69
Ind
K
JENDERAL
KESEHATAN
STINDIR PROFESI
10NIS OPTISIEN
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 572/MENKES/SKVI/2008
ICIi.rnl1 .IK T"iOO;'llF_"I"
V. PENUTUP
Standar Prafesi ini disusun sebagai pedoman dalam melaksanakan ke
giatan yang terkait dengan tugas pokok dan fungsi Refrsksionis Optisi
en dengan mengacu pad a keputusan Musyawarah Nasional IV Ikatan
Refraksionis Optisien Indonesia No . 006/Munas-4/ROIN1I/2005 tentang
Pengesahan Standar Profesi Refraksionis Optisien Indonesia.
Standar Profesi ini disusun dengan format yang disepakati oleh Forum
lKomunikasi Organisasi Profesi Kesehatan Indonesia dan akan diperba
harui sesuai dengan perkembangan organisasi profesi serta pedoman
yang berlaku.
17
610.69
Ind
K
MENTER! KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
STANDAR PROFESI
REFRAKSIONIS OPTISIEN
NOMOR : 5721MENKES/SKVI/2008
. TAHUN 2008
b-....
_T
~
~U:~"U.f K£SF-llAT",'" Mt:.' ·/n: aJ "r..S t:IfATA ~
MErr .au ... ,"00" 61.A M,.,I 111-''' I ~ O()"'·tjJA
.~\
,
.> ·-1 .;.,;.~" ';"
~~
'U:.... TF. IIJ KES[ II""'" f\ ,~n:,VUR I ta:SE.MATA1'Il
RU'l'IJ'J It: I!'fOO:-fr.5'" RF.P't:RUK 1}o:I)(Jft' U '",
jaga hubungan profesional dg baik, seperti : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
a Hubungan dengan sesama Refraksionis Optisien dimana secara NOMOR 572/MENKES/SKNII2008
keseluruhan tergantung dari hubungan kesejawatan dalam persa
tuan profesi, TENTANG
b Hubungan dengan profesi lain, dimana dalam menjalankan tu
gasnya, hubungan baik yang dibina didasarkan atas saling STAN DAR PROFESI REFRAKSIONIS OPTISIEN
menghargai tanpa mengurangi tanggung jawab masing-masing
individu MENTERI KESEHATAN REPUBUK INDONESIA,
16
w
MDITfJU Kr:SDtATAI'I
RUUIUXlJriIOOI'lfSlA
ME."O'ElU tc.t.Sl:H.ATAJri
U rolU K lJriIDOf'iIESU
15
'\
.~ '
W
" '
'
{:. ~,
3.
4.
5.
*
MT.~"'RJU
.\ J;'
ICU£H.4TAN
RfPti8U K IS DO:"o"'l..'iiIA
Lampiran
Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor : 572/MENKES/SKNI/2008
6. Melakukan pengepasan kacamata kewajah klien Tanggal : 30 Juni 2008
7, Melakukan penyuluhan dan bimbingan pemakaian Ka
camata
8. Melakukan evaluasi pelayanan optisi STANDAR PROFESI REFRAKSIONIS OPTISIEN
9. Melakukan pencatatan pelayanan optisi
10. Memimpin satuan unit kerja optisi I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
c. Pelayanan Lensa Kontak Pembangunan kesehatan sebagai bagian integral dari Pembangunan
1. Melakukan persiapan pelayanan lensa kontak Nasional pada hakekatnya adalah penyelenggaraan upaya kesehatan
2. Melakukan pemeriksaan pendahuluan pelayanan lensa untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar
kontak. dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal yang besar artinya
3. Menentukan jenis lensa kontak . bagi pengembangan dan pembinaan sumberdaya manusia sebagai
4. Melakukan penilaian fitting lensa kontak modal Pembangunan Nasional. Pembangunan kesehatan diarahkan
5. Melakukan pemesanan lensa kontak untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga dan masyarakat dengan
6, Melakukan bimbingan pemakaian dan perawatan lensa menanamkan kebiasaan hidup sehat.
kontak.
7. Melakukan pemeriksaan lanjutanl kunjungan ulang. Untuk mewujudkan hal tersebut di atas diselenggarakan berbagai upa
8. Menentukan rujukan ya kesehatan yang didukung antara lain oleh sumberdaya tenaga kese
9. Melakukan evaluasi pelayanan lensa kontak hatan yang memadai sesuai dengan yang dibutuhkan dalam pemban
10. Melakukan pencatatan pelayanan lensa kontak gunan kesehatan.
1.3. Kompetensi sebagai Penyelia pada Pelayanan Kesehatan Salah satu upaya kesehatan yang harus dicapai adalah upaya keseha
Mata Tersier tan mata dan pencegahan kebutaan dalam rangka optimalisasi fungsi
a. Pelayanan Refraksi penglihatan masyarakat dengan melibatkan tenaga kesehatan yang
1. Melakukan pemeriksaan pendahuluan pelayanan ref mampu memberikan pelayanan yang sesuai dengan tanggung jawab
raksi. profesinya. Sejalan dengan semakin tingginya tuntutan masyarakat ter
2. Melakukan pemeriksaan refraksi obyektif hadap mutu pelayanan kesehatan dan pemerataan pelayanan, maka
3. Melakukan pemeriksaan refraksi subyektif monokuler peranan refraksionis optisien sebagai salah satu tenaga kesehatan
4. Melakukan pemeriksaan penglihatan binokuler sangat diperlukan untuk melaksanakan upaya kesehatan mata dan
5. Menetapkan kelainan mata yang perlu dirujuk pencegahan kebutaan.
6. Melakukan penyuluhan/bimbingan pemeliharaan peng
lihatan (vision care) Tenaga kesehatan sebagai pendukung upaya kesehatan dalam men
7. Menetapkan kelainan refraksi dan jenis terapi pengli jalankan tugasnya harus selalu dibina dan diawasi. Pembinaan dilaku
hatan yang diperlukan. kan untuk mempertahankan dan meningkatkan kemampuannya, se
8. Melakukan evaluasi pelayanan refraksi hingga selalu tanggap terhadap permasalahan kesehatan yang men
12 5
MENTDJ "~tIUTAN
UP'UBUK .,..OO""ESIA
MENTER.! K£5tHAT~
1l£I'l;8UK lI'tOONESIA
6 11
~.L"f'Tl,IU""""T~ ~ L."fTEItI KEStH.4T" "
''.In.'UK I!'OO'DIA Rt ' li8UK INtMlC"nIA
III. STAN DAR KOMPETENSI dengan ukuran lensa tertentu yang dipasang di depan mata.
A. PENGERTIAN d. Lensa kontak adalah lensa yang dipasang menempel pada jaringan
1. Pengertian Stan dar Profesi anterior kornea dan sklera untuk memperbaiki tajam penglihatan
Standar profesi adalah batasan kemampuan pengetahuan. keteram dan kosmetik.
pilan dan sikapl perilaku minimal yang harus dikuasai oleh seorang e. Resep adalah koreksi anomali refraksi berupa ukuran lensa kacama
anggota profesi untuk dapat melakukan kegiatan profesionalnya ke ta dan atau lensa kontak.
pada masyarakat. f. Sarana Kesehatan adalah optikal. laboratorium optik, infrastruktur
2. Pengertian Standar Kompetensi kesehatan , tempat praktek dokter. dan tempat lainnya yang menjadi
Standar kompetensi adalah standar yang membakukan suatu ke tempat praktek refraksionis optisien.
mampuan yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan suatu g. Organisasi profesi adalah Ikatan Refraksionis Optisien Indonesia
tugas atau pekerjaan dengan tingkat kompetensi tertentu yang (IROPIN) yang didirikan di Jakarta pada tanggal 22 September 1972
penyusunannya berdasarkan ilmu pengetahuan dan keterampilan berdasarkan Akte Notaris Refizal Sarjana Hukum Nomor 23 tanggal
serta didukung oleh sikap kerja yang mengacu pada unjuk kerja 14 Februari tahun 2000
yang dipersyaratkan
3. Pengertian Kode Etik B Ruang Lingkup Profesi
Kode Etik adalah kumpulan asas dan nilai yang berkenaan dengan Ruang lingkup profesi meliputi peran dan fungsi refraksion is optisien.
apa yang dianggap baik atau buruk dalam melakukan kegiatan yaitu sebaga i berikut :
profesi . Peran I : Sebagai Pelaksana Pelayanan Pemeliharaan Penglihatan
Disamping sebagai kumpulan asas dan nilai . Kode Etik adalah Fungsi :
juga sebagai pedoman agar anggota profesi bertindak etis. tidak 1) Melakukan anamnesa terhadap pasien .
sekedar mentaati peraturan perundang-undangan . 2) Melaksanakan pemeriksaan pendahuluan,
3) Melaksanakan pemeriksaan obyektif, subyektif, binokuler,
B. PENGELOMPOKAN BIDANG BERDASARKAN KOMPETENSI DAN ortoptik,
DAFTAR UNIT KOMPETENSI 4) Melaksanakan diagnosa ,
1. Pengelompokan Bidang Pelayanan Kesehatan Mata 5) Melaksanakan tata laksana koreksi penglihatan pasien,
1.1. Kompetensi sebagai Pelaksana pada Pelayanan Kese 6) Mencatat data klinik pasien,
hatan Mata Primer
7) Melaksanakan rujukan bila diperlukan ,
a). Pelayanan Refraksi
8) Melaksanakan proses pembuatan kacamata koreksi,
1. Melakukan persiapan pelayanan refraksi 9) Melaksanakan proses pemilihan , pemasangan , dan peme
2. Melakukan pemeriksaan pendahuluan pelayanan ref riksaan lanjutan pada pasien lensa kontak.
raksi 10) Melaksanakan pelatihan ortoptis.
3. Melakukan pemeriksaan refraksi obyektif 11) Melaksanakan pemberian koreksi alat bantu penglihatan sub
4. Melakukan pemeriksaan refraksi subyektif monokuler normal.
5. Menetapkan kelainan mata yang perlu dirujuk
6. Melakukan penyuluhan/bimbingan pemeliharaan peng Peran II : Sebagai Penata Laksana Pemeliharaan Penglihatan
lihatan (vision care) Fungsi :
7. Menetapkan kelainan refraksi dan jenis terapi penglihatan 1) Menata teknis optik agar dapat menyelenggarakan pelayanan
yang diperlukan (untuk koreksi kacamata dengan ukuran pemeliharaan penglihatan,
10 7
*.
. I
"
M'Do"Tt.RJ Kl.Sl.RATAN
1I.[rt;8Uk INDONr.SIA
M[~IERI KESr..HATAN
REI'U8 Ul( rNI)()trro"'tSIA
14) Tata cara penyuluhan kesehatan mata dan pemakaian kacamata/ lensa
kontak;
saran sehingga pelayanan dapat dilakukan secara mandiri 15) Etika dan sikap perilaku sebagai tenaga kesehatan.
tanpa meninggalkan fungsi sosialnya.
C. Kualifikasi Pendidikan
Kualifikasi pendidikan Refraksionis Optisien adalah dengan jenjang
pendidikan minimal penataran sebelum tahun 1981, Diploma I, II dan
III.
Secara umum kualifikasi pendidikan Refraksionis Optisien meliputi pe
mahaman dan penguasaan pengetahuan dan keterampilan sebagai
berikut :
1) Anatomi dan Fisiologi Umum, Anatomi dan Fisiologi Mata,
2) Patofisiologi umum, Patofisiologi mata, dan Mikrobiologi,
3) Fisika optik umum dan Fisika Optik Mata/ Oculer,
4) Fisiologi Penglihatan dan Persepsi,
5) Praktek Klinik Dasar dan Praktek Klinik Lanjutan,
6) Klinik Optik I (Penggosokan), Klinik Optik " (Opthalmik Optik),
7) Penggunaan peralatan pendukung,
8) Pengetahuan tentang IImu Kesehatan Masyarakat;
9) Proses pembuatan lensa kacamata dan lensakontak;
10) Prosedur pemeriksaan refra ksi dan penilaian mutu penglihatan,
11) Penatalaksanaan koreksi kelainan refraksi,
12) Pencatatan hasil pemeriksaan hasil kelainan refraksi dan penyim
pangannya,
13) Penyuluhan kesehatan mata dan pemakaian kacamata/ lensa kon
8 9
*.
. I
"
M'Do"Tt.RJ Kl.Sl.RATAN
1I.[rt;8Uk INDONr.SIA
M[~IERI KESr..HATAN
REI'U8 Ul( rNI)()trro"'tSIA
14) Tata cara penyuluhan kesehatan mata dan pemakaian kacamata/ lensa
kontak;
saran sehingga pelayanan dapat dilakukan secara mandiri 15) Etika dan sikap perilaku sebagai tenaga kesehatan.
tanpa meninggalkan fungsi sosialnya.
C. Kualifikasi Pendidikan
Kualifikasi pendidikan Refraksionis Optisien adalah dengan jenjang
pendidikan minimal penataran sebelum tahun 1981, Diploma I, II dan
III.
Secara umum kualifikasi pendidikan Refraksionis Optisien meliputi pe
mahaman dan penguasaan pengetahuan dan keterampilan sebagai
berikut :
1) Anatomi dan Fisiologi Umum, Anatomi dan Fisiologi Mata,
2) Patofisiologi umum, Patofisiologi mata, dan Mikrobiologi,
3) Fisika optik umum dan Fisika Optik Mata/ Oculer,
4) Fisiologi Penglihatan dan Persepsi,
5) Praktek Klinik Dasar dan Praktek Klinik Lanjutan,
6) Klinik Optik I (Penggosokan), Klinik Optik " (Opthalmik Optik),
7) Penggunaan peralatan pendukung,
8) Pengetahuan tentang IImu Kesehatan Masyarakat;
9) Proses pembuatan lensa kacamata dan lensakontak;
10) Prosedur pemeriksaan refra ksi dan penilaian mutu penglihatan,
11) Penatalaksanaan koreksi kelainan refraksi,
12) Pencatatan hasil pemeriksaan hasil kelainan refraksi dan penyim
pangannya,
13) Penyuluhan kesehatan mata dan pemakaian kacamata/ lensa kon
8 9
~.L"f'Tl,IU""""T~ ~ L."fTEItI KEStH.4T" "
''.In.'UK I!'OO'DIA Rt ' li8UK INtMlC"nIA
III. STAN DAR KOMPETENSI dengan ukuran lensa tertentu yang dipasang di depan mata.
A. PENGERTIAN d. Lensa kontak adalah lensa yang dipasang menempel pada jaringan
1. Pengertian Stan dar Profesi anterior kornea dan sklera untuk memperbaiki tajam penglihatan
Standar profesi adalah batasan kemampuan pengetahuan. keteram dan kosmetik.
pilan dan sikapl perilaku minimal yang harus dikuasai oleh seorang e. Resep adalah koreksi anomali refraksi berupa ukuran lensa kacama
anggota profesi untuk dapat melakukan kegiatan profesionalnya ke ta dan atau lensa kontak.
pada masyarakat. f. Sarana Kesehatan adalah optikal. laboratorium optik, infrastruktur
2. Pengertian Standar Kompetensi kesehatan , tempat praktek dokter. dan tempat lainnya yang menjadi
Standar kompetensi adalah standar yang membakukan suatu ke tempat praktek refraksionis optisien.
mampuan yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan suatu g. Organisasi profesi adalah Ikatan Refraksionis Optisien Indonesia
tugas atau pekerjaan dengan tingkat kompetensi tertentu yang (IROPIN) yang didirikan di Jakarta pada tanggal 22 September 1972
penyusunannya berdasarkan ilmu pengetahuan dan keterampilan berdasarkan Akte Notaris Refizal Sarjana Hukum Nomor 23 tanggal
serta didukung oleh sikap kerja yang mengacu pada unjuk kerja 14 Februari tahun 2000
yang dipersyaratkan
3. Pengertian Kode Etik B Ruang Lingkup Profesi
Kode Etik adalah kumpulan asas dan nilai yang berkenaan dengan Ruang lingkup profesi meliputi peran dan fungsi refraksion is optisien.
apa yang dianggap baik atau buruk dalam melakukan kegiatan yaitu sebaga i berikut :
profesi . Peran I : Sebagai Pelaksana Pelayanan Pemeliharaan Penglihatan
Disamping sebagai kumpulan asas dan nilai . Kode Etik adalah Fungsi :
juga sebagai pedoman agar anggota profesi bertindak etis. tidak 1) Melakukan anamnesa terhadap pasien .
sekedar mentaati peraturan perundang-undangan . 2) Melaksanakan pemeriksaan pendahuluan,
3) Melaksanakan pemeriksaan obyektif, subyektif, binokuler,
B. PENGELOMPOKAN BIDANG BERDASARKAN KOMPETENSI DAN ortoptik,
DAFTAR UNIT KOMPETENSI 4) Melaksanakan diagnosa ,
1. Pengelompokan Bidang Pelayanan Kesehatan Mata 5) Melaksanakan tata laksana koreksi penglihatan pasien,
1.1. Kompetensi sebagai Pelaksana pada Pelayanan Kese 6) Mencatat data klinik pasien,
hatan Mata Primer
7) Melaksanakan rujukan bila diperlukan ,
a). Pelayanan Refraksi
8) Melaksanakan proses pembuatan kacamata koreksi,
1. Melakukan persiapan pelayanan refraksi 9) Melaksanakan proses pemilihan , pemasangan , dan peme
2. Melakukan pemeriksaan pendahuluan pelayanan ref riksaan lanjutan pada pasien lensa kontak.
raksi 10) Melaksanakan pelatihan ortoptis.
3. Melakukan pemeriksaan refraksi obyektif 11) Melaksanakan pemberian koreksi alat bantu penglihatan sub
4. Melakukan pemeriksaan refraksi subyektif monokuler normal.
5. Menetapkan kelainan mata yang perlu dirujuk
6. Melakukan penyuluhan/bimbingan pemeliharaan peng Peran II : Sebagai Penata Laksana Pemeliharaan Penglihatan
lihatan (vision care) Fungsi :
7. Menetapkan kelainan refraksi dan jenis terapi penglihatan 1) Menata teknis optik agar dapat menyelenggarakan pelayanan
yang diperlukan (untuk koreksi kacamata dengan ukuran pemeliharaan penglihatan,
10 7
MENTDJ "~tIUTAN
UP'UBUK .,..OO""ESIA
MENTER.! K£5tHAT~
1l£I'l;8UK lI'tOONESIA
6 11
'\
.~ '
W
" '
'
{:. ~,
3.
4.
5.
*
MT.~"'RJU
.\ J;'
ICU£H.4TAN
RfPti8U K IS DO:"o"'l..'iiIA
Lampiran
Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor : 572/MENKES/SKNI/2008
6. Melakukan pengepasan kacamata kewajah klien Tanggal : 30 Juni 2008
7, Melakukan penyuluhan dan bimbingan pemakaian Ka
camata
8. Melakukan evaluasi pelayanan optisi STANDAR PROFESI REFRAKSIONIS OPTISIEN
9. Melakukan pencatatan pelayanan optisi
10. Memimpin satuan unit kerja optisi I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
c. Pelayanan Lensa Kontak Pembangunan kesehatan sebagai bagian integral dari Pembangunan
1. Melakukan persiapan pelayanan lensa kontak Nasional pada hakekatnya adalah penyelenggaraan upaya kesehatan
2. Melakukan pemeriksaan pendahuluan pelayanan lensa untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar
kontak. dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal yang besar artinya
3. Menentukan jenis lensa kontak . bagi pengembangan dan pembinaan sumberdaya manusia sebagai
4. Melakukan penilaian fitting lensa kontak modal Pembangunan Nasional. Pembangunan kesehatan diarahkan
5. Melakukan pemesanan lensa kontak untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga dan masyarakat dengan
6, Melakukan bimbingan pemakaian dan perawatan lensa menanamkan kebiasaan hidup sehat.
kontak.
7. Melakukan pemeriksaan lanjutanl kunjungan ulang. Untuk mewujudkan hal tersebut di atas diselenggarakan berbagai upa
8. Menentukan rujukan ya kesehatan yang didukung antara lain oleh sumberdaya tenaga kese
9. Melakukan evaluasi pelayanan lensa kontak hatan yang memadai sesuai dengan yang dibutuhkan dalam pemban
10. Melakukan pencatatan pelayanan lensa kontak gunan kesehatan.
1.3. Kompetensi sebagai Penyelia pada Pelayanan Kesehatan Salah satu upaya kesehatan yang harus dicapai adalah upaya keseha
Mata Tersier tan mata dan pencegahan kebutaan dalam rangka optimalisasi fungsi
a. Pelayanan Refraksi penglihatan masyarakat dengan melibatkan tenaga kesehatan yang
1. Melakukan pemeriksaan pendahuluan pelayanan ref mampu memberikan pelayanan yang sesuai dengan tanggung jawab
raksi. profesinya. Sejalan dengan semakin tingginya tuntutan masyarakat ter
2. Melakukan pemeriksaan refraksi obyektif hadap mutu pelayanan kesehatan dan pemerataan pelayanan, maka
3. Melakukan pemeriksaan refraksi subyektif monokuler peranan refraksionis optisien sebagai salah satu tenaga kesehatan
4. Melakukan pemeriksaan penglihatan binokuler sangat diperlukan untuk melaksanakan upaya kesehatan mata dan
5. Menetapkan kelainan mata yang perlu dirujuk pencegahan kebutaan.
6. Melakukan penyuluhan/bimbingan pemeliharaan peng
lihatan (vision care) Tenaga kesehatan sebagai pendukung upaya kesehatan dalam men
7. Menetapkan kelainan refraksi dan jenis terapi pengli jalankan tugasnya harus selalu dibina dan diawasi. Pembinaan dilaku
hatan yang diperlukan. kan untuk mempertahankan dan meningkatkan kemampuannya, se
8. Melakukan evaluasi pelayanan refraksi hingga selalu tanggap terhadap permasalahan kesehatan yang men
12 5
w
M["'fTt:RJ KIS[It4T...."(
b. Pelayanan Optisi
1. Menterjemahkan resep kacamata
2. Melakukan penyuluhan dan bimbingan pemakaian Ka
camata
3. Melakukan pencatatan pelayanan optisi
4. Memimpin satuan unit kerja optisi
I
1 RO.P.R .01 .01 Melakukan persia pan pelayanan refraksi
I
I
2 RO.P.R.02 .02 Melakukan pemeriksaan pendahuluan pelayanan refraksi
3 RO .P.R.03.03 Melakukan pemeriksaan refraksi obyektif
-
4 RO .P.R.04.04 Melakukan pemeriksaan refraksi subyektif monokuler
I 5 RO.P.R.05.05 Melakukan pemeriksaan penglihatan binokuler
,
I 6 RO.P.R.06.06 Menetapkan kelainan mata yang pertu dirujuk
7 RO .P.R.07.07 Melakukan penyuluhanlbimbingan pemeliharaan penglihatan
Menetapkan kelainan refraksi dan jenis terapi penglihatan yang
a ROP.R.Oa .oa
dipertukan
9 RO .P.R.09 .09 Melakukan evaluasi pelayanan refraksi
10 RO .P.R.10.10 Melakukan pencataan pelayanan refraksi
11 RO.P.R.11 .11 Memimpin satuan unit ke~a refraksi
12 RO .P.O.01 .12 Mente~emahkan resep kacamata
13 RO.P.O.02.13 Melakukan pelayanan optisi
14 RO.P.O .03.14 Melakukan pemesanan lensa kacamata
15 RO.P.O.04 .15 Melakukan verifikasi lensa kacamata
13
~
~U:~"U.f K£SF-llAT",'" Mt:.' ·/n: aJ "r..S t:IfATA ~
MErr .au ... ,"00" 61.A M,.,I 111-''' I ~ O()"'·tjJA
ME."O'ElU tc.t.Sl:H.ATAJri
U rolU K lJriIDOf'iIESU
15
~1
~ .
.~\
,
.> ·-1 .;.,;.~" ';"
~~
'U:.... TF. IIJ KES[ II""'" f\ ,~n:,VUR I ta:SE.MATA1'Il
RU'l'IJ'J It: I!'fOO:-fr.5'" RF.P't:RUK 1}o:I)(Jft' U '",
jaga hubungan profesional dg baik, seperti : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
a Hubungan dengan sesama Refraksionis Optisien dimana secara NOMOR 572/MENKES/SKNII2008
keseluruhan tergantung dari hubungan kesejawatan dalam persa
tuan profesi, TENTANG
b Hubungan dengan profesi lain, dimana dalam menjalankan tu
gasnya, hubungan baik yang dibina didasarkan atas saling STAN DAR PROFESI REFRAKSIONIS OPTISIEN
menghargai tanpa mengurangi tanggung jawab masing-masing
individu MENTERI KESEHATAN REPUBUK INDONESIA,
16
ICIi.rnl1 .IK T"iOO;'llF_"I"
V. PENUTUP
Standar Prafesi ini disusun sebagai pedoman dalam melaksanakan ke
giatan yang terkait dengan tugas pokok dan fungsi Refrsksionis Optisi
en dengan mengacu pad a keputusan Musyawarah Nasional IV Ikatan
Refraksionis Optisien Indonesia No . 006/Munas-4/ROIN1I/2005 tentang
Pengesahan Standar Profesi Refraksionis Optisien Indonesia.
Standar Profesi ini disusun dengan format yang disepakati oleh Forum
lKomunikasi Organisasi Profesi Kesehatan Indonesia dan akan diperba
harui sesuai dengan perkembangan organisasi profesi serta pedoman
yang berlaku.
17
w
M["'fTt:RJ KIS[It4T...."(
b. Pelayanan Optisi
1. Menterjemahkan resep kacamata
2. Melakukan penyuluhan dan bimbingan pemakaian Ka
camata
3. Melakukan pencatatan pelayanan optisi
4. Memimpin satuan unit kerja optisi
I
1 RO.P.R .01 .01 Melakukan persia pan pelayanan refraksi
I
I
2 RO.P.R.02 .02 Melakukan pemeriksaan pendahuluan pelayanan refraksi
3 RO .P.R.03.03 Melakukan pemeriksaan refraksi obyektif
-
4 RO .P.R.04.04 Melakukan pemeriksaan refraksi subyektif monokuler
I 5 RO.P.R.05.05 Melakukan pemeriksaan penglihatan binokuler
,
I 6 RO.P.R.06.06 Menetapkan kelainan mata yang pertu dirujuk
7 RO .P.R.07.07 Melakukan penyuluhanlbimbingan pemeliharaan penglihatan
Menetapkan kelainan refraksi dan jenis terapi penglihatan yang
a ROP.R.Oa .oa
dipertukan
9 RO .P.R.09 .09 Melakukan evaluasi pelayanan refraksi
10 RO .P.R.10.10 Melakukan pencataan pelayanan refraksi
11 RO.P.R.11 .11 Memimpin satuan unit ke~a refraksi
12 RO .P.O.01 .12 Mente~emahkan resep kacamata
13 RO.P.O.02.13 Melakukan pelayanan optisi
14 RO.P.O .03.14 Melakukan pemesanan lensa kacamata
15 RO.P.O.04 .15 Melakukan verifikasi lensa kacamata
13
610.69
Ind
K
JENDERAL
KESEHATAN
STINDIR PROFESI
10NIS OPTISIEN
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 572/MENKES/SKVI/2008