Anda di halaman 1dari 2

Mereka Menyebut Dirinya “Singapore Van Java”

Menjadi pengelola sumber daya air dalam suatu wilayah sungai tidaklah mudah
dan tentunya harus dilakukan secara terpadu dari hulu hingga hilir. Berbagai permasalahan baik
yang bersifat teknis maupun non teknis silih berganti dan harus dapat diatasi atau paling tidak
diminimalisir. Kepentingan demi kepentingan juga tak luput menghiasi perjalanan tugas
pengelolaan sumber daya air yang diberikan oleh Negara.
Salah satu dari beberapa DAS yang menarik adalah DAS Donan yang berada di Wilayah
Sungai Serayu Bogowonto. Tidak banyak orang yang mengenal DAS Donan. DAS yang
merupakan satu dari 15 DAS yang ada di Wilayah Sungai Strategis Nasional Serayu Bogowonto
menurut Permen PUPR No. 4 tahun 2015 tentang Pembagian Wilayah Sungai ini merupakan
DAS paling barat dari WS Serayu Bogowonto. Berbeda dengan DAS lain yang ada di WS Serayu
Bogowonto, DAS Donan ini lebih didominasi oleh air payau dan bahkan asin. Hingga sering kali
menjadi perdebatan bagi beberapa instansi yang terkait langsung dengan kegiatan pengelolaan
SDA yang ada di sana.
Memang, sungai Donan yang merupakan sungai utama dari sistem DAS Donan lebih
banyak mendatakan suplai air dari Samudera Hindia dibandingkan dari sumber air tawarnya.
Efek intrusi dari air laut dapat dirasakan hingga beberapa kilometer saja dari hulu sungainya.
Beberapa warga sekitar bahkan meyakini bahwa sungai ini tidak memilikisumber air yang
berasal dari dalam tanah, dan air yag mengalir ke dalam aliran sungai donan adalah aliran air
dari saluran irigasi yang ada di sekitar permukiman warga dan bandara tunggul wulung. Hal ini
juga membuat beberapa pelanggan kita yang memanfaatkan air di sungai donan resistent
terhadap penerapan BJPSDA (Biaya Jasa Pengelolaan Sumber Daya Air) yang ditetapkan oleh
pemerintah melalui kementrian keuangan.
Permasalahan yang lebih menarik lagi datang dari masyarakat dan beberapa pihak yang
terkait dengan sungai yang merupakan alur pelayaran dengan terminal untuk kepentingan
sendiri (TUKS) yang dikelola Pertamina & Holcim. Sebagai alur pelayaran sungai Donan ini juga
dikuasai oleh kementrian perhubungan melalui kantor kesyahbandaran dan otoritas pelabuhan
kelas II yang ada di Cilacap ini. Segala sesuatu kegiatan yang ada di Sungai Donan selain perlu
mendapat ijin dari Pemda setempat dan Kementrian PUPR melalui BBWS Serayu Opak juga
harus mendapatkan persetujuan dari direktorat jendral perhubungan laut melalui KSOP dengan
pertimbangan teknis dari Kantor Distrik Navigasi. Tentunya beberapa hal tersebut tidak pernah
kita temui di WS lain yang ada di wilayah kerja kita.
Namun demikian, setelah memenuhi beberapa persyaratan yang telah ditetapkan untuk
pelaksanaan kegiatan di Sungai Donan, hal itu tidak serta merta dapat menjamin lancarnya
sebuah pelaksanaan kegiatan di Sungai Donan. Sebuah pengalaman menarik terjadi saat
pelaksanaan pekerjaan pengerukan alur kolam dermaga sungai Donan dengan menggunakan
kapal trailling suction hopper dredger. Saat pelaksanaan kegiatan hampir mencapai tahap akhir
beberapa oknun nelayan mulai memasang jaring penangkap ikan di area keruk. Tentunya hal ini
sangat mengganggu dan berbahaya bagi pelaksanaan kegiatan. Beruntung masalah ini dapat
segera diredakan pada level bawah (non struktural) dengan bekerja sama dengan pihak
Angkatan Laut.
Memang benar jika kita berbicara dengan masyarakat yang berada di eks kota cilacap
mayoritas mengatakan bahwa penduduk sekitar sungai / kali donan kebanyakan preman.
Konon dulu di sekitar kali donan tinggal seorang preman yang paling kuat di cilacap dan
menjadi cikal bakal premanisme yang ada di kota cilacap. Sudah bukan rahasia lagi bahwa di sisi
selatan dari kota iniyang sekaligus menjadi muara dari sungai Donan terdapat pulau yang
menjadi tempat pengasingan bagi narapidana yaitu pulau nusakambangan, sehingga tidak
diragukan lagi betapa kerasnya kehidupan di sekitar Sungai Donan.
Cilacap sendiri sebenarnya dulunya terbagi menjadi 2 wilayah administratif yaitu kota
cilacap yang wilayahnya hingga saat ini menggunakan istilah kelurahan dan kabupaten cilacap
yang wilayahnya terbentang hingga berbatasan langsung dengan Kota Banjar di Jawa Barat.
Menurut beberapa cerita yang berkembang di masyarakat, wilayah cilacap ini dulunya
merupakan bagian dari wilayah administrasi Kasunanan Solo. Pada masa itu terdapat seorang
kerabat keluarga dari Kasunanan Solo yang diberikan wilayah kekuasaan di sekitar sungai
Donan. Bersama keluarga dan pengikutnya yang setia kemudian dibangunlah suatu kawasan
permukiman di daerah tersebut dan diberi nama Donan. Hal ini juga yang dipercaya menjadi
alasan masyarakat di sekitar Sungai Donan ini merasa eksklusif bahkan saat trah Kasunanan
Solo sudah tidak ada di wilayah tersebut.
Jika kita telaah lebih dalam lagi, mungkin memang pendapat tadi ada benarnya. Di sisi
muara sungai Donan yang merupakan pertemuan dengan segara anakan dapat kita temui
sebuah benteng jaman penjajahan Belanda yang bernama benteng Pendem. Sesuai dengan
namanya benteng ini merupakan benteng terpendam dan yang menarik lagi di benteng ini ada
sebuah terowongan yang menghubungkan antara kota cilacap dengan pulau nusakambangan.
Namun tentunya terowongan itu tertutup untuk umum dan sudah tidak dapat dilewati lagi oleh
masyarakat. Bahkan keberadaan pintu terowongan yang ada di pulau nusakambangan tidak lagi
teridentifikasi demi keamanan agar narapidana yang ada di pulau ini tidak dapat melarikan diri
dengan mudah dari pulau ini.
Keberadaan pulau nusa kambangan ini sendiri menjadi daya tarik tersendiri bagi
pariwisata di Kota Cilacap. Selain banyaknya keluarga yang mengunjungi sanak saudara yang
ada di Lapas Nusakambangan, pulau ini banyak juga dikunjungi oleh wisatawan yang penasaran
dengan apa yang ada di pulau ini. Selain kegiatan di Lapas dan pertambangan yang dilakukan
Holcim, sisi lain dari pulau ini masih sangat alami. Hutan dengan beberapa hewan liar masih
dapat ditemukan di beberapa bagian di pulau ini. Tak hanya itu, pantai dengan pasir yang putih
dengan dihiasi pohon-pohon yang hijau pun masih dapat ditemukan dis isi selatan dari pulau ini.
Tidak heran jika beberapa hotel yang ada di Cilacap berani mempromosikan paket wisatanya
dengan menyebut “singapore van java” karena eksotisnya dari sisi lain pulau nusa kambangan.
Tidak hanya bertumpu pada eksotisnya pulau nusakambangan, istilah singapore van java
ini juga didukung oleh wisata malam menyusuri donan dengan pemandangan lampu kilang
pengolahan minyak milik PT. Pertamina Refinery Unit IV yang ada di Cilacap. Memang bagi
masyarakat metropolitan hal itu bisa dikatakan lucu, tapi bagi masyarakat Cilacap yang belum
memiliki Mall atau pusat keramaian layaknya metropolitan, cahaya lampu kilang merupakan
hiburan tersendiri.
Ada juga sebuah spot yang namanya juga cukup terkenal dan menjadi icon bagi Cilacap,
yaitu pantai teluk penyu. Ketika mendengar nama pantai ini secara otomatis otak akan
membayangkan keindahan pantai dengan pasir yang putih dan habitat penyu layaknya pantai
yang ada di Bali. Tapi realita bicara beda. Pantai ini menurut ceritanya diberi nama teluk penyu
bukan karena adanya habitat penyu atau adanya penangkaran penyu di area sekiarnya, tetapi
lebih karena kegiatan yang ada di sekitar pantai tersebut. Seperti yang kita ketahui, penyu
hanya akan menuju ke daratan untuk berkembang biak, dan seluruh waktu hidupnya digunakan
di perairan. Sejalan dengan filosofi hidup penyu tersebut, banyak sekali awak kapal yang
melakukan hal yang sama seperti penyu tersebut ketika sedang sandar atau bunker.
Masih banyak hal menarik untuk dibahas yang dapat ditemukan dan dipelajari dari
pengelolaan sungai yang ada di sungai donan ini. Terutama bagi kegiatan pengelolaan SDA di
wilayah ini yang tidak memiliki sarana & prasarana pengairan yang tentunya membuat insan
PJT yang bertugas di wilayah ini berpikir jauh “out of the box” dan melampaui sekedar “comfort
zone” yang sudah dirasakan di pengalaman sebelumnya. Semoga dapat disampaikan di artikel
berikutnya. Salam.

Anda mungkin juga menyukai