04011181520006
Betha 2015
Skenario:
TN M, umur 40 tahun, seorang laki laki bekerja sebagai buruh bangunan, sejak lima
bulan yang lalu, teraba ada benjolan dileher kanan sebesar telur puyuh, benjolan tidak nyeri,
badan terasa demam tetapi tidak terlalu tinggi dan mudah berkeringat, nafsu makan menurun,
berat badan masih normal. Sejak 4 bulan yang lalu timbul benjolan di sebelah kiri sebesar
telur puyuh sedangkan benjolan sebelah kanan leher semakin besar yaitu sebesar telur ayam.
Berat badan menurun 6kg dalam 2 bulan terakhir. Tn M berobat ke dokter umum, diberi obat
juga dilakukan pemeriksaan darah dan rontgen dada, namun benjolan tidak mengecil dan dan
malah membesar. Sejak satu bulan yang lalu Tn M mengeluhkan sakit menelan dan sulit
menelan, akhirnya Tn M berobat kebagian penyakit dalam dan dirawat.
Riwayat batuk-batuk lama tidak ada, riwayat keluarga batuk lama tidak ada, riwayat
sakit kepala tidak ada, keluhan nyeri sendi dan demam lama tidak ada. Tn M sering
memelihara binatang seperti kucing dan juga senang makanan yang dibakar seperti sate. Tn
M jarang minum obat-obatan atau jamu-jamuan. Riwayat keluarga tidak ada penyakit seperti
ini, ibu Tn M menderita karsinoma payudara.
Pemeriksaan fisik didapatkan:
Keadaan umum tampak sakit sedang, tekanan darah 120/80 mmHg, denyut nadi 80x/menit,
frekuensi nafas 20 kali/menit, suhu 36,8oC, TB:165cm, BB:42kg.
Keadaan Spesifik:
Kepala: konjungtiva pucat (-), ikterik (-)
Mulut: Stomatitis (-), pharink hiperemis (-), tumor (-)
Leher: JVP (5-2) cmH2O
Benjolan pada leher kanan: ukuran 5x4x4cm, nyeri (-), mobil
Benjolan pada leher kiri: ukuran 3x4x3cm, nyeri (-), mobil
Thoraks:
Pembesaran kelenjar limfa di aksila (-)
Paru: dalam batas normal
Jantung: dalam batas normal
Abdomen: dalam batas normal
Ekstremitas superior: pembesaran kelenjar limfa (-)
Ekstremitas inferior: pembesaran kelenjar limfa inguinal (-)
Pemeriksaan laboratorium:
Darah rutin Hb: 10,2gr%, WBC 8.000/mm3, hitung jenis: 0/5/6/70/18/1; LED: 60 mm/jam.
Kimia darah: ureum 50mg/dL, kreatinin: 1,4 mg/dL, asam urat 8,5mg/dL, LDH: 565 U/L
Analisis masalah:
1. TN M, umur 40 tahun, seorang laki laki bekerja sebagai buruh bangunan, sejak lima
bulan yang lalu, teraba ada benjolan dileher kanan sebesar telur puyuh, benjolan tidak
nyeri, badan terasa demam tetapi tidak terlalu tinggi dan mudah berkeringat, nafsu makan
menurun, berat badan masih normal.
(a) Bagaimana hubungan usia, jenis kelamin dan pekerjaan dengan keluhan?
Jawab;
Usia lebih sering pada umur diatas 50 tahun tetapi umur di bawar 50 tahun
kemungkinan bisa terjadi, jenis kelamin laki laki lebih sering dari pada perempuan,
pekerjaan biasanya di peternakan pekerja hutan dan bertanian
(b) Apa saja faktor risiko yang menyebabkan keluhan? (kaitkan dengan kasus)
Jawab:
faktor risiko terjadinya keluhan yang dialami Tn. M salah satunya adalah paparan
lingkungan dan pekerjaan, dimana beberapa pekerjaan yang sering dihubungkan
dengan resiko tinggi adalah peternak serta pekerja hutan dan pertanian. Hal ini
disebabkan adanya paparan herbisida dan pelarut organik.
(c) Bagaimana gambaran anatomi terkait kasus? (sistem lymphatic di region coli)
Jawab:
Nodus Lymphaticus
Nodus lymphaticus dapat ditemukan di seluruh tubuh dan terletak sepanjang
perjalanan pembuluh limfe. Bentuknya oval atau seperti ginjal dan ukuran panjangnya
bervariasi dari beberapa millimeter sampai 2 cm. Nodus lymphaticus biasanya
didapatkan berkelompok dan berkaitan dengan aliran limfatik dari daerah atau organ
tertentu. Setiap nodus lymphaticus diliputi kapsula fibrosa yang kuat, yang membentuk
sejumlah partisi fibrosa di dalam nodus disebut trabeculae. Bergantung pada trabecula
terdapat anyaman tiga dimensi dari serabut-serabut retikularis. Lubang-lubang
anyaman diisi oleh limfosit. Limfe masuk ke dalam nodus lymphaticus melalui
sejumlah pembuluh limfatik aferen berkatup yang menembus kapsula pada permukaan
konveksnya. Limfe berjalan melalui sinus subcapsularis dan kemudian disaring melalui
anyaman sampai limfe mencapai medulla. Akhirnya limfe meninggalkan nodus melalui
satu atau dua pembuluh limfatik eferen yang muncul dari hilus.
Aliran Limfe Kepala dan Leher
Nodi lymphoidei di daerah kepala dan leher tersusun dalam sebuah kelompok leher
yang terbentang dari bawah dagu sampai ke belakang kepala dan sebuah kelompok
terminal verticalis profunda yang tertanam di dalam sarung carotis di daerah leher.
Kelompok regional nodi lymphoidei tersusun sebagai berikut:
Nodi lymphoidei occipitales: terletak di atas os occipitale pada belakang kepala.
Menampung limfe dari bagian belakang kulit kepala.
Nodi lymphoidei retroauriculares (mastoidei): belakang telinga di atas
processus mastoideus. Menampung limfe dari kulit kepala di atas telinga,
auricula dan meatus acusticus externus.
Nodi lymphoidei parotidei: terletak pada atau di dalam glandula parotidea.
Menampung limfe dari kulit kepala di atas glandula parotidea, kelopak mata,
glandula parotidea, auricula dan meatus acusticus externus.
Nodi lymphoidei buccinatorius (faciales): satu atau dua nodi pada pipi di atas
musculus buccinator. Menampung limfe yang akhirnya bermuara ke nodi
lymphoidei submandibulares.
Nodi lymphoidei submandibulares: terletak pada permukaan superfisial
glandula salivaria submandibularis, tepat di bawah pinggir bawah mandibulae.
Menampung limfe dari kulit kepala bagian depan hidung, pipi, bibir atas dan
bawah (kecuali bagian tengah), sinus frontalis, maxillaris, danethmodalis; gigi
atas dan bawah (kecuali incisivus bawah); dua pertiga bagian anterior lidah
(kecuali ujung lidah); dasar mulut dan vestibulum; dan gusi.
Nodi lymphoidei submentales: terletak di dalam trigonum submentale tepat di
bawah
dagu. Menampung limfe dari ujung lidah, dasar mulut bagian anterior, gigi
incisivus, bagian tengah bibir bawah, dan kulit di atas dagu.
Nodi lymphoidei cervicales anteriores: terletak sepanjang vena jugularis
anterior pada sisi depan leher. Menampung limfe dari kulit dan jaringan
superfisial leher bagian depan.
Nodi lymphoidei cervicales superficiales: terletak sepanjang vena jugularis
externa pada sisi lateral leher. Menampung limfe dari kulit di atas angulus
mandibulae, kulit di atas bagian bawah glandula parotidea, dan lobus auricula.
Nodi lymphoidei retropharyngeales: terletak di belakang pharynx dan di depan
columna vertebralis. Menampung limfe dari nasopharynx, tuba auditiva, dan
columna vertebralis.
Nodi lymphoidei laryngeales: terletak di depan larynx. Menampung limfe dari
larynx.
Nodi lymphoidei tracheales (paratracheales): terletak sepanjang lateral trachea.
Menampung limfe dari struktur yang berdekatan, termasuk glandula thyroidea.
Fungsi nodus lymphaticus
Pada dasarnya, nodus lymphaticus berfungsi sebagai filter. Setiap partikel asing
di dalam limfe, apakah bakteri atau materi lain, terperangkap di dalam nodus
lymphaticus pada saat limfe berdifusi secara lambat melalui anyaman serabut-serabut
retikularis. Sebuah contoh bagus dari proses ini dapat dilihat pada pemeriksaan nodus
lymphaticus bronchialis. Partikel-partikel karbon yang terhirup berjalan ke dalam limfe
dari alveolus-alveolus dan terperangkap di dalam nodus lymphaticus bronchialis.
Makrofag yang terdapat di dalam serabut-serabut retikularis memfagositosis partikel-
partikel tersebut pada saat partikel-pertikel ini melaluinya.
Toxin yang masuk ke dalam limfe mengaktifkan respons imun dari limfosit.
Antibodi khusus (gama globulin) terhadap antigen masuk ke limfe yang sedang
meninggalkan nodus. Akhirnya, antibodi sampai ke darah di dalam leher melalui ductus
thoracicus dan ductus lymphaticus dexter, dan antibodi disebarkan secara luar ke
seluruh tubuh. Limfosit T juga bereaksi terhadap antigen dan membentuk sekelompok
limfosit sitotoksik khusus yang disebarkan ke seluruh tubuh.
Oleh karena itu limfe eferen adalah pembersih;limfe ini kaya akan antibodi dan
mengandung banyak limfosit dibandingkan limfe aferen.
2) Kelenjar tiroid
Penyakit autoimun, kanker dan gangguan lain pada kelenjar tiroid dapat menyebabkan
pembesaran sebagian atau seluruh kelenjar tiroid.
4) Otot leher
Cedera pada otot tortikolis dapat menyebabkan benjolan pada otot leher.
6) Infeksi
Infeksi dapat bersifat akut atau menahun. Biasanya infeksi akan disertai gejala rasa
sakit dan adanya warna kemerahan pada benjolan tersebut.
- Abses peritonsilar
- Radang tenggorokan
- Tuberkulosis
- Mycobacterium atipikal
(f) Bagaimana mekanisme timbulnya benjolan pada leher kanan terkait kasus?
(g) Bagaimana mekanisme badan terasa demam tetapi tidak terlalu tinggi?
Jawab:
Demam: Infeksi Produksi antibodi dan proliferasi sel limfosit T meningkat
Pelepasan pirogen dari dalam leukosit yang sebelumnya telah terangsang oleh pirogen
eksogen dari mikroorganisme Pelepasan asam arakidonat serta peningkatan sintesis
prostaglandin E2 Pireksia
*Peningkatan suhu memberikan suatu peluang kerja yang optimal untuk sistem
pertahanan tubuh.
4. Sejak satu bulan yang lalu Tn M mengeluhkan sakit menelan dan sulit menelan, akhirnya
Tn M berobat kebagian penyakit dalam dan dirawat.
(a) Bagaimana mekanisme sakit menelan dan sulit menelan terkait kasus?
Jawab:
Pembesaran kelenjar getah bening pada bagian servikal (leher) yang telah
berlangsung selama beberapa bulan dan terus membesar dapat menyebabkan
perubahan struktur anatomis saluran pencernaan, kemungkinan yang terjadi adalah
pembesaran KGB atau tumor yang cukup besar dan berlokasi di regio colli
menyebabkan penekan dan mendesak organ disekitar pembesaran, antara lain area
esofagus. Tekanan pada esofagus menyebabkan traktus oesophageal menjadi lebih
sempit sehingga sulit dan terasa nyeri saat menelan.
(b) Apa indikasi rawat inap pada pasien ini? (penjelasan terkait kasus)
5. Riwayat batuk-batuk lama tidak ada, riwayat keluarga batuk lama tidak ada, riwayat sakit
kepala tidak ada, keluhan nyeri sendi dan demam lama tidak ada.
(a) Apa makna klinis dari tidak ada riwayat batuk lama pada Tn M dan keluarganya?
(b) Apa makna klinis sakit kepala tidak ada?
(c) Apa makna klinis nyeri sendi dan demam lama tidak ada?
6. Tn M sering memelihara binatang seperti kucing dan juga senang makanan yang dibakar
seperti sate. Tn M jarang minum obat-obatan atau jamu-jamuan. Riwayat keluarga tidak
ada penyakit seperti ini, ibu Tn M menderita karsinoma payudara.
(a) Bagaimana hubungan memelihara binatang seperti kucing dengan keluhan Tn M?
Jawab:
Keluhan terhadap kasus penyebabnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu infeksi dan
non- infeksi. Penyebab infeksi
Penyebab Noninfeksi
- Penyakit Kawasaki. Anak yang terinfeksi ini menderita selama 5 hari, dan limfadenopati
servikal adalah 1 dari 4 kategori yang perlu ada untuk menegakkan diagnosis.
(b) Bagaimana hubungan senang makanan yang dibakar seperti sate dengan keluhan Tn
M?
(c) Apa makna klinis jarang minum obat-obatan atau jamu-jamuan dengan keluhan Tn
M?
Kebanyakan jamu-jamuan mengandung steroid yang juga dapat menyebabkan
pembesaran nodus lymphaticus. Karena pada kasus ini pasien mengaku jarang
meminumnya maka dapat menyingkirkan DD bahwa penyebab penyakit ini adalah obat
atau jamu.
Keadaan umum tampak sakit sedang, tekanan darah 120/80 mmHg, denyut nadi 80x/menit,
frekuensi nafas 20 kali/menit, suhu 36,8oC, TB:165cm, BB:42kg.
Keadaan Spesifik:
Kepala: konjungtiva pucat (-), ikterik (-)
Mulut: Stomatitis (-), pharink hiperemis (-), tumor (-)
Leher: JVP (5-2)cmH2O
Benjolan pada leher kanan: ukuran 5x4x4cm, nyeri (-), mobil
Benjolan pada leher kiri: ukuran 3x4x3cm, nyeri (-), mobil
Thoraks:
Pembesaran kelenjar limfa di aksila (-)
Paru: dalam batas normal
Jantung: dalam batas normal
Abdomen: dalam batas normal
Ekstremitas superior: pembesaran kelenjar limfa (-)
Ekstremitas inferior: pembesaran kelenjar limfa inguinal (-)
Leher:
JVP (5-2) cm H2O
Benjolan pada leher kanan: ukuran 5x4x4 cm, nyeri (-), mobile
Benjolan pada leher kiri: Ukuran 3x4x3 cm, nyeri (-), mobile
Thoraks:
Pembesaran kelenjar limfa di axilla (-) normal
Paru: dalam batas normal normal
Jantung: dalam batas normal normal
Abdomen: dalam bats normal normal
Ekstremitas superior: pembesaran kelenjar limfa (-) normal
Ekstreitas inferior: pembesaran kelenjar limfa inguinal (-) normal
8. Pemeriksaan laboratorium:
Darah rutin Hb: 10,2gr%, WBC 8.000/mm3, hitung jenis: 0/5/6/70/18/1 ; LED: 60 mm/jam.
Kimia darah: ureum 50mg/dL, kreatinin: 1,4 mg/dL, asam urat 8,5mg/dL, LDH: 565 U/L
Jawab:
Hemoglobin rendah
Prevalensi anemia pada penyakit kanker ialah sekitar 40%, hasil
observasi pada European Survey on Cancer Anemia (ECAS) didapati lebih dari
15.000 pasien kanker dengan stadium dan pengobatan yang berbeda mengalami
anemia. Penyebab anemia pada pasien kanker ialah penurunan produksi sel
darah merah yang merupakan hasil dari defisiensi nutrisi. Selain itu bisa juga
disebabkan oleh infiltrasi sel tumor ke sumsum tulang dan juga efek dari
pengobatan kanker seperti kemotererapi atau radioterapi yang meningkatkan
hemolisis sel darah merah. ( Schrijvers, 2011).
Anemia pada NHL sering digolongkan sebagai anemia akibat penyakit
kronik yang merupakan anemia normokromik normositik, tetapi jika penyakit
yang mendasari telah berkembang selama beberapa minggu atau bulan maka
dapat ditemukan gambaran hipokromik mikrositik. Gambaran itu yang
membedakan anemia akibat penyakit kronik dan anemia akibat defisiensi zat
besi. Selain itu dapat ditemukan LED yang meningkat disebabkan oleh
hipergammaglobulinemia atau fibrinogemia. ( Isbister, 1999).
Selain itu, menurut Alshayeb (2009) pada non hodgkin limfoma kronik
sering menyebabkan komplikasi berupa glomerulonefrifis yang nantinya akan
menyebabkan kerusakan pada ginjal sedangkan ginjal merupakan organ yang
memproduksi hormon eritropoetin tepatnya di peritubular capilaris tubular
nefron. Jika ginjal rusak, maka ginjal tidak dapat menghasilkan eritropoitin
sehingga akan menyebabkan berkurangnya produksi sel darah merah.
Patofisiologi Limfadenopati
Patofisiologi limfadenopati berdasarkan dari etologi yang mendasari. Beberapa plasma
dan sel (misalnya sel kanker dan mikroorganisme) dalam ruang interstitial, bersama
dengan bahan selular tertentu, antigen, dan partikel asing masuk ke pembuluh limfatik,
menjadi cairan limfe. Kelenjar getah bening menyaring cairan limfe dalam perjalanan
ke sirkulasi vena sentral, menghilangkan sel-sel dan bahan lainnya. Proses penyaringan
juga menyajikan antigen kepada limfosit terkandung dalamKGB. Respon imun dari
limfosit melibatkan proliferasi sel limfosit dan makrofag, yang dapat menyebabkan
KGB untuk memperbesar (limfadenopati reaktif). Patogen mikroorganisme dibawa
dalam cairan limfe dapat juga langsung menginfeksi KGB, menyebabkan
limfadenitis), dan apabila terdapat sel-sel kanker dapat menginfiltrasi langsung atau
proliferasi sel di KGB.
i. How to Diagnose
j. Tatalaksana
k. Pemeriksaa Penunjang
l. Edukasi & Pencegahan
m. Komplikasi
Limfadenopati dapat menimbulkan komplikasi yang serius jika limfadenopati terdapat
pada mediastinal. Hal ini dapat menyebabkan vena cava superior syndrome dengan
obstruksi dari aliran darah, bronchi atau obstruksi trakea. Bila limfadenopati pada
abdominal dapat menyebabkan konstipasi dan obstruksi intestinal yang dapat
mengancam kesehatan. Limfadenopati yang disebabkan oleh keganasan dapat
mengganggu metabolisme tubuh yang menyebabkan nefropati, hiperkalemia, dan
gagal ginjal.
n. Prognosis
o. SKDI
Definisi limfadenopati
Limdenopati menandakan adanya limfonodus yang abnormal dari segi ukuran, konsistensi
atau jumlah. 12 Kelenjar getah bening yang memiliki garis tengah terpanjang > 10 mm
dikategorikan sebagai suatu limfadenopati, dengan pengecualian untuk kelenjar getah bening
epitroklear (bila garis tengah terpanjang > 5 mm) dan inguinal (bila garis tengah terpanjang >
15 mm). Apabila kelenjar getah bening supraklavikula, ilaka maupun poplitea dapat teraba juga
sudah dikategorikan sebagai suatu yang abnormal. Namun demikian, perlu diingat bahwa pada
anak sehat kelenjar getah bening aksila dan inguinal dapat teraba. Secara klinis limfadenopati
dapat dibedakan menjadi limfadenopati lokalisata dan limfadenopati generalisata.
Limfadenopati lokalisata didefinisikan sebagai pembesaran KGB hanya pada satu region saja,
sedangkan limfadenopati generalisata apabila pembesaran KGB terjadi pada dua atau lebih
region yang berjauhan dan simtetris. Klasifikasi ini bertujuan untuk penentuan diferensial
diagnosis. Sekitar 75% pasien didapatkan limpadenopati lokalisata, sedangkan limfadenopati
generalisata 25%.
Gejala penyerta
Gejala infeksi selain demam, dicari kemungkinan adanya faringitis (nyeri menelan batuk),
konjungtivitis (keluar secret, mata merah), ulserasi kulit, tinea (gatal pada daerah lipatan), nyeri
lokal, luka genital, keluar cairan dari genital, dan berkeringat di malam hari menandakan
kemungkinan tuberculosis.
Gejala keganasan metastasis: gejala konstitusional keganasan seperti penurunan berat badan
dan keringat malam.
Gejala konstitusional : demam keringat malam, dan / atau penurunan berat badan yang tidak
dapat dijelaskan lebih besar dari 10% dari berat badan selama 6 bulan mengenai untuk
limfoma, arthralgias, ruam, dan mialgia menunjukkan adanya penyakit vaskular kolagen.
Riwayat penyakit
Riwayat penyakit sekarang dan dahulu seperti adanya peradangan tonsil sebelumnya,
mengarahkan kepada infeksi oleh Streptococcus; luka lecet pada wajah atau leher atau tanda
tanda infeksi mengarahkan penyebab infeksi Staphilococcus; dan adanya infeksi gigi dan gusi
juga dapat mengarahkan kepada infeksi bakteri anaerob. Transfusi darah sebelumnya dapat
mengarahkan kepadaCitomegalovirus, Epstein Barr Virus atau HIV.
Limfoma Hodgkin. Tampak sel Reed Sternbergklasik dengan latar belakang limfosit dan
eosinofil. Metastasis karsinoma merupakan penyebab yang lebih umum dari limfadenopati
dibandingkan dengan limfoma. Dengan teknik biopsi aspirasi jarum halus lebih mudah
mendiagnosis suatu metastasis karsinoma daripada limfoma.
Metastasis keratinizing squomous cell carcinoma.Tampak sel-sel yang mengalami keratinisasi
pada aspirat dari penderita karsinoma laring.
Penyakit lainnya yang salah satu gejalanya adalah limfadenopati adalah penyakit Kawasaki,
penyakit Kimura, penyakit Kikuchi, penyakit Kolagen, penyakit Cat-scratch, penyakit
Castleman, Sarcoidosis, Rhematoid arthritis dan Sisestemic lupus erithematosus (SLE).
Obat-obatan dapat menyebabkan limfadenopati generalisata. Limfadenopati dapat timbul
setelah pemakaian obat-obatan seperti fenitoin dan isoniazid. Obat-obatan lainnya seperti
allupurinol, atenolol, captopril, carbamazepine, cefalosporin, emas, hidralazine,
penicilin, pirimetamine, quinidine, sulfonamida, sulindac).
Imunisasi dilaporkan juga dapat menyebabkan limfadenopati di daerah leher, seperti setelah
imunisasi DPT, polio atau tifoid. Meskipun demikian, masing-masing penyebab tidak dapat
ditentukan hanya dari pembesaran KGB saja, melainkan dari gejala-gejala lainnya yang
menyertai pembesaran KGB tersebut
Penyebab Limfadenopati
2.6 Pemeriksaan penunjang
Laboratorium:
Darah Tepi Lengkap, Apusan Darah, LED (Laju Endap Darah)
Darah lengkap dan apusan untuk melihat kemungkinan infeksi atau keganasanan darah.
LED untuk melihat adanya tanda inflamasi akut, infeksi akut dan kronis, kerusakan
jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid, malignansi.
Fungsi Hati dan Analisis Urin
Ultrasonografi (USG)
USG merupakan salah satu teknik yang dapat dipakai untuk mendiagnosis limfadenopati
servikalis. Penggunaan USG untuk mengetahui ukuran, bentuk, echogenicity, gambaran
mikronodular, nekrosis intranodal dan ada tidaknya kalsifikasi. USG dapat dikombinasi
dengan biopsi aspirasi jarum halus untuk mendiagnosis limfadenopati dengan hasil yang lebih
memuaskan, dengan nilai sensitivitas 98% dan spesivisitas 95%.
Gambar 11.Contoh USG Kelenjar Getah Bening
Gray-scale sonogram metastasis pada KGB. Tampak adanya hypoechoic, round, tanpa
echogenic hilus (tanda panah). Adanya nekrosis koagulasi (tanda kepala panah).
CT Scan
CT scan dapat mendeteksi pembesaran KGB servikalis dengan diameter 5 mm atau lebih. Satu
studi yang dilakukan untuk mendeteksi limfadenopati supraklavikula pada penderita nonsmall
cell lung cancer menunjukkan tidak ada perbedaan sensitivitas yang signifikan dengan
pemeriksaan menggunakan USG atau CT scan.
Biopsi
Biopsi dapat dilakukan dengan mengambil sel keluar melalui jarum atau dengan operasi
menghapus satu atau lebih kelenjar getah bening. Sel-sel atau kelenjar getah bening akan
dibawa ke lab dan diuji. Biopsy KGB memiliki nilai sensitifitas 98 % dan spesifisitas 95 %.
Kegagalan untuk mengecil setelah 4-6 minggu dapat menjadi indikasi untuk dilaksanakan
biopsy KGB. Biopsi dilakukan terutama bila terdapat tanda dan gejala yang mengarahkan
kepada keganasan.