Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PERBANYAKAN CENDAWAN MITHARIZUM MENGGUNAKAN MEDIA


BERAS DAN JAGUNG

OLEH :

SATRIAH (G016211022)

PRODI TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN PANGAN

FAKULTAS VOKASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

SIDRAP

2023
DAFTAR ISI

SAMPUL...................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1

1.1 Latar Belakang............................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................2

1.3 Tujuan.............................................................................................2

BAB II METODE PRAKTIKUM.................................................................3

2.1 Waktu dan Tempat Praktikum........................................................3

2.2 Alat dan Bahan...............................................................................3

2.3 Prosedur Kerja................................................................................4

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................................5

3.1 Hasil................................................................................................5

3.2 Pembahasan.................................................................................. 6

3.2.1 Syarat Tumbuh........................................................................6

3.2.2 Cara Perbanyakan Isolat Cendawan Mitharizum....................7

3.2.3 Jenis Media Pada Perbanyakan Isolat Mitharizum..................9

3.2.4 Cara Kerja Mitharizum Sebagai Jamur Entomopatogen.........10

BAB IV PENUTUP....................................................................................13

4.1 Kesimpulan.....................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Metarhizium adalah sebuah genus jamur entomopatogen yang

memiliki peran penting dalam pengendalian hama serangga. Jamur-jamur

dalam genus Metarhizium dikenal karena kemampuannya untuk

menginfeksi dan membunuh serangga inangnya. Pengendalian hayati

adalah pendekatan yang menggunakan organisme hidup, seperti jamur,

bakteri, atau predator alami, untuk mengendalikan hama dan penyakit

tanaman secara alami, mengurangi ketergantungan pada pestisida kimia.

Metarhizium telah diteliti dan dikembangkan sebagai agen

pengendalian hayati yang efektif terhadap berbagai serangga pengganggu

tanaman, termasuk kutu daun, kutu putih, kepik, dan belalang. Jamur ini

bekerja dengan cara menginfeksi serangga inangnya melalui kontak fisik

atau konsumsi spora jamur oleh serangga tersebut. Setelah terinfeksi,

jamur Metarhizium akan tumbuh di dalam tubuh serangga, menghasilkan

enzim-enzim dan toksin yang merusak jaringan serangga tersebut, dan

akhirnya menyebabkan kematian.

Salah satu kelebihan dari Metarhizium sebagai agen pengendalian

hayati adalah kemampuannya untuk bertahan dalam berbagai kondisi

lingkungan dan resisten terhadap pengaruh negatif dari pestisida kimia.

Jamur ini juga relatif aman bagi manusia, hewan, dan lingkungan. Selain

di bidang pengendalian hama, Metarhizium juga menunjukkan potensi

1
dalam berbagai aplikasi lain, termasuk pengendalian vektor penyakit

serangga, seperti nyamuk yang menyebarkan penyakit malaria,

pengendalian hama vektor kutu tungau pada hewan ternak, dan

pengendalian serangga hama yang merusak bangunan.

Dalam beberapa tahun terakhir, penelitian dan pengembangan

terus dilakukan untuk meningkatkan efektivitas dan aplikasi Metarhizium

dalam pengendalian hama. Hal ini termasuk peningkatan formulasi produk

komersial, pengembangan strain yang lebih kuat, dan penyesuaian teknik

aplikasi yang lebih efisien.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara memperbanyak Metarhizium pada media beras,

jagung utuh dan jagung tidak utuh ?

2. Bagaimana cara kerja dari Metarhizium sebagai jamur

entomopatogen ?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui cara memperbanyak Metarhizium pada media beras,

jagung utuh dan jagung tidak utuh.

2. Mengetahui cara kerja dari Metarhizium sebagai jamur

entomopatogen.

2
BAB II
METODE PRAKTIKUM

2.1 Waktu dan Tempat Praktikum

Adapun tempat pelaksanaan pratikukum perbanyakan cendawan

Metharizum dengan mata kuliah Produksi dan Pemanfaatan Agensia

Hayati berada di kampus Vokasi Unhas Sidrap, Pada hari Kamis 08 Juni

2023.

2.2 Alat dan Bahan

 Alat

 Tabung reaksi

 Cawan petri

 Pinset

 Suntikan

 Rak tabung reaksi

 Dandang

 Plastik gula

 Kompor

 Lilin

 Bahan

 Isolat Metharizum

 Jagung utuh

 Jagung pecah/giling

3
 Beras

 Alkohol

 Aquades

2.3 Prosedur Kerja

 Mensterilkan media perbanyakan (jagung dan beras) dengan cara

di kukus di atas dandangan selama 45 menit, kemudian di

dinginkan.

 Memasukkan jagung dan beras yang telah diisterilkan kedalam

plastik gula sekitar ¼ bagian dari palstik gula.

 Menginsterilkan tabung reaksi, cawan petri, dan pinset dengan

menggunakan alkohol.

 Memotong beberapa bagian isolat Metharizum dan mencampurkan

dengan aguades sebanyak 15 ml di dalamm tabung reaksi.

 Memotong beberapa isolat Metharizum dengan pinset dan

letakan di dalam cawan petri.

 Mengambil 1 ml campuran isolat Metharizum dengan aquades di

dalam tabung reaksi dengan menggunakan suntikan kemudian

campurkan ke media jagung dan beras.

 Memotong dengan pinset beberapa bagian isolat Metharizum yang

ada di dalam cawan petri kemudian masukkan ke dalam media

beras dan jagung yang ada di dalam plastik gula, Kemudian media

tesebut di hekter.

4
 Menyimpan media yang jadi di tempat yang tidak terkena sinar

matahari secara langsung. Media perbanyakan Metharizum di

amati pada hari ke-7.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Jenis Media Keterangan

Beras Pada media Beras belum terlihat

dengan jelas adanya keberhasilan

perkembangbiakan dari isolat

Mitharizum yang dimasukkan ke

media karena dipengaruhi

beberapa faktor.

Jagung Utuh Pada media jagung utuh sudah

terlihat jelas keberhasilan

perkembangbiakan dari isolat

Mitharizum yang dimasukkan ke

media.

Jagung Tidak Utuh Pada media jagung tidak utuh

sudah terlihat jelas keberhasilan

perkembangbiakan dari isolat

5
Mitharizum yang dimasukkan ke

media, tapi hanya saja tidak

sebanyak yang ada pada jagung

utuh.

3.2 Pembahasan

3.2.1 Syarat Tumbuh

Cendawan Mitharizum (Mycorrhizal fungi) adalah jenis cendawan yang

hidup dalam hubungan simbiotik dengan akar tanaman tertentu. Untuk

tumbuh dan berkembang, cendawan Mitharizum memerlukan beberapa

syarat tertentu. Berikut adalah beberapa syarat umum yang diperlukan

oleh cendawan Mitharizum:

1. Tanaman inang: Cendawan Mitharizum membutuhkan tanaman

inang atau tanaman yang membentuk hubungan simbiotik dengan

mereka. Mitharizum membentuk jaringan akar yang disebut

miselium dengan akar tanaman, dan keduanya saling

menguntungkan. Miselium memperluas permukaan akar dan

membantu dalam penyerapan air dan nutrisi dari tanah, sementara

tanaman memberikan karbohidrat hasil fotosintesis sebagai sumber

makanan untuk cendawan.

2. Tanah yang cocok: Cendawan Mitharizum biasanya tumbuh lebih

baik di tanah yang kaya akan bahan organik dan nutrisi. Tanah

yang memiliki tekstur gembur dan drainase yang baik juga

6
mendukung pertumbuhan cendawan ini. pH tanah yang optimal

berkisar antara 5 hingga 7.

3. Lingkungan yang tepat: Cendawan Mitharizum biasanya tumbuh

dengan baik di lingkungan yang lembab. Kelembaban yang cukup

tinggi membantu dalam perkembangan dan fungsi cendawan.

Selain itu, suhu juga merupakan faktor penting. Suhu yang cocok

bervariasi tergantung pada jenis Mitharizum, tetapi umumnya

berkisar antara 20 hingga 25 derajat Celsius.

4. Keberadaan spora: Cendawan Mitharizum bereproduksi melalui

spora. Untuk tumbuh, spora harus hadir di tanah di dekat akar

tanaman inang. Spora ini kemudian akan berkembang menjadi

miselium yang membentuk hubungan simbiotik dengan akar

tanaman.

5. Nutrisi yang cukup: Cendawan Mitharizum membutuhkan nutrisi

yang cukup untuk tumbuh dan berkembang. Nutrisi yang penting

termasuk karbohidrat dari tanaman inang, air, dan nutrisi lain

seperti nitrogen, fosfor, dan kalium yang diperoleh dari tanah.

Penting untuk diingat bahwa persyaratan tumbuh cendawan Mitharizum

dapat bervariasi tergantung pada spesies dan jenis tanaman inang yang

terlibat. Penting juga untuk mempertahankan keberadaan tanaman inang

yang sehat dan menjaga keseimbangan ekosistem tanah agar cendawan

Mitharizum dapat tumbuh dengan baik.

3.2.2 Cara Perbanyakan Isolat Cendawan Mitharizum

7
Berikut adalah langkah-langkah umum untuk memperbanyak isolat dari

cendawan Mitharizium:

1. Pemilihan isolat: Pilih isolat Mitharizium yang ingin Anda

perbanyak. Pastikan isolat tersebut memiliki karakteristik yang

diinginkan, seperti kemampuan patogenik yang tinggi atau produksi

metabolit tertentu.

2. Persiapan media pertumbuhan: Siapkan media pertumbuhan yang

cocok untuk cendawan Mitharizium. Media yang umum digunakan

adalah agar Sabouraud atau agar potato dextrose (PDA). Ikuti

instruksi yang diberikan oleh produsen media untuk persiapan yang

tepat.

3. Sterilisasi media: Autoklaf media pertumbuhan pada suhu dan

tekanan yang sesuai untuk memastikan media steril dari

kontaminan.

4. Inokulasi isolat: Setelah media steril dingin, gunakan alat steril

seperti loop bakteri atau jarum steril untuk mengambil sejumlah

kecil isolat Mitharizium yang ingin diperbanyak. Inokulasikan isolat

tersebut ke media dengan membuat goresan atau titik di

permukaan media.

5. Inkubasi: Tutup wadah atau cawan petri dengan media dan isolat

yang telah diinokulasi. Tempatkan wadah atau cawan petri di dalam

inkubator atau ruangan dengan suhu dan kelembaban yang sesuai

8
untuk pertumbuhan cendawan Mitharizium. Suhu optimal umumnya

berkisar antara 25-28°C.

6. Pengamatan pertumbuhan: Setelah beberapa hari inkubasi,

perhatikan tanda-tanda pertumbuhan isolat. Mitharizium biasanya

akan tumbuh sebagai koloni berwarna putih atau keabu-abuan.

Perhatikan perkembangan morfologi dan karakteristik lainnya dari

koloni yang tumbuh.

7. Subkultur: Jika koloni yang tumbuh telah mencapai ukuran yang

memadai, Anda dapat melakukan subkultur dengan mentransfer

sebagian koloni atau fragmen koloni ke media yang baru. Langkah

ini berguna untuk memperbanyak isolat dan mempertahankan

karakteristik yang diinginkan.

8. Simpan isolat: Jika Anda ingin menyimpan isolat Mitharizium untuk

jangka panjang, Anda dapat menggunakan metode penyimpanan

yang sesuai, seperti pengeringan beku (-80°C) atau penyimpanan

dalam cairan pengawet yang sesuai.

3.2.3 Jenis Media Pada Perbanyakan Isolat Mitharizum

Berikut ini adalah beberapa jenis media umum yang digunakan untuk

perbanyakan isolat cendawan Mitharizium :

1. Agar Sabouraud: Agar ini merupakan salah satu media yang umum

digunakan untuk kultur dan perbanyakan isolat cendawan. Agar

Sabouraud mengandung glukosa, pepton, dan agar yang

9
memberikan nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan

Mitharizium.

2. Agar PDA (Potato Dextrose Agar): Agar PDA juga sering digunakan

untuk kultur dan perbanyakan isolat cendawan. Media ini terbuat

dari pati kentang dan glukosa yang memberikan nutrisi yang cocok

untuk pertumbuhan Mitharizium.

3. Agar SDA (Sabouraud Dextrose Agar): Agar SDA sering digunakan

untuk pemeliharaan dan perbanyakan isolat cendawan. Media ini

mengandung glukosa, pepton, dan agar, mirip dengan Agar

Sabouraud.

4. Agar Malt: Agar Malt atau malt agar adalah jenis media lain yang

sering digunakan untuk kultur dan perbanyakan isolat Mitharizium.

Media ini mengandung maltosa, ekstrak malt, dan agar yang

memberikan nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan cendawan.

5. Media Cair: Selain media padat seperti agar, cendawan

Mitharizium juga dapat dibiakkan dalam media cair seperti larutan

nutrien atau cairan sabouraud. Media cair sering digunakan untuk

produksi spora Mitharizium dalam skala besar.

Pemilihan media tergantung pada tujuan dan kebutuhan spesifik dalam

perbanyakan isolat cendawan Mitharizium. Media yang tepat akan

memberikan kondisi optimal untuk pertumbuhan dan produksi spora yang

baik.

3.2.4 Cara Kerja Dari Mitharizum Sebagai Jamur Entomopatogen

10
Cendawan Metarhizium adalah jenis jamur entomopatogen yang

diketahui secara luas karena kemampuannya dalam menginfeksi dan

membunuh serangga, termasuk serangga yang merusak tanaman,

serangga hama pertanian, dan vektor penyakit seperti nyamuk dan kutu.

Berikut adalah beberapa tahap umum cara kerja cendawan

Metarhizium sebagai jamur entomopatogen :

1. Penyebaran spora: Cendawan Metarhizium memproduksi spora

yang dapat tersebar di lingkungan. Spora ini merupakan bentuk

reproduksi aseksual yang mirip dengan biji jamur. Spora tersebut

dapat menempel pada serangga inang melalui kontak langsung

atau angin.

2. Kontak dengan inang: Ketika spora Metarhizium menempel pada

serangga inang, mereka mulai berkembang. Spora tersebut

mengeluarkan enzim dan zat kimia yang membantu dalam

menembus kulit serangga.

3. Penetrasi kulit: Spora Metarhizium menghasilkan struktur khusus

yang disebut apresorium. Apresorium adalah struktur berbentuk

benang yang memungkinkan spora untuk menembus kulit

serangga. Setelah menembus kulit, jamur akan memasuki tubuh

serangga.

4. Infeksi dalam tubuh: Setelah masuk ke dalam tubuh serangga,

Metarhizium akan tumbuh dan menginfeksi berbagai organ dan

jaringan dalam tubuh serangga. Jamur ini akan mengeluarkan

11
enzim dan zat kimia yang merusak jaringan serangga serta

menghancurkan sistem kekebalan tubuh serangga.

5. Pertumbuhan jamur: Setelah menginfeksi serangga, Metarhizium

akan terus tumbuh dan berkembang di dalam tubuh serangga

tersebut. Jamur akan menggunakan serangga sebagai sumber

nutrisi untuk pertumbuhannya. Selama proses ini, Metarhizium juga

dapat menghasilkan lebih banyak spora yang dapat menyebar ke

serangga lain atau lingkungan sekitarnya.

6. Kematian serangga: Kehadiran jamur dalam tubuh serangga akan

menyebabkan gangguan fungsi fisiologis dan mengakibatkan

kematian serangga. Setelah serangga mati, jamur akan

melanjutkan siklus hidupnya dengan menggunakan serangga

tersebut sebagai tempat untuk menghasilkan lebih banyak spora.

Dalam pengendalian hama dan vektor, cendawan Metarhizium digunakan

secara luas sebagai agen biologis yang aman dan efektif. Kelebihan

utama cendawan Metarhizium sebagai jamur entomopatogen adalah

kemampuannya untuk menginfeksi sejumlah besar serangga berbagai

spesies dan memiliki potensi rendah untuk mencemari lingkungan.

12
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Metarhizium adalah sebuah genus jamur entomopatogen yang

memiliki peran penting dalam pengendalian hama serangga. Jamur-jamur

dalam genus Metarhizium dikenal karena kemampuannya untuk

menginfeksi dan membunuh serangga inangnya. Salah satu kelebihan

dari Metarhizium sebagai agen pengendalian hayati adalah

kemampuannya untuk bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan dan

resisten terhadap pengaruh negatif dari pestisida kimia.

Perbanyakan inokulasi Metarhizium dipengaruhi oleh beberapa

faktor seperti suhu berkisar antara 20 hingga 25 derajat Celsius.

cendawan Metarhizium digunakan secara luas sebagai agen biologis yang

aman dan efektif. Kelebihan utama cendawan Metarhizium sebagai jamur

entomopatogen adalah kemampuannya untuk menginfeksi sejumlah besar

serangga berbagai spesies dan memiliki potensi rendah untuk mencemari

lingkungan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Hajek, A. E., & St. Leger, R. J. (1994). Interactions between fungal


pathogens and insect hosts. Annual Review of Entomology, 39(1),
293-322.

Inglis, G. D., Duke, G. M., & Kawchuk, L. M. (2012). Genetically modified


fungal biopesticides for controlling insect pests: Current status and
future prospects. Pathogens, 1(1), 30-49.

Lovett, B., & St. Leger, R. J. (2019). Genetically engineered pathogens as


a tool for controlling insect pests. In Insect Pathology (pp. 571-594).
Academic Press.

Lomer, C. J., Bateman, R. P., & Johnson, D. L. (2001). Biological control


of locusts and grasshoppers. Annual Review of Entomology, 46(1),
667-702.

Zhang, X., Keyhani, N. O., & Tang, G. (2017). Manipulation of nutrient


resources in fungi: An emerging tactic for controlling insect pests.
Pest Management Science, 73(6), 1054-1062.

Zimmermann, G. (2008). The entomopathogenic fungus Metarhizium


anisopliae and its potential as a biocontrol agent. Pesticide Outlook,
19(3), 117-122.

Butt, T. M., Jackson, C., & Magan, N. (2001). Fungi as biocontrol agents:
progress, problems and potential. CABI Publishing.

Lacey, L. A., & Frutos, R. (2017). Living fungi in the control of


grasshoppers and locusts. In Microbial Control of Insect and Mite
Pests: From Theory to Practice (pp. 193-221). Academic Press.

14
Jaronski, S. T. (2010). Ecological factors in the inundative use of fungal
entomopathogens. BioControl, 55(1), 159-185.

Scholte, E. J., Ng'habi, K., Kihonda, J., Takken, W., Paaijmans, K.,
Abdulla, S., ... & Knols, B. G. (2005). An entomopathogenic fungus
for control of adult African malaria mosquitoes. Science, 308(5728),
1641-1642.

15

Anda mungkin juga menyukai