.4 Pendekatan Klinis Limfadenopati
Diferensial diagnosis pada limfadenoapati itu sangat luas. Anamnesis dan pemeriksaan fisik
yang seksama sangat penting untuk menyempitkan kemungkinan diagnosis.
2.4.1 Anamnesis
Dari anamnesis dapat diperoleh keterangan lokasi, gejala gejala penyerta, riwayat penyakit,
riwayat pemakaian obat dan riwayat pekerjaan.
Lokasi dan durasi
Lokasi pembesaran KGB pada dua sisi leher secara mendadak biasanya disebabkan oleh infeksi
virus saluran pernapasan bagian atas. Pada infeksi oleh penyakit kawasaki umumnya
pembesaran KGB hanya satu sisi saja.6 Apabila berlangsung lama (kronik) dapat disebabkan
infeksi oleh Mikobakterium, Toksoplasma, Ebstein Barr Virus atau Citomegalovirus. Durasi
dari limfadenopati ketika sudah persistem (lebih dari 4 minggu) indikasi adanya infeksi kronik
, collagen vascular disease atau keganasan , sedangkan linfadenopati lokalisata yang akut,
sering menyertai dari infeksi mononukleus dan faringitis bakterialis.

Gejala penyerta
Gejala infeksi selain demam, dicari kemungkinan adanya faringitis (nyeri menelan batuk),
konjungtivitis (keluar secret, mata merah), ulserasi kulit, tinea (gatal pada daerah lipatan), nyeri
lokal, luka genital, keluar cairan dari genital, dan berkeringat di malam hari menandakan
kemungkinan tuberculosis.

Gejala keganasan metastasis: gejala konstitusional keganasan seperti penurunan berat badan
dan keringat malam.
Gejala konstitusional : demam keringat malam, dan / atau penurunan berat badan yang tidak
dapat dijelaskan lebih besar dari 10% dari berat badan selama 6 bulan mengenai untuk
limfoma, arthralgias, ruam, dan mialgia menunjukkan adanya penyakit vaskular kolagen.

Riwayat penyakit
Riwayat penyakit sekarang dan dahulu seperti adanya peradangan tonsil sebelumnya,
mengarahkan kepada infeksi oleh Streptococcus; luka lecet pada wajah atau leher atau tanda
tanda infeksi mengarahkan penyebab infeksi Staphilococcus; dan adanya infeksi gigi dan gusi
juga dapat mengarahkan kepada infeksi bakteri anaerob. Transfusi darah sebelumnya dapat
mengarahkan kepadaCitomegalovirus, Epstein Barr Virus atau HIV.

Riwayat pemakaian obat


Penggunaan obat-obatan Limfadenopati dapat timbul setelah pemakaian obat-obatan seperti
fenitoin dan isoniazid. Obat-obatan lainnya seperti allupurinol, atenolol, captopril,
carbamazepine, cefalosporin, emas, hidralazine, penicilin, pirimetamine, quinidine,
sulfonamida, sulindac. Pembesaran karena obat umumnya seluruh tubuh (limfadenopati
generalisata). Pemakaian obat-obatan secara intravena merupakan resiko dari HIV ,
endokarditis, infeksi hepatitis B
Riwayat pekerjaan
Paparan terhadap infeksi paparan/kontak sebelumnya kepada orang dengan infeksi saluran
napas atas, faringitis oleh Streptococcus, atau tuberculosis turut membantu mengarahkan
penyebab limfadenopati. Riwayat perjalanan atau pekerjaan, misalnya perjalanan ke daerah-
daerah di Afrika dapat mengakibatkan penyakit Tripanosomiasis, orang yang bekerja dalam
hutan dapat terkena Tularemia
Berikut adalah kemungkinan penyakit penyebab limfadenopati berdasarkan epidemiologik:
Sumber: http://www.aafp.org/afp/1998/1015/p1313.html
2.4.2 Pemeriksaan Fisik
Lokasi
Ketika limfadenopati lokalisata , maka kita harus memeriksa infeksi, lesi kulit atau tumor di
daerah yang dilewati aliran drainase kelenjar getah bening tersebut
Diferensial diagnosis limfadenopati berdasarkan lokasi dan drainase aliran limfe
Sumber: http://www.aafp.org/afp/2002/1201/p2103.html
Evaluasi Penyebab Limfadenopati dan Gejala Penyerta
Evaluasi Penyebab Limfadenopati dan Gejala Penyerta
Limfadenopati supraclavicular mempunyai resiko tingi terjadinya kegasan, diperkirakan 90%
pada dewasa usia >40 tahun, 25% pada usia < 40 tahun . Supraklavikula menerima aliran
limfatik dari torak dan abdomen, dan dapat juga adanya sinyal patologis pada testis, ovarium,
ginjal, pankreas, prostat, GIT atau kandung empedu. Limfadenopati supraklavikula kanan
berhubungan dengan lesi dalam mediastinum, paru-paru atau esophagus, contohnya pada
tuberculosis. Supraklavikula kiri mendrainase regio intra abdominal dan behubungan
keganasan ditemapt tersebut.
Pada pasien dengan limfadenopati generalisata, pemeriksaan fisik harus fokus dalam mencari
tanda-tanda penyakit sistemik. Temuan yang paling membantu adalah ruam, lesi selaput lendir,
hepatomegali, splenomegali atau arthritis. Splenomegali dan limfadenopati terjadi dalam
berbagai kondisi, termasuk mononucleosis-type syndromes, leukemia limfositik, limfoma dan
sarkoidosis.
Ukuran
Ukuran dari KGB bervariasi tergantung lokasinya. Kelenjar getah bening yang memiliki garis
tengah terpanjang > 10 mm dikategorikan sebagai suatu limfadenopati, dengan pengecualian
untuk kelenjar getah bening epitroklear (bila garis tengah terpanjang > 5 mm) dan inguinal
(bila garis tengah terpanjang > 15 mm). Apabila kelenjar getah bening supraklavikula, ilaka
maupun poplitea dapat teraba juga sudah dikategorikan sebagai suatu yang abnormal. Pada
anak-anak, limfadenopati yang diameternya > 2cm (disertai dengan foto toraks abnormal dan
tidak ada kelainan pada teling, hidung tenggorok) dapat dicurigai penyakit granulamotosa (
Tuberkulosis) atau kanker .
Nyeri tekan
Pembesaran KGB menyebabkan kapsul meregang dan mengakibatkan adanya nyeri. Nyeri
biasanya disebabkan dari proses inflamasi atau supurasi, tetapi nyeri juga dapat disebabkan
oleh perdarahan di jaringan nekrotik karena keganasan, sehingga ada atau tidaknya nyeri tidak
dapat di jadikan indikasi adanya keganasan.
Konsistensi
Secara umum konsistensi tidak dapat menentukan etiologi. keras seperti batu mengarahkan
kepada keganasan, padat seperti karet mengarahkan kepada limfoma; lunak mengarahkan
kepada proses infeksi; fluktuatif mengarahkan telah terjadinya abses/pernanahan.
Mobilitas
KGB yang terfikasis menunjukkan karsinoma metastatik, sedangkan KGB yang mobile dapat
terjadi pada infeksi, penyakit kolagen vaskular dan limfoma. Evaluasi mobilitas KGB
supraklavikula dapat dibantu dengan pasien cara melakukan manuver Valsava.
2.5 Etiologi
Etiologi
Penyebab yang paling sering limfadenopati adalah:
Infeksi
- Infeksi virus
Infeksi virus sistemik paling sering menyebabkan limfadenopati generalisata. Infeksi yang
disebabkan oleh virus pada saluran pernapasan bagian atas seperti Rinovirus, Parainfluenza
Virus, influenza Virus, Respiratory Syncytial Virus (RSV), Coronavirus, Adenovirus ataupun
Retrovirus. Virus lainnya Ebstein Barr Virus (EBV), Cytomegalo Virus (CMV), Rubela,
Rubeola, Varicella-Zooster Virus, Herpes Simpleks Virus, Coxsackievirus, dan Human
Immunodeficiency Virus (HIV)

Limfadenopati generalisata yang persisten (persistent generalized lymphadenopathy/PGL)


adalah limfadenopati pada lebih dari dua tempat KGB yang berjauhan, simetris dan bertahan
lama 3 lebih dari 3 bulan hingga bertahun-tahun. PGL adalah gejala khusus infeksi HIV yang
timbul pada lebih dari 50% Orang.
Dengan HIV/AIDS (ODHA) dan PGL ini sering disebabkan oleh infeksi HIV-nya itu sendiri.
PGL biasanya dialami waktu tahap infeksi HIV tanpa gejala, dengan jumlah CD4 di atas 500,
dan sering hilang bila kadar CD4 menurun hingga kadar CD4 200. Kurang lebih 30% orang
dengan PGL juga mengalami splenomegali. Batasan limfadenopati pada infeksi HIV adalah
sebagai berikut:
Melibatkan sedikitnya dua kelompok kelenjar getah bening
Sedikitnya dua kelenjar yang simetris berdiameter lebih dari 1 cm
dalam setiap kelompok
Berlangsung lebih dari tiga bulan
Tidak ada infeksi lain yang menyebabkannya
Pembengkakan kelenjar getah bening bersifat tidak sakit, simetris dan kebanyakan terdapat di
leher bagian belakang dan depan, di bawah rahang bawah, di ketiak serta di tempat lain, tidak
termasuk di inguinal.
- Infeksi bakteri
Pada infeksi bakteri biasanya menyebabkan limfadenopati lokalisata, tetapi dapat juga terjadi
limfadenopati generalisata pada penyakit demam tifoid, endokarditis, tuberculosis dan sifilis.
Peradangan KGB (limfadenitis) dapat disebabkan Streptokokus beta hemolitikus Grup A atau
stafilokokus aureus. Bakterianaerob bila berhubungan dengan caries dentis dan penyakit
gusi,radang apendiks atau abses tubo-ovarian.
Pada awal infeksi, aspirat mengandung campuran neutrofil dan limfosit. Kemudian
mengandung bahan pirulen dari neutrofil dan massa debris. Limfadenitis bakterial akut
biasanya menyebabkan KGB berwarna kemerah,teraba hangat dan nyeri tekan. Biasanya
penderita demam dan terjadi leukositosis neutrofil pada pemeriksaan darah tepi. Pada infeksi
oleh Mikobakterium tuberkulosis, aspirat tampak karakteristik sel epiteloid dengan latar
belakang limfosit dan sel plasma.
Sel epiteloid berupa sel bentuk poligonal yang lonjong dengan sitoplasma yang pucat, batas sel
yang tidak jelas, kadang seperti koma atau inti yang berbentuk seperti bumerang yang pucat,
berlekuk dengan kromatin halus.
Limfadenitis granulomatosa. Tampak sel epiteloid pada aspirat penderita limfadenitis
tuberkulosis.
Keganasan seperti leukemia, neuroblastoma, rhabdomyo-sarkoma dan limfoma juga dapat
menyebabkan limfadenopati. Diagnosis defenitif suatu limfoma membutuhkan tindakan biopsi
eksisi, oleh karena itu diagnosis subtipe limfoma dengan menggunakan biopsi aspirasi jar um
halus masih merupakan kontroversi. Aspirat Limfoma non-Hodgkin berupa populasi sel yang
monoton dengan ukuran sel yang hamper sama. Biasanya tersebar dan tidak berkelompok.
Diagnostik sitologi Limfoma Hodgkin umumnya dibuat dengan ditemukannya tanda klasik
yaitu sel Reed Sternberg dengan latar belakang limfosit, sel plasma, eosinofil dan histiosit. Sel
Reed Sternberg adalah sel yang besar dengan dua inti atau multinucleated dengan sitoplasma
yang banyak dan pucat.

Limfoma Hodgkin. Tampak sel Reed Sternbergklasik dengan latar belakang limfosit dan
eosinofil. Metastasis karsinoma merupakan penyebab yang lebih umum dari limfadenopati
dibandingkan dengan limfoma. Dengan teknik biopsi aspirasi jarum halus lebih mudah
mendiagnosis suatu metastasis karsinoma daripada limfoma.
Metastasis keratinizing squomous cell carcinoma.Tampak sel-sel yang mengalami keratinisasi
pada aspirat dari penderita karsinoma laring.

Penyakit lainnya yang salah satu gejalanya adalah limfadenopati adalah penyakit Kawasaki,
penyakit Kimura, penyakit Kikuchi, penyakit Kolagen, penyakit Cat-scratch, penyakit
Castleman, Sarcoidosis, Rhematoid arthritis dan Sisestemic lupus erithematosus (SLE).
Obat-obatan dapat menyebabkan limfadenopati generalisata. Limfadenopati dapat timbul
setelah pemakaian obat-obatan seperti fenitoin dan isoniazid. Obat-obatan lainnya seperti
allupurinol, atenolol, captopril, carbamazepine, cefalosporin, emas, hidralazine,
penicilin, pirimetamine, quinidine, sulfonamida, sulindac).
Imunisasi dilaporkan juga dapat menyebabkan limfadenopati di daerah leher, seperti setelah
imunisasi DPT, polio atau tifoid. Meskipun demikian, masing-masing penyebab tidak dapat
ditentukan hanya dari pembesaran KGB saja, melainkan dari gejala-gejala lainnya yang
menyertai pembesaran KGB tersebut
Penyebab Limfadenopati
2.6 Pemeriksaan penunjang
Laboratorium:
Darah Tepi Lengkap, Apusan Darah, LED (Laju Endap Darah)

Darah lengkap dan apusan untuk melihat kemungkinan infeksi atau keganasanan darah.
LED untuk melihat adanya tanda inflamasi akut, infeksi akut dan kronis, kerusakan
jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid, malignansi.
Fungsi Hati dan Analisis Urin

Untuk mencari penyebab penyakit sistemik penyebab limfadenopati. Sebagai tamabahan


dapat diperiksa dari Lactat dehidrogenase (LDH), asam urat, kadar kalsium dan fosfat,
untuk melihat adanya tanda keganasan.
Biakan Darah
Untuk melihat adanya penyebab infeksi dengan bakteri yang spesifik
Serologi (Toxoplasma, EBV, CMV, HIV dll)

Biasanya untuk limfadenopati generalisata.


Tes mantoux

Jika pada anamnesis dan PF dicurigai adanya infeksi tuberculosis.


Rongent toraks
Rongent toraks diperlukan pada kecurigaan adanya kelainan dari paru seperti pada
tuberculosis, lymphoma dan neuroblastoma, untuk melihat adanya limfadenopati
mediastinal

Limfadenopati mediastinum bilateral pada rongent toraks

Ultrasonografi (USG)
USG merupakan salah satu teknik yang dapat dipakai untuk mendiagnosis limfadenopati
servikalis. Penggunaan USG untuk mengetahui ukuran, bentuk, echogenicity, gambaran
mikronodular, nekrosis intranodal dan ada tidaknya kalsifikasi. USG dapat dikombinasi
dengan biopsi aspirasi jarum halus untuk mendiagnosis limfadenopati dengan hasil yang lebih
memuaskan, dengan nilai sensitivitas 98% dan spesivisitas 95%.
Gambar 11.Contoh USG Kelenjar Getah Bening
Gray-scale sonogram metastasis pada KGB. Tampak adanya hypoechoic, round, tanpa
echogenic hilus (tanda panah). Adanya nekrosis koagulasi (tanda kepala panah).

CT Scan
CT scan dapat mendeteksi pembesaran KGB servikalis dengan diameter 5 mm atau lebih. Satu
studi yang dilakukan untuk mendeteksi limfadenopati supraklavikula pada penderita nonsmall
cell lung cancer menunjukkan tidak ada perbedaan sensitivitas yang signifikan dengan
pemeriksaan menggunakan USG atau CT scan.

Biopsi
Biopsi dapat dilakukan dengan mengambil sel keluar melalui jarum atau dengan operasi
menghapus satu atau lebih kelenjar getah bening. Sel-sel atau kelenjar getah bening akan
dibawa ke lab dan diuji. Biopsy KGB memiliki nilai sensitifitas 98 % dan spesifisitas 95 %.
Kegagalan untuk mengecil setelah 4-6 minggu dapat menjadi indikasi untuk dilaksanakan
biopsy KGB. Biopsi dilakukan terutama bila terdapat tanda dan gejala yang mengarahkan
kepada keganasan.

Anda mungkin juga menyukai