Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGENDALIAN HAYATI

ACARA 10

FORMULASI AGENSIA HAYATI

Disusun oleh:

Nama : Marisa Wahyuni

NPM :E1J014073

Shift :Kamis,12.00-14.00 WIB

Coass :Vicky Afgara Abins

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Formulasi adalah campuran antara bio massa agens pengendali hayati dengan bahan-bahan
yang dapat meningkatkan efektivitas dan kemampuan hidup agens pengendali hayati. Formulai
agens pengendali hayati dapat berupa produk kering atau cair. Dibandingkan dengan produk
basah, formulasi kering lebih baik untuk agens pengendali hayati yang membentuk spora.
Spesies Trichoderma sp. disamping sebagai organisme pengurai, dapat pula berfungsi
sebagai agens hayati. Trichoderma sp. dalam peranannya sebagai agens hayati bekerja
berdasarkan mekanisme antagonis yang dimilikinya. Trichoderma sp. merupakan
cendawan parasit yang dapat menyerang dan mengambil nutrisi dari cendawan lain.
Kemampuan dari Trichoderma sp. ini yaitu mampu memarasit cendawan patogen
tanaman dan bersifat antagonis, karena memiliki kemampuan untuk mematikan atau
menghambat pertumbuhan cendawan lain.
Aplikasi Trichoderma spp. dalam pengendalian penyakit tanaman diaplikasikan dalam
bentuk biakan pada substrat campuran dedak padi + serbukgergaji, pasir + tepung kulit
sekam, pasir + tepung jagung + kulit sekam, kulitsekam + serbuk gergaji + jagung manis
(Sinaga 1986; Dharmaputra dan Suwandi1988; Susilo et al. 1994). Aplikasi Trichoderma
spp. dalam bentuk substrat tersebut kurang praktis karena membutuhkan wadah yang
cukup banyak, tenaga kerja banyak, dan sering mengalami kendala untuk dibawa dan
diaplikasikan di lapang. Oleh karena itu, perlu dicari formulasi Trichoderma spp. yang
lebih praktis, efektif, dan efisien. Salah satu cara yang dapat dikembangkan adalah
penggunaan substrat tumbuh Trichoderma spp. dalam bentuk formulasi pellet, tepung dan
butiran.

1.2 Tujuan Praktikum


Mahasiswa terampil membuat berbagai formulasi agensia hayati dari isolat jamur
Trichoderma.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Penggunaan agen hayati berupa jamur antagonis seperti Trichoderma spp. untuk
mengendalikan beberapa jamur penyebab penyakit tanaman, memberi harapan untuk
dikembangkan di lapangan. Penggunaan jamur Trichoderma spp. sebagai agen hayati yang
efektif untuk mengendalikan berbagai patogen dalam tanah. Aplikasi agen hayati dalam
formulasi kering, seperti bentuk tablet, bulat, butiran, tepung, dan lain-lain, dinilai lebih
memudahkan agen hayati tersebut disuplai dari produsen kepada petani, memudahkan
aplikasinya dilapangan terutama dalam skala besar dan agen hayati dapat bertahan lama
(Asrul, 2009).
Trichoderma spp. merupakan cendawan berbentuk filament (benang) dengan anggota
spesies yang banyak digunakan dalam perlindungan tanaman sebagai cendawan agens hayati.
Sebagian besar spesies Trichoderma spp. bermanfaat dalam perlindungan tanaman terhadap
penyakit tanaman yang disebabkan oleh cendawan patogen (Harman 2006). Trichoderma spp.
mempunyai kemampuan sebagai parasit dan bersifat antibiosis karena menghasilkan enzim
yang secara aktif mampu mendegradasi sel-sel patogen, sehingga menyebabkan lisisnya sel-
sel cendawan patogen dan mengeluarkan trikotoksin yang dapat mematikan cendawan
patogen (Saragih et al. 2006; Liswarni et al. 2007).
Aplikasi Trichoderma spp. dalam pengendalian penyakit tanaman diaplikasikan dalam
bentuk biakan pada substrat campuran dedak padi + serbuk gergaji, pasir + tepung kulit
sekam, pasir + tepung jagung + kulit sekam, kulit sekam + serbuk gergaji + jagung manis
(Sinaga 1986; Dharmaputra dan Suwandi 1988; Susilo et al. 1994). Aplikasi Trichoderma
spp. dalam bentuk substrat tersebut kurang praktis karena membutuhkan wadah yang cukup
banyak, tenaga kerja banyak, dan sering mengalami kendala untuk dibawa dan diaplikasikan
di 2 lapang. Oleh karena itu, perlu dicari formulasi Trichoderma spp. yang lebih praktis,
efektif, dan efisien. Salah satu cara yang dapat dikembangkan adalah penggunaan substrat
tumbuh Trichoderma spp. dalam bentuk formulasi pelet.
Formulasi pelet ini berukuran kecil sehingga lebih praktis untuk dibawa atau dikirim
dan diaplikasikan di lapangan. Berbagai bahan pembawa yang dapat digunakan dalam
formulasi pelet ini adalah tepung ubi jalar, tepung talas, dedak dan tepung pisang. Bahan-
bahan tersebut kaya akan kandungan karbohidrat yang diperlukan oleh Trichoderma sp. dan
cendawan lain pada umumnya. Selain karbohidrat, cendawan memerlukan asupan protein
untuk pertumbuhannya. Oleh karena itu, untuk memperkaya formulasi pelet Trichoderma sp.
dapat ditambahkan ampas tahu sebagai sumber protein bagi Trichoderma sp.. Ampas tahu
merupakan hasil samping dari proses pembuatan tahu, dan dapat dijadikan sumber protein
karena kadar protein ampas tahu cukup tinggi yakni sebesar 26.6% pada kadar air 9%
(Direktorat Gizi dan Kesehatan 1993).
Mekanisme yang dilakukan oleh agens antagonis Trichoderma sp. terhadap patogen
adalah mikoparasit dan antibiosis selain itu cendawan Trichoderma sp. juga memiliki
beberapa kelebihan seperti mudah diisolasi, daya adaptasi luas, dapat tumbuh dengan cepat
pada berbagai substrat, cendawan ini juga memiliki kisaran mikroparasitisme yang luas dan
tidak bersifat patogen pada tanaman (Arwiyanto, 2003). Selain itu, mekanisme yang terjadi di
dalam tanah oleh aktivitas Trichoderma sp. yaitu kompetitor baik ruang maupun nutrisi, dan
sebagai mikoparasit sehingga mampu menekan aktivitas patogen tular tanah (Sudantha et al.,
2011).
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


Bahan yang digunakan terdiri dari 100g tepung Trichoderma, 200g talk, 200g
tepung ubi, 15g CaCO3 dan 400 ml air sreril. Sedangkan alat yang digunakan terdiri dari
blander, sendok kayu, saringan, otoklap, kompor, dandang, kompor, timbangan, mesin
giling/cetak pelet.

3.2 Cara kerja


Formulasi Agensia Hayati
Terdapat 3 formulasi yang akan dibuat yaitu berbentuk pellet, bubuk dan butiran:
1. Hasil produksi Trichoderma di blander hingga halus lalu disaring
2. Untuk membuat formulasi Pellet: bubuk halus Trichoderma yang sudah disaring
ditimbang sebanyak 100 g ditambah 200g talk, 200g tepung ubi dan 15g CaCO3.
Selanjutnya semua tepung tadi diaduk secara merata dan ditambahakan 400 ml air
steril lalu aduk sampai rata. Setelah rata masukkan dalam penggiling pencetak pellet.
Setelah digiling dikering anginkan lalu dikemas
3. Untuk membuat formulasi tepung tambahkan tepung trichoderma dengan talk dengan
komposisi 1:1 lalu dikemas
4. Sedangkan untuk formulasi butiran didapatkkan dari sisa penyaringan tepung tadi lalu
dikemas.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Formulasi agensia jamur Trichoderma dalam


bentuk tepung

Formulasi agensia jamur Trichoderma dalam


bentuk butiran

Formulasi agensia jamur Trichoderma dalam


bentuk pellet.

4.2 Pembahasan
Trichoderma sp. merupakan agens hayati yang sudah banyak digunakan dalam
perlindungan tanaman, baik sebagai pupuk hayati ataupun sebagai agen pengendali
penyakit. Namun dalam pemanfaatannya kurang praktis jika diaplikasikan di lapang,
karena membutuhkan wadah yang cukup banyak dan tenaga kerja banyak. Penggunaan
cendawan antagonis sebagai agens hayati harus dalam bentuk formulasi yang tepat
dengan bahan yang mudah tersedia (Lewis dan Papavizas 1991).
Aplikasi agen hayati Trichoderma sp dalam formulasi kering, seperti bentuk tablet,
bulat, butiran, tepung, dan lain-lain, dinilai lebih memudahkan agen hayati tersebut
disuplai dari produsen kepada petani, memudahkan aplikasinya dilapangan terutama
dalam skala besar dan agen hayati dapat bertahan lama Adanya macam macam bentuk
formulasi tersebut dapat dengan mudah diaplikasikan oleh petani kelapangan sesuai
dengan kindisi lahan dan tanaman yang terserang. Seperti formulasi tepung dapat
diaplikasikan dilarutkan dengan air dalam perendaman benih agar benih tanah terhadap
serangan patogen, dan dapat juga diaplikasikan saat persiapan lahan saat pengolahan
lahan dengan mencampur tanah pupuk dan agensia hayati kedalam tanah dan diratakan.
Formulasi butiran atau granular dapat dilakukan dengan menaburkan disekitar
tanaman dan dapat juga dicampur dengan tanah saat pengolahan lahan penggemburan
tanah dan pencampuran pupuk. Sedangkan formulasi pellet dapat di aplikasikan dengan
menaburkan disekitar tanaman atau menimbun di sekitar perakaran tanaman. Dengan
adannya macam macam formulasi seperti berikut dapat memudahkan petani dalam
mengaplikasikan agensia hayati antagonis sesuai dengan kebutuhan dak bentuk serangan.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Formulasi Trichoderma yaitu dapat berupa formulasi kering, seperti bentuk tablet,
butiran granular, dan tepung. Formulasi butiran atau granular dapat diaplikasikan dengan
cara menaburkan disekitar tanaman atau dicampur dengan tanah saat pengolahan lahan
penggemburan tanah dan pencampuran pupuk. Sedangkan formulasi pellet dapat di
aplikasikan dengan menaburkan disekitar tanaman atau menimbun di sekitar perakaran
tanaman.
DAFTAR PUSTAKA

Asrul. 2009. Uji Daya Hambat Jamur Antagonis Trichoderma spp. Dalam Formulasi Kering
Berbentuk Tablet Terhadap Luas Bercak Phytophthora Palmivora Pada Buah
Kakao. Jurnal Agrisains Vol 10 (1) 21:27.
Lewis JA ,GC. Papavizas. 1991. Production of Clamidospores and Conidia by Trichoderma
sp. In Liquid and Solid Growth Media. Soil Biology and Biochemistry. 15 (4):
351-357.

Liswarni YF, Rifai, Fitriani. 2007. Efektivitas beberapa spesies Trichoderma untuk
mengendalikan penyakit layu pada tomat, yang disebabkan oleh Fusarium
oxysporum f.sp Lycopersici Sacc. J Hort. 8(1):39-42.

Saragih YS, Silalahi FH, Marpaung AE. 2006. Uji resistensi beberapa kultivar markisa asam
terhadap layu fusarium. J Hort. 16(4):321-326.

Sinaga, MS. 1988. Potensi Gliocladium spp. sebagai agen pengendali hayati beberapa
cendawan patogenik yang bersifat Soil-Borne [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor

Susilo, AS. Santoso, Tutung HA. 1994. Sporulasi, viabilitas cendawan Metarrhizium
anisopliae (Metsc) Sorokin pada media jagung dan patogenisitasnya terhadap
larva Oryctes rhinoceros. Di dalam : Martono EE, Mahrub, Putra NS,
Trisetyawati Y, editor. Prosiding Simposium Patologi Serangga I.(PEI); 2005
Mei 21; Yogyakarta. (ID): PEI. 23-24.

Anda mungkin juga menyukai